referat neurodermatitis

23
NEURODERMATITIS I. PENDAHULUAN Neurodermatitis adalah peradangan kulit kronis, yang ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak menonjol (likenifikasi) menyerupai batang kayu. Gejala neurodermatitis timbul dikarenakan respon kutaneus terhadap garukan atau gosokan yang terus menerus karena rangsangan pruritogenik. Penyebab utama dari neurodermatitis belum diketahui, namun pada dasarnya gejala pruritus memilki peran sentral dalam timbulnya reaksi kulit berupa likenifikasi. Pada hipotesis mengenai pruritus dikatakan, pruritus dapat terjadi karena adanya penyakit yang mendasarinya, misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma Hodgkin, hipertiroid. Atau bisa karena penyakit kulit seperti dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, gigitan serangga, dan aspek psikologik dari tekanan emosi. Neurodermatitis dikenal juga dengan nama liken simplek kronik. Keluhan utamanya berupa gatal yang berulang dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan gejala berupa kulit yang menebal dan garis kulit yang menonjol (likenifikasi). Pada setiap individu, keluhan utama gatal yang lama bisa berbeda, semua bergantung dari respon kulit yang menerima rangsangan pruritogenik, penyakit yang mendasarinya dan emosinya. Variasi klinis dari neurodermatitis sering terjadi pada orang dewasa. Contohnya pada pasien yang memiliki 1

Upload: tiara-rahmawati

Post on 30-Nov-2015

630 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Neurodermatitis

NEURODERMATITIS

I. PENDAHULUAN

Neurodermatitis adalah peradangan kulit kronis, yang ditandai dengan kulit tebal

dan garis kulit tampak menonjol (likenifikasi) menyerupai batang kayu. Gejala

neurodermatitis timbul dikarenakan respon kutaneus terhadap garukan atau gosokan

yang terus menerus karena rangsangan pruritogenik. Penyebab utama dari

neurodermatitis belum diketahui, namun pada dasarnya gejala pruritus memilki peran

sentral dalam timbulnya reaksi kulit berupa likenifikasi. Pada hipotesis mengenai

pruritus dikatakan, pruritus dapat terjadi karena adanya penyakit yang mendasarinya,

misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma Hodgkin, hipertiroid.

Atau bisa karena penyakit kulit seperti dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi,

gigitan serangga, dan aspek psikologik dari tekanan emosi. Neurodermatitis dikenal

juga dengan nama liken simplek kronik. Keluhan utamanya berupa gatal yang

berulang dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan gejala berupa kulit

yang menebal dan garis kulit yang menonjol (likenifikasi). Pada setiap individu,

keluhan utama gatal yang lama bisa berbeda, semua bergantung dari respon kulit

yang menerima rangsangan pruritogenik, penyakit yang mendasarinya dan

emosinya. Variasi klinis dari neurodermatitis sering terjadi pada orang dewasa.

Contohnya pada pasien yang memiliki riwayat penyakit dermatitis atopik memiliki

onset lebih cepat untuk menjadi penyakit neurodermatitis dibandingkan dengan

pasien yang tidak memiliki riwayat penyakit dermatitis atopik. Pada umumnya pasien

yang menderita neurodermatitis telah mengetahui penyakitnya sudah sejak lama,

namun kebanyakan dari mereka tidak mengetahui tentang penyakitnya yang

dipengaruhi oleh penyakit yang mendasar dan keadaan emosinya. Pembahasan

mengenai neurodermatitis dalam makalah ini dapat digunakan untuk memberikan

penjelasan kepada masyarakat mengenai apa itu neurodermatitis, bagaimana

mendiagnosa neurodermatitis dan bagaimana tatalaksana pengobatan

neurodermatitis1,2.

1

Page 2: Referat Neurodermatitis

II. EPIDEMIOLOGI

Penyakit ini dapat mengenai semua kelompok umur mulai dari anak-anak sampai

dewasa. Kelompok usia dewasa 30 – 50 tahun paling sering mengalami keluhan

neurodermatitis. Neurodermatitis dapat terjadi pada laki-laki dan wanita, tetapi lebih

sering dilaporkan terjadi pada wanita terutama pada umur pertengahan Individu.

Neurodermatitis jarang terjadi pada anak-anak, karena neurodermatitis merupakan

penyakit yang bersifat kronis dan dipengaruhi oleh keadaan emosi dan penyakit yang

mendasarinya. Dilihat dari ras dan suku bangsa, Asia terutama ras mongoloid lebih

sering terkena penyakit ini kemungkinan karena faktor protein yang dikonsumsinya

berbeda dengan ras dan suku bangsa lainnya1,2. .

III. ETIOPATOGENESIS

Pruritus memainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa

likenifikasi. Hipotesis mengenai pruritus dapat oleh karena adanya penyakit yang

mendasari, misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma Hodgkin,

hipertiroid, penyakit kulit seperti dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, gigitan

serangga, dan aspek psikologi dengan tekanan emosi. Pada neurodermatitis jumlah

eosinofil meningkat. Eosinofil yang berisi protein X dan protein kationik akan

menimbulkan degranulasi sel mast . Degranulasi sel mast akan mengaktifkan sel-sel

saraf sumsum tulang sebagai kompensasinya. Sel-sel saraf yang berisi CGRP

(Calcitonin Gene-Related Peptide) dan SP (substance P), jumlahnya di dermis juga

akan meningkat sehingga akan melepaskan histamin dari sel mast yang selanjutnya

akan memicu pruritus. Semakin tinggi eosinofil pasien yang mengalami

neurodermatitis akan semakin sering pasien mengeluh gejala gatal1-3.

Trauma mekanik kronis pada kulit berupa garukan atau gosokan akan

mengakibatkan penebalan pada kulit. Garukan dan gosokan berulang (yang dipicu

factor asing atau dari diri sendiri) menghasilkan nodular likenifikasi dan

hyperkeratosis. Gatal pada neurodermatitis bersifat lokal. Tempatnya tergantung

dimana sering terpapar rangsangan pruritogenik. Pada individu yang mengalami

neurodermatitis rasa ingin menggaruk sangat besar, pasien akan merasakan adanya

2

Page 3: Referat Neurodermatitis

gatal yang hebat dan tidak dapat mengontrol untuk menggosok atau menggaruk pada

tempat yang gatal2.

Neurodermatitis dipengaruhi oleh keadaan emosi pasien. Gejalanya akan timbul

seiring dengan emosi pasien yang tinggi. Dari pemeriksaan efloresensi akan tampak

hiperpigmentasi pada kulit, lesi purpura dengan permukaan tidak rata, ekskoriasi

pada tempat yang gatal dan dapat menjadi krusta. Hasil efloresensi ini disebabkan

karena seringnya pasien menggaruk bagian yang gatal. Dari hasil studi

immunohistokimia menunjukkan peningkatan jumlah dari sel-sel saraf pada kulit

terjadi terutama pada neurodermaitis. Pada pemeriksaan biopsy kulit menunjukkan

secara signifikan penurunan kepadatan jaringan saraf intraepidermal, yang mengacu

pada subklinikal neuropati sejumlah kecil jaringan. Pada studi lainnya

mengindikasikan bahwa sitokin berhubungan dengan STAT 6 beraktivasi bersama

dengan beberapa stimulus yang tidak diketahui yang mengaktivasi STST 3 yang

mempunyai peranan penting dalam pathogenesis neurodermatitis.2,3

Pada pasien yang memiliki faktor predisposisi, garukan kronik dapat

menimbulkan penebalan dan likenifikasi. Jika tidak diketahui penyebab yang nyata

dari garukan, maka disebut neurodermatitis sirkumskripta. Adanya garukan yang

terus-menerus diduga karena adanya pelepasan mediator dan aktivitas enzim

proteolitik. Walaupun sejumlah peneliti melaporkan bahwa garukan dan gosokan

timbul karena respon dari adanya stress. Adanya sejumlah saraf mengandung

immunoreaktif  CGRP (Calsitonin Gene-Related Peptida) dan SP (Substance

Peptida) meningkat pada dermis. Hal ini ditemukan juga pada prurigo nodularis, tetapi

tidak pada neurodermatitis sirkumskripta. Sejumlah saraf  menunjukkan imunoreaktif

somatostatin, peptide histidine, isoleucin, galanin, dan neuropeptida Y, dimana sama

pada neurodermatitis sirkumskripta, prurigo nodularis dan kulit normal. Hal tersebut

menimbulkan pemikiran bahwa proliferasi nervus akibat dari trauma mekanik, seperti

garukan dan goresan. SP dan CGRP melepaskan histamin dari sel mast, dimana

akan lebih menambah rasa gatal. Membran sel schwann dan sel perineurium

menunjukkan peningkatan dan p75 nervus growth factor, yang kemungkinan terjadi

akibat dari hyperplasia neural. Pada papilla dermis dan dibawah dermis alpha-MSH

(Melanosit Stimulating Hormon) ditemukan dalam sel endotel kapiler4.

3

Page 4: Referat Neurodermatitis

IV. GEJALA KLINIS

Keluhan utama dari neurodermatitis ialah gatal berulang. Pasien akan mengeluh

gatal yang hilang timbul terutama saat sore hari. Rasa gatal memang tidak terus

menerus, biasanya pada waktu tidak sibuk, bila muncul sulit ditahan untuk tidak

digaruk. Penderita merasa enak bila digaruk; setelah luka, baru hilang rasa gatalnya

untuk sementara (karena diganti dengan rasa nyeri). Lesi biasanya tunggal, pada

awalnya berupa plak eritematosa, sedikit edema, lambat laun edema dan eritema

menghilang, bagian tengah berskuama dan menebal, likenifikasi dan ekskoriasi;

sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas. Gambaran klinis

dipengaruhi juga oleh lokasi dan lamanya lesi akibat digaruk. Letak lesi dapat timbul

dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan adalah di scalp, tengkuk, samping leher,

lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha bagian medial, lutut,

tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki1,3

Neurodermatitis di daerah tengkuk (lichen nuchae) umumnya hanya pada wanita,

berupa plak kecil di tengah tengkuk atau dapat meluas hingga ke scalp. Biasanya

skuamanya banyak menyerupai psoriasis. Variasi klinis neurodermatitis dapat berupa

prurigo nodularis, akibat garukan atau korekan tangan penderita yang berulang-ulang

pada suatu tempat. Lesi berupa nodus berbentuk kubah, permukaan mengalami erosi

tertutup krusta dan skuama, lambat laun menjadi keras dan berwarna lebih gelap

(hiperpigmentasi). Lesi biasanya multipel; lokalisasi tersering di ekstremitas;

berukuran mulai beberapa milimeter sampai 2 cm1

Keparahan gatal dapat diperburuk bila pasien berkeringat, pasien berada pada

suhu yang lembab, atau pasien terkena benda yang merangsang timbulnya gatal

(alergen). Gatal juga dapat bertambah pada saat pasien mengalami stress psikologis.

Pada pasien muda, keluhan gatal umumnya kurang dirasakan karena tidak begitu

mengganggu aktivitasnya, akan tetapi keluhan gatalnya sangat dirasakan seiring

bertambahnya usia dan faktor pemicu stressnya. Kelainan kulit yang terjadi bisa

berupa eritem, edema, papul, likenifikasi (bagian yang menebal), kering, berskuama

atau hiperpigmentasi. Ukuran lesi bervariasi, berbatas tidak tegas dan bentuk

umumnya tidak beraturan. Lesi pada setiap individu pasien berbeda. Tidak ada

penjelasan yang tegas mengenai berapa lama lesi pada neurodermatitis terbentuk.

4

Page 5: Referat Neurodermatitis

lesi tergantung dari sering dan lamanya pasien mengalami keluhan gatal dan

menggaruknya. Dari pemeriksaan efloresensi, lesi tampak likenifikasi berupa

penebalan kulit dengan garis-garis kulit yang semakin terlihat, terlihat plak dengan

ekskoriasi serta sedikit eritematosa (memerah) dan edema. Pada lesi yang sudah

lama, lesi akan tampak berskuama pada bagian tengahnya, terjadi hiperpigmentasi

(warna kulit yang digaruk berubah menjadi kehitaman) pada bagian lesi yang gatal,

bagian eritema dan edema akan menghilang, dan batas lesi dengan bagian kulit

normal semakin tidak jelas.3,4

Likenifikasi, Hiperpigmentasi

Likenifikasi, Ekskoriasi

Eritematosa, Edema

Gambar 2. Lesi neurodermatitis berupa plak eritematosa, edema, likenifikasi, hiperpigmentasi dan ekskoriasi

Koleksi sendiri.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Pemeriksaan Uji Tempel

Pemeriksaan uji tempel bertujuan untuk memeriksa riwayat alergi pasien.

pemeriksaan uji tempel biasanya dilakukan di punggung. Untuk melakukan uji temple

diperlukan antigen, antigen standar buatan pabrik yang biasa dipakai, misalnya Finn

Chamber System Kit. Adakalanya tes uji tempel dilakukan dengan antigen bukan

standar dapat berupa bahan kimia murni, atau lebih sering bahan campuran yang

berasal dari rumah atau lingkungan kerja yang bersifat toksik1.

Pemeriksaan uji tempel dilakukan dengan mengambil potongan kecil bahan alergen

yang sudah direndam dengan air garam kemudian dtempelkan ke kulit dengan

memakai Finn Chamber dan dibiarkan selama 48 jam. Pembacaan hasil uji tempel 5

Page 6: Referat Neurodermatitis

dilakukan secara dua kali pembacaan. Pembacaan pertama setelah 48 jam

sedangkan pembacaan kedua setelah 72 atau 96 jam. pembacaan pertama bertujuan

untuk memeriksa respon tubuh pasien terhadap antigen dan pembacaan yang kedua

bertujuan untuk membedakan antara kontak alergi dengan kontak iritan1.

Hasil pembacaan yang pertama (48 jam)1 :

1.) Reaksi lemah : eritema, Infiltrat, papul

2.) Reaksi kuat : edema atau vesikel

3.) Reaksi sangat kuat : bula atau ulkus

4.) Meragukan : hanya macula eritematosa

5.) Iritasi : terbakar, pustule atau purpura

6.) Reaksi negatif

7.) Excited skin

8.) Tidak dites

Hasil pembacaan yang kedua (72 jam)1:

1) Reaksi Crescendo : reaksi alergi, reaksi semakin jelas dari pembacaan satu dan

kedua

2) Reaksi Descrescendo : reaksi iritan, reaksi respon kuli cenderung menurun atau

membaik

B. Pemeriksaan Laboratorium

Dasar gejala neurodermatitis ialah pruritus. Pruritus terjadi bisa berasal dari reaksi

alergi pasien atau reaksi penyakit yang mendasarinya (gangguan metabolisme atau

gangguan hematologi). Untuk mengobati neurodermatitis kita juga harus mengetahui

penyakit dasar yang menyebabkan terjadinya pruritus. Pemeriksaan laboratorium

bertujuan untuk mengetahui penyakit dasarnya. Dalam pemeriksaan laboratorium

bisa dilakukan pemeriksaan hitung darah lengkap, pemeriksaan hitung jenis,

pemeriksaan fungsi hati, pemeriksaan fungsi ginjal, dan pemeriksaan gula darah.

Gangguan metabolism yang sering menyebabkan pruritus, contohnya ialah diabetes

mellitus. Pada pasien diabetes mellitus yang lanjut, pasien akan mengalami

neuropati. Neuropati menyebabkan pasien kurang sensitif terhadap infeksi dan

allergen dari luar. Sehingga pasien akan terkena allergen secara berulang tanpa

6

Page 7: Referat Neurodermatitis

disadari. Semakin sering pasien terkena allergen, semakin sering pasien mengeluh

gatal maka akan semakin mudah pasien mengalami neurodermatitis. Pada

pemeriksaan hitung jenis, kita juga bisa memeriksa kadar eosinofil pasien, terutama

pasien yang memiliki riwayat alergi1,2

C.Histopatologi

Gambaran histopatologi neurodermatitis memperlihatkan Penebalan epidermis

sehingga tampak ortokeratosis, hipergranulosis, akantosis dengan rate ridges

memanjang teratur dan kadang didapatkan sedikit papilomatosis dan spongiosis.

berserbukan sel radang limfosi dan histiosit dis ekitar pembuluh darah dermis bagian

atas, fibroblast bertambah, kolagen menebal5.

Gambar 3. Gambaran histopatologi neurodermatitis berupa ortokeratosis, hipergranulosis, akantosis

dengan rate ridges memanjang teratur

Histopatologi neurodermatitis diunduh dari

http://missinglink.ucsf.edu/lm/dermatologyglossary/lichen_simplex_chronicus.html

VI. DIAGNOSIS

Diagnosis neurodermatitis ditegakkan berdasarkan anamnesa pasien mengenai

riwayat dan perjalanan penyakitnya dan gambaran lesi dari kulitnya yang khas.

Perlunya pemeriksaan lanjut digunakan untuk membedakan diagnosis yang memiliki

kesamaan dalam morfologi maupun efloresensinya. Dari anamnesis, keluhan utama

dari pasien biasanya ialah gatal-gatal pada kulit lokal yang terjadi sudah lama. Bisa

disertai dengan riwayat alergi ataupun riwayat penyakit yang mendasarinya (diabetes

mellitus) atau tidak. Dari pemeriksaan efloresensi bisa terlihat gambaran likenifikasi

berupa penebalan kulit dengan garis-garis kulit yang semakin terlihat, terlihat plak

7

Page 8: Referat Neurodermatitis

dengan ekskoriasi serta sedikit eritematosa (memerah) dan edema. Pada lesi yang

sudah lama, lesi akan tampak berskuama pada bagian tengahnya, terjadi

hiperpigmentasi (warna kulit yang digaruk berubah menjadi kehitaman) pada bagian

lesi yang gatal, bagian eritema dan edema akan menghilang6,7.

Gambar 4 Gambar 5

Gambar 4 . lesi erosi hingga ekskoriasi,eritema,sirkumskripta,likenifikasi,lokasi : ekstensor lengan bawah)

Gambar 5. likenifikasi pada bagian ekstensor ekstremitas inferior

Lesi neurodermatitis diunduh dari : http://venasaphenamagna.blogspot.com/2011/10/neurodermatitis-sirkumskripta.html

VII. DIAGNOSIS BANDING

A. Dermatitis atopik tipe dewasa

Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif.dengan

keluhan utama gatal. Dermatitis atopik sering berhubungan dengan peningkatan

kadar igE dalam serum atau riwayat atopi pada pasien atau keluarga pasien

(Rhinitis alergi atau asma bronkial). Kelainan kulit pada dermatitis atopik berupa

papul, ekskoriasi, dan likenifikasi. Persamaan dermatitis atopik dengan

neurodermatitis ialah adanya rasa gatal pada kulit disertai likenifikasi dan

hiperpigmentasi. Gangguan emosi juga mempengaruhi keadaan dermatitis atopik.

8

Page 9: Referat Neurodermatitis

Penyakit ini lebih banyak terdapat pada wanita, anak-anak dan remaja. Penyakit ini

cenderung menurun setelah usia 30 tahun.

Dari hasil penelitian Hanifin dan Rajka, dapat disimpulkan bahwa diagnosis

dermatitis atopik dapat ditegakkan jika memiliki kriteria mayor dan minor. Kriteria

mayor berupa keluhan pruritus (gatal-gatal), memiliki riwayat atopi penderita atau

keluarga, memiliki riwayat dermatitis yang kronis dan residif, serta umumnya pada

pasien dewasa dermatitis terjadi dibagian fleksura. Sedangkan kriteria minor berupa

xerosis, gatal bila berkeringat, muka pucat atau eritem, orbita gelap, sering

mengalami infeksi kulit, dan sering mengalami dermatitis nonspesifik pada tangan

atau kaki. Perbedaan antara dermatitis atopik dengan neurodermatitis bisa dilihat

dari tempat predileksinya dan riwayat atopi pada pasiennya. tempat predileksi dari

dermatitis atopik pada masa dewasa ialah disekitar lipat siku, lipat paha, disamping

leher, dahi dan disekitar mata8.

Gambar 2 Tampak : macula hiperpigmentasi, kering dan likenifikasi

dermatitis atopic diunduh darihttp://www.medicinenet.com8

B. Prurigo nodularis

Prurigo nodularis merupakan penyakit kronik pada orang dewasa yang ditandai

oleh adanya nodus kutan yang gatal, terutama terdapat dibagian ekstremitas bagian

ekstensor. Prurigo nodularis sering dianggap neurodermatits sirkumpskripta bentuk

nodular atipik atau dengan liken planus bentuk hipertropik. Bentuknya yang nodul

membuat klinis sering salah mengartikan antara prurigo nodularis dengan

neurodermatitis sirkumpskripta bentuk nodular atipik. Kausa dari prurigo nodularis

belum diketahui, tetapi serangan-serangan gatal timbul bila terdapat atau mengalami

ketegangan emosional. Prurigo nodularis merupakan penyakit kulit kronik yang

9

Page 10: Referat Neurodermatitis

sering menyerang orang dewasa terutama wanita. Lesinya berupa nodus, yang

tunggal atau multiple, bisa mengenai ekstremitas terutama tempat predileksinya

anterior paha dan tungkai bawah. Lesi bisa sebesar kacang polong dengan warna

merah atau kecoklatan. Keluhan utama prurigo nodularis ialah adanya rasa gatal

lokal yang terjadi sudah lama. Persamaan prurigo nodularis dengan neurodermatitis

ialah keluhan gatal kronis yang dipengaruhi oleh keadaan emosi, serta sering

terjadinya proses likenifikasi dan hiprepigmentasi jika sudah terjadi dalam jangka

waktu yang lama. Sedangkan perbedaan antara prurigo nodularis dengan

neurodermatitis ialah tempat predileksi prurigo nodularis pada bagian ekstremitas

ekstensor terutama anterior paha dan tungkai bawah, Lesinya berbatas tegas antara

lesi dengan kulit yang normal, Serta pada pemeriksaan histologik didapatkan

penebalan epidermis yang tampak hyperkeratosis, hipergranulosis, dan akantosis

yang tidak teratur (hiperplasi psoriasiformis)9.

Gambar 3 Tampak Papula miliar,likenifikasi dan hiperpigmentasi,skuama.

prurigo nodularis diunduh dari http//www.skinsight.com9

VIII. PENATALAKSANAAN

Penjelasan mengenai munculnya pruritus yang disebabkan oleh allergen atau

penyakit dasar yang menyebabkan gatal hingga terjadinya neurodermatitis

merupakan terapi non medika mentosa terbaik untuk pasien guna mencegah

timbulnya keluhan gatal berulang. Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa garukan

akan memperburuk keadaan penyakitnya, oleh karena itu harus dihindari. Selain

penjelasan diatas, mengurangi paparan terhadap allergen yang memicu terjadinya

pruritus juga berguna untuk mengurangi keadaan gatal berulang10.

10

Page 11: Referat Neurodermatitis

Terapi medika mentosa yang dapat diberikan ialah dengan pemberian obat

sesuai gejala. Untuk mengurangi rasa gatal dapat diberikan antipruritus dan

kortikosteroid topikal atau intralesi. Antipruritus dapat berupa antihistamin yang

mempunyai efek sedatif (contoh: hidroksizin, difenhidramin, prometazin) atau

tranquilizer. Dapat pula diberikan secara topikal krim doxepin 5% dalam jangka

pendek (maksimum 8 hari). Kortikosteroid yang dipakai biasanya berpotensi kuat,

Ada pula yang mengobati dengan UVB dan PUVA. Perlu dicari kemungkinan ada

penyakit yang mendasarinya, bila memang ada harus juga diobati 10

A. Antihistamin

Peranan antihistamin oral sangat penting dalam pengobatan pruritus.

Antihistamin siistemik sangat efektif untuk keluhan gatal yang hebat. Antihistamin

hanya digunakan untuk keluhan pruritus yang disebabkan oleh pelepasan histamin.

Karena belum tentu pruritus disebabkan oleh histamine maka antihistamin hanya

bisa mengurangi gejala pada keluhan tertentu. Antihistamin golongan H1 (generasi

pertama) : Clemastin, hydroxyzine, dan promethazin dapat diberikan untuk pasien

yang mengalami keluhan gatal dan disertai keluhan sulit tidur. Golongan H1 selain

membantu pasien untuk menghilangkan keluhan gatal, golongan H1 juga bersifat

sedative yang juga mengurangi pemicu pruritus seperti emosi. Antihistamin golongan

H2 (generasi kedua) meliputi:cetirizin,levocetirizin, loratadin, desloratadin, azelastin,

fexofenadin, ebastin, atau rupatadin. Antihistamin generasi kedua lebih ringan efek

sedatifnya. Antihistamin generasi kedua lebih tepat diberikan pada pasien-pasien

muda agar tidak menganggu aktivitasnya. Dalam pemberian antihistamin pasien

juga perlu diberitahu mengenai efek sampingnya. Berikut ini contoh antihistamin

topical10-12:

1.) Dipenhidramin,

Untuk meringankan gejala pruritus yang disebabkan oleh pelepasan histamine.

2.) Chlorpheniramine

Bekerja sama dengan histamine atau permukaan reseptor H1 pada sel efektor di

pembuluh darah dan traktus respiratori.

3.) Hidroxyzine

11

Page 12: Referat Neurodermatitis

Reseptor H1 antagonis diperifer. Dapat menekan aktifitas histamine diregion

subkortikal sistem saraf pusat.

B. Kortikosteroid

Pemberian kortikosteroid sangat penting pada pasien neurodermatitis. Kortikosteroid

baik oral amupun salep berguna untuk mempercepat penyembuhan dari lesi pasien.

Obat kortikosteroid sistemik yang sering digunakan prednisone 5 mg. Korikosteroid

topical ialah terapi medika mentosa pilihan karena dapat mengurangi peradangan

dan gatal serta perlahan-lahan menghaluskan hiperkeratosisnya. Karena lesinya

kronik. Pentalaksanaannya biasanya lama. Pada lesi yang besar dan aktif, steroid

potensi sedang dapat digunakan untuk mengobati inflamasi akut. Tidak

direkomendasikan untuk kulit yang tipis (vulva, skrotum, axilla dan wajah). Steroid

potensi kuat digunakan selama 3 minggu pada area kulit yang lebih tebal. Berikut ini

contoh obat kortikosteroid topical13 :

1.) Clobetasol

Topical steroid super poten kelas 1: menekan mitosis dan menambah sintesis

protein yang mengurangi peradangan dan menyebabakan vasokonstriksi.

2.) Betamethasone dipropionate cream 0,05%.

Untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja

mengurangi peradangan dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear

dan memeperbaiki permeabilitas kapiler.

3.) Triamcinolone 0,025 %, 0.1%, 0.5 % or ointment

Untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja

mengurangi peradangan dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear

dan memeperbaiki permeabilitas kapiler.

4.) Fluocinolone cream 0.1 % or 0.05%

Topical kortikosteroid potensi tinggi yang menghambat proliferasi sel.

Mempuyai sifat imonusupresif dan sifat anti peradangan.

C. Kalsinuerin Inhibitor

12

Page 13: Referat Neurodermatitis

Efek antipruritik dari topical kalsinerin inhibitor ditunjukkan dalam berbagai

studi.Pada kasus prurigo nodularis menunjukkan kesuksesan dari penggunaan

kalsinerin inhibitor takrolimus 0,1%. Seperti halnya dengan penggunaan

kortikosteroid topical ,efek samping dari kalsinuerin inhibitor dapat menyebabkan

Atropi.Pada saat pemerian kalsinerin inhibitor, pasien sebaiknya diberitahu

mengenai efek samping dan berhati-hati terhadap paparan sinar UV termasuk

fototerapi14.

D. Siklosporin

Pemberian siklosporin 3-5 mg mikroemulsi perkg berat badan perhari pada puritus

memberikan respon yang signifikan. Pada pemberian siklosporin sebaiknya tekanan

darah,pemeriksaan darah lengkap, transamin dan fungsi ginjal harus dikontrol

secara rutin. Siklosporin menghambat fungsi dari limfosit juga sel mast dan dapat

pula menekan pertumbuhan dari pruritus15.

IX. PROGNOSIS

Prognosis untuk neurodermatitis bervariasi, tergantung dari penyebab gatal dan

status psikologi dari pasien. Perbaikan pada neurodermtitis dapat sempurna jika

diperoleh dasar penyakit yang menyebabkan gatalnya dan mengobati penyakit yang

mendasari. Penyakit ini bersifat kronis dan setelah sembuh dengan pengobatan

biasanya residif1.

A. Fungsionam : dubia ad bonam, bersifat residif yang bisa menganggu aktivitas

pasien jika pasien tidak mampu mencegah terjadinya keluhan berulang

B. Vitam : ad bonam : neurodermatitis tidak menganggu keadaan vital pasien

C. Sanationam : dubia ad bonam : bersifat kronis dan residif, bergantung dari

kemampuan pasien untuk mencegah terjadinya pengulangan terjadinya pruritus.

X. KOMPLIKASI

Komplikasi dari neurodermatitis dapat terjadi bila tidak adanya control dari

kebiasaan menggaruk untuk keluhan gatalnya. Komplikasinya bisa berupa

13

Page 14: Referat Neurodermatitis

perubahan warna pada kulit yang permanen, terdapatnya bekas luka akibat garukan

sampai terjadinya ulkus karena seringnya pasien menggaruk2.

XI. KESIMPULAN

Neurodermatitis adalah peradangan kulit kronis, yang ditandai dengan gejala kulit

tebal dan garis kulit tampak menonjol (likenifikasi) menyerupai batang kayu.

Penyebab dari neurodermatitis tidak diketahui, namun pada dasarnya pruritus yang

berkepanjangan menjadi dasar pembentuk terjadinya lesi pada neurodermatitis.

Faktor resiko dari pruritus ialah penyakit yang mendasarinya contohnya diabetes

mellitus, penyakit kulit seperti dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, gigitan

serangga, atau aspek psikologi dengan tekanan emosi1. Neurodermatitis lebih sering

menyerang wanita dewasa dengan keluhan utamanya ialah gatal-gatal yang

berulang, Keparahan gatal dapat diperburuk bila pasien berkeringat, pasien berada

pada suhu yang lembab, atau pasien terkena benda yang merangsang timbulnya

gatal (alergen). Gatal juga dapat bertambah pada saat pasien mengalami stress

psikologis.

pada pemeriksaan efloresensi ditemukan lesi tampak likenifikasi berupa

penebalan kulit dengan garis-garis kulit yang semakin terlihat, terlihat plak dengan

ekskoriasi serta sedikit eritematosa (memerah) dan edema. Pada lesi yang sudah

lama, lesi akan tampak berskuama pada bagian tengahnya, terjadi hiperpigmentasi

(warna kulit yang digaruk berubah menjadi kehitaman) pada bagian lesi yang gatal,

bagian eritema dan edema akan menghilang, dan batas lesi dengan bagian kulit

normal semakin tidak jelas. Gejala pruritus kronis pada neurodermatitis harus

dibedakan dengan dermatitis atopik dan prurigo nodularis berdasarkan predileksi

tempatnya dan gambaran klinisnya. Terapi utama neurodermatitis ialah dengan

pengobatan non medika mentosa yakni dengan mencegah pemicu terjadinya

pruritus. Terapi medika mentosa yang bisa diberikan ialah kortikosteroid,

antihistamin, dan antibiotic jika sudah timbul luka akibat garukan. Komplikasi dari

neurodermatitis ialah ulkus dan hiperpigmentasi yang permanen. Prognosis dari

neurodermatitis umumnya baik, jarang terjadi pengulangan gejala hingga 14

Page 15: Referat Neurodermatitis

menganggu aktivitas jika pasien mengetahui dan mampu mencegah terjadinya

pemicu pruritus.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sularsito SA, Djuanda S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin .5 th.ed. Penerbit FKUI,

Jakarta 2005. p. 129-153

2. Koenig TW, Jones SG, Rencie A,Tausk FA.Noncutaneous manifestations of

skin.In:Freedberg IM,Eisen AZ,Wolff K,Austen KF, Goldsmith LA, KATZ

SC,editors.Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, 8thed. New York : Mc

Graw Hill 2012.p.158-162

3. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit 2nded. Penerbit buku

kedokteran EGC, Jakarta,2013.p.135-7

4. Murtiastuti D, Ervianti E, Agusni I, et al. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. 2nded.

Airlanggga Universityy Press, Surabaya, 2010 p 117-8

5. Histopatologi Neurodermatitis. Diunduh 8 Agustus 2013.

http://missinglink.ucsf.edu/lm/dermatologyglossary/lichen_simplex_chronicus.htm

6. Lesi Neurodermatitis. Diunduh 8 Agustus 2013.

http://venasaphenamagna.blogspot.com/2011/10/neurodermatitis-

sirkumskripta.html

7. Lichen Simplex Chronis. Diunduh 8 Agustus 2013.http://www.dermnet.com

/prurigo_nodularis.pic

8. Dermatitis Atopik. Diunduh 8 Agustus 2013.http://www.medicinenet.com

/dermatitis atopic.pic

9. Prurigo Nodularis. Diunduh 8 Agustus 2013.http://www.skinsight.com

/Lichensimplexchronic.

10.Dewoto, R. Hedi. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. FKUI, Jakarta 2008. P 273-

287

11.Radmanesh M,Sharifi M,Shafiei S. Iranian Journal of Dermatology vol

14.no1.Iranian Society of Dermatology.Sring 2011 pg 25-8

15

Page 16: Referat Neurodermatitis

12.Schulz S, Metz M, Siepmann D, et al.Antipruritic efficacy of high-dosage

antihistamine therapy. Results of a retrospectively analysed case series. Hautarzt

2009; 60: 564-8

13.Mazza M,Journal of clinical pharmacy and therapeutic vol 38 issue 1,pg16-

8,Febuary 2013.

14.Stander S, Schurmeyer HF,Luger TA, Weisshaar E.Treatment of pruritic disease

with topical calcineurin inhibitors. Ther Clin Risk Manag 2006;2 pg 213-8

15.Siepmann D, Luger TA, Stander S.Antipruritic effect of cyclosporine

microemulsion in pruritus : results of a case series.J Dtsch Dermatol Ges 2008;6

pg 941-6

16