css retensi urin
DESCRIPTION
retensi urinTRANSCRIPT
URINE RETENTION
OLEH: KELOMPOK IIPRESEPTOR: EKIH D., dr., SpB, FInaCS
ANATOMI URINARY SYSTEM
Definisi Retensi Urin
Ketidakmampuan untuk miksi Kesulitan miksi karena kegagalan
mengeluarkan urin dari vesika urinaria Retensi urin merupakan sebuah kondisi
tidak dapat mengeluarkan urin secara sempurna (completely) dari kandung kemih. Hal ini dapat disebabkan oleh (1) gangguan tonus vesika, (2) dan atau retensi uretra yang melebihi kekuatan otot detrusor (tahapan dekompensasi).
Klasifikasi
Berdasarkan didapat (acquired) dan kongenital
Berdasarkan durasi : akut dan kronis Berdasarkan obstruksi : sebagian
atau total Berdasarkan etiologi: obstruktif,
neurogenik, reflex dan other Berdasarkan blokade: intrinsik dan
extrinsik
Berdasarkan kongenital atau didapat
Kongenital Pada anak laki-laki: external meatus (meatal
stenosis) atau tepat di dalam urinary meatus pada wanita.
Stenosis pada uretra distal; posterior urethral valves; ectopic ureter.
Ureterocel & ureterovesica serta ureteropelvic juntion.
Kerusakan pada saraf sakralis 2-4 (biasa terjadi pada spina bifida & meningomielokel).
Didapat/acquired Dibagi menjadi 2: intrinsik dan ekstrinsik
Striktur uretra karena injury atau infeksi BPH atau kanker prostat; tumor pada kandung
kemih atau pada bladder neck atau pada orifisium uretra.
Ekstensi kanker prostat atau kanker serviks ke ureter; atau karena metastasenya.
Batu ginjal Retroperitoneal fibrosis atau tumor ganas Kehamilan
Berdasarkan Onset
Retensi urin akut :
Tidak dapat miksi selama beberapa jam secara tiba-tiba
Lower abdominal pain (nyeri suprapubik) Bladder terlihat penuh dan dapat terpalpasi Bladder lembut saat dipalpasi Terdapat hasrat ingin miksi yang hebat disertai
mengejan Urin seringkali keluar menetes sedikit demi
sedikit (terminal dribbling)
Retensi urin kronis :
Berhubungan dengan tekanan tinggi intravesika yang berkepanjangan
Nyeri suprapubik sedikit atau tidak ada sama sekali walaupun bladder penuh sampai pusat
Dapat disertai hipertensi
Berdasarkan Jenis Obstruksi
Retensi urin total/komplit : Sama sekali tidak bisa miksi Gelisah Nyeri suprasimfisis Mengedan Overflow incontinentia
Retensi urin parsial
BERDASARKAN PENYEBAB
Obstruktif
Bladder Carcinoma Bladder neck obstruction Stone
Prostate Benign Prostatic Hypertrophy Carcinoma Prostatitis
Urethra Urethral Stricture Urethral Stone Urethral Caruncle Pin Hole Meatus
NEUROGENIC
Tabetic Bladder Pada kondisi ini, secara esensial terjadi kehilangan
sensasi bladder yang menghasilkan overdistensi dari bladder dan kehilangan tonus bladder. Tetapi fungsi motorik kompeten dan jika pasien diingatkan untuk berkemih pada saat intervalnya, maka retensi urin minimal
Paraplegic Bladder Lesi yang terjadi pada level variasi di spinal cord. Ketika
melibatkan cord yang lebih tinggi dari conus medularis automatic bladder. Ketika terjadi dilevel yg lebih bawahautonomic bladder
Pelvic or lumber spine trauma Trauma After pelvic surgery(APR) Neuromuscular disease
destrusor contraction is dysfunction while bladder sensation is intact
Nerve Disease or Spinal Cord Injury vaginal childbirth infections of the brain or spinal cord diabetes stroke accidents that injure the brain or spinal
cord multiple sclerosis heavy metal poisoning pelvic injury or trauma
REFLEX CAUSES OF ACUTE RETENTION OF URINE.
Inflammatory disease of Prepuce and Penis Infected Phimosis Infected paraphimosis
Trauma of Penis & Urethra Amputation of Penis (Suicidal) Abrasions Ruptured urethra
Inflammatory disease of testis & epididymis Epididymo-orchitis
Etiologi berdasarkan lokasi
Etiologi berdasarkan lokasi Supravesikal
berupa kerusakan pada pusat miksi di medula spinalis S2-S4 setinggi T12-L1; kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis.
Vesikal◦ Detrusor sphincter dyssynergia ◦ Atoni pada pasien DM atau penyakit neurologis, demyelinating
disease atau Parkinson’s disease◦ Iatrogenic scarring of the bladder neck (biasanya dari
pencabutan indwelling catheters atau operasi cystoscopy ◦ Damage to the bladder
Infravesikal◦ BPH ◦ Kanker prostat ◦ Prostatitis ◦ Kekakuan leher vesika
Penile urethra Congenital urethral valves Phimosis Obstruksi di uretra (mis: metastasis or a
precipitated pseudogout crystal in the urine)
STD lesions (gonorrhoea dan chlamydia menyebabkan striktur)
Berdasarkan Lokasi
Urethral - Congenital urethral stenosis, web, atresia - Posterior urethral valves - Inflammation or stricture - Trauma
Bladder Neck - Prostatic hypertrophy, prostatitis (pria)- Carcinoma (prostate, bladder) (pria)- Bladder infection - Trauma - Functional Neuropathy (peripheral neuropathy, spinal cord injury atau trauma) - Drugs (parasympatholytics, ganglionic blockers)
Ureteral - Ureteral-pelvic junction stricture - Intraureteral
Clots Stones Crystals (e.g., sulfa, uric acid) Papillae (necrosed) Trauma (edema, stricture) Tumor Foreign bodies
Manifestasi Klinis Obstruktif
Urinary incontinence Urinary retention Oliguria Anuria Polyuria Nocturia Extravasation of urine Extrarenal uremia
Pain / irritative : Renal colic Dysuria Vesical tenesmus/pemaksaan
Diagnosa
Riwayat keluhan dan pemeriksaan fisik Sample urin : u/ infeksi Bladder scan Cystoscopy X Ray and Computerized Tomography (CT)
Scan Blood Test for Prostate-specific Antigen
(PSA) Prostate Fluid Sample
Treatment
Retensi urin akut :◦ urinary catheterization◦ pemasangan Prostatic stent atau ◦ suprapubic cystostomy/ puncture
◦ Jika berkepanjangan : treatment tergantung penyebab. Contoh pada BPH : dapat berespon thd terapi alpha blocker dan 5-alpha-reductase inhibitor atau dengan operasi prostatectomy atau transurethral resection of the prostate (TURP).
Cara Pemasangan Kateter
Kateter dipasang dengan teknik aseptik dan antiseptik
Analgesik : gel lidocaine 1-2% sebanyak 2 ml
Gel dimasukkan ke dalam posterior urethra dan tunggu selama 5 menit
Masukkan 12 to 16 Fr gauge Foley catheter (usually with 10 ml balloon)
Setelah kateter masuk, kemudian kembangkan balon
Sambungkan dengan urine bag dan catat volume urin
Jika terdapat kesulitan dapat pemasangan kateter : Jangan dipaksa Jangan mengembangkan balon hingga
urin terlihat keluar pada kateter Jika tidak bisa dilakukan pemasangan
kateter uretra, maka lakukan pungsi suprapubik
Suprapubic Puncture
Indikasi Semua pasien yang mengalami retensi
urin, jika: Tidak mungkin dilakukan pemasangan kateter Tidak tersedia urinary kateter
Kontraindikasi Bladder yang kosong Karcinoma vesika urinary yang
menyebabkan retensi urin
Complications of SPP
Terjadi sekitar 0.2 % Macroscopic haematuria Bladder haematoma Bladder hemorrhage Intra abdominal pelvic visceral injury Laceration or penetration of the bowel Disruption of mesenteric vessel Abscess formation
STEP :1. Informed consent.
2. Preparation a. Patient. b. Physician. c. Instruments and equipments . 3. Pre procedure.
4. The procedure.
Pre procedure :
1. Tuang antiseptic & alcohol 70% ke dalam baskom.
2. Bersihkan tutup botol dengan kapas3. Letakkan gloves ke duk steril.4. Cuci tangan dan pakai dulu glove untuk
tangan kanan5. Isi syringe dengan 5 cc lidocaine(one
hand).6. Pakai glove untuk tangan kiri
The procedure :
Pasien berbaring di tempat tidur, dokter berdiri di sisi kiri pasien.
Lakukan prosedur A dan antiseptic. Local anesthesia. Suprapubic puncture. Tutup luka. Rujuk pasien ke RS.