populasi dan serangan hama ulat kantung metisa plana
TRANSCRIPT
Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2
Juni 2013
58
POPULASI DAN SERANGAN HAMA ULAT KANTUNG
Metisa plana Walker (Lepidoptera; Psychidae) SERTA PARASITOIDNYA
DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT KABUPATEN DONGGALA,
SULAWESI TENGAH
Ronny Pamuji, Bambang Tri Rahardjo, Hagus Tarno
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
Jln. Veteran, Malang 65145
ABSTRACT
This research was aimed to study the population, attack intensity of bagworm (M.
plana) and it parasitoid on oil palm plantations. Sampling was conducted 4 times
in blocks 1-9 Afdeling OK PT. Lestari Tani Teladan, Donggala, Central Sulawesi
from August to October 2012. A systematic sampling method was used to observe
M. plana population from each observation point. There were two stages of M.
plana such as larvae and pupae. Both stages were checked their conditions to
clarify their parasitoids. In addition, parasitoids were observed especially at fourth
observation. Result showed that population of M. plana larva decreased during
observation period (from August to October 2012). Opposite condition was
occurred that population of pupa increased in same period of observation. Highest
population of M. plana was recorder on third and fourth block of plantation.
Number of parasitized pupae directly proportional to total of pupae (R2=0,95).
Populations of parasitoid have not been able to control pests M. plana naturally.
Some parasitoids were identified such as Brachymeria sp. (34%), Eurytoma sp.
(13%), Entodoninae (17%), Tetrastichus sp. (24%), Tachinidae 9% and two
species of Phygadeuontinae 2% and 1% for each.
Key words: bagworm, Metisa plana, parasitoid, oil palm
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui populasi dan serangan hama ulat
kantung (M. plana) serta jenis parasitoidnya pada lanskap perkebunan kelapa
sawit. Pengambilan contoh dilakukan 4 kali di blok 1-9 Afdeling OK PT. Lestari
Tani Teladan, Donggala, Sulawesi Tengah pada bulan Agustus-Oktober 2012
menggunkan metode sistematik sampling. M. plana yang telah diperoleh dari tiap
titik pengamatan dilakukan perhitungan jumlah larva yang aktif dan tidak aktif
serta pupa terparasit, sehat dan kosong. Eksplorasi parasitoid dilakukan pada
pengamatan ke-4. Fluktuasi populasi larva M. plana pada bulan Agustus-Oktober
cenderung menurun dan diikuti oleh peningkatan jumlah pupa. Blok 3 dan 4
menjadi pusat serangan dengan populasi hama M. plana tertinggi. Jumlah pupa
terparasit berbanding lurus dengan total pupa yang ditemukan (R2=0,95). Populasi
parasitoid belum mampu mengendalikan serangan hama M. plana secara alami.
Parasitoid M. plana yang ditemukan ialah Brachymeria sp (34%), Eurytoma sp
(13%), Entodoninae (17%), Tetrastichus sp (24%), Tachinidae (9%) dan 2
Phygadeuontinae masing-masing 2% dan 1%.
Kata kunci: ulat kantung, Metisa plana, parasitoid, kelapa sawit
Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013
59
PENDAHULUAN
Ulat kantung (Metisa plana) ialah
hama ulat pemakan daun penting
tanaman kelapa sawit. Serangan
M.plana pada kondisi 10-13% dapat
menyebabkan penurunan produksi
sekitar 30-40% selama dua tahun
kedepan (Basri dan Kevan 1995).
Pengendalian hama M. plana pada
lanskap perkebunan kelapa sawit telah
mengalami perubahan dan menuju
kearah Pengendalian Hama Terpadu
(PHT). Pengguanan perangkap
feromon dalam PHT M. plana mampu
menurunkan populasi M. plana hingga
45% (Kamarudin et al., 2009).
Penggunaan agens hayati Bacillus
thuringiensis tidak beda nyata dengan 2
pestisida kimia terhadap intesitas
serangan M. plana (Ali et al., 2012).
Selain itu pemanfaatan parasitoid
khususnya ordo Hymenoptera sebagai
agens hayati M. plana juga berpotensi
besar dalam pengendalian secara alami
pada lanskap perkebunan yang luas.
Jenis hymenoptera parasitoid yang
diketahui sebagai parasitoid M. plana
ialah Apanteles sp, Eupelmus
catoxanthae, Brachymeria sp dan
Pediobius sp (Sankaran dan Syed,
1972: Kusuma, 2010). Selain dari ordo
Hymenoptera, serangga dari ordo
Diptera famili Tachinidae diketahui
sebagai parasit dari hama M. plana
(Sankaran dan Syed, 1972).
Serangan hama M. plana pada
lanskap perkebunan kelapa sawit
merupakan masalah serius yang dapat
menjadi faktor pembatas bagi
produktifitas minyak sawit, selain itu
keanekaragaman serangga pada
lanskap perkebunan kelapa sawit yang
diduga berperan sebagai parasitoid
M. plana sangat tinggi dan belum
teridentifikasi. Oleh sebab itu,
diperlukan kajian khusus mengenai
populasi, serangan dan serangga
parasitoid pada M. plana sebagai
sumber informasi yang sangat
diperlukan dalam perencanaan
pengendalian hama terpadu.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada bulan
Agustus 2012 sampai dengan Januari
2013 di perkebunan kelapa sawit PT.
Lestari Tani Teladan (PT. LTT) yang
merupakan anak perusahaan PT. Astra
Agro Lestari Tbk (PT. AAL), Desa
Tawiora, Kecamatan Rio Pakava,
Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah
dan Laboratorium Entomologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), Cibinong, Jawa Barat.
Penentuan Blok Contoh Penentuan blok contoh dilakukan
berdasarkan kondisi serangan hama
ulat kantung (purposive sampling) pada
blok 1-9 Afdeling OK PT. LTT. Blok
1-9 secara berurutan memiliki luas
49,02 ha, 44,79 ha, 60,12 ha, 36,63 ha,
39,05 ha, 55,23 ha, 50,39 ha, 43,73 ha
dan 41,73 ha sehingga total luas areal
pengamatan ialah 420,68 ha.
Penentuan Titik Contoh
Penentuan titik contoh
menggunakan teknik penentuan yang
sudah digunakan di PT. AAL, yaitu
teknik Early Warning System (EWS)
UPDKS, PT AAL. Metode ini merujuk
pada me sistematik sampling (Krebs,
1989: Young dan young, 1998). Pada
ukuran blok normal 30 ha dibuat
transek dengan panjang 1000 m dan
lebar 300 m. Sepanjang jalur (1000 m)
ditentukan 10 titik baris contoh dan
dalam tiap barisnya ditentukan 3 titik
contoh, sehingga terdapat 30 titik
contoh dalam blok (Gambar 1)
Pamuji et al, Populasi Dan Serangan Hama Ulat Kantong
60
Gambar 1. Pola pengambilan titik contoh pelepah daun
Penentuan jumlah titik contoh
didasarkan pada luas blok, 1 titik
contoh mewakili 1 ha. Selanjutnya
ditentukan interval dari baris contoh
dan interval dari titik contoh dengan
rumus mengacu pada Departemen
Porteksi Tanaman PT. AAL.
Penentuan interval baris contoh
tanaman menggunakan rumus berikut,
Penentuan interval titik contoh tanaman
menggunakan rumus berikut,
Keterangan:
n = jumlah baris contoh dalam blok yang
diinginkan
m = jumlah titik contoh dalam baris yang
diinginkan
Pengambilan tanaman contoh
pada setiap blok contoh dilakukan 4
kali. Untuk pengamatan ke-2 dan ke-3,
titik contoh bergeser 3 tanaman ke
kanan dari titik contoh pengamatan
pertama, kecuali pada baris terakhir
(baris paling kanan). Pada baris
terakhir, tanaman contoh diambil yang
berdekatan dengan titik, untuk
pengamatan keempat kembali pada titik
contoh pengamatan pertama.
Pengambilan Contoh Pelepah Daun
Pengambilan pelepah daun
dilakukan pada tanaman contoh dengan
kriteria pelepah daun yang masih baru
mengalami serangan dan tingkat gejala
serangan ulat kantung terparah.
Pengambilan pelepah daun dilakukan
dengan menggunakan egrek, 1 pelepah
daun diturunkan, kemudian seluruh
hama ulat kantung (larva dan pupa)
pada pelepah dimasukkan dalam
kantung plastik berlabel. Pengamatan
dilakukan 4 kali dengan jadwal P1 pada
8 Agustus 2012 - 16 Agustus 2012, P2
pada 23 Agustus 2012 - 1 September
2012, P3 pada 3 September 2012 - 17
September 2012 dan P4 pada 18
September 2012 - 3 Oktober 2012.
Pengamatan
Perhitungan Populasi dan Serangan
Ulat Kantung Metisa plana Walker
M. plana dikeluarkan dari
kantung untuk dilakukan perhitungan
jumlah larva aktif dan tidak aktif serta
pupa terparasit, sehat dan kosong.
Pengamatan imago M. plana dilakukan
pada pengamatan ke-4. Setelah itu
dilakukan perhitungan rerata populasi
larva/pelepah, rerata populasi
pupa/pelepah, Intensitas Serangan (IS)
dan Luas Serangan (LS). dengan rumus
mengacu pada Departemen Proteksi
Tanaman PT. AAL.
Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013
61
Populasi larva/pelepah (L/p) M. plana
dihitung dengan rumus berikut,
Populasi Pupa/pelepah (P/p) M. plana
dihitung dengan rumus berikut,
Intensitas Serangan (IS) M.plana
dihitung dengan rumus berikut,
Luas Serangan (LS) M.plana dihitung
dengan rumus berikut,
LS = IS x Luas Blok (ha)
Eksplorasi Parasitoid
Eksplorasi parasitoid dilakukan
pada pengamatan ke-4. Metode
eksplorasi, dilakukan secara langsung
terhadap pupa M. plana yang terparasit
(Kusuma, 2010). Pupa pada setiap titik
contoh dibuka menggunakan gunting
(examniasi) untuk diidentifikasi pupa
sehat, terparasit dan kosong. Serangga
diidentifikasi dengan mengamati
morfologi serangga secara keseluruhan.
Analisis Data
Data populasi dan serangan hama
M. plana diolah dengan menggunakan
program Microsoft Excel 2007 dan
diuji menggunakan program SPSS
statistics 17.0 dengan rancangan acak
lengkap (RAL), dilanjutkan uji
Duncan, taraf nyata 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Populasi Hama Ulat Kantung Metisa
plana Walker
Populasi total larva pada
pengamatan 1 sampai 4 mengalami
penurunan, namun populasi pupa
mengalami kenaikan (Gambar 2).
Penuruan ini diakibatkan fase hidup
dari larva M. plana sudah berubah
menjadi pupa. Pada bulan September
pengamatan ke-2 dan ke-3 mayoritas
larva yang ditemukan ialah larva besar
yaitu instar 5-6. Menurut Kok et al
(2011) M. plana membutuhkan waktu
20-31 hari setelah instar 5 untuk
kemudian berubah menjadi pupa. Oleh
karena itu pada pengamatan ke-4
kondisi lanskap mengalami peledakan
jumlah pupa.
Gambar 2. Fluktuasi populasi M. plana
pada bulan Agustus-Oktober
2012 di blok 1-9 Afedling OK
PT. Lestari Tani Teladan.
Populasi larva aktif tetinggi
terjadi di blok 3 dengan nilai 12,82
ulat/pelepah dan terendah di blok 1
dengan populasi 1,39 ulat/pelepah.
Populasi larva pada blok 1, 5 dan 8
berbeda dengan blok 3, 4 dan 6 (Tabel
1). Populasi pupa tetinggi terjadi di
blok 4 dengan populasi 14,17
pupa/pelepah dan terendah di blok 1
dengan populasi 1 pupa/pelepah.
Populasi pupa pada blok 1 berbeda
dengan blok 4, 6 dan 7. Sedangkan
blok 2, 3, 5, 8 dan 9 ialah kelompok
blok dengan nilai populasi pupa yang
tidak berbeda terhadap seluruh blok
contoh (Tabel 1).
Peledakan populasi hama M.
plana pada blok contoh diduga
disebabkan oleh sistem pertanaman
yang monokultur. Sistem pertanian
Pengamatan ke-
Pamuji et al, Populasi Dan Serangan Hama Ulat Kantong
62
monokultur menurunkan jumlah dan
aktivitas musuh alami karena
terbatasnya sumber pakan, seperti
polen, nektar dan mangsa atau inang
alternatif yang diperlukan oleh musuh
alami untuk makan, bereproduksi
(Andow, 1991 dalam Nurindah, 2006).
Pada seluruh blok contoh
menggunakan sistem pertanaman
monokultur.
Tingkat kematangan dan
kedalaman tanah gambut yang terdapat
pada blok diduga juga menjadi faktor
yang menyebabkan peledakan populasi
dari M. plana. tingkat kematangan dan
kedalaman dari tanah gambut
berhubungan dengan daya dukung
mekanis (Simangunsong, 2011).
Kelapa sawit yang dibudidayakan pada
tanah gambut dengan tingkat
kematangan rendah dan kedalaman
dangkal, pertumbuhan batangnya tidak
dapat tegak lurus keatas, batang kelapa
sawit akan doyong/roboh. Keadaan ini
membuat daun kelapa sawit saling
tumpang tindih, sehingga cahaya
matahari tidak dapat masuk dan
akhirnya kelembaban dalam blok
menjadi tinggi. Kelembaban udara
sangat berpengaruh terhadap kondisi
perkawinan dan penetasan telur
serangga (Hutapea, 2011). Pada blok 3,
4, 6 dan 7 kondisi pohon kelapa sawit
banyak yang doyong dengan tinggi
kurang lebih 6-7 m, selain itu juga
terdapat banyak gulma dan belukar
sehingga blok tersebut terlihat gelap
dikarenakan kurang adanya cahaya
matahari yang dapat masuk dalam blok.
Pada blok 2, 5, 8 dan 9 tinggi tanaman
kelapa sawit 6-8 meter, kondisi gulma
dan belukar sedikit dan jarang terdapat
batang yang doyong. Sedangkan di
blok 1 kondisi pohon tegak tinggi 9-12
m serta sedikit sekali ditumbuhi gulma.
Hal tersebut diduga sebagai penyebab
populasi M. plana di blok 3, 4 dan 6
yang tinggi sementara di blok 1 rendah.
Pengamatan populasi imago
M.plana dilakukan pada pengamatan
ke-4. Pada seluruh blok contoh total
imago betina lebih banyak daripada
imago jantan dengan rerata
perbandingan 62% : 38%. Jumlah
imago betina yang lebih banyak
daripada imago jantan dapat
menimbulkan masalah. Imago betina
akan bereproduksi dan menghasilkan
telur 200-300 dalam setiap kantung
(Kok et al., 2011). Menurut Ross et al
(1982) dalam Shiyama (2008) imago
betina membutuhkan pakan yang lebih
banyak dalam reproduksi dan
perkembangan telur.
Keberadaan parasitoid belum
mampu mengendalikan serangan hama
M. plana secara alami di Blok 1-9
Afdeling OK PT. LTT, hal ini dapat
dilihat dari jumlah pupa terparasit yang
lebih rendah daripada jumlah pupa
sehat di seluruh blok contoh (Tabel 2).
Persentase pupa terparasit tertinggi
terjadi di blok 1 dengan 24% dari total
pupa yang ditemukan, sedangkan
terendah terjadi di blok 3 dengan 11%.
Persentase pupa terparasit total dari
seluruh blok contoh hanya 13%.
Hubungan total pupa dengan
jumlah pupa terparasit memiliki nilai
koefesien determinasi sebesar 0,95,
yang berarti total pupa memberi
pengaruh 95% terhadap pupa yang
terparasit (Gambar 3). Persamaan linier
antara total pupa dan pupa terparasit
ialah y = 0,111x + 38,88, persamaan
tersebut dapat digunakan untuk
menduga populasi pupa terparasit
dengan tingkat kepercayaan sebesar
95%. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Herlinda (2004) pada
parasitoid telur Trichogrammatoidea sp
yang mengikuti perkembangan
populasi Plutella xylostella (L). Bila
populasi inang meningkat, maka
jumlah inang yang terparasit juga
meningkat.
Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013
63
Tabel 1. Populasi M.plana di blok 1-9 Afedling OK PT. Lestari Tani Teladan
pada bulan Agustus-Oktober 2012.
Blok
Populasi larva aktif
(larva/pelepah)
X ± SD
Populasi pupa sehat
(pupa/pelepah)
X ± SD
1 1,39 ± 0,99 a 1,00 ± 0 a
2 6,89 ± 4,94 ab 5,83 ± 3,16 ab
3 12,34 ± 7,83 b 11,01 ± 5,97 ab
4 12,82 ± 7,86 b 14,17 ± 9,86 b
5 4,71 ± 2,16 a 6,60 ± 1,88 ab
6 12,54 ± 3,92 b 12,23 ± 11,60 b
7 6,60 ± 3,21 ab 11,95 ± 7,37 b
8 3,92 ± 2,17 a 5,28 ± 3,25 ab
9 5,13 ± 4,18 ab 4,09 ± 1,96 ab Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada
uji Duncan taraf 5%
Tabel 2. Jumlah pupa terparasit di blok 1-9 Afedling OK PT. Lestari Tani Teladan
pada bulan Agustus-Oktober 2012
Blok Pupa terparasit Pupa tidak terparasit
Total Pupa Jumlah Persentase Jumlah Persentase
1 16 24% 52 76% 68
2 257 19% 1063 81% 1320
3 474 11% 3665 89% 4139
4 478 13% 3273 87% 3751
5 80 12% 586 88% 666
6 139 12% 1024 88% 1163
7 347 12% 2487 88% 2834
8 168 17% 807 83% 975
9 130 21% 504 79% 634
Total 2089 13% 13461 87% 15550
Gambar 3. Regresi linier antara toral pupa dan pupa terparasit
Pamuji et al, Populasi Dan Serangan Hama Ulat Kantong
64
Serangan Hama Ulat Kantung
Metisa plana Walker
Intensitas Serangan (IS) dan Luas
Serangan (LS) dari hama M. plana
pada blok contoh disajikan dalam tabel
3. Nilai IS terendah terjadi pada blok 1
dengan nilai 10,5% dan nilai LS
terendah juga terjadi di blok 1 dengan
nilai 5,15%. Sedangkan untuk IS
tertinggi terjadi pada blok 4 dengan
nilai 65,38% dan LS tertinggi terjadi
pada blok 3 dengan nilai 38,83 ha.
Pusat serangan M. plana pada
Afdeling OK berada pada blok 3 dan
blok 4. Blok yang terletak di sebelah
blok 3 dan 4 mengalami serangan yang
cukup besar nanum area serangannya
tidak merata. Sedangkan blok 1 dan 9
ialah blok yang terletak paling luar dari
seluruh blok contoh sehingga distribusi
serangannya kecil.
Penyebaran serangan M. plana
dapat terjadi karena adanya angin yang
membawa larva instar 1 ke tanaman
lain, Larva instar 1 memiliki panjang
1,1 mm dengan panjang kantung 1,6
mm, ukuran tersebut sangat kecil dan
ringan sehingga mudah untuk terbawa
oleh angin (Kok et al., 2011).
Penyebaran serangan M. plana juga
dapat terjadi dari perpindahan larva
melalui daun tanaman yang saling
bersinggungan sehingga larva dapat
berjalan menuju daun disebelahnya.
Arsitektur tanaman yang menyangkut
ukuran, bentuk, dan atribut yang lain
dari tanaman sangat mempengaruhi
keanekaragaman serangga ngengat
(Lepidoptera) yang berasosiasi (Lara et
al., 2008).
Ulat kantung lebih banyak
ditemukan pada tanaman kelapa sawit
dengan umur tanaman lebih tua. Sahari
(2012) melaporkan bahwa pada umur
kelapa sawit kurang dari tiga tahun,
hama lebih banyak di dominasi oleh
ulat api, sedangkan pada umur enam
tahun, ulat kantung dan ulat bulu lebih
dominan. Pada umur tanaman yang
lebih tua, kanopi berkembang dan
tumpang tindih, hal inilah yang
menyebabkan pergerakan dan
penularan hama ulat kantung menjadi
lebih tinggi. Rhainds et al (2009)
menjelaskan bahwa imago jantan M.
plana akan terbang mencari imago
betina untuk melakukan perkawinan,
sehingga imago jantan berpotensi untuk
melakukan perkawinan dengan imago
betina dari tanaman yang berbeda.
Kondisi ini juga dapat memperluas
serangan M. plana.
Tabel 3. Kondisi serangan M. plana di blok 1-9 Afedling OK PT. Lestari Tani
Teladan pada bulan Agustus-Oktober 2012
Blok Intensitas Serangan (%)
(X ± SD)
Luas Serangan (Ha)
(X ± SD)
1 10,5 ± 8,54 a 5,15 ± 4,19 a
2 28,41 ± 8,80 bc 12,72 ± 3,94 b
3 64,58 ± 10,22 d 38,83 ± 6,14 d
4 65,38 ± 6,79 d 25,53 ± 2,65 c
5 18,75 ± 7,77 ab 6,87 ± 2,85 ab
6 14,09 ± 1,74 ab 7,78 ± 0,96 ab
7 41 ± 13,61 c 20,66 ± 6,86 c
8 25 ± 11,59 ab 10,93 ± 5,07 ab
9 13,1 ± 9,22 a 5,46 ± 3,85 a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada
uji Duncan taraf 5%
Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013
65
Selain itu diduga dikarenkan
kurangnya jumlah tanaman berbunga
yang ada didalam blok, Beberapa
tanaman yang dilaporkan dapat
menarik parasitoid lepidoptera pada
perkebunan kelapa sawit ialah Cassia
cobanensis, Euphorbia heterophylla,
Turnera subulata, Antigonon neptotus
(Sahari, 2012; Kamaruddin dan Basri,
2010). Pada seluruh blok contoh
ditemukan berbagai tanaman berbunga
antara lain Turnera subulata, Cassia
sp, Antigonon neptotus, dan Euphorbia
heterophylla namun jumlahnya sedikit
sehingga diduga belum mampu
memberikan inang alternatif yang
optimal bagi parasitoid.
Identifikasi Serangga Parasitoid
Pada Pupa Ulat Kantung Metisa
plana Walker
Berdasarkan hasil identifikasi
terhadap imago parasitoid pupa Metisa
plana, ditemukan 7 jenis parasitoid,
yaitu Brachymeria sp (Hymenoptera:
Chalchididae), Eurytoma sp
(Hymenoptera: Euritomidae),
Entodoninae (Hymenoptera:
Eulophidae), Tetrastichus sp
(Hymenoptera: Eulophidae),
Phygadeuontinae A (Hymenoptera:
Ichneumonidae), Phygadeuontinae B
(Hymenoptera: Ichneumonidae), dan
Diptera: Tachinidae (Gambar 4).
1. Brachymeria sp (Hymenoptera:
Chalchididae)
Sayap berupa membran,.
Postmarginal vein lebih kecil dari
marginal dan lebih panjang dari stigmal
vein. Pada caput terdapat sepasang
mata faset dan tiga oselli terletak di
tengah bagian atas diantara kedua mata
majemuk. Terdapat satu pasang antena
bentuknya genikulate,. Segmen antena
tidak lebih dari 11 segmen. Pada
bagian thorax tampak adanya notauli
yang jelas dan terdapat motif bulat
berukuran kecil. Tungkai ditumbuhi
bulu-bulu halus. Femur kaki belakang
membengkak dan bergerigi. Pada
bagian ujung femur berwarna kuning.
Tibia meruncing dibagian ujung
bewarna kuning pada pada bagian atas
sampai setengah atas. Terdapat satu
taji. Tergite terdiri dari 6 ruas. Imago
berwarna hitam mengkilap dengan
panjang tubuh 5-6 mm (Goulet dan
Houber, 1993; Boucek, 1988).
Gambar 4. Parasitoid M. plana (a: Eurytoma sp., b: Entodoninae, c:
Phygadeuontinae A, d: Phygadeuontinae B, e: Tetrastichus sp., f:
Diptera: Tachinidae, g: Brachymeria sp.
a) b) c)
e)
d)
f) g)
Pamuji et al, Populasi Dan Serangan Hama Ulat Kantong
66
2. Eurytoma sp (Hymenoptera:
Eurytomidae) Ukuran tubuh rata-rata 3 mm,
bewarna hitam metalik. Sayap berupa
membran, sayap depan dengan vena
tunggal, sayap mengkilap, marginal
vein lebih panjang dari stigmal, sayap
belakang tidak menyerupai sayap
depan. Antena genikulate, panjang
antena 1,57 mm, funikulus 5 ruas.
Caput tampak depan tidak membentuk
garis dengan huruf H, Caput belakang
dengan alur postgenal miring dekat
dengan carina genal. Postgenal
dibatasai secara tegas oleh carina genal
dengan posisi lebih rendah dari mata.
Thorax padat dan bermotif, skutelum
tidak bertanduk (meruncing) pada
tulang belakang. propodeum tertekan
atau dengan lekuk longitudinal di
bagian medial. (Goulet dan Houber,
1993; Boucek, 1988).
3. Tribe Entodoninae
(Hymenoptera: Eulophidae)
Warna tubuh hitam metalik.
Notauli terlihat jelas, lengkap seperti
jahitan, jarang ditemukan adanya
interupsi di bagian tengah garis. Axilae
tidak bersiku (mendekati keadaan
tersebut) dan meluas ke depan di
belakang tegula. Skutum dan skutelum
padat, skutelum dengan 1 pasang seta
terdapat pada anterior ke tiga. Terdapat
1 garis lurus tegas di bagian thorax
(skutelum). Caput tampak depan
membentuk motif X. Antena memiliki
funikulus 3 ruas, clava 2 ruas. Tarsi
beruas 4. Femora belakang sedikit
mengembung. Sayap berupa membran,
sayap depan dengan vena tunggal,
sayap mengkilap, submarginal vein
tidak bersambung dengan parastigma,
postmarginal vein terlihat jelas,
pangkal submarginal dengan 2 bulu
(Goulet dan Houber, 1993; Boucek,
1988).
4. Tetrastichus sp (Hymenoptera:
Eulophidae)
Tubuh bewarna metalik (hijau
kebiru-biruan), berukuran rata-rata 2
mm. Mata facet berwarna merah.
Sayap berupa membran, sayap depan
dengan vena tunggal, sayap mengkilap,
submarginal vein pada bagian pangkal
dengan 1 bulu, postmargineal vein
lebih pendek dari stigmal. Skutelum
dengan 2 pasang seta. Antena
genikulate, funikulus dengan 4 ruas,
pedikel antena bulat memanjang
(lonjong). Abdomen tidak
mengembung, memanjang lancip di
bagian akhir. Pronotum tanpa cross
carina, submedian groove di skutelum
terlihat jelas dengan 2 garis,
propodeum berbentuk Y (Goulet dan
Houber, 1993; Boucek, 1988).
5. Phygadeuontinae A
(Hymenoptera: Ichneumonidae)
Abdomen langsing, propodeum
dengan garis melintang, ruas
metasomal pertama pada kenampakan
dorsal terlihat langsing, notaulus pada
mesoskutum tidak terlihat dengan jelas.
Antena bertipe filiform bewarna hitam,
lebih dari 13 ruas. Ovipositor panjang.
Sayap normal, sayap depan dengan
venasi 2m-cu tubular, areolat tertutup
berbentuk segi 5 (bukan belah ketupat)
tanpa petiolate. Sayap belakang dengan
venasi M+Cu melengkung jelas. Apex
di skutelum tanpa tulang belakang yang
meruncing, ruas sterna ke 2-4 sebagian
bermembran, Kuku pada metatarsal
lebih pendek dari tarsomer ke 5,
metatibia dengan 2 apikal spur, labrum
kecil dan tersembunyi oleh clypeus,
bentuk mata tampak depan tidak
memusat ketengah, clypeus tanpa seta.
Tubuh bewarna hitam bercorak kuning
pada abdomen dan pada thorax (Goulet
dan Houber, 1993; Gauld dan Fitton,
1984).
Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013
67
6. Phygadeuontinae B
(Hymenoptera: Ichneumonidae)
Abdomen langsing, propodeum
dengan garis melintang, notaulus pada
mesoskutum tidak terlihat dengan jelas.
Antena bertipe filiform yang berwarna
hitam dan di bagian tengahnya
berwarna putih, lebih dari 13 ruas.
Ovipositor panjang. Sayap normal
dengan corak kehitaman sayap depan
dengan venasi 2m-cu tubular, areolat
tertutup berbentuk segi 5 dan tanpa
petiolate. Sayap belakang dengan
venasi M+Cu melengkung jelas. Apex
di skutelum tanpa tulang belakang yang
meruncing, metatibia dengan 2 apikal
spur, labrum kecil dan tersembunyi
oleh clypeus, clypeus tanpa seta,
bentuk mata tampak depan tidak
memusat ketengah. Tubuh lebih besar
dari Phygadeuontinae A, bewarna
hitam bercorak kuning-kecoklatan pada
abdomen dan pada thorax (Goulet dan
Houber, 1993; Gauld dan Fitton, 1984).
7. Diptera: Tachinidae
Sayap normal, dengan venasi
yang lengkap, sel R5 menyempit
dibagian distal, CuA2 pendek dan
bergabung dengan A1 dekat dasar
sayap. Abdomen dan thorax bewarna
hitam bercorak putih kekuningan,
dengan bulu-bulu yang tajam, rambut-
rambut bulu pada hipopleura
berkembang, postskutelum
mengembang membentuk cembung
(menonjol), greater ampulla terlihat
bengkak seperti membentuk umbi. Taji
pada tungkai tidak berliku tajam dan
bergerigi. Daerah mata ditumbuhi
rambut yang tebal, arista tanpa bulu-
bulu/telanjang, terdapat sutura
frontalis, palpus dengan 2 segmen.
Panjang tubuh 6,5 mm (Mcalpine,
1981; Borror et al., 1992).
Komposisi dan Penyebaran
Serangga Parasitoid Pupa M. plana
Eksplorasi parasitoid dilakukan
pada pengamatan ke-4. Pada blok 1
tidak ditemukan parasitoid. Pada blok 2
parasitoid terbanyak yang ditemukan
ialah Tetrastichus sp dengan jumlah 6
pupa terparasit (37%). Pada blok 3
parasitoid terbanyak yang ditemukan
ialah Tetrastichus sp dengan jumlah 41
pupa terparasit (38%). Pada blok 4
parasitoid terbanyak yang ditemukan
ialah Tetrastichus sp dengan jumlah 15
pupa terparasit (42%). Pada blok 5
komposisi Brachymeria sp dan
entodoninae memiliki angka yang sama
yaitu 2 (40%). Brachymeria sp ialah
parasitoid yang paling banyak
ditemukan pada blok 6, 7, 8 dan 9
dengan jumlah pupa terparasit secara
berurutan 6, 34, 17 dan 11 atau
komposisi 40%, 54%, 73% dan 58%
(Tabel 4). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa dari blok 2-9 parasitoid yang
ditemukan didominasi oleh
Brachymeria sp dan Tetrastichus sp
(Gambar 6).
Gambar 5. Persentase populasi parasitoid pada pupa Metisa plana Walker.
Pamuji et al, Populasi Dan Serangan Hama Ulat Kantong
68
Jumlah parasitoid terbanyak yang
ditemukan pada lokasi pengamatan
secara berurutan ialah Brachymeria sp,
Tetrastichus sp, Entodoninae,
Eurytoma sp, Diptera: Tachinidae,
Phygadeuntinae A, Phygadeuntinar B
dengan jumlah 97, 67, 48, 36, 25, 7 dan
3 (Tabel 4). Persentase dari populasi
disajikan pada Gambar 5.
Tabel 4. Populasi, tipe dan komposisi dari jenis parasitoid pupa M. Plana
Blok Jumlah
parasitoid Spesies
Tipe
parasitoid
Jumlah
Individu
Komposisi
(%)
1 0 - 0 0
2 16 Brachymeria sp
Eurytoma sp
Entodoninae
Tetrastichus sp
Soliter
Soliter
Gregarious
Gregarious
4
2
4
6
25
13
25
37
3 106 Brachymeria sp
Eurytoma sp
Entodoninae
Tetrastichus sp
Phygadeuontinae B
Diptera : Tachinidae
Soliter
Soliter
Gregarious
Gregarious
Soliter
Soliter
18
9
19
41
2
17
17
8
18
39
2
16
4 36 Brachymeria sp
Eurytoma sp
Entodoninae
Tetrastichus sp
Diptera : Tachinidae
Soliter
Soliter
Gregarious
Gregarious
Soliter
5
6
7
15
3
14
17
19
42
8
5 5 Brachymeria sp
Eurytoma sp
Entodoninae
Soliter
Soliter
Gregarious
2
1
2
40
20
40
6 15 Brachymeria sp
Eurytoma sp
Tetrastichus sp
Phygadeuontinae A
Phygadeuontinae B
Soliter
Soliter
Gregarious
Soliter
Soliter
6
3
1
4
1
40
20
7
26
7
7 63 Brachymeria sp
Eurytoma sp
Entodoninae
Tetrastichus sp
Diptera : Tachinidae
Soliter
Soliter
Gregarious
Gregarious
Soliter
34
8
14
4
3
54
13
22
6
5
8 23 Brachymeria sp
Eurytoma sp
Phygadeuontinae A
Diptera : Tachinidae
Soliter
Soliter
Soliter
Soliter
17
2
2
2
73
9
9
9
9 19 Brachymeria sp
Eurytoma sp
Entodoninae
Phygadeuontinae A
Soliter
Soliter
Gregarious
Soliter
11
5
2
1
58
26
11
5
Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013
69
Gambar 6. Peta sebaran parasitoid M.plana di Afdeling Kilo PT. Lestari Tani
Teladan, Sulawesi Tengah
KESIMPULAN
1. Fluktuasi populasi larva M. plana
pada bulan Agustus-Oktober 2012
cenderung menurun dan diikuti oleh
peningkatan jumlah pupa. Populasi
hama M. plana tertinggi terjadi pada
blok 3, 4 dan 6. Peningkatan jumlah
pupa terparasit berbanding lurus
dengan total pupa yang ditemukan.
Populasi parasitoid belum mampu
mengendalikan serangan hama M.
plana secara alami.
2. Pusat serangan terjadi pada blok 3
dan 4, blok 1 dan 9 ialah blok
terjauh dari pusat serangan sehingga
intensitas serangannya rendah.
3. Parasitoid pupa Metisa plana yang
ditemukan ialah Brachymeria sp
(Hymenoptera: Chalchididae) 34%,
Pamuji et al, Populasi Dan Serangan Hama Ulat Kantong
70
Eurytoma sp (Hymenoptera:
Euritomidae) 13%, Entodoninae
(Hymenoptera: Eulophidae) 17%,
Tetrastichus sp (Hymenoptera:
Eulophidae) 24%, Phygadeuontinae
A (Hymenoptera: Ichneumonidae)
2%, Phygadeuontinae B
(Hymenoptera: Ichneumonidae) 1%
dan Diptera: Tachinidae 9%.
4. Brachymeria sp ialah parasitoid
dengan komposisi tertinggi dan
persebarannya merata di seluruh
blok pengamatan. Jumlah parasitoid
terbanyak terdapat pada Blok 3.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, S.R.A., Najib, M.A., Mazmira, M.,
Masri, M dan Basri, M.W.
2012. Field Efficacy of MPOB
Ecobac-1 (EC) for Controlling
Bagworm, Pteroma pendula
(Lepidoptera: Psychidae)
Outbreak in Oil Palm
Plantation. UMT 11th
International Annual
Symposium on Sustainability
Science and Management 09th
– 11th July 2012, Terengganu,
Malaysia.
Basri, M.W dan Kevan, P.G. 1995. Life
History and Feeding Behaviour
of the Oil Palm Bagworm M.
plana Walker (Lepidoptera:
Psychidae). Elaeis journal 6 (2):
82-101.
Borror, D.J., Charles, A.T dan Norman,
F.J. 1992. Pengenalan Pelajaran
Serangga. Diterjemahkan oleh
Partosoedjono, S dan M.D.
Brotowidjoyo. UGM Press.
Yogyakarta.
Boucek, Z. 1988. Australasian
Chalcidoidea (Hymenoptera).
C.A.B International Institute of
Entomology, Wallingford.
United Kingdom.
Departemen Proteksi Tanaman PT
Astra Agro Lestari Tbk. 2011.
Brevet Dasar Tanaman Kelapa
Sawit. PT. Astra Agro Lestari
Tbk. Jakarta
Gauld, I.D dan Fitton, M.G. 1984. An
introduction to the
Ichneumonidae of Australia.
British Museum (natural
history). London.
Goulet, H dan Huber, J.T.1993.
Hymenoptera of the Word: An
Identification Guide to
Families. Research Branch,
Agriculture Canada Publication.
Ottawa.
Herlinda, S. 2004. Potensi Parasitoid
Telur, Trichogrammatoidea sp.
Dalam Mengatur Populasi dan
Serangan Plutella xylostella
(L.) (Lepidoptera: plutellidae)
di Pertanaman Sawi. UNSRI.
Inovasi 1 (1): 48-56.
Hutapea, D. 2011. Kajian Dampak
Keragaman Iklim Terhadap
Distribusi dan Perubahan Status
Hama Tanaman Padi di Pantai
Utara Jawa Barat. Tesis.
Program Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Kamarudin, N dan Basri, M.W. 2010.
Interactions of the Bagworm,
Pteroma pendula (Lepidoptera:
Psychidae), and its Natural
Enemies in an Oil Palm
Plantation in Perak. Journal of
Oil Palm Research Vol. 22
April 2010: 758-764.
Kamarudin, N., Nurhidayah, S.A.,
Arshad, O dan Basri, M.W.
2009. Pheromone Mass
Trapping of Bagworm Moths,
Metisa plana Walker
(Lepidoptera: Psychidae), for its
Control in Mature Oil Palms in
Perak, Malaysia. Journal of
Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013
71
Asia-Pacific Entomology 13
(2010): 101–106.
Kok, C.C., Eng, O.K., Razak, A.R dan
Arshad, A.M. 2011.
Microstructure and Life Cycle
Of Metisa plana Walker
(Lepidoptera: Psychidae).
Journal of Sustainability
Science and Management,
Volume 6 (1): 51-59.
Krebs, J.C. 1989. Ecological
Methodology. Harper Collins.
New York.
Kusuma, D.S.I. 2010. Seleksi Beberapa
Tanaman Inang Parasitoid dan
Predator untuk Pengendalian
Hayati Ulat Kantung (Metisa
plana) di Perkebunan Kelapa
Sawit. Tesis. Fakultas MIPA.
Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Lara, D.P., Oliveira, L.A., Azeved,
I.F.P., Xavier, M.F., Silveira,
F.A.O., Carneiro, M.A.A dan
Fernandes, G.W. 2008.
Relationships Between Host
Plant Architecture and Gall
Abundance and Survival.
Revista Brasileira de
Entomologia 52 (1): 78-81.
Mcalpine, J.F. 1981. Neartic Diptera
Volume 1. Key to Famili Adulf.
Minister of supply and servise.
Canadian Goverment
Publishing Centre. Canada. 88-
124.
Nurindah. 2006. Pengelolaan
Agroekosistem dalam
Pengendalian Hama. Perspektif.
Volume 5 (2): 78-85.
Rhainds, M., Davis, D.R dan Price,
P.W. 2009. Bionomics of
Bagworms (Lepidoptera:
Psychidae). Annu. Rev.
Entomol. 2009. 54: 209-26.
Sahari, B. 2012. Struktur Komunitas
Parasitoid Hymenoptera di
Perkebunan Kelapa Sawit, Desa
Pandu Senjaya, Kecamatan
Pangkalan Lada Kalimantan
Tengah. Disertasi. Program
Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Sankaran, T dan Syed, A. 1972. The
Natural Enemies of Bagworms
on Oil Palms In Sabah, East
Malaysia. Pacific Insects14 (1):
57-71.
Shiyama, F. 2008. Distribusi
Selenothrips rubrocinctus
(Giard). Pada Perkebunan Jarak
Pagar (Jatropha curcas L.).
Skripsi. Jurusan Biologi,
Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri
Malang.
Simangunsong, Z. 2011. Konservasi
Tanah dan Air Pada Perkebunan
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) PT Sari Lembah Subur,
Pelalawan, Riau. Laporan
Magang Kerja. Dept Agronomi
dan Hortikultura, Institut
Pertanian Bogor.
Young, L.Y dan Young, J.H. 1998.
Statistical Ecology. Kluwer
Academic Publishers. United
State of Amerika.