perbaikan kualitas minyak biji karet melalui proses degumming menggunakan asam sitrat (c6h8o7)...

12
JTM. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2013, 18-24 PERBAIKAN KUALITAS MINYAK BIJI KARET MELALUI PROSES DEGUMMING MENGGUNAKAN ASAM SITRAT (C 6 H 8 O 7 ) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIODIESEL Sarifudin S1 Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya e-mail:[email protected] I Wayan Susila Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya e-mail: [email protected] ABSTRAK Minyak bumi merupakan bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui. Penggunaan minyak bumi sebagai bahan bakar di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan. Hal ini berbanding terbalik dengan produksi minyak bumi yang terus menerus mengalami penurunan. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dicari bahan bakar alternatif, salah satunya adalah biodiesel. biodiesel terbuat dari bahan biji-bijian yang mengandung randemen minyak. Biji karet termasuk biomassa yang sangat baik untuk dijadikan bahan baku pembuatan biodiesel. Biji karet merupakan biji-bijian yang jumlahnya cukup banyak dan sejauh ini masih belum dimanfaatkan secara optimal. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan memanfaatkan biji karet sebagai bahan baku pembuatan biodiesel dengan melalui proses degumming terlebih dahulu. Penelitian ini bertujuan untuk menghilangkan atau mengeliminasi gum / getah yang terdapat pada minyak biji karet, pada penelitian sebelumnya biodiesel dari minyak biji karet memiliki kadar residu karbon yang tinggi, hal ini dikarenakan pada pembuatannya tidak melalui proses degumming terlebih dahulu. Proses ini terdiri dari beberapa tahap, antara lain tahap pengumpulan, tahap pengupasan, tahap pengepresan, tahap penyaringan, dan tahap degumming. pada penelitian ini proses degumming menggunakan minyak biji karet sebanyak 400 ml (360 gr) dan asam sitrat sebagai absorben sebesar 0,1% (0,278 gr), 0,2% (0,556 gr), 0,3% (0,834 gr), 0,4% (1,12 gr), 0,5% (1,39 gr) b/b. Selanjutnya, minyak biji karet sebelum CRSO (crude rubber seed oil) dan sesudah proses degumming RSO (rubber seed oil) diuji karakteristiknya sesuai mengacu kepada ASTM (American Standart Testing of Materials) . Minyak biji karet akan diuji viskositas (menggunakan metode viscometer), densitas (menggunakan metode gravimetry ASTM D 1298), pH (menggunakan pH meter), kadar P atau getah/gum (menggunakan spektrophotometri), nilai kalor (menggunakan metode bomb calorimeter), dan kadar FFA (menggunakan titrimetri). 18

Upload: alim-sumarno

Post on 03-Jan-2016

201 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : SARIFUDIN, I WAYAN SUSLA, http://ejournal.unesa.ac.id

TRANSCRIPT

Page 1: PERBAIKAN KUALITAS MINYAK BIJI KARET MELALUI PROSES DEGUMMING MENGGUNAKAN ASAM SITRAT (C6H8O7) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIODIESEL

JTM. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2013, 18-24

PERBAIKAN KUALITAS MINYAK BIJI KARET MELALUI PROSES DEGUMMING MENGGUNAKAN ASAM SITRAT (C6H8O7) SEBAGAI BAHAN BAKU

PEMBUATAN BIODIESEL

SarifudinS1 Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya

e-mail:[email protected]

I Wayan SusilaJurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya

e-mail: [email protected]

ABSTRAKMinyak bumi merupakan bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui. Penggunaan

minyak bumi sebagai bahan bakar di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan. Hal ini berbanding terbalik dengan produksi minyak bumi yang terus menerus mengalami penurunan. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dicari bahan bakar alternatif, salah satunya adalah biodiesel. biodiesel terbuat dari bahan biji-bijian yang mengandung randemen minyak. Biji karet termasuk biomassa yang sangat baik untuk dijadikan bahan baku pembuatan biodiesel. Biji karet merupakan biji-bijian yang jumlahnya cukup banyak dan sejauh ini masih belum dimanfaatkan secara optimal.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan memanfaatkan biji karet sebagai bahan baku pembuatan biodiesel dengan melalui proses degumming terlebih dahulu. Penelitian ini bertujuan untuk menghilangkan atau mengeliminasi gum / getah yang terdapat pada minyak biji karet, pada penelitian sebelumnya biodiesel dari minyak biji karet memiliki kadar residu karbon yang tinggi, hal ini dikarenakan pada pembuatannya tidak melalui proses degumming terlebih dahulu. Proses ini terdiri dari beberapa tahap, antara lain tahap pengumpulan, tahap pengupasan, tahap pengepresan, tahap penyaringan, dan tahap degumming. pada penelitian ini proses degumming menggunakan minyak biji karet sebanyak 400 ml (360 gr) dan asam sitrat sebagai absorben sebesar 0,1% (0,278 gr), 0,2% (0,556 gr), 0,3% (0,834 gr), 0,4% (1,12 gr), 0,5% (1,39 gr) b/b. Selanjutnya, minyak biji karet sebelum CRSO (crude rubber seed oil) dan sesudah proses degumming RSO (rubber seed oil) diuji karakteristiknya sesuai mengacu kepada ASTM (American Standart Testing of Materials). Minyak biji karet akan diuji viskositas (menggunakan metode viscometer), densitas (menggunakan metode gravimetry ASTM D 1298), pH (menggunakan pH meter), kadar P atau getah/gum (menggunakan spektrophotometri), nilai kalor (menggunakan metode bomb calorimeter), dan kadar FFA (menggunakan titrimetri).

Hasil uji karakteristik minyak biji karet RSO (rubber seed oil) terbaik diperoleh dari hasil degumming dengan asam sitrat sebanyak 0,5% b/b, yang menghasilkan kandungan gum / kadar P (phospat) sebesar 6,57 mg/l yang sebelum proses degumming CRSO (crude rubber seed oil) memiliki kandungan gum / kadar P (phospat) sebesar 17,01 mg/l. Hasil penelitian ini dari 50 kg biji karet didapatkan kernel 20 kg dan cangkang 30 kg, setelah dilakukan pengepresan didapatkan minyak biji karet sebanyak 2 kg dan ampas 18 kg atau randemen sebesar 10%, pada proses penyaringan diperoleh 1800 gr (2000ml) dan ampas 200 gr. Hasil uji krakteristik lainnya seperti: nilai kalor 9039,44 Kcal/kg, kadar FFA 14.751%, densitas 0,91737 g / cm3, viskositas 10,367 cPs, dan pH 5,5. Sedangkan untuk biji karet sebelum proses degumming memiliki nilai kalor 8885,34 kcal/kg, kadar FFA 20,802%, densitas 0, 92946 g/cm3, viskositas 10,94 cPs, dan pH 6,5.Kata kunci: biodiesel, degumming, asam sitrat..

ABSTRACTFuel oil is non-renewable. The use of petroleum as a fuel in Indonesia each year has

increased. It is inversely proportional to oil production continued to decline. To overcome this it is necessary to look for alternative fuels, one of which is biodiesel. biodiesel made from grains containing oil randemen. Rubber seed including an excellent biomass used as

18

Page 2: PERBAIKAN KUALITAS MINYAK BIJI KARET MELALUI PROSES DEGUMMING MENGGUNAKAN ASAM SITRAT (C6H8O7) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIODIESEL

Perbaikan Kualitas Minyak Biji Karet Melalui Proses Degumming

feedstock for biodiesel production. Rubber seed is grain that is quite a lot and have so far not been used optimally.

This study is an experimental study by using rubber seeds as raw material for the biodiesel through a degumming process first. This study aims to eliminate gum / sap contained in the rubber seed oil, in an earlier study of biodiesel from rubber seed oil has a high content of carbon residue, this is because the manufacture is not through the first degumming process. This process consists of several stages, such as stage of collection, stage stripping, pressing stage, the filters, and the degumming stage. in this study degumming process using rubber seed oil 400 ml (360 g) and citric acid as an absorbent of 0.1% (0.278 g), 0.2% (0.556 g), 0.3% (0.834 g), 0 , 4% (1.12 g), 0.5% (1.39 g) w / w. Furthermore, before CRSO rubber seed oil (crude rubber seed oil) and after degumming process RSO (rubber seed oil) characteristics tested in accordance refer to ASTM (American Standard Testing of Materials). Rubber seed oil will be tested viscosity (viscometer method), density (using gravimetry method ASTM D 1298), pH (using a pH meter), levels of P or sap / gum (using spectrophotometry), heating value (using the bomb Calorimeter), and FFA content (using titrimetric).The test results of rubber seed oil characteristics RSO (rubber seed oil) obtained from the best degumming with citric acid 0.5% w / w, which produce gum content / content P (phosphate) of 6.57 mg / l before degumming process CRSO (crude rubber seed oil) contains gum / P levels (phosphate) of 17.01 mg / l. Results of this study of 50 kg of rubber seed kernel obtained 20 kg and 30 kg shells, obtained after pressing rubber seed oil as much as 2 kg and 18 kg or randemen waste by 10%, the screening process is obtained 1800 g (2000ml) and residue 200 gr. Other characteristics such as test results: calorific value of 9039.44 Kcal / kg, 14 751% FFA content, density of 0.91737 g / cm 3, 10.367 cPs viscosity, and pH 5,5. While for rubber seed before degumming process has a calorific value of 8885.34 kcal / kg, 20.802% FFA content, density 0, 92 946 g/cm3, 10.94 cPs viscosity, and pH 6.5.Keywords: biodiesel, degumming, citric acid

PENDAHULUAN

19

Page 3: PERBAIKAN KUALITAS MINYAK BIJI KARET MELALUI PROSES DEGUMMING MENGGUNAKAN ASAM SITRAT (C6H8O7) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIODIESEL

JTM. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2013, 18-24

Di awal tahun 2013 ini, polemik tentang kenaikan harga minyak bersubsidi di Indonesia menjadi sorotan penting di masyarakat. Ketika harga minyak mulai naik, berbagai kebutuhan pokok, tagihan listrik, dan biaya transportasi semakin naik. Hal ini disebabkan oleh semakin menipisnya cadangan minyak bumi yang bersifat unrenewable, yaitu sumber daya alama yang tidak bisa diperbaharui karena terbentuknya minyak bumi ini membutuhkan waktu jutaan tahun pembentukannya, Ketergantungan kebanyakan penduduk akan mesin untuk mempermudah atau memperlancar semua aktivitas atau pekerjaan perlu dikendalikan, karena mereka sadari bahwa mereka ketergantungan pula pada konsumsi bahan bakar konvensional dikarenakan mesin tersebut memerlukan energy bahan bakar. Untuk mengurangi ketergantungan pada sumber daya energi konvensional bahan bakar fosil (minyak/gas bumi dan batu bara) sebagai sumber energi yang tidak terbarukan (Unrenewable Energy) perlu adanya energi alternatif lain sebagai bahan bakar fosil yang semakin tahun pemakaiannya semakin meningkat sedangkan produksinya menurun,pada tahun seperti yang terlihat dari grafik dibawah ini yang menandakan bahwa ketergantungan masyarakat kita akan bahan bakar fosil sangat tinggi.

Menghadapi krisis BBM yang telah melanda Indonesia, maka para ahli mulai mencari alternatif baru sebagai sumber bahan bakar pengganti BBM dari minyak bumi dengan bahan bakar alternatif yang dapat diperbaharui (renewable) sebagai sumber energi masa depan, Telah kita ketahui bahwa Indonesia kaya akan sumber daya alam nabati. Sebagaian besar wilayah Indonesia terdiri dari hutan dengan berbagai tanaman yang bias dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif. Beberapa tanaman tersebut bisa dimanfaatkan sebagai biodiesel. Biji karet contohnya, selama ini banyak orang beranggapan bahwa tanaman karet hanya dapat dimanfaatkan getahnya sebagai bahan baku karet dan ternyata juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif, khususnya biodiesel.

Biji karet memiliki kandungan minyak 40-50%-berat yang berpotensi sebagai bahan baku dalam pembuatan biodiesel. Pemanfaatan bahan baku minyak nonedibel berharga murah akan meminimalkan biaya produksi biodiesel sehingga diharapkan dapat dihasilkan biodiesel dengan yang harga bersaing terhadap petrodiesel. Beberapa alasan yang mendukung penggunaan biodiesel dari biji karet apabila ditinjau dari segi tanaman karetnya, tanaman biji karet tersebut tersedia melimpah di beberapa wilayah di indonesia dan

kalau ditinjau dari segi biodieselnya, biodiesel mempunyai sifat-sifat fisik yang hampir sama dengan minyak solar, mempunyai angka setana lebih baik dari minyak solar. Adapun secara teknologi, mulai dari penanaman, penyiapan bahan baku sampai produksi menjadi biodiesel tidak menuntut teknologi yang tinggi dan mahal, prosesnya tidak membahayakan, pabriknya dapat diadakan dalam dua skala kecil, sehingga modalnya tidak terlalu besar dan keuntungannya dapat mengangkat perekonomian.

Seperti yang telah dilakukan oleh I Wayan Susila (2009) dengan judul “Pengembangan Proses Produksi Biodiesel Biji Karet Metode Non-Katalis “Superheated Methanol” pada Tekanan Atmosfir”. Dalam penelitian menyebutkan bahwa Residu karbon mikro biodiesel biji karet metode non katalis tergolong tinggi (di atas standar) baik dalam contoh asli maupun 10% ampas distilasi, hal ini diduga karena proses pengolahannya tidak mengalami “degumming”. Dalam proses pembakaran bahan bakar, getah yang dikandungnya akan membentuk jelaga sehingga ruang bakar mesin diesel akan cepat menjadi kotor (Susila, 2009).

Proses Degumming adalah salah satu tahapan dalam pembuatan biodiesel yang bertujuan untuk memisahkan gum, yaitu proses pemisahan getah atau lendir yang terdiri dari fosfolipid, protein, residu, karbohidrat, air dan resin. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk proses pemisahan gum antara lain adalah pemanasan, penambahan asam atau basa, pemisahan gum dengan cara hidrasi dan pemisahan gum dengan menggunakan garam seperti natrium khlorida dan natrium fosfat.

Penelitian ini melakukan perbaikan kualitas minyak biji karet melalui proses degumming

menggunakan asam sitrat (C6H8O7) sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui persentase Asam Sitrat terhadap minyak dalam proses degumming biodiesel dari bahan baku biji karet serta Untuk mengetahui karakteristik minyak biji karet (RSO) sebelum dan sesudah melalui proses degumming menggunakan asam sitrat, seperti : pH, densitas, viskositas, heating value, kadar FFA, dan gum (getah).

Manfaat dari penelitian ini adalah Mengembangkan kemampuan penulis untuk bereksperimen sesuai dengan bidang yang dipelajari, Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai potensi biji karet sebagai penghasil biodiesel agar dapat dimanfaatkan sebagai salah satu

20

Page 4: PERBAIKAN KUALITAS MINYAK BIJI KARET MELALUI PROSES DEGUMMING MENGGUNAKAN ASAM SITRAT (C6H8O7) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIODIESEL

Perbaikan Kualitas Minyak Biji Karet Melalui Proses Degumming

sumber energi alternatif untuk mengatasi krisis energi di Indonesia, serta Penelitian dapat memberikan informasi dan bahan pertimbangan kepada masyarakat, serta pihak-pihak terkait mengenai pendayagunaan bahan nabati (khususnya tanaman karet) dan mengurangi eksplorasi terhadap minyak bumi dan sangat baik terhadap polusi lingkungan, dan Hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi dalam mengembangkan bahan bakar alternatif di Indonesia.

METODERancangan Penelitian

Gambar 1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Bahan Bakar dan Pelumas Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Surabaya, PT. BALITAS (Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat) Malang, laboratorium Kimia Analitik MIPA Universitas Negeri Surabaya laboratorium Unit Produksi Pelumas Pertamina Surabaya, laboratorium TAKI FTI-ITS Surabaya.

Variabel Penelitian Variabel bebas

Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah jumlah asam sitrat (C6H8O7) pada saat proses deguming, 0,1%, 0,2%, 0,3%, 0,4%, 0,5% dari jumlah berat minyak biji karet

Variabel TerikatVariabel terikat adalah variabel yang diperoleh dari akibat variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah, heating value, kadar residu karbon mikro, densitas, Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid/FFA), pH, dan viskositas

Variabel KontrolVariabel kontrol adalah variabel yang seharusnya berpengaruh tetapi dijaga sedemikian rupa sehingga pengaruh yang ditimbulkan tidak ada. Variabel kontrol yang terdapat pada penelitian ini antara lain:- bahan dan alat yang digunakan mempunyai

spesifikasi yang sama.- volume dan suhu air yang ditambahkan pada

proses degumming sama (20 % dari volume minyak dan suhu 80˚C).

- volume minyak biji karet pada saat proses degumming sama yaitu 400 ml (360 gr).

- pengaturan suhu yang konstan pada setiap tahapan proses.

Instrumen PenelitianInstrumen penelitian pada penelitian ini adalah

sebagai berikut: Timbangan digital dengan akurasi 0,1 gram Gelas ukur Thermo couples pH indicator universal Stopwatch Termometer Viskometer

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara melakukan percobaan terhadap obyek yang akan diteliti dan mencatat data-data yang diperlukan. Setelah itu, baru dilakukan pengujian karakteristik dari bioethanol tersebut di laboratorium Bahan Bakar dan Pelumas

Jurusan Teknik Mesin

Universitas Negeri Surabaya, laboratorium Unit Produksi Pelumas Pertamina Surabaya dan laboratorium TAKI FTI-ITS Surabaya, dan laboratorium kimia analitik

FMIPA-UNESA Surabaya.

21

Page 5: PERBAIKAN KUALITAS MINYAK BIJI KARET MELALUI PROSES DEGUMMING MENGGUNAKAN ASAM SITRAT (C6H8O7) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIODIESEL

Prosedur Penelitian Tahap persiapan

- Melakukan pengumpulan biji karet di perkebunan karet PTPN XII Umbul Sari Kabupaten Jember, Jawa Timur, biji karet yang terkumpul sebanyak 50 kilogram.

- Biji karet kemudian dilakukan pengupasan (pemecahan cangkang).

- Setelah dilakukan pengupasan kemudian dilakukan pemisahan antara cangkang dan kerne, setelah proses ini didapat 20 kilogram kernel dan 30 kilogram cangkang.

- Setelah terpisah kemudian lakukan penjemuran kernel dibawah sinar matahari agar kadar air turun dan memudahkan proses pengepresan.

Tahap pengepresan- Siapkan botol/jirigen sebagai wadah minyak hasil

proses pengepresan.- Masukkan kernel biji karet kedalam mesin press

sedikit demi sedikit sambil ditekan, pada proses ini menggunakan mesin press jenis screw.

- Setelah didapat minyak biji karet hasil pengepresan (sebanyak 2 kg) kemudian lakukan proses penyaringan.

- Proses penyaringan dilakukan dengan kertas saring ukuran 400 mesh dan pompa vakum untuk mempercepat proses penyaringan (dari proses penyaringan didapat 2 liter minyak biji karet).

Tahap degumming- Siapkan magnetic stirrer.- Pasang thermo couples dan thermometer.- Timbang minyak biji karet dan letakkan pada

bakker glass.- Letakkan bakker glass berisi minyak biji karet

pada magnetic stirrer.- Panaskan minyak biji karet selama 15 menit

hingga suhu 80˚C sambil diaduk.- Panaskan air sebanyak 20% dari volume minyak

biji karet.- Siapkan asam sitrat yang diperlukan (0,1. 0,2. 0,3.

0,4. 0,5 % dari berat minyak biji karet).- Setelah suhu air mencapai 80˚C masukkan asam

sitrat dan air kedalam minyak biji karet.- Kemudian aduk dengan magnetic stirrer selama

15 menit.- Siapkan corong pemisah.

- Setelah itu endapkan dan dinginkan minyak biji karet dalam corong pemisah.

Teknik Analisis DataTeknik analisis data dilakukan dengan menggunakan metode statistika deskriptif, yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau lukisan tentang perubahan yang terjadi pada obyek penelitian, gambaran karakteristik dari biodiesel dari biji karet meliputi: densitas, viskositas, nilai kalor, kadar asam lemak bebas (Free Fatty Acid), pH, dan kandungan getah/gum

HASIL DAN PEMBAHASANHasil Penelitian Hasil pengupasan

Dari 50 kilogram biji karet yang terkumpul kemudian dilakukan pengupasan dan didapat hasil 20 kilogram kernel dan 30 kilogram cangkang. Mencari perbandingan lama waktu fermentasi yang optimal

Hasil pengepresanDari 20 kilogram kernel yang didapat dari hasil pengupasan, setelah dilakukan pengepresan dengan mesin press jenis screw dan disaring dengan kertas saring berukuran 400 mesh didapatkan 2 liter munyak biji karet (1800 gr).

Hasil proses degummingTabel 1. Data hasil proses degumming

Dari proses degumming yang telah dilakukan di laboratorium bahan bakar dan pelumas universitas negeri surabaya, dari 400 ml minyak biji karet didapatkan minyak hasil degumming yang telah diendapkan sebanyak 360 ml untuk asam sitrat 0,1 %, 350 ml untuk 0,2 %, 340 ml untuk 0,3 % , 330 ml untuk 0,4 %, dan 320 ml untuk 0,5 %.

22

Page 6: PERBAIKAN KUALITAS MINYAK BIJI KARET MELALUI PROSES DEGUMMING MENGGUNAKAN ASAM SITRAT (C6H8O7) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIODIESEL

JTM. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2013, 18-24Perbaikan Kualitas Minyak Biji Karet Melalui Proses Degumming

Hasil uji karakteristik

Tabel 2. Data uji karakteristik CRSO sebelum proses degumming

Minyak mentah biji karet CRSO (crude rubber seed oil) harus dilakukan pengujian karakteristik awal sebelum melalui proses degumming, hal ini dilakukan untuk membandingkan karakteristik minyak biji karet sebelum dan sesudah proses degumming.

Tabel 3. Data uji karakteristik RSO setelah proses degumming

Pembahasan Hasil minyak mentah biji karet

Berdasar penelitian yang telah dilakukan, pada saat proses pengepresan didapatkan rendemen minyak mentah biji karet sebesar 10 %. Rendemen dapat dihitung menggunakan rumus:

(1)

Hasil rendemen minyak diatas lebih sedikit dari teori dan penelitian sebelumnya yang mencapai 40% dan 25%. Hal ini dikarenakan biji karet yang digunakan memiliki kualitas yang kurang baik, karena diperoleh pada musim penghujan. Sementara biji karet dengan kualitas terbaik dapat diperoleh ketika musim kemarau. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa rendemen minyak biji karet yang didapat sangat dipengaruhi oleh kualitas biji karet dan metode pengepresan yang dilakukan. Semakin bagus kualitas biji karet, maka

akan didapat rendemen minyak yang besar. Viskositas

Berdasarkan tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa minyak biji karet dengan asam sitrat 0,1% memiliki viskositas sebesar 10,487 cPs, 0,2% memiliki viskositas 10,485 cPs, 0,3% memiliki viskositas 10,396 cPs, 0,4% memiliki viskositas 10,372 cPs, dan 0,5% memiliki viskositas 10,367 cPs. dari hasil ini dapat diketahui bahwa semakin besar persentase asam sitrat akan semakin kecil viskositas (semakin encer) minyak biji karet (RSO). Sedangkan nilai viskositas dari minyak biji karet sebelum proses degumming yaitu 10,94 cPs.

Densitas Berdasarkan tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa densitas minyak biji karet dengan asam sitrat 0,1% didapat 0,91792, untuk 0,2% didapat 0,9176, sedangkan 0,3% didapat 0,91676, untuk 0,4% didapat 0,91698, dan 0,5% didapat 0,91737 g/cm3. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa minyak biji karet dengan persentase asam sitrat 0,1% memiliki densitas paling tinggi dan persentase asam sitrat 0,3% memiliki densitas terendah.

Nilai pHBerdasarkan tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa minyak biji karet dengan asam sitrat 0,1%, 0,2%, dan 0,3% memiliki pH yang sama yaitu sebesar 6, sedangkan 0,4%, dan 0,5% memiliki pH yang sama yaitu 5,5. dari hasil ini dapat diketahui bahwa semakin besar persentase asam sitrat akan semakin kecil pH (semakin asam) minyak biji karet (RSO). Sedangkan nilai pH dari minyak biji karet sebelum proses degumming yaitu 3,4, sama seperti nilai pH minyak biji karet dengan asam sitrat 0,1%.

Kandungan / kadar P (phospat)

23

Page 7: PERBAIKAN KUALITAS MINYAK BIJI KARET MELALUI PROSES DEGUMMING MENGGUNAKAN ASAM SITRAT (C6H8O7) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIODIESEL

JTM. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2013, 18-24Berdasarkan tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa minyak biji karet dengan asam sitrat 0,1% memiliki kadar P (pHospat) sebesar 7,18 mg/l, 0,2% memiliki kadar P (pHospat) 7,17 mg/l, 0,3% memiliki kadar P (pHospat) 7,16 mg/l, 0,4% memiliki kadar P (pHospat) 7,03mg/l, dan Pada penelitian ini proses degumming yang menghasilkan kandungan gum/kadar P (pHospat) paling sedikit adalah dengan asam sitrat 0,5% yang memiliki kadar P (pHospat) 6,57 mg/l. Hasil ini turun jauh dibandingkan dengan kandungan gum/kadar P (pHospat) yang dimiliki minyak biji karet murni (belum mengalami proses degumming). Dan dari hasil ini dapat diketahui bahwa semakin besar persentase asam sitrat akan semakin sedikit kandungan gum / kadar P (pHospat) minyak biji karet (RSO).

Nilai kalorBerdasarkan tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa nilai kalor mengalami peningkatan, yang semula minyak mentah biji karet murni (sebelum proses degumming) memiliki nilai kalor sebesar 8885,34 Kcal/kg, sedangkan minyak biji karet yang melalui proses degumming dengan asam sitrat 0,1% memiliki nilai kalor sebesar 8969,25 Kcal/kg, 0,2% memiliki nilai kalor 8987,01 Kcal/kg, 0,3% memiliki nilai kalor 9002,99 Kcal/kg, 0,4% memiliki nilai kalor 9022,52 Kcal/kg, dan 0,5% memiliki nilai kalor 9093,44 Kcal/kg. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa semakin besar persentase asam sitrat akan menghasilkan semakin besar pula nilai kalor minyak biji karet (RSO).

Kadar FFABerdasarkan tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa minyak biji karet yang melalui proses degumming dengan asam sitrat 0,1% memiliki kadar FFA 14,678 %, 0,2% memiliki kadar FFA 14,45%, 0,3% memiliki kadar FFA 13,638%, 0,4% memiliki kadar FFA 14,657%, dan 0,5% memiliki kadar FFA 14,751%. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa minyak biji karet dengan persentase asam sitrat 0,3% memiliki kadar FFA terkecil dan persentase asam sitrat 0,5% memiliki kadar FFA terbesar.

PENUTUPSimpulan Hasil uji karakteristik minyak mentah biji karet RSO

(rubber seed oil) terbaik diperoleh dari hasil degumming dengan asam sitrat sebanyak 0,5% b/b, yang menghasilkan kandungan gum / kadar P (pHospat) sebesar 6,57 mg/l, nilai kalor 9039,44 Kcal/kg, kadar FFA 14,751 %, densitas 0,91737

g/cm3, viskositas 10,367 cPs, dan pH 5,5. sedangkan untuk biji karet sebelum proses degumming CRSO (crude rubber seed oil) memiliki kandungan gum / kadar P (pHospat) sebesar 17,01 mg/l, nilai kalor 8885,34 kcal/kg, kadar FFA 20,802 %, densitas 0,92946 g/cm3, viskositas 10,94 cPs, dan pH 6,5.

Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa semakin banyak persentase asam sitrat pada saat proses degumming maka akan semakin besar kandungan gum / kadar P (pHospat) yang terpisah dari minyak biji karet.

Saran Untuk menghasilkan minyak biji karet dengan

kualitas baik, sebaiknya proses pengumpulan biji pada musim kemarau, sebaiknya setelah proses pemecahan cangkang dan kernel jangan menyimpan kernel terlalu lama dan jangan ditempatkan pada tempat yg tertutup (lembab), sebab kernel akan mengalami proses fermentasi dan kemudian membusuk.

Untuk menghasilkan rendemen minyak biji karet yang besar sebaiknya kernel biji karet harus dalam keadaan kering, lakukan penjemuran dibawah sinar matahari sebelum proses pengepresan. Agar mempercepat proses penyaringan sebaiknya gunakan pompa vacuum dan beaker glass dengan kapasitas yang besar.

Diharapkan ada penelitian lanjutan pembuatan biodiesel dari bahan baku minyak biji karet yang telah melalui proses degumming menggunakan asam sitrat, agar dapat diketahui kualitas biodiesel yang melalui proses degumming dan tanpa mengalami proses degumming.

DAFTAR PUSTAKAAnif, Muhammad Umar. 2011. Kajian Kualitas Dan

Hasil Pengolahan Biodiesel Nyamplung (Colophyllum Inophyllum) Pada Variasi Metode Ekstraksi, Metode Degumming Dan Konsentrasi Metanol. Purwokerto: Program Pascasarjana Universitas Jenderal Soedirman.

Anonim. Bahan bakar alternatif . http://esdikimia.wordpress.com/2010/10/26/bahan-bakar-alternatif, diakses tanggal 27 Maret 2013.

Anonim. Cadangan minyak dunia. http://www.alpensteel.com, diakses 11 Februari 2013.

24

Page 8: PERBAIKAN KUALITAS MINYAK BIJI KARET MELALUI PROSES DEGUMMING MENGGUNAKAN ASAM SITRAT (C6H8O7) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIODIESEL

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Rineka Cipta.

Hambali, Erliza, dkk. 2005. Pemanfaatan minyak jarak pagar dan gliserin dari hasil samping produksi biodiesel untuk pembuatan sabun. Bogor : seminar nasional pengembangan jarak pagar.

Hambali, Erliza, dkk. 2007. Teknologi Bioenergi, Jakarta : PT Agromedia Pustaka.

Harjono, A. 2000. Teknologi minyak Bumi. Yogyakarta : gadjah Mada University Press.

Ramadhas, A.S., Jayaraj, S., and Muraleedharan, C.. 2004. Biodiesel Production From High FFA Rubber Seeds Oil. India.

Sumarna, Deny. 2006. keuntungan proses wet degumming dibanding dry degumming pada pemurnian minyak sawit kasar. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Mulawarman.

Susila, I Wayan. 2009. Pengembangan Proses Produksi Biodiesel Biji Karet Metode Non-Katalis “Superheated Methanol” pada Tekanan Atmosfir. Destilasi Program S3 Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya.

Tjokrowisastro, E, & Widodo, B. 1995. Teknik Pembakaran Dasar dan Bahan Bakar, Surabaya : ITS.

25