refkas hamil dg mioma
DESCRIPTION
hamil dengan mioma uteriTRANSCRIPT
REFLEKSI KASUS
G4P1A2, 35 tahun, hamil 8 minggu
Janin I hidup intrauterin
Presentasi mobile
Mioma uteri.
Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Obstetri dan
Ginekologi
di RSUD Adhyatma, MPH Semarang
Pembimbing :
dr. H. Muh. Taufiqy S., Sp.OG (K)
Disusun oleh:
EKO BUDHIARTI
(H2A010014)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot polos uterus,
yang diselingi untaian jaringan ikat dan dikelilingi kapsul yang tipis , dan
sering terjadi pada usia reproduksi. Tumor ini juga dikenal dengan istilah
fibromioma uteri, leimioma uteri, dan uterine fibroid. Dapat bersifat tunggal
atau ganda, dan mencapai ukuran besar, konsistensinya keras dengan batas
yang jelas sehingga dapat dilepas dari jaringan sekitarnya.
Perihal penyebab pasti terjadi tumor mioma belum diketahui. Mioma
uteri mulai tumbuh dibagian atas (fundus) rahim dan sangat jarang tumbuh
dimulut rahim. Bentuk tumor bisa tunggal atau multiple (banyak), umumnya
tumbuh didalam otot rahim yang dikenal dengan intramural mioma. Tumor
mioma ini akan cepat memberikan keluhan, bila mioma tumbuh kedalam
mukosa rahim, keluhan yang biasa dikeluhkan berupa perdarahan saat siklus
dan diluar siklus haid. Sedangkan pada tipe tumor yang tumbuh dikulit luar
rahim yang dikenal dengan tipe subserosa tidak memberikan keluhan
perdarahan, akan tetapi seseorang baru mengeluh bila tumor membesar yang
dengan perabaan didaerah perut dijumpai benjolan keras, benjolan tersebut
kadang sulit digerakkan bila tumor sudah sangat besar.
Mioma uteri memiliki banyak faktor risiko. Risiko mioma uteri
meningkat seiring dengan peningkatan umur. Kasus mioma uteri terbanyak
terjadi pada kelompok umur 40-49 tahun. Paritas memiliki hubungan yang
saling berbalik dengan kejadian mioma uteri. Mioma uteri lebih sering
ditemukan pada wanita nulipara atau wanita yang kurang subur. Mioma
umumnya ditemukan pada wanita usia reproduksi, dan belum pernah
dilaporkan terjadi sebelum menarkhe, pada masa menopause mioma akan
mengecil seiring dengan penurunan hormon estrogen dalam tubuh.
Tidak sedikit kehamilan disertai dengan mioma uteri. Mioma dapat
mengganggu kehamilan dengan dampak berupa kelainan letak bayi dan
plasenta, terhalangnya jalan lahir, kelemahan pada saat kontraksi rahim,
perdarahan yang banyak setelah melahirkan dan gangguan pelepasan plasenta
serta bisa menyebabkan keguguran.
Sebaliknya, kehamilan juga bisa berdampak pada mioma uteri. Saat
hamil, mioma uteri cenderung membesar, dan juga sering terjadi perubahan
dari tumor yang menyebabkan perdarahan dalam tumor sehingga
menimbulkan nyeri. Selain itu, selama kehamilan tangkai tumor bisa berputar
dan menyebabkan rasa nyeri.
Di Indonesia pengobatan mioma uteri dengan gejala klinik pada
umumnya adalah tindakan operasi yaitu histerektomi (pengangkatan rahim)
atau pada wanita yang ingin mempertahankan kesuburannya, miomektomi
(pengangkatan mioma) dapat menjadi pilihan.
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. D
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan Terakhir : SLTA
Alamat : Jalan tambak harjo RT 03 RW 07 semarang.
Tanggal masuk : 09 Desember 2014 (pukul 10.45 WIB)
No. CM : 121872
Biaya pengobatan : BPJS
Nama Suami : Tn. N
Umur : 36 th
Alamat : Jalan tambak harjo RT 03 RW 07 semarang.
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan Terakhir : SLTA
II. ANAMNESIS
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis di poli kandungan tanggal 9
desember 2014 pukul 10.45 WIB
Keluhan Utama: periksa kehamilan dan terdapat benjolan dibawah perut.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke poli kandungan RSUD Tugurejo Semarang untuk
memeriksakan kehamilan. Pasien mengeluhkan terdapat benjolan diperut
bagian bawah dan tidak dirasakan sakit namun kadang-kadang perut
bagian bawah terasa penuh dan kemeng. Sebelum kehamilan ini, pasien
mengeluhkan adanya gangguan menstruasi. Dalam sebulan menstruasi
sebanyak 1 kali, lamanya ± 7-10 hari, dan setiap hari ganti pembalut 4-5
kali dalam sehari. Darah haid berawarna merah kehitaman, kadang-kadang
nyeri perut saat haid. Riwayat keputihan tidak ada. Gangguan BAK (-),
sulit buang air besar dan nyeri saat BAB (-). Sebelum kehamilan ini pasien
sudah pernah dilakukan pemeriksaan USG dan tampak Gambaran mioma
dirahim sebesar bola tenis.
Riwayat Haid :
Menarche : 12 tahun
Haid : Teratur
Siklus : 28 hari
Lama Haid : ± 7 hari
Banyaknya Haid : 4-5x sehari ganti pembalut.
Hari Pertama Haid Terakhir : 14 oktober 2014
Taksiran persalinan : 21 juli 2015
Riwayat Nikah :
Menikah saat usia 24 tahun dan menikah selama 11 tahun. Merupakan
pernikahan yang pertama bagi pasangan suami dan istri.
Riwayat obstetri : G4P1A2
1. Tahun lahir 2004, laki-laki berat lahir 2600 gr, spontan, RSUD
karyadi, 10 tahun, keadaan sekarang sehat.
2. Abortus tahun 2012, usia kehamilan 12 minggu, kuretase (+)
3. Abortus tahun 2013, usia kehamilan 16 minggu, kuretase (+)
4. Kehamilan ini.
Riwayat ANC:
Setiap bulan pasien rutin memeriksakan kehamilan. Periksa kehamilan di
rumah sakit dan bidan.
Riwayat KB :
Pasien tidak menggunakan KB.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Penyakit Serupa : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
- Riwayat HT : disangkal.
- Riwayat penyakit jantung : disangkal
- Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
- Riwayat Asma : disangkal
- Riwayat Tumor : disangkal
- Riwayat Keganasan : disangkal
- Riwayat IMS : disangkal
- Riwayat operasi :diakui; tahun 2012 operasi
hemoroid.
Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat penyakit jantung : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
- Riwayat HT : disangkal
- Riwayat Asma : disangkal
- Riwayat Alergi : disangkal
- Riwayat Tumor : disangkal
- Riwayat Keganasan : disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
- Pasien dan suami bekerja sebagai pegawai swasta. Biaya pengobatan
menggunakan BPJS.
- Kesan : cukup
Riwayat Pribadi
- Merokok (-)
- Konsumsi alkohol (-)
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran :compos mentis
Vital sign :
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 82x/ menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
- RR : 20x/ menit
- Suhu : 370C
- BB : 55 kg
- TB : 155 cm
- BMI : 22,89
- Kesan : normo weight
Status internus :
Kepala : bentuk mesochepal
Mata : Konjunctiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
Telinga : Normotia, discharge -/-, serumen -/-
Hidung : Simetris, discharge -/-
Mulut : sianosis (-),(-), gigi caries (-), tenggorokan : T1-T1, faring
hiperemis (-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-).
Thoraks : Normochest
Cor :
Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi :ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicularis
sinistra
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : suara jantung I dan II normal, bising (-), gallop (-)
Pulmo :
Inspeksi : simetris statis dinamis, retraksi (-)
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor diseluruh lapangan paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-
Abdomen : (sesuai status obstetric dan ginekologi)
Ekstremitas
Superior Inferior
Edema -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Status Obstetrikus
Inspeksi : striae gravidarum (-)
Palpasi :
Leopold I : TFU 2 jari diatas simfisis pubis
Leopold II : Tidak dilakukan
Leopold III : Tidak dilakukan
Leopold IV: Tidak dilakukan
Status ginekologi :
Inspeksi: Tidak ada tanda-tanda peradangan, bekas operasi (-).
Palpasi :Teraba massa padat, kenyal, permukaan licin, mobile pada perut
bagian bawah, nyeri tekan (-).
Pemeriksaan Dalam (tidak dilakukan)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK
Pemeriksaan USG
Tampak 1 GS, FM (+), FHM (+), CRL : 12mm ≈ UK 7W4d.
Tampak massa hipoechoic yang menonjol ke luar dinding uterus
dengan ukuran 8x6cm.
V. RESUME
Seorang wanita 34 tahun datang ke poli kandungan RSUD Tugurejo
Semarang untuk memeriksakan kehamilan. Kenceng-kenceng (-),
keluar air dari jalan lahir (-), keluar lendir darah (-), gerak janin (+)
masih dirasakan.
Pasien mengeluhkan terdapat benjolan diperut bagian bawah dan tidak
dirasakan sakit namun kadang-kadang perut bagian bawah terasa
penuh dan kemeng. Sebelum kehamilan ini, pasien mengeluhkan
adanya gangguan menstruasi. Dalam sebulan menstruasi sebanyak 1
kali, lamanya ± 7-10hari, dan setiap hari ganti pembalut 4-5 kali dalam
sehari. Darah haid berawarna merah kehitaman, kadang-kadang nyeri
perut saat haid. Riwayat keputihan tidak ada. Gangguan BAK (-), sulit
buang air besar dan nyeri saat BAB (-). Sebelum kehamilan ini pasien
sudah pernah dilakukan pemeriksaan USG dan didapatkan Gambaran
mioma dirahim sebesar bola tenis.
HPHT ibu tanggal 14 oktober 2014, HPL 21 juli 2015, riwayat
pernikahan : 1 kali dan sudah 11 tahun. Riwayat Obstetri ibu G4P1A2.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah ibu 110/70 mmHg,
Nafas 20x/menit, suhu 37oC (axiler), Nadi 82x/menit, irama reguler, isi
dan tegangan cukup. Pemeriksaan generalis dalam batas normal.
Dari pemeriksaan obstetrikus didapatkan TFU 2 jari diatas simfisis
pubis dan pemeriksaan status ginekologi teraba massa padat, kenyal,
permukaan licin, mobile pada perut bagian bawah, nyeri tekan (-)
Pemeriksaan dalam vagina tidak dilakukan.
Pada pemeriksaan USG Tampak 1 GS, FM (+), FHM (+), CRL :
12mm ≈ UK 7W4d; Tampak massa hipoechoic yang menonjol ke luar
dinding uterus dengan ukuran 8x6cm.
VI. DIAGNOSIS
G4P1A2, 35 tahun, hamil 8 minggu
Janin I hidup intrauterin
Presentasi mobile
Mioma uteri.
VII. DAFTAR MASALAH
Hamil dengan mioma uteri
VIII. INITIAL PLAN
Hamil dengan mioma uteri
1. Dx :
- subjektif : -
- objektif : laboratorium, USG
2. Tx :
- Ferro sulfat 1x1 tab
- Osfit DHA 1x1 tab
3. Mx : Keadaan umum, Tanda vital, darah lengkap, USG konfirmasi
4. Ex :
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai
keadaan kehamilannya yang disertai dengan mioma uteri.
- Menjelaskan kepada pasien pengertian, penyebab, dan
penatalaksanaan tentang mioma uteri.
- Kontrol rutin 2 minggu sekali.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mioma uteri
a. Definisi
Mioma adalah suatu pertumbuhan jinak dari sel-sel otot polos, sedangkan
untuk otot-otot rahim disebut dengan mioma uteri. Mioma uteri, dikenal
juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun leiomioma, merupakan
neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumpangnya.1
b. Epidemiologi
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan
lebih banyak. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 – 30% dari
seluruh wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 – 11,7%
pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling
sering ditemukan pada wanita umur 35 – 45 tahun (kurang lebih 25%) dan
jarang pada wanita 20 tahun dan wanita postmenopause.1,2
Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan
untuk berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak
pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma
uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil 1
kali. Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga,
ras, kegemukan dan nullipara.1,2,3
c. Etiologi
Etiologi belum jelas tetapi asalnya disangka dari sel-sel otot yang belum
matang. Disangka bahwa estrogen mempunyai peranan penting, tetapi
dengan teori ini sukar diterangkan apa sebabnya pada seorang wanita
estrogen dapat menyebabkan mioma, sedang pada wanita lain tidak,
padahal kita ketahui bahwa estrogen dihasilkan oleh semua wanita.
Mioma uteri banyak ditemukan pada usia reproduktif dan angka
kejadiannya rendah pada usia menopause, dan belum pernah dilaporkan
terjadi sebelum menarche. Diduga penyebab timbulnya mioma uteri paling
banyak oleh stimulasi hormon estrogen.2
Apakah estrogen secara langsung memicu pertumbuhan mioma uteri, atau
memakai mediator masih menimbulkan silang pendapat. Dimana telah
ditemukan banyak sekali mediator didalam mioma uteri, seperti estrogen
growth factor, insulin growth factor – 1 (IGF-1). Awal mulanya
pembentukan tumor adalah terjadinya mutasi somatik dari sel-sel
miometrium. Mutasi ini mencakupi rentetan perubahan pada kromosom,
baik secara parsial maupun secara keseluruhan.2
d. Patofisiologi
Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari
penggandaan satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya
perkembangan dari sel otot uterus atau arteri pada uterus, dari transformasi
metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik sisa yang
persisten. Penelitian terbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil gen
yang mengalami mutasi pada jaringan ikat tapi tidak pada sel miometrial
normal. Penelitian menunjukkan bahwa pada 40% penderita ditemukan
aberasi kromosom yaitu (12;14)(q15;q24). Meyer dan De Snoo
mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast.1,3
Percobaan Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci
percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan
maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat
dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testoster. Pemberian
agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat
mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma
mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap
reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan
produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin
like growth factor 1 yang distimulasi oleh estrogen.2,3 Anderson dkk, telah
mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih
banyak pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting
pada perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan
karena tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah
menopause sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini
kadang-kadang berkembang setelah menopause bahkan setelah
ooforektomi bilateral pada usia dini.4
e. Gejala mioma uteri
Adanya myoma tidak selalu memberikan gejala.
1. Tumor massa, diperut bawah
Seringkali penderita pergi ke dokter oleh karena adanya gejala ini.3
2. Perdarahan
Biasanya dalam bentuk menoragia. Yang sering menyebabkan gejala
perdarahan adalah jenis submucosa sebagai akibat pecahnya pembuluh
pembuluh darah. Perdarahan oleh karena mioma dapat menyebabkan
anemia yang berat.
Mioma intramural dapat menyebabkan perdarahan oleh karena adanya
gangguan kontraksi otot uterus. Jenis subserosa tidak menyebabkan
perdarahan yang abnormal. Kalau ada perdarahan yang abnormal harus
diingat adanya kemungkinan yang lain yang timbul bersamaan dengan
mioma, yaitu:
Adenocarsinoma
Polip
Faktor fungsional3
Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain
adalah:
Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasi endometrium
sampai adenokarsinoma endometrium.
Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasanya.
Atrofi endometrium diatas mioma submukosum.
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.2,4,5
3. Nyeri
Gejala ini tidak khas untuk mioma, walaupun sering terjadi. Keluhan
yang sering diutarakan ialah rasa berat dan dysmenorrhoe. Timbulnya
rasa nyeri dan sakit pada mioma mungkin disebabkan gangguan
peredaran darah, yang disertai nekrose setempat, atau disebabkan
proses radang dengan perlekatan ke omentum usus.4
Kadang-kadang pula rasa sakit disebabkan torsi pada mioma
subserosa. Dalam hal ini sifatnya akut disertai mual dan muntah-
muntah. Pada mioma yang sangat besar, rasa nyeri dapat disebabkan
karena tekanan terhadap urat saraf dan menjalar ke pinggang dan
tungkai bawah.3
4. Akibat tekanan = pressure effect
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri.
Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada
uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat
menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat
menyebabkan obstipasi dan tenesmia, tumor dalam kavum douglas
dapat menyebabkan retensio urin. Kalau besar sekali mungkin ada
gangguan pencernaan. Kalau terjadi tekanan pada vena cava inferior
akan menyebabkan oedema dari tungkai bawah.
Gejala-gejala sekunder
Anemia
Lemah
Pusing-pusing
Sesak nafas
Erythrocytosis pada mioma yang besar.3
f. Klasifikasi mioma uteri2,4,5
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan
selebihnya adalah dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan
menurut arah pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi 4 jenis antara
lain mioma submukosa, mioma intramural, mioma subserosa, dan mioma
intraligamenter. Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis
intramural (54%), subserosa (48,2%), submukosa (6,1%) dan jenis
intraligamenter (4,4%).
1. Mioma submukosa
Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus.
Jenis ini di jumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma uteri jenis lain
meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan,
tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan
gangguan perdarahan. Mioma submukosa umumnya dapat diketahui
dari tindakan kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal
sebagai Currete bump. Tumor jenis ini sering mengalami infeksi,
terutama pada mioma submukosa pedinkulata. Mioma submukosa
pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai.
Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan
nama mioma geburt atau mioma yang di lahirkan, yang mudah
mengalami infeksi, ulserasi, dan infark. Pada beberapa kasus,
penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.1
2. Mioma intramural
Terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium. Karena
pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan
terbentuklah semacam simpai yang mengelilingi tumor. Bila didalam
dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai
bentuk yang berdungkul dengan konsistensi yang padat. Mioma yang
terletak pada dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan
menekan dan mendorong kandung kemih keatas, sehingga dapat
menimbulkan keluhan miksi.2,3
3. Mioma subserosa
Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh
diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma
intraligamenter.2,3
4. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain,
misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan
diri dari uterus. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja
dalam satu uterus. Mioma pada serviks dapat menonjol ke dalam satu
saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan
sabit. Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari
berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan
(whorle like pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan
ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini.2,3
Gambar 1. Jenis-jenis mioma uteri
g. Mioma uteri dan kehamilan5
Mioma mungkin menurunkan fertilisasi tapi tidak jarang kita melihat
kasus mioma (bahkan mioma yang besar) disertai dengan kehamilan dan
disusul dengan persalinan yang normal. Maka Kalau tidak ada sebab-sebab
infertitlitas lainnya dapat dilakukan miomektomi untuk membesarkan
kemungkinan hamil. Angka kehamilan setelah miomektomi 25-40%.
Berhasil atau tidaknya miomektomi tergantung pada faktor sebagai
berikut:
1. Besarnya
2. Apakah tumornya soliter atau multiple
3. Lokalisasinya dalam hubungan dengan cornu dan endometrium.
Walaupun miomektomi tidak sering dilakukan sebagai pengobatan mioma,
terapi ini masih mempunyai tempat bagi wanita-wanita yang masih ingin
mempunyai anak.3
Pengaruh mioma uteri pada kehamilan:
Pengaruhnya tergantung pada lokalisasi mioma uterinya, antara lain:
1. Infertilitas
2. Saat hamil dapat menimbulkan:
Kelainan letak janin intrauteri
Kemungkinan abortus lebih besar.
Gangguan implatansi plasenta
3. Inpartu dapat terjadi:
Terjadi gangguan his dalam bentuk inersia uteri primer, sehingga
kemajuan persalinan menjadi terlambat.
Gangguan vaskularisasi ke mioma uteri, sehingga mioma
mengalami degenerasi.
Mioma merah karena darah yang telah masuk menuju mioma
tidak dapat keluar sehingga menimbulkan warna merah karena
eritrositnya tertimbun
Pembentukan jaringan hialin ikatnya tinggi sehingga
menyebabkan mioma uteri mengalami hialin degenerasi.
Mioma uteri servikal atau bertangkai dapat menimbulkan
gangguan persalinan karena dapat menghalagi jalan lahir,
sehingga memerlukan tindakan seksio sesaria.
4. Saat postpartum dapat terjadi
Dapat terjadi atonia uteri dan terjadi perdarahan
Gangguan kontraksi- reaksi otot uterus sehingga menimbulkan
retensio plasenta dan terjadi perdarahan.
Pelepasan plasenta tidak sempurna sehingga terjadi plasenta reset
yang dapat mengalami perubahan dan menimbulkan:
Perdarahan postpartum sekunder
Menjadi sumber infeksi
Menjadi plasental polip.2,4
Pengaruh kehamilan pada mioma:
1 Trimester pertaman terjadi pertambahan konsentrasi hormon estrogen
yang cepat sehingga estrogen dapat meningkatkan tumbuh kembang
mioma uteri dengan cepat.
2 Setelah trimester II dan III pertumbuhannya menjadi stabil.
3 Gangguan sirkulasi aliran darah menuju mioma uteri akibat kontraksi
Braxton hicks dapat menyebabkan stagnasi darah pada mioma uteri,
sehingga terjadi “ red degenerasi atau degenerasi karnova” yang
menimbulkan gejala nyeri di perut bagian bawah disertai demam dan
leukositosis.3,6
h. Komplikasi2
Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat
degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada
sarang mioma. Perubahan sekunder tersebut antara lain:
1. Atrofi :Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan berakhir
mioma uteri menjadi kecil.
2. Degenerasi hialin.
Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita usia lanjut.
Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi
sebagian besar atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah
memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
3. Degenerasi kistik.
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, sebagian dari mioma
menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur
berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas
dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan
konsistansi yang lunak tumor ini sukar dibedakan dari kista ovarium
atau suatu kehamilan.
4. Degenerasi membatu.
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya
gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur
pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan
bayangan pada foto rontgen.
5. Degenerasi merah.
Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis
diperkirakan karena suatu nekrosis subakut akibat gangguan
vaskularisasi. Pada pembelahan dapat terlihat sarang mioma seperti
daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin
dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada
kehamilan muda yang disertai emesis dan haus, sedikit demam dan
kesakitan, tumor dan uterus membesar dan nyeri pada perabaan.
Penampilan klinik seperti ini menyerupai tumor ovarium terpuntir atau
mioma bertangkai.
6. Degenerasi lemak.
Keadaan ini jarang dijumpai, tetapi dapat terjadi pada degenerasi
hialin yang lanjut, dikenal dengan sebutan fibrolipoma.1
i. Terapi mioma dengan kehamilan
Sedapat-dapatnya diambil sikap konservatif karena miomektomi pada
kehamilan sangat berbahaya disebabkan kemungkinan perdarahan hebat
dan juga dapat menyebabkan abortus.
Operasi terpaksa kita lakukan Kalau ada penyulit-penyulit yang
menimbulkan gejala akut atau karena mioma sangat besar. Jika mioma
menghalangi jalan lahir dilakukan section caesarea disusul dengan
histerektomi tapi Kalau aan dilakukan enucleasi lebih baik ditunda sampai
sesudah nifas.3
Terapi
1. Konservatif dengan pemeriksaan periodic
Bila seorang wanita menderita mioma mencapai menopause, biasanya
tidak mengalami keluhan, bahkan dapat mengecil, oleh karena itu
sebaiknya mioma pada wanita premenopause tanpa gejala diobservasi
saja. Bila mioma besarnya sebesar kehamilan 12-14 minggu apalagi
disertai pertumbuhan yang cepat sebaiknya dioperasi, walaupun tidak
ada gejala/keluhan, sebab mioma yang besar, kadang-kadang
memberikan kesukaran pada operasi.
Pada masa postmenopause, mioma biasanya tidak memberikan
keluhan. Tetapi bila ada pembesaranmioma masa post menopause
harus dicurigai kemungkinan keganasan (sarcoma).2,3
2. Radioterapi
Hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat dioperasi (bad risk
patient).
Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan.
Bukan jenis submukosa
Tidak disertai radang pelvis, atau penekanan pada rektum
Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan
menopause.
Jenis radioterapi:;
Radium dalam kavum uteri
X-ray pada ovaria (castrasi)
Maksud radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan.
3. Operasi
Miomektomi dilakukan bila masih mengiginkan keturunan. Syaratnya
dilakukan kuretase dulu, untuk menghilangkan kemungkinan
keganasan.
Kelemahan:
Melemahkan dinding uterus- rupture uteri pada waktu hamil
Menyebabkan perlekatan
Residif.
Histerektomi
Dilakukan pada:
Mioma yang besar
Multiple
Pada wanita muda sebaiknya ditinggalkan 1 atau kedua ovarium,
maksudnya untuk :
Menjaga Jangan terjadi menopause sebelum waktunya
Menjaga gangguan coronair atau arteriosklerosis umum.
Sebaiknya dilakukan histerektomi totalis, kecuali bila keadaan tidak
mengizinkan dapat dilakukan histerektomi supravaginalis. Untuk
menjaga kemungkinan keganasan pada tumpul serviks, sebaiknya
dilakukan pap smear pada waktu tertentu.3,6,7
j. Seksio seserea pada kombinasi hamil dan mioma uteri
Pada umumnya, ditetapkan bahwa seksio sesaria saja tanpa mengangkat
mioma, karena dugaan:
a. Terjadi banyak perdarahan sebagai akibat:
Vaskularisasi rahim bertambah
operasi berlangsung lebih lama
Ada kemungkinan teknik operasi sulit3
b. Pengangkatan mioma hanya direkomendasikan bila terdapat hal-hal
berikut:
Subserosa mioma uteri dengan modifikasinya.
Bila perdarahan cukup banyak dan membahayakan penderita,
sebagian besar dilakukan histerektomi sehingga akan merugikan
penderita bila ingin dilakukan enukliasi mioma harus dapat
dilakukan dengan teknik operasi khusus:
Selesaikan dulu operasi seksionya sampai menutup berlapis
dengan perlindungan oksitosin drip dan intramural.
Dengan oksitosin akan dapat dilihat dengan jelas batas
miomanya.
Sekitar mioma sebaiknya ditambahn lagi suntikan oksitosin
sehingga pembuluh darahnya benar-benar tertutup oleh
pembuluh darah untuk mengurangi perdarahannya.3,6
DAFTAR PUSTAKA
1. Suwiyoga K. et all., 2003. Mioma Uterus dalam Buku Pedoman Diagnosis - Terapi dan Bagan Alir Pelayanan Pasien. SMF Obsgin FK UNUD RS Sanglah, Denpasar.
2. Wiknjosastro H. Buku Ilmu Kandungan Edisi 2., editor: Saifuddin A.B,dkk. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.1999: 346-366.
3. Manuaba, IBG. Mioma uteri dalam kehamilan; dalam Pengantar kuliah obstetri. Jakarta : EGC.2007. halaman 671-3
4. penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, Sp.OG. Jakarta EGC. 1998. Halaman 410-412
5. prosedur tetap obstetric dan ginekologi. dr.Chrisdiono M. Achadiat, Sp.OG. Jakarta : EGC, 2004 halaman : 94-7.
6. penuntun kepaniteraan klinik obstetric dan ginekologi, E/2 . mauaba, ida bagus gde. Jakarta: EGC 2003. Halaman: 308-311
7. bagian obstetric dan ginekologi FKUNPAD. Ginekologi. elstar offset : bandung. Halaman: 154-163.