peri-implantitis tutorial 3.pdf
TRANSCRIPT
1
SKENARIO VII
GIGI GOYANG TIDAK HARUS DICABUT
LAPORAN TUTORIAL
Oleh
Kelompok 3
Dosen Pembimbing :
drg. Roedy Budirahardjo, M. Kes, Sp. KGA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2013
2
Oleh
Kelompok 3
Ketua : Gea A. Sabrina 101610101025
Scriber Papan : Anugrah Wardhana 101610101044
Scriber Meja : Ani Nur Rosidah 101610101085
Anggota:
1. Nurul Aini Fajrin 101610101006
2. Idayu Windriyana 101610101012
3. Iradatul Hasanah 101610101015
4. Nurlailiyatul M. 101610101019
5. Ika Wahyu Purnamasari 101610101024
6. Pandika Agung K. 101610101034
7. Annisa Tari A. 101610101080
8. Narando Fitra G. 101610101089
3
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah Swt. Atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan Laporan Tutorial Skenario VII Gigi Goyang Tidak Harus
Dicabut pada Blok Kuratif dan Rehabilitatif IV ini.
Peyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. drg. Roedy Budirahardjo, M. Kes, Sp. KGA selaku dosen pembimbing
tutorial.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu di sini.
Penyusun juga menerima kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan
laporan ini. Akhirnya penyusun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Jember, Mei 2013
Tim Penyusun
4
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
PRAKATA............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 2
1.3 Tujuan Pembelajaran....................................................................... 2
1.4 Mapping.......................................................................................... 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………….. 5
2.1 Bagian-bagian Implan ...................................................................... 5
2.2 Macam-macam Implan Gigi.............................................................. 6
2.3 Indikasi dan Kontraindikasi Pemsangan Implan Gigi....................... 8
2.4 Osseointegrasi.................................................................................. 10
BAB 3. PEMBAHASAN.................................................................................... 13
3.1 Peri-implantitis................................................................................ 13
3.2 Kriteria Keberhasilan Implan............................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... ........... . 23
5
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Usaha rehabilitasi untk menangani edentulous sebagian dapat
dilakukan dengan pembuatan gigi tiruan. Salah satu gigi tiruan modern
yang marak saat ini adalah dental implant.
Dental implant adalah benda asing yang ditanamkan ke dalam
tulang raang manusia sebagai pengganti gigi yang hilang. Perlekatan
implant ke tulang alveolar terbentuk melalui proses osseointegrasi yang
dimulai dari proses penyembuhan, maturasi dan adaptasi. Proses
penyembuhan juga berlangsung dengan dibangunnya ikatan periimplan
yang secara morfologi dan fungsional analog dengan epitel perlekatan.
Sementara perlekatan antara gigi ke tulang alveolar terjadi secara alami
dengan adanya ligament periodontal. Perbedan ini mungkin
mengakibatkan kemampuan biologis jaringan periimplan dan periodontal
dalam menerima tekanan juga akan berbeda, sehingga perhitungan yang
kurang hatihati tentang aspek biomekanis implant gigi mungkin pula dapat
menimbulkan terjadinya kegagalan perawatan.
Adanya kegoyangan implant merupakan tanda tahap akhir suatu
periimplan yang patologis yang menunjukkan kegagalan, keadaan ini
disebut periimplantitis. Periimplantitis dapat disertai gejala-gejala sebagai
berikut; dehisensi, fistula dan radang pada gingival, akibat invasi bakteri
ke dalam sulkus gingiva sekitar implant yang goyang, dan memperparah
hilangnya oseointegrasi, sehingga pada akhornya implant lepas dari
soketnya.
6
1.2. Rumusan Permasalahan
Gigi Goyang Tidak Harus Dicabut
Penderita laki-laki usia 35 tahun datang ke dokter gigi dengan
keluhan gusi disekitar gigi geraham belakang kkanan bawah sering
berdarah. Pada pemeriksaan intra oral ditemukan bahwa gigi 46 protesa
implant, goyang derajat satu, gingival Nampak kemerahan dan mudah
berdarah, kedalaman probing 4 mm juga didapatkan banyak debris dan
plak. Menurut dokter gigi terjadi kelainan keradangan di sekitar implant
gigi, sehingga perlu pemeriksaan penunjang dan tindakan perawatan
secara khusus.
Berdasarkan skenario di atas, maka diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa saja etiologi peri-implantitis?
2. Apa saja gejala klinis peri-implantitis?
3. Apa saja dan bagaiman pemeriksaan klinis dan penunjang peri-
implantitis?
4. Bagaimana penatalaksanaan peri-implantitis?
5. Bagaimana pertimbangan perawatan pada skenario?
6. Apa saja kriteria keberhasilan implant?
1.3. Tujuan Pembelajaran
Berdasarkan permasalahan pada skenario, maka diperoleh tujuan
pembelajaran sebagai berikut:
1. Mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan etiologi peri-
implantitis
2. Mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan gejala klinis peri-
implantitis
3. Mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan pemeriksaan klinis
dan penunjang peri-implantitis
7
4. Mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan penatalaksanaan
peri-implantitis
5. Mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan pertimbangan
perawatan pada skenario.
6. Mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan criteria keberhasilan
implant.
8
1.4. Mapping
Rencana
Perawatan
Diagnosa:
Peri-
implantitis
Etiologi Analisis
kegagalan
Penunjang
Klinis
Pemeriksaan
Berhasil Gagal
Implan
Pemeliharaan
Respon
Jaringan
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Implan gigi menjadi salah satu pilihan menarik yang berkembang sangat
pesat pada praktek kedokteran gigi. Pada dekade terakhir ini implan merupakan
terapi alternatif yang cocok untuk menggantikan gigi tiruan konvensional. Bagian
implan yang tertanam dalam tulang rahang dan bagian implan yang menonjol
pada jaringan mukosa digunakan untuk menghasilkan penjangkaran yang dapat
meningkatkan retensi dan stabilitas pada gigi tiruan diatasnya (McKinney, 1991).
2.1. Bagian-bagian Implan
Implan gigi terdiri dari beberapa komponen:
a. Badan Implan
Merupakan bagian implan yang ditempatkan dalam tulang
Komponen ini dapat berupa silinder berulir atau tidak berulir, dapat
menyerupai akar atau pipih. Bahan yang digunakan bias terbuat dari
titanium saja atau titanium alloy dengan atau tanpa dilapisi hidroksi apatit
(HA) (Mc Glumphy. EA dan Larsen, PE., 2003). Permukaan implan yang
paling banyak digunakan ada tiga tipe yaitu plasma spray titanium dengan
permukaan yang berbentuk granul sehingga memperluas permukaan
kontaknya, machine finished titanium yang merupakan implan bentuk
screw yang paling banyak digunanakan dan tipe implan dengan lapisan
permukaan hidroksiapatit untuk meningkatkan osseointegrasi.
b. Healing Cup
Merupakan komponen berbentuk kubah yang ditempatkan pada
permukaan implant dan sebelum penempatan abutment. Komponen ini
meiliki panjang yang bervariasi antara 2 mm sampai 10 mm (Mc
Glumphy. EA dan Larsen, PE., 2003).
c. Abutment
Adalah bagian komponen implan yang disekrupkan dimasukan secara
langsung ke dalam badan implan. Dipasangkan menggantikan healling cup
dan merupakan tempat melekatnya mahkota porselin. Memili permukaan
10
yang halus, terbuat dari titanium atau titanium alloy, panjang dari 1 mm
sampai 10 mm (Mc Glumphy. EA dan Larsen, PE., 2003).
d. Mahkota
Merupakan protesa gigi yang diletakkan pada permukaan abutmen dengan
sementasi (tipe cemented) atau dengan sekrup (tipe screwing) sebagai
pengganti mahkota gigi dan terbuat dari porselin.
2.2. Macam-macam Implan Gigi
Sebenarnya sangat sulit mengklasifikasikan macam dental implan
mengingat berbagai macam implan dental yang beredar saat ini sangat
spesifik dalam hal bahan yang dipergunakan, bentuk implan, teknik
pembuatan dan cara penanamannya.
Hanya untuk memudahkan pemahaman dalam mengikuti
perkembangan dental implan, maka dental implan akan dibedakan pertama
berdasarkan lokasi jaringan tempat implan diinsersikan dan yang kedua
berdasarkan bahan dasar dari implan (Tis Karasutisna, 2002)
2.2.1. Berdasarkan Lokasi Jaringan Tempat Implan
Berdasarkan letak implan ditanamkan, maka jenis implan dapat
dibagi dalam:
1). Implan Subperiosteal
Implan jenis ini diletakkan diatas linggir tulang dan berada dibawah
perioteum. Sering dipergunakan pada rahang yang sudah tak bergigi baik
untuk rahang atas maupun rahang bawah.
2). Implan Transosseus
Implan jenis ini diletakkan menembus tulang rahang bawah dan
penggunaanya terbatas untuk rahang bawah saja
3). Implan Intramukosal atau Submukosal
Implan ini ditanam pada mukosa palatum dan bentuknya menyerupai
kancing, oleh karena itu disebut button insert . Penggunaanya hanya
terbatas pada rahang atas yang sudah tidak bergigi.
4). Implan Endodontik Endosteal
11
Merupakan suatu implan yang diletakkan kedalam tulang melalui saluran
akar gigi yang sebelumnya telah dipesiapkan untuk pengisian saluran akar
gigi. Tujuannya untuk menambah stabilitas gigi yang memiliki akar
pendek, misalnya setelah dilakukan apikoektomi atau dapat juga dipakai
pada gigi yang goyang.
5). Implan Endosseus atau Endosteal
Implan jenis ini ditanam kedalam tulang melalui gusi dan periosteum.
Jenis ini merupakan jenis yang paling banyak dipakai dan ditolerir oleh
para praktisi, pabrik maupun pakar yang mendalami secara “Scientific &
Clinical Forndation”, yang pada dasarnya menanam implan pada alveolar
dan basal bone . Bentuk bisa berupa root form atau blade form.
Keuntungan yang didapat dari penggunaan implan endosseus ialah bahwa
jenis ini dapat dilaksanakan pada pasien tidak bergigi dengan semua
tingkatan abrosbsi, bahkan pada keadaan resorbsi yang ekstrim dengan
bantuan grafting. Juga dapat digunakan pada pasien tidak bergigi
sebagian, dari kehilangan satu gigi sampai keseluruhan.
2.2.2. Bahan Implan
a. Jenis-jenis bahan implan logam :
1). Co-Base Alloys ( Co-Cr-Mo, Co-Cr-W-Ni ).
2). Co-Ni-Base Alloys ( MP35N / Co-Ni-Cr-Mo ).
3). 316L Stainless Steel.
4). Ti dan Ti 6Al4V Alloys.
5). Sistem kombinasi plasma spray coating.
6) Logam dan logam paduan yang sering dipergunakan untuk implan
dental :
(1). Titanium, Tantalum.
(2). Titanium, Vanadium, Alumunium alloy.
(3). Ferum, Chromium, Nickel.
(4). Cobalt, Chromium, Molybdenum.
Dari segi material logam Titanium dengan segala variasi lapisan
permukaannya ( Surface coating ) menempati urutan pertama. Sukses
12
Titanium di bidang ortopedik sudah tidak dibantah lagi. Maka rasional
apabila titanium juga bersifat biologicaly innert pada maksila dan
mandibula.
Kebanyakan sistem implan menggunakan logam sebagai bahan
dasarnya dan bahan logam yang sering dipergunakan adalah Titanium.
Titanium dan logam paduannya ( Ti-Al-V ) memiliki lapisan oksida pada
permukaannya. Lapisan tersebut akan berikatan dengan reseptor yang
terdapat pada tulang dan pada area tersebut terjadi proses peletakan
matriks tulang secara in vivo. Mekanisme inilah yang menjadi salah satu
faktor penting dalam penggunaan titanium pada implan dental.
b. Bahan Implan Bukan Logam
Bahan untuk pembuatan implan selain dari logam dan variasinya,
juga terbuat dari bahan bukan logam antara lain :
1). Implan yang terbuat dari plastik : Polymeric Material, Porous
Polymethyl Methacrilate (PMMA), PMMA yang dikombinasi dengan
Vitrous Carbon (PMMA-VC), PMMA yang dikombinasi dengan Silica
2). Implan yang terbuat dari Carbon : Vitrous Carbon, Pyrolic Carbon atau
Low Tempetarure Isotropic (LTI), Vapor Deposited Carbon atau Ultra
Low Temperature Isotropic (ULTI)
3). Implan yang terbuat dari Ceramic : Porous Ceramic, Non Porous
Ceramic, Biodegradable (misalnya Tricalcium Phiosphat ), Non-
Biodegradable (misalnya A 1203)
Sampai saat ini para ahli masih terus mengembangkan bahan
implan dan berbaga macam variasinya.
2.3. Indikasi Dan Kontra Indikasi Pemasangan Implan Gigi
Seperti halnya tiap prosedur bedah lain, pasien harus dievaluasi
keadaan umum dan lokalnya sebelum dilakukan pemasangan implan.
Kontra indikasi absolute pemasangan implan seperti tersebut diatas adalah
berdasarkan resiko pembedahan segera.dan anestesi. Tetapi setelah
keadaan dapat dikendalikan maka pasien dapat dipertimbangkan untuk
dilakukan pemasangan implan.
13
2.3.1. Indikasi
Setelah kita melakukan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
penunjang maka kita akan dapat menetapkan apakah pasien yang datang
itu bisa dipasang implan atau tidak. Indikasi pemasangan implan dental
dibagi menjadi indikasi umum dan indikasi lokal.
2.3.1.1 Indikasi Umum:
Pemasangan implan harus dilakukan pada pasien yang mempunyai
motivasi, kooperatif dan oral hygiene yang baik. Tidak ada batasan usia
untuk pemasangan implan, akan tetapi lebih baik diatas usia 16 tahun.
Pemasangan implan pada usia tua lebih baik dari pasien dengan usia muda.
2.3.1.2. Indikasi lokal
Faktor-faktor yang merupakan indikasi dalam pemasangan implan
antara lain:
1). Kehilangan gigi
2.) Agenesis suatu gigi
3).Sebagai penyangga distal pada kehilangan gigi berujung bebas
4). Atrofi tulang alveolar, baik pada maksila maupun mandibula.
2.3.2. Kontra Indikasi
2.3.2.1. Kontra Indikasi Umum Yang Absolut (mutlak)
Faktor-faktor yang merupakan kontra indikasi absolut ialah:
1). Usia di bawah 16 tahun
2). Gangguan hematopoiesis, pembekuan darah dan sistem endokrin
3). Terapi penyakit kardiovaskuler yang resisten
4). Malignant tumor dengan prognosa yang buruk
5) Gangguan permanen pada sistem imun (HIV)
6). Gangguan mental/ kepribadian yang psychopathy
2.3.2.2 Kontra Indikasi Umum Relatif
Beberapa keadaan yang dikelompokkan ke dalam kontra indikasi umum
relatif diantaranya:
1). Alergi
2). Rheumatoid ringan
14
3). Fokal infeksi yang menyeluruh
4). Penyakit-penyakit akut
5). Kehamilan
6). Adiksi terhadap obat, alcohol, dll
7). Adanya stress fisik
2.3.2.3 Kontra Indikasi Lokal Absolut
1). Adanya penyakit di daerah rahang
2). Myoarthropathy
3). Pasien-pasien dengan kebiasaan buruk
4). Osteomyelitis kronis atau akut
5). Bone deficits
6). Kondisi anatomi dan topografi yang unfavorable dan unatferable
7). Kurangnya motivasi untuk menjaga kebersihan mulut yang baik
2.3.24. Kontra Indikasi Lokal Relatif
1). Temporary bone deficits (misalnya setelah ekstraksi gigi atau ekstirpasi kista)
2). Maxillary deficits
3). Secara topografi dan kondisinya tidak memungkinkan.
2.4. Osseintegrasi
Kesuksesan implan gigi masa kini dihubungkan dengan ditemukannya
metode untuk memaksimalkan kontak permukaan antara implan dan tulang sehat.
Definisi osseointegration adalah hubungan langsung antara tulang sehat dan tepi
imlan endoseus pada tingkat mikroskop cahaya ( McGlumphy dan Larsen, 2003).
Empat factor utama yang dibutuhkan untuk mencapai suatu osseointrgration antar
dua permukaan tulang dan implan adalah :
a. Bahan yang biokompatibel
b. Implan yang baeradaptasi dengan tepat pada tulang yang dipreparasi
c. Pembedahan yang atraumatik untum meminimalis kerusakan jaringan
d. Fase penyembuhan yang tidak terganggu dan adanya imobilitas.
Bahan implan yang biokompatibel diperlukan untuk merangsang
penyembuhan tanpa adanya reaksi tubuh untuk menolak benda asing. Jika bahan
yang digunakan tidak biokompatibel maka tubuh akan berusaha untuk
15
mengisolasi bahan implan impaln yang asing dengan mengelilinginya denga
jaringan granulasi dan jaringan ikat. Bahan implan yang kompatibel yang sering
digunakan adalah titanium dan calcium-phosphate ceramic tertentu.
Ukuran celah antara implan dan tulang setelah penempatan implan sangat
berpengaruh terjadinhya osseointegrasi. Ukuran celah dapat dikendalikan dengan
preparasi yang tepat pada tulang tempat implan akan diletakkan sesuai dengan
implan. Pembedahan atraumatik dibutuhkan untuk untuk meminimalisasi injuri
termal dan mekanis yang mungkin muncul. Maka untuk memperoleh pembedahan
atraumatik digunakan bur yang baru dan tajam dengan kecepatan rendah
bertenaga putar tinggi. Selain itu juga dibutuhkan irigasi baik internal maupun
eksternal untuk mempertahankan suhu tulang dibawah 56 derajat Celsius, karena
jika melebihi maka akan terjadi kerusakan tulang permanent. Sedangkan ketika
suhu mencapai 47 derajat selama 1 menit tulang mengalami kerusakan. Dengan
minimalnya injuri pada tulang maka memungkinkan lebih cepat sembuh dan
mempercepat perlekatan tulang ke implan.
Imobilitas implan tergantung tulang tempat implan tertanam. Komposisi
tulang kortikal dan spongiosa sangat mempengaruhi mobilitas implan.
Keberhasilan osseountegrasi dapat diukur pertama kali pada pembedahan kedua.
Setelah abutmen diletakkan ke badan implan, operatyor harus memeriksa secara
hati-hati akan kemungkinan adanya mobilitas yang terdeteksi secara klinis. Jika
mobilitas terdeteksi maka implan harus segera diangkat dan soket dibiarkan
sembuh.
Menurut Block dan Achong (2004) periode penyembuhan tulang setelah
pemasangan implan tanpa protesa maupun abutmen adalah 4 – 6 bulan untuk
mandibula dan lebih 6 bulan untuk maksila. Waktu 4 – 6 bulan adalah waktu yang
dibutuhkan untuk mencegah berkembangnya kapsulasi fibrosa implan yang sering
muncul pada pemasangan protesa terlalu awal. Tetapi berdasarkan penelitian
Cooper dkk (2001) cit. Block dan Achong (2004), menyatakan bahwa 96,2 %
implan dinyatakan berhasil tanpa resiko kegagalan osseoinrtgrasi pada 3 minggu
setelah penempatan implan satu gigi dengan satu tahap di maksila anterior. Tulang
tempat implan adalah tulang tipe 3 dan dengan panjang minimal 11 mm.
16
17
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Peri-implantitis
3.1.1 Etiologi
Ada dua mayor factor dalam terjadinya periimplantitis, yaitu :
1. Infeksi bakteri
Adanya akumulasi plak pada permukaan implant, sel yang
berperan dalam proses inflamasi akan banyak yang berinfiltrasi ke
jaringan penghubung subepitel. Ketika bakteri plak bermigrasi ke
apical maka akan menyebabkan dektruksi pada jaringan. Salah satu
penyebab meningkatnya inflamasi pada sekitar implant
kemungkinan dikarenakan rendahnya vaskularisasi pada jaringan
lunak dan perbedaan jumlah kolagen / fibroblast pada jaringan
gingival, berbeda dengan gigi yang masih ada dan memiliki
jaringan periodontal dimana masih mempunyai banyak
vaskularisasi.
2. Factor biomekanikal
Penurunan proses osteointegrasi dapat diakibatkan karena
adanya gaya biomekanikal yang memicu peningkatan stress atau
mikrofraktur pada koronal antara tulang dan implant. Hal ini dapat
dipicu karena :
a. Implant yang ditempatkan pada kualitas tulang yang
rendah.
b. Pasien memiliki beban oklusal yang besar, misalnya
pasien dengan kelainan parafungsional.
Periimplan dapat terjadi karena multifactor dengan kedua
etiologi tersebut, baik infeksi bakteri dan factor biomekanikal.
Masing-masing factor harus dieliminasi sebelum melakukan
perawatan pada implant. Etiologi lain yang dapat menyebabkan
atau memperparah periimplantitis adalah adanya trauma pada saat
pembedahan, merokok, tidak adekuatnya tulang, dan respon host.
18
Kualitas tulang yang buruk
Kualitas, kuantitas dan kontur dari tulang akan menentukan
ukuran dan posisi gigi tiruan. Hal ini akan berpengaruh pada desain
dan keberhasilan implan dental. Lama perawatan untuk peletakan
implant dan pemasangan protesa tergantung pada tipe tulang
dimana implant tersebut dipasang. Protesa harus dipasangkan
setelah implant memiliki osseointegrasi dengan tulang
disekitarnya.
Tulang rahang harus kuat dan memiliki massa tulang yang
baik. Kualitas tulang rahang yang lemah dan buruknya massa
tulang dapat berakibat pada durasi waktu penyembuhan atau
bahkan berujung pada kegagalan implant. Ada empat tipe tulang
pada wajah manusia yaitu :
1. Tipe I
Tulang ini dianalogikan seperti kayu oak, keras dan padat. Tipe
tulang ini memiliki suplai darah yang kurang dibandingkan
dengan tipe tulang lainnya. Suplai darah ini penting dalam
kalsifikasi tulang di sekitar implant. Tipe tulang ini
membutuhkan waktu sekitar 5 bulan untuk berintegrasi dengan
implan.
2. Tipe II
Tulang ini dianalogikan seperti kayu pinus, tidak sekeras tipe I.
Tulang ini membutuhkan waktu 4 bulan untuk berintegrasi
dengan implan.
3. Tipe III
Tipe tulang ini seperti kayu balsa, tidak sepadat tipe II. Karena
kepadatannya kurang dari tipe II, maka dibutuhkan waktu yang
lebih lama untuk berintegrasi dengan implan, yaitu 6 bulan
4. Tipe IV
Tipe tulang ini kepadatannya paling rendah. Tulang ini
memerlukan waktu yang paling lama untuk berintegrasi dengan
19
implan yaitu 8 bulan. Bone grafting atau bone augmentasi
tulang sering dibutuhkan.
Kategorisasi kualitas dan kuantitas tulang (tipe 1: terdiri dari tulang
kompak yang homogen; tipe 2:tulang kompak tebal mengelilingi
tulang trabekular padat; tipe 3: tulang kompak tipis mengelilingi
tulang trabekular padat; tipe 4: tulang kompak tipis mengelilingi
tulang trabekular yang kepadatannya rendah)
Tulang tipe I, II dan III memiliki kekuatan yang ideal untuk
kesuksesan implan. Tulang tipe IV sering di jumpai pada bagian
posterior dari maksila. Tulang tipe IV ini memiliki tingkat
keberhasilan implan paling rendah. Dari hasil penelitiannya Jaffin
dan Berman menyatakan penempatan implan pada tulang tipe IV
ini memiliki kegagalan sebesar 35%. Ini menunjukkan bahwa
kualitas tulang bisa menjadi penentu yang baik untuk prognosis
implant.
20
3.1.2 Gejala Klinis
Gejala klinis yang menyertai peri-implantitis yaitu adanya bengkak,
kemerahan, Bleeding On Probing (BOP), dan kalkulus yang berhubungan
dengan etiologi utama yaitu bakteri plak. Bakteri yang biasanya menyertai
yaitu Porphyromonas gingivalis, Treponema denticola, dan Aggregatibacter
actinomycetemcomitans.
Parameter Klinis Peri-Implan Mukositis Peri-Implanitis
Peningkatan probing
depth
+/- +
Bleeding on probing + +
Supurasi +/- +
Kegoyangan - +/-
Resorbsi tulang alveolar - +
21
3.1.3 Pemeriksaan
Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnose dibagi menjadi
dua, yaitu pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan klinis dilakukan secara visual dengan melihat tanda-tanda
adanya gejala peri implantitis dalam rongga mulut, yaitu adanya keradangan
gingival disekitar implant, adanya pendarahan, adanya penambahan kedalaman
probing, adanya akumulasi debris dan plak serta adanya kegoyangan pada implant
tersebut. Adabila terdapat gejala tersebut, dapat ditegakkan diagnose sementara
peri implantitis.
Untuk mendukung penegakan diagnose pada kasus tersebut, perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang bisa dilakukan dengan
menggunakan radiografi. Pemeriksaan radiografi bertujuan untuk memperoleh
informasi mengenai kondisi tulang, kualitas dan kuantitas tulang, daerah jaringan
periodontal pada periapikal serta posisi dan lokasi fixture implant. Radiografi
yang digunakan dapat menggunakan periapikal, panoramik, oklusal, lateral
sefalometri, dll. Hasil dari pemeriksaan radiografis dapat dijadikan pedoman
untuk menentukan rencana perawatan pada kasus tersebut. Selain itu juga bisa
dilakukan analisis pada model studi. Modes studi penting untuk mempelajari sisa
geligi dan tulang rahang dan hubungan rahang atsa dan bawah. Model rahang atas
dan rahang bawah yang dipasang dan model malam dengan penyusunan
percobaan dari gigi akan membantu untuk mendapatkan gambaran letak implant
yang tepat. Hal ini penting jangan sampai terjadi implant berada diluar lengkung
gigi sehingga menggangu esetik.
22
3.1.4 Penatalaksanaan (Perawatan Infeksi Periimplan)
Peri-implan mucositis adalah kondisi reversibel dan hanya membutuhkan
intervensi minimal untuk mengobati. Debridement mekanis menyeluruh wilayah
bersama dengan lokal anti-mikroba (Chlorhexidine irigasi, Dentomycin) biasanya
cukup untuk menyelesaikan masalah. Sebuah pemeriksaan menyeluruh daerah
juga harus diselesaikan untuk memastikan tidak ada faktor iatrogenik lokal
memberikan kontribusi terhadap masalah.
Jika penyakit itu telah berkembang lebih lanjut dan terdapat kehilangan
tulang, fase pengobatan awal adalah sama, anti-mikroba (chlorhexidine,
dentomycin), debridement mekanis dan protokol kebersihan mulut yang ketat,
termasuk obat kumur chlorhexidine. Pemberian antibiotik sistemik juga harus
dipertimbangkan untuk mengurangi jumlah bakteri patogen. Banyak metode telah
Poket periimplan
3mm
Poket periimplan
> 3mm
Tidak ada plak,
BOP (-) Tidak dibutuhkan
terapi
Kontrol Plak dan
Lokal debridement
Tidak ada plak,
BOP (-)
Plak, BOP
Tidak ada
kehilangan tulang
Terdapat kehilangan
tulang
Mild (Ringan)
Moderate
(Sedang)
Severe (Berat)
Plak, BOP
Tidak dibutuhkan
terapi
Kontrol Plak dan
Lokal
debridement,
Bedah reseksi
Kontrol Plak dan
Lokal
debridement,
Bedah reseksi,
Antiseptik topical,
Antibiotik local,
Antbiotik Sistemik
Kontrol Plak dan
Lokal
debridement,
Bedah reseksi,
Antiseptik topical,
Antibiotik local,
Antbiotik
Sistemik, Open
debridement
Kontrol Plak dan
Lokal
debridement,
Antbiotik
Sistemik, Open
debridement,
Explanation
23
digunakan untuk debridement plak pada permukaan implan yang terkontaminasi
termasuk scaler, sonik, ultrasonik mekanik dan, laser, udara bubuk abrasi, dan
berbagai solusi kimia seperti chlorhexidine diglukonat, asam sitrat, hidrogen
peroksida, dan saline3, 4. Di Pusat Pengobatan Penyakit Peri-implan (CTPID) kita
menggunakan kombinasi metode termasuk klorheksidin diglukonat, solusi
tetrasiklin, garam dan debridement mekanis. Namun, setiap kasus adalah unik dan
membutuhkan solusi yang sesuai.
Dokter kemudian dapat mempertimbangkan apakah akan mencoba untuk
menumbuhkan tulang di sekitar implan. Keputusan ini dibuat berdasarkan jumlah
tulang yang hilang, morfologi cacat dan respon pasien dan motivation5.
Tujuannya di sini adalah untuk membangun kembali volum tulang sekitar implan,
namun, ada perdebatan tentang kemampuan untuk 'kembali osseointegrate'
permukaan implan yang sebelumnya terkontaminasi.
Tahap – tahap perawatan periimplantitis
1. Pemberian antibiotik secara sistemik selama tiga hari sebelum operasi
yang setara dengan metronidazol 400mg.
2. Pemberian obat kumur 0,2% klohexidin satu menit sebelum operasi.
3. Lakukan insisi dan flap full thickness di sekitar daerah yang terinfeksi.
4. Lakukan kuretase pada tulang dan jaringan lunak menggunakan kuret serat
karbon.
5. Tempelkan kasa yang telah dicelupkan pada larutan klorheksidin 0,2% di
tempat yang terinfeksi dan biarkan selama 5 menit.
6. Setelah 5 menit, ambil kasa dan lalukan irigasi dengan saline steril yang
telah dicampur dengan 1 gram tetrasiklin.
7. Bubuhkan bonegraft pada daerah yang terflap dan berikan membran
kolagen diatasnya dan jahit.
3.1.5 Pertimbangan perawatan
Pada perawatan kegagalan implant, terdapat dua fase terapi
1. Fase pendahuluan dari periimplantitis terapi
Pada fase ini, terdapat dua hal yang dilakukan, yaitu :
a. Terapi oklusal
24
b. Terapi antiinfeksi
Pertimbangan dilakukan perawatan pendahuluan tanpa
melakukan pembedahan adalah inlflamasi mukosa yang dapat
dideteksi secara klinis dan tidak adanya level kehilangan tulang
pada pemeriksaan radigrafi.
2. Teknik pembedahan untuk terapi periimplantitis
Teknik pembedahan ini dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Terapi periimplan resektif
Terapi ini digunakan untuk kehilangan tulang secara
horizontal dan moderate vertical (<3 mm) dan
menghilangkan pedalaman poket.
Pertimbangan dilakukan perawatan ini adanya moderate –
severe kehilangan tulang secara horizontal, adanya defek
tulang pada satu dan dua dinding , dan implant pada posisi
yang estetiknya kurang
b. Terapi periimplan regenerative
Pada terapi ini dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Pertimbangan untuk submerged regenerative
therapy
Detoksifikasi implant kemungkinan dapat dilakukan,
defek tulang pada dua atau tiga dinding, moderate-
severe defek pada sekeliling infabony poket, dan
implant dengan kemungkinan penutupan flap sempurna.
2. Pertimbangan untuk pergingival regenerative
therapy
Implant yang dilakukan secara one-stage, moderate-
severe defek pada sekeliling infabony poket,
detoksifikasi implant kemungkinan dapat dilakukan,
dan defek tulang pada tiga dinding
3.2 Kriteria Keberhasilan Implan
a. Subjektif
25
1. Berfungsi dengan baik
2. Nyaman dipakai
3. Meningkatkan estetis
4. Meningkatkan status psikis dan mental
b. Objektif
1. Ketebalan implant di lingual kurang lebih 1mm dan 0,5 mm
disisi fasial dari implant
2. Jarak antara implant minimal 3mm
3. Jarak antara impaln dan nasal cavity minimal 1mm
4. Jarak antara implant dan dasar sinus maksilaris minimal
1mm
5. Ketinggian tulang yang adekuat umumnya dijumpai diantar
nasal cavity dan sinus maksilaris
6. Jarak antara implant dan canalis alveolaris inferior minimal
2mm.
7. Kerusakan tulang tidak melebihi 1/3 ketinggian vertical
protesa
8. Keseimbangan oklusal dan dimensi vertical yang baik
9. Keradangan gingival bisa dirawat
10. Mobilitas tidak melebihi 1 mm dalam segala arah
11. Tidak ada infeksi atau gejala infeksi
12. Tidak terjadi kerusakan pada gigi-gigi di dekatnya
13. Tidak terjadi parastesi pada canalis mandibula dan sinus
maksilaris
14. Fixture implant dalam keadaan baik
15. Tercapainya osseointegrasi
26
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, K.J. 2003. Philip’s of Dental Material 11th ed. Saunders.
Block, MS., 2001, Colour Atlas of Dental Implant Surgery, WB Saunders Co.,
Philadelphia Block, MS. And Achong, RM. 2004. Osseointegration in
Peterson’s Oral and Maxillofacial Surgery. Milloro, M (editor). Edisi ke 2
BC Decker Inc. Ontario.
Branemark, 1987. Tissue Integrated Prosthesis. Osteointegratiom in Clinical
Dentistry, 1 st editrion, Germany : Kosel GmbH & Co.
Choi, K. O. 2007. Osstem Implan System. Osstem Implan Co, Ltd.
Engelman, MJ., 1996, Clinical Decision and Treatment Planning
Osteointegration, Quintessence Pub. Co. Inc. Illionos
Chen, S. dan Darby, I. 2003. Dental implants: Maintenance, Care and Treatment
of Peri-implant Infection. Australian Dental JournaL, ;48:(4): 212-220
Efriliamora nasution. 2003. Kegagalan Pemakaian Gigi Tiruan Jembatan
Dukungan Gigi dan Implant Ditinjau dari Aspek Biomekanis dan Usaha
Pencegahannya. usu e-repository@2003
Karasutisna, T. 2002. Bahan Ajar Ilmu Bedah Mulut. Tinjauan Umum Dental
Implan dan Pengenalan Sistem Implan ITI. Bagian Bedah Mulut FKG
UNPAD.
Newman, Michael G., Henry H. Takei, Fermin A. Carranza. 2002. Carranza's m
Clinical Periodontology-9th Ed. Philadelphia: W. B. Saunders Company.
Jokstad, A., Braegger, U., Brunski, J. B., Carr, A. B, Naert, I., dan Wennerberg,
A. 2003. Quality of Dental Implans. International Dental Journal; Supp.
2;6/03. FDI Dental Press.
Manurung, R. 1997. Tinjauan Umum Dental Implan. Jurnal Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran.
Mc Glumphy, EA dan Larsen, PE., 2003, Contemporary Implant Dentistry, In
Peterson Implant Dentistry, Contemporary Oral and Maxilofacial Surgery,
27
Fourth ed. Mosby, St Louis.
McKinney, R. V. 1991. Endosteal Dental Implan. 1st edition. Toronto: Mosby
year Book.
Misch, C. E. 2005. Dental Implan Prosthetic. Mosby
Nur Fahmi Fauziah, 2008. Prosedur Pemasangan Pada Sistim Implan Osstem SS
II, Skripsi, Fakultas Kedokteran Gigi Unpad, Bandung.
Pedlar,J and Frame, J.W. 2001. Oral and Maxillofacial Surgery ; an Objective
Based Tex Book. Churchill Livingstone
Renouard, F., and Rangert, B. 1999. Risk Factors in Implant Dentistry ; Simplified
Clinical analysis for Predictable Treatment. Quintessence Pub. Co., Inc
Sethi, A., and Kaus. T. 2005 Practical Implant Dentistry. Quintessence Publishing
Co., Ltd.
Schroder, A., Sutter, F., Krekeler, G. 1991. Oral Implantology; Basics ITI Hollow
Cylinder System. Georg Thieme Verlag Stugart.
Straumann. 1995. Concept and surgical Procedure. Straumann Dental.
Quintessenze Verlag, Berlin.