perkembangan desain perhiasan cincin di pt untung …digilib.isi.ac.id/6084/4/jurnal.pdf · 2020....
TRANSCRIPT
Productum: Jurnal Desain Produk (Pengetahuan dan Perancangan Produk)
Vol x No x Juli-Desember 20xx xxx-xxx
ISSN 2477-7900 (printed) | ISSN 2579-7328 (online)
PERKEMBANGAN DESAIN PERHIASAN CINCIN
DI PT UNTUNG BERSAMA SEJAHTERA (UBS)
PADA KURUN WAKTU 2013 – 2019
Annisa Pramahadi*
Program Studi Desain Produk, Institut Seni Indonesia (ISI), Yogyakarta, Indonesia
ABSTRACT
This research aims at describe the development of ring jewellery in one of big jewellery company in Indonesia, that is PT
Untung Bersama Sejahtera (UBS) in the time between 2013-2019. Then explain the factors that influence the development of
ring jewellery, the process of ring production in PT UBS, and what aspect of design that influence in the development of ring
a long the year of 2013 until 2019. The data all collected through observation, interview, documentation (document
study/archive), and literature study. The research result shows that along the year 2013-2019, the designer in UBS always
tried to develop new ring design because driven by economic, technological, and skill factors. All visual and aesthetic aspects
on the ring manufactured very well according to design principles. Groups of ring product use a lot of for: geometrical,
circular, straight and so on. The placement of blank space to add the impression of convenience and wide, long with object size to be accented to create contrast and accentuation the visual object within a design.
Keywords: Gold Jewellery, ring, jewellery industry
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan perhiasan cincin di salah satu perusahaan perhiasan besar di
Indonesia yaitu PT Untung Bersama Sejahtera (UBS) pada kurun waktu 2013-2019. Kemudian menjelaskan faktor – faktor
yang mempengaruhi perkembangan perhiasan cincin, proses produksi cincin di PT UBS dan aspek desain apa saja yang
mempengaruhi pada perkembangan cincin selama 2013-2019. Data diperoleh dengan menggunakan observasi, wawancara,
dokumentasi (studi dokumen/arsip), dan studi pustaka.
Hasil penelitian menunjukkan pada tahun 2013-2019 desainer di UBS selalu berusaha mengembangkan desain-desain cincin
terbaru karena didorong oleh faktor ekonomi, teknologi, dan keterampilan. Semua aspek rupa dan estetika pada cincin diolah
dengan baik sesuai dengan prinsip desain. Kelompok produk cincin di UBS banyak menggunakan aspek bentuk geometris,
garis-garis lengkung, lurus, dan lainnya, penempatan bidang kosong untuk menambah kesan nyaman dan lapang serta ukuran
objek yang mau ditonjolkan untuk menciptakan kontras dan penekanan kepada objek visual yang ada dalam sebuah desain.
Kata Kunci: Perhiasan Emas, Cincin, Industri Perhiasan
* Corresponding author Tel : +0-000-000-000 ; fax +0-000-000-000 ; e-mail : author@______.xxx.
Productum: Jurnal Desain Produk (Pengetahuan dan Perancangan Produk)
Vol x No x Juli-Desember 20xx xxx-xxx
ISSN 2477-7900 (printed) | ISSN 2579-7328 (online)
A. Pendahuluan
Sebelum tahun 2013 industri perhiasan masih memiliki
beberapa kendala untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki. Namun pada tahun 2013 terdapat peningkatan nilai
produksi dari tahun 2012 berjumlah Rp 2.801.964.099
menjadi Rp 8.780.058.515 (http://www.kemenperin.go.id,
akses 25 April 2019). Hal ini terus berlanjut hingga 2017, kapasitas produksi industri perhiasan secara nasional
meningkat 80 persen. Sektor industri perhiasan akan terus
dikembangkan karena berorientasi ekspor dan mempunyai
daya saing yang kuat.
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia
(http://www.kemenperin.go.id, akses 25 April 2019)
mengungkapkan dalam artikelnya:
Berdasarkan data tahun 2015, jumlah unit industri
perhiasan dan aksesoris di dalam negeri mencapai 36.636
perusahaan dengan nilai produksi sebesar Rp10,45 triliun.
dan menghasilkan devisa melalui ekspor sebesar USD3,31 miliar. Sementara itu, nilai ekspor produk perhiasan
Indonesia ke dunia periode 2011- 2016 menunjukkan tren
peningkatan sebesar 16.85 persen.
Peningkatan yang terjadi di industri perhiasan pada tahun
2013-2019 mendorong penulis untuk meneliti
perkembangan yang terjadi salah satunya adalah faktor -
faktor yang mempengaruhi perkembangan industri
perhiasan. Perhiasan dengan bahan baku yang baik
kemudian dikemas dengan desain yang bagus akan
meningkatkan penjualan produk. Desain perhiasan perlu
pemahaman aspek–aspek dan prinsip dasar desain. Bagaimana cara membuat perhiasan yang indah, menarik
perhatian dan sesuai dengan karakter pemakainya karena
desain perhiasan berbicara secara visual (Lydia Syanti Dewi,
2010:54). Desain adalah wahana pembantu untuk
melaksanakan inovasi pada berbagai kegiatan industri dan
bisnis. Uraian tersebut menjadi alasan penulis meneliti
perkembangan dalam aspek desain yang terjadi pada kurun
waktu 2013-2019.
Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri
perhiasan emas adalah PT Untung Bersama Sejahtera (UBS)
yang berlokasi di Surabaya, Jawa Timur. UBS telah
menghasilkan berbagai macam produk perhiasan sejak tahun 1981 termasuk cincin. PT UBS sudah menghasilkan ribuan
model cincin yang beragam untuk jenis – jenis cincin yang
berbeda-beda seperti: cincin wanita, pria, kawin, anak, dan
lainnya. Direktur Utama PT UBS, Eddy Susanto Yahya
mengatakan, industri perhiasan merupakan sektor padat
karya, teknologi, dan inovasi. Selain berhasil memasuki
pasar nasional, PT UBS juga melakukan ekspor produknya
ke negara – negara antara lain; Hongkong, Dubai, Amerika
Serikat, dan Italia.
Penulis memilih PT UBS sebagai subjek penelitian
karena PT UBS terbukti sudah 37 tahun dan masih terus menghasilkan desain – desain perhiasan yang inovatif dan
mampu bersaing di pasar nasional maupun internasional.
Produk – produk PT UBS terutama cincin yang sekaligus
menjadi objek penelitian, sudah menghasilkan kurang lebih
2000 variasi model yang berbeda – beda. Selain itu cincin
produksi PT UBS memiliki jenis yang bermacam – macam
seperti; cincin wanita, pria, anak – anak, berlian, nikah, dan
lainnya.
Tema pada penelitian ini adalah tema estetik, dengan lingkup permasalahan yang berhubungan dengan antisipasi
tren pasar dan pengembangan penggayaan (Sachari,
2005:37). Setiap penelitian mempunyai tujuan dan
kegunaan tertentu. Secara umum tujuan penelitian ada tiga
macam yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian, dan
pengembangan. Pengembangan berarti memperdalam dan
memperluas pengetahuan yang telah ada (Sugiyono,
2012:3). Penelitian ini dilakukan untuk mengamati sejarah
suatu objek secara kritis agar kemudian dapat memberi
masukan, koreksi, analisis ataupun mendeskripsikan
penggalan – penggalan sejarah tertentu yang bermakna
kajian ilmu desain (Sachari, 2005: 45).
B. Bahan dan Metode Kajian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu
objek, suatu set kondisi, ataupun suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang (Nazir, 1983:54). Creswell dalam Sudaryono
(2017:82) mendefinisikan penelitian deskriptif adalah
metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan
menginterpresentasikan objek apa adanya. Pendekatan
kualitatif menggunakan strategi prosedur penelitian yang
sangat fleksibel dan menggunakan rancangan penelitian terbuka (emergent design) yang disempurnakan selama
pengumpulan data.
Penelitian kualitatif mempunyai berbagai jenis, termasuk
studi dokumen/teks (Document Study) dan studi historis
(Historical Research). Studi dokumen merupakan kajian
yang menitik beratkan pada analisis atau interpretasi bahan
tertulis berdasarkan konteksnya. Bahan bisa berupa catatan
yang terpublikasikan, buku teks, surat kabar, majalah,
catatan harian, dan sejenisnya (Agustinova, 2015:27). Studi
historis yakni meneliti peristiwa-peristiwa sejarah yang
direka ulang dengan menggunakan sumber data primer kesaksian dari pelaku sejarah yang masih ada, kesaksian
sengaja dan tidak sengaja berupa catatan dan dokumen.
Penelitian historis merupakan bentuk penelitian yang
memiliki tujuan untuk menggambarkan fakta dan menarik
kesimpulan atas kejadian masa lalu.
Kothari dalam Agustinova (2015:30) mengategorikan
jenis penelitian histori ke dalam dua pendekatan, salah
satunya adalah pendekatan perspektif. Pendekatan ini
mempelajari kegiatan/agenda masa lampau sampai
sekarang. Salah satu ciri khas penelitian historis adalah
periode waktu: kegiatan, peristiwa, karakteristik, nilai-nilai kemajuan bahkan kemunduran dilihat dan dikaji dalam
konteks waktu.
Berdasarkan fungsinya, penelitian ini termasuk ke
penelitian terapan (applied research) yang berfungsi
menghasilkan pengetahuan untuk mencari solusi tentang
masalah-masalah dalam bidang tertentu. Penelitian terapan
dibagi menjadi tiga macam, salah satunya adalah penelitian
dan pengembangan, yang bertujuan mengembangkan
Penulis Pertama, Penulis Kedua, dan Penulis Ketiga
Template untuk penulisan Jurnal Productum Desain Produk ISI Yogyakarta
2
produk agar mempunyai kualitas lebih tinggi (Sudaryono,
2017:78)
Sudaryono (2017:81) mengemukakan berdasarkan sifat
dan tujuannya, ada tiga jenis data salah satunya adalah
penelitian arsip (archival research). Penelitian arsip adalah
penelitian terhadap fakta tertulis (dokumen) atau berupa
arsip data. Dokumen arsip yang diteliti berdasarkan
sumbernya berasal dari internal, yaitu PT UBS dan data eksternal yaitu publikasi data yang didapat melalui orang
lain
1. Lokasi Penelitian
Untuk mendapatkan data primer terhadap objek yang
diteliti, maka penentuan lokasi penelitian adalah subjek
penelitian itu sendiri yaitu PT Untung Bersama Sejahtera
(UBS) yang terletak di Jl. Kenjeran No.395-399, Gading,
Kec. Tambaksari, Kota Surabaya, Jawa Timur. Penentuan
lokasi sudah melalui berbagai pertimbangan yang juga
menjadi latar belakang pengkajian skripsi ini, yaitu:
a. Peneliti mempertimbangkan biaya, waktu, dan tenaga yang dibutuhkan dan lokasi tersebut
terjangkau.
b. Peneliti sudah melakukan observasi sebelumnya
saat Kerja Profesi (KP) dan tertarik untuk meneliti
cincin yang diproduksi di UBS yang juga menjadi
subjek dalam penelitian ini.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Menurut Sugiyono (2014:216) dalam penelitian kualitatif
tidak menggunakan istilah populasi, tetapi menggunakan
istilah ‘social situation’ atau situasi sosial yang terdiri dari 3 elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas
(activity) yang berinteraksi secara sinergis. Pada penelitian
ini peneliti akan mengamati secara mendalam aktivitas
(activity) berupa proses pengembangan desain, produksi,
dan lainnya, pelaku (actors) disini adalah karyawan yang
bekerja di tempat yaitu PT UBS (place).
Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan
responden, tetapi sebagai narasumber, partisipan, atau
informan. Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif
dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan dan
selama penelitian berlangsung. Subjek penelitian adalah
tempat di mana data untuk variabel penelitian diperoleh dan juga merupakan sumber data yang dimintai informasinya
sesuai dengan masalah penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses
pengembangan desain, aspek desain dan faktor-faktor yang
mempengaruhi cincin. Sehingga untuk mendapat data yang
perlu ditentukan adalah informan yang memenuhi parameter
yang sesuai dengan kebutuhan data (purposive).
Parameternya adalah sebagai berikut:
a. Terlibat langsung sebagai penanggung jawab
proses pengembangan desain pada cincin dari awal
di PT UBS b. Mengetahui semua varian jenis cincin produksi PT
UBS dari tahun 2013
c. Mengetahui kegiatan produksi cincin di PT UBS
dari keadaan di lapangan
d. Mengetahui faktor alasan cincin dibuat sampai
produk jadi dari brainstorming dengan narasumber.
Menurut Sugiyono (2012) objek penelitian adalah suatu
atribut dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya. Objek penelitian ini
adalah perkembangan semua jenis cincin produksi PT UBS
dari segi desain mencakup bentuk, motif, style, bahan, finishing,dan fungsi.
3. Sumber Data dan Jenis Data
Data yang terkumpulkan untuk penelitian ini dibagi
menjadi dua, yaitu:
a. Data Primer, adalah data yang langsung diperoleh
peneliti dari lapangan, baik melalui observasi,
wawancara dengan pihak informan. Data primer
dari penelitian ini adalah data yang bersifat historis.
b. Data Sekunder, adalah data yang tidak langsung
diperoleh peneliti misalnya lewat orang lain atau
dokumen-dokumen dan literatur dari PT UBS, buku, internet, surat kabar, jurnal, dan lain
sebagainya. Data sekunder dilakukan dengan
menggunakan sebagian atau seluruhnya dari data
yang telah diperoleh.
4. Teknik Pengumpulan Data
Beberapa cara yang dilakukan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Observasi
Penelitian ini akan menggunakan partisipasi pasif
(passive participation) yang dalam hal ini penulis datang ke tempat kegiatan yang akan diamati, tetapi tidak terlibat
dalam kegiatan tersebut. Untuk beberapa divisi mungkin
penulis akan memakai partisipasi moderat (moderate
participation) yang dalam observasi ini terdapat
keseimbangan antara penulis menjadi orang dalam dengan
orang luar. Penulis dalam mengumpulkan data memakai
observasi partisipasif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak
semuanya.
b. Wawancara
Berdasarkan formalitas struktur, peneliti akan memakai
jenis semi-standardized interview atau wawancara semi
standar. Interview ini dilakukan dengan mempersiapkan beberapa pertanyaan namun dapat melakukan penyesuaian
pertanyaan selama proses interview berlangsung (Manzilati,
2017:71).
c. Dokumen/Arsip
Menurut Agustinova (2015:39) dokumen merupakan
teknik pengumpulan data dengan cara memperoleh
informasi dari berbagai macam sumber tertulis atau
dokumen yang ada pada responden atau tempat. Dokumen
merupakan catatan peristiwa dan bisa berbentuk tulisan atau
gambar yang sudah berlalu sehingga teknik pengumpulan
data menggunakan berbagai buku, jurnal, artikel, dokumen dan tulisan yang relevan untuk menyusun konsep penelitian
dan mengungkapkan objek penelitian yaitu cincin.
Studi dokumen ini merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif untuk mendapatkan hasil penelitian
Penulis Pertama, Penulis Kedua, dan Penulis Ketiga
Template untuk penulisan Jurnal Productum Desain Produk ISI Yogyakarta
3
yang lebih kredibel atau dapat dipercaya (Sugiyono,
2009:329)
5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan – bahan lain, sehingga dapat mudah
terpahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Aktivitas dalam analisis data,yaitu:
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data merujuk pada proses pemilahan,
pemokusan, penyerderhanaan, abstraksi, dan
pentransformasian “data mentah” yang terjadi dalam
catatan-catatan lapangan tertulis (Emzir, 2010, 129).
Kemudian membuat rangkuman, pengodean, tema-tema,
pemisahan-pemisahan dan lainnya. Data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya.
b. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data akan dilakukan dalam bentuk tabel, uraian
singkat (teks naratif), dan sejenisnya. Data akan
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga
akan mudah dipahami. Penyajian data dalapat dilakukan
dengan menguraikan hasil wawancarara dan didukung oleh
dokumen-dokumen dan foto-foto atau gambar sejenisnya
yang didapatkan dari lapangan untuk menarik suatu
kesimpulan.
c. Verifikasi (Conclusion Drawing)
Sugiyono (2012:252) mengemukakan langkah ketiga dari
analisis data adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat
peneliti mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan
temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.. Ketiga
tahap analisis data menurut Miles dan Huberman tersebut
dapat digambarkan dalam Emzir (2010:134) sebagaimana
terlihat pada gambar:
Diagram 1. Komponen Analisis Data: Model Interaktif
(Sumber: Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, 2010)
6. Teknik Keabsahan Data
Menurut Nursalam dalam Agustinova (2015:43) validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
atau kesasihan suatu instrumen. Sebagai teknik pemeriksaan
keabsahan data, peneliti menggunakan jenis triangulasi
metode (Methodological Triangulation). Pada bukunya
Agustinova (2015:49) menjelaskan triangulasi metode
adalah mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda, misalnya data yang diperoleh dengan
wawancara lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi.
Jika menghasilkan data yang berbeda-beda, bisa jadi semuanya benar.
Triangulasi metode diperlukan karena setiap metode akan
saling menutup kelemahan dan keunggulannya sendiri.
Selain itu, metode yang saling menutupi kelemahan
sehingga tangkapan atas realitas sosial menjadi lebih
terpercaya dan utuh. Pada triangulasi ini terdapat dua
strategi, yaitu:
1. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil
penelitian beberapa teknik pengumpulan data
2. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber
data dengan metode yang sama
C. Hasil dan Pembahasan
Metode-metode pengumpulan data penelitian ini
menggunakan metode observasi, wawancara, dan studi
dokumen. Observasi dilakukan di perusahaan yang
bersangkutan yaitu UBS, proses observasi sendiri dilakukan
selama 4 (empat) hari. UBS mempunyai proses produksi
yang sangat besar dan kompleks karena harus membuat
macam-macam produk dalam jumlah yang besar (mass
product) baik itu cincin, gelang, kalung, anting, dll. Untuk
mendapatkan efektifitas kerja yang baik dan cepat, UBS membagi tugas-tugas produksi ke berbagai departemen.
Salah satu departemen pra-produksi UBS adalah
departemen Research and Design (R&D) yang mempunyai
jumlah karyawan ±100 orang, mulai dari desain awal cincin
berupa sketsa hingga proses dijadikan barang jadi terdapat
di departemen R&D. Hasil observasi menunjukkan
departemen R&D mewakili proses produksi cincin di UBS
dalam skala kecil. Departemen R&D mempunyai bagian
produksi bertujuan untuk membuat master model dan
prototipe cincin sebelum disetujui untuk produksi mass
product. Berikut adalah hasil dari observasi, wawancara, dan dokumen yang terkumpul:
1. Sejarah Singkat Perusahaan PT UBS
PT UBS adalah singkatan dari PT Untung Bersama
Sejahtera yang bergerak dalam bidang industri perhiasan
emas. Pada permulaan tahun 1981, PT UBS hanyalah
sebuah perusahaan home industry yang kemudian pada tahun 1985 berubah menjadi CV. Untung yang mulai
merintis usahanya dalam bidang pengecoran perhiasan
tradisional, dengan perkembangan usaha yang cukup
signifikan pada tahun 1991 semakin berkembang dan
berubah menjadi PT UBS dengan nomor Badan Usaha
188/T/Industri/1995 dan mulai mengadopsi aneka macam
teknologi, manajemen, dan aktivitas pemasaran yang
Data
Collection Data Display
Data
Reduction
Conclusion:
drawing/verify
ing
Penulis Pertama, Penulis Kedua, dan Penulis Ketiga
Template untuk penulisan Jurnal Productum Desain Produk ISI Yogyakarta
4
Tabel 1. Cincin High & Low Class UBS
(Sumber: Dokumentasi UBS, 2019)
mampu menjadikan UBS sebagai perusahaan kelas dunia.
UBS sudah membuktikan dirinya sebagai perusahaan kelas
dunia yang mampu bertahan pada saat badai kritis ekonomi
yang berkepanjangan menerima perekonomian Indonesia.
2. Cincin di PT UBS
Cincin produksi UBS memakai salah satu logam mulia
yaitu emas sebagai bahan bakunya. Selain itu, sebagian besar
cincin dihiasi dengan batu berjenis Cubic Zirconia (CZ).
UBS juga memproduksi cincin tanpa batu CZ (cincin polos),
cincin-cincin dengan batu mulia, salah satunya adalah batu
berlian (diamond) yang masuk ke dalam kelompok cincin
Diamond Look.
Variasi warna emas di cincin UBS adalah warna kuning,
putih, merah/rose gold. Teknik pada produk cincin yang
dipakai adalah cor, stamping, atau gabungan dari keduanya. Bila desain membutuhkan warna lain maka akan memakai
teknik cat enamel, yang mempunyai warna merah, hitam,
putih, biru, hijau, orange, dll. Teknik enamel juga
diperbagus dengan teknik mozza di beberapa cincin.
Metode desain yang digunakan UBS ada yang mengikuti
beberapa trend mode perhiasan yang sedang terkenal pada
saat itu (2013-2019), juga menciptakan desain sendiri yang
dapat menghasilkan tren baru lagi. Selain menciptakan
desain baru agar berhasil masuk ke pasar, UBS juga
menerima pesanan atau desain sesuai kemauan konsumen
tersebut. Dengan beberapa ketentuan seperti produk harus >100 buah, agar tidak menimbulkan kerugian produksi.
Pesanan biasa dilakukan untuk ekspor ke luar negeri seperti
Dubai, Hongkong, India, dan lainnya.
UBS yang telah memproduksi cincin dengan desain yang
variatif dan ribuan jumlahnya, untuk memudahkan produksi
dan konsumen mencari cincin yang dibutuhkan, terdapat
kelompok produk cincin di UBS, yaitu:
a. Cincin Wanita
Cincin untuk wanita paling banyak diproduksi UBS,
cincin ini berfungsi baik untuk menunjang gaya hidup,
sebagai aksesoris untuk melengkapi fashion, dan lainnya. Usia konsumen yang dituju adalah remaja, dewasa, dan
lansia menyesuaikan ukuran cincin pada jari mereka. Cincin
wanita mempunyai sub kelompok, yaitu:
Cincin High dan Low Class UBS
Judul: Cincin High Class 1
Ukuran: 12
Teknik: Cor
Motif: Kata ‘Love’
Berat: 1.63 gr
Kadar Emas: 18K / 75%
Judul: Cincin High Class 2 Ukuran: 12
Teknik: Cor & enamel
(mozza)
Motif: Geometris
Berat: 2.95 gr
Kadar Emas : 18K / 75%
Judul: Cincin Low Class 1
Ukuran: 15 Teknik: Cor & selep
Motif: Kerawangan
Berat: 4.88 gr
Kadar Emas: 17K/70%
Judul: Cincin Low Class 2
Ukuran: 17
Teknik: Cor & selep
Motif: Kerawangan Berat: 3.64 gr
Kadar Emas: 21K/87%
1) Cincin High Class (Kelas Atas)
Cincin High Class adalah cincin yang ditujukan untuk
segmen masyarakat kelas atas dan sebagian besar produknya
adalah kadar 75%. Cincin kelompok ini memakai batu CZ
dengan first quality. Karakteristik cincin kelompok high
class UBS yang masuk ke dalam kategori cincin fashion adalah lebih minimalis dan bergaya modern, banyak
memakai teknik enamel dan mozza pada produk-produknya.
Dalam cincin high class terdapat kelompok cincin
Diamond Look (Tampilan Berlian). Keindahan berlian
sebagai batu pusat dijadikan perhatian utama pada produk
ini. Batu berlian tersebut bisa berbentuk lingkaran, persegi,
persegi panjang, oval, pearl, dll. Cincin diamond look
cenderung memakai cathedral setting.
2) Cincin Low Class (Kelas Bawah)
Cincin Low Class adalah cincin yang ditujukan untuk
segmen masyarakat kelas bawah dan sebagian besar produknya adalah kadar dibawah 75%, seperti 70% & 37%.
Cincin low class memiliki karakteristik banyak memakai
teknik filigree (kerawangan) pada produk-produknya.
b. Cincin Pria
UBS juga memproduksi cincin pria untuk semua kelas
masyarakat yang mau membelinya. Usia konsumen yang
dituju adalah remaja, dewasa, dan lansia menyesuaikan
ukuran cincin pada jari mereka. Cincin pria UBS sering
dimasukkan ke kategori cincin Stempel (Signet) yang sudah
dimodernisasi. Gaya badan cincin termasuk ke dalam Euro-
style. Cincin pria cenderung lebar dan besar pada bagian head sehingga mempengaruhi berat cincin menjadi >5gr.
Ornamen yang digunakan bisa fauna dan geometris, atau
variasi keduanya. Teknik yang dipakai hampir sama dengan
cincin wanita, yaitu cor, selep, dan enamel (mozza).
Pemilihan warna pada cat enamel untuk cincin pria
cenderung warna maskulin seperti hitam dan putih.
c. Cincin Anak
Cincin anak produksi UBS cenderung memakai ornamen
fauna yang lucu dan warna-warna cerah menyesuaikan
dengan sasaran yang dituju. Cincin anak memiliki batasan
Penulis Pertama, Penulis Kedua, dan Penulis Ketiga
Template untuk penulisan Jurnal Productum Desain Produk ISI Yogyakarta
5
lebih ketat, karena berat cincin yang dihasilkan kurang lebih
1gr (kalau bisa <1 gr) batasan ini dibuat karena faktor yang
berkaitan dengan jari penggunanya yaitu anak-anak.
Semakin rumit desainnya, semakin berat cincin yang
dihasilkan. Usia konsumen yang dituju adalah bayi hingga
anak-anak berumur 5 tahun.
Shank atau badan cincin kelompok anak cenderung
masuk ke jenis ‘adjustable ring’. Cincin ‘adjustable’ sesuai dengan artinya adalah cincin dengan sedikit celah sehingga
bisa menyesuaikan dan mengembangkannya menjadi sekitar
setengah ukuran cincin.
d. Cincin Kawin
Cincin pernikahan banyak dikenal sebagai simbol cinta
dan alat untuk menyatakan bahwa pasangan tersebut sudah
menikah. Usia konsumen yang dituju adalah pria & wanita
dewasa (1set) disesuaikan dengan ukuran jari masing-
masing. Band atau badan cincin kawin tetap dibuat
tradisional (melingkar) karena memiliki makna khusus.
Lingkaran yang tiada habisnya memiliki makna seperti cinta yang dimiliki pasangan suami istri terus berlangsung
selamanya.
UBS memproduksi cincin kawin tanpa menghilangkan
makna desain band cincin yang polos dan sederhana. Desain
yang simpel ditonjolkan (tidak rumit seperti cincin wanita).
Salah satu ciri khas lainnya adalah pemakaian batu CZ yang
hanya 1 (satu) di tengah melambangkan hanya satu pasangan
untuk satu sama lain. Variasi warna yang sering dipakai
adalah kombinasi emas putih dan kuning. Unsur desain garis
lurus menonjol di kelompok cincin kawin. Teknik selep dan
milgrain sering digunakan untuk menambat aspek estetika pada desain cincin.
e. Cincin Disney dan Sanrio
Disney adalah sebuah perusahaan yang bergerak di
bidang hiburan dan media terbesar di dunia. Pendirinya
adalah Walt Disney yang menciptakan film animasi dengan
berbagai macam tokoh karakter seperti; Mickey Mouse,
Donald Duck, Princess Belle, Aurora, dan lainnya. Sanrio
adalah perusahaan asal Jepang yang menciptakan salah satu
karakter fiksi yang terkenal yaitu Hello Kitty. Karakter-
karakter lainnya adalah My Melody, Gudetama, Keroppi,
dan lain-lain. Pada tahun 2018, UBS dengan Disney dan Sanrio
mengumumkan kemitraan. Produk perhiasan dengan
karakter-karakter Disney dan Sanrio diluncurkan secara
eksklusif oleh UBS. Hubungan mitra ini didorong oleh minat
pasar perhiasan terutama wanita, baik anak-anak dan dewasa
menginginkan karakter-karakter Disney atau Sanrio
menghiasi perhiasan mereka. Usia konsumen yang dituju
adalah remaja, dewasa, dan lansia menyesuaikan ukuran
cincin pada jari mereka.
Kelompok produk khusus ini masuk ke dalam kategori
cincin high class terlihat dari desain yang minimalis tapi tetap indah untuk menonjolkan karakter Disney atau Sanrio
sebagai pusat perhatian serta kadar emas yang digunakan,
yaitu >70%. Teknik cat enamel berperan banyak dan penting
pada cincin kelompok ini, untuk mewarnai karakter-karakter
tersebut.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perkembangan Desain di PT UBS
Sebagai perusahaan yang memiliki visi ‘Menjadi Pemimpin Pasar Perhiasan Emas Yang Kompetitif Dengan
Merk Berkelas Dunia’ membuat UBS harus selalu
mengembangkan produk-produknya untuk memenangkan
pasar perhiasan dan bisa bersaing dengan perusahaan
berkelas dunia lainnya. Lebih jelasnya berikut adalah faktor
- faktor yang mempengaruhi perkembangan desain semua
produk perhiasan, termasuk cincin di UBS:
a. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi menjadi faktor utama dalam
memproduksi perhiasan baru. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan salah satunya adalah selera
konsumen, pendapatan/daya beli masyarakat, advertising,
dll adalah faktor-faktor yang perlu diperhatikan.
Tingginya permintaan perhiasan akan membuka peluang
penawaran. Akan tetapi hukum permintaan menyatakan
apabila harga suatu barang naik maka jumlah barang yang
diminta akan turun, sebaliknya jika harga suatu barang turun
maka jumlah barang yang diminta akan bertambah, ceteris
paribus. Bahan baku emas yang cenderung naik turun
membuat harga perhiasan emas di beberapa produsen
mengikuti arus. Hal ini dijadikan peluang bagi UBS dengan menawarkan perhiasan emas dengan harga stabil, sehingga
konsumen tidak perlu takut apakah harga produk akan naik
atau tidak.
Melihat salah satu faktor permintaan yaitu selera
konsumen. Selera masyarakat pada ranah perhiasan hampir
sama dengan ranah fashion, yaitu tidak bisa ditebak.
Terkadang UBS menyesuaikan dengan tren perhiasan masa
kini, tetapi bisa kembali ke tren beberapa tahun yang lalu.
UBS sebisa mungkin menyediakan produk perhiasan yang
diinginkan masyarakat dengan cepat. Pada tahun 2013-2017
variasi model cincin harus berubah sekitar 3 bulan sekali,
setelah 2017 - sekarang menjadi 1 bulan sekali bahkan seminggu sekali sudah harus ada model cincin terbaru untuk
diproduksi. Salah satu penyebab perbedaan target perubahan
model cincin karena permintaan pasar yang cukup tinggi.
Semakin sering model cincin yang berbeda diproduksi
semaking berkembang perusahaan.
PT UBS jarang memproduksi produk perhiasan yang
difaktorkan dari permintaan klien. Apabila menerima
custom cincin (desain dari klien) yang kurang <100 biji, akan
terdapat kerugian pada ongkos produksi. Biasanya terdapat
minimal order sebagai perusahaan besar. Kecuali konsumen
menginginkan salah satu model cincin dengan kadar emas yang berbeda, hal itu masih disanggupi oleh UBS.
Pertimbangan konsumen dalam pertama kali membeli
perhiasan emas, selain jenis dan kadar emas, model desain
menjadi salah satu fokus utama. Hal ini disebabkan karena
fungsi utamanya untuk mempercantik diri. Fungsi lain dari
perhiasan emas adalah bisa dijadikan instrumen untuk
investasi jangka panjang maupun jangka pendek, meskipun
tidak terlalu menguntungkan seperti investasi menggunakan
Penulis Pertama, Penulis Kedua, dan Penulis Ketiga
Template untuk penulisan Jurnal Productum Desain Produk ISI Yogyakarta
6
emas batangan. Hal ini dikarenakan membeli perhiasan emas
lebih mahal dibandingkan emas batangan karena ada biaya
tambahan untuk ongkos produksi dan keperluan penjualan.
Perhiasan emas yang sudah dibeli dapat dijual kembali,
tentu dengan beberapa pertimbangan utama seperti kondisi
fisik, jenis emas, dan kadar emas yang terdapat pada
perhiasan. Beberapa toko emas yang membeli nanti akan
melebur perhiasan emas tersebut atau dijual kembali di toko mereka. Perhiasan yang berlisensi seperti UBS akan lebih
terpercaya dan memiliki nilai jual tambah.
Nilai jual perhiasan bekas jarang melihat dari aspek
desain karena sulit distandardisasi. Toko emas mempunyai
nilai taksir emas yang berbeda-beda. Pada umumnya
semakin baru model dan desainnya maka semakin tinggi
harganya ketika dijual kembali. Model desain perhiasan
yang simpel tetapi tetap up to date dijual kembali umumnya
memiliki harga yang tetap. (Kusuma, 2016).
b. Faktor Teknologi
Teknologi juga salah satu faktor yang mendukung perkembangan produksi cincin dari dulu. Teknologi yang
canggih membuat produksi mass product lebih cepat dan
mudah. Mesin-mesin dengan keahlian baru mendukung
perkembangan desain cincin dengan variasi motif selep,
doft, tutul, garis, lengkung, dan semacamnya.
Sebagai perusahaan yang mempunyai pabrik untuk
produksi, teknologi yang terdapat di UBS sebagian besar
adalah mesin-mesin dari Italy, India, dan lainnya. Walau
sebagian besar diisi oleh mesin, Sumber Daya Manusia
(SDM) masih dibutuhkan sebagai operator, baik
mengendalikan mesin atau yang mengarahkan mesin seperti saat proses selep.
Teknologi juga menyesuaikan produsen dari luar.
Contohnya, batu CZ yang di-supply dari Signity terdapat
beberapa variasi yang berbeda dari sebelumnya seperti batu
bentuk kotak dan batu gradasi warna. Potensi bahan baku ini
dikembangkan oleh bagian Research & Design (R&D) dari
sketsa sampai penyesuaian teknik yang digunakan. Apabila
teknik tidak diperhatikan maka resiko retak, pecah, rusak
sangat tinggi dan akan menghambat proses produksi.
c. Faktor Keterampilan
Perhiasan cincin memiliki batasan-batasan desain, terlebih lagi teknologi mesin yang juga mempunyai batas
kemampuanya membuat desainer tidak boleh sembarangan
membuat sketsa cincin untuk mass product. Berbeda dengan
perhiasan yang dibuat dengan tangan atau perajin, mesin
memiliki batasan-batasan sesuai kinerjanya. Batasan
tersebut bisa berhubungan dengan ergonomi penggunanya
(contoh: cincin dengan desain yang lancip akan membuka
peluang untuk melukai jari penggunanya atau menyangkut
dengan benda-benda lain yang mengurangi kenyamanan
penggunanya).
Kelemahan faktor mesin yang mempunyai batasan kemampuan, terdapat kelebihannya yaitu banyaknya motif,
tekstur, teknik yang bisa dihasilkan dengan cepat karena
bantuan mesin ini. Hal ini mendorong kreativitas para
desainer di departemen R&D, dengan didukung
pengetahuan tentang komposisi maupun unsur keindahan,
yang menjadikan produk cincin yang dihasilkan semakin
variatif, dari segi bentuk, motif, dan ornamen. Faktor
keterampilan pada emas yang bisa menghasilkan macam
warna seperti; putih, kuning, rose gold membuka peluang
yang sangat tinggi untuk menghasilkan produk unik yang
dapat memuaskan konsumen. Apabila warna emas dirasa
masih sedikit, teknik enamel berupa warna merah, putih,
hitam, orange, hijau, biru dll juga mendorong faktor keterampilan dalam mengembangkan perhiasan cincin.
Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor
ekonomi, teknologi, dan keterampilan dapat mendukung
perkembangan perhiasan cincin di PT UBS. Berdasarkan
hasil observasi dan dokumen yang terkumpul,
perkembangan desain perhiasan cincin di PT UBS dapat
diamati dari perubahan secara praktis dan bentuk fisik dari
produk perhiasan cincin. Secara umum perubahan tiap tahun
cincin UBS dapat dilihat dari desain yang meliputi bentuk,
warna, motif, ornamen, dan lainnya.
4. Perkembangan Cincin PT UBS pada Kurun
Waktu 2013-2019
Berikut adalah penjelasan singkat perkembangan desain
cincin UBS semua kelompok disusun dalam tabel dan
paragraf dibawah:
2013 2014 2015
2016 2017 2018
2019
Tabel 2. Perkembangan Cincin High Class pada Tahun
2013-2019
(Sumber: Dokumentasi UBS, 2019)
Meski cincin UBS masuk ke dalam kategori fine
jewellery, cincin-cincin ini diproduksi dengan tujuan untuk
melengkapi style fashion wanita. Desain cincin high class
pada tabel 2 rata-rata mempunyai ukuran yang cukup lebar,
menonjol dan menarik perhatian bila dipakai pada jari, tetapi
Penulis Pertama, Penulis Kedua, dan Penulis Ketiga
Template untuk penulisan Jurnal Productum Desain Produk ISI Yogyakarta
7
perlu diingat bahwa banyak juga desain cincin UBS yang
simpel, minimalis, dan ringan.
Perkembangan cincin high class pada tabel di atas
memperlihatkan UBS dominan menggunakan desain geo
(geometrik) seperti lingkaran dan sentuhan unsur garis-garis
lengkung untuk memberikan kesan lembut dan luwes.
Desain fraktal yang digunakan banyak menerapkan pola hias
berupa mata rantai. Variasi warna dasar emas yang digunakan pada tahun
2013-2014 adalah kuning dengan sedikit sentuhan putih,
tahun 2015-2017 banyak memakai warna dasar emas putih
untuk desain-desain cincin, dan pada tahun 2018-2019 UBS
mulai banyak meluncurkan variasi warna emas dasar rose
gold, yang disebabkan meningkatnya minat masyarakat
terhadap variasi warna rose gold sejak 2017.
Pemakaian batu CZ berwarna putih didominasi sejak
tahun 2014-2019, dan pada tahun 2019 UBS mulai
mengeksplorasi kembali keindahan batu-batu berwarna
karena sangat populer di desain modern. Teknik cat enamel
jarang digunakan di cincin high class, namun bila diterapkan maka akan memakai teknik mozza untuk memperhalus
tekstur. Warna enamel yang digunakan adalah hitam.
Aspek ruang pada kelompok produk high class banyak
memberikan ruang kosong diantara elemen-elemen desain
pada badan cincin untuk ruang jari bernafas. Cincin high
class menyelaraskan bidang yang penuh terisi batu CZ
dengan bidang-bidang kosong (hanya logam emas dasar),
Untuk aspek tekstur, cincin high class UBS sangat
mengedepankan ‘kilau’ yang halus baik pada batu-batu CZ,
maupun di bidang kosong dengan menggunakan proses
amplas dan poles. Desain cincin high class banyak memakai gaya
kontemporer. Bentuk keseluruhan desain cincin (dari
tampak atas) sangat berbeda dengan desain cincin
tradisional, hal ini terjadi karena menyesuaikan dengan
desain-desain cincin yang sedang populer pada tahun itu.
Cincin UBS kelompok High Class banyak mengadopsi
variasi jenis cincin bertumpuk (stack) terlihat pada tahun
2016-2019. Cincin 2016 masih memakai desain cincin stack
yang sering dijumpai, cincin-cincin ramping dengan band
lurus tersusun rapi. Dengan menggunakan metode
redefining dan explosing, tahun 2017 memakai jenis cincin
stack tetapi mengambil bentuk dasar baut per, kemudian di-deformasi dan dimasukkan salah satu elemen desain seperti
ruang. Bagian tengah diberikan bidang kosong hanya logam
dasar saja karena bagian atas bawah sudah dipenuhi batu-
batu CZ berderet memakai pengaturan surface prong.
Desain cincin tahun 2018 berani medobrak desain cincin
stack pada umumnya, desain dibuat bertumpuk tetapi
bersilangan dan masih satu kesatuan, dan memakai pola hias
rantai sebagai pusat perhatian dikelilingi batu-batu aksen
berderet seperti pada digambar. Desain cincin tahun 2019
memakai konsep yang mirip dengan tahun lalu, yang
berbeda adalah cincin bertumpuk yang bersilangan hanya pada bagian tengah (bukan keseluruhan). Variasi bentuk
band cincin yang berbeda-beda tapi tetap harmonis dalam
satu kesatuan sesuai prinsip desain.
2013 2014 2015
2016 2017 2018
2019
Tabel 3. Perkembangan Cincin Low Class pada Tahun
2013-2019
(Sumber: Dokumentasi UBS, 2019)
Ornamen kerawang yang digunakan banyak terinspirasi
dari corak-corak geometris islam. Selain coraknya yang
atraktif, motif kerawang merupakan salah satu teknik
pencahayaan yang menghasilkan efek remang-remang yang
dianggap mampu meningkatkan rasa khusyu’ dalam shalat
Disbudpar dalam Sari (2019:29). Pemakaian ornamen
kerawang pada cincin-cincin low class UBS rata-rata berasal
dari corak geometris islam pada masjid yang
disederhanakan. Contohnya seperti pada gambar dibawah
adalah salah satu pola hias geometris arab dengan
pengulangan segi 12, kemudian disederhanakan menjadi segi 4 (belah ketupat yang dilengkungkan) dan segi 6, lalu
diterapkan pada beberapa desain cincin low class.
Metode desain yang digunakan adalah trendspotting,
redefining, dan explosing. UBS tetap mengikuti tren
perhiasan setiap tahun dengan menyelaraskan karakteristik
ornamen kerawang. Gaya badan cincin (shank) low class
adalah cincin filigree yang dimodernisasikan.
Desain cincin low class pada tahun 2013 memiliki
konsep jenis cincin bertumpuk (stack) pada bagian kepala
(head) namun menyatu menjadi satu lingkaran badan cincin
(shank) di bagian bawah. Alih-alih bagian cincin yang ramping dibuat lurus, garis-garis melengkung berjarak ini
memberikan kesan luwes yang dinamis. Tahun 2014, desain
lebih rumit dibandingkan tahun 2013. Bila tahun 2013
semua desain memakai elemen garis melengkung, tahun
2014 ada juga yang memakai elemen garis zig zag. Garis
zig-zag sering dimaknai garis yang keras tetapi sekaligus
dinamis. Bentuk-bentuk dasar geometris untuk bagian head,
seperti: belah ketupat, oval, pear, persegi panjang, dll.
Bentuk dasar itu menjadi bidang kosong yang kemudian diisi
Penulis Pertama, Penulis Kedua, dan Penulis Ketiga
Template untuk penulisan Jurnal Productum Desain Produk ISI Yogyakarta
8
dengan berbagai macam desain fraktal, yaitu ornamen
geometris kerawang.
Selain pola hias geometris kerawang, desain bio seperti
bentuk dasar bunga dan daun juga digunakan pada tahun
2015, sesuai dengan tren pada tahun tersebut, yaitu:
memperbaharui bentuk cincin klasik dan desain tradisional
dengan elemen-elemen flora seperti bunga. Bila biasanya
hanya 1 pola hias kerawang yang menghiasi cincin, pada tahun 2017 hingga 2019 desainer menggabungkan 2 pola
hias ornamen yang berbeda pada satu desain cincin. Unsur
garis lengkung dan penggabungan antara garis horizontal
dan vertikal adalah elemen penting untuk ornamen
kerawang. Walau semua cincin low class memiliki desain
yang rumit, tetapi mereka semua memiliki komposisi yang
simetris
Pemakaian batu CZ untuk cincin low class tahun 2013-
2019 jarang digunakan, biasanya hanya sebagai batu aksen
dengan jumlah <10 biji. Hal ini disebabkan karena ornamen
yang menghiasi cincin sudah cukup rumit dan menjadi pusat
perhatian. Batu CZ gradasi merah; merah muda, dan putih digunakan pada tahun 2013-2015, tahun 2016-2019
memakai batu warna putih. Teknik cat enamel pada
kelompok cincin low class tidak disertai teknik mozza,
warna yang digunakan pada tabel diatas adalah merah, hijau,
dan ungu.
Variasi warna yang dominan pada tahun 2013-2019
dipakai adalah kuning (warna dasar logam emas) dengan
sentuhan warna emas putih untuk menambah nilai estetika.
Pemakaian teknik selep banyak diterapkan untuk
menghasilkan keragaman tekstur (sedikit kasar dan halus)
dalam satu desain. Teknik selep yang digunakan pada beberapa pola hias kerawang sehingga menciptakan tekstur
yang teratur
2013 2014 2015
2016 2017 2018
2019
Tabel 4. Perkembangan Cincin Pria pada Tahun 2013-
2019
(Sumber: Dokumentasi UBS, 2019)
Cincin signet mempunyai ciri khas bagian head selalu
lebar dan tidak ada area kosong untuk udara di jari. Pada
tahun 2013-2019 pemakaian bentuk geometris seperti
persegi dan persegi panjang sangat sering digunakan. Meski
selalu memakai bentuk-bentuk yang bersudut, untuk
memenuhi aspek ergonomis bagian ujung-ujungnya dibuat
sedikit tumpul agar tidak melukai jari penggunanya.
Sesuai analisis tabel diatas, variasi warna emas ada tahun 2013-2014 adalah warna logam emas dasar kuning dengan
sentuhan emas putih, tahun 2015-2016 hanya menggunakan
warna emas putih, tahun 2017-2018 kembali lagi ke warna
tahun 2013 yaitu kuning dengan sentuhan putih putih, tahun
2019 kembali lagi dengan warna emas putih dikombinasikan
dengan cat enamel warna hitam.
Cincin Pria tahun 2013-2019 masih memakai konsep
cincin dengan batu tengah sebagai pusat. Tahun 2013-2014
batu pusatnya 1 (satu) di tengah berukuran kecil, dengan
pengaturan pada batu memakai tipe Bright-Cut. Tahun
2015,2016, dan 2018 memakai batu berwarna yang besar
dan cukup mencolok karena dikelilingi batu CZ warna putih sebagai aksen. Pemakaian batu-batu berwarna bisa dimaknai
sebagai batu kelahiran (birth stone), karena cincin stempel
(signet) adalah perhiasan yang sangat mencerminkan
personal penggunanya. Tahun 2017 dan 2019 tidak memakai
batu tunggal, melainkan batu-batu CZ kecil disusun
sedemikian rupa hingga menjadi pusat perhatian.
Ukuran adalah unsur desain yang mengatur besar kecil
suatu objek untuk menciptakan kontras dan penekanan pada
objek desain. Tahun 2013 bidang kosong berwarna kuning
emas yang cukup luas tersebut diberikan tekstur dengan
teknik selep sehingga membuat orang akan fokus dengan batu yang ditengah meskipun kecil dan hanya satu. Tahun
2014 bagian head batu tengah masih sama dengan 2013
dengan perbedaaan bidang kosong dipenuhi batu-batu CZ,
dan sisi samping diisi bidang kosong dengan tekstur
menonjol yang beraturan. Tahun 2015 dan 2016 batu
berwarna berukuran sangat besar sehingga menjadi skala
prioritas objek yang akan dilihat terlebih dahulu
dibandingkan yang lainnya. Tahun 2017 kembali mengambil
dasar konsep 2013 dengan sedikit pembaharuan. Tahun
2018 juga kembali dengan konsel tahun 2015-2016, dengan
perbedaan center stone dibuat lebih kecil, dikelilingi batu
aksen putih namun masih menyisakan bidang kosong. Tahun 2019 terdapat perubahan, bila biasanya hanya memakai batu
tunggal sebagai pusat, kali ini batu-batu warna hitam disusun
dalam satu bidang kotak kosong yang besar untuk menjadi
fokus perhatian dengan batu CZ putih dan enamel hitam
lurus melingkar sebagai aksen.
2013 2014 2015
2016 2017 2018
Penulis Pertama, Penulis Kedua, dan Penulis Ketiga
Template untuk penulisan Jurnal Productum Desain Produk ISI Yogyakarta
9
2019
Tabel 5. Perkembangan Cincin Anak pada Tahun 2013-
2019
(Sumber: Dokumentasi UBS, 2019)
Cincin pada tabel di atas adalah salah satu cincin produksi
UBS untuk konsumen anak-anak yang mewakili selama
2013-2019. Metode desain pada kelompok cincin anak
paling banyak menggunakan redefining dan explosing.
Penggunaan metode ini disebabkan karena batasan-batasan
desain pada cincin anak yaitu berat akhir pada cincin harus
ringan, simpel, dan menarik perhatian anak. Metode
redefining terlihat pada 2016 mengolah kembali desain
bentuk hati agar menjadi sesuatu yang berbeda, begitu pula
dengan desain tahun 2017 dan 2019 yang sama sama
mengambil bentuk bio (daun dan bunga) dengan perbedaan
setting prong. Gaya badan cincin (shank) paling banyak menggunakan
jenis bypass pada tahun 2013,2014, dan 2018 dan cincin
yang bisa disesuaikan (adjustable) namun hanya bagian
bawah saja pada tahun 2017&2019. Bentuk dasar desain
untuk bagian head cincin anak 2013-2019 hanya mengambil
bentuk-bentuk geometris yang simpel seperti pear, hati, pita,
dll juga bentuk bio seperti bunga, daun, dan hewan.
Variasi warna emas yang dipakai pada cincin anak selama
2013-2016 hanya menggunakan warna logam dasar emas
kuning. Ketika tren rose gold terkenal di tahun 2017, UBS
memakai variasi warna rose gold untuk logam dasar sampai 2019.
Variasi warna batu CZ untuk anak selama 2013-2019
semua memakai warna putih. Pemakaian batu-batu CZ untuk
cincin anak berukuran kecil selama 2013-2016 sangat
sedikit, dengan jumlah <5 biji. Tahun 2017 dan 2019
pemakaian batu lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya
yaitu >5 biji untuk mengisi bentuk dasar desain bio. Tahun
2018 karena desain hewan sudah menjadi pusat perhatian
desain, maka batu CZ hanya menjadi batu aksen.
Cincin anak selama 2013-2019 hanya memusatkan desain
pada bagian head, sehingga sisi kiri kanannya yang
melingkar dibiarkan kosong dengan tekstur yang halus dan kilap berkat proses amplas,poles, dan sepuh. Tekstur sedikit
kasar hasil dari teknik selep hanya diterapkan sebagai
penambah elemen desain pada bagian head, seperti desain
cincin tahun 2017.
2013 2014 2015
2016 2017 2018
2019
Tabel 6. Perkembangan Cincin Kawin pada Tahun
2013-2019
(Sumber: Dokumentasi UBS, 2019)
Perkembangan desain cincin produksi UBS untuk
kelompok cincin kawin yang ditujukan untuk konsumen
pasangan laki-laki dan perempuan selama 2013-2019
memiliki karakteristik yang konstan yaitu pemakaian batu CZ tunggal sebagai pusat utama desain (center interest) di
bagian kepala (head). Penempatan batu ini dilatar belakangi
aspek sosial budaya, satu batu melambangkan cinta mereka
hanya untuk satu sama lain.
Selain batu CZ yang menjadi salah satu aspek estetika
dalam desain cincin, badan cincin (band) pada cincin kawin
UBS tahun 2013-2019 berbentuk klasik, melingkar lurus
tanpa putus seperti filosofis cincin pernikahan sejak dulu.
Karena adanya batasan-batasan ini, maka eksplorasi desain
dilakukan pada unsur warna,tekstur, garis, dan bidang.
Varian warna emas yang digunakan pada tahun 2013-
2019 selalu mencampurkan dua warna, yaitu: emas kuning dengan sentuhan putih. Tetapi pada cincin 2019 di tabel 24
warna yang dipakai adalah rose gold dengan sentuhan putih.
Unsur garis lurus yang dominan biasanya juga digunakan
sebagai simbol formalitas. Garis-garis ini akan membentuk
sebuah bidang yang diisi varian warna yang berbeda seperti
putih atau diberi tekstur dengan teknik selep. Desain untuk
pria dan wanita pada cincin UBS kembar sesuai dengan
filosofis cincin nikah sejak dulu, yang membedakan hanya
ukuran.
Desain cincin pada tahun 2013-2015 bergaya modern dan
sangat minimalis. Terlihat dari pemakaian beberapa unsur garis lurus yang melingkar pada tahun 2013 dan 2015. Garis-
garis diagonal yang membentuk bidang jajar genjang pada
desain 2014 di-isi dengan memasukkan varian warna yang
berbeda dari warna dasar cincin dan memakai teknik selep
untuk menambah tekstur.
Penulis Pertama, Penulis Kedua, dan Penulis Ketiga
Template untuk penulisan Jurnal Productum Desain Produk ISI Yogyakarta
10
Pada tahun 2016-2018 mulai lebih kontemporer dan unik
dibandingkan desain cincin selama 3 tahun tersebut. Contoh
cincin kawin tahun 2016 memiliki desain sisi kiri dan kanan
yang berbeda dari tampak atas. Sisi kanan meniru motif
rantai seperti yang sering dijumpai di cincin kelompok high
class. Pada tahun 2017 terdapat teknik milgrain sepanjang
tepi cincin dan bidang-bidang yang menonjol menuju batu
pusat. Pada tahun 2019 terdapat perbedaan desain yang cukup besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Desain
untuk pria dan wanita berbeda, tidak kembar seperti desain
terdahulu. Pemakaian batu CZ yang banyak memberikan
kesan feminim sehingga pemakaian batu aksen pada sisi kiri
kanan batu pusat diberikan pada desain cincin kawin untuk
wanita. Variasi warna rose gold pada cincin 2019 juga
berpengaruh dari tren 2017-2018 yang sedang marak
perhiasan warna rose gold.
D. KESIMPULAN
Hasil temuan data dan analisa data perkembangan desain
cincin di PT UBS pada kurun waktu 2013 – 2019
membuahkan beberapa kesimpulan, antara lain:
Kesimpulan pertama, cincin di UBS mempunyai
beberapa kelompok produk yaitu; cincin high class
(termasuk diamond look), low class, pria, anak, kawin dan
Disney & Sanrio. Berikut adalah perkembangan desain yang
terjadi pasa setiap kelompok produk selama 2013-2019: Kelompok
Cincin
Kesimpulan Perkembangan
Cincin High
Class
• Dominan menggunakan gaya modern
dengan bentuk badan cincin bertumpuk
(stack)
• Bentuk-bentuk geometris dan fraktal (pola hias) dengan sentuhan garis
lengkung & lurus.
• Variasi warna logam dasar emas kuning
ditonjolkan dengan beberapa sentuhan
warna emas putih. Batu-batu CZ paling
banyak memakai warna putih.
• Tekstur kilau dan halus diutamakan
• Bidang kosong dengan bidang yang diisi
penuh oleh batu CZ sangat selaras dalam
satu kesatuan desain.
Cincin Low
Class
• Bentuk 3 Dimensi sangat diperhatikan (cekung dan cembung setiap ornamen
pada cincin)
• Pemakaian desain fraktal yaitu ornamen
kerawang geometrik islam menjadi ciri
khas dan garis-garis lengkung.
• Area kosong diantara unsur garis atau
pola hias kerawang pada cincin
membantu mengurangi beban produk
dan memberikan ruang bernafas.
• Tekstur sedikit kasar banyak diciptakan
dari teknik selep.
• Warna-warna yang digunakan adalah
warna dasar kuning emas dengan
sentuhan emas putih.
Cincin Pria • Kesan maskulin sangat ditonjolkan,
terlihat dengan varian warna dasar yang
digunakan adalah emas putih dengan
beberapa sentuhan kuning.
• Pemakaian batu warna yang cukup besar
lebih ditonjolkan
• Banyak menggunakan gaya Eropa,
bentuk bagian badan cincin (shank) atas
cenderung memakai bentuk yang
mempunyai sudut seperti kotak, persegi
Panjang, segi 8, dan lainnya.
Cincin
Anak
• Gaya badan cincin paling banyak
menggunakan tipe bypass dan
adjustable.
• Bentuk-bentuk geometris yang simpel
seperti pear, hati, pita, dll juga bentuk
bio seperti bunga, daun, dan hewan.
• Variasi warna dasar emas yang dipakai
selama 2013-2016 hanya menggunakan
emas kuning. Tahun 2017-2019
menggunakan warna rose gold.
• Variasi warna batu CZ semua memakai
warna putih.
• Cincin anak hanya memusatkan desain
pada bagian head.
• Tekstur yang diterapkan halus dan kilap.
Cincin
Kawin
• Ditujukan untuk pasangan sehinga
desainnya mirip satu sama lain.
• Karena aspek sosial budaya, bentuk
band klasik lurus melingkar dengan batu
tunggal di tengah.
• Eksplorasi dilakukan pada warna,
bidang, dan tekstur
• Variasi warna dasar adalah kuning emas
dengan campuran warna putih dengan
batu CZ warna putih
• Tekstur yang diterapkan halus, sedikit
kasar dari selep, namun teratur.
Cincin
Disney &
Sanrio
• Perkembangan desain selama 2018-2019 (1 tahun) adalah eksplorasi desain
bentuk 3 dimensi lebih ditonjolkan.
Tabel 7. Kesimpulan Perkembangan Desain Cincin
UBS selama 2013-2019
(Sumber: Annisa Pramahadi, 2019)
DAFTAR PUSTAKA
Penulis Pertama, Penulis Kedua, dan Penulis Ketiga
Template untuk penulisan Jurnal Productum Desain Produk ISI Yogyakarta
11
Agustinova, Danu Eko. (2015). Memahami Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Calpulis
Creswell, John W. (2009). Research Design; Qualitative,
Quantitative and Mixed Methods Approaches. Los Angeles: Sage
Dewi, Lydia Syanti. (2010). Trend dan Daya Beli Masyarakat
Indonesia Terhadap Perhiasan Logam Mulia. VICIDI. Volume 1 Nomor 1 Mei 2010
Emzir. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Depok: PT Rajagrafindo Persada
Kusuma, Bunga D. (2016). Begini Nih Trik Pilih Perhiasan Emas
Bila Diniatkan Atas Nama Investasi. Money Smart. Diakses dari https://www.moneysmart.id/begini-nih-trik-pilih-perhiasan-emas-bila-diniatkan-nama-investasi/
Manzilati, Asfi. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma, Metode, dan Aplikasi. Malang: UB Press
Miles, Matthew B. & Huberman, A. Michael. (1984). Qualitative
Data Analysis: A Sourcebook of New Methods. London: Sage Publications
Nazir, Moh. (1983). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia
Sachari, Agus. (2005). Metodologi Penelitian Budaya Rupa
(Desain, Arsitektur, Seni Rupa dan Kriya). Jakarta: Penerbit Erlangga
Sari, Laina Hilma dkk. (2019). Dokumentasi Desain Masjid
Indrapuri dan Tengku Dipucok Krueng Sebagai Langkah Konservasi Bangunan Masjid Bersejarah Aceh. Aceh: Syiah
Kuala University Press Sudaryono. (2017). Metodologi Penelitian. Depok: PT
RajaGrafindo Persada Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan
R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Penerbit Alfabeta