proposal : gambaran sikap dan tindakan remaja terhadap kecerdasan emosional di sma

47
GAMBARAN SIKAP DAN TINDAKAN REMAJA TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL DI SMA NEGERI 1 KISARAN KECAMATAN KISARAN TIMUR KABUPATEN ASAHAN PROPOSAL OLEH: OKFIAN AL MASRI TANJUNG NIM.20121242 AKADEMI PERAWATAN YAYASAN PERGURUAN GITA MATURA ABADI KISARAN ANGKATAN XIX TA. 2014 / 201 PERNYATAAN PERSETUJUAN Proposal Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Disetujui Untuk Dipert Tim Penguji Ujian Sidang Proposal Karya Tulis Ilmiah Progr D III Akademi Keperawatan Gita Matura Abadi Kisaran

Upload: fyan-reeves

Post on 05-Nov-2015

39 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Proposal : Gambaran sikap dan tindakan remaja terhadap kecerdasan emosional di SMA

TRANSCRIPT

GAMBARAN SIKAP DAN TINDAKAN REMAJA TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL DI SMA NEGERI 1 KISARAN KECAMATAN KISARAN TIMUR KABUPATEN ASAHAN

PROPOSAL

OLEH:OKFIAN AL MASRI TANJUNGNIM.20121242

AKADEMI PERAWATAN YAYASAN PERGURUAN GITA MATURA ABADI KISARANANGKATAN XIX

40

TA. 2014 / 201539

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Ujian Sidang Proposal Karya Tulis Ilmiah Program Pendidikan D III Akademi Keperawatan Gita Matura Abadi Kisaran

Kisaran, April 2015

PEMIMBING AKADEMIK

(Wahyu Agustina S.Kep.Ns.M.Psi)

LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Karya Tulis Ini Telah Diperiksa Oleh Tim Penguji Ujian Proposal Karya Tulis Ilmiah Program Pendidikan Diploma III Akademi KeperawatanGita Matura Abadi Kisaran

Tim PengujiTandaTangan1. Joni Siagian SKM. M.Kes ..2. Marini Weldinar S.Kep,Ns......................3. Amelia Dini Anggraini Silalahi SKM,MM.

Disahkan Oleh:Akper Yagma KisaranDirektur

( Joni Siagian SKM. M.Kes)

KATA PENGANTARDengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT Dimana atas rahmat dan karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal karya tulis ini yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan DIII Keperawatan Yayasan Perguruan Gita Matura Abadi. Adapun judul proposal karya tulis ini adalah Gambaran Sikap dan Tindakan Remaja terhadap Kecerdasan Emosional di SMA Negeri 1 Kisaran Dalam penyusunan proposal karya tulis ini peneliti mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik berupa moril maupun materi secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :1. Kepada seluruh keluarga khususnya kepada Mamak, Kakak, Abang dan seluruh keluarga yang telah banyak memberikan dukungan dan motivasi serta memberikan doanya sehingga proposal karya tulis ini selesai tepat waktu.2. Ibu Hj. Hajizah Hasibuan, selaku ketua Yayasan Perguruan Gita Matura Abadi Kisaran.3. Bapak Joni Siagian, SKM.M.Kes.Selaku Direktur Akademi Keperawatan Gita Matura Abadi Kisaran.4. 5. Ibu Wahyu Agustina S.Kep, Ns, M.Psi. Selaku pembimbing Akademi dan pemimbing Proposal Karya Tulis yang telah membantu penulisan dalam penyusuna dan pembuatan Proposal Karya Tulis dengan baik.6. Bapak Joni Siagian, SKM, M.Kes, selaku penguji I dalam sidang Proposal Karya Tulis Ilmiah dan yang merupakan salah satu pembimbing Proposal Karya Tulis yang saya hormati sekali.7. Ibu Marini Weldinar S.Kep,Ns, selaku penguji II dalam sidang Proposal Karya Tulis Ilmiah.8. Ibu Amelia Dini Anggraini Silalahi SKM,MM selaku penguji III dalam sidang Proposal Karya Tulis Ilmiah.9. Bapak / Ibu dan seluruh staf Dosen Akademi Keperawatan Gita Matura Abadi Kisaran yang telah memberi pengajaran dan bimbingan selama peneliti menimba ilmu di Akper Yagma Kisaran.10. Seluruh teman teman angkatan XIX yang telah memberikan motivasi kepada peneliti dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.Akhirnya peneliti berharap semoga proposal karya tulis ini dapat berguna dan bermanfaat untuk menghadapi jenjang selanjutnya dalam menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah pada akhir program proses belajar mengajar pada D III Keperawatan Akper Yagma Kisaran.

Kisaran, April 2015Hormat Saya

PenelitiDAFTAR ISI

LEMBAR JUDULPERNYATAAN PERSETUJUANiiLEMBAR PENGESAHANiiiKATA PENGANTARivDAFTAR ISIvi

BAB I PENDAHULUAN11.1Latar Belakang11.2Rumusan Masalah51.3Ruang Lingkup51.4Tujuan Penelitian51.4.1Tujuan Umum51.4.2Tujuan Khusus61.5Manfaat Penelitian6

BAB II TINJAUAN TEORITIS82.1Sikap dan Tindakan82.1.1Sikap (Attitude)82.1.2Tindakan atau Praktik (Practice)112.2Kecerdasan122.2.1Definisi Kecerdasan122.2.2Macam-macam Kecerdasan132.3Emosi152.3.1Definisi Emosi152.3.2Penggolongan Emosi162.4Kecerdasan Emosional (EI)172.4.1Definisi Kecerdasan Emosional (EI)172.4.2Komponen Kecerdasan Emosi (EI) :182.5Remaja202.5.1Definisi Remaja202.5.2Masa Remaja212.5.3Emosi Remaja23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN273.1Tempat dan Waktu Penelitian273.1.1Tempat Penelitian273.1.2Waktu Penelitian273.2Desain Penelitian273.3Populasi dan Sampel283.3.1Populasi283.2.2 Sampel283.4Kerangka Konsep293.5Definisi Konseptual303.6Definisi Operasional323.7Aspek Pengukuran333.7.1Pengukuran berdasarkan Variabel Penelitian333.8Teknik Pengumpulan Data333.9Alat Pengumpulan Data343.10Pengolahan Data dan Analisa Data343.10.1Pengolahan Data343.10.2Analisa Data353.11 Jadwal kegiatan36

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN37KUISIONER38DAFTAR PUSTAKA42

BAB IPENDAHULUAN1.1Latar BelakangKehidupan manusia tidak selamanya berjalan dengan lurus, tenang, penuh kegembiraan dan kebahagiaan. Kadangkala seorang manusia harus menghadapi berbagai hambatan, rintangan, persoalan dan konflik dalam kehidupannya. Beberapa hambatan, rintangan, persoalan dan konflik tersebut sederhana dan mudah diselesaikan, tetapi ada juga beberapa yang kompleks dan sulit untuk diatasi. Hal ini dapat menimbulkan keadaan tidak seimbang dan tekanan psikologis serta gangguan emosional dalam diri seseorang. Keadaan tersebut akan membuat individu melakukan berbagai usaha untuk menguasai, meredakan, atau menghilangkan berbagai tekanan yang dialaminya. Berbagai usaha yang dilakukan individu tersebut membutuhkan emosi yang terkendali untuk menghadapi situasi yang menekan.Menurut Goleman (2015), kecerdasan emosional itu lebih penting daripada IQ. Dia menyatakan bahwa kecerdasan emosi itu adalah : self awareness (kemampuan untuk mengenali emosi diri), self control (kemampuan untuk mengontrol emosi yang muncul), self motivation (kemampuan untuk memotivasi diri), empathy (kemampuan untuk mengetahui dan memahami emosi orang lain), dan social skill (kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain). Selain itu bisa juga diartikan sebagai kemampuan untuk mengontrol perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain. Dengan kata lain kecerdasan emosi seseorang itu akan terbentuk apabila ada kerjasama yang baik antara pikiran dan perasaan.Kecerdasan emosional (EI) bukanlah mode atau kecenderungan. Bukan juga sesuatu yang baru seperti yang sering digembor-gemborkan masyarakat melalui berbagai investasinya melalui pelatihan. EI berkembang bersamaan dengan proses tumbuh kembang manusia dalam beradaptasi dan bergaul dengan manusia lain. Menurut Stein (2002) kecerdasan emosional sama tuanya dengan peradaban. Penelitian yang telah dilakukan oleh BarOn (1988), Mayer dan Salovey (1990) serta Goleman (2015), mengenai kecerdasan emosional mengemukakan bahwa keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh intelektualitas semata. Intelektualitas atau Intelligent Quotient (IQ) hanya merupakan syarat minimal untuk meraih keberhasilan. Telah terbukti tidak sedikit orang-orang yang memiliki IQ tinggi kalah dalam persaingan. Sebaliknya banyak orang yang mempunyai IQ iasa-biasa saja justru sukses dalam berkarier. Pakar psikolog sepakat bahwa IQ hanya menyumbang sekitar 20 persen sebagai faktor-faktor yang menentukan suatu keberhasilan, sedangkan 80 persen sisanya berasal dari faktor lain, termasuk apa yang dinamakan dengan kecerdasan emosional (Goleman, 2015). Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan remaja yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan intelegensinya. Ada remaja yang mempunyai kemampuan intelegensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada remaja yang walaupun kemampuan intelegensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf intelegensi bukan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain termasuk salah satunya kecerdasan emosional yang menentukan keberhasilan seseorang.Hal ini dirasa sangat wajar, dikarenakan paradigma yang berkembang ditengah-tengah masyarakat Indonesia adalah kecerdasan intelektual (IQ) itu lebih penting dibandingkan dengan kecerdasan emosional (EI). Dalam proses belajar remaja di SMA, kedua inteligensi itu sangat diperlukan. Memang harus diakui bahwa mereka yang memiliki IQ rendah dan memiliki keterbelakangan mental akan mengalami kesulitan, bahkan mungkin tidak mampu mengikuti pendidikan formal yang seharusnya sesuai dengan usia mereka. Tetapi sesungguhnya IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia mencatat 339 kasus tawuran remaja sepanjang tahun 2013, 12 kasus bunuh diri remaja di tahun 2012 dan terdapat 7000 lebih kasus remaja yang terpaksa mendekam di penjara karena terlibat kasus penyalahgunaan narkoba, pelecehan seksual, pencurian dan pembunuhan . Kasus tawuran yang didominasi remaja SMA pada tahun 2013 meningkat 128 kasus jika dibandingkan tahun 2010. (http://jurnal.psikologi.ugm.ac.id/EI_tawuran.pdf diakses February 9th 2015 10:48 PM)Data Komisi Nasional Perlindungan Anak ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional para remaja SMA masih tergolong rendah. Karena masa remaja merupakan masa yang sangat penting di dalam perkembangan seorang manusia. Istilah pemberontak merupakan istilah yang sering dilekatkan pada masa remaja karena mereka sering melakukan suatu tindakan yang melanggar aturan. Adanya sifat pemberontak pada diri remaja, tampak pada kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan-tindakan yang mengandung resiko. Remaja hendaknya memahami pentingnya kecerdasan emosi. Kecerdasan ini terlihat dalam beberapa hal seperti bagaimana remaja mampu memberi kesan yang baik tentang dirinya, mempu mengungkapkan dengan baik emosinya sendiri, dapat mengendalikan perasaan serta mampu mengungkapkan reaksi emosi sesuai kondisi yang ada sehingga interaksi dengan orang lain mampu terjalin baik dan efektif. (http://eprints.uns.ac.id/kedokteran/psikologis/ remaja_EI.pdf diakses February 11th 2015 12:47 PM)Berdasarkan survey awal, data yang didapatkan dari guru BP dan asumsi peneliti beberapa remaja di SMA Negeri 1 Kisaran ditemukan sebagian remaja yang kurang motivasi dalam belajar, sering membolos, menunda-nunda pekerjaan, kurang peduli dalam hal tugas kelompok, takut bertemu dengan guru yang dianggapnya menakutkan, dan senang dengan ketidakhadiran guru. Mengapa hal itu bisa terjadi terhadap sebagian remaja itu? Mungkinkah pelajar yang mayoritas usia remaja mengalami gangguan emosi yang belum stabil atau belum mampu mengambil sikap dan tindakan untuk mengontrol kecerdasan emosinya?Permasalahan-permasalahan remaja yang telah dikemukakan di atas berkaitan pentingnya kecerdasan emosional pada diri remaja sebagai salah satu faktor penting untuk menunjang keberhasilannya, baik itu dalam kesehariannya yang harus dipenuhi rasa optimis dan motivasi meraih prestasi akademik dan mampu berinteraksi dengan orang lain secara baik dan efektif. Maka dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, peneliti tertarik mengambil judul Gambaran Sikap dan Tindakan Remaja terhadap Kecerdasan Emosional di SMA Negeri 1 Kisaran.1.2Rumusan MasalahBagaimanakah gambaran sikap dan tindakan remaja terhadap kecerdasan emosional di SMA Negeri 1 Kisaran?1.3Ruang LingkupPada tahap ini peneliti akan membatasi masalah yang terdapat pada identifikasi masalah, adapun batasan masalah dari beberapa identifikasi masalah diatas yaitu self awareness (kemampuan untuk mengenali emosi diri), self control (kemampuan untuk mengontrol emosi yang muncul), self motivation (kemampuan untuk memotivasi diri), empathy (kemampuan untuk mengetahui dan memahami emosi orang lain), dan social skill (kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain).1.4Tujuan Penelitian1.4.1Tujuan UmumUntuk mengetahui bagaimanakah gambaran sikap dan tindakan remaja terhadap kecerdasan emosional

1.4.2Tujuan Khususa. Mengidentifikasi sikap dan tindakan remaja untuk mengenali emosi diri sendiri.b. Mengidentifikasi sikap dan tindakan remaja untuk mengontrol emosi yang muncul pada diri sendiri.c. Mengidentifikasi sikap dan tindakan remaja untuk memotivasi diri sendiri.d. Mengidentifikasi sikap dan tindakan remaja untuk mengetahui dan memahami emosi orang lain.e. Mengidentifikasi sikap dan tindakan remaja untuk membina hubungan dengan orang lain.

1.5Manfaat Penelitian1. Instansi PendidikanHasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi tentang pentingnya kecerdasan emosional bagi seluruh elemen terkait dalam instansi pendidikan.2. MahasiswaMemberikan pengetahuan bagi mahasiswa untuk dapat menggunakan kecerdasan emosinya dengan sebaik mungkin agar didapat kesuksesan dalam berprestasi dan bersosialisasi.3. RemajaDiharapkan dengan adanya penelitian kecerdasan emosi ini, remaja dapat menggunakan kecerdasan emosinya untuk mengenali emosi diri, mengontrol emosi yang muncul, memotivasi diri, memahami emosi orang lain dan memiliki kemampuan untuk membina hubungan baik dengan orang lain.4. PenelitiMemberikan pengetahuan tersendiri bagi peneliti dan memberikan informasi tentang betapa pentingnya kecerdasan emosional serta dapat memberikan pengalaman bagi peneliti yang akan melakukan penelitian selanjutnya.

BAB IITINJAUAN TEORITIS2.1Sikap dan Tindakan2.1.1Sikap (Attitude)Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Campbell (1950) menDefinisikan dengan sangat sederhana, yakni: An individuals attitude is syndrome of response consistency with regard to object. Jadi jelas, disini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespon stimulasi atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan kejiwaan yang lain.Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup.Komponen Pokok Sikap:Menurut Allport (1954) sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu:a. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek. Artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. Sikap orang terhadap penyakit kusta misalnya, berarti bagaimana pendapat atau keyakinan orang tersebut terhadap penyakit kusta.b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek. Seperti contoh butir tersebut, berarti bagaimana orang menilai terhadap penyakit kusta, apakah penyakit yang biasa saja atau penyakit yang membahayakan.c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan). Misalnya, tentang contoh sikap terhadap penyakit kusta di atas, adalah apa yang dilakukan seseorang bila ia menderita penyakit kusta.Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut:a. Menerima (receiving)Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek menerima stimulus yang diberikan (objek). Misalnya, sikap seseorang terhadap periksa hamil (ante natal care), dapat diketahui atau diukur dari kehadiran si ibu untuk mendengarkan penyuluhan tentang ante natal care di lingkungannya.

b. Menanggapi (responding)Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang diamati misalnya, seorang ibu yang mengikuti penyuluhan ante natal care tersebut ditanya atau diminta menanggapi oleh penyuluhan, kemudian ia menjawab atau menanggapinya.c. Menghargai (valuing)Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberi nilai positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon. Contoh butir a di atas, ibu itu mendiskusikan ante natal care dengan suaminya, atau bahkan mengajak tetangganya untuk mendengarkan penyuluhan ante natal care.d. Bertanggung jawab (responsible)Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakini. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya dia harus berani mengambil risiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain. Contoh tersebut di atas, ibu yang sudah mau mengikuti penyuluhan ante natal care, ia harus berani untuk mengorbankan waktunya, atau mingkin kehilangan penghasilannya, atau diomeli oleh mertuanya karena meninggalkan rumah dan sebagainya.

2.1.2Tindakan atau Praktik (Practice)Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana.Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu:a. Praktik terpimpin (guided response)Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan. Misalnya, seorang anak kecil menggosok gigi namun masih selalu diingatkan oleh ibunya, adalah masih disebut praktik atau tindakan terpimpin.b. Praktik secara mekanisme (mechanism)Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis. Misalnya, seorang anak secara otomatis menggosok gigi setelah makan, tanpa disuruh ibunya.c. Adopsi (adoption)Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas misalnya, menggosok gigi, bukan sekedar gosok gigi, melainkan dengan teknik-teknik yang benar. Seorang ibu memasak memilih bahan masakan bergizi tinggi meskipun bahan makanan tersebut murah harganya. (Notoatmodjo, 2010 hal 142-145)2.2Kecerdasan2.2.1Definisi KecerdasanKecerdasan (inteligensi) adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif. (Sarwono, 2011 hal 89)Menurut Howard Gardner yang dikutip oleh Agus Efendi (2005) dalam bukunya Revolusi Kecerdasan Abad 21 mengemukakan bahwa, Kecerdasan adalah kemampuan utnuk memecahkan atau sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu. Sedangkan menurut Alfred Binet dan Theodore Simon, kecerdasan terdiri dari: (1) kemampuan mengarahkan pikiran atau tindakan, (2) kemampuan mengubah arah tindakan jika tindakan tersebut telah dilakukan, (3) kemampuan mengkritik diri sendiri.Menurut Piaget yang dikutip oleh Agus Efendi (2005) dalam bukunya Revolusi Kecerdasan Abad 21 mengemukakan bahwa, Intelligence is what you use when you don`t know what to do. (Kecerdasan adalah apa yang kita gunakan pada saat kita tidak tahu apa yang harus dilakukan).Definisi kecerdasan-kecerdasan di atas hanya merupakan contoh diantara banyaknya definisi kecerdasan. Para psikolog terbukti tidak menyepakati definisi kecerdasan tersebut. Bahkan, menurut Stenberg, berbagai riset menunjukan bahwa budaya yang berbeda memiliki konsepsi tentang kecerdasan yang berbeda pula. Lebih jauh, saat menjelaskan definisi kecerdasan dari para ahli (expert definition), seperti telah dijelaskan di atas-yakni ketika pada tahun 1921, 14 psikolog terkenal diminta oleh editor the Journal of Educational Psychologi untuk memberikan pandangan mereka mengenai apa itu kecerdasan. Stenberg mengungkapkan definisi mereka bahwa kecerdasan adalah: (1) kemapuan untuk belajar dari pengalaman, (2) kemampuan untuk beradaftasi dengan lingkungan sekitar (suurounding environment). Dua jenis kemampuan ini merupakan dua tema yang penting menurutnya, kemampuan utnuk belajar dari pengalaman itu mengimplikasikan, misalnya, bahwa orang cerdas adalah mereka yang bukan saja melakukan kesalahan tapi juga mereka yang belajar dari kesalahan dan tidak melakukannya lagi. (Efendi, 2005 hal 85)Kesimpulannya, bahwa kecerdasan itu merupakan suatu kemampuan untuk belajar dari keseluruhan pengetahuan dan kemampuan untuk beradaptsi dengan cepat dan efektif dengan situasi dan lingkungan yang baru.2.2.2Macam-macam KecerdasanManusia adalah makhluk yang dianugrahi potensi kecerdasan tidak terbatas, berkat otaknya yang hanya seberat satu setengah kilogram, sehingga disebut the 3-pound universe, meskipun kecerdasan manusia tidak terbatas, namun banyak ahli atau penulis buku menyebut berbagai jenis kecerdasan. Inilah sederetan kecerdasan tersebut:a.Intelligence Quotient (Kecerdasan Intelektual)b.Multiple Intelligence (Kecerdasan Majemuk). Menurut Howard Gardner, kecerdasan ini mencakup, Linguistik Intelligence (Kecerdasan Berbahasa), Logico-Mathematical Intelligence (Kecerdasan Logis-Matematis), Visual-Svatial Intelligence (Kecerdasan Visual-Spasial), Bodily-Kinesthetic Intelligence (Kecerdasan Kinestetik), Musical Intelligence (Kecerdasan Musik), Interpersonal Intelligence (Kecerdasan Antarpibadi), Intrapersonal Intelligence (Kecerdasan Intrapersonal), dan Natural Intelligence (Kecerdasan Natural)c.Practical Intelligence (Kecerdasan Praktis)d.Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosi)e.Entrepreneurial Intelligence (Kecerdasan Berwiraswasta)f.Financial Intelligence (Kecerdasan Finansial)g.Adversity Qoutient (Kecerdasan Adversitas)h.Aspiration Intelligence (Kecerdasan Aspirasi)i.Power Intelligence (Kecerdasan Kekuatan)j.Imagination Intelligence (Kecerdasan Imajinasi)k.Intuition Intelligence (Kecerdasan intuitif)l.Moral Intelligence (Kecerdasan Moral)m.Spiritual Intelligence (Kecerdasan Spiritual)n.Succesful Intelligence (Kecerdasan Kesuksesan)Manusia adalah sekaligus makhluk jasadiah dan ruhaniah. Sebagai makhluk jasadiah, manusia akan mati. Walaupun diciptakan, ruh manusia itu tidak mati dan selalu sadar akan dirinya. Ia adalah tempat bagi segala sesuatu yang intelijibel dan dilengkapi dengan fakultas yang memiliki sebutan berlainan dalam keadaan yang berbeda, yaitu ruh (ruh), jiwa (nafs), hati (qolb), dan intelek (aql). Setiap sebutan ini memiliki 2 makna, yang satu merujuk pada aspek-aspek jasad ataupun kebinatangan yang satu lagi pada aspek keruhaian. (Agus Efendi, 2005 hal 2)2.3Emosi2.3.1Definisi EmosiMenurut Chaplin (1989) yang dikutip oleh Mohammad Ali (2012) dalam bukunya Psikologi Remaja bahwa emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku.Menurut Soegarda (1982) yang dikutip oleh Mohammad Ali (2012) dalam bukunya Psikologi Remaja bahwa emosi adalah suatu respon terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus.Emosi diartikan sebagai keadaan jiwa yang sangat mempengaruhi makhluk hidup, yang ditimbulkan oleh kesadaran atas suatu benda atau peristiwa, yang ditandai dengan perasaan mendalam, hasrat untuk bertindak, dan perubahan fisiologis pada fungsi tubuh. Singkatnya emosi adalah pikiran yang digerakkan. (Maurus, 2014 hal 16)Menurut The Dictionary of Psychology yang dikutip oleh J. Maurus (2014) dalam bukunya Mengembangkan Emosi Positif bahwa emosi adalah keadaan yang kompleks dari suatu organisme, termasuk perubahan dalam banyak hal; pernafasan, denyut nadi, kelenjar, dan secara kejiwaan semisal kegembiraan atau kegembiraan atau kegelisahan, yang ditandai dengan perasaan yang mendalam dan dorongan yang kuat untuk melakukan tindakan tertentu.Menurut Dr. Magda Arnold yang dikutip oleh J. Maurus (2014) dalam bukunya Mengembangkan Emosi Positif bahwa emosi adalah kecenderungan untuk mendekat pada apapun yang dirasa baik (menguntungkan) atau menjauh dari apapun yang dirasa buruk (berbahaya).Emosi adalah suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. (Goleman, 2015 hal 409)Menurut Oxford English Dictionary yang dikutip oleh D. Goleman (2015) dalam bukunya Emotional Intellegence bahwa emosi adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap.2.3.2Penggolongan EmosiMenurut Goleman (2015, hal 409-410) dalam bukunya Emotional Intellegence ada beberapa penggolongan emosi, beberapa anggota golongan tersebut adalah:1. Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, tindakan kekerasan dan kebencian patologis.2. Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan jika menjadi patologis, depresi berat.3. Kenikmatan: bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, kegirangan luar biasa, senang, senang sekali, euphoria.4. Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih.5. Terkejut: terkesiap, takjub, terpanah.6. Jengkel: hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau muntah.7. Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Tantangan Aristoteles, Siapapun bisa marah. Marah itu mudah. Tetapi, marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan cara yang baik. Bukanlah hal mudah. (Goleman, 2015 hal ix)2.4Kecerdasan Emosional (EI)2.4.1Definisi Kecerdasan Emosional (EI)Kecerdasan Emosi (EI) adalah kemampuan untuk mengenali, mengolah, dan mengontrol emosi agar mampu merespon secara positif setiap kondisi yang merangsang munculnya emosi-emosi ini. (Mashar, 2011 hal 60)Menurut Salovey dan Mayer (1997) yang dikutip oleh Mashar (2011) dalam bukunya Emosi Anak Usia Dini bahwa kecerdasan emosi (EI) adalah empati, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan dan sikap hormat.Kecerdasan Emosi (EI) adalah kemampuan untuk bisa mengola diri (intrapersonal) dan mengola hubungan dengan orang lain menjadi lebih baik (interpersonal). (Martin, 2011 hal 10-11)

2.4.2Komponen Kecerdasan Emosi (EI) :1. Kesadaran diri emosionalKesadaran diri emosional merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Perbaikan dalam mengenali dan merasakan emosinya sendiri Lebih mampu memahami penyebab perasaan yang timbul Mengenali perbedaan perasaan dengan tindakan2. Mengelola emosiMengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan diri individu. Toleransi yang lebih tinggi terhadap frustasi dan pengelolaan amarah Berkurangnya ejekan verbal, perkelahian, dan gangguan di ruang kelas Lebih mampu mengungkapkan amarah dengan tepat tanpa berkelahi Berkurangnya perilaku agresif atau merusak diri sendiri Perasaan yang lebih positif tentang diri sendiri, sekolah dan keluarga Lebih baik dalam menangani ketegangan jiwa Berkurangnya kesepian dan kecemasan dalam pergaulan3. Memanfaatkan emosi secara produktif (memotivasi)Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri. Mampu memotivasi diri Lebih bertanggung jawab Lebih mampu memusatkan perhatian pada tugas yang dikerjakan dan menaruh perhatian Lebih menguasai diri4. EmpatiEmpati adalah kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain. Lebih mampu menerima sudut pandang orang lain Memperbaiki empati dan kepekaan terhadap perasaan orang lain Lebih baik dalam mendengarkan orang lain5. Membina hubunganKemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi. Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana individu mampu membina hubungan dengan orang lain. Sejauhmana kepribadian individu berkembang dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya. Meningkatkan kemampuan menganalisis dan memahami hubungan Lebih baik dalam menyelesaikan pertikaian dan merundingkan persengketaan Lebih baik dalam menyelasaikan persoalan yang timbul dalam hubungan Lebih tegas dan terampil dalam berkomunikasi Lebih populer dan mudah bergaul dan bersahabat Lebih dibutuhkan oleh teman sebaya Lebih menaruh perhatian dan bertenggang rasa Lebih memikirkan kepentingan sosial dan selaras dalam kelompok Lebih suka berbagi rasa, bekerjasama dan suka menolong Lebih demokratis dalam bergaul dengan orang lain(Goleman, 2015 hal 400-401)2.5Remaja2.5.1Definisi RemajaRemaja adalah fase peralihan antara masa kanak-kanak dan masa tumbuh dewasa, baik secara fisik, akal, kejiwaan, sosial dan emosional. (Asmani, 2012 hal 38)Kata Remaja (adolescent) berasal dari bahasa latin alescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. (Asmani, 2012 hal 40)Menurut Piaget yang dikutip oleh Asmani (2012) dalam bukunya Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah bahwa remaja adalah usia saat individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia saat anak tidak merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.Menurut Darajat (1990) yang dikutip oleh Asmani (2012) dalam bukunya Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah bahwa remaja adalah masa peralihan diantara masa anak-anak dan dewasa. 2.5.2Masa RemajaMenurut Soejanto yang dikutip oleh Asmani (2012) dalam bukunya Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah bahwa masa remaja terentang antara usia 13 sampai 22 tahun.Menurut Calon (1994) yang dikutip oleh Asmani (2012) dalam bukunya Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan, karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak memiliki status anak.Menurut Rumini,dkk yang dikutip oleh Asmani (2012) dalam bukunya Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, di mana pada masa tersebut terjadi proses pematangan, baik pematangan fisik maupun psikologis.Menurut Suyanto dan Hisyam yang dikutip oleh Asmani (2012) dalam bukunya Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah bahwa masa remaja merupakan masa yang penuh dengan tantangan. Dan tidak sedikit di antara tantangan-tantangan itu bersifat negatif, sehingga banyak remaja yang tergelincir dalam perbuatan negatif. Hal tersebut disebabkan mereka umumnya belum bisa mengendalikan diri untuk tidak berkelahi, melakukan tindakan kekerasan, meminum-minuman keras, mengkonsumsi narkoba, mencuri, bahkan main perempuan.Masa remaja ditandai dengan terjadinya pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas, dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif. Sebab dari munculnya masalah atau perilaku menyimpang pada remaja ini antara lain adanya perubahan psikologis yang akan memberikan dorongan-dorongan tertentu yang sering kali tidak diketahui. Institusi pendidik langsung yaitu orang tua dan guru sekolah juga cenderung kurang siap untuk memberikan informasi yang benar dan tepat waktu, sehingga remaja seolah dapat berprilaku seenaknya. (Asmani, 2012 hal 42)Berbagai kendala lain di antaranya ketidaktahuan dan persepsi yang keliru pada sebagian besar masyarakat mengenai pendidikan seks masih merupakan hal yang tabu. (Soetjaningsih, 2004)Pada masa remaja, mereka mengalami perubahan baik secara fisik maupun psikologis. Perubahan inilah yang mengakibatkan perubahan sikap dan tingkah laku, seperti remaja mulai memperhatikan penampilan diri, mulai tertarik dengan lawan jenis, berusaha menarik perhatian dan muncul perasaan cinta, yang kemudian akan timbul dorongan seksual. (Imran, 2000)Di sisi lain, kebutuhan sosialisasi remaja juga sangat tinggi, paling tidak kebutuhan untuk diterima (akseptabilitas) oleh teman sebaya. Sehingga, ia bisa berinteraksi, bergaul, berbaur, dan berkembang bersama teman-teman sebayanya.Kebutuhan aktualisasi ini yang kadang-kadang menjuruskannya pada dampak negatif. Remaja begitu mudah hanyut dalam eksperimantasi hal-hal baru yang belum tentu positif bagi masa depannya. Ada rasa kesetiakawanan yang kuat di antara mereka, sehingga ketika yang satu merasa senang maka yang lain akan mengikutinya. Bayangkan jika salah satu atau beberapa dari mereka terjerumus dalam hal-hal negatif (misalnya merokok, minum miras, tawuran, mencuri ataupun tindakan kriminalitas lainnnya), maka bukan tidak mungkin teman-temannya juga akan mengikutinya atas dasar kesetiakawanan. (Asmani, 2012 hal 43-44) 2.5.3Emosi RemajaEmosi remaja biasanya berkobar-kobar tanpa kendali. Gesell et al berpendapat bahwa remaja usia 14 tahun sering meledak-ledak dan tidak bisa mengendalikan perasaannya. Sebaliknya, remaja usia 16 tahun biasanya tidak atau kurang memiliki kekhawatiran. Secara detail, ciri-ciri pertumbuhan perkembangan emosi remaja secara umum dapat dijabarkan sebagai berikut.1. Kematangan EmosiPada akhir masa remaja, mereka menjadi lebih mampu mengendalikan emosi. Kini remaja tidak meledakkan emosinya di hadapan orang lain, melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih diterima. Inilah tandanya remaja sudah mencapai kematangan emosi.2. Memiliki Minat pada Bidang-Bidang TertentuSepanjang masa remaja, minat yang dibawa dari masa anak-anak cenderung berkurang dan diganti oleh minat yang sifatnya lebih matang.

3. Minat RekreasiSecara bertahap, bentuk permainan kekanak-kanakan itu menghilang, dan menjelang awal masa remaja, pola rekreasi individual hampir sama dengan pola akhir masa remaja dan awal masa dewasa.4. Minat SosialAdanya minat remaja yang bersifat sosial bergantung pada kesempatan yang diperolehnya untuk mengembangkan minat tersebut. Remaja yang memiliki status sosial-ekonomi rendah biasanya kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan minat di berbagai pesta dansa dibandingka dengan remaja yang berstatus sosial-ekonomi lebih baik.5. Minat PribadiMinat terkuat adalah minat pada diri sendiri. Minat tersebut meliputi minat menampilkan diri, minat pada pakaian model terbaru, minat berprestasi, minat mandiri, dan minat pada uang.6. Minat terhadap PendidikanMinat remaja pada pekerjaan sangat mempengaruhi besarnya minat mereka terhadap pendidikan. Bagi mereka, pendidikan tinggi dianggap sebagai batu loncatan untuk meraih pekerjaan yang diinginkan.7. Minat terhadap PekerjaanRemaja, terutama siswa-siswa SMA suadah mulai memikirkan masa depannya dengan sungguh-sungguh. Biasanya anak laki-laki lebih bersungguh-sungguh dalam memikirkan pekerjaannya dibandingkan anak perempuan, yang rata-rata memandang pekerjaan sebagai pengisi waktu luang sebelum pernikahan.8. Minat terhadap AgamaRemaja memiliki potensi atau menaruh minat pada agama dan menganggap agama berperan penting dalam kehidupan. Hal ini tampak dengan keikutsertaan mereka untuk mengikuti pelajaran-pelajaran agama di sekolah serta mengikuti berbagai kegiatan keagamaan.9. Minat terhadap Hal-hal SimbolisTinggi-rendahnya status seseorang, biasanya digambarkan dengan hal-hal yang bersifat simbolik. Ironisnya, remaja sekarang baik anak laki-laki ataupun perempuan, sering menunjukkan hal-hal simbolik itu dalam bentuk perilaku menyimpang atau kenakalan remaja sebagai lambang prestise, misalnya minum-minuman keras, penggunaan obat terlarang, merokok, dan lain-lain.Emosi remaja membutuhkan penanganan yang arif dan bijaksana, tidak bisa ditekan dengan aneka macam aturan yang mengikat, apalagi memaksa. Mereka justru akan memberontak dan lari dari tekanan tanpa pertimbangan sama sekali. Untuk menghadapi remaja yang pemberontak seperti ini, kita tidak bisa menggunakan kekerasan, namun dengan duduk bersama mereka dalam upaya membangun pemahaman.Goleman (2015) kemerosotan emosi yang dialami remaja menimbulkan masalah spesifik seperti berikut ini:1. Menarik diri dari pergaulan atau masalah sosial: lebih suka menyendiri; bersikap sembunyi-sembunyi; banyak bermuram durja; kurang bersemangat; merasa tidak bahagia; terlampau bergantung.2. Cemas dan depresi: menyendiri; sering takut dan cemas; merasa tidak dicintai; merasa gugup atau sedih dan depresi.3. Memiliki masalah dalam perhatian dan berpikir: tidak mampu memusatkan perhatian atau duduk tenang; melamun; bertindak tanpa berpikir; bersikap terlalu tegang untuk berkonsentrasi; sering mendapat nilai buruk di sekolah; tidak mampu membuat pikiran jadi tenang.4. Nakal atau agresif: bergaul dengan anak-anak yang bermasalah; bohong dan menipu; sering bertengkar; bersikap kasar terhadap orang lain; membandel di sekolah dan di rumah; keras kepala dan suasana hati sering berubah-ubah; terlalu banyak bicara; sering mengolok-olok; bertemperamen mudah panas

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN3.1Tempat dan Waktu Penelitian3.1.1Tempat PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kisaran dengan dasar pertimbangan sebagai berikut :1. SMA Negeri 1 Kisaran termasuk salah satu sekolah paling diminati di Kisaran.2. Lokasi SMA Negeri 1 Kisaran berdekatan dengan tempat tinggal peneliti sekarang yaitu Jl. K.H.Agus Salim, sehingga memudahkan peneliti melakukan penelitian.3. Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti bahwa kecukupan remaja sudah memiliki kriteria peneliti.4. Peneliti merupakan siswa alumni SMA Negeri 1 Kisaran3.1.2Waktu PenelitianWaktu penelitian dilaksanakan pada bulan April-Juni 20153.2Desain PenelitianDesain penelitian dengan menggunakan tekhnik Deskriptif Survey. Peneliti disini ingin menyelidiki keadaan, kondisi dan mendapatkan informasi bagaimana gambaran sikap dan tindakan remaja terhadap kecerdasan emosional di SMA Negeri 1 Kisaran kelas X dan kelas XI, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. (Arikunto, 2010 hal 3). Adapun rancangan penelitian yang digunakan dengan Cross Sectional yaitu suatu penelitian dimana faktor risiko/penyebab dan efeknya diambil pada saat yang bersamaan. (Supardi, 2013 hal 54)3.3Populasi dan Sampel3.3.1PopulasiPopulasi adalah keseluruhan jumlah anggota dari suatu himpunan yang ingin diketahui karakteristiknya yaitu seluruh siswa kelas X dan kelas XI di SMA Negeri 1 Kisaran yang berjumlah 874 orang. (Supardi, 2013 hal 63) 3.2.2 SampelSampel adalah sebuah gugus atau sejumlah tertentu anggota himpunan yang dipilih dengan cara tertentu agar mewakili populasi yaitu sebanyak 90 orang. (Supardi, 2013 hal 64)Apabila jumlah dapat diketahui, maka dapat digunakan rumus berikut :Ket :n = jumlah sampel

N = jumlah populasid2 = nilai presisi yang ditetapkan (0,1)

n = 274 orangBerdasarkan pertimbangan dan keterbatasan penulis, bentuk sampel yang dipilih untuk penelitian ini menggunakan teknik Random Sampling. Teknik sampling ini dilakukan secara acak sehingga setiap kasus atau elemen dalam populasi memiliki kesempatan yang sama besar untuk dipilih sebagai sampel penelitian. (Supardi, 2013 hal 68)Dengan kriteria responden sebagai berikut :a. Remaja usia 14 tahun s/d 17 tahunb. Siswa SMA Negeri 1 Kisaran yang bersedia menjadi responden untuk penelitian3.4Kerangka Konsep Kerangka Konsep adalah uraian tentang hubungan antar variabel-variabel yang terkait dengan masalah penelitian dan dibangun berdasarkan kerangka teori/kerangka pikir atau hasil studi sebelumnya sebagai pedoman penelitian yang ingin membuktikan hipotesis. (Supardi, 2013 hal 44)Menurut dari judul yang telah di tentukan oleh peneliti Gambaran Sikap dan Tindakan Remaja terhadap Kecerdasan Emosional di SMA Negeri 1 Kisaran, maka kerangka konsep yang telah dirancang dan permasalahannya adalah sebagai berikut:

INPUT PROSES OUTPUTREMAJAKECERDASAN EMOSIONAL

SIKAP DAN TINDAKAN1. Kesadaran Diri Emosional1. Mengelola emosi1. Memanfaatkan emosi secara produktif1. Empati1. Membina Hubungan

Gambar 3.1 : Kerangka Konsep PenelitianKeterangan:Variabel Independen : Sikap dan TindakanVariabel Dependen : Kecerdasan EmosionalSub Variabel : Kesadaran Diri Emosional Mengelola Emosi Memanfaatkan Emosi secara Produktif (memotivasi) Empati Membina Hubungan3.5Definisi Konseptuala. Gambaran adalah memaparkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dll. (Arikunto, 2010 hal 3)b. Remaja adalah fase peralihan antara masa kanak-kanak dan masa tumbuh dewasa, baik secara fisik, akal, kejiwaan, sosial dan emosional. (Asmani, 2012 hal 38)c. Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). (Notoatmodjo, 2010 hal 43-56)d. Kecerdasan Emosi (EI) adalah kemampuan untuk mengenali, mengolah, dan mengontrol emosi agar mampu merespon secara positif setiap kondisi yang merangsang munculnya emosi-emosi ini. (Mashar, 2011 hal 60)e. Kesadaran diri emosional merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri.f. Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu.g. Memanfaatkan emosi secara produktif yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.h. Empati adalah kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli.i. Membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi. Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana individu mampu membina hubungan dengan orang lain. (Goleman, 2015 hal 400-401)3.6Definisi Operasionala. Gambaran adalah uraian, keterangan, penjelasan sikap dan tindakan remaja terhadap kecerdasan emosional.b. Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun.c. Sikap adalah respon remaja terhadap emosi.d. Tindakan adalah perbuatan remaja dalam menangani emosi.e. Kecerdasan Emosional (EI) adalah suatu kemampuan untuk memahami, memakai, dan mampu mengelola emosi dengan baik.f. Kesadaran diri emosional adalah kemampuan untuk mengenali emosi diri sendiri.g. Mengelola emosi adalah kemampuan untuk mengungkapkan emosi secara cerdas.h. Memanfaatkan emosi secara produktif adalah kemampuan untuk memotivasi dan mampu menguasai diri.i. Empati adalah memahami emosi orang lain.j. Membina hubungan adalah kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik terhadap orang lain.3.7Aspek PengukuranUntuk mengetahui tingkat respon disusun pertanyaan sebanyak 50 pertanyaan, dengan menggunakan Skala Guttman. Guttman Scale merupakan skala kumulatif. Skala Guttman disebut juga skala scalogram yang sangat baik untuk meyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dan sikap atau sifat yang diteliti.(Riduwan, 2007 hal 20)3.7.1Pengukuran berdasarkan Variabel PenelitianTabel 3.1 : Tabel Aspek Pengukuran Komponen Kecerdasan Emosi (EI) berdasarkan Variabel PenelitianNoVariabelJumlahKuisionerNilai 1 IndikatorKriteriaNilai Interval%Kategori

1.Sikap2521SetujuTidak Setuju38-5025-3775-100%50-74%BaikTidak baik

2.Tindakan2521IyaTidak38-5025-3775-100%50-74%BaikTidak baik

3.8Teknik Pengumpulan DataData yang dikumpulkan adalah data yang didapat secara langsung melalui pengisian Kuisioner oleh responden dan sebelumnya peneliti akan meminta persetujuan responden sebagai objek peneliti serta peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian serta memberi penjelasan tentang cara pengisian kuisioner sebagai objek yang akan diteliti. Namun untuk mengantisipasi ketidakhadiran dan ketidaksediaan responden, maka peneliti memberikan kuisioner kepada 99 responden.3.9Alat Pengumpulan DataPeneliti telah menyiapkan berupa kuisioner tertutup dan lembar persetujuan sebagai responden. Dalam kuisioner ini terdapat 50 pernyataan yang tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden tinggal memberikan tanda () terhadap kolom jawaban. Instrumen penelitian akan menggunakan kuisioner tertutup, hanya dengan menjawab pertanyaan dengan memilih jawaban yang telah disediakan3.10Pengolahan Data dan Analisa Data3.10.1Pengolahan DataPengolahan data adalah upaya mengubah data yang telah dikumpulkan menjadi informasi yang dibutuhkan. (Supardi, 2013 hal 110)Oleh sebab itu, diperlukan tahap-tahap proses pengolahan data sebagai berikut :1. Editing adalah pemeriksaan kembali jawaban responden pada kuisioner yang mencakup kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan, keseragaman ukuran, dan sebagainya sebelum diberi kode.2. Coding adalah kegiatan merubah data dalam bentuk hutuf pada kuisioner tertutup atau semi tertutup menurut macamnya menjadi bentuk angka untuk pengolahan data komputer.3. Data file adalah pembuatan program pengolahan data komputer.4. Entry/tabulating adalah pengetikan kode jawaban responden pada kuisioner ke dalam program pengolahan data atau master tabel.5. Cleaning data adalah pembersihan data hasil entry data agar terhindar dari ketidaksesuaian dengan koding jawaban responden pada kuisioner. (Supardi, 2013 hal 110-111)3.10.2Analisa DataMenurut Notoatmodjo (2010 : 180) data yang telah diolah baik pengolahan secara manual maupun menggunakan bantuan komputer, tidak akan ada maknanya tanpa dianalisis.Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data numerik yang mencakup variabel dengan skala pengukuran interval. Data yang diperoleh diurut dan dari skor terendah sampai tertinggi, adapun nilai yang diperoleh berdasarkan jawaban responden nilai yang terendah adalah 25 dan nilai tertinggi adalah 50, setelah itu dibuat table data distribusi frekuensi dengan cara:a.Menentukan rentang (data terbesar dikurangi data terkecil)b.Menentukan banyak kelas interval yang diperlukanc.Memilih ujung kelas interval pertamad.Menentukan kelas mediane.Menentukan batas bawah kelas medianDengan menggunakan langkah tersebut, maka diperoleh dua kategori sikap dan tindakan terhadap kecerdasan emosional, yaitu:a.Berdasarkan sikap remaja terhadap kecerdasan emosional1. Baik jika nilai : 38-50 atau 75% - 100%2. Tidak baik jika nilai : 25-37 atau 50% - 74%b.Berdasarkan tindakan remaja terhadap kecerdasan emosional1.Baik jika nilai : 38-50 atau 75% - 100%2.Tidak baik jika nilai : 25-37 atau 50% - 74%

3.11 Jadwal kegiatanTabel 3.2 : Jadwal KegiatanNOKEGIATANFebruari Maret April Mei

1Pengajuan judul

2Survey awal

3Menyusun proposal

4Pembuatan quisioner

5Persentase proposal

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Penelitian dengan judul Gambaran Sikap dan Tindakan Remaja terhadap Kecerdasan Emosional di Sma Negeri 1 Kisaran Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan.Saya yang bertanda tangan di bawah ini:Nama:Umur:Jenis Kelamin:Bersedia dan mau berpartisipasi menjadi responden penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dari Akademi Keperawatan Yayasan Gita Matura Abadi kisaran. Demikian pernyataan ini kami buat tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Kisaran, April 2015 Responden

( )

KUISIONER Gambaran Sikap dan Tindakan Remaja terhadap Kecerdasan Emosional di SMA Negeri 1 Kisaran Kecamatan Kisaran TimurKabupaten AsahanPetunjuk Pengisian Baca dan pahami dengan baik setiap pernyataan/pertanyaan ini. Berikan tanda pada kolom yang ada sesuai dengan perasaan yang anda miliki. Jika ingin memperebaiki jawaban, coret yang salah dan beri tanda pada kolom jawaban yang menurut anda benar. Diharapkan kepada siswa/i menjawab secara jujur tanpa ada pengaruh dari pihak manapun.Identitas Responden1. Inisial Responden :2. Umur:3. Jenis Kelamin:4. Suku Bangsa:5. Agama:

Quesioner SikapNoPernyataanSTS

1.Jatuh cinta membuat perasaan saya bahagia

2Membayangkan orang tua meninggal membuat saya sedih dan takut

3Malu untuk bertanya pada guru terkadang membuat saya kesulitan dalam belajar

4Cenderung malas mengerjakan tugas karena saya tidak peduli dan tidak mengerti

5Marah itu harus pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan cara yang baik.

6.Berpikir tenang & relaksasi hampir disetiap kondisi tertekan.

7.Menerima ketidaksempurnaan diri dan berusaha menyempurnakannya dimana perlu.

8.Memaafkan diri saya sendiri atas kecerobohan/kesalahan saya, dan mencoba melakukan yang terbaik.

9.Dapat menahan perasaan mencela ketika melihat kekurangan orang lain.

10.Optimis bahwa masa depan saya akan tetap cerah dan bahagia

11.Menerima suatu tugas berat dengan tenang sebagai suatu tantangan ketimbang sebagai suatu beban yang sulit.

12.Mengambil hikmah dan tetap belajar meskipun mengalami kegagalan.

13.Tugas harus diselesaikan tepat waktu.

14.Saya percaya dengan cita-cita saya meski orang lain mencemoohnya dan tidak memahaminya.

15.Yakin dan percaya bahwa perbuatan baik akan menghasilkan hal yang baik pula.

16.Saya mampu bersedih, bahagia, sesuai dengan situasi yang saya lihat ataupun yang saya alami.

17.Saya berkonsentrasi mendengarkan penjelasan dari siapapun itu.

18.Menahan keinginan membeli/meminta sesuatu pada orang tua, ketika orang tua sedang mengalami krisis keuangan.

19.Menerima pendapat dan kritikan orang lain ketika belajar kelompok atau situasi sosial lain.

20.Mendengarkan atau memberikan saran ketika ada teman yang curhat kepada saya.

21.Saya mampu untuk tidak memihak ataupun berat sebelah terhadap rekan sosial.

22.Mudah untuk bergabung bersama siapapun dan tertawa bersama.

23.Menikmati bertemu dan bisa menaruh perhatian pada orang baru.

24.Ikut berpartisipasi aktif dalam merayakan kegiatan atau acara-acara besar di sekolah.

25.Persahabatan bukan hanya sekadar memikirkan bahagia diri sendiri, tetapi untuk bahagia dan sedih bersama.

Quesioner Tindakan

NoPertanyaanIyaTidak

1.Sudahkah anda merasa bahagia ketika mengalami hal-hal yang membuat anda bahagia (jatuh cinta, dapat kado, menang pertandingan)

2Sudahkah anda merasa sedih atau takut ketika kehilangan orang yang dicintai ataupun saat menghadapi bencana

3Sudahkah anda merasa cemas ketika mendengar sesuatu hal yang buruk tejadi

4Sudahkah anda merasa ketidakperdulian anda membuat anda cenderung malas mengerjakan tugas.

5Sudahkah anda marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan cara yang baik.

6.Sudahkah anda berpikiran tenang saat kondisi tertekan.

7.Sudahkah anda menerima ketidaksempurnaan diri anda dan berusaha menyempurnakannya dimana perlu.

8.Sudahkah anda memaafkan diri anda ketika melakukan kesalahan/kecerobohan dan mencoba melakukan yang terbaik.

9.Sudahkah anda tidak mencela kekurangan orang lain.

10.Sudahkah anda optimis bahwa masa depan anda cerah dan bahagia.

11.Sudahkah anda tidak mengeluhkan tugas berat yang dibebankan kepada anda.

12.Sudahkan anda bersyukur meskipun tidak lulus ujian.

13.Sudahkah anda menyelesaikan tugas tepat waktu.

14.Sudahkah anda percaya bahwa cita-cita anda akan tercapai meskipun banyak orang mencemoohnya.

15.Sudahkah anda tetap rajin belajar dan mengambil hikmah dari kegagalan yang anda alami.

16.Sudahkan anda merasa perasaan yang sama dengan yang orang lain rasakan (sedih, terharu, senang, kecewa, marah).

17.Sudahkan anda berkonsentrasi mendengarkan penjelasan guru di kelas.

18.Sudahkah anda menahan keinginan membeli/meminta pada orang tua, ketika orang tua sedang mengalami krisis keuangan.

19.Sudahkah anda menerima pendapat dan kritikan orang lain ketika berada di situasi sosial.

20.Sudahkan anda mendengarkan atau memberi saran terhadap teman yang curhat kepada anda.

21.Sudahkah anda tidak memihak ataupun membeda-bedakan dalam berteman.

22.Sudahkah anda untuk berteman/bergabung dengan siapapun dan tertawa bersama.

23.Sudahkah anda menikmati dan menaruh perhatian pada orang baru.

24.Sudahkah anda berpartisipasi aktif dalam merayakan kegiatan atau acara-acara besar di sekolah.

25.Sudahkah anda tidak hanya mementingkan ego dan kepentingan pribadi dalam persahabatan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Cetakan Keempatbelas, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Asmani, 2012. Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah, Cetakan Pertama, Penerbit Buku Biru, Jogjakarta

Efendi,. 2005. Revolusi Kecerdasan Abad 21, Penerbit Alfabeta (Anggota IKAPI) Bandung

Goleman,. 2015. Emotional Intelligence, Cetakan Kesembilanbelas, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Martin, 2011. 101,5 Inspirasi Kecerdasan Emosional Anak Muda, Cetakan Kedua, Penerbit Raih Asa Sukses, Jakarta

Mashar,. 2011. Emosi Anak Usia Dini, Cetakan Kedua, Penerbit Kencana, Jakarta

Maurus, 2014. Mengembangkan Emosi Positif, Cetakan Pertama, Penerbit Bright Publisher, Yogyakarta

Notoatmotdjo,. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku, Cetakan Pertama, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Riduwan,.2007. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika, Cetakan Kedua, Penerbit Alfabeta, Bandung

Sarwono,. 2011. Psikologi Remaja, Cetakan Keempatbelas, Penerbit RajaGrafindo Persada, Jakarta

Supardi,. 2013. Metodologi Riset Keperawatan, Cetakan Pertama, Penerbit TIM, Jakarta

http://jurnal.psikologi.ugm.ac.id/EI_tawuran.pdf diakses February 9th 2015 10:48 PM

http://eprints.uns.ac.id/kedokteran/psikologis/remaja_EI.pdf diakses February 11th 2015 12:47 PM