potensi tanaman sagu dalam mendukung ketahanan …

56
POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI DESA TAKKALALA KECAMATAN MALANGKE KABUPATEN LUWU UTARA LULUNG ASDAR 1602405061 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO 2020

Upload: others

Post on 20-Mar-2022

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG

KETAHANAN PANGAN DI DESA TAKKALALA

KECAMATAN MALANGKE KABUPATEN

LUWU UTARA

LULUNG ASDAR

1602405061

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO

2020

Page 2: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

2

POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN

PANGAN DI DESA TAKKALALA KECAMATAN

MALANGKE KABUPATEN LUWU UTARA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Cokroaminoto Palopo

LULUNG ASDAR

1602405061

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO

2020

Page 3: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

3

PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : Potensi Tanaman Sagu dalam Mendukung

Ketahanan Pangan di Desa Takkalala Kecamatan

Malangke Kabupaten Luwu Utara

Nama : Lulung Asdar

NIM : 1602405061

Program Studi : Agribisnis

Tanggal Ujian : 23 September 2020

Menyetujui,

Pembimbing II, Pembimbing I,

Dr. Hj. Marlia Muklim. M.Pd Dr. Suaedi, S.Pd., M.Si

Mengesahkan,

Ketua Program Studi Agribisnis, Dekan Fakultas Pertanian,

Abdul Rais, S.Si, M.Ling. Rahman Hairuddin, S.P., M.Si.

Tanggal: Tanggal:

Page 4: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

4

Page 5: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

5

Page 6: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

6

ABSTRAK

Lulung Asdar. 2020. Potensi Tanaman Sagu dalam Mendukung Ketahanan

Pangan di Desa Takkalala Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara

(dibimbing oleh Suaedi dan Dharma Fidyansari).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi tanaman sagu dalam

mendukung ketahanan pangan. Jenis penelitian bersifat deskriptif kualitatif.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Takkalala Kecamatan Malangke Kabupaten

Luwu Utara. Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan metode sebagai berikut: wawancara, observasi dan dokumentasi.

Populasi yang menjadi objek penelitian ini adalah seluruh ibu rumah tangga

sebagai konsumen yang ada di Desa Takkalala Kecamatan Malangke yang

berjumlah 695, penarikan sampel ini di tarik 5% teknik pengambilan sampel

secara sengaja (Porposive sampling), sehingga jumlah sampel yang diperoleh

sebanyak 34 orang. Populasi produsen sagu basah sebanyak 2 orang. 2 orang

produsen sagu basah tersebut peneliti ambil sebagai sampel dalam penelitian.

Setelah data dikumpulkan tahap yang harus dilakukan adalah menganalisis data.

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan statistik deskriptif,

yaitu teknik analisis untuk mendeskripsikan data yang telah terkumpul. Hasil

penelitian menunjukkan potensi yang dimiliki tanaman sagu didalam mendukung

ketahanan pangan di Desa Takkalala Kecamatan Malangke yaitu hasil produksi

sagu basah, frekuensi produksi sagu basah, harga sagu basah, keuntungan dalam

1x produksi, konsumsi sagu per bulan. Kendala yang dihadapi dalam produksi

sagu basah di Desa Takkalala Kecamatan Malangke yaitu akses menuju lokasi

sangat jauh dan lokasi pengambilan bahan baku sangat jauh.

Kata kunci: Potensi, tanaman sagu, ketahanan pangan

v

Page 7: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

7

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. karena atas rahmat-

Nyalah sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Potensi

Tanaman Sagu dalam Mendukung Ketahanan Pangan di Desa Takkalala

Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara”.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan

terima kasih yang tulus kepada kedua orang tua atas segala perhatian,

pengorbanan, kasih sayang serta doa restunya yang luar biasa buat keberhasilan

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Universitas

Cokroaminoto Palopo.

Demikian pula dengan kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa terima

kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Drs. H. Hanafie Mahtika, M.S., selaku Rektor Universitas

Cokroaminoto Palopo.

2. Bapak Rahman Hairuddin, S.P., M.Si., Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Cokroaminoto Palopo.

3. Abdul Rais, S., M. Ling selaku Ketua Program Studi Agribisnis Universitas

Cokroaminoto Palopo sekaligus sebagai Pembimbing II yang selalu

memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Suaedi, S.Pd., M.Si, selaku Pembimbing I atas segala masukan

guna pengembangan isi skripsi ini.

5. Dr. Hj. Marlia Muklim. M.pd selaku Pembimbing II yang telah membina dan

memberikan dukungan.

6. Para dosen dan staf Universitas Cokroaminoto Palopo yang telah memberikan

kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan selama ini.

7. Keluarga tercinta yang telah membantu penulis dengan do’a dan dukungan

dalam berbagai hal.

8. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Agribisnis Universitas Cokroaminoto

Palopo yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang secara langsung

maupun tidak langsung telah memberikan dukungan selama perkuliahan

sampai menyelesaikan skripsi.

vi

Page 8: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

8

9. Kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebut namanya satu per satu,

terima kasih atas bantuan kalian.

Semoga arahan, motivasi dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal

ibadah bagi keluarga, bapak dan rekan-rekan sehingga memperoleh balasan yang

lebih baik dari Allah. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun untuk kesempurnaan skripsi atau tulisan penulis berikutnya. Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi pembaca serta dapat dijadikan sebagai sumbangan

pikiran untuk perkembangan pendidikan, khususnya Agribisnis Pertanian.

Palopo, November 2020

Lulung Asdar

vii

Page 9: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

9

RIWAYAT HIDUP

Lulung Asdar, lahir di Desa Takkalala pada tanggal 08 Agustus

1997, merupakan anak ketiga dari pasangan Bapak Asdar dan

Ibu Tenri Senggeng. Tahun 2004, penulis sekolah di SDN 135

Takkalala dan tamat tahun 2010. Pada tahun yang sama, masuk

di SMP Negeri 06 Takkalala dan tamat tahun 2013. Kemudian

melanjutkan sekolah di SMA Muhammadiyah Palopo dan tamat tahun 2016. Pada

bulan Agustus 2016, melanjutkan kuliah di Universitas Cokroaminoto Palopo

Program Studi Agribisnis dan lulus tahun 2020. Di akhir studi, peneliti

menyelesaikan skripsi berjudul “Potensi Tanaman Sagu dalam Mendukung

Ketahanan pangan di Desa Takkalala Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu

Utara”.

viii

Page 10: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

10

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

SURAT KETERANGAN HASIL UJI SIMILITARY ..................................... iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH SKRIPSI .......................... iv

ABSTRAK ....................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 2

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3

2.1 Kajian Teori ................................................................................... 3

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ....................................................... 8

2.3 Kerangka Pikir ............................................................................... 9

BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 11

3.1 Jenis dan Desain Penelitian ........................................................... 11

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 12

3.3 Populasi dan Sampel ..................................................................... 12

3.4 Jenis dan Sumber Data .................................................................. 12

3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 13

3.6 Teknik Analisis Data ..................................................................... 13

3.7 Definisi Operasional ..................................................................... 13

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 15

4.2 Pembahasan ................................................................................ 22

ix

Page 11: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

11

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .................................................................................. 26

5.2 Saran ............................................................................................ 26

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 27

LAMPIRAN ..................................................................................................... 29

x

Page 12: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

12

DAFTAR TABEL

Halaman

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Produk makanan lokal yang terbuat dari sagu………………………...

Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di

Desa Takkalala………………………………………………………...

Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Desa Takkalala…..

Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian di Desa Takkalala…….

Identitas Responden Konsumen Sagu Menurut Umur………………..

Identitas Responden Produsen Sagu Basah Menurut Umur…………..

Identitas Responden Produsen Sagu basah Menurut Tingkat

Pendidikan…………………………………………………………….

Identitas Responden Konsumen Sagu Menurut Tingkat Pendidikan….

Identitas Responden Produsen Sagu basah Menurut Jumlah Anggota

Keluarga……………………………………………………………….

Identitas Responden Konsumen Sagu Menurut Jumlah Anggota

Keluarga……………………………………………………………….

6

16

17

18

19

19

20

21

22

22

xi

Page 13: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

13

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1

2

Kerangka Pikir......…………………………………..................................

Jenis dan Desain Penelitian……………………………………………….

10

11

xii

Page 14: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai komitmen tinggi

terhadap pembangunan ketahanan pangan. Komitmen tersebut dituangkan dalam

undang-undang Nomor 7/1996. Tentang pangan yang mengamatkan agar

pemerintah bersama masyarakat mewujudkan ketahanan pangan bagi seluruh

rakyat Indonesia. Menurut undang-undang tersebut. Ketahanan pangan adalah

kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari

tersediannya pangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman,

merata, beragam dan terjangkau. Pembangunan ketahanan pangan dan

kemandirian pangan lokal sebagai komponen sistem pangan nasional adalah

sangat penting (Alfons dan Rivae, 2011).

Menurut Ekafitri (2010), Indonesian merupakan salah satu Negara yang

memiliki ketahanan pangan yang kurang stabil, ketergantunga bangsa Indonesia

terhadap beras begitu tinggi, sehingga ketika kebutuhan beras dalam negeri tidak

tercukupi, Indonesi harus mengimpor beras, impor beras berisiko sangat

tinggi, karena ciri pasar besar global adalah tipis (thin market) dan sisa (residual

market) yang berdampak seringnya terjadi istablitasi suplai dan harga besar di

pasar internasional. Oleh karena itu, perlu di kurangi ketergantugan terhadap beras

melalui alternatif bahan pangan lain yang dapat dibudidayakan di Indonesia. Salah

satunya mengeskplorasi potensi bahan pangan lokal Indonesia salah satu pangan

lokal yang potensial adalah sagu, pangan peganti beras ke sagu (Metroxylon sagu

Rottb) merupakan salah satu tanaman penghasil karbohidrat yang paling potensial

dalam mendukung program ketahanan pangan di Indonesia.

Tanaman sagu mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan dengan

tanaman penghasil karbohidrat lainnya yaitu pohon sagu dapat tumbuh dengan

baik pada tanah yang berawa-rawa dimana tanaman lain tidak dapat tumbuh

dengan baik, panen tidak tergantung musim, tahan dan mudah dalam

penyimpanannya, pohon sagu merupakan tanaman yang mudah dibudidayakan

karena tidak membutuhkan biaya yang besar, dalam setiap musimnya tanaman

sagu mengeluarkan anakan yang akan tumbuh dan berkembang secara terus

Page 15: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

2

menerus sehingga panen dapat berkelanjutan tanpa melakukan penanaman ulang.

Namun, untuk upaya mendukung ketahanan pangan nasional sekiranya perhatian

terhadap tanaman sagu harus lebih dilakukan misalnya dengan membudidayakan

tanaman sagu secara merata dibeberapa tempat yang potensial.

Desa takkalala desa yang berada di kecamatan malangke kabupaten luwu

utara memiliki potensi tanaman sagu yang boleh dikatakan sangat melimpah,

dimana masyarakat desa takkalala ini adalah sebagian petani sagu, oleh karena itu

dengan adanya penelitian ini mampu menjawab masalah-masalah terkait dengan

pangan, dalam upaya mendukung ketahanan pangan d Indonesia terkhusus di

Desa takkalala ke camatan malangke kabupaten luwu utara

Sagu didaerah tersebut banyak diolah masyarakat menjadi makanan

teradisional seperti ruji/dange. Ruji merupakan produk hasil dari olahan sagu yang

sangat di gemari masyarakat mereka kadang menkonsumsi setiap hari, potensi

besar sebagai jawaban tentang masalah-masalah terkait dengan pangan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana potensi tanaman sagu dalam mendukung ketahanan pangan di Desa

Takkalala Kecematan Malangke?

2. Apa saja kendala yang dihadapi produksi sagu basah?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui potensi yang dimiliki tanaman sagu di dalam mendukung

ketahanan pangan di Desa Takkalala Kecamatan Malangke.

2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi produksi sagu basah Desa Takkalala

Kecamatan Malangke.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi semua pihak terkhususnya pengembangan petani

sagu.

2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitiannya.

3. Menambah pengetahuan terkait dengan tanaman sagu dan potensi-potensi yang

dimiliki.

Page 16: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

1. Sagu (Metroxylon Sp)

Sagu diduga berasal dari daerah Maluku dan irian, belum ada data yang

pasti yang mengungkapkan kapan awal mula sagu ini dikenal. Sagu termasuk

tumbuhan monokotil dari keluarga (famili) Palmae, Marga (genus) Metroxylon

dari ordo Spadiciflorae. Di kawasan Indo Pasifik terdapat lima marga Palma yang

zat tepungnya telah dimanfaatkan, yaitu Metroxylon, Arenga, Corypha,

Euqeissona, dan Caryota. Pohon Arenga pinnata dikenal dengan sagu aren,

kandungan seratnya sangat besar dan hampir seluruh batangnya diliputi serat

kasar. Borassus caryota dikenal dengan pohon lontar, cairannya dapat dibuat

minuman beralkohol, buahnya disebut silawan dan batangnya dijadikan kayu.

Palma sagu (Metroxylon sp.) dalam botani sagu digolongkan menjadi dua,

yaitu palma sagu yang berbunga dua kali atau lebih (pleonanthic) dan palma sagu

yang berbunga hanya sekali (hapaxanthic). Pohon sagu yang berbunga hanya satu

kali selama hidupnya mempunyai kandungan pati yang tinggi. Golongan ini

terdiri dari Metroxylon longispinum Mart, Metroxylon microcanthum Mart,

Metroxylon rumphii Mart, Metroxylon sagu Rott, dan Metroxylon sylvester Malt.

Pohon sagu yang berbunga lebih dari satu kali selama hidupnya mempunyai

kandungan karbohidrat yang rendah, sehingga kurang disukai. Jenis sagu yang

termasuk golongan ini adalah Metroxylon filare dan Metroxylon elantum.

2. Potensi Tanaman Sagu

Pengertian potensi adalah sesuatu hal yang dapat di jadikan sebagai bahan

atau sumber yang akan dikelolah baik melalui usaha yang dilakukan manusia

maupun yang dilakukan melalui tenaga mesin dimana dalam pengerjaannya

potensi dapat juga diartikan sebagai sumber daya yang ada di sekitar kita

(Kartasapoetra, 2007). Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) potensi

adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan. Potensi

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala kemampuan yang ada pada

tanaman sagu dalam mendukung ketahanan pangan.

Page 17: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

4

Areal tanaman sagu di Indonesia diperkirakan 95,9 persen tersebar di

Kawasan Timur Indonesia dan 4,1 persen di Kawasan Barat Indonesia. Areal

hutan sagu di Indonesia sekitar 1,25 juta hektar dengan kepadatan anakan 1.480

per hektar yang setiap panen menghasilkan 125-140 pohon per tahun. Hutan sagu

tersebut tersebar di Papua seluas 1,2 juta hektar dan Maluku seluas 50 ribu hektar

serta 148 ribu hektar hutan sagu semi budidaya yang tersebar di Papua, Maluku,

Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, Kepulauan Riau dan Kepulauan Mentawai

(Sumatera Barat). Dari luasan tersebut hanya sekitar 40 persen merupakan areal

penghasil pati produktif dengan produktivitas pati 7 ton per hektar per tahun,

karena banyaknya tanaman sagu yang layak panen tetapi tidak dipanen sehingga

rusak. Hasil penelitian terdahulu mengenai jenis dan ragam pohon sagu yang ada

di Indonesia (Widjono dkk, 2000).

Jumlah macam makanan dan jenis serta banyaknya bahan pangan dalam

pola makanan disuatu negara atau daerah tertentu, biasanya berkembang dari

pangan setempat atau dari pangan yang telah di tanam ditempat tersebut untuk

jangka waktu yang panjang. Disamping itu kelangkaan pangan dan kebiasaan

bekerja dari keluarga, berpengaruh pula terhadap pola makanan (Harper, et.al,

1986). Pangan telah dikelompokkan menurut berbagai cara yang berbeda dan

berikut merupakan salah satu cara pengelompokannya, Padi-padian, Akar-akaran,

umbi-umbian dan pangan berpati, Kacang-kacangan dan biji-bijian berminyak,

Sayur dan buah-buahan, Pangan hewani, Lemak dan minyak, Gula dan sirop.

3. Produk Olahan Sagu

a. Sohun

Sohun dan mie adalah produk pangan (pokok) yang dapat dibuat dari pati

sagu. Mutu pati untuk kebutuhan ini tertentu sehingga memerlukan pengadaan

yang rumit. Produksi sohun secara nasional masih relatif kecil yakni 80,000

ton/tahun. Permintaan dalam negeri terus bertambah dan luar negeri juga

meningkat. Oleh karena itu, pasar untuk sohun sangat potensial. Lebih dari itu,

kalau dapat dikembangkan sohun berbahan baku pati sagu maka persaingan

sangat kecil. Sebagai catatan, Indonesia mengimpor sohun (berbahan baku tepung

beras) dari berbagai negara (terutama China) (Bank Indonesia, 2007) dan sekarang

masih bahkan lebih besar.

Page 18: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

5

b. Mutiara Sagu

Mutiara sagu adalah produk yang cukup popular di kawasan Asia

Tenggara, termasuk di Indonesia. Berbentuk butiran (terkadang berwarna warni)

yang banyak digunakan untuk membuat bubur, kolak dan sejenisnya. Thailand

dahulu sangat terkenal sebagai produsen sekaligus eksportir mutiara sagu, namun

sekarang mereka kesulitan bahan baku. Sebagai gantinya, mereka membuat

mutiara cassava yakni dari tepung tapioka. Kelebihan produk ini adalah mudah

dibuat dari pati basah (atau adonan). (Radley 1976 dalam Bantacut 2016). Secara

teknologi pembuatan mutiara sagu sangat mudah, tetapi untuk sepenuhnya dapat

menjadi makanan pokok perlu perbaikan tekstur, rasa dan pengembangan menu.

c. Bagea

Kue bagea berbahan sagu berasal dari daerah Maluku utara. Akan tetapi, di

Sulawesi utara, Sulawesi selatan, Maluku dan papua juga terdapat kue bagea.

Bahan utamanya masih sama, yaitu sagu. Aroma rempah juga tetap terasa pada

kue bagea dari beberapa daerah tersebut. Warnanya yang coklat muda atau coklat

tua juga menjadi kekhasan kue ini. Perbedaannya, biasanya pada bentuk dan

campuran kacang di dalam kue bagea.

Bentuknya ada yang bulat, lonjong memangjang. Sedangkan campurannya

ada yang menggunakan kacang tanah, kacang kenari, atau kacang mete.

d. Roti dan Biskuit

Pati sagu secara kimia dapat dibuat menjadi berbagai jenis roti, biskuit

dan pancake. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk membuat pelbagai macam

roti dan biskuit dengan hasil yang baik dan dapat diterima. Permasalahannya

adalah konsumen selalu membandingkannya dengan produk sejenis dari terigu.

Pengembangan makanan ringan dari sagu dapat menambah kegunaan hilir sagu.

Untuk itu perlu dilakukan pengenalan sehingga terbiasa dan dapat menerima

olahan produk yang terbuat dari bahan baku sagu. Di sisi lain, penelitian perlu

dilakukan untuk lebih memperbaiki tekstur serta karakter produk sehingga lebih

dekat dengan produk serupa yang dibuat dari terigu, dan dapat bersaing di pasar –

pasar dengan olahan yang lebih memiliki rasa enak dari pada produk lain seperti

pudding dan bahan dasar pembuatan jelly dari sagu. Produk jenis makanan lokal

yang dibuat dari sagu antara lain sebagai berikut:

Page 19: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

6

Tabel 1. Produk makanan lokal yang terbuat dari sagu

Jenis dan Fungsi

Makanan

Asal Daerah Cara Pembuatan

Papeda Maluku dan

Papua

Aci sagu diaduk dalam air dingin sehingga

membentuk suspense kemudian disiram air panas

hingga mengental dan warna berubah.

Pengadukan dihentikan jika warna sudah merata.

Kapurung Sulawesi Selatan Aci diaduk dalam air dingin kemudian

dikentalkan dengan air panas. Pasta dibentuk

menjadi bulatan kecil dengan sumpit bambu

dengan cara memutar pasta. Pasta dicampur

dengan lauk berupa ikan, udang dan sayuran

Sagu lempeng

Papua dan

Maluku

Bongkahan aci digosok-gosok di atas ayakan.

Hasil ayakan bongkahan tersebut diayak lagi

untuk mendapatkan aci remah dan halus yang siap

dimasak. Aci dimasak dengan menggunakan

disebut forna (alat memasak di Maluku). Sagu

remah dimasukkan ke dalam forna yang

sebelumnya sudah dipanaskan, kemudian ditutup

daun pisang dan ditindih dengan papan pemberat

selama 15−20 menit sampai aci di dalamnya

masak.

Buburnee Maluku Aci sagu basah dibuat menjadi remah dan halus

seperti pada pembuatan sagu lempeng, kemudian

dibuat butiran-butiran dengan menggoyang-

goyangkan aci di atas tampah atau kantong kain.

Butiran-butiran aci tersebut disangrai di atas kuali

sampai berwarna putih kekuning-kuningan atau

agak kecokelatasn

Bagea Maluku dan

Sulawesi

Aci sagu dibungkus dengan daun pisang atau

daun sagu lalu dipanaskan di dalam belanga.

Untuk menambah nilai gizinya, aci sagu dicampur

dengan telur, kenari, dan garam

Ongol-ongol Maluku, Papua,

Sulawesi, dan

Jawa Barat

Cara pembuatannya hampir sama dengan papeda,

tetapi pada pembuatan ongol-ongol dicampur

dengan gula merah

Sumber : Haryanto dan Pangloli (1992).

4. Ketahanan Pangan

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk

pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik

yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau

minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku

Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan,

dan/atau pembuatan makanan atau minuman (Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 18 Tahun 2012).

Page 20: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

7

Karsin (2004), pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial

bagi manusianuntuk mempertahankan hidup dan kehidupan. Pangan sebagai

sumber zat gizi (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air) menjadi

landasan utama manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang

siklus kehidupan. Janin dalam kandungan, bayi, balita, anak, remaja, dewasa

maupun usia lanjut membutuhkan makanan yang sesuai dengan syarat gizi untuk

mempertahankan hidup, tumbuh dan berkembang, serta mencapai prestasi kerja.

Ada beberapa hal penting dalam mengatasi permasalahan pangan di Indonesia

(Purwaningsih:2008:3) yaitu :

a. Ketersediaan pangan

Negara berkewajiban untuk menjamin ketersediaan pangan dalam jumlah

yang cukup (selain terjamin mutunya) bagi setiap warga negara, karena pada

dasarnya setiap warga negara berhak atas pangan bagi keberlangsungan hidupnya.

Penyediaan pangan dalam 11 negeri harus diupayakan melalui produksi dalam

negeri dari tahun ke tahun meningkat seiring dengan adanya pertumbuhan

penduduk.

b. Kemandirian pangan

Kemandirian pangan suatu negara dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya

merupakan indikator penting yang harus diperhatikan, karena negara yang

berdaulat penuh adalah yang tidak tergantung (dalam bidang politik, keamanan,

ekonomi, dan sebagainya) pada negara lain.

c. Keterjangkauan pangan

Keterjangkauan pangan atau aksesibilitas masyarakat rumah tangga

terhadap bahan sangat ditentukan oleh daya beli, dan daya beli ini ditentukan oleh

besarnya pendapatan dan harga komditas pangan.

d. Konsumsi pangan

Konsumsi pangan berkaitan dengan gizi yang cukup dan seimbang.

Tingkat danpola konsumsi pangan dan gizi dipengaruhi oleh kondisi

ekonomi,sosial, dan budaya setempat.

Page 21: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

8

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

1. Parama, T. W. Indrianti, N. Ekafitri, R. 2013. Potensi Tanaman Sagu

(Metroxylon sp.) dalam Mendukung Ketahanan Pangan di Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk memetakan potensi sagu dan diversifikasi

olahan sagu, baik berupa olahan pangan maupun olahan non-pangan sehingga

dapat menjadi acuan dalam mengeksplorasi bahan pangan sagu. Hasil penelitian

ini Sagu dapat diolah menjadi panganan tradisional, tepung sagu dan turunannya

seperti tepung sagu termodifikasi dan mi sagu, serta pati sagu dan turunannya

seperti edible film, makanan pendamping ASI, dan sohun. Sedangkan untuk

kebutuhan non-pangan, sagu dapat dimanfaatkan menjadi bioethanol dan Protein

Sel Tunggal. Untuk meningkatkan diversifikasi produk berbasis sagu dan

turunannya maka perlu dilengkapi dengan kajian ekonomi, dukungan dan

kebijakan pemerintah baik dari sisi ketersediaan maupun kemudahan akses para

pelaku usaha komoditas sagu.

2. Haryanto, B. Mubekti dan Putranto,A. T. 2015. Potensi dan Pemanfaatan Pati

Sagu dalam Mendukung Ketahanan Pangan di Kabupaten Sorong Selatan

Papua Barat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dan pemanfaatan sagu di

Kabupaten Sorong Selatan. Metodologi yang digunakan adalah pemetaan dengan

citra satelit dan survei lapangan. Potensi sagu dihitung menggunakan persamaan

Yumte. Hasil pemetaan area potensi sagu mencapai 311,5 ribu ha dan tersebar di 8

distrik dengan potensi pati sagu sebesar 2,9 juta ton. Areal sagu terluas terdapat di

distrik Kais sebesar 63,8 ribu ha, Kokoda 61,3 ribu ha, Inanwatan 55,5 ribu ha,

Saefi 39,6 ribu ha dan Kokoda utara 34,5 ribu ha. Kerapatan pohon sagu masa

tebang setiap ha mencapai 67 pohon dan diameter rata-rata 41,2 cm dengan tinggi

pohon 9,9 m. Estimasi produksi sagu mencapai 9,7 ton per ha. Usulan untuk

membuka pasaran pati sagu salah satu strarteginya adalah setiap pegawai negeri

sipil di Kabupaten Sorong Selatan mendapatkan jatah sagu setiap bulannya

sebesar 10 kg sebagai bentuk implementasi penggunaan bahan baku lokal dalam

mendukung ketahanan pangan. Pemanfaatan potensi sagu ini bila dapat diterapkan

di lapangan akan membuka kegiatan ekonomi dan mendukung ketahanan pangan

di wilayah Sorong Selatan.

Page 22: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

9

3. Widodo, B. M. 2016. Kajian Pengolahan Pati Sagu (Metroxylon Sago R)

Terhadap Daya Cerna Pati, Kadar Pati dan Kadar Air Pada Olahannya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengolahan pati sagu terhadap daya

cerna pati, kadar pati dan kadar air pada produk olahan berbasis sagu. Rancangan

percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL (Rancangan Acak

Lengkap) 2 faktor, 6 perlakuan.Variasi perlakuan S1A1 (mie kering sagu tidak

disangrai), S2A1 (mie kering sagu sangrai), S1A2 (beras analog sagu tidak

disangrai), S2A2 (beras analog sagu sangrai), S1A3 (bubur instan sagu tidak

disangrai), S2A3 (bubur instan sagu sangrai), setiap perlakuan dilakukan 3 kali

ulangan.Apabila ada pengaruh nyata antar perlakuan dilanjutkan dengan uji BNJ

(Beda Nyata Jujur) pada taraf 5%. Berdasarkan hasil penelitian pengolahan pati

sagu (pati sagu tidak disangrai dan pati sagu sangrai) tidak berpengaruh nyata

terhadap daya cerna pati dan kadar air, tetapi berpengaruh terhadap kadar pati.

Jenis pengolahan produk (mie kering, beras analog dan bubur instan) berpengaruh

nyata terhadap daya cerna pati, kadar pati dan kadar air. Interaksi pengolahan sagu

dan jenis produk olahan tidak berpengaruh terhadap daya cerna pati, tetapi

berpengaruh terhadap kadar pati dan kadar air. Proses pengolahan pati sagu

sangrai lebih cocok pada pengaplikasian bubur instan karena memiliki nilai rerata

perlakuan terendah terhadap daya cerna pati (75.69%) dan kadar air (6.16%),

sedangkan pati sagu tidak disangrai lebih cocok pada pengaplikasian beras analog

karena memiliki nilai rerata kadar pati yang tinggi (67.49%).

2.3 Kerangka Pikir

Desa Takkalala merupakan salah satu tempat yang didalam kawasannya

terdapat tanaman sagu yang cukup melimpah, sagu kerap diolah menjadi tepung

sagu yang kemudian dibuat menjadi makanan tradisional khas sulawesi selatan.

Sagu merupakan salah satu jenis sumper makanan yang diminati oleh masyarakat

Desa Takkalala memanfaatkan tanaman sagu sebagai makanan alternatif

pengganti beras yang dikarenakan oleh karena kemelimpahan tanaman sagu di

Daerah tersebut. Oleh karena itu peneliti mencoba mencari tahu apakah sagu

layak atau berpotensi sebagai pangan pengganti beras dalam upaya membangun

ketahanan pangan.

Page 23: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

10

Gambar 1. Kerangka pikir

Sagu ( Metroxylon Sp)

Kendala

pengolahan Ketersediaan tanaman

sagu

Potensi sagu untuk

pangan

Desa Takkalala Kecamatan

Malangke

Page 24: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

11

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang berusaha

menggambarkan atau melukiskan obyek yang diteliti berdasarkan fakta yang ada

dilapangan terkait dengan tanaman sagu didalam membagun ketahanan pangan di

Desa Takkalala Kecamatan Malangke.

Gambar 2. Jenis dan Desain Penelitian

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Takkalala Kecamatan Malangke.

Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini pada bulan Januari sampai dengan

Februari 2020.

Petani Sagu

Teknik Analisis

Data

Wawancara

Kuesioner

Dokumentasi

Data Jumlah Petani

Data

1. Umur

2. Anggota Keluarga

3. Minat olahan sagu

Menggali Informasi tentang

potensi yang di miliki

tanaman sagu

Analisis Deskriptif

Potensi

tanaman

Ketersediaan

tanaman sagu

Page 25: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

12

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, Populasi yang menjadi

objek penelitian ini adalah seluruh ibu rumah tangga sebagai konsumen yang ada

di Desa Takkalala Kecamatan Malangke yang berjumlah 695, penarikan sampel

ini di tarik 5% teknik pengambilan sampel secara sengaja (Porposive sampling),

sehingga jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 34 orang. Penarikan sampel ini

dilakukan pertimbangan apabila subjek kurang dari 100 lebih baik populasi

diambil semua sebagai sampel tetapi kalau lebih dari 100 orang maka diambil 5%-

10% atau 20-25% atau lebih.

Populasi produsen sagu basah sebanyak 2 orang. 2 orang produsen sagu

basah tersebut peneliti ambil sebagai sampel dalam penelitian.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data

sekunder. Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara

langsung dari sumber aslinya dengan turun langsung ke lapangan untuk

memperoleh informasi yang dibutuhkan. Data sekunder adalah data yang

diperoleh dari data yang sudah ada sebelumnya data yang diperoleh/ dikumpulkan

dan disatukan oleh studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai

instansi lain biasanya sumber tidak langsung berupa data dokumentasi dan arsip-

arsip resmi.

Dalam penelitian ini menggunakan jenis data primer dan sekunder. Data

primer diperoleh secara langsung dari petani sagu yang berlokasi di Desa

Takkalala Kecamatan Malangke melalui proses wawancara dengan responden

mengunakan daftar pertanyaan (kuesioner) sebagai alat bantu. Data sekunder di

peroleh dari studi literatur yang berhubungan dengan topik penelitian yang

bersumber dari laporan, jurnal ilmiah, skripsi, dan instansi terkait seperti Badan

Pusat Statistik, data direktorat jendral perkebunan dan penelitian terdahulu yang

relevan dengan penelitian ini yang dapat di pertanggung jawabkan.

Page 26: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

13

3.5 Teknik Pengumpulan Data

1. Interview/wawancara adalah mencari data dengan mengajukan pertanyaan

kepada responden. Dalam pelaksanaan penelitian, penulis melakukan

wawancara kepada pihak-pihak yang terkait yaitu masyarakat dan petani sagu .

2. Dokumentasi Menurut Arikunto (2006 ) metode dokumentasi merupakan suatu

cara untuk memperoleh data atau informasi mengenai berbagai hal yang ada

kaitannya dengan penelitian dengan jalan melihat kembali laporan-laporan

tertulis baik berupa angka ataupun keterangan (tulisan atau papan, tempat dan

orang). Pada penelitian ini metode dokumentasi dipakai untuk mengetahui

profil petani sagu. Selain data-data laporan tertulis, untuk penelitian juga digali

berbagai data informasi dan referensi dari berbagai sumber pustaka, media

masa dan internet.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif, suatu

penelitian kualitatif berguna untuk mengembangkan teori yang telah dibangun

dari data yang sudah didapatkan di lapangan. Metode penelitian kualitatif pada

tahapawalnya peneliti melakukan penjelajahan, kemudian dilakukan pengumpulan

data sampai mendalam, mulai dari observasi hingga penyusunan laporan terkait

dengan potensi yang dimiliki tanaman sagu untuk dimanfaatkan sebagai pangan

dalam upaya membangun ketahanan pangan di Desa Takkalala.

Cara mengampil sampel yaitu memberikan sebuah kouisenr dalam bentuk

pertanyaan lalu responden mengisi pertanyaan dengan benar.

3.7 Defenisi Operasional

1. Potensi sagu adalah sebuah kemampuan dasar yang dimiliki yang masih bisa

berkembang.

2. Produk olahan sagu adalah suatu hasil dari pemanfaatan tanaman sagu, yaitu

dange yang merupakan salah satu produk dari sagu yang dikeringkan dan

biasanya dimakan sebagai pengganti beras.

3. Ketahanan pangan merupakan kemampuan memiliki sejumlah pangan yang

cukup untuk kebutuhan dasar

Page 27: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

14

4. Ketersedian tanaman sagu dengan adanya tanama sagu masyrakat dapat

mengelolah dan mengkonsumsi sagu menjadi salah satu makanan pokok

smasyarakat, terutama masyarakat malangke.

Page 28: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

15

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Keadaan Geografis

Penelitian ini dilakukan di Desa Takkalala Kecamatan Malangke

Kabupaten Luwu Utara. Desa Takkalala terdiri dari 3 dusun, yaitu Dusun

Rampoang, Dusun Takkala dan Dusun Pamambong. Secara administratif letak

Desa Takkalala disebelah Utara berbatasan dengan Desa Makitta, sebelah Barat

berbatasan dengan Desa Pamombong, sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk

Bone dan disebelah Timur berbatasan dengan Desa Malangke.

Berdasarkan letaknya, Desa Takkalala merupakan salah satu desa yang

mempunyai potensi lahan pertanian yang luas. Adanya jalan yang baik merupakan

keuntungan tersendiri bagi penduduk Desa Takkalala khususnya dibidang

transportasi. Terdapatnya jalan aspal ini memungkinkan mobilitas penduduk akan

semakin tinggi, juga memudahkan hubungan dengan pihak luar khususnya

instansi-instansi pemerintah dan pihak swasta yang berkepentingan dalam hal

pengembangan pedesaan.

b. Keadaan Penduduk

Penduduk adalah kelompok orang yang bertempat tinggal pada suatu

tempat yang memiliki aturan yang mengikat sehingga dapat hidup berdampingan

secara utuh dan diatur oleh kaidah yang berlaku di daerah tersebut. kegiatan

penduduk sangat dipengaruhi oleh mobilitas penduduk itu sendiri seperti

kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah

lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi

komposisi penduduk dalam suatu wilayah. Keadaan penduduk dapat ditinjau dari

berbagai aspek dan sudut pandang seperti berdasarkan tingkat umur dan jenis

kelamin, tingkat pendidikan dan mata pencaharian penduduk.

1) Keadaan Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Klasifikasi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin secara

garis besar dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu anak-anak, remaja dan

dewasa serta kelompok penduduk laki-laki dan perempuan.

Page 29: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

16

Jumlah penduduk di Desa Takkalala 1.005 jiwa terbagi atas 506 jiwa

penduduk laki-laki dan penduduk perempuan sebanyak 499 jiwa yang terdiri atas

216 rumah tangga dengan rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebanyak 4

orang. Jumlah penduduk di Desa Takkalala yang diklasifikasikan menurut

kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Desa

Takkalala

No Umur

(Tahun)

Jenis Kelamin Jumlah

(Jiwa)

Persentase

(%) Laki-

laki Perempuan

1 0 – 14 101 92 193 19,20

2 15 – 64 328 311 639 63,58

3 ≥ 65 77 96 173 17,21

Jumlah 506 499 1.005 100,00

Sumber: Kantor Desa Takkalala (2020)

Data pada tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa sebagian besar

masyarakat di Desa Takkalala tergolong ke dalam kelompok umur yang masih

produktif dengan jumlah yang cukup besar mencapai 63,58%. Hal ini

mengindikasikan bahwa di Desa Takkalala tersedia tenaga kerja yang produktif

dalam jumlah yang relatif besar sebagai penopang keberlangsungan industri di

daerah setempat dan sekitarnya dalam rangka peningkatan tingkat ekonomi di

daerah tersebut.

2) Keadaan Penduduk menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan berkaitan erat dengan penguasaan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Di samping itu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi

memudahkan penduduk dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidup, sehingga

taraf hidupnya selalu meningkat. Sebaliknya, tingkat pendidikan yang rendah

dapat menyebabkan lambannya kenaikan taraf hidup dan akibatnya kemajuan

menjadi terhambat.

Menurut tingkat pendidikannya, penduduk dapat dikelompokkan menjadi

penduduk yang buta huruf dan yang melek huruf. Penduduk yang melek huruf

dapat dikelompokkan lagi menurut tingkat pendidikannya, seperti kelompok tidak

sekolah, tidak tamat Sekolah Dasar, tamat Sekolah Dasar, tamat Sekolah

Menengah Pertama, tamat Sekolah Menengah Atas, tamat Akademi/Perguruan

Page 30: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

17

Tinggi dan lain-lain. Jumlah penduduk di Desa Takkalala yang diklasifikasi

menurut tingkat pendidikan yang telah dilaluinya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Desa Takkalala

No Tingkat Pendidikan Jumlah

(Jiwa)

Persentase

(%)

1 Belum Sekolah 45 4,48

2 Tidak pernah sekolah 7 0,70

3 Tamat SD 129 12,84

4 Tamat SLTP 292 29,05

5 Tamat SLTA 515 51,24

6 Diploma 5 0,50

7 S1 12 1,19

Jumlah 1.005 100,00

Sumber: Kantor Desa Takkalala (2020)

Data pada tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa sebagian besar

masyarakat di Desa Takkalala hanya menyelesaikan pendidikannya sampai

Tingkat Sekolah Lanjutan Menengah Atas (SMA) dan sangat jarang dari

penduduk di Desa Takkalala yang melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi.

Hal tersebut dikarenakan setelah menyelesaikan pendidikan ditingkatan Sekolah

Menengah Atas (SMA) para penduduk yang masih tergolong dalam umur yang

produktif tersebut disibukkan dengan rutinitas mencari pekerjaan dalam rangka

meningkatkan kualitas perekonomian mereka. Disamping itu, secara umum

penduduk di Desa Takkalala telah memiliki kesadaran akan pentingnya

pendidikan, hal itu terlihat bahwa responden mempunyai tingkat pendidikan yang

cukup baik yaitu tamat Sekolah Menengah Atas (SMA), walaupun sarana dan

prasarana pendidikan formal khususnya Sekolah Menengah Atas (SMA) tidak

tersedia di Desa Takkalala.

3) Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian

Analisis jumlah penduduk menurut mata pencaharian adalah penduduk

yang dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan pekerjaan atau mata

pencahariannya, seperti petani, nelayan, pengusaha besar atau sedang, pengrajin

atau industri kecil, buruh industri, buruh bangunan, buruh pertambangan, buruh

perkebunan, pedagang, pengangkutan, Pegawai Negeri Sipil (PNS), ABRI,

pensiunan baik pegawai negeri maupun ABRI, peternak dan lain-lain. Struktur

penduduk menurut mata pencaharian berkaitan dengan distribusi atau penyebaran

Page 31: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

18

tenaga kerja, penyediaan lapangan pekerjaan, serta penyediaan fasilitas yang dapat

memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis-jenis mata pencaharian di wilayah

tersebut. Jumlah penduduk di Desa Takkalala yang diklasifikasi menurut mata

pencahariannya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian di Desa Takkalala

No Mata Pencaharian Jumlah

(Jiwa)

Persentase

(%)

1 Petani 482 84,12

2 PNS 18 3,14

3 Wiraswasta 29 5,06

4 Karyawan Swasta 37 6,46

5 Honorer 7 1,22

Jumlah 573 100,00

Sumber: Kantor Desa Takkalala (2020)

Data pada tabel tersebut menunjukkan bahwa mata pencaharian yang

sebagian besar digeluti oleh penduduk di Desa Takkalala adalah sebagai petani.

Hal tersebut dikarenakan sebagian besar wilayah di Desa Takkalala merupakan

lahan pertanian yang subur yang sangat cocok untuk mengembangkan usaha di

bidang pertanian.

2. Identitas Responden

Identitas responden memberikan gambaran tentang keadaan responden

produsen sagu basah dan konsumen sagu. Identitas responden pada penelitian

ditinjau dari berbagai aspek antara lain umur, jenis kelamin, pendidikan dan

jumlah anggota keluarga.

a. Umur Responden

Umur merupakan suatu tolak ukur dalam kehidupan seseorang yang diukur

setiap tahun sejak dari tahun lahir sampai dengan sekarang, maka dengan itu umur

sangat mempengaruhi kemampuan seseorang baik dari segi kemampuan fisik, dan

cara berfikir. Semakin muda umur seorang produsen sagu basah, maka dengan

sangat mudah menerima informasi serta penggunaan teknologi dalam bidang

pertanian dibandingkan dengan produsen sagu basah yang sudah berumur tua

yang nyatanya sudah sulit berinteraksi baik dari segi pendengaran, penglihatan

sehingga dapat mempengaruhi cara berfikir dan kemampuan untuk bekerja.

Page 32: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

19

Sebaran responden produsen sagu basah menurut umur dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 5. Identitas Responden Produsen Sagu Basah Menurut Umur

No Umur

(Tahun)

Jumlah

(Orang)

Persentase

(%)

1 15-29 0 0

2 30-44 0 0

3 45-59 2 100

4 ≥ 60 0 0

Jumlah 2 100

Sumber: Data Primer Diolah (2020)

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa semua responden

(100%) berusia antara 45-59 tahun.

Adapun sebaran responden konsumen sagu menurut umur dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 6. Identitas Responden Konsumen Sagu Menurut Umur

No Umur

(Tahun)

Jumlah

(Orang)

Persentase

(%)

1 15-29 1 2,9

2 30-44 18 53,0

3 45-59 13 38,2

4 ≥ 60 2 5,9

Jumlah 34 100

Sumber: Data Primer Diolah (2020)

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang

berumur antara 15-29 tahun berjumlah 1 orang atau 2,9% dari seluruh jumlah

responden, responden yang berumur antara 30-44 tahun berjumlah 18 orang atau

53% dari seluruh jumlah responden, responden yang berumur antara 45-59 tahun

berjumlah 13 orang atau 38,2% dari seluruh jumlah responden dan responden

yang berumur 60 tahun ke atas berjumlah 2 orang atau 5,9% dari seluruh jumlah

responden.

b. Jenis Kelamin Responden

Jenis kelamin produsen sagu basah secara tidak langsung dapat

mempengaruhi usaha yang dikelolahnya. Produsen sagu basah dengan jenis

kelamin perempuan cenderung kurang maksimal dalam melakukan kegiatan

usahanya karena kemampuan fisik perempuan lebih rendah dibandingkan laki-

Page 33: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

20

laki. Produsen sagu basah dengan jenis kelamin perempuan dapat dikatakan

kurang efisien dalam penggunaan faktor produksi dibandingkan dengan produsen

sagu basah yang berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan data yang diperoleh dapat

dilihat bahwa responden produsen sagu basah yang berjenis kelamin laki-laki

berjumlah 2 orang atau 100% dari seluruh jumlah responden dan responden yang

berjenis kelamin perempuan tidak ada atau 0% dari seluruh jumlah responden. Hal

tersebut menunjukkan bahwa responden pada penelitian ini didominasi oleh laki-

laki, disebabkan karena kegiatan usaha produksi sagu basah lebih banyak

membutuhkan tenaga laki-laki serta kemampuan fisik laki-laki lebih kuat

dibandingkan dengan perempuan.

Adapun data responden konsumen sagu menunjukkan bahwa semua

responden sebanyak 34 orang (100%) berjenis kelamin perempuan.

c. Pendidikan Responden

Ilmu pengetahuan sebagian besar dipengaruhi oleh tingkat pendidikan.

Pendidikan yang relatif lebih tinggi menyebabkan produsen sagu basah lebih

mudah untuk berfikir serta mampu untuk mengimplementasikan teori langsung

kelapangan. Tingkat pendidikan yang diperoleh produsen sagu basah berasal dari

dua sumber, yaitu pendidikan formal dan informal. Pendidikan formal adalah

pendidikan yang pernah ditempuh mulai dari tingkat sekolah dasar sampai

perguruan tinggi. Sedangkan pendidikan informal adalah pengetahuan yang

diperoleh produsen sagu basah tanpa melalui sekolah.

Sebaran responden produsen sagu basah berdasarkan tingkat pendidikan

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Identitas Responden Produsen Sagu basah Menurut Tingkat Pendidikan

No Pendidikan Jumlah

(Orang)

Persentase

(%)

1 SD 2 100

2 SMP 0 0

3 SMA 0 0

Jumlah 2 100

Sumber: Data Primer Diolah (2020)

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa responden

produsen sagu basah yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD) berjumlah 2 orang

atau 100% dari seluruh jumlah responden, responden yang berpendidikan Sekolah

Page 34: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

21

Menengah Pertama (SMP) tidak ada atau 0% dari seluruh jumlah responden dan

responden yang berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) tidak ada atau 0%

dari seluruh jumlah responden.

Adapun sebaran responden konsumen sagu berdasarkan tingkat pendidikan

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8. Identitas Responden Konsumen Sagu Menurut Tingkat Pendidikan

No Pendidikan Jumlah

(Orang)

Persentase

(%)

1 SD 21 61,8

2 SMP 3 8,8

3 SMA 8 23,5

4 S1 2 5,9

Jumlah 34 100

Sumber: Data Primer Diolah (2020)

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa responden

konsumen sagu yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD) berjumlah 21 orang atau

61,8% dari seluruh jumlah responden, responden yang berpendidikan Sekolah

Menengah Pertama (SMP) berjumlah 3 orang atau 8,8% dari seluruh jumlah

responden, responden yang berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA)

berjumlah 8 orang atau 23,5% dari seluruh jumlah responden dan responden yang

berpendidikan Sarjana berjumlah 2 orang atau 5,9% dari seluruh jumlah

responden.

d. Jumlah Anggota Keluarga Responden

Produsen sagu basah sebagai kepala keluarga merupakan orang yang

bertanggung jawab dalam membiayai kehidupan semua anggota keluarga dalam

rumah tangga. Jumlah anggota keluarga tentunya akan mempengaruhi pendapatan

produsen sagu basah. Semakin besar jumlah tanggungan keluarga produsen sagu

basah akan termotivasi untuk bekerja memperoleh pendapatan yang besar agar

dapat memenuhi kebutuhan keluarganya.

Sebaran responden produsen sagu basah berdasarkan jumlah anggota

keluarga dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 35: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

22

Tabel 9. Identitas Responden Produsen Sagu basah Menurut Jumlah Anggota

Keluarga

No Anggota Keluarga

(Orang)

Jumlah

(Orang)

Persentase

(%)

1 1-4 0 0

2 5-8 2 100

Jumlah 2 100

Sumber: Data primer setelah diolah (2020)

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang

memiliki tanggungan dalam keluarga antara 1-4 orang tidak ada atau 0% dari

seluruh jumlah responden dan responden yang memiliki tanggungan dalam

keluarga 5-8 orang berjumlah 2 orang atau 100% dari seluruh jumlah responden.

Hal tersebut menunjukkan bahwa responden pada penelitian ini memiliki

tanggungan dalam keluarga sebanyak 5-8 orang yang berarti responden produsen

sagu basah harus bekerja keras untuk menghidupi atau membiayai 5-8 orang yang

termasuk dalam tanggungan keluarga. Disamping itu, banyaknya anggota

keluarga bisa menjadi tambahan tenaga kerja dalam usaha yang dikelola.

Adapun sebaran responden konsumen sagu berdasarkan jumlah anggota

keluarga dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 10. Identitas Responden Konsumen Sagu Menurut Jumlah Anggota

Keluarga

No Anggota Keluarga

(Orang)

Jumlah

(Orang)

Persentase

(%)

1 1-3 8 23,5

2 4-6 23 67,7

3 7-9 3 8,8

Jumlah 34 100

Sumber: Data primer setelah diolah (2020)

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang

memiliki tanggungan dalam keluarga antara 1-3 orang berjumlah 8 orang atau

23,5% dari seluruh jumlah responden, responden yang memiliki tanggungan

dalam keluarga 4-6 orang berjumlah 23 orang atau 67,7% dari seluruh jumlah

responden dan responden yang memiliki tanggungan dalam keluarga 7-9 orang

berjumlah 3 orang atau 8,8% dari seluruh jumlah responden.

Page 36: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

23

3. Potensi tanaman sagu dalam mendukung ketahanan pangan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi sagu basah produsen sagu

tiap kali produksi sebanyak 20 karung dan sebanyak 35 karung. Produksi sagu

basah dapat dilakukan 2x dalam sebulan. Harga sagu basah per karung sebesar

Rp 130.000. adapun keuntungan yang diperoleh produsen sagu basah yaitu

sebesar Rp 2.100.000 dan Rp 3.750.000 setiap kali produksi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi sagu konsumen per bulan

antara 1-2 kg berjumlah 28 orang (82,4%) dan konsumsi sagu per bulan antara 3-4

kg berjumlah 6 orang (17,6%). Semua responden sebanyak 34 orang menyatakan

bahwa olahan sagu dapat mendukung ketahanan pangan. Selain itu juga mereka

menyatakan bahwa olahan sagu dapat dijadikan sebagai pengganti beras.

4. Kendala yang dihadapi produksi sagu basah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kendala yang dihadapi dalam

produksi sagu basah yaitu akses menuju lokasi sangat jauh dan lokasi

pengambilan bahan baku sangat jauh, tidak adanya pemanfaatan limbah dan

pengolahan.

4.2 Pembahasan

Sagu merupakan salah satu tanaman penghasil karbohidrat yang sangat

potensial dalam mendukung program ketahanan pangan (Tarigans, 2011). Potensi

yang dimiliki tanaman sagu didalam mendukung ketahanan pangan di Desa

Takkalala Kecamatan Malangke yaitu hasil produksi sagu basah, frekuensi

produksi sagu basah, harga sagu basah, keuntungan dalam 1x produksi, konsumsi

sagu per bulan.

Desa Takkalala merupakan salah satu desa di Kecamatan Malangke yang

memiliki potensi sebagai habitat tanaman rumbia, ternyata dapat memberikan

keuntungan tersendiri untuk kemandirian ekonomi bagi masyarakat di desa

tersebut, buktinya batang rumbia yang muda banyak ditemukan di area rawa ini

dapat menjadi sumber peningkatan pendapatan tetap bagi masyarakat tersebut.

Sagu merupakan salah satu potensi yang dimiliki daerah ini, sedangkan potensi

lain juga masih banyak dalam mendukung kemandirian pangan daerah tersebut.

Pertumbuhan usaha sagu di Desa Takkalala sangat berjalan pesat, terutama pada

daerah pinggiran maupun aliran sungai (DAS). Banyak masyarakat di Desa

Page 37: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

24

Takkalala mengolah sagunya secara alami. Selain untuk kebutuhan sehari-hari

(sendiri) juga bisa dibuat kue tradisonal yang dibuat pada hari-hari besar Islam

dan diperjual-belikan.

Sagu basah adalah produk sagu yang dijajakan dalam kondisi masih basah

dan produk ini merupakan bahan setengah jadi. Umumnya produk dari olahan

sagu dijual oleh pengolah sagu dalam bentuk sagu basah. Pengolah sagu sebagai

produsen utama dalam usaha sagu ini. Sagu basah merupakan produk yang sudah

dikenal oleh masyarakat dari hasil olahan tanaman sagu sebelum diolah menjadi

makanan pokok lainnya.

Hasil produksi sagu basah sebanyak 20-35 karung. Olahan sagu basah

dikemas dalam bentuk karung yang berisi 50 kg, setelah sampai ke pengepul besar

sagu dikemas ulang dengan berat 15 kg di dalam anyaman daun yang dikenal oleh

masyarakat sekitar secara turun temurun dengan nama tumang. Jika dikonversikan

ke dalam satuan kg, maka hasil produksi sagu basah dalam 1x produksi adalah

1.000 kg – 1.750 kg. Hasil frekuensi produksi sagu basah sebanyak 2x dalam

sebulan. Sehingga hasil produksi sagu basah yang diperoleh antara 2.000 kg –

3.500 kg.

Harga sagu basah per karung sebesar Rp 130.000. jika diestimasikan ke

dalam rupiah, maka hasil produksi sagu basah per bulan antara 40-70 kg dapat

menghasilkan pendapatan sebesar Rp 5.200.000 – Rp 9.100.000. hal ini tentu

berdampak terhadap pendapatan pengolah sagu yang secara tidak langsung dapat

meningkatkan tingkat ekonomi mereka. Dengan kata lain, bahwa dengan

mengusahakan sagu basah maka menjadikan sagu tersebut sebagai pendukung

ketahanan pangan di Desa Takkalala.

Dari segi konsumsi rumah tangga terhadap produk sagu diperoleh hasil

konsumsi sagu per bulan antara 1-4 kg. Hal ini menunjukkan bahwa sagu dapat

menjadi bahan pengganti makanan pokok (beras) yang dapat dikonsumsi sehari-

hari sehingga dapat mendukung ketahanan pangan nasional. Selain itu, sagu

berpotensi sebagai substitusi bahan baku pembuatan kue, mie, makanan penyedap,

berbagai jenis minuman, perekat, industri farmasi, biodegradable plastic dan

sumber bahan baku etanol.

Page 38: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

25

Sagu sebagai makanan pokok terbukti menjadi penghasil karbohidrat yang

dapat memberikan daya hidup sebagian penduduk. Jadi sagu telah menjadi sumber

karbohidrat alternatif penunjang ketahanan pangan. Mekanisasi pertanian secara

umum serta alat dan mesin pertanian secara khusus memiliki peran dan potensi

yang sangat strategis karena kontribusinya dalam meningkatkan efisiensi dan

produktivitas sumberdaya dalam rangka menunjang ketahanan pangan, dan

meningkatkan kualitas melalui pengolahan dan diversivikasi produk yang

menghasilkan nilai tambah dalam mendukung program pengembangan ekonomi

masyarakat petani sagu.

Kendala yang dihadapi dalam produksi sagu basah yaitu akses menuju

lokasi dan lokasi pengambilan bahan baku sangat jauh. Masalah utama yang

dihadapi dalam pemanfaatan sagu adalah lokasi hutan sagu yang jauh dari

infrastruktur dan tidak tersedianya alat dan mesin untuk pengolahan, sehingga

pengolahan masih dilakukan secara tradisional dengan kapasitas olahan rendah.

Pengelolaan yang masih dilakukan secara tradisional mengakibatkan

perekonomian masyarakat petani sagu tidak kunjung membaik.

Selain faktor lokasi, kendala lain yang masih dihadapi dalam

mengembangkan usaha sagu di Desa Takkalala adalah masih tergolong usaha

individu. Oleh karena itu, pendirian industri rumahan diharapkan sesama pengolah

sagu bisa saling bekerja sama dan dapat menciptakan lapangan kerja di Desa

Takkalala terutama untuk kaum perempuan. Untuk mendirikan industri rumahan

diperlukan tempat yang luas sebagai lokasi produksi. Kendala dari segi produk

(product), saat ini hasil olahan sagu yang dipasarkan masih dalam bentuk sagu

basah yang dikemas dengan menggunakan anyaman daun atau tumang. Sagu

basah sangat rentan terhadap kerusakan apabila disimpan dalam waktu yang

cukup lama. Kemudian untuk pembuatan tepung sagu diperlukan alat-alat

mekanis dan bahan baku yang banyak untuk mempertinggi efisiensi hasil, waktu

dan biaya. Mendapatkan alat-alat mekanis tersebut diperlukan modal yang besar.

Kendala dari segi harga (price), harga masih ditentukan oleh pembeli yaitu

pengepul besar. Kendala dari segi tempat (place), belum ada lokasi produksi

untuk menyatukan para pengolah sagu. Kemudian saluran distribusi yang pendek

mengakibatkan margin masih ada ditangan pengepul. Kendala dari segi promosi

Page 39: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

26

(promotion), pameran jarang dilakukan dan pengolah sagu tidak mengetahui

teknik penjualan secara online. Kendala dari segi orang (people), pengolah sagu

tidak mengetahui peranan people untuk terjun ke pasar yang lebih besar. Kendala

tersebut dapat di atasi, jika mendapat dukungan dan bantuan dari lembaga,

organisasi maupun pemerintah setempat yang membawahi industri rumahan ini.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Alfons (2011) yang berjudul

Sagu Mendukung Ketahanan Pangan Dalam Menghadapi Dampak Perubahan

Iklim. Hasil penelitian Alfons (2011) menunjukkan bahwa potensi lahan sagu di

Maluku cukup luas, demikian pula dengan potensi produksinya cukup tinggi (30

t/ha/th), jauh melebihi sumber pangan lainnya (padi, jagung, dan kentang).

Tepung sagu dan produk olahannya dapat dikelompokkan sebagai pangan

fungsional karena memiliki kandungan karbohidrat (84,7%) dan serat pangan

(3,69-5,96%) yang cukup tinggi, indeks glikemik (28) rendah, dan mengandung

pati resisten, polisakarida bukan pati, dan karbohidrat rantai pendek yang sangat

berguna bagi kesehatan. Proses budidaya sagu (pra-panen) sampai pengolahan

tepung sagu basah (pasca panen) dilakukan secara alami, sehingga tepung sagu

dapat dikategorikan sebagai pangan organik 100%.

Sejalan dengan penelitian Haryanto (2015) yang berjudul Potensi dan

Pemanfaatan Pati Sagu dalam Mendukung Ketahanan Pangan di Kabupaten

Sorong Selatan Papua Barat. Hasil pemetaan area potensi sagu mencapai 311,5

ribu ha dan tersebar di 8 distrik dengan potensi pati sagu sebesar 2,9 juta ton.

Areal sagu terluas terdapat di distrik Kais sebesar 63,8 ribu ha, Kokoda 61,3 ribu

ha, Inanwatan 55,5 ribu ha, Saefi 39,6 ribu ha dan Kokoda utara 34,5 ribu ha.

Kerapatan pohon sagu masa tebang setiap ha mencapai 67 pohon dan diameter

rata-rata 41,2 cm dengan tinggi pohon 9,9 m. Estimasi produksi sagu mencapai

9,7 ton per ha. Sejalan pula dengan penelitian Kusuma (2013) yang berjudul

Potensi Tanaman Sagu {Metroxylon sp.) dalam Mendukung Ketahanan Pangan di

Indonesia, yang menunjukkan bahwa sagu dapat diolah menjadi panganan

tradisional, tepung sagu dan turunannya seperti tepung sagu termodifikasi dan mi

sagu, serta pati sagu dan turunannya seperti edible film, makanan pendamping

ASI, dan sohun. Sedangkan untuk kebutuhan non-pangan, sagu dapat

dimanfaatkan menjadi bioethanol dan Protein Sel Tunggal.

Page 40: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

27

Kelebihan penelitian ini data terperinci yang diperoleh untuk menghitung

produksi sagu basah produsen sagu tiap kali produksi, waktu produksi dalam

sebulan, harga sagu dan jumlah keuntungan yang diperoleh. Sementara

kekurangan dari penelitian ini, yaitu kendala terkait pengolahan sagu hanya

terbatas pada jarak tempuh ke lokasi.

Page 41: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

28

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Potensi yang dimiliki tanaman sagu didalam mendukung ketahanan pangan di

Desa Takkalala Kecamatan Malangke yaitu hasil produksi sagu basah,

frekuensi produksi sagu basah, harga sagu basah, keuntungan dalam 1x

produksi, konsumsi sagu per bulan.

2. Kendala yang dihadapi dalam produksi sagu basah di Desa Takkalala

Kecamatan Malangke yaitu akses menuju lokasi sangat jauh dan lokasi

pengambilan bahan baku sangat jauh.

5.2 Saran

Dari kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Diharapkan bagi pemerintah setempat untuk memberikan penyuluhan dan

pemberdayaan kepada petani sagu dalam rangka peningkatan luas lahan dan

produksi sagu.

2. Bagi para produsen sagu basah hendaknya mampu untuk meminimalisir biaya

usaha yang dikeluarkan sehingga usaha sagu basah yang mereka usahakan

bisa lebih efisien atau menguntungkan.

Page 42: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

29

DAFTAR PUSTAKA

Alfonfs, J. B dan Rivaie, A. A. 2011. Sagu Mendukung Ketahanan Pangan Dalam

Menghadapi Dampak Perubahan Iklim, Perspektif"Vol. 10 No. 2 /Des

2011. Him81-91ISSN:1412-8004.

www.perkebunan.litbang.pertanian.go.id, diakses 15 Maret 2019.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik) : Suatu

Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Hariyanto, B. 2011. Manfaat Tanaman Sagu (Metroxylon Sp) dalam Penyediaan

Pangan dan dalam Pengendalian Kualitas Lingkungan. J.Tek. Ling. 12

(2): 143 – 152. www. ejurnal.bppt.go.id, diakses 21 Maret 2019.

Haryanto, B. Mubekti dan Putranto,A. T. 2015. Potensi dan Pemanfaatan Pati

Sagu dalam Mendukung Ketahanan Pangan di Kabupaten Sorong

Selatan Papua Barat. Jurnal Pangan. Vol. 24 No. 2, 97-106.

jurnalpangan.com/index.php/pangan/article/view/23/18, diakses 22 April

2019.

Hastuty, S. 2015. Peluang Pemanfaatan Lahan Kosong untuk Budidaya Tanaman

Sagu (Metroxylon Sago) di Kelurahan Bosso Kabupaten Luwu. Prosiding

Seminar Nasional. Volume 02, Nomor 1.

https://journal.uncp.ac.id/index.php/proceding/article/view/568/498,

diakses 16 Maret 2019.

Isaelidis, J. C. (2001). Nutrition-Single Cell Protein, Twenty Years later. Journal

Of Plantantion Based Industry, Volume 5 Nomer 2, pg 77-83.

www.biopolitics.gr/, diakses 12 Maret 2019.

La Teng, P. N. dan Sutanto, S. 2010. Utilization Of Sago Cake As A Basic

Material For Single Cell Protein (Sep) Production. Journal Of

Plantantion Based Industry, Volume 5 Nomer 2, pg 77-83.

https://www.ijcmas.com/.../Gour%20Suman,%20et%20al.pdf, diakses 16

Maret 2019.

Parama, T. W. Indrianti, N. Ekafitri, R. 2013. Potensi Tanaman Sagu (

Metroxylon sp.) dalam Mendukung Ketahanan Pangan di Indonesia.

Jurnal Pangan, Vol. 22 No. 1 Maret: 61 – 76.

jurnalpangan.com/index.php/pangan/article/view/78, diakses 12 April

2019.

Page 43: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

30

L A M P I R A N

Page 44: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

31

Page 45: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

32

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO

Jln. Latamacelling No. 19 Kota Palopo, Sulawesi Selatan

Tlp. 0471-22111, Fax. 0471-325055, Website: www.uncp.ac.id

KUESIONER PENELITIAN

Judul Proposal : Potensi Tanaman Sagu dalam Mendukung Ketahanan

Pangan di Desa Rampoang Kecamatan Malangke.

Nama Peneliti : Lulung Asdar

NIM : 1602405061

No. HP : 082347636678

Petunjuk pengisian:

1. Berikut terdapat sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian yang

akan dilaksanakan oleh peneliti.

2. Kuesioner ini semata-mata untuk keperluan akademis, mohon dijawab dengan

benar.

3. Bacalah dan jawablah semua pertanyaan dengan teliti tanpa ada yang

terlewatkan.

4. Atas ketersediaan dan kerjasama Bapak/Ibu dalam mengisi kuesioner ini, saya

ucapkan terima kasih.

A. Identitas Responden

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Jumlah anggota keluarga :

Pekerjaan :

Alamat :Desa Dusun

Pendidikan Terakhir :

Jenis Kelamin :(L) (P)

No. Responden :

Page 46: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

33

I. Produksi Sagu Basah

1. Berapa banyak sagu yang dihasilkan dalam satu kali produksi?

Jawab: ....................................................................................................................................

2. Berapa kali dalam sebulan memproduksi sagu basah?

Jawab: ....................................................................................................................................

3. Dari mana sumber air yang anda gunakan dalam produksi sagu? Apakah air

yang digunakan mempegaruhi kualitas sagu?

Jawab: ....................................................................................................................................

4. Berapa harga sagu basah perkarung?

Jawab: ...................................................................................................................................

5. Sistem pemasaran apa yang bapak gunakan dalam menjual sagu basah?

Jawab: ...................................................................................................................................

6. Adakah teknologi yang anda gunakan?

Jawab: ...................................................................................................................................

7. Berapa biaya yang di keluarkan dalam memproduksi sagu?

Jawab: ...................................................................................................................................

8. Berapa keuntungan anda dalam 1 kali produksi?

Jawab ....................................................................................................................................

9. Bagaimana sistem pengupahan tenaga kerja yang bapak lakukan?

Jawab: ...................................................................................................................................

10. Dari mana asal sagu bapak yang anda olah?

Jawab: ..................................................................................................................................

Page 47: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

34

11. Sudah berapa lama bapak memperoduksi sagu basah?

Jawab: ...................................................................................................................................

12. Dimana saja anda jual olahan sagu basah tersebut?

Jawab: ...................................................................................................................................

13. Apa saja kendala dalam produksi sagu?

Jawab: ...................................................................................................................................

14. Apa saja kendala dalam pemasaran sagu?

Jawab: ...................................................................................................................................

15. Apa dampak produksi sagu terhadap lingkungan?

Jawab: ...................................................................................................................................

16. Adakah sarana prasana dari pemerintah?

Jawab: ....................................................................................................................................

Page 48: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

35

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO

Jln. Latamacelling No. 19 Kota Palopo, Sulawesi Selatan

Tlp. 0471-22111, Fax. 0471-325055, Website: www.uncp.ac.id

KUESIONER PENELITIAN

Judul Proposal : Potensi Tanaman Sagu dalam Mendukung Ketahanan

Pangan di Desa Rampoang Kecamatan Malangke.

Nama Peneliti : Lulung Asdar

NIM : 1602405061

No. HP : 082347636678

Petunjuk pengisian:

1. Berikut terdapat sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian yang

akan dilaksanakan oleh peneliti.

2. Kuesioner ini semata-mata untuk keperluan akademis, mohon dijawab dengan

benar.

3. Bacalah dan jawablah semua pertanyaan dengan teliti tanpa ada yang

terlewatkan.

4. Atas ketersediaan dan kerjasama Bapak/Ibu dalam mengisi kuesioner ini, saya

ucapkan terima kasih.

B. Identitas Responden

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Jumlah anggota keluarga :

Pekerjaan :

Alamat :Desa Dusun

Pendidikan Terakhir :

Jenis Kelamin :(L) (P)

No. Responden :

Page 49: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

36

II. Rumah Tangga

1. Berapa banyak sagu anda konsumsi dalam 1 bulan?

Jawab: .............................................................................................................................

2. Diolah menjadi apa saja sagu yang anda beli?

Jawab: .............................................................................................................................

3. Dalam 1 kali pembelian berapa banyak sagu yang anda beli?

Jawab: .............................................................................................................................

4. Siapa saja yang mengkonsumsi olahan sagu dalam RT?

Jawab: .............................................................................................................................

5. Seberapa sering anda mengkonsmsi olahan sagu?

Jawab: .............................................................................................................................

6. Apakah olahan sagu sangat mendukung ketahanan pangan?

Jawab: .............................................................................................................................

7. Apakah sagu yang anda beli langsung di konsumsi atau di jual kembali?

Jawab: .............................................................................................................................

8. Menurut Bapak/Ibu apakah hasil olahan tanaman sagu dapat menjadi

pengganti beras ?

Jawab: ...........................................................................................................................

9. Dalam 1 hari berapa kali konsumsi sagu?

Jawab?

Page 50: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

37

Identitas Responden Konsumen Tanaman Sagu

NO NAMA UM JK PD AK

Jumlah Konsumsi Frekuensi Olahan Sagu Olahan Sagu

Sagu Konsumsi Mendukung Sebagai

Per Bulan (Kg) Sagu Ketahanan Pangan Pengganti Beras

1 Sariana 43 P SD 7 2 Kadang-Kadang Sangat Mendukung Bisa

2 Rasmiati 50 P SD 4 2 Kadang-Kadang Sangat Mendukung Bisa

3 Isnaeni K. 41 P S1 6 2 Kadang-Kadang Sangat Mendukung Bisa

4 Nurhaeni 31 P SD 4 3 Tidak Menentu Sangat Mendukung Bisa

5 Marni 35 P SD 4 1 Kadang-Kadang Sangat Mendukung Bisa

6 Nur Samsia 49 P SMP 5 2 Tiap Hari Sangat Mendukung Bisa

7 Juasni 45 P SD 2 1.5 Kadang-Kadang Sangat Mendukung Bisa

8 Kasida 43 P SD 4 2 Kadang-Kadang Sangat Mendukung Bisa

9 Selpi A. 31 P SD 6 2 Kadang-Kadang Sangat Mendukung Bisa

10 Minatang 40 P SD 4 3 Kadang-Kadang Sangat Mendukung Bisa

11 Jusnaeni 45 P SD 3 2 Kadang-Kadang Sangat Mendukung Bisa

12 Jusni 45 P SD 8 3 Kadang-Kadang Sangat Mendukung Bisa

13 Asmiati 40 P SD 5 2 Kadang-Kadang Sangat Mendukung Bisa

14 Sinarmi 45 P SD 4 1 Kadang-Kadang Sangat Mendukung Bisa

15 Inda 50 P SD 5 2 Setiap Hari Sangat Mendukung Bisa

16 Rika 45 P SD 3 2 Kadang-Kadang Sangat Mendukung Bisa

17 Nadira 60 P SD 2 2 Setiap Hari Sangat Mendukung Bisa

18 Jumaini 50 P SD 4 2 Kadang-Kadang Sangat Mendukung Bisa

Page 51: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

38

19 Hamra 41 P SD 7 2 Kadang-Kadang Sangat Mendukung Bisa

20 Nur Hasna 62 P SMP 4 2 Kadang-Kadang Sangat Mendukung Bisa

21 Nurdaisa 50 P SD 5 2 Kadang-Kadang Sangat Mendukung Bisa

22 Tenri S. 48 P SMA 6 2 Kadang-Kadang Sangat Mendukung Bisa

23 Nurjanna 42 P SMA 3 2 Kadang-Kadang Sangat Mendukung Bisa

24 Eva Silvana 28 P SMA 4 1 Kadang-Kadang Sangat Mendukung Bisa

25 Eni 39 P S1 5 2 Kadang-Kadang Sangat Mendukung Bisa

26 Hasna 45 P SD 5 3 Kadang-Kadang Sangat Mendukung Bisa

27 Rahmayani 35 P SMA 3 1 Kadang-Kadang Sangat Mendukung Bisa

28 Rosmala 46 P SD 6 3 Kadang-Kadang Sangat Mendukung Bisa

29 Rosmita 38 P SMA 2 1 Kadang-Kadang Sangat Mendukung Bisa

30 Rosmini 43 P SMA 5 3 Kadang-Kadang Sangat Mendukung Bisa

31 Asriana 42 P SMP 4 2 Kadang-Kadang Sangat Mendukung Bisa

32 Andriani 38 P SMA 5 1 Kadang-Kadang Sangat Mendukung Bisa

33 Mila R 39 P SMA 3 1 Kadang-Kadang Sangat Mendukung Bisa

34 Nur Aeda 41 P SD 4 2 Kadang-Kadang Sangat Mendukung Bisa

KET:

Umur (UM)

Jenis Kelamin (JK)

Pendidikan (PD)

Anggota Keluarga (AK)

Page 52: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

39

Identitas Responden Produsen Sagu Basah

NO NAMA UM JK PD AK

Produksi Frekuensi Harga Biaya

Produksi Keuntungan

Lama

Produksi Target Kendala

Sagu Produksi

Sagu

Sagu

Basah Sagu Basah Dalam

Sagu

Basah Penjualan Produksi

(Karung) Per Bulan Per

Karung 1x Produksi (Tahun) Sagu Basah Sagu Basah

1 Ham

45 L SD 6 35 2x 130,000 750,000 3,750,000 3 Masyarakat dan Akses menuju

lokasi

Pengepul sangat jauh

2

Nurdin

46 L SD 7 20 2x 130,000 500,000 2,100,000 4 Masyarakat dan

Lokasi

pengambilan

bahan

Pengepul baku sangat

jauh

Page 53: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

40

Page 54: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

41

Page 55: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

42

Page 56: POTENSI TANAMAN SAGU DALAM MENDUKUNG KETAHANAN …

43