preparat whole mount protozoa_preparat rentang mesenterium_preparat squash akar bawang
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK
Dosen Pengampu: Ir. Nur Rahayu Utami, M. Si
1. Preparat Whole Mount Protozoa
2. Preparat Rentang Mesenterium
3. Preparat Squash Akar Bawang
Disusun Oleh:
Nama : Dewi Setiyana
NIM : 4401411058
Prodi : Pendidikan Biologi
Rombel : 03
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
PREPARAT WHOLE MOUNT PROTOZOA
A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM
Senin, 28 April 2014
B. TUJUAN
1. Membuat preparat whole mount Protozoa
2. Menganalisis hasil preparat whole mount Protozoa
C. LANDASAN TEORI
Preparat utuh/ whole mount adalah preparat yang obyeknya merupakan keseluruhan
bagian secara utuh tanpa mengurangi/melakukan pengirisan. Tujuan pembuatan preparat
utuh/whole mount adalah untuk dapat menyediakan preparat mikroskopis yang dapat
memperlihatkan struktur secara keseluruhan dari bahan/obyek yang bersangkutan (Rudyatmi,
2011). Pewarnaan dalam pembuatan preparat ini dilakukan dengan menggunakan zat warna
yaitu hematoxilin. Pencuci untuk zat warna hematoxilin adalah air mengalir. Hematoxilin
akan mewarnai inti sel.
Protozoa merupakan protista eukariotik yang terdapat sebagai sel-sel tunggal artinya
satu organisme yang melakukan semua fungsi fisiologis atau proses hidup yang esensial
dalam satu sel tersebut. Protozoa dapat dibedakan dari Protista lainnya dari kemampuannya
beralih tempat pada tempat tertentu dalam daur hidupnya dan dari tiadanya dinding sel.
Makhluk ini terutama berukuran mikroskopik, kadang-kadang terbentuk koloni yaitu
kumpulan sel sendiri-sendiri. Ukuran dan bentuk ptotozoa sangat beragam. Beberapa
berbentuk lonjong atau membola, ada pula yang polimorfik (mempunyai berbagai bentuk
morfologi pada tingkat-tingkat yang berbeda dalam daur hidupnya.
Protozoa adalah penghuni tempat-tempat berair seperti selokan, sawah, parit, sungai,
waduk, laut, atau hidup parasit di dalam tubuh organisme lain. Di tempat-tempat yang
tergenang air dan mengandung rumput kering atau jerami kering juga sering didapatkan
Protozoa. Pada lingkungan atau keadaan yang tidak menguntungkan, protozoa dapat
membungkus diri sebagai kista yang tersusun dari bahan kalsium karbonat (CaCO3).
Pengambilan makanannya dilakukan dengan cara berikut:
1. Holozoik, yaitu mengambil makanannya dari mikroorganisme lain seperti bakteri atau
ganggang (alga).
2. Saprofit, yaitu mengambil makanannya dari bahan-bahan hancuran tumbuhan yang ada di
sekitarnya.
3. Saprozoik, yaitu mengambil makanannya dari hewan-hewan yang telah mati.
4. Holozoik, yaitu dengan melakukan fotosintesis.
Protozoa ada yang mempunyai cangkang yang berasal dari zat kapur atau kersik.
Reproduksi aseksual (vegetatif) pada kebanyakan Protozoa adalah dengan membelah diri.
Namun, ada pula jenis Protozoa tertentu yang bereproduksi secara seksual (generatif) dengan
konjugasi, yaitu perpaduan antara dua individu yang belum dapat dibedakan jenis kelaminnya.
Cara hidupnya ada yang parasit, saprofit, dan hidup bebas. Protozoa merupakan hewan
uniseluler, berukuran kurang dari 10 mikron dan walaupun jarang, ada yang mencapai 6
milimeter, contohnya Ciliata: Sprirostomum sp.(3 mm), dan Sporozoa: Porospora gigantean
(16 mm). Berdasarkan struktur alat geraknya, protozoa dibagi menjadi lima kelas, yaitu:
1. Sarcodina atau Rhizopoda, bergerak dengan pseudopodia contohnya Amoeba sp.
2. Mastigophora atau Flagellata, bergerak dengan satu atau lebih flagella seperti cambuk
contohnya Euglena sp.
3. Sporozoa, tidak mempunyai alat gerak contohnya Plasmodium sp.
4. Cilliata, bergerak dengan cilia seumur hidupnya.
5. Suctoria, pada waktu masih muda bergerak dengan cilia sedang yang dewasa mempunyai
tentakal (Setiati dkk, 2004: 3).
D. PROSEDUR KERJA
Kultur Protozoa dibuat dua minggu sebelum pembuatan preparat. Gelas benda bebas
lemak ditetesi perekat albumin meyer, digosok-gosok dengan jari telunjuk sampai terasa kesat
dan diletakkan di atas rak pewarnaan. Kultur protozoa dishortir di bawah mikroskop,
kemudian diteteskan pada gelas benda dan dikeringanginkan tetapi tidak terlalu kering agar
kultur tidak mengalami plasmolisis. Setelah itu difiksasi di dalam staining jar menggunakan
metanol selama 10 menit dan dicuci dalam staining jar menggunakan alkohol 50% dan
dilanjutkan ke aquades.
Kultur protozoa diwarnai dengan hematoxilin dalam staining jar beberapa celupan
saja. Hal ini dilakukan untuk mencegah protozoa larut dalam pewarna hematoxilin/tertinggal
di dalam staining jar. Langkah selanjutnya, dicuci dengan air mengalir sampai berwarna biru
cerah. Lalu didehidrasi dalam staining jar yang berisi alkohol 50%, 70%, 80%, 90%, dan
absolut masing-masing beberapa celupan. Selanjutnya adalah dealkoholisasi/clearling
menggunakan larutan alkohol xilol 3:1, 1:1, 1:3 dan dilanjutkan pada xilol murni masing-
masing selama 2 menit/beberapa celupan saja. Dengan cepat, sediaan diangkat dan diletakkan
di gelas benda, ditetesi kanada balsam, kemudian ditutup secara cepat dengan gelas penutup
dengan bantuan jarum pentul. Sediaan dilabeli dan diamati di bawah mikroskop dengan
perbesaran kuat, difoto, dan dianalisis hasilnya.
E. HASIL PENGAMATAN
Preparat Whole Mount Protozoa
Hematoxilin
Keterangan:
Paramaecium sp
Bagian-bagian Paramaecium sp tidak
tampak jelas. Semuanya tampak kecil
dengan gerak yang cepat.
Perbesaran 40 X 10
Gambar Pembanding
F. PEMBAHASAN
Preparat Protozoa adalah preparat permanen karena mempunyai ketahanan sampai
bertahun-tahun, Preparat ini menggunakan keseluruhan dari objek tanpa melakukan
pengirisan, sehingga dinamakan preparat whole mount.
Hasil analisis preparat yang telah dibuat diketahui mikroorganisme yang ditemukan
adalah Paramecium sp. Hal ini diketahui dari mikroorganisme yang ditemukan berbentuk oval
seperti sandal yang bergerak dengan cepat. Pada preparat tersebut tidak terlihat bagian-bagian
sel Paramecium sp. karena mikroorganismenya terlalu kecil. Namun pada umumnya bagian
selnya berupa sitoplasma, inti sel, dan organela-organela sel lainnya seperti vakuola,
mitokondria, makronukleus, dsb. Bagian-bagian/organela-organela tersebut merupakan ciri
khas pada Paramecium sp. ditambah dengan silia.
Pewarnaan preparat whole mount protozoa ini dilakukan dengan cara pewarnaan
suksedan, yaitu menggunakan dua macam zat warna secara bergantian dengan pencuci
sendiri-sendiri. Zat warna yang digunakan adalah hematoxilin yang mewarnai inti sel
Paramecium sp. dan zat warna eosin yang mewarnai bagian sitoplasma sel Paramecium sp.,
sehingga secara keseluruhan Paramecium sp. tampak berwarna kemerahan. Pada preparat ini,
hematoxilin kurang terserap dengan sempurna oleh inti sel Paramecium sp. sehingga zat
warna hematoxilin larut ketika preparat dicuci dengan air mengalir. Pewarnaan yang kurang
sempurna ini mengakibatkan nukleus dan beberapa bagian-bagian tubuh Paramecium sp.
hampir tidak terlihat.
Pada saat kultur protozoa diteteskan ke atas gelas benda dan kemudian diamati di
bawah mikroskop, terlihat banyak protozoa yang dapat teramati, akan tetapi setelah melalui
tahapan-tahapan dalam pembuatan preparat whole mount terlihat protozoa yang teramati
mengumpul/bertumpukkan.
Dalam pembuatan preparat whole mount ini proses penutupan preparat dengan gelas
penutup harus benar-benar diperhatikan, pemberian kanada balsam yang tidak berlebihan dan
proses penutupan harus dilakukan secara hati-hati karena apabila terjadi kesalahan ketika
melakukan penutupan akan menyebabkan adanya gelembung udara pada preparat, setelah itu
diolesi dengan kutek pada bagian tepi gelas penutup. Tahap akhir adalah labelling/pemberian
label.
G. SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan:
1. Preparat whole mount protozoa belum berhasil dibuat oleh praktikan. Pembuatan preparat
whole mount protozoa digunakan hematoxilin dan eosin pada tahap pewarnaan, bertujuan
untuk mewarnai inti sel dan sitoplasma sel protozoa.
2. Jenis protozoa yang teramati adalah Paramaecium sp. yang berbentuk oval menyerupai
bentuk sandal.
H. SARAN
Berdasarkan simpulan di atas, dapat direkomendasikan saran sebagai berikut:
1. Pada saat perataan perekat albumin meyer pada gelas benda hendaknya dilakukan sampai
terasa lengket/ kering lengket agar sediaan protozoa dapat terikat kuat pada gelas benda
dan mencegah hilangnya sediaan protozoa ketika dilakukan pencucian dan tahapan
lainnya.
2. Pencucian terhadap zat warna hematoxilin sebaiknya tidak terlalu lama dan menggunakan
aliran air yang tidak terlalu deras sehingga protozoa tidak hilang terbawa air/tercuci/ikut
terlarut pada saat pencucian.
I. DAFTAR PUSTAKA
Budiono, Djoko.1992. Pembuatan Preparat Mikroskopis. Surabaya: IKIP Surabaya.
Handari, S. 1983. Metode Pewarnaan. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
Rudyatmi, Ely. 2010. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: Biologi FMIPA UNNES.
Setiati, N dkk. 2004. Bahan Ajar I: Taksonomi Hewan. Semarang: Biologi FMIPA UNNES.
Semarang, 28 April 2014
Dewi Setiyana
4401411058
PREPARAT RENTANG MESENTERIUM
Columba domestika (Burung Dara)
A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM
Senin, 5 Mei 2014
B. TUJUAN
1. Membuat preparat mesenterium Columba domestica (burung
dara) dengan metode rentang, dengan pewarna hemotocilin-eosin.
2. Menganalisis hasil pembuatan preparat rentang mesenterium
Columba domestica (burung dara).
C. LANDASAN TEORI
Preparat rentang adalah preparat yang proses pembuatannya dengan metode rentang,
yaitu dengan cara merentangkan objek yang akan diamati di atas gelas benda, sehingga
diperoleh lapisan tipis yang dapat teramati di bawah mikroskop. Pada umumnya, jaringan
yang dibuat preparat adalah jaringan yang tipis, misalnya pleura, mesenterium, peritoneum,
pericardium, dan sebagainya. Proses perentangan di atas gelas benda harus sesegera mungkin
setelah hewan dibedah tanpa dicuci atau dikenai zat kimia apapun. Untuk merentangkan
jaringan dapat dilakukan dengan menggunakan dua buah sonde atau alat lain yang tidak tajam
supaya dapat terentang dengan baik (tidak terjadi lipatan atau ada udara yang terjebak di
antara gelas benda dan jaringan).
Preparat rentang dapat dibuat preparat sementara, yaitu langsung diamati di bawah
mikroskop tanpa fiksasi dan pewarnaan terlebih dahulu. Akan tetapi, jaringan akan cepat
rusak dan berubah strukturnya. Oleh sebab itu, biasanya jaringan tersebut dibuat menjadi
preparat awetan dengan prosedur yang lebih rumit melalui beberapa tahapan dengan
menggunakan pewarnaan. Jaringan yang dibuat preparat rentang ini cukup halus teksturnya,
sehingga dalam memilih fiksatif pun juga hati-hati. Biasanya digunakan metil alkohol. Zat
warna yang digunakan tergantung dari tujuan pembuatan preparat. Pewarnaan dalam
pembuatan preparat ini dilakukan dengan cara suksedan, di mana dua macam zat warna yaitu
hematoxilin dan eosin diberikan secara bergantian, satu persatu dan ada pencucian sendiri-
sendiri. Pencuci untuk zat warna hematoxilin adalah air mengalir sedangkan zat warna eosin
dicuci dengan alkohol 70%.
Mast cell merupakan sel yang pertama kali dikenal oleh Ehrlich tahun 1879 karena
terlihat sebagai sebuah sel yang besar yang terisi penuh dengan butir-butir. Bentuk sel
biasanya ovoid dengan inti bulat di tengah. Biasanya inti sulit terlihat karena tertutup oleh
butir-butir yang memenuhi sel. Butir-butir tersebut diketahui mengandung bahan-bahan
seperti heparin, histamin, dan berbagai enzim yang diketahui berhubungan dengan gejala
alergi anafilaksi. Mast cell atau mastosit diduga keras berasal dari sel-sel darah yang
dinamakan sel basofil yang juga memiliki buti-butir. Mast cell yang terdapat pada jaringan
tipis, misalnya pada mesenterium dapat diamati dengan metode rentang. Untuk melihat mast
cell akan lebih baik hasilnya bila sediaaan dipulas atau diwarnai dengan hematoxylin azurell-
eosin.
Sel lemak merupakan bentuk sel yang biasa terdapat pada jaringan ikat longgar, baik
terdapat terpisah atau berkelompok. Apabila kelompok-kelompok sel lemak menjadi sangat
besar, maka terbentuklah jaringan lemak. Sel lemak sangat mudah dibedakan terhadap jenis
sel lain, lebih-lebih apabila telah mengandung banyak tetes lemak di dalam selnya. Sel lemak
telah dapat dibedakan sejak mulai terjadi penimbunan tetes-tetes lemak dalam sitoplasma
sampai terjadi penyatuannya yang semakin membesar, sehingga inti bersama sitoplasma
terdorong ke tepi. Gambaran sel lemak yang demikian menyerupai cincin stempel. Sediaan
jaringan yang diproses menurut cara biasa akan melarutkan lemak di dalam sel, sehingga
meninggalkan rongga-rongga yang kosong.
D. PROSEDUR KERJA
Mengambil jaringan mesenterium segar dari hewan [Columba domestica (burung
dara)] yang baru dibedah dengan cepat dan hati-hati tanpa dicuci lalu menggunakan pisau
tajam. Merentangkan jaringan mesenterium pada gelas benda bebas lemak dengan 2 buah
pinset yang ujungnya tumpul, sehingga tidak ada bagian yang terlipat maupun terjadinya
udara yang terjebak di antara gelas benda dan jaringan. Melakukan fiksasi dengan
memasukkan gelas benda ke dalam staining jar yang berisi methyl alkohol selama 5 menit.
Melakukan hidrasi dengan memasukkan gelas benda ke dalam staining jar yang berisi alkohol
50% dilanjutkan ke aquades masing-masing selama 2 menit. Pewarnaan jaringan mesenterium
dengan memasukkan gelas benda ke dalam staining jar berisi hematoxilin selama 10 kali
hitungan, dilanjutkan pencucian dalam staining jar dengan air mengalir sampai warna biru
cerah. Lalu didehidrasi dalam staining jar yang berisi alkohol 50% dan 70% masing-masing
selama 2 menit. Selanjutnya adalah pewarnaan sediaan dengan zat warna eosin dalam alkohol
70% di dalam staining jar selama 2 menit dilanjutkan dengan pencucian zat warna
menggunakan alkohol 70%.
Preparat didehidrasi menggunakan alkohol bertingkat 80%, 90% dan 96% masing-
masing selama 2 menit. Kemudian didealkoholisasi menggunakan larutan alkohol xilol 3:1,
1:1, 1:3 dan dilanjutkan pada xilol murni masing-masing selama 2 menit. Dengan cepat,
sediaan diangkat dan diletakkan di gelas benda, ditetesi kanada balsam, kemudian ditutup
secara cepat dengan gelas penutup dengan bantuan jarum pentul. Sediaan dilabeli dan diamati
di bawah mikroskop dengan perbesaran kuat, difoto, kemudian dianalisis hasilnya.
E. HASIL PENGAMATAN
Preparat Rentang Mesenterium
Columba domestika (Burung Dara)
Keterangan:
1. Pembuluh darah
2. Sel Lemak
3. Serabut kolagen
NB: sel-sel tidak terlihat jelas
Perbesaran 40x10
1
2
3
F. PEMBAHASAN
Pembuatan preparat mesenterium ini dilakukan dengan menggunakan mesenterium
Columba domestica (burung dara) yang dilakukan dengan cara merentangkan mesenterium
pada gelas benda, sehingga dinamakan preparat rentang. Larutan fiksatif yang digunakan
adalah metanol yang berfungsi untuk mematikan jaringan tanpa mengubah strukturnya.
Pembuatan preparat mesenterium Columba domestica (burung dara) dilakukan dengan
pewarnaan suksedan, yaitu menggunakan dua zat warna sekaligus diberikan secara bergantian.
Zat warna yang digunakan adalah hematoxilin dan eosin. Tujuan dari pemberian pewarna
rangkap ini adalah untuk mendapatkan kontras warna yang jelas pada preparat, sehingga dapat
dibedakan bagian-bagian penyusun jaringannya. Dengan zat warna ini, sel-sel pada
mesenterium akan terlihat lebih jelas karena masing-masing zat warna mempunyai pengaruh
pewarnaan efektif pada setiap sel.
Pewarnaan dengan hematoxilin-eosin akan berpengaruh terhadap penyerapan zat
warna oleh jaringan sehingga bagian-bagian sel yang mempunyai afinitas yang tinggi terhadap
ke dua zat warna tersebut akan telihat kontras dibandingkan bagian yang lain. Hematoxilin
akan mewarnai nukleus sedangkan eosin mewarnai sitoplasma sel sehingga pada pengamatan
tampak jaringan mesenterium berwarna merah muda.
Hasil pengamatan preparat rentang mesenterium Columba domestica (burung dara)
yang telah dibuat terlihat kontras dan menunjukkan bagian-bagian penyusun jaringannya yaitu
pembuluh darah, sel-sel lemak yang berbentuk ovoid, dan serabut-serabut kolagen. Secara
keseluruhan semua bagian-bagian preparat terwarna dengan baik dan menunjukkan warna
merah muda dan cerah. Selain itu, pada preparat tidak ditemukan adanya bagian-bagian yang
bertumpuk, lipatan sel ataupun terbentuk gelembung. Jadi preparat mesenterium Columba
domestica (burung dara) sudah baik karena jaringan terwarna dengan jelas dan bagian-bagian
sel dapat dibedakan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain.
Hal yang perlu diperhatikan pada pembuatan preparat ini adalah jaringan mesenterium
merupakan jaringan yang harus benar-benar segar, diambil langsung setelah proses
pembedahan tanpa proses pencucian terlebih dahulu atau tidak boleh terkena zat kimia apapun
sebelum proses fiksasi. Apabila terkena zat lain sebelum proses fiksasi, maka kemungkinan
hasil preparat akan menjadi rusak.
G. SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan:
1. Preparat mesenterium Columba domestica cukup baik dibuat oleh praktikan. Preparat
mesenterium Columba domestica dibuat dengan metode rentang menggunakan pewarna
rangkap hematoxilin-eosin.
2. Preparat rentang mesenterium Columba domestica yang telah dibuat menunjukkan
bagian-bagian pembuluh darah, sel sel lemak berbentuk ovoid, dan serabut-serabut
kolagen. Preparat sudah terwarnai dengan baik dan tidak ada lipatan sel maupun
gelembung udara.
H. SARAN
Berdasarkan simpulan di atas, saran yang dapat direkomendasikan adalah:
1. Jaringan mesenterium yang akan dijadikan preparat sebaiknya
masih segar diambil langsung dari hewan yang baru saja dibedah.
2. Perentangan jaringan mesenterium diusahakan benar-benar
terentang dengan baik tanpa adanya lipatan maupun rongga udara antara gelas benda
dengan jaringan mesenterium.
3. Jaringan mesenterium memerlukan pewarna rangkap
hematoxilin-eosin agar kontras warna yang didapat lebih jelas.
4. Waktu dan prosedur yang digunakan dalam pembuatan preparat
rentang mesenterium harus benar dan sesuai dengan petunjuk yang ada
I. DAFTAR PUSTAKA
Budiono, Djoko.1992. Pembuatan Preparat Mikroskopis. Surabaya: IKIP Surabaya.
Rudyatmi, E. 2013. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: Biologi FMIPA UNNES.
Subowo. 2002. Histologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara.
Suntoro HS. 1983. Metode Pewarnaan. Jakarta: Penerbit Bhratara Karya Aksara.
Semarang, 5 Mei 2014
Dewi Setiyana
4401411058
PREPARAT SQUASH AKAR
Alium cepa
A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM
Senin, 12 April 2014
B. TUJUAN
1. Membuat preparat squash akar Alium cepa
2. Menganalisis hasil preparat squash akar Alium cepa
C. LANDASAN TEORI
Preparat squash/pejetan adalah preparat yang proses pembuaatannya dengan metode
squash, yaitu dengan cara menekan obyek yang akan diamati di atas gelas benda sehingga
diperoleh lapisan tipis yang dapat teramati di bawah mikroskop.
Pemejetan dilakukan dengan tujuan agar sel-sel penyusun jaringan pada suatu organ
yang bersangkutan terpisah satu dengan yang lainnya dengan tidak merubah bentuk sel
aslinya. Bentuk sel hasil pejetan cukup tipis dan transparan, tersebar dalam suatu lapisan di
atas gelas benda sehingga dapat teramati dengan jelas di bawah mikroskop. Pemejetan dapat
dilakukan dengan menggunakan ibu jari atau benda lain yang tumpu misalnya pensil. Untuk
mendapatkan sebaran sel yang bagus, sangat tergantung oleh tingkat kelunakan obyek yang
dibuat preparat. Dengan demikian apabila obyek yang bersangkutan tergolong keras, perlu
dilakukan pelunakan dahulu sebelum dilakukan pemejetan.
Tujuan pembuatan preparat squash ini adalah untuk pengamatan tahap pembelahan
mitosis sel pada jaringan meristem apikal, seperti preaparat squash motisis akar Alium cepa.
Mitosis
Mitosis terjadi di dalam sel somatik yang bersifat meristematik, yaitu sel-sel yang
tumbuh pada bagian ujung akar atau aujung batang. Proses pembelahan mitosis ini
menghasilkan dua sel anak yang identik dan bertujuan untuk mempertahankan pasangan
kromosom yang sama melalui pembelahan inti berturut-turut. Mitosis pada tumbuh terjadi
selama mulai dari 30 menit sampai beberapa jam dan merupakan bagian dari suatu proses
yang berputar dan terus-menerus. Digunakan akar bawang merah (Alium cepa) karena
jaringan akarnya merupakan jaringan yang mudah ditelaah untuk pengamatan mitosisnya.
Proses mitosis ini terjadi bersama dengan pembelahan sitoplasma dan bahan-bahan di
luar inti sel. Pada mitosis setiap induk yang diploid (2n) akan menghasilkan dua buah sel
anakan yang masing-masing tetap diploid serta memiliki sifat keturunan yang sama dnegan sel
induknya. Berikut adalah tahapan terjadinya mitosisi :
1. Profase: Proses terjadinya fase profase ditandai dengan hilangnya nucleus dan diganti
dengan mulai tampaknya pilinan-pilinan kromosom yang terlihat tebal.
2. Metafase: Ciri utama fase ini adalah terbentuknya gelendong pembelahan, gelendong
pembelahan ini dibentuk oleh mikrotubula. Gelendong ini membentuk kutub-kutb
pembelahan tempat sentromer mikrotubula bertumpu.
3. Anafase: Pada fase ini kromosom yang mengumpul di tengah sel terpisah dan mengumpul
pada masing-masing kutub, sehingga telihat adal dua kumpulan kromosom.
4. Telofase: Telofase adalah fase finising, dalam telofase ada dua tahap yaitu telofase awal
dan telofase akhir. Pada telofase awal terlihat mulai ada sekat yang memisahkan antara sel-
sel anak. Sedang pada telofase akhir terlihat sel-sel anak sudah benar-benar terpisah.
Waktu yang dibutuhkan pada masing-masing fase dalam siklus sel adlah berbeda-beda,
G1 berlangsung selam 5 jam, S berlangsung selama 7 jam, G2 berlangsung selam 3 jam,
mitosis berlangsung selama 1 jam ( profase selam 36 menit, metaphase selama 3 menit,
anaphase selam 2 menit dan telophase selama 18 menit ). Pada sel akar bawang, dalam
menyelesaikan 1 siklus selnya diperlukan waktu 16 jam dimana interfase merupakan fase
terpanjang dalam siklus sel. Sedangkan mitosis memiliki waktu yang paling pendek dalam
siklus sel.
D. PROSEDUR KERJA
Menumbuhkan akar Alium cepa pada media air. Setelah beberapa hari, memotong
beberapa ujung (10 ujung) akar Alium cepa sepanjang 5 mm. Memfiksasi potongan tersebut
pada botol yang berisi asam asetat glasial 45% pada suhu 4 C selama 15 menit (antara Alium
cepa berada di flakon yang berbeda). Selanjutnya menggati larutan fiksatif dengan aquades
untuk proses pencucian (dilakukan beberapa kali) dan tempatkan larutan fiksatif pada botol
fiksatif sisa. Mengganti aquades dengan HCl 1 N pada masing-masing flakon tadi, dan
melakukan proses hidrolisis di air yang dipanaskan dan suhunya dipertahankan pada suhu 60
derajat Celcius sampai potongan akar terlihat putih dan transparan. Ketika sudah terlihat
transparan, ganti HCl dengan aquades beberapa kali untuk pencucian dan temaptkan HCl pada
flakon HCl sisa.
Berikutnya adalah proses pewarnaan dengan pewarna acetocarmin. Ganti aquades
yang digunakan untuk mencuci dengan acetocarmin pada masing-masing flakon dan
menunggu hingga 2 jam. Hal ini bertujuan agar pewarna bisa benar-benar diserap oleh
potongan Alium cepa. Setelah 2 jam ambil potongan akar menggunakan kuas dan
meletakannya di atas gelas benda. Kemudian memotong akar 2 mm dari pangkan ujung
akarnya (bagian yang transparan) menggunakan silet. Memposisikan objek dengan benar pada
gelas benda dan meneteskan gliserin pada objek. Selanjutnya melakukan proses penutupan
dengan hati-hati dan benar. Lalu melakukan proses pemencetan atau squash dengan benar.
Setelah di squash, untuk menyegel penutupan digunakan kuteks dengan cara mengoleskannya
pada bagian tepi dari gelas penutup. Memberikan label dan preparat dapat langsung diamati.
E. HASIL PENGAMATAN
Squash Akar
Alium cepa
Acetocarmin
Jam 22.00 WIB
Keterangan:
1. Telophase
2. Prophase
3. Anaphase
Perbesaran 40x10
1
23
3
Squash Akar
Alium cepa
Acetocarmin
Jam 11.00 WIB
Keterangan:
1. Telophase
2. Metaphase
3. Anaphase
4. Prophase
NB: banyak sel yang
mengalami mitosis
Perbesaran 40X10
F. PEMBAHASAN
Pembuatan preparat squash akar Alium cepa dilakukan pada jam 11.00 WIB dan 22.00
WIB menunjukan hasil yang baik untuk proses mitosis. Hasil positif ini dikarenakan pada jam
pengamatan tersebut sel tampak dalam kondisi membelah atau sedang bermitosis. Beberapa
faktor yang dapat menimbulkan terjadinya kegagalan pada saat pembuatan preparat antara lain
faktor waktu, kesalah prosedur sedikit saja semisal larutan fiksatif atau HCl nya
terkontaminasi itu juga menyebabkan tidak bisa dilihatnya proses mitosis. Selain itu, proses
pemejetan juga sangat penting. Ketika pemejetan atau squash dilakukan asala saja, maka
hasilnya pun tidaklah maksimal.
Preparat yang kelompok kami buat (kelompok 4) sebagian besar gagal. Hal ini
mungkin terjadi karena proses pemejetan yang belum sempurna/belum baik. Terkadang ada
yang masih terlihat tebal atau numpuk, sehingga tidak jelas pada saat diamati di dalam
mikroskop. Dan preparat yang cukup berhasil kami buat, yaitu hanya pada jam-jam tertentu
saja, yaitu pada jam 11.00 dan 22.00 WIB. Sedangkan untuk preparat yang lainnya banyak
yang tidak jelas saat diamati menggunakan mikroskop. Apalagi mikroskop yang terdapat di
laboratorium mikroteknya pun banyak yang lensanya kotor/berjamur, sehingga preparat yang
tidak jelas saat diamati dengan mikroskop menjadi lebih sangat memprihatinkan, dan jumlah
12
3
4
mikroskopnya pun terbatas, sehingga harus mengantri/untuk mengamati preparat yang
jumlahnya banyak sedangkan waktu yang tersedia pun terbatas.
Pada preparat yang kami buat menunjukkan hasil sel-selnya masih ada yang numpuk,
ada yang pewarnaannya kurang baik, dimungkinkan karena proses pewarnaannya terlalu lama.
Sehingga tidak tampak jelas/tidak kontras. Pengamatan yang cermat juga menentukan hasil
preparat yang diperoleh.
Seperti yang telah dijelaskan di landasan teori bahwa proses mitosis itu terjadi dalam
waktu yang singkat dan pada jam-jam tertentu. Pada pengamatan preparat squash untuk jam
05.00 WIB tidak ditemukan adanya proses mitosis.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan pada preparat squash akar Alium cepa
di atas dapat diambil kesimpulan:
1. Preparat squash akar bawang baik Alium cepa dapat dibuat dengan menggunakan
metode squash atau pejetan.
2. Penampakan secara keseluruhan hasil pengamatan preparat squash akar Alium cepa
menunjukkan bahwa pewarnaan yang telah dilakukan belum sempurna terlihat dengan
belum mampu menunjukkan kontras antara bagian-bagian penyusun jaringannya.
H. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh preparat yang baik, akar Alium cepa harus dipotong dengan ukuran
yang benar (5 mm dari ujung ) dan jangan lupa potong 2 mm pada pangkal ujung.
2. Proses pemencetan atau squash harus dilakukan dengan benar.
3. Pada saat penyusunan objek di atas gelas benda, dilakukan secara benar yaitu dengan
jarak 1cm antara gelas penutup denganujung gelas benda.
4. Proses mounting harus dilakukan dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyani, Sri . 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Rudyatmi, Ely. 2013. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Semarang.
Semarang, 12 April 2014
Dewi Setiyana
4401411058