pesan dakwah di media elektronik -...
TRANSCRIPT
-
PESAN DAKWAH DI MEDIA ELEKTRONIK
(ANALISIS ISI (QCA) TERHADAP ACARA RAHASIA
SUNNAH DI TRANS 7)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
HALIMATUSSA’DIYAH
NIM : 106051001818
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
-
PESAN DAKWAH DI MEDIA ELEKTRONIK
(ANALISIS ISI (QCA) TERHADAP ACARA RAHASIA
SUNNAH DI TRANS 7)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Halimatussa’diyah
NIM : 106051001818
Pembimbing
Drs. Wahidin Saputra, M.A
NIP : 19700903 199603 1 001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/ 2010 M
-
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi ini berjudul “PESAN DAKWAH DI MEDIA ELEKTRONIK
(ANALISIS ISI (QCA) TERHADAP ACARA RAHASIA SUNNAH DI
TRANS 7)” telah diujikan dalam sidang Munaqosah di Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada
tanggal 23 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I) pada Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 23 Juni, 2010
Sidang Munaqosah
Ketua Merangkap Anggota Sekertaris Merangkap Anggota Drs. Mahmud Djalal, MA Umi Musyarofah, MA NIP. 19520422 198103 1 002 NIP. 19710816 199703 2 002
Anggota
Penguji I Penguji II Dra. Armawati Arbi, M.Si Dra. Hj. Jundah Sulaiman, MA NIP. 19650207 199103 2 002 NIP. 19620303 199203 2 001
Pembimbing
Drs. Wahidin Saputra, M.A NIP : 19700903 199603 1 001
-
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 Juni 2010
Halimatussa’diyah
-
Setiap huruf di skripsi ini melambangkan
Doaku untuk Ayah di sisi-Nya
Dan Kupersembahkan
Karya sederhanaku ini untuk keluargaku tercinta…
-
ABSTRAK
Pesan Dakwah Di Media (Analisis Isi (QCA)Terhadap Acara Rahasia Sunnah di TRANS 7) Oleh : Halimatussa’diyah (106051001818)
Kemasan materi dakwah menjadi hal yang penting untuk menyampaikan dakwah agar bisa sampai kepada sasaran. Munculnya media televisi dan media lainnya yang merupakan produk dari kemajuan teknologi komunikasi telah menyediakan berbagai kemudahan dan manfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Dakwah melalui televisi dapat diramu dengan segala bentuk cara baik langsung maupun tidak langsung.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti melakukan penelitian di TRANS7 dan mengkhususkannya pada program Rahasia Sunnah episode Desember 2010, merumuskan pertanyaan yakni: pesan dakwah yang terkandung dalam Rahasia Sunnah, yaitu mengenai Dakwah Dzatiyah, Dakwah Fardiyah, Dakwah Halaqoh dan Dakwah Profesional?
Untuk mendapatkan data dan hasil yang sempurna dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif yakni berupa pengamatan yang mendalam terhadap isi pesan yang disampaikan dengna menjabarkan isi pesan tersebut secara mendalam dan apa adanya.
Peneliti menggunakan teori Mayring, mengenai Analisis Isi Kualitatif (Qulitatif Content Analysis (QCA)), mencoba untuk menggunakan kekuatan metodologi analisis isi dan penelitian komunikasi untuk menganalisa secara sisitematis sejumlah materi tekstual tapi dengan elaborasi langkah-langkah analisis kualitatif.
Setelah peneliti, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa isi pesan pada program Rahasia Sunnah di Trans 7 episode Desember 2009 yang terbagi dalam beberapa kategorisasi, maka peneliti melihat bahwa pada dasarnya pesan dakwah yang disampaikan lebih cenderung mendalami mengenai ketentuan hukum Islam sesuaia dengan tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Dakwah fardiyah dalam penelitian ini membahas: Pendekatan individu secara psikologis, Saling bertukar informasi, Saling bertukar pengalaman. (sensasi), persepsi (memaknai stimuli), memori (apa yang boleh diingat) dan cara berfikir menurut pandangan Islam. Kecerdasan intelektual, Kecerdasan emosi, Kecerdasan spiritual (hubungan dengan Allah). Dakwah halaqoh dalam penelitian ini membahas mengenai: Pendekatan kelompok dengan norma kelompok, Memahami norma kelompok. Dalam penelitian ini dakwah professional membahas mengenai Manajemen Dakwah, Profesi (para ahli) seperti: Drs.Sudaryanto (peneliti dari Universitas Udayana, dll. dan Profesi (para da’i) seperti: Ali Mustafa Ya’kub (Ulama MUI)
i
-
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang patut kita lantunkan selain puji syukur kehadirat Allah SWT
Tuhan yang Maha Agung yang dengan limpahan anugerah dan nikmat yang tak
terukur kepada kami selaku peneliti, sehingga dapat memulai dan menyelesaikan
penelitian ini. Shalawat teriring salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan
baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Amien.
Peneliti menyadari adanya kekurangan dan kelemahan yang melekat pada diri
peneliti, khususnya pada penyelesaian skripsi ini. Namun Alhamdulillah dengan
keterbatasan dan kekurangan ini akhirnya peneliti bisa menyelesaikan penelitian ini.
Hal ini tidak terwujud sendirinya melainkan karena dukungan dan bantuan dari
banyak pihak baik moril maupun materi, sehingga banyak ucapan terimakasih peneliti
ucapkan kepada:
1. Keluarga tercinta, (Alm) Ayahanda Baniyamin, ibunda Asma, serta kakak-
kakak tercinta Rachmawati, Nurhayati, Siti Hawa, Muhammad Ilham dan
adik tersayang Istiqamah. Yang telah memberikan dukungan berupa
materi serta do’a yang tulus dan menjadi motivasi bagi peneliti.
2. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Pembantu Dekan Bid. Akademik Drs. Wahidin Saputra, MA,
Pembantu Dekan Bid. Adm. Umum Drs. Mahmud Jalal MA, Pembantu
Dekan Bid. Kemahasiswaan Drs. Studi Rijal LK, MA;
ii
-
3. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Drs. Jumroni, M.SI yang
telah memberikan sarana dan prasarana yang baik selama peneliti berada
di kampus ini;
4. Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Ibu Hj. Umi
Musyarofah, MA yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan nilai
akademis di kampus tercinta ini;
5. Drs. Wahidin Saputra, MA selaku pembimbing yang telah membimbng
peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik;
6. Bapak, Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
khususnya jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah
memberikan wawasan ke-ilmuan, mendidik dan mengarahkan peneliti
selama peneliti berada pada masa kuliah;
7. Bapak, Ibu pengawas Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah membantu peneliti dalam mencari berbagai literature yang
menunjang untuk skripsi ini;
8. Bapak, Ibu pengawas Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah membantu peneliti dalam mencari berbagai literature yang
menunjang untuk skripsi ini;
9. Seluruh pihak Trans 7 yang telah membantu peneliti dalam menyediakan
wadah bagi peneliti untuk melakukan penelitian tersebut, khususnya pada
program Rahasia Sunnah, kepada Mas Wahyu Nur Cahyadi selaku
iii
-
produser Rahasia Sunnah, Mas Ronny Suyanto selaku produser pertama
Rahasia Sunnah, dan seluruh crew Rahasia Sunnah.
10. Sahabat-sahabat KPI B angkatan 2006 yang telah memberikan dukungan
dan ikatan persahabatan serta keluarga kecil selama peneliti berada di
masa kuliah, kebahagiaan serta keakraban yang tidak akan terlupakan.
11. Kepada Badru Tamam dan KKS 95 Cianten yang telah memberikan
semangat, dorongan dan do’a yang tulus kepada peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.
12. Serta pihak-pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan
skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu namun tidak
mengurangi rasa hormat dan ucapan terimakasih kepada mereka semua.
Peneliti merasa perlu memberikan ucapan terimakasih yang sebanyak-
banyaknya kepada mereka yang telah peneliti sebutkan di atas, berkat dukungan,
semangat, serta do’a yang tulus kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
Tentu saja skripsi ini jauh dari nilai kesempurnaan, namun besar harapan peneliti
bahwa skripsi ini dapat memberi manfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi
pembaca. Amien
Jakarta, 23 Juni 2010
Halimatussa’diyah 106051001818
iv
-
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. v
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................ 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 6
D. Metodologi Penelitian ........................................................ 8
E. Tinjauan Pustaka ................................................................ 12
F. Peta Konsep ……………………………………………… 13
G. Sistematika Penulisan ........................................................ 13
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Pesan Dakwah .................................................................... 15
1. Dakwah Dzatiyah ......................................................... 18
2. Dakwah Fardiyah ......................................................... 22
3. Dakwah Halaqoh ........................................................... 23
4. Dakwah Profesional....................................................... 27
B. Media Dakwah .................................................................. 32
C. Analisis Isi kualitatif (QCA) .............................................. 35
BAB III GAMBARAN UMUM ACARA RAHASIA SUNNAH DI TRANS 7
A. Sekilas tentang TRANS 7 .................................................. 40
B. Deskripsi Acara Rahasia Sunnah ....................................... 43
v
-
vi
1. Latar Belakang Berdirinya Acara Rahasia Sunnah ...... 44
2. Tujuan Acara Rahasia Sunnah ..................................... 47
3. Sasaran Acara Rahasia Sunnah .................................... 48
BAB IV PESAN DAKWAH ACARA RAHASIA SUNNAH
Pesan Dakwah Acara Rahasia Sunnah ..................................... 49
1. Dakwah Dzatiyah
2. Dakwah Fardiyah
3. Dakwah Halaqoh
4. Dakwah Profesional
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 84
B. Saran ................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 87
LAMPIRAN-LAMPIRAN
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberadaan media massa membawa pengaruh luas dibanding dengan
komunikasi tatap muka. Besarnya eksistensi media komunikasi yang berakibat
merubah informasi menjadi komoditi dalam masyarakat. Televisi sebagai
salah satu media, memiliki peranan penting.
Sejak memiliki karakteristik yang sempurna yaitu gabungan antara
audiovisual yang kemudian menjadi kesatuan yang menjadi daya tarik
tersendiri, baik itu dilihat dari segi warna, suara, pencahayaan, program acara
yang beragam, acara yang terus berkesinambungan baik itu yang bersifat
langsung maupun interaktif dengan para pemirsa. Media televisi juga
merupakan alat informasi, hiburan, dan kontrol sosial yang juga dapat menjadi
penghubung wilayah secara geografis.
Sebagai media informasi, TV unggul dalam menyampaikan
tayangannya yang dilengkapi dengan ulasan penjelas. Media siaran ini mampu
menyampaikan suatu informasi dengan cepat, namun ia tidak dapat
menguraikan segala aspeknya secara lengkap dan mendalam. Seperti yang
dikutip oleh Jalaludin Rahmat, Televisi menggeser agama konvensional.
Kutbahnya didengar dan disaksikan oleh jamaah yang lebih besar dari jamaah
manapun, rumah adatnya tersebar di seluruh pelosok bumi, ritual-ritualnya
diikuti dengan kehidmatan, dan boleh jadi lebih banyak menggetarkan hati,
1
-
2
juga mempengaruhi alam bawah sadar melebihi ibadah agama-agama yang
pernah ada.1
Lahirnya televisi swasta yang beberapa tahun menyemaraki dunia
hiburan, menambah kreatifitas dalam menayangkan program-program yang
beragam. Persaingan dalam program siaran terjadi, masing-masing stasiun
televisi tidak mau ketinggalan dalam memproduksi program-program baru,
apalagi jika jenis acaranya diminati oleh masyarakat. Program keagamaan
juga tidak kalah dengan program-program televisi lainnya seperti sinetron,
infotainment, kuis, musik, dan lainnya. Setiap stasiun televisi berlomba dalam
menyajikan program terbaik bagi masyarakat.
Di dalam dunia pertelevisian ada tiga pihak yang terlibat di dalamnya
yakni yang menyajikan, yang disajikan dan yang menikmati. Pesawat televisi
dianggap sebagai medium komunikasi massa yang efektif yang dapat
digunakan sebagai alat pendidikan dan siaran keagamaan.
Dengan adanya kesadaran akan kehadiran media televisi sebagai media
masyarakat post modern, program-program di televisi memang menyuguhkan
tayangan yang tidak mendidik, akan tetapi disisi lain, televisi juga
menyuguhkan tayangan-tayangan yang mendidik dan bernuansa islami.
Dengan mengetahui kelebihan televisi, maka alat tersebut dapat
digunakan sebagai media dakwah, sebab sangat diharapkan bahwa dakwah
yang dilakukan melalui televisi dapat berjalan dengan efektif dan efisisen,
agar tujuan dalam mendidik umat dapat tercapai dengan baik.
1 Jalaludin Rahmat, Islam Aktual, (Bandung:Mizan,1992), cet.1, hal 53.
-
3
Dakwah Islamiyah adalah ajakan kepada semua orang untuk
mengakui, meyakini dan mengamalkan ajaran Islam, guna kemaslahatan
manusia di dunia dan akhirat. Orang yang menyeru disebut da’i dan apa-apa
yang diserukannya adalah pesan-pesan dakwah.
Pemanfaatan televisi untuk kegiatan dakwah lebih sesuai sebab televisi
adalah media elektronik yang menjangkau seluruh pemirsa secara merata
dalam satu kegiatan yang dikemas secara rapi dan pemirsa dapat mudah
menerimanya. Seolah pemirsanya dapat langsung berhadapan dalam jumlah
yang cukup besar. Satu paket dakwah dapat diterima dalam jumlah besar
mad’u. Dakwah melalui media komunikasi massa haruslah tetap berada dalam
sistem komunikasi massa islam, yaitu selalu berpedoman pada Al-qur’an dan
hadist Nabi sebagai landasan teori dan filosofinya.
Televisi mengantarkan berjuta-juta informasi. Melalui media televisi
inilah, proses komunikasi keagamaan juga mulai berkembang. Kini dakwah
tidak hanya dapat dilakukan dengan cara berkutbah atau berceramah secara
langsung di setiap pengajian-pengajian. Kini dengan terciptanya media
komunikasi modern, dakwah dapat dilakukan melalui radio, televisi, internet,
bahkan handphone.
Sebenarnya kalau dilihat situasi kemandirian manusia di depan budaya
materialistis, tetapi dakwah justru harus dapat dituangkan dalam bentuk pesan
yang kompetitif diantara ide-ide lainnya yang juga ditawarkan kepada sasaran
yang sama.
-
4
Dakwah sebagai proses menyeru kepada kebaikan (amar ma’ruf)
dengan menyampaikan informasi-informasi Illahi kepada manusia agar
mereka mengikuti aturan-aturan Islam serta menjauhi segala larangan.
Dakwah Islam selain mengajak umat kepada kebaikan, baik itu dalam
pertarungan informasi dan hal yang lain. Seiring dengan perkembangan
teknologi komunikasi, informasi kini disalurkan dengan berbagai media yang
serba canggih. Dengan mengedepankan prinsip efektifitas dan efisiensi
lahirlah media penyalur informasi yang sangat menakjubkan. Dalam waktu
sekejap suatu peristiwa di daerah terpencil dapat langsung diketahui oleh
seluruh dunia serentak dan bersamaan. Dakwah sebagai suatu proses kegiatan
komunikasi keagamaan dihadapkan pada perkembangan dan kemajuan
teknologi komunikasi. Hal ini menuntut bagaimana proses dakwah dapat
langsung beradaptasi dengan mad’u yang dihadapi, baik melalui media cetak
atau media elektronik.
Berdakwah menggunakan media teknologi komunikasi merupakan
salah satu bentuk mengoptimalkan fungsi tersebut. Media televisi khususnya
sebagai hasil teknologi merupakan saluran yang bisa dipergunakan untuk
memperluas jangkauan dakwah Islamiyah.
Dakwah sebagai salah satu kegiatan komunikasi keagamaan
diharapkan pada perkembangan dan kemajuan teknologi yang makin canggih
ini dapat beradaptasi terhadap kemajuan tersebut, artinya pesan-pesan dakwah
di tuntut dikemas dan disampaikan dengan terpaan media komunikasi dan
sesuai dengan mad’u yang dihadapi.
-
5
Bagi umat Islam, sunnah Nabi Muhammad SAW adalah pedoman
hidup selain Al Qur'an dan Hadist dengan berbagai macam cabang ilmu yang
diperoleh darinya. Untuk itu stasiun televisi swasta Trans 7 menyajikan
program acara keagamaan rahasia sunnah. Rahasia Sunnah adalah program
yang akan mengupas berbagai sunnah Rasul dari berbagai dimensi, seperti
kesehatan, psikologi, keilmuan dan lainnya. Hasil penelusuran tim Rahasia
Sunnah ini diperkuat oleh penjelasan ilmiah dari narasumber yang kredibel di
bidangnya serta kajian dari sudut pandang ulama. Program ini akan menambah
wawasan keislaman umat mengenai mukjizat di dalam Al-Quran dan hadist
serta mengajak pemirsa untuk berpikir kritis tentang kajian IPTEK yang dapat
dikaitkan dengan kitab pedoman hidup.
Acara Rahasia Sunnah di stasiun televisi Trans 7, merupakan acara
keagamaan atau bisa dibilang kegiatan dakwah, yang disiarkan atau
ditayangkan melalui televisi, yang mendapat respon baik dari masyarakat.
Acara ini dikemas dengan sedemikian rupa sehingga memiliki nuansa yang
berbeda dari yang ada, selain itu banyak mengandung pesan-pesan dakwah
yang bermanfaat bagi seluruh pemirsa yang menyaksikannya.
Pesan dakwah yang disampaikan melalui acara Rahasia Sunnah di
Trans 7 tujuannya adalah agar umat muslim dapat memahami Islam dari aspek
ilmiah. Format pengemasan acaranya juga berbeda dari acara keagamaan yang
lain. Dibuat semenarik mungkin, dengan format jalan-jalan, tetapi tetap
disisipkan nilai-nilai keagamaannya, sehingga tidak membosankan untuk
-
6
ditonton. Materinya Jadi dikombain apa yang ada di Al-Qur’an dengan
Sunnah Rasulullah.
Dengan latar belakang inilah yang membuat penulis tertarik untuk
mengambil penelitian mengenai program acara Rahasia sunnah di Trans 7.
untuk itu penulis mengambil judul “Pesan Dakwah Di Media Elektronik
(Analisis Isi (QCA) Acara Rahasia Sunnah di Trans 7)”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk lebih memfokuskan penelitian ini, maka masalah yang dibahas akan
peneliti batasi pada pesan dakwah rahasia sunnah di Trans 7 yang dibatasi
episodenya yaitu episode bulan Desember 2009.
Dengan demikian untuk lebih memperjelas penelitian ini maka penulis
merumuskan beberapa permasalahan, yaitu:
Pesan dakwah apa yang terkandung dalam acara Rahasia Sunnah? Yang
digolongkan menjadi:
a. Pesan Dakwah Dzatiyah
b. Pesan Dakwah Fardiyah
c. Pesan Dakwah Halaqoh
d. Pesan Dakwah Profesional
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
-
7
Berdasarkan permasalahan yang dibahas, maka terdapat beberapa tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Adapun tujuan umum pada penelitian
ini adalah untuk mengetahui isi pesan yang terkandung dalam acara Rahasia
Sunnah di TRANS 7.
Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu:
Untuk mengetahui isi pesan dakwah yang terkandung dalam acara Rahasia
Sunnah yaitu:
a. Pesan Dakwah Dzatiyah
b. Pesan Dakwah Fardiyah
c. Pesan Dakwah Halaqoh, dan
d. Pesan Dakwah Profesional
2. Manfaat Penelitian
Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan manfaat, yaitu:
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan ilmiah di bidang dakwah Islam, khususnya program
keagaman dengan sarana televisi. Serta sebagai tambahan dan
perbandingan bagi studi-studi selanjutnya, dan menambah studi
penggunaan media massa.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para
teoritis, praktisi, dan aktivis dakwah, serta bagi pengelola stasiun televisi
-
8
agar dapat dijadikan sebagai sarana alternatif untuk mempertahankan dan
menyebarkan nilai-nilai agama secara efektif dan efisien, supaya semakin
banyak program-program keagamaan yang menarik dan diminati
masyarakat.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi
(content analisis). Metode ini merupakan metode yang sering digunakan
dalam mengkaji pesan-pesan dalam suatu media. Analisis isi dapat digunakan
untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Baik surat kabar, berita radio,
iklan televisi serta bahan-bahan dokumentasi lainnya.2
Analisis Isi Kualitatif (Qualitatif Content Analysis (QCA)), mencoba
untuk menggunakan kekuatan metodologi analisis isi dan penelitian
komunikasi untuk menganalisa secara sisitematis sejumlah materi tekstual tapi
dengan elaborasi langkah-langkah analisis kualitatif. (Mayring, 2000: 6)
Dengan demikian penelitian ini bermaksud menggunakan pendekatan
kualitatif deskriptif yakni berupa kata-kata tertulis atau lisan dari isi program
rahasia sunnah. Dalam pendekatan deskriptif kualitatif penulis melakukan
upaya mencatat, mengamati, serta menganalisis isi program, serta metode
yang digunakan.
2 Dr. Bambang Setiawan dan Drs. Ahmad Muntaha, M.Si. Metode Penelitian
Komunikasi, (Jakarta:Universitas Terbuka, 2004), Cet. Ke-1. hal.79.
-
9
2. Tahapan Penelitian
a. Prosedur Penelitian
Adapun tahapan-tahapannya adalah, sebagai berikut:
a) Kategorisasi
Kategorisasi adalah instrumen utama dalam penelitian analisis isi.
Disini peneliti mengkategorisasikan pesan-pesan dakwah yang terkandung
dalam acara Rahasia Sunnah di Trans7, yang digolongkan dalam dakwah
dzatiyah, dakwah fardiyah, dakwah halaqoh, dan dakwah profesional.
b) Observasi
Peneliti melakukan observasi langsung yakni dengan melakukan
pengamatan secara mendalam dengan mendatangi langsung ke kantor
Trans 7 guna memperoleh data mengenai hal-hal yang menjadi objek
penelitian yang berhubungan dengan pengawasan, peninjauan,
penyelidikan dan riset. Teknik yang digunakan oleh peneliti adalah
sifatnya pengamatan secara mendalam. Yakni observasi langsung untuk
mendapatkan data mengenai materi siaran yang disampaikan pada setiap
minggunya selama bulan Desember.
c) Wawancara
Wawancara merupakan suatu alat pengumpulan informasi yang
langsung tentang beberapa jenis data. Untuk itu dalam penelitian ini,
peneliti memperoleh data dari produser dan tim kreatif program Rahasia
Sunnah. Bentuk wawancara yang digunakan adalah bebas terpimpin. Yaitu
peneliti mempersiapkan beberapa pertanyaan yang kemudian dijawab
-
10
dengan bebas dan terbuka secara tatap muka langsung, sesuai dengan
kebutuhan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan sesuai dengan
penelitian.
d) Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel
dengan melakukan teknik pengumpulan data dan menginvestasi dokumen-
dokumen yang relevan serta memiliki keterkaitan dengan permasalahan
yang diteliti oleh penulis. Dengan mempelajari dan menganalisa bahan-
bahan berupa tulisan atau gambar yang diambil dari buku, arsip-arsip,
foto-foto, rekaman-rekaman siaran dan lain sebagainya untuk menguatkan
penelitian atas kebenaran data yang diperoleh melalui observasi dan
wawancara.
b. Pengolahan Data
a) Analisis Data
Data yang diperoleh secara deskriptif, yaitu menggambarkan
keadaan yang sebenarnya dan dianggap akurat serta menuangkannya
kedalam konteks penulisan karya ilmiah atau skripsi dengan cara
menjabarkan, menerangkan, memberikan gambaran serta klasifikasi dan
menginterpretasikan data-data yang terkumpul secara apa adanya terlebih
dahulu, kemudian menarik kesimpulan atas permasalahan yang berkaitan
dengan hal tersebut.
Untuk memudahkan dan memahami kandungan dari materi pada
penelitian ini, maka peneliti melihat kepada transkrip data rekaman
-
11
berdasarkan tema yang disampaikan terlebih dahulu selama satu bulan
yang berjumlah 7 tema berdasarkan kategori Akidah, Syari’ah, dan Akhlak
yang kemudian isi pesan tersebut dipaparkan, sehingga muncul isi pesan
berdasarkan kategorisasi yang dominan.
Table 1
Kategorisasi Isi Pesan
No. Kategorisasi Sub Kategorisasi 1. Dakwah Dzatiyah
(intrapersonal comm.) 1. Sensasi menurut Islam (panca indera) 2. Persepsi menurut Islam(Tadabur alam) 3. Memori menurut Islam 4. Berfikir menurut Islam (Bersyukur dan
bersatu) 5. Kecerdasan intelektual 6. Kecerdasan Emosi 7. Kecerdasan Spiritual (hubungan dengan
Allah) 2. Dakwah Fardiyah
(interpersonal comm.) 1. Pendekatan individu secara psikologis 2. Saling bertukar informasi 3. Saling bertukar pengalaman
3. Dakwah Halaqoh 1. Pendekatan kelompok dengan norma kelompok
2. Memahami norma kelompok 4, Dakwah Profesional 1. Manajemen Dakwah
2. Profesi (para ahli) 3. Profesi (para da’i)
b) Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah sumber-sumber tempat memperoleh
keterangan. Dan dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian
adalah tim produksi rahasia sunnah. Sedangkan objeknya adalah naskah
acara rahasia sunnah.
-
12
c) Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada salah satu stasiun televisi swasta
Trans 7, yang beralamat di Jl. Kapt. P. Tendean kavling 12-14 A, Jakarta
(12790). Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan pada bulan Maret-Mei
2010.
e) Teknik Penulisan
Isi penelitian ini akan ditulis berdasarkan penulisan Skripsi yang
mengacu pada pedoman penulisan skripsi, tesis, dan disertasi yang berlaku
di UIN Jakarta3.
E. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan pengamatan langsung peneliti di perpustakaan Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, mengenai skripsi yang membahas
analisis isi pesan terhadap program acara televisi. Peneliti meninjau pada
skripsi-skripsi yang sudah ada yang berkaitan dengan judul yang dianalisis
peneliti, seperti:
“Analisis Program Kajian Silaturahim di Trans 7”, 2007, FDK, Jurusan
KPI. Adapun permasalahan yang dibahas adalah mengetahui bagaimana
tahapan-tahapan produksi program kajian silaturahim mulai dari pra produksi
atau perencanaan, pelaksanaan produksi sampai kepada evaluasi produksi
program kajian silaturahim di Trans 7.
Namun perlu diketahui bahwa skripsi ini tidak sama dalam isi maupun
pembahasan dengan tujuan tersebut. Skripsi ini disusun berdasarkan analisis
3 Hamid Nasuhi, dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jakarta : CeQDA, 2007), hal.
34
-
13
yang peneliti lakukan dengan pengamatan terhadap objek yang berkaitan yaitu
mengenai acara Rahasia Sunnah di Trans 7. Pada pembahasan skripsi yang
peneliti jelaskan banyak hal yang paparkan, antara lain mengenai pesan-pesan
dakwah yang terkandung di dalamnya. Dari apa yang peneliti paparkan dalam
skripsi ini, merupakan kesempurnaan pesan yang harus ada pada sebuah
program televisi khususnya pada program Rahasia Sunnah di Trans 7.
F. Peta Konsep
Pesan Dakwah
D. Dzatiyah D. Fardiyah D. Halaqoh D. Profesional
G. Sistematika Penulisan
Dalam sistematika yang digunakan oleh peneliti yakni terdiri dari lima
bab mengikuti pokok masalah yang akan dibahas peneliti. Adapun sistematika
penulisannya sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Yang di dalamnya terkandung latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, peta konsep,
serta sistematika penulisan.
Rahasia Sunnah
-
14
BAB II : LANDASAN TEORITIS
Yang di dalamnya terkandung pesan dakwah; yang terdiri dari
dakwah dzatiyah, dakwah fardiyah, dakwah halaqoh, dan dakwah
profesional, media dakwah; yang berisi dakwah melalui televisi,
dan analisis isi kualitatif (QCA).
BAB III : GAMBARAN UMUM ACARA RAHASIA SUNNAH DI
TRANS 7
Yaitu mengenai sekilas tentang trans 7 dan deskripsi acara rahasia
sunnah di trans 7 yang berisikan: latar belakang berdirinya acara
rahasia sunnah, tujuan acara rahasia sunnah, sasaran acara rahasia
sunnah.
BAB IV : PESAN DAKWAH ACARA RAHASIA SUNNAH
Yang berisi: pesan dakwah apa yang terdapat dalam acara rahasia
sunnah yang digolongkan menjadi dakwah dzatiyah, dakwah
fardiyah, dakwah halaqoh, dan dakwah profesional.
BAB V : PENUTUP
Yang mengandung kesimpulan dan saran.
-
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pesan Dakwah
Pesan merupakan inti atau perumusan tujuan dan maksud dari
komunikator kepada komunikan. Dan pesan merupakan unsur yang sangat
menentukan dalam proses komunikasi. Agar pesan dapat diterima dengan
baik, maka pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan
harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.1 Dalam hal ini
penyampaian pesan-pesan dakwah harus pula sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh khalayak, karena hal tersebut sangat berpengaruh pada
penerimaan isi pesan-pesan yang disampaikan oleh pada da’i.
Sedangkan Dakwah pada hakikatnya adalah merupakan upaya untuk
merubah suatu keadaan tertentu menjadi keadaan lain yang lebih baik menurut
tolak ukur ajaran Islam.2 Untuk itu, pesan dakwah adalah upaya yang
memiliki tujuan mengubah keadaan orang lain kepada dengan lebih baik
menurut syariat Islam yang berisikan ajakan untuk beriman kepada Allah
SWT.
Menurut Toto Tasmara pesan dakwah adalah sebuah pernyataan yang
bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah baik yang tertulis maupun dengan
pesan-pesan tersebut.3 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
1 Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. (Bogor:Ghalia Indonesia, 2008), Cet. Ke-1. hal. 8 2 Idris A Somad, Diktat Ilmu Dakwah, Th. 1425 H/2004. hal. 24.
3 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1987), Cet. Ke-1. hal. 43.
15
-
16
pesan mengandung arti perintah, nasihat, amanat yang disampaikan orang
lain.4
Menurut H. A. W. Widjaja pesan adalah keseluruhan dari apa yang
disampaikan komunikator,5 sedangkan lain halnya dengan Onong Ucahyana
Effendi mengatakan bahwa pesan adalah seperangkat lambang bermakna yang
disampaikan oleh komunikator.6
Dengan demikian pesan dakwah adalah sesuatu yang disampaikan oleh
da’i kepada mad’u dengan muatan materi yang berisikan tentang aqidah,
syari’ah, dan akhlaq, sehingga dakwah yang disampaikan dapat diterima
dengan baik oleh mustami’i (pendengar). Pesan dakwah harus disampaikan
dengan ke-Ilmuan yang cukup, karena jika pesan yang disampaikan hanya
dengan Ilmu yang minim maka makna yang disampaikan akan memiliki
berbeda makna, atau pergeseran makna. Dengan demikian materi yang
disampaikan dapat menjerumuskan penerimanya, dan yang lebih
membahayakan lagi apabila kebenaran atas kesalahan tersebut berkelanjutan
menjadi sesuatu yang dianggap benar.
Adapun pesan-pesan dakwah di sini adalah pesan-pesan dari pada
komunikasi yang bersumber dari Al-Qur’an. Sebagaimana firman-Nya :
⌧
4 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai
Pustaka, 2003), hal- 761. 5 H. A. W. Widjaja, Ilmu Komunikasi, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), Cet. Ke-2. hal. 32. 6 Onong Ucahyana Effendi, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, (Bandung : Remaja
Rosdakarya. 1994), Cet. Ke-8. hal. 18.
-
17
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah
Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada
seorang (pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pembuat
perhitungan”. (Q.S. Al-Ahzab : 39).
Untuk itu, agar pesan dakwah yang disampaikan da’i kepada mad’u
dapat diterima, maka menurut Wilbur Schramm memiliki beberapa kriteria
pesan di antaranya:
Pesan hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menarik
perhatian mad’u;
Pesan hendaknya dapat membangkitkan kebutuhan pribadi mad’u,
sekaligus menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhannya
itu;
Pesan hendaknya dapat menawarkan suatu jalan yang relevan dengan
situasi di mana kelompok mad’u itu berada.7
Untuk itu pesan dakwah yang disampaikan da’i pada mad’u pada
dasarnya bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama8 yang
meliputi akidah, syari’at dan akhlak. Hal yang perlu disadari adalah bahwa
ajaran yang diajarkan itu bukanlah semata-mata berkaitan dengan eksistensi
dan wujud Allah SWT, namun bagaimana menumbuhkan kesadaran
mendalam agar mampu memanifestasikan akidah, syari’at, dan akhlak dalam
ucapan, pikiran, dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari.
7 M. Hasan Tholchah. Dinamika Kehidupan Religius, (Jakarta: LF. Putra, 2004) .hal. 27.
8 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), Cet. Ke-1. h. 33.
-
18
Dengan demikian, pesan dakwah yang disampaikan oleh da’i kepada
mad’u haruslah dikemas dengan cara menarik dan menggunakan metode yang
sesuai di mana dakwah harus tampil secara aktual, faktual dan kontekstual.
Aktual berarti mampu memecahkan masalah yang kekinian dan tengah hangat
dibicarakan di masyarakat. Faktual dalam arti konkret dan nyata, serta
kontekstual dalam arti relevan menyangkut problema yang sedang dihadapi
oleh masyarakat. Karena dakwah bukanlah sebuah perjalanan yang mudah,
banyak rintangan yang perlu dihadapi dari berbagai macam kalangan termasuk
kalangan Islam sendiri.
1. Dakwah Dzatiyah
Setiap individu sebelum berdakwah dengan orang lain, harus dimulai dari
diri sendiri bagaimana ia memanfaatkan pancainderanya (sensasi), persepsi
(memaknai stimuli), memori (apa yang boleh diingat) dan cara berfikir
menurut pandangan Islam. Keempat tahapan ini merupakan siklus komunikasi
dalam diri manusia.
a. Sensasi
Seseorang menerima stimuli dari luar melalui panca inderanya disebut
sensasi. Panca indera tesebut ada lima, yaitu: indera penciuman (hidung),
indera perasa, indera pendengaran, indera penglihatan, dan indera pengecap.
Pemanfaatan panca indera ini dituntun oleh ajaran Islam. Sumber-sumber
pengetahuan, menurut epistimologi Islam, tak lain adalah indera, akal dan hati
(intuisi). Aliran filsafat empirisme, indera dipandang sebagai satu-satunya
sumber pengetahuan. Fungsi indera sebagai alat adaptasi, pertahanan hidup,
-
19
menghindari bahaya. Memiliki panca indera yang sempurna, manusia yang
bersyukur dari karuniaNya maka mereka akan menggunakan panca indera,
akal dan hati sesuai dengan pedoman Khaliknya (Pencipta dari makhluk) yang
paling tahu kelemahan-kelemahan ciptaanNya dan bagaimana cara
merawatnya.
Pandangan Yusuf Qardhawi terhadap batasan penggunaan panca indera.
Berikut petunjuk mengenai batasan-batasan apa yang diperbolehkan oleh
pancaindera menurut Islam.
a) Jangan mendekati zina
b) Berkhalwat dengan wanita bukan mahram adalah haram
c) Jangan memandang lawan jenis dengan bersyahwat
d) Larangan melihat aurat
e) Membatasi perhiasan yang boleh ditampakkan dan yang tidak
f) Tabarruj adalah haram
g) Diperbolehkannya wanita melayani tamu suaminya
h) Penyimpangan seksual termasuk dosa besar9
b. Persepsi
Persepsi berkaitan dengan aktivitas lanjutan dari sensasi. Persepsi
diartikan sebagai proses memaknai stimuli. Persepsi antara satu orang dengan
orang lain berbeda-beda. Ini dikarenakan beberapa faktor antara lain latar
belakang da’i, kebudayaan, pengetahuan, dan pengalaman seseorang.
9 Dr. Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram, (2002, Jakarta: Robbani Press) h. 165-192
-
20
Akal kebiasaannya meruang terhadap objeknya, cenderung memahami
sesuatu secara general atau homogen sehingga tidak mampu mengerti
keunikan sebuah momen atau ruang. Membedakan manusia dengan hewan,
adalah akal, mampu bertanya kritis (what, when, how, who) tanpa akal
manusia dalam kegelapan kemampuan menangkap hakekat dari sesuatu yang
diamati atau dipahaminya.
Menutup kekurangan akal manusia dilengkapi oleh Tuhan dengan instuisi
atau hati (qolbu). Akal berputar pada tataran kesadaran hati menerobos
kedalam ketidaksadaran (alam qolb) sehingga mampu memahami
pengalaman-pengalaman non inderawi.
c. Memori
Memori berkaitan dengan kemampuan mengingat seseorang. Ternyata
dalam memori dibantu oleh empat epistimologi Islam termasuk panca indera
batin. Panca indera batin yang dimaksud yaitu: indera bersama, khayal, wahm
dan imajinasi.10
Ingatan sangat berguna untuk merealisasikan kebaikan bagi manusia di
dunia dan akhirat. Banyak ayat Al-Qur’an yang memerintahkan untuk selalu
ingat kepada Allah dan tanda-tanda kekuasaanNya yang terdapat dalam semua
ciptaanNya.
M. Usman Najati menjelaskan, diantara problem manusia adalah lupa. Ia
dapat membahayakan dan menghalanginya untuk mengambil sikap yang tepat
10 Dra. Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, (2003, Jakarta: UIN Press)h. 87.
-
21
dalam menghadapi masalah kehidupan.11 Beberapa ayat Al-Qur’an
menjelaskan, bahwa dengan adanya sifat lupa pada manusia, setan
menemukan jalan untuk mempengaruhinya. Sehingga membuatnya terkadang
lupa tentang beberapa hal yang penting yang akan membawa kebaikan bagi
dirinya. Juga terkadang membuatnya lalai dari mengingat Allah dan
melaksanakan perintah-perintahnya.
d. Berfikir
Makna etimologi dalam kamus bahasa Indonesia, kata “pikir” berarti akal
budi, ingatan, angan-angan, dan kata dalam hati. Sedangkan kata “berfikir”
berarti menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan
sesuatu, menimbang-nimbang dalam ingatan.
Menurut terminologi pemikiran atau berfikir adalah kata benda dari
aktifitas akal yang ada dalam diri manusia, baik kekuatan akal berupa kalbu,
roh atau dzhin, dengan pengamatan dan pendalaman untuk menemukan makna
yang tersembunyi dari persoalan yang dapat diketahui maupun untuk sampai
pada hukum atau hubungan antara sesuatu. (Thoha Jabi Alwani,1989).
Berfikir sesungguhnya suatu kebutuhan insani yang tak terelakkan untuk
tumbuh dan berkembang, yang sekaligus merupakan kebutuhan akan
aktualisasi fitrahnya. Tegasnya, manusia tidak dapat lepas dari berfikir,
seberapapun intensitas dan kuantitasnya.
11 Dra. Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, h.89
-
22
2. Dakwah Fardiyah
Muh. Nuh mendefinisikan dakwah fardiyah adalah “ konsentrasi dengan
dakwah atau berbicara dengan mad’u secara tatap muka atau dengan
sekelompok kecil dari manusia yang mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat
khusus.12
Dakwah fardiyah memiliki tiga pengertian yaitu:
a. Mafhum Da’wah (seruan atau ajakan)
b. Mafhum Haraki (gerakan)
c. Mafhum Tanzhimi (pengorganisasian)13
Bentuk-bentuk dakwah fardiyah bisa dibagi menjadi dua, yaitu:14
1. Dakwah fardiyah yang muncul dari individu yang sudah berintima’
(bergabung) dengan jama’ah dalam kapasitasnya sebagai da’i,
melaksanakan kewajiban berupa tendensi tertentu dengan orang-orang
baru, dalam upaya menarik mereka kepada fikrah Islamiyah dan
selanjutnya menarik mereka untuk bergerak bersama jama’ah dalam
aktivitas amal Islami.
2. Dakwah Fardiyah yang muncul dari individu yang belum berintimna’
kepada suatu jama’ah. Seorang muslim dengan kapasitasnya sebagai
bagian dari ummah, melaksanakan kewajiban dakwah ilallah dengan
jalan khotbah, ceramah, tulisan-tulisan dan makalah yang aktivitas ini
12 Dr. Sayid Muhammad Nuh, Dakwah Fardiyah Pendekatan Personal dalam Dakwah,
(2000, Solo: Era Intermedia). h. 47. 13 Ali Abdul Halim Mahmud, Dakwah Fardiyah: Metode Membentuk Pribadi Muslim,
(1995,Jakarta: Gema Insani Press), h. 29 14 Dra. Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, h. 114.
-
23
tidak mempunyai sanad jama’I (kaitan jama’ah) dan organisasi atau
tatanan hirarki.
Dakwah fardiyah adalah dakwah yang memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1. Adanya mukhathabah (berbincang-bincang) dan muwajahah (tatap
muka) dengan mad’u secara dekat dan intens.
2. Istimrariyah. Terjaganya keberlanjutan dakwah, khususnya di saat-saat
sulit dan dalam kesempitan.
3. Berulang-ulang. Dapat dilakukan setiap saat tanpa menunggu momen
tertentu.
4. Mudah, bisa dilakukan setiap orang
5. Bisa terhindar dan tertutupi dari pandangan manusia, terutama musuh.
3. Dakwah Halaqoh
Halaqoh tidak akan mampu memberikan sumbangsih apa-apa selain ulasan
materi, hal ini terjadi manakala halaqoh hanya sebatas rutinitas saja. Padahal
fungsi yang sesungguhnya halaqoh bukanlah seperti itu, akan tetapi lebih jauh
daripada itu, yakni bagaimana halaqoh mampu meledakkan potensi dari
peserta halaqoh. Untuk itu halaqoh haruslah memenuhi beberapa variabel,
dimana dengan variabel tersebut halaqoh mampu menjalankan sebagaimana
fungsi yang sesungguhnya.
Kejenuhan dalam berhalaqoh disebabkan karena halaqoh tersebut tidak
memiliki karakter halaqoh itu sendiri, sehingga dinamika halaqoh mengalami
-
24
kejumudan (primitive). Supaya halaqoh kita memiliki dinamika tersendiri
serta produktif, maka, haruslah memiliki tiga karakter. Ketiga karakter
tersebut adalah ;15
1. Aruhiyah (Ruh)
Amunisi ini penting mengingat setiap pergerakan yang kita lakukan tidak
akan mampu kita maknai manakala kondisi ruhiyah kita kering apalagi
sampai rapuh dimakan oleh godaan dunia. Dengan ruhiyah inipula seseorang
mampu melewati setiap ujian yang ada di depan kita. Dengan ruhiyah pula
seseorang akan mampu menikmati hari-hari dengan kesibukan berdakwah.
Ada tiga hal yang mesti tertanam dalam hati para aktivis dakwah agar
kondisi ruhiyah terjaga
a) Al Aqidatul Imanniyah (Akidah Keimanan) yang mantap. Kenapa
akidah ini begitu penting, karena memang inilah pondasi seseorang
dalam mengawali setiap aktivitasnya. Kita tentu ingat perjalanan para
nabi mulai dari nabi Adam sampai nabi Muhammad Saw, mereka
berjuang untuk membebaskan manusia dari menduakan Allah SWT
menuju kesatuan akidah yang utuh.
b) Al A’daqotul Al Qolbiyah (Ikatan Hati), untuk menuju ruhiyah yang
mantap, maka kita harus mengikatkan hati ini dengan Allah SWT, sebab
Dialah yang sesungguhnya memiliki hati kita dan dengan hati ini pula
kita akan menemukan ketentraman batin dan ketengan jiwa.
15 http://www.msani.net Dr. Attabiq Luthfi, MA, dakwatuna.com diakses pada tanggal 25
Juli 2010
http://www.msani.net/
-
25
c) Al Ma’nawiyah Wal Khuluqiyah (Membangun Moralitas), di tengah –
tengah kondisi saat ini, dimana moralitas seseorang sangat menjadi
taruhan akan arti sebuah kehidupan. Mampukah seseorang tersebut
menjaga iman dirinya dalam menghadapi tantangan dan godaan dunia.
Usaha untuk terus selalu memperbaharui diri kita adalah sebuah
keharusan.
2. Al Fikriyah (Ilmu)
Selain halaqoh harus mengandung unsur ruhiyah, halaqoh juga harus
mengandung unsur Ilmu agar apa-apa yang kita sampaikan dan kita
diskusikan bukan hanya sekedar omong kosong tanpa adanya fakta dan data
secara ilmiah. Ciri sebuah halaqoh mengandung unsur ilmu adalah,
a) Al I’lmiyatu Watsaqofah, halaqoh bisa dikatakan mengandung unsur ilmu
manakala didalamnya ada suasana ilmiah, ciri ilmiah adalah objektif dan
berdasarkan fakta.
b) Anadhoriyah, ini merupakan kemampuan analisis seorang kader tarbiyah
dalam setiap dinamika social politik yang terjadi.
c) Al Minhajiyah (memahami manhaj), arah dan platform seperti apakah
gerakan kita, itu haruslah dipahami betul para kader tarbiyah, sehingga
para kader tidak mengalami kebingungan dalam melakukan manuver
gerakan sesuai dengan kondisi yang ada.
d) Al Ijtima’iyah (bersosial), ajaran Islam bukanlah ajaran eksklusif yang
hanya berlaku untuk satu kaum saja, akan tetapi Islam dilahirkan untuk
semua ummat manusia. Dakwah tidak akan mengena jika kita tidak
-
26
pernah bersosial atau mengurung diri apalagi sampai mengisolasi dari
dinamika yang ada.
e) Al Faniyah (berekonomi), perjuangan pasti membutuhkan pengorbanan
dan salah satu pengorbanan tersebut adalah ekonomi. Bahkan di era
sekarang ini kaum kafir dan musuh – musuh Islam menjajah ummat Islam
dengan ekonomi, maka dari itu sudah semestinya seorang aktivis dakwah
haruslah berusaha untuk bisa memenuhi kebutuhan ekonomi sendiri,
sehingga tidak perlu menengadahkan tangan untuk meminta-minta.
3. Ad Dakwah
Ada tiga muatan dakwah yakni, Al Harokah (pergerakan atau dinamis), Al
Jihadiyah (semangat jihad) dan Al Jundiyah (ketaatan). Sebagaimana kita
ketahui bahwa dinamika dakwah akan selalu berubah-rubah tidak statis, oleh
karena itu seorang aktivis dakwahpun harus mampu menjawab perubahan
tersebut, sehingga dakwah yang kita lakukan akan menjadi alternativ bagi
ummat karena mampu berbicara dengan bahasa saat yang dibutuhkan.
Itulah karakter halaqoh yang harus dipenuhi supaya aktivitas halaqoh yang
kita lakukan tidak semata-mata menggugurkan kewajiban sebagai seorang
kader tarbiyah, akan tetapi kita mampu memaknai arti halaqoh yang
sesungguhnya. Dengan demikian halaqoh kita akan senantiasa dinamis dan
kreatif.
Jika ketiga karakter itu terpenuhi maka halaqoh akan mampu melaksanakan
fungsinya, yaitu ;
a) At Tarbawiyah, maksudnya adalah mampu mengkondisikan orang
-
27
b) Al Harokiyah (Bergerak/dinamis)
c) Atandzimiyah (Mengorganisir)
d) Al Fanatodiyah (Berpenghasilan)
4. Dakwah Profesional
Bagi seorang muslim profesionalisme adalah persoalan aqidah. (Arief
Munandar) Di surat Al Baqarah ayat 208 Allah berfirman:
Wahai orang-orang yang beriman, Masuklah ke dalam Islam secara kaffah,
dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah syetan. Sungguh ia musuh yang
nyata bagimu.
Kaffah mempunyai arti keseluruhan atau totalitas. Islam adalah nafas setiap
perbuatan dan kehidupan seorang muslim. Oleh karena itu, ayat di atas
memiliki maksud: dalam setiap perbuatan, lakukanlah secara totalitas. Dalam
istilah manajemen, totalitas adalah penuh dedikasi atau profesional. Maka itu,
ayat ini berbicara tentang profesionalisme.16
Pada dasarnya semua yang dilakukan seorang muslim mengharapkan ridho
Allah. Dengan kata lain, setiap pekerjaan seorang muslim adalah
persembahannya kepada Allah yang akan Ia nilai di akhirat. Selain Maha
Membalas, Allah juga Maha Melihat. Nah, pertanyaan yang seharusnya
direnungkan setiap muslim adalah: Apakah pantas kita mempersembahkan
pekerjaan yang ala kadarnya, tidak dilakukan sepenuh hati kepada Tuhan,
16 http://www.msani.net Dr. Attabiq Luthfi, MA, dakwatuna.com diakses pada tanggal 25
Juli 2010
http://www.msani.net/
-
28
apalagi di tengah-tengah Ia melihat kita? Sudah seharusnya kita
mempersembahkan yang terbaik dari kita.
Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja
keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau
berharap (Al Insyirah: 7-8)
Selalulah ingat bahwa Allah Maha Sempurna, maka tunjukkanlah kepada
Allah amal yang sempurna agar Ia ridho kepada amal kita. Amal yang
sempurna hanya didapat dengan usaha maksimal, dengan profesionalisme.
“Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang
mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah (argumentasi)
yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang
musyrik”. (Yusuf: 108)
Kata kunci dari ayat ini seharusnya adalah kata “Bashirah” yang merupakan
acuan profesionalitas dalam Islam. Semakin luas dan tajam bashirah
seseorang, akan semakin profesional menggeluti bidang kerjanya. Apalagi
konteks ayat ini jelas dalam konteks dakwah yang merupakan pekerjaan yang
paling mulia. Dalam ayat ini Allah mendampingkan proses kewajiban
dakwah dengan bashirah sebagai sebuah faridhah syar’iyyah yang dituntut
oleh Islam. Justru kehidupan ini diciptakan oleh Allah diantaranya memang
untuk menguji siapa yang benar-benar ihsan (profesional) dalam beramal.
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya” (Al-Mulk: 2).
-
29
Ibnu Katsir mengidentifikasi bashirah sebagai sebuah keyakinan yang
berlandaskan argumentasi syar’i dan aqli yang kokoh, serta tidak taklid buta.
Menurut Syaukani, bashirah adalah pengetahuan yang mampu memilah yang
hak dari yang bathil, yang benar dari yang salah dan begitu seterusnya. Inilah
bangunan profesionalisme dalam dakwah yang tegaskan oleh ayat di atas;
yaitu beramal dan berdakwah atas dasar ilmu, keyakinan, tiada keraguan
apalagi persepsi yang tidak benar terhadap dakwah. Disinilah pentingnya
sebuah pembinaan yang kontinu, meskipun terhadap da’i, karena da’ilah
justru inti dari sebuah proses dakwah. Bahkan dikatakan dalam sebuah
pepatah “beramal tanpa ilmu lebih banyak merusaknya daripada
memperbaiki”.
Agar rasa dan sikap profesionalitas tampil, maka segala aktifitas seseorang
harus diawali dengan sebuah kesadaran “nawaitu” yang benar. Diawali
dengan taubatan nasuha yang akan memperbaiki hubungan dengan Allah.
Salah dan bergesernya niat akan turut mempengaruhi kinerja seseorang dan
mengakibatkan kerja yang asal-asalan, tidak sempurna dan cenderung apa
adanya. Sofyan Tsauri pernah mengungkapkan: “Tidak ada sesuatu yang
lebih aku perhatikan selain dari niat”. Inilah rahasianya kenapa setiap amal
dalam Islam harus didasari niat yang benar dan tulus karena Allah. Rasa takut
akan pertanggung jawaban dakwah di hadapan Allah juga akan turut
memperkuat keseriusan dan kejelasan dakwah seseorang. Inilah maksud
firman Allah swt: “(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah
Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada
-
30
seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat
Perhitungan”. (33: 39)
Dalam konteks ini, Dr. Ali Abdul Halim Mahmud menegaskan bahwa
“Ahliyyatud Du’at” (kualifikasi dan profesionalisme para da’i) merupakan
persoalan besar dalam dakwah yang harus diperhatikan dengan baik dan tidak
boleh diabaikan dalam keadaan apapun. Karena para da’i dari kalangan
nabipun merupakan manusia pilihan Allah, “Allah memilih utusan-utusan-
(Nya) dari malaikat dan dari manusia; sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat”. (Al-Hajj: 75). Selanjutnya Ibnu Qayyim
merumuskan beberapa bangunan profesionalisme dakwah yang ternyata
diawali dengan persoalan ilmu: Memiliki landasan ilmu atas apa yang ia
sampaikan (Al-Ilmu Bima Yuballigh) yang diteruskan secara implementatif
dengan sikap jujur dan benar terhadap apa yang ia sampaikan (Ash-Shidqu
Fima Yuballigh) . Disinilah kedudukan ilmu sebagai pondasi dalam beramal.
“Setiap orang yang beramal tanpa ilmu, maka amalnya tertolak, tidak
diterima”.17
Seorang yang profesional adalah seorang yang tekun, sabar dan tahan
godaan, senantiasa dinamis dan mencari kreatifitas baru dalam berdakwah,
karena memang ia tidak akan pernah setuju dan rela jika dakwah ini vakum,
berjalan di tempat dan tidak mendapat tempat di hati umat. Contoh paling
fenomenal adalah nabi Nuh as. Ditengah penolakan kaumnya, ia tetap
mencari terobosan baru dalam berdakwah agar keberlangsungan dakwah bisa
17 http://www.msani.net Dr. Attabiq Luthfi, MA, dakwatuna.com diakses pada tanggal 25
Juli 2010
http://www.msani.net/
-
31
dipertahankan. Ia tetap komit dan tegar, bahkan mencari alternatif sarana
dakwah yang beragam sesuai dengan kondisi dan tuntutan kaumnya: “Nuh
berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan
siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran)
Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan
cara terang-terangan kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi)
dengan terang-terangan dan dengan diam-diam”. (Nuh: 5-9).
Disinilah profesionalitas kita akan terus diuji dengan beragam ujian
sehingga akan lahir kaliber manusia yang diabadikan oleh Allah sebagai
kelompok yang tetap tegar dan jujur dalam dakwah mereka, “Di antara
orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah
mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan
di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak
merubah (janjinya)”. (Al-Ahzab: 23). Inilah prinsip yang senantiasa dipegang
oleh para pendahulu dakwah, karena mereka yakin bahwa kecintaan Allah
hanya akan dianugerahkan kepada mereka yang beramal dengan tulus, cerdas,
tuntas dan serius. Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah cinta jika
hambaNya beramal dengan itqan”. Itqan dalam arti berbuat lebih banyak,
lebih bermutu dan berkualitas dari umumnya orang mampu berbuat dan
bekerja, seperti yang Allah gambarkan tentang kelompok manusia muhsin
yang mampu beramal, lebih tinggi di atas rata-rata kebanyakan manusia
sanggup beramal.
-
32
Ruang dakwah ke depan memang akan menuntut lebih profesionalisme kita
dalam konteks “keilmuan” yang bisa dipertanggungjawabkan (bashirah)
sehingga dakwah citra dakwah ini akan tetap baik seiring dengan
permasalahan dan perkembangan dunia global yang lebih menantang. Mari
ciptakan suasana ilmiyyah yang merupakan komponen dasar dari
profesionalitas dalam dakwah kita. Allahu a’lam
B. Media Dakwah
Kata media merupakan jamak dari bahasa Latin yaitu medion, yang
berarti alat perantara. Sedangkan secara istilah media berarti segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentunya. Dengan demikian
dapat dirumuskan bahwa media dakwah berarti segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan.18
Dalam kamus, telekomunikasi media adalah sarana yang digunakan
oleh komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan kepada
komunikan apabila komunikasi berada jauh tempatnya, banyaknya atau
keduanya.19 Pemanfaatan media dalam berbagai kegiatan dakwah
memungkinkan komunikasi antar da’i dan mad’u menjadi lebih dekat. Untuk
itu, keberadaan media dakwah menjadi hal urgen mengingat dakwah melalui
media akan lebih memudahkan da’i dalam menyampaikan pesan.20
18Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, ( Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hal. 163. 19 Ghazali Syahdar BC.TT, Kamus Istilah Komunikasi, (Bandung: Djembatan 1992), Cet. Ke-2. hal. 22. 20 M. Bachri Ghazali, Dakwah Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), hal. 12.
-
33
Melalui media massa, seorang juru dakwah (da’i) dapat mengunjungi
rumah-rumah, kantor-kantor, bahkan kamar rahasia sekalipun, untuk
membisikkan pesan etika dan moral. Melalui kekuatan persuasinya, media
massa akan menghadirkan nilai-nilai moral dan agama secara universal,
sekaligus meghindari munculnya kesan eksklusif. 21
Masyarakat masa kini adalah masyarakat plural yang berkembang
dengan berbagai kebutuhan yang praktis, sehingga kecanggihan teknologi mau
tidak mau akan menghadapi dan menjadi idaman dalam kehidupan
masyarakat. Dengan demikian, media dakwah merupakan wasilah bagi
keberhasilan dakwah yang dilakukan.22
Komunikasi dengan menggunakan media massa saat ini memiliki
pengaruh yang sangat besar dalam merubah masyarakat dengan keberadaan
media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan internet. Menurut
Soejono Soekanto mengatakan bahwa “perubahan pada masyarakat dunia saat
ini merupakan gejala normal yang telah mempengaruhi dan menjalar dengan
cepat menembus bagian-bagian dunia lainnya karena adanya komunikasi
modern”.23
Dengan demikian, perkembangan teknologi yang sangat cepat ini dapat
mempermudah manusia untuk berhubungan antara satu sama lainnya. Di
antara media massa yang mengalami kemajuan pesat dan saat ini telah
menarik banyak kalayak adalah radio. Hal ini di karenakan radio merupakan
21 M. Hasan Tholchah. Dinamika Kehidupan Religius, (Jakarta: LF. Putra, 2004) .hal. 57. 22 M. Hasan Tholchah. Dinamika Kehidupan Religius, hal. 61.
23 Soejono Soekanto, Sosiologi Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 1982), Cet. Ke-1. hal. 305.
-
34
salah satu jenis media massa yang memiliki peranan sangat signifikan dan
pengaruh yang luas.
Dakwah Melalui Televisi
Tak dapat dibantah, televisi punya banyak keunggulan ketimbang jenis
media massa lainnya. Pertama, pesan televisi disajikan secara audio-visual,
berbeda dengan radio yang hanya audio dan surat kabar yang bersifat visual
saja.
Dilihat dari sisi dakwah, pasti saja medium TV jauh lebih efektif dari
pada jenis media-media massa lainnya. Selain itu, media dakwah di TV
memiliki relevansi sosiologis, mengingat mayoritas masyarakat kita beragama
Islam. Fungsi dakwah di televisi bisa membantu individu dan masyarakat
untuk menemukan kembali dan memperkokoh nilai-nilai yang selama ini
menjadi bagian dari identitas mereka.
Adanya televisi dakwah, secara sosiologis sesuai dengan kebutuhan
dan potensi khalayak. Dari segi demokrasi informasi, televisi dakwah
memberikan alternatif sajian informasi dan hiburan dan sosialisasi budaya
yang lebih sehat dan bernuansa lokal.
Kemajuan di bidang pertelevisian di Indonesia menyebabkan
terbukanya kesempatan menampilkan berbagai acara yang menyangkut
budaya masyarakat. Masyarakat Indonesia yang religius, selama ini menikmati
acara keagamaan melalui media cetak dan radio. Budaya menonton TV dalam
masyarakat tentu dimanfaatkan bagi tayangan bernuansa agama.
Berikut ini adalah survey majalah Ummat (Januari 2007) terhadap
media dakwah
-
35
MEDIA RESPONDEN
Televisi 60, 0 %
Radio 21,6 %
Media Cetak 6,0 %
Forum Pengajian, Media
Konvensional
11. 6 %
Jadi, dakwah bukan lagi merupakan acara yang kaku dan penuh uraian
dogmatis kaidah agama, tetapi sudah mengarah ke berbagai topik masalah
kehidupan sehari-hari sebagai aplikasi dari ajaran agama, tanpa
menghilangkan unsur hiburan.
C. Analisis Isi Kualitatif
1. Pengertian analisis isi
Menurut Budd (1967), analisis isi adalah suatu teknik sitematis untuk
menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk
mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari
komunikator yang dipilih.
Menurut Wazer dan Wiener, analisis isi adalah suatu prosedur
sistematika yang disusun untuk menguji isi informasi yang terekam.
Sedangkan menurut Krippendorf, analisis isi adalah suatu penelitian untuk
membuat referensi-referensi valid dan dapat ditiru dari data ke konteks.
Putranto menyatakan analisis isi (content analysis) berhubungan
dengan komunikasi, tepatnya berhubungan dengan isi komunikasi. Penelitian
-
36
dengan menggunakan teknik analisis isi merupakan teknik penelitian
alternativ bagi kajian komunikasi yang pada umumnya cenderung lebih
banyak mengarah pada penelitian sumber (source) maupun penerima
(receiver).24
Namun demikian dalam analisis isi terdapat permasalahan yang timbul
berkaitan dengan pelaksanaan di lapangan, antara lain:
a. Sulit mendapatkan secara pasti sample yang representative
b. Seringkali mendapatkan definisi kerja yang baik pada topic yang sedang
dipelajari. Misalnya: apa itu kekerasan
c. Tidak selalu mudah mendapatkan unit yang dapat diukur, seperti susunan
cerita atau gambar komik, apa yang dilakukan orang terhadap film atau
artikel majalah.
d. Sulit membuktikan kesimpulan yang tepat.
Tuntutan metodologis analisis isi pada dasarnya sama dengan
penelitian ilmiah pada umumnya. Tuntutan objektifitas dan sistematika
merupakan prinsip yang lazim dipakai dalam analisis isi. Objektifitas
menuntut agar kategori-kategori analisis didefinisikan secara jelas dan
operasional sehingga peneliti lain dapat mengikutinya dengan tingkat
realibilitas yang tinggi. Dan tuntutan sistematika bertujuan untuk mencegah
penarikan kesimpulan oleh peneliti tidak adil artinya bukan hanya untuk
menyokong hipotesis peneliti semata.25
24 Dodi M. Ghazali, Communication Measurement: Konsep dan Aplikasi Pengukuran
Kinerja Public Relations, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), h.85 25 Dodi M. Ghazali, h. 86
-
37
Penggunaan analisis isi dilakukan bila ingin memperoleh keterangan
dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang. Analisis isi
dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi seperti: surat
kabar, buku, puisi, lagu, cerita, lukisan, pidato, surat, peraturan, dsb.
2. Analisis isi kualitatif
Dalam analisis isi kualitatif yang digunakan merujuk pada data reduksi
kualitatif yang akan mendapatkan suatu volume material kualitatif, disamping
berusaha melakukan identifikasi inti konsistensi (core consistencies) dan
makna yang terkandung dalam kata-kata teks yang utama.
Karena itu diperlukan suatu analisis isi yang lebih mendalam dan detail
untuk memahami produk isi media dan mampu menghubungkannya dengan
konteks social atau realitas yang terjadi sewaktu pesan dibuat. Karena semua
pesan (teks, symbol, gambar dan sebagainya) adalah produk social dan
budaya masyarakat. Inilah yang disebut analisis isi kualitatif.
Analisis isi yang digunakan adalah analisis isi kualitatif (QCA) yaitu
mencoba untuk menggunakan kekuatan metodologi analisis isi dan penelitian
komunikasi untuk menganalisa secara sistematis sejumlah materi tektual tapi
dengan elaborasi langkah-langkah analisis kualitatif. (Mayring, 2000:6).
Kualitatif analisis isi (QCA) mencoba untuk menggunakan kekuatan
metodologi analisis isi dan penelitian komunikasi untuk menganalisa secara
sistematis sejumlah materi tekstual tapi dengan elaborasi langkah-langkah
analisis kualitatif. (Mayring, 2000, hal:6). Prosedur utama formulasi kategori
induksi menurut Mayring untuk dalam analisis isi adalah:
-
38
a) Research Question (s)
b) General Definition of Categories
c) Definition of Level of Abstractions
d) Inductive Formulation of Categories
e) Final Categories of Material
f) Summative Reliability Check
g) Qualitative Analysis
Langkah-langkah analisis dan aturan-aturan atau prosedur hanya
merupakan temuan dasar, namun yang lebih ditekankan adalah meneguhkan
adanya hubungan subyektif terhadap material atau teks-teks yang menjadi
subyek penelitian, dan itu bukanlah langkah-langkah yang bersifat otomatis,
namun yang lebih penting dilakukan adalah tindakan kreatif untuk
menginterpretasikan makna-makna teks.
Altheide (1996:2) mengatakan bahwa analisis isi kualitatif disebut pula
sebagai Ethnographic Content Analysis (ECA), yaitu perpaduan analisis isi
objektif dengan observasi partisipan. Artinya istilah ECA adalah periset
berinteraksi dengan material-material dokumentasi atau bahkan melakukan
wawancara mendalam sehingga pernyataan-pernyataan yang spesifik dapat
diletakkan pada konteks yang tepat untuk dianalisis.
Karena itu beberapa yang harus diperhatikan oleh periset: 26
1. Isi (content) atau situasi social seputar dokumen (pesan/teks) yang diriset.
Misalnya, periset harus mempertimbangkan factor ideology institusi
26 Rachmat Kriyantono, S.Sos., M.Si. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh
Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. Ke-3. hal. 248
-
39
media, latar belakangan wartawan dan bisnis, karena factor-faktor ini
menentukan isi berita dari media tersebut.
2. Proses atau bagaimana suatu produk media atau isi pesannya dikreasi
secara actual dan diorganisasikan secara bersama. Misalnya, bagaimana
berita diproses, bagaimana format pemberitaan TV yang dianalisis tadi
disesuaikan dengan keberadaan dari tim pemberitaan, bagaimana realitas
objektif diedit ke dalam realitas media massa, dan lainnya.
3. Emergence, yakni pembentukan secara gradual atau bertahap dari makna
sebuah pesan melalui pemahaman dan interpretasi. Di sini periset
menggunakan dokumen atau teks untuk membantu memahami proses dan
makna dari aktivitas-aktivitas social. Dalam proses ini periset akan
mengetahui apa dan bagaimana si pembuat pesan dipengaruhi oleh
lingkungan sosialnya atau bagaimana si pembuat pesan mendefinisikan
sebuah situasi (Ida, 2001:148).
-
40
BAB III
GAMBARAN UMUM ACARA RAHASIA SUNNAH
A. Sekilas Tentang Trans 7
TRANS7 yang semula bernama TV7 berdiri dengan izin dari
Departemen Perdagangan dan Perindustrian Jakarta Pusat dengan Nomor
809/BH.09.05/III/2000. Pada 22 Maret 2000, keberadaan TV7 telah
diumumkan dalam Berita Negara Nomor 8687 sebagai PT. Duta Visual
Nusantara Tivi Tujuh. Dengan kerjasama strategis antara Para Group dan
KKG, TV7 melakukan re-launching pada 15 Desember 2006 sebagai
TRANS7 dan menetapkan tanggal tersebut sebagai hari lahirnya TRANS7. Di
bawah naungan PT Trans Corpora yang merupakan bagian dari manajemen
Para Group, TRANS7 diharapkan dapat menjadi televisi yang maju, dengan
program- program in-house productions yang bersifat informatif, kreatif, dan
inovatif.1
TRANS7 dengan komitmen menyajikan tayangan berupa informasi
dan hiburan, menghiasi layar kaca di ruang keluarga pemirsa Indonesia.
Berawal dari kerjasama strategis antara Para Group dan Kelompok Kompas
Gramedia (KKG) pada tanggal 4 Agustus 2006, TRANS7 lahir sebagai sebuah
stasiun swasta yang menyajikan tayangan yang mengutamakan kecerdasan,
ketajaman, kehangatan penuh hiburan serta kepribadian yang aktif.
1 www. Trans 7.co.id, diakses pada 10 Februari 2010.
-
41
Logo TRANS7 membentuk empat sisi persegi panjang yang
merefleksikan ketegasan, karakter yang kuat, serta kepribadian bersahaja yang
akrab dan mudah beradaptasi. Birunya yang hangat tetapi bersinar kuat
melambangkan keindahan batu safir yang tak lekang oleh waktu, serta
menempatkannya pada posisi terhormat di antara batu-batu berlian lainnya.
Perpaduan nama yang apik dan mudah diingat, diharapkan membawa
TRANS7 ke tengah masyarakat Indonesia dan pemirsa setianya.
DEWAN KOMISARIS
Komisaris Utama Chairul Tanjung
Komisaris 1. Agung Adiprasetyo
2. Ishadi SK
3. Asih Winanti
DEWAN DIREKTUR
Direktur Utama Atiek Nur Wahyuni
Direktur Wishnutama
Direktur Keuangan dan Sumber Daya Ch. Suswati Handayani
Program-Program TRANS7
TRANS7 berkomitmen untuk menyajikan yang terbaik bagi
pemirsanya, dengan menyajikan program informasi seperti Redaksi yang hadir
http:///http:///
-
42
setiap pagi, siang, sore, dan malam yang dikemas secara apik dan dinamis,
update dan informatif. TRANS7 juga menghadirkan program berita dan
dokumenter lainnya seperti Selamat Pagi, TKP, Asal Usul, dan Jejak
Petualang yang memberikan wawasan unik dan berbeda bagi pemirsa.
Tidak kalah informatif, program hiburan seperti I-Gosip Pagi, I-Gosip
Siang, dan I-Gosip News, dan Wara Wiri, semakin lengkap menambah
cakrawala di ruang keluarga. Program variety show seperti Full Color dan
Komedi Lawak (Kolak) juga selalu dinantikan. TRANS7 juga pernah hadir
dengan Empat Mata yang pernah menjadi program fenomenal di Indonesia.
Kini trio Tukul-Peppy-Vega ’Ngatini’ hadir kembali di TRANS7 lewat
program Bukan Empat Mata.
Program sport TRANS7 juga selalu dinantikan oleh para pecinta
olahraga. Serie A akan menghadirkan pertarungan para pesebakbola seri A
Liga Italia, sementara Liga Dunia akan menyajikan pertandingan-pertandingan
tim unggulan dunia. Bagi para pecinta otomotif, MotoGP dan Superbike
mengajak Anda untuk memacu adrenalin di lintasan balap kelas dunia.
TRANS7 juga menyajikan tayangan informasi olahraga setiap hari di layar
pemirsa, di antaranya Sport7, One Stop Football, dan Galeri Sepakbola
Indonesia.
TRANS7 juga tidak melupakan pemirsa cilik dengan memberikan
pengetahuan dan hiburan bagi mereka. Bocah Petualang dan Si Bolang Jalan-
jalan menghadirkan keunikan kehidupan anak-anak di seluruh penjuru
Indonesia. Laptop Si Unyil dan Buku Harian Si Unyil memberikan ilmu
-
43
pengetahuan yang mendasar bagi para pemirsa cilik. Jalan Sesama yang
merupakan adaptasi dari Sesame Street juga dipercayakan untuk ditayangkan
di TRANS7. Melalui Cita-citaku, TRANS7 berusaha menghadirkan
keseharian profesi yang dicita-citakan anak-anak
Dilengkapi dengan sajian film-film berkualitas, Theater7 hadir pada
momen-momen spesial, mengisi layar kaca anda. Serial-serial unggulan juga
kerap kami hadirkan seperti Smalville, Supernatural, dan Heroes. Jangan
lupakan pula program-program musik yang menyuguhkan persembahan para
pemusik Indonesia lewat sajian Musik Spesial dan On The Spot.
Jangan pernah lewatkan sajian kami, dikemas secara cerdas, aktif, dan
menghibur, hanya di TRANS7.
B. Deskripsi Acara Rahasia Sunnah
Nama Program Rahasia Sunnah
Format Non Drama
Jenis Program TV Magazine
Pukul 09.30 – 10.00 WIB
Durasi 30 Menit
Frekuensi 1 x Seminggu
Lingkup Materi Islami, informasi mengenai dunia kesehatan,
kuliner, bisnis, pernak-pernik, yang disampaikan
secara Islami dan juga jalan-jalan
-
44
Sasaran Umum
Tujuan Agar umat muslim dapat memahami Islam dari
aspek ilmiah.
Sifat Rekaman atau Taping
1. Latar Belakang Berdirinya Rahasia Sunnah
Rahasia Sunnah adalah program yang akan mengupas berbagai
sunnah Rasul dari berbagai dimensi, seperti kesehatan, psikologi,
keilmuan dan lainnya. Hasil penelusuran tim Rahasia Sunnah ini diperkuat
oleh penjelasan ilmiah dari narasumber yang kredibel di bidangnya serta
kajian dari sudut pandang ulama. Program ini akan menambah wawasan
keislaman umat mengenai mukjizat di dalam Al-Quran dan hadist serta
mengajak pemirsa untuk berpikir kritis tentang kajian IPTEK yang dapat
dikaitkan dengan kitab pedoman hidup.
Acara Rahasia Sunnah di stasiun televisi Trans 7, merupakan acara
keagamaan atau bisa dibilang kegiatan dakwah, yang disiarkan atau
ditayangkan melalui televisi, yang mendapat respon baik dari masyarakat.
Acara ini dikemas dengan sedemikian rupa sehingga memiliki nuansa
yang berbeda dari yang ada, selain itu banyak mengandung pesan-pesan
dakwah yang bermanfaat bagi seluruh pemirsa yang menyaksikannya.
Pesan dakwah yang disampaikan melalui acara Rahasia Sunnah di
Trans 7 tujuannya adalah agar umat muslim dapat memahami Islam dari
aspek ilmiah.
-
45
Berawal dari seseorang pekerja televisi, Roni Suyanto yang gemar
membaca buku-buku hadist. Banyak hal yang bermanfaat yang bisa
diambil, bahkan hal-hal baru yang belum pernah diketahui dan sangat
menarik untuk dipelajari. Kemudian ada beberapa hal yang menarik, yang
membuat penasaran, karena menurut keyakinannya bahwa yang namanya
Islam beserta dengan Al-Qur’an, sangat rasional dan sangat riil,
mempelajari apa alasan-alasan ilmiah dari ajaran-ajaran Islam.
Seperti Rasulullah mencontohkan kita untuk mengunyah makanan
itu 33 kali, kita meyakini bahwa apa yang diperintahkan atau dicontohkan
Rasulullah itu adalah sesuatu yang baik. Sebenarnya makna dari kunyah
makanan 33 Minimal dari segi kesehatan, kenapa kita tidur harus miring
ke kanan. Dari aspek kesehatan terbukti setelah ada penelitian dari tim
kedokteran, bahwa tidur miring ke kanan, paru-paru tidak kegencet,
peredaran darah lebih lancar, juga pengobatan bagi orang yang ngorok
atau yang mendengkur. Dan hadist itu keluar 1500 tahun yang lalu, pada
saat ilmu kedokteran itu belum ada. Secara kekinian baru terbukti.
Sebetulnya yang dicontohkan Nabi itu apa aspek ilmiahnya.
Kenapa makan harus pakai tangan kanan, bukan tangan kiri. Ternyata
tangan kanan itu mengeluarkan enzim yang berbeda dengan tangan kiri,
banyak hal yang membuat penasaran. ini alasan yang pertama. Yang
-
46
kedua, karena dia pekerja Televisi, maka tercetuslah ide untuk membuat
program itu. 2
Lalu dari rasa penasaran dan ketertarikan terhadap ilmu-ilmu dari
Al-Qur’an dan Hadist, maka tercetuslah ide untuk mengajukan sebuah
program religi yang membahas mengenai kandungan isi dari Al-Qur’an
dan Sunnah.
Maka ide ini dirapatkan kebetulan pada saat raker, rapat kerja.
Raker itu membahas tentang usulan-usulan program, dan usulan program
Rasun satu-satunya program yang diraker, dari sekian beberapa ratusan
program yang diajukan pada saat itu, yang disetujui untuk dibikin paylet di
bulan Ramadhan, pada 2007.
Jadi 2007 disetujui untuk dibikin paylet, tapi tayangnya 2008.
Karena ada masalah perizinan presenter. Jadi wahyu itu WNA, harus ada
izin imigrasi, jadi harus diizin segala urusan si wahyu supaya bisa
dikontrak.
Sedangkan nama Rahasia Sunnah sendiri tercetus dari sekedar
ngobrol-ngobrol bersama tim dan tercetuslah Rahasia Sunnah. Walaupun
sebenarnya nama tersebut dari segi broadcast tidak menjual, terlalu berat,
namun nama tersebut sudah terlanjur disetujui.
Format pengemasan acaranya juga berbeda dari acara keagamaan
yang lain. Dibuat semenarik mungkin, dengan format jalan-jalan, tetapi
2 Wawancara pribadi dengan Roni Suyanto (Produser 1 Rahasia Sunnah), Jakarta : TRANS, 1 April 2010
-
47
tetap disisipkan nilai-nilai keagamaannya, sehingga tidak membosankan
untuk ditonton. Materinya Jadi dikombain apa yang ada di Al-Qur’an
dengan Sunnah Rasulullah.
2. Tujuan Rahasia Sunnah
Tujuannya ingin membuat penonton yang beragama muslim
bangga dengan agamanya dan memahami Islam itu rasional dan lebih
ilmiah. Makanya di dalam Rahasia Sunnah dibahas tentang keilmiahannya
Islam.
Rahasia Sunnah sebagai sumber informasi dan kebutuhan untuk
semua orang dengan kesan tidak menggurui, memberikan kabar baik atau
solusi kususnya kepada umat Islam, untuk setiap masalah-masalah
keseharian secara Islami yang dibawakan secara ringan dan
memperkenalkan serta menyampaikan kekayaan Dakwah Islam bukan
hanya dilihat dari sudut ceramahnya saja, tetapi dengan sentuhannya yang
berbeda dan menarik.
Bahwa apa yang dicontohkan Rasulullah dan aspek yang
ditunjukkan Al-Qur’an itu benar. Intinya tujuannya satu ngin membuat
penonton yang beragama Islam bangga dengan agamanya dan dapat
memahaminya dengan lebih rasional dan ilmiah.3
3 Wawancara pribadi dengan Roni Suyanto (Produser 1 Rahasia Sunnah), Jakarta : TRANS, 1 April 2010
-
48
jadi meyakini Islam dari sisi yang rasional. Islam jadi tidak taqliq ,
kita memahami Islam itu menurut rasional. Ada manfaatnya buat kita, jadi
lebih yakin.
3. Sasaran Rahasia Sunnah
Sasaran acara Rahasia Sunnah adalah semua kalangan. Acara ini
tidak memfokuskan penontonnya, karena tema-tema yang dibahas
mengenai masalah umum yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
dengan berpedoman kepada Al-Qur’an dan sunnah.4 Materi yang
dihadirkan ringan-ringan, agar lebih mudah dimengerti oleh semua
kalangan. Temanya juga yang berbeda-beda tiap minggunya membuat
acara Rahasia Sunnah lebih menarik.
Format pengemasan acaranya juga berbeda dari acara keagamaan
yang lain. Dibuat semenarik mungkin, dengan format jalan-jalan, tetapi
tetap disisipkan nilai-nilai keagamaannya, sehingga tidak membosankan
untuk ditonton.
4 Wawancara pribadi dengan Roni Suyanto (Produser 1 Rahasia Sunnah), Jakarta : TRANS, 1 April 2010.
-
BAB IV
PESAN DAKWAH ACARA RAHASIA SUNNAH
A. Analisis Isi Pesan Dakwah Acara Rahasia Sunnah
Pada bab ini, peneliti akan menganalisis isi pesan dakwah yang terkandung
dalam 7 pesan dakwah pada program Rahasia Sunnah episode desember 2009.
Dalam menganalisis isi pesan tersebut, peneliti menggunakan metode analisis
isi kualitatif (Qualitatif Content Analysis (QCA)), mencoba untuk
menggunakan kekuatan metodologi analisis isi dan penelitian komunikasi
untuk menganalisa secara sisitematis sejumlah materi tekstual tapi dengan
elaborasi langkah-langkah analisis kualitatif. (Mayring, 2000: 6).
Menggunakan sistem ketegorisasi untuk membahas permasalahan dalam
rumusan masalah yang peneliti teliti. Peneliti menggolongkan
pengkategorisasian pesan dakwah rahasia sunnah yaitu dengan pesan dakwah
dzatiyah, pesan dakwah fardiyah, pesan dakwah halaqoh, dan pesan dakwah
professional. Dan meneliti pengkategorisasian yang diambil dari ke 7 naskah
rahasia sunnah bulan desember 2009.
Pesan dakwah yang disampaikan melalui acara Rahasia Sunnah di
Trans 7 tujuannya adalah agar umat muslim dapat memahami Islam dari aspek
ilmiah. Materi yang disampaikan seputar masalah kehidupan sehari-hari
49
-
50
dengan berpedoman kepada Al-Qur’an dan sunnah.1 Materi yang berbeda-
beda tiap minggunya membuat acara Rahasia Sunnah lebih menarik.
Beberapa materi Rahasia Sunnah episode Desember diantaranya:
- Bolehkah Makan Ikan Mentah (4 Desember 2009
- Belut Laut Halal Dimakan (5 Desember 2009)
- Bulu Babi?? Halal Ga Ya! (11 Desember 2009)
- Musyrik Percaya Mitos Tokek (12 Desember 2009)
- Binatang Besar Yang Pintar (18 Desember 2009)
- Anggur dan Alkohol (19 Desember 2009)
- Jangkrik Halal dan Bergizi (25 Desember 2009)
1. Bolehkah Makan Ikan Mentah
Tabel 2
Kategorisasi Dakwah Dzatiyah
No. Kategorisasi Sub Kategorisasi 1. Sensasi menurut Islam
(panca indera) 1. Mengagumi alam ciptaan Allah SWT 2. Terhampar pemandangan yang luar biasa
2. Persepsi menurut Islam (tadabur alam)
Alhamdulillah dalam perjalanan kali ini, saya menjadi tahu boleh saja mengkonsumsi ikan laut tanpa dimasak atau mentah karena halal dan sehat, tapi untuk yang seger saja ya, kalau sudah dimasak silahkan itu sama-sama rezeki dari Allah SWT.
3. Memori menurut Islam 1. Oh, kayak makanan Jepang gitu 2. Teman-teman masih ingat dengan teman saya
ini, bapak ini yang punya lumba-lumba terapi itu.
4. Berfikir menurut Islam 1. Pasti Allah memberikan rezeki yang sangat
1 Wawancara pribadi dengan Roni Suyanto (Produser 1 Rahasia Sunnah), Jakarta :
TRANS, 1 April 2010.
-
51
(bersyukur dan bersatu)
berlimpah 2. Bener-bener Allah SWT adalah Maha
Pemberi. Tidak ada yang dapat membantah-Nya.
5. Kecerdasan intelektual 1. Bener-bener bisa dimakan mentah kayak sushi dan sashimi
2. Penjelasan narator mengenai sashimi 3. Penjelasan pa aan dan narator mengenai cara
membuat sushi 4. Penjelasan peneliti dan ulama mengenai ikan
mentah dan kehalalannya 5. Alhamdulillah saya mendapatkan ilmu yang
bermanfaat. Dengan begini saya tidak ragu untuk makan ikan mentah, asal kondisinya masih baik dan segar
6. Kecerdasan emosi 1. Anak-anak mengagetkan wahyu dari belakang dengan menjejali ikan
2. Anak-anak berebut menghabiskan ikan yang telah diiris tipis
7. Kecerdasan spiritual (hubungan dengan Allah)
Allah memang telah menciptakan bumi, laut dan segala isinya untuk kepentingan manusia. Laut juga telah memberikan manusia banyak kenikmatan.
Tabel 3
Kategorisasi Dakwah Fardiyah
No. Kategorisasi Sub Kategorisasi 1. Pendekatan individu
secara psikologis 1. Disana..oh kira-kira om boleh ikut ga? 2. nah, sini pak, saya mau coba iris ikannya 3. wah pak sini duduk dulu (menyuruh pa aan
duduk disampingnya) tadi saya menjelaskan kepada anak-anak untuk menunggu cuka dan jeruk nipis. Eh…mereka serbu bawa semua, tinggal ini doang.
4. kalau bapak sendiri suka makan ikan mentah ga (tanyanya pada peneliti)
5. eh ngomong-ngomong boleh duduk disini bersama beli made?
2. Saling bertukar informasi
Pa aan mengajarkan cara mengolah ikan mentah menjadi sashimi.
3. Saling bertukar pengalaman
1. Kebiasaan warga Sumberkima yang memakan ikan mentah-mentah
-
52
2. Wahyu membuat tuna saus tar-tar dan sashimi dibantu oleh pelayan restoran
Tabel 4
Kategorisasi Dakwah Halaqoh
No. Kategorisasi Sub Kategorisasi 1. Pendekatan kelompok
Dengan norma Kelompok
1. Wahyu ikut duduk di bilik bersama anak-anak dan pa aan
2. Wahyu ikut makan ikan mentah
2. Memahami norma kelompok
1. Heran saya, padahal ikannya mentah kok suka ya..
Tabel 5
Kategorisasi Dakwah Profesional
No. Kategorisasi Sub Kategorisasi 1. Manajemen Dakwah Wahyu mencari penjelasan mengenai ikan
mentah kepada peneliti dan kehalalannya kepada ulama
2. Profesi (para ahli) 1. Drs.Sudaryanto (peneliti dari Universitas Udayana
2. Pa Aan (warga Sumberkima) 3. Pelayan restoran
3. Profesi (para da’i) Ali Mustafa Ya’kub (Ulama MUI)
Mengkonsumsi ikan mentah merupakan hal yang biasa dilakukan oleh
masyarakat di Sumberkime, Bali. Ikan yang digunakan biasanya ikan hasil
tangkapan mereka sendiri di laut, seperti kerapu. Menyajikan ikan mentah ini
juga sangat mudah, hanya diiris tipis, ditambahkan perasan je