ppt kimia medisinal kelompok 6
DESCRIPTION
kimia medisinalTRANSCRIPT
Hubungan Struktur dan Interaksi Obat dengan Reseptor
Kelompok 6
Reseptor obat adalah suatu makromolekul
jaringan sel hidup, mengandung gugus
fungsional atau atom-atom terorganisasi,
reaktif secara kimia dan bersifat spesifik,
dapat berinteraksi secara reversibel dengan
molekul obat yang mengandung gugus
fungsional spesifik, menghasilkan respons
biologis yang spesifik pula.
Interaksi yang dapat
menyebabkan
perubahan konformasi
makromolekul protein
sehingga timbul
respons biologis.
Interaksi obat-reseptor terjadi melalui dua tahap, yaitu:
Interaksi molekul obat
dengan reseptor
spesifik . nteraksi ini
memerlukan afinitas
Crum, Brown dan Fraser (1869), mengatakan bahwa aktivitas biologis suatu senyawa merupakan fungsi dari struktur kimianya dan tempat obat berinteraksi pada sistem biologis mempunyai sifat yang karakteristik.
TEORI KLASIK
Langley (1878), dari studi efek antagonis dari atropin dan pilokarpin, memperkenalkan konsep reseptor yang pertama kali dan kemudian dikembangkan oleh Ehrlich.
Ehrlich (1907), memperkenalkan istilah reseptor dan membuat konsep sederhana tentang interaksi obat-reseptor yaitu corpora non agunt nisi fixata atau obat tidak dapat menimbulkan efek tanpa mengikat reseptor.
Clark (1926), memperkirakan bahwa satu
molekul obat akan menempati satu sisi reseptor
dan obat harus diberikan dalam jumlah yang
berlebih agar tetap efektif selama proses
pembentukan kompleks.TEORI PENDUDUKAN
Ariens (1954) dan Stephenson (1956),
memodifikasi dan membagi interaksi obat-reseptor
menjadi dua tahap, yaitu:
1. Pembentukan kompleks obat-reseptor
2. Menghasilkan respons biologis
TEORI KECEPATAN
Paton (1961), mengatakan bahwa efek
biologis dari obat setara dengan kecepatan
ikatan obat-reseptor dan bukan dari jumlah
reseptor yang didudukinya.
Croxatto dan Huidobro (1956),
memberikan postulat bahwa obat hanya
efisien pada saat berinteraksi dengan
reseptor.
Menurut Koshland (1958), ikatan
enzim (E) dengan substrat (S) dapat
menginduksi terjadinya perubahan
konformasi struktur enzim sehingga
menyebabkan orientasi gugus-gugus
aktif enzim.
Teori Kesesuaian Terimbas
Belleau (1964), memperkenalkan teori model
kerja obat yang disebut teori gangguan
makromolekul. Menurut Belleau, interaksi
mikromolekul obat dengan makromolekul protein
(reseptor) dapat menyebabkan terjadinya
perubahan bentuk konformasi reseptor sebagai
berikut:
1.Gangguan konformasi spesifik (Specific
Conformational Perturbation = SCP)
2.Gangguan konformasi tidak spesifik (Non Specific
Conformational Perturbation = NSCP.
Teori Ganguan Makromolekul
Ariens dan Rodrigues de Miranda (1979),
mengemukakan teori pendudukan-aktivasi dari
model dua keadaan yaitu bahwa sebelum
berinteraksi dengan obat, reseptor berada dalam
kesetimbangan dinamik antara dua keadaan yang
berbeda fungsinya, yaitu:
1. Bentuk teraktifkan (R*) : dapat menunjang efek
biologis
2. Bentuk istirahat (R) : tidak dapat menunjang
efek biologis
Teori Pendudukan-Aktivasi
Reseptor dari banyak hormon berhubungan
erat dengan sistem adenil siklase. Sebagai contoh
katekolamin, glukagon, hormon paratiroid,
serotonin dan histamin telah menunjukkan
pengaruhnya terhadap kadar siklik-AMP dalam
intrasel, tergantung pada hambatan atau
rangsangan adenil siklase. Bila rangsangan
tersebut meningkatkan kadar siklik-AMP, hormon
dianggap sebagai kurir pertama (first messenger),
sedang siklik-AMP sebagai kurir kedua (second
messenger).
Konsep Kurir Kedua
Teori mekanisme dan farmakofor sebagai dasar
rancangan obat dapat diilustrasikan oleh obat
antihipertensi penghambat kompetitif enzim
pengubah angiotensin (Angiotensin-converting
enzyme = ACE).
Teori Mekanisme dan Farmakofor sebagai dasar
Rancangan Obat
TERIMA KASIH WASSALAMUALAIKUM