referat colon in loop.docx
TRANSCRIPT
Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Referat
Universitas Haluoleo Juli 2013
COLON IN LOOP
Oleh:
Silvana Hitipeuw, S.Ked
Pembimbing:
dr. Hj. Asirah Aris, Sp.Rad
Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik
Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Haluoleo
KENDARI
2013
COLON IN LOOP
Silvana Hitipeuw, Asirah Aris
I. PENDAHULUAN
Colon in loop/barium enema merupakan prosedur medis yang digunakan
untuk mendiagnosa masalah pada kolon (large intestinal). Foto x-ray diambil
pada saan barium sulfat masuk ke kolon melalui rectum(1).
Pemeriksaan colon in loop/barium enema merupakan cara yang aman dan
akurat untuk studi diagnostic pada kolon. Tapi, pada kasus yang jarang,
komplikasi seperti perforasi usus, barium impact, reaksi alergi, dan aritmia
jantung kadang terjadi. Dari antara semuanya yang paling sering terjadi adalah
perforasi usus(2).
Pemeriksaan sangat tergantung dari persiapan usus yang tepat. Banyak
rejimen ada, sebagian besar mengandalkan pada kombinasi diet, pembatasan dan
overhydration penyucian. Pencahar digunakan biasanya bertindak dengan
meningkatkan ekskresi fekal air dan / atau dengan merangsang peristaltik kolon.
Pembersihan air enema kurang umum digunakan karena efek buruk dari barium
dipertahankan pada lapisan mukosa dari media kontras. Suspensi barium sulfat
sebaiknya diperkenalkan melalui sistem sekali pakai tertutup. Sebagai lawan dari
pemberian barium terbuka, sistem tertutup mengecualikan kemungkinan infeksi
silang dan memungkinkan drainase dubur bila diperlukan. Hal ini juga
memungkinkan penggunaan sebuah ujung enema dengan sisi-lengan untuk
insuflasi udara(3).
Gambar 1. Normal Barium Enema. (dikutip dari sumber 15).
II. PERSIAPAN
Pengeluaran feses menyeluruh dibutuhkan untuk mendapatkan gambar
yang akurat. Adanya feses akan mengacaukan hasil dan memberikan gambaran
adanya filling defect. Diet clear liquid dilakukan selama 24 jam untuk melakukan
pemeriksaan. Sangat diperlukan keadaan kolon yang ;bersih’, karena adanya feses
dapat menyerupai polip(1,4,17).
Dosis 10 ons magnesium sitrat (USP) diminumkan pada pukul 4, diikuti
dengan 120ml Neoloid 4 jam kemudian, lalu diikuti dengan meminum air dalam
gelas besar setiap jam setelah jam 12 siang, sekurangnya 10 gelas air. Biasanya,
pasien diperiksa tanpa didahului dengan makan pagi, karena hal tersebut dapat
menyebabkan adanya gas dalam perut dan secara tidak sengaja masuk ke kolon(4).
Pasien dengan kondisi abdominal akut biasanya dilakukan pemeriksaan
tanpa medium kontras. Akan tetapi, pada banyak kasus-kasus obstruksi, barium
harus digunakan, baik secara oral maupun secara enema. Pada kasus obstruksi
usus halus, barium diberikan per oral, sedangkan untuk kasus usus besar,
digunakan enema. Secara oral diberikan dalam jumlah sedikit dari dua sendok
makan(5).
Persiapan yang dilakukan oleh pasien sebelum prosedur pasien:
- Tidak ada makanan padat, hanya cairan bening sehari sebelum prosedur
- Pukul 8:00, 4 tablet Bisacodyl (Dulcolax) (5mg masing-masing) oral dengan 1-
2 gelas air
- Ambil 1 paket Pico-Salax di sekitar 11:00 pagi - campuran 5-ons (150ml)
dalam gelas air dingin. Campuran menjadi hangat, biarkan dingin sebelum
minum. Anda harus minum terus untuk memastikan semua pencahar telah
dibubarkan(16).
III. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Colon merupakan bagian paling distal dari tractus digestivus.
o Panjangnya kira-kira 1,5 – 2 m.
o Diameter sekitar 6,5 cm pada daerah caecum.
o Terbagi atas :
- Colon Ascendens
- Colon Transversum
- Colon Descendens
- Colon Sigmoid
o Terdapat 3 flexura:
- Flexura Hepatica : Di bawah hati , peralihan dari colon ascendens ke colon
transversum.
- Flexura Linealis : Di bawah pancreas , peralihan dari colon transversum ke
colon descendens.
- Flexura Sigmoidea : Peralihan dari colon descendens ke colon sigmoid.
o Terdapat diverticulum pada caecum yang disebut appendiks(6).
Gambar 2. Anatomi Kolon. (Dikutip dari kepustakaan 7)
Fungsi usus besar ialah menyerap air, vitamin, dan elektrolit, ekskresi
mucus serta menyimpan feses, dan kemudian mendorongnya keluar. Dari 700-
1000 ml cairan usus halus yang diterima oleh kolon, hanya 150-200 ml yang
dikeluarkan sebagai feses setiap harinya. Udara ditelan sewaktu makan, minum,
atau menelan ludah. Oksigen dan karbondioksida di dalamnya di serap di usus,
sedangkan nitrogen bersama dengan gas hasil pencernaan dari peragian
dikeluarkan sebagai flatus. Jumlah gas di dalam usus mencapai 500 ml sehari.
Pada infeksi usus, produksi gas meningkat dan bila mendapat obstruksi usus gas
tertimbun di saluran cerna yang menimbulkan flatulensi(8)
IV. KEUNTUNGAN COLON IN LOOP
Dibandingkan dengan kolonoskopi, barium enema aman. Tingkat perforasi
Barium enema adalah 1:25000, dibandingkan dengan 1:1700 Endoskopi.
Sumber daya yang tersedia. Sulit untuk membandingkan biaya antara studi
barium dan Endoskopi. Namun barium jauh lebih mudah diakses dan
dapat diatur dengan lebih sedikit penundaan bagi pasien dibandingkan
kolonoskopi(15).
V. KERUGIAN COLON IN LOOP
Paparan radiasi. Dosis adalah 5-10 millisieverts dibandingkan dengan foto
thorax 0.06 radiasi millisieverts per tahun. Pengguna radiasi ion
diwajibkan untuk menginformasikan semua wanita usia melahirkan anak
tentang risiko radiasi dalam kehamilan.
Berbahaya dengan adanya toksik megakolon(15).
VI. INDIKASI
Indikasi utama untuk pemeriksaan ini adalah:
o Colitis
o Hirschsprung’s disease
Gambar 3. Hirschsprung’s disease. Foto X-ray Posisi Supine menunjukkan
beberapa dilatasi usus, kebanyakan pada colon descenden. Udara terlihat pada
pelvis dan rerctosigmoid. (Dikutip dari sumber 11).
o Intestinal obstruction
o Intussusception
Gambar 4. Menunjukkan adanya filling defect di jejunum dengan claw-like
app. Loop distal terjadi yang filling defect kolaps(panah). (Dikutip dari
kepustakaan 12)
Gambar 5. Intussusception. (Dikutip dari sumber 13)
o perdarahan
o sebagai penunjang pada massa abdomen (1,9).
VII.KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi pada prosedur ini adalah:
o Megakolon toksik
Gambar 6. Toxic Megacolon. Colon mengalami dilatasi, dinding usus
udema disertai ‘thumbprinting’dan psedopolyps. (Dikutip dari sumber 10).
o Colitis pseudomembranosa
o Radioterapi
o Perforasi
o Biopsy dinding usus besar dengan ketebalan penuh(9).
Barium enema tidak boleh dilakukan pada wanita hamil kecuali ketika
informasi yang diberikan oleh tes sangat penting untuk pengobatan pasien dan ada
tidak ada alternatif yang cocok. Barium enema tidak boleh dilakukan jika telah
dilakukan operasi usus besar atau rektum (termasuk pembuangan polip) dalam
dua minggu terakhir. Barium enema biasanya tidak dipakai untuk menunjukkan
perdarahan perut yang tiba-tiba(14).
VIII. Prosedur Pemeriksaan
Metode kontras Tunggal
- Pasien diposisikan supine diatas meja pemeriksaan, dibuat foto
pendahuluan.
- Kemudian miring kearah kiri, sehingga bagian tubuh kanan terangkat
dengn kemiringan 35-40 derajat,lutut kanan fleksi dan diletakkan di depan
lutut kiri.
- Irrigator dipasang dengan tinggi kira-kira 24 inci diatas ketinggian anus,
volume barium sulfat kira-kira 2000 ml.
- Rectal tube dipolesi Vaseline, dimasukkan melalui anal kedalam rectum.
- Klem irrigator dibuka, barium akan mengalir masuk ke dalam rectum.
- Dengan dikontrol fluoroscopy, dibuat spot view/ foto untuk daerah yang
dicurigai ada kelainan.
- Bila pengisian barium sulfat telah mencapai ileo-caecal, klem ditutup
kembali, dibuat foto full filling dari colon.
- Pasien disuruh evakuasi di kamar kecil atau bila menggunakan irrigator set
disposable,bags direndahkan sehingga barium akan keluar dan ditampung
dengan receiver.
- Setelah evakuasi dibuat foto post evakuasi.
Posisi-posisi yang dibuat:
- PA/AP
- LAO
- RAO
- PA AXIAL/AP AXIAL
- Lateral
Posisi PA atau AP
Tujuan : Untuk menggambarkan seluruh colon dengan CP setinggi Crista Iliaca
Pasien : Supine atau prone, CR vertical
Kriteria gambar
- Seluruh usus besar tergambar termasuk semua flexura tampak.
- Columna vertebralis pada pertengahan film.
Posisi LAO
Tujuan : Untuk menggambarkan flexura linealis dan colon descendens
Pasien : LAO 45 derajat, CR vertikal, CP kira-kira 2 inci ke arah kanaari msl
setinggi crista iliaca
Kriteria gambar :
- Tampak gambaran flexura lienalis dan colon desenden
Posisi RAO
Tujuan : Untuk menggambarkan flexura hepatika,colon ascenden dan colon
sigmoid.
Pasien : RAO 35 – 45 derajat
CR vertikal, CP : kira-kira 2 inci ke arah kiri dari MSL setinggi crista iliaca
Kriteria gambar :
- Tampak gambaran flexura hepatika,colon ascendens,cecum,colon sigmoid.
Posisi PA axial
Tujuan : Untuk menggambarkan daerah rectosigmoid
Pasien : prone
CR : 30 – 40 derajat, CP : pada MSL setinggi sias
Film : 24 cm X 30 cm
Kriteria gambar :
- Tampak daerah rectosigmoid dengan superposisi yang lebih kecil di bandingkan
gambaran posisi PA
Posisi AP Axial
Tujuan : Untuk menggambarkan daerah rectosigmoid
Pasien : supine
CR : 30 - 40 derajat, CP : tepi bawah syimpisis pubis
Film : 24 X 30 cm
Kriteria gambar :
- Tampak gambaran daerah rectosigmoid dengan superposisi lebih kecil di
bandingkan dengan posisi AP
Posisi Lateral
Tujuan : untuk menggambarkan rectum dan daerah rectosigmoid
Pasien : Lateral recumbent padasisi kiri atau kanan
CR vertikal, CP : pada mid Axilari plane 5 – 7 cm di atas syimfisis pubis
Film : 24 X 30 cm
Kriteria gambar :
- Tampak rectum pada pertengahan kaset
- Kedua femur superposisi
Metode Kontras Ganda
- Metode satu tahap
- Dibuat foto pendahuluan : abdomen posisi AP
- Prosedur pemasukan bahan kontras positif sama dengan metode kontras tunggal
- Klem selang irigator dibuka bahan kontras(+) akan mengalir kira-kira 300-400
ml masuk ke dalam rektum dikontrol dengan fluoroscopy
- Bila kontras media positif telah mencapai colon transversum klem ditutup,meja
diposisikan horizontal,lalu pompakan udara dengan menggunakan reguler
sphygnomomanometer bulb.
- Dengan memposisikan pasien: lateral kiri,LAO,prone,RAO,lateral
kanan,RPO,dan supine masing-masing 7 pompaan.
- Foto-foto dibuat dengan posisi-posisi : PA/AP,LAO,RAO,PA/AP axial,lateral
- Tujuan masing-masing posisi sama dengan metode kontras tunggal
Metode Dua Tahap
- Prosedur awal pemasukan bahan kontras positi dan pengambilan foto sama
dengan metode satu tahap
- Bila bahan kontras telah mencapai ileo caecal, klem selang irigator di
tutup,kemudian di buat foto “full filling” dengan posisi pasien supine
- Kemudian pasien evakuasi ke kamar kecil atau enema bag direndahkan posisina
sampai lebih rendah dari meja pemeriksaan,bahan kontras dari dalam colon akan
mengalir kembali ke dalam enema bag
- Setelah colon kosong,pompakan udara melalui anus,sampai terjadi distensi usus
- Bibuat foto post evakuasi dengan posisi pasien supine(16).
IX. RISIKO
X-Ray dipantau dan diatur untuk memberikan jumlah minimum paparan
radiasi yang diperlukan untuk menghasilkan gambar. Kebanyakan ahli merasa
bahwa risiko rendah dibandingkan dengan manfaat. Wanita hamil dan anak-anak
yang lebih sensitif terhadap risiko radiasi pengion. Resiko yang lebih serius yaitu
terjadinya perforasi(1).
DAFTAR PUSTAKA
1. Lower gasterintestinal series. [Modified on 7 July 2013 at 01:51]
Availablehttp://en.wikipedia.org/w/index.php?
title=Lower_gastrointestinalseries&oldid=563184813. Access on 23 Juli
2013
2. Yasar, N.F. Colonic perforation during barium enema in a patient without
known colonic disease: a case report. Turkey: Eskisehir Osmangazi
University Faculty of Medicine. 2009. Available at
http://www.casesjournal.com/content/2/1/6716. Access on 23 Juli 2013.
3. Lane, David.What is barium enema. 1st Edition. English. 2013.
4. Dahl, JF. Roentgen examnations in acute abdominal diseases. 2nd Edition.
USA: Charles C Thomas; 1960. Page: 150
5. Meschan, Isadore M.D. Roentgen signs in diagnostic imaging. 2nd Edition.
Japan: W.B Saunders Company; 1984. Page: 824,830.
6. Guyton AC. Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Jakarta: EGC;
2008.
7. Schiffman G. Picture of colon. [Modified on Mei 2013]. Available at:
http://www.medicinenet.com/pictureofcolon/article.htm. Access on 23 Juli
2013.
8. Patel, Rapid R. Lecture Notes Radiologi. Edisi 2. Jakarta: Erlangga; 2009.
Halaman 91.
9. Lower gastrointestinal series. [Modified on 7 Juli 2013 at 01:51].
Available at http://www.en.wikipedia.org/wiki/barium_enema. Access on
22 Juli 2013.
10. Toxic megacolon. Available at
http://radiologymasterclass.co.uk/tutorials/abdo/
abdomen_xray_abnormalities/pathology_inflammatory_bowel.html
11. Asalam, Hani. Hirschsprung. Available at http://radiolopedia.org
12. Teng, HC. Phytobezoar: an unusual cause of intestinal obstruction.
Malaysia: Faculty of Medicine University of Malaya. 2005. [Modified on
16 August 2005]. Available at http://www.biij.org/2005/1/e4/. Access on
23 Juli 2013.
13. Maharaj, RT, et al. Barium enema reduction of intussusception in a
developing country. Trinidad and Tobago: Department of Pediatric
Surgery, University of the West Indies. 2010. Available at
http://www.londonxray.com/xray.php?area=xray01. Access on 23 Juli
2013.
14. X-Ray barium enema. Available at
http://www.londonxray.com/xray.php?area=xray01 . Access on 23 Juli 2013.
15. Smith, F G. CME Doctor’s resources – barium investigations. Auckland:
University os Auckland and Dr Stephen Wood. 2013. Available at
https://www.fmhs.auckland.ac.nz/soph/centres/goodfellow/cpe/resources/
enema.aspx#patient .
16. Teknik pemeriksaan kontras colon in loop. [Modified on Kamis, 26 Agustus
2010, pukul 00.06]. Available at . Access on 23 Juli 2013.
17. Major, NM. A practical approach to radiology. Philadelphia: Saunders
Elsevier Inc; 2006. Page: 61-62.