persepsi warga desa panggungharjo sewon …eprints.uny.ac.id/24017/9/ringkasan.pdf · pengumpulan...
TRANSCRIPT
1
PERSEPSI WARGA DESA PANGGUNGHARJO SEWON BANTUL TENTANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
Patmisari, dan Pembimbing Anang Priyanto, M.Hum
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untukuntuk mengetahui kecenderungan persepsi warga Desa Panggungharjo Sewon Bantul tentang kekerasan dalam rumah tangga.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.Populasi dalam penelitian ini adalah warga Desa Panggungharjo Sewon Bantul.Teknik pengambilan sampel yaitu purposive proportional random samplingLokasi yang terpilih sebagai sampel yaitu di RT 03 Dusun Geneng, RT 08 Perum Alam Citra Dusun Cabeyan, RT 09 Dusun DongkelanDesa Panggungharjo Sewon Bantul. Jumlah sampel seluruhnya adalah 108 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket). Uji validitasnya menggunakan validitas konstruksi dengan rumuskorelasi Pearson (product momen) dengan hasil dari 36 item pernyataan 27 item pernyataan valid dan 9 item pernyataan tidak valid, sedangkan uji reliabilitasnya menggunakan teknik Alfa Cronbachdengan hasil 0,922. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dengan persentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Persepsi warga Desa Panggungharjo secara umum yaitu sebanyak 313 orang (48,3%) mempersepsikan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri, anak, orang tua pasangan dan pembantu rumah tangga, atau kekerasan yang dilakukan istri terhadap suami atau anak, orang tua pasangan dan pembantu rumah tangga yang berakibat penderitaan fisik dan psikis. Sebanyak 273 orang (42,1%)mempersepsikan jenis kekerasan dalam rumah tangga adalah kekerasan fisik, psikis, seksual dan ekonomi. Sebanyak 40 orang (37%) mempersepsikan memaksa istri untuk melayani kebutuhan seksual bukan kekerasan dalam rumah tangga. Warga desa mempersepsikan anggapan kekerasan dalam rumah tangga masalah pribadi, ketimpangan relasi laki-laki dan perempuan, ketergantungan istri terhadap suami, sikap abai masyarakat terhadap kekerasan dalam rumah tangga bukan penyebab maraknya kekerasan dalam rumah tangga dengan frekuensi 496 orang (51%).Warga desa mempersepsikan perlindungan korban kekerasan dalam rumah tangga dibutuhkan oleh korban dengan frekuensi 305 orang (47,1%). 2) Persepsi warga Desa Panggungharjo berdasarkan karakteristik responden yaitu warga desa berjenis kelaminlaki-laki 21 orang (41,2%) dan perempuan 23 orang (40,4%) mempersepsikan memaksa istri untuk melayani kebutuhan seksual bukan kekerasan rumah tangga. Warga desa yang berusia 51-60 tahun sebanyak 9 orang (45%) tahun mempersepsikan kekerasan ekonomi bukan kekerasan dalam rumah tangga dan sebanyak 12 orang (35%) yang berusia 41-50 tahun mempersepsikan dukungan bagi korban kekerasan dalam rumah tangga cukup dari keluarga. Warga desa tamatan SD sebanyak 8 orang (47%), SMP 7 orang (50%), dan SMA 16 orang (39%) mempersepsikan masalah kekerasan dalam rumah tangga adalah masalah pribadi. Ibu rumah tangga sebanyak 12 orang (39%) mempersepsikansengaja membiarkan istri dan anak terlantar tanpa diberi nafkah bukankekerasan dalam rumah tangga.
Kata kunci:persepsi warga desa, kekerasan dalam rumah tangga.
2
A. PENDAHULUAN
Telah diundangkanUndang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, menjadikan kekerasan dalam
rumah tangga yang semula dianggap sebagai masalah pribadi kini menjadi
masalah publik dan perbuatan kriminal.Hak kaum wanita untuk terbebas dari
kekerasanbaik secara fisik, seksual, psikologi, atau penelantaran rumah tangga
terjamin dengan berlakunya Undang-Undang No.23 Tahun2004 tentang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Namun kenyataanya, masih
banyak terjadi kekerasan dalam rumah tangga.Ironisnya kasus kekerasan
dalam rumah tangga sering ditutup-tutupi oleh si korban karena terpaut
dengan struktur budaya, agama dan sistem hukum yang belum
dipahami.Padahal perlindungan oleh negara dan masyarakat bertujuan untuk
memberi rasa aman terhadap korban serta menindak pelakunya.Salah satu
faktor yang mempengaruhi kekerasan dalam rumah tangga tetap adabahkan
terus mengalami peningkatan adalah adanya persepsi sosial bahwa kekerasan
yang dilakukan oleh suami adalah wajar sebagai bentuk pendisiplinan suami
terhadap istri.Kebanyakan masyarakat berkeyakinan bahwa masalah dalam
keluarga adalah masalah internal keluarga masing-masing, termasuk juga
persoalan kekerasan di dalamnya. Keluarga dan korban sendiri akan merasa
malu jika aib keluarga terdengar sampai keluar rumah (Faqihuddin A.K, 2008
:34-36).
Bukti bahwa masih terjadi kekerasan dalam rumah tangga setelah
lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan dalam Rumah Tangga,dapat dilihat dari data pelaporan kasus
kekerasan dalam rumah tangga dari Polres Bantul. Dari bulan Januari hingga
Desember 2013 telah tercatat 30 kasus kekerasan dalam rumah tangga yang
dibawa ke ranah hukum .Berikut data laporan kasus kekerasan dalam rumah
tangga di Bantul dari bulan Januari hingga Desember 2013.
3
Tabel 1.1Data Laporan Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tanggadi
Kabupaten Bantul
No Pela
ku/
Korb
an
Nama Jns
Kl
m
Umur
(th)
Pend. Jns
Kekerasan
Lokasi
1 K Ari F P 26 SMP Fisik Bambanglipuro
P Aris M L 28 SMP
2 K
Dwi K
P
18 SMP
Pelecehan
seksual Sedayu
P Rubi S L 30 SMP
3 K Danu Eka L 17 SMP Fisik Jetis
P Mudianto
ro
L
47 SMP
4 K
Farida D
P
15 SD
Pelecehan
seksual Sewon
P Heru S L 24 SD
P Nuri H L 19 SMP
5 K
Sundari
P
17 SMP
Pelecehan
Seksual Imogiri
P Ngadino L 40 SD
6 K Indah S P 38 SMP Fisik Banguntapan
P Sartoyo L 46 SMP
7 K Indri C P 31 SMP Fisik Banguntapan
P Didik c L 35 SMP
8 K
Suci B L
P
40 SMA
Penelanta
Ran Kasihan
P Devi R L 38 SMP
4
9 K Hanifah P 21 SMP Fisik Pandak
P Eko P L 28 SMP
10 K Rizky S L 7 SD Fisik Banguntapan
P Indah S P 35 SMA
11 K Rosita SE P 33 SMP Fisik Banguntapan
P Dwi C L 33 SMP
12 K Bekti R P 38 SMA Fisik Banguntapan
P Anang W L 36 SMA
13 K Retno S P 24 SMP Fisik Sewon
P
Wahyu T
L
28 SMA
14 K Yuswani P 47 SMA Fisik Bantul
P Rachma L 49 SMA
Tabel 1.1 Data Laporan Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tanggadi
Kabupaten Bantul
No Pela
ku/
Korb
an
Nama Jns
Kl
m
Umur
(th)
Pend. Jns
Kekerasan
Lokasi
15 K Dwi
Nanta
L
39 S1 Fisik Jetis
P Supriha
Tin
P
36 SMA
16 K Kusmar
Yanti
P
42 S1 Psikis Bantul
P Amril N L 38 S1
17 K Dewi A P 30 SMA Fisik Sewon
P Siswanto L 33 SMA
5
ro
18 K Rondiah P 38 SMA Fisik Banguntapan
P Karjono L 37 SMA
19 K Ifahni P 11 SD Pencabulan Imogiri
P Sukari L 38 SMP
20 K Febri S P 17 SMP Fisik Sewon
P Rocmad L 50 SMP
21 K Suprati
Nah
P
44 SMP Fisik
Banguntapan
P Sumarwa
nto
L
46 SMP
22 K Anita D P 19 SMP Fisik Kasihan
P Aziz A L 20 SMP
23 K Septi U P 16 SD Pencabulan Kasihan
P Okti IC L 27 SMP
24 K Dwi P Kasihan
P Ambaris
wanto
L
25 K Rifani F P 20 Fisik Sewon
P Sulisdiya
nto
L
29
26 K Waginah P 49 Fisik Sewon
P Pardiyar
To
L
50
27 K Rini P 31 Fisik Kasihan
P Wantoro L 35
Tabel 1.1 Data Laporan Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga di
Kabupaten Bantul
6
No Pela
ku/
Korb
an
Nama Jns
Kl
m
Umur
(th)
Pend. Jns
Kekerasan
Lokasi
28 K Rita WS P 39 Kasihan
P Suharyo
No
L
37
29 K Venska
MB
P
29
Penelantara
n Sewon
P Fajar DS L 29
30 K Yeni
VD
P
29
Fisik
Kasihan
P NanangH L 33
Sumber :Data Dokumen Satreskrim Unit PPA Polres Bantul 2013
Dari data di atas dapat dilihat lokasi kekerasan dalam rumah tangga
paling banyak ada di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Banguntapan ada 7 kasus
kekerasan dalamrumah tangga, di Kecamatan Kasihan ada 7 kasus kekerasan
dalamrumah tangga, dan di Sewon ada 7 kasus kekerasan dalam rumah
tangga. Di ketiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Banguntapan,
Kecamatan Kasihan dan Kecamatan Sewon sama-sama terdapat 7 kasus
kekerasan dalam rumah tangga. Jika dibandingkan dengan jumlah kartu
keluarga (KK), Kecamatan Sewon adalah daerah yang paling berpotensi
terjadi kekerasan dalam rumah tangga. Tabel 1.2 berikut menunjukkan
perbandingan jumlah kasus kekerasan dalam rumah tangga dibandingkan
dengan jumlah kartu keluarga (KK) setiap kecamatan di Kabupaten Bantul.
Tabel 1.2 Perbandingan Data KasusKekerasan dalam RumahTangga
denganJumlah Kartu Keluarga setiapKecamatan.
7
No Kecamatan Jumlah
Kasus
Kekerasan
dalam
Rumah
Tangga
Presentase
Jumlah
Kasus
(%)
Jumlah
Kartu
Keluarga
(KK)
Presentase
Jumlah
KK
(%)
1. Sedayu 1 3,33 12.753 4,94
2. Kasihan 7 23,33 27.177 10,52
3. Banguntapan 7 23,33 27.296 10,56
4. Piyungan - - 14.006 5,42
5. Sewon 7 23,33 25.119 9,72
6. Pajangan - - 9.626 3,73
7. Bantul 2 6,67 17.517 6,78
8. Pleret - - 12.815 4,96
9. Pandak 1 3,33 15.474 5,99
10 Jetis 2 6,67 16.472 6,37
11. Dlingo - - 11.945 4,62
12. Bambanglipuro 1 3,33 12.070 4,67
13. Srandakan - - 8.932 3,46
14. Sanden - - 9.850 3,81
15. Kretek - - 9.470 3,66
16 Pundong - - 9.927 3,84
17. Imogiri 2 6,67 17.845 6,91
Jumlah 30 258.294
Sumber : Data Dokumen Satreskrim Unit PPA Polres Bantul 2013,Badan
Kesejahteraan Keluarga, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana 2012 dengan Pengolahan Data dari Peneliti April 2014.
8
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat 7kasus kekerasan dalam
rumah tangga dari 27.296kartu keluarga (KK) di Banguntapan,kasus
kekerasan dalam rumah tangga dari 27.177 kartu keluarga (KK) di Kasihan
dan 7kasus kekerasan dalam rumah tangga dari 25.119 kartu keluarga di
Sewon.Kecamatan Sewon adalah kecamatan yang paling sedikit jumlah kartu
keluarganya (KK) dibandingkan dengan Kecamatan Banguntapan dan
Kecamatan Kasihan,sedangkan di ketiga kecamatan tersebut sama-sama
terjadi 7 kasus kekerasan dalam rumah tangga. Dapat disimpulkan bahwa
kecamatan Sewon lebih berpotensi terjadi kekerasan dalam rumah tangga
dibandingkan dengan Kecamatan Banguntapan dan Kecamatan Kasihan.
Kecamatan Sewon terdiri dari 4 desa, yaitu desa Pendowoharjo,
Panggungharjo, Timbulharjo dan Bangunharjo. Dari data laporan 7 kasus
kekerasan dalam rumah tangga di Kecamatan Sewon, 3 kasus kekerasan
dalam rumah tangga terjadi di Desa Panggungharjo, 2 kasus kekerasan dalam
rumah tangga terjadi di Desa Timbulharjo, dan 2 kasus terjadi diDesa
Bangunharjo.
Desa Panggungharjomerupakan desa dimana di desa tersebut terdapat
banyak pesantren, di antaranya pesantren Al Mubarok, Aji Mahasiswa Al
Muhsin, Al Busyro, Al Kandiyas, Al Masyhuriyyah, Al unawir, Ali Maksum,
Komplek Huffadz I, Komplek L, Komplek Q, Nurrusalam Putri, Hindun
Anisah, Darul Muhaimin, Huffadh II, Al Satibi Komplek T (Forum
Komunikasi Pondok Pesantren Bantul : 2009).Masyarakat sekitar Desa
Panggungharjodapat diasumsikan sebagai masyarakat yang agamis karena
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar pesantren, sehingga masyarakat mampu
bertindak sesuai dengan ajaran agama, dan menghindarkan diri dari perbuatan
yang dilarang termasuk perbuatan kekerasan.Tujuan umum dari pondok
pesantren menurut Abdul Rachman Saleh(Majalah Pendidikan : 2011) yaitu
membina warga negara agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran-ajaran
agama Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua segi
9
kehidupannya serta menjadikan sebagian orang yang berguna bagi agama,
masyarakat, dan negara.
Selain itu di Desa Panggungharjo, berdasarkan informasi dari
beberapa ketua Rukun Tetangga (RT) di Desa Panggungharjo, yaitu RT 03
Dusun Geneng, RT 08 Perum Alam Citra Cabeyan, dan RT 09 Dusun
Dongkelan, warga Desa Panggungharjo belum pernah mendapatkan
sosialisasi tentang kekerasan dalam rumah tangga.
Lingkungan Desa Panggungharjo yang termasuk daerah sekitar
pesantren ini akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam mempersepsi
suatu tindakan. Kehidupan individu tidak dapat lepas dari lingkungannya,baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Individu secara langsung
menerima stimulus dari luar dirinya, dan ini berkaitan dengan
persepsi(BimoWalgito 2004 : 87). Selain itu, warga desa Panggungharjo yang
belum pernah mendapatkan sosialisasi tentang Penghapusan Kekerasan
dalamrumah tangga akan mempengaruhi kemampuan warga Desa
Panggungharjo dalam mempersepsikan kekerasan dalam rumah tangga.
Di Desa Panggungharjo masih terjadi kekerasan dalam rumah tangga
meskipun Desa Panggungharjo merupakan desa yang banyak terdapat
pesantren. Oleh karena itu dapat diasumsikan bahwa warga Desa
Panggungharjo memiliki persepsi tersendiri tentang kekerasan dalam rumah
tangga dikarenakan warga Desa Panggungharjo merupakan lingkungan daerah
sekitar pesantren, dan warga Desa Panggungharjo belum pernah
mendapatkan sosialisasi tentang kekerasan dalam rumah tangga.
B. KAJIAN TEORI
1. Persepsi
a. Pengertian Persepsi
10
Menurut Stephen P.Robbins (2003: 169) persepsi adalah proses
yang digunakan individu mengelola dan menafsirkan kesan indera mereka
dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka. Meski
demikian apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan
obyektif.
Persepsi merupakan kesan,tanggapan/pandangan atau pemahaman
sesorang tentang obyek di luar diri individu.
b. Faktor-faktor yang Berperan dalam Persepsi
Menurut Bimo Walgito (2004:89-90), ada tiga faktor yang
berperan dalam persepsi,yaitu :
1) Objek yang dipersepsi
2) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf
3) Perhatian
2. Warga Desa/Masyarakat
Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari berapa
manusia,yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan
pengaruh mempengaruhi satu sama lain(Hassan Shadily, 1983: 47).
Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah yang hidup
karena proses masyarakat yang menyebabkan perubahan itu.Masyarakat
adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan(Soerjono
Soekanto, 1970: 54).
Jadi warga desa yaitu anggota-anggota suatu kelompok yang hidup
bersama karena suatu kepentingan bersama, berada pada suatu wilayah
dengan batas-batas tertentu.
3. Kekerasan Dalam Rumah Tangga
a. Pengertian Tindak Kekerasan
Istilah kekerasan digunakan untukmenggambarkan perilaku, baik
yang terbuka (overt) atau tertutup (covert), dan baikyang bersifat
11
menyerang (offensive) atau bertahan (deffensive), yang disertai
penggunaan kekuatan kepada orang lain (Jack D. Douglas dalam Thomas
Santoso, 2002:11). Oleh karena itu, ada empat jenis kekerasan yang dapat
diidentifikasi:
1) kekerasan terbuka, kekerasan yang dapat dilihat, sepertiperkelahian;
2) kekerasan tertutup, kekerasan tersembunyi atau tidak dilakukan
langsung, seperti perilaku mengancam;
3) kekerasan agresif, kekerasan yang dilakukan tidak untuk perlindungan,
tetapi untuk mendapatkan sesuatu, seperti penjabalan;
4) kekerasan defensif, kekerasan yang dilakukan sebagai tindakan
perlindungan diri. Baik kekerasan agresif maupun defensif bisa
bersifat terbuka atau tertutup.
(Jack D. Douglas dalam Thomas Santoso, 2002:11).
b. Pengertian Rumah Tangga
Pengertian “rumah tangga” tidak tercantum dalam ketentuan
khusus, tetapi yang dapat kita jumpai adalah pengertian “keluarga” yang
tercantum dalam Pasal 1 ayat(30) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Bunyi Pasal 1 ayat
(30) sebagai berikut :
“Keluarga adalah mereka yang mempunyai hubungan darah sampai
derajad tertentu atau hubungan perkawinan”.
Dalam ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
disebutkan bahwa lingkup rumah tangga dalam undang-undang ini
meliputi :
1) Lingkup rumah tangga dalam undang-undang ini meliputi :
a. Suami, istri, dan anak
b. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang
sebagaimana dimaksud pada huruf a karena hubungan darah,
12
perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap
dalam rumah tangga; dan
c. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam
rumah tangga tersebut.
2) Orang yang bekerja sebagaimana dimaksud huruf c dipandang sebagai
anggota keluarga dalam jangka waktu selama berada dalam rumah
tangga yang bersangkutan.
c. Kekerasan dalam Rumah Tangga
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 23 Yahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, kekerasan dalam rumah
tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan,
yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk
ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
Sebagian besar korban kekerasan dalam rumah tangga adalah kaum
perempuan (istri) dan pelakunya adalah suami, walaupun ada juga korban
justru sebaliknya, atau orang-orang yang tersubordinasi di dalam rumah
tangga itu.Pelaku atau korban kekerasan dalam rumah tangga adalah orang
yang mempunyai hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan,
perwalian dengan suami, dan anak bahkan pembatu rumah tangga, tinggal
di rumah ini.
Jadi kekerasan dalam rumah tangga adalah kekerasan yang
dilakukan oleh suami terhadap istri, anak, orang tua pasangan dan
pembantu rumah tangga, atau kekerasan yang dilakukan istri terhadap
suami atau anak, orang tua pasangan dan pembantu rumah tangga yang
berakibat penderitaan fisik dan psikis.
13
d. Bentuk Tindak Kekerasan dalam Rumah Tangga
Bentuk- bentuk kekerasan dalam rumah tangga menurut Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2004 , tercantum dalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal
8, dan Pasal 9, yaitu:
1) Kekerasan Fisik
2) Kekerasan Psikis
3) Kekerasan Seksual
4) Kekerasan Ekonomi
5) Faktor Penyebab Kekerasan dalam Rumah Tangga
Menurut LKBHUWK, sebuah lembaga bantuan hukum untuk
perempuan dan keluarga, penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah
tangga dapat digolongkan menjadi 2 (dua) faktor, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal menyangkut kepribadian dari pelaku
kekerasan yang menyebabkan ia mudah sekali melakukan tindak
kekerasan bila menghadapi situasi yang menimbulkan kemarahan atau
frustasi(Moerti Hadiati S, 2010: 76).
Faktor eksternal adalah faktor-faktor di luar diri si pelaku
kekerasan.
Dalam Komnas Perempuan (2004) disebutkan ada banyak faktor
sosial, yang melestarikan adanya kekerasan dalam rumah tangga dan
menyulitkan korban memperoleh dukungan dan pendampingan dari
masyarakat.
a. Pertama dan yang utama adalah adanya ketimpangan relasi antara laki-
laki dan perempuan, baik di rumah tangga maupun dalam kehidupan
publik.
b. Kedua, ketergantungan istri terhadap suami secara penuh. Terutama
untuk masalah ekonomi, yang membuat istri benar-benar berada di
bawah kekuasaan suami.
14
c. Ketiga, sikap kebanyakan masyarakat terhadap kekerasan dalam
rumah tangga yang cenderung abai.
d. Keempat, keyakinan-keyakinan yang berkembang di masyarakat
termasuk yang mungkin bersumber dari tafsir agama. Bahwa
perempuan harus mengalah, bersabar atas segala persoalan keluarga,
harus pandai menjaga rahasia keluarga, keyakinan tentang pentingnya
keluarga ideal yang penuh dan lengkap, tentang istri shalihah, juga
kekhawatiran-kekhawatiran terhadap proses perceraian dan akibat dari
perceraian.
e. Kelima, mitos tentang kekerasan dalam rumah tangga.
e. Perlindungan terhadap Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga
Kekerasan dalam rumah tangga adalah masalah sosial, bukan
masalah keluarga yang perlu disembunyikan. Hal ini tertuang dalam
aturan yang tercantum dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2004 yang berbunyi :
“Pemerintah bertanggungjawab dalam upaya pencegahan kekerasan dalam
rumah tangga.”
Kekerasan dalam rumah tangga merupakan masalah sosial bukan
merupakan masalah pribadi,oleh karena itu :
Setiap orang yang mendengar, melihat, atau mengetahui terjadinya
kekerasan dalam rumah tangga wajib melakukan upaya-upaya sesuai
dengan batas kemampuannya untuk:
a. mencegah berlangsungnya tindak pidana;
b. memberikan perlindungan kepada korban;
c. memberikan pertolongan darurat; dan
d. membantu proses pengajuan permohonan penetapan perlindungan.
(Pasal 15 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004).
15
Salah satu terobosan hukum yang dilakukan melalui Undang-
Undang Npmor 23 Tahun 2004 mengenai Penghapusan Kekerasan dalam
Rumah Tangga adalah mengenai peran-peran aparat penegak hukum,
khususnya kepolisian, advokat, dan pengadilan dalam memberikan dan
pelayanan bagi korban kekerasan dalam rumah tangga terutama sekali
dengan diaturnya mengenai mekanisme perlindungan dari pengadilan
demi keamanan korban (Moerti Hadiati Soeroso, 2010:68).
C. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan kecenderungan persepsi
warga Desa Panggungharjo Sewon Bantul tentang kekerasan dalam rumah
tangga.
Teknik dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
purposive proportional random sampling.
Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti yaitu
kuesioner (angket).Kisi-kisi kuesioner (angket) dalam penelitian ini dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen
No. Indikator No.Butir Jumlah
Butir
1. Persepsi tentang pengertian
kekerasan dalam rumah tangga.
1,2,3,4,5,6,7,8,9 9
2. Persepsi tentang jenis-jenis
kekerasan dalam rumah tangga.
10,11,12,13,14,15,
16,17,18
9
3. Persepsi tentang faktor-faktor
penyebab maraknyakekerasan
19,20,21,22,23,24,
25,26,27
9
16
dalam rumah tangga.
4. Persepsi tentang perlindungan
korban kekerasan dalam rumah
tangga
28,29,30,31,32,33,
34,35,36
9
Jumlah 36
Uji instrumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui validitas dan reabilitas instrumen, sehingga dapat diketahui layak
tidaknya instrumen penellitian tersebut digunakan dalam pengambilan data
penelitian data.
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas
konstruksi dengan rumusPearson (product moment) dari Pearson.
Uji validitas dilakukan sebelum pengumpulan data terhadap 20
orang responden yang memenuhi kriteria.Ujivaliditas dilakukan dengan
bantuan SPSS 17.0. Hasil uji vaiditas pada instrumen ini menggunakan
rumus Product Momentdengan bantuan SPSS 17.0 didapatkan dari 36 item
pernyataan sebanyak 9 item pernyataan tidak valid dan sebanyak 27 item
pernyataan valid.
Uji reabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik Alfa
Cronbach dilakukan untuk jenis data interval/essaydengan bantuan SPSS
17.0 didapatkan dengan nilai 0,922.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu statistik
deskritif dengan menggunakan persentase.
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Persepsi Warga Desatentang Kekerasan dalam Rumah Tangga Secara
Umum
17
a. Persepsi Warga Desa Panggungharjo tentang Pengertian Kekerasan dalam
Rumah Tangga
Warga Desa Panggungharjo dengan frekuensi 313 (48,3%)
mempersepsikan pengertian kekerasan dalam rumah tangga adalah
kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri, anak, orang tua
pasangan dan pembantu rumah tangga, atau kekerasan yang dilakukan istri
terhadap suami atau anak, orang tua pasangan dan pembantu rumah tangga
yang berakibat penderitaan fisik dan psikis.
b. Persepsi Warga Desa tentang Jenis-jenis Kekerasan dalam Rumah Tangga
Warga Desa Panggungharjo dengan frekuensi 273 (42,1%)
mempersepsikan bahwa jenis kekerasan dalam rumah tangga adalah
kekerasan fisik, psikis, seksual dan ekonomi. Akan tetapi, warga Desa
Panggungharjo cenderung mempersepsikan bahwa memaksa istri untuk
melayani kebutuhan seksual bukanlah merupakan kekerasan dalam rumah
tangga. Sebanyak 37% warga desa menyatakan tidak setuju bahwa
memaksa istri untuk melayani kebutuhan seksual merupakan kekerasan
dalam rumah tangga. Bahkan sebanyak 16,7% menyatakan sangat tidak
setuju bahwa memaksa istri untuk melayani kebutuhan seksual merupakan
kekerasan dalam rumah tangga.
c. Persepsi Warga Desa tentang Faktor Penyebab Maraknya Kekerasan
dalam Rumah Tangga
Warga Desa Panggungharjo mempersepsikan bahwa anggapan
kekerasan dalam rumah tangga masalah pribadi, ketimpangan relasi antara
laki-laki dan perempuan, ketergantungan istri terhadap suami, sikap abai
masyarakat terhadap kekerasan dalam rumah tangga bukan penyebab
maraknyan kekerasan dalam rumah tangga dengan frekuensi 496 (51%).
d. Persepsi Warga Desa tentang Perlindungan Korban Kekerasan dalam
Rumah Tangga
18
Warga Desa Panggungharjo dengan frekuensi 305 (47,1%)
mempersepsikan bahwa perlindungan terhadap korban kekerasan dalam
rumah tangga dibutuhkan oleh korban, dapat dari keluarga, masyarakat,
lembaga sosial dan kepolisian untuk mengurangi beban pada seseorang
yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga.
2. Persepsi Warga Desa Panggungharjo Sewon Bantul tentang Kekerasan
dalam Rumah Tangga Berdasarkan Karakteristik Responden
a. Persepsi Warga Desa Panggungharjo tentang Pengertian Kekerasan dalam
Rumah Tangga Berdasarkan Karakteristik Responden
Sebanyak 20 warga desa laki-laki (39,2%) mempersepsikan
kekerasan yang dilakukan terhadap orang yang bekerja membantu rumah
tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut bukan merupakan
kekerasan dalam rumah tangga.
Warga desa tamatan SMP sebanyak 7 orang (50%)
mempersepsikan kekerasan yang dilakukan istri terhadapsuami atau anak
bukan kekerasan dalam rumah tangga.
Warga Desa Panggungharjo yang bekerja di swasta masih ada
yang mempersepsikan bahwa kekerasan yang dilakukan istri terhadap
suami atau anak, kekerasan yang dilakukan terhadap pembantu rumah
tangga bukan kekerasan dalam rumah tangga yaitu 10 warga desa (48%).
Sebanyak 8 warga Desa yang bekerja sebagai swasta (38)
mempersepsikan kekerasan yang dilakukan terhadap orang tua pasangan
yang tinggal serumah bukan kekerasan dalam rumah tangga. Sebanyak 10
orang (48%) mempersepsikan bahwa kekerasan yang dilakukan terhadap
orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah
tangga bukan merupakan kekerasan dalam rumah tangga.
19
b. Persepsi Warga Desa Panggungharjo tentang Jenis-jenis Kekerasan dalam
Rumah Tangga Berdasarkan Karakteristik Responden
Warga desa Panggungharjo yang berjenis kelamin laki-laki 21
(41,2%) mempersepsikan bahwa memaksa istri untuk melayani kebutuhan
seksual bukanlah kekerasan dalam rumah tangga. Sebanyak 23 warga desa
yang berjenis kelamin perempuan (40,4%) mempersepsikan bahwa
memaksa istri untuk melayani kebutuhan seksual bukan merupakan
kekerasan dalam rumah tangga. Sebanyak 20 masyarakat (35,1%)
mempersepsikan bahwa sengaja membiarkan istri dan anak terlantar tanpa
diberi nafkah bukan merupakan kekerasan dalam rumah tangga.
Warga Desa Panggungharjo yang berusia 21-30 tahun sebanyak 9
orang (45%) mempersepsikan bahwa memaksa istri untuk melayani
kebutuhan seksual bukanlah kekerasan dalam rumah tangga. Sebanyak 16
warga desa yang berusia 41-50 tahun (47%) mempersepsikan bahwa
melukai, menganiaya anggota keluarga bukan kekerasan dalam rumah
tangga. Warga desa yang berusia 51-60 tahun mempersepsikan bahwa
sengaja menelantarkan keluarga secara ekonomi bukan merupakan
kekerasan dalam rumah tangga.
Warga Desa Panggungharjo tamatan SMP mempersepsikan bahwa
memaksa istri untuk melayani kebutuhan seksual bukan merupakan
kekerasan dalam rumah tangga. Sebanyak 15 warga desa tamatan
akademi/perguruan tinggi (42%) mempersepsikan bahwa memaksa istri
untuk melayani kebutuhan seksual bukan merupakan kekerasan dalam
rumah tangga.
Sebanyak 9 warga desa yang bekerja sebagai swasta (43%)
mempersepsikan bahwa memaksa istri utnuk melayani kebutuhan seksual
bukan merupakan kekerasn dalam rumah tangga. Sebanyak 12 ibu rumah
tangga (39%) mempersepsikan bahwa sengaja membiarkan istri dan anak
20
terlantar tanpa diberi nafkah bukan merupakan kekerasan dalam rumah
tangga.
c. Persepsi Warga Desa Panggungharjo tentang Faktor Penyebab Maraknya
Kekerasan dalam Rumah Tangga Berdasarkan Karakteristik Responden
Warga Desa Panggungharjo laki-laki (33,3%) dan perempuan
(31,6%) masih ada yang mempersepsikan bahwa kekerasan dalam rumah
tangga bukanlah hal yang pantas diceritakan kepada orang lain.
Warga Desa Panggungharjo yang berusia 21-30 tahun (50%)
mempersepsikan bahwa masalah kekerasan dalam rumah tangga adalah
masalah pribadi. Sebanyak 17 warga desa yang berusia 41-50 tahun (50%)
mempersepsikan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah hal yang
tidak pantas diceritakan kepada orang lain.
Warga Desa Panggungharjo tamatan SD mempersepsikan bahwa
kekerasan dalam rumah tangga adalah masalah internal (pribadi), orang
lain tidak berhak campur tangan dalam mengatasi kekerasan yang terjadi.
Warga Desa Panggungharjo tamatan SMP mempersepsikan bahwa
masalah kekerasan dalam rumah tangga tidak pantas diceritakan kepada
orang lain. Warga Desa Panggungharjo tamatan SMA mempersepsikan
bahwa masalah kekerasan dalam rumah tangga tidak pantas diceritakan
kepada orang lain.
d. Persepsi Warga Desa Panggungharjo tentang Perlindungan Korban
Kekerasan dalam Rumah Tangga Berdasarkan Karakteristik Responden
Warga Desa Panggungharjo yang berusia 41-50 tahun
mempersepsikan bahwa dukungan atau bantuan untuk korban kekerasan
dalam rumah tangga cukup dari keluarga saja.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
a. Mayoritas warga desa dengan frekuensi 313 (48,3%) mempersepsikan
pengertian kekerasan dalam rumah tangga adalah kekerasan yang
21
dilakukan oleh suami terhadap istri, anak, orang tua pasangan dan
pembantu rumah tangga, atau kekerasan yang dilakukan istri terhadap
suami atau anak, orang tua pasangan dan pembantu rumah tangga yang
berakibat penderitaan fisik dan psikis.
b. Mayoritas warga desa yaitu dengan frekuensi 273 (42,1%)
mempersepsikan bahwa jenis kekerasan dalam rumah tangga adalah
kekerasan fisik, psikis, seksual dan ekonomi. Warga Desa
Panggungharjo sebanyak 40 warga desa (37%) mempersepsikan
bahwa memaksa istri untuk melayani kebutuhan seksual bukanlah
kekerasan dalam rumah tangga.
c. Mayoritas warga desa mempersepsikan bahwa anggapan kekerasan
dalam rumah tangga masalah pribadi, ketimpangan relasi antara laki-
laki dan perempuan, ketergantungan istri terhadap suami, sikap abai
masyarakat terhadap kekerasan dalam rumah tangga bukan penyebab
maraknyan kekerasan dalam rumah tangga dengan frekuensi 496
(51%).
d. Mayoritas warga desa dengan frekuensi 305 (47,1%) mempersepsikan
bahwa perlindungan terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga
dibutuhkan oleh korban, dapat dari keluarga, masyarakat, lembaga
sosial dan kepolisian untuk mengurangi beban pada seseorang yang
mengalami kekerasan dalam rumah tangga.
2. Persepsi Warga Desa Panggungharjo tentang Kekerasan dalam
Rumah Tangga Berdasarkan Karakteristik Responden
a. Persepsi Warga Desa Panggungharjo tentang Pengertian Kekerasan
dalam Rumah Tangga Berdasarkan Karakteristik Responden
1) Sebanyak 20 warga desa laki-laki (39,2%) mempersepsikan
kekerasan yang dilakukan terhadap orang yang bekerja membantu
rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut bukan
merupakan kekerasan dalam rumah tangga.
22
2) Warga desa tamatan SMP sebanyak 7 orang (50%)
mempersepsikan kekerasan yang dilakukan istri terhadapsuami
atau anak bukan kekerasan dalam rumah tangga.
3) Warga Desa Panggungharjo yang bekerja di swasta masih ada yang
mempersepsikan bahwa kekerasan yang dilakukan istri terhadap
suami atau anak, kekerasan yang dilakukan terhadap pembantu
rumah tangga bukan kekerasan dalam rumah tangga yaitu 10 warga
desa (48%).
4) Sebanyak 8 warga Desa yang bekerja sebagai swasta (38)
mempersepsikan kekerasan yang dilakukan terhadap orang tua
pasangan yang tinggal serumah bukan kekerasan dalam rumah
tangga. Sebanyak 10 orang (48%) mempersepsikan bahwa
kekerasan yang dilakukan terhadap orang yang bekerja membantu
rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga bukan merupakan
kekerasan dalam rumah tangga.
b. Persepsi Warga Desa Panggungharjo tentang Jenis-jenis Kekerasan
dalam Rumah Tangga Berdasarkan Karakteristik Responden
1) Warga desa Panggungharjo yang berjenis kelamin laki-laki 21
(41,2%) mempersepsikan bahwa memaksa istri untuk melayani
kebutuhan seksual bukanlah kekerasan dalam rumah tangga.
2) Sebanyak 23 warga desa yang berjenis kelamin perempuan
(40,4%) mempersepsikan bahwa memaksa istri untuk melayani
kebutuhan seksual bukan merupakan kekerasan dalam rumah
tangga. Sebanyak 20 masyarakat (35,1%) mempersepsikan bahwa
sengaja membiarkan istri dan anak terlantar tanpa diberi nafkah
bukan merupakan kekerasan dalam rumah tangga.
3) Warga Desa Panggungharjo yang berusia 21-30 tahun sebanyak 9
orang (45%) mempersepsikan bahwa memaksa istri untuk
23
melayani kebutuhan seksual bukanlah kekerasan dalamrumah
tangga.
4) Sebanyak 16 warga desa yang berusia 41-50 tahun (47%)
mempersepsikan bahwa melukai, menganiaya anggota keluarga
bukan kekerasan dalam rumah tangga.
5) Warga desa yang berusia 51-60 tahun mempersepsikan bahwa
sengaja menelantarkan keluarga secara ekonomi bukan merupakan
kekerasan dalam rumah tangga.
6) Warga Desa Panggungharjo tamatan SMP mempersepsikan bahwa
memaksa istri untuk melayani kebutuhan seksual bukan merupakan
kekerasan dalam rumah tangga.
7) Sebanyak 15 warga desa tamatan akademi/perguruan tinggi (42%)
mempersepsikan bahwa memaksa istri untuk melayani kebutuhan
seksual bukan merupakan kekerasan dalam rumah tangga.
8) Sebanyak 9 warga desa yang bekerja sebagai swasta (43%)
mempersepsikan bahwa memaksa istri utnuk melayani kebutuhan
seksual bukan merupakan kekerasn dalam rumah tangga.
9) Sebanyak 12 ibu rumah tangga (39%) mempersepsikan bahwa
sengaja membiarkan istri dan anak terlantar tanpa diberi nafkah
bukan merupakan kekerasan dalam rumah tangga.
c. Persepsi Warga Desa Panggungharjo tentang Faktor Penyebab
Maraknya Kekerasan dalam Rumah Tangga Berdasarkan Karakteristik
Responden
1) Warga Desa Panggungharjo laki-laki (33,3%) dan perempuan
(31,6%) masih ada yang mempersepsikan bahwa kekerasan dalam
rumah tangga bukanlah hal yang pantas diceritakan kepada orang
lain.
24
2) Warga Desa Panggungharjo yang berusia 21-30 tahun (50%)
mempersepsikan bahwa masalah kekerasan dalam rumah tangga
adalah masalah pribadi.
3) Sebanyak 17 warga desa yang berusia 41-50 tahun (50%)
mempersepsikan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah hal
yang tidak pantas diceritakan kepada orang lain.
4) Warga Desa Panggungharjo tamatan SD mempersepsikan bahwa
kekerasan dalam rumah tangga adalah masalah internal (pribadi),
orang lain tidak berhak campur tangan dalam mengatasi kekerasan
yang terjadi.
5) Warga Desa Panggungharjo tamatan SMP mempersepsikan bahwa
masalah kekerasan dalam rumah tangga tidak pantas diceritakan
kepada orang lain.
6) Warga Desa Panggungharjo tamatan SMA mempersepsikan bahwa
masalah kekerasan dalam rumah tangga tidak pantas diceritakan
kepada orang lain.
d. Persepsi Warga Desa Panggungharjo tentang Perlindungan Korban
Kekerasan dalam Rumah Tangga Berdasarkan Karakteristik
Responden
Warga Desa Panggungharjo yang berusia 41-50 tahun
mempersepsikan bahwa dukungan atau bantuan untuk korban
kekerasan dalam rumah tangga cukup dari keluarga saja.
B. Saran
1. Tokoh Masyarakat
Tokoh masyarakat diharapkan dapat membantu dan memberikan
dukungan sosial terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga.
2. Warga Desa Panggungharjo
Warga Desa Panggungharjo diharapkan lebih sadar bahwa kekerasan
dalamrumah tangga bukanlah permasalahan pribadi. Warga Desa
25
panggungharjo diharapkan tidak bersifat abai terhadap permasalahan
kekerasan dalam rumah tangga di lingkungan keluarga atau masyarakat
sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bimo Walgito. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset
Data dokumen Satreskrim Unit PPA Polres Bantul Tahun 2013
Faqihuddin AK dan Ummu Azizah M. 2008. Referensi bagi Hakim Peradilan
Agama tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga.Jakarta : Komnas
Perempuan
Hassan Sadily. 1983. Sosiologi untuk masyarakat Indonesia. Jakarta : PT
BinaAksara
http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/tujuan-pondok-pesantren.html.
Diunduh pada tanggal 10 Februari 2014 pukul 21.00 WIB
http://fkppbantul.blogspot.com.2009/02/style-definitions-table_16.html?m=1.
Diunduh pada tanggal 6 Februari 2014 pukul 16.05 WIB
http://bkk.bantulkab.go.id/peta-tematik/B3%20Peta%20KK%20Jiwa.pdf.
Diunduh pada tanggal 28 Januari 2014 pukul 11.50 WIB
Moerti Hadiati. 2010. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif
Yuridis-Viktimologis.Jakarta: Sinar Grafika Offset
Munandar Soelaeman. 2008. Ilmu Sosial Dasar- Teori & Konsep Ilmu Sosial.
Bandung: PT Refika Aditama
Soerjono Soekanto. 1970. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: UI Pers
Stephen P. Robbins. 2003. Pelaku Organisasi. Klaten : PT Intan Sejati Klaten
Thomas Santoso. 2002.Teori-Teori Kekerasan. Jakarta: Ghalia Indonesia
Undang-Undang No.23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan dalam
Rumah Tangga
William J.Goode.2007.Sosiologi Keluarga.Jakarta : PT Bumi Aksara