prop qa.doc
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SISWA KELAS VIII SMP
NEGERI ………………….. TAHUN PELAJARAN 2012/2013
I. MASALAH
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa sebagai sarana komunikasi antarmanusia berdasarkan wujudnya atau
medianya, dapat dibedakan menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa lisan
penggunaannya terkait dengan kegiatan menyimak dan berbicara. Bahasa tulis
penggunaannya terkait dengan kegiatan membaca dan menulis. Penggunaan kedua
media bahasa tersebut dalam frekuensi pemakaiannya tentu akan berbeda.
Arsjad dan Mukti (1993:25) mengemukakan bahwa “Pembicara hendaknya
mengetahui bagaimana cara mendapatkan topik yang menarik dan bagaimana cara
memecahkan topik menjadi kerangka, sehingga kemudian dapat dijadikan pedoman
dalam mencari bahan. Bahan ini tentu diperoleh dari berbagai sumber, antara lain
melalui membaca. Dengan demikian, melalui membaca seseorang dapat memperoleh
bahan atau topik pembicaraan.
Salah satu kegiatan guru untuk menguji kemampuan berbicara adalah dengan
kegiatan yang meminta siswa berbicara di depan kelas. Maksudnya adalah siswa
diminta untuk menceritakan kembali isi bacaan yang telah dibacanya dengan
menggunakan kata-katanya sendiri. Kegiatan ini juga melatih kemampuan berbicara
siswa di hadapan orang banyak dan untuk membangkitkan rasa percaya diri siswa.
Latihan kemampuan berbicara ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi siswa
apabila kelak bekerja sehingga mampu dan berani mengemukakan pendapat dan
gagasan-gagasannya kepada orang lain.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-
kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan (Tarigan, 1993:15). Berbicara sebagai kegiatan berbahasa yang aktif-
produktif tidak hanya menuntut semua aspek kebahasaan yang meliputi tata bahasa
dan pelafalan, melainkan menuntut pula aspek isi atau pesan pembicaraan yang
dianggap lebih penting. Seperti kita ketahui, saat ini banyak perusahaan
membutuhkan orang yang pandai berbicara, terutama dalam pelaksanaan transaksi
dan pemasaran produk. Jadi, kemampuan berbicara seseorang turut menentukan
kesuksesan karirnya.
Kemampuan berbicara atau menceritakan kembali isi bacaan turut pula
mendukung kemampuan membaca pemahaman. Dengan menceritakan kembali isi
bacaan selain melatih ujaran siswa, juga dapat meningkatkan siswa pada penguasaan
kosakata yang telah dimiliki dan melatih kemampuan mengikuti perkembangan
urutan cerita atau menghubungkan suatu kejadian dalam urutan yang wajar.
Faktor lain yang diduga menjadi penyebab rendahnya terhadap kemampuan
berbicara adalah kurangnya penguasaan siswa terhadap aspek diksi. Penguasaan
terhadap aspek diksi menjadi hal yang mendasar pula. Sebabnya, suatu wacana yang
dibicarakan dibangun oleh kata-kata (termasuk pemahaman dan penggunaan diksi),
kata-kata tersebut kemudian membangun kalimat, dan kalimat membangun menjadi
suatu wacana yang utuh.
Ketidakmampuan siswa dalam penguasaan aspek diksi akan sangat
menghambat dalam memahami arti kata. Jika pemahaman tentang arti kata kurang
dikuasai, maka siswa menjadi tidak paham terhadap isi yang terkandung dalam
kalimat. Efek lanjutannya, maka siswa tidak memahami terhadap totalitas makna
maupun maksud yang terkandung dalam suatu wacana.
Sesuai dengan penelitian pendahuluan yang penulis lakukan, maka penulis
menentukan lokasi penelitian yakni di SMP ………………... Hal ini penulis lakukan
dengan beberapa pertimbangan, di antaranya: jarak tempuh yang mudah dijangkau,
kondisi sekolah yang layak untuk dilakukan penelitian, dan akan menghemat waktu
dan biaya dalam penelitian.
Suatu solusi dalam upaya menangani masalah tersebut adalah melakukan
pengkajian secara akurat melalui kegiatan penelitian tentang penguasaan diksi
hubungannya dengan kemampuan berbicara atau menceritakan kembali isi bacaan.
Kemampuan berbicara yang dimaksud adalah kemampuan menceritakan kembali isi
bacaan. Atas dasar alasan-alasan yang telah dikemukakan maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian. Penelitian ini selanjutnya disajikan dalam bentuk
proposal dengan judul “Hubungan antara Penguasaan Diksi dengan Kemampuan
Berbicara pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri ………………………….Tahun
Pelajaran 2012/2013”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah-masalah dalam penelitian ini
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Apakah siswa SMP mampu berbicara dengan baik di depan kelas?
2. Bagaimanakah kegiatan pembelajaran berbicara (menceritakan kembali) yang
dilaksanakan di SMP?
3. Kegiatan berbicara jenis apakah yang paling sering disampaikan oleh guru
kepada siswa SMP di sekolah?
4. Apakah siswa sudah terbiasa menceritakan kembali isi bacaan?
5. Media atau alat apakah yang sering digunakan guru dalam pembeladajaran
berbicara?
6. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kemampuan berbicara siswa?
7. Apakah pengusaan diksi mempengaruhi kemampuan berbicara atau
menceritakan kembali siswa SMP?
8. Bagaimanakah pengusasaan diksi siswa SMP?
9. Bagaimanakah kemampuan berbicara atau menceritakan kembali isi bacaan
siswa SMP?
10. Apakah terdapat hubungan antara pengusaan diksi dengan kemampuan
berbicara pada siswa SMP?
C. Pembatasan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
1. Penguasaan diksi
2. Kemampuan berbicara, yang dibatasi pada kemampuan menceritakan
kembali isi bacaan.
3. Hubungan antara penguasaan diksi dengan kemampuan berbicara.
Pengaruh:
Masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
1. Kemampuan Menentukan Unsur Intrinsik Cerpen (Y) dengan teknik Jig
saw (x1);
2. Kemampuan menentukan unsur Intrinsik cerpen (Y) dengan teknik
ceramah (x2); dan
3. Pengaruh teknik Jig saw terhadap kemampuan menentukan unsur
intrinsik cerpen.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana pengusaan diksi siswa kelas VIII SMP Negeri ……………….
Tahun Pelajaran 2012 / 2013 ?
2. Bagaimana kemampuan berbicara pada siswa kelas VIII SMP Negeri
………………. Tahun Pelajaran 2012/2013?
3. Apakah terdapat hubungan antara penguasaan diksi dengan kemampuan
berbicara pada siswa kelas VIII SMP Negeri ………………. Tahun Pelajaran
2012/2013?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yakni sebagai berikut:
1. Ingin mengetahui penguasaan diksi siswa kelas VIII SMP Negeri ……………….
Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Ingin mengetahui kemampuan berbicara pada siswa kelas VIII SMP Negeri
………………. Tahun Pelajaran 2011/2012.
3. Ingin mengetahui hubungan antara penguasaan diksi dengan kemampuan
berbicara pada siswa kelas VIII SMP Negeri ………………. Tahun Pelajaran
2011/2012.
F. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian pasti diharapkan memiliki manfaat. Adapun manfaat dari
penelitian ini antara lain sebagai berikut.
1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapakn menambah wawasan pengetahuan dan
keterampilan dalam bidang penelitian pendidikan..
2. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, sikap dan
keterampilan sebagai bekal menguasai penguasaan diksi dan meningkatkan
kemampuan berbicara.
3. Bagi guru mata pelajaran bahasa Indonesia, penelitian ini diharapkan dapat
informasi dan pengetahuan tentang tes penguasaan diksi dan kemampuan
berbicara siswa kelas VIII SMP.
4. Bagi Kepala Sekolah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan yang
berharga serta bahan evaluasi dan tindak lanjut kegiatan pembelajaran di sekolah
ini.
II. KERANGKA TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
A. Kerangka Teoretis
1. Hakikat Kemampuan Berbicara
Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan komunikasi untuk
bermasyarakat. Sejak kecil mereka telah diajarkan berbicara dan setelah dewasa pun
mereka membutuhkan tempat untuk mencurahkan isi hati dan pikiran. Oleh karena
itu, manusia membutuhkan alat untuk berkomunikasi yaitu bahasa. Komunikasi
adalah interaksi sosial melalui pesan (Semi, 1990:37). Jika ditinjau dari sudut
keterampilan berbahasa, maka kemampuan berbicara tidak sekedar untuk
berkomunikasi, melainkan juga dipergunakan untuk menyatakan gagasan-gagasan
atau ide kepada orang lain.
Kemampuan atau kesanggupan merupakan kecakapan atau kekuatan
seseorang untuk dapat berbuat atau melakukan suatu tindakan. Dalam hal ini,
Munandar mengemukakan bahwa “Kemampuan merupakan daya untuk melakukan
tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.” (Munandar, 1987:23) Setiap
orang memiliki kemampuan dasar, baik yang dibawa sejak lahir maupun yang
diperoleh melalui latihan.
Berbicara sebagai kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang juga
memerlukan latihan-latihan, terutama untuk berbicara dalam situasi formal dan di
hadapan orang banyak. Dengan demikian, agar tercipta komunikasi yang baik, maka
seorang pembicara harus memiliki kemampuan berbicara. Kemampuan berbicara
adalah kemampuan mengucapkan kalimat-kalimat untuk mengekspresikan,
menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan (Arsjad dan Mukti,
1993 :23).
Salah satu kemampuan yang dituntut dalam pembelajaran bahasa Indonesia
adalah kemampuan berbicara. Dalam hal ini Tarigan mengemukakan bahwa
“Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan dan
perasaan” (Tarigan, 1993:15). Sebagai perluasan dari batasan ini, dapat pula
dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar
(audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan
otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang
dikombinasikan.
Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada
kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa
tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara sudah barang
tentu erat berhubungan dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh oleh sang
anak melalui kegiatan menyimak dan membaca. Kebelum-matangan dalam
perkembangan bahasa juga merupakan suatu keterlambatan dalam kegiatan-
kegaiatan berbahasa. Juga perlu kita sadari bahwa keterampilan-keterampilan yang
diperlukan bagi kegiatan berbicara yang efektif banyak persamaannya dengan yang
dibutuhkan bagi komunikasi efektif dalam keterampilan-keterampilan berbahasa
yang lainnya itu (Tarigan, 1993:4).
Selanjutnya Tarigan (2003:30) mengemukakan hubungan antara kegiatan
lisan dengan membaca antara lain:
(1) Performansi atau penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan berbicara lisan;
(2) Pola-pola ujar orang tuna-aksara mungkin mengganggu pelajaran membaca bagi anak;
(3) Kalau pada tahun awal sekolah, ujaran membentuk suatu dasar bagi pelajaran membaca, maka bagi anak-anak kelas yang lebih tinggi turut membantu meningkatkan bahasa lisan mereka; misalnya kesadaran linguistic mereka
terhadap istilah-istilah baru, struktur kalimat yang baik, dan efektif serta penggunaan kata-kata yang tepat;
(4) Kosakata khusus mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secara langsung. Seandainya muncul kata-kata baru dalam buku bacaan siswa, maka guru hendaknya mendiskusikannya agar siswa memahami maknanya (Tarigan, 1993 : 5-6).
Dengan berbicara, seseorang dituntut untuk benar-benar memahami dan
menguasai apa yang akan dibicarakan serta memiliki keberanian untuk berbicara.
Seorang pembicara juga harus mampu berbicara dengan jelas dan tepat. Hal ini tentu
saja menyangkut kemampuan berbahasa seseorang.
Ada beberapa faktor yang menunjang keefektifan berbicara seseorang, yaitu:
1) Faktor kebahasaan:a. Ketepatan ucapan;b. Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai;c. Pilihan kata (diksi); dand. Ketepatan sasaran pembicaraan (menyangkut pemakaian kalimat).
2) Faktor nonkebahasaan:a. Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku;b. Pandangan diarahkan pada lawan bicara;c. Kesediaan mendengarkan pendapat orang lain;d. Gerak-gerik dan mimik yang tepat;e. Kenyaringan suara;f. Kelancaran;g. Relevansi/nalar; danh. Penguasaan topik. (Arsjad dan Mukti, 1993:17-22)
Namun pada saat berbicara baik formal maupun nonformal mungkin hanya
terdapat beberapa aspek kebahasaan dan nonkebahasaan saja, terutama apabila waktu
yang diberikan singkat. Selain aspek kebahasaan dan nonkebahasaan di atas, unsur
isi dan pesan pembicaraan juga merupakan bagian yang dianggap penting. Tanpa isi
yang diungkapkan secara jelas, maka pesan yang ingin disampaikan melalui kegiatan
berbicara pun tidak akan tersampaikan secara jelas pula.
Kegiatan berbicara ada bermacam-macam, antara lain bercakap-cakap,
bercerita, berwawancara atau bertanya jawab, pembawa acara, berceramah,
berdiskusi, dan berpidato. Jadi, kegiatan berbicara yang juga dapat digunakan dalam
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia selain diskusi dan pidato adalah bercerita.
“Pengajaran bercerita yang diutamakan “menceritakan kembali” pengalaman.
Pengalaman yang dimaksud dalam hal ini ialah peristiwa di jalan, kejadian di
lingkungan siswa, hasil kunjungan, tamasya, hasil bacaan, dan lain-lain.” (Broto,
1992:57).
Dalam pendidikan, bercerita dapat membantu siswa memperluas wawasan,
pengalaman, dan cara berpikir. Bercerita dapat digunakan untuk mendukung kegiatan
belajar-mengajar karena dalam cerita terdapat rangkaian peristiwa dan ide. Untuk itu,
saat bercerita siswa perlu menyusun berbagai ekspresi dan ide serta perasaannya agar
apa yang diceritakan dapat dipahami dengan mudah dan menarik perhatian
pendengarnya. Dikatakan bahwa ikut serta dalam bercerita adalah awal yang baik
untuk mempercepat perkembangan kepandaian berbicara anak-anak. Cerita memiliki
kejelasan rangkaian yang memberikan pengantar yang mudah untuk berbicara secara
teratur dan menuangkan gagasan.
Bercerita sebagai salah satu kegiatan berbicara juga dapat digunakan untuk
mengetahui kemampuan pemahaman membaca seseorang, karena pada umumnya
setelah membaca, seseorang ingin membagi pengetahuannya kepada orang lain.
“Bukti siswa telah memahami isi bacaan ialah apabila yang bersangkutan dapat
menceritakann kembali.” (Tarigan dan Tarigan, 1986:151).
Dalam kegiatan berbicara, terutama menceritakan kembali tentu diperlukan
kemampuan berbicara dengan kata-kata sendiri dan penggunaan kalimat-kalimat
yang sesuai dengan situasi. Seperti telah dijelaskan pada bagian di atas, bahwa
perbendaharaan kosa kata dapat bertambah dan berkembang melalui kegiatan
membaca. Tercapainya pemahaman keseluruhan biasanya dapat dirasakan oleh
pembaca, dan dapat dibuktikannya dengan mencoba merumuskan pengertian
keseluruhan tersebut dengan kata-kata sendiri atau beberapa kalimat lugas.
Dikatakan bahwa dalam kegaiatan lisan yang paling penting adalah
menyenangkan. Namun, kejelasan dan keakuratan artikulasi dan ucapan,
kesederhanaan dan kejelasan pemenggalan susunan kalimat, kebebasan dari kata-kata
kasar dan buta pada perkembangan kosakata, pengetahuan yang cukup tentang pokok
pembicaraan dan memahami tentang hal itu, ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan berkomunikasi lisan anak-anak.
Berdasarkan analisis teori-teori di atas, maka yang dimaksud dengan
kemampuan berbicara (menceritakan kembali isi bacaan) dalam penelitian ini adalah
kemampuan seseorang dalam mengekspresikan diri dengan cara menceritakan
apa yang telah dialami atau dibacanya kepada orang lain dengan menggunakan
kata-kata sendiri. Penceritaan tersebut dilakukan di depan kelas dengan
menggunakan kata-kata atau kalimat yang sederhana, mudah dimengerti, dan
sesuai dengan situasi pembicaraan.
2. Hakikat Penguasaan Diksi
Pengertian yang tersirat dalam sebuah kata itu mengandung makna bahwa
tiap-tiap kata akan mengungkapkan suatu gagasan atau sebuah makna. Atau dengan
kata lain, kata-kata adalah penyalur gagasan yang akan disampaikan kepada orang
lain. Hal ini seperti dikatakan oleh Keraf bahwa kata-kata itu ibarat ”pakaian” yang
dipakai oleh pikiran kita. Tiap kata memiliki jiwa. Setiap anggota masyarakat harus
mengetahui ”jiwa” setiap kata, agar ia dapat menggerakkan orang lain dengan ”jiwa”
dari kata-kata yang dipergunakannya (Keraf, 2002: 21).
Jika kata itu berfungsi sebagai alat penyalur gagasan, maka hal itu berarti
semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula ide atau gagasan
yang dikuasainya dan yang sanggup diungkapkannya, termasuk semakin mudah pula
dia memahami apa yang disampaikan oleh orang lain baik secara lisan maupun
tertulis. Mereka yang menguasai banyak gagasan, atau mereka yang luas
kosakatanya, dapat dengan mudah dan lancar mengadakan komunikasi dengan
orang-orang di sekitarnya. Begitu pula kebalikannya.
Penguasaan kata-kata untuk kepentingan-kepentingan tertentu memerlukan
keterampilan tersendiri. Kita dituntut untuk memilih penggunaan kata sesuai dengan
situasi, konteks, dan kepentingan. Tujuannya tiadak lain agar apa yang kita
sampaikan dapat terekspresikan secara tepat, efektif, dan efisien. Hal tersebut sama
pentingnya, manakala kita berhadapan dengan pemahaman ide yang disampaikan
oleh orang lain baik secara lisan maupun tertulis. Kompetensi yang berkaitan dengan
pengkajian penguasaan pemilihan kata disebut dengan istilah diksi. Dalam paparan
berikut, peneliti akan mengupas tentang hakikat penguasaan diksi.
Pengertian pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan
oleh jalinan kata-kata itu. Istilah ini bukan saja dipergunakan untuk menyatakan
kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi
juga meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan (Keraf, 2002:22).
Lebih lanjut ia mengatakan, bahwa suatu kekhilafan yang besar untuk menganggap
bahwa persoalan pilihan kata adalah persoalan yang sederhana, persoalan yang tidak
perlu dibicarakan atau dipelajari karena akan terjadi dengan sendirinya secara wajar
pada setiap manusia.
Mencermati perkembangan kehidupan manusia sekarang yang semakin
kompleks, dengan tidak pernah berhenti orang menciptakan produk-produk baru di
bidang ilmu dan teknologi, seiring dengan itu akan bertambah pula kata-kata dan
istilah baru. Oleh sebab itu, rasanya akan semakin sulit untuk menggambarkan
keadaan dewasa ini, seandainya pengetahuan dan penguasaan kata-kata masih setaraf
dengan penguasaan kata-kata manusia tempo dulu. Jelas, kita akan banyak tertinggal
dalam memahami perkembangan yang ada termasuk pula mengalami kesulitan dalam
berinteraksi.
Berinteraksi melalui komunikasi hanya akan berlangsung dengan baik, jika
kita mampu mengartikan kata atau rangkaian kata sesuai dengan yang dikehendaki.
Seandainya kita tidak memiliki penafsiran yang sama dengan maksud yang
dikehendaki, maka komunikasi itu dapat terputus. Akibatnya, terjadi salah paham,
kesenjangan komunikasi, dan sebagainya.
Memilih kata yang tepat seperti yang dikemukakan oleh Akhadiah harus
memenuhi dua aspek, yaitu ketepatan dan kesesuaian. Persyaratan ketepatan
menyangkut makna, aspek logika kata-kata; kata yang dipilih harus secara tepat
mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan. Aspek kesesuaian menyangkut
kecocokan antara kata-kata yang dipakai dengan kesempatan atau situasi dan
keadaan pembaca (Akhadiah, 1987: 83).
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Parera yang mengungkapkan bahwa
diksi mempunyai pengertian teknis dalam hal karang-mengarang dan tulis-menulis.
Dalam intinya, diksi bermakna pilihan kata atau pemilihan dan penggunaan kata
(Parera, 1991: 66). Lebih lanjut Parera mengatakan bahwa plihan kata merupakan
syarat yang sangat penting dalam karang-mengarang dan dalam tutur setiap hari.
Pilihan kata berhubungan erat dengan kaidah sintaksis, kaidah makna, kaidah
hubungan sosial, dan kaidah mengarang. Semua kaidah tersebut dalam prakteknya
saling mendukung sebagai suatu totalitas yang erat.
Membicarakan diksi menurut Tarigan tidak terlepas dari berbicara kosakata.
Alasannya, diksi tercakup sebagai bagian dari pembicaraan kosakata. Tingkat
penguasaan kosakata memiliki keterkaitan dengan kemampuan mental. Perlu
penyadaran oleh para siswa bahwa kosakata merupakan indeks bagi hakikat dan
kualitas kehidupan. Hal itu mencerminkan segala sesuatu yang telah mereka pelajari.
Dengan demikian, akal pikiran yang baik mencerminkan kosakata yang baik,
penguasaan kosakata yang baik menggambarkan akal pikiran yang baik pula
(Tarigan, 1993: 20).
Sesuai dengan berkembangnya berbagai dinamika kehidupan manusia,maka
lahir pula kata-kata yang menyertai perkembangan tersebut. Apabila kata yang
muncul tersebut telah secara spesifik dipergunakan dalam suatu bidang tertentu,
maka lazim kata tesebut disebut istilah. Dalam pedoman pembentukan istilah,
definisi istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan
suatu makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tetentu.
Pemakaian diksi dalam kalangan profesi tertentu dan penggunaan dalam
masyarakat luas seringkali terjadi perbedaan penggunaan kata. Penggunaan kata
dalam kelompok profesi tertentu sering menggunakan kata formal. Pemakaian kata
pada kalangan masyarakat luas lebih banyak menggunakan kata konsultatif. Kedua
istilah kata tersebut menurut Akhadiah disebut sebagai kata populer dan kata kajian.
Akhadiah menjelaskan bahwa kata-kata populer ini dipergunakan pada berbagai
kesempatan dalam komunikasi sehari-hari di kalangan semua lapisan masyarakat.
Kata-kata kajian adalah merupakan kata-kata yang lazim digunakan oleh para
ilmuwan atau kelompok profesi tertentu seperti dalam makalah atau dalam
perbincangan khusus (Akhadiah, 1987: 88).
Dalam hal ragam pemakaian, penggunaan diksi hendaknya pula memperhi-
tungkan penggunaan ragam baku dan ragam nonbaku. Menurut Akhadiah ragam
baku adalah ragam bahasa yang dipergunakan kelas terpelajar di dalam masyarakat,
seperti pejabat pemerintah, guru, dokter, dosen, penulis, dan sebagainya. Ragam
baku dapat dikenali dari penggunaan katanya, baik dari pilihannya, ejaan, atau
bentuknya. Sebaliknya, penggunaan ragam bahasa yang tidak sesuai dengan ragam
baku maka disebut ragam nonbaku (Akhadiah, 1987: 94).
Berdasarkan analisis teori-teori di atas, maka yang dimaksud dengan
penguasaan diksi dalam penelitian ini adalah penguasaan terhadap proses yang
berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan kata dalam kegiatan berbahasa
dengan memperhatikan aspek ketepatan dan kesesuaian serta kecermatan yang
di dalamnya meliputi: pemahaman terhadap perangkat kebiasaan,
memperhatikan kaidah makna, memperhatikan kaidah sosial pemakaian dan
ragam pemakaian, dan memperhatikan aspek gaya atau retorik.
B. Kerangka Berpikir
Kemampuan berbicara (menceritakan kembali isi bacaan) adalah kemampuan
seseorang dalam mengekspresikan diri dengan cara menceritakan apa yang telah
dialami atau dibacanya kepada orang lain dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Penceritaan tersebut dilakukan di depan kelas dengan menggunakan kata-kata atau
kalimat yang sederhana, mudah dimengerti, dan sesuai dengan situasi pembicaraan.
Penguasaan diksi adalah penguasaan terhadap proses yang berkaitan dengan
pemilihan dan penggunaan kata dalam kegiatan berbahasa dengan memperhatikan
aspek ketepatan dan kesesuaian serta kecermatan yang di dalamnya meliputi:
pemahaman terhadap perangkat kebiasaan, memperhatikan kaidah makna,
memperhatikan kaidah sosial pemakaian dan ragam pemakaian, dan memperhatikan
aspek gaya atau retorik.
Kemampuan berbicara seseorang sangat dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kemampuan berbicara adalah penguasaan diksi. Semakin baik
kemampuan pengusaan diksi seseorang, maka akan semakin baik pula kemampuan
berbicaranya. Sebaliknya seseorang yang kurang memiliki penguasaan diksi, maka
akan semakin kurang pula kemampuan berbicaranya. Dengan demikian, maka
diduga terdapat hubungan positif antara pengusaan diksi dengan kemampuan
berbicara (menceritakan kembali isi bacaan).
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengusaan diksi siswa kelas VIII SMP Negeri Kadubera 1 Tahun Pelajaran
2012/2013 masih kurang (sangat kurang, cukup, baik, sangat baik).
2. Kemampuan berbicara (menceritakan kembali isi bacaan) siswa kelas VIII SMP
Negeri ………….. Tahun Pelajaran 2012/2013 masih kurang.
3. Terdapat hubungan positif antara penguasaan diksi dengan kemampuan
berbicara (menceritakan kembali isi bacaan) pada siswa kelas VIII SMP Negeri
………… Tahun Pelajaran 2012/2013.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri ……………… Provinsi Banten.
Waktu penelitian dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2013/2013
yakni dari bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2012.
B. Metode Penelitian
Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif, dengan teknik korelasional. Metode ini dimaksudkan untuk memperoleh
gambaran tentang hubungan kemampuan penguasaan diksi dengan kemampuan
berbicara (menceritakan kembali isi bacaan). Dalam menggunakan metode ini
peneliti berusaha mengumpulkan data (tentang kemampuan berbicara dan
penguasaan diksi), mengklasifikasikan data, memaparkan data, menganalisis data,
dan memberikan kesimpulan hasil analisis data.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 1997:102).
Berdasarkan pengertian ini, sasaran yang akan dijadikan subjek penelitian adalah
seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri …………….. Tahun Pelajaran 2011/2012
sebanyak 200 siswa, yang terbagi menjadi 6 (Enam) kelas.
Tabel 3.1 Populasi Siswa Kelas VIII SMP …
No Kelas L P Jumlah
1 VIII.a 14 16 30
2 15 17 32
3 14 17 31
4
160
2. Sampel
Sampel merupakan wakil dari keseluruhan subjek penellitian. Untuk sekedar
ancer-ancer mengambil jumlah subjek penelitian (sampel), Arikunto (1997:120)
menjelaskan, bahwa “apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah
subjeknya besar dapat diambil antara 10-15%, atau 20-25% atau lebih”. Mengingat
jumlah subjek penelitian lebih dari 100 orang, maka sampel dalam penelitian
ditentukan sebanyak 40 siswa dengan teknik random sampling (secara acak
sederhana) atau 20% dari populasi.
Tabel 3.1 Sampel Penelitian Siswa Kelas VIII SMP …
No Kelas POPULASI SAMPEL
1 VII
I.a
1
4
14 16 8 4 12
2 1
5
15 17 32 17 32
3 1
4
14 17 31 17 31
4
160 160
D. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui tes pengusaan diksi
dan tes kemampuan berbicara (menceritakan kembali isi bacaan). Kriteria penelitian
tentang tes tersebut dibuat sendiri oleh peneiti dengan memperhatikan teori-teori
yang ada.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang hasil tes
penguasaan diksi dan kemapuan berbicara (menceritakan kembali isi bacaan).
E. Instrumen Penelitian
Ada dua instrumen penelitian yang digunakan, yakni instrumen
penguasaan diksi dan kemampuan berbicara. Kedua insrumen tersebut akan
diuraikan sebagai berikut.
Instrumen penguasaan diksi diambil dari beberapa wacana bahasa Indonesia
yang terdapat buku kelas VIII SMP dengan bentuk pertanyaan pilihan ganda.
Sedangkan instrumen kemampuan berbicara disusun sendiri oleh peneliti dengan
kriteria berbicara yang dimodifikasi sendiri oleh peneliti.
1. Tes Penguasaan Diksi
a. Definisi Konseptual
Penguasaan diksi adalah penguasaan terhadap proses yang berkaitan dengan
pemilihan dan penggunaan kata dalam kegiatan berbahasa dengan
memperhatikan aspek ketepatan dan kesesuaian serta kecermatan yang di
dalamnya meliputi: pemahaman terhadap perangkat kebiasaan,
memperhatikan kaidah makna, memperhatikan kaidah sosial pemakaian dan
ragam pemakaian, dan memperhatikan aspek gaya atau retorik.
b. Definisi Operasional
Penguasaan diksi adalah skor yang diperoleh siswa kelas VIII SMPN
…………………Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam menentukan pemilihan
dan penggunaan kata yang meliputi aspek ketepatan dan kesesuaian serta
kecermatan pemilihan kata.
c. Kisi-kisi
Instrumen dalam penelitian ini berupa tes penguasaan diksi. Kriteria penilaian
penguasaan diksi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1
Kriteria Penilaian Tes Penguasaan Diksi
No. Aspek yang Dinilai Nomor Butir Soal Keterangan
1.
2.
3.
Ketepatan memilih kata.
Kesesuaian memilih kata
Kecermatan memilih kata
1 – 7
8 - 14
15 - 20
Jumlah 20
2. Tes Kemampuan Berbicara (Menceritakan Kembali isi Bacaan)
Berikut ini akan dikemukakan tentang definisi konseptual, definisi
operasional, dan kriteria penilaian kemampuan berbicara.
a. Definisi Konseptual
Kemampuan berbicara (menceritakan kembali isi bacaan) adalah kemampuan
seseorang dalam mengekspresikan diri dengan cara menceritakan apa yang
telah dialami atau dibacanya kepada orang lain dengan menggunakan kata-
kata sendiri. Penceritaan tersebut dilakukan di depan kelas dengan
menggunakan kata-kata atau kalimat yang sederhana, mudah dimengerti, dan
sesuai dengan situasi pembicaraan.
b. Definisi Operasional
Kemampuan berbicara (menceritakan kembali isi bacaan) adalah skor yang
diperoleh siswa kelas VIII SMP Negeri …………… dalam menceritakan
kembali apa yang telah dibacanya dengan kriteria yakni: keakuratan
informasi, hubungan antara informasi, ketepatan struktur dan kosakata,
kelancaran, kewajaran urutan wacana, dan gaya pengucapan.
c. Kisi-kisi/Kriteria Penilaian
Kriteria instrumen penelitian kemampuan berbicara (menceritakan kembali
isi bacaan) sebagai berikut:
Tabel 3.2
Kriteria Penilaian Kemampuan Berbicara (Menceritakan Kembali Isi Bacaan)
No. Aspek yang Dinilai Skala Penskoran
1. Keakuratan informasi
(tidak akurat – akurat sepenuhnya)
1 2 3 4 5
2. Hubungan antar informasi
(sangat sedikit – berhubungan sepenuhnya)
1 2 3 4 5
3. Ketepatan struktur dan kosakata
(tidak tepat – sangat tepat)
1 2 3 4 5
4. Kelancaran
(terbata-bata – lancar sekali)
1 2 3 4 5
5. Kewajaran urutan wacana
(tak sistematis – sistematis)
1 2 3 4 5
6. Gaya pengucapan
(kaku – wajar)
1 2 3 4 5
Keterangan:
Penjelasan penskoran dan rincian setiap aspek penilaian berbicara diolah
sebagaimana mestinya sebagai berikut.
Skala 1, diberi nilai 1 (satu) apabila:
a) Informasi yang disampaikan sangat tidak akurat, artinya sangat tidak sesuai
dengan isi wacana;
b) Hubungan antara informasi satu dengan yang lain sangat sedikit;
c) Struktur dan pilihan kata sering tidak tepat;
d) Berbicara amat lambat dan tersendat-sendat;
e) Urutan isi wacana tidak normal atau tidak sistematis; dan
f) Gaya pengucapan kaku.
Skala 2, diberi nilai 2 (dua) apabila:
a) Informasi yang disampaikan kurang akurat, artinya informasi kurang sesuai
dengan isi wacana;
b) Hubungan antara informasi satu dengan yang lain sedikit;
c) Struktur dan pilihan kata kurang tepat;
d) Berbicara tersendat-sendat;
e) Urutan isi wacana kurang sistematis; dan
f) Gaya pengucapan tidak kaku.
Skala 3, diberi nilai 3 (tiga) apabila:
a) Informasi yang disampaikan akurat, artinya informasi yang disampaikan
sudah sesuai dengan isi wacana walau ada beberapa yang terlewatkan;
b) Hubungan antara informasi satu dengan yang lain cukup baik;
c) Struktur dan pilihan kata yang kurang tepat tidak lebih dari tiga;
d) Berbicara cukup lancar;
e) Urutan isi wacana cukup sistematis; dan
f) Gaya pengucapan cukup wajar.
Skala 4, diberi skor 4 (empat) apabila:
a) Informasi yang disampaikan akurat, artinya informasi yang disampaikan
sesuai dengan isi wacana walau ada satu atau dua informasi yang
terlewatkan;
b) Hubungan antara informasi satu dengan yang lain tersampaikan dengan baik;
c) Struktur dan pilihan kata sudah tepat;
d) Berbicara dengan lancar;
e) Urutan isi wacana sistematis; dan
f) Gaya pengucapan wajar.
Skala 5, diberi nilai 5 (lima) apabila:
a) Informasi yang disampaikan sangat akurat, artinya sangat sesuai dengan isi
wacana;
b) Hubungan antara informasi satu dengan yang lain sangat baik;
c) Struktur dan pilihan kata sangat tepat;
d) Berbicara dengan sangat lancar;
e) Urutan isi wacana sangat sistematis; dan
f) Gaya pengucapan sangat wajar.
F. Teknik Pengolahan data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah kerja sebaga berikut:
1. Mengambil secara random (acak) sampel penelitian sehingga memperoleh
sampel sebanyak 40 siswa kelas VIII SMP Negeri ………….Tahun Pelajaran
2011/2012.
2. Menentukan nilai penguasaan diksi dan kemampuan berbicara berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan. Hal ini dilakukan dengan cara menjumlahkan
skor yang diperoleh siswa.
3. Nilai skor penguasaan diksi dan kemampuan berbicara kemudian diurut mulai
dari terendah sampai dengan tertinggi.
4. Hasil dari penelitian dianalisis dengan menggunakan rumus Korelasi Product
Moment sebagai berikut:
=
(Sudjana, 1994:87)
Keterangan:
n = Sampel penelitian
= Koefisien korelasi antara penguasaan diksi (X) dengan kemampuan
berbicara (Y)
5. Membuat kesimpulan hasil analisis data.
G. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik dalam penelitian ini sebagai berikut:
Ho : < 0
H1 : > 0
Keterangan:
Ho = Tidak terdapat hubungan positif antara penguasaan diksi (X)
dengan kemampuan berbicara (Y)
Hi = Terdapat hubungan positif antara penguasaan diksi (X)
dengan kemampuan berbicara (Y)
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Mukhsin. 1990. Strategi Belajar Mengajar Keterampilan Berbahasa
dan Apresiasi Sastra. Malang: YA3 Malang.
Akhadiah, Sabarti, dkk.. 1987. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Alwasilah, Chaedar. 1987. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa.
Aminudin. 1988. Semantik Studi Pengantar Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru.
Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta.
Arsjad, Maidar G. dan Mukti, U.S. 1993. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Broto, A.S. 1992. Metodologi Proses Belajar Mengajar Bahasa. Solo: Tiga Serangkai.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Standar Isi KTSP. Jakarta: Depdiknas.
Keraf, Gorys. 2002. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Munandar, Utami S., 1987. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia.
Parera, Jos Daniel. 1990.Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.
Semiawan, Cony R., 1987. Memupuk Bakat dan Minat Kreativitas Sekolah Menengah. Jakarta: Gramedia.
Sudjana, 1994. Metode Statistik. Bandung: Tarsito.
Tarigan, Djago dan H.G. Tarigan. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1993. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
PROPOSAL PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SISWA KELAS VIII SMP
NEGERI ……………….. TAHUN PELAJARAN 2011/2012
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syaratdalam Penyusunan Skrispsi
Oleh:KASMIN
NIM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAHFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATHLA’UL ANWARBANTEN
2012
DAFTAR ISI
HalamanI. MASALAH
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………………… 1
B. Identifikasi Masaah …………………………………………………….……... 4
C. Batasan Masalah ……………………………………………………………… 5
D. Rumusan Masalah ……………………………………………………………. 5
E. Tujuan Penelitian …………………………………………………………….. 6
F. Manfaat Penelitian ………………………………………………………….... 6
II. KERANGKA TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Teoretis …………………………………………………………… 7
1. Hakikat Kemampuan Berbicara ………………………………………….. 7
2. Hakikat Penguasaan Diksi ……………………………………………...…
13
B. Kerangka Berpikir ……………………………………………………………. 17
C. Hipotesis Penelitian …………………………………………………………. 18
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian (Operasional) …………………………………………….. 19
B. Waktu dan Tempat …………………………………………………………. 19
C. Metode Penelitian …………………………………………………………… 20
D. Populasi dan Sampel …………………………………………………………. 20
E. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………………… 21
F. Instrumen Penelitian ………………………………………………………… 21
G. Teknik Pengolahan Data …………………………………………………….. 27
H. Hipotesis Statistik ……………………………………………………………. 28
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 29