plc
TRANSCRIPT
MAKALAH TUGAS LEVEL 3
PLC POWER LINE CARRIER
OLEH :
1. YUNI ALMAADIN (2206.100.035) 2. IMAM MUSTAKIM (2206.100.038) 3. HAFIDZ AMRULOH (2206.100.170)
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, selalu diikuti dengan
tersedianya sarana vital yang kita sebut listrik. Bagaimana kita membayangkan jika terjadi
pemadaman listrik selama 24 jam pada gedung-gedung atau menara pencakar langit, yang
dilengkapi dengan sarana pendingin, penerangan, lift atau sarana automasi lainnya ?
Pada proses pendistribusiannya, listrik yang dibangkitkan oleh pusat-pusat
pembangkit dialirkan ke pelanggan melalui jaringan transmisi dengan proses transformasi
tegangan oleh transformator-transformator, hingga tegangan yang sampai dan dapat
digunakan peralatan pelanggan sebesar 380/220 Volt. Proses transformasi tegangan ini,
tentunya terkait dengan pertimbangan ekonomis, dikarenakan pada proses pendistribusian
listrik besarnya biaya berbanding lurus dengan luas penampang penghantar pada jaringan
transmisi.
Listrik dibedakan dua macam, yaitu Listrik Arus DC dan Listrik Arus AC. Pada listrik
DC, besaran arus atau tegangan tidak memiliki frekuensi atau berupa garis lurus/datar.
Sedangkan pada listrik AC, besaran arus atau tegangan berbentuk gelombang sinusoida
dengan frekuensi yang besarnya 50/60 Hz. Adapun pada prakteknya, listrik yang
dibangkitkan oleh pusat-pusat pembangkit dalam bentuk 3 (baca: 3 fasa), yang urutan
fasanya disimbolkan huruf R, S, T dan biasanya diikuti kawat netral (N), tergantung
hubungannya berbentuk Δ atau Υ.
Mengalirnya arus listrik dalam bentuk gelombang sinusoida ini, ternyata dapat
dimanfaatkan untuk media komunikasi sinyal suara dan data yang dikenal dengan nama
Powerline Communication (PLC). Bagaimana konsepnya ?, secara sederana hal ini dapat
dianalogikan bahwa arus listrik mengalir seperti air laut yang menghasilkan gelombang dan
buih. Gelombang adalah arusnya, sedangkan buih berupa noisenya. Noise inilah yang
dimanfaatkan oleh Teknologi PLC untuk menghantarkan sinyal suara dan data. Namun
untuk menumpangkan sinyal telekomunikasi tersebut dibutuhkan frekuensi pada kisaran 1 –
30 MHz. Frekuensi ini mampu mengantarkan data hingga kecepatan 2 Mbps - 4.5 Mbps.
Implikasinya, dengan teknologi PLC, aliran listrik nantinya tidak hanya dimanfaatkan untuk
mengakses internet, namun perkembangannya dapat dimanfaatkan sebagai telepon atau
pembacaan meteran, yakni dengan menginstal modem PLC yang berfungsi untuk
mentransfer sinyal suara dan data. Sehingga jika si pengguna menginginkan agar dapat
berkomunikasi dengan dua jalur sekaligus (internet dan telepon) pada satu jalur kabel
listrik maka dengan dua modem teknologi PLC, hal ini dapat terealisasikan.
Konsep internet melalui kabel listrik, bukan barang baru. Usaha‐usaha sebelumnya
dalam mengimplementasikan teknologi ini telah terhambat karena ketidakmampuan
mengatasi solusi ekonomis dalam memfilter noise listrik yang melekat pada kabel‐kabel
listrik. Sampai saat ini, perusahaan‐perusahaan telekomunikasi (seperti British Telecom,
Telstra, dll) telah sepenuhnya memonopoli pemasokan layanan‐layanan telekomunikasi di
kebanyakan negara‐negara barat. Tetapi hal ini berubah dengan cepat ketika banyak negara
telah (atau dalam proses menuju) melakukan deregulasi telekomunikasi mereka, sehingga
jalan telah terbuka bagi pemain‐pemain baru untuk masuk ke pasar telekomunikasi.
I.2. Pembatasan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini, kami membatasi pembahasan mengenai Powerline
Communication. Hal‐hal yang kami bahas dalam makalah ini adalah mengenai perspektif
sejarah PLC, skema jaringan, metode modulasi, kendala‐kendala yang dihadapi, dan
aplikasinya dalam kehidupan.
I.3. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan informasi kepada
pembaca mengenai teknologi Powerline Communication (PLC). Dari penyusunan makalah
ini kami berharap pembaca menjadi tahu bagaimana teknologi PLC ini dapat bekerja dan
juga mengetahui kendala‐kendala yang dihadapi sehingga kelak teknologi ini bisa menjadi
teknologi alternative untuk memajukan teknologi informasi dan pendidikan di Indonesia.
BAB II PEMBAHASAN
Sesuai namanya, Powerline Communication (PLC) adalah komunikasi data yang
dilakukan melalui jalur listrik. Jalur listrik merupakan hal yang sangat umum dan sangat
mudah ditemukan. Coba hitung berapa banyak stop kontak di rumah Anda? Hampir setiap
kamar pasti menyediakan stop kontak, bahkan beberapa di antaranya menyediakan lebih
dari satu stop kontak. Berbekal kenyataan ini, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa
komunikasi via jalur listrik ini sangatlah mudah dilakukan karena infrastrukturnya sudah
ada.
Konsep internet melalui kabel listrik, bukan barang baru. Usaha‐usaha sebelumnya
dalam mengimplementasikan teknologi ini telah terhambat karena ketidakmampuan
mengatasi solusi ekonomis dalam memfilter noise listrik yang melekat pada kabel‐kabel
listrik. Sampai saat ini, perusahaan‐perusahaan telekomunikasi (seperti British Telecom,
Telstra, dll) telah sepenuhnya memonopoli pemasokan layanan‐layanan telekomunikasi di
kebanyakan negara‐negara barat. Tetapi hal ini berubah dengan cepat ketika banyak negara
telah (atau dalam proses menuju) melakukan deregulasi telekomunikasi mereka, sehingga
jalan telah terbuka bagi pemain‐pemain baru untuk masuk ke pasar telekomunikasi.
Jaringan‐jaringan telekomunikasi membutuhkan beberapa medium pembawa sinyal
(baik kabel optik fiber, kabel tembaga berpasangan, atau bahkan transmisi melalui satelit)
dan pembiayaan untuk medium pembawa ini umumnya lumayan mahal dan menjadi
penghambat. Tetapi untuk perusahaan utilitas pemasok listrik yang telah mempunyai
infrastruktur seperti itu pada grid jaringan listriknya, konsep ini cukup menjanjikan,
terutama jika masalah‐masalah di atas dapat diatasi. Digital Powerline(r)TM, merupakan
salah satu solusi yang memungkinkan internet dijalankan melalui kabel listrik.
II.1. Perspektif Sejarah
Pemain utama dalam telekomunikasi powerline ini adalah Norweb (anak
perusahaan United Utilities PLC, London), dan terutama adalah seorang stafnya yaitu Dr.
Paul Brown.
Pada tahun 1991, Dr. Brown ditunjuk untuk memimpin grup riset kecil pada Open
University di Inggris untuk menyelidiki kelayakan telekomunikasi melalui kabel listrik. Dia
menemukan bahwa di masa lalu banyak insinyur yang telah berjuang dengan ide‐ide yang
sama tetapi gagal karena noise. Setiap kali listrik dinyalakan, sejumlah besar gelombang
disturbansi listrik melewati kabel dan mengubah setiap transmisi data secara simultan.
Dr. Brown dan rekan‐rekan tim risetnya menemukan suatu ide menggunakan
sinyal‐sinyal pada frekuensi tinggi diatas frekuensi yang secara potensial mengubah noise.
Meskipun begitu, hal ini juga ada masalahnya. Sinyal‐sinyal frekuensi tinggi tidak mampu
berjalan cukup jauh dan gaung atau pantulan dalam sistem dapat secara efektif
menenggelamkan sinyal‐sinyal itu.
Tim riset memutuskan untuk menggunakan lebih dari satu frekuensi dan mengirim
data dalam bentuk paket‐paket diskrit yang dipandu oleh beberapa bentuk sistem
pensinyalan. Pengujian dan penyempurnaan sistem ini dihasilkan pada uji coba proyek pilot
dimana sekolah‐sekolah dasar di Manchester telah mempunyai sambungan Internet
dengan laju 1 Mbps (hampir 10 kali lebih cepat dari sambungan‐sambungan ISDN yang
telah ada).
II.2. Metode Modulasi
Secara konseptual sistem transmisi PLC cukup sederhana, yaitu dengan cara
"menitipkan" sinyal data telekomunikasi pada noise yang ada pada energi listrik. Namun,
secara teknis untuk menumpangkan sinyal data diperlukan frekuensi rendah dengan
kisaran 1‐50 Hz dan membutuhkan kondisi tegangan listrik yang stabil. Disisi lain, kualitas
kirim suara dan data dipengaruhi oleh bandwidth, frekuensi yang digunakan, dan SNR.
Bandwidth tinggi dicapai dengan menggunakan kisaran frekuensi yang tinggi atau dengan
menaikkan level SNR. Untuk menaikkan level SNR, dibutuhkan injeksi sinyal yang lebih
tinggi. Sementara standar frekuensi yang dialokasikan untuk PLC berada sekitar 1‐50 Hz.
PLC harus bekerja dengan daya sinyal/frekuensi yang rendah. Karena pada frekuensi
tinggi bisa terjadi radiasi dari kabel listrik yang dapat mengganggu frekuensi lainnya.
Ketentuan ini berlawanan dengan kebutuhan SNR yang tinggi karena beragam gangguan
bisa muncul. Proses mencapai nilai SNR yang bagus dihadapkan kendala munculnya efek
radiasi oleh kabel listrik. Padahal nilai SNR yang dibutuhkan harus mampu mengatasi noise
background yang mungkin muncul. Masalah tersebut dapat diatasi dengan cara
menggunakan dua buah metode modulasi. Yang pertama adalah Teknik Modulasi CDM
(Code Division Multiplexing) atau Spread Spectrum. Dalam menggunakan metode ini, sinyal
informasi dapat tersebar dalam kisaran frekuensi yang lebar. Tingkat sinyal informasi dibuat
sangat rendah dengan harapan tidak akan terganggu tingkat noise yang sangat tinggi di PLC.
Kedua, dengan menggunakan Teknik Modulasi OFDM (Orthogonal Frequency Division
Multiflexing). Metode modulasi ini dipergunakan banyak vendor karena dinilai cukup stabil.
Efisiensi modulasinya dapat mencapai 5 bit per hz yang lebih tinggi dari metode modulasi
lainnya.
Gb 2 Demodulasi Data
Gb 1 Modulasi Data
Gb 3 Cyclic Prefix
Dasar kerja PLC adalah menggunakan frekuensi tinggi yang tidak digunakan untuk
mengalirkan listrik. Jalur listrik umumnya menggunakan frekuensi 50‐60 Hz untuk
mengalirkan listrik. PLC akan menggunakan frekuensi yang lebih tinggi untuk mengirimkan
data.
PLC menggunakan modulasi Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM)
untuk mengirimkan data. Standar OFDM ini sangat populer, baik di standar wireless
(802.11a/g) maupun DSL. Ide dasar OFDM adalah membagi spektrum menjadi bagian‐
bagian kecil dengan kecepatan rendah. Tentu saja, modulasi OFDM yang digunakan untuk
keperluan transmisi PLC ini telah didesain khusus. Ia menggunakan 84 subcarriers di
frekuensi antara 4,5‐21 MHz. Frekuensi ini jauh di atas frekuensi yang digunakan oleh jalur
listrik, yaitu 50‐60 Hz.
Cara kerja PLC ini termasuk rumit (perhatikan gambar di halaman sebelumnya).
Langkah pertama yang dilakukan oleh PLC adapter adalah menggunakan algoritma Forward
Error Correction (FEC) yang akan meng‐encode data ke dalam bentuk khusus. Selanjutnya,
data yang telah di‐encode ini akan dipetakan ke dalam suatu set tone yang telah
ditentukan. Gelombang OFDM melalui proses Fast Fourier Transform (FFT) akan mengubah
sinyal dari frequency domain ke time domain. Selanjutnya, proses Inverse FFT (IFFT) akan
menghasilkan simbol OFDM.
Mekanisme informasi waktu (guard time/cyclic prefix) juga dimasukkan ke dalam
simbol OFDM yang dihasilkan. Pada dasarnya, guard time atau cyclic prefix merupakan
potongan dari akhir simbol OFDM yang diduplikatkan ke bagian awal simbol (lihat gambar
di kiri atas). Dengan adanya informasi waktu ini, maka problem multipath ini bisa diatasi
dan keutuhan simbol OFDM bisa dijaga.
Saat data diterima, maka proses sebaliknya akan dilakukan. Guard time/cyclic prefix
akan dibuang dan setiap simbol OFDM akan diproses oleh prosesor FFT. Selanjutnya, akan
dilakukan konversi balik dari time domain ke frequency domain. Data akan diterima di port
Ethernet oleh client PC/notebook.
II.3. Kendala‐kendala
Mengalirnya listrik pada suatu penghantar dapat menyebabkan terjadi jatuh
tegangan (Voltage Drop) pada penghantar tersebut, sehingga menyebabkan ketidakstabilan
tegangan atau selalu berfluktuasi. Juga tingkah laku fisik dari jaringan berubah setiap
adanya peralatan yang di on/off. Kondisi ini jauh berbeda dengan jalur telekomunikasi,
yang dapat kita katakan memiliki kestabilan, sehingga lalu lintas suara dan data memiliki
sedikit kemungkinan untuk terjadi kegagalan.
Kabel listrik juga merupakan sistem terbuka (open network) dimana sinyal bisa keluar
(jaringan listrik merupakan suatu antena) yang dapat menimbulkan ElectoMagnetic
Interference (EMI) yang dapat mengganggu sistem komunikasi dan juga terbuka dari luar,
dimana sinyal/noise dari luar bisa masuk dan sistemnya mudah terganggu.
PLC sebagai teknologi yang memanfaatkan saluran listrik untuk menumpangkan
sinyal suara dan data, tentunya dihadapkan kendala‐kendala yang cukup rumit. Hal ini
disebabkan berbagai kenyataan bahwa PLC mengambil tempat secara langsung pada
jaringan di mana kebanyakan dari peralatan listrik rumah tangga dioperasikan, akibatnya
level noise pada jaringan akan menjadi tinggi. Level noise bergantung pada sejumlah
keadaan, seperti alam dan sumber‐sumber buatan dari radiasi elektromagnetik, struktur
fisik dan parameter jaringan. Beberapa kendala aplikasi yang terkait dengan jaringan listrik
adalah noise, distorsi, disturbansi dan atenuasi, tentunya hal ini akan mempengaruhi
kualitas dari pengiriman suara dan data, sehingga diperlukan suatu metode modulasi yang
mampu memberikan solusi pemecahannya.
II.3.A. Noise
Setiap jaringan listrik menerima sinyal listrik yang diradiasikan oleh alat‐alat pada
jaringan tersebut dan diemisikan oleh sumber‐sumber lainnya. Karena itu mengapa setiap
jaringan listrik dapat dikarakterisasikan oleh suatu yang kita sebut noise. Noise pada saluran
daya sebagian besar disebabkan oleh peralatan listrik yang terhubung ke saluran, seperti
proses switching penyuplai‐penyuplai daya.
Kualitas kirim suara dan data dipengaruhi oleh bandwidth, frekuensi yang digunakan,
dan rasio sinyal‐noise (SNR, signal to noise ratio). Bandwidth tinggi dicapai dengan
menggunakan kisaran frekuensi yang tinggi atau dengan menaikkan tingkat SNR. Untuk
menaikkan tingkat SNR, dibutuhkan injeksi sinyal yang lebih tinggi. Contoh pengukuran SNR
dan kisaran frekuensi yang dapat digunakan terlihat pada Gb 4.
II.3.B. Distorsi
Permasalahan lain yang harus diatur pada jaringan listrik adalah distorsi
(penyimpangan). Di mana distorsi ini dapat muncul selama kerangka‐waktu milidetik
sampai beberapa menit. Distorsi tidak hanya disebabkan oleh peralatan mesin bor, oven
microwave dan blender, tetapi juga disebabkan oleh lampu‐lampu yang di on/off.
II.3.C. Disturbansi
Keanehan sistem PLC penting lainnya adalah sering terjadi berbagai macam
disturbansi dari jaringan. Jaringan tegangan rendah tidak dapat membangun transmisi data
dan ada beberapa kerugian untuk pemakaian dalam telekomunikasi. Karena itu jaringan
PLC kelihatan menjadi lebih terganggu dari pada jaringan komunikasi kawat lainnya. Karena
aturan regulasi yang ketat untuk radiasi elektromagnetik dari jaringan PLC terhadap
lingkungan, sistem PLC harus bekerja dengan daya sinyal yang sangat rendah. Hal itu
membuat sistem PLC lebih sensitif terhadap disturbansi dan sistem transmisi PLC harus
menghadapi problem ini. Sampai kini SNR cukup untuk menghindari disturbansi dalam
jaringan, namun tidak ada pemakaian metode khusus untuk melawan disturbansi.
Gb 4 Contoh Rasio Sinyal‐Noise
II.3.D. Atenuasi
Salah satu problem utama dari PLC adalah atenuasi (peredaman) sinyal yang sangat
tinggi, terutama jika frekuensi kerjanya diatas kisaran puluhan MHz. Adanya Atenuasi akan
menyebabkan menurunkan tingkat sinyal pada suatu jarak tertentu, sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 2:
II.3.E. Keamanan
Mengirim data melalui jalur listrik tampaknya sama tidak amannya dengan wireless.
Anda tidak bisa tahu pasti siapa saja yang ikut “menguping” di jalur listrik yang digunakan.
Sebagai solusinya, standar PLC menggunakan enkripsi 56‐bit Data Encyrption Standard
(DES). Standar 56‐bit DES ini mungkin bukan standar enkripsi yang paling aman, namun
setidaknya ia memberikan kesulitan ekstra untuk para calon penyusup yang ingin
menyadap data Anda.
II.4. Skema Jaringan
Pada sisi pelanggan akhir dari jaringan, CAU (customer acces units, unit‐unit akses
pelanggan) menghubungkan peralatan pengguna apakah itu telpon, komputer atau yang
lainnya, ke jaringan kabel listrik utama. CAU juga sebagai unit‐unit pengkondisi yang
berfungsi untuk mengisolasi secara elektrik peralatan‐peralatan pengguna dari kabel listrik
utama, juga untuk mengekstraksi sinyal data dari arus listrik.
CAU ini dihubungkan ke infrastruktur komunikasi yang merupakan tegangan rendah
induk (240‐415 volt). Pada substasiun listrik di mana jaringan distribusi tegangan rendah
berasal (telah diturunkan tegangannya dari jaringan tegangan tinggi dengan transformer),
sinyal‐sinyal diinjeksikan ke dalam jaringan tegangan rendah dari jaringan data
konvensional eksternal (kabel tembaga koaksial, kabel optik fiber, jaringan nirkabel, atau
bahkan jaringan satelit). Jadi meskipun komunikasi data dapat dipropagasi melalui kabel
listrik, beberapa jaringan konvensional harus tetap ada atau diinstal ke substasiun. Sampai
Gb 5 Sinyal peredaman sebagai fungsi jarak
saat ini belum ada metoda yang ditemukan untuk melakukan propagasi sinyal‐sinyal data
melalui jaringan tegangan tinggi (> 415 volt).
Secara khusus, frekuensi sinyal daya listrik adalah dalam range 50/60Hz. Dengan
pengkondisian, sinyal‐sinyal data ini dinaikkan ke frekuensi ultra tinggi dalam range
500/600MHz, sehingga data dapat dilapiskan ke atas kabel utama listrik tanpa terjadi
kondisi saling melemahkan. Interferensi diminimalkan dengan memecah arus data ke
bentuk paket‐paket sebelum diinjeksikan ke dalam jaringan listrik. Sistem komersial dapat
menawarkan laju data digital dalam kecepatan kelipatan lebih dari 32 kbps ke maksimum
arus yang diperkirakan mencapai 1 Mbps. Laju data ini relatif sangat stabil, bebas dari noise
dan menawarkan spektrum‐spektrum yang dapat digunaan dalam range 6 dan 10 MHz ke
para pelanggan akhir dari jaringan distribusi, dan kira‐kira spektrum 20 MHz ke para
pelanggan yang lebih dekat dengan substasiun. Lebih penting lagi, sambungan ini adalah
permanen.
Nilai tambah bagi perusahaan‐perusahaan listrik adalah bahwa sekali teknologi ini
diimplementasikan akan memungkinkan mereka untuk memperoleh nilai tambah ke
jaringan mereka sendiri dengan berkemampuan untuk membaca meteran listrik pintar dan
mampu menyediakan peranti pengelolaan demand/supply cerdas yang memberi
kemampuan pada perusahaan dalam mengimplementasikan sistem tarif yang inovatif
ataupun sistem reward energi yang lain.
II.5. Aplikasi PLC
Komponen sistem tenaga listrik dibagi dalam 3 bagian utama, yaitu pembangkitan,
transmisi dan distribusi. Adanya kendala ekonomis, maka dalam proses penyalurannya
dilakukan transformasi tegangan oleh transformator, sehingga pada masing‐masing bagian
memiliki level tegangan yang berbeda‐beda, sehingga secara umum sistem tenaga listrik
dibagi menjadi 4 bagian, seperti Gb 6.
Gb 6 Diagram Sistem Tenaga Listrik
Pada proses pendistribusian listrik ke titik‐titik pelanggan, agar besarnya tegangan
sesuai standar peralatan pelanggan (220 V), maka melalui trafo distribusi tegangan 12 kV
diturunkan menjadi 380 V. Jaringan dengan tegangan 20 kV /380 V inilah yang disebut
jaringan tegangan rendah. Trafo distribusi di Indonesia biasanya diletakkan tergantung
pada tiang‐tiang listrik, seperti Trafo distribusi yang ada pada tiang listrik sebelah kanan
Gedung STMIK MDP (di samping Genset).
Dengan memahami diagram sistem tenaga listrik di atas, maka tidaklah susah bagi
kita untuk mengetahui di mana titik tumpang‐sari atau “penitipan” sinyal‐singal
telekomunikasi diinjeksikan ke jaringan listrik dari jaringan data eksternal, seperti kabel
tembaga koaksial, kabel optik fiber, atau bahkan jaringan satelit. Jelaslah bahwa titik
injeksinya pada jaringan listrik adalah pada Trafo Distribusi.
Sistem PLC cukup menarik untuk digunakan. Karena membutuhkan koneksi ke
infrastruktur jaringan Internet yang lebih sedikit. Sebab koneksi dilakukan dengan
memanfaatkan infrastruktur jaringan listrik yang telah ada. Seperti yang ditampilkan pada
gambar berikut ini. Untuk koneksi ke jaringan Internet hanya perlu dari router PLC utama ke
Internet (ISP) ini dapat dilakukan baik menggunakan wireless ataupun menggunakan leased
line (saluran kontrak). Dari tiap rumah ke router PLC tersebut dapat digunakan modem PLC.
Apabila router PLC di atas dioperasikan oleh perusahaan penyedia jaringan listrik
(misal di gardu‐gardu listrik sekitar perumahan), maka ini dapat mengubah perusahaan
jaringan listrik juga menjadi penyedia jasa akses Internet. Cukup banyak perusahaan yang
menampilkan produk serta layanan yang berkaitan dengan PLC ini, karena tampaknya
koneksi dengan cara ini merupakan salah satu solusi koneksi Internet saat ini.
Dengan menggunakan PLC ini tidak saja akses Internet, tapi juga dapat digunakan
sebagai perangkat komunikasi suara (VoIP), transmisi video (video on demand) ataupun
lainnya. Kecepatan data transfer yang bisa dicapai maksimal sekarang adalah sekitar 4,5
Mbps berarti sekitar 70 kali lebih cepat dari ISDN. Sehingga memungkinkan layanan yang
menggabungkan penyediaan listrik, dan penyedia jasa komunikasi. Maka tak
mengherankan para penyedia jasa akses Internet melalui jaringan listrik ini adalah
Gb 7 Jaringan PLC
perusahaan penyedia layanan listrik. Jadi tidak lama lagi bisa‐bisa yang menjadi saingan
TELKOM adalah PLN. Bahkan mungkin dengan teknologi PLC ini, MDP juga kita harapkan
dapat berkiprah.
Ide menggabungkan sinyal‐sinyal komunikasi dan listrik pada suatu jalur transportasi
tunggal merupakan suatu harapan nyata. Teknologi PLC, zona pembagian aplikasi dibagi
kedalam dua daerah : prosedur yang diperuntukkan untuk sisi luar gedung (outdoor), dan
prosedur sisi dalam gedung (indoor). Dalam zona outdoor, infrastruktur telekomunikasi
konvensional digunakan untuk menghubungkan stasiun jaringan lokal dengan jaringan
listrik atau suatu backbone internet khusus. Bergantung pada jarak dan kondisi lokal,
koneksi dimungkinkan oleh saluran tembaga atau kabel optik (FO, Fiber Optic). Stasiun
jaringan lokal menggabungkan data dan sinyal data pada grid listrik dan mengirimkannya
sebagai data stream ke setiap soket yang terhubung di rumah tangga, yaitu ke ujung user
via jaringan tegangan rendah. Komponen sistem dijelaskan pada Gb 8.
Titik akses outdoor (OAP, Outdoor Access Point), melanjutkan data stream yang
masuk ke jaringan indoor, dan suatu master indoor dalam kontrol rumah tangga dan
mengkoordinasikan semua sinyal data yang ditransmisikan. Adapter‐adapter menengah
memisahkan data dan daya pada soket dan melanjutkan data ke aplikasi perorangan.
Teknologi powerline membawa data stream dan sinyal suara ke soket dalam suatu
bangunan via jaringan tegangan rendah. Master outdoor (OM, Outdoor Master), beraksi
sebagai administrator untuk sistem outdoor dan sebagai gateway yang menghubungkan
sistem PLC dengan jaringan backbone. OAP menghubungkan sistem outdoor dan sistem
indoor. Sisi luar, menunjukkan fungsi dari adapter (slave) sedangkan sisi dalamnya bekerja
sebagai master dan bertanggungjawab untuk administrator sistem indoor.
Gb 8 Sistem PLC ‐ Ascom
t
t
Ad
telepon
pada sisi
tersedia
(Etherne
antara so
lebih pan
Un
menggun
pensinya
Hal ini se
sinyal di
konsep p
ketiga fa
dapter ind
pada sat
i lainnya
untuk k
t, USB, a
oket dan
njang.
nit‐unit o
nakan ka
alan dapa
ecara lan
hubungk
pendistrib
sanya se
door me
tu sisi, da
. Adapte
koneksi k
analog A
termina
utdoor (m
bel tetap
at menja
ngsung d
kan antar
busian te
lalu diup
nyediaka
an jaringa
er yang m
ke sistem
A/B inter
l, sedang
master, t
p. Sinyal P
di optim
ihubungk
ra kondu
enaga list
ayakan s
Gb 9 A
Gb 10 D
an interfa
an backb
memiliki
m indoor
rface tele
gkan repe
titik akse
PLC dipis
mal‐fasa, s
kan ke so
uktor fasa
trik ke ru
seimbang
Adapter ‐ A
Diadram ko
ace antar
bone unt
komunik
r. Adapte
epon). A
eater unt
s dan rep
ahkan an
suatu pil
oket via
a dan ne
mah tang
g.
Ascom dan
oneksi pera
ra jaringa
uk intern
kasi pada
er dileng
dapter G
tuk meng
peater) d
ntara dua
lihan yan
suatu ka
etral. Kon
gga, dima
Aztech
alatan PLC
an data in
net, telep
a frekuen
gkapi de
Gambar 9
guatkan s
dihubung
a dari tiga
ng tidak d
bel listrik
nsep ini,
ana besa
almaad
nternal,
pon dan
nsi sistem
ngan int
9 di atas
sinyal me
kan deng
a fasa. Se
diberikan
k konven
ternyata
rnya beb
din@gma
PC, print
aplikasi
m outdoo
terface s
s, dihubu
elalui jara
gan semu
ebagai ha
n oleh ad
nsional, d
a sama d
ban (daya
ail.com
ter dan
sejenis
or juga
standar
ungkan
ak yang
ua fasa
asilnya,
dapter.
dengan
dengan
a) pada
PENUTUP
Berkembangnya Teknologi PLC, merupakan nuansa harapan bagi kita yang belum
memanfaatkan internet, apalagi kita dihadapkan pada kebijakan pemerintah yang
menyambut Tahun Baru 2003 dengan menaikkan BBM, Tarif Listrik dan Tarif Telpon.
Dengan akses internet melalui jalur listrik, kita tidak lagi dihadapkan kendala besarnya biaya
pulsa akibat akses internet yang begitu lamban, dibandingkan PLC yang dapat memberikan
kecepatan akses hingga 2.5 ‐ 4.5 Mbps bahkan 45 Mbps. Juga PLC memberikan fungsi lain,
seperti telpon atau meteran listrik yang biayanya dapat dilihat secara on‐line.
Berbagai negara telah menerapkan Teknologi PLC, bahkan PLN dengan anak
perusahaannya Indonesia Comnet Plus (Icon+) telah melakukan ujicoba untuk 20 user di
Durentiga dan untuk 400 user di Jakarta dan Bandung. Adapun produk teknologi PLC sudah
banyak dipasaran, seperti DPL (Inggris), Ascom (Swiss), DS2 (Spanyol), Mainnet (Jerman),
Planet (Taiwan), dll. Bagaimana kita ? Disamping dihadapkan pada masih mahalnya
teknologi PLC, juga kenyataan bahwa pemadaman listrik masih harus kita hadapi Now and
Forever (maybe).
DAFTAR PUSTAKA
http://www.elektroindonesia.com/elektro/ut26.html
http://www.powerlinecommunications.net/AscomPowerlineCommunication.htm
http://www.lonestarbroadband.org/technology/powerlines.htm
http://www.inf.brad.ac.uk/research/groups/npe/npe_pubs.php3#JPR
http://www.powerlineworld.com/powerlineintro.html
http://www.powerlinecommunications.net