proposal pengabdian kepada masyarakat dana …
TRANSCRIPT
PROPOSAL
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
DANA BOPTN 2015
PENGOLAHAN LIMBAH BATIK DI DESA KLAMPAR KECAMATAN
PROPPO KABUPATEN PAMEKASAN
Tim Pengabdi:
Ketua : Warlinda Eka Triastuti, S.Si., MT. (DIII Teknik Kimia/FTI/ITS)
Anggota :
1. Prof. Dr. Soeprijanto (DIII Teknik Kimia/FTI/ITS)
2. Prof. Dr. Ir. Danawati HP, M.Pd (DIII Teknik Kimia/FTI/ITS)
3. Ir. Elly Agustiani, M.Eng (DIII Teknik Kimia/FTI/ITS)
4. Ir. Budi Setiawan, MT (DIII Teknik Kimia/FTI/ITS)
5. Saidah Altway (DIII Teknik Kimia/FTI/ITS)
6. Nurlaili Humaidah (DIII Teknik Kimia/FTI/ITS)
7. Achmad Ferdiyansyah P. P., ST, MT (DIII Teknik Kimia/FTI/ITS)
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2015
RINGKASAN
Pamekasan telah dicanangkan sebagai “Kota Batik” dan diantara kabupaten lain di
Madura kota Pamekasan relatif lebih banyak memproduksi batik. Salah satu sentra pengrajin
batik terbesar di Pamekasan terdapat di desa Klampar Kecamatan Proppo. Akan tetapi dibalik
keindahannya batik menyimpan permasalahan yang belum terpecahkan yaitu limbah batik
terutama zat pewarna sintetik/kimia. Selain kandungan zat warnanya tinggi, limbah industri
batik dan tekstil juga mengandung bahan-bahan sintetik yang sukar larut atau sukar
diuraikan. Upaya pemerintah dalam meminimalisasi pencemaran lingkungan dilakukan
dengan unit penyaringan limbah cair batik. Akan tetapi sampai saat ini belum digunakan
karena para pengrajin tidak mengerti cara penggunaannya. Oleh karena itu, pada program
pengabdian masyarakat ini akan dilakukan penyuluhan dan cara penggunaan unit pengolahan
limbah yang telah dibangun oleh BLH. Metode yang akan digunakan yaitu
koagulasi↔flokulasi dan metode filtrasi. Pemilihan metode ini karena relatif sederhana,
mudah dan biaya relatif murah.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pamekasan telah dicanangkan sebagai “Kota Batik” dan diantara kabupaten lain di
Madura kota Pamekasan relatif lebih banyak memproduksi batik. Salah satu sentra pengrajin
batik terbesar di Pamekasan terdapat di desa Klampar Kecamatan Proppo. Tentu saja dengan
pewarna sintetik. Batik Madura “Pamekasan” sangat laku di pasaran domestik dan bahkan
sampai mancanegara dengan warnanya yang berani dan motif beragam banyak menarik minat
pecinta batik. Dengan batik, masyarakat sangat terbantu secara ekonomi baik untuk
kehidupan sehari-hari bahkan untuk biaya bersekolah sampai ke jenjang perguruan tinggi.
Akan tetapi dibalik keindahannya batik menyimpan permasalahan yang belum terpecahkan
yaitu limbah batik terutama zat pewarna sintetik/kimia. Selain kandungan zat warnanya
tinggi, limbah industri batik dan tekstil juga mengandung bahan-bahan sintetik yang sukar
larut atau sukar diuraikan. Setelah proses pewarnaan selesai, akan dihasilkan limbah cair
yang berwarna keruh dan pekat. Biasanya warna air limbah tergantung pada zat warna yang
digunakan. Limbah air yang berwarna-warni ini yang menyebabkan masalah terhadap
lingkungan. Limbah zat warna yang dihasilkan dari industri tekstil umumnya merupakan
senyawa organik non-biodegradable, yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan
terutama lingkungan perairan. Senyawa zat warna di lingkungan perairan sebenarnya dapat
mengalami dekomposisi secara alami oleh adanya cahaya matahari, namun reaksi ini
berlangsung relatif lambat, karena intensitas cahaya UV yang sampai ke permukaan bumi
relatif rendah sehingga akumulasi zat warna ke dasar perairan atau tanah lebih cepat daripada
fotodegradasinya (Dae-Hee et al. 1999 dan Al-kdasi 2004). Limbah batik menjadi persoalan
yang dilematis dan sulit untuk dipecahkan. Limbah batik berupa puluhan kubik air yang
bercampur pewarna sintetis yang dihasilkan setiap pengrajin di Pamekasaan saat ini setiap
hari hanya dibuang begitu saja tanpa ada pengolahan terlebih dahulu. Tentu saja hal ini
menyebabkan pencemaran pada air tanah (air sumur) yang digunakan untuk kebutuhan
sehari-hari seperti mandi, mencuci, memasak dll. Sebagian besar pengrajin belum tahu akan
bahaya bahan pewarna kimia ini karena tidak dirasakan dalam jangka pendek. Yang penting
untuk mereka saat ini adalah membatik dan laku dijual untuk melanjutkan hidup.
Pencemaran limbah batik ini berasal dari zat pewarna kimia apalagi saat ini peminat
batik madura sangat banyak jadi produksi yang semakin tinggi yang akan membuat
penggunaan zat pewarna sintetik semakin besar juga tentunya. Efek negatif pewarna kimia
dalam proses pewarnaan oleh pengrajin batik adalah resiko terkena kanker kulit karena
pewarna kimia yang digunakan tidak bisa terurai. Ini terjadi karena saat proses pewarnaan
umumnya para pengrajin tidak menggunakan sarung tangan sebagai pengaman, kalaupun
memakai tidak benar-benar terlindungi secara maksimal. Akibatnya kulit tangan yang terkena
zat pewarna kimia secara terus menerus seperti naftol yang biasa digunakan dalam pewarnaan
batik. Bahan kimia yang termasuk dalam kategori B3 (bahan beracun berbahaya) ini dapat
memacu kanker kulit. Untuk menganggarkan biaya pembuatan pengolahan limbah batik
sepertinya tidak mungkin karena sangat mahal dan nantinya akan menaikkan harga jual batik
artinya daya saing akan berkurang jika tidak laku mereka tidak bisa hidup. Semestinya
pemerintah atau lembaga lainnya membangun unit pengolahan limbah digunakan bersama-
sama untuk mengatasi masalah ini agar batik bisa terus hidup dan lingkungan tetap terjaga.
Jika tidak maka kelangsungan hidup akan terancam karena kualitas air tanah dan sungai
menurun akibat pencemaran.
Salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut yaitu memberikan
bantuan penyaringan limbah batik dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten
Pamekasan, Jawa Timur, kepada puluhan perajin batik di Desa Klampar, Kecamatan Proppo,
Pamekasan, terbengkalai. Desa klampar merupakan sentra pengrajin batik di kabupaten
Pamekasan. Penyaringan yang dibangun dengan beton semen itu, hanya dibiarkan layu dan
tidak terawat. Pasalnya, perajin tidak tahu cara memanfaatkan penyaringan limbah
tersebut. Beberapa material bahan pendukung penyaring limbah diberikan kepada para
perajin dan pengusaha batik di Pamekasan, seperti pasir, serabut kelapa, larutan soda, belum
juga dimanfaatkan dandibiarkan begitu saja bahan-bahan itu karena sampai saat ini belum
satupun dari pihak pemerintah yang datang memberitahu manfaat dan cara pemakaiannya.
Gambar 1.1 Unit Penyaringan Limbah batik bantuan BLH kabupaten Pamekasan
Sementara pembuangan limbah batik para perajin, terpaksa dibuang ke sungai.
Padahal sungai tersebut dimanfaatkan oleh warga sekitar, untuk mandi dan mencuci serta
untuk kebutuhan pertanian. Jika industri tersebut membuang limbah cair, maka aliran limbah
tersebut akan melaluiperairan di sekitar pemukiman. Dengan demikian mutu lingkungan
tempat tinggal penduduk menjadi turun. Limbah tersebut dapat menaikkan kadar COD
(ChemicalOxygen Demand). Jika hal ini melampaui ambang batas yang diperbolehkan, maka
gejala yang paling mudah diketahui adalah matinya organisme perairan (Al-kdasi 2004).
Untuk mengatasi hal tersebut, perlu adanya penyuluhan dan pelatihan mengenai cara
penggunaanunit pengolahan limbah cair batik sehingga dapat dikelola secara mandiri dan
dapat dimanfaatkan secara maksimal dan keberlanjutan oleh masyarakat. Peran serta
masyarakat akan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan teknologi yang akan
diterapkan di masyarakat. Di samping itu mitra juga memandang teknologi ini akan benar-
benar bermanfaat, terutama untuk mengolah limbah cair batik yang dihasilkan dari kawasan
pengrajin batik di desa Klampar Kecamatan Proppo.
Target dan Temuan/Inovasi, agar pencemaran lingkungan yang terjadi di kawasan
pengrajin batik desa Klampar kecamatan Proppo dapat diminimalisasi, maka dilakukan
penyuluhan dan pelatihan cara penggunaanunit pengolahan limbah cair batik bantuan dari
BLH kabupaten Pamekasan.
Pengolahan limbah cair batik gabungan metode koagulasi-flokulasi dan metode
filtrasi diharapkan bisa menjawab persoalan yang dihadapi industri batik dalam pengolahan
limbahnya, karena dengan metode ini proses pengolahan menjadi sederhana dan murah.
Prinsip kerjanya adalah limbah cair batik, dalam hal ini zat pewarna tekstil setelah dipakai
dalam proses pencelupan ditampung dalam bak penampung limbah. Dari bak penampung
dialirkan dengan debit tertentu sesuai dengan waktu tinggal yang diharapkan ke dalam bak
koagulasi flokulasi. Di dalam unit initerjadi koagulasi-flokulasi. Setelah terbentuk flok,
limbah dialirkan ke dalam bak pengendapan, flok akan mengikat zat pewarna sehingga dalam
unit ini zat pewarna akan terpisah dari air dan mengendap. Air yang sudah terpisah dengan
zat pewarna perlu diproses lebih lanjut dengan filtrasi, dengan tujuan air kembali menjadi air
baku yang memenuhi ambang batas air baku. Endapan akan menjadi lumpur, dengan periode
waktu tertentu diambil dari bak sedimentasi dan limbah padat ini juga perlu diolah lebihlanjut
(Metcalf & Eddy, 2003).
Pada proses filtrasi digunakan media yang mudah didapat dan murah harganya, dalam
hal ini sebagai tahap awal penyaringan digunakan media kerikil, pada tahap ini air
dibersihkan dari kotoran yang berukuran besar sehingga tidak mengganggu pada proses
penyaringan berikutnya. Setelah air terbebas dari kotoran, air masih perlu difilter kembali
yaitu tahap penyaringan berikutnya. Sebagai langkah terakhir agar air menjadi bersih dan
jernih dan tidak bau digunakan media pasir dan karbon aktif (Davis& Conwell, 1991).
1.2 Perumusan Konsep dan Strategi Kegiatan
Batik selain menampilkan pesona keindahan menyimpan permasalahan yang belum
terpecahkan yaitu limbah batik terutama zat pewarna sintetik/kimia. Selain kandungan zat
warnanya tinggi, limbah industri batik dan tekstil juga mengandung bahan-bahan sintetik
yang sukar larut atau sukar diuraikan.Jika industri tersebut membuang limbah cair, maka
aliran limbah tersebut akan melaluiperairan di sekitar pemukiman. Dengan demikian mutu
lingkungan tempat tinggal penduduk menjadi turun. Limbah tersebut dapat menaikkan kadar
COD (ChemicalOxygen Demand). Jika hal ini melampaui ambang batas yang diperbolehkan,
makagejala yang paling mudah diketahui adalah matinya organisme perairan. Salah satu
upaya pemerintah untuk mengurangi pencemaran limbah batik di salah satu sentra batik di
desa Klampar Kecamatan Proppo Kabupaten Pamekasan yaitu dengan membangun unit
pengolahan limbah. Namun, sampai saat ini belum dimanfaatkan karena para pengrajin
belum mengetahui cara penggunaanya. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu adanya
penyuluhan dan pelatihan mengenai cara penggunaanunit pengolahan limbah cair batik.
Teknik pengolahan limbah batik yang akan diterapkan yaitu gabungan metode koagulasi-
flokulasi dan metode filtrasi. Pemilihan metode ini karene metode ini sederhana, cukup
mudah dilakukan dan biaya relatif murah.
1.3 Tujuan, Manfaat, dan Dampak Kegiatan yang Diharapkan
Tujuan Pengabdian Masyarakat ini yaitu memberikan penyuluhan dan cara
penggunaan unit pengolahan limbah cair batik berupa rangkaian teknologi rekayasa gabungan
metode koagulasi-flokulasi dan metode filtrasi. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan pengrajin batik tentang teknologi dan prosedur pengolahan limbah cair batik,
sehingga kualitas limbah cair yang dibuang ke lingkungan sesuai Baku Mutu Limbah Cair
Batik yang berlaku dan tidak mencemari lingkungan. Pengolahan limbah cair batik gabungan
metode koagulasi-flokulasi dan metode filtrasi diharapkan bisa menjawab persoalan yang
dihadapi industri batik dalam pengolahan limbahnya, karena dengan metode ini proses
pengolahan menjadi sederhana dan murah serta dapat meminimalisasi pencemaran
lingkungan.
1.4 Target luaran
Luaran kegiatan pengabdian masyarakat dapat berupa:
aplikasi teknologi tepat guna pada pengolahan limbah industri batik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses Pembuatan Batik
Proses Pembuatan batik meliputi :
1. Pemalaman - Pemalaman adalah proses penempelan malam sebagai bahan utama
perintang batik ke mori. Mori yang telah di buat polanya kemudian dimalam dengan
canting tulis maupun canting cap. Canting batik tulis yang dipakai pada saat membuat
pola batik adalang canting klowongan atau canting dengan cucuk ukuran sedang.
Setelah pola pokok selesai dimalam kemudian membuat isen-isennya.
2. Pewarnaan - Motif batik yang telah dicap ataupun ditulis dengan lilin malam
merupakan gambaran atau motif dari batik yang akan dibuat. Proses selanjutnya
pemberian warna sehingga pada tempat yang terbuka menjadi berwarna, sedangkan
tempat yang ditutup lilin tidak terkena warna yang diwarnai.
3. Pelorodan - Pelorodan adalah proses penghilangan lilin malam yang menempel pada
kain mori. Menghilangkan lilin malam pada batik dapat bersifat menghilangkan
sebagian atau menghilangkan keseluruhan lilin malam. Menghilangkan sebagian atau
setempat adalah melepas lilin malam pada tempat-tempat tertentu dengan cara
mengerok dengan alat sejenis pisau. Pelorodan yang dilakukan di akhir disebut
mbabar atau ngebyok. Pelepasan lilin dilakukan dengan air panas. Lilin akan meleleh
dalam air panas sehingga terlepas dari kain.
2.2 Limbah industri batik
Berdasarkan proses industri batik cetak, limbahcair batik cetak mempunyai
karakteristik sebagai berikut yaitu :
1). Karakteristik fisika yang meliputi padatan terlarut (suspended solids), warna, bau ,
temperatur dan warna.
2). Karakteristik kimia meliputi derajat keasaman (pH), alkalinitas, kesadahan, logam berat,
bahan organik dan bahan anorganik,
3).Karakteristik biologi mikroorganisme termasuk bakteri, dan partikel-partikel halus
organik.
Menurut Al-kdasi (2004) berdasarkan struktur kimianya zat warna dibagi menjadi bermacam-
macam, antara lain: zat warna nitroso, nitro, azo, stilben, difenil metana, trifenil metana,
akridin, kinolin, indigoida, aminokinon, anin dan indofenol. Sedangkan berdasarkan pada
cara pencelupan atau pewarnaan pada bahan yang akan diwarnai digolongkan menjadi zat
warna asam, basa, dispersi, direct dan lain-lain. Namun,secara garis besar zat warna
digolongkan menjadi dua golongan yaitu zat warna alami dan zat warna sintetik.
Salah satu contoh zat warna yang banyak dipakai industri tekstil adalah remazol
black, red dan golden yellow. Dalam pewarnaan, senyawa ini hanya digunakan sekitar 5%
sedangkan sisanya yaitu 95% akan dibuang sebagai limbah. Senyawa ini cukup stabil
sehingga sangat sulit untuk terdegradasi di alam dan berbahaya bagi lingkungan apalagi
dalam konsentrasi yang sangat besar karena dapat menaikkan COD (Chemical Oxygen
Demand). Hal ini tentu saja dapat merusak keseimbangan ekosistem lingkungan yang
ditandai dengan matinya organisme perairan di sekitar lokasi pembuangan limbah.
2.3Koagulasi dan Flokulasi
Koagulasi flokulasi adalah salah satu proses kimia yang digunakan untuk
menghilangkan bahan cemaran yang tersuspensi atau dalam bentuk koloid (Risdianto,2007).
Dimana partikel-partikel koloid ini tidak dapat mengendap sendiri dan sulit ditangani oleh
perlakuan fisik. Pada proses koagulasi, koagulan dan air limbah yang akan diolah
dicampurkan dalam suatu wadah atau tempat kemudian dilakukan pengadukan secara cepat
agar diperoleh campuran yang merata distribusi koagulannya sehingga proses pembentukan
gumpalan atau flok dapat terjadi secara merata pula.
Proses flokulasi dilakukan setelah setelah proses koagulasi dimana pada proses
koagulasi kekokohan partikel koloid ditiadakan sehingga terbentuk flok-flok lembut yang
kemudian dapat disatukan melalui proses flokulasi. Penggoyahan partikel koloid ini akan
terjadi apabila elektrolit yang ditambahkan dapat diserap oleh partikel koloid sehingga
muatan partikel menjadi netral. Penetralan muatan partikel oleh koagulan hanya mungkin
terjadi jika muatan partikel mempunyai konsentrasi yang cukup kuat untuk mengadakan gaya
tarik menarik antar partikel koloid. Proses flokulasi berlangsung dengan pengadukan lambat
agar campuran dapat membentuk flok-flok yang berukuran lebih besar dan dapat mengendap
dengan cepat. Keefektifan proses ini tergantung pada konsentrasi serta jenis koagulan dan
flokulan, pH dan temperatur.
Ketika koagulan direaksikan dengan air limbah, partikel-partikel koloid yang
terdapat dalam limbah tersebut akan membentuk agregasi atau penggabungan partikel kecil
untuk membentuk partikel yang lebih besar, sebagai akibat dari adanya perbedaan muatan
antara partikl koloid dengan koagulan. Proses koagulasi saja terkadang belum cukup untuk
mengendapkan agregat tersebut secara cepat. Penambahan polimer akan mempengaruhi
kestabilan molekul dari agregat yang terbentuk, sehingga ketika molekul tidak stabil polimer
akan membentuk agrgasi baru atau disebut juga flok. Flok-flok tersebut akan saling
bergabung membentuk flok yang lebih besar proses koagulasi flokukasi ini dapat dilihat pada
gambar 2. Flok-flok yang terbentuk mempunyai berat molekul yang lebih besar dari molekul
air sebagai akibat penambahan polimer, sehingga flok tersebut akan dengan mudah
mengendap.
2. 3.1 Koagulasi
Koagulasi didefinisikan sebagai proses destabilisasi muatan koloid padatan
tersuspensi termasuk bakteri dan virus, dengan suatu koagulan. sehingga akan terbentuk flok-
flok halus yang dapat diendapkan (Manurung,2009). Proses pengikatan partikel koloid dapat
dilihat pada gambar 2.1. Pengadukan cepat (flash mixing) merupakan bagian integral dari
proses koagulasi. Tujuan pengadukan cepat adalah untuk mempercepat dan menyeragamkan
penyebaran zat kimia melalui air yang diolah. Koagulan yang umum dipakai adalah
Polialumiun klorida (PAC) dan tawas.
a. Mekanisme Proses Koagulasi
Proses koagulasi merupakan salah satu cara pengolahan air untuk menghilangkan
kontaminan yang terkandung didalamnya. Koagulasi merupakan destabilisasi muatan
pertikel koloid, suspended solid, serta padatan tidak mengendap dengan penambahan
koagulan yang disertai dengan pengadukan cepat untuk mengdispersikan bahan kimia
secara merata.Dalam suatu suspensi, koloid tidak mengendap (bersifat stabil) dan
terpelihara dalam keadaan terdispersi karena mempunyai gaya elektrostatis yang
diperolehnya dari ioniasi bagian permukaan serta adsorpsi ion-ion dari larutan sekitar.
Pada dasarnya koloid terbagi dua yaitu koloid hidrofluk yang bersifat mudah larut
dalam air dan koloid hidrofobik yang bersifat sukar larut dalam air.Dispersi koloid
hidrofobik biasa terjadi secara fisik atau kimia dan tidak bisa terdispersi kembali
secara spontan di dalam air. Afinitas koloid hidrofobik terhadap air sangat kecil
sehingga koloid ini tidak memiliki lapisan air yang cukup tinggi. Bila koagulan
ditambahkan ke dalam air maka koagulan akan terdisosiasi dan ion logam akan
mengalami hidrolisis dan menghasilkan ion komplek logam hidrokso yang bermuatan
positif. Komplek-komplek logam hidrokso ini merupakan ion-ion yang bermuatan
sangat positif dan teradsorspsi pada permukaan koloid. Ini dapat menyebabkan
terjadinya reaksi dalam air, antara lain:
1. Pengurangan zeta potensial (potensial elektrostatis) hingga suatu titik dimana
gaya van der walls san agitasi yang diberikan menyebabkan partikel yang tidak
stabil bergabung serta membentuk flok;
2. Agregasi partikel melalui rangkaian inter partikulat antara grup-grup reaktif
pada koloid;
3. Penangakapan partikel koloid negatif oleh flok-flok hidroksida yang
mengendap.
Gambar 2.1 Skematik Proses Koagulasi
(Sumber:http://bulakbusanding.wordpress.com)
Pengurangan potensial elektrostatis yang terjadi dalam proses koagulasi
disebut dengan destabilisasi. Mekanisme proses destabilisasi ini terdiri dari beberapa
langkah antara lain:
1. Pengurangan muatan permukaan partikel dengan memakan lapisan muatan ganda
Penambahan ion ke dalam air akan meningkatkan kekuatan ionik dan memakan
gaya tolak. Dengan penambahan garam ke dalam air, muatan koloid tidak
dikurangi secara signifikan tetapi hanya memperkecil jarak antara muatan dari
permukaan partikel sehingga lapisan ganda dapat berkurang.
2. Netralisasi muatan dengan adsorpsi ion yang berlawanan muatan
Proses ini dilakukan dengan penambahan bahan kimia untuk proses destabilisasi.
Penambahan ion yang muatannya berlawanan dengan ion koloid dapat
menyebabkan netralisasi lapisan tunggal dari koloid. Netralisasi muatan terjadi
saat koagulan ditambahkan secara berlebihan.
3. Penggabungan antar partikel dengan polimer
Polimer-polimer yang mengandung situs aktif sepanjang rantainya dapat
menyebabkan adsorsbsi koloid. Koloid akan terikat pada beberapa situs sepanjang
rantai polimer.
4. Penjebakan flok
Saat sejumlah koagulan ditambahkan ke dalam air, maka akan membentuk flok
yang akan mengendap. Karena flok besar dan tiga dimensi, maka koloid akan
terjebak di dalam flok, dan akhirnya ikut mengendap. Untuk suspensi encer laju
koagulasi rendah karena konsentrasi koloid yang rendah sehingga kontak antar
partikel tidak memadai. Bila digunakan dosis koagulan yang terlalu besar akan
mengakibatkan restabilisasi koloid. Untuk mengatasi hal ini, maka dilakukan
proses recycle sejumlah settled sludge, sebelum atau sesudah rapid mixing
dilakukan. Tindakan ini dapat dilakukan untuk meningkatkan efektifitas
pengolahan.
(http://www.pdam.sby.go.id/bulakbasanding.wordpress.com.2009)
b. Poli Aluminium Klorida (PAC)
Polialuminum klorida adalah salah satu produk polimer aluminium yang dugunakan
untuk menetralkan muatan koloid serta membentuk jembatan penghubung diantara
koloid-koloid tersebut sehingga proses koagulasi-flokulasi dapat berlangsung dengan
efisien. Polialumium klorida mempunyai rumus molekul Aln(OH)mCl3n-m. Produk
ini memiliki karakteristik dengan rasio molekuler OH/Al diantara 0,4 dan 0,6 serta
stabilitasnya dipertahankan oleh adanya ion sulfat yang dapat mengambat polimerisasi
spontan dari produk. Pada umumnya polialuminium klorida mempunyai daya
koagulasi-flokulasi yang lebih besar dibandingkan dengan garam aluminium yang
baisa seperti tawas.Berikut ini pada gambar 2.2 merupakan bentuk dari polialuminium
klorida (PAC). Bentuk dari PAC ada yang berbentuk cair dan serpihan bubuk.
(a) (b)
Gambar 2.2 (a) Bentuk serpihan bubuk dari polialuminium klorida
(PAC)(Sumber:http://svschemical.com)
(b) Bentuk Cair dari PAC(Sumber: http://diytrade.com)
Beberapa keuntungan yang diperoleh dari penggunaan polialuminium klorida
sebagai koagulan-flokulan adalah
1. PAC dapat bekerja di tingkat pH yang lebih luas dengan demikian tidak
diperlukan pengoreksian terhadap pH, terkecuali bagi air tertentu.
2. Kandungan belerang dengan dosis cukup akan mengoksidasi senyawa
karboksilat rantai siklik membentuk alifatik dan gugusan rantai hidrokarnon
yang lebih pendek dan sederhana sehingga mudah untuk diikat membentuk flok.
3. Kadar klorida yang optimal dalam fasa cair yang bermuatan negatif akan cepat
bereaksi dan merusak ikatan zat organik terutama ikatan karbon nitrogen yang
umumnya dalam struktur ekuatik membentuk suatu makromolekul terutama
gugusan protein, amina, amida dan penyusun minyak dan lipida
4. PAC tidak menjadi keruh bila pemakaiannya berlebihan, sedangakan koagulan
yang lain (sperti aluminium sulfat, besi klorida dan fero sulfat) bila dosis
berlebihan bagi air yang mempunyai kekeruhan yang rendah akan bertambah
keruh. Jika digambarkan dengan suatu grafik untuk PAC adalah membentuk
garis linier artinya jika dosis berlebihan maka akan didapatkan hasil kekeruhan
yang relatif sama dengan dosis optimum sehingga penghematan bahan kimia
dapat dilakukan. Sedangkan untuk koagulan selain PAC memberikan grafik
parabola terbuka artinya jika kelebihan atau kekurangan dosis akan menaikkan
kekeruhan hasil akhir, hal ini perlu ketepatan dosis.
5. PAC mengandung suatu polimer khusus dengan struktur polielektolite yang
dapat mengurangi atau tidak perlu sama sekali dalam pemakaian bahan
pembantu, ini berarti disamping penyederahanaan juga penghematan untuk
penjernihan air.
6. Kandungan basa yang cukup akan menambah gugus hidroksil dalam air
sehingga penurunan pH tidak terlalu ekstrim sehingga penghematan dalam
penggunaan bahan untuk netralisasi dapat dilakukan.
7. PAC lebih cepat membentuk flok daripada koagulan biasa, ini diakibatkan dari
gugus aktif aluminat yang bekerja efektif dalam mengikat koloid yang ikatan ini
diperkuat dengan rantai polimer dari gugus polielektrolit sehingga gumpalan
floknya menjadi lebih padat, penambahan gugus hidroksil ke dalam rantai
koloid yang hidrofolik akan menambah berat molekul, dengan demikian
walaupun ukuran kolam pengendapan lebih kecil atau terjadi overload bagi
instalasi yang ada, kapasitas produksi relatif tidak
terpengaruh.(http://smk3ae.wordpress.com/feed)
8. Jumlah lumpur yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan penggunaan
garam aluminium yang biasa
9. Efek korosi yang ditimbulkan jauh lebih kecil dibandingkan dengan garam
aluminium biasa.
c. Aluminium Sulfat (Tawas)
Tawas dengan rumus kimia Al2(SO4)3. Tawas merupakan bahan koagulan; yang
paling banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis (murah), mudah
didapatkan di pasaran, flok yang dihasilkan stabil dan efektif untuk air baku dengan
kekeruhan yang tinggi serta sangat baik untuk dipakai bersama-sama dengan zat
koagulan pembantu. Tawas diproduksi dalam bentuk padatan atau dalam bentuk cair.
Salah satu kekurangannya yakni flok yang dihasilkan lebih sedikit daripada flok yang
dihasilkan PAC maupun garam besi, dan rentang pH operasi lebih sempit yakni 5,5 –
8,5. Alum padar mempunyai berat jenis semu (apprent density) ±0,5, sedangkan untuk
butiran halus mempunyai berat jenis semu 0,6 – 0,7.
Al2(SO4)3 2 Al+3
+ 3 SO4+2
Air akan mengalami
H2O H+ + OH
-
Selanjutnya
2Al+3
+ 6OH- 2Al (OH)3
Selain itu akan dihasilkan asam.
3SO4-2
+ 6H+ 3H2SO4
Dengan demikian banyaknya dosis tawas yang ditambahkan menyebabkan pH
makin turun, karena dihasilkan asam sulfat sehingga perlu dicari dosis tawas optimum
yang harus ditambahkan. Pemakaian tawas paling efektif antara pH 5,8 - 7,4. Apabila
alkalinitas alami dari air tidak seimbang dengan dosis tawas perlu ditambah
alkalinitas. Untuk pengaturan (menaikan) pH biasanya ditambahkan larutan kapur
Ca(OH)2 atau soda abu (Na2CO3).(BPPT, 2008)
d. Zat Koagulan Pembantu
Seringkali pemakaian zat koagulan saja akan menghasilkan pembentukan flok
yang kurang baik. Untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan pemakaian koagulan
pembantu sehingga pembentukan flok berjalan lebih baik.
Pemilihan jenis zat koagulan pembantu harus dapat menghasilkan flok yang baik
atau stabil dan tidak berbahaya ditinjau dari segi kesehatan. Sebagai bahan koagulan
pembantu yang sering dipakai adalah silika aktif dengan dosis 1 - 5 ppm sebagai SiO2dan
sodium alginate antara 0,2 - 2 ppm (Alaerts,1987). Bahan ini dikenal dengan coagulant
aid atau zat koagulan pembantu.
1. Penambahan Alkalinitas
Bila alkalinitas yang terkandung didalam air tidak mencukupi, maka biasanya
bisa ditambahkan alkalinitas dalam bentuk Ca(OH)2 dan Na2CO3
2. Penambahan polielektrolit
Polielektrolit yang ditambahkan bisa alami (pati,polisakarida) dan juga bisa
sintetis. Dosis yang ditambahkan biasanya sekitar 0,3 mg/L
3. Penambahan kekeruhan (turbidity)
Biasanya ditambahkan sedikit lumpur hasil koagulasi dan flokulasi. Kadang-
kadang juga ditambahkan tanah liat
4. Pengaturan pH
Proses pengendapan sangat dipengaruhi pH, maka pengaturan pH dilakukan
agar endapan yang terbentuk memiliki kelarutan
minimum.(http://www.pdamsby.go.id/bulekbasandiang.wordpress.com,2009)
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi koagulasi
Proses koagulasi untuk pengolahan air dipengaruhi oleh beberapa faktor
berikut ini diantaranya adalah:
1. pH
Pada proses koagulasi ada di daerah optimum maka proses koagulasi akan
berlangsung singkat dengan dosis koagulan tertentu. Kegagalan dalam
menentukan pH optimum dapat dipengaruhi oleh banyaknya kandungan kimia
dalam air.
2. Suhu
Selama proses koagulasi berlangsung pengendapan dari flok-flok yang
terbentuk semakin berkurang. Dengan turunnya suhu maka viskositas air
semakin tinggi sehingga kecepatan flok untuk mengendap semakin turun.
Penurunan suhu menyebabkan kecepatan reaksi berkurang sehingga flok lenih
sukar mengendap
3. Kondisi pengadukan
Pengadukan ini diperlukan agar tumbukan antar partikel untuk netralisasi
menjadi sempurna. Dalam proses koagulasi ini dilakukan pengadukan cepat.
(Linsley,1995)
f. Lapisan rangkap listrik
Dalam prakteknya terdapat beberapa mekanisme koagulasi yang saling
menghalangi (misalnya koagulasi elektrostatik, reaksi kimia dengan gugus fungsi koloid,
adsorpsi garis agregrasi dan koagulasi) hanya yang pertama saja yang berhubungan
dengan zeta potensial yang juga termasuk dalam bentuk adsorpsi agregrasi pada
koagulasi. Zeta potensial tergantung pada kekuatan ion-ion dalam larutan dan gaya tolak
elektrostatik dari partikel koloid. Akhir penurunan bila lapisan ganda di tekan, fungsi
potensial bergantung pada kekuatan ionik larutan, pengaruh ini merupakan dasar
koagulasi elektrostatik, harga koagulasi untuk elektrolit yang berbeda adalah
- Untuk elektrolit monovalen 10-15 mol/m3
- Untuk elektrolit divalen ≤ 1 mol/ m3
Pada koagulasi elektrostatik ion-ion bermuatan bertindak sebagai spesies
tunggal dalam bentuk lapisan ganda. Pengaruh ini berhubungan dengan hukum Schultze-
Hardy. Menurutnya, muatan-muatan yang berlawanan dan pada mulanya dapat
menghasilkan netralisasi muatan koloid dan mengakibatkan netralisasi muatan koloid
dan mengakibatkan zeta potensial menjadi nol.
Penurunan potensial permukaan bergantung pada valensi dari ion yang
terdapat dalam lapisan difusi dan dipengaruhi oleh efisiensi tekanan. Pada adsorpsi
agregasi(partikel bermuatan positif) diserap pada permukaan koloid yang negatip,
hasilnya bermuatan netral sehingga terjadi pengendapan. Karena adsoprsi ini tidak
spesifik memungkinkan bahwa muatan yang terlebih dapat diserap dibandingkan dengan
kebutuhan untuk menetralkan muatan permukaan, ini telah dinyatakan bahwa daerah
relatif yang baik diikuti dengan perubahan zeta potensial dari pertikel flok dari positif ke
negatif.
2.4 Flokulasi
Menurut SNI 6774:2008 Flokulasi merupakan proses pembentukan flok yang besar
dan padat agar dapat diendapkan. Pada dasarnya merupakan pengelompokan/ aglomerasi
antara partikel dengan koagulan (menggunakan proses pengadukan lambat atau slow mixing),
Proses pengikatan partikel koloid oleh flokulan dapat dilihat pada gambar 2.2. Pada flokulasi
terjadi proses penggabungan beberapa partikel menjadi flok yang berukuran besar. Partikel
yang berukuran besar akan mudah diendapkan.
Gambar 2.4 Proses Pembentukan Flok
(Sumber:http://bulekbasanding.wordpress.com)
Tujuan dilakukan flokulasi pada air limbah selain lanjutan dari proses
koagulasiadalah:
— Meningkatkan penyisihan Suspended Solid (SS) dan BOD dari pengolahan fisik.
— Memperlancar proses conditioning air limbah, khususnya limbah industri.
— Meningkatkan kinerja secondary-clarifier dan proses lumpur aktif.
— Sebagai pretreatment untuk proses pembentukan secondary effluent dalam filtrasi.
2.5 Adsorpsi
Adsorbsi merupakan suatu fenomena yang berkaitan erat dengan permukaan di mana
terlibat interaksi antara molekul-molekul cairan atau gas dengan molekul padatan. Interaksi
ini terjadi karena adanya gaya tarik atom atau molekul yang menutupi permukaan tersebut.
Kapasitas adsorbsi dari karbon aktif tergantung pada jenis pori dan jumlah permukaan yang
mungkin dapat digunakan untuk mengadsorbsi (Manocha, 2003).
Berdasarkan kekuatan dalam berinter-aksi, adsorbsi dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu adsorbsi fisika dan adsorbsi kimia. Adsorbsi fisika terjadi apabila gaya intermolekular
lebih besar daripada gaya tarik antarmolekul atau gaya tarik menarik yang relatif lemah
antara adsorbat dengan permukaan adsorben. Gaya ini disebut gaya van der waals sehingga
adsorbat dapat bergerak dari satu bagian permukaan ke bagian permu-kaan lain dari
adsorben. Gaya antarmo-lekul adalah gaya tarik antara molekul-molekul fluida dengan
permukaan padat, sedangkan gaya intermolekular adalah gaya tarik antarmolekul fluida itu
sendiri. Adsorbsi kimia terjadi karena adanya pertukaran atau pemakaian bersama elektron
antara molekul adsorbat dengan permukaan adsorben sehingga terjadi re-aksi kimia. Ikatan
yang terbentuk antara adsorbat dengan adsorben adalah ikatan kimia dan ikatan itu lebih kuat
daripada adsorbsi fisika (Mu’jizah, 2010).
Dalam adsorbsi digunakan istilah adsorbat dan adsorben, di mana adsorbat adalah substansi
yang terserap atau substansi yang akan dipisahkan dari pelarutnya, sedangkan adsorben
adalah suatu media penyerap (Mirwan, 2005). Berikut ini merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi daya adsorpsisuatu adsorben: (Treybal, 1980)
1. Jenis Adsorbat
a. Ukuran molekul adsorbat
Ukuran molekul merupakan hal yang sangat penting diperhatikan supayaproses
adsorpsi dapat terjadi dan berjalan dengan baik. Ukuran molekuladsorbat nantinya
mempengaruhi ukuran pori dari adsorben yangdigunakan. Molekul-molekul adsorbat yang
dapat diadsorpsi adalahmolekul-molekul yang diameternya lebih kecil dari diameter
poriadsorben.
a. Kepolaran Zat
Sifat kepolaran dari adsorbat dan adsorben juga mempengaruhi proses adsorpsi.
Misalnya karbon aktif, untuk molekul yang berdiameter sama, molekul-molekul non-polar
lebih kuat diadsorpsi oleh karbon aktif daripada molekul-molekul yang polar.
2. Karakteristik Adsorben
a. Kemurnian Adsorben
Sebagai zat yang digunakan untuk mengadsorpsi, maka adsorben yanglebih murni
lebih diinginkan karena memiliki kemampuan adsorpsi yanglebih baik.
b. Luas permukaan dan volume pori adsorben
Jumlah molekul adsorbat yang teradsorp meningkat denganbertambahnya luas
permukaan dan volume pori adsorben. Dalam prosesadsorpsi, adsorben seringkali
ditingkatkan luas permukaannya karena luaspermukaan adsorben merupakan salah satu
faktor utama yangmempengaruhi proses adsorpsi.
3. Temperatur
Berdasarkan prinsip Le Chatelier, maka proses adsorpsi yang merupakanproses
eksotermis, dengan peningkatan temperatur pada tekanan tetap akanmengurangi jumlah
senyawa yang teradsorp.
4. Tekanan adsorbat
Pada adsorpsi fisika, jumlah zat yang diadsorpsi akan bertambah seiringdengan
naiknya tekanan adsorbat, sedangkan pada adsorpsi kimia, jumlah zatyang diadsorpsi akan
berkurang dengan menaikkan tekanan adsorba
BAB III
STRATEGI, RENCANA KEGIATAN, DAN KEBERLANJUTAN
3.1 STRATEGI
Strategi yang akan dilakukan yaitu bekerjasama dengan BLH kabupaten Pamekasan dan
perangkat desa Klampar Kecamatan Proppo Pamekasan. Kerjasama dengan BLH berupa ijin
dan pendampingan saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan cara pengoperasian unit
penyaringan limbah industri batik. Kerjasama dengan perangkat desa berupa koordinasi agar
menghimpun para pengrajin batik untuk mengikuti kegiatan.
3.2 RENCANA KEGIATAN
Kegiatan pengabdian di Desa Klampar, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan ini
berupa kegiatan penyuluhan proses pengolahan limbah batik kepada warga desa pengrajin
batik dan penyediaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Adapun tahapan-tahapan
proses yang dilakukan adalah :
1. Survey lokasi
Kami melakukan survey lokasi di Desa Klampar, Kecamatan Proppo, Kabupaten
Pamekasan. Di mana penduduk di sana banyak yang bekerja sebagai pengrajin batik.
Melihat kondisi di sana, sudah ada bak-bak penampung untuk pembuangan limbah
yang tersedia, tetapi penduduk tidak mempergunakannya untuk proses pengolahan
limbah batik dikarenakan kurangnya pengetahuan mereka terhadap proses pengolahan
limbah batik. Mereka selama ini masih membuang limbah batik di sungai. Sehingga
perlu dilakukan penyuluhan mengenai cara pengolahan limbah batik dan penyediaan
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), sehingga bak-bak penampung limbah di
sana dapat dimanfaatkan dan limbah batik yang dihasilkan tidak lagi dibuang ke
sungai. Dengan begitu pencemaran sungai di daerah tersebut akibat dari limbah batik
dapat diminimalisir.
2. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan akan dilaksanakan di Balai Desa Klampar, Kecamatan Proppo,
Kabupaten Pamekasan. Dalam kegiatan ini akan bekerjasama dengan Badan
Lingkungan Hidup (BLH) Pamekasan dan para Perangkat Desa setempat. Para warga
akan diperkenalkan mengenai macam-macam limbah secara umum, selanjutnya akan
dibahas lebih dalam mengenai limbah cair khususnya limbah batik dan akibat-akibat
yang ditimbulkan jika limbah dibuang di sungai tanpa adanya pengolahan terlebih
dahulu. Serta akan dipaparkan cara-cara pengolahan limbah cair batik. Hal tersebut
dapat menumbuhkan kesadaran para warga untuk tidak lagi membuang limbah di
sungai dan kesadaran untuk mengolah limbah cair dari proses pembuatan batik.
3. Penyediaan IPAL
Selain kegiatan penyuluhan, juga akan disediakan IPAL di Desa Klampar. Di Desa
tersebut sudah terdapat bak-bak penampung untuk pembuangan limbah, tetapi tidak
difungsikan oleh warga karena kurangnya pengetahuan. Oleh karena itu bak-bak
penampung tersebut akan difungsikan untuk IPAL. Adapun proses pengolahan limbah
batik adalah sebagai berikut :
a. Bak Penampungan awal
Bak penampungan awal berguna untuk menampung limbah cair dari proses
pembuatan batik. Partikel-partikel yang berukuran besar disaring menggunakan bar
screen yang terdapat di dalam bak penampungan ini.
b. Bak Koagulasi
Setelah dari bak penampungan awal, limbah cair batik dialirkan menuju bak
koagulasi. Pada proses ini dilakukan penambahan bahan kimia koagulan
yangsesuai dengan pH limbah cair tersebut. Salah satu koagulan yang mudah
didapat dan terjangkau harganya bagi para warga yaitu tawas/PAC. Parameter
seperti pH, COD, TSS, kekeruhan, dan kadar logam berat diuji pada saat sebelum
dan setelah pengolahan.
c. Bak Filtrasi
Setelah dari bak koagulasi, selanjutnya limbah cair batik dialirkan menuju ke bak
filtrasi. Bak filtrasi terdiri dari beberapa lapisan bahan adsorben yaitu karbon aktif
yang berfungsi sebagai filter dan adsorben; ijuk; pasir kuarsa; dan krikil yang
berfungsi sebagai filter. Partikel-partikel koloid dan tersuspensi yang terdiri dari
bahan organik, anorganik, dan logam berat dapat terserap dan mengendap pada
filter dan adsorben. Pengujian parameter pH, COD, TSS, kekeruhan, dan kadar
logam berat dilakukan setelah melewati filter.
Setelah IPAL tersedia, untuk awalnya akan dipraktekkan proses pengolahan limbah
batik di depan para warga. Diharapkan para warga dapat menggunakan IPAL yang
telah tersedia secara berkelanjutan. Skema alir pengolahan limbah cair batik dapat
dilihat pada Gambar 3.1.
4. Evaluasi dan Pemantauan
Evaluasi dan Pemantauan akan dilaksanakan secara berkala setiap 4 bulan sekali
selama 1 tahun pertama, untuk memantau warga di Desa Klampar untuk
mempergunakan IPAL untuk proses pengolahan limbah batik secara berkelanjutan.
Segala masalah-masalah yang terjadi yang dialami oleh warga ditampung dan dibahas
bersama solusinya. Kegiatan evaluasi ini dilakukan dengan cara melakukan
pertemuan berdiskusi bersama warga di Balai Desa.
Gambar 3.1 Skema Alir Pengolahan Limbah Cair Batik
3.2 KEBERLANJUTAN
Setelah kegiatan ini diselenggerakan tim pengabdi akan tetap memantau penggunaan
unit pengolahan limbah batik dan dapat melayani konsultasi mengenai pengolahan limbah
batik baik dengan BLH maupun para pengrajin batik.
Bak Penampungan
Awal
Limbah
masuk Bak Koagulasi
Tawas
Bak Filtrasi keluar
BAB IV
ORGANISASI TIM, JADWAL, DAN ANGGARAN BIAYA
4.1 Organisasi Tim Peneliti
Kedudukan Kompetensi Tanggung jawab
Ketua tim Kimia Analit Melakukan koordinasi dengan BLH
Pamekasan dan perangkat desa, Melakukan
survey, menganalisa data hasil survey,
mengkoordinir pelaksanaan kegiatan
Anggota Kimia Analit
Teknik Pengolahan Limbah
Thermodinamika
Teknologi Proses
Kimia Organik
Mendampingi ketua tim, Melakukan
survey, menganalisa data hasil survey,
melaksanakan kegiatan dengan penuh
tanggung jawab
Mahasiswa Membantu proses analisa, membantu dalam
pelaksanaan kegiatan dan penulisan laporan
4.2 Jadwal
No. Kegiatan
Bulan Ke-
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Koordinasi dengan BLH dan perangkat desa
2 Survey
3 Pengolahan dan analisis
4 Pelaksanaan kegiatan
5 Pembuatan laporan dan pelaporan
4.3 Anggaran Biaya
Jenis Pengeluaran Jumlah
Honorarium Rp 7.000.000,00
Bahan habis pakai Rp 2.380.000,00
Peralatan Rp 1.370.000,00
Publikasi dan lain-lain Rp 14.200.000,00
Total Rp 24.950.000,00
Dengan Rincian sebagai berikut
Honorarium
Tim Peneliti Jumlah orang Total
Ketua/Peneliti Utama 1 Rp 2.000.000,00
Anggota Peneliti 1 Rp 5.000.000,00
Subtotal Rp 7.000.000,00
Bahan Habis Pakai
Bahan Jumlah Harga Satuan Jumlah
PAC 100 kg Rp 1.080.000,00 Rp 1.080.000,00
Tawas 50 kg Rp 6.000,00 Rp 300.000,00
Kerikil 1 karung Rp 75.000,00 Rp 75.000,00
Pasir kwarsa 1 karung Rp 175.000,00 Rp 175.000,00
Karbon aktif 50 kg Rp 750.000,00 Rp 750.000,00
Subtotal Rp 2.380.000,00
Peralatan
Alat Jumlah Harga Satuan Total
Pompa 2 unit Rp 400.000,00 Rp 800.000,00
Pipa PVC Rp 320.000,00 Rp 320.000,00
lem dan lain-lain Rp 250.000,00 Rp 250.000,00
Subtotal Rp 1.370.000,00
Pengeluaran lain-lain
Uraian Total
Biaya publikasi Rp 1.500.000,00
biaya konsumsi kegiatan Rp 3.000.000,00
sewa peralatan selama
kegiatan Rp 3.500.000,00
Biaya transportasi dan akomodasi Rp 5.000.000,00
Biaya Pembuatan Laporan Rp 1.200.000,00
Subtotal Rp 14.200.000,00
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, T. E & Badewasta, H. 2009. Pengolahan Limbah Cair Industri Batik Cap Khas
Palembang Dengan Proses`Filtrasi Dan Adsorpsi. Seminar Nasional Teknik Nasional
Indonesia.
Duong D .Do, 1998, “ Adsorption Analysis :Equilibria and Kinetics “, Imperial College
Departement of Chemical Engineering University of Queeensland , Australia
Metcalf & Eddy. 2003. Wastewater Enginee-ring: Treatment, Disposal and Reuse. 5th ed.
McGraw Hill Book CoNew York
Sarto.1994. Pengolahan Limbah Cair Secara Kimia (Netralisasi, Koagulasi dan Flokulasi).
Kursus Singkat Pengelola-han Limbah Cair. Pusat Penelitian Lingkung- Hidup UGM.
Yogyakarta.
Sugiharto, 1987, “Dasar-dasar Pengelolaan Limbah Industri “ Cetakan Pertama,Jakarta.
Penerbit UI-Press
http://www.antarajatim.com/lihat/berita/88970/pembangunan-penyaringan-limbah-industri-
batik-pamekasan-mangkrak (diunggah 13 maret 2015 pukul 09.46)
https://batikherbal.wordpress.com/2012/12/18/selamatkan-sumber-air-dengan-pewarna-
alam/#more-68 (diunggah 13 maret 2015 pukul 09.42)
http://health.kompas.com/read/2012/06/05/16141867/Limbah.Batik.Terpaksa.Dibuang.ke.Su
ngai. (diunggah 13 maret 2015 pukul 09.45)
Lampiran
Biodata Tim Peneliti
1 Ketua
a. Nama Lengkap : Warlinda Eka Triastuti, S.Si., MT
b.Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIP : 198303082010122007
d. Fungsional/Pangkat/Gol. : Penata Muda Tk. I/ IIIb
e. Jabatan Struktural : -
f. Bidang Keahlian : - Kimia Analisa
- Material
g. Fakultas/Jurusan : FTI/ DIII Teknik Kimia
h. Alamat Rumah dan No. Telp :Sukolilo bahagia II/74 Sukolilo Dian Regency
Keputih, Sukolilo, Surabaya 60111
031-71519294 / 085733010440
i. Riwayat penelitian/ pengabdian :
1. Pembuatan Mikropartikel Komposit active pharmaceutical ingredients(api)-
PolimerMenggunakan Karbondioksida Superkritis – Tesis 2010
2. Pengaruh Penambahan Zat Aditif pada Proses Elektroplating Baja dengan Bahan Pelapis
Mangan Terhadap Laju Korosi di Media Air Laut (2011) – HIBAH DIPA PPNS ITS
3. Pengaruh Proses Aktivasi Terhadap Porositas dan Luas Permukaan Karbon Aktif dari
Limbah Kulit Kakao
j. Publikasi :
1. “Akurasi metode estimasi properti kritis untuk senyawa hidrokarbon dan senyawa
hidrokarbonTerhalogenasi” - SFATK 2008
2. “Mikronisasi komposit Zat Aktif Terapeutik – Polimer dengan Teknologi Supercritical Anti
Solvent (SAS)” - SNTKI 2009
3. “Efek Penambahan Ion Tartrate terhadap Elektrodeposisi Mn-Cu pada Pipa Baja Karbon,
Jurnal Kapal” vol. 09 , UNDIP
4. “Karakter fisik dan Korosi Mangan Hasil Pelapisan pada Baja AISI 1020”, Jurnal Kapal
vol. 10 UNDIP
5. “Production of Activated Carbon Chocolate Bark (Theobroma Cacao L) by Activated
Method using NaOH and HCl as Activating Agents” Proceedings of the 9th
Joint
Conference Chemistry, Semarang (2014)
Anggota
k. Nama Lengkap : Nurlaili Humaidah, ST, MT
l. Jenis Kelamin : Perempuan
m. NIP : 2300201308001
n. Fungsional/Pangkat/Gol. : -/ III b
o. Jabatan Struktural : -
p. Bidang Keahlian : TeknologiPengolahan Limbah
(Bioetanol)
q. Fakultas/Jurusan : Fakultas Teknologi Industri (FTI)/
Teknik Kimia
r. Alamat Rumah dan No. Telp :Jl. Arief Rahman Hakim No. 49,
Keputih, Sukolilo, Surabaya 60111/
Hp : 085230047474
Pendidikan:
- S1, Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS, lulus Agustus 2008
- S2, Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS, lulus Agustus 2011
s. Penelitian dan Riwayat Pekerjaan (2012-2014):
1. Dosen Jurusan D III Teknik Kimia FTI-ITS, tahun 2012 sampai sekarang
2. Asisten Tenaga Ahli “Penilai Proper Hijau Perusahaan Migas, Petrokimia ”,
LPPM ITS-Kementrian Lingkungan Hidup 2012/2013.
3. Anggota Tim Peneliti ”Technical Service Provider Penanggulangan Bencana”,
GIZ Jerman-LPPM-ITS-Kementrian Lingkungan Hidup 2014/2015
4. Ketua Tim Peneliti “Ektraksi Etanol Dari Broth Fermentasi Nira Siwalan
Menggunakan Bakteri Zymomonas mobilis termutasi, Pichia stipitis dan S.
cereviciae” Peneliti Dosen Pemula dana PNBP 2014
t. Publikasi Jurnal (2010-2011):
1. Jurnal ”Industri” FTI-ITS, Ethanol Production from Fermentation of Molasses
using an Immobilized-Cell Technique in a Packed Bed Bioreactor, Juni 2010.
2. International Journal of Academic Research, A Study of Ethanol Production
Applying Immobilization Technique Using Z. Mobilis A3 and S. Cerevisiae , Vol
3, No.6 November 2011, 159-163
u. Publikasi Seminar (2003-2012):
1. Seminar Nasional Teknik Kimia Subardjo Brotohardjono 2008, UPN Jatim Juli
2008, Peningkatan Produktivitas Etanol Dari Molases Dengan Teknik
Immobilisasi Sel Ca-Alginat Menggunakan Bakteri Zymomonas Mobilis Dalam
Bioreaktor Kontinyu Packed – Bed
2. Seminar Nasional Fundamental dan Aplikasi Teknik Kimia 2010, ITS Nopember
2008, Produksi Etanol Dari Molases Dalam Bioreaktor Packed Bed
Menggunakan Bakteri Zymomonas mobilis Dengan Teknik Immobilisasi Sel Ca-
Alginat
3. 18th
Regional Symposium On Chemical Engineering, Hochiminh City-Vietnam,
26-28 Oktober 2011
4. 3rd
International Conference on Chemical Science and Engineering, Phuket-
Thailand 27-28 Desember 2014
Anggota
a. Nama Lengkap : Prof. Dr. Ir. Soeprijanto, M.Sc
b. Jenis Kelamin : Laki-Laki
c. NIP : 19580708 198701 1001
d. Pangkat/Gol. : Pembina Utama Madya/ IV.d
e. Jabatan Struktural : Kalab Laboratorium D3 Teknik Kimia FTI-ITS
f. Bidang Keahlian : Teknologi Pengolahan Limbah ( Bio Etanol )
g. Fakultas/Jurusan : FTI / Teknik Kimia
h. Alamat Rumah dan No. Telp : Jl. Penjaringan Timur III/PR 25 Perum YKP
Surabaya, 60297/ telp08165422334
Pendidikan:
1. Program Sarjana (S-1), Jurusan Teknik Kimia, Universitas Gadjah
MadaYogyakarta, Lulus tahun 1985.
2. Master Programme (S-2), Department of Chemical Engineering, The University of
Ghent, Ghent, Belgia, Lulus tahun 1993.
3. Postgraduate PhD. Programme (S-3), Department of Chemical and Process
Engineering, The University of Strathclyde, Glasgow, Scotland, United Kingdom,
Lulus tahun 2002.
4. Post Doctoral, Department of Chemical Engineering, National Taiwan University
of Science and Technology (NTUST), Taipei, Taiwan, Republic of China, 2005
i. Penelitian dan Riwayat Pekerjaan (2003-2009):
1. 1986 – sekarang : Staff Akademik di Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS.
2. 1999 – sekarang : Kasi Laboratorium Pengolahan Limbah Industri Kimia, Program
Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS.
3. 1999 – 2001
4. 2001 – 2008
:
:
Kasi Pengajaran
Kasi Kerja Praktek
5. 2007 – sekarang : Kepala Laboratorium Program studi D3 Teknik Kimia.
Penelitian
1. Soeprijanto, Evif Kurniawati dan Tri Murtiningsih (2005). Aplikasi Enzim Deacetylase
dalam Produksi Kitosan dari Limbah Kulit Udang, Jurusan Teknik Kimia, FTI, ITS.
2. Soeprijanto (2005).Pengolahan Limbah Padat Organik Menggunakan Slurry
BioReaktor,Jurusan Teknik Kimia, FTI, ITS.
3. Soeprijanto dan Liu,J.C. (2005). Performance of a Constructed Wetland for Nitrogen
Removal from Septic Tanks, National Taiwan University of Science and Technology,
Taipei, Republic of China.
4. Rizki Tri Widianti, Diana Pupita dan Soeprijanto (2006). Pembuatan Biodiesel dari Minyak
Goreng Curah (Fresh Oil) Melalui Proses Transesterifkasi Metode Mike Pelly, Program
Studi Diploma 3 Teknik Kimia, FTI, ITS.
5. Guntur, Anjra dan Soeprijanto (2006). Pembuatan Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas
Melalui Proses Transesterifkasi Metode Mike Pelly, Program Studi Diploma 3 Teknik
Kimia, FTI, ITS.
6. Soeprijanto dan Prajitno, D.H. (2007). Peruraian Limbah Makanan Menggunakan
Bioreaktor Aerobik, Program Studi D3 Teknik Kimia, FTI-ITS.
7. Dyah Fitryana dan Beauty S.D. Dewanti, Soeprijanto, dan Tontowi Ismail (2008).
Pengolahan Air Limbah Industri dan Domestik dengan Metode Slow Sand Filter. Jurusan
Teknik Kimia, FTI-ITS.
8. Murtina Dwi Lastuti, Bernadeta Niken Kartika Dewi, Soeprijanto dan Tontowi Ismail
(2008). Pembuatan Biogas dari Vinasse Menggunakan Reaktor EGSB (Expanded Granular
Sludge Blanket)
9. Katherin Indriawati, Bambang L Widjiantoro, Soeprijanto, dan Hendra Cordova (2008).
Pengembangan dan Penerapan Strategi Sistem Kontrol Prediktif Berbasis Statistical Process
Control Untuk Meningkatkan Performansi Sistem Kontrol. Penelitian Hibah Bersaing.
10. Soeprijanto, Arino anzip dan suharmadi (2009). Pemanfaatan Tanaman Sorghum Untuk
Pembuatan Bioetanol Melalui Proses Hidrolisis Enzim dan Fermentasi Saccharomyces
Cerevisiae. Strategis Nasional.
11. Arief Widjaja dan Soeprijanto (2010). Aplikasi Enzim Xilanase pada Industri Pulp dan
Kertas. Hibah Kompetensi.
12. Soeprijanto, Katherin Indriawati, dan Nurlita Abdulgani (2010). Pengembangan Model
Kinetika dan Prototipe Industri Bioetanol Berbasis Sorghum Melalui Proses Hidrolisis
Enzim dan Fermentasi. Hibah Bersaing.
13. Soeprijanto, Arino anzip dan suharmadi (2010). Pemanfaatan Tanaman Sorghum Untuk
Pembuatan Bioetanol Melalui Proses Hidrolisis Enzim dan Fermentasi Saccharomyces
Cerevisiae. Strategis Nasional.
14. Soeprijanto, Budi Setiawan dan Katherin Indriawati (2011). Biokonversi Biomassa
Lignoselulose dari Batang Jagung Menjadi Bioetanol Melalui Proses Sakarifikasi dan
Fermentasi Simultan. Dana DIPA ITS.
15. Soeprijanto, Katherin Indriawati, dan Nurlita Abdulgani (2011). Pengembangan Model
Kinetika dan Prototipe Industri Bioetanol Berbasis Sorghum Melalui Proses Hidrolisis
Enzim dan Fermentasi. Hibah Bersaing.
16. Soeprijanto, Budi Setiawan, Dyah Winarni Rahaju, Imam Syafril (2013). Pengolahan
Limbah Cair Produksi MunisiPT Pindad Menggunakan Reaksi Oksidasi Fenton. Kerja Sama
ITS dan PT Pindad Turen.
17. Soeprijanto, Katherin Indriawati, dan Nurlita Abdulgani (2013). Biokonversi Biomassa
Lignoselulose dari Batang Sorghum Menjadi Bioetanol Melalui Proses Pretreatment Basa
Lemah. Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi ITS.
18. Soeprijanto, Lily Pudjiastuti, dan R.O. Saut Gurning (2014). Pengolahan Limbah Minyak
Menggunakan Proses Elektrokoagulasi. Penelitian Ungulan Perguruan Tinggi ITS.
j. Publikasi Jurnal :
1. Soeprijanto, Bambang Aryanto dan Ryan Fabella (2007). Biosorpsi ion logam
berat Cu (II) dalam larutan menggunakan biomassa Phanerochaete
chrysosporium. Jurnal Industri: Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi, 6(1), 61-67.
2. Soeprijanto dan Liu, J.C (2007). Performance of constructed wetland systems for
nitrogen renoval. Industri: Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi, 6(3), 230-238.
3. Soeprijanto, dan Nieke Karnaningroem (2008). Perencanaan Penerapan
Constructed Wetland Untuk Pengolahan Efluen Tangki Septik. Jurnal Teknologi
dan Manajemen Lingkungan, 9(1), 61-68.
4. Soeprijanto, Tianika Ratnaningsihdan Ira Prasetyaningrum (2008). Biokonversi
selulose dari limbah tongkol jagung menjadi glukose menggunakan jamur
Aspergilus niger. Jurnal Purifikasi: Jurnal Teknologi dan Manajemen. 9(2), 105-
114.
5. Soeprijanto (2009). Peruraian Limbah Makanan Menggunakan Bioreaktor
Aerobik Dalam Fase Suspensi. Purifikasi: Jurnal Teknologi dan Manajemen
Lingkungan, 9(2), 1-8.
6. Soeprijanto,Tontowi Ismail, Murtina Dwi Lastuti, dan Bernadeta Niken Kartika
Dewi (2010). Biokonversi Vinasse dari Limbah Industri Etanol Menjadi Biogas
Menggunakan Bioreaktor EGSB (Expanded Granular Sludge Blanket). Purifikasi:
Jurnal Teknologi dan Manajemen Lingkungan, 10(1).
7. Tri Widjaja, Soeprijanto, Ali Altway (2010). Effect of Powdered Activated
Carbon Addition on a Submerged Membrane Adsorption Hybrid Bioreactor with
Shock Loading of a Toxic Compound. Journal of Mathematics and Technology,
August, 2010.
8. Tri Widjaja, Soeprijanto, Ali Altway (2010). Ethanol Production from Molasses
Using Immobilised Cells Ca-Alginate and K-Carageenan by Mutation
Zymomonas Mobilis in a Packed Bed Bioreactor. International Journal of
Academic Reasearch, November, 2010.
9. Soeprijanto, Katherin Indriawati, dan Nurlita Abdulgani (2012). Kinetic Model
Development of Enzimatic Hydrolysis of Sorghum Flour to Readily Fermentable
Sugar for Bioethanol. Jurnal Industri: Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi, 11(1),
38-44.
k. Publikasi seminar :
1. Soeprijanto (2005). International Bioenergy Conference, Taipei, Republic of
China, November, 3-4, 2005, Taiwan.
2. Soeprijanto (2005). International Bioenergy Conference, Taipei, Republic of
China, December, 2005, Taiwan.
3. Soeprijanto, Sri Murwanti, Viki Yossida, dan Rian Perdana (2006). Adsorpsi Ion
Zn Menggunakan Serbuk Akar Wangi. Seminar Nasional Gabungan
Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Material dan Proses ke-2,
Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri ke –12, KPTU Fakultas
Teknik UGM, Yogyakarta 27 Juni 2006.
4. Astin dan Soeprijanto (2006). Kinetika Reaksi Degradasi Lignin Melalui
Degradasi Hemiselulose oleh Enzim Xylanase dari Aspergillus Niger. Proceeding
of the 5 th
National Conference: Design and Application of Technology, Faculty of
Engineering, Widya Mandala Surabaya Catholic University, Surabaya 29 June
2006.
5. Soeprijanto, Ryan Fabella dan Bambang Aryanto (2006). Kinetika Biosorpsi Ion
Logam Berat Cu(II) dalam Larutan Menggunakan Biomassa
Phanerochaetechrysosporium. Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia dan
Musyawarah Nasional Asosiasi Pendidikan Tinggi Teknik Kimia (APTEKINDO),
Palembang 19-20 Juli 2006.
6. Soeprijanto dan Liu, J.C (2006). Nitrogen Removal in a Constructed Wetland
System. Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia dan Musyawarah Nasional
Asosiasi Pendidikan Tinggi Teknik Kimia (APTEKINDO), Palembang 19-20 Juli
2006.
7. Soeprijanto, Arief Widjaja, Ariono anzip dan suharmadi (2009). Production of
ethanol from sorghum flour by enzymatic hydrolysis and fermentation in a batch
culture. ISSEEP Yogyakarta, 24 November 2009.
8. Soeprijanto,Arief Widjaja, Arino Anzip and Suharmadi (2009). Pengaruh
Konsentrasi Dari Hidrolisis Tepung Glukose Sorghum Terhadap Hasil Etanol
Menggunakan Yeast Saccharomyces cerevisiae.National Seminar on Applied
Technology, Science and Arts (1st APTECS),Surabaya, 22 December 2009.
9. Soeprijanto,Tri Widjaja, Arino Anzip and Suharmadi (2010). Biokinetic study on
α-Amylase Hydrolysis of Sorghum Starch to readily ferementable sugar for
bioethanol.National Seminar on Applied Technology, Science and Arts (2 nd
APTECS),Surabaya, 22 December 2010. Pengolahan Air Limbah Industri Kimia
Organik Mengandung Senyawa Aromatik Menggunakan Proses Fenton