aktivitas dakwah sudirman tebba -...
TRANSCRIPT
1
AKTIVITAS DAKWAH SUDIRMAN TEBBA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I )
Disusun oleh :
WANSESLAUS RIANGHEPAT
NIM. 205051000477
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H /2010 M
2
AKTIVITAS DAKWAH SUDIRMAN TEBBA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam
( S.Kom.I )
Oleh:
WANSESLAUS RIANGHEPAT
NIM. 205051000477
Di bawah Bimbingan
Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A
NIP. 19710412 200003 2 001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
3
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persayaratan untuk memperoleh gelar Strata Satu (S.1) di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan tiruan hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 1 Juni 2010
Wanseslaus Rianghepat
4
ABSTRAK
Nama: Wanseslaus Rianghepat
NIM: 205051000477
Dakwah adalah ajakan atau seruan kepada umat Manusia untuk menuju
kebahagiaan dunia akhirat sesuai dengan pedoman Al-Qur’ an dan Hadits.
Dakwah hukumnya wajib bagi setiap individu untuk saling menyeru dalam hal
kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran, secara teoritis dakwah bisa
berjalan dengan baik jika para da’i memenuhi unsure-unsur dakwah. Salah satu
unsur dakwah yang penting adalah media dakwah sebagai alat bagi para da’i
dalam menyebarkan peran-peran dakwahnya kepada mad’u. Seiring dengan
perkembangan teknologi komunikasi maka media dakwah pun semakin
berkembang dan cangih. Konsekwensinya seorang dai harus menggunakannya.
Kegiatan dakwah merupakan suatu aktivitas yang mulia, dimana setiap
muslim melakukan amar ma’maruf nahi munkar sehingga dapat tercipta tujuan
dakwah yang hakiki, yakni membentuk khairuh ummah. Karena pada dasarnya
hakekat dakwah merupakan proses kesinambungan yang ditangani oleh
pengembang dakwah untuk mengukuhkan sasaran dakwah agar masuk kedalam
jalan Allah.
Begitu juga dengan aktivitas yang tidak bisa di pisahkan dari kehidupan
manusia. Selama kesadaran terjadi, selama itu pula aktivitas berpikir berlangsung.
Di dalam dunia dakwah, perlu anda ketahui ada tiga hal teknik untuk
menyampaikan dakwah yakni:
1. Dakwah bil lisan.
2. Dakwah bil qalam
3. Dakwah bil hal.
Yang dimaksud dakwah bil lisan adalah dakwah melalui bicara secara face
to face (langsung bertatap muka) dengan para audience atau mustami’ (pendengar)
di atas podium.
Yang dimaksud dakwah bil qalam adalah dakwah melalui pena (tulisan).
Dakwah tulisan inilah yang paling banyak bobotnya bila dibandingkan dengan
dakwah melalui bicara. Betapa tidak, karena bila seseorang mendengar ceramah
dan seorang mubaligh, da’i sering lupa. Bahkan kadangkala apabila seorang
mubaligh kurang cepat atau tidak bisa berdakwah, secara utuh dan tuntas
disebabkan karena waktu yang tidak mengijinkan, sering ceramahnya tidak ada
mempunyai kesimpulan. Akhirnya para audience yang mendengarnya masuk
telinga kanan dan keluar pada telinga kiri, ini sangat merugikan bagi perbaikan
akhlak masyarakat di sekitarnya.
Yang dimaksud dengan dakwah bil hal adalah dakwah yang dilakukan
dengan tindakan nyata dan contoh prilaku yang baik di mata mad’u.
Di sini selaku umat islam selain bisa atau pandai berdakwah, dituntut pula
kita sebagai seorang mubaligh bisa menulis. Menulis artinya di sini bisa
mengarang sebuah buku yang tulisan itu bernafaskan bagi Agama Islam. Dan
ilmu-ilmu yang bermanfaat, bagi kebutuhan umat dunia dan akhirat.
5
Karena melalui tulisan ini seorang yang lainnya berkembang terus, tidak
akan mengalami kesalahan, dan sumber-sumber yang sama, tentu tidak berbeda
atau menyimpang pengertiannya.
6
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan segala
kenikmatan. Allahu Robbi, terima kasih atas segala kemudahan yang engkau
berikan, karena saya yakin dengan pertolongan Mu. Salawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada junjungan nabi Muhammad saw, karena berkat
beliaulah umat manusia dapat merasakan indahnya iman dan islam.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Arief Subhan MA., Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pudek I, Drs. Wahidin
Saputra, MA, Pudek, II, Drs. H. Mahmud Jalal, MA, Pudek, III Drs. Study
Rizal LK, MA. yang telah memberikan Ilmu yang telah penulis peroleh
semoga Allah memberikan pahala yang setimpal
2. Kordinator teknis program Non Reguler Dra, Hj. Asriati Jamil, M, Hum.
Serta sekretaris program Non Reguler Dra. Hj. Musfira Nurlaily, MA.,
sekaligus pembimbing penulis yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan di tengah kesibukannya.
3. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. yang telah
banyak memberikan ilmu Pengetahuan baik pada saat penulis
menyelesaikan studi maupun saat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
4. Seluruh Jajaran Staf Tata Usaha, Perpustakaan Utama, Perpustakaan
Fakultas dan juga seluruh staf pengurus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. H. Sudirman Tebba terima kasih atas segala bantuannya baik data-data,
wawancara dan lain-lain dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Ayahanda .Rahim Rianghepat dan Ummi Salbia Samai terima kasih atas
segala do’a untuk anakmu ini. Mudah-mudahan kalian selalu diberi
kesehatan.
7
7. Bapak H. Subhan Zainal dan Ibu Dayana, Yang banyak memberikan
motifasi dorongan dengan sabar sehinga skripsi ini saya bisa selesaikan.
Semoga Allah membalas kebaikan yang setimpal.
8. Rekan-rekan Fasion News dan Newsstand dan Teman-teman Fakultas
Ilmu dakwah dan Ilmu komunikasi jurusan KPI Non Reguler angkatan
2005 yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Terimakasih yang tak terhinga. Kepada Nengku yati suryati yang selalu
setia menemani pembuatan skripsi ini. Semoga bantuan nya di balas oleh
Allah. Teman-teman Asyifah, Al Istiqomah Bang Suardi, Idrus, Sahar,
Lukman, Arsi, Fahmi, Naryo. Terimakasi atas motivasinya. Semua pihak
yang tidak dapat disebutkan yang telah memberi bantuan kepada penulis
sehingga selesailah penulisan skripsi ini.
Penulis senantiasa berdoa semoga amal kebaikan yang telah diberikan,
mendapatkan Rihda dari Allah . Akhirnya kepada Allah swt lah penulis serahkan
semuanya dengan harapan semoga skripsi ini memberikan manfaat yang besar
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi yang membacanya.
Jakarta, Mei 2010
Penulis
8
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 7
D. Metodologi Penelitian .............................................................. 8
E. Sistematika Penulisan ............................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Aktivitas .................................................................................... 11
B. Dakwah .................................................................................... 12
1. Pengertian Dakwah ............................................................ 12
2. Unsur-Unsur Dakwah ......................................................... 15
a. Da’i ................................................................................... 15
b. Mad,u ................................................................................ 16
c. Pesan ................................................................................. 18
d. Metode .............................................................................. 19
e. Media ................................................................................ 20
9
3. Metode Dakwah ................................................................. 21
4. Tujuan Dakwah ................................................................... 27
5. Media Dakwah ................................................................... 29
BAB III RIWAYAT HIDUP SUDIRMAN TEBBAi
A. Pendidikan Sudirman Tebba...................................................... 33
B. Aktifitas, Karir dan Karya-karya Sudirman Tebba .................... 36
BAB IV HASIL TEMUAN AKTIVITAS DAKWAH SUDIRMAN
TEBBA
A. Aktivitas Dakwah bil lisan Sudirman Tebba ............................. 45
B. Dakwah bil Qalam sudirman Tebba .......................................... 48
C. Dakwah bil hal Sudirman Tebba ............................................... 52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 55
B. Saran ........................................................................................ 56
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 60
LAMPIRAN-LAMPIRAN
10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dakwah merupakan ajakan terhadap Amar maruf dan nahyi munkar
baik dalam bentuk lisan maupun tulisan dalam usaha mempengaruhi orang
lain agar timbul dalam dirinya pengertian penghayatan dan mengamalkan
ajaran Islam. Letjen Sudirman dalam bukunya”problematika Dakwah Islam “
Di Indonesia mendefenisikan dakwah sebagai usaha untuk merealisasikan
ajarana Islam didalam kenyataan hidup sehari-hari, baik dalam kehidupan
masyarakat sebagai keseluruhan tata hidup bersama dalam rangka membangun
umat memperoleh keridhaan Allah SWT.1
Berdakwah dalam arti melaksanakan amal maaruf nahi munkar adalah
satu kewajiban bagi setiap umat Islam dimana pun mereka berada dan sesuai
dengan kemampuan mereka masing-masing, karena dakwah merupakan
kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar lagi seperti yang dikemukakan oleh
Toto tasmara dalam bukunya Komunikasi Dakwah, bahwa kewajiban dakwah
suatu yang bersipat Condition sine Quanon, tidak mungkin dihindarkan dari
kehidupannya, karenanya dakwah melekat erat bersamaan dengan pengakuan
dirinya sebagai seorang yang mengidentifisir diri seorang penganut islam
sehinga orang yang mengaku diri sebagai seorang muslim maka secara
otomatis pula menjadi seorang juru dakwah.2
1 Letjen Sudirman, Problematika Dakwah Islam di Indonesia, Forum Dakwah,(Jakarata
Pusat Dakwah Islam, 1927), h.47 2 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaya Media pertama, 1997), h. 32
11
Seiring dengan perkembangan Zaman, dakwah pun terus berkembang
begitupun dengan metode serta medianya karena salah satu pendukung
dakwah adalah medianya. Saat ini obyek dakwah semakin beragam dan
medianya pun semakin berkembang pula. Dakwah bil al-qalam adalah
dakwah melalui media cetak. Mengingat kemajuan tehnologi yang
memungkinkan seseorang berkomunikasi secara intens dan meyebabkan pesan
dakwah bisa menyebar seluas-luasnya, maka dakwah lewat tulisan mutlak
dimanfaatkan oleh kemajuan tehnologi informasi KH. Isa Ansori mengatakan,
pidato lisan seorang orator sangat dapat memikat jutaan massa tetapi bisa
lepas kemudian tiada membekas dalam hati. Tulisan pena seorang pengarang
cukup membekas satu kali melekat terus dalam hati menjadi buah tutur setiap
hari.3
Manusia sebagai obyek dakwah, betapapun macam dan ragamnya,
dakwah harus senantiasa berada dalam orisinalitas Islam. Ada yang memilih
jalur lembaga, yayasan, pendidikan, media atau partai. Tapi inti dakwah tetap
satu: untuk menegakan kalimatullah. Membebaskan manusia dari
penyembahan kepada manusia, menuju penyembahan hanya kepada Allah
SWT saja.
Entah di masa perekrutan, di masa pembinaan atau fase berikutnya,
dakwah harus tetap pada keaslian Islam. Tak benar mengajak pengikut dengan
cara yang tidak Islami. Seorang pemuda tidak di benarkan mencari atau
berkhalwat untuk menarik lawan jenis. Sulit diterima akal sehat, paham yang
3 Isa Anshari, Mujahid Dakwah, (Bandung : Diponegoro, cet.1991), Cet. Ke-4, h. 34
12
membenarkan mencuri untuk membenarkan mencuri untuk ongkos
perjuangan. Tak bisa pula di benarkan memanipulasi sesuatu dengan alasan
untuk perjuangan dakwah.
Kepada mereka yang berada dipelantaran dakwah, mereka harus
paham hakikat penciptaan dirinya. Untuk itu, penting dalam rangka
menyiapkan hatinya untuk bergabung dengan kafilah dakwah. Bagi mereka,
penting kita tanamkan kesadaran akan kedudukan manusia (Manzilat al-insan)
di hadapan Allah swt. Manusia memiliki karakter khas, yang berbeda dengan
malaikat, jin, binatang, atau makhluk-makhluk lainnya.
Pertama, manusia adalah manusia. Siapapun dia, sarjana politik,
ekonomi, sosial, atau seorang insinyur yang telah berkarya menciptakan
kendaraan paling hebat. Seorang pemimpin kaumnya yang karenanya disebut
berdarah biru alias bangsawan, atau rakyat jelata semisal Bilal bin Raabah.
Dia adalah manusia.
Penting untuk sadar diri sebagai manusia. Manusia adalah obyek
dakwah. Maka dia layak di perlakukan sebagai manusia bukan sebagai robot
yang tak berperasaan. Bukan hewan yang menjadi budak nafsunya. Tapi
manusia yang fitrahnya butuh pada dakwah Islamiayah. Sebagai tumbuhan
butuh sirami air. Karena Islam adalah agama fitrah.4
Maha suci Allah dari perumpamaan. Sebuah produk pabrik, sebut saja
motor sangat tergantung pada pabriknya. Pemilik kendaraan, komputer,
telepon genggam semua ciptaan manusia akan butuh buku petunjuk.
4 Sudirman Tebba, Artikel Majalah Hidayah, peran Dakwah, Edisi 10 Muharam 1431 H/
2009, hlm. 98
13
Selanjutnya akan butuh suku cadang. Sepintar apapun pemilik kendaraan dia
juga butuh teknisi. Sekaya apapun pemilik komputer dia tidak bisa terlepas
akan diri dari ketentuan pabrik. Bahkan ada juga yang meningkatkan
“keterkaitan” kepada komunitas pengguna produk yang sama.
Bagaimana jadinya bila buku manual telepon genggam kita gunakan
untuk motor dan buku komputer kita pakai buat telepon genggam. Tentu
bukan hasil yang kita dapatkan akan tetapi justru kehancuran total.
Setelah kita sadar diri sebagai manusia. Maka penyadaran meningkat
pada eksistensi diri manusia itu sebagai hamba. Manusia sebagai hamba,
artinya ada tuhan yang harus di ikuti. Kesadaran ini penting karena
menyangkut desain bangunan apa yang di kehendaki oleh Allah SWT.
Sehingga hidup ini sejalan dengan apa yang Allah swt gariskan. Karena
manusia adalah Khalifah Allah swt di muka bumi.
Meskipun Allah telah mengambil kesaksian kepada manusia tentang
Rububiahnya saat mereka berada di alam ruh dan mengatakan “balaa
syahidnaa” (ya, kami menyaksikan), namun dalam realitas kehidupan masih
kita dapa mengelopokan manusia yang selalu mengingkari Allah SWT.5
Pada akhirnya, mereka senantiasa meningkatkan kebenaran yang telah
dibawa oleh para Nabi dan Rasulnya. Setiap risalah yang dibawa para Nabi
selalu saja mereka didustakan. Bahkan mereka dengan sengaja menjadikan
diri mereka sebagai penentang setiap kebenaran yang dibawa oleh Rasul dan
orang-orang yang mengikutinya.
5 ibid
14
Kesadaran sebagai makhluk bersifat mutlak. Sedangkan kebenaran
sebagai hamba bisa relatif, banyak yang menolak maka timbullah isme atau
paham, golongan dan ideologi buatan manusia. Komunis telah jatuh karena
hanya terbang dengan sebelah sayapnya. Tidak memanusiakan manusia.
Manusia dianggap robot, kapitalis ternyata bangunan yang tidak berfondasi
kokoh karena hanya kuat di sisi materi saja.
Ketiga, Idiologi, keyakinan dan paham hanya akan menjadi hiasan
belaka tanpa perjuangan. Karena itu manusia yang mengaku sebagai hamba
Allah harus menyadari bahwa dirinya adalah tentara Allah yang siap membela
dan memperjuangkan dakwah Islamiah.
Sebagai prajurit kita harus turut pada garis komando. Harus tertanam
dalam lubuk sanubari bahwa kita hanya bergerak berdasarkan komando dari
Allah SWT dan Rasulnya.
Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Quran Surat at_taubah ayat
41:
⬧◆
◆ →◆❑
→◆
⬧
❑☺◼➔⬧
Artinya: Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun
berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan
Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu
Mengetahui.
15
Begitulah selayaknya seorang prajurit bersikap. Dalam keadaan posisi
siap menerima perintah. Ketiga jenis perintah ini senantiasa harus kita jaga,
bertindak berbuat harus dalam bingkai Islam. Maka mesin dakwah akan
berputar kencang.6
Sudirman Tebba adalah seorang da’i yang memiliki pengetahuan yang
cukup mumpuni dalam bidang Dakwah, salah satu pergerakan beliau dalam
bidang Dakwah yang lebih dominan dilakukan yaitu melalui tulisan (da’wah
bil qolam) yang banyak menghasilkan karya-karya yang dapat menjadi
pegangan bagi juru dakwah, mahasiswa hingga masyarakat umum. Bukan
hanya dalam bidang dakwah dari hasil karya-karya Sudirman Tebba namun
juga dalam bidang keilmuan umum.
Beberapa karya beliau dalam bidang dakwah dan keilmuan umum
antara lain, Buku, Menggapai Kesuksesan Hidup, Haji Paska Perang Teluk,
Islam Menuju Paska Reformasi,Nikmatnya bersuci, Bekerja dengan Hati,
jurnalistik baru,hukum media massa dan masih banyak lagi karya-karya
beliau yang menjadi rujukan bagi juru dakwah, mahasiswa dan masyarakat
umum.
Sudirman Tebba merupakan figur untuk diteladani dalam hal kegiatan
dakwah beliau melalui buku karya-karyanya, unsur-unsur dakwahnya dan
strategi dakwahnya. merupakan suatu hal yang menarik untuk di kaji,
sehingga dapat memberikan kontribusi yang positif.
6 ibid
16
Berdasarkan urain tersebut diatas maka penulis tertarik untuk
membahas skripsi ini dengan judul “Aktifitas Dakwah Sudirman Tebba”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Penulis membatasi masalah ini pada aktivitas dakwah Sudirman
Tebba.
2. Perumusan masalah
Penulis dapat merumuskan masalahnya yang meliputi
a. Seperti apakah dakwah Aktivitas Dakwah bil lisan, Dakwah bil Qalam
danDakwah bil hal Sudirman Tebba
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian:
a. Untuk mengetahui aktivitas dakwah Sudirman Tebba.
2. Adapun manfaat penelitian yaitu:
a. Segi akademis
Dapat memberikan kontribusi dan pengetahuan tentang dakwah
Islamiah khususnya bagi pengembang dakwah.
b. Untuk menambah wawasan sekaligus masukan bagi pengkaji sebagai
pijakan para pengemban dakwah yang siap memberikan pemahaman
masyarakat tentang dakwah Islam.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode penelitian
17
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif merupakan
Penelitian yang berusaha menerangkan dan menggambarkan peristiwa
yang terjadi pada subyek penelitian pada masa sekarang kemudian
dijelaskan, dianalisis dan di sajikan sedemikian rupa sehingga merupakan
gambaran yang sistematis, dan mengumpulkan data-data yang akurat.7
2. Subyek dan obyek penelitianta
Subyek penelitian ini adalah Sudirman Tebba. Sedangkan obyek
penelitiannya adalah aktivitas dakwah Sudirman Tebba.
3. Teknik pengumpulan Data
a. Observasi yaitu pengamatan dan pendekatan yang benar terhadap
gejala-gejala yang diteliti
b. Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak,
pewawancara (interviwee) yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai (interviwee) yang mena mberikan jawaban atas
pertanyaan itu,
Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara secara mendalam,
guna mendapatkan informan dan pihak yang terkait di antaranya dengan
Bapak. Sudirman Tebba segagai nara sumber utama pada skripsi ini,
kemudia para jama’ah pengajian yang di binanya.
c. Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang di peroleh melalui
dokumen-dokumen
4. Teknik penulisan
7 Usman Husaini dan Akbar Purnomo Setiadi Metodologi Penelitian Sosial. (Jakarta PT.
Bumi Aksara)
18
Adapun teknik penulisannya, penulis berpedoman pada buku
pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang di terbitkan oleh CeQDA (Center for Quality
Development Assurance).
E. Sistematika Penulisan
Sistem penulisan ini adalah rangkaian penulisan yang termuat dalam
isi proposal skripsi, dimana antara satu dengan yang lain saling berkaitan
sebagai satu kesatuan yang utuh .ia merupakan deskripsi sepintas dan detail
yang mencerminkan urutan-urutan bahasan dari setiap bab.
Secara keseluruhan isi skripsi ini terdiri dari lima bab. Setiap bab
diberi tanda dengan angka romawi, sedang subbabnya memakai huruf latin
(alfabet latin ) besar dan seterusnya.
Sebagai pengantar dalam sebuah penelitian, maka pendahuluan
menjadi suatu hal penting yang tidak dapat ditinggalkan. Pendahuluan
berisikan latar belakang dari sesuatu yang akan diteliti serta alasan-alasan
mengenai penelitian yang akan dilakukan harus di batasi dan dirumuskan
permasalahan yang akan diangkat tujuan penelitian yang merupakan hal
penting yang harus diketahui, karena merupakan nilai yang menjadi inti
skripsi ini yang akan dikatakan dengan bingkai teoritis dan metode penulisan
yang akan digunakan. Agar diketahui bahwa penelitian yang akan dilakukan
memang layak untuk di angkat, dan agar penelitian yang di lakukan sistematis,
maka di buatlah sistem penulisan. Hal-hal yang di sebutkan di atas, di
19
paparkan di bab I.yang menjadi ukuran dari kesemua isi skripsi yang telah
penulis paparkan di setiap bab.
Pada bab II membahas mengenai landasan teori tentang aktivitas
dakwah, meliputi pengertian aktivitas; bentuk-bentuk aktivitas, Pengertian
dakwah, Unsur-unsur dakwah, obyek Dakwah, media dakwah, tujuan dakwah,
metode dakwah.
Pada bab III, dibahas tentang biografi Sudirman Tebba meliputi latar
belakang keluarga, masa kecilnya, Pendidikannya, perjalanan hidupnya, serta
karya-karyanya. Pembahasan ini bertujuan agar kita dapat mengetahui lebih
dalam siapa itu Sudirman Tebba.
Pada bab IV, membahas aktivitas dakwah Sudirman Tebba, meliputi
metode dakwahbil lisan, dakwah bil Qalam,dan dakwah bil hal Sudirman
Tebba.
Ketika sebuah penelitian apapun bentuknya yang diawali dengan
pendahuluan, maka harus pula di akhiri dengan penutupan yang berisikan
saran-saran yang diberikan oleh peneliti guna lebih memperluas dan
memperkuat Dakwah Islamiyah. Kesimpulan merupakan bab terakhir dari
lima bab yang telah di suguhkan di setiap bab yang telah penulis paparkan satu
persatu dengan rincian dan gambaran-gambaran yang kongrit dan akurat,
sehingga penulis memberikan suatu kesimpulan dari kesemua bab yang sudah
ada dalam skripsi ini, yang berjudul Aktivitas dakwah Sudirman Tebba.
20
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Aktivitas
Pengertian Aktivitas dalam kamus besar Bahasa Indonesia, “adalah
keaktifan, kegiatan, kesibukan atau bisa juga berarti kerja atau salah satu
kegiatan, kesibukan atau biasa juga berarti kerja atau salah satu kegiatan kerja
yang dilaksanakan tiap bagian dalam suatu organisasi atau lembaga8.
Sedangkan menurut kamus besar ilmu pengetahuan, kata aktivitas9
berasal dari ling: Activity;lat:Activitus: aktif, bertindak, yaitu bertindak pada
diri setiap ekstensi atau makhluk yang membuat atau menghasilkan sesuatu
dengan aktivitas menandai bahwa hubungan khusus manusia dengan dunia.
Manusia bertindak sebagai obyek, alam sebagai obyek manusia mengalih
wujudkan dan mengolah alam. Berkat aktivitas atau kerjanya, manusia
mengikat dirinya dari dunia dan bersifat khas sesuai ciri dan kebutuhannya.
Dan kehidupan sehari-hari banyak sekali aktivitas, kegiatan, atau
kesibukan yang dilakukan manusia. Namun, berarti atau tidaknya kegiatan
tersebut bergantung pada individu tersebut. Karena, menurut Samuel soito
sebenarnya, aktivitas bukan hanya sekedar kegiatan. Beliau mengatakan
bahwa aktivitas, dipandang sebagai usaha mencapai atau memenuhi
kebutuhan.10
8 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, KAMUS BESAR Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1990), Cet. Ke-3, h. 17 9 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Ilmu Pengetahuan, (Jakarta :Grasindo, 2004), h. 682-
683 10 Samuel Soeitoe, Pisikologi Pendidikan 11, (Jakarta: FEUI, 1982), h.52
21
Salah satu kebutuhan manusia adalah menuntut ilmu untuk menjadi
pintar. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka manusia harus belajar
dengan cara bersekolah atau mengikuti tempat-tempat ilmu, membaca buku,
berdiskusi dan kegiatan-kegiatan lain. Ternyata untuk memenuhi suatu
kebutuhan saja manusia harus melakukan berbagai aktivitas.
Seseorang yang ingin mendalami ilmu Agama dan hubungan interaksi
masyarakat yang Islami misalnya, tentu ia harus melakukan aktivitas-aktivitas
yang dapat membantu tercapainya keinginan tersebut. Seperti membaca buku-
buku keagamaan, mengikuti pengajian-pengajian, melakukan diskusi-diskusi
tentang keagamaan dan kemasyarakatan, mengkaji norma-norma ajaran islam
tentang hubungan sesama manusia dan tak kalah pentingnya adalah
mengaplikasikan atau menerapkan ajaran atau ilmu yang telah di dapatkan ke
dalam kehidupan yang nyata.
B. Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Ditinjau dari segi bahasa “dakwah” berarti: panggilan, seruan, atau
ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar.
Sedang bentuk kata kerja atau fi'ilnya adalah yang berarti memanggil,
menyeru, atau mengajak, دعوة –يدعو –دعا . Sedangkan orang yang
berdakwah biasa disebut da'i (داعى), dan orang yang menerima dakwah
disebut mad'u (مدعو).11
11 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997),
h 406
22
Dakwah dengan arti seperti itu dapat di jumpai dalam ayat-ayat al-
Qur'an, misalnya:
⧫◆ ❑⬧ ☺
⧫ ◼ ☺⧫◆
⬧ ⧫⬧◆
⧫✓☺☺
Artinya: Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang
menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan
berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
berserah diri” (QS. Fushilat: 33)
Tujuannya adalah membangkitkan kesadaran manusia untuk
kembali ke jalan Allah SWT. Upaya memanggil atau mengajak kembali ke
jalan Allah tersebut bersifat ekspansif yaitu memperbanyak jumlah
manusia yang berada di jalan-Nya, sedangkan yang menjadi objek
panggilan ialah manusia yang berada di luar jalan Allah atau yang
meninggalkan jalan-Nya, atau mereka yang sudah berada di jalan Allah
namun baru satu kaki yaitu mereka yang masuk dalam kategori abangan
atau belum menjalankan agama dengan benar, baik di Indonesia maupun
di seluruh dunia.12
Secara definitif, dakwah dirumuskan para ahli dalam teks dan
konteks yang bervariasi. Hal ini terlihat dalam orientasi dan penekanan
bentuk kegiatan. Berikut ini di kemukakan berbagai macam rumusan
definisi dakwah:
12 Ki Moesa . Machfoeld, Filsafat Dakwah, Ilmu Dakwah dan Fenerapannya, (Jakarta:
Bulan Bintang, 2004), h. 16
23
a. Toha Yahya Omar menyatakan bahwa dakwah Islam sebagai upaya
mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai
dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat.13
b. Syekh Ali Makhfudz, dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin memberikan
definisi dakwah sebagai berikut.
و د الهو ي ال لى ع اس الن ث ح ر ك نمهالن ع يههالن و ف ورهعم لب رهمل اىل آلج او ل اج ع الة اد ع س اب وزهوفهي ل
Artinya: “Mendorong manusia agar memperbuat kebaikan dan menurut
petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarang
mereka dari perbuatan munkar agar mereka mendapat
kebahagiaan di dunia dan akhirat.14
c. Hamzah Ya'qub mengatakan “Dakwah adalah mengajak umat manusia
dengan hikmah (kebijaksanaan) untuk mengikuti petunjuk Allah dan
Rasul-Nya”.15
d. Menurut. Hamka dakwah adalah seruan dan panggilan untuk menganut
suatu pendirian yang pada dasarnya berkonotasi positif dengan
substansinya terletak pada aktivitas yang memerintahkan amar ma'ruf nahi
munkar.
e. Syaikh Abdullah Ba'alawi seperti yang dikutip Muhamad ardani
mengatakan dakwah adalah mengajak, membimbing, dan memimpin orang
yang belum mengerti atau sesat jalannya dari agama yang benar untuk di
alihkan ke jalan ketaatan kepada Allah, menyuruh mereka berbuat baik
13 Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), h. 1. 14 Ali Mahfudz, Hidayatul Murshyidin, Terj. Chadijah Nasution, (Yogyakarta: Tiga A,
1970), h. 17 15 Hamzah Ya’qub, Publisistik Islam; Teknik Dakwah dan Leadership, (Bandung:
Diponegoro, 1981), h. 13.
24
dan melarang mereka berbuat jelek agar mereka mendapat kebahagiaan di
dunia dan akhirat.16
f. Syaikh Muhammad Abduh mengatakan dakwah adalah menyeru kepada
kebaikan dan mencegah dari yang munkar adalah fardhu yang diwajibkan
kepada setiap muslim.17
Dari pemaparan diatas dapat didefinisikan dan dipahami bahwa
pengertian dakwah adalah sebagai berikut :
a. Perilaku muslim dalam menjalankan Islam sebagai agama dakwah, yang
dalam prosesnya melibatkan unsur da’i, pesan dakwah, metode, media,
dan mad'u dalam mencapai tujuan dakwah yang melekat dengan tujuan
Islam sepanjang zaman dan di setiap tempat.
b. Proses internalisasi, transformasi, transmisi, dan difusi ajaran Islam.
2. Unsur-Unsur Dakwah
Adapun unsur-unsur dakwah tersebut adalah sebagai berikut:
a. Da'i
Pada prinsipnya seseorang yang telah mengaku dirinya sebagai
seorang muslim adalah da'i (pelaku dakwah). Setiap muslim yang mukalaf
wajib menyampaikan dakwahnya kepada orang lain sesuai dengan
kemampuannya masing-masing. Dan sebagai seorang juru dakwah
sekurang-kurangnya harus memiliki hal-hal sebagai berikut:
Pertama, sanggup dalam menyelesaikan beban yang ditegaskan
kepada dirinya khususnya dalam mempertahankan ajaran agama sebagai
16 Moh. Ardani, Memahami Permasalahan Fiqih Dakwah, (Jakarta: PT. Mitra Cahaya
Utama, 2006), h. 10 17 Sayyid M. Nuh, Dakwah Fardiyyah dalam Manhaj Amal Islam, (Solo: Citra Islami
Press, 1996), h. 13-16
25
kebenaran yang mutlak, dan menyebarluaskan nilai-nilai keagamaan
sebagai keyakinan dan prinsip hidup yang benar. Kedua, mampu merubah
hidup manusia menjadi lebih berharga (bernilai), dan juga memberi
kemampuan kepada mereka untuk menjadikan hidupnya di dunia ini
sebagai investasi kehidupannya di akhirat kelak. Ketiga, pribadi yang
selalu eksis dan konsisten terhadap tujuan dakwah. 18
b. Mad'u
Mad'u adalah segenap manusia. Terlepas apakah ia sebagai
makhluk individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat. Pada dasarnya
manusia dalam pandangan Islam terbagi kedalam dua kelompok, yakni
kelompok yang telah menyatakan dirinya sebagai muslim dan kelompok
manusia yang di luar Islam. Kedua golongan inilah yang akan menjadi
sasaran dakwah.
Dalam perspektif psikologi manusia hanya dapat didekati dari tiga
pendekatan. Pertama, manusia sebagai makhluk individu memiliki
keinginan yang harus terpenuhi secara seimbang, yakni kebutuhan akan
material (kebendaan), pemenuhan aspek ini akan memberikan kesenangan
terhadap kehidupan manusia. Kemudian kebutuhan (spiritual) dalam
pemenuhan aspek ini akan memberikan suatu ketenangan, ketentraman,
dan kedamaian dalam hatinya. Dan selanjutnya adalah kebutuhan
kemasyarakatan (sosial). Pemenuhan aspek ini akan membawa kepada
kepuasan hidupnya.
18 Jamalludin Kafie, Psikologi Dakwah, (Surabaya: PT. Indah. Surabaya, 1993), h.31
26
Kedua, sebagai makhluk sosial manusia cenderung untuk selalu
hidup berkelompok dan selalu berinteraksi dengan sesamanya. Oleh
karena itu. secara esensial manusia dapat survive di muka bumi ini apabila
ia (manusia) dapat bekerja sama dengan yang lainnya. Dalam kehidupan
bermasyarakat manusia tidak dapat hidup sekehendaknya, dikarenakan
manusia telah terikat dengan aturan-aturan atau norma yang telah berlaku
di lingkungannya. Menurut Jamalludin Kafie dalam bukunya psikologi
dakwah,19 mengemukakan bahwasanya manusia terikat dalam sistem
hidup tiga dimensi, yakni dimensi cultural (kebudayaan dan peradaban).
Dimensi structural (bentuk hubungan sosial). Dan dimensi normatif (tata
krama dalam kehidupan sosial).
Ketiga, manusia sebagai makhluk yang berketuhanan akan
menampilkan sikap, tingkah laku serta apresiasinya untuk menemukan
Sang Maha Pencipta. Dalam sejarah perkembangan manusia untuk
pertama kalinya manusia adalah menyembah benda-benda (Dinamisme),
dan manusia menyembah roh halus, dewa-dewa dan makhluk immeterial
lainnya (Animisme), sampai akhirnya manusia menemukan hakikat Tuhan
melalui pelantara agama.
Menurut Jalalludin Rahmat dalam bukunya metode penelitian
komunikasi20 mengemukakan Bahwasanya, prilaku manusia merupakan
hasil interaksi dalam tiga sub sistem yang saling mempengaruhi. Tiga sub
sistem tersebut adalah Id, yaitu bagian kepribadian yang menyimpan
19 ibid 20 Jalalludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1994), h. 20
27
sebuah motivasi biologis manusia yang dalam bahasa agama disebut
dengan nafsu. Ego, yang memiliki fungsi sebagai mediator dan
penyimpanan antara keinginan-keinginan yang manusiawi serta juga
keinginan hewani. Superego, dalam hal ini ia adalah posisi kepribadian.
Seperti hati nurani yang merupakan internalisasi terhadap norma-norma
sosial serta kultur dari masyarakat. Dalam pandangan behaviorisme,
manusia sangat di pengaruhi oleh lingkungannya, karena lingkungan
memiliki peranan yang sangat penting dalam mengendalikan prilaku
manusia.
Apabila seorang juru dakwah telah mampu mengenali tipologi
objek dakwahnya dari berbagai segi, maka sedikit dan juga banyaknya
dakwah akan mengalami sebuah keberhasilan dengan baik. Dengan
demikian studi analisis akan keberadaan objek dakwah adalah satu hal
yang sangat penting untuk dikaji lebih dalam lagi sehinga menemukan
langkah-langkah dan strategi didalam berdakwah.
c. Pesan
Pada dasarnya pesan dakwah tergantung kepada tujuan yang akan
dicapai, yang bersumber dari Al-Quran dan Al-hadits. Kedua pedoman ini
merupakan kumpulan pengetahuan yang bersifat global. Untuk
memahaminya di butuhkan orang-orang tertentu yang memiliki keahlian,
khususnya dalam penguasaan bahasa Arab serta ilmu-ilmu lainnya demi
keberhasilan pesan yang akan disampaikan dalam berdakwah.
28
Materi yang akan di sampaikan hendaknya di pilih secara cermat
yang di sesuaikan dengan situasi dan juga kondisi serta konteks di mana
objek itu berada. Sehingga dakwah itu pun benar-benar dapat bersentuhan
dengan konfleksitas dan problematika masyarakat sebagai sasaran objek
dakwah.
Ketika pengembangan dunia mulai bergeser ke arah penguasaan
ilmu pengetahuan modern serta berbagai teknologi, maka materi-materi
dakwah harus mampu menjawab perkembangan tersebut. Quraish
Shihab,21 mengemukakan. Bahwasanya materi dakwah harus menitik
beratkan kepada hubungan antara ilmu dan ajaran Islam. Materi dakwah
harus diarahkan kepada tiga hal penting. Yaitu, mewujudkan satu kesatuan
pendorong terhadap setiap pribadi dan juga masyarakat guna untuk
meninggalkan amal usaha. Dan memelihara satu tingkat etika dalam
melaksanakan tugas sehari-hari.
d. Metode
Menurut Endang Saifudin Anshari dalam bukunya yang berjudul
wawasan Islam22 mengemukakan bahwasanya metode dalam arti yang luas
itu mencakup strategi, taktik dan teknik dakwah. Karena dalam
pelaksanaan dakwah itu erat sekali kaitannya dengan strategi, maka dalam
proses pcngimplementasiannya harus terlebih dahulu memperhatikan asas-
asas sebagai berikut : Asas filosofis, yang di dalamnya membahas tujuan-
tujuan yang hendak di capai. Asas kemampuan dan keahlian da'i. Asas
sosiologis yang di dalamnya membahas tentang situasi dan kondisi sasaran
21 Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1997), h. 200 22 Endang Saefudin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993),
h. 180
29
dakwah, seperti politik, ekonomi, sosial, budaya dan sebagainya. Asas
psikologis yakni membahas unsur-unsur kejiwaan manusia.
Slamet MA,23 membagi metode dakwah menjadi beberapa bagian.
Yaitu cara tradisional dan cara modern. Cara tradisional yang dimaksud
Slamet adalah metode ceramah, sedangkan cara modern yaitu metode
diskusi, seminar dan sejenisnya. Kedua dari segi cara penyampaian, yaitu
penyampaian langsung dan penyampaian tidak langsung. Penyampaian
langsung seperti tatap muka, di mana antara komunikator dengan
komunikan saling berhadapan. Sedangkan metode tidak langsung adalah
seperti dakwah yang dilakukan dengan menggunakan sarana dan
prasarana, seperti media cetak maupun media elektronik. Ketiga dari segi
penyampaian isi, metode ini mencakup dalam penyampaian isi secara
bertahap dan penyampaian isi secara serentak.
e. Media
Media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan
sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Media
dakwah ini dapat berupa barang, orang, tempat, kondisi tertentu.
Dakwah adalah sebuah sistem yang di dalamnya dibangun oleh
beberapa unsur atau komponen yang saling berkaitan. Unsur atau
komponen itu adalah salah satunya adalah media, maka dalam hal ini
media dakwah memiliki peranan dan kedudukan yang sama dengan
komponen-komponen yang lain seperti metode dakwah, subjek dakwah,
materi dakwah dan lain sebagainya yang berperan dalam proses dakwah.
23 Slamet , Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya: PT. Al-Ikhlas, 1994), h. 80-86
30
Karena begitu pentingnya penggunaan media dalam proses
dakwah, maka menurut Asmuni Syukur.24 Mengemukakan bahwasanya
dalam memilih media dakwah harus terlebih dahulu memperhatikan
prinsip-prinsip sebagai berikut :
Pertama, tidak ada satu media pun yang paling baik untuk
keseluruhan masalah atau tujuan dakwah. Kedua, adalah media yang telah
di pilih itu sesuai dengan tujuan dakwah yang akan di capai. Ketiga, media
yang dipakai sesuai dengan kemampuan sasaran dakwahnya. Keempat,
dalam pemilihan media hendaknya dilakukan dengan cara objektif bukan
atas dasar kemauan dan kesenangan belaka. Kelima, media harus terlebih
dahulu dipertimbangkan secara efektif dan efisien.
Adapun beberapa media yang dapat dipergunakan sebagai media
dakwah di antaranya adalah : lembaga-lembaga pendidikan formal dan non
formal. Lingkungan keluarga. Organisasi-organisasi Islam. Media massa
baik itu media elektronik (televisi, radio, internet) atau media cetak (koran,
majalah, buletin) dan seni budaya.
3. Metode Dakwah (Thariqah al-Da'wah)
Dari segi etimologi Kamus Bahasa Indonesia25 “metode” berasal dari
dua kata yaitu “meta” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara).26 Dengan demikian
kita dapat artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui
untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode
24 Asmuni Syukur, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: PT. Al-ikhlas, 1983),
h. 166 25 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta Balai Pustaka , 2002 26 Arifin Muhamad Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 61.
31
berasal dari bahasa Jerman methodica, artinya ajaran tentang metode. Dalam
bahasa Yunani “metode'' berasal dari kata methodos artinya jalan yang dalam
bahasa Arab disebut thariq. Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui
proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud.
Sedangkan secara terminologi “metode” adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari tentang cara-cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai
tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien. Efektif artinya antara biaya,
tenaga, dan waktu dapat seimbang. Sedangkan efisien atau sesuatu yang
berkenaan dengan pencapaian suatu hasil. Jadi “metode dakwah” adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari cara-cara berdakwah untuk mencapai suatu
tujuan dakwah yang efektif dan efisien.27
Mengenai metode dakwah ini, Amir Ihsan Islahi menegaskan tentang
metode yang digunakan oleh para Rasul saw bahwa:
“Metode-metode para rasul adalah metode yang paling modern dan
maju pada zamannya, dan senantiasa mengalami perubahan sejalan dengan
perubahan situasi, kondisi serta kemajuan budaya. Ini merupakan bukti bahwa
memaksakan suatu metode tertentu saja tidaklah di benarkan. Sebaliknya para
da'i haruslah menggunakan metode-metode yang sedang menjadi mode di
jaman mereka sendiri agar upaya dan kemampuan mereka bisa lebih manfaat
dan membuahkan hasil.28
Keterangan di atas menunjukkan bahwa metode dakwah tidak baku
dan tidak statis. Dakwah Islam memiliki metode yang fleksibel dan tidak
27 Asmuri Syakir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: al-Ikhlas, 1983), h. 21 28 Amir Ihsan Islahi, Serba-serbi Dakwah, Ahli Bahasa Hakim Lukman, (Bandung:
Pustaka, 1989), h. 56
32
sedikit jumlahnya. Bagi seorang da'i mengetahui dakwah yang baik itu sangat
diperlukan karena dengan mengetahui metode-metode seorang dapat
menentukan strategi dakwah yang akan digunakan dalam menyampaikan
dakwah kepada masyarakat dengan kondisi tertentu sehingga materi yang
disampaikan dapat di pahami dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Secara global metode dakwah ada tiga yaitu; Hikmah, Mauizhah
Hasanah dan Mujadalah billati hiya ahsan. Ketiga metode tersebut banyak
digunakan oleh para nabi dan rasul, sahabat dan tabi'in serta para ulama-
ulama terdahulu dan sekarang, karena metode tersebut bersumber dari al-
Qur'an surat al-Nahl: 125:
◼ ◼◆
☺⧫
⬧→❑☺◆ ◆⧫
◆
◆ ◆❑➔
◼ ☺ ⧫
◆❑➔◆ ◼
⧫⧫☺
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dial ah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS: al-Nahl:
125)
Pertama. hikmah secara etimologi dapat berarti keadilan, ilmu, murah
hati, kenabian, al-Qur'an, al-Hadis serta illat (sebab), seperti ungkapan “ma
nikmah at-tasyri'“ yang berarti sebab diturunkan syariah.29 Berdasarkan
makna-makna tersebut, para ulama berbeda dalam mendefinisikannya.
29 Ibnu Manshur, Lisan al-Arab, (Beirut: Dar al-Fikr, 1990), jilid 12, h. 140-143.
33
Al-Raghib al-Isfahani dalam Mufradat al-Qur'un mengatakan, a!-
hikmah adalah mencapai kebenaran dengan ilmu dan akal. Menurut beliau
kata hikmah jika disandarkan kepada Allah swt maka berarti mengetahui dan
pencipta segala sesuatu dengan sempurna, namun jika di sandarkan kepada
manusia maka akan berarti mengetahui segala yang ada dan melakukan segala
kebaikan.30
Abu Hayyan dalam al-Bahr al-Muhith mengatakan, al-Hikmah adalah
menempatkan sesuatu pada tempatnya atau kebenaran dalam perkataan dan
perbuatan.31
Ibn Katsir mengatakan, kata al-Hikmah berarti segala sesuatu yang
benar dalam perkataan dan perbuatan sehingga dapat meletakkan sesuatu pada
tempatnya.32
Sedangkan Syekh Zamakhsyari dalam kitabnya “al-Kasyaf”, al-hikmah
adalah perkataan yang pasti dan benar. Ia adalah dalil yang menjelaskan
kebenaran dan menghilangkan keraguan atau kesamaran.33
Sebagai metode dakwah, al-Hikmah diartikan bijaksana, akal budi
yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, dan menarik perhatian orang
kepada agama dan Tuhan (Allah Swt).34
Kedua, mau'izhah hasanah secara etimologi terdiri dari dua kata, yaitu
mau'izhah dan hasanah. Kata mau'izhah berasal dari kata wa'adza-ya'idzu-
wa'dzan-idzatan yang berarti; nasihat, bimbingan, pendidikan dan
30 Al-Raghib al-Isfahani, Mufradat al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Mishriyyat, t.th.), h. 127. 31 Abu Hayyan, al-Bahr al-Muhith, (Beirut: Dar al-Fikr), Jilid 1, h. 184 32 Ibn Katsir, Tafsir Ibn Katsir, jilid 1, h. 184 33 Munzier Suparta dan Harjani Hefni, ed., Metode Dakwah, h. 10. 34 Ibid., h. 10.
34
peringatan.35 Sementara kata hasanah merupakan kebaikan dari sayyi'ah yang
artinya kebaikan lawannya kejelekan.
Adapun pengertian beberapa pendapat antara lain:
a. Menurut Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi yang dikutip oleh H.
Hasanuddin adalah sebagai berikut:
“Al-mau'izhah al-hasanah” adalah (perkataan-perkataan) yang tidak
tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasihat dan
menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan alQur'an.36
b. Abd. Hamid al-Bilali menjelaskan bahwa “mau'izhah hasanah”
merupakan salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak ke
jalan Allah dengan memberikan nasihat atau membimbing dengan lemah
lembut agar mereka mau berbuat baik.37
Mau'izhah hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang
mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita
gembira, peringatan, pesan-pesan positif (wasiat yang bisa di jadikan pedoman
dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat).
Ketiga, al-Mujadalah bi-al-lati hiya ahsan. Secara etimologi lafazh
mujadalah diambil dari kata “jadala” yang bermakna memintal, melilit.
Apabila ditambahkan alif pada huruf jim yang mengikuti wazan faa'ala, “Jaa
dala” dapat bermakna berdebat, dan “mujadalah” bermakna perdebatan.38
35 Ibnu Manshur, Lisan al-Arab, (Beirut: Dar al-Fikr, 1990), jilid VI, h. 466. 36 Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 37. 37 Abdul Hamid al-Bilali, Fiqh al-Dakwah fi Ingkari al-Munkar, (Kuwait: Dar al-Dakwah,
1989), h. 260 38 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997),
h. 175
35
Quraish Shihab, , mengartikan bahwa kata 'jadala” dapat bermakna
menarik tali dan mengikatnya guna menguatkan sesuatu. Orang yang berdebat
bagaikan menarik dengan ucapan untuk meyakinkan lawannya dengan
menguatkan pendapatnya melalui argumentasi yang disampaikan.
Menurut Ali al-Jarisyah, dalam kitabnya Adab al-Hiwar wa al-
Munadzarah, mengartikan bahwa “al-Jidal” secara bahasa dapat bermakna
pula “Datang untuk memilih kebenaran” dan apabila berbentuk isim “al-
Jadlu” maka berarti pertentangan atau persetujuan yang tajam”.39
Dari segi terminologi (istilah) terdapat beberapa pengertian al-
Mujadalah (suwar). Al-Mujadalah berarti upaya tukar pendapat yang
dilakukan oleh dua orang secara sinergis, tanpa adanya suasana yang
mengharuskan lahirnya permusuhan di antara keduanya.40
Sedangkan Sayyid Muhammad Thantawi ialah suatu upaya yang
bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan
argumentasi dan bukti yang kuat.41
Dalam tafsir an-Nasafi, kata ini mengandung arti:
Berbantahan dengan baik yaitu dengan jalan yang sebaik-baiknya dalam
mujadalah, antara lain dengan perkataan yang lunak, lemah lembut, tidak dengan ucapan yang kasar atau dengan mempergunakan sesuatu
(perkataan) yang bisa menyadarkan hati, membangunkan jiwa dan
menerangi akal pikiran, ini merupakan penolakan bagi orang yang
enggan melakukan perdebatan dalam agama.42
39 Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2000), h. 553. 40 World Assembly of Muslim Youth (WAMY), Fii Ushul al-Hiwar, (Maktabah Wahbah:
Kairo, Mesir) diterjemahkan oleh Abdus Salam M. dan Muhil Dafir, dengan judul terjemahan
“Etika Diskusi”, (Era Inter Media, 2001), h. 21 41 Sayyid Muhammad Thantawi, Adab al-Khiwar fil Islam, Dar al-Nahdhah, Mesir,
diterjemahkan oleh Zuhaeri Misrawi dan Zamroni Kamal, (Jakarta: Azan, 2001), pada Kata
Pengantar. 42 Hasanuddin, h. 38
36
Dengan berbagai pengertian dan pendapat yang di kemukakan oleh
para pakar, dapatlah diambil suatu kesimpulan bahwa “Mujadalah” merupakan
tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa
melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang di
ajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti-bukti yang kuat. Antara
satu dengan lainnya saling menghargai dan menghormati pendapat keduanya
berpegang kepada kebenaran, mengakui kebenaran pihak lain dan ikhlas
menerima hukuman kebenaran tersebut.
4. Tujuan Dakwah (Maqashid al-Da’wah)
Tujuan dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses,
dalam rangka mencapai suatu tujuan. Jadi tujuan dakwah adalah mengajak
umat manusia kepada jalan yang benar yang diridhai Allah SWT, agar hidup
bahagia dan sejahtera di dunia dan akhirat.43
Sedangkan menurut. Didin Hafidhuddin dalam bukunya Dakwah
aktual menerangkan tujuan dakwah secara umum adalah mengubah perilaku
sasaran dakwah agar mau menerima ajaran Islam dan mengamalkannya dalam
dataran kenyataan kehidupan sehari-hari baik yang bersangkutan dengan
masalah pribadi, keluarga, maupun sosial kemasyarakatannya agar terdapat
kehidupan yang penuh dengan keberkahan samawi dan keberkahan ardhi (Al-
A'raf: 96) mendapat kebaikan dunia dan akhirat serta terbebas dari azab neraka
(al-Baqarah: 202-202).44
Ki Moesa A. Machfoeld juga pernah mengatakan di dalam bukunya
bahwa tujuan dakwah adalah mempertemukan kembali fitrah manusia dengan
43 Hasanuddin, Manajemen Dakwah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 1996), h. 58-62. 44 K.H. Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h. 78.
37
agama atau menyadarkan manusia supaya mengakui kebenaran Islam dan mau
mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi orang baik. Menjadikan orang
baik itu berarti menyelamatkan orang itu dari kesesatan, kebodohan,
kemiskinan dan keterbelakangan.45
Syekh Ali Mahfudz juga mengatakan, bahwa tujuan dakwah terdiri
dari lima perkara, yaitu;
a. Menyiarkan tuntunan Islam, membetulkan aqidah, dan meluruskan amal
perbuatan manusia, terutama budi pekerti.
b. Memindahkan hati dari keadaan yang jelek kepada keadaan yang baik.
c. Membentuk persaudaraan dan menguatkan tali persatuan di antara kaum
muslimin.
d. Menolak faham atheisme, dengan mengimbangi cara-cara mereka bekerja.
e. Menolak syubhat-syubhat, bid'ah, dan khurafat atau kepercayaan yang
tidak bersumber dari agama dengan mendalami ilmu ushuluddin.46
Namun Moh. Ardani menyatakan bahwa tujuan dakwah terdiri dari
tujuan umum (mayor objektive) dan tujuan khusus (minor objektive).47
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dakwah adalah mengajak umat manusia (meliputi
orang mukmin, kafir atau musyrik) kepada jalan yang benar yang diridhai
Allah agar dapat hidup bahagia sejahtera di dunia dan akhirat.
b. Tujuan Khusus
45 Ki Moesa A. Machfoeld, Filsafat Dakwah, op. cit., h. 13 46 Hasanuddin, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dan Berdakwah di Indonesia
(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h.33-34 . 47 Moh. Ardani, Memahami Permasalahan Fiqih Dakwah, (Jakarta: PT. Mitra Cahaya
Utama, 2006), h. 10
38
Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan sebagai
perincian dari tujuan umum dakwah. Tujuan ini di maksudkan agar dalam
pelaksanaan seluruh aktivitas dakwah dapat di ketahui ke mana arahnya,
ataupun jenis kegiatan apa yang hendak di kerjakan, kepada siapa
berdakwah, dengan cara yang bagaimana dan sebagainya secara terperinci.
Di bawah ini akan diuraikan tujuan khusus dakwah sebagai terjemahan
dari tujuan umum dakwah:
1) Mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk
selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah.
2) Mengajak umat manusia yang belum beriman agar beriman kepada
Allah (memeluk agama Allah)
3) Mendidik dan mengajarkan anak agar tidak menyimpang dari
fitrahnya.48
Dari tujuan di atas, penulis menarik sebuah kesimpulan bahwa tujuan
dakwah bukanlah sebuah kegiatan untuk mencari atau memperbanyak
pengikut, tetapi kegiatan mempertemukan fitrah manusia dengan Islam atau
menyadarkan orang yang didakwahi (mad'u) tentang perlunya bertauhid dan
berperilaku baik, melaksanakan perintahnya dan meninggalkan larangan-Nya
guna memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
5. Media Dakwah
Media adalah segala yang membantu juru dakwah dalam
menyampaikan dakwahnya secara efektif dan efisien.49 Media merupakan
jamak dari bahasa latin yaitu “median” yang berarti perantara. Media dakwah
48 Moh. Ardani, MemahamiFiqih Dakwah,( Jakarta : PT Mitra Cahaya Utama, 2006), h 10 49 Abdul Karim Zaidan, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Media Dakwah, 1984), h.
225.
39
berarti segala macam alat yang dapat di pergunakan da'i dalam menyampaikan
dakwahnya kepada masyarakat.
Media sebagai salah satu aspek dakwah sangat erat hubungannya
dengan kondisi seruan dakwah, maka alat apapun yang di gunakan da'i harus
sesuai dengan kondisi mad'u.
Asmuni Syakir mengatakan, ada beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan dalam penggunaan media yaitu tujuan yang di capai, materi
yang akan disampaikan, situasi sasaran dakwah, kemampuan da'i dalam
menggunakan media, kualitas media, ketersediaan, efektifitas dan
efesiensinya.50
Faktor-faktor ini lah yang harus diperhatikan dalam menentukan
penggunaan media, karena mengingat dewasa ini kita dihadapkan pada
perkembangan dan kemajuan teknologi yang sangat canggih, bila dakwah
berjalan tanpa mengantisipasi kehadiran era informasi dan globalisasi dengan
langkah cermat, kreatif dan positif maka sudah dipastikan hasilnya akan
berupa kesia-sian belaka.
Media dakwah secara garis besar dapat di kategorikan kepada:
a. Lisan, merupakan media yang paling mudah penggunaannya yaitu dengan
mempergunakan lidah dan suara.
b. Tulisan, media ini berfungsi untuk menggantikan keberadaan da'i dalam
proses berdakwah. Banyak sekali manfaat yang dapat diambil dari dakwah
melalui tulisan, baik itu kitab-kitab, buku, majalah, artikel, novel, dan
sebagainya yang merupakan alat komunikasi antara da'i dan mad'u.
50 Asmuni syukur. Dasar-dasar strategis Dakwah, ( Surabaya : Al ikhlas, 1983) , h 46
40
c. Lukisan/gambar ilustrasi, media ini berfungsi sebagai penarik perhatian
dan minat mad'u dan mempertegas pesan dakwah.
d. Media audio visual, media ini dapat merangsang indera penglihatan dan
pendengaran. Pada perkembangan masa kini media audio visual banyak
sekali dijadikan da'i sebagai alat yang paling efektif dan efisien dalam
menyampaikan pesan dakwah.
Banyak sekali bentuk-bentuknya, seperti televisi, radio, internet,
handphone, dan sebagainya.
e. Akhlak, media ini adalah suatu bentuk pelaksanaan seorang da'i sebagai
manifestasi dalam memberikan contoh dan teladan yang baik kepada
mad'u.51
Anwar Mas'ari menyebutkan beberapa media dan sarana yang
diperlukan oleh juru dakwah antara lain:
a. Mimbar dalam khitobah
b. Qalam dan khitobah
c. Masrah (pementasan) malhamah (drama)
d. Seni suara dan seni bahasa
e. Medan dakwah
f. Alat bantu perlengkapan.52
Sedangkan menurut Zaini Muhtarom, media yang dapat dijadikan
sebagai media dakwah secara umum dibagi ke dalam beberapa bentuk
diantaranya:
1) Media Lisan
51 Hamzah Ya’qub, Publisistik Islam; Teknik Dakwah dan Leadership, (Bandung:
Diponegoro, 1981), h. 117-118. 52 Anwar Mas’ari, Studi Tentang Ilmu Dakwah, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1981), h. 86.
41
Di banding dengan media lain, media lisan merupakan suatu media yang
sering digunakan karena sifatnya yang praktis dan ekonomis. Termasuk di
dalamnya media lisan adalah diskusi, khutbah, ramah tamah dan
sebagainya.
2) Media Cetak
Dikenal juga sebutan media tulisan, ide-ide pemikiran dan ajaran Islam
yang dituangkan dalam bentuk tulisan seperti surat kabar, buletin spanduk,
majalah dan sebagainya.
3) Media Elektronik
Media elektronik merupakan suatu media yang lahir karena pemikiran
manusia dalam bidang teknologi modern. Pada media ini emosi dan
ketegangan penonton atau pendengar dapat terpancing melalui tingkah
laku, kata-kata ataupun suara yang di hasilkan termasuk dalam media jenis
ini meliputi radio, televisi, tape, film dan lain sebagainya.
4) Media Organisasi
Organisasi dakwah merupakan alat pelaksanaan dakwah, agar dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien maka
lewat organisasi sosial maupun keagamaan, dakwah dapat terus
dilaksanakan dalam setiap kegiatan intern ataupun ekstern.
5) Media seni dan Budaya
Media ini merupakan suatu media yang sangat diminati dan akan terus
diwariskan pada generasi selanjutnya. Dakwah lewat seni dan budaya
sudah di lakukan oleh masyayikh (para guru) atau da’i-da’i terdahulu dan
42
sekarang. Seperti wayang, gamelan, seni sastra dan sebagainya. Selain
media seni dan budaya, dakwah dapat di lakukan melalui seni bahasa dan
seni suara, seperti syiar-syair agama ataupun musabaqoh tilawatil
Qur’an.53
53 Zaini Muhtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah Islam, (Yogyakarta: Al-Amin Press,
1996, h. 115
43
BAB III
RIWAYAT HIDUP SUDIRMAN TEBBA
A. Profil Kehidupan serta pendidikan Sudirman Tebba
Keluarga dan masa kecilnya Sudirman Tebba lahir di Desa Tebba
Kecamatan Salomekko Kabupaten Bone Sulawesi selatan. Ia lahir sebagai
bungsu dari tiga bersaudara yang semuanya adalah laki-laki, tetapi kakaknya
yang kedua meninggal waktu masih berumur empat tahun
Pada tahun 1965 beberapa bulan sebelum meletus G 30S/PKI
Sudirman kecil. Ibu dan kakak pertamanya merantau ke Jambi Sumatera untuk
menyusul Ayahnya yang telah merantau ke sana lima tahun sebelumnya.
Ayahnya berprofesi sebagai petani, nelayan dan tukang kayu, bahkan sedikit
mengetahui jampi-jampi untuk mengobati orang sakit dan ibunya bisa
menjahit, sehingga kadang-kadang tetangga datang minta dijahitkan
pakaiannya dengan memberikan upah sekedarnya. Ia bisa jampi-jampi untuk
pengobatan sangat penting, karena waktu itu di kampung belum ada dokter,
sehingga satu-satunya cara pengobatan yang dikenal masyarakat adalah
pengobatan tradisional, seperti jampi-jampi dan ramuan yang terbuat dari
daun-daunan. 54
Dengan pekerjaannya itu, ayahnya menjadi terkenal di kampung dan
kehidupan keluarganya relatif lebih makmur dibandingkan dengan
kebanyakan orang di kampung. Banyak tetangga datang bertanya kepada
54Profil Biografi Alumni Fakultas Syari’ah dan Hukum, “Mereka yang Terpilih”, Edisi 1,
h.199
44
ayahnya bacaan atau jampi-jampi atau kiat untuk hidup lebih makmur. Mereka
mengira bahwa bacaan semacam zikir atau jampi-jampi agar hidup lebih
makmur. Ayahnya selalu menjawab bahwa dia tidak menggunakan jampi-
jampi dan menasehati mereka bahwa kalau mau hidup lebih baik harus bekerja
keras dan jangan hanya mengandalkan satu pekerjaan, karena setiap pekerjaan
pasti ada resikonya. Ketika terjadi resiko, maka pekerjaan itu terganggu dan
hidup bisa menjadi melarat. Misalnya kalau hanya bertani, tanam padi, bila
padi terganggu karena kemarau petani waktu itu di kampung hanya tadah
hujan. belum ada pengairan atau serangan hama. maka sulit memenuhi
kebutuhan pangan. Itu sebabnya hanya juga menjadi nelayan yang sewaktu-
waktu turun ke laut mencari ikan, bahkan dia juga tukang kayu yang bisa juga
buat lemari, rumah dan perahu, termasuk perahu besar yang bisa melayari
antar pulau.55
Latar Belakang pendidikan dan Studinya. Di Jambi, tepatnya sungai
Lam bur Tanjung Jabun, Sudirman kecil masuk sekolah Dasar (SD) dan itu
adalah satu-satunya sekolah yang ada di kampung itu. Tidak ada sekolah van
lebih tinggi dan sekolah agama (madrasah ), ia ikut pelajaran agama yang
diselenggarakan di masjid. Itu sebabnya orang tuanya berpikir untuk pindah ke
kota agar bisa hidup lebih baik dan anak-anak bersekolah sampai tinggi.
Setelah berpikir panjang akhirnya mereka memutuskan untuk ikut saudara-
saudara yang pindah ke Jakarta. Pindah ke Jakarta pada 1973. orang tuanya
menjual hartanya kemudian perahu yang disewakan untuk mengambil kayu
55ibid
45
dari Palembang ke Jakarta. Kemudian setelah pindah ke Jakarta, ia masuk
Tsanawiya di pesantren Al-Masturiyah di Tipar Cisaat Sukabumi Jawa Barat.
Ia merasa sangat senang, karena keinginannya belajar agama Islam tercapai.
Waktu belajar di pesantren itu. ia sempat bingung, karena ketika bahasa
Indonesia saja ia belum lancar, ia harus memahami kiyai membaca kitab-kitab
dan menjelaskannya dengan menggunakan bahasa Sunda. Kedua bahasa ini
menyulitkan baginya untuk memahami pelajaran. Namun dengan semangat
kerja. yang diwariskan dari ayahnya semua kesulitan itu akhirnya dapat ia
atasi.
Setelah dari Tsanawiyah di Tipar Cisaat Sukabumi timbul minat untuk
belajar di Yogyakarta, yang waktu itu harum namanya sebagai kota pelajar. Di
kota ini ia masuk Aliyah di Pesantren Al Munawir di Krapyak. Tetapi
kemudian di kota ia juga masuk sekolah persiapan perguruan tinggi Agama
Islam (SPPTAI). Setelah tamat SLTA di Yokyakarta, ia melanjutkan
pendidikan dengan masuk Fakultas Syari'ah Jurusan muamalat Institut Agama
Islam Negeri-IAIN sekarang Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta pada 1978. Waktu itu jurusan Muamalat terutama belajar hukum
perdata dan pidana, baik hukum Islam maupun hukum positif. Waktu masuk
Fakultas Syariah, ia menggunakan nama yang diberikan oleh orang tuanya
yaitu Sudirman. Tetapi di fakultas ini ada juga mahasiswa lain yang bernama
Sudirman, sehingga akhirnya ia menambah nama menjadi Sudirman Tebba
agar mudah dibedakan dengan Sudirman yang lain.56
56 Ibid.
46
B. Aktifitas, Karir dan karya-karya Sudirman Tebba
Setelah menjadi mahasiswa, Sudirman aktif bergabung dalam
organisasi mahasiswa, Himpunan mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat
dan mempunyai niat menjadi penulis. Di HMI, bersama kawan-kawan,
terutama Muchrizi Fauzi, ia diberi tugas untuk membantu Buletin organisasi
ini sambil menulis artikel di dalamnya. Dalam organisasi mahasiswa itulah, ia
berkenalan dengan mahasiswa-mahasiswa senior yang sudah menjadi
wartawan dan sudah bisa menulis di surat kabar, seperti Fachriy Ali,
Komarudin Hiddayat, Hari Zamharir, Iqbal Saimima (Almarhum), dan lain-
lain. Dari semuanya Fachriy Ali adalah orang yang paling banyak membantu
mengembangkan kemampuannya dalam bidang tulis menulis sehingga dalam
waktu yang tidak terlalu lama ia pun bisa menulis di surat kabar.57
Pendidikan keluarga dan perjalanan hidup yang berpindah pindah dari
Sulawesi ke Sumatera dan akhirnya ke Jawa (Sukabumi dan Yogyakarta) juga
membantu pribadinya yang suka kerja keras dalam mengumpulkan bahan
bacaan serta membacanya dan menuliskannya kembali dengan prospektif yang
baru. Ayahnya senantiasa menanamkan kerja keras dengan tidak hanya
mengandalkan satu pekerjaan, seperti bertani tapi dia juga nelayan dan tukang
kayu, dan bisa jampi-jampi untuk pengobatan. Selain itu hidup berpindah
pindah memberikan pelajaran pengetahuan dan pengalaman yang
menimbulkan inspirasi untuk menulis berbagai masalah dalam kehidupan
Umat Islam, karena masing-masing suku muslim, seperti Bugis, Melayu,
57 ibid
47
Padang, sunda, Jawa dan lain-lain mempunyai budaya dan tradisi yang saling
berbeda yang dipengaruhi oleh keturunan. la juga diwarisi bakat menulis dari
kakek Ayahnya, karena ia juga bisa dipanggil Puang senang adalah seorang
ulama yang banyak menulis buku agama, meski semua bukunya ditulis tangan
dengan huruf Arab dengan menggunakan bahasa Bugis dan tidak ada yang
diterbitkan. Namun demikian dituturkan bahwa sebagian bukunya disimpan
oleh Ayahnya dan ketika belum kenal buku cetakan ia suka membaca buku-
buku karyanya. Sejak itulah sebenarnya mulai tumbuh kebiasaan membaca
pada dirinya. Jadi kebiasaan suka membaca dan mengumpulkan sudah tumbuh
sejak kecil. Setiap kali mendapatkan buku, malah dan semacamnya ia simpan
walaupun tidak segera ia membacanya, mengumpulkan bahan bacaan tidak
dilakukan dengan membelinya, terutama dari Toko-toko buku karena kondisi
keuangannya tidak memungkinkan, tetapi justru dari toko-toko buku bekas
(loak). Kebiasaan itu sampai sekarang pun berlanjut. Baginya mengumpulkan
dan menyimpan bahan bacaan seperti buku dan majalah sangat penting bagi
seorang penulis dan wartawan, karena tidak mungkin kita mengingat semua
bacaan yang pernah kita baca, karena salah satu ukuran tulisan itu bagus
apabila datanya lengkap dan akurat.
Menurut SudirmanTebba, Itulah sebabnya bahwa umumnya pemikir
besar mempunyai perpustakaan pribadi yang dapat menyimpan bahan bacaan
yang banyak dan beragam. Pakar tasawuf dari Jerman, Annemarie Schimmel,
misalnya, memiliki koleksi buku sebanyak 20.000, tambahnya.58 Sultan takdir
58 Ibid
48
Alisjahbana juga mengoleksi buku 20.000, Muhammad Hatta mengoleksi
50.000 buku, buku dan begitu pula dengan tokoh-tokoh besar lainnya.
Kebiasaan mengumpulkan buku itu sangat mendukungnya untuk bisa menulis,
seperti menulis artikel di surat kabar dan majalah.59
Sudirman menulis artikel di surat kabar sewaktu masih mahasiswa .
Harian-harian yang pernah memuat artikelnya waktu itu ialah Pelita, Merdeka,
Jurnal Ekuin, dan Kompas. Mungkin itulah sebabnya ia dikenal dan mudah
diterima sewaktu ingin menjadi wartawan. Ia pernah melamar menjadi
wartawan di harian ekonomi Jurnal Ekuin tahun 1983. Kemudian ia melamar
keharian Kompas dan ia pun diterima. Ia bekerja di harian ini pada 1983-1990.
Setelah itu ia pindah ke Harian Pelita ketika surat kabar itu hendak dibenahi
oleh Bakrie Group. Tetapi konflik internal yang terus menerus terjadi di harian
ini menyebabkannya dan kawan-kawan tidak dapat bertahan lama dan
akhirnya dan akhirnya keluar pada 1992. Kemudian. pada 1993 ia bergabung
dengan ANTV yang waktu itu sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Bakrie
Group. Ia termasuk ikut merintis Departemen Pemberitaan ANTV dan
bertahan di stasiun televisi swasta ini sampai tahun 2007.
Selama bekerja di perusahaan-perusahaan pers itu ia terus menulis
artikel di samping menulis berita. Karena itu, biasanya dibedakan antara
wartawan dan penulis. Wartawan adalah orang yang menulis berita. walaupun
kedudukannya berkembang sampai kepada pemimpin redaksi. Sedangkan
penulis adalah orang yang menulis dengan analisis dan pendekatan tertentu,
59 Ibid.
49
walaupun tidak bekerja di perusahaan pers. Ada lagi wartawan dan sekaligus
menjadi penulis. Wartawan seperti ini tidak terikat oleh perusahaan pers
tertentu, walaupun pernah menjadi wartawan, seperti Mahbub Djunaedi, dan
Mohtar Lubis yang masih terus menulis sampai akhir hayat mereka. Begitu
pula Rohisan Anwar masih terus menulis, meskipun sudah lama tidak bekerja
di perusahaan pers. Dari pembagian itu ia mungkin termasuk wartawan yang
sekaligus penulis. Hanya saja masalah yang ditulis berubah dari waktu ke
waktu.
Kebiasaan menulis Sudirman terus terpupuk sewaktu ia menjadi
mahasiswa. la sering menulis masalah Hukum sesuai dengan bidang perhatian
saat itu. Kemudian selama bekerja di perusahaan-perusahaan pers yang besar
ia banyak mengamati masalah politik, karena sering ditugaskan meliputi
masalah politik, terutama masalah politik yang terkait dengan terkait dengan
kehidupan umat Islam, ia menulis beritanya dan kemudian juga menulis artikel
mengenai masalah itu, bahkan kadang-kadang diundang berbicara dalam
diskusi dan seminar. Tulisan-tulisan itu kemudian dibukukan menjadi
beberapa, buku yaitu: Perubahan politik dan keagamaan (1993), Islam
menuju Era Reformasi (2001), dan Islam paska Orde baru (2008). 60
Sebagai orang yang pernah belajar di Fakultas Syari'ah,
SudirmanTebba juga menulis masalah-masalah Hukum dan sebagai
diantaranya telah diterbitkan sebagai buku dengan judul " Sosiologi Hukum
Islam" (2003). Selain itu selama bekerja di harian Pelita ia sempat naik haji
60 ibid
50
dalam rangka tugas jurnalistik, kemudian ia menulis laporannya dan
dibukukan dengan judul " Haji pasca Perang teluk" (1999). Jadi, harus
dibedakan ukuran keberhasilan wartawan dengan penulis. Ukuran
keberhasilan wartawan ialah jabatannya, yaitu menduduki posisi yang tinggi
seperti pimpinan redaksi. Sedang ukuran keberhasilan penulis adalah
tulisannya, yaitu tulisannya dibaca luas, karena menggairahkan dan
mencerahkan.
Tidak lama setelah bergabung dengan ANTV, Sudirman mengalami
musibah, yaitu mengalami penyakit misterius. la merasakan tenggorokan
terasa tercekik, tetapi secara medis tidak tampak gejalanya. Ia sering berobat
kepada ahli-ahli pengobatan spiritual dan tradisional seperti paranormal, ustaz,
dukun, dan ahli pengobatan herbal. Namun, semua itu tidak banyak membawa
kemajuan.61
Setelah keadaan itu berlangsung sekitar tujuh tahun (1993-2000) ia
bertemu seorang muallaf Tionghowa dari Tangerang yang pernah mendapat
zikir dari seorang kiayi, di Cianjur Jawa barat. Sang muallaf menganjurkannya
untuk membaca zikir dan memperbaiki kelakuan, yaitu mengerjakan Shalat
dan mengeluarkan zakat sebagaimana mestinya. Setelah mempraktekkan zikir
tersebut, yakni membaca hasbunallah sebanyak 4.500 kali sehari dan
memperbaiki kelakuan seperti anjuran, kesehatannya berangsur-anggsur pulih.
Inilah sebabnya kemudian ia tertarik mempelajari zikir pada kekhusuannya
dan tasawuf pada umumnya. Sebagai penulis ia pun tertarik menulisnya untuk
61 ibid
51
berbagai pengalaman dengan mereka yang mencari solusi bagi masalah hidup
yang dihadapinya.
Karena itu, menurutnya seseorang tidak perlu menyatakan bahwa
tasawuf itu sesat, tetapi lebih baik. mengambil manfaatnya, karena umat
sangat memerlukan terapi dan solusi dari tasawuf. Buktinya selama berobat
kepada ahli-ahli pengobatan spiritual, para pasiennya senantiasa berjubel. Ada
dua alasan pokok orang-orang mendatangi ahli-ahli pengobatan spiritual,
yaitu: Pertama, sudah berobat kepengobatan medis, tetapi tidak sembuh, dan
kedua biayanya sangat murah.
Praktek pengobatan dan penyembuhan spiritual dapat ditangani oleh
tasawuf. Bahkan praktek tasawuf dapat memberikan solusi apapun dalam
kehidupan ini, seperti menenangkan hati gelisah. menyehatkan orang yang
sakit, memberi petunjuk bagi orang yang putus asa, dan sebagainya. Tidak ada
masalah yang tak ada solusi.62
Menurut Sudirman Tebba. Masyarakat modern ditandai dengan
kehidupan yang kompleks dan kompetisi yang tajam dan kadang membuat
orang-orang menjadi frustasi, stress dan jatuh sakit. Bahkan para pakar
menyebutkan bahwa sebagian besar penyakit dizaman sekarang adalah timbul
dari gangguan pikiran dan jiwa seperti itu, sehingga kalau diobati secara medis
biasanya tidak kunjung sembuh. Namun, peran tasawuf yang lebih penting
adalah memperkuat sari'ah dan iman, karena tasawuf berperan menenangkan
kesadaran beragama, seperti kesadaran perlunya aturan-aturan dalam hidup
62 ibid
52
ini. Kesadaran iman juga sangat berperan, karena tasauf mengajarkan
kebenaran kedekatan tuhan dengan manusia. Bahkan digambarkan bahwa
tuhan lebih dekat dari urat leher manusia itu sendiri. Sudirman juga
menekankan bahwa selain itu, tasauf mengajarkan, kejujuran dan kejujuran
merupakan prinsip dasar untuk membangun kehidupan bersama, seperti
tegaknya masyarakat, bangsa dan negara itu, seperti hancurnya bangsa ini
karena banyaknya korupsi. Itulah sebabnya mendalami tasauf dan menulisnya
dalam bentuk buku-buku dan artikel di majalah-majalah, walaupun tidak lagi
bekerja di perusahaan pers yang besar. Buku-buku tasauf sudah banyak dia
tulis, diantaranya, adalah: Bekerja dengan hati, Meditasi sufistik. Syaikh
Sitijenar : Pengaruh al-Hallaj di Jawa, Tasauf positif, Kecerdasan Sufistik,
Orentasi sufistik Caknur, Berbisnis dengan Hati Nurani, Hidup Bahagia Car
Sufi, Ruh Misteri Mahadahsyat, Nikmatnya Zikir dan Doa: Jalan Keselamatan
Dunia Ahirat, Sehat Lahir Batin, Hanbook bagi Pendamba Kesehatan
Holistik, Menyingkap Spiritual Manusia. Kiat Sukses Menjemput Maut, Seks:
Anugrah Tuhan, Tafsir AI-Our 'an: Ayat-ayat Seks, Nikmatnya Cinta, Meraih
Ketenangan Jiwa, Menyingkap Rahasia Hati, Nikmatnya Iman, Menenangkan
Hati dan Pikiran, Rahasia Surah Yasin, Nikmatnya Ibadah, Jalan
Keselamatan Dunia Akhirat, Mengenal wajah-wajah Islam yang ramah,
Tafsir AI-Our 'an Nikmatnya Taubat, Nikmatnya shalat Jamaah dan
Nikmatnya shalat yang khusyu’.63
63 ibid
53
Sudirman saat ini mengelola sebuah media kecil, sambil melanjutkan
pendidikannya pada jenjang S2 di bidang tasauf di Islamic College For
Advanced Studies (ICAS) Jakarta, ia berharap dengan melanjutkan
pendidikannya pada bidang tasauf, ia dapat memperkuat ilmunya dalam
bidang ini. Di sela-sela kesibukannya belajar dan mengelola medianya
tersebut, ia mengajar di Fakultas Dakwah dan komunikasi UIN Jakarta dan
menulis buku bahan kuliah mahasiswa. diantaranya adalah Jurnalistik, Hukum
media massa nasional, Etika media massa Indonesia, Filsafat dan etika
komunikasi.
Melihat semua kesibukan dan kegiatannya, Sudirman dapat dianggap
sebagai orang yang berhasil terutama dalam profesinya sebagai Penulis,
pemikir dan dakwah melalui pengajian-pengajian yang ia isi. Namun
demikian, ia belum merasa puas, karena di UIN Jakarta, karena menurutnya,
walaupun sudah banyak Dosen yang bergelar doktor, belum ada pikiran
pikiran besar dalam berbagai bidang keilmuan. Hal itu dimungkinkan, karena
tingkat bacaan mereka belum terlalu dalam. Untuk itu ia memiliki agenda
besar ke depan. Ia bertekad untuk mengumpulkan bahan bacaan yang lebih
banyak lagi seperti mengoleksi buku-buku pribadinya sampai puluhan ribu
jumlahnya dan kemudian mendalami lagi lebih dalam untuk merumuskan
pikiran-pikiran besar yang dinantikan oleh umat Islam dalam mencari solusi
dan problem yang dihadapi umat Islam dewasa ini.64
64 ibid
54
Agenda besar ini diperlukan, mengingat makin besarnya masalah yang
dihadapi oleh Umat, yaitu keterbelakangannya yang dibuktikan dengan
kemiskinan dan kebodohan mereka. Ia berharap bangsa dan umat Indonesia
sebaiknya tidak bersikap seperti katak dalam tempurung, yaitu merasa besar
dalam tempurung yang kecil. Menurutnya mereka harus melihat kondisi-
kondisi nyata kehidupan umat yang sangat kompleks. Untuk itu, diperlukan
orang-orang yang mampu berpikir besar dan orisinal yang dapat mengimbangi
masalah kehidupan umat yang terus meningkat dalam menyongsong masa
depan. 65
BAB IV
65 ibid
55
HASIL TEMUAN DANANALISA DATA LAPANGAN AKTIVITAS
DAKWAH SUDIRMAN TEBBA
A. Aktivitas Dakwah Bil Lisan Sudirman Tebba
Ativitas Dakwah yang dilakukan Sudirman Tebbah kepada masyarakat
merupakan upaya dalam mengembangkan pengetahuan keagamaan yang
berdasarkan pada tuntutan yang pada ahirnya masyarakat mampu menghadapi
masa depan yang lebih baik, baik di dunia dan di ahirat.
Akan tetapi kewajiban umat Islam untuk menyampaikan risalah secara
keseluruhan, sistematika mendalam tentunya tidak akan dapat dilakukan oleh
semua muslim.66
Jadi menurut Sudirman Tebba diperluka seorang da’i yang mempunyai
peranan bagi mad’unya, memiliki pengetahuan yang cukup dan kemampuan
berdakwah untuk memenuhi kebutuhan dari mad’unya layak dikatakan
sebagai da’i yang baik.
Pada dasarnya, dakwah bilisan itu sendiri adalah membekali manusia
dengan informasi dan berita(pesan-pesan) yang benar, dengan pengetahuan
ilmiah, kenyataan faktual akurat untuk membantu terbentuknya pikiran dan
pandanagan dalam menghadapai kenyataan dan kesulitan yang dihadapai.
Sudirman Tebba mengkatagorikan dakwah bil lisan sama halnya
seperti mengaji, diskusi, nasihat atau segala hal yang yang penyampainya
melalui lisan dengan bertujuan mengajak orang lain menjadi lebih baik.
66 Hasil wawancara dengan sudirman Tebba Tangal 15-03-2010
56
Figurnya sebagai da’i yang haus akan ilmu dan beramal, mengajak
dirinya dimana pun dia berada dan ada kesempatan, beliau tak segan-segan
untuk mengadakan suatu acar atau suatu kegiatan yang bersipat keagamaan.
Dakwah bil lisan yang dilakukan Sudirman Tebba penulis membaginya
menjadi beberapa bentuk yaitu :67
1. Pengajian, Pengajian disini dibedakan menjadi 2, yaitu pengajian
mingguan dan pengajian bulanan.
a. Pengajian Mingguan
Dakwah ini di lakukan dalam setiap mingu dan setiap bulan sekali.
Dengan mengadakan pengajian minguan bapa-bapa diwilayah
kompleks perumahan ciputat baru tangerang selatan,guna
menyampaikan pesan dakwah sekaligus nasihat-nasihat yang sholih
dan diahiri dengan tanya jawab dari mad’u biasanya dilakukan di
masjid Al istiqomah perumahan ciputat baru dan mushala Alfadil. di
majid Al istiqomah setiap satu pagi setelah shalat subuh sedangkan
untuk mushala Al fadil setiap mingu pagi setelah shalat subuh.
b. Pengajian Bulanan
Pengajian bulanan biasanya di lakukan pada awal bulan mingu pertama
pada hari jumaat pukul 20.00. Adapun temapat kegiatan nya dari
rumah kerumah jama’ah pengajian yang telah disepakati bersama
Dari pemaparan diatas Sudirman Tebba masih mau belajar atau
tepatnya berkumpul dengan jamaahnya untuk mengikuti pengajian serta
membimbing jama’ahnya untuk mengajarkan ilmu-ilmu agama.68
67 ibid 68 ibit
57
2. Musyawarah. diskusi dakwah bentuk ini biasanya dilakukan oleh
Sudirman Tebba dengan mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh tokoh
agama untuk membahas suatu permasalahan dan bertukar pikiran tentang
agama. Musyawarah seperti ini biasanya dilakukan dibalai-balai
pertemuan atau sarana pendidikan antara lain: mengisi Acara diskusi
bertema perbedaan Agama setiap hari Selasa bertemapat di kampus
Universitas Para Madina Jakarta Selatan, menjadi Narasumber dialok
interaktif di Radio Femel Jakarta, Pembawa acara diskusi di organisasi
Nur Cholish majid Society Jakarta Selatan, Perencanaan menjadi
narasumber di stasion Radio Republik Indonesia (RRI), tentang etos kerja
dari segi tasawuf, kerja sama antara Fakultas Dakwah dan komunikasi
Universitas Islam negri syarif hidayatullah Jakarata dengan Radio republik
Indonesia (RRI). Selain itu Sudirman Tebbah juga melakakukan
dakwahnya melalui pengabdian di dunia pendidikan, beliau menjadi Dosen
di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah jakarta
Dari kegiatan diatas apa yang di samapaikan dan di amalkan oleh
Sudirman Tebba dalam dakwah bil lisan yang penulis kelompokkan di
atas, materi yang digunakan untuk pengajiannya yaitu tentang :prospektif
Tasawuf Ahlak, Tauhid, dan lain lain yang berkaitan dengan spritual.
Melihat materi yang disampaikan cukup menyentuh para jama’ah sehinga
ia sering kali di undang untuk menghadiri diskusi-diskusi, seminar di
beberapa tempat di Jakarta.
58
B. Aktifitas Dakwah bil Qalam Sudirman tebba
Pada zaman sekarang model dakwah bil Qalam sudah mulai efektif
untuk direalisasikan. Mengingat kemajuan tehnologi informasi yang
memungkinkan seseorang berkomunikasi secara intens dan menyebapkan
pesan dakwah bisa menyebar seluas- luasnya, maka dakwah lewat tulisan
mutlak dimanfaatkan oleh subyek dakwah69
Sebagai seorang penulis Sudirman Tebbah telah banyak menuangkan
tulisan-tulisannya baik berbentuk buku-buku, artikel yang dimuat dalam
majalah maupun surat kabar. Selain diberbagai kelompok jama’ah kegiatan
dakwah bil Qalam lewat menulis ini juga masuk ke berbagai kalangan, baik
dikalangan masyarakat umum maupun lembag-lembaga pendidikan yang
bersifat formal maupun informal. Berbagai kegiatan yang sifatnya
membimbing, beliaua dengan senang berbagai ilmu dan pengalaman-
pengalamannya lewat tulisan yang dimuat.70
Menurut sudirman Tebba, pelajar muslim mahasiswa akan lebih
mudah mengikuti pesan pesan dakwah melalui buku-buku ketimbang nasihat-
nasihat orang tua, atau penguasa. Buku memiliki peranan besar dalam
mempengaruhi sekaligus mengubah pola pikir, sikap dan prilaku publik.
Salah satu fungsi sebagai saluran efektif dalam melakukan pendidikan
sosial, politik, moral dan berbagai arti kehidupan lainya secara massal. Sebab
selain fungsinya menyebarkan informasi, juga fungsinya mendidik dan
menyajikan ruang ilmu pengetahuan bagi para pembaca.
69 Hasil wawancara dengan Sudirman Tebba pada puku 7-30 tangal 21-03-2010 70 ibid
59
Bahkan bila dirunut kebelakang, peran buku sebagai sarana
komunikasi dalam mengubah watak masyarakat telah terbukti kemajuannnya
diberbagai negara-negara berkembang. Salah satunya adalah indonesia
Untuk membuktikan keberhasilan buku dapat dilakukan dengan
melihat kecendurungan, misalnya dewasa ini kita melihat bahwa pengaruh
dakwah dengan buku dikalangan lapisan bawah sudah lebih berkembang,
sebagaimana tampak dari kegiatan dakwah bil Qalam .
Banyak cara yang dilakukan dalam penyampain pesan dakwah, dalam
hal ini Sudirman Tebba lebih mengutamakan dakwahnya dengan mengunakan
media tulisan. Menurut beliau dakwah seperti itu lebih efektif menjangkau
khalayak banyak di bandingkan dakwah mengisi pengajian di masjid.
Terbukti karya karya beliau banyak digunakan oleh para da,i maupun
masyarakat umum untuk menjadikan bahan rujukan.
Berikut buku -buku karya-karya beliau yang sudah diterbitkan dan
beredar di berbagai toko-toko buku daerah Jakarta dan sekitarnya:
1. Nikmatnya zikir dan Doa penerbit Kalam pustaka cetakan 1,Oktober 2004
2. Meditasi sufistik penerbit Pustaka Irfan cetakan ke 2, Jakarta Oktober
2007
3. Islam paska Orde baru Penerbit Tiara wacana cetakan 1,Yokyakarta 2001
4. Nikmatnya Tobat Penerbit Pustaka Irfan Cetakan 1,Jakarta Desember 2007
5. Untuk Meraih Ketenangan Jiwa Penerbit pustaka Irfan Cetakan 1,Jakarta
Mei 2007
60
6. Kiat sukses Menjemput Maut Penerbit pustaka Irfan Cetakan 1, Jakarta
Juni 2006
7. Menyingkap Rahasia Hati Penerbit Pustaka Irfan Cetakan 1, Jakarta April
2007
8. Nikmatnya Cinta Penerbit Pustaka Irfan Cetakan 1, Jakarta Nopember
2006
9. Islam menuju Era Reformasi Penerbit Tiara Wacana Cetakan 1,
Yogyakarta Maret 2006
10. Manfaat Tasawuf Kehidupan Sehari-hari Penerbit Pustaka Irfan Cetakan 1,
Jakarta 2003
11. Hidup Bahagia Cara Sufi Pustaka Irfan Cetakan 1, Jakarta 2007
12. Jalan Keselamatan Dunia Akhirat Penerbit Pustaka Irfan Cetakan 1,
Jakarta Agustus 2007
13. Ruh Misteri Maha Dahsyat Penerbit Pustaka Hidayah Cetakan 1, Jakarta
Juni 2004
14. Mengenalkan Wajah Islam Yang Ramah Penerbit Pustaka Irfan Cetakan 1,
Jakarta September 2007
15. Menenangkan Hati dan Pikiran Penerbit Pustaka Irfan Cetakan 1, Jakarta
Mei 2007
16. Menuju Ekstase Spiritual Penerbit Pustaka Irfan Cetakan 1, Jakarta Mei
2006
17. Mengapai Kesuksesan Hidup Penerbit Pustaka Irfan Jakarta Maret 2006
18. Nikmatnya Shalat Penerbit Pustaka Irfan Cetakan 1, Jakarta Maret 2008
61
19. Nikmatnya Shalat Jamaah Penerbit Pustaka Irfan Cetakan 1, Jakarta April
2008
20. Ayat-ayat Seks Penerbit Pustaka Irfan Cetakan 1, Jakarta Oktober 2006
21. Seks Anugerah Tuhan Penerbit Pustaka Irfan Cetakan 1, Jakarta Agustus
2006
22. Jurnlistik Baru Penerbit Kalam Indonesia Cetakan 1, Desember 2005
23. Hukum Media Massa Nasional Penerbit Pustaka Irfan cetakan 1, Jakarta
Januari 2007
24. Cak Noor Berbisnis dengan Hati nurani Penerbit Pustaka Irfan Cetakan 1,
Jakarta
25. Rahasia Kekuatan surah Yasin Penerbit Pustaka Irfan Cetakan 1, Jakarta
26. Bekerja dengan hati Penerbit Pustaka irfan Cetakan 1, September 2009
jakarta
27. Nikmatnya Bersuci Penerbit Pustaka Irfan Cetakan 1, Maret 2010 Jakarta
Dari urain diatas beliau juga berdakwah dengan membuat tulisan
berupa artikel yang berguna untuk memberikan informasi tentang keagamaan
kepada setiap jama’ahnya serta masyarakat umum.
Bahkan tidak jarang pula masyarakt sangat antusias untuk meminta
kepada Beliau untuk secara kontinyu menulis hal hal yang lebih sfesifik dalam
memecahkan problema umat dan memberikan solisi dalam memecahkan
masalah yang dihadapi umat baik sekarang maupun yang akan datang.
Apalagi perkembangan seperti sekarang ini dakwah juga harus
menyesuaikan situasi dan kondisi karena dunia semakain berubah kearah yang
62
lebih maju. Untuk itulah keberhasilan dakwah di tentukan oleh da’i itu
sendiri.
Dengan kesuksesan dalam menyajikan karya-karya tuliasn yang
dikomsumsi oleh masyarakat umum sekarang ini, tidak ia dapatkan dengan
mudah. Justru keberhasilan itu datang karena ketekunannya dalam
berdakwah, selalu berusaha dan mempunyai tekat yang kuat dan niat yang
tulus serta ihklas untuk melihat misi dakwah lewat tulisan ini bisa eksis dan
mencapai kesusksesan yang gemilang yang diharapakan oleh umat islam.
C. Aktivitas dakwah bil hal Sudirman Tebba
Pada hakekatnya sorang da’i harus menguasai semua katagori dalam
aktivitas dakwah, salah satunya seperti dakwah bi hal . dakwah bil hal itu
sendiri adalah cara berdakwah yang mengacu kepada dakwah dalam bentuk
tindakan nya. 71
Dakwah ini sifatnya memecahkan masalah tertentu, dengan menaruh
perhatian besar terhadap masalah masyarakat seperti kebodohan, kemiskinan
dan sebagainya. Karena itu dakwah bi hal lebih diorentasikan kepada
kebutuhan nyata terutama yang bersifat fisik.
Untuk mengembangkan dakwah bil hal yang dilakukan Sudirman
Tebba maka ia lebih memilih melakukan dakwah bil hal dengan membantu
melalui pembagian buku-buku hasil karyanya nya secara gratis kepada
yayasan yang membutuhkan buku, kemudian juga di majelis-majelis ta,lim
71 ibid
63
yang dia bina bahkan kepada teman atau tetanga serta mahasiswa yang beliau
kenal, dengan ringan tangan beliau membagi bagikan buku secara gratis.
Menurut beliau dengan cara seprti itu adalah lahan dakwah yang efektif untuk
mencerdaskan umat serta terhidar dari kebodohan serta untuk kemajuan misi
dakwah Islam ke depan tentunya.
Selain itu beliau juga aktif di berbgaia organisasi Islam dan menjadi
tenaga pendidik dan pembina di dalamnya. Berikut organisasi-organisasi yang
beliau bina yaitu:
1. Asosiasi rekanan pengadaan barang distributor indonesia (ARDIN),
Tangerang Selatan. Organisasi ini membina masyarakat muslim yang
mempunyai kapasitas utuk mengelola distributor barang barang yang
ditawarkan dari dalam negri mau pun luar Negri dan kemudian barang
barang tersebut dipasarkan kepada pedagang-pedagang kecil dengan
menerapkan konsep Islam dalam berdagang sehinga tidak menyulitkan
para pedangang untuk berusaha.72
2. Wakil ketua Federasi Demokrasi Buruh di bidang Media Massa.
Organisai ini bergerak dibidang penulisan Buleten, tabloid, paper yang
kemudian ditawarkan kepada masyarakat yang membutuhkan serta mau
mempromosikan prodak atau yang lainnya di buletin, tabliod, dan paper
tesebut . Ternyata cukup mebuahkan hasil yang memuaskan dan kini dari
hasil binaan itu mereka sudah bisa mandiri dan berkarya sendiri.
ibi72 d
64
3. pimpinan redaksi Majalah syariah (HISI) Himpunan Ilmu dan Sarjana
syariah Islam Indonesia .
Dari kesemua kegiatan diatas bahwa Sudirman Tebba adalah sosok
da,i yang murah hati dan mempunyai jiwa sosial yang tingi khususnya dalam
memberdayakan umat dan mensejahterakan kehidupan masyarakat sehinga
mereka hidup lebih terarah, menata masa depan yang lebih baik.
Dan hasil yang diperoleh dari program sosial ini cukup memuaskan,
karena diantara mereka banyak yang sudah berhasil.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aktifitas dakwah adalah kegiatan yang berhubungan dengan dakwah
segala kegiatan berupa” diskusi harian,seminar,menulis dan masih banyak lagi
dalam bidang selain keagamaan, keseluruhannya berkaitan dengan nuansa
islam, pada dasarnya semua aktivitas ini mengajak agar seluruh masyarakat
untuk lebih memahami ajarana Islam dan selalu di tanamkan jiwa jiwa
keislamannya.
Berdasarkan uraian diatas serta sesuai dengan perumusan masalah
yang penulis tetapkan diawal pembahasaan skripsi ini, dapat penulis tarik
kesimpulan bahwa aktivitas dakwah Sudirman Tebba terbagi menjadi tiga :
1. Dakwah bil lisan.
Aktivitas dakwah bil lisan Sudirman teba meliputi pengajian-
pengajian rutin di majlis taklim dengan tema tasauf, tauhid,ahlak, dengan
metode tanya jawab seputar pembahasaan materi yang di bawakannya
serta megikuti diskusi,seminar yang membahas permasalahn umat tentang
agama yang dianutnya
2. Dakwah bil Qalam
Aktivitas dakwah bil Qalam Sudirman Tebba yang dilakukan yaitu,
menulis buku-buku yang bertema islami serta menulis artikel di majalah
yang bernuansa islami.
66
3. Dakwah bil hal
Inti dari dakwah bil hal sudirman Tebba adalah membangun
kesosialan antara sesama dan memberdayakan orang-orang yang
mempunyai potensi yang terpendam untuk maju menata masa depan yang
lebih baik lagi.
Namun dakwah yang dilakukan sudirman Tebba dari,dakwah bil
lisan,dakwah bil Qalam dan dakwah bil hal,yang lebih dominan dilakukan
sudirman Tebba adalah dakwah bil Qalam.
B. Saran
Seiring beberapa kesimpulan di atas, penulis mengajukan beberapa
saran, semoga saran-saran ini bermanfaat dalam pengembangan aktivitas
dakwah, khususnya bagi Sudirman Tebba dan untuk kita semua. Berkaitan
dengan hal itu penulis mengajukan beberapa saran yaitu:
1. Bagi Sudirman Tebba agar lebih banyak lagi menulis hal-hal yang
berkaitan dengan dakwah yang menjadi pokok permasalahan umat
belakangan ini .
2. Untuk praktisi dakwah dan mahasiswa, agar menerapkan konsep dakwah
yang telah di utarakan beliau baik konsep dakwah bil lisan, dakwah bil
Qalam maupun dakwah bil hal.
3. Untuk peneliti dalam tema sama agar lebih konperensif lagi. Banyak hal
yang belum terungkap mengenai sepak terjang dakwah sudirman Tebba
baik dakwah bil lisan dakwah bil Qalam maupun dakwah bil hal.
67
C. DAFTAR PUSTAKA
D.
E. Anshari, Isa, Mujahid Dakwah, Bandung, 1991
F. Affandi, Bisri, Beberapa Percikan Jalan Dakwah, Surabaya: Fakultas
Dakwah Surabaya, 1984
G. Ali Mahfudz, Hidayatul Murshyidin, Terj. Chadijah Nasution,
Yogyakarta: Tiga A, 1970
H. Alwani Thoha Jabir Al-, dalam Krisis Pemikiran Modern Diagnosis dun
Resep Pengobatannya (1989), dan M. Yaqzhan dalam Anatomi Budak
Kufar (1993)
I. ____________________, Krisis Pemikiran Modern Diagnosis dan Resep
Pengobatannya, Jakarta: LKPSI, 1989
J. Anshari, Endang Saefudin, Wawasan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1993
K. Ardani, Moh., Memahami Permasalahan Fiqih Dakwah, Jakarta: PT.
Mitra Cahaya Utama, 2006
L. Arifin, M., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1991
M. Azis, Ibrahim, dkk., al-Mu’jam al-Wasith, Kairo: Majma’ al-Lughah al-
‘Arabiyah, 1976
N. Bahtiar, Waridi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos.
1997
O. Biografi Alumni Fakultas Syari’ah dan Hukum, “Mereka yang Terpilih”,
Edisi 1
P. Fattah, Nur Amien, Metode Dakwah Wali Songo, Pekalongan: PT. T.B.
Bahagia, t.t.
Q. Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1983
R. Hafidhuddin, Didin, K.H., Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insani Press,
1998
S. Hamka, Pelajaran Agama Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1959
T. Handoko, Dr. T. Hani, MBA, Manajemen, Yogyakarta: BPPE-
Yogyakarta, 1986
68
U. Hasanuddin, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dan Berdakwah di
Indonesia Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996
V. Hasanuddin, Manajemen Dakwah, Jakarta: UIN Jakarta Press, 1996
W. .
X. Islahi, Amir Ihsan, Serba-serbi Dakwah, Alih Bahasa Lukman Haki,
Bandung: Pustaka, 1989
Y. Kafie, Jamalludin, Psikologi Dakwah, Surabaya: PT. Indah. Surabaya,
1993
Z. Kasman, Sup, Jurnalis Universal, Jakarta: Penerbit Teraju All rights
Cetakan 1, Februari 2004
AA. Katsir, Ibn, Tafsir Ibn Katsir, jilid 1
BB. Khadlun, Ibnu, Muqaddimah, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986
CC. M. Imarah, Karakteristik Metode Islam, Jakarta: IIIT dan Media
Dakwah, 1994
DD. Machfoeld, Ki Moesa A., Filsafat Dakwah, Ilmu Dakwah dan
Fenerapannya, Jakarta: Bulan Bintang, 2004
EE. Manshur, Ibnu, Lisan al-Arab, Beirut: Dar al-Fikr, 1990, jilid 6 & 12
FF. Mas’ari, Anwar, Studi Tentang Ilmu Dakwah, Surabaya: PT. Bina Ilmu,
1981
GG. Muhtarom, Zaini, Dasar-dasar Manajemen Dakwah Islam,
Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996
HH. Munawwir, Ahmad Warson, Kamus al-Munawwir, Surabaya:
Pustaka Progressif, 1997, h 406
II. Nazir, Mohamad, Metode Penelitian, Jakarta: PT. Gramedia Indonesia,
1998
JJ. Nizar, Samsul, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam,
Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001
KK. Omar, Toha Yahya, Ilmu Dakwah, Jakarta: Wijaya, 1992
LL. Rahmat, Jalalludin, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1994
69
MM. Sayyid M. Nuh, Dakwah Fardiyyah dalam Manhaj Amal Islam,
Solo: Citra Islami Press, 1996
NN. Shihab, Quraish, Membumikan al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1997
OO. _____________, Tafsir al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2000
PP. Slamet, MA, Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah, Surabaya: PT. Al-
Ikhlas, 1994
QQ. Sudirman, Lejen Problematika Dakwah Islam di indonesi,Forum
dakwah Jakarta pustaka dakwah Islam, 1992
RR. Suparta, Munzier, dan Harjani Hefni, Metode Dakwah, Jakarta:
Kencana, 2006
SS. Syukur, Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: PT. Al-
Ikhlas, 1983
TT. Tasmara, Toto, Komunikasi Dakwah Jakarta Gaya media pratama, 1997
UU. Tebba, Sudirman, Hidup Bahagia Cara Sufi, Jakarta: Pustaka Irfan
Cet. 1, 2007
VV. 2001
WW. _____________, Manfaat Tasawuf Kehidupan Sehari-hari,
Jakarta: Pustaka Irfan Cetakan 1, 2003
XX. _____________, Mengenalkan Wajah Islam Yang Ramah, Jakarta:
Pustaka Irfan Cetakan 1, 2007
YY. _____________, Menuju Ekstase Spiritual, Jakarta: Pustaka Irfan
Cetakan 1, 2006
ZZ. _____________, Menyingkap Rahasia Hati, Jakarta: Pustaka Irfan
Cetakan 1, 2007
AAA. _____________, Artikel Majalah Hidayah, Edisi 10 Muharam
1431 H/ 2009
BBB. Thantawi, Sayyid Muhammad, Adab al-Khiwar fil Islam, Dar al-
Nahdhah, Mesir, diterjemahkan oleh Zuhaeri Misrawi dan Zamroni
Kamal, Jakarta: Azan, 2001, pada Kata Pengantar.
CCC. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002
70
DDD. World Assembly of Muslim Youth (WAMY), Fii Ushul al-Hiwar,
Maktabah Wahbah: Kairo, Mesir diterjemahkan oleh Abdus Salam M. dan
Muhil Dafir, dengan judul terjemahan “Etika Diskusi”, (Era Inter Media,
2001)
EEE. Ya’qub, Hamzah, Publisistik Islam; Teknik Dakwah dan
Leadership, Bandung: Diponegoro, 1981
FFF. Zaidan, Abdul Karim, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, Jakarta: Media
Dakwah, 1984,
GGG. Hasil wawancara dengan Teba Sudirman Tangal 15-03-2010
HHH.
III. Hasil wawancara dengan Tebba Sudirman Tangal 21-03-2010
71
Interview : Sudirman Tebba
Jabatan : Pimpinan Redaksi Penerbit Buku Pustaka Irfan
Waktu Wawancara : 15-03-2010 & 21-03-2010
Pukul 07.30 WIB
Tempat wawancara : Kediaman Sudirman Tebba
PERTANYAAN YANG DIAJUKAN TERUNTUK SUDIRMAN
TEBBA
1. Apa saja Aktivitas dakwah H. Sudirman Tebba selama ini?.
2. Sejak kapan awal mula H. Sudirman Tebba mulai aktif dalam dakwah
berorganisasi?
3. Apa saja dakwah bil-lisan yang di lakukan oleh H. Sudirman Tebba?
4. Apa saja dakwah bil–Qalam yang dilakukan H. Sudirman Tebba ?
5. Apa saja dakwah bil-Hal yang dilakukan oleh H. Sudirman Tebba ?
6. Menurut H. Sudrman Tebba dakwah seperti apa yang seharusnya dilakukan di
era globalisasi ini?
7. Menurut H. Sudirman Tebba kepuasan apakah yang anda telah dapatkan dari
dakwah anda selama ini . ?
HASIL WAWANCARA
A. DAKWAH BIL LISAN
1. Apa saja kegiatan dakwah bil lisan H. Sudirman Tebba
Jawaban : Saya mempunyai Aktivitas di setiap pengajian majlis taklim
pada hari sabtu pagi dan mingu pagi
2. Di mana dilaksanakannya?
Jawaban : di masjid Al-Istiqomah dan mushala Al-Fadil
3. Siapa saja sasarannya?
Jawaban : sasaran saya adalah seluruh jama’ah majlis taklim yang
mengikuti pengajian yang saya adakan.
4. Apa saja materi yang digunakan H. Sudirman Tebbah ?
72
Jawaban : materi yang saya gunakan adalah tentang Tauhid, Tasauf,
Muamalah, Ahlak dan lain lain.
B. DAKWAH BIL QALAM
1. Sebutkan karya-karya apa saja yang sudah bapa berikan kepada jama’ah
Jawaban : Buletin yang saya buat di majalah Hidayah tiap sebulan sekali,
kemudian buku-buku yang sudah diterbitkan dan sudah beredar di toko
buku-toko buku disekitar jabodetabek.
2. Berapa jumlah karya-karya yang sudah Bapa hasilkan?
Jawaban : Untuk jumlah seluruhnya itu sudah banyak sekali.
3. Materi apa saja yang di gunakan dalam karya-karya ini?
Jawab : Materi yang saya berikan disetiap karya-karya saya lebih kepada
spiritual tauhid, tasauf dan Akhlak.
4. Jelaskan ciri khas yang menarik dari karya-karya bapa selama ini?
Jawab : mungkin bila dikatakan menarik itu biasa-biasa saja, tergantung
dari pandangan orang yang menilainya
C. DAKWAH BIL HAL
1. Apa saja proyek sosial yang bapa lakukan untuk dakwah bil hal?
Jawab : Proyek sosial yang saya tangani hingga saat ini menerbitkan buka
dan buletin dibagi-bagikan kepada yayasan dan majlis taklim yang dibina
2. Dimana bapa menjalankan proyek sosial tersebut?
Jawab : Di kelomplek perumahan Ciputat Baru dan ditempat lainnya
3. Bagaimana hasil dari program ini ?
Jawab : Alhamdulillah, hasil dari adanya program-program ini cukup
memuaskan, karena diantara mereka banyak yang menjadi orang berhasil
dan membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. Dan banyak orang
yang merasa tertolong dengan adanya pembagian buku-buku gratis karna
pada saat kondisi sekarang ini buku sangat mahal untuk di beli
Interviewee Interviewe
H. Sudirman Tebba Wanseslaus Rianghepat
73
BUKU-BUKU KARYA SUDIRMAN TEBBA YANG SUDAH DITERBIKAN
PENGAJIAN SABTU MINGU YANG DI ASUH SUDIRMAN TEBBA
74
PENGAJIAN BULANAN YANG DI PIMPIN SUDIRMAN TEBBA
75
76
77
78