referat praktik kedokteran
TRANSCRIPT
REFERRAT
REKAM MEDIS DALAM ETIKA HUKUM KEDOKTERAN
Disusun untuk memenuhi nilai midtest mata kuliah
Etika Hukum Kedokteran dan HAM
Oleh:
Luisa Vinadiya
I1A010051
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,
kenyamanan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum sebagaimana yang diamanatkan di dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 [1].
Dokter dan dokter gigi sebagai salah satu komponen utama pemberi
pelayanan kesehatan kepada masyarakat mmpunyai peranan yang sangat penting
karena terkait langsung dngan mutu pelayanan. Penyelenggaraan upaya kesehata
harus dilakukan oleh dokter dan dokter gigi yang memiliki etik dan moral tinggi,
keadilan dan kewenangan yang scara terus menerus harus ditingkatkan [1].
Salah satu unsur dalam sistem pelayanan kesehatan yang prima adalah
tersedianya pelayanan medis oleh dokter dan dokter gigi dengan kualtasnya yang
terpelihata sesuai dengan amanah Undang-Undang Noor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran. Dalam penyelenggaraan praktik kedokteran, setiap dokter
dan dokter gigi wajib mengacu pada standar, pedoman dan prosedur yang berlaku
sehingga masyarakat mendapat pelayanan medis secara profesional dan aman.
Sebagai salah satu fungsi pengaturan dalam UU Praktik Kedokteran yang
dimaksud adalah pengaturan tentang rekam medis yaitu pada Pasal 46 dan Pasal
47 [1,3]
Permasalahan dan kendala utama pada pelaksanaan rekam medis adalah
dokter dan dokter gigi tidak menyadari sepenhnya manfaat dan kegunaan rekam
medis, baik pada sarana pelayanan kesehatan maupun pada praktik perorangan,
akibatnya rekam medis dibuat tidak lengkap, tidak jelas dan tidak tepat waktu.
Saat ini telah ada pdoman rekam medis yang diterbitkan oleh Departemen
Kesehata RI, namun pedoman tersebut haya mengatur rekam medis rumah sakit
[1].
Karena itu, diperlukan acuan rekam medis penyelenggaraan praktik
kedokteran yang berkaitan dengan aspek hukum yang berlaku baik untuk rumah
sakit negeri, swasta, khusus, puskesmas, perorangan, dan pelayanan kesehatan
lainnya. Rekam medis merupakan hal yang sangat menentukan dalam
menganalisa suatu kasus sebagai alat bukti utama yang akurat [1].
1.2 Tujuan [1]
1.2.1 Sebagai acuan dalam pelaksanaan praktik kedokteran dalam upaya
pelayanan kesehata
1.2.2 Sebagai acuan untuk membuat rekam medis
1.2.3 Sebagai acuan agar dapat lebih mengetahui perlunya membuat
rekam medis untuk kepentingan dokter, pasin, sarana pelayanan
kesehatan dan perkembangan ilmu pengetahuan
1.3 Manfaat [1]
1.3.1 Memandu dokter dan dokter gigi dalam membuat rekam medis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Arti Rekam Medis
Di dalam membahas pengertian rekam medis, terlebih dahulu akan
dikemukakan arti dari rekam medis itu sendiri. Rekam medis diartikan sebagai
keterangan baik yang tertulis maupun rekaman tntang identitas, anamnesa,
penentuan fisik, laboratorium, diagnosis, segala pelayanan dan tindakan medis
yang diberikan kepada pasien, dan pengobatan baik dirawat inap, rawat jalan
maupun yang mendapat pelayanan gawat darurat. Jika diartikan secara dangkal,
rekam medis seakan-akan hanya merupakan catatan dan dokumen tentang
keadaan pasien, tetapi kalau dikaji secara dalam, rekam medis mempunyai makna
yang lebih luas daripada hanya sekedar catatan biasa karena di dalam catatan
adalah tercermin segala informasi menyangkut seorang pasien. Rekaman itu akan
dijadikan dasar di dalam menentukan tindakan lebih lanjut dalam upaya pelayanan
tindakan medis lainnya untuk seorang pasien yang datang ke rumah sakit [2,4].
Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas, bukan hanya sekedar
kegiatan pencatatan. Rekaman medis mempunyai pengertian sebagai sistem
penyelenggaraan rekam medis. Kegiatan pencatatannya sendiri hanya merupakan
salah satu kegiatan dari penyelenggaraan rekam medis. Penyelenggaraan rekam
medis adalah proses yang dimulai pada saat pasien diterima di rumah sakit,
diteruskan kegiatan pencatatan data medis selama pasien itu mendapatkan
pelayanan medis di rumah sakit, dan dilanjutkan dengan penanganan berkas
rekam medis yang meliputi penyelenggaraan, penyimpanan serta pengeluaran
berkas dari tempat penyimpanan untuk mlayani permintaan peminjam apabila dari
pasien atau untuk keperluan lainnya [2].
Dalam penjelasan pasal 46 ayat 1 UU Praktik Kedokteran, yang dimaksud
dengan rekam medis adalah berkas yang brisi catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien [2,3].
Dalam peraturan menteri kesehatan nomor 749a/Menkes/Per/XI 1/1989
tentang Rekam Medis dijelaskan bahwa rekam medis adalah berkas yang
berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan [1].
Kedua pengertian rekam medis diatas menunjukkan perbedaan yaitu
Pemenkes hanya menekankan pada sarana pelayanan kesehatan, sedangkan dalam
UU Praktik Kedokteran tidak. Ini menunjukkan pengaturan rekam medis pada UU
Praktik Kedokteran lebih luas, berlaku baik untuk sarana kesehatan maupun di
luar sarana kesehatan [1].
2.2 Tujuan Rekam Medis
Tujuan rekam medis adalah menunjang tercapainya tertib administrasi
dalam upaya peningkatan pelayaan kesehatan di rumah sakit. Tanpa didukung
suatu sistem pengelolaan rekam medis yag baik dan benar, mustahi tertib
administrasi akan berhasil sebagaimana yang diharapkan. Padahal, tertib
administrasi merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tujuan rekam medis secara inci akan terlihat
dan analog dengan kegunaan rekam medis itu sendiri [2].
2.3 Isi Rekam Medis
2.3.1 Catatan, merupakan uraian tentang identitas pasien, pemeriksaan
pasien, diagnosis, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain baik dilakukan oleh
dokter dan dokter gigi maupun tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan
kompetensinya.
2.3.2 Dokumen, merupakan kelengkapan dari catatan tersebut, antara lain,
foto rontgen, hasil laboratorium dan keterangan lain sesuai dengan kompetensi
keilmuannya.
2.3.3 Rekam medis pasien rawat inap sekurang-kurangnya memuat:
identitas pasien, pemeriksaan, diagnosis/ masalah, persetujuan tindakan medis,
tindakan / pengobatan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
2.4 Jenis Rekam Medis [2]
2.4.1 Rekam medis konvensional
2.4.2 Rekam medis elektronik
2.5 Manfaat Rekam Medis [1,2]
2.5.1 Aspek Medis
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medis, karena catatan tersebut
dipergunakan sebagai dasar untuk merncanakan pengobatan dan perawatan yang
harus diberikan kepada seorang pasien. Rekam medis bermanfaat sebagai dasar
dan petunjuk untuk merencanakan dan menganalisis penyakit serta merencanakan
pengobatan, perawatan dan tindakan medis yang harus diberikan kepada pasien.
2.5.2 Aspek Administrasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi karena isinya
menyangkut tindakan berdasarkan wewenangan dan tanggung jawab sebagai
tenaga medis dan paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan. Rekam
medis dapat digunakan sebagai bahan statistik kesehatan, khususnya untuk
mempelajari perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk menentukan jumlah
pada penyakit-penyakit tertentu.
2.5.3 Aspek Hukum
Rekam medis mempunyai nilai hukum karena isinya menyangkut masalah
adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam usaha menegakkan
hukum serta penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan keadilan.
2.5.4 Aspek Keuangan
Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan untuk menetapkan
pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. Catatan tersebut
dapat dipakai sebagai bukti pembiayaan kepada pasien. Tanpa bukti catatan
tindakan pelayanan, pembayaran biaya pelayanan di rumah skit tidak dapat
dipertanggungjawabkan.
2.5.5 Aspek Pendidikan dan Penelitian
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan karena isinya
menyangkut data informasi tentang perkembangan kronologis kegiatan pelayanan
medis yang diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai
bahan referensi pengajaran di bidang profesi si pemakai. Rekam mdis mempunyai
nilai penelitian karena isinya mengandung data atau informasi yang dapat
dipergunakan sebagai aspek penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di
bidang kesehatan.
2.6 Proses dalam Rekam Medis
Tata cara penerimaan pasien yang akan berobat ke poliklinik atau pun yang
akan dirawat adalah sebagian dari prosedur pelayanan rumah sakit. Dapat
dikatakan bahwa disinilah pelayanan pertama kali yang diterima oleh seorang
pasien saat tiba di rumah sakit. Tidaklah berebihan apabila dikatakan bahwa di
dalam tata cara penerimaan inilah seorang pasien mendapatkan kesan baik atau
pun tidak baik dari suatu rumah sakit. Tata cara melayani pasien dapat dinilai baik
bilamana dilaksanakan oleh petugas dengan sikap yang ramah, sopan, tertib, dan
penuh tanggung jawab [2].
Pencatatan disini adalah pendokumentasikan segala informasi medis
seorang pasien ke dalam rekam medis. Pada dasarnya pendokumentasian
merupakan memuat data yang akan menjadi bahan informasi. Data pasien dapat
dikelompokkan ke dalam 2 kelompok, yaitu (1) data sosial, dan (2) data medis.
Data sosial didapatkan pada saat pasien mendaftarkan diri ke tempat penerimaan
pasien. Data medis baru diperoleh dari pasien apabila pasien telah memasuki unit
pelayanan kesehatan. Petugas di unit pelayanan adalah dokter dan ahli-ahli profesi
kesehatan lainnya (termasuk penunjangnya, seperti radiologi, laboratorium), serta
unit perawatan [2].
Untuk mendapatkan catatan data medis yag baik ada beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh dokter dan ahli-ahli di bidang kesehatan lainnya, yaitu:
2.6.1 Mencatat data secara tepat waktu,
2.6.2 Mencatat data yang up to date,
2.6.3 Mencatat data secara cermat dan lengkap
2.6.4 Membuat catatan yang dapat dipercaya dann menurut kenyataan
2.6.5 Memilih data yang berkaitan dengan masalahnya
2.6.6 Mencatat data secara objektif
Semua bentuk catatan, baik hasil rekapitulasi harian maupun lembaran-
lembaran formuliir rekam medis, merupakan bahan yang perlu diolah untuk
selanjutnya dipakai sebagai bahan laporan rumah sakit. Sebelum dilakukan
pengolahan, berkas-berkas rekam medis tersebut diteliti kelengkapannya baik isi
maupun jumlahnya. Rekapitulasi dari sensus harian diolah untuk menyiapkan
laporan yang menyangkut kegiatan rumah sakit, sedangkan formulir rekam medis
diolah untuk menyiapkan laporan yang menyangkut morbiditas dan mortilitas [2].
2.7 Pertanggungjawaban Rekam Medis
Rumah sakit memiliki fungsi utama untuk memberikn perawatan dan
pengobatan yang sempurna kepada pasien baik pasien rawat inap, rawat jalan,
maupun pasien gawat darurat. Pimpinan rumah sakit bertanggung jawab akan
mutu pelayanan medis di rumah sakit yang diberikan kepada semua pasien.
Rekam medis sangat penting dalam mengemban mutu pelayanan medis yang
diberikan rumah sakit beserta staf mediknya. Rekam medis merupakan milik
rumah sakit yang harus dipelihara karena sangat berfaedah bagi pasien, dokter,
maupun rumah sakit [2].
Rumah sakit bertanggung jawab melindungi informasi yang ada di dalam
rekam medis terhadap kemungkinan hilangnya keterangan, pemalsuan data yang
ada di dalam rekam medis, atau penggunaan oleh orang yang semsetinya tidak
diberi izin. Rekam medis harus berisi data yang cukup terperinci, sehingga dokter
lain dapat mengetahui bagaimana pengobatan dan perawatan kepada pasien dan
konsulen dapat memberikan pendapat yang tepat setelah dia memerikanya atau
pun dokter yag bersangkutan dapat memperkirakan kembali keadaan pasien pada
masa yang akan datang dari prosedur yang telah dilaksanakan [2].
Tanggung jawab utama akan kelengkapan rekam medis terletak pada dokter
yang merawat. Tanpa memperdulikan ada atau tidaknya bantuan yang diberikan
kepadanya dalam melengkapi rekam medis terletak pada dokter yang merawat.
Tanpa memperdulikan ada atau tidaknya bantuan yang diberikan kepadanya
dalam melengkapi rekam medis dari staf lain di rumah sakit, dia mengemban
tanggung jawab terakhir akan kelengkapan dan kebenaran isi rekam medis. Di
samping itu untuk mencatat beberapa ketrangan medis seperti riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, dan ringkasan keluar (resume) kemungkinan bisa didelegasikan
pada Co asisten, asisten ahli, atau dokter lainnya [1,2].
Petugas rekam medis membantu dokter yang merawat dalam mempelajari
kembali rekam medis. Analisa kelengkapan isi di atas dimaksudkan untuk mencari
hal-hal yang kurang dan hal-hal yang masih meragukan serta menjamin bahwa
rekam medis telah dilaksanakan sesuai dengan kebijaksanaan dan peraturan yang
ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit, staf medik dan berbagai organisasi,
misalnya persatuan profesi yang resmi. Penganalisisan itu harus dilaksanakan
pada keesokan harinya setelah pasien dipulangkan atau meninggal sehingga data
yang kurang atau yang diragukan bisa dibetulkan sebelum fakta pasien terlupakan.
Dalam rangka membantu dokter pada penganalisisan kembali dari rekam medis,
personel rekam medis harus melakukan analisa kuantitatif dan kualitatif sekaligus
[2].
Pimpinan rumah sakit bertanggung jawab menyediakan fasilitas rekam
medis yang meliputi ruangan, peralatanm dan tenaga yang memadai. Dengan
demikian, tenaga di bagian rekam medis dapat bekerja dengan efektif dalam
memeriksa kembali, membuat indeks penyimpanan semua rekam medis dalam
waktu singkat. Ruangan pemeriksaan berkas rekam medis harus cukup untuk
mencatat, melengkapi, mengulang kembali tanda tangan bagi dokter [2].
Staf medis mempunyai peranan penting di rumah sakit dan
pengorganisasian staf medik tersebut secara langsung menentukan kualitas
pelayanan terhadap pasien. Makin baik pengorganisasiannya makin baik pula
pelayanan pada pasien. Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan tepat dan baik
direktur rumah sakit wakil mediknya membuat peraturan-peraturan yang
mengatur para anggota staf medis. Untuk itu, ia dapat membentuk komisi khusus
yang anggotanya diambil dari staf medis, menunjuk comitee staf medis untuk
melaksanakan beberapa tanggung jawab khusus yang diperlukan. Wakil direktur
medis yang merupakan atasan dari seluruh staf medis rumah sakit bertanggung
jawab terhadap efektifitas kegiatan pelayanan medis di rumah sakit. Tanggung
jawab dari pada wakil direktur medik ini disesuaikan dengan ketentuan yang telah
ditetapkan dalam keputusan Menteri Kesehatan RI tentang Organisasi dan Tata
Kerja Rumah Sakit Umum kelas A,B dan C [2].
2.8 Aspek Hukum, Disiplin, Etik dan Kerahasiaan Rekam Medis
Rekam medis dapat digunakan sebagai salah satu alat bukti tertulis di
pengadilan. Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik
kedokteran wajib menyimpan kerahasiaan yang menyangkut riwayat penyakit
pasien yang tertuang dalam rekam medis. Rahasia kedokteran tersebut dapat
dibuka hanya untuk kepentingan pasien untuk memenuhi permintaan aparat
penegak hukum (hakim majelis), permintaan pasien sendiri atau berdasarkan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku [1]
Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, rahasia
kedokteran (isi rekam medis) baru dapat dibuka bila diminta oleh hakim majelis di
hadapan sidang majelis. Dokter dan dokter gigi bertanggung jawab atas
kerahasiaan rekam medis sedangkan kepala sarana pelayanan kesehatan
bertanggung jawab menyimpan rekam medis [1].
Dalam pasal 79 UU Praktik Kedokteran secara tegas mengatur bahwa setiap
dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja tidak membuat rekam medis dapat
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 tahun atau denda paling banyak
Rp 50.000.000,00 [1].
Selain tanggung jawab pidana, dokter dan dokter gigi yang tidak membuat
rekam medis juga dapat dikenakan sanksi secara perdata, karena dokter dan dokter
gigi tidak melakukan yang seharusnya dilakukan dala hubungan dokter dengan
pasien [1].
Dokter dan dokter gigi yang tidak membuat rekam medis selan mendapat
sanksi huku juga dapat dikenanakan sanksi disiplin dan etik sesuai dengan UU
Praktik Kedokteran, Peraturan KKI, Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)
dan Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia (KODEKGI) [1].
2.9 Kaitan Medis dengan Manajemen Informasi Kesehatan
Di bidang kedokteran dan kedokteran gigi, rekam medis merupakan salah
satu bukti tertulis tentang proses pelayanan yang diberikan oleh dokter dan dokter
gigi. Di dalam rekam medis berisi data klinis pasien selama proses diagnosis dan
pengobatan (treatment). Oleh karena itu setiap kegiatan pelayanan medis harus
mempunyai rekam medis yang lengkap dan akurat untuk setiap pasien dan setiap
dokter dan dokter gigi wajib mengisi rekam medis dengan benar, lengkap dan
tepat waktu [2]
Dengan berkembangnya evidence based medicine dimana pelayanan medis
yang berbasis data sangatlah diperlukan maka data dan informasi pelayanan medis
yang berkualitas terintegrasi dengan baik dan benar sumber utamanya adalah data
klinis dari rekam medis. Data klinis yang bersumber dari rekam medis semakin
penting dengan berkembangnya rekam medis elektronik, dimana setiap entry data
secara langsung menjadi masukan (input) dari sistem/manajemen informasi
kesehatan [2].
Manajemen informasi kesehatan adalah pengelolaan yang memfokuskan
kegiatannya pada pelayanan kesehatan dan sumber informasi pelayanan kesehatan
dengan menjabarkan sifat alami data, struktur dan menerjemahkannya ke berbagai
bentuk informasi demi kemajuan kesehatan dan pelayanan kesehatan perorangan,
pasien dan masyarakat. Penanggung jawab manajemen informasi kesehatan
berkewajiban untuk mengumpulkan, mengintegrasikan dan menganalisis data
pelayanan kesehatan primer dan sekunder, mendesiminasi informasi, menata
sumber informasi bagi kepentingan penelitian, pendidikan, perencanaan dan
evaluasi pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terintegrasi [2].
Agar data di rekam medis dapat memenuhi permintaan informasi diperlukan
standar universal yang meliputi [2] :
a. Struktur dan isi rekam medis
b. Keseragaman dalam penggunaan simbol, tanda, istilah, singkatan dan
ICD
c. Kerahasiaan dan keamanan data.
Rekam medis sangat terkait dengan manajemen informasi kesehatan karena
data-data di rekam medis dapat dipergunakan sebagai [2] :
a. alat komunikasi (informasi) dan dasar pengobatan bagi dokter, dokter gigi
dalam memberikan pelayanan medis.
b. Masukan untuk menyusun laporan epidemiologi penyakit dan demografi
(data sosial pasien) serta sistem informasi manajemen rumah sakit
c. Masukan untuk menghitung biaya pelayanan
d. Bahan untuk statistik kesehatan
e. Sebagai bahan/pendidikan dan penelitian data.
2.10 Aspek Medikolegal Rekam Medis
2.10.1 UU RI No 29 Tahun 2004 Pasal 46 [3] :
(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran
wajib membuat rekam medis.
(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera
dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan.
(3) Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu dan tanda
tangan petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan.
2.10.2 Penjelasan Pasal 46 UU RI No 29 tahun 2004
(1) Yang dimaksud dengan rekam medis adalah berkas yang
berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien.
(2) Dalam hal terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan pada
rekam medis, berkas dan catatan tidak boleh dihilangkan atau
dihapus dengan cara apapun. Perubahan catatan atau kesalahan
dalam rekam medis hanya dapat dilakukan dengan pencoretan
dan dibubuhi paraf petugas yang bersangkutan.
(3) Yang dimaksud dengan petugas adalah dokter atau dokter gigi
atau tenaga kesehatan lain yang memberikan pelayanan
langsung kepada pasien. Apabila dalam pencatatan rekam medis
menggunakan teknologi informasi elektronik, kewajiban
membubuhi tanda tangan dapat diganti dengan menggunakan
nomor identitas pribadi (personal identification number)
2.10.3 UU RI No 29 tahun 2004 Pasal 47
(1) Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46
merupakan milik dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan
kesehatan, sedangkan isi rekam medis merupakan milik pasien.
(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi
dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
(3) Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
2.10.4 Peraturan Menteri Kesehatan RI No 1419/Menkes/Per/X/2005 Pasal
16
(1) Dokter dan dokter gigi dalam pelaksanaan praktik kedokteran
wajib membuat rekam medis.
(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai ketentuan perundang-undangan
2.11 Sanksi Kalau Tidak Membuat Rekam Medis
2.11.1 UU RI No 29 Tahun 2004 Pasal 79
(a) Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau
denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah),
setiap dokter atau dokter gigi yang:
(b) Dengan sengaja tidak membuat rekam medis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1)
2.11.2 Sanksi Administratip : UU RI No 29 Tahun 2004 Pasal 69
(1) Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia
mengikat dokter, dokter gigi dan Konsil Kedokteran Indonesia.
(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
dinyatakan tidak bersalah atau pemberian sanksi disiplin.
(3) Sanksi disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
berupa:
a. pemberian peringatan tertulis.
b. rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin
praktik
c. kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi
pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi.
2.11.3 Peraturan Menteri Kesehatan RI No 1419/Menkes/Per/X/2005 Pasal
24
(1) Menteri, Konsil Kedokteran Indonesia, Pemerintah Daerah, dan
organisasi profesi melakukan pembinaan dan pengawasan
pelaksanaan peraturan ini sesuai dengan fungsi, tugas dan
wewenang masing-masing.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diarahkan pada pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan
yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi.
2.11.4 Peraturan Menteri Kesehatan RI No 1419/Menkes/Per/X/2005 Pasal
25
• Dalam rangka pembinaan dan pengawasan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dapat mengambil tindakan administratip
terhadap pelanggaran ini.
• Sanksi administratip sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat berupa
peringatan lisan, tertulis sampai pencabutan SIP.
• Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam memberikan sanksi
administratip sebagaimana dimaksud ayat (2) terlebih dahulu
dapat mendengar pertimbangan organisasi profesi.
2.11.5 Pasal 26 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut SIP
dokter dan dokter gigi:
a. Atas dasar keputusan MKDKI
b. STR dokter atau dokter dicabut oleh Konsil Kedokteran
Indonesia dan
c. Melakukan tindakan pidana
DAFTAR PUSTAKA
1. Samil, Ratna Suprapti. 1994. Etika Kedokteran Indonesia. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI
2. Anonym. 2008. Manual Komunikasi Efektif Dokter- Pasien. Jakarta: Konsil
Kedokteran Indonesia
3. Jacobalis, Samsi. 2005. Perkembangan Ilmu Kedokteran, Etika Medis dan
Bioetika. Jakarta: CV Sagung Seto
4. Guwandi, J. 1994. 208 Tanya Jawab Persetujuan Tindakan Medik. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI
5. Anonym. 2009. Pnyelenggaraan Praktik Kedokteran yang Baik di Indonesia.
Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia