refrat campak d v.1
DESCRIPTION
koas refratTRANSCRIPT
-
1
1. Pendahuluan Campak adalah suatu penyakit akut menular yang ditandai dengan tiga stadium
yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. Nama Lain dari penyakit ini
adalah morbilli atau measles.5,8,9
Telah diketahui bahwa akhir-akhir ini penyakit morbili merupakan masalah
kesehatan masyarakat di negara kita yakni dengan dilaporkannya kejadian wabah penyakit
morbili di beberapa daerah dengan angka kesakitan dan angka kematian yang cukup tinggi.
Morbili saat ini masih menjadi masalah kesehatan di seluruh wilayah Indonesia. Sejak tahun
1970 morbili di Indonesia telah mendapat perhatian khusus yaitu sejak terjadi wabah morbili
yang cukup serius di pulau Lombok dengan kematian 330 diantara 12.107 kasus dan di pulau
Bangka 65 kematian diantara 407 kasus. Kejadian Luar Biasa (KLB) morbili masih sering
terjadi, misalnya di Kabupaten Serang tahun 1981 dan di daerah Palembang, Lampung dan
Bengkulu tahun 1998. Di Jawa Timur pada tahun 2010 telah terjadi Kejadian Luar Biasa
campak sebanyak 23 kali yang tersebar di 12 kabupaten/kota dengan jumlah penderita 323
orang dan kematian 2 orang. Sedangkan tahun 2011 per tanggal 30 Juni 2011 telah terjadi
KLB campak 7 kali tersebar di 10 kab/kota dengan jumlah penderita 167 orang dan tidak
ada kematian. 4,10,20
Untuk mencegah dan memberantas penyakit morbili satu-satunya cara paling efektif
dengan jalan vaksinasi. Dengan tujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
maka pemerintah (Departemen Kesehatan) telah melaksanakan program pengembangan
Imunisasi sebagaimana telah dikampanyekan oleh WHO.4
Dahulu selama berabad-abad, campak merupakan penyakit menular masa kanak-
kanak yang paling umum. Walaupun campak tidak umum lagi di negara yang memberikan
vaksin secara luas, tetapi ketimpangan antara negara maju dan negara lain yang kurang
perawatan kesehatan untuk bayi dan anak sangat mencolok. UNICEF memperkirakan lebih
dari 1 juta kematian setahun disebabkan oleh campak dan komplikasinya pada anak di negara
berkembang di seluruh dunia.1
2.1 Definisi Campak adalah penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh infeksi virus
yang pada umumnya menyerang anak. Campak memiliki gejala klinis khas yaitu terdiri dari 3
stadium: (1) stadium kataral/prodromal, (2) stadium erupsi/ruam, Dan (3) Stadium
konvalesensi.3,5,8,9
2.2 Virologi Virus campak adalah anggota Morbilivirus dari famili paramiksovirus. Virus
campak mempunyai RNA untai lurus negatif di dalam kapsid heliks protein yang tertutup
-
2
oleh membran luar lemak dan protein. Virionnya berdiameter antara 100-250 nm. Virus
sangat tidak tahan panas dan hidup dalam jangka waktu lama pada temperatur rendah.
Perubahan morfologi biakan sel yang dipicu oleh virus campak di tandai dengan
pembentukan sel raksasa berinti besar dan banyak atau pembentukan inklusi sinsitium dan
eosinofil di dalam nukleus dan sitoplasma, yang sangat mirip dengan yang diamati di
spesimen sitologi yang diambil dari sekret traktus respiratorius dan banyak jaringan penderita
campak.
Virus campak menstimulasi imunoglobulin kelas IgM dan IgG yang muncul
bersama-sama diperkirakan 12 hari setelah infeksi dan mencapai titer tertinggi sekitar 21 hari.
Kemudian imunoglobulin kelas IgM menghilang dengan cepat sedangkan imunoglobulin
kelas IgG tinggal tidak terbatas dan jumlahnya terukur. Keberadaan imunoglobulin IgM
menunjukkan pertanda baru terkena infeksi atau baru mendapat vaksinasi, sedangkan IgG
menunjukkan bahwa pernah terkena infeksi walaupun sudah lama. Antibodi itu menetralisasi
kerja virus secara spesifik, memfiksasi komplemen dengan antigen virus, dan menghambat
hemaglutinasi dan hemolisis oleh virus. Tidak terbukti adanya perbedaan antigen yang
bermakna pada strain campak selama 40 tahun ini. Keseragaman ini berkaitan dengan sangat
jarang terjadinya serangan kedua pada penyakit ini. 1,3
Gambar 1. Virus Morbili dilihat dengan mikroskop elektron
Semua orang yang belum pernah terserang penyakit ini dan mereka yang belum
pernah diimunisasi rentan terhadap penyakit ini. Imunitas yang didapat setelah sakit bertahan
seumur hidup. Bayi yang baru lahir dari ibu yang pernah menderita campak akan terlindungi
kira-kira selama 6-9 bulan pertama atau lebih lama tergantung dari titer antibody maternal
yang tersisa pada saat kehamilan dan tergantung pada kecepatan degradasi antibodi tersebut.
Antibody mengganggu respon terhadap vaksin. Imunisasi yang diberikan pada usia 12-15
bulan memberikan imunitas kepada 94-98% penerima. Imunisasi dapat menaikkan tingkat
imunitas sampai sekitar 99%. Bayi yang baru lahir dari ibu yang memperoleh kekebalan
karena vaksinasi campak, menerima antibody pasif dari ibunya lebih sedikit jika
dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang mendapat kekebalan alamiah. Dan bayi ini
lebih mudah terkena campak sehingga membutuhkan imunisasi campak pada usia yang lebih
dini dari jadwal yang dilakukan.6
-
3
2.3 Etiologi Campak disebabkan oleh suatu virus RNA, yang termasuk famili Paramiksoviridae,
genus Morbilivirus. Dikenal hanya satu tipe antigen saja. Yang strukturnya mirip dengan
virus penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza. Virus tersebut ditemukan di dalam
sekresi nasofaring, darah, dan air kemih paling tidak selama periode prodromal dan untuk
waktu singkat setelah munculnya ruam kulit. Pada suhu ruangan virus tersebut dapat tetap
aktif selama 34 jam.
Perubahan sitopatik biasanya terlihat dalam 5-10 hari, terdiri dari sel-sel raksasa
berinti banyak disertai inklusi-inklusi intranuklear. Antibodi yang beredar dalam darah dapat
dideteksi pada saat munculnya ruam-ruam kulit.2
2.4 Epidemiologi
Di kebanyakan negara, campak merupakan penyakit pemulaan masa kanak-kanak,
dengan insiden puncaknya detemukan pada anak usia pra sekolah dan usia sekolah awal. Laju
serangan penyakit yang sangat tinggi pada yang peka dan terpajan mengakibatkan periodisitas
epidemi dengan interval 2 atau 3 tahun, saat kelompok anak yang peka meningkat. Di daerah
perkotaan yang padat, insiden paling tinggi pada kelompok usia 1 sampai 5 tahun, sementara
distribusi usia bergeser ke usia 5 sampai 10 tahun di daerah pinggiran dan pedesaan, saat
pajanan tertunda sampai mulai masuk sekolah. Hampir 100% dewasa muda pernah menderita
campak atau mendapat vaksin campak. Tetapi ada sedikit individu yang mungkin lolos dari
infeksi selama masa kanak-kanak, kemudian terinfeksi bila terpajan dengan anak-anak
terinfeksi. Epidemiologi berubah tiba-tiba di negara-negara yang telah menggunakan vaksin
secara luas.
Periode infektivitas yang umum berkisar antara 6 sampai 7 hari sebelum ruam
muncul sampai hari ke dua atau ketiga eksantema. Batuk dan bersin selama periode kataralis
mempertinggi sebaran infeksi melalui percikan. Kelabilan virus yang relatif pada pajanan
sinar, kekeringan, dan panas membatasi lama masa penularan. Hanya manusia yang dikenal
sebagai pejamu alami. Tidak dikenal adanya vektor serangga.1
Telah diketahui bahwa campak menyebabkan penurunan daya tahan tubuh secara
umum, sehingga mudah terjadi infeksi sekunder atau penyulit. Penyulit yang sering dijumpai
adalah diare (8%), otitis media (7%), pneumonia (6%), ensefalitis (0,1%), kejang (0,6%),
kematian (0,2%).21
2.5 Patogenesis Infeksi mulai saat orang yang menderita rentan menghirup percikan mengandung
virus dari sekret nasofagus pasien campak, terjadi antara 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis
sampai 4 hari setelah timbul ruam.3 Di tempat masuk kuman, terjadi periode pendek
perbanyakan virus lokal dan penyebarannya terbatas, diikuti oleh viremia primer singkat
bertiter rendah, yang memberikan kesempatan pada agen untuk menyebar ke tempat lain,
-
4
tempat virus secara aktif memperbanyak diri di jaringan limfoid. Viremia sekunder yang
memanjang terjadi, berkaitan dengan awitan prodromal klinis dengan perluasan virus. Sejak
saat itu (kira-kira 9 sampai 10 hari setelah terinfeksi) sampai permulaan keluarnya ruam,
virus dapat dideteksi di seluruh tubuh, terutama di epitel traktus respiratorius, konjungtiva,
dan jaringan limfoid, virus juga dapat ditemukan di sekret nasofaring, urine, dan darah.
Manifestasi klinis dari sistem saluran nafas diawali dengan keluhan batuk pilek disertai
selaput konjungtiva yang tampak merah. Respon imun yang terjadi adalah proses peradangan
epitel pada sistem saluran pernafasan diikuti dengan manifestas klinis berupa demam tinggi,
anak tampak sakit berat, dan ruam yang menyebar keseluruh tubuh, tampak suatu ulsera kecil
pada mukosa pipi yang disebut bercak Koplik, yang merupakan tanda pasti untuk
menegakkan diagnosis. Akhirnya muncul ruam makulopapular pada hari ke 14 sesudah awal
infeksi.3 Pasien paling mungkin menularkan pada orang lain dalam periode 5 sampai 6 hari.
Dengan mulainya awitan ruam (kira-kira 14 hari setelah infeksi awal) perbanyakan virus
berkurang, dan pada 16 hari sulit menemukan virus, kecuali di urine, tempat virus bisa
menetap selama beberapa hari lagi. Insiden bersamaan dengan munculnya eksantema adalah
deteksi antibodi campak yang beredar dalam serum yang ditemukan pada hampir 100%
pasien di hari kedua timbulnya ruam. Perbaikan gejala klinis di mulai saat ini, kecuali pada
beberapa pasien, dimulai beberapa hari kemudian karena penyakit sekunder yang disebabkan
oleh bakteri yang bermigrasi melintasi barisan sel epitel traktus respiratorius. Terjadi
sinusitis, otitis media, bronkopneumonia sekunder akibat hilangnya pertahanan normal
setempat.3
Beberapa hari setelah serangan akut, terlihat kelainan sistem saraf pusat, saat
antibodi serum berlimpah dan virus menular tidak lagi dapat dideteksi. Hal ini diperkirakan
merupakan ensefalitis autoimun. Pada pasien SSPE, hilangnya virus campak dari sistem saraf
pusat beberapa tahun kemudian setelah infeksi campak primer menekankan perlunya
penjelasan lebih lanjut tentang interaksi virus dengan sistem saraf pusat, baik secara akut
maupun kronis. SSPE bisa disebut sebagai ensefalitis virus campak lambat.1
Tabel 1. Patogenesis infeksi campak tanpa penyulit
Hari Manifestasi
0 Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan epitel nasofaring
atau kemungkinan konjungtiva
Infeksi pada sel epitel dan multiplikasi virus
1-2 Penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional
2-3 Viremia primer
3-5 Multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat infeksi
pertama, dan pada RES regional maupun daerah yang jauh
5-7 Viremia sekunder
-
5
7-11 Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk saluran
nafas
11-14 Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain
15-17 Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang
Sumber :Feigin et al.2004.Textbook of Pediatric Infectious Diseases 5th edition
2.6 Manifestasi Klinis Penyakit ini di bagi dalam 3 stadium, yaitu
1. Stadium Kataral (Prodromal)
Manifestasi klinis campak biasanya baru mulai tampak pada stadium prodromal yang
berlangsung selama 2 hingga 4 hari. Biasanya terdiri dari gejala klinik khas berupa batuk,
pilek dan konjungtivitis, juga demam. Inflamasi konjungtiva dan fotofobia dapat menjadi
petunjuk sebelum munculnya bercak Koplik. Garis melintang kemerahan yang terdapat
pada konjungtuva dapat menjadi penunjang diagnosis pada stadium prodromal. Garis
tersebut akan menghilang bila seluruh bagian konjungtiva telah terkena radang.
Koplik spot yang merupakan tanda patognomonik untuk campak muncul pada hari
ke-101 infeksi. Koplik spot adalah suatu bintik putih keabuan sebesar butiran pasir
dengan areola tipis berwarna kemerahan dan biasanya bersifat hemoragik. Tersering
ditemukan pada mukosa bukal di depan gigi geraham bawah tetapi dapat juga ditemukan
pada bagian lain dari rongga mulut seperti palatum, juga di bagian tengah bibir bawah dan
karunkula lakrimalis. Muncul 1 2 hari sebelum timbulnya ruam dan menghilang dengan
cepat yaitu sekitar 12-18 jam kemudian. Pada akhir masa prodromal, dinding posterior
faring biasanya menjadi hiperemis dan penderita akan mengeluhkan nyeri tenggorokkan.5
Gambar 2: Bercak koplik pada penderita campak
2. Stadium Erupsi
Pada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14 infeksi yaitu pada
saat stadium erupsi. Ruam muncul pada saat puncak gejala gangguan pernafasan dan saat
suhu berkisar 39,5C. Ruam pertama kali muncul sebagai makula yang tidak terlalu
tampak jelas di lateral atas leher, belakang telinga, dan garis batas rambut. Kemudian
-
6
ruam menjadi makulopapular dan menyebar ke seluruh wajah, leher, lengan atas dan dada
bagian atas pada 24 jam pertama. Kemudian ruam akan menjalar ke punggung, abdomen,
seluruh tangan, paha dan terakhir kaki, yaitu sekitar hari ke-2 atau 3 munculnya ruam.
Saat ruam muncul di kaki, ruam pada wajah akan menghilang diikuti oleh bagian tubuh
lainnya sesuai dengan urutan munculnya.
Saat awal ruam muncul akan tampak berwarna kemerahan yang akan tampak
memutih dengan penekanan. Saat ruam mulai menghilang akan tampak berwarna
kecokelatan yang tidak memudar bila ditekan. Seiring dengan masa penyembuhan maka
muncullah deskuamasi kecokelatan pada area konfluensi. Beratnya penyakit berbanding
lurus dengan gambaran ruam yang muncul. Pada infeksi campak yang berat, ruam dapat
muncul hingga menutupi seluruh bagian kulit, termasuk telapak tangan dan kaki.5
Gambar 3: Ruam pada Campak
3. Stadium Konvalensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi)
yang lama kelamaan akan hilanh sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia
sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala
patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan iretema atau eksantema
ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal
kecuali bila ada komplikasi.5
-
7
2.7 Diagnosis 2.7.1 Anamnesis7,8
1. Anak dengan demam tinggi terus menerus 38,5oC atau lebih disertai batuk, pilek,
nyeri menelan, seringkali diikuti diare.
2. Mata merah dan fotofobia, menambah kecurigaan
3. Timbul ruam kulit didahului oleh suhu yang meningkat lebih dari suhu semula.
4. Anak resiko tinggi adalah bila kontak dengan penderita morbili (1-2 minggu
sebelumnya) dan belum pernah vaksinasi campak. Adanya kulit kehitaman dan
bersisik (hiperpigmentasi) dapat merupakan tanda penyembuhan
2.7.2 Pemeriksaan Klinis Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10-12 hari terdiri dari 3 stadium:
1. Stadium prodromal
Berlangsung 2-4 hari ditandai dengan demam yang diikuti dengan batuk pilek,
faring merah, nyeri menelan, stomatitis, tanda patognomonik timbulnya enantema
mukosa pipi di depan molar tiga disebut bercak koplik7
2. Stadium Erupsi
Ditandai dengan timbulnya ruam makulo papular yang bertahan selama 5-6 hari.
Timbulnya ruam mulai dari batas rambut di belakang telinga, kemudian menyebar
ke wajah, leher dan akhirnya ke ekstrimitas7
3. Stadium Penyembuhan
Setelah 3 hari ruam berangsur-angsur menghilang sesuai urutan timbulnya. Ruam
kulit menjadi kehitaman dan mengelupas yang akan menghilang setelah 1-2
minggu.7
2.7.3 Pemeriksaan Laboratorium Pada pemeriksaan laboratorium rutin tidak direkomendasikan melakukan isolasi virus.
Namun, isolasi virus sangat berguna untuk menentukan epidemiologi virus.
Pemeriksaan yang dianjurkan adalah tes serologi IgM dan IgG dari virus. Pada
pemeriksaan darah tepi jumlah leukosit normal, atau meningkat apabila ada infeksi
bakteri.
2.8 Diagnosis Banding
Diagnosis banding morbili diantaranya :
1. Roseola infantum. Pada Roseola infantum, ruam muncul saat demam telah menghilang.
2. Rubella. Ruam berwarna merah muda dan timbul lebih cepat dari campak, biasanya 3 hari.
Gejala yang timbul tidak seberat campak.
-
8
3. Alergi obat. Didapatkan riwayat penggunaan obat tidak lama sebelum ruam muncul dan
biasanya tidak disertai gejala prodromal.
4. Demam skarlatina. Ruam bersifat papular, difus terutama di abdomen. Tanda
patognomonik berupa lidah berwarna merah stroberi serta tonsilitis eksudativa atau
membranosa.
2.9 Komplikasi
Bermacam-macam komplikasi bisa ditemukan selama stadium akut campak atau
segera sesudah itu. Yang terkena paling sering adalah traktus respiratorius, tetapi
gastroenteritis berat juga terjadi. Komplikasi yang sering dijumpai adalah diare (8%), otitis
media (7%), pneumonia (6%), ensefalitis (0,1%), kejang (0,6%), kematian (0,2%).21
Diare sering terjadi sebagai komplikasi dari campak, pada beberapa anak yang
menderita campak mengalami muntah dan mencret pada fase prodromal. Keadaan ini akibat
invasi virus ke dalam sel mukosa usus.3
Otitis media terjadi akibat invasi virus ke telinga tengah umumnya terjadi pada
campak. Gendang telinga biasanya hiperemia pada stadium prodromal dan stadium erupsi.
Jika invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus, terjadi otitis media
purulenta.3
Pneumonia dapat disebabkan oleh virus campak maupun infeksi bakteri, ditandai
dengan batuk, frekuensi nafas meningkat, dan adanya ronki basah halus. Pada saat suhu turun
gejala pneumonia karena virus akan menghilang, kecuali batuk yang masih akan terus sampai
beberapa hari. Apabila suhu belum turun pada saat yang diharapkan dan gejala saluran nafas
masih terus berlangsung, dapat diduga pneumonia karena bakteri yang telah mengadakan
invasi pada sel epitel yang dirusak oleh virus.3
-
9
Ensefalitis adalah penyulit neurologik yang paling sering terjadi, biasanya terjadi
pada hari ke 4-7 setelah timbulnya ruam. Insidennya sekitar 1-2 dalam 1000 kasus campak.
Terjadinya ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik maupun invasi langsung virus
campak ke otak. Gejala ensefalitis dapat berupa kejang, letargi, koma dan iritabel.3
SSPE (Subacute Sclerosing panencephalitis) merupakan kelainan degeneratif
susunan saraf pusat yang jarang disebabkan oleh infeksi virus campak yang persisten.
Kejadian SSPE adalah 0,6-2,2 dalam 100.000 kasus campak. Masa inkubasi timbulnya SPEE
rata-rata 7 tahun. Gejala SSPE didahului dengan gangguan tingkah laku dan intelektual yang
progresif, diikuti inkoordinasi motorik, kejang yang umumnya bersifat mioklonik.
Laboratorium menunjukkan peningkatan globulin dalam cairan cerebrospinal dan
peningkatan antibodi campak dalam serum.3
2.10 Pengobatan 2.10.1 Pencegahan
- Pencegahan Aktif
Ini dilakukan dengan pemberian live attenuated vaccine mula-mula
digunakan strain Edmonston B, tetapi karena strain ini menyebabkan panas
tinggi dan eksantem pada hari ke tujuh sampai hari kesepuluh setelah
vaksinasi, maka strain edmonston B diberikan bersama-sama dengan globulin
gama pada lengan yang lain.
Sekarang digunakan strain Schwarz dan Moraten dan tidak diberikan
globulin-gama. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan
imunitas yang berlangsung lama. Pada penyeledikan serologis ternyata bahwa
imunitas tersebut mulai mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan
untuk memberikan vaksin morbili tersebut kepada anak berumur 15 bulan
yaitu karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk
antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Tetapi dianjurkan pula
agar anak yang tinggal di daerah endemis morbili dan banyak tuberkolosis
diiberikan vaksinasi pada umur 6 bulan dan revaksinasi dilakukan pada umur
15 bulan. Diketahui dari penelitian Linnemann dkk. (1982) pada anak yang
divaksinasi sebelum umur 10 bulan tidak ditemukan antibodi begitu pula
setelah revaksinasi kadang-kadang riter antibodi tidak naik secara bermakna.
Di Indonesia saat ini masih dianjurkan memberikan vaksin morbili kepada
anak berumur 9 bulan ke atas. Vaksin morbili diatas dapat pula diberikan
kepada orang yang alergi terhadap telur, karena vaksin morbili ini
ditumbuhkan dalam biakan jaringan janin ayam yang secara antigen adalah
berbeda dengan protein telur. Hanya bila terdapat suatu penyakit alergi
sebaiknya vaksinasi ditunda sampai 2 minggu sembuh. Vaksin morbili juga
-
10
dapat diberikan kepada penderita tuberkolosis aktif yang sedang mendapat
tuberkolustatika. Vaksin morbili tidak boleh diberikan kepada wanita hamil,
anak dengan tuberkolosis yang tidak diobati, penderita leukimia dan anak yang
sedang mendapat pengobatan imunosupresif.
Vaksin morbili dapat diberikan sebagai vaksin morbili saja atau
sebagai vaksin measles-mumps-rubella (MMR).
Di Indonesia digunakan pula vaksin morbili buatan Perum Biofarma
yang terdiri dari virus morbili yang hidup dan sangat dilemahkan, strain
Schwan dan ditumbuhkan dalam jaringan janin ayam dan kemudian dibeku-
keringkan.
Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml pada umur 9
bulan. Terjadi anergi terhadap tuberkulin selama 2 bulan setelah vaksinasi.
Bila seorang telah mendapat imonoglobulin atau transfusi darah maka
vaksinasi dengan vaksin ini tidak boleh diberikan kepada anak dengan infeksi
akut lainnya yang disertai demam, anak dengan defisiensi imunologik anak
yang sedang diberi pengobatan intensif dengan obat imunosupresan.5
- Pencegahan Pasif
IG manusia yang diberikan segera setelah pemajanan dapat
mengubah gambaran klinis dan efek antigen pada infeksi virus campak. Anak
yang rentan harus diberi IG 0,25 mL/Kg berat badan, untuk mencegah
campak. Bila telah berlangsung lebih dari 6 hari, maka IG tidak dapat
diandalkan untuk mencegah maupun dimodifikasi penyakit. Pasien dengan
campak yang dimodifikasi globulin memperlihatkan gambaran klinis yang
beragam masa tunas memanjang dan berbagai keluhan dan tanda penyakit
campak, tetapi mereka sebagai sumber penular potensial pada individu yang
berkontak dengan mereka. Oleh karena sifat kekebalan alaminya sementara,
imunisasi pasif harus diikuti oleh imunisasi aktif dalam 3 bulan sesudah itu.
Karena dosis besar imunoglobulin saat ini sering diberikan untuk pencegahan
atau pengobatan sejumlah gangguan misal (infeksi, HIV, penyakit Kawasaki,
trombositoponia imun, hepatitis B, dan profilaksis varisela) interval yang
lebih panjang dianjurkan sebelum vaksin virus campak. Ini bervariasi dari 3
sampai 11 bulan bergantung pada produk dan jumlah globulin yang diberikan.1
- Imunisasi Ulangan10, 11
Penelitian di Yogyakarta, Ambon dan Palu oleh badan Lingkes Depkes
mengenai kadar IgG pada 200 anak sekolah perpropinsi pada tahun 1998,
menunjukkan status antibodi campak hanya mencapai 71,9% sehingga pada
-
11
umur 6-11 tahun jumlah anak yang rentan pada infeksi campak cukup tinggi
yairtu 6-32,6%. Atas dasar penelitian tersebut ulangan imunisasi campak
diberikan pada usia masuk sekolah (umur 5-7 tahun) melalui program BIAS
Imunisasi ulang dianjukan juga dalam situasi tertentu, misalnya;
Mereka yang memperoleh imunisasi sebelum umur 1 tahun dan terbukti
bahwa potensi vaksin yang digunakan kurang baik (tampak peningkatan
insiden kegagalan vaksinasi) pada anak yang memperoleh imunisasi ketika
umur 12-14 bulan tidak disarankan mengulangi umunisasinya tetapi hal ini
bukan merupakan kontra indikasi
Apabila terdapat kejadian luar biasa peningkatan kasus campak, maka anak
SD, SLTP dan SLTA dapat diberikan imunasi ulang
Setiap orang yang pernah imunisasi vaksin campak yang virusnya sudah
dimatikan (vaksin inaktif)
Seorang yang tidak dapat menunjukkan imunisasinya.
2.10.2 Pengobatan Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari pemberian cairan yang cukup, suplemen
nutrisi, antibiotik bila terjadi infeksi sekunder, anti konvulsi bila kejang, pemberian vitamin
A. Pasien diindikasikan rawat inap bila hiperpireksia (>38C), dehidrasi, kejang, asupan oral
sulit, dan adanya komplikasi.7
Tanpa Komplikasi7
1. Pasien dirawat di ruang isolasi
2. Tirah baring
3. Vitamin A 100.000 IU, bila disertai malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari. Pemberian
vitamin A segera setelah terdiagnosis akan meningkatkan daya tahan tubuh penderita
karena pada campak cadangan vitamin A tubuh akan turun dengan cepat. Pemberian
vitamin A berguna untuk menambah cadangan vitamin A, mencegah kebutaan dan secara
bermakna mengurangi angka kematian campak.1,3,7
4. Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai. Jenis makanan disesuaikan dengan
tingkat kesadaran pasien dan ada tidaknya komplikasi.
Pengobatan dengan komplikasi7
1. Bronkopneumonia
Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dan Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari selama 7-10 hari.
Oksigen 2 L/menit.
-
12
2. Ensefalopati
Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dan Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari selama 7-10 hari.
Kortikosteroid: deksametason 1 mg/kgBB/hari sebagai dosis awal dilanjutkan 0,5
mg/kgBB/hari dalam 3 dosis sampai kesadaran membaik (bila pemberian lebih dari 5
hari dilakukan tappering off).
3. Enteritis
Koreksi dehidrasi sesuai dengan derajat dehidrasi
4. Otitis media
Seringkali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, maka perlu mendapat antibiotik
kotrimoksazol-sulfametokzasol (TMP 4 mg/kk BB/hari dibagi dalam 2 dosis)3
2.11 Prognosis4 Morbili merupakan penyakit self limiting dan berlangsung antara 5-14 hari, sehingga bila
tanpa disertai dengan komplikasi maka prognosanya baik.
-
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Abraham M Rudolp, Julien I.E Hoffman, Colin D. Rudolf. 2006. Buku Pediatri Rudolph
volume 1. Penerbit Buku Kedokteran.EGC. Jakarta.
2. Behrman, R.E. dkk. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak (Nelson Textbook Of Pediatri) vol 2
Edisi 15. EGC. Jakarta.
3. Sumarmo, S.P.S. dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi dan Penyakit Tropis.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Jakarta.
4. T. H. Rampengan, DSAK, dr. I.R. Laurentz, DSA. 2008. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak.
Penerbit buku kedokteran. EGC. Jakarta.
5. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2.
6. Chin, J. 2006. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Infomedika. Jakarta.
7. Pudjiadi, A.H. dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis jilid 1. IDAI. Jakarta.
8. Komite Medik RSUP dr. Sardjito. Standar Pelayanan Medis RSUP dr. Sardjito Buku 2.
Yogyakarta. Medika FK UGM, 2000.
9. Mansjoer, A. dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
10. Ranuh, I.G.N. dkk. 2007. Buku Imunisasi di Indonesia Edisi Pertama. IDAI. Jakarta.
11. http://idai.or.id/wp-content/uploads/2013/02/Jadwal_Imunisasi_IDAI2011.pdf
12. http://www.emedicinehealth.com//measles article by glenn J Fenely, MD MPH
13. http://www.emedicinehealth.com//measles Other Viruses Merk Manual Profesional
14. http://www.en.wikipedia.org/wik/measles
15. http//www.kidshealth.org/parent/infections/bacterial_viral/measles.hml
16. http//www.cdc.gov/travel/yellowBookCh4-measles.aspx
17. http//www.edmedicine.com/ped/topic 1388.htm
18. http//www.babybag.com/article/cdc_measles.htm
19. http://dinkes.jatimprov.go.id/contentdetail/9/3/129/kampanye_campak_dan_polio_di_jawa_ti
mur.html
20. http://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/downloads/meas.pdf
21. Feigin et al. 2004.Textbook of Pediatric Infectious Diseases 5th edition