percobaan 1.docx
DESCRIPTION
pTRANSCRIPT
Percobaan 1
Isolasi Piperin dari Fructus Piperin nigri dan Piperin albi
I. Judul Percobaan:
Isolasi Piperin dari Fructus Piperin nigri dan Piperin albi
II. Tujuan Percobaan:
Memahami prinsip dan melakukan isolasi piperin dari fructus piperin nigri atau
piperin albi beserta analisis kualitatif hasil isolasi dengan metode kromatografi lapis tipis.
III. Bahan Percobaan:
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah serbuk buah piper nigrum atau
album, etanol 95% (teknik), KOH-etanolik 10%, silica gel GF 254, diklormetan, etil
asetat, anisaldehida-asam sulfat (pereaksi semprot), piperin pembanding, glass-wool.
IV. Alat Percobaan:
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah perangkat penyari soxhlet ( volume
ekstraktor 100ml), kompor dengan penangas air atau heating mantle, batang pengaduk,
cawan porselin, corong, perangkat KLT.
V. Skema Percobaan:
- Ditimbang
- Dimasukkan dalam alat penyari soxhlet yang telah dipasang kertas saring
- Ditambah etanol 96%, minimal dua kali sirkulasi
- Ditambah batu didih
- Penyarian dilakukan 2jam dengan kecepatan6-8 sirkulasi
- Ditunggu sampai dingin
30gr serbuk merica
- Disisihkan sisihkan sebanyak 3ml dalam flakon dan ditutup- Sisanya diuapkan diatas penangas air sampai kering atau konsistensi kental
- Ditambahkan 10ml KOH-etanolik 10% sambil
- Diaduk hingga timbul endapan
-
- Dipisahkan sari dari bagian yang tidak larut melalui glass wool
- Sari jernih didiamkan dalam almari es sampai hari praktikum selanjutnya atau sampai terbentuk Kristal
- Dipisahkan, dicuci dengan etanol 96% (dingin) dan dikeringkan dalam almari pengering pada suhu 40°C selama 30-45 menit
- Disimpan dalam eksikator yang dilengkapi kapur tohor
VI. HASIL PENGAMATAN Jenis sampel : Serbuk Lada Hitam Jumlah sampel : 30gram Jumlah pelarut untuk ekstraksi : 100 ml Bentuk Kristal : - Warna Kristal : -
Rendemen : (Tidak didapatkan rendemen)
Sari Jernih
Sari Jernih yang telah mengendap
Kristal
Hasil
VII. PEMBAHASAN
Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan
heterosiklik dan terdapat di tumbuhan (tetapi tidak terkecuali senyawa berasal dari hewan).
Alkaloid biasanya diklasifikasikan menurut keasaman sumber asal molekulnya (prekursor)
didasari dengan metabolisme pothway (metabolic pathway) yang dipakai untuk membentuk
molekul itu. Umumnya alkaloid mengandung 1 atom H meskipun ada beberapa yang memiliki
lebih dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom ini dapat berupa
amin primer, sekunder, maupun tertier yang semuanya bersifat basa (tingkat kebasaannya
tergantung dari struktur molekul dan gugus fungsionalnya). Kebanyakan alkaloid telah diisolasi
berupa padatan kristal tidak larut dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran
dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa seperti nikotin dan konin
berupa cairan. Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks,
species aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Pada
umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa
pseudoalkalod dan protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat
larut dalam air. Kebebasan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami
dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini sering
berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai
persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam dengan
senyawa organik (tartrat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida) sering mencegah
dekomposisi (Harborne, 1987).
Flavanoid ditemukan dalam tingkatan-tingkatan yang sangat tinggi di dalam buah apel,
bawang-bawang dan teh. Flavanoid mempunyai sifat yang khas yaitu bau yang sangat tajam,
sebagian besar merupakan pigmen warna kuning, dapat larutdalam air dan pelarut organic,
mudah terurai pada temperature tinggi. Flavanoid sering terdapat sebagai glikosida. Flavanoid
mencakup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai
dari fungus sampai angiospermae. Pada tumbuhan flavanoid, terdapat dalam bagian vegetative
maupun dalam bunga. Peranan flavanoid yang demikian itu dapat menghalangi terjadinya
tahapan inisasi penyempitan pembuluh darah. Pada akhirnya dapat mengurangi resiko serangan
jantung “koroner dan stroke”. Flavanoid tertentu merupakan komponen aktif tumbuhan yang
digunakan untik mengobati gangguan fungsi hati, digunakan untuk melindungi membran sel hati
dan menghambat sintesis prostaglandin, penghambatan reaksi hidroksilasi pada mikrosom.
Dalam makanan flavanoid dapat menurunkan agregasi platelet dan mengurangi pembekuan
darah (Dinat, A., 2010).
1. PIPERIN
Piperin ditemukan sebagai bahan aktif dan merupakan alkaloid yang bertanggung jawab
terhadap rasa pedas serta bau merica hitam. Konsentrasi piperin dalam merica hitam sekitar 5-
9%. Piperin juga digunakan dalam pengobatan tradisional dan sebagai insektisida
(Amalina,2008).
Piperin merupakan senyawa amida basa lemah yang dapat membentuk garam dengan
asam mineral kuat. Piperin bisa dihidrolisis dengan KOH-etanolik yang akan menghasilakan
kalium piperinat dan piperidin. Oleh sebab itu pada proses isolasi, pemberian KOH-etanolik
tidak boleh berlebihan dan harus dalam keadaan panas. Tumbuhan jenis piper juga mengandung
minyak atsiri berwarna kuning, berbau aromatis, senyawa berasa pedas ( kavasin ),amilum, resin,
protein. Senyawa amida piperin berupa Kristal berbentuk jarum, berwarna kuning, tidak berbau,
lama-kelamaan berasa pedas, larut dalam etanol, asam cuka, benzene, dan kloroform
(Amalina,2008).
Kedudukan tanaman merica hitam (Piper nigrum L.) dalam taksonomi adalah sebagai
berikut :
Kingdom : plantae
Subkingdom : tracheobionta
Divisio : Spermatophyta
Subdivision : Angiospermae
Classic : Dicotyledoneae
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper nigrum L. ( Amalina,2008).
Struktur piperine dapat digambarkan sebagai berikut :
(Anonim, 2006).
Morfologi Tanaman Merica Hitam (piper nigrum L.)
Tanaman merica hitam berupa tanaman yang memanjat, dengan akar pelekat, batang 5-15
m. Daun berseling atau tersebar, bertangkai, dengan daun penumpu yang mudah gugur dan
meningkat berkas yang berupa suatu lingkaran. Helaian daun bulat telur, memanjang dengan
ujung meruncing, 5-15 cm x 8-20 cm, pada sisi buah pada kelenjar-kelerjar yang tenggelam.
Bulir terpisah-pisah, bergantungan terdapat pada ujung atau berhadapan dengan daun. Daun
pelindung memanjang 4-5 mm panjang. Buah berupa buah buni, bangun bulat (Amalina,2008).
Nama daerah
Merica hitam ( piper nigrum L.) mempunyai nama Sumatra : lada (aceh), leudeu pedih,
(gayo), lada (batak), lada (nias), raro (mentawai), lada kecik (Bengkulu), lade ketek
(minangkabau), lada (lampung). Jawa: lada, pedes (sunda), merica (jawa). Nusa Tenggara :
maicam, mica (bali), saha (bima), saang (flores). Kalimantan : sahang laut (dayak), sahangg
(sampit). Sulawesi : kaluya jawa, marisa jawa, malita lodawa (gorontalo). Maluku : marisano
(sepa), rica jawa, rica polulu (ternate), mica jawa, rica tamelo (tidore) (Amalina,2008).
Kandungan Kimia
Piperin mengandung minyak atsiri, pipen, kariofelin, limonene, filandren, alkaloid
piperin, kavasin, piperitin, piperidin, zat pahit, dan minyak lemak ( Amalina,2008).
Manfaat
Piperin berkhasiat sebagai bahan penyegar, menghangatkan badan, merangsang
semangat, obat perut kembung, merangsang keluarnya keringat, dan obat sesak nafas, Selain itu
juga sebagai karminatif, diaforetik, dan analgesik ( Amalina,2008)
Sifat Kimiawi :
Mengandung minyak lada (berbau phellandren), alkaloida (piperine), minyak lemak,
chavisin dan pati.
Zat Aktif - Kamfeina :
Merangsang timbulnya kejang; Boron : merangsang keluarnya hormon, androgen dan
estrogen, mencegah keroposnya tulang; Calamene : Merangsang semangat; Carvacrol :
menghambat prostagladin, penyegar, relaksasi otot, menghilangkan kelelahan; Chavicine :
merangsang semangat
Wilayah :
Tanaman ini biasa ditanam di halaman dan di kebun yang bertanah gambur dan subur.
Biasanya sering dijumpai di daerah Bangka, Lampung, Kalimantan dan Aceh. Tanaman ini
merupakan tanaman untuk bumbu ataupun obat-obatan.
Kandungan kimia :
Buah pada tanaman ini mengandung zat-zat : Piperin, piperidin, pati, protein, lemak,
asam-piperat, chavisin dan minyak terbang (felanden, kariofilen, terpen-terpen) Bagian tanaman
yang digunakan : Akar dan Biji.
Cara Budidaya :
Menggunakan biji dan setek, cukup sinar matahari dan agak terlindung.
2. EKSTRAKSI
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat. Adapun tujuan dari
ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia.
Tujuan Ekstraksi
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam
simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut
dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam
pelarut.
Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi:
1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme. Dalam
kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang
sesuai untuk mengembangkan proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.
2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya alkaloid,
flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan
keberadaannya belum diketahui. Dalam situasi seperti ini, metode umum yang dapat
digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini
diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia
tertentu
3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional, dan biasanya
dibuat dengan cara, misalnya Tradisional Chinese medicine (TCM) seringkali
membutuhkan herba yang dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan
sebagai obat. Proses ini harus ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui kajian
ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk memvalidasi
penggunaan obat tradisional.
4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara apapun.
Situasi ini (utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika tujuannya adalah untuk
menguji organisme, baik yang dipilih secara acak atau didasarkan pada penggunaan
tradisional untuk mengetahui adanya senyawa dengan aktivitas biologi
khusus(Sudjadi,1986).
Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan
larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses
ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam
dan di luar sel(Sudjadi,1986).
Jenis Ekstraksi
1. Ekstraksi secara dingin
a. Metode maserasi
Prinsip Maserasi ialah penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung
dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut
karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang
konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi
rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi
antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan
penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya
dipekatkan (anonim,2008).
Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya antara
lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang
digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur
keras seperti benzoin, tiraks dan lilin(Alam,2007).
Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut :
Modifikasi maserasi melingkar
Modifikasi maserasi digesti
Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat
Modifikasi remaserasi
Modifikasi dengan mesin pengaduk
Metode Soxhletasi
b. Metode Perkolasi
Prinsip Perkolasi ialah penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk
simplisia dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana
silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke
bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel
simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena
gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan
ke bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan (anonim, 2008).
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk
simplisia yang telah dibasahi.Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah
tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah
kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode
refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan
komponen secara efisien. Metode perkolasi biasa digunakan untuk mengekstraksi bahan
yang kandungan minyaknya lebih mudah terekstraksi. Sementara metode imersi lebih
cocok digunakan untuk mengekstraksi minyak yang berdifusi lambat (Alam,2007).
2. Ekstraksi secara panas
a. Metode refluks
Prinsip Refluks ialah penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel
dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu
dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-
molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari
kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung
secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan
sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan
(Anonim,2008).
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-
sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung. Kerugiannya
adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari
operator (Alam 2007).
b. Metode destilasi uap
Prinsip Destilasi Uap Air ialah penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan
air ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan
masuk ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yang terdapat
dalam simplisia, uap air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor
dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran air dan minyak
menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan memisah antara air dan minyak
atsiri (Anonim, 2008).
Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak
menguap (esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk
menyari simplisia yang mengandung minyak menguap atau mengandung komponen
kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal (Alam, 2007).
c. Ekstraksi Soxhlet
Prinsip Soxhletasi ialah penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring
sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan
dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang
jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah
mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui
pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak
berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali.
Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan (Anonim, 2008).
Ada dua jenis ekstraktor yang lazim digunakan pada skala laboratorium, yaitu
ekstraktor Soxhlet dan ekstraktor Butt. Pada ekstraktor Soxhlet, pelarut dipanaskan dalam
labu didih sehingga menghasilkan uap. Uap tersebut kemudian masuk ke kondensor
melalui pipa kecil dan keluar dalam fasa cair. Kemudian pelarut masuk ke dalam
selongsong berisi padatan. Pelarut akan membasahi sampel dan tertahan di dalam
selongsong sampai tinggi pelarut dalam pipa sifon sama dengan tinggi pelarut di
selongsong. Kemudian pelarut seluruhnya akan menggejorok masuk kembali ke dalam
labu didih dan begitu seterusnya. Peristiwa ini disebut dengan efek sifon.
Prinsip kerja ekstraktor Butt mirip dengan ekstraktor Soxhlet. Namun pada
ekstraktor Butt, uap pelarut naik ke kondensor melalui annulus di antara selongsong dan
dinding dalam tabung Butt. Kemudian pelarut masuk ke dalam selongsong langsung lalu
keluar dan masuk kembali ke dalam labu didih tanpa efek sifon. Hal ini menyebabkan
ekstraksi Butt berlangsung lebih cepat dan berkelanjutan (rapid). Selain itu ekstraksinya
juga lebih merata.
Ekstraktor Butt dinilai lebih efektif daripada ekstraktor Soxhlet. Hal ini didasari
oleh faktor berikut:
Pada ekstraktor Soxhlet cairan akan menggejorok ke dalam labu setelah tinggi pelarut
dalam selongsong sama dengan pipa sifon. Hal ini menyebabkan ada bagian sampel yang
berkontak lebih lama dengan cairan daripada bagian lainnya. Sehingga sampel yang
berada di bawah akan terekstraksi lebih banyak daripada bagian atas. Akibatnya ekstraksi
menjadi tidak merata. Sementara pada ekstraktor Butt, pelarut langsung keluar menuju
labu didih. Sampel berkontak dengan pelarut dalam waktu yang sama.
Pada ekstraktor Soxhlet terdapat pipa sifon yang berkontak langsung dengan udara
ruangan. Maka akan terjadi perpindahan panas dari pelarut panas di dalam pipa ke
ruangan. Akibatnya suhu di dalam Soxhlet tidak merata. Sedangkan pada ekstraktor Butt,
pelarut seluruhnya dilindungi oleh jaket uap yang mencegah perpindahan panas pelarut
ke udara dalam ruangan
Keuntungan metode ini adalah :
Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan
terhadap pemanasan secara langsung.
Digunakan pelarut yang lebih sedikit
Pemanasannya dapat diatur
Kerugian dari metode ini :
Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah
terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.
Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam
pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume
pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.
Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut
dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat
yang berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan
uap pelarut yang efektif.
Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik
dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya heksan :
diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan
mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah:
Tipe persiapan sampel
Waktu ekstraksi
Kuantitas pelarut
Suhu pelarut
Tipe pelarut
d. Ekstraksi rotavor
Prinsip Rotavapor
Proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang
dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat, cairan penyari dapat menguap 5-10º C di
bawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan.
Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor
dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang
ditampung dalam labu alas bulat penampung.
3. Ekstraksi Cair-Cair
Prinsip Ekstraksi Cair-Cair ialah pemisahan komponen kimia di antara 2 fase
pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian komponen larut pada fase pertama
dan sebagian larut pada fase kedua, lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi
dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan
fase cair, dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan
tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap.
4. Prinsip Kromatografi Lapis Tipis
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi, yang
ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen), komponen kimia bergerak
naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap komponen-komponen
kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang
berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya, hal inilah yang menyebabkan terjadinya
pemisahan.
5. Prinsip Penampakan Noda
a. Pada UV 254 nm
Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak
berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya
daya interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada
lempeng. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan
oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke
tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energi.
b. Pada UV 366 nm
Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap.
Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi
antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada
noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat
energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula
sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366 terlihat
terang karena silika gel yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.
c. Pereaksi Semprot H2SO4 10%
Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10% adalah berdasarkan
kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam merusak gugus kromofor dari
zat aktif simplisia sehingga panjang gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih
panjang (UV menjadi VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata.
3. CARA KERJA
Langkah pertama yaitu serbuk merica ditimbang sebanyak 30gram, dimasukan
dalam kertas saring lalu dimasukan ke dalam alat penyari soxhlet ditambahkan etanol
96% paling sedikit dua kali sirkulasi.lalu ditambahkan batu didih, fungsi penambahan
batu didih yaitu untuk meratakan panas sehingga panas menjadi homogen pada seluruh
bagian larutan dan untuk menghindari titik lewat didih. Ada beberapa kasus, air tidak
mendidih pada suhu 1000c, sehingga ketika pada saat mendidih, terjadi letupan atau
ledakan. Jadi fungsi batu didih adalah agar larutan tersebut dapat mendidih dan menguap
pada suhu yang seharusnya(Vivy,2008). Setelah itu dilakukan soxletasi selama 2jam, lalu
didinginkan. Kemudian larutan yang diperoleh disaring dengan kertas saring. Maka akan
didapat sari jernih dan ampasnya. Sari jernih diambil 3ml lalu dimasukan kedalam flakon
dan sisanya diuapkan sampai kering atau kental, lalu ditambahkan KOH-etanolik 10%
kemudian diaduk-aduk sehingga timbul endapan. Lalu endapan dipisahkan melalui glass
wool. Sari jernih yang didapat didiamkan dilemari es selama 2 minggu. Fungsi didiamkan
dilemari es selama 2 minggu agar kristal yang didapatkan terbentuk dengan sempurna.
Selanjutnya Kristal optimal yang didapat dari sari jernih yang disimpan dalam lemari es
disaring lalu dicuci dengan etanol 96% (dingin) dilabu Erlenmeyer lalu disaring kembali.
Kertas saring yang berisi endapan Kristal dikeringkan dalam almari pengering
pada suhu 400c selama 30-45 menit. Setelah dikeringkan lalu ditimbang dan direndam
dalam etanol secukupnya, lalu diaduk-aduk sampai tidak ada perubahan warna pada
etanol atau kertas saring menjadi putih kembali. Filtrat yang didapat dipisahkan lalu
diuapkan sampai kering.kemudian ditutup menggunakan alumunium foil lalu disimpan di
eksikator. Selanjutnya akan diidentifikasi dengan KLT pada percobaan 5. Eksikator
sifatnya vakum.tujuannya agar uap air yang berada diluar eksikator tidak dapat masuk ke
dalam eksikator. Dibagian bawah di dalam eksikator terdapar zat yang dapat
mengabsorpsi uap air ( biasanya asam sulfat pekat atau silica gel). Zat didalam eksikator
dapat tetap kering karena uap air didalam zat diadsorpsi oleh silica gel atau asam sulfat
pekat tersebut.
Ciri-ciri silica gel yang sudah jenuh ( banyak mengandung uap air ) adalah
warnanya menjadi biru tua. Untuk menghilangkan uap airnya, cukup dengan
memanaskan silica gel diatas api atau di dalam oven dengan suhu 1100c sampai warnanya
menjadi putih atau tidak berwarna.
VIII. KESIMPULAN
1. Isolasi piperin dari piperis nigri menggunakan metode soxhletasi. Prinsip
kerjanya yaitu piperin disari dari buah piper dengan etanol 96% dipisahkan dari
senyawa resin dengan penambahan KOH-etanolik. Kristalisasi dilakukan dengan
etanol.
2. Pada percobaan kali ini kami belum berhasil mendapatkan kristal dari hasil isolasi
Fructus Piperis nigri, sehingga kita tidak dapat menghitung hasilrandemennya
IX. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Lada Hitam ( Piper nigrum ) . http://www.conectique.com/.
Diakses tanggal 3 Juni 2012
Anonim, 2008, Ekstraksi, http://medicafarma.blogspot.com/2008/11/ekstraksi.html.
Diakses pada tanggal 3 Juni 2012
Amalina, Nur lia, 2008, Uji Sitotoksik Ekstrak Etanol 70% Buah Merica Hitam (piper nigrum L)
terhadap sel Hela , http://edt.eprints.ums.ac.id/1414/K100040017.pdf. Diakses pada
tanggal 3 Juni 2012
Alam, Gemini dan Abdul Rahim. 2007. Penuntun Praktikum Fitokimia. UIN Alauddin:
Makassar. 24-26.
Dinata, Arda, 2010, Laporan Praktikum Fitokimia, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi; Padang
Ditjen POM, (1986), Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia Penentuan Cara Modern Menganalisis Tumbuhan,
Penerbit ITB; Bandung
Sudjadi, Drs., (1986), Metode Pemisahan, UGM Press, Yogyakarta
Stahl, Egon. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. ITB: Bandung
Wijaya H. M. Hembing (1992), Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia, Cet 1 , Jakarta .
Vivy, 2008, Batu Didih, http://tech.groups.yahoo.com/group/kimia_indonesia/message/8733 .
Diakses pada tanggal 3 Juni 2012
X. JAWABAN PERTANYAAN
1. Tuliskan kedudukan sistematika piper nigrum?
Jawab:
Kingdom : plantae
Subkingdom : tracheobionta
Divisio : Spermatophyta
Subdivision : Angiospermae
Classic : Dicotyledoneae
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper nigrum L
2. Sebutkan kandungan golongan senyawa yang pada umumnya terdapat dalam
tumbuhan yang termasuk satu jenis dengan piper nigrum?
Jawab: Piperin mengandung senyawa, seperti: minyak atsiri, pipen, kariofelin,
limonene, filandren, alkaloid piperin, kavasin, piperitin, piperidin, zat pahit, dan
minyak lemak, amilum pati, saponin, tanin, terpenoid, eugenol, kavibetol,
kadimen estragol
3. Bagaimana kemungkinannya bila penambahan KOH etanolik disertai dengan
pemanasan, tulis reaksi kimianya.
Jawab: Penambahan KOH etanolik digunakan untuk memisahkan piperin dan
resin. Piperin bila dihidrolisis dengan KOH-etanolik yang berlebihan dan dalam
keadaan panas menyebabkan piperin terhidrolisis dan membentuk kalium
piperinat dan piperidin
Reaksi:
+ KOH-etanolik