proyek hutan desa
TRANSCRIPT
PROYEK PENGEMBANGAN HUTAN DESA
Nama : Helmi Hermawan G01110090
Gregoria Winda G01110119
Andry Apriliansyah G01109039
Soal :
1. Kegiatan apa saja yang dilakukan dimasing-masing proyek tersebut dari
perencanaan sampai pemasaran
2. Biaya yang diperlukan untuk masing-masing kegiatan
3. Produk apa saja yang dapat membantu ekonomi masyarakat
4. Sumber daya: tenaga, bahan, alat, serta sarana pra sarana
Prinsip-prinsip Hutan Desa :
1) tidak mengubah status dan fungsi kawasan hutan dan
2) ada keterkaitan masyarakat terhadap sumber daya hutan.
Karena hutan mempunyai fungsi sosial, ekonomi, budaya dan ekologis.
Jadi pengelolaan hutan desa berorientasi ekonomi perlu juga mempertimbangkan
aspek lainnya yang merupakan satu-kesatuan tak terpisahkan. Jika prinsip ini tidak
dipahami baik, maka yang akan terjadi adalah kerusakan hutan yang membawa
akibat buruk pada seluruh aspek kehidupan manusia dan lingkungannya. Yang
perlu diketahui secara tegas adalah bahwa hutan desa itu merupakan hutan negara
yang dikelola oleh masyarakat lembaga desa, sehingga untuk menerapkan
pengelolaan hutan desa harus berlandaskan aturan hukum negara dan atau
kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah.
Beberapa kriteria hutan desa, diantaranya:
1) kawasan hutan desa berada dalam kawasan hutan negara seperti hutan lindung
dan hutan produksi
2) belum dibebani hak pengelolaan atau izin pemanfaatan untuk bentuk
pengelolaan lain; dan
3) kawasan hutan berada dalam wilayah administrasi desa yang bersangkutan.
Tentang penetapan kawasan Hutan Desa, idealnya melalui fasilitasi oleh
Kementerian Kehutanan, Bupati, Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten, UPT
(BPDAS/ BPKH/BP2HP), LSM, PT dsb. Adapun prosesnya yakni:
1) Penentuan calon Hutan Desa berdasar hasil identifikasi dan iventariasasi atau
usulan kepala desa;
2) Pengusulan areal kerja Hutan Desa oleh Bupati kepada Menteri Kehutanan atas
usulan kepala desa;
3) Verifikasi oleh Tim dari pemerintah pusat (kementerian); dan selanjutnya
4) Penetapan areal kerja Hutan Desa oleh Menteri Kehutanan.
Sedangkan hal-hal yang harus dilalui dalam prosesnya sesuai ketentuan yang
berlaku bahwa Prinsip Perijinan pada Hutan Desa adalah:
1) Penetapan Areal Kerja HKm oleh Menteri Kehutanan;
2) Hak Kelola Hutan Desa diberikan oleh Gubernur kepada Lembaga Desa;
3) Hak Kelola Hutan Desa berlaku selama 35 Tahun dan dapat diperpanjang;
4) Hak Pengelolaan Hutan Desa bukan merupakan hak kepemilikan atas kawasan
hutan, tidak mengubah status dan fungsi kawasan hutan serta dilarang
memindahtangankan atau mengagunkan;
5) Pemanfaatan Kayu di Hutan Desa dapat dilakukan pada Hutan Desa yang
berfungsi sebagai Hutan Produksi melalui Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu yang diberikan oleh Menhut (dapat dilimpahkan kepada Gubernur untuk
Hutan Alam, dan Bupati utk Hutan Tanaman).
Hal terpenting yang seharusnya mapan dalam proses-proses persiapan
pelaksanaan pengelolaan hutan berbasis masyarakat dengan model hutan desa
agar mencapai tujuannya secara maksimal adalah penguatan kelembagaan
masyarakatnya. Penguatan kelembagaan desa dapat dilakukan melalui
pendampingan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten dan dapat dibantu oleh Dinas
Provinsi, UPT (BPDAS), Badan Pemberdayaan, LSM, PT, dsb.
Proses dan tujuan dari kegiatan penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat ini
adalah
1) Membentuk dan menetapkan lembaga desa;
2) Membentuk aturan internal lembaga desa;
3) Membuat perda tentang HD (jika diperlukan);
4) Menyusun administrasi;
5) Membentuk BUMDesa;
6) Membentuk forum/jaringan (jika diperlukan);
7) Kegiatan pertemuan kelompok sebagai salah satu proses penguatan
kelembagaan.
Mengenai Pengelolaan Hutan Desa, sesuai tatacaranya, dilakukan melalui
fasilitasi oleh Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten, UPT (BPDAS/ BPKH), LSM,
PT, dsb. Selanjutnya
1) Melakukan penataan areal kerja (blok/petak);
2) Melakukan penataan Batas areal kerja;
3) Pemilihan jenis tanaman yang memiliki nilai ekonomis dan sesuai dengan lokal
spesifik;
4) Pemilihan teknik-teknik silvikultur intensive;
5) Pemanfaatan hasil kayu dan non kayu.
Sedangkan tentang Pemanfaatan Hutan Desa pada kawasan hutan produksi
meliputi:
1) Pemanfaatan hasil hutan kayu dari hutan alam;
2) Pemanfaatan hasil hutan dari hutan tanaman;
3) Pemanfaatan hasil hutan non kayu (madu, rotan, getah, buah dsb).
Pada kawasan hutan lindung meliputi:
1) Pemanfatan Hasil Hutan Non Kayu; dan
2) Pemanfaatan Jasa Lingkungan (pemanfaatan air, ekowisata, penyerapan
karbon, dsb).
Semua rencana pengelolaan dan pemanfaatan hasil hutan hendaknya
dituangkan dalam Rencana Kerja dan Tahunan Hutan Desa. Misalnya,
Pemanfaatan Hutan Desa untuk pengairan, microhydro dan budidaya agroforestry
karet perlu :
1) dilakukan melalui fasilitasi oleh Dinas provinsi, Dinas Kabupaten, UPT
(BPDAS/ BPKH), LSM, PT, dsb;
2) Menyusun rencana kerja Hutan Desa (35 tahun);
3) Rencana kerja disahkan oleh pemberi ijin;
4) Menyusun rencana tahunan Hutan Desa;
5) Rencana tahunan Hutan desa disahkan oleh Dinas.
Pada prinsipnya :
1) Rencana kerja hutan desa berisikan rencana kelola Hutan Desa secara makro
(aspek kelola kawasan,usaha dan kelembagaan); dan
2) Rencana tahunan berisikan recana detil aktifitas yang akan dilakukan selama 1
tahun.
Perencanaan pengelolaan Hutan Desa dapat dilakukan melalui fasilitasi
oleh Dinas provinsi, Dinas Kabupaten, UPT (BPDAS), LSM, Koperasi, Swasta,
dsb, yang kemudian disusul dengan:
1) Melakukan diversifikasi hasil HKm dan Hutan Desa;
2) Pengembangan teknologi pemanfaatan;
3) hasil HKm dan Hutan Desa;
4) Membuka akses pasar yang jelas;
5) Membuka akses modal; dan
6) Menjalin kemitraan usaha.
Kegiatan dalam program hutan desa mencakup pembuatan demplot terpadu
dengan mengintroduksi tanaman hutan, perkebunan, palawija dan peternakan, di
tanah bengkok, tanah milik desa yang dimanfaatkan untuk menunjang kebutuhan
hidup aparatur desa, seluas 12 ha. Agar program ini lebih berdaya guna, selain
menanam tanaman hutan juga disinkronkan/diarahkan dengan kegiatan para
petani untuk bisa menjamin kebutuhan dasar hidup mereka sehari-hari secara
lebih stabil dan berkesinambungan. Melalui demplot Hutan Desa ini, diharapkan
juga dapat dipelajari berbagai aspek teknis pengintegrasian kegiatan masyarakat
petani sehari-hari dengan pembangunan hutan desa, pengelolaan hutan, termasuk
aspek-aspek silvikultur, konservasi tanah dan air, pelestarian alam, perlindungan
hutan, perkembangan riap pertumbuhan serta potensi program pembangunan
hutan desa terpadu berwawasan lingkungan sebagai motor penggerak
pembangunan berkelanjutan. Koleksi vegetasi buatan yang ada dalam hutan desa
juga dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan program pemuliaan dan konservasi.
Kawasan ini juga dapat dipergunakan lebih lanjut sebagai kawasan untuk
menerapkan berbagai hasil penelitian, percobaan dan pembangunan petak
percontohan dalam upaya menentukan system pengelolaan hutan lestari bersama
masyarakat.
Demplot terpadu yang diperkenalkan dalam program Hutan Desa tersebut juga
diarahkan untuk menutupi lahan dengan kemiringan di atas 50% dengan cara
menanam tanaman hutan dan perkebunan, sementara untuk lahan dengan
kemiringan di bawah 50% dikonsentrasikan untuk tanaman palawija dan
peternakan. Seluruh program dan kegiatan hutan desa dilakukan dengan
menerapkan hasil penelitian terpilih sehingga demplot terpadu tersebut.
dapat menggambarkan pembangunan ekonomi dan social tanpa merusak
lingkungan. Penataan berbagai komoditi yang ada di desa Bugel khususnya di
lahan bengkok di atur sedemikian rupa sehingga hasilnya bervariasi dan ada yang
dapat dipanen setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, setiap triwulan, setiap
tahun dan ada pula yang dapat dipanen 5 – 6 tahun atau lebih lama yang intinya
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara lebih stabil dan
berkesinambungan.
Desain Plot Pengembangan Hutan Desa
1. Penanaman tanaman-tanaman keras (tanaman hutan multiguna cepat tumbuh
terpilih termasuk tanaman hutan asli daerah), tanaman perkebunan yang cocok
di daerah itu, dan tanaman buah-buahan terpilih.
2. Penanaman sela penutup termasuk legum penyubur tanah, rumput gajah
(Stonotaprum sp) di lereng-lereng petakan tanah garapan sebagai sumber pakan
ternak.
3. Penanaman palawija dan horticultura dengan menggunakan varietas bibit
unggul terpilih, antara lain, jagung hibrida, varietas-varietas unggul padi huma,
ubi jalar, ketela pon, pisang, dll.
Dalam implementasinya, masyarakat desa Bugel akan dilibatkan secara aktif
dalam kegiatan pengembangan hutan desa melalui :
1. Pelatihan dan praktek langsung cara pembuatan bibit unggul tanaman
kehutanan, perkebunan dan buah-buahan melalui perbanyakan secara vegetatif
(stek, okulasi, dll) dan generatif (bici) termasuk aplikasi VA micorryza dan
pupuk organik lainnya.
2. Pelatihan teknik pembuatan benih tanaman dari kelompok comoditas palawija
dan syauran termasuk aplikasi VA micorryza dan pupuk organik lainnya.
3. Pelatihan teknik-teknik pendukung lainnya, antara lain :
a. pembuatan kompos yang cepat, murah dan berkualitas
b. cara penanaman penutup (copper crops) termasuk rumput dan legum untuk
pelindung tanah, penyubur tanah dan bahan baku pakan ternak
c. cara pengolahan limbah pertanian termasuk pembuatan silase (untuk pakan
ternak) dan pembuatan biogas (untuk bahan baku energi
memasak/penerangan, perbaikan lingkungan dan memproduksi pupuk
organik tambahan)
d. cara pengolahan comoditas yang dihasilkan dari plot demonstrasi/demplot
hutan desa terpadu.
Jenis Tanaman
Beberapa vegetasi/jenis tanaman hutan, perkebunan dan buah-buahan yang
berkualitas dan dapat tumbuh dengan baik sesuai dengan kondisi biofisik di
kawasan desa Bugel antara lain :
1. Beberapa Jenis Tanaman Hutan yang cocok untuk dikembangkan di desa :
Sengon, acasia, mahoni, matoa, sungkai, sonokeling dan aren.
2. Beberapa Jenis Tanaman Perkebunan yang dapat tumbuh baik di desa :
Lada, vanili, kopi, cengkeh, coklat dan pala.
3. Beberapa Jenis Tanaman Buah-Buahan yang dapat tumbuh baik di desa :
durian, manggis, mangga, alpokat, salak, jambu batu, nangka, duku, sukun
dan sirsak
A. Persyaratan Pembuatan Persemaian
Luas areal persemaian sekitar 1 Ha termasuk di dalamnya sarana
dan prasarana persemaian, kebun pangkas dan green house . sedangkan
pada setiap blok RRKT di buat unit persemaian antara seluas 0,2 Ha untuk
mengakomodasi kebutuhan biit dan kemudahan dalam transportasi.
Persemaian yang akan dibangun terdiri dari persemaian permanen
dan semi permanen (sedarhana), lokasi yang dipilih adalah loksai yang
layak , yaitu dekat dengan sungai agar sumber air dapat diperoleh dengan
mudah dan loksai persemaian sedapat mungkin dekat dengan tegakan
benih agar tidak diperlukan waktu yang lama untuk pengangkutan bibit
yang akan disemaikan.
Untuk menjaga sistem drainase yang baik dilokasi persemaian ,
maka dibuat saluran-sauran air kiri-kanan sepajang jalan pemeriksaan, hal
ini dimaksudkan agar tehindar dari kemungkinan timbulnya penyakit yang
menyerang semai akibat kelembapan tanah yang tinggi seperti dumping
off.
Dengan pertimbangn menghindar gerakan akar yang berlebihan ,
kemudian pengangkutan dan pertimbangan biaya , maka digunakan
polybag untuk penempatan media semai, penggunaan polybag diharapkan
dapat memudahkan di dalam usaha pengankutan sekaligus memudahkan
tahap penanaman / penimbunan bibit di lapangan.
B. Bahan-Bahan dan peralatan
Bahan
1. Pasir yang baik dan telah distreilkan untuk medium penaburan
benih
2. Bedengan/bak , diberi naungan (atap).
3. Bedengan sapih,diberi naungan,terutama untuk melindungi, semai-
semai dari teriknya sinar matahari di siang hari dan hujan yang
deras.
4. Kantong plastik /container yang bagian bawah telah diberi lubang-
lubang.
5. Tanah yang baik, yang artinya dicampur dengan pupuk TPS untuk
pengisian kantong plastic sebagai media sapih.
6. Pupuk TSP dan NPK.
7. Seng atau tripleks untuk label.
8. Fungisida dan Pestisida.
9. Bahan untuk pemagaran persemaian, antara lain kawat berduri, dan
kayu atau bambu, tali serta bibit/semai/stek batang , jenis tanaman
pagar.
10. Pengadaan Benih
Alat
1. Peralatan/bangunan untuk pangairan antara lain : parit/saluran
pangairan,bak penampung air gembor( dan kemungkinan perlu
pompa air lengkap dengan peralatannya).
2. Alat menyemprot fungisida/ dan pestisida yaitu spayer.
3. Alat-alat kerja : cangkul, sabit, ganco, gergaji, linggis.
4. Alat pengukuran : meteran/roll meter, kompas.
5. alat pencatat yang diperlukan
6. kantor, barak kerja, rumah jaga.
1. Penaburan Benih
penaburan benih adalah menanam benih yang telah dipersiapkan /
telah melalui perlakuan-perlakuan khusus dibedengan/bak dengan
tujuan agar benih dapat berkecambah dengan baik. Penaburan benih
dilakukan secara merata menurut larikan/jalur-jalur atau lubang-
lubang yang telah dibuat, kemudian ditutup dengan pasir atau tanah
halus setebal 0,5-1 cm/ setebal benih. Secara garis besar penaburan
dapat dilakukan tiga cara (1) satu persatu (drill sowing), (2) bentk
garis/baris (line sowing), dan (3) menabur mereta (dust sowing). Dan
kemudian ditutup dengan potongan-potongan seresah yang telah
disterilkan. Penutupan seresah ini dimaksudkan untuk :
• menjaga kelembaban medium.
• Meningkatkan suhu medium.
• Menekan pengeliaran rumput-rumput pengganggu, sehingga dengan
demikian
perkecambahan benih dapat berlangsung sempurna..
Jarak tanam antara benih dan atara larikan tergantung pada benih
dari suatu jenis tanaman, namun rata-rata 5 cm antar benih dan 5 –
10 cm antar larikan. Untuk benih – benih yang halus/ kecil (misalnya
benih Melaleuca spp), agar hasil penaburan benih dapat merata,
maka benih yang akan di dicampur dengan pasir. Perbandingan
berat/volume campuran benih dan pasir biasanya 1 : 20. Setelah
benih ditutup tanah, segera dilakukan penyiraman sampai
pasir/medium cukup basah, kemudian pada setiap bak/bedengan
dipasang label yang bertulisan : nomor bak penabur, species/jenis,
asal benih tanggal penaburan, dan jumlah / banyak benih
2. Penyapihan
a. Bibit dari bedengan penaburan
Pengertian penyapihan adalah memindahkan bibit/anak
semai dari bedengan / bak ke medium di bedengan sapih. Cara
penyapihan, baik pada waktu mencabut/menggali bibit/anak semai
di bedengan / bak maupun waktu menanamnya ke medium sapih
harus dilakukan dengan hati-hati, jangan sampai batang/akar-
akarnya rusak atau tidak tertanam tegak lurus. Waktu penyapihan
sebaiknya dilakukan sore hari, dan setelah disapih segara dilakukan
penyiraman sampai tanahnya cukup basah.
Setelah itu ada setiap bedengan sapih dipasang label yang
bertuliskan : Nomor bedengan sapihan, species/jenis,asal bedengan
penaburan. Kegiatan ini memerlukan kecermatan sehingga jangan
sampai menggunakan tenaga borongan. Waktu kecambah (semai
anakan) siap disapih tergantung, jenisnya biasanya sesudah keluar
daun pertama sudah dapat dilakukan penyapihan. Setelah bibit /
semai sapihan berupa 3-4 minggu sejak disapih, kerapatan
atap/naungan mulai dikurangi dan setelah berumur 8-10 minggu
sebelum semai dipindahkn / ditanam ke lapangan, atap/naungan
tanaman sama sekali ditiadakan.
3. Pemeliharaan Bibit
Penyiraman dan Pemupukan Penyiraman dilakukan paling
sedikit satu kali dalam satu hari. Pemupukan diberikan apabila
pertumbuhan bibit di bedeng sapih kurang baik. Pupuk yang
biasa digunakan adalah NPK (15:15:15) dengan dosis 10 gr per
kantong plastik.
Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan
penyakit dilakukan apabila terlihat adanya gejala serangan.
Insektisida atau fungisida yang digunakan disesuaikan dengan
jenis jamur ataupun serangga yang menyerangnya.
Standar bibit dilakukan agar bibit yang sampai ke lokasi
penanaman benar-benar memiliki kualitas yang baik, seragam,
mampu hidup dan tumbuh dengan baik. Bibit Acaccia
mangium yang berkualitas baik dan diperbolehkan untuk
dikirim ke lapangan adalah yang mempunyai tinggi bibit 25-30
cm dan diameter > 3,0 mm, batang keras dan lurus, warna
kecoklatan, daun tebal hijau, struktur akar kompak, media tidak
pecah, bebas hama dan penyakit serta segar. Bibit diangkut ke
lokasi pertanaman memakai truk atau traktor. Untuk menjaga
kualitas bibit, perlu dibuatkan tempat penampungan bibit
(TPB) sementara di dekat lokasi pertanaman.
PEMBUATAN TANAMAN
A. Persiapan Lapangan
1. Penataan lapangan. Penataan areal penanaman dimaksudkan
untukmengatur tempat dan waktu, pengawasan serta keperluan
pengelolaan hutan lebih lanjut. Areal dibagi menjadi blok-blok tata
hutan dan blok dibagi menjadi peta-petak tata hutan. Unit-unit ini
ditandai dengan patok dan digambar di atas peta dengan skala 1 :
10.000. Batas-batas blok dapat dipakai berupa batas alam seperti
sungai, punggung bukit atau batas buatan seperti jalan, patok kayu atau
beton.
2. Pembersihan lapangan. Beberapa kegiatan yang dilakukan sebelum
penanaman meliputi :
a. Menebang pohon-pohon sisa dan meninggalkan pohon yang di
larang ditebang
b. Mengumpulkan semak belukar, alang-alang dan rumput-rumputan
c. Sampah-sampah yang telah terkumpul dibakar.
3. Pengolahan tanah. Pengolahan tanah diperlukan pada tanah-tanah yang
padat dengan cara sebagai berikut :
a. Tanah dicangkul sedalam 20 - 25 cm kemudian dibalik
b. Bungkalan-bungkalan tanah dihancurkan, akar-akar dikumpulkan,
dijemur dan dibakar
c. Tanah pada jalur-jalur tanaman dihaluskan dan dibersihkan,
kemudian dibuat lubang tanaman
4. Mobilisasi Peralatan
Jenis dan jumlah peralatan yang digunakan dalam persiapan lapangan
selama jangka waktu pengusahaan hutan diperhitungkan berdasarkan
asumsi-asumsi prestasi kerja setiap jenis alat dan volume kegiatan
yang akan dilaksanakan adalah:
Pembuatan dan pemeliharaan jalan: Tractor Komatsu D70 LE-
8 umur pakai 8 tahun, umlah kebutuhan 3 unit, Motor Grader
Caterpilar 12 G umur pakai 8 tahun jumlah kebutuhan 3 unit,
Dump Truck Nisan CW 54 H umur pakai 8 tahun jumlah
kebutuhan 6 unit. Chainshaw umur pakai 8 tahun jumlah
kebutuhan 14 unit, Exavator Komatsu PC 200-7 umur pakai 8
tahun jumlah unit 3.
B. Penanaman
Kegiatan penanaman termasuk penanaman pengayaan, penanaman
pada alur silin, penanaman tanah kosong, dan kiri kanan jalan.
Kegiatan penanaman akan dilaksanakan pada areal bekas tebangan dalam
bentuk pengayaan dan tempat-tempat yang mempermudah jenis-jenis
komersialnya kurang dan penanaman pada areal-areal yang terbukan
antara lain bekas jalan sarad, tempat penimbunan dan tempat pengangkuan
kayu. Kegiatan penanaman juga dilakukan pada daerah sepanang kiri-
kanan alan utama dan pada daerah-daerah yang berbatasan dengan
pemukiman. Kegiatan penanaman / pengayaan di areal bekas tebangan
bertujuan:
- Untuk memperbaiki komposisi jenis dan penyebaran permudaan jenis-
jenis komersial, terutama jenis-jenis yang ditebang.
- Mengupayakan peningkatan nilai dan potensi areal hutan bekas
tebangan
Kegiatan penanaman / pengayaan dilaksanakan 3 tahun seelah penebangan
(Et+3). Sebelum dilaksanakan , dilakukan pembabatan dan pembebasan
terhadap tumbuhan pengganggu. Pembebetan dilakukan terhadap rumput-
rumputan, liana semak dan tumbukan bawah lainnya dengan memakai
sabit atau alat sejenisnya. Penebasan dilakukan dengan menebas tumbuhan
yang mengganggu dengan memakai parang atau sejenisnya.
Luas dan volume kegiatan pengayaan pada areal bekas tebangan
ditentukan berdasarkan hasil pelaksanaan ITT. Dengan asumsi rata-rata
areal tegakan tinggal yang terbuka tajuknya dan perlu mendapatkan
tundakan rehabilitas adalah ± 10% dari luas penebangan, sedangkan areal
yang perlu pengayaan 20% dari luas penebangan. Nilai presentase
pengayan itu diperkirakan lebih banyak dari rata-rata pengayaan pada
sistem TPTI hasil penelitian, yaitu maksimum sebesar 12%, hal tersebut
mengingat kawasan pengelolaan merupakan kawasan Logged Over Area
sehingga untuk meningkatkan komposisi dan kualitas tegakan dimasa
mendatang diperlukan intensitas pengayaan lebih tinggi. Dengan target
panenan tahunan rata-rata seluas ± 647 Ha/ tahun, maka areal effektif yang
perlu mendapatkan tindakan rehabilitas adalah seluas 67 Ha, dan
pengayaaan seluas 135 Ha. Lokasi kegiatan penanaman dan pengayaaan
adalah petak-petak ukur berukuran 20 m x 20 m dan areal terbuka yang
telah ditandai pada peta hasil kegiatan ITT. Semai atau anakan ditanam
pada lokasi diamana terdapat permudaan alam dipetak ukur yang
bersangkutan, dengan jarak 5m x 5m. sedangkan lokasi atau areal terbuka
dilakukan penanaman dengan jarak taanam 3m x 3m.
Berbeda dengan pola penanaman untuk pengayaan, Jalur
penanaman dengan lebar 100 m kiri-kanan jalan, luas penanaman
disesuaikan dengan panjang jalan utama. Luas penanaman setiap tahunnya
direncanakan rata-rata sekitar 20 Ha atau sepanjang ± 2 km. Penanaman
dilakukan dengan arak tanam 5m x 5m sehingga bibit yang dibuhtukan
pertahu rata-rata 9.600 batang/tahun jenis tanama yang akan ditanam
adalah jenis Acaccia mangium. Penanaman tanah kosong dilakukan pada
kawasan areal tidak berhutan. Jenis-jenis tanaman yang akan digunakan
terutana jenis tanaman lokal seperti jenis meranti dan jenis tanaman cepat
tumbuh untuk membantu mempercepat pertumbuhan tanaman pokok.
Hasil penanaman ini diharapkan selain untuk rehabilitasi lahan juga dapat
digunakan sebagai sumber produksi kayu dimasa mendatang.
Kegiatan pemeliharaan tanaman dilakukan pada tahun ke tiga,
keempat, dan keliam setelah penebangan (Et + 3,4,5). Pemeliharaan
tanaman ini dimaksudkan untuk memelihara tanaman (penyulaman dan
penyiangan) dan memberikan ruang tumbuh yang lebih baik serta
membebaskan dari tanaman-tanaman pengganggu, khusussnya terhadap
pohon inti. Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk membebaskan tanaman
baru hasil pengayaan / rehabilitasdari berbagai bentuk gagguan tumbuhan
pengganggu dan menyulam tanaman mati dengan bibit yang sahat.
Tujuannya dalah mempertahankan jumlah tanaman jenis komersil dan
memacu pertumbuhannya. Krgiatan pemeliharaan ini dilakukan terhadap
seluruh tanaman. Baik pada blok RKT, maupun pada tanaman di kiri
kanan jalan.
C. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman terdiri dari pemeliharaan tanaman muda sampai
tanaman berumur 3 tahun. Pemeliharaan tanaman muda dilakukan
mulai bibit selasai ditanam di lapangna sampai mencapai kondisi
tegakan yang saing mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya,
baik tajuk maupun perakarannya. Pokok-pokok pekerjaan dalam
kegiatan ini meliputi penyiangan, buka piringan (pendangiran),
pemupukan, penyulaman, penunggalan dan perlindungan dari serangan
hama dan penyakit. Pemupukan dei berikan setelah pekerjaan buka
piringan. Pupuk Urea dan KCL dicampur secara merata, kemudian
ditaburkan pada setengah lingkaran anaman dengan jarak dari titik
tanaman 0,5-1,0 meter, dan pupuk TSP ditaburkan pada bagian
setengah lingkaran berikutnya.
Pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan
Perlindungan hutan dari kebakaran sebagaimana adalah untuk
menghindari kerusakan hutan yang disebabkan oleh kebakaran akibat:
a. Perbuatan manusia seperti melakukan pembakaran hutan tanpa
izin, membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran
b. daya-daya alam seperti petir, gunung berapi reaksi sumber daya
alam dan atau gempa
dalam rangka pemadaman kebakaran setiap pemegang izin
pemanfaatan hutan , berkewaiban melakukan rangkaian tindakan
pemadaman dengan cara:
a. melakukan deteksi terjadinya kebakaran hutan;
b. mendayagunakan seluruh sumber daya yang ada;
c. membuat sekat bakar dalam rangka melokasir api;
d. memobilisasi masyarakat untuk mempecepet pemadaman;
untuk membatasi meluasnya kebakaran hutan dan mempercepat
pemadaman kebakaran setiap orang yang berada di dalam dan di
sekitar hutan wajib:
a. melaporkan kejadian kebakaran hutan kepada Kepala Desa
setempat, Petugas Kehutanan, Kepala Kesatuan Pengelolaan
Hutan, Pemegang Izin Pemanfaatan Huatan, Pemegang Izin
Penggunaan Kawasan Hutan, atau Pemilih Hutan Hak.
b. Membantu memadamkan kebakaran hutan
Perlindungan hutan dari hama penyakit dimaksudkan untuk mencegah
terjadiya perkembangan hama dan penyakit pada kawasan pengelolaan
hutan, maka sistem pengelolaan akan memperhatikan stabilitas ekosistem
dengan melaksanakan perencanaan yang matang, dan praktek-prektek
pengelolaan dengan menggunakan tekhnologi dan metode ramah
lingkungan. Stabilitas ekosistem merupakan faktor kunci terhadap
kerawanan hutan dari serangan hama dan penyakit. Untuk tindakn
pengendalian hama dan penyakit di pembibitan, perusahaan akan
melaksanakan metode pengendalian alternatif yaitu pemggunaan bibit
terseleksi dari kontaminasi hama dan penyakit serta yang memiliki cirri
atau syarat benih yang tumbuh baik. Disamping itu juga dilakukan sanitasi
areal pembibitan, penyiangan pada media bibit, pemupukan, penyiraman
serta aplikasi pestisida secara terjadwal dengan melakukan rotasi pestisida.
PEMUNGUTAN HASIL
A. Penebangan
Rencana kawasan pengelolaan seluruhnya merupakan hutan produksi
terbatas dimana batas diameter yang diperbolehkan ditebang maka
penetapan jatah produksi tahunan (JPT) volume rata-rata tahuanan selama
jangka waktu pengusahaan pada masing-masing RKT. Penebangan
dilakukan denga menggunakan chainsaw, pengalaman menunjukan dengan
menggunakan chainsaw setiap hari seorang operator dengan dibantu
helper dapat menebang rata-rata perhari adalah 10 pohon (±40 m3).
Secara garis besar tekhnis pelaksanaan penebangan adalah sebagai berikut:
Penebangan : kegiatan penebangan pohon dengan arah rebah satu
jalur (jalur sarad). Pada lahan miring arah rebah di araahkan pada
arah melintang garis kontur kea rah kontur yang lebih tinggi,
sehingga memperoleh produktivitas dan kualitas yang tinggi.
Pembersihan jalur : kegiatan membersihkan jalur tebang dari
semak dan perdu yang selanjutnya disusun pada jalur as (sarad).
Pembuatan Takik Rebah : membuat keratin pada kayu yang
berfungsi untuk mengarahkan arah rebah pohon, dengan cara
membuat keratin pada batang bersudut 30o mrnggunakan
Chainsaw, untuk pemotongan arah sejajar tanah harus rata dengan
permukaan tanah. Semua pohon direbahkan arahkan ke rencana
jalur sarad.
Pemotongan Takik Balas : menumbangkan kayu dengan cara
memotong kayu tepat di posisi takik balas. Ruang lingkup
pekerjaan ini adalah melakukan pemotongan 3 cm di atas takik
rebah dengan menggunakan chainsaw. Dalam melakukan
pemotongan takik balas tidak dibenarkan sampai putus bertemu
takik rebah karena hal ini menyebabkan tidak akan bias
mengendalikan kecapatan dan arah rebah pohon. Penebangan yang
benar selau meningggalkan engset bekas tebangan peda tunggul
tinggal.
Trimming : pekerjaan penebasan pada batang pokok dari cabang
poko dan ranting dengan menggunakan chainsaw atau prang untuk
mendapatkan kayu gelodongan sesuai dengan spesifikasi.
Troping : pemotongan ujung batang degan diameter terkcil yang
diinginkan.
Pengukuran Batang : menggukur batang kayu dengan stik yang
mempunyau ukuran 2,5 meter guna memudahkan operator dalam
prosespekerjaan pemotongan kayu.
Bucking : pembagian batang dengan memotong – motong kayu
menjadi ukuran terrtentu dengan menggunakan alat chainsaw.
Debarking : pengupasan kulit kayu.
Pembuatan jalur koridor : membut jalur yang digunakan untuk
menumpuk semua jenis sampah sisa tebangan, fungsi koridor ini
adalah tempat keluarmasuk alat saraad dalam mengeluarkan kayu
dari alat petak.
Penumpukan (Stacking) : mengumpulkan kayu log yang telah
diproses ebelumnya menjadi tumpukan kecil dengan jumlah kayu
10-15 batang (dengan menggunakan alat bantu Lifting Tong ) .
Jalur Kontrol : untuk memudahkan inspeksi, sehingga apabila alat
bekerja malam hari bias membedakan mana yang boleh dilewati
maupun tidak.
B. Pengangkutan
Pengankutan kayu dari loksi tempat pengumpulan sampai ke tempat
penimbunan kaayu dilakukan melalu darat dan direncanakan
menggunakan Logging Truck. Dengan memperhatikan kondisi lapangan di
lokasi rencana kerja maka direncanakan volume muatan rata-rata yang
diangkur truk sebesar 30 m3/trip, dengan jarak angkut rata-rata 30 km
dengan waktu tempuh ± 3 jam (kecepatan rata-rata 20 km/jam) apabila jam
kerja efektif 8 jam/hari, dengan availability alat 70 % maka jumlah trip
dalam sehari adalah 2,7 trip. Dengan jam kerja 17 hari / bulan atau 204
hari / tahun, maka kapasitas pengangkutan sebesar 1.360 m3/bulan atau
16.320 m3/tahun.
ANLISA BIAYA
Standar Biaya Pembangunan Tanaman Hutan Desa,
No Jenis Kegiatan Satuan Biaya (Rp)1. Penanaman
a. Pengadaan bibitb. Persiapan Lahanc. Pembuatan Tanaman
HaHaHa
300.000,-1.500.000,-400.000,-
Jumlah 2.200.000,-2. Pemeliharaan
a. Pemeliharaan Tahun IIIb. Pemelharaan Tahun IVc. Pemeliharaan Tahun V
HaHaHa
350.000,-400.000,-260.000,-
Jumlah 1.010.000,-3. Pengendalian Kebakaran dan Pengamanan Hutan
a. Pengendalian kebakaran dan perlindungan hutan
b. Pengamanan hutan
HaHa
125.000,-343.000,-
Jumlah 468.000,-
4. Kewajiban Kepada Negaraa. Pembayaran IHPHTIb. Pembayaran PBB
HaHa
2.500,-50.000,-
Jumlah 52.500,-5. Pembangunan Sarana dan Prasarana
a. Pembutan jalan, bangunan dan pengadaan peralatan mesin
b. Pemeliharaan sarana dan perasarana
HaHa
740.000,-125.000,-
Jumlah 865.000,-
Biaya Pengadaan Bibit Tanaman Utama Proyek Pembangunan Kehutanan
Uraian Biaya Satuan
(rp/HK)
Satuan Fisik Jumlah Biaya (Rp)
Norma (HK)
Frekuensi Jumlah
A.Tenaga Kerja1. persiapan persemaian Pengisian tanah Pembuatan bedeng
25.000,-25.000,-
20,1
11
20,10
50.000,-25.000,-
Total 75.000,-2.Perlakuan Pupuk3. Penyemaian Penyiraman Perawatan bibit Mandor
25.000,-25.000,-36.000,-
0,41
0,4
1
111
-
010
-
10.000,-25.000,-14.400,-
Total 49.400,-B.Bahan Benih Acaccia Mangium 500.000,- 0,041 1 0,041 20.500,-
(Rp/Kg) Polybag Pupuk (Rp/Kg)
6000,-12.000,-
250
11
2,0000,025
12.000,-600.000,-
Total 632.500,-Jumlah 756.900,-
Biaya Penanaman Tanmana Utama Proyek Pembangunan Hutan Tanaman
Uraian Biaya Satuan (rp/HK)
Satuan Fisik Jumlah Biaya (Rp)
Norma (HK)
Frekuensi Jumlah
A.Tenaga Kerja1. persiapan penanaman Pengisian tanah Pembuatan bedeng
25.000,-25.000,-
22
11
22
50.000,-50.000,-
Total 100.000,-2.Perlakuan Pupuk3. Penanaman Pengankutan bibit Pelaksanaan penanaman Mandor
25.000,-
25.000,-25.000,-36.000,-
1
0,42
0,4
1
111
1
010
25.000,-
10.000,-50.000,-14.400,-
Total 99.400,-B.Bahan Pupuk 12.000,- 55 1 55 660.000,-Total 660.000,-
Jumlah 859.400,-
Biaya Pemeliharaan Tanaman Utama Tahun ke-3 Proyek Pembangunan
Hutan Tanaman
Uraian Biaya Satuan (rp/HK)
Satuan Fisik Jumlah Biaya (Rp)
Norma (HK)
Frekuensi Jumlah
A.Tenaga Kerja1. mandor 2. karyawan Menyiangi piringan Memupuk Menyulam Hama dan penyakit
36.000,-
15.000,-15.000,-15.000,-15.000,-
0,4
3333
1
2212
0,4
6000
14.400,-
45.000,-45.000,-45.000,-45.000,-
Total 194.400,-3. angkut bongkar 25.000,- 1 25.000,-
Total 25.000,-
B.Bahan dan Alat
1.peralatan Semprot Alat lain
45.000,-105.000,-
22
--
--
90.000,-210.000,-
Total 300.000,-2. Bahan Urea (/kg) TSP (/Kg) Insektisida (/kg) Fungisida (/kg)
12.00,-1.800,-52.000,-52.000,-
121266
1111
1111
14.400,-21.600,-312.000,-312.000,-
Total 660.000,-Jumlah 1.179.400,-