post and new modern perspective on accounting ethics

32
POST AND NEW MODERN PERSPECTIVE ON ACCOUNTING ETHICS MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi dengan dosen pengampu Agus Widarsono, SE, M.Si, Ak (2646) Oleh Audri Utaminingsih (1001833) Cantika Putri Hadiyanti (1005998) Elsa Syefira Qhoirunnisa (1003039) N. Siti Dwi Mawarni (1001495) Sri Dewi Saraswati (1005479)

Upload: elsa-syefira-qhoirunnisa

Post on 07-Aug-2015

303 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

Post and New Modern Perspective on Accounting Ethics merupakan salah satu tugas kelompok mata kuliah Etika Profesi dan Bisnis.

TRANSCRIPT

Page 1: Post and New Modern Perspective on Accounting Ethics

POST AND NEW MODERN PERSPECTIVE ON ACCOUNTING

ETHICS

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi

dengan dosen pengampu Agus Widarsono, SE, M.Si, Ak (2646)

Oleh

Audri Utaminingsih (1001833)

Cantika Putri Hadiyanti (1005998)

Elsa Syefira Qhoirunnisa (1003039)

N. Siti Dwi Mawarni (1001495)

Sri Dewi Saraswati (1005479)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2012

Page 2: Post and New Modern Perspective on Accounting Ethics

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah memberikan

rahmat dan bimbingan-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan

baik. Makalah dengan judul “Post and New Modern Perspective on Accounting

Ethics”, merupakan makalah yang ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas

mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi.

Kami, selaku penyusun makalah, ingin mengucapkan banyak terima kasih

kepada berbagai pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini baik

secara langsung maupun tidak langsung. Pihak-pihak tersebut diantaranya:

1. Bapak Drs. H. Tb. Aman F. Ak., MM., CPA dan Bapak Agus Widarsono,

S.E.,M.Si.Ak, selaku dosen pengampu mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi,

atas kesempatan dan saran   yang diberikan untuk penyusunan makalah ini.

2. Keluarga dan teman-teman yang telah memberikan dukungan baik secara

materil maupun immateril dalam penyusunan makalah ini.

3. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Kami

mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungannya.

Dengan segala kerendahan hati, kami pun menyadari makalah ini masih

jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mohon maaf atas segala kekurangan

yang terdapat pada makalah ini. Saran dan kritik yang membangun akan sangat

membantu kami untuk menyusun makalah dengan lebih baik lagi di masa

mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu

pengetahuan bagi pembaca sekalian.

Bandung, Desember 2012

Penyusun

i

Page 3: Post and New Modern Perspective on Accounting Ethics

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................2

1.4 Metode Penulisan.......................................................................................................3

1.5 Sistematika Penulisan................................................................................................3

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Postmodernism...........................................................................................................4

2.2 New-modernism.........................................................................................................10

2.3 Perbandingan Post & New-modernism......................................................................13

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Kasus Suap Auditor BPK...........................................................................................14

3.2 Analisis Kasus............................................................................................................15

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan................................................................................................................16

4.2 Saran…......................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

ii

Page 4: Post and New Modern Perspective on Accounting Ethics

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem akuntansi telah berkembang pesat dan melewati beberapa masa

dimana terdapat peran filsuf dan bidang keilmuan lain dalam

perkembangannya, selanjutnya paham-paham tersebut terus berganti

dikarenakan adanya perkembangan jaman dimana dasar ilmu harus dapat

menyelesaikan masalah-masalah yang timbul saat era tersebut. Akuntansi

mengadopsi beberapa paham untuk dijadikan sebagai dasar penyelesaian

permasalahan yang timbul dari berbagai macam padangan dalam bidang

keilmuan akuntansi tersebut.

Tuntutan dunia global semakin membuat bidang keilmuan akuntansi

tersebut berada pada batas dimana beragam sudut pandang diungkapkan

secara nyata dengan mengacu pada setiap perubahan yang ada, sehingga

dalam makalah ini kami akan mencoba membahas paham-paham terkini

terhadap etika akuntan dengan berbagai sudut pandang seperti post and new-

modern perspective on accounting ethics.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, timbullah beberapa pertanyaan yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan postmodernism?

2. Apa yang dimaksud dengan new-modernism?

3. Bagaimana perbedaan antara postmodernism dan new-modernism?

4. Pelanggaran yang terkait dengan postmodernism dan new-modernism?

5. Bagaimana analisis kasus postmodernism dan new-modernism?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah:

1. Mengetahui pengertian dari postmodernism.

2. Mengetahui pengertian dari new-modernism.

1

Page 5: Post and New Modern Perspective on Accounting Ethics

2

3. Memaparkan perbedaan antara postmodernism dan new-modernism.

4. Mengungkapkan pelanggaran yang terjadi dengan postmodernism dan

new-modernism.

5. Memaparkan analisis kasus postmodernism dan new-modernism.

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini

adalah studi literatur yaitu metode dengan cara membaca referensi dari buku

dan browsing di internet.

1.5 Sistematika Penulisan

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

1.4 Metode Penulisan

1.5 Sistematika Penulisan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Postmodernism

2.2 New-modernism

2.3 Hubungan dan Perbedaan antara Postmodernism dan New-modernism

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Kasus Suap Auditor BPK

3.2 Analisis Kasus

BAB IV PENUTUP

Page 6: Post and New Modern Perspective on Accounting Ethics

3

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 7: Post and New Modern Perspective on Accounting Ethics

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Post Modernism

Postmodernism adalah sebuah cara pandang yang mencoba

“meletakkan dirinya diluar paradigma modern, dalam arti bahwa ia menilai

modernisme bukan dari kriteria modernitas, tetapi melihatnya dengan cara

kontemplasi dan dekonstruksi.” (Hadiwinata, 1994). Postmodernism bukan

merupakan suatu bentuk gerakan yang utuh dan homogen di dalam dirinya,

sebagaimana ada alam bentuk pemikiran modernisme (Paradigma

Fungsionalisme/Positivisme) yang selalu sarat dengan sistematika, formalitas,

dan keteraturan. Sebaliknya, ia adalah sebuah gerakan yang mengandung

beraneka ragam pemikiran yang bersumber dari marxisme barat, structuralist

Perancis, nihilisme, etnometodologi, romantisme, populisme, dan

hermeneutika” (Hadiwinata, 1994). Karena keanekaragaman bentuk inilah

akhirnya dikatakan bahwa postmodernism tidak memiliki bentuk asli dari

dirinya (Triyuwono, 2006). Paradigma postmodernism muncul menjawab

kelemahan yang ada pada paradigma positivisme, dengan mencoba

memahami realitas secara lebih utuh dan lengkap (Triyuwono, 2006). Karena

kelemahan paradigma modernisme yang masih sebatas pemahaman terhadap

realitas pada lapisan materi (fisik) saja, sehingga konsep teori yang dibangun

hanya sebatas dunia materi dan belum mampu menyentuh dunia psikis dan

spiritual. Apalagi masuk pada atribut ketuhanan yang dijadikan dasar atas

sebuah keyakinan hakiki. Dengan kata lain, modernisme menghasilkan

produk pemikiran dengan ciri “penunggalan” yang berpijak pada hal-hal yang

bersifat universal, dan mensubordinasikan sesuatu yang lain (sang liyan),

(Triyuwono, 2006) yang berada diluar dirinya. Sehingga menyebabkan

modernisme bersifat parsial dalam segala bentuknya.

Akuntansi merupakan salah satu realitas yang kompleks. Untuk dapat

memahami realitas yang komplek memang tidak bisa dilakukan dengan

pendekatan yang dibatasi dengan orientasi fisik, tetapi harus mampu masuk

4

Page 8: Post and New Modern Perspective on Accounting Ethics

5

dalam orientasi spirit (jiwa). Karena begitu kompleksnya, di dalam akuntansi

harus berjalan bersamaan antara fisik dan spirit. Fisik merupakan perwakilan

dari aspek teknis pada kondisi praktik akuntansi, sedangkan spirit merupakan

perwakilan dari aspek akuntabilitas yang membawa akuntansi menjadi ilmu

yang tidak bebas nilai (non value free). Oleh karena itu, paradigma ini

menganggap bahwa teori akuntansi digunakan untuk menstimulasi (to

stimulate) kesadaran manusia pada tingkat yang lebih tinggi, yaitu kesadaran

emosi dan spiritual. Dengan melihat kondisi tersebut, artinya dalam

paradigma postmodernism memberikan pelengkap pada paradigma

modernisme yang masih memiliki keterbatasan pada anggapan bahwa realitas

materi adalah realitas sentral dan tunggal. Postmodernism mengakui adanya

realitas psikis, realitas spiritual, realitas sifat Tuhan dan realitas absolut

(Tuhan) (Triyuwono, 2006a). Realitas-realitas tersebut sejajar dengan realitas

materi dan diakui sebagai satu kesatuan yang tidak terpisah.

Dengan bertambahnya unsur realitas yang diakui dalam paradigma

postmodernism, berarti pandangan dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan

bersifat terbuka (inklusif). Metodologi yang digunakan untuk konstruksi ilmu

pengetahuan dapat didesain secara bebas dan bahkan para postmodernist

berargumentasi bahwa dalam konstruksi ilmu pengetahuan, postmodernism

tidak memiliki metode yang formal dan prosedur aturan yang harus

dikonfirmasi. Yang ada hanyalah the anti-rule atau anything goes (Rosenau,

1992). Jika modernisme mengatakan bahwa manusia dapat mengkonstruk

ilmu pengetahuan dengan unsur akal, maka postmodernism memberikan

tambahan pada unsur mental dan spiritual (Rosenau, 1992) yang tidak bisa

dikuantifikasi dalam paradigma modernisme. Sehingga ilmu pengetahuan

tidak bersifat sistematis, memiliki logika yang majemuk (heterogical), tidak

terpusat (de-centered), selalu berubah dan berkembang (ever changing) dan

bersifat lokal (Rosenau, 1992).

Melihat karakter postmodernisme yang demikian terlihat seolah

cenderung “memberontak” terhadap grand theory, khususnya teori induktif

yang terbiasa mencari generalisasi. Maka kita bisa menentukan tujuan

Page 9: Post and New Modern Perspective on Accounting Ethics

6

penelitian dari paradigma ini, adalah untuk melihat dan mengungkapkan

realitas sosial (akuntansi) sebagaimana adanya. Artinya, pertama, realitas

sosial dipahami menurut pemahaman masyarakat (subjek yang menciptakan

realitas sosial) dan diungkapkan oleh subjek peneliti dalam kontek sosial

budaya dan berfikir, dari masyarakat dimana realitas tersebut tercipta dan

dipraktekkan. Kedua, struktur formalitas ilmiah sebagaimana ada pada

positivisme (Rosenau, 1992). Ketiga, realitas sosial dipahami secara lebih

komplek, baik pada tingkat realitas materi ataupun pada struktur yang lebih

tinggi yaitu realitas psikis, spiritual, sifat Tuhan, dan Tuhan itu sendiri

sebagai realitas absolut (Triyuwono, 2006a). Kelemahan dari paradigma ini

terletak pada pendekatannya yang tidak terstruktur, tidak formal, tidak baku

dan cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah ilmiah yang biasa digunakan

peneliti pada umumnya. Sehingga banyak yang menganggap bahwa

paradigma ini tidak dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya. Hal

tersebut karena kita melihatnya masih berdasarkan pandangan umum suatu

metode ilmiah, yang ada pada aliran mainstream. Padahal dalam kontek

postmodernism yang akan menjadi fact finding dalam penelitiannya bukan

dilihat dari seberapa rumit dalam mencari kebenaran hipotesis dengan melihat

hubungan antar variabel yang diteliti dengan metode yang ada pada aliran

mainstream. Melainkan seberapa kuat konstruksi elemen yang diteliti dengan

pemaknaan dan penafsiran berdasarkan kajian yang diluar paradigma arus

utama (non mainstream paradigm). Sehingga dalam memahaminya kita harus

meletakkan pemikiran kita pada ranah dasar pemahaman atas karakter

paradigmanya masing-masing.

Pada perspektif postmodernism pada etika dengan yang lain pemikir

Jerman mengungkapkan: seorang filsuf abad kesembilanbelas (19) disebut

Friedrich Nietzsche, dengan alasan mendasar bahwa gagasan sifat moralitas

itu sendiri yang berbahaya, bukan perilaku tidak etisnya, Nietzsche

fundamental menantang fokus analisis etis konvensional (MacIntyre 1998).

Analisis postmodern mengacu pada premis dasar Nietzsche untuk mendorong

studi etika individual jauh dari pertanyaan tentang bagaimana seseorang harus

Page 10: Post and New Modern Perspective on Accounting Ethics

7

bersikap terhadap cara di mana pengertian tentang baik dan buruk datang

menjadi ada, yang dipertahankan dan beroperasi. Etika karena itu dilihat tidak

terutama dalam hal esensialis atau normatif, melainkan perspektif postmodern

mengeksplorasi bagaimana gagasan etika, dalam hal apa yang dapat diterima

dan tidak dapat diterima, datang untuk didefinisikan. Hugh Willmott (1998)

misalnya, berbicara tentang mempelajari apa yang ditempatkan di dalam dan

apa yang ditempatkan di luar kerangka referensi ketika gagasan etika

dipanggil dalam konteks tertentu atau wacana. Bagian dari postmodern etika

karena mengacu pada pekerjaan (tapi tidak dalam arti disengaja) yang

berlangsung dalam rangka untuk mempertahankan kerangka acuan. Salah satu

aplikasi yang paling berpengaruh dari perspektif semacam ini telah terjadi

dalam beberapa tahun terakhir melalui karya seorang intelektual Perancis

bernama Michel Foucault.

Foucault mengungkapkan kerangka etika dasar dalam bentuk empat

elemen utama (McPhail 1999):

1. The means: dimana kita mengubah diri kita sendiri agar menjadi

pelajaran etika: diri dikenakan disiplin;

2. The telos: tipe orang yang kita bercita-cita untuk menjadi ketika

kita berperilaku moral;

3. Ethical substance: bagian dari diri kita yang diambil untuk menjadi

domain yang relevan untuk penilaian etika;

4. The mode of subjection: cara di mana individu yang menghasut

untuk mengakui kewajiban moral mereka. Sebagai contoh,

beberapa kewajiban dapat ditimbulkan oleh doa agama sementara

yang lain dapat ditimbulkan oleh konvensi sosial, dan yang lain

lagi dengan analisis beralasan.

Foucault menggunakan istilah disiplin diri untuk merujuk pada

kekuatan disiplin yang sering kita mengerahkan terhadap diri kita sendiri

untuk mengatur tindakan kita. Seringkali ketika kita merenungkan bagaimana

kekuasaan bekerja biasanya kita berpikir dalam kerangka satu individu atau

kelompok individu melaksanakan kekuasaan terhadap individu lain yang

Page 11: Post and New Modern Perspective on Accounting Ethics

8

kurang kuat atau kelompok. Tentu saja hal ini modus kekuasaan tidak selalu

sangat efektif sebagai orang-orang terhadap siapa kekuasaan dijalankan dapat

menahan dalam banyak cara yang berbeda. Namun, Foucault tertarik

bagaimana individu secara sengaja dan dalam banyak cara gembira

menjalankan kekuasaan terhadap diri mereka sendiri. Sementara dalam

bentuk yang lebih terbuka dan menindas kontrol, hanya individu mungkin

enggan mematuhi, operasi kekuasaan melalui pembangunan subjektivitas

etika mungkin memiliki konotasi kurang mengancam. Seorang individu

mungkin sebenarnya merasakan kebaikan moral atau kebenaran melalui jenis

disiplin diri kekuasaan yang dilakukan oleh individu terhadap dirinya atas

nama etika. Sementara kekuasaan semacam ini mungkin jauh lebih efektif

dalam melayani kepentingan tertentu, Foucault tidak menyarankan bahwa ada

kelompok kontrol individu sengaja strategi tentang bagaimana cara terbaik

untuk mendapatkan kita untuk mendisiplinkan diri.

Karakteristik kedua dari konsepsi Foucault etik, yang telos, berkaitan

dengan jenis individu kita bercita-cita untuk menjadi ketika kita

mendisiplinkan diri kita untuk berperilaku moral. Sebelum kita melangkah

lebih jauh dengan jeda gagasan ini mari dan merenung sejenak. Membuat

catatan mental karakteristik seorang akuntan yang baik. Di mana Anda pikir

karakteristik ini berasal dan bagaimana Anda berpikir mereka mempengaruhi

tindakan Anda, jika sama sekali? Bagaimana tipe ideal Anda akuntan berbeda

dari cara akuntan disajikan di media dan film?

Kami ingin tahu apakah cara akuntansi yang diajarkan memiliki

dampak pada daftar karakteristik? Karena akuntansi umumnya diajarkan

dalam rubrik ekonomi pasar neoklasik, korporasi umumnya dianggap

bertanggung jawab kepada masyarakat terutama sejauh yang memaksimalkan

efisiensi sendiri dan kekayaan pemegang saham. Keputusan ekonomi yang

rasional dibenarkan murni dalam hal dampak keuangan mereka pada

keuntungan. Sedangkan tipe orang bahwa setiap akuntan individu.

Karakteristik ketiga dalam konsepsi Foucault etik adalah substansi etis.

Elemen ini mengacu pada bidang kehidupan kita yang kita ambil untuk

Page 12: Post and New Modern Perspective on Accounting Ethics

9

menjadi domain yang relevan untuk penilaian etika atau, dengan kata lain

cara, bagian-bagian dari kehidupan kita yang melibatkan penalaran moral

kita. Mari kita jeda lagi di titik ini dan meminta Anda untuk membuat catatan

mental dari semua aspek akuntansi di mana etika datang ke dalam bermain.

Seperti yang kita mencatat pada awal buku ini, banyak penelitian

menunjukkan bahwa akuntan hanya tidak melihat praktek akuntansi sebagai

sesuatu yang melibatkan setiap pertimbangan etika sama sekali.

Akhirnya, gagasan Foucault tentang modus tunduk mengacu pada

media dasar melalui mana kita datang untuk mengakui kewajiban moral kita.

Sebagai contoh, dalam akuntansi, tanggung jawab moral yang dibuahkan

terutama melalui rasional, analisis ekonomi, namun, modus tunduk sama bisa

maksim agama.

Oleh karena itu, karya Foucault telah digunakan untuk mengeksplorasi

bagaimana kekuasaan beroperasi dalam arti kreatif untuk membangun dan

mempertahankan subjektivitas etis akuntan individu. Memang, literatur kritis

dan pasca-strukturalis yang lebih luas akan menantang profesi akuntansi

untuk merefleksikan bagaimana kekuasaan beroperasi melalui etika

profesional dalam rangka untuk melayani kepentingan tertentu.

2.2 New Modernisme

Peradaban barat mengadopsi dua peradaban kuno yakni Yunani dengan

filsafat dan seni, dan Romawi dengan hukum dan tatanegaranya. Inilah

transisi masuknya bangsa barat menuju ke zaman modernisme. Yang

berkembang saat itu adalah industri dan ilmu pengetahuannya. Renaissance

yang sangat dielu-elukan merupakan transisi dari zaman kegelapan ke zaman

yang terang benderang. Sering tidak diceritakan dengan jelas bagaimana

transisi tersebut terjadi. Padahal sebenarnya masa transisi tersebut adalah

zaman penerjemah (translation ages). Artinya masa menerjemahkan karya

muslim ke bahasa latin agar dapat mengambil ilmu Islam yang telah

berkembang pesat saat itu.

Page 13: Post and New Modern Perspective on Accounting Ethics

10

Peran kita umat Islam luar biasa dalam memajukan peradaban barat

sehingga boleh dibilang bahwa munculnya peradaban barat karena peradaban

Islam. Salah satu faktor penting peradaban barat adalah penerjemahan karya

cendekiawan muslim yang diterjemahkan dalam bahasa latin.

Pada abad pencerahan ada 2 revolusi yang terjadi yakni revolusi

industri dan revolusi Perancis. Sehingga semua berubah menjadi scientific

view. Suatu pemikiran bahwa jika seseorang tidak ilmiah, maka dia tidak

maju. Trennya adalah belajar dan ilmu pengetahuan. Segala sesuatu dilihat

dari keilmuan. Zaman modernisme ini melahirkan banyak paham seperti:

1. Sekularisme

Salah satu pengertian sekularisme yang dikutip dari dalam

webster dictionary bahwasanya sekularisme didefinisikan sebagai “A

system of doctrines and practices that rejects any form of religious faith

and worship” (Sebuah sistem doktrin dan praktik yang menolak bentuk

apa pun dari keimanan dan upacara ritual keagamaan) atau sebagai:

“The belief that religion and ecclesiastical affairs should not enter into

the function of the state especially into public education” (Sebuah

kepercayaan bahwa agama dan ajaran-ajaran gereja tidak boleh

memasuki fungsi negara, khususnya dalam pendidikan publik).

Berangkat dari pengertian ini dapat diklasifikasikan bahwasanya

sekularisme terdiri dari:

1. sebuah sistem/kepercayaan/paham;  

2. pemisahan agama dari ruang publik.

Konsep ini lahir di eropa menjelang masa “Renaissance” / abad

pencerahan di Eropa. Berangkat dari  kondisi traumatis masyarakat

eropa terhadap dominasi gereja terhadap kehidupan publik dan

pembatasan rasionalisme di Eropa pada masa dark age, maka sebagai

suatu win win solution atas masalahnya, muncullah sekularisme.

Tokoh sekularisme adalah Mustafa Kamal Attaturk. Istilah

sekularisme pertama kali digunakan oleh penulis Inggris George

Holoyake pada tahun 1846. Walaupun istilah yang digunakannya

Page 14: Post and New Modern Perspective on Accounting Ethics

11

adalah baru, namun konsep kebebasan berpikir yang darinya

sekularisme didasarkan, telah ada sepanjang sejarah dan telah muncul

sebelum istilah penyebutan ”sekular” itu sendiri. Sekularisme sendiri

pada dasarnya adalah suatu paham yang muncul dari hasil pemikiran

manusia. Tentu saja terdapat tokoh yang menyuarakannya dan juga

sebagai suatu paham, tentu saja sekularisme ini menjadi pegangan

manusia dalam kehidupannya. Diantara sekian banyak tokoh yang

mendapat gelar tokoh sekular, ada beberapa orang yang secara langsung

menyebut bahwa dirinya menganut paham sekular. Tentu orang ini juga

bersikap sekular dalam masyarakat dan negara. Lebih adil jika

mencantumkan tokoh yang memang sadar bahwasanya dia mengakui

sendiri dia sekular, daripada mencantumkan orang yang mendapat label

sekular dari pihak lain. 

2. Rasionalisme

Definisi rasionalisme yaitu paham yang mendasarkan pada rasio

sebagai sumber kebenaran tertinggi, materialisme yang meletakkan

materi sebagai nilai tertinggi, empirisme yang mendasarkan atas

kebenaran fakta empiris (yang dapat ditangkap melalui indra manusia),

serta individualisme yang meletakkan nilai dari kebebasan individu

sebagai nilai tertinggi dalam segala aspek kehidupan masyarakat dan

negara.  Rasionalisme juga merupakan teori (paham) yg menganggap

bahwa pikiran dan akal merupakan satu-satunya dasar untuk

memecahkan problem (kebenaran) yang lepas dari jangkauan indra;

paham yg lebih mengutamakan (kemampuan) akal dari pada emosi atau

batin.

3. Empirisisme atau sering disebut positivisme

Dimana segala sesuatu yang terjadi di dunia ini selalu

berdasarkan sebab dan sebab itu akan terus berkembang dan dicari. Jadi

tidak ada konsep takdir. Paham ini menafikan keberadaan metafisis

dimana semua bisa dijangkau dengan akal. Melihat ciptaan bukan untuk

memperhatikan kebesaran Allah, tapi untuk mencari sebabnya. (Kita,

Page 15: Post and New Modern Perspective on Accounting Ethics

12

sebagai umat Islam, boleh menganggap ‘sebab akibat’ berperan dalam

hidup kita tapi kita juga harus melihat peran Allah disana)

4. Dikotomis

Paham yang memisahkan antar agama dengan kehidupan dunia.

5. Disakralisasi

Bahwa tidak ada sesuatu yang sakral di dunia ini, termasuk

wahyu juga bukan hal yang sakral.

6. Pragmatisme

Kepercayaan bahwa kebenaran atau nilai suatu ajaran (paham,

doktrin, gagasan, pernyataan, ucapan, dsb) bergantung pada

penerapannya bagi kepentingan manusia. Paham yang menyatakan

bahwa segala sesuatu tidak tetap, melainkan tumbuh dan berubah terus.

Pandangan yang memberi penjelasan yang berguna suatu permasalahan

dengan melihat sebab akibat berdasarkan kenyataan untuk tujuan

praktis.

Akhirnya sekularisme membuat para agamis hanya membicarakan

agama di tempat ibadah saja. Mereka tidak boleh membawa agama dalam

scientific. Dalam modernisme, sains adalah sesuatu yang sentral dan paling

populer sampai menggeser posisi Tuhan dan agama dikesampingkan. Ilmu

pengetahuan harus diproteksi dari agama (Kristen) karena agama memiliki

doktrin (dogmatis) yang tidak sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan.

Hal ini berbeda dengan Islam karena pengetahuan selalu mendukung

apa yang ada di dalam Islam. Contoh yang mungkin bertentangan dengan

Islam adalah hukum kekekalan energi yang memang tidak bisa dibuktikan

secara empiris. “Energi tidak bisa diciptakan dan tidak bisa dimusnahkan”.

Tidak ada yang bisa membuktikan apakah ada energi yang keluar ketika

misalnya adanya konversi energi listrik ke energi gerak.

2.3 Perbandingan Modernism dan New-modernism

2.3.1 Modernism

Page 16: Post and New Modern Perspective on Accounting Ethics

13

a. Alam diatur oleh undang-undang yang dapat ditemukan melalui

penyelidikan ilmiah.

b. Hukum bahwa alam diperintah dari jenis yang sama dengan yang

alam manusia atur.

c. Manusia mampu mengadakan perbaikan.

d. Setiap individu mengejar sejumlah tujuan obyektif manusia, seperti

kebahagiaan, pengetahuan, dan keadilan.

e. Kemiskinan manusia dan kerusakan akhlak itu karena ketidaktahuan.

f. Sifat manusia terdiri satu set dasar karakteristik mengingat bahwa

manusia dibedakan dari spesies lain. Sebuah keyakinan yang kuat

bahwa kemajuan dapat dibuat melalui penerapan alasan.

Sumber: berdasarkan Berlin (1993).

2.3.2 New-modernism

a. Penolakan besar, semua yang mencakup narasi besar.

b. Penolakan terhadap gagasan tentang kemajuan.

c. Penolakan terhadap gagasan sifat manusia yang diberikan, sering

disebut sebagai 'decentring of the subject’.

d. Delegitimisasi tradisi mapan dan otoritas.

e. Fragmentasi kesadaran ke dalam peran yang berbeda dan sering

bertentangan.

f. Menurunnya akademisi menjadi industri jasa.

g. Gare juga menunjukkan bahwa krisis lingkungan mungkin baik

merupakan gejala postmodernitas dan dakwaan modernitas.

Sumber: sebagian besar didasarkan pada Gare (1995) Mc.Phail

Page 17: Post and New Modern Perspective on Accounting Ethics

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kasus Suap Auditor BPK

Komisi Pemberantasan Korupsi memeriksa empat pegawai negeri sipil

dan pejabat Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi dalam kasus dugaan suap

auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Jawa Barat. Salah satu

pejabat yang diperiksa adalah Ketua KONI Bekasi Edi Prihadi. "Uang yang

ditemukan KPK berjumlah Rp 272 juta diduga berasal dari kas KONI,"

ungkap Edi usai diperiksa di gedung KPK, Rabu (30/6). Edi

menerangkan,tiap tahun KONI Bekasi biasa menerima kucuran dana sebesar

Rp 19 miliar dari total anggaran Rp 23 miliar. "Saya tidak tahu ada

kejanggalan atau tidak," sambungnya. Menurut juru bicara KPK Johan Budi

SP, Edi diperiksa sebagai saksi untuk pejabat Pemkot Bekasi berinisial HS

dan HL. Keduanya adalah tersangka dugaan pemberian suap kepada auditor

BPK Jabar berinisial S yang ditangkap KPK beberapa waktu lalu.

Suap itu dimaksudkan agar hasil audit laporan keuangan Pemkot Bekasi

diberi nilai wajar tanpa pengecualian. Selain Edi, KPK memeriksa empat

pegawai negeri sipil Pemkot Bekasi. Mereka antara lain Makbullah (Kepala

Dinas Pertamanan dan Pemakaman), Aan Suhanda (Kepala Dinas

Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi), Dedi Juwanda (Kepala Satpol PP)

dan Abdul Iman (Kepala Dinas Sosial).

Johan pun menambahkan, KPK akan menetapkan tersangka baru dalam

kasus ini. "Petang ini ditetapkan tersangka baru dari BPK Jabar dan langsung

ditahan," ungkapnya.

14

Page 18: Post and New Modern Perspective on Accounting Ethics

15

3.2 Analisis Kasus

Mengenai kasus penyuapan itu memang termasuk ke dalam

pelanggaran etika. Seorang profesional dalam bidang akuntansi memang

terkadang rentan jika menghadapi permasalahan mengenai harta, jabatan,

maupun tahta. Dalam bidang keilmuan sendiri etika tidak di singgung terlalu

jauh, hanya dengan pembelajaran kasus dan analisis kasus yang terjadi serta

perumusan solusi terhadap setiap pelanggaran yang ada. Kunci utama dari

pelanggaran etika adalah karakter diri dan pendidikan rohani.

Postmodernism dan new-modernism terlahir dari pemikiran

manusia yang menganggap bahwa satu landasan etik berasal dari diri sendiri.

Dengan merujuk pada keinginan seseorang untuk merubah dirinya sendiri

kearah yang lebih baik, kemudian memahami kenapa setiap tindakan harus

sesuai dengan norma-norma yang berlaku, serta mengetahui tanggung jawab

apa saja yang diemban sehingga perlu juga menafsirkan sebab akibat apa

yang akan terjadi di kemudian hari. New-modernism ada bukan karena sebab,

melihat dari banyaknya persoalan yang ada pada postmodernism maka filsuf

menambahkan paham baru yang kemungkinan dapat membantu individu

dalam memahami dirinya sendiri.

Kasus suap yang terjadi bukanlah semata-mata kesalahan individu

tersebut, karena jika mengacu pada sekularisme kesalahan juga terjadi karena

sistem yang belum dapat mengatur secara keseluruhan bagaimana individu

tersebut bertindak dengan mempertimbangkan sebab akibat yang akan terjadi.

Pembentukan karakter seseorang sebagai individu seharusnya bukan hanya

dari pendidikan formal saja, namun juga melalui pendekatan kerohanian agar

individu tersebut tidak hanya menjadi sosok yang intelek saja, tapi memiliki

rasa takut pada Tuhannya.

Page 19: Post and New Modern Perspective on Accounting Ethics

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Karena tuntutan jaman, akuntansi diharuskan mengadopsi beberapa

paham untuk dijadikan sebagai dasar penyelesaian permasalahan yang timbul

dari berbagai macam padangan dalam bidang keilmuan akuntansi tersebut.

Sudut pandang tersebut seperti post and new-modern perspective on

accounting ethics.

Menurut postmodernism, akuntansi merupakan salah satu realitas yang

kompleks. Karena begitu kompleksnya, di dalam akuntansi harus berjalan

bersamaan antara fisik dan spirit. Etika karena itu dilihat tidak terutama

dalam hal esensialis atau normatif, melainkan perspektif postmodern

mengeksplorasi bagaimana gagasan etika, dalam hal apa yang dapat diterima

dan tidak dapat diterima, datang untuk didefinisikan.

Sedangkan menurut new-modernism, melahirkan paham-paham seperti,

sekularisme (sebuah kepercayaan bahwa agama dan ajaran-ajaran gereja tidak

boleh memasuki fungsi negara, khususnya dalam pendidikan publik),

rasionalisme, empirisisme, dikotomis, disakralisasi, pramagtisme.

4.2 Saran

1. Perspektif-perspektif baru harus lebih bijak dalam perubahan-perubahan

yang terjadi.

2. Setiap individu semestinya dapat memilah dan memilih perspektif

manakah yang paling baik untuk mereka jadika pegangan agar tidak

terdapat kesalahan dalam beretika.

3. Ketika kita telah memutuskan untuk memegang etika, seharusnya etika

tersebut dipegang teguh dan tidak dilupakan begitu saja.

16

Page 20: Post and New Modern Perspective on Accounting Ethics

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadaryo. (2010). Sekularisme dan Tokohnya [Online]. Tersedia:

http://ahmadaryo.wordpress.com/2010/11/15/sekulerisme-dan-tokohnya/

[1 Desember 2012]

Effendi, David. (2011). Postmodernisme [Online]. Tersedia: http://library-

ump.org/index.php?option=com_content&task=view&id=136&Itemid=44

[1 Desember 2012]

Kumpulaninstilahcom. (2011). Pengertian Rasinalisme [Online]. Tersedia:

http://id.shvoong.com/social-sciences/political-science/2117281-

pengertian-rasionalisme/#ixzz2E5SV7LqW [1 Desember 2012]

McPhail, Ken dan Diane Walters. (2009). Accounting and Business Ethics. New

York: Taylor & Francis Group, an informa.

iii