rangkuman pengantar sejarah inggris
DESCRIPTION
File ini menjelaskan tentang sejarah Inggris.TRANSCRIPT
RANGKUMAN PENGANTAR SEJARAH INGGRIS
Oleh
Irma Rahmawati
SMSA03
Pendahuluan
Bismillahirahmanirrahim
Sejarah merupakan peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau dan dijadikan gambaran
kehidupan untuk saat ini. Salah satu contohnya adalah sejarah Negara Inggris. Inggris adalah
negara yang telah dikenal oleh banyak orang karena sejarahnya yang menarik untuk dijadikan
bahan pelajaran sejarah karena di masa lalu, Inggris pernah memiliki begitu banyak wilayah
jajahan yang tersebar di seluruh dunia. Rangkuman di bawah ini akan menyajikan ulasan singkat
mengenai keadaan atau peristiwa yang terjadi di Inggris dari jauh sebelum sejarah dimulai.
Bab 1
Periode Prasejarah
Inggris Pra Romawi
Inggris merupakan negara yang penuh dengan sejarah masa lalu yang panjaang. Pada zaman
dahulu, Inggris masih dihuni oleh bangsa romawi. Kabarnya, sejarah tentang Negara Inggris pun
didapatkan dari peninggalan-peninggalan kuno yang kini disimpan di monumen oleh para
arkeolog. Peninggalan tersebut berupa Clacton-on-sea di Essex dan swanscombe di Kent, juga
banyak barang yang tersisa seperti alat-alat yang terbuat dari batu termasuk juga tengkorak
seorang wanita, tulang gajah, badak, beruang dan singa. Kita dapat berasumsi bahwa manusia
yang hidup pada waktu yang sama seperti hewan-hewan tersebut sudah lama menghilang dari
cerita sejarah inggris.
Menurut sejarah, manusia-manusia pertama yang tinggal di tanah Inggris dulu itu sempat
memisahkan diri dari benua Eropa dan tempat mereka dipisahkan oleh selat Inggris. Jadi bisa
dikatakan saat itu Inggris menjadi daerah yang sangat terisolasi.
Zaman Neolitikum
Zaman ini terjadi sekitar 4500 SM. Pada zaman ini, batu adalah alat yang paling digunakan
untuk membuat segala macam benda untuk kebutuhan hidup seperti interior rumah, tempat tidur,
kotak, lemari, dan tungku. Selanjutnya, penduduk Inggris saat itu juga mulai beralih untuk
bertani dan beternak. Hal ini membuat kehidupan masyarakat Inggris meningkat. Mereka pun
mulai menambang hasil bumi dan membuat monument-monumen megalitik, juga membuat
makam-makam dengan batu besar yang dibentuk dengan ukiran-ukiran seperti makam yang
terdapat di New Grenge, Irlandia yang dikabarkan berusia lebih tua dari piramida besar di Mesir.
Earthwork purba dan budaya Wessex
Di wilayah Inggris bagian selatan, terdapat dua kelompok masyarakat yang bersatu dan membuat
sebuah pemujaan yang mereka namakan sebagai Budaya Wessex. Dalam hal ini, mereka
menggarap tanah yang mereka sebut Silbury Hill setinggi 39 meter.
Stonehenge
Di Inggris juga terdapat Stonehenge, sebuah monument yang merupakan sebuah earthwork dan
lingkaran batu yang terkenal dan paling sering dikunjungi sampai saat ini. Stonehenge yang
memiliki karakteristik yang sama seperti Silbury dan Avebury. Budaya Wessex juga berkembang
pada saat itu. Masyarakat mulai membuat kapak, batu, belati, gagang dekorasi dan mereka juga
menggunakan Perunggu untuk pembuatan kuali dan mangkuk, perisai dan helm, senjata perang,
dan alat-alat pertanian.
Bangsa Kelt
Bangsa Kelt adalah bangsa yang paling lama bertahan di tanah Inggris. Bangsa tersebut
mengenalkan budaya yang menyebutkan bahwa orang-orang yang meninggal akan dikuburkan
bersama harta mereka yang paling berharga di ruangan kayu. Dari hubungan mereka dengan
orang-orang di Medditerania, bangsa celtic telah berkembang secara teknologi dan budaya.
Waktu sebelum kedatangan bangsa Kelt di Inggris, terkenalah sebuah pekerjaan besi wilayah Het
Empire, Asia. Namun, masyarakat Het pada saat itu digulingkan dan pengetahuan akan logam
diketahui oleh orang-orang di Eropa Tengah hingga budaya tersebut dikembangkan dan
budayanya dikenal dengan sebutan Urnfield. Budaya tersebut juga diadaptasi di Austria dengan
sebutan Hallstatt.
Benteng Bukit
Benteng bukit berawal dari zaman besi, zamannya bangsa Kelt yang ditemukan di sepanjang
kepulauan Inggris. Benteng ini digunakan sebagai tempat penampungan bagi masyarakat dan
ternak di saat mereka dalam bahaya. Kebanyakan bangsa Kelt yang berasal dari Gaul. Mereka
diusir dari kampong halaman mereka oleh tentara Romawi dan suku-suku Jermanik. Mereka
membawa alat-alat pertanian mereka dan mulai mengorganisir orang-orang mereka untuk
menetap di perkotaan. Kerajinan yang mereka bawa antara lain guci perunggu, mangkuk dan
torsi. Mereka juga memperkenalkan mata uang kepada masyarakat Inggris dan melakukan
perdagangan ekspor jagung, logam dan budak.
Bab 2
Periode Romawi
Perubahan Pada Empire dan Tempat Tinggal
Pada intinya perubahan pada masa ini mengenai sejarah saat awal bangsa Romawi menginvasi
Britania pada masa pemerintahan Kaisar Claudius. Invasi pertama ini terjadi di kepulauan Inggris
pada tahun 55 sebelum masehi dibawah pimpinan Julius Caesar. Di tangan Julius Caesar, bangsa
romawi mulai mewujudkan mimpinya untuk menyerang timur laut dan utara eropa.
Terdapat pula dataran tinggi moorlands dari wilayah utara dan barat yang kini disebut Skotlandia
dan Wales yang mulanya tidak mudah didapatkan oleh bangsa Romawi. Perlawanan suku Wales
yang keras kepala itu membuat mereka ditempatkan di perbatasan Chester dan Caerwent.
Suku Celtic juga membuat tembok perbatasan permanen untuk memisahkan Roma dari barbar,
yaitu tembok sepanjang 72 mil yang menghubungkan Tyne ke Solway yang diperkuat dengan
benteng batu di setiap 1 mil. Julius Caesar mengirim tentarannya untuk menghukum orang –
orang yang membantu para Galia yang ingin membebaskan diri dari pengaruh Romawi. Tentara
Romawi mulai menarik diri dari Inggris pada akhir abad keempat. Kaisar Honorius juga
mengatakan bahwa kota-kota Inggris merupakan pertahanan mereka, sehingga ada sebagian
orang-orang romawi yang menetap disana dan mulai membangun kehidupan disana. Hingga
pada akhirnya mereka memutuskan untuk meninggalkan Inggris.
Bab 3
Kekuasaan Raja Arthur Di Inggris
Zaman Kegelapan
Dark Ages atau zaman kegelapan adalah sebuah masa dimana benua eropa di atur oleh Gereja.
Periode dark ages sendiri seakan dikaburkan oleh bangsa eropa setelah zaman renaissance dan
setelah revolusi industri pada abad ke 17. Pada dasarnya "dark ages" sendiri bisa dikatakan
bermula pada saat kedatangan Augustine di Kent untuk mengubah para Saxon disaat Romawi
telah meninggalkan Inggris. Di tahun 410, Inggris telah membangun pemerintahan sendiri dalam
tiga bagian, yaitu: utara (masyarakat campuran Inggris dan Angle); barat (masyarakat Inggeis,
Irlandia dan Angle); timur selatan (masyarakat Angle). Dua abad setelah runtuhnya Romawi di
Inggris dicatat sebagai zaman terburuk dalam sejarah Inggris.
Hampir seluruh sejarawan Inggris berpendapat bahwa orang-orang Inggris yang diusir dari tanah
mereka ke Wales dan Cornwall adalah akibat dari peristiwa bencana yang dikenal sebagai
penaklukan Anglo-Saxon. Saxon adalah sebutan untuk masyarakat yang menggunakan bahasa
Inggris saat itu.
Beberapa peristiwa penting mengenai jatuhnya Inggris dari tahun 400 sampai 600 ditulis oleh
biarawan Gildas. Dokumen tersebut ditulis sekitar tahun 540 berjudul “De Exccidio Britanniae”.
Di dalam dokumen tersebut beliau mengatakan bahwa kedatangan Saxon merupakan hukuman
dari Tuhan. Namun, terdapat kekurangan besar yang terdapat dalam isi dokumen tersebut dan
membutuhkan literatur lain yang melengkapi keseluruhan sejarah. Sebagian besar dokumen-
dokumen bersejarah ditemukan di tempat yang sekarang dikenal dengan Skotlandia.
Pada masa inilah penyebaran agama Kristen mulai masuk kedalam sejarah Inggris. Pada akhir
abad keempat, struktur telah dibentuk dan berada di bawah naungan Pastor. Misionaris injil
mulai aktif di bagian selatan dan timur daerah yang sekarang dikenal sebgai Skotlandia. Gereja
pertama yang dibangun adalah “Candida Casa: White House” di Whithorn.
Pada saat itu bangsa Kelt mulai mengikuti ajaran agama tersebut. Mereka dipaksa oleh pihak
mayoritas untuk menerima aturan dari St. Peter yang diperkenalkan oleh Agustinus. Pada akhri
abad ke 7 mulai dibicarakan entitas politik Anglo-Saxin di pulai Britania dan pertumbuhan
kerajaan Inggris.
Bab 4
Zaman Anglo-Saxon
Anglo Saxon merupakan istilah untuk perubahan keyakinan (agama) pada masyarakat. Hal ini
dimulai sejak akhir abad ke-6, yaitu menciptakan konsep kesatuan dari berbagai macam ke
yakinan yang dianut oleh berbagai suku yang mengesampingkan keyakinan individual.
Anglo Saxon juga mendeskripsikan orang-orang yang secara etnik dan budaya yang hidup di
selatan dan timur pulau yang sekarang disebut Great Britain masa itu dari sejak abad 5 masehi
sampai penakhlukan oleh Norman di tahun 1066. Mereka berbicara dengan dialek bahasa suku-
suku di Jerman sehingga mereka diidentifikasi memiliki kesamaan keturunan dengan bangsa
Jerman. Suku-suku itu adalah Angles dan Saxons dari Jerman Utara dan Jutes dari Denmark.
Pada awalnya, terdapat kerajaan Anglo-Saxon di Inggris yang merupakan sebuah kerajaan
Anglo-Celtic, dinasti yang didirikan oleh Hengist berlangsung selama tiga abad. Pada masa
invasi Inggris, Saxon datang untuk merampas dan menjarah hingga setengah bagian Inggris
berhasil dikuasai. Pada akhirnya, seorang penguasa Inggris bernama Arthur berhasil
menghentikan Saxon pada tahun 496.
Dalam hal-hal administratif , terdapat juga banyak kesamaan antara Saxon dan Skandinavia .
Pertama, keduanya masyarakat militer . Skandinavia memiliki sistem serupa yaitu yang bekerja
adalah seorang suami atau kepala rumah tangga. Dua orang berbagi tradisi pemerintahan melalui
konsultasi dan penguatan loyalitas dengan kerjasama erat antara pemimpin dan pengikutnya
telah menunjukkan bahwa meskipun identitas dan bahasa terpisah setidaknya sebagian dari
warga Inggris hidup sebagai orang Wales.
Hal lain yang sangat penting dari Skandinavia yang tidak dapat diabaikan. Orang-orang Saxon
tidak mempertahankan kontak dengan tanah air asli mereka. Di Inggris mereka telah menjadi ras
pulau. Orang Skandinavia masih tetap terus berhubungan dengan saudara mereka di benua itu.
Di bawah Cnut, Inggris adalah bagian dari kerajaan Skandinavia; orang-orang mulai memperluas
pandangan mereka ditambah dengan kedatangan bangsa lain dari Viking yaitu Norman
Conquest.
Bab 5
Inggris Pada Abad Pertengahan
Inggris Norman
Pada abad ini, Hardnacnut adalah raja Inggris terakhir dari suku Danish. Setelah wafat, kuasanya
diambil alih oleh Edward the Atheling (Edward the Confessor), ahli waris dari Alfred the Great.
Pada awalnya, ia berjanji untuk mewariskan tahtanya kepada keponakannya, William, tetapi
sebelum kematiannya ia berubah pikiran untuk memberikan tahtanya pada Harold. William ingin
melakukan petualangan yang besar dan luar biasa, sehingga ketika Raja Inggris meninggal tanpa
pewaris, William merasa bahwa ia memiliki peluang untuk menguasai Inggris. Pada 1064,
Harold tertekan karena William dan Raja Norwegia, Harold Hardrada, menginginkan tahtanya.
William menganggap bahwa ia akan menjadi kaya jika berhasil menaklukan Inggris. Banyak
kawannya yang setuju dengannya, dan mereka pun membawa pasukan lalu berlayar
menyeberangi Selat Inggris menggunakan banyak perahu kecil. Setibanya di Inggris, mereka
mengalahkan bangsa Anglo-Saxon yang dipimpin oleh rajanya yaitu Harold. Pertempuran ini
dinamakan Pertempuran Hastings yang pada akhirnya menyebabkan Raja Harold tewas.
William (kini dipanggil William Sang Penakluk) menjadi raja baru Inggris. Ia dimahkotai di
Westminster Abbey. Ia membangun Menara London sebagai tempat kediaman yang aman dan
terlindungi. William dan kawan-kawannya menuturkan bahasa Prancis, sedangkan rakyat Inggris
menuturkan bahasa Inggris. Oleh karena itu pada masa itu ada dua bahasa yang dituturkan di
Inggris.
Hingga pada saat kematian William tahun 1087, masyarakat Inggris telah sangat berubah. Untuk
satu hal, earldoms Saxon besar dibagi: Wessex, Mercia, Northumbria dan kerajaan kuno lainnya
dihapuskan selamanya. Selain itu, William juga pernah menegaskan bahwa raja adalah
pengendali masyarakat sehingga hukum dan ketertiban dapat berjalan teratur sesuai dengan
kehendak raja. Selain itu ada dua aturan yang ditetapkan, yaitu feodalisme dan hierarki
kegerejaan. Bukti mengenai sejarah ini tertera dalam Domesday Book, sebuah catatan publik
yang digunakan sebagai bukti kepemilikan tanah.
William II, Rufus (1087-1100)
William II atau dikenal William Rufus adalah putra dari William I atau William sang penakluk.
Sebelum kematian William I, ia mewariskan Inggris kepada William Rufus, anak
kesayangannya. Ia enggan mewarisi tahtanya kepada anak sulungnya Robert and anak
bungsunya Henry Beauclerk karena mereka terkait dalam masalah.
Pada 1088, William menghadapi pemberontakan baron yang terinspirasi oleh pamannya , Odo
dari Bayeux, pendukung Robert. Tapi Robert gagal tampil dan pemberontakan segera runtuh.
Pada 1089, ia mengklaim Normandia dan mengobarkan perang terhadap Robert. Pada 1096,
Robert melanjutkan Perang Salib, menggadaikan Normandia William (untuk 10.000 tanda), ia
mengumpulkan uang dengan memungut pajak yang berat dan banyak yang sebenarnya sangat
dibenci di Inggris .
William juga menghadapi oposisi dari Skotlandia dan pada 1091 ia dipaksa oleh Malcolm III ,
Raja Skotlandia untuk mengakui penguasa atasannya. Malcolm memberontak pada bulan
November 1093, namun pasukan William menghancurkan pasukannya dekat Alnwick dan
Malcolm pun tewas. Setelah itu , William mempertahankan raja-raja Skotlandia sebagai
pengikut.
Pada tanggal 2 Agustus 1100, William meninggal ketika dia ditembak oleh panah saat berburu .
Hal itu diterima sebagai suatu kecelakaan , tetapi bisa saja pembunuhan. Ia telah mengemukakan
bahwa pembunuh itu diduga, Walter Tirel , bertindak atas perintah dari adik William, Henry,
yang akhirnya dapat merebut tahtanya sebagai Henry I.
Henry I (1100-1135)
Henry I adalah anak ketiga dari William dan salah satu yang berhasil menaklukan Normandy.
Henry memperkenalkan anarki Normandy yang dulu pernah diterapkan di Inggris.
Pemerintahannya ditandai dengan kemajuan yang yang signifikan dari monarki pribadi. Hal ini
berpengaruh terhadap pendapatan negara yang memperkuat pemerintahan daerah.
Salah satu kesalahan terbesarnya adalah ia mempercayakan William the Clito, putra Robert, dan
selama dua puluh tahun, kebijakan Henry dan kepemilikannya atas Norman ditetapkan pada
orang-orang yang tidak menyukainya. Masalah kembali dimulai disaat Henry, “Lion of Justice”
wafat pada 1135.
Kembalinya Anarki: Stephen (1135-1154)
Stephen adalah raja Inggris yang juga cucu dari William I. Saat Henry I wafat, ia mewarisi
tahtanya kepada keponakan kesayangannya, Stephen. Beberapa kejadian telah terjadi pada tahun
1128 ketika Geoffrey the Fair (Plantagenet) menjadi Count of Anjou dan menikahi Empress
Matilda, putri dan pewaris dari Henry, King of England dan Duke of Normandy. Pada 1126,
Stephen, telah berjanji untuk menjadikan Matilda sebagai penerus tahtanya namun pada akhirnya
ia yang menjadi Raja. Perang pewaris tahta dimulai ketika paman Matilda, David (King of
Scotland) menyerang Inggris demi kepentingan Matilda pada 1135. Ketika masalah timbul antara
Raja Inggris Stephen dan Empress Matilda, David mengambil kesempatan untuk mempertegas
kembali teritorial lama yang dulu sempat dijadikan tanah perbatasan. Perang penerus tahta di
Inggris ini terjadi karena kegagalan Stephen dalam mengenali Matilda sebagai calon raja yang
benar. Pada akhirnya Matilda meninggalkan Normandy.
Pada masa kepemimpinannya, Stephen hanya memiliki kendali sebagian dari kerajaan dan tidak
mampu menegakkan hukum atau mediasi dalam perang antar bangsawan. Dia hanya
mempertahankan kedudukannya untuk penerus harapannya yaitu putra tertuanya, Eustace. Pada
1153, Henry, putra Matilda sukses melakukan kampanye demi memperebutkan tahta. Pada tahun
itu Eustace meninggal dunia sehingga hal ini menyebabkan Stephen setuju untuk berkompromi.
Stephen menjabat seumur hidupnya dan menerima penghormatan Henry. Sebagai balasannya,
Henry dikenal sebagai pewaris yang benar. Komplit anarki pun berlaku dimana fungsi
pemerintah pusat jatuh.
Henry II (1154-1189)
Henry II adalah raja Inggris yang sekaligus telah menjadi adipati Normandia dan Count Anjou
Anjou setelah kematian ayahnya (Geoffrey) pada 1151. Ia lalu menikahi wanita yang beberapa
tahun lebih tua darinya, Eleanor of Aquitaine (mantan istri Louis VII) pada 1152.
Pada masa pemerintahannya, Henry mengatur ulang sistem peradilan. Ia ikut andil dalam
mengatur prosedur peradilan pidana, penambahan jumlah pengadilan, dan perbendaharaan
kerajaan. Henry dipaksa untuk memberikan semuanya; sebagai jalan keluar, ia menyibukkan diri
di Irlandia dan mengirim putranya, John, sebagai “Lord of Ireland” untuk membuat sebuah
kampanye yang ternyata adalah sebuah kegagalan. Sambil mengambil kesempatan pada
kelemahan ayahnya, John membuat pemberontakan yang didukung oleh ibunya, meskipun
ketidakpercayaan antar keduanya malah membuat Henry II bisa mengalahkan keduanya. Eleanor
dipenjara, selama ketidakhadiran suaminya, ia bersikap sebagai regent of England. Ia
bersekongkol dengan Richard, pewaris duchy of Aquitaine. Tiga tahun terakhir di masa hidup
Henry, Eleanor mulai menolak Henry, dan pada kematian Henry tahun 1189, Eleanor merasa
memiliki kekuatan yang lebih besar dibanding ketika ia masih menjadi ratunya Henry.
Dibawah tekanan mempertahankan Britanny dan Aquitaine, dan pemberontakan anak-anaknya
yang didukung oleh istrinya, Henry membuat perencanaan untuk kerajaannya. Henry the Young
King akan diwarisi Inggris, Normandy, dan Anjou; Richard akan mendapatkan Poitou dan
Brittany. John tidak mendapatkan apa-apa, tapi ia dijanjikan akan mendapatkan Chinon, Loudon,
dan Mirebeau sebagai bagian penyelesaian pernikahan. Henry II wafat, dan akhirnya Richard
yang menjadi King of England pada 1189.
Richard l (1189-1199): Raja Petarung
Richard I atau yang dijuluki dengan Richard the lion heart karena bakatnya dalam pertempuran
mengejar ganas perang yang memboroskan harta miliknya dan menghancurkan perekonomian
daerah kekuasaannya.
Richard I terkenal sebagai salah satu tokoh dalam Perang Salib, di mana salah satu
keberhasilannya dalam perang tersebut adalah merebut Siprus untuk mendukung pasukan Perang
Salib. setelah sampai di Acre Richard kemudian merebut Kota Acre pada tahun 1191 dan
kemudian Richard mulai mengarahkan Pasukannya untuk menyerbu Yerusalem. Pasukan
Richard berjalan melalui garis pantai antara kota Acre dan Jaffa ketika perjalanan menuju Kota
Jaffa pasukan Richard dihadang pasukan Saladin dan terjadilah pertempuran didekat kota Arsuf
yang dimenangkan Richard dan memaksa Saladin mundur ke Yerusalem untuk bertahan. Richard
akhirnya memasuki kota jaffa tanpa perlawanan karena kota sudah dibakar oleh Saladin.
Riwayat Richard I pun berakhir pada saat ia ditangkap ketika kembali ke Inggris dan ditebus di
penjara di Jerman. Tapi setelah dibebaskan, ia kembali bertempur, kali ini melawan Philip II dari
Perancis. Richard I pun tewas karena terpanah dalam pertempuran kecil di Aquitaine.
Bencana di bawah pimpinan Raja John (1199-1216)
Bencana terjadi selama pemerintahannya karena semua harta Plantagenet yang luas di Perancis
hilang kecuali Gascony. Kerajaan Inggris itu telah dikeringkan kekayaan untuk perang Richard
di Perancis dan Perang Salib.
Pada 1212, rencana John untuk menaklukkan kembali mantan harta Perancisnya menyebabkan
pemberontakan bangsa baron. Ketika para baron utara menolak untuk membantu, John
memerintahkan tentara untuk menghukum para pemberontak. Pada 1215, para baron meminta
John untuk mengesahkan Magna Charta. Magna Charta berisi tentang jaminan hak dan
kebebasan yang setara atau sama bagi kaum bangsawan. Magna Charta di sahkan di Runnymede,
dan sejak itu raja tunduk terhadap hukum yang telah dibuat.
John menghabiskan sisa pemerintahannya berusaha untuk membasmi oposisi yang dipimpin oleh
Pangeran Louis dari Perancis, putra Philip II, tetapi pencapaiannya sangat sedikit. Ia bahkan
kehilangan semua bagasi kereta dan mahkota permatanya di daerah berawa dikenal sebagai
Wash di daerah dari Norfolk. Raja marah dan frustrasi itu pun meninggal pada Oktober 1216.
Henry III (1216-1272)
Henry III adalah pewaris muda dari Raja John. Ia memerintah Inggris selama 56 tahun.
Sayangnya sebagian besar waktunya dihabiskan dalam pertempuran yang sia-sia dengan para
baron yang terkemuka Inggris dan ia juga gagal merebut kembali tanah Plantagenet yang hilang
di Perancis.
Meskipun Henry III dalam banyak hal ia disebut sebagai yang lemah dan bimbang, namun
pemerintahannya menghasilkan tonggak besar dalam sejarah Inggris, untuk oposisi de Montfort
dan Barons, meski akhirnya kalah, ia telah menghasilkan parlemen di mana rakyat jelata
diberikan kewenangan untuk pertama kalinya, dan dari Magna Carta Yohanes, adalah bukti yang
membuktikan signifikansi besar dalam masa depan demokrasi di Inggris, atau disebut dengan
istilah "pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat."
Edward I (1272-1307)
Edward I adalah adalah putra sulung dari Henry III dan Eleanor dari Provence. Pada masa
pemerintahannya, Raja Edward I bersikeras untuk sukses dalam perang dan ketatanegaraan. Ia
memutuskan untuk mengendalikan seluruh kerajaan. Ia mengusir semua kaum Yahudi di Inggris.
Para kaum Yahudi pun meninggalkan Inggris dan sebagian besar mereka menetap di negara
Perancis dan Belanda. Kematian Henry memaksanya untuk kembali dari Sisilia. Ketika dia
sampai dan mengklaim tahtanya, Raja Edward segera memulihkan ketertiban di Inggris dan
menghapus korupsi di kalangan para baron dan pejabat kerajaan.
Perebutan Kembali Wales
Masyarakat Wales terkenal dengan sifat keras kepalanya yang menginginkan untuk menguasai
seluruh wilayah Inggris. Ambisi mereka ini membuat Edward berniat untuk menghancurkan
aspirasi kemerdekaan Wales dan untuk memegang kendali kerajaan. Hingga saat ini, masih
terdapat benteng dan bangunan peninggalan Edward. Istana besar seperti Caernarfon, Conwy,
Harlech dan Beaumaris terdaftar sebagai Situs Warisan Dunia. Bangunan-bangunan itu
membuktikan usaha Edward dalam usaha merebut kembali Wales.
Langkah Skotlandia menuju Kemerdekaan
Kerajaan Skotlandia diciptakan ketika bangsa Wales dipisahkan dari Saxon oleh tanggul
pembatas buatan Offa. Sebagian kesuksesannya dikarenakan ancaman yang datang dari serangan
Viking, dan banyak dari mereka yang menjadi pemukim.
Pada 24 Juni 1314, Skotlandia terbebas dari kendali Inggris, dan tentara Inggris bebas untuk
menyerang dan menjajah Inggris utara. Deklarasi Arboath 1320 juga menyatakan bahwa sejak
zaman kuno Skotlandia telah bebas memilih raja mereka sendiri, kebebasan itu merupakan
karunia dari Tuhan. Meskipun raja Inggris masih terus menyebut diri mereka sebagai penguasa
Skotlandia, Skotlandia tetap sepenuhnya merdeka sampai tahun 1603 (ketika James Stuart
menggantikan Elizabeth I).
Kesalahan Kepemimpinan Raja Edward II di Inggris (1307-27)
Masalah pertama adalah kebangkitan oposisi baronial dan bencana di Bannockburn yang
membuat reputasi raja ang jatuh akibat ketidakmampuan dan oposisi berkumpul di bawah Earl of
Lancaster. Isabella (istri Edward II) dan putranya pergi ke pengadilan Prancis untuk
memberontak menolak raja homoseksual. Raja itu dipaksa menyerahkan mahkotanya demi
anaknya.
Bangkitnya Inggris dibawah Kepemimpinan Edward III (1327-1377)
Edward III memulai kepemimpinannya sebagai raja di Inggris sejak ia berusia 14 tahun. Ini
adalah awal “The Hundred Years War” dengan Prancis, pertumbuhan hak istimewa parlementer
di Inggris dan hasil yang rusak dari wabah yang dikenal sebagai Black Death yang membunuh
banyak orang di Eropa. Pada masa pemerintahannya juga terjadi Perang 100 Tahun antara
Inggris dan Perancis. Perang tersebut terjadi dikarenakan sang raja mengklaim kekuasaan
Perancis. Perang 100 Tahun dimulai ketika raja Edward III melawan maharajanya, Philip IV.
Gascony, dibawah kependudukan Perancis, dipimpin oleh King of France.
Raja yang Diberhentikan: Richard II (1377-1399)
Richard II adalah raja yang memiliki pemikiran yang tinggi tentang harga dirinya dan kekuatan
raja. Pemikirannya ini menimbulkan masalah utama yang tidak hanya membawanya ke dalam
konflik dengan baron nya, yang mengarah ke deposisi utamanya, tetapi juga dengan Gereja
Inggris yang kuat, diman para pemimpinnya selalu bisa menarik bagi Roma terhadap
perambahan kerajaan pada hak-hak mereka. Richard mencurahkan seluruh energinya untuk
pendirian sebuah despotisme yang keluar dari tempat di Inggris pada masanya. Baik waktu
maupun tempat yang tepat untuk pembentukan sebuah monarki absolut.
Kemenangan Inggris: Henry IV (1399-1413)
Henry IV dikenal sebagai petarung. Dia sudah berkeliling Eropa dan Mediterania sebelum
menggulingkan Richard yang terkenal (yang meninggal secara misterius, kemungkinan
kelaparan ketika di penjara). Kemenangan Inggris dibuktikan dengan keberhasilan Raja Henry
IV dalam mempertahankan dengan utuh tahtanya yang sempat bergejolak. Henry IV wafat
dikarenakan sebuah penyakit parah pada tahun 1413 dan akhirnya meninggalkan tahtanya
kepada Raja Henry V.
Henry V (1413-1422)
Pemerintahan Henry V tidak berlangsung lama. Oldcastle, teman kecil Henry V, setelah kabur
dari Tower of London, dituduh merencanakan pemberontakan Lollard. Setelah bertahun-tahun
sembunyi, ia akhirnya berkhianat, ditangkap, dan dieksekusi, pengikutnya dibubarkan.
Pemberontakan Richard (Earl of Cambridge) menentang Royal House of Lancaster juga
mendapatkan nasib yang sama. Keduanya digagalkan oleh aksi yang menentukan dari
pendukung raja dan Henry, didukung oleh dewan yang efektif dan disiplin, sehingga ia bebas
menaikkan kapalnya dalam petualangan Prancis.
Dengan adanya Treaty of Troyes tahun 1420, dinyatakan bahwa kematian Charles VI
memberikan tahtanya pada “anak lelaki sesungguhnya”, Henry V of England, yang sekarang
menikah dengan Putri Catherine.
Henry VI (1422-71)
Henry adalah anak tunggal dan pewaris takhta Raja Henry V. Henry VI diangkat sebagai Raja
Inggris pada usia sembilan bulan setelah ayahnya mangkat pada tanggal 21 Oktober 1422. Hal
ini pun dimanfaatkan Perancis untuk berusaha menyingkirkan Inggris.
Edward lV (1461-1483)
Edward IV memulai pemerintahannya pada tahun 1461. Edward IV menikah dengan wanita
cantik namun bukan berasal dari keluarga bangsawan yang bernama menikahi Elizabeth
Woodville, saat itu masyarakat tidak setuju dengan Elizabeth karena anggapan bahwa dia tidak
layak untuk seorang raja. Pada akhirnya Elizabeth dan Edward menikah diam-diam di sekitar
tahun 1464 dan mereka memiliki sepuluh anak dalam sembilan belas tahun pernikahan mereka.
Richard III (1483-1485)
Richard III adalah raja Inggris yang memerintah berkuasa selama dua tahun, dari tahun 1483
sampai kematiannya pada tahun 1485 saat Pertempuran Bosworth. Kekalahannya pada
Pertempuran Bosworth merupakan perang kepastian dari Perang Mawar dan kadang dianggap
sebagai akhir dari abad pertengahan di Inggris. Richard pun dibunuh di Bosworth Field pada
tahun 1485. Berakhirnya perang mawar, kemenangan Henry Tudor dan pencapaiannya meraih
tahta menandakan berakhirnya Inggris di zaman pertengahan sekaligus menjadi awal Inggris di
abad modern.
Bab VI
Dari Reformasi Menuju Restorasi
Henry VII (1485-1509)
Henry VII berasal dari keturunan John of Gaunt. Henry dan Edmund tudor (Earl of edmund)
yang dilahirkan oleh Welshman owen tudor, kakek henry tudor dan Catherine dari valois sama-
sama dibesarkan di perancis.
Pada awal pemerintahan henry VII, perang mawar masih terjadi antara Houses of york dan
Lancaster. Untuk memudahkan klaim penuh tersebut, ia menikahi elizabeth of york, putri sulung
dari edward IV , sehingga bersama-sama membawa white rose dan red lancaster.
Namun hal ini tidaklah semudah itu. Ia harus berurusan dengan beberapa masalah, seperti
konglomerasi pemberontakan oleh yorkist dibawah lambert simnel yang mengklaim dirinya
sebagai earl of warwick, dan perkin warbeck dengan bantuan dari raja skotlandia yang. Namun
hal itu dapat diselesaikan dengan mudah oleh Henry.
Henry VII sebagai seorang raja, dia didukung oleh sistem hukum yang kuat, pemerintahan dan
perusahaan yang selalu berada di belakangnya. Hal ini ditambah dengan mendukung para
penjelajah laut hebat dengan dana dan kapal. Sehingga terjadi peningkatan dalam perdagangan.
Dengan sifat kehati-hatiannya, kewaspadaan serta kebijaksanaannya, ia menjadi raja yang
memiliki kualitas layaknya seorang raja.
Henry VIII (1509-1547)
Henry Tudor or Henry VIII adalah putra dari Henry VII yang mencintai musik, militer, dan
tertarik dalam membangun angkatan laut Inggris. Saat itu Henry VIII menikahi Catherine dari
Valois . Hanya saja semua anak laki-laki yang dilahirkan oleh Catherine selalu meninggal hingga
yang tersisa hanya seorang putri bernama Mary. Pada saat itu tak terpikirkan jika wanita harus
memerintah Inggris. Lalu Henry VIII memutuskan untuk menikahi wanita yang lebih muda dan
enerjik, yaitu Anne Boleyn dan melahirkan seorang putri yang diberi nama Elizabeth I. Anne
kemudian hamil lagi dua kali tapi dua duanya keguguran. Akhirnya King Henry VIII mulai
bosan , dan mulai terpikat dengan Jane Seymour, yaitu pelayan dari Catherine dari Aragon dan
Anne Boleyn. Akhirnya Jane Seymour pun mengandung. Ketika lahir, ternyata anaknya laki-
laki. Anaknya langsung diberi nama Edward VI.
James IV dari Skotlandia yang memerangi Inggris dan Perancis pun akhirnya menikahi putri dari
Henry VII yang berusia empat belas tahun setelah melakukan perjanjian perdamaian abadi dan
James terus menggunakan kerajaannya sebagai pembawa damai antara Inggris dan Perancis .
Hingga usahanya itu membuatnya mendapatkan gelar “Raja Pembawa Perdamaian”. Satu hal
yang membuat Henry VIII terkejut mendengar bahwa James yang juga menyatakan dirinya
sebagai “penguasa Skotlandia” di Inggris akhirnya memunculkan Flodden atau pertempuran
terburuk dalam sejarah Skotlandia.
Dikarenakan saat itu Skotlandia tidak memiliki raja dan tentara, juga James V, putra James IV,
yang masih bayi, akhirnya ratu Margaret memimpin hingga ia menikah dengan Earl of Angus,
keponakan James III. Pertempuran pun terjadi lagi di Skotlandia. James V sekarang mulai bisa
memulihkan ketertiban dan penderitaan bangsanya . Dia mulai dengan bijak menyetujui gencatan
senjata dengan Inggris. Sementara itu efek dari Reformasi mulai memiliki dampak serius pada
Skotlandia. Pada saat itu, Raja James V menyayangkan tentang sejarah Skotlandia di masa
depan, karena mereka tidak memiliki keturunan laki-laki, sama halnya seperti Henry VIII dari
Inggris yang kurang memiliki ahli waris laki-laki. Pada saat itu juga sedih menghadapi kematian
istrinya, Jane Seymour yang meninggal segera setelah melahirkan Edward. Henry telah menikah
tiga kali dan Thomas Cromwell kemudian memilih Anne of Cleves sebagai pengantin untuk
Henry , seorang wanita yang dijuluki Henry sebagai “The Flanders Mare” yang artinya ratu yang
berwajah seperti kuda. Lalu Henry memutuskan untuk menikahi Catherine Howard, keponakan
dari Thomas Howard yang akhirnya dipenggal karena tuduhan perselingkuhan dan akhirnya ia
menikah lagi dengan Catherine Parr, yang menjadi istri terakhirnya.
Edward VI (1547-1553)
Edward VI adalah putra dari Henry VIII dan Jane Seymour. Inggris mengkhawatirkan jika
kematian terjadi pada Edward, maka yang akan memerintah Inggris saat itu adalah kakak tiri
Edward, putri Elizabeth, anak perempuan dari Anne Boleyn. Setelah Edward jatuh sakit dan
meninggal, anehnya bukan anak-anak Henry VIII yang lain yang menjadi penerus takhta.
Penerus takhta malah diserahkan kepada Lady Jane Grey, cucu Mary, Duchess of Suffolk yang
adalah adik perempuan Henry VIII. Tentu saja hal ini tidak didukung oleh negara karena banyak
pihak yang menganggap bahwa takhta seharusnya menjadi milik Mary, putri pertama Henry VIII
dengan istri pertamanya, Catherine of Aragon.
Mary Tudor (1553-1558)
Mary Tudor atau disebut sebagai Mary I adalah ratu Inggris yang sangat serius mengenai agama.
Dia juga sempat mengembalikan kerajaan Inggris kepada agama Katolik. Hal ini berujung pada
saat Mary yang mengeluarkan perintah hukuman mati terhadap pemimpin dan orang yang
berpengaruh Protestan seperti Cranmer, Ridley, Latimer, and Hooper, juga ratusan penentangnya
dengan hukuman bakar hidup-hidup, sehingga ia juga dijuluki Bloody Mary oleh rakyatnya.
Hingga akhirnya kematian Mary pada November 1558 tampaknya membawa sukacita seluruh
negeri.
Elizabeth I (1558-1603)
Elizabeth adalah ratu Inggris yang dijuluki The Virgin Queen. Ia menjadi ratu Inggris pada umur
dua puluh lima tahun. Pada masa kepemimpinannya, ratu Elizabeth bersikeras mengembalikan
supremasi kerajaan dan memutuskan hubungan dengan Roma. Sang ratu cukup cerdas dalam
menyadari bahwa ia membutuhkan dukungan dari orang-orang yang secara mayoritas menganut
agama Protestan dan anti Roma.
Sebagai ratu, Elizabeth bersikeras untuk mempertahankan hak istimewa kerajaan. Sikap anti
paham Katoliknya dipengaruhi oleh hasratnya untuk ingin menjaga negaranya terbebas dari
dominasi bangsa Spanyol.
Selama masa pemerintahan ratu Elizabeth, negaranya mengalami pertumbuhan ekonomi yang
luar biasa. Masa pemerintahan ratu Elizabeth sering disebut sebagai jamannya Elizabeth karena
ia tidak kunjung menikah dengan siapapun hingga akhir hayatnya. Oleh karena itu Elizabeth
disebut sebagai Virgin Queen.
Elizabeth meninggal pada tahun 1603. Saat itulah merupakan akhir dari sistem pemerintahan
Tudor. Secara keseluruhan, Elizabeth merupaka seorang wanita yang luar bisa. Ia dapat
memecahkan setiap masalah-masalah penting yang terjadi. Saat itulah Inggris berhasil
meninggalkan agama Katolik Roma. Elizabeth membawa Inggris ke masa kemakmuran
ekonomi, perkembangan kesusastraan serta munculnya kekuatan armada laut Inggris.
James VI (1603-1625)
Pada dasarnya, Inggris berbeda Skotlandia. Pemerintahan Inggris telah berkembang. Sumber
semua hukum bukan hanya berasal dari seorang raja saja tetapi juga berasal dari parlemen. Pada
masa pemerintahan James I kembali terjadi permasalahan agama antara Katolik dan Protestan
yang berlomba-lomba untuk mendapatkan dukungannya. Kemudia James mengadakan
konferensi awal di pengadilan Hampton. Disamping itu, yang lebih penting adalah keputusan
terhadap permasalahan penerjemahan baru Alkitab. Pada 1611, muncullah Alkitab raja James.
Selama James memerintah Inggris, banyak terjadi pemberontakan, misalnya agama raja
berselisih dengan kaum Puritan, raja berselisih dengan kaum Katolik, dan secara tidak langsung
raja berselisih dengan parlemen.
Dapat dikatakan bahwa masa pemerintahan raja James sungguh mengecewakan dengan
dibuktikan oleh adanya banyak kegagalan pada akhir masa pemerintahannya. Kegagalan
kontinen serta pergulatan dengan parlemen berlanjut pada masa pemerintahan Charles I.
Charles I (1625-1649)
Charles I merupakan anak kedua dari Raja James I. Masa kepemimpinan Charles I selalu
mendapat penolakan dari parlemen setiap kali meminta persetujuan atas pemungutan pajak
tambahan. Oleh karena itu ia harus menandatangai Petition of Right. Akan tetapi pada akhirnya
Charles I mengingkari petisi tersebut dan ia mencoba memimpin pemerintahan tanpa campur
tangan parlemen atau dengan kata lain membubarkan parlemen. Namun hal ini tidak berlangsung
lama, Charles I kembali memanggil parlemen baru dimana salah satu anggotanya ialah
Cromwell. Parlemen baru tersebut meminta kembali janji bahwa tidak akan ada lagi kekuasaan
raja yang semaunya terhadap Charles I namun ia keberatan. Oleh karena itu terjadilah perang
antara pasukan raja dan pasukan parlemen hingga akhirnya pasukan raja Charles I kalah perang
dan dihukum mati pada tahun 1649.
Pemerintahan Republik di Inggris (1649 – 1660)
Oliver Cromwell adalah tokoh militer dan negarawan Inggris; kepala negara bergelar "Lord
Protector" di Inggris, Skotlandia dan Irlandia dari 3 Desember 1653 hingga kematiannya.
Wafatnya Charles I yang dianggap diakibatkan oleh hukum dan gereja telah membuat Cromwell
ingin membuat masyarakat baru yang lebih harmonis. Saat masa parlemennya, ia menghapuskan
monarki dengan alasan bahawa monarki itu tidak diperlukan, merugikan dan berbahaya, dan
akan memiliki nasib yang sama dengan house of lords. Namun bagi kelompok leveller, mereka
ingin lebih lagi seperti adanya pemilu dan pembatasan kekuasaan, serta penghapusan gereja dan
doktrin.
Dibawah pemerintahan cromwell, Inggris mampu memperkuat posisinya di luar negeri. Charles I
mengawinkan anaknya Mary dengan Willian, pangeran dari Orange, sebagai tanda komitmen
terhadap protestan. Belanda pun ikut takut pada eksekusi raja tersebut. Untuk menyatukannya
dengan scotlandia, maka parlemen Rump mengirim utusan untuk menghina dan berusaha
memulai perang dagang dengan mereka.
Di akhir hayatnya, anak Cromwell tidak dapat diterima karena usianya yang masih terlalu muda.
Akhirnya jendral Monck memutuskan untuk kembali mengundang Charles II sebagai raja untuk
menangani masalah kepemimpinan disana. Akhirnya masa republik Inggris berakhir dan kembali
pada kerajaan.
Charles II (1660 – 1685)
Charles II adalah putra sulung raja Charles I. Kekuasaan telah kembali ke tangan kerajaan
dengan pimpinan raja Charles II oleh bantuan jenderal Monck. Charles memiliki kurang lebih
empat belas anak haram yang tidak dapat mewarisi tahtanya. Namun ia seorang yang pandai
dalam politik dan pada akhirnya ia kembali ke aturan katolik. Charles tidak dapat memimpin
secara otoriter seperti pada masa Charles I. Adanya parlemen membatasi ruang kekuasaan
Charles. Terjadi pemulihan gereja-gereja dan pembebasan orang-orang royalis seperti penyair
John Milton.
Terjadi tiga masalah dalam masa pemerintahan Charles, yaitu penyakit, kebakaran dan perang.
Hal ini berlangsung selama tiga tahun berturut-turut. Dimulai tahun 1665, masalah ini membawa
banyak korban jiwa. Hanya beberapa orang yang mampu untuk mengungsi dari masalah-masalah
ini.
Charles II meninggal pada Februari 1685 karena penyakit jantung. Puncak pememrintahan
penggantiannya yaitu kemenangan parlemen terhadap raja pada revolusi 1688. Dengan hal ini
umat katolik mendapat toleransi lebih dan tibalah masa pemerintahan James II.
James II (1685 – 1688)
James II dinobatkan sebagai raja pada tahun 1685, penerus setelah raja Charles II. James II
terkenal dengan keyakinannya atas monarki absolut dan usahanya untuk menciptakan kebebasan
beragama sebagai agenda utama yang berlawanan dengan keinginan Parlemen Inggris. James II
hanya sebagian dari raja yang gagal menjalankan pemerintahannya. Ia hanya bertahan tiga tahun.
Ia tidak dapat memimpin seperti Charles II dalam memainkan politik. Yang ia ingin hanya
pengembalian umat katolik dan penyebarannya.
Pemerintahan awalnya berjalan lancar saat parlemen menyediakan uang yang memadai. Ia
mensahkan gereja-gereja di Inggris dan mengalahkan pemberontakan perwira James dari
Monmouth. Pemberontakan yang bodoh dengan mengakui dirinya sebagai raja dan pada
akhirnya dikalahkan. Banyak yang dihukum mati dan diasingkan oleh hakim Jeffries yang
terkenal. Pada 1687 ia mendeklarasikan kemerdekaan beragama yang memancing banyak
kebencian dan ketakutan. James tidak memperhitungkan anti-katolik, dan menciptakan perang
terus menerus. Namun, rencananya untuk menyamakan hak sipil dan agamapun gagal begitu
saja.
Sementara itu, Raja Belanda William III berperang dengan Raja Perancis Louis XIV. Inggris ikut
terlibat kedalam perang karena adanya hubungan erat dengan Perancis. Usaha William III
melawan Inggris awalnya gagal. Namun suatu saat keadaan terbalik dan usaha William III pun
berhasil. Pada akhirnya William mengambil kesempatan ini untuk menjadi pemimpin bagi
Inggris. James dan anaknya tidak dapat memperoleh kembali kekuasaan.
Bab VII
Zaman Kerajaan
Persiapan Pembangunan Kerajaan: Tumbuhnya Parlemen
Pada 1960, John Locke mempublikasikan bukunya yang berjudul “Dua Risalah Pemerintahan
Sipil”. Buku tersebut menjelaskan tentang pemikirannya mengenai teori pemisahan kekuasaan.
Menurut Locke, sangat penting bagi pemerintah negara Inggris untuk mengadakan pemisahan
kekuasaan antara organ pemerintah yang memiliki fungsi berbeda. Parlemen konvensi
menawarkan takhta pada William dan Mary hingga terciptalah Bill of Rights. Bill of Rights
adalah undang-undang yang mengatur pajak, hak warga negara dalam memeluk keyakinan
masing-masing, pengubahan keputusan raja oleh parlemen, dan sebagainnya.
Pada masa pemerintahan Henry VIII, parlemen memiliki peranan yang sangat penting seperti
dalam menangani masalah hubungan dalam dan luar negeri, menyampaikan suara rakyat, dan
sebagainya. Kekuasaan parlemen semakin meningkat pada masa pemerintahan James I
dikarenakan ia gagal mempertahankan anggota Majelis Perwakilan Rendah. Namun pada masa
pemerintahan Elizabeth I, Majelis Perwakilan Rendah mendapatkan hak istimewa meliputi
pemberian keputusan atas siapa yang dapat duduk di takhta kerajaan Inggris.
Jacobites di Skotlandia dan Irlandia
Jacobite adalah pendukung Raja James II di Inggris, Skotlandia, dan juga Irlandia. Pada 1689,
terjadilah pertempuran di Skotlandia dan kemudian disusul oleh pertempuran di Irlandia yang
melibatkan Jacobite. Pada 1690, terjadi pula pertempuran antara pasukan William dan Jacobite di
danau Boyne. Dalam pertempuran tersebut, pasukan William berhasil memukul mundur pasukan
Jacobite dan berhasil menguasai Dublin.
Pada 1694, terbentuklah bank Inggris guna untuk membiayai perang. Data tersebut diperoleh
dengan sistem bunga yang diberikan kepada rakyat yang mengajukan pinjaman. Revolusi lainnya
di Inggris yaitu perizinan monopoli perdagangan oleh pihak parlemen.
Ratu Anne (1702-1714), Lembaga Kerajaan
Ratu Anne menggantikan posisi sebagai ratu Inggris pada tahun 1702. Ia adalah seorang
Anglican dan merupakan anggota dari Established Church of England. John Churchill, suami
Anne, menjadi pemimpin Inggris dan pasukan Belanda dalam pertempuran melawan Perancis.
Keberhasilannya dalam memimpin perang memjadikan Inggris sebagai pemimpin pasukan
militer di Eropa.Pada masa pemerintahan ratu Anne, terjadilah revolusi pengetahuan dengan
munculnya ilmuan Isaac Newton dan Robert Boyle. Namun, masa pemerintahan Anne belum
terbebas dari perseteruan antar negara. Pada masa itu, perseteruan antara Inggris dan Perancis
masih berlangsung dan akhirnya kemenangan jatuh ditangan Inggris. Hal tersebut menjadikan
Inggris sebagai pemimpin pasukan militer di Eropa. Ratu Anne meninggal pada 1714 dan takhta
kerajaannya digantikan oleh George Louise.
Inggris dan dunia baru : Perluasaan kerajaan
Kehadiran dunia baru dimulai dengan perjalanan Christoper Columbus yang berlangsung selama
dua puluh tahun lamanya. Columbus datang ke Inggris pada 1477 untuk mendapatkan bantuan
menemukan rute baru ke India namun hal ini ditolak oleh pengadilan Inggris. Era penjelajahan
Inggris dimulai oleh Cabots dan dilanjutkan oleh Hugh Willoughby dalam mencari jalur
perlintasan timur-laut ke Cina dan perdagangan rempah-rempah. Pada tahun 1602, Bartholomew
Gosnold menjelajahi yang sekarang disebut New England. Setelah berdamai dengan Perancis,
James I berusaha menjajah daerah Amerika Utara, dan Plymouth.
Persatuan Dengan Skotlandia: 1 Mei 1707
Pada 1 may 1707 oleh parlemen telah mengesahkan Persatuan Inggris dengan Skotlandia.
Skotlandia setuju untuk bergabung bersama Inggris dengan alasan agar mendapat keuntungan
baik di pihak parlemen Inggris maupun pihak parlemen Skotlandia. Aksi penggabungan ini
dinamakan “One United Kingdom by the name of Great Britain” dengan satu pemimpin
protestan, satu badan legislatif, dan satu sistem perdagangan bebas.
Inggris Abad Ke 18
Pada masa Anglo Skotkandia dan penerimaan situasi politik dan ekonomi yang terjadi di Inggris
Protestan, keluarga Stuart belum habis. Pada 1715, James Stuart III, diperintahkan untuk
melakukan invasi ke Inggris, “the fifteen”. Meskipun warga Inggris menginginkan kembalinya
keluarga Stuart, namun tidak terpikirkan oleh mereka untuk membantu keluarga Stuart kembali.
Hal ini dikarenakan Keluarga Stuart dilindungi oleh musuh terbesar Inggris, Perancis.
George I (1714-1727 M) dan George II (1727-1754 M)
Pemerintahan George I dinilai kurang memuaskan karena terdapat banyak permasalahan selama
masa pemerintahannya. Salah satu masalah besar yang terjadi, yaitu pemberontakan Jacobite.
Setelah itu muncul masalah mengenai kerajaan Hannover di Inggris. Setelah George I wafat,
kepemimpinanpun digantikan oleh raja George II. Pada masa kekuasaan George II, seorang
tukang kayu bernama John Harrison menciptakan penghitung waktu. Namun pada akhirnya
Inggris berhasil mengusir Perancis pada 1744 dan membangun kembali efek Jacobite.
Perluasan Kerajaan: Australia
Benua Australia dilihat sebagai pulau yang cocok untuk pemukiman. Meluasnya kekuasaan
negara Inggris menunjukkan bahwa Inggris kian haus akan kekuasaan. Revolusi terhadap
pertanian dan industri di Inggris telah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan yang sangat
besar dalam populasi warga Inggris. Solusi termudah untuk mengatasi masalah tersebut ialah
dengan melakukan emigrasi. Pada 1901, Inggris berkembang kian pesat, namun terdapat banyak
kekurangan dalam pemerintahannya. Faktanya, terdapat kemiskinan tersebar dimana-mana,
masalah sanitasi dan kesehatan. Selanjutnya, Inggris kembali memiliki masalah dengan Irlandia.
Ketidakmampuan Inggris untuk menangani Irlandia terus berlanjut hingga abad berikutnya.
Bab VIII
Inggris Pada Abad 20
Perubahan Kekasaran dan Inggris
Edward VII telah memerintah selama sembilan tahun menggantikan zaman Victoria. Edward
dikenal sebagai sang Pencipta Perdamaian dan ia memanfaatkan pengetahuannya tentang orang
Perancis, Spanyol, Italia dan Jerman untuk suatu keuntungan. Kehidupan raja tersebut mendapat
rasa ketidakpuasan dan kemarahan dari rakyat Inggris. Selanjutnya masa kerajaan yang dipimpin
oleh Edward VII digantikan oleh George V. George V adalah anak kedua dari Edward VII dan
Ratu Alexander.
Pada saat pergantian abad, terjadi masalah domestic Inggris yang menyebabkan terjadinya
perang dunia I. Perang tersebut dimulai pada Agustus 1914, saat Jerman menyatakan perang
terhadap Rusia. Mungkin Perang muncul sebagai hasil dari gangguan dalam sistem diplomatik
Eropa yang merupakan penilaian buruk dari sejumlah politisi individu.
Selama perang, ada juga kerusuhan di Inggris, terutama di sabuk industri Skotlandia dimana
konflik perburuhan intens memberi nama “Red Clyde” ke wilayah pembuatan kapalnya dan
sejak Perang Dunia I berakhir, perekonomian negara Inggris mengalami penurunan dan
mengakibatkan tingkat produktivitas di Inggris tertinggal jauh dibandingkan dengan negara lain.
Hal ini mengakibatkan banyaknya jumlah pengangguran dan Inggris mengalami depresi yang
luar biasa.
Perang dunia II pun terjadi pada tahun 1939-1945, sebagai lanjutan dari Perang Dunia I. Perang
ini jauh lebih mengerikan dibandingkan dengan Perang Dunia I. Perang Dunia II wilayahnya
jauh lebih luas, hampir semua negara terlibat dalam perang besar ini. Penyebab umum terjadinya
perang dunia kedua adalah adanya politik Revanche of Idea Jerman, yaitu politik balas dendam
atas kekalahan pada Perang Dunia I; politik mencari kawan yang menimbulkan blok-blok antar
Negara; adanya perlombaan senjata antar negara untuk memperkuat diri; timbulnya paham yang
saling bertentangan, yaitu paham fasis, liberalis, dan komunis; juga sebagai kegagalan LBB
dalam usaha menciptakan perdamaian dunia. Sedangkan penyebab khusus Perang Dunia II
adalah serangan Jerman terhadap Kota Danzig (sekarang bernama Gdanks) yang terletak di
negara Polandia, di tepi Laut Baltik.
Masa setelah perang menghantarkan pada masalah-masalah sosial ekonomi dan politik yang
sangat besar. Winston Churchill memimpin Inggris untuk meraih kemenangan selama perang
seiring dengan sebagian besar negara-negara industry dunia, Inggris memasuki masa depresi di
tahun 1970-an. Inggris juga mengalami masalah yang besar pada bulan Februari 1971 saat Rolls-
Royce menyatakan kebangkrutan, memaksa pemerintah untuk menyelamatkan perusahaan untuk
menghindari kehilangan pekerjaan dan mengembalikan prestise nasional.
Margaret Thatcher adalah perdana menteri perempuan pertama di Inggris dengan masa jabatan
terpanjang dalam sejarah bangsa dan memperoleh reputasi sebagai Iron woman dalam control
ketatnya pada kebijakan moneter Inggris. Menurut masyarakat Inggris, pencapaian utama
Margareth Thatcher adalah untuk membebaskan negaranya dari cengkeraman besi dari serikat-
serikat buruh. Untuk sebagian besar, itu jelas bahwa Inggris mulai mencapai kata sepakat dengan
hilangnya banyak industry berat dan meningkatnya ketergantungan pada keuangan, komunikasi,
minyak, asuransi, pariwisata, akuntansi dan industri jasa lainnya.
John Major dan Tony Blair juga berperan dalam mempertahankan kekuatan Negara Inggris.
Tidak ada yang dapat mencegah House of Lords untuk mendapatkan hak istimewanya. Ribuan
tahun Inggris dipertahankan oleh orang-orang yang tangguh dan independen yang pada akhirnya
membawa Inggris menjadi Negara yang sejahtera hingga saat ini.