prospek pengembangan pariwisata di kawasan …
TRANSCRIPT
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
144
PROSPEK PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KAWASAN
WISATA BUKIT LAWANG KABUPATEN LANGKAT
Prospects of tourism development at the tourist region in Bukit
Lawang, Langkat district
Harris Pinagaran Nasution Program Studi Manajemen Bisnis, Politeknik Negeri Medan
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prospek pengembangan pariwisata dan upaya-upaya yang dilakukan bagi kawasan wisata Bukit Lawang Kabupaten Langkat. Jenis
penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif dimana peneliti
mengumpulkan, mengklasifikasikan, menganalisis, dan menginterpretasikan data. Hasil
penelitian menjelaskan bahwa pentingnya dilakukan pengembangan kawasan wisata Bukit Lawang, pemerintah daerah harus dapat melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan,
pelaksanaan dan juga pengawasan kegiatan wisata karena dukungan kedua belah pihak
yang dapat mensukseskan pengembangan program-program kegiatan pariwisata.
Kata kunci: prospek pengembangan pariwisata, kawasan wisata Bukit Lawang
ABSTRACT
The purpose of this research is to know about the prospects of tourism development and
the efforts that have made at the tourist region in Bukit Lawang, Langkat. The type of this
research is descriptive qualitative approach which researchers collect, classify, analyze, and interpret data. Results of research conducted to explain the importance of the
development of the tourist region in Bukit Lawang and local governments should be involve
with communities for the planning, implementation and supervision of tourism activities
due to the support of both parties that can succeed in the development of tourism activity programs.
Keywords: prospects for development of tourism, the tourist region in Bukit Lawang
PENDAHULUAN
Indonesia mempunyai potensi besar untuk menjadi kawasan tujuan wisata
dunia, karena memiliki ketiga unsur penting yang membedakan dengan Negara
lain. Ketiga unsur tersebut diantaranya potensi pertama masyarakat (people),
penduduk Indonesia terkenal dengan keramahannya dan mudah bersahabat dengan
bangsa manapun. Potensi kedua adalah budaya (cultural haritage), Indonesia
merupakan negara yang mempunyai kekayaan budaya yang beragam. Potensi yang
ketiga adalah alam (nature heritage), Indonesia mempunyai alam yang masih
sangat alami dan menarik untuk dikunjungi, misalnya pegunungan, pulau dan
pantai yang indah, sungai dan kawasan hutan, dll.
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
145
Bukit Lawang telah lama dikenal sebagai daerah kunjungan wisata, baik oleh
kalangan wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Bukit Lawang
sebagai pusat rehabilitasi orangutan didirikan pada tahun 1973. Terdapat sekitar
5.000 orangutan menempati area tersebut. Taman wisata Bukit Lawang juga
memberikan banyak keindahan yang dapat memanjakan mata para wisatawan, hal
ini dapat dilihat dari panorama alam yang indah dengan sungai yang jernih serta
keberadaan orangutan Sumatra yang memang menjadi daya tarik utama bagi para
pengunjung.
Namun ketika datang bencana banjir bandang pada tanggal 2 November 2003
meluluh-lantakkan kawasan wisata Bukit Lawang. Banyak korban jiwa dan materil
pada saat kejadian kerusakan pada bangunan rumah penduduk, hotel yang berada
di sekitar aliran sungai bahorok ikut rusak akibat bencana banjir bandang. Kondisi
Bukit Lawang pada saat itu, sangat memprihatinkan dan selama enam bulan
kawasan wisata tersebut ditutup untuk umum. Akibatnya masyarakat setempat yang
mengandalkan nafkahnya dari sektor pariwisata terpaksa menganggur. Tiga tahun
kemudian setelah kejadian banjir bandang kawasan wisata Bukit Lawang kembali
bergairah lagi, sejumlah wisatawan domestik dan asing mulai berdatangan.
Dampak dari banjir bandang ini mengakibatkan Bukit Lawang kehilangan
keindahannya yang berdampak berkurangnya wisatawan yang datang berkunjung.
Kurangnya kesadaran masyarakat sekitar untuk menjaga kebersihan juga membuat
obyek wisata ini sangat tidak indah, dan hal ini mengakibatkan wisatawan juga
mengikuti apa yang sudah menjadi kebiasaan dari masyarakat sekitar, dengan
membuang sampah sembarangan. Hal ini dapat dilihat saat wisatawan bersantai
ditepian sungai bahorok, dengan membawa makanan mereka dan membuang
sampahnya langsung ke sungai, padahal di situ sudah terdapat tempat sampah.
Bukan hanya kekurangan dari segi kesadaran masyarakat maupun wisatawan, akan
keindahan lingkungan sekitar obyek wisata, kekurangan obyek wisata ini juga
adalah masih buruknya jalanan menuju obyek wisata ini yang masih berbatu-batu,
padahal pemerintah Indonesia sudah membuat perhatian khusus atas kawasan ini
dan juga kurangnya fasilittas trasportasi umum di daerah tertentu untuk menuju
kawasan wisata ini.
Pengembangan bidang pariwisata merupakan suatu hal yang sangat perlu
dilakukan oleh Pemerintah Daerah, mengingat banyak sekali keuntungan atau
manfaat yang bisa diambil dari kegiatan pariwisata. Dalam melakukan
pengembangan pariwisata dibutuhkan berbagai pendukung untuk memperlancar
jalannya kegiatan. Antara lain pelayanan, sumber daya manusia yang berkualitas,
adanya dana yang cukup memadai, didukung sarana dan prasarana, dukungan
masyarakat setempat serta kebijakan dari Pemerintah Daerah yang
memprioritaskan bidang pariwisata.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prospek pengembangan kegiatan
pariwisata di kawasan wisata Bukit Lawang dan upaya-upaya yang dilaksanakan
bagi pengembangan pariwisata di kawasan wisata Bukit Lawang.
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
146
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Pariwisata
Dalam bahasa Inggris wisata disebut dengan tour yang berarti
berdarmawisata atau berjalan-jalan melihat pemandangan, sedangkan secara
etimologi, pariwisata berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu kata “pari” yang berarti
halus maksudnya mempunyai tata krama tinggi dan”wisata” yang berarti
kunjungan atau perjalanan untuk melihat, mendengar, menikmati dan mempelajari
sesuatu. Jadi pariwisata berarti menyuguhkan suatu kunjungan secara bertatakrama
dan berbudi (Syafiie, 2009).
Pengembangan Pariwisata
Menurut Otto Soemarwoto dalam Kastolani (2010) menyatakan bahwa
pengembangan pariwisata merupakan kegiatan kompleks, menyangkut wisatawan,
kegiatan, sarana prasarana, obyek dan daya tarik, fasilitas penunjang, sarana
lingkungan dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam pengembangannya harus
memperhatikan terbinanya mutu lingkungan. Tata letak peruntukan perlu dilakukan
untuk menghindari benturan antara kepentingan pariwisata dengan kepentingan
pencagaran. Melalui zonasi yang baik keanekaragaman dapat terpelihara, sehingga
wisatawan atau pengunjung dapat memilih rekreasi yang baik. Dengan demikian,
bahwa pengembangan pariwisata didalamnya terdapat kegiatan atau usaha yang
terkoordinasi untuk mengatur sesuatu yang belum ada serta memajukan atau
memperbaiki bahkan meningkatkan sesuatu yang telah ada yang mencakup segi
kemasyarakatan dengan memperhatikan mutu lingkungannya.
Sedangkan menurut Suwantoro (2004) unsur pokok yang harus mendapat
perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata yang
menyangkut perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pengembangannya
meliputi lima unsur, yaitu:
1. Obyek dan Daya Tarik Wisata
Daya tarik wisata atau obyek wisata merupakan potensi yang menjadi
pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Pada umumnya
daya tarik suatau obyek wisata berdasar pada:
a) Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman
dan bersih.
b) Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.
c) Adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka.
d) Adanya sarana atau prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan
yang hadir.
e) Obyek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam
pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan dan sebagainya.
f) Obyek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai
khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur
yang terkandung dalam suatu obyek buah karya manusia pada masa lampau.
Pembangunan suatu obyek wisata harus dirancang dengan bersumber pada
potensi daya tarik yang dimiliki obyek tersebut dengan mengacu pada kriteria
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
147
keberhasilan pengembangan yang meliputi berbagai kelayakan yaitu sebagai
berikut:
1) Kelayakan finansial
Studi kelayakan ini menyangkut perhitungan secara komersial dari
pembangunan obyek wisata tersebut.
2) Kelayakan sosial ekonomi regional
Studi kelayakan ini dilakukan untuk melihat apakah investasi yang
ditanamkan untuk membangun suatu obyek wisata memiliki dampak
sosial ekonomi secara regional; dapat menciptakan lapangan kerja dan
dapat meningkatkan penerimaaan devisa.
3) Layak teknis
Pembangunan obyek wisata harus dapat dipertanggungjawabkan secara
teknis dengan melihat daya dukung yang ada.
4) Layak lingkungan
Analisis dampak lingkungan dapat dipergunakan sebagai acuan kegiatan
pembangunan suatu obyek wisata.
2. Prasarana Wisata
Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia
yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan
wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan dan sebagainya.
Untuk kesiapan obyek-obyek wisata yang akan dikunjungi oleh wisatawan di
daerah tujuan wisata, prasarana wisata tersebut perlu dibangun sesuai dengan lokasi
dan kondisi obyek wisata yang bersangkutan. Pembangunan prasarana wisata yang
mempertimbangkan kondisi dan lokasi akan meningkatkan aksebilitas suatu obyek
wisata yang akhirnya akan meningkatkan daya tarik obyek wisata itu sendiri.
Dalam melaksanakan pembangunan prasarana wisata diperlukan koordinasi
yang mantap antara instansi terkait bersama dengan instansi pariwisata di berbagai
tingkat.
3. Sarana Wisata
Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan
untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya.
Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata maupun obyek wisata tertentu
harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan baik secara kuantitatif maupun
kualitatif.
Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata adalah
hotel, biro perjalanan, alat transportasi, restoran dan rumah makan serta sarana
pendukung lainnya. Sarana wisata secara kuantitatif menunjuk pada jumlah sarana
wisata yang harus disediakan, sedangkan secara kualitatif ialah menunjukkan pada
mutu pelayanan yang diberikan dan yang tercermin pada kepuasan wisatawan yang
memperoleh pelayanan.
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
148
4. Tata Laksana (Infrastruktur)
Infrastruktur adalah situasi yang mendukung fungsi sarana dan prasarana
wisata, baik yang berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik di atas dan di
bawah tanah seperti :
a) Sistem pengairan, distribusi air bersih, sistem pembuangan air limbah yang
membantu sarana perhotelan atau restoran.
b) Sumber listrik dan energi serta jaringan distribusinya yang merupakan
bagian vital bagi terselenggaranya penyediaan sarana wisata yang memadai.
c) Sistem jalur angkutan dan terminal yang memadai dan lancar akan
memudahkan wisatawan untuk mengunjungi obyek-obyek wisata.
d) Sistem komunikasi yang memudahkan para wisatawan untuk mendapatkan
informasi maupun mengirimkan informasi secara cepat dan tepat.
e) Sistem keamanan atau penagawasan yang memberikan kemudahan di
berbagi sektor bagi para wisatawan.
5. Masyarakat (Lingkungan)
a) Masyarakat
Masyarakat di sekitar obyek wisata perlu mengetahui berbagai jenis dan
kualitas layanan yang dibutuhkan oleh wisatawan. Hal ini disebabkan
karena masyarakat di sekitar obyek wisatalah yang akan menyambut
kehadiran wisatawan tersebut dan sekaligus akan memberikan layanan yang
diperlukan oleh wisatawan.
b) Lingkungan
Lingkungan alam di sekitar obyek wisata perlu diperhatikan kelestariannya
agar tidak rusak dan tercemar. Sehingga perlu adanya aturan dan
persyaratan dalam pengelolaan suatu obyek wisata.
c) Budaya
Lingkungan masyarakat dalam lingkungan alam di suatu obyek wisata
merupakan lingkungan budaya yang menjadi pilar penyangga kelangsungan
hidup masyarakat. Oleh karena itu lingkungan budaya tidak boleh tercemar
oleh budaya asing, tetapi harus ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat
memberikan kenangan yang mengesankan bagi setiap wisatawan yang
berkunjung.
Berdasarkan uraian tersebut, agar dapat memberikan kesenangan dan
kepuasan kepada wisatawan, suatu pembangunan obyek wisata tidak boleh terlepas
dari ketersediaan sarana yang ada di obyek wisata tersebut. Selain itu juga harus
didukung oleh prasarana yang memadai seperi jaringan transportasi dan komunikasi,
keterlibatan penyelenggara negara atau pihak pemerintah dalam membuat
kebijakan yang dapat mendorong pengembangan pariwisata dan peran serta
masyarakat berkaitan dengan adanya kesadaran akan manfaat dari obyek wisata
yang ada di lingkungan setempat.
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
149
Tujuan Pengembangan Pariwisata
Pariwisata di Indonesia telah dianggap sebagai salah satu penggerak sektor
ekonomi yang penting. Bahkan melalui pariwisata diharapkan dapat menjadi
penghasil devisa nomor satu. Sehingga pembangunan dan pengembangan sektor
pariwisata perlu ditingkatkan melalui kebijakan-kebijakan pengembangan sektor
kepariwisataan. Tujuannya adalah agar lebih banyak wisatawan datang, lebih lama
tinggal dan lebih banyak mengeluarkan uangnya selama berkunjung ke Indonesia.
Pada dasarnya tujuan utama dari pengembangan kepariwisataan adalah untuk
meningkatkan nilai ekonomi. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan
oleh Yoeti (2007) bahwa pengembangan kapariwisataan nasional, dengan tujuan
untuk memperlancar usaha kepariwisataan nasional sebagai salah satu sumber
penghasil devisa negara perlu menyempurnakan organisasi dan tata kerja badan
pelaksana dibidang kepariwisataan tingkat pusat.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka konseptual merupakan suatu kesimpulan yang masih sifatnya
sementara oleh karenanya kegiatan pengembangan pariwisata merupakan kegiatan
kompleks, maka dalam pengembangannya harus memperhatikan terbinanya mutu
lingkungan. Untuk menunjang pengembangan pariwisata di kawasan wisata Bukit
Lawang maka perlu diperhatikan unsur-unsur pokok yang menunjang
pengembangan pariwisata. menurut Suwantoro (2004) unsur pokok tersebut adalah:
1. Obyek dan daya tarik wisata
2. Prasarana wisata
3. Sarana wisata
4. Tatalaksana (infrastruktur)
5. Masyarakat (lingkungan)
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif melalui pendekatan deskriptif
yang bersifat uraian dari hasil wawancara, pengamatan dan studi dokumentasi. Pada
tahap analisis data dilakukan proses penyederhanaan data-data yang terkumpul ke
dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipahami. Adapun yang dimaksud
dengan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong,
2007).
Subjek penelitian menjadi informan yaitu informan kunci, informan utama
dan informan tambahan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan.
Pengambilan subjek penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik penarikan
sampel bola salju (snowball sampling). Teknik ini merupakan teknik penentuan
subjek penelitian yang awalnya berjumlah kecil, kemudian berkembang semakin
banyak.
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
150
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data dilakukan dengan
triangulasi. Analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dan
kesimpulan atau verifikasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Obyek dan daya tarik wisata
Kabupaten Langkat merupakan Kabupaten yang ditetapkan pada tanggal 17
Januari 1750 dengan ibukota Stabat dengan luas wilayah 6.263,29 km2, terletak
antara 30 14’ 40 13’ LU dan 970 52’ sampai 980 45’ Bt, dengan ketinggian 0 – 300
m dari permukaan laut.
Obyek dan daya tarik wisata merupakan segala sesuatu yang ada di dalam
obyek wisata yang menarik dan bernilai yang dapat di kunjungi dan di nikmati oleh
pengunjung wisata tersebut.
Kawasan TNGL memiliki potensi kekayaan tumbuh-tumbuhan sekira 3.500
jenis dan satwanya sekira 536 jenis. Keragaman flora dan fauna di kawasan hutan
Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang terpelihara dan terjaga dengan baik,
terutama di Kecamatan Bahorok, merupakan salah satu pendukung meningkatnya
minat wisatawan berkunjung. Berdasarkan pengamatan langsung bahwa obyek dan
daya tarik wisata yang ada di kawasan wisata Bukit Lawang, meliputi :
• Taman Nasional Gunung Leuser (Penangkaran orangutan dan konservasi
flora).
• Sungai Bahorok.
• Sungai dan Air Terjun Bukit Lawang.
• Gua Kapal.
Dimana berdasarkan jenis wisatawan berkunjung maka daya tarik yang paling
banyak adalah:
a. Wisatawan domestik paling minat terhadap pemandian dan arung jeram di
sungai Bukit Lawang.
b. Wisatawan mancanegara paling minat terhadap wisata ke Taman Nasional
Gunung Leuser (penangkaran orangutan dan konservasi flora).
Terdapat dua suasana paling mempesona di Bukit Lawang. Pertama, suasana
pagi hari ketika cuaca cerah. Pemandangan menatap ke sungai yang begitu biru
berpadu dengan kesegaran dedaunan pepohonan dari cahaya kemerahan dari
matahari terbit, merupakan pemandangan luar biasa.
Kedua suasana di sore hari yang merupakan waktu paling tepat untuk bermain
di sungai, baik itu mandi-mandi, berenang atau mengarungi riam-riam dengan
menggunakan ban dalam mobil atau dikenal dengan istilah tubing. Berapa lama pun
kita tinggal di Bukit Lawang, tidak akan pernah merasa bosan dalam menikmati
keindahan baik di pagi hari maupun keceriaan sore hari.
Prasarana wisata
Prasarana wisata adalah semua fasilitas yang menunjang kegiatan
perekonomian agar dapat berjalan dengan lancar, sehingga memudahkan manusia
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
151
untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk kawasan obyek wisata Bukit Lawang
kondisi parasaran wisatanya cukup memadai namun belum maksimal seperti yang
diharapkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan prasarana tersebut
meliputi:
1. Tersedianya jaringan listrik (PLN). Sarana listrik yang ada di desa Perk.
Bukit Lawang adalah listrik milik PLN sehingga lebih memudahkan
masyarakat dalam beraktifitas, walaupun akhir-akhir ini PLN sering
mengadakan pemadaman listrik bergilir.
2. Tersedianya air bersih. Untuk ketersediaan air bersih di kawasan ini
tidak menjadi masalah karena juga didukung ketersediaan air sungai
yang ada disepanjang kawasan Bukit Lawang.
3. Tersedianya jaringan komunikasi. Ketersediaan jaringan komunikasi
dapat menggunakan beberapa provider telekomunikasi yang ada seperti
: Telkom, Telkomsel, XL dan Indosat namun penggunaan tergantung
cakupan area dari masing-masing jaringan komunikasi yang ada di
kawasan Bukit Lawang ini.
4. Tersedianya jasa kesehatan. Terdapatnya beberapa Puskesmas di
kawasan wisata Bukit Lawang serta dibentuknya tim SAR yanga turut
berpartisipasi di daerah pinggiran aliran sungai untuk berjaga-jaga dan
menyelamatkan jika ada pengunjung yang terseret arus.
5. Tersedianya keamanan. Penerapan sistem keamanan dengan
menempatkan satuan keamanan baik dari masyarakat setempat maupun
kepolisian pada pos-pos jaga selain itu terdapat Polsek Bahorok.
Sarana wisata
Kawasan obyek wisata Bukit Lawang memiliki berbagai sarana wisata yang
dapat di manfaatkan oleh pengunjung, Berdasarkan hasil wawancara dengan
informan sarana wisata meliputi :
a) Sarana pokok yang merupakan sarana utama/fasilitas utama, yang
terdapat di kawasan wisata antara lain:
1. Tempat penginapan yaitu mulai dari hotel dan motel. Beberapa
penginapan yang bisa anda temukan disini antara lain Bukit Lawang
Cottege dan Rindu Alam Hotel. Kebanyakan penginapan memakai
prinsip eco-lodging. Artinya tempat menginap dibuat agar menyatu
dengan alam, misalnya tempat tidur yang dibuat menggantung.
Letaknya pun di beranda sehingga saat beristirahat anda bisa langsung
melihat asrinya kawasan Bukit Lawang. Harga penginapan sangat
bervariasi, mulai dari Rp. 100.000,- hingga Rp. 500.000,-
2. Tempat restauran dan rumah makan. Disekitar kawasan wisata kita
dapat menikmati beberapa restaurant dan rumah makan seperti wisma
leuser sibayak restaurant, rosa restaurant, lawang inn restaurant, green
hill, dan lain-lain dengan berbagai menu dan harga yang bersaing.
3. Tempat yang mengatur perjalanan dan menyelenggarakan tour, seperti
kantor informasi pariwisata, biro perjalanan dan jasa transportasi (bus
pariwisata, taksi dan rental mobil).
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
152
b) Sarana pelengkap, merupakan fasilitas-fasilitas yang melengkapi sarana
pokok, sehingga fungsinya dapat membuat wisatawan lebih betah
tinggal di tempat yang dikunjunginya, yang terdapat di kawasan wisata
antara lain:
1. Penyewaan aktivitas wisata air seperti : ban, perahu dan dayung
dan pakaian renang.
2. Area perkemahan. Terdapat area perkemahan yang dapat
dinikmati wisatawan yang berkunjung dan menikmati suasana
dengan alternatif sedikit berbeda.
3. Sarana Ibadah. Terdapat 5 unit masjid di Bukit Lawang yang
jaraknya berjauhan, serta satu unit mushola. Masyarakat yang
beragama kristen yang ingin melakukan peribadatan mingguan,
dapat dilakukan di gereja adat yang terdapat di Gotong royong.
Gereja GBKP (Gereja Batak Karo Protestan) Runggun Gotong
royong 1 unit, gereja tersebut merupakan gereja adat yang
menggunakan bahasa daerah karo.
4. Photo studio. Bagi wisatawan yang ingin mengabadikan
momen-momen indah dapat memanfaatkan jasa foto studio yang
tersedia dilokasi wisata.
c) Sarana penunjang, adalah fasilitas yang diperlukan wisatawan untuk
melengkapi sarana pokok dan sarana pelengkap, tetapi lebih
mengutamakan agar wisatawan lebih banyak membelanjakan uangnya
di tempat yang sedang dikunjungi, yang terdapat di kawasan wisata
antara lain:
1. Toko cinderamata (souvenir). Penjual-penjual cinderamata banyak
dijumpai disekitar lokasi wisata yang menjual berbagai macam
souvenir-souvenir khas kerajianan tangan masyarakat setempat.
2. Toko serba ada (mini market). Masyarakat sekitar lokasi wisata
sebagian mencari tambahan penghasilan dengan membuka usaha
menjual berbagai kebutuhan penunjang bagi wisata dengan
membuka toko serba ada (mini market).
Baik pihak pemerintah maupun masyarakat mengharapkan sarana penunjang
berupa anjungan tunai mandiri (ATM) dapat diadakan disekitar kawasan wisata
Bukit Lawang karena hanya ada di daerah Turangie Baru, daerah Bahorok di kantor
PT. Lonsum.
Tatalaksana (infrastruktur)
Tatalaksana kepariwisataan yang terdapat di dalam obyek wisata Bukit
Lawang perlu mendapat perhatian dari pemerintah karena berdasarkan hasil
wawancara dengan informan yaitu :
1. Kondisi jalan cukup memadai namun terdapat beberapa jalanan disetiap
tikungan terganggu dengan adanya lubang di setiap jalan aspal. Panjang
jalan aspal dari kecamatan Bahorok adalah sekitar 11 km, dan panjang
jalan aspal di desa adalah 2.700 meter. Memasuki musim penghujan
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
153
kondisi saat ini buruk dan jalan rusak dimana terdapat kondisi jalanan
becek dan licin akibat saluran air di jalan menuju parit yang tidak lancar.
2. Kurangnya rambu-rambu lalulintas dari dan menuju obyek kawasan
wisata Bukit lawang.
3. Moda transportasi umum yang dapat digunakan adalah bus
pembangunan semesta (PS), mini bus L300, dan Borneo. Alat
transportasi ke Bukit Lawang agak kurang memadai, terbukti dengan
kurangnya alat transportasi menuju Bukit Lawang. Dari hasil
pengamatan penulis dilapangan, bahwa sarana transportasi dari kota
medan hanya dapat menaiki 3 angkutan umum. Semua moda
transportasi umum tersebut bisa di dapat dari terminal Pinang Baris,
Medan
Kondisi tatalaksana kepariwisataan terutama jalan raya dan jalan menuju
obyek wisata perlu perbaikan agar dapat memberikan kenyamanan bagi para
wisatawan yang berkunjung.
Masyarakat (lingkungan)
Masyarakat di kawasan Bukit Lawang memiliki pola kehidupan yang erat
satu sama lainnya. Hal ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat saling
berdampingan dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi mereka dalan bidang
parawisata. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara bahwa keterlibatan
masyarakat terhadap lingkungan ditunjukkan dalam kegiatan, sbb :
1. Menunjukkan keramahan masyarakat setempat dan memberikan informasi
kepada wisatawan terhadap obyek-obyek wisata.
2. Masyarakat lokal juga memiliki organisasi tertentu untuk membangun
pariwisata yaitu Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI). Organisasi ini
didominasi oleh pemuda-pemudi setempat. Mereka berupaya untuk
menciptakan kelestarian lingkungan melalui bidang pariwisata.
3. Pemerintah daerah dan masyarakat membangun kegiatan sadar wisata
dimana masyarakat menunjukkan kepedulian dengan menjaga kebersihan
lingkungan maupun sungai. Selain itu, mereka berusaha menjaga
kelestarian hutan agar tidak terjadi banjir.
Upaya-upaya pengembangan wisata yang dilakukan pada kawasan wisata
Bukit Lawang.
Kebijakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Langkat yang
menyangkut perencanaan dan pengembangan kawasan Wisata Bukit Lawang yaitu
melalui perencanaan yang diharapkan dapat menghasilkan rencana pengembangan
wisata yang komprehensif, melalui proses partisipasi dengan memperhatikan
sensitivitas ekosistem, potensi sumber daya alam, ketersediaan ruang, optimalisasi
pelibatan masyarakat dan lokal ekonomi serta keamanan pengunjung dengan
sasaran sebagai berikut:
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
154
a) Mengembangkan model kawasan wisata yang ramah lingkungan
(berbasis ekologi).
b) Mengembangkan model pengelola bersama (co-management).
c) Menyediakan program wisata alam bagi wisatawan nusantara dan
wisatawan mancanegara.
d) Menyediakan informasi keanekaragaman hayati dan pengetahuan
tradisional masyarakat sebagai upaya meningkatkan kesadaran
masyarakat dan pengunjung.
e) Menyediakan kenyamanan dan keamanan bagi pengunjung.
f) Meningkatkan peran serta masyarakat dan penerimaan keuntungan dari
pariwisata.
Hal ini telah dibuktikan oleh Pemerintah daerah melalui Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten Langkat dengan melaksanakan visi yang diemban yaitu
“ terwujudnya kebudayaan dan pariwisata yang religius, maju dan berwawasan
lingkungan “ telah berupaya melakukan berbagai kegiatan pengembangan potensi
pariwisata dikawasan Bukit Lawang, diantaranya :
1. Kerjasama antara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Langkat dan
masyarakat, diwakili melalui Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI)
menyusun dan melaksanakan kegiatan tahunan yaitu kegiatan Sadar Wisata.
Kegiatan tersebut adalah penyuluhan-penyuluhan pariwisata bagi kawasan
wisata Bukit Lawang kepada para guide, pedagang dan masyarakat setempat.
Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat menunjukkan kepedulian dengan
menjaga lingkungan sekitar. Sebahagian warga masyarakat mempunyai
kebiasaan buruk mengotori lingkungan pariwisata, yakni membuang sampah
dan kotoran, baik dari manusia maupun industri, ke sungai atau aliran-aliran
air lainnya. Pembalakan liar akan mengakibatkan hilangnya habitat hewan-
hewan liar, seperti orangutan, dan menghancurkan ekosistem sungai.
Masyarakat harus dapat menjaga kelestarian hutan agar tidak terjadi kerusakan
lingkungan seperti banjir bandang beberapa tahun yang lalu.
2. Kegiatan promosi dan pemasaran yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Langkat terhadap objek wisata Bukit Lawang dengan
keluar daerah dengan mengikuti berbagai kegiatan pameran sekaligus juga
memperkenalkan kuliner dan budaya khas daerah Langkat.
3. Sosialisasi yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Langkat dengan masyarakat dalam hal ini untuk mengatasi pungutan liar
(pungli) oleh masyarakat setempat. Pemerintah daerah mengharapkan
masyarakat setempat dapat menjaga keamanan dan kenyamanan para
wisatawan yang berkunjung dengan memberikan pengertian dan melarang
pungutan-pungutan liar kecuali retribusi yang telah ditetapkan oleh pemerintah
daerah.
4. Peran pemerintah daerah dan kerjasama dari masyarakat untuk perawatan dan
perbaikan berbagai fasilitas prasarana dan sarana yang menunjang pariwisata
di kawasan Bukit Lawang, seperti : penyediaan air bersih, penyediaan lahan
parkir, perbaikan jalan-jalan dan pembuatan gapura dikawasan Bukit Lawang.
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
155
5. Meningkatkan hubungan koordinasi antara pemerintah pusat, daerah dan
masyarakat setempat untuk perbaikan infrastruktur, yaitu jalan raya utama dan
jembatan agar akses menuju lokasi wisata dapat dilalui dengan aman dan
nyaman bagi wisatawan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Untuk menunjang pengembangan pariwisata di kawasan wisata Bukit
Lawang agar wisatawan yang berkunjung dapat bertambah maka perlu diperhatikan
unsur-unsur pokok yang menunjang pengembangan pariwisata meliputi:
• Obyek dan daya tarik wisata
• Prasarana wisata
• Sarana wisata
• Tatalaksana (infrastruktur)
• Masyarakat (lingkungan)
Untuk mengembangkan pariwisata kawasan Bukit Lawang menjadi daerah
wisata yang menjadi tujuan perlu mempertimbangkan ekosistem, sehingga dalam
pengembangannya perlu memperhatikan kondisi alam dan masyarakat sekitar dan
tidak menghancurkan ekosistem yang ada.
Saran
Kawasan wisata Bukit Lawang merupakan kawasan wisata yang mulai
berkembang kembali, sebaiknya Pemerintah Kabupaten Langkat lebih teliti dan
mempercepat pembangunan sarana dan prasarana berupa kebutuhan dan fasilitas
wisata yang diperlukan wisatawan selama berada di Kawasan Wisata.
1) Dalam pelaksanaan usaha-usaha pengembangan kepariwisataan, pada
dasarnya melibatkan berbagai pihak pemangku kepantingan (stakeholders),
yang saling dibutuhkan dan membutuhkan satu sama lainnnya yaitu:
Pemerintah (pusat & daerah), pelaku usaha (industri), lingkungan dan
masyarakat.
2) Perlu dibuatnya calender of event pariwisata di kabupaten Langkat yang
tetap dan teratur setiap tahunnya seperti pameran-pameran seni dan budaya,
perlombaan olahraga misalnya renang, lari, terbang layang, sepeda, dan
lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Indrawati, Y. 2011. Persepsi Wisatawan Lanjut Usia Pada Fasilitas Akomodasi
Dan Aktivitas Pariwisata Bernuansa Seni Budaya Di Desa Sanur. Artikel
Parawisata, Program Studi Pariwisata, Universitas Udayana Denpasar.
Kastolani, W. 2010. Jurnal Pengembangan Wisata Terpadu Berdasarkan
Daya Tarik Kawasan Konservasi Di Kecamatan Cimenyan. Makalah
Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI 2010.
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
156
Kriyantono, Rachmat. 2009. Teknik Praktis Reset Komunikasi. Jakarta : Prenada
Media Group
Latupapua, Y. 2008. Study Potensi Kawasan Dan Pengembangan Ekowisata Di
Tual Kabupaten Maluku Tenggara. Jurnal Ichsan Gorontalo Vol. 3, No.1,
Februari – april 2008.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja
Rosdakarya Offset, Bandung
Soebagyo. 2012. Strategi Pengembangan Parawisata di Indonesia. Jurnal
Liquidity, Vol. 1, Juli-Desember 2012.
Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: ANDI
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kesebelas. Bandung : CV.
Alfabeta.
Syafiie,I.N. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: CV. Mandar Maju.
Yoeti, Oka. 2007. Pemasaran Pariwisata, Bandung: Angkasa.