polarisasi karena pemantulan

11
Makalah Optik Polarisasi Karena Pemantulan ) DosenPengampuh : ApitFathurohman, S.Pd.,M.Si. 2015 Program Studi Pendidikan Fisika FakultasKeguruandanIlmuPendidikan UniversitasSriwijaya

Upload: helsy-dinafitri-ii

Post on 11-Nov-2015

42 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

gfgghf

TRANSCRIPT

  • Makalah Optik Polarisasi Karena Pemantulan

    )

    DosenPengampuh :

    ApitFathurohman, S.Pd.,M.Si.

    2015

    Program Studi Pendidikan Fisika

    FakultasKeguruandanIlmuPendidikan

    UniversitasSriwijaya

  • 1

    POLARISASI KARENA PEMANTULAN

    POLARIZATION DUE TO REFLECTION

    Indah Listari1, Nia Nopeliza2, Derin3, Dwi Agustina4, DebyPermatasari5, DwiSuseno

    Wati6, Fitri Wulandari7

    Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya, Inderalaya

    ABSTRACT

    Polarization is an event changes the direction of the light waves that vibrate randomly into the direction of vibration. Other types of polarization between linear polarization, circular polarization, the polarization ellipse. If unpolarized light falls on the boundary between two transparent media such as glass-to-air or air-to-glass, the light beam reflected and refracted be polarized portion. E. L. Malus is engineers and scientists from France in 1808 found the polarization of natural light using the reflection from the glass surface. He saw when the natural light on a field on the glass in a certain angle, the reflected light is polarized field. Brewster prove that the tangent of the angle of reflection polarization is obtained mathematically equal to the refractive index of the medium. If pan angle and n is the refractive index of the medium n = tan p

    Keywords: Polarization, Reflection, Brewster's Law

    ABSTRAK

    Polarisasi adalah suatu peristiwa perubahan arah getar gelombang pada cahaya yang acak menjadi satu arah getar. Jenis polarisasi antara lain polarisasi linear, polarisasi melingkar, polarisasi ellips. Jika cahaya tak terpolarisasi jatuh pada bidang batas antara 2 medium yang transparan seperti kaca ke udara atau udara ke kaca, berkas cahaya yang dipantulkan dan dibiaskan akan terpolarisasi sebagian.E. L .MalusmerupakaninsinyurdanilmuwandariPrancispadatahun 1808menemukanpolarisasidaricahayaalammenggunakanpemantulandaripermukaankaca. Dia melihat ketika cahaya alam mengenai sebuah bidang pada kaca dalam sudut tertentu, sinar yang dipantulkan merupakan bidang polarisasi.Brewster membuktikan bahwa tangen dari sudut polarisasi adalah didapatkan dari pemantulan secara matematis sama dengan indeks bias dari mediumnya. Jika pmerupakan sudut dan n adalah indeks bias medium, yaknin = tan p.

    Kata kunci :Polarisasi, Pemantulan, Brewsters Law

    1 PENDAHULUAN

    Sekitar 50 tahun yang lalu, Maxwell mengembangkan teori tentang elektromagnetik

    dan menyatakan bahwa gelombang cahaya merupakan gelombang elektromagnetik.

    Gelombang elektromagnetik merupakan bagian dari gelombang transversal, itu berarti

    bahwa gelombang cahaya sendiri termasuk dalam gelombang transversal. Konsep

    transversal sendiri sebenarnya mengacu kepada konsep polarisasi.[1]

  • 2

    Cahaya datang dari tempat yang umum bukan merupakan polarisasi. Keadaan

    polarisasi tidak dapat terdeteksi dengan mata biasa. Pemahaman dari polarisasi sendiri

    penting untuk memahami konsep perambatan dari gelombang elektromagnetik dan fiber

    optik. Polarisasi cahaya mempunyai banyak aplikasi dalam industry dan teknologi. Satu

    dari aplikasi yang penting adalah di LCDs ( Liquid Crystal Displays ) yang mana sangat

    digunakan di jam tangan, kalkulator, layar TV dan lain-lain.[1]

    Polarisasi dapat diartikan sebagai suatu peristiwa perubahan arah getar gelombang

    pada cahaya yang acak menjadi satu arah getar; dari sumber lain mengatakan

    bahwa Polarisasiadalah peristiwa penyerapan arah bidang getar dari gelombang.

    2 LANDASAN TEORI

    I. Hakikat Cahaya

    Cahaya adalah kesan (dalam bentuk energi) yang diterima oleh indera mata. Ada

    beberapa teori tentang hakikat cahaya, antara lain:

    I.a.Teori Korpuskuler menurut Hukum Newton

    Teori ini mengatakan bahwa cahaya adalah partikel-partikel atau korpuskel-

    korpuskel yang dipancarkan oleh sumber cahaya dan merambat menurut garis lurus

    dengan kecepatan besar. Teori ini dianggap benar sampai kira-kira pertengahan abad 17.

    Teori ini dapat menerangkan dengan jelas mengenai peristiwa pemantulan dan

    pembiasan, tetapi tidak dapat dipakai untuk menerangkan terjadinya peristiwa

    interferensi. Peristiwa interferensi hanya dapat diterangkan dengan teori gelombang,

    sedangkan menurut hukum Newton cahaya merupakan partikel.

    I.b.Teori Gelombang atau Teori Undulasi

    Menurut Huygens pada awal pertengahan abad 17, cahaya adalah gelombang yang

    berasal dari sumber yang bergetar. Gelombang yang berasal dari sumber yang bergetar

    ini merambat dalam medium yang disebut eter, yaitu zat yang mengisi seluruh ruangan

    termasuk ruang vakum.

    I.c. Teori Gelombang Elektromagnetik

    Menurut Maxwell, teori ini mengemukakan bahwa cahaya adalah gelombang

    elektromagnetik.

  • 3

    II. Polarisasi[1]

    Polarisasi adalah suatu peristiwa perubahan arah getar gelombang pada cahaya

    yang acak menjadi satu arah getar; dari sumber lain mengatakan bahwa polarisasiadalah

    peristiwa penyerapan arah bidang getar dari gelombang.

    Gejala polarisasi hanya dapat dialami oleh gelombang transversal saja, sedangkan

    gelombang longitudinal tidak mengalami gejala polarisasi. Fakta bahwa cahaya dapat

    mengalami polarisasi menunjukkan bahwa cahaya merupakan gelombang transversal.

    Pada umumnya, gelombang cahaya mempunyai banyak arah getar. Suatu

    gelombang yang mempunyai banyak arah getar disebut gelombang tak terpolarisasi,

    sedangkan gelombang yang memilki satu arah getar disebut gelombang terpolarisasi.

    Gejala polarisasi dapat digambarkan dengan gelombang yang terjadi pada tali

    yang dilewatkan pada celah. Apabila tali digetarkan searah dengan celah maka

    gelombang pada tali dapat melewati celah tersebut. Sebaliknya jika tali digetarkan dengan

    arah tegak lurus celah maka gelombang pada tali tidak bisa melewati celah tersebut.

    II.a. Jenis-jenis Polarisasi[5]

    Suatu cahaya dikatakan terpolarisasi apabila cahaya itu bergerak merambat ke arah

    tertentu. Arah polarisasi gelombang ini dicirikan oleh arah vektor bidang medan listrik

    gelombang tersebut serta arah vektor bidang medan magnetnya.Beberapa macam / jenis

    polarisasi antara lain adalah polarisasi linear, polarisasi melingkar, polarisasi ellips.

    Gelombang dengan polarisasi melingkar dan polarisasi ellips dapat diuraikan menjadi 2

    gelombang dengan polarisasi tegak lurus. Polarisasi linear terjadi ketika cahaya

    merambat hanya dengan satu arah yang tegak lurus terhadap arah rambatan atau bidang

    medan listriknya.

  • 4

    a) Polarisasi Linier

    Suatu gelombang dikatakan terpolarisasi linier apabila vektor medan elektrik (atau

    medan magnetik) pada suatu titik selalu diorientasikan sepanjang garis lurus yang

    sama pada setiap waktu sesaat. Kondisi yang memenuhi hal ini adalah apabila vektor

    medan (elektrik atau magnetik) memiliki:

    a. Hanya satu komponen, atau

    b. Dua komponen orthogon allinear yang sefasa dalam waktu atau berbedafasa

    sebesar 180o (atau kelipatannya).

    b) Polarisasi Lingkaran

    Suatu gelombang dikatakan terpolarisasi lingkaran apabila vektor medanelektrik

    (atau medan magnetik) pada suatu titik membentuk suatu lingkaransebagai fungsi

    waktu. Kondisi yang memenuhi hal ini adalah apabila vektor medan (elektrik atau

    magnetik) memiliki :

    a. Medan harus mempunyai dua komponen Orthogonal linear, dan

    b. Kedua komponen harus mempunyai besaran yang sama, dan

    c. Kedua komponen harus mempunyai perbedaan fasa sebesar perkalian ganjil

    Penentuan arah rotasi selalu ditentukan dengan merotasi komponen yang fasanya

    mendahului terhadap komponen yang tertinggal fasa dan mengamatirotasi medan

    seolah-olah gelombang tersebut terlihat bergerak menjauh dari pengamat. Jika

    rotasinya searah jarum jam, maka gelombang terpolarisasi sirkular sesuai kaidah

    tangan kanan; jika rotasinya berlawanan arah jarum jam, makagelombang

    terpolarisasi sirkular menurut kaidah tangan kiri. Rotasi komponenmendahului fasa

    terhadap komponen tertinggal fasa harus dilakukan sepanjang pemisahan sudut

    diantara dua komponen yang kurang dari 180o.

  • 5

    Fasa yang lebih besar atau sama dengan 0o dan kurang dari 180o akan dianggap

    mendahului sedangkan yang lebih besar dari atau sama dengan 180o dan kurang dari

    360o akan dianggap tertinggal.

    c) Polarisasi Elips

    Suatu gelombang dikatakan terpolarisasi elips apabila ujung vektor medanelektrik

    (atau medan magnetik) pada suatu titik membentuk kedudukan elipsdalam ruang.

    Pada variasi waktu sesaat, medan vektor berubah secara kontinyuseiring waktu

    dengan cara yang sama untuk menggambarkan tempat kedudukan elips. Arah rotasi

    ditentukan dengan menggunakan aturan yang sama sepeti halnya pada polarisasi

    sirkular.

    Sebagai tambahan untuk mengetahui arah rotasi,gelombang yang terpolarisasi

    elliptical juga dinyatakan dengan rasio aksial yang besarnya merupakan perbandingan

    sumbu mayor terhadap sumbu minornya.

    Kondisi yang memenuhi hal ini adalah apabila vektor medan (elektrik

    ataumagnetik) memiliki :

    a.Medan harus mempunyai dua komponen orthogonal linear, dan

    b.Kedua komponen dapat memiliki besaran yang sama atau berbeda.

    c.(1) Jika keduanya memiliki besaran yang berbeda, beda fasa-waktudiantara

    keduanya tidak boleh 0o atau perkalian 180o (karena akan bersifatlinier).

    (2) Jika kedua komponen memiliki besaran yang sama, beda fasa-

    waktudiantara keduanya tidak boleh kelipatan bilangan ganjil dari 90o

    (karenaakan bersifat circular).

  • 6

    II.b. SebabterjadinyaPolarisasi

    Cahaya dapat mengalami polarisasi dengan berbagai cara, antara lain :

    1. Polarisasi karena peristiwa pemantulan

    2. Polarisasi karena pembiasan

    3. Polarisasi karena bias kembar

    4. Polarisasi karena absorbsi selektif

    5. Polarisasi karena hamburan.

    III. Polarisasi karena Pemantulan

    Jika cahaya tak terpolarisasi jatuh pada bidang batas antara 2 medium yang

    transparan seperti kaca ke udara atau udara ke kaca, berkas cahaya yang dipantulkan

    dan dibiaskan akan terpolarisasi sebagian. Lalu tingkat Polarisasi tergantung pada sudut

    datang serta indeks bias medium dan ketika terbentuk sudut sedemikian tersebut sinar-

    sinar yang dihasilkan oleh pemantulan dan pembiasan akan saling tegak lurus, maka saat

    itulah cahaya terpolarisasi sempurna atau terjadi saat sinar pantul dan sinar bias

    membentuk sudut 90 derajat.[3]

    Misalkan sinar datang dari cermin datar dengan sudut 57 derajat, maka sinar

    pantul merupakan sinar terpolarisasi. Cahaya yang berasal dari cermin I adalah cahaya

    terpolarisasi akan dipantulkan ke cermin.Apabila cermin II diputar sehingga arah getar

    antara cermin I dan cermin II saling tegak lurus, maka tidaka akan ada caya yang akan

    dipantulkan oleh cermin II.Peristiwa yang terjadi ini merupakan peristiwa terjadinya

    polarisasi. Cermin I disebut Polarisator, sedangkan cermin II disebut analisator.

    Polarisator akan menyebabkan sinar yang awalnya termasuk sinar tak terpolarisasi

  • 7

    menjadi sinar yang terpolarisasi. Sedangkan analisator akan menganalisi apakah sinar

    tersebut termasuk sinar terpolarisasi atau tidak.[3]

    IV. PolarisasiKarenaPemantulandanPembiasan

    E. L .MalusmerupakaninsinyurdanilmuwandariPrancispadatahun

    1808menemukanpolarisasidaricahayaalammenggunakanpemantulandaripermukaankaca.

    Dia melihat ketika cahaya alam mengenai sebuah bidang pada kaca dalam sudut tertentu,

    sinar yang dipantulkan merupakan bidang polarisasi.[1]

  • 8

    IV.a. Brewsters Law

    Sir David Brewster melakukan serangkaian eksperimen polarisasi cahaya dengan

    pemantulan di permukaan. Dia menemukan bahwa sudut polarisasi bergantung pada

    indeks bias medium. Pada tahun 1892, Brewster membuktikan bahwa tangen dari sudut

    polarisasi adalah didapatkan dari pemantulan secara matematis sama dengan indeks bias

    dari mediumnya. Jika pmerupakan sudut dan n adalah indeks bias medium, maka

    n = tan p

    Hal ini dikenal sebagai Hukum Brewster

    Pemantulan akan menghasilkan cahaya terpolarisasi jika sinar pantul dan sinar

    biasnya membentuk sudut 90o. Arah getar sinar pantul yang terpolarisasi akan sejajar

    dengan bidang pantul. Oleh karena itu sinar pantul tegak lurus sinar bias, berlaku p + r =

    90 atau r = 90 p.[2]

    Dengan demikian, berlaku pula :

    2

    1 =

    sin 2

    sin =

    sin

    sin ( 90 ) =

    sin

    cos = tan

    Jadi, diperoleh persamaan

    21

    = tan

  • 9

    Dengan n2 adalah indeks bias medium tempat cahaya datang n1 adalah medium

    tempat cahaya terbiaskan, sedangkan p adalah sudut pantul yang merupakan sudut

    terpolarisasi. Persamaan di atas merupakan bentuk matematis dari Hukum Brewster.

    Sudut Polarisasi pjuga dikenal sebagai sudut Brewster dan dituliskan dengan

    B.Cahaya dipantulkan dari segala arah dan sudut Brester terpolarisasi sebagian.

    IV.b. Aplikasi Brewster Law[1]

    a. Hukum Brewster dapatdigunakanuntukmenentukanindeks bias dari material buram.

    b. Membantukitauntukmenghitungsudutpolarisasi yang diperlukanuntuk total

    polarisasidarisinar yang dipantulkanuntutkbanyak material

    jikaindeksbiasnyadiketahui. Akan tetapi,

    hukuminitidakdapatdiaplikasikanpadapermukaanlogam.

    c. Duajendela yang biasadikenaldenganjendela Brewster yang digunakan di laser gas.

    Merekatersusun di sudut Brewster di duaujungtabung laser.

    Setiapwaktucahayamelewatijendela, di perjalanannyakecerminpemantuldari

    resonator optic, s-komponenhilang. Padaakhirnya, cahayamunculdari laser

    terdiridaricahaya yang terpolarisasi linear dari p-component.

    d. Aplikasipenggunaansudut Brewster

    lainnyaadalahuntukmemancarkanberkascahayakedalamataukeluar fiber

    optiktanpapemantulan yang hilang.

  • 10

    DAFTAR PUSTAKA

    [5] Sarojo, A., G. 2011. Gelombang dan Optik. Jakarta: Salemba Teknika.

    [1] Subrahmanyam, N., Brij Lal., M.N. Avadhanulu.1966. A text book of Optics. India :

    Rajendra Ravindra Printers

    [2] http://www.g-excess.com/pengertian-polarisasi-beserta-macam-macamnya.html

    [3] https://fisikamemangasyik.wordpress.com/fisika-3/optik-fisis/a-polarisasi-cahaya/

    [4] http://optikoptik.blogspot.com/2013/04/polarisasi-dan-jenis-jenisnya.html