perancangan dan pembangunan perisian multi...
TRANSCRIPT
PERANCANGAN DAN PEMBANGUNAN PERISIAN MULTI MEDIA
INTERAKTIF BERTAJUK “GERAK DAN ANALISIS VEKTOR”
BAGI PEMBELAJARAN FIZIK DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)
PEKANBARU, RIAU
Muhammad Nasir
Universitas Riau, Pekanbaru, Indonesia
Mohd. Arif. Hj. Ismail
Universiti Kebangsaan Malaysia, Bangi
Rosnaini Mahmud
Universiti Putra Malaysia, Serdang
Pengenalan
Globalisasi sebagai impak dari revolusi teknologi maklumat dan komunikasi
mengakibatkan perubahan besar dalam pelbagai aspek kehidupan. Perubahan yang
paling cepat dirasakan adalah perubahan ekonomi dan Ilmu pengetahuan (Entis
Sutisna, 2007). Perubahan dalam bidang ekonomi, globalisasi telah melahirkan
tatanan ekonomi baru, sedangkan perubahan dalam bidang ilmu pengetahuan
membuat perkembangan ilmu pengetahuan semakin cepat.
Fizik merupakan salah satu cabang sain yang mendasari perkembangan teknologi
maju dan konsep harmonis dengan alam. Perkembangan pesat di bidang teknogi
maklumat dan komunikasi dipacu oleh temuan dibidang fizik material melalui
penemuan mikroelektronik (Mendiknas,2005). Tetapi banyak kajian yang telah
dilakukan menemukan kenyataan bahawa ramai pelajar mengalami kesukaran
dalam mempelajari konsep, prinsip, teori dan hukum-hukum fizik. Mengikut
Mundilarto; 2005, Sebagian besar guru mata pelajaran fizik di Indonesia miskin
kreativitas, wawasan, pengetahuan, serta tidak progresif. Selain itu, beliau juga
menyatakan bahwa hasil penelitian pendidikan dalam proses pembelajaran belum
dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kualitas calon guru fizik
(Mundilarto ,2005). Selari dengan itu Koes Supriyono, 2005 mengemukakan
bahwa pelajaran fizik masih menjadi momok (hal yang menakutkan) sehingga
lulusannya masih sedikit bila dibandingkan dengan bidang ilmu lainnya. Ini juga
disebabkan oleh cara atau metode yang digunakan guru monoton dan tidak
bervariasi.
Oleh itu, maka pengkaji bermaksud melaksanakan kajian ini yakni membina
perisian, menilai dengan membangunkan berdasarkan kurikulum KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (BSNP, 2006) yang akan menyediakan
topik Gerak dan Analisa Vektor pada kelas X Sekolah Mengah Atas (SMA)
Negeri (kerajaan) di Pekanbaru, Riau-Indonesia.
Di Indonesia Perlaksanaan pengajaran sain masih berada di tahap yang belum
memuaskan. Pengajaran harian hanya diisi dengan ceramah dan wacana yang lebih
menekankan kepada pendekatan konsep atau produk yang berupa hafalan (Sutisna :
2007) dilain pihak pelajar pula, mereka hanya menerima dan manghafal konsep
140
yang didedahkan dan pada umumnya pelajar sukar menghafalkan konsep-konsep
fizik yang telah didedahkan itu (Mundilarto: 2001) Dikebanyakan keadaan, pelajar
hanya menghabiskan masa pembelajaran dengan mengisi buku log, mendengar
penjelasan guru dan menyelesaikan latihan-latihan yang membosankan. Menurut
Jonson (2002) dalam melaksanakan pembelajaran tradisional, guru mengajak para
pelajar untuk menyerap tetapi tidak menggunakan, mendengar tetapi tidak
bertindak, berteori tetapi tidak mempraktekkan. Tugas pelajar hanya menghafal
gagasan dan fakta, bukan mengaplikasikan gagasan itu dalam tindakan. Oleh itu
perlu dikembangkan suatu strategi yang mengaktifkan pelajar serta pada saat yang
sama mencapai matlamat pembelajaran sains seperti mana yang telah digariskan.
Tegasnya pengajaran dan pembelajaran sains seharusnya menerapkan pelbagai
kaedah dan pendekatan yang memberikan kesempatan pada pelajara untuk
bereksplorasi melalui kegiatan yang relevan sehingga membolehkan mereka
membina pemahaman konseptual secara bermakna (Johnson:2002).
Fizik merupakan salah satu cabang sain yang mendasari perkembangan teknologi
maju dan konsep harmonis dengan alam. Perkembangan pesat di bidang teknogi
maklumat dan komunikasi dipacu oleh temuan dibidang fizik material melalui
penemuan mikroelektronik (Mendiknas,2005). Tetapi banyak kajian yang telah
dilakukan menemukan kenyataan bahawa ramai pelajar mengalami kesukaran
dalam mempelajari konsep, prinsip, teori dan hukum-hukum fizik. Mengikut
Mundilarto; 2005, Sebagian besar guru mata pelajaran fizik di Indonesia miskin
kreativitas, wawasan, pengetahuan, serta tidak progresif. Selain itu, beliau juga
menyatakan bahwa hasil penelitian pendidikan dalam proses pembelajaran belum
dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kualitas calon guru fizik
(Mundilarto 2005). Selari dengan itu Koes Supriyono, 2005 mengemukakan
bahwa pelajaran fizik masih menjadi momok (hal yang menakutkan) sehingga
lulusannya masih sedikit bila dibandingkan dengan bidang ilmu lainnya. Ini juga
disebabkan oleh cara atau metod yang digunakan guru monotones dan tidak
bervariasi, manakala Gatiwisnu Indriyana (2009), mendapati Pembelajaran Fizik
monotones dan bertumpu pada guru sahaja, jarang menggunakan Makmal Fizik
kerana kekurangan sarana dan prasarana, kurang variatif menggunakan media.
Hal lain yang menyebabkan terjadinya hal tersebut diatas adalah tidak adanya
media yang tepat yang dapat menyampaikan pesan kepada pelajar dan untuk
menghindari miskonsepsi . Menurut Sutarno N, (2004) dalam pembelajaran IPA
diperlukan interaksi antara objek dengan pelajar. Bila hal itu tidak memungkinkan,
maka guru harus bisa mengupayakan membuat suatu modifikasi, bisa berupa model
dari objek nyata atau memvisualisasikan melalui media lain yang memungkinkan
untuk itu. Sehingga pelajar tidak hanya sekedar mendengar keterangan guru, tetapi
disertai dengan alat bantu (media) yang melibatkan aktivitas pelajar.
Dilain pihak memang bahan fizik itu selalu memerlukan pemahaman konsep yang
memang sukar untuk di bayangkan kerana bersifat abstrak dan terkadang sukar
untuk diamatinya bila mana ada (Saprisoma;2008), namun begitupun tetap dituntut
kepahaman yang mendalam bagi pelajar Wildaiman (2005), Yohanes Surya (2006)
Werdhiana dkk (2008). Inilah yang menjadi penyebab pelajar tidak seronok dalam
pelajaran Fizik (Mundilarto ,2007). Kesalahan pemahaman konsep dalam belajar
141
fizik (miskonsepsi) disebabkan oleh banyak faktor antara lain kurangnya
parktikum di makmal fizik, model analogi yang dipakai, model demonstrasi yang
sempit (Supriyono; 1999).
Sementara itu apabila dilihat pada hasil peperiksaan akhir fizik tahun pelajaran
2001 sampai 2007 di propinsi riau belum memuaskan dan cenderung menurun.
Seperti pada jadwal 1.1
Jadwal 1.1 Hasil Peperiksaan Akhir Pelajaran Fizik di Propinsi Riau Tahun
2001-2007
Mata
Pelajaran
Tahun Peperiksaan Akhir
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
FIZIK 5.20 5.11 4.79 4.76 4.85 4.38 4.43
Sumber Diknas Propinsi Riau : Tahun 2008
Bilamana dilihat dari soalan-soalan yang diberikan pada analisis hasil peperiksaan
akihir fizik bahwa sebagian besar pelajar tidak dapat menjawab dengan benar
soalan pada konsep fizik (Maharta : 2008). Sedangkan konsep yang paling banyak
yaitu tentang gerak, analisis vektor yakni pada kelas X (BSNP 2003) yang
kemudian direvisi BSNP (2006). Selain itu pula menurut Suparno (2005 )
kelemahan untuk memahami konsep fizik disebabkan oleh kurangnya ekseprimen
di makmal dan media pelajaran, ini juga sejalan dengan dapatan Berg (1991) dan
Alkarhami (1999). Disamping faktor kemampuan guru dan gaji guru yang saat ini
masih kecil, Suparno (2005).
Berdasarkan dari kenyataan di atas penulis ingin membangun perisian
pembelajaran fizik tentang gerak dengan membuatkan visualisasi gerak benda yang
dapat diatur dan interaktif dengan pelajar dan guru. Peranan guru dalam
memberikan dorongan untuk melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan
belajar sangat diharapkan. Jika guru berhasil menciptakan suasana yang
menyebabkan pelajar termotivasi dan aktif dalam belajar, maka memungkinkan
peningkatan prestasi belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
Persoalan Kajian
Sains fizik adalah bahagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan
cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga ianya bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,
atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan
IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran menekankan
pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan
sain fizik diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu
142
peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam
sekitar.
Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam, fisika juga memberikan pelajaran
yang baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam.
Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan serta pengurangan dampak bencana
alam tidak akan berjalan secara optimal tanpa pemahaman yang baik tentang fisika.
Pada tingkat SMA/MA, fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata
pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan. Pertama, selain memberikan
bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran Fisika dimaksudkan sebagai
wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk
memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran
Fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta
didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan
untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu
dan teknologi. Pembelajaran Fisika dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Namun
pembelajaran yang berlangsung masih belum dapat menarik minat pelajaran untuk
lebih giat lagi belajar sain fizik (Mundilarto, 2005) hal ini terlihat dari capaian
peperiksaan akhir pelajar SMA Kerajaan di Bandar Pekanbaru yang cederung
menurun masa 6 tahun terkhir seperti yang tunjukkan dalam jadwal.
Mata pelajaran fizik bertujuan agar peserta didik memiliki Kebolehan membina
sikap positif terhadap fizik dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta
mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Memupuk sikap ilmiah yaitu
jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain
Dalam pembelajaran fizik dirasakan masih merupakan pelajaran yang sukar
sekaligus menakutkan, oleh kerana itu lulusan fizik jauh lebih sedikit jumlahnya
bila dibandingkan dengan pelajaran lainnya. Ini dikeranakan pembelajaran yang
kurang menarik minat pelajar. Menurut Wan Zuraila (2000), Jouhari bin Surif
(2007) kesukaran dan masalah yang dihadapi pelajar dalam mata pelajaran PKA
perlu diatasi dengan menggunakan strategi pengajaran dan pembelajaran yang
berkesan. PBK yang mempunyai pelbagai kekuatan amat berpotensi bagi
mempertingkatkan keberkesanan proses pengajaran dan pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan kajian yang telah dinyatakan diatas maka persoalan
kaijan yang akan diselesaikan adalah seperti berikut adalah :
Pembangunan Perisian
Pembangunan perisian interaktif topik gerak dan analisis vektor bagi pelajar
Sekolah Menengah Atas darjah XI mata pelajaran fizik. Persoalan kajian yang
berkenaan melibatkan aspek-aspek sebagai berikut :
1. Apakah metodologi pembangunan perisian kursus multimedia yang sesuai
digunakan untuk membangunkan perisian interaktif topik gerak dan analisis
vektor bagi pelajar Sekolah Menengah Atas darjah XI mata pelajaran fizik?
143
2. Apakah model reka bentuk berarahan (model ID) yang sesuai untuk digunakan
dalam pengajaran dan pembelajaran topik gerak dan analisis vektor bagi
pelajar Sekolah Menengah Atas darjah XI mata pelajaran fizik?
Penilaian Pembangunan Perisian
Penilaian pembangunan perisian interaktif topik gerak dan analisis vektor bagi
pelajar Sekolah Menengah Atas darjah XI mata pelajaran fizik. Persoalan kajian
yang berkenaan melibatkan aspek-aspek sebagai berikut :
1. Sejauhmanakah perisian interaktif topik gerak dan analisis vektor yang dibina
memenuhi aspek teknikal dalam pembinaan perisian?
2. Sejauhmanakah perisian interaktif topik gerak dan analisis vektor yang dibina
memenuhi aspek pedagogi dalam pembinaan perisian?
3. Sejauhmanakah perisian interaktif topik gerak dan analisis vektor yang dibina
memenuhi aspek kandungan dalam pembinaan perisian?
4. Sejauhmanakah perisian interaktif topik gerak dan analisis vektor yang dibina
memenuhi aspek reka bentuk dalam pembinaan perisian?
Metodologi Kajian
Pembangunan perisian ini merujuk kepada model ADDIE (Norton & Wiburg
2003). Menurut Hannum dan Hansen (1989) dan Gibbons (1981), ciri-ciri umum
yang terdapat dalam model reka bentuk pengajaran telah menghasilkan model reka
bentuk pengajaran generik atau model ID generik ini juga dikenali sebagai model
ADDIE yang merupakan singkatan Analysis, Design, Development,
Implementation dan Evaluation. Model ADDIE adalah sebuah model generik yang
merupakan satu pendekatan sistematik (systematic approach), terhadap proses reka
bentuk berarah. Model tersebut menyediakan satu kerangka bagi memastikan
bahawa produk yang dibangunkan adalah berkesan, dan juga bagi memastikan
bahawa proses kreatif yang dilakukan adalah berkesan. Menurut Siemens (2002),
ADDIE merupakan model reka bentuk terbaik dan lazim digunakan dalam
pembangunan perisian multimedia. Setiap fasa dalam model ADDIE mempunyai
output dan output ini menjadi input kepada fasa berikutnya. Proses model ini secara
umumnya mengikut urutan linier daripada satu fasa ke fasa yang berikutnya.
McCowin dan Butler (2003) menyatakan bahawa, dalam mereka bentuk perisian
multimedia, proses yang berlaku bukanlah semudah proses asal model ADDIE.
Menurut mereka, model ADDIE telah dibangunkan secara terpadu dengan prinsip-
prinsip reka bentuk multimedia berarahan. Berdasarkan Enhanced Model ADDIE,
proses sistematik ini berkitar dan berulang, dan permulaan proses dalam model ini
ialah fasa analisis, diikuti dengan fasa reka bentuk, pembangunan, pelaksanaan,
(dengan elemen yang berfokus kepada penilaian formatif). Setelah terhasilnya
produk seperti mana yang dikehendaki, maka penilaian sumatif dijalankan bagi
mengesahkan keberkesanan produk tersebut.
144
Pembangunan perisian PPBK Fizik Interaktif tajuk Gerak dan Analisis Vektor
darjah XI telah mengambil kira pergabungan antara metodologi reka bentuk
berarahan dengan metodologi kitar hayat perisian. Model ADDIE (yang asal dan
yang telah diubah suai oleh Norton dan Wiburg) dikaji dan dijadikan asas bagi
pembentukan model pembangunan perisian PPBK Fizik Interaktif tajuk Gerak dan
Analisis Vektor darjah XI. Menurut Kruse (2005), Model ADDIE masih tetap
digunakan oleh ramai penyelidik. Selain itu, penyelidik turut menyelitkan fasa
Rapid Prototyping sebagai tambahan kepada fasa pembangunan model ADDIE. Ini
sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Kruse (2005) iaitu untuk hasil model yang
baik, proses pembangunan untuk CD-ROM atau program berasas Web sebaiknya
menggunakan model ADDIE yang diubah suai, berdasarkan pendekatan sistematik.
Menurut Kruse (2005) pula, Rapid Prototyping sebaiknya diselitkan sebagai
sambungan kepada fasa reka bentuk model ADDIE. Justeru, prototaip perisian
yang dibangunkan dalam kajian ini telah diselitkan proses Prototyping pada fasa
pembangunan dalam model ADDIE.
Dari pada rajah 1 dapat dilihat bahwa kajian ini diawali dengan merancang perisian
Interaktif dengan menggunakan Model ADDIE ( Norton &Wiburg 2003) kemudian
dijadikan dalam bentuk CD (Compact Disk), dievaluasi oleh pakar isi/Kurikulum,
Pakar Pedagogik dan pakar Teknologi Informasi dari aspek pengaturcaraan. Selari
dengan itu dilakukan pula penilaian oleh pengguna dalam hal ini dilakukan oleh
guru-guru maa pelajaran fizik yang telah berpengalaman mengajar fizik paling
sedikit telah berpengalaman 5 tahun mengajar.
Dari evaluasi dan penilaian yang dilakukan oleh para pakar Teknik, Pedagogik,
Pakar isi atas aspek Reka bentuk, Pedagogi, Kanddungan dan Teknikal diperolehi
bahwa Alph Cronbachnya.
Demikian pula selari dengan penilaian oleh para pakar di atas juga dilakukan
penilaian oleh pakar pengguna dari aspek kemudahan penggunaannya dan
menjalankan perisian sekeranya digunakan dalam bilk darjah. Penilaian ini pun di
perolehi nilai validity dan relebilitasnya.
145
Rajah . 1 Kerangka Konseptual Kajian
Kurikulum SMA
Teori Pengajaran
dan
Pembelajaran
Pendekatan
Gerak dan Analisis Vektor
CD Perisian
Penilaian Pakar
Pengguna Penilaian Pakar
d
Kandungan
(Guru)
Pedagogik
(Pakar Pendidik)
Teknikal
(Pakar ICT)
Evaluation
Analisis
Design
Development
Implementation
1
2 3
4
146
Dapatan Kajian
Perisian yang telah berjaya di rancang dan dibangun adalah seperti pada gambar
(1),(2), (3) ,(4),(5) dan gambar (6) berikut :
Dapatan dari penilaian pakar, yakni pakar teknik, pakar kandungan dan pakar
pedagogik. Masing masing pakar diambil 3 orang yang masing memberikan
penelian keatas perisian baik dari segi teknik, kandungan mahupun pedagogik.
Dengan demikian ada 9 orang pakar yang akan memberikan penilaian keatas
perisian yang telah dibina. Dapatan yang diperoleh dapat dilihat pada jadwal
berikut ini :
Jadwal 2.PenilaianPakarTeknik, Pedagogi dan, Pakar isi keatas Perisian multi
media interaktif Bertajuk ”Gerak Dan Analisis Vektor”
Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items
N of Items
.843 .846 24
Selain dapatan diatas, kajian rintis juga dilaksanakan di SMA Negeri Pekanbaru,
untuk mendapatkan Validity dan Realibilty Perisian tersebut seperti yang paparkan
pada Jadwal 3.
Jadwal 3 Dapatan Realibilty Perisian berdasarkan pakar Pengguna
Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items
N of Items
.843 .845 24
Gambar (1) Tampilan awal Gambar (2) Screen Menu
Utama
147
Hasil analisis penilaian oleh pakar adalah seperti pada Jadual 3.
Jadual 3 Penilaian Perisian oleh Pakar Dimasa Pembangunan Secara
Keseluruhan
Aspek Soalan Min Sisihan
Piawai
Varians
Reka Bentuk 1 - 10 4.11 0.54 0.30
Pedagogi 11 - 20 4.01 0.46 0.24
Kandungan 21 - 30 4.21 0.40 0.22
Teknikal 31 - 38 4.18 0.40 0.16
Keseluruhan 1 - 38 4.12 0.43 0.21
Gambar (3) Tampilan Kompetensi Pembelajaran Gambar (4) Tampilan Gerak Parabola dan Kompenen
Gerak
Gambar (5) Tampilan Gerak Melingkar Gambar (6) Menu/Pilihan Pembelajaran
148
Jadual 4.7 Penilaian Perisian oleh Pakar Pengguna Secara Keseluruhan ( N=
31)
Aspek Soalan Min Sisihan Piawai
Reka Bentuk 1 - 10 4.03 0.52
Pedagogi 11 – 20 3.97 0.62
Kandungan 21 – 30 3.76 0.64
Teknikal 31 – 38 4.02 0.66
Keseluruhan 1 – 38 3.95 0.40
Kesimpulan
Berdasarkan hasil ujian pada lampiran C diperoleh setiap item yang di uji adalah
kebolehpercayaan dengan nilai Alpha Cronbach’s diatas 0.740. Alpha Cronbacsh’s
merupakan salah satu koefisient releabiliti yang paling sering digunakan. Menurut
Nunnally and Bernstein (1994), Chua Yan Piaw (2006), Uyanto (2009) instrumen
pengukuran yang kebolehpercayaan adalah memiliki nilai Alpha Cronbach’s
minimal 0.70. Apa bila kita lihat lebih dalam lagi hasil uji kebolehpercayaan
perisian ini daripada hasil penilaian pakar dimasa pembangunan perisian ini setiap
item adalah kebolehpercayaan dengan nilai Alpha Cronbach’s bila item dihapus
paling rendah adalah 0.73 iaitu pada soalan S05 (Gambar yang digunakan
membantu pembelajaran) pada aspek Reka Bentuk, S14 (Topik sesuai dengan
kompetensi) Pada Aspek Pedagogi dan S24 (Bahan pelajaran sesuai dengan
pengetahuan dasar murid) pada aspek Kandungan dan tertinggi bila mana item
dihapus adalah 0.80 pada S08 (Tombol atau tanda yang digunakan mudah dikenal)
pada aspek Reka bentuk dan S12 (Kompetensi pengajaran dapat dicapai) pada
aspek Pedagogik. Dengan demikian secara keseluruhan releabiliti perisian PPBK
Pembelajaran Fizik Topik Gerak Dan Analisis Vektor berdasarkan pemilaian pakar
Guru adalah kebolehpercayaan dan boleh digunakan untuk pembelajaran di bilik
darjah.
149
Rujukan
Cresswell (2005), Educational Research : Planning, Conducting, and Evaluation
Quantative and Qualitatif Research, Pearson Education, Ltd
Cook, T.M. & Campbell, D.T. 1979 Quasi-xpeimentation : Design and analysis
issues for field settings. Boston, Mass : Houghton Mifflin.
Departemen Pendidikan Nasional, 2003, pedoman khusus pengembangan silabus
dan penilaian, Jakarta.
Dian Sukmara, Drs. M.Pd, 2007. Implementasi Life Skill dalam KTSP, Mughni
Sejahtera Bandung.
Entis Sutina (2007) Jurnal Teknodik. No. 10/VI/Teknodik/Okotober/2002.
PustekkomDepdiknas.
Hung-Chang Liao (2008),Applying The ARCS Motivation Model In Technological
And Vocational Education, Contemporary Issues In Education Research –
Second Quarter 2008 Volume 1, Number 253,
Keanginan, M., 2006, FISIKA untuk SMA Kelas XI, Erlangga, Jakarta.
Martinis Yamin. Drs. M. Pd. 2008. Paradigma Pendidikan Konstruktivisitik.
Gaung Persada Press, Jakarta
Morrison, G.R., Ross, S.T., Kemp, J.E.,(2007) Design Efective Instruction. Jhon
Wiley & Son Inc.
Newby, T.,Stepich, D., Lehman, J &Russel, J (2006 )Educational Technology for
teaching and learning. Ed ke-3. New Jerssey : Pearson Merril Prentice Hall
Norton,P. &Wiburg,K.M (2003). Teaching With Technology. Ed ke-2 Beltmonnt;
Wadswoth, Thomson LearningInc
Sardiman A.M, 2007, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo
Persada.
Singih Santoso. 2005, Menguasai Statistik Di Era Informasi Dengan SPSS 12. PT.
Elex Media Komputindo.
Slavin R.E. 1997.Education Phsicologyteori and practice Ed ke-5, MA :Allyn&
Bacon
Stanislaus S. Uyanto, Ph. D, edisi ketiga 2009. Pedoman Analisis Data Dengan
SPSS. PT. Garha Ilmu, Yogyakarta.
Surface, Meningkatakan Motivasi Belajar Fisika Pelajar Kelas 1 SMU Negeri 10
Pekanbaru (Skripsi tidak dipublikasikan).
Suhadi.net. Word pers. Com. 2008.
Sugiyono, Prof. Dr. cetakan keenam 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif
dan R & D. Alabeta. Bandung.
Syiful Bahri Djamarah. Drs. dan Aswan Zain. Drs. cetakan ketiga 2006, Strategi
Belajar Mengajar, PT. Rineke Cipta. Jakarta
WinaSanjaya, Dr. M. Pd. Edisipertama 2008. Perencanaan dan
DesainSistemPembelajaran. PT. Prenada Media Group. Jakarta.
Mundilarto (2001).,PolaPendekatanMahapelajarDalamMemecahkanSoalFisika,
Disertasi. Bandung: Pasca SarjanaUniversitasPendidikan Indonesia.
Johnson, E.,B. (2002). Contextal Teaching and Learning : What it is and why it’s
here to Stay. California : Corwin Press, Inc
150
GatiwisnuIndriyani, (2009), Penerapan Model Problem Base Instruction padamata
Diklat Fisika Bahasan Hukum Newton Tentnag Gerak di Untuk melatih
Kemampuan Berfikir Kritis Pelajar Kelas X SMA Negeri 2 Kebumen, Tesis,
Tidak Dipublikasikan.
Sparisoma Viridi (2008), Miskonsepsi dalam pengajaran Fisika : Kenyataan di
lapangan, Makalah disampaikan pada Lokakarya Pembina Olimpiade Sains
Bidang Fisika Basic Science Center A, Institut Teknologi Bandung 16 – 17
Juli 2008
Wildaiman (2005), Pro-Kontra Ujian Akhir Nasional Sekolah, Bimbingan Belajar
dan Mutu, Pendidikan Harian Pikiran Rakyat (31 Januari 2005)
Yohanes Surya (2006) Pembelajaran Fisika Yang Mudah Dan Menantang, Harian
Kompas (2 Februari 2006)
Wedhiana (2008), Pengembangan Tes Konsep Pemahaman Pelajar,
PROCEEDING The Second International Seminar on Since Education ISBN
978-979-9846-4-2 “ Curent Issues in Reasearch and Teaching in Since
Education , 18 Oktober 2008
Suparno, S.J. 1999. Miskonsepsi (Konsep Alternatif) Pelajar SMU dalam Bidang
Fisika. Yogyakarta : Kanisius.
Prof Suyanto Ph.D Dirjen Dikdasmen (2008) http://postel.depkominfo.go.id/
mod=CLDEPTKMFBRT01&view=1&id=BRT070531151201&mn=BRT0
100%7CCLDEPTKMF_BRT01 (Mei 2008)
Cook, T.M. & Campbell, D.T. (1979), Quasi-xpeimentation : Design and analysis
issues for field settings. Boston, Mass : Houghton Mifflin.
Slavin R.E. (1997).Education Phsicologyteori and practice Ed ke-5, MA : Allyn &
Bacon
Zakaria Bin Abdul Rahman (1998).Pembinaan Dan Pengajian Modul Keusahawan
di Kalangan Pelajar Sekolalh Menengah.Tesis Dr. Fal.Universiti
Kebangsaan Malaysia, Bangi
Suhaida Bt Abdul Kadir (2002). Perbandingan Pembelajaran Koopertifdan
Tradisional Terhadap Prestasi, Konsep Kendiri, Atribusi Pencapaian,
Konsep Kendiri Akademik dan Hubungan Sosial Dalam Pendidikan
Perakuanan. Tesis Dr. Fal Universiti Putra Malaysia, Serdang.
Norton,P. &Wiburg,K.M (2003). Teaching With Technology. Ed ke-2 Beltmonnt;
Wadswoth, Thomson, Learning Inc.
Newby, T.,Stepich, D., Lehman, J &Russel, J (2006), Educational Technology for
teaching and learning.Ed ke-3. New Jerssey : Pearson Merril Prentice Hall
Morrison, G.R., Ross, S.T., Kemp, J.E.,2007 Design Efective Instruction. Jhon
Wiley & Son Inc.