perkembangan rumah jawa - hamah sagrim-safcom

32
Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n 1 J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito PERKEMBANGAN RUMAH JAWA (Hamah Sagrim) A. PERJALANAN RUMAH JAWA – Tinjauan Histors 1. Asalmuasal Rumah Jawa Dari asal usulnya, para ahli sejarah belum mempunyai kesatuan pendapat tentang hal ini. Sebagian riwayat menceriterakan bahwa betapa sukarnya menentukan wujud bentuk rumah orang Jawa pada mulanya. Ada yang mengatakan bahwa perkembangan rumah orang Jawa hanya diceriterakan dari mulut ke mulut (lisan), dari kakek ke cucu, cicit, dan sterusnya. Akan tetapi ada pula yang mengatakan bahwa rumah orang Jawa pada mulanya dibuat dari bahan batu. Dari pendapat yang bermacam-macam itu, dapat diambil kesimpulan bahwa hal itu masih gelap dan belum berhasil ditemukan bentuknya. Dalam riwayat lain dikatakan bahwa beberapa orang yang ahli telah membuktikan bahwa teknik penyusunan rumah Jawa seperti teknik menyususnan batu-batu candi yang cukup banyak. Tetapi menurut para ahli, bukan rumah orang Jawa yang meniru bentuk candi, melainkan candi yang meniru rumah orang Jawa. Mengapa demikian? Karena candi yang kita saksikan sekarang ini seperti candi Dieng, Borobudur, Pawon, Mendut, Gedongsongo, dan lain-lain pada umumnya berdiri pada abad ke- 18, sedangkan sebelum agama Hindu dan Budha masuk ke Jawa, sebenarnya nenekmoyang orang Jawa pasti sudah mempunyai tempat tinggal yang cukum permanen untuk melindungi diri dan keluarganya. Tidak ada orang yang mengetahui dengan pasti tentang hal-hal tersebut diatas dengan pasti, dan yang menjadi saksi bisu pastilah relief-relief yang terdapat pada batu candi. Tapi dugaan yang paling kuat diperoleh dari sebuah naskah kuno yang ditulis dengan tangan, yang menyebutkan bahwa rumah orang Jawa terbuat dari bahan kayu, serta dimulai dari jaman Prabu Jayabaya berkuasa di Memenang ibukota Kediri. Sekitar abad ke-11, baik adipati Harya Santang maupun Prabu Jayabaya, sendiri menyetujui untuk membuat rumah dari bahan kayu. Dan orang tidak usah khawatir lagi bahwa rumah batu mereka akan dikikis habis oleh air hujan, atau oleh sebab-sebab yang lain. Tetapi kalau dibuat dari bahan kayu, hal ini dikarenakan bahan kayu merupakan bahan yang ringan, mudah dikerjakan, mudah dicari dan kalau rusak mudah untuk menggantikannya. Di istana Raja, barisan pekerja yang berada di wilayah pimpingan Adipati Harya Santang juga mendapat order memperbaiki istana raja. Menurut tulisan yang sama, pada jaman Prabu Wijayaka berkuasa di medangkemulan, ia telah melakukan berbagai perubahan terutama pada departemen perumahan yang sejak saat itu diurus oleh pejabat perumahan yang berpangkat Bupati. Mereka terdiri dari: 1. Bupati Kalang Blandhong – ahli menebang pohon 2. Bupati Kalang Obong – ahli pembersihan hutan

Upload: hamah-sagrim

Post on 01-Jul-2015

425 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERKEMBANGAN RUMAH JAWA - HAMAH SAGRIM-SAFCOM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

1J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

PERKEMBANGAN RUMAH JAWA(Hamah Sagrim)

A. PERJALANAN RUMAH JAWA – Tinjauan Histors1. Asalmuasal Rumah Jawa

Dari asal usulnya, para ahli sejarah belum mempunyai kesatuan pendapat tentang hal ini.Sebagian riwayat menceriterakan bahwa betapa sukarnya menentukan wujud bentuk rumah orangJawa pada mulanya. Ada yang mengatakan bahwa perkembangan rumah orang Jawa hanyadiceriterakan dari mulut ke mulut (lisan), dari kakek ke cucu, cicit, dan sterusnya. Akan tetapi adapula yang mengatakan bahwa rumah orang Jawa pada mulanya dibuat dari bahan batu. Dari pendapatyang bermacam-macam itu, dapat diambil kesimpulan bahwa hal itu masih gelap dan belum berhasilditemukan bentuknya.

Dalam riwayat lain dikatakan bahwa beberapa orang yang ahli telah membuktikan bahwa teknikpenyusunan rumah Jawa seperti teknik menyususnan batu-batu candi yang cukup banyak. Tetapimenurut para ahli, bukan rumah orang Jawa yang meniru bentuk candi, melainkan candi yang menirurumah orang Jawa. Mengapa demikian? Karena candi yang kita saksikan sekarang ini seperti candiDieng, Borobudur, Pawon, Mendut, Gedongsongo, dan lain-lain pada umumnya berdiri pada abad ke-18, sedangkan sebelum agama Hindu dan Budha masuk ke Jawa, sebenarnya nenekmoyang orangJawa pasti sudah mempunyai tempat tinggal yang cukum permanen untuk melindungi diri dankeluarganya.

Tidak ada orang yang mengetahui dengan pasti tentang hal-hal tersebut diatas dengan pasti, danyang menjadi saksi bisu pastilah relief-relief yang terdapat pada batu candi. Tapi dugaan yang palingkuat diperoleh dari sebuah naskah kuno yang ditulis dengan tangan, yang menyebutkan bahwa rumahorang Jawa terbuat dari bahan kayu, serta dimulai dari jaman Prabu Jayabaya berkuasa di Memenangibukota Kediri.

Sekitar abad ke-11, baik adipati Harya Santang maupun Prabu Jayabaya, sendiri menyetujuiuntuk membuat rumah dari bahan kayu. Dan orang tidak usah khawatir lagi bahwa rumah batumereka akan dikikis habis oleh air hujan, atau oleh sebab-sebab yang lain. Tetapi kalau dibuat daribahan kayu, hal ini dikarenakan bahan kayu merupakan bahan yang ringan, mudah dikerjakan, mudahdicari dan kalau rusak mudah untuk menggantikannya.

Di istana Raja, barisan pekerja yang berada di wilayah pimpingan Adipati Harya Santang jugamendapat order memperbaiki istana raja. Menurut tulisan yang sama, pada jaman Prabu Wijayakaberkuasa di medangkemulan, ia telah melakukan berbagai perubahan terutama pada departemenperumahan yang sejak saat itu diurus oleh pejabat perumahan yang berpangkat Bupati. Mereka terdiridari:

1. Bupati Kalang Blandhong – ahli menebang pohon2. Bupati Kalang Obong – ahli pembersihan hutan

Page 2: PERKEMBANGAN RUMAH JAWA - HAMAH SAGRIM-SAFCOM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

2J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

3. Bupati Kalang Adeg – ahli perencana bangunan4. Bupati Kalang AbrekSemua pembangunan rumah Jawa, disesuaikan dengan budaya Jawa.

2. Bagaimana Tempat Tinggal Nenek Moyang Orang Jawa Dahulu?Diatas telah disebutkan bahwa rumah leluhur orang Jawa terbuat dari bahan batu. Namun hal itu

hanya perkiraan semata, dan sejak semula, orang beranggapan bahwa rumah batu tersebut baru adasekitar abad ke-10 dan itupun terbatas pada tempat-tempat tertentu. Tapi, pada jaman sebelumnya,orang-orang juga membutuhkan tempat tinggal untuk menanggulangi diri dan keluarganya dari hujandan panas. Mau tidak mau mereka berpikir praktis sehingga dengan berbagai usaha telah ditempuhuntuk mempertahankan hidup. Oleh karena itu, maka pada jaman kuno, orang-orang memanfaatkangua-gua “abris sous roche”. Gua-gua itu sebenarnya lebih mirib dengan ceruk-ceruk di dalam batukarang yang dapat dipakai untuk berteduh. Kini penelitian terhadap gua-gua semacam itu terusditingkatkan.

Limapuluh tahun yang lalu, tepatnya antara tahun 1928-1931, seorang peneliti yang pertamamelakukan penelitian di gua-gua tersebut adalah Van Stein Callenfels, di daerah Gua lawa dekatSampung Ponorogo, Madiun. Lambat laun berkembang menjadi semacam ekspedisi, yaitu gabungandari puluhan orang yang masing-masing memiliki keahlian khusus (spesialis) di samping didukungoleh dana yang besar.

Banyak benda-benda unik yang ditemukan disana. Bagi para peneliti yang berasal dari negeribarat seperti Belanda, Inggris maupun orang Eropa lainnya, cukup mengencangkan alat-alat batu,ujung panah dan flakes (kepingan senjata tajam), batu, penggalian, kapak-kapak yang sudah diasah(neolithikum), alat-alat dari tulang dan tanduk rusa. Disamping itu juga ditemukan alat-alat perunggudan besi.

Selain temuan-temuan tersebut yang diiedntifikasikan, termasuk identifikasi benda tersebutmenunjukkan bahwa manusia yang pertama hidup di Jawa dalah jenis manusia Papua-melanesoid.Sehingga dipastikan bahwa ceruk-ceruk tersebut telah lama ditempati oleh nenek moyang.

Setelah membuktikan secara ilmiah kapan benda-benda tersebut mulai ada di sana, makamuncullah istilah “sampung bone-culture” yang berarti alat-alat tukang dari sampung.3. Populasi Jenis-Jenis Arsitektur Rumah Adat Jawa

Arsitektur atau Seni Bangunan yang terdapat di daerah Provinsi Jawa Tengah dikelompokkanmenjadi dua, yaitu : a. Arsitektur Tradisional, yaitu Seni Bangunan Jawa asli yang hingga kini masihtetap hidup dan berkembang pada masyarakat Jawa. Ilmu yang mempelajari seni bangunan olehmasyarakat Jawa biasa disebut Ilmu Kalang atau disebut juga Wong Kalang. Yang merupakanbangunan pokok dalam seni bangunan Jawa ada 5 (lima) macam, ialah :

- Panggang-pe, yaitu bangunan hanya dengan atap sebelah sisi.- Kampung, yaitu bangunan dengan atap 2 belah sisi, sebuah bubungan di tengah saja.- Limasan, yaitu bangunan dengan atap 4 belah sisi, sebuah bubungan de tengahnya.- Joglo atau Tikelan, yaitu bangunan dengan Soko Guru dan atap 4 belah sisi, sebuah

bubungan di tengahnya.

Page 3: PERKEMBANGAN RUMAH JAWA - HAMAH SAGRIM-SAFCOM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

3J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

- Tajug atau Masjid, yaitu bangunan dengan Soko Guru atap 4 belah sisi, tanpa bubungan, jadimeruncing.

Masing-masing bentuk berkembang menjadi beraneka jenis dan variasi yang bukan hanyaberkaitan dengan perbedaan ukurannya saja, melainkan juga dengan situasi dan kondisi daerahsetempat.

Dari kelima macam bangunan pokok rumah Jawa ini, apabila diadakan penggabungan antara 5macam bangunan maka terjadi berbagai macam bentuk rumah Jawa. Sebagai contoh : gedangselirang, gedang setangkep, cere gencet, sinom joglo lambang gantung, dan lain-lain. Menurutpandangan hidup masyarakat Jawa, bentuk-bentuk rumah itu mempunyai sifat dan penggunaantersendiri. Misalnya bentuk Tajug, itu selalu hanya digunakan untuk bangunan yang bersifat suci,umpamanya untuk bangunan Masjid, makam, dan tempat raja bertahta, sehingga masyarakat Jawatidak mungkin rumah tempat tinggalnya dibuat berbentuk Tajug. Rumah yang lengkap seringmemiliki bentuk-bentuk serta penggunaan yang tertentu, antara lain :

- Pintu gerbang : bentuk kampong- Pendopo : bentuk joglo- Pringgitan : bentuk limasan- Dalem : bentuk joglo- Gandhok (kiri-kanan) : bentuk pacul gowang- Dapur : bentuk kampong, dll.Tetapi bagi orang yang tidak mampu tidaklah mungkin akan demikian. Dengan sendirinya rumah

yang berbentuk doro gepak (atap bangunan yang berbentuk mirip burung dara yang sedang terbangmengepakkan sayapnya) misalnya bagian-bagiannya dipergunakan untuk kegunaan yang tertentu,misalnya : – emper depan : untuk Pendopo – ruang tengah : untuk tempat pertemuan keluarga – emperkanan-kiri : untuk senthong tengah dan senthong kiri kanan– emper yang lain : untuk gudang dandapur.

Di beberapa daerah pantai terdapat pula rumah-rumah yang berkolong. Hal tersebut dimaksudkanuntuk berjaga-jaga bila ada banjir.Dalam Seni Bangunan Jawa karena telah begitu maju, maka semuabagian kerangka rumah telah diberi nama-nama tertentu, seperti : ander, dudur, brunjung, usukpeniyung, usuk ri-gereh, reng, blandar, pengeret, saka guru, saka penanggap, umpak, dansebagainya.Bahan bangunan rumah Jawa ialah terutama dari kayu jati.

Arsitektur tradisional Jawa terbukti sangat populer tidak hanya di Jawa sendiri tetapi sampaimenjangkau manca negara. Kedutaan Besar Indonesia di Singapura dan Malaysia juga Bandar UdaraSoekarno-Hatta mempunyai arsitektur tradisional Jawa.

Arsitektur tradisional Jawa harus dilihat sebagai totalitas pernyataan hidup yang bertolak dari tatakrama meletakkan diri, norma dan tata nilai manusia Jawa dengan segala kondisi alam lingkungannya.Arsitektur ini pada galibnya menampilkan karya “swadaya dalam kebersamaan” yang secara arifmemanfaatkan setiap potensi dan sumber daya setempat serta menciptakan keselarasan yang harmonisantara “jagad cilik” (mikrokosmos) dan “jagad gedhe” (makrokosmos).

Pada dasarnya arsitektur tradisonal Jawa – sebagaimana halnya Bali dan daerah lain – adalaharsitektur halaman yang dikelilingi oleh pagar. Yang disebut rumah yang utuh seringkali bukanlahsatu bangunan dengan dinding yang pejal melainkan halaman yang berisi sekelompok unit bangunan

Page 4: PERKEMBANGAN RUMAH JAWA - HAMAH SAGRIM-SAFCOM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

4J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

dengan fungsi yang berbeda-beda. Ruang dalam dan luar saling mengimbas tanpa pembatas yangtegar. Struktur bangunannya merupakan struktur rangka dengan konstruksi kayu, bagaikan payungyang terpancang terbuka. Dinding ruangan sekedar merupakan tirai pembatas, bukan dinding pemikul.Yang sangat menarik pula untuk diungkap adalah struktur tersebut diperlihatkan secara jelas, wajardan jujur tanpa ada usaha menutup-nutupinya. Demikian pula bahan-bahan bangunannya, semuadibiarkan menunjukan watak aslinya. Di samping itu arsitektur Jawa memiliki ketahanan yang cukuphandal terhadap gempa.

Atap bangunannya selalu menggunakan tritisan yang lebar, yang sangat melindungi ruangberanda atau emperan di bawahnya. Tata ruang dan struktur yang demikian sungguh cocok untukdaerah beriklim tropis yang sering mengalami gempa dan sesuai untuk peri kehidupan manusia yangmemiliki kepribadian senang berada di udara terbuka. Halaman yang lega dengan perkerasan pasiratau kerikil sangat bermanfaat untuk penyerapan air hujan. Sedangkan pepohonan yang ditanamseringkali memiliki sasraguna (multi fungsi), yaitu sebagai peneduh, penyaring debu, peredam angindan suara, juga sebagai sumber pangan bagi manusia dan binatang bahkan sering pula dimanfaatkanuntuk obat tradisional.

Sumber utama untuk mengenal seni bangunan Jawa untuk untuk daerah Jawa Tengah adalahKraton Surakarta dan Kraton Mangkunegaran. Juga peninggalan-peninggalan bangunan makam kunoserta masjid-masjid kuno seperti Masjid Demak, Masjid Kudus dengan menaranya yang bergayakhusus, Makam Demak, Makam Kadilangu, Makam Mengadeg, dll.

Di samping seni bangunan Jawa asli yang berupa bangunan rumah tempat tinggal, terdapat jugaseni bangunan Jawa peninggalan dari jaman Sanjayawangça dan Syailendrawangça, semasa berkuasadi daerah Jawa Tengah. Bangunan semasa itu biasanya menggunakan bahan bangunan batu sungai,ada juga yang menggunakan batu merah, bahan kayu yang peninggalannya tidak kita jumpai lagi,tetapi kemungkinan dahulunya ada.

Fungsi bangunan-bangunan itu bermacam-macam : sebagai tempat pemujaan, tugu peringatan,tempat pemakaman, tempat bersemedi, dan sebagainya. Corak bangunan-bangunan agama itu adayang agama Budha Mahayana, misalnya : Borobudur. Yang bercorak Trimurti, misalnya : Dieng.Sedangkan yang bercorak campuran dengan kepercayaan daerah setempat, misalnya : Candi Sukuhdan Çeta.

Bentuk Rumah Panggang-pe : Banyak kita jumpai sebagai tempat jualan minuman, nasi dan lain-lainnya yang terdapat di tepi jalan. Apabila diperkembangkan dapat berfungsi sebagai tempat ronda,tempat mobil / garasi, pabrik, dan sebagainya.

Bentuk Rumah Kampung : Umumnya sebagai tempat tinggal, baik di kota maupun di desa dan digunung-gunung. Perkembangan dari bentuk ini juga dipergunakan sebagai tempat tinggal.Bentuk Rumah Limasan : Terutama terlihat pada atapnya yang memiliki 4 (empat) buah bidang sisi,memakai dudur. Kebanyakan untuk tempat tinggal. Perkembangannya dengan penambahan emperatau serambi, serta beberapa ruangan akan tercipta bentuk-bentuk sinom, kutuk gambang, lambanggantung, trajumas, dan lain-lain. Hanya saja yang berbentuk trajumas tidak biasa digunakan sebagaitempat tinggal.

Bentuk Rumah Tajug : Ciri utamanya pada atap berbentuk runcing, soko guru dengan blandar-blandar tumpang sari, berdenah bujur sangkar, lantainya selalu di atas tanpa bertingkat. Dipergunakan

Page 5: PERKEMBANGAN RUMAH JAWA - HAMAH SAGRIM-SAFCOM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

5J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

sebagai tempat suci, semisal : Masjid, tempat raja bertahta, makam. Tidak ada yang untuk tempattinggal.

Bentuk Rumah Joglo : Memiliki ciri; atap terdiri dari 4 (empat) buah sisi soko guru denganpemidangannya (alengnya) dan berblandar tumpang sari. Bangunan ini umumnya dipergunakansebagai pendopo dan juga untuk tempat tinggal (nDalem).4. Rumah Dalam Kehidupan Orang Jawa

Rumah merupakan sesuatu yang penting karena mencerminkan papan (tempat tinggal),disamping dua macam kebutuhan lainnya yaitu sandang (pakaian) dan pangan (makanan). Karenarumah berfungsi untuk melindungi dari tantangan alam dan lingkungannya. Selain itu rumah tidakhanya untuk memenuhi kebutuhan utamanya saja. Tetapi dipergunakan untuk mewadahi semuakegiatan dan kebutuhan yang ada di dalam rumah tersebut.

Rumah Jawa lebih dari sekedar tempat tinggal. Masyarakat Jawa lebih mengutamakan moralkemasyarakatan dan kebutuhan dalam mengatur warga semakin menyatu dalam satu kesatuan.Semakin lama tuntutan masyarakat dalam keluarga semakin berkembang sehingga timbullahtingkatan jenjang kedudukan antar manusia yang berpengaruh kepada penampilan fisik rumah suatukeluarga. Lalu timbulah jati diri arsitektur dalam masyarakat tersebut.

Rumah Jawa merupakan lambang status bagi penghuninya dan juga menyimpan rahasia tentangkehidupan sang penghuni. Rumah Jawa merupakan sarana pemiliknya untuk menunjukkan siapasebenarnya dirinya sehingga dapat dimengerti dan dinikmati orang lain. Rumah Jawa jugamenyangkut dunia batin yang tidak pernah lepas dari kehidupan masyarakat Jawa.

Bentuk dari rumah Jawa dipengaruhi oleh 2 pendekatan yaitu :- Pendekatan Geometrik yang dikuasai oleh kekuatan sendiri.- Pendekatan Geofisik yang tergantung pada kekuatan alam lingkungan.Kedua pendekatan itu akhirnya menjadi satu kesatuan. Kedua pendekatan mempunyai perannya

masing-masing, situasi dan kondisi yang menjadikan salah satunya lebih kuat sehingga menimbulkanbentuk yang berbeda bila salah satu peranannya lebih kuat. Rumah Jawa merupakan kesatuan darinilai seni dan nilai bangunan sehingga merupakan nilai tambah dari hasil karya budaya manusia yangdapat dijabarkan secara keilmuan.

Bentuk rumah tradisional jawa dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan bentuk. Secaragaris besar tempat tinggal orang jawa dapat dibedakan menjadi:

1. Rumah Bentuk Joglo2. Rumah Bentuk Limasan3. Rumah bentuk Kampung4. Rumah Bentuk Masjid dan Tajug atau Tarub5. Rumah bentuk panggang Pe

- Rumah JOGLODibanding 4 bentuk lainnya, rumah bentuk joglo merupakan rumah joglo yang dikenal

masyarakat pada umumnya.

Page 6: PERKEMBANGAN RUMAH JAWA - HAMAH SAGRIM-SAFCOM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

6J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Rumah Joglo kebanyakanhanya dimiliki oleh mereka yangmampu. Hal ini disebabkan rumahbentuk joglo membutuhkan bahanbangunan yang lebih banyak danmahal daripada rumah bentukyang lain. Masyarakat jawa padamasa lampau menganggap bahwarumah joglo tidak boleh dimilikioleh orang kebanyakan, tetapirumah joglo hanya diperkenankanuntuk rumah kaum bangsawan,istana raja, dan pangeran, sertaorang yang terpandang atau dihormati oleh sesamanya saja. Dewasa ini rumah joglo digunakanoleh segenap lapisan masyarakat dan juga untuk berbagai fungsi lain, seperti gedung pertemuandan kantor-kantor.

Banyak kepercayaan yang menyebabkan masyarakat tidak mudah untuk membuat rumahbentuk joglo. Rumah bentuk joglo selain membutuhkan bahan yang lebih banyak, jugamembutuhkan pembiayaan yang besar, terlebih jika rumah tersebut mengalami kerusakan danperlu diperbaiki.

Kehidupan ekonomi seseorang yang mengalami pasang surut pun turut berpengaruh,terutama setelah terjadi penggeseran keturunan dari orang tua kepada anaknya. Jika keturunanseseorang yang memiliki rumah bentuk joglo mengalami penurunan tingkat ekonomi dan harusmemperbaiki serta harus mempertahankan bentuknya, berarti harus menyediakan biayasecukupnya. Ini akan menjadi masalah bagi orang tersebut. Hal ini disebabkan adanya suatukepercayaan, bahwa pengubahan bentuk joglo pada bentuk yang lain merupakan pantangan sebabakan menyebabkan pengaruh yang tidak baik atas kehidupan selanjutnya, misalnya menjadimelarat, mendatangkan musibah, dan sebagainya.

Pada dasarnya, rumah bentuk joglo berdenah bujur sangkar. Pada mulanya bentuk inimempunyai empat pokok tiang di tengah yang di sebut saka guru, dan digunakan blandarbersusun yang di sebut tumpangsari. Blandar tumpangsari ini bersusun ke atas, makin ke atasmakin melebar. Jadi awalnya hanya berupa bagian tengah dari rumah bentuk joglo zamansekarang. Perkembangan selanjutnya, diberikan tambahan-tambahan pada bagian-bagiansamping, sehingga tiang di tambah menurut kebutuhan. Selain itu bentuk denah juga mengalamiperubahan menurut penambahannya. Perubahan-perubahan tadi ada yang hanya bersifat sekedartambahan biasa, tetapi ada juga yang bersifat perubahan konstruksi.

Dari perubahan-perubahan tersebut timbulah bentuk-bentuk rumah joglo yang beranekamacam dengan namanya masing-masing. Adapaun, jenis-jenis joglo yang ada, antara lain : joglojompongan, joglo kepuhan lawakan, joglo ceblokan, joglo kepuhan limolasan, joglo sinom apitan,joglo pengrawit, joglo kepuhan apitan, joglo semar tinandu, joglo lambangsari, joglo wantahapitan, joglo hageng, dan joglo mangkurat.

Foto : 1. Joglo jompongan Foto : 2. Joglo kepuh lawakan- Sumber Peneliti - 2010

Page 7: PERKEMBANGAN RUMAH JAWA - HAMAH SAGRIM-SAFCOM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

7J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

A. ARSITEKTUR nDALEM PANGERAN – cross cutting Karaton story1. Sejarah Arsitektur nDalem Pangeran Ngadi Winatan Suryoputran Yogyakarta Dalam

Perjalanan Karaton Ngayogyakarta.Dibawah bayangan gunung setinggi 2.914 meter, yang

disebut Gunung Merapi, berdiri Ngayogyakarto Hadiningrat,salah satu kerajaan Mataram di Jawa. Kini disebut sebagaiYogyakarta (Jogja) mulai tahun 1755, ketika wilayah KerajaanMataram dibagi menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta(Solo).

Keraton Yogyakarta dibangun oleh Pangeran Mangkubumipada saat itu, dan beliau menggunakan keraton sebagai pusatdaerah paling berpengaruh di Jawa sejak abad ke-17. Keratontetap menjadi pusat kehidupan tradisional dan meskipun adamodernisasi di abad ke-20, keraton tetap memancarkansemangat kemurnian, yang ditandai dengan kebudayaannyaselama berabad-abad.

Yogyakarta merupakan salah satu pusat kebudayaan diJawa. Musik gamelan merupakan pandangan dari masa lalu,klasik dan sejaman, pertunjukan tari-tarian Jawa yang sangatindah dan memabukkan, pertunjukkan wayang kulit dan ratusankesenian tradisional yang membuat para pengunjung terpesona.

Semangat kehidupan yang luar biasa dan kehangatan kotaini sendiri yang hampir tidak pernah pudar. Seni kontemporerjuga tumbuh dalam suburnya kebudayaan dan masyarakatYogyakarta. ASRI, Akademi Seni Rupa, sebagai contoh,merupakan pusat kesenian di sini, dan Yogyakarta telahmencatatkan namanya sebagai sebuah sekolah seni lukis modernpenting di Indonesia, yang mungkin bisa dicontohkan dalamsosok pelukis impersionis, Affandi.

Propinsi ini merupakan salah satu daerah padat penduduk diIndonesia dan merupakan pintu gerbang utama menuju pusatJawa dimana secara geografis tempat ini berada. Membentangdari Gunung Merapi di sebelah utara menuju Samudera Hindiadi sebelah selatan. Penerbangan harian menghubungkanYogyakarta dengan Jakarta, Surabaya, Papua dan Bali, jugakereta api dan angkutan bis menawarkan perjalanan daratdengan rute sama.

Foto: 3. Logo keratonYogyakarta

Foto : 4. Tampak DepanKeraton Yogyakarta

Hadiningrat

Foto: 5. Budaya Garebeg

Foto: 6. Budaya Jathilan

Sumber Dinas KebudayaanDIY

Page 8: PERKEMBANGAN RUMAH JAWA - HAMAH SAGRIM-SAFCOM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

8J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (disingkat denganJogja), merupakan salah satu dari 34 propinsi di Indonesia.Propinsi ini dibagi menjadi 5 daerah tingkat II, KotamadiaYogyakarta, Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman,Kabupaten Kulon Progo, dan Kabupaten Gunung Kidul. LuasYogyakarta sekitar 3.186 km persegi, dengan total penduduk3.226.443 (Statistik Desember 1997). Propinsi ini terkenalsebagai kota kebudayaan dan pendidikan dan merupakandaerah tujuan wisata.

Berdasarkan sejarah, sebelum 1755 Surakarta merupakanibukota Kerajaan Mataram. Setelah perjanjian Gianti (PalihanNagar) pada 1755, mataram dibagi menjadi 2 kerajaan:Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan KasultananNgayogyakarto Hadiningrat. Mengikuti kebiasaan, PangeranMangkubumi, adik Susuhunan Pakubuwono II, dimahkotaisebagai Raja Ngayogyakarto Hadiningrat. Kemudian beliaudisebut sebagai Sultan Hamengku Buwono I. Pada tahun1813, dibawah penjajahan Inggris, pemisahan kerajaanMataram terjadi untuk ketiga-kalinya. Pangeran Notokusumo,putra dari Hamengku Buwono I, dimahkotai sebagai PangeranPaku Alam I. Kerajaannya terpisah dari KasultananYogyakarta.

Ketika Republik Indonesia berdiri pada 17 Agustus 1945,yang dilambangkan dengan penandatanganan ProklamasiKemerdekaan, Ngayogyakarto Hadiningrat dan Pakualamanmenyatu sebagai salah salah satu propinsi di Indonesia dimanaSri Sultan Hamengku Buwono IX ditunjuk sebagai gubernurdan Sri Paku Alam VIII sebagai wakil gubernurnya. Meskipunpropinsi DIY mempunyai wilayah yang relatif kecil, namunkaya akan daya tarik wisata. Pengunjung dapat menemukanberbagai macam hasil seni dan pertunjukan kesenian yangsangat menarik dan menakjubkan.

Sebagai pusat seni dan budaya di Jawa, terdapatbeberapa macam daya tarik wisata di Yogyakarta. Hal inimenjadi alasan mengapa orang mereferensikan Yogyakartasebagai tempat lahirnya kebudayaan Jawa. Dan untuk pecintagunung, pantai atau pemandangan indah, Yogyakarta jugamenyediakan beberapa tempat untuk itu. Propinsi ini jugadiakui sebagai tempat menarik untuk para periset, ahligeologi, ahli speleogi dan vulkanologi merujuk pada adanyagua-gua di daerah batuan kapur dan gunung berapi yang aktif.Di selatan kabupaten Gunung Kidul merupakan ujung laut,dimana terdapat beberapa fosil biota laut dalam batuan kapur

Foto : 8. Gedong kaca.Museum hamengkubuono IX

Foto : 9. Budaya NumplakWajik

Foto: 10. Budaya Pekchun

Foto : 12. Budaya Imogiri

Foto : 13. BudayaKarawitan

Sumber Dinas KebudayaanDIY & Peneliti 2010

Page 9: PERKEMBANGAN RUMAH JAWA - HAMAH SAGRIM-SAFCOM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

9J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

sebagai buktinya.Untuk para arkeolog, Yogyakarta sangat menarik sebab

setidaknya ada 36 candi / situs-situs sejarah disini. Ada beberapapeninggalan peradaban dari abad ke-9. Salah satunya, candiPrambanan adalah candi Hindu terbesar dan paling terkenal diIndonesia. Borobudur, candi Budha terbesar, tercatat sebagaisalah satu “tujuh keajaiban di dunia”. Borobudur dapat dicapaiselama 1 jam dari kota, hanya 42 km sebelah barat lautYogyakarta. Dalam perjalanan ke Borobudur, dapatmengunjungi Candi Mendut dan Candi Pawon. Candi Mendutmerupakan tempat untuk pemujaan, dengan adanya arca BudhaGautama didalamnya. Beberapa upacara ritual juga masihberlangsung di Yogyakarta, dan masih dilaksanakan sampaisekarang. Lingkungan yang indah, arsitektur tradisional,kehidupan sosial, dan upacara-upacara ritual membuatYogyakarta menjadi tempat paling menarik untuk dikunjungi.Seni dan budaya tradisional seperti musik gamelan dan tari-tarian tradisional akan selalu mengingatkan penonton akankehidupan Yogyakarta beberapa abad yang lalu. Pembangunanteknologi modern berkembang di Indonesia dan di Yogyakarta,ini berkembang secara harmoni dengan adat dan upacaratradisional.

Sesuai namanya, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakartamemang benar-benar istimewa. Orang-orangnya sangat ramah.Hal ini membentuk kehidupan dan kelakuan mereka. Merekamenyukai olahraga tradisional, panahan sebagai hobi dan jugasangat menyukai permainan burung perkutut. Mereka jugapercaya bahwa orang dapat menikmati hidup denganmendengarkan kicauan burung. Kompetisi panahan tradisionalselalu diselenggarakan untuk memperingati kelahiran raja, yangdisebut dengan “Wiyosan Dalem”. Dan pada saat Sri SultanHamengku Buwono X lahir, tradisi ini juga dilaksanakan.

Dengan adanya berbagai macam kesenian adat dan upacaratradisional yang masih berlangsung, Yogyakarta juga dikenalsebagai “museum hidup Jawa”, yang dicerminkan dalam segalabentuk hal-hal tradisional berupa kendaraan, arsitektur, pasar,pusat cindera mata, museum, dan banyak pilihan atraksi wisatadi Yogyakarta.

Dengan berdirinya Karaton ngayogyakarta, makaselanjutnya didirikanlah bangunan-bangunan Pangeran,termasuk nDalem Ngadiwinatan Suryoputran yang berada dialun-alun Selatan Yogyakarta.

Foto : 15.a. BudayaRamayana

Foto : 15.b. BudayaRamayana

Foto : 16.a. BudayaGerebeg

Foto : 16.b. BudayaGerebeg

Sumber Dinas KebudayaanDIY

Page 10: PERKEMBANGAN RUMAH JAWA - HAMAH SAGRIM-SAFCOM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

10J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

2. Inovasi Birokrasi di Dalam Keraton HadiningratKeraton adalah tempat bersemayam ratu-ratu, berasal dari

kata ka+ratu+an= keraton. Juga disebut kadaton, yaitu ka+datu+an = kedaton, tempat datu-datu atau ratu-ratu. BahasaIndonesianya adalah istana, keraton ialah sebuah istana, tetapiistana bukanlah keraton. Keraton ialah istana yang mengandungarti, baik arti keagamaan, arti filsafat dan arti kultural(kebudayaan).

Keraton Yogyakarta memiliki arti-arti tersendiri. Arsitekturbangunannya, letak bangsal-bangsalnya, hiasannya, sampai warnagedungnya mempunyai arti, pohon yang ditanamnya pun bukansembarang pohon. Semua yang terdapat di sana seakan-akanmemberi nasehat kepada kita untuk cinta dan menyerahkan dirikita kepada Tuhan Yang Maha Esa, berlaku sederhana dan tekun,berhati-hati dalam tingkah laku kita sehari-hari dan lain-lain.

Arsitek dari keraton tersebut adalah Sri Sultan HamengkuBuwono I, waktu masih muda, baginda bergelar PangeranMangkubumi. Kompleks keraton terletak di tengah-tengah, tetapidaerah keraton membentang antara sungai Code dan sungaiWinanga, dari utara ke selatan, dari Tugu sampai Krapyak. Namakampung-kampung jelas memberi bukti kepada kita, bahwa adahubungannya antara penduduk kampung itu dengan tugasnya dikeraton pada waktu dulu, misalnya Gandekan=tempat tinggalgandek-gandek (koerir) dari Sri Sultan, Wirobrajan tempat tinggalpara prajurit keraton Wirabraja, Pasindenan tempat tinggalpesinden-pesinden keraton.

Daerah keraton terletak di hutan Garjitawati, dekat DesaBeringin dan Desa Pacetokan. Karena daerah ini dianggap kurangmemadai untuk membangun sebuah keraton dengan bentengnya,maka aliran sunagai Code dibelokkan sedikit ke timur dan aliransungai Winanga sedikit ke barat.

Kerton Yogyakarta dibangun pada tahun 1756 atau tahunJawa 1682, diperingati dengan sebuah condrosengkolo memet dipintu Gerbang Pemagangan dan di pintu Gerbang Melati berupadua ekor naga berlilitan satu sama lainnya. Dalam bahasaJawa:”dwi naga rasa tunggal.” Artinya dwi=2, naga=8, rasa=6,tunggal=1 (dibaca dari belakang : 1682). Warna naga hijau, hijauadalah simbol dari pengharapan. Tahunnya sama, tetapidekorasinya tidak sama. Ini tergantung dari arsitektur, tujuan dansudut yang dihiasinya. Warna naga merah, dimana sebagaisimbol dari keberanian. Di halaman Kemagangan ini dahuludijadikan ujian-ujian bela diri memakai tombak antar calon

Foto : 18. Pakualaman

Fotoa : 19. TuguYogyakarta

Foto : 20.a. KaratonYogyakarta

Foto : 20.b. KaratonYogyakarta

Foto : 21. BudayaWayang

Sumber DinasKebudayaan DIY

Page 11: PERKEMBANGAN RUMAH JAWA - HAMAH SAGRIM-SAFCOM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

11J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

prajurit-prajurit keraton. Mestinya mereka pada waktu itu mereka sedang marah dan berani.Luas keraton Yogyakarta adalah 14.000 meter2. di dalamnya terdapat banyak bangunan-

bangunan, halaman-halaman, dan lapangan-lapangan. Dimulai dari halaman keraton ke utara:1. Kedaton atau prabayeks.2. Bangsal Kencana3. Regol Danapratapa (pintu gerbang)4. Sri manganti5. Regol Sri Manganti (pintu gerbang)6. Bangsal Ponconiti (dengan halaman Kemandungan)7. Regol Brajanala (pintu gerbang)8. Siti Inggil9. Tarub Agung10. Pagelaran (tiangnya berjumlah 64)11. Alun-alun utara (dihias dengan pohon beringin 62 batang)12. Pasar (Beringharja)13. Kepatihan14. Tugu, angka 64 manggambarkan usia Nabi Muhammad 64 tahun Jawa atau 62 tahun

Masehi.Sedangkan dari halaman keraton ke selatan maka dapat terlihat:1. Regol Kemagangan (pintu gerbang)2. Bangsal Kemagangan3. Regol Gadung mlati (pintu gerbang)4. Bangsal Kemandungan5. Regol Kemandungan (pintu gerbang)6. Siti Inggil7. Alun-alun Selatan8. Krapyak

Perhatian :1. Regol = pintu gerbang2. Bangsal = bangunan terbuka3. Gedong = bangunan terturtup4. Plengkung = pintu gerbang benteng5. Selogilang = lantai tinggi dalam sebuah bangsal semacam poium rendah tempat duduk

Sri Sultan atau tempat singgasana Sultan6. Tratag = bangunan, biasanya tempat berteduh, beratap anyaman-anyaman bambu dengan

tiang-tiang tinggi, tanpa dinding. Di pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VIIIsemua tratag kraton dimuliakannya dan diberi atap seng, tetapi arsitekturnya tetap tidakberubah.

Page 12: PERKEMBANGAN RUMAH JAWA - HAMAH SAGRIM-SAFCOM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

12J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Ditengah-tengah halaman Kemandungan Kidul berdiri sebuah bangsal, yang dinamakanBangsal Kemandungan. Bangsal ini bekas pesanggrahan Sri Sultan Hamengku Buwono I di DesaPandak Karangnangka waktu Perang Giyanti (1746-1755).

Krapyak ialah sebuah podium tinggi dari batu bata untuk Sri Sultan, kalau baginda sedangmemperhatikan tentara atau kerabatnya memperlihatkan ketangkasannya mengepung, memburu,dan menangkap rusa. Kompleks keraton dikelilingi oleh sebuah tembok lebar, benteng yangpanjangnya 1 km, berbentuk empat persegi, tingginya 3,5 m, lebarnya 3 sampai 4 m. Di beberapatempat di benteng itu ada gang atau jalan untuk menyimpan senjata dan amunisi, Di keempatsudutnya terdapat bastion dengan lubang-lubang kecil dindingnya untuk mengintai musuh. Tigadari bastion itu saat ini masih dapat dilihat. Benteng Dui sebelah luar dikelilingi oleh parit lebardan dalam.

Kaitannya antara inovasi dalam keraton, kami mengangkat tema inovasi birokrasi dalamkeraton. Dalam pengertian ini inovasi menunjuk pada suatu proses kreativitas yaitu kombinasidari dua konsep atau lebih, sehingga melahirkan sesuatu yang baru yang sebelumnya tidakdiketahui oleh individu yang bersangkutan. Dalam pengertian ini inovasi, diartikan sebagai prosespengambilan dan internalisasi atau proses memasarkan ide-ide baru. Inovasi menurut Barnet(1953) adalah semua pemikiran, perilaku, atau hal-hal yang baru karena hal itu secara kualitatifberbeda dengan bentuk-bentuk yang telah ada. Menurut Zaltman, dkk, inovasi adalah semua ide,praktek-praktek atau artefak yang oleh individu-individu dalam masyarakat yang bersangkutandianggap baru. Zaltman, dkk. (1973 : 32) mengelompokkan inovasi dalam tiga kategori besaryaitu (1) Berdasarkan keberadaanya dalam sistem; (2) Berdasarkan pada fokus sasaran; (3)Berdasarkan pada hasil atau pengaruh inovasi.

Merujuk pada teori Zaltman, dkk. bentuk inovasi birokrasi pada keraton dalam kategorikesatu temasuk kategori inovasi yang tidak diprogramkan. Contohnya semenjak Negara KesatuanRepublik Indonesia berdiri dan Yogyakarta menyatakan diri menjadi bagian dari NegaraKesatuan Republik Indonesia, maka secara otomatis kedudukan Raja sebagai petinggi keratonYogyakarta merangkap sebagai gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini menyebabkandalam menjalankan pemerintahannya sebagai seorang gubernur dibantu oleh staf gubernur (dibawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia). Sedangkan dalam menjalankanpemerintahannya sebagai raja dalam lingkungan keraton, raja dibantu oleh abdi dalem.

Inovasi dalam kategori kedua yaitu inovasi struktural contohnya adanya pembagian pangkatdan golongan pada abdi dalem. Kedudukan abdi dalem di dalam keraton disamakan denganpegawai negeri, di mana mereka juga digaji sesuai dengan pangkat dan golongan mereka.Masing-masing bagian di kepalai oleh kepala bagian, yang bertanggung jawab penuh atas kinerjaanggota di bawahnya. Kinerja anggota dititik beratkan pada nilai-nilai kejawen, diantaranya tatakarma, sikap, tutur kata, perilaku, dan kepribadian yang mencerminkan orang Jawa yangsesungguhnya. Abdi dalem di dalam keraton dibagi menjadi dua belas kelompok, yang masing-masing kelompok bekerja dalam dua belas hari sekali. Gaji yang mereka terima disesuaikandengan pangkat dan golongan yang jumlahnya sangat sedikit. Berdasarkan informan yang kamiwawancarai, mengaku bahwa gaji beliau tidak seberapa, “seorang abdi dalem namung angsal gajisekawan ewu rupiah”. Menurut beliau gaji abdi dalem sekarang berbeda dengan gaji abdi dalempada saat pemerintahan Hamengku Buwono VIII. Pada saat pemerintahan Hamengku Buwono I-

Page 13: PERKEMBANGAN RUMAH JAWA - HAMAH SAGRIM-SAFCOM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

13J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

VIII gaji abdi dalem masih bisa untuk menghidupi keluarganya. Mereka bekerja sebagai abdidalem semarta-mata sebagai wujud pengabdian terhadap Sultan, dan untuk “nguri-uri” budayaJawa (melestarikan budaya Jawa).

Semenjak Hamengku Buwono VIII mangkat, terjadi perubahan yang besar dalam keratonyang mana bentuk perubahan tersebut dapat kita kategorikan dalam bentuk inovasi birokrasidalam keraton. Contohnya adalah dihapuskannya sistem upeti karena sudah terbentukkarisedenan-karisedenan di Surakarta dan tidak digunakannya Patih dalam keraton karena padamasa sekarang lebih mementingkan musyawarah mufakat dalam menyelesaikan setiappermasalahan (semua permasalahan ditangani langsung oleh Raja) sedangkan pada jaman dahulukekuasaan Raja adalah mutlak contoh yang lain adalah adanya perbedaan antara kegiatan rajayang dahulu dengan sekarang. Pada jaman dahulu, kegiatan raja semata-mata hanya di kerajaansedangkan kegiatan Raja pada jaman sekarang merupakan perpaduan antara kegiatan di kantorGubernuran dan kegiatan di keraton.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan radikal pada keraton mulaidari perubahan fungsi-fungsi pejabat-pejabatnya yang mengalami perubahan nama saja sampaipada adanya proses difusi dalam sistem pemerintahan yang mengalami percampuran denganNegara Kesatuan Republik Indonesia. Meskipun terjadi percampuran antara Negara Kesatuanrepublik Indonesia, diharapkan fungsi keraton sebagai pusat budaya Jawa tetap dijagakeasliannya sebagai pusat budaya Jawa.

3. Profile Berdirinya nDalem Ngadiwinatan SuryoputrannDalem Ngadiwinatan Suryoputran Yogyakarta, berdiri Pada tahun 1927, di daerah Alun-

alun Selatan, didirikan oleh SriS Sultan, yang semulanya ditempati oleh Pangeran, kemudianditempati oleh SMKI, sebelum tahun 1977, atau ± 1970-an. Kemudian ditempati Bidang Pemuda(BIMUD) Propinsi Daerah Iatimewa Yogyakarta, pada tahun 1990-an, setelah itu digantikan danditempati oleh Balai Pengembangan Pemuda Olahraga (BPPO) Propinsi Daerah IstimewaYogyakarta, pada tahun 2001-2009, setelah itu ditempati oleh Dinas Pendidikan, Pemuda danOlahraga Balai Pemuda dan Olahraga (BPO) Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada 2009 –sekarang, sebagai Perkantoran kerja.

4. Bentuk Bangunan nDalem Ngadiwinatan Suryoputrana. Macam Bentuk Atap

Bentuk atap nDalem adalah atap gabungan antaraatap limasan dan joglo, dimana atap Joglo beradadibagian tengah (central) dan diapit oleh atap limasandi sekeliling kiri, kanan, dan muka belakang.

Bentuk Joglo, sebagai penutup ruang bagiantengah. Dalam nilai rumah Jawa, bahwa ruang tengahatau ruang bagian dalam ini disebut dengan gedongan,dijadikan sebagai mihrab, tempat Imam memimpinsalat yang dikaitkan dengan makna simbolis sebagaitempat yang disucikan, sakral, dan dikeramatkan. Foto : 22. Bentuk atap nDalem

Page 14: PERKEMBANGAN RUMAH JAWA - HAMAH SAGRIM-SAFCOM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

14J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Gedongan juga merangkap sebagai tempat tidurutama yang dihormati dan pada waktuwaktu tertentudijadikan sebagai ruang tidur pengantin bagi anak-anaknya.

Fungsi ruang tengah kini difungsikan sebagairuang perkantoran staf Kepemudaan dan OlahragaPropinsi Daerah Istimewa Yogyakarta semenjak tahun2009-sekarang.

Rumah adat jawa tengah berbentuk rumah joglo,Sebuah bangunan joglo yang menimbulkan interpretasiarsitektur Jawa mencerminkan ketenangan, hadir diantara bangunan- bangunan yang beraneka ragam.Interpretasi ini memiliki ciri pemakaian konstruksiatap yang kokoh dan bentuk lengkung-lengkungan diruang per ruang.

Rumah adat joglo yang merupakan rumah peninggalan adat kuno dengan karya seninya yangbermutu memiliki nilai arsitektur tinggi sebagai wujud dan kebudayaan daerah yang sekaligusmerupakan salah satu wujud seni bangunan atau gaya seni bangunan tradisional.

Joglo merupakan kerangka bangunan utama dari rumah adat Kudus terdiri atas soko guruberupa empat tiang utama dengan pengeret tumpang songo (tumpang sembilan) atau tumpangtelu (tumpang tiga) di atasnya. Struktur joglo yang seperti itu, selain sebagai penopang strukturutama rumah, juga sebagai tumpuan atap rumah agar atap rumah bisa berbentuk pencu.

Pada arsitektur bangunan rumah joglo, seni arsitektur bukan sekadar pemahaman senikonstruksi rumah, juga merupakan refleksi nilai dan norma masyarakat pendukungnya. Kecintaanmanusia pada cita rasa keindahan, bahkan sikap religiusitasnya terefleksikan dalam arsitekturrumah dengan gaya ini.

Pada bagian pintu masuk memiliki tiga buah pintu, yakni pintu utama di tengah dan pintukedua yang berada di samping kiri dan kanan pintuutama. Ketiga bagian pintu tersebut memiliki maknasimbolis bahwa kupu tarung yang berada di tengahuntuk keluarga besar, sementara dua pintu di sampingkanan dan kiri untuk besan.b. Macam Bentuk Kolom

Bentuk kolom pada nDalem menggunakan kolomompak. Dengan bentuk hiasannya yang diambil dariurutan huruf arab: mim - ” ”, ha – “ ”, mim, dandhal – “ ” (mohamad) yang distilisasikan

sedemikian rupa sehingga berbentuk hiasan bermotifpadma, pada umpak, sebagai sitilisasi songkok padaumpak, menjadi motif sorotan pada tiang bangunan

Foto : 23. Bentuk kolom DalemSumber peneliti 2010

Gambar: 3. Proyeksi.Sumber Peneliti 2010

Page 15: PERKEMBANGAN RUMAH JAWA - HAMAH SAGRIM-SAFCOM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

15J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

nDalem, yang mana kesemuanya itu untuk mengagungkan kuasa Nabi Mohamad.Rangkaian huruf Arab: mim, ha, mim, dhal, serta huruf : ra, sin, wau, lam, aiif, lam, lam

dan ta simpul, dimaksudkan untuk menyebutkan : Mohammad Rasul Allah. Tulisan inidistilisasikan sedemikian rupa sehingga berbentuk hiasan dengan motif putri mirong pada tiang.

Kolom pada rumah nDalem berjumlah genap. Hal ini merupakan tata aturan dalammendirikan rumah adat Jawa. Bahwa setiap rumah adat Jawa, jumlah kolom bangunan harusgenap, tidak boleh ganjil. Kolom rumah nDalem tersebut disusun sesuai dengan titik sudut,sebagai keseimbangan.

Karena bangunan nDalem ini merupakan aliran arsitektur Jawa yang keseluruhannyamerupakan hasil dari ilmu pengetahuan dan kebudayaan Jawa, sehingga sistem keseimbangannyadibentuk dengan kolom yang genap, dengan 4 kolom utama sebagai struktur di tengah sebagaisoko guru.

Soko guru atau juga bisa disebut saka guru, kedua sebutan ini juga mempunyai makna yangsama.c. Macam Bentuk Bukaan

Foto. 25. Ruang Penyeimbang.Sumber peneliti 2010

Gambar. 4. Proyeksi ruangpenyeimbang – sumber peneliti.2010

Foto : 25. Bentuk Pintu kantor Foto : 26. Bentuk Pintu Kamar Mandi/WCSumber Peneliti 2010

Page 16: PERKEMBANGAN RUMAH JAWA - HAMAH SAGRIM-SAFCOM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

16J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Pintu, berbentuk memanjang vertikal dengan bahan pintu terbuat dari kayu. Setiap pintu,selain pintu kayu diluar, bagian dalamnya dilapisi dengan pintu kaca dengan bingkai dari kayu.

Pola bentuk pintu, berbentuk kotak, pada bagian atasmembentuk segi empat memanjang, sedangkan bagian bawaberbentuk segi empat pendek.

Jumlah keseluruhan pintu pada bangunan nDalemNgadiwinatan Suryo Putran; 16 buah, dengan bentukkanyang berbeda-beda, antara pintu pada ruang dalam bangunanberbeda dengan pintu di kamar mandi/wc, maupun sebuahpintu yang di bagian kiri bahannya terbuat dari kaca denganbingkainya dari kayu, pintu tersebut hanya berbeda daribahannya, namun bentuk tipenya menyerupai bentuk pintudalam bangunan lainnya.

Pada bagian atas pintu kamar mandi/wc, berbentukpelangi dengan ujung-ujungnya menyerupai anak panah, inimelambangkan pelangi dengan bagian sebelah menyebelahmenuju ke titik tertentu yang menghubungkan adanyakunjungan antara penguasa laut yang satu dengan penguasalaut yang lain.

Bentuk jendela yang asli pada bangunan nDalem iniadalah berbentuk segi empat memanjang, dengan bahanadalah bagian lapisan luar dengan bahan utama kayu, yangmana tidak tertutup semua, tetapi disusun dengan bercelah,dengan tujuan sebagai ventilase. Selain dibagian luar yangmemakai kayu, pada lapisan dalammya menggunakan bahankaca dengan bingkai dari kayu.

Total jendela pada bangunan pangeran nDalemNgadiwinatan Suryo Putran adalah; 8 buah, denganbentuknya yang sama, namun pada bagian sisi kanan, telahmengalami perubahan ketika terjadigempa, sehingga telah digantikanbahannya dengan kaca.

Pintu Gerbang utama ada satu buah.Letak pintu utama langsung berhadapandengan Jalan utama alun-alun selatan.Penutup pintu menggunakan kayu yang dirakit dengan baut sehingga kuat. Umurpintu ini seumur dengan umur bangunan,dan bahan-bahannya pun juga masih tetapawet hingga sekarang. Hanya sajaperawatannya yang selalu di cat, namunwarna cat yang dipakai tetap mengikuti

Foto : 27. Bentuk JendelaSumber Peneliti 2010

Foto : 28. Gerbang UtamaSumber Peneliti 2010

Foto: 29. Gerbang sayap kiri dan KananSumber peneliti 2010

Page 17: PERKEMBANGAN RUMAH JAWA - HAMAH SAGRIM-SAFCOM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

17J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

warna awal yang di pakai semenjak didirikan bangunan tersebut.Selain itu, dibagian sayap kiri dan kanan terdapat pintu gerbang. Pintu gerbang pada sayap

kiri dan kanan di apit dengan tembok yang dihubungkan langsung dari antara dinding bangunandan tembok pagar. Bahan pintu terbuat dari kayu jati. Semu pintu nDalem terdiri atas dua daunpintu yang berbentuk kupu tarung (kupu yang sedang kelai) jika dibuka. Kedua gerbang tersebutsalah satunya, yang terletak di sayap kanan telah mengalami perbaikan pasca gempa, sedangkangerbang pada sayap kiri tetap seperti bentuk terdahulu lengkap dengan daun pintu dan bahan-bahannya. Walaupun mengalami patahan pada bagian dindingnya, namun sudah diperbaiki/renovasi.

d. Macam Bentuk Ventilasi

Bentuk-bentuk ventilasi pada bangunan nDalem pangeran Ngadiwinatan suryoputran,membentuk lengkung, persegi empat dengan dihiasi bentukkan ornament, dan bergaris.e. Macam Bentuk Motif

1. Motif Dinding

Pada umumnya dinding nDalem Ngadi Winatan berbentuk polos, dan mengalami reliefpada bagian puncak atas yang berbatasan dengan plafond, dan batasan bawah dengan lantaidan pondasi, sedangkan bentuk yang lain dengan relief yang menonjol ke dalam denganberbentuk garis horizontal dan vertikal pada bagian bukaan (Pintu, Jendela, Ventilasi).

Foto : 30. Bentuk-Bentuk Ventilasi. Sumber Peneliti 2010

Foto : 31. Bentuk Motif Dinding. Sumber Peneliti-2010

Page 18: PERKEMBANGAN RUMAH JAWA - HAMAH SAGRIM-SAFCOM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

18J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

2. Motif KolomMotif-motif kolom ada yang polos dan ada yang bermotif. Kebanyakan kolom yang bermotif

pada bagian kaki, dengan berwarna kehitaman, umpak. Sedangkan pada bagian yang lain, dapatkita jumpai dibagian tengah dan bagian atas/kepala dengan warna putih.

3. Motif Langit-langit

Motif lagnit-langit didominasi oleh persegi empat untuk plafond ruang lainnya, yangdibatasi dengan gari-garis vertikal dan horizontal dan berbentangan dengan garis finis padabagian ujung dinding. Sedangkan pada ruang penyeimbang, bentuk plafondnya persegiempat yang diapit oleh Brunjung, motifnya berbentuk Bintang di bagian tengah sebagaisentral, dan dibagi dengan tumpang sari serta dikelilingi oleh garis dan motif bunga padaujung akhir 4 sisi. Bentuk ini terdiri atas dua plafond, yang mana pada bagian tengah dibagioleh penangkur, yang diukir berbentuk gugungan atau Kayon. Bentuk bintang tersebutmasing-masing yang berada dibagian kiri dilihat dari depan, tertuliskan tahun, sedangkanpada bagian kanan dituliskan huruf arab.

Foto : 32. Bentuk Motif Kolom. - Sumber Peneliti-2010

Foto : 33. Bentuk Motif plafond. - Sumber Peneliti 2010

Page 19: PERKEMBANGAN RUMAH JAWA - HAMAH SAGRIM-SAFCOM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

19J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

4. Motif Kuda-kuda

f. Macam Bentuk Ornament1. Ornament Langit-langit

Tidak semua langit-langit diberi ornament. Kita hanya dapat menjumpai ornamentpada langit-langit ruangpenyeimbang, yang ditutupidengan atap Joglo. Baik plafondmaupun brunjung, diberi ornament.

2. Ornament Tembok PagarOrnament pagar diistilasi dari

ragam hias semacam kaligrafi yangdiambil dari huruf Arab yangdirangkum menjadi wujud hiasanornament. Pada bagian temboknDalem, kita akan temukanornament yang berwujudkan bunga padma sebagai symbol 4 penjuru angin dan buahlabuh (labu) sebagai lambang kata Allah. Kata Allah diambil dari kata waluh atau

Foto : 34. Bentuk Motif Kuda-Kuda. Sumber Peneliti-2010

Foto : 35. Bentuk ornament plafond. Sumber Peneliti-2010

Foto : 36. Bentuk ornament Pagar.Sumber Peneliti-2010

Page 20: PERKEMBANGAN RUMAH JAWA - HAMAH SAGRIM-SAFCOM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

20J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

waloh yang sebutannya mirib seperti sebutan Allah dalam bahasa Arab. Hiasan tersebutditempatkan sebagai ujung pilar pada bangunan pagar (tembok) dilingkungan halamannDalem.

3. Ornament Gerbang

4. Ornament Kolom

5. Ornament Listplank

Foto : 37. Bentuk ornament Pintu. Sumber Peneliti-2010

Foto : 38. Bentuk ornament Koloum. Sumber Peneliti-2010

Foto : 39. Bentuk ornament listplank. Sumber Peneliti-2010

Page 21: PERKEMBANGAN RUMAH JAWA - HAMAH SAGRIM-SAFCOM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

21J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

g. Bahan – bahan Bangunan1. Bahan Atap

Bahan utama penutup atap nDalem Ngadiwinatan Suryoputran adalah Genteng, danditambahkan dengan atap senk pada bagian sosoran pematah sinar matahari dibagian jendeladan ventilasi.

2. Bahan DindingBahan dinding nDalem, menggunakan tembok yang tersusun dari bahan Bata, semen,

pasir, dan cor-coran.

3. Bahan Lantai

Foto : 40. Bahan Atap. Sumber Peneliti-2010

Foto : 41. Bahan Lantai. Sumber Peneliti-2010

Page 22: PERKEMBANGAN RUMAH JAWA - HAMAH SAGRIM-SAFCOM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

22J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

4. Bahan Plafond

B

Bahan plafond menggunakan kayu, pada ruang penyeimbang yang beratap Joglo,sedangkan pada bagian ruang lainnya menggunakan bahan plafond dari Triplek.

5. Bahan bukaan

Bahan bukaan pintu, Jendela dan Ventilasi, terdiri atas Kayu, Kaca dan beton. Untukpintu dan Jendela, menggunakan kayu dan kaca, sedangkan untuk ventilasi ada yangmenggunakan Beton dan ada yang menggunakan kaca.

h. Bentuk Bangunan nDalem Ngadiwinatan SuryoputranBentuk denah nDalem Ngadiwinatan Suryoputran adalah persegi empat memanjang.

Bentuk tata ruang terdiri atas dua belas (12) kamar yang kini digunakan oleh BPPO ProvinsiDaerah Istimewa Yogyakarta. Berikut lihat Pada Gambar Denah.

Foto : 42. Bahan Plafond. Sumber Peneliti-2010

Foto : 43. Bahan bukaan. Sumber Peneliti-2010

Page 23: PERKEMBANGAN RUMAH JAWA - HAMAH SAGRIM-SAFCOM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

23J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Foto: 44Tampak Samping Kiri

Foto: 45Tampak Belakang

Foto: 46Tampak Samping Kanan

Foto: 48Bentuk Ornament Pada

Sosoran Bagian Kiri

Gambar: Denah

Foto: 47Tampak Depan

Sumber: Peneliti, 2010Organisasi Ruang

1. Teras depan 8. Ruang Kepala2. Ruang tengah penyeimbang/ruang staf 9. Ruang Kabag. TU.3. Ruan sidang 10. Ruang Kasub. TU.4. Ruang staf kepala 11. Ruang Kepala Umum5. Ruang staf dan magang 12. Teras Belakang6. Ruang seksi pemuda dan olahraga 13. Teras Kanan7. Rung Kepala Pemuda dan Olahraga 14. KM/WC

B. ARSITEKTUR RUMAH RAKYAT1. Rumah Rakyat Bentukkan Joglo

Bangunan rumah tradisional Jawa termasuk diklasifikasikan sesuai dengan stratifikasikedudukan. Pada bagian awal, telah kita bahas tentang rumah nDalem Ngadiwinatan Suryoputran,

Page 24: PERKEMBANGAN RUMAH JAWA - HAMAH SAGRIM-SAFCOM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

24J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

sebagai bangunan kelas menengah. Berikut ini kita akanuraikan bangunan rumah tradisional Jawa khusus hunianrakyat biasa.

Perbedaan utama pada bangunan rumah rakyat biasadan rumah hunian bagi strata menengah sebagai berikut:Tata ruang lebih banyak untuk rumah strata menengah,bentuk dan ukuran bangunan lebih besar untuk rumahmenengah, untuk bangunan strata menengah lebihkomplit dan elit dibanding dengan rumah rakyat, jenisdan mutu bahan bangunan untuk rumah strata menengahlebih mahal dibanding rumah rakyat biasa.

Rumah ini berlokasi di jl. Laksda Adi SuciptoYogyakarta berfungsi sebagai tempat menyimpankoleksi barang-barang antik yang salah satunya terlihatdidepan rumah tersebut yaitu lesung.

Rumah ini didirikan tahun 2007 dengan menyusunbeberapa elemen dari berbagai rumah yang ditatasedemikian rupa sehingga menjadi utuh dan membentuksebuah rumah dengan gaya klasik jawa.

Hal ini dapat dilihat dari perbedaan secara visualantara tiang yang berada diteras dengan dinding bagiandepan. Terlihat dengan jelas bahwa usia kayu tersebutterpaut jauh.

Demikian juga jika dilihat dari bentuk lisplanknyamenunjukkan perbedaan waktu pembuatannya, karenalisplanknya terlihat lebih using dibandingkan dengan dinding bagian depan rumah.

Foto 49. Bangunan Rumah RakyatBiasa - Sumber Peneliti - 2011

Foto : 51. Tampak Kontradiksi antarabangunan Tradisional dengan

moderen – Sumber data Peneliti - 2010

Foto 52. KonstruksiPengaku dan ukiran –

Sumber data Peneliti 2011

Foto 53. Kolum dan Ukiran– Sumber data Peneliti 2011

Foto 54. Pedestal –Sumber data Peneliti 2011

Page 25: PERKEMBANGAN RUMAH JAWA - HAMAH SAGRIM-SAFCOM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

25J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Rumah berikut ini terletak di Jl. NgeksigondoYogyakarta Dibangun sekitar tahun 1921. Seluruhkayu yang dipakai Adalah kayu jati dengan Kualitasyang sangat bagus. Terbukti meskipun usianya Sudah90 tahun namun rumah tersebut tetap kokoh. Langgamarsitektur jawa Sangat kental terlihat pada bentuk atapjoglo dan ornamen-ornamen yang ada pada tiang danbubungan atap. Jika diperhatikan ornamen pengakupada tiang hampir sama dengan ornamen pada tiangrumah yang berada di Jl. Laksda Adi Sucipto.Kemungkinan ornamen seperti itu sedang populer padajamannya.

Menurut pemiliknya, rumah ini sudah dihuni olehtiga gnerasi dan belum pernah mengalami renovasi yang berarti termasuk saat terjadi gempa tahun2006. Berdasarkan survey memang rumah kayu lebihtahan terhadap gempa dibanding dengan rumah yangterbuat dari batu bata.

Dinding dari kayu jati dibiarkan tanpa finishing catmaupun politur. Lantai rumah dibiarkan terbuat dari tanah tanpa penyelesaian layaknya rumah-rumahpada masa sekarang yang kebanyakan menggunakan perkerasan.

Tumpang sari yang bersusun tujuh trap dengan ukiran terbuat dari kayu jati dan sudah dipolitur.Biasanya jumlah susunan tumpang sari dapat menunjukkan status sosial dari pemiliknya. Semakinbanyak susunannya maka semakin kaya pemiliknya.

Foto : 56. Bentuk arsitektur Jawa yangkental. Lihat atap – sumber peneliti 2011

Foto. 57. Dinding dari Kayu Jati.Sumber data penelti - 2011

Foto. 58. Tumpang Sari pada Langit-Langitdengan ukiran. Sumber data peneliti, 2011

Page 26: PERKEMBANGAN RUMAH JAWA - HAMAH SAGRIM-SAFCOM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

26J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

2. Rumah Rakyat Berbentuk LimasanRumah tinggal ini terletak di Dukuh Kledokan Desa Catur tunggal Kecamatan Depok

Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Menurut pemiliknya, Bapak Sumarto, rumah ini didirikan pada tahun1956 dan telah mengalami perbaikan dua kali. Yangpertama adalah pada tahun 1972 perbaikan terhadapdinding yang terbuat dari anyaman bambu.Mengingat anyaman bambu jika dipakai untukdinding luar dan tidak diberi pengawet akan cepatrusak.

Perbaikan yang kedua yaitu pada tahun 2006saat gempa melanda Yogyakarta. Perbaikan yangkedua kalinya meliputi dinding dan usuk serta rengyang semuanya terbuat dari bambu. Tidak terdapatornamen-ornamen khusus pada rumah inidikarenakan pemiliknya menjaga keaslian daribentuk semula yang mempunyai arti sejarah yangsangat berkesan ketika rumah tersebut masih dihunibersama orang tua Bapak Sumarto. Disamping rumahterdapat tambahan ruangan dengan inding seng untuk dijadikan dapur dan kamar mandi. Bentukatapnya limasan, kuda- kuda pelana. Konstruksi utama terbuat dari kayu jati dan kayu glugu.

Bentuk arsitektur tradisional Jawa semacam ini, kebanyakan ditemukan di desa-desa danpemiliknya adalah masyarakat yang tergolong ekonomi lemah, atau kadang disebut sebagaimasyarakat miskin dan masyarakat kampong. bentuk-bentuk bangunan khas Jawa yang kental, tidakdijumpai pada wajah tata ruang kota, akan tetapi kebanyakan tersembunyi dibalik cengkeraman dankemegahan gedung-gedung bergaya asing yang berdiri megah mendominasi wajah perkotaan di Jawa.

Mungkin sebaiknya konsep penataan ruang Jawa harus menampilkan sebanyak-banyaknya citraJawa dengan arsitektur Jawa. Walaupun kelihatannya terlambat, namun setidaknya di daerah-daerahperkampungan yang baru beranjak menuju perkembangan, sudah harus diterapkan konsep ini sebagaifondasi awal menuju daerah pemerdekaan karakter sendiri yang diharapkan menambah citrakejawaan.

Disadari bahwa, semakin manusia berkeinginan untuk maju, disaat itulah ia mulai melakukan hal-hal yang menunjukkan kemajuannya. Masyarakat Jawa kini sedang dan sudah dalam proses semacamini. Oleh karena itu, maka terjadilah perubahan dalam perkembangan berarsitektur mereka. OrangJawa sudah melakukan sedikit demi sedikit perubahan, dan kelihatan jelas pada arsitektur yang begituterlupakan. Dengan kecenderungan ingin mengikuti gaya hidup bangsa lain terutama gaya hidupkebarat-baratan, maka kehidupan sosial budaya masyarakat Jawa kini dalam proses Penetrasian.Secara Sadar dan tidak sadar, hal ini sedang berjalan dan sedang menyusup masuk kedalam jantungsosial budaya Jawa, dan kelihatannya sudah merasuki pemikiran masyarakat Jawa sebagai ManusiaJawa yang berkarakter Jawa sedang mengalami penurunan hakekat Kejawaannya. Ini akan berakibatpada kehilangan bentuk dan gaya, baik bagi masyarakat Jawa maupun masyarakat tradisional lainnyadi Nusantara bahkan suku bangsa di benua lainnya. Untuk perkembangan arsitektur Jawa, lihatperkembangan dan perubahannya pada analisis berikut.

Foto. 59. Rumah Rakyat BentukLimasan – Sumber data Peneliti 2011

Page 27: PERKEMBANGAN RUMAH JAWA - HAMAH SAGRIM-SAFCOM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

27J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Perkembangan Bentuk-bentuk arsitektur tradisional Jawa dan perubahansumber analisis peneliti 2011

Foto 60: Bentuk Asli Rumah Joglomenggunakan bahan Kayu

Foto 61: Bentuk Transisi Rumah Joglo.Mengalami perubahan pada bahan, warna

dan tata ruang.

Foto 62: Bentuk ModerenRumah Joglo. Mengalami

Perubahan pada bahan bangunandari kayu dan warna tradisionalmenjadi bentuk yang inofatif.

Foto 63: Bentuk Asli Rumah Limasanmenggunakan bahan Bambu (gedeg)

Foto 65: Bentuk ModerenRumah Limasan. Mengalami

Perubahan pada bahanBangunan dari kayu dan warnatradisional menjadi bentuk yang

inofatif

Foto 64: Bentuk Transisi Rumah Limasan.Mengalami perubahan pada bahan, warna

dan tata ruang.

PERKEMBANGANARSITEKTUR

TRADISIONAL JAWA

Page 28: PERKEMBANGAN RUMAH JAWA - HAMAH SAGRIM-SAFCOM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

28J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

DAFTAR PUSTAKA

Atmadi, P. 1979. Beberapa patokan perencanaan bangunan candi. Yogyakarta: Universitas gajah Mada,Disertasi, Fakultas Teknik, 1984. Apa yang Terjadi Pada Arsitektur Jawa. Yogyakarta: LembagaJavanologi. Dakung, S. 1981. Arsitektur tradisional daerah Istimewa Yogyakarta. ProyekInventarisasidan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. Jakarta: Departemen Pendidikan danKebudayaan.

Eliade, M. 1959. The Sacred and the Profane.The nature of the religion. Diterjemahkan olehWillard R.Trask.A. New York: Harvest Book, Harcourt, Brace& World,Inc.

Hamzuri, ......., Rumah tradisional Jawa. Proyek Pengembangan Permusiuman DKI. Jakarta: DepartemenPendidikan dan kebudayaan.

Ismunandar, K.R. 1986. Joglo,Arsitektur rumah tradisional Jawa. Semarang: Dahara Prize. Lombard, D.1999. Nusa Jawa: Silang budaya, warisan kerajaan-kerajaan konsentris.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Munitz, M.K. 1981. Space, Time and Creation: Philosophical aspects of scientific cosmology.

New York: Dover.Priyotomo, J. 1984. Ideas and forms of Javanese Architecture. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.Santosa, R.B. 2000. Omah, membaca makna rumah Jawa. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.Selosumarjan. 1962. Social changes in Yogyakarta. Ithaca: Cornell University Press.Suseno, M.F. 1984. Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup Orang Jawa.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Setiawan, A.J. 1991. Rumah tinggal orang Jawa;Suatu kajian tentang dampak perubahan wujud arsitektur

terhadap tata nilai sosial budaya dalam rumah tinggal orang Jawa di Ponorogo. Jakarta:Universitas Indonesia, Tesis.

Berke, D. (1997). Thoughts on The Everyday. Dalam Steven Harris dan Deborah Berke (Ed.),Architecture of The Everyday. New York: Princeton Architectural Press.Harris, S. (1997). Everyday Architecture. Dalam Steven Harris dan Deborah Berke (Ed.), Architectureof The Everyday. New York: Princeton Architectural Press.Wigglesworth, S. & Till, J. (1998). The Everyday and Architecture. Architectural Design.Fausch, D. (1997). Ugly and Ordinary: The Representation of the Everyday . Dalam Harris, S. danBerke, D. (Ed.), Architecture of the Everyday. New York: Princeton Architectural Press.Harris, S. (1997). Everyday Architecture. Dalam Harris, S. dan Berke, D. (Ed.), Architecture of theEveryday. New York: Princeton Architectural Press.Lefebvre, H. (1997). The Everyday and Everydayness. Dalam Harris, S. dan Berke, D. (Ed.),Architecture of the Everyday. New York: Princeton Architectural Press.Catanese, A. J. & Snyder, J. C. (1991). Pengantar Arsitektur. Jakarta: Penerbit ErlanggaO’Gorman, J. F. (1997). ABC of Architecture. Philadelphia: University of Pennsylvania Press.

Page 29: PERKEMBANGAN RUMAH JAWA - HAMAH SAGRIM-SAFCOM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

29J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Rasmussen, S. E. (1964). Experiencing Architecture. Cambridge: The MIT Press.Shepheard, P. (1999). What is Architecture? Cambridge: The MIT Press.Wigglesworth, S. & Till, J. (1998). The Everyday and Architecture. Architectural Design.Berke, D. (1997). Thoughts on The Everyday. Dalam Steven Harris dan Deborah Berke (Ed.),Architecture of The Everyday. New York: Princeton Architectural Press.Harris, S. (1997). Everyday Architecture. Dalam Steven Harris dan Deborah Berke (Ed.), Architectureof The Everyday. New York: Princeton Architectural Press.Wigglesworth, S. & Till, J. (1998). The Everyday and Architecture. Architectural Design.http://juanfranklinsagrim.blogspot.comhttp://www. Hamah.socialgo.comGoogle terjemahan bebas, tentang kebudayaa, arsitektur, kota.

Page 30: PERKEMBANGAN RUMAH JAWA - HAMAH SAGRIM-SAFCOM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

30J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

TENTANG PENULIS

Juan Frank Hamah Sagrim, Lahir di lembah perbukitan Hamah Yasib,Kampung Sauf, Distrik Ayamaru, Kabupaten Maybrat, Papua Barat, pada06 April 1982. Ayah Nixon Sagrim (alm) dan Ibu Marlina Sagrim/Sesa.Orang tua bekerja sebagai Penginjil di lingkungan Klasis GKI Maybrat,dan tenaga Medic Klasis GKI Maybrat. Hamah adalah anak Kedua dariempat Bersaudara, (Jeremias, Daud Itas, dan Desi Sah Bolara).Pendidikan: SD Bethel Sauf, SLTP N1 Ayamaru, SMA YPK 1Ebenhaezer Sorong. Melanjutkan Kuliah di Institut Teknologi Adhi TamaSurabaya “ITATS” Jurusan Teknik Arsitektur, pindah danMelanjutkannya di Universitas Widya Mataram Yogyakarta, 2006, padaJurusan yang sama. Aktivitas Ekstra: Menjadi Tutor Pelatihan Mengetik10 jari bersama Missionaris Jerman Tn. Hesse dkk. Di wilayah Maybrat,Imian, Sawiat, Tehit, thn.2000. Sekretaris Ikatan Mahasiswa Papua se-Jawa timur Surabaya, 2004, Menjabat Ketua Ikatan Mahasiswa Papua se-Jawa Timur 2005. Anggota Ikatan Arsitektur Asia Pacific 2003. Anggota Gerakan MahasiswaNasional Indonesia (GMNI) 2004. Team Perumusan Metode Belajar Mengajar Nusantara bersamaDirjen Pendidikan Tinggi RI 2006. Menjabat Koordinator Mahasiwa Arsitektur Asia Pacific Rayon IIIndonesia Bagian Tengah DIY 2006-2008. Anggota Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI)2008. Menjabat Ketua Asrama Mahasiswa Papua 2008. Menjabat Direktur Program Lembaga StudyPapua (LSP) 2007-2008. Anggota Luar Biasa University Harytake program UNESCO 2007-2008.Menjabat Sekretaris Umum Lembaga Intelektual Tanah Papua 2009-sekarang. Peneliti Tamu bidanglintas Budaya (researcher of cross culture) pada Yayasan Pondok Rakyat (YPR) DIY 2008-2009.Civitas Yayasan STUBE-hemat Yogyakarta 2007-sekarang. Tenaga Pengarah kerja padaperkumpulan seniman rantau di Yogyakarta 2009-sekarang. Agen Informan GRIC dan Pax Roman2008-2010. Anggota International Working Group (IWG) for Asia Africa to Globalization 2009-sekarang. Staf Ahli pada Team Peneliti dan Pemerhati Arsitektur Tradisional Nusantara UWMY,2010. Peneliti Lepas dan Penulis. Ketika Menulis Buku ini, masih aktif Sebagai MahasiswaUniversitas Widya Mataram Yogyakarta. Berkeinginan besar sebagai Peneliti dan Ilmuwan Muda.Beberapa Karya Tulis adalah:

• Makalah Ilmiah “ Kajian Tentang Keterkaitan Seni BudayaEtnic Negro Melanesoid Papua Dan Negroid Afrika”, 2009.

“Karya ini merupaka karya yang luarbiasa baginya daripada karya yang lain”Karya yang sudah diterbitkan adalah:

Page 31: PERKEMBANGAN RUMAH JAWA - HAMAH SAGRIM-SAFCOM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

31J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

HISTORY OF GOD IN TRIBALS RELIGIONKISAH TUHAN DALAM AGAMA SUKU

RAHASIA THEOLOGIA TRADISIONAL SUKU MAYBRAT IMIAN SAWIAT PAPUAWiyon-wofle

DIPARALELKAN DENGAN ALKITABBeberapa karya Tulis yang belum diterbitkan adalah:1. Arsitektur Tradisional suku Maybrat Imian Sawiat Papua “Halit-Mbol Chalit” dalam

Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Dengan Usulan Konsep Desain dari Bentuk Tradisionalke Bentuk Moderen. “sebagai suatu kajian ethno arsitektur”.

2. Sistem Kepemimpinan dan sistem Politik tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat “Ra Bobot-NaBobot-Big Man” dan Pengaruh Wanita Maybrat, Imian, Sawiat, Terhadap Lingkungannya .

3. Menyelamatkan Hutan Adat Papua Sebagai Suplai Oksigen Terbesar Dunia, dengan usulankonsep dan rekomendasi agar dalam pernyataan Protokol Kyoto mencanangkan pola penanganantata laksana lingkungan hidup untuk mengatasi Global warming dengan sistem communal.

4. Mengapa Orang Papua Diprediksikan akan Punah Pada tahun 2030?5. Tata Bahasa Maybrat. Disusun Dalam Bahasa Indonesia – Inggris –Maybrat.6. Penuntun Untuk Berpikir Bijaksana “The Bigest Thingking”.7. Bamboo in the socio cultural living society of Java - Kegunaan Bambu dalam kehidupan sosial

budaya masyarakat Jawa8. Teori Arsitektur Maybrat, Imian, Sawiat9. Pengaruh Arsitektur Terhadap Fenomena Lingkungan Alam10. Pendidikan Tradisional Wanita Maybrat, Imian, Sawiat - “Finya mgiar”.

Kini sedang mempersiapkan penyusunan buku barunya, yaitu:1. ENCYCLOPEDIA ADAT ISTIADAT BUDAYA MAYBRAT

2. KAMUS BAHASA MAYBRAT

Makalah-makalah kajian lain adalah:1. Menguak Imunity Rasial Diskriminasi Terhadap Orang Papua (Makalah Konferensi Asia-

Afrika) disampaikan pada “International Conference of 55th. Asia – Africa Sustainabelity”,Thaksin University-Mindanao, Moro, Philipines; March, 2009; UI Depok Jakarta, Oktober, 2009.

2. Benturan budaya lokal negara non kapitalisme dengan budaya global negara kapitalisme(Makalah Simposium) – disampaikan pada “Simposium nasional”. Kebudayaan dankeeksistensian local wosdom sebagai tatanan bangsa, UGM, Yogyakarta, Juni, 2008.

3. Pandangan Kontemporer Papua tentang keindonesiaan (Makalah Dialog) - disampaikan pada“Dialog Nasional, Ketahanan Negara”, UC UGM, Yogyakarta, July, 2010.

4. Usaha Melepaskan Papua Dari Cengkeraman Asing (Makalah Seminar Nasional)- disampaikanpada “ National Seminary”, UPI Bandung, September, 2009.

5. Penyusunan Metode Belajar Mengajar Nusantara Bersama DIKTI, (Makalah Pembelajaran,Student Equity), Quality Hotel Yogyakarta April, 2006.

Page 32: PERKEMBANGAN RUMAH JAWA - HAMAH SAGRIM-SAFCOM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

32J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

6. Peran Pemuda Dalam Memajukan Bangsa (Makalah Dialog), disampaikan dalam “DialogPemuda Nasional Regional II Indonesia Bagian Tengah”, Gedung Negara Gubernur Yogyakarta,Oktober, 2006.

7. Apa Peran Gereja di Tengah Pergolakan Umat Manusia di Tanah Papua (Makalah Diskusi),disampaikan dalam “Saresehan LITP”, Pogung Rejo Yogyakart, September, 2010.

8. SAVING EARTH’S HAS INTEGRAL LIFE SYSTEM: Can Asian-African Visions RescueBiodiversity from the West-born Globalization? (Makalah Konferensi) disampaikan dalam“Comemoration 55th. Asia-Afrika Conference”, Yogyakarta Indonesia, October, 25-27, 2010 -Rabat Moroco 23-25 Nopember, 2010.

9. Indegenous People In Papua and Asia Religion: DIVERSITY IN GLOBALIZED SOCIETY.(Makalah Konferensi) disampaikan dalam “The Role of Asia and Africa for a SustainableWorld 55 Years after Bandung Asian-African Conference 1955. Asia – Africa Summit,Yogyakarta-Molucas Nopember, 2010.

10. Kajian Kritis Tentang Pasar Bebas dan Pengaruhnya terhaap Ketahanan Negara nonKapitalisme. Kliping Pribadi, 2009

11. Pendidikan Zaman Pendudukan Bangsa Asing di Papua. Kliping Pribadi, 2010.12. Pranata Kehidupan Negara Berkembang. Kliping Pribadi, 2009.13. Struktur Fungsional Dominasi Budaya Kapitalisme. Kliping Pribadi, 2008.14. Memaknai Arsitektur Nusantara Sebagai Kearifan Lokal Di Era Globalisasi. Kliping Pribadi,

2010.15. Difusi Ajaran dan Pemikiran Kristen Dalam Konstelasi Kristen di Tehit, Maybrat, Imian,

Sawiat, Papua. Kajian sejarah. Kliping Pribadi, 2007.16. Evolusi Pemikiran Pembangunan. Kliping Pribadi, 2007.17. Kajian Kritis Tafsiran Yesus Kristus – Isa Almaseh dari Alkitab dan Al-Quran. Kliping

Pribadi, 2009.18. Refleksi Kehidupan Masyarakat Plural Moderen dan Majemuk Papua. Kliping Pribadi, 2010.19. Sejarah-Sejarah Alkitab dan yang berkaitan dengan Kejadian dalam Alkitab. Kliping Pribadi,

2008.20. Transisi Masyarakat Tradisional Indonesia. Kliping Pribadi, 2009.21. Teori konvergensi dan Pertumbuhan Ekonomi. Kliping pribadi, 2007.22. Arsitektur Tradisional dalam RENSTRA Pengembangan tata ruang kota berbasis kebudayaan

lokal. Kliping pribadi, 2008.23. Usulan teori dalam berarsitektur; Rasionansi Arsitektur, dan Empirisme arsitektur.

Kliping Pribadi, 2011.