peranan guru dalam membentuk kemandirian …repository.radenintan.ac.id/690/1/skripsi__full.pdf ·...
TRANSCRIPT
i
PERANAN GURU DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN DENGAN
METODE BERCERITA PADA ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK
KUNTUM MEKAR 2 WAY DADI SUKARAME BANDAR LAMPUNG
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat guna
memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh
RIZKY NUR IRAWATI
NPM: 1011070050
Jurusan : Pendidikan Guru Raudhatul Athfal (PGRA)
Pembimbing I : Dr. Agus Pahrudin, M.Pd
Pembimbing II : Heny Wulandari, M.Pd.I
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
RADEN INTAN LAMPUNG
1438 H / 2017 M
ii
ABSTRAK
MANFAAT METODE BERCERITA DALAM MEMBENTUK
KEMANDIRIAN PADA ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK KUNTUM
MEKAR 2 WAY DADI SUKARAME BANDAR LAMPUNG
Oleh
RIZKY NUR IRAWATI
NPM: 1011070050
Metode bercerita adalah salah satu pemberian pengalaman belajar yang
disampaikan secara lisan pada anak dengan menggunakan kisah-kisah atau cerita
yang dapat menarik perhatian anak. Kemandirian adalah sikap dan perilaku yang
tidak mudah bergantung kepada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam membentuk kemandirian anak melalui
metode bercerita. Berdasarkan pra survey peneliti di lapangan, ditemukan
permasalahan bahwa metode bercerita dalam membentuk kemandirian pada anak
didik kelompok B2 di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar
Lampung belum maksimal. Sehingga ada anak yang belum terbentuk
kemandiriannya, diantaranya: masih ada yang belum dapat makan sendiri, belum
dapat merapihkan baju, belum dapat membereskan mainan yang telah digunakan.
Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan rumusan
masalah: ”Apakah manfaat metode bercerita dalam membentuk kemandirian pada
anak di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung”?.
Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat metode bercerita dalam
membentuk kemandirian pada anak di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2
Sukarame Bandar Lampung. Dalam penelitian ini, menggunakan penelitian deskriptif
kualitatif, dengan subjek penelitian adalah peserta didik kelompok B2 (24 anak) dan
guru sebanyak 1 orang. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah manfaat metode
bercerita dalam membentuk kemandirian pada anak di Taman Kanak-Kanak Kuntum
Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung. Adapun alat pengumpulan data yang digunakan
peneliti: observasi, wawancara dan dokumentasi, untuk menganalisa data dan
melakukan penarikan kesimpulan dengan cara induktif.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan sebelumnya, maka peneliti
menyimpulkan bahwa manfaat metode bercerita dalam mengembangkan
kemandirian anak di Kelompok B2 TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar
Lampung, yaitu: (1) Menjadikan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan (2)
Kegiatan bercerita dapat menanamkan nilai-nilai moral dan keagamaan serta
sejumlah pengetahuan sosial dalam membentuk pribadi anak (3) Metode bercerita
dapat membantu anak membangun bermacam peran kemandirian (4) Media
pembelajaran dalam menyampaikan niali-nilai kemandirian (5) Membuka cakrawala
pengetahuan anak.e
Kata kunci: Metode Bercerita, Kemandirian Anak Usia Dini
iii
iv
v
MOTTO
Artinya: “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya”.
(QS. Al- Al Muddatsir: 38).1
1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Gema Risalah Pers,
1993), h. 995.
vi
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya yang
sederhana ini kepada orang yang mencintai dan memberi makna dalam hidup saya,
terutama bagi:
1. Ayahanda Irama Susanto dan ibunda Endang Susilowati tercinta, yang
selalu memberi dukungan, semangat dan dorongan moril maupun spiritual
serta selalu mendoakanku dengan setulus hati dan senantiasa selalu
menunggu keberhasilan ku.
2. Bapak Drs. Rozali, MH selaku ketua Yayasan Al-Fat’h Bandar Lampung
Yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan
penelitian.
3. Ibu Dewi Sintani Karimah, S.Pd.I selaku Kepala TK Kuntum Mekar 2
beserta dewan guru TK Kuntum Mekar 2 Ibu Sri Mulyani, A.Ma, Ibu Mei
Setia Rini, S.Pd.I, Ibu Yuwanita Elfasih yang telah membantu dan
membimbing dalam proses penelitian.
4. Teman-teman satu angkatan yang tersayang khususnya angkatan 2010
yang selalu memberi semangat dan motivasi hingga studiku terselesaikan
5. Almamaterku tercinta IAIN Raden Intan Lampung.
vii
RIWAYAT HIDUP
Rizky Nur Irawati dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 27 Mei 1992,
merupkan seorang putri dari pasangan suami istri bapak Irama Susanto dan ibu
Endang Susilowati.
Adapun peneliti telah menempuh pendidikan usia dini di TK Al-Azhar 2 selama 2
tahun, sejak tahun 1997 sampai dengan tahun 1999. Selanjutnya peneliti menempuh
pendidikan dasar di SD Al-Azhar 2 pada tahun 1999 dan berhasil lulus pada tahun
2004. Selanjutnya, peneliti kembali meneruskan pendidikan ke SMPN 21 pada
tahun 2004 sampai dengan tahun 2007. Kemudian peneliti melanjutkan pendidikan
menengah di SMA Al-Azhar 3 pada tahun 2007 dan berhasil lulus pada tahun 2010 .
Pada tahun 2010, setelah menyelesaikan pendidikan di SMA, peneliti berkeinginan
untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu S1. Adapun
lembaga pendidikan tinggi yang dipilih oleh peneliti adalah Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung, dengan mengambil jurusan Pendidikan Guru
Raudhatul Athfal (PGRA). Adapun alasan peneliti memilih jurusan tersebut adalah
ingin berupaya untuk ikut serta dalam mensukseskan pendidikan nasional, khususnya
melalui jalur pendiidkan bagi anak usia dini. Selama menempuh pendidikan di IAIN
Raden Intan Lampung, peneliti telah mengabdikan diri sebagai tenaga pengajar di
Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung sejak tahun 2011
sampai dengan saat ini.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin. Tiadalah kata yang paling indah, selain
bersyukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat dan karunia-
Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “MANFAAT
METODE BERCERITA DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN ANAK DI
TAMAN KANAK-KANAK KUNTUM MEKAR 2 WAY DADI SUKARAME
BANDAR LAMPUNG”, guna melengkapi sebagian persyaratan ujian Munaqosyah
dalam mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan IAIN Raden Intan Lampung. Shalawat dan salam semoga senantiasa kita
sanjung agungkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai contoh teladan bagi umat
manusia yang telah memberi jalan penerang.
Peneliti menyadari, bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan, arahan dan bimbingan serta masukan dari berbagai pihak. Untuk itu
perkenankan peneliti mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada
pihak sebagai berikut.
1. Bapak Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.
2. Bapak Dr. Agus Pahrudin, M.Pd.I selaku Pembimbing I atas segala arahan,
bimbingan, serta nasehat dalam membimbing dan mengarahkan selama
menyelesaikan skripsi.
3. Ibu Heny Wulandari, M.Pd.I selaku Pembimbing II yang telah mencurahkan
sebagian waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan masukan yang sangat
bermanfaat dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Dr. Hj. Meriyati, M.Pd selaku Ketua Jurusan PGRA yang telah menyediakan
waktu dan fasilitas dalam rangka penyelesaian penelitian ini.
ix
5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN
Raden Intan Lampung.
6. Bapak dan Ibu Staf Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung
yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada peneliti.
7. Ibu kepala Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukararme Bandar Lampung,
yang telah memberikan kesempatan dan ijin serta data yang peneliti perlukan.
8. Semua pihak yang telah turut memberikan dukungan sehingga terselesaikannya
skripsi ini dengan lancar.
Semoga bantuan Bapak/Ibu/Saudara yang tulus ikhlas membantu peneliti,
mendapatkan balasan dan keberkahan dari Allah SWT sesuai dengan amal ibadahnya.
Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti sendiri dan pihak-pihak
yang membutuhkannya, Amiin Ya Robbal’Alamin.
Bandar Lampung, Mei 2017
Peneliti
Rizky Nur Irawati
NPM: 1011070050
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUl .............................................................................................. i
ABSTRAK ........................................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii
PENGESAHAN .................................................................................................. iv
MOTTO ............................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ............................................................................................... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Penegasan Judul ................................................................................... 1
B. Alasan Memilih Judul .......................................................................... 4
C. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 4
D. Fokus Penelitian ................................................................................. 17
E. Rumusan Masalah ............................................................................... 17
F. Tujuan Penelitian ................................................................................ 17
G. Manfaat Penelitian.............................................................................. 17
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................... 19
A. Metode Bercerita .......................................................................................... 19
1. Pengertian Metode Bercerita ............................................................... 19
2. Tehnik Bercerita Bagi Anak Usia Dini ............................................... 21
3. Langkah-langkah Metode Bercerita Bagi Anak Usia Dini ................ 29
4. Tujuan Metode Bercerita Bagi Anak Usia Dini ................................. 33
B. Kemandirian Anak Usia Dini ..................................................................... 35
1. Pengertian Kemandirian ...................................................................... 35
2. Ciri-ciri Kemandirian Anak Usia Dini ............................................... 36
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi KemandirianAnak Usia Dini .... 39
4. Strategi Pembelajaran Dalam Membentuk Kemandirian Anak
Usia Dini ............................................................................................. 43
xi
C. Manfaat Metode Bercerita Dalam Membentuk Kemandirian
Anak Usia Dini ................................................................................. 46
BAB III. METODE PENELITIAN ...................................................................
A. Jenis Penelitian ................................................................................... 57
B. Subjek dan Objek Penelitian .............................................................. 58
C. Setting Penelitian ................................................................................ 58
D. Alat Pengumpulan Data .................................................................... 59
E. Tehnik Analisis Data .......................................................................... 62
BAB IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN .................................................... 65
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ................................................. 65
B. Hasil Penelitian ................................................................................... 74
C. Pembahasan ........................................................................................ 90
BAB V. KESIMPULAN, SARAN, PENUTUP ............................................... 93
A. Kesimpulan ........................................................................................ 93
B. Saran-saran ......................................................................................... 93
C. Penutup ............................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 95
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 97
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Indikator Pencapaian Kemandirian Anak ............................................... 12
Tabel 2: Hasil Pra Survey Terhadap Kemandirian Anak di TK
Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung. .................................... 15
Tabel 3: Data Guru Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Tahun Pelajaran.
2014/2015 ................................................................................................. 70
Tabel 4: Keadaan Peserta Didik Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2
Tahun Pelajaran. 2014/2015 .................................................................... 71
Tabel 5: Hasil Observasi Akhir Terhadap Kemandirian Anak di
Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung. ........................................ 88
xiii
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar Ilustrasi reduksi data, penyajian data dan verification ............. 63
2. Struktur Organisasi Taman Kanak-kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame
Bandar Lampung .................................................................................... 69
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
a. Kisi-Kisi observasi pembentukan kemandirian anak di Taman Kanak-kanak
Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung .................................................. 96
b. Kisi-kisi wawancara dengan guru Kelompok B di Taman Kanak-kanak
Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung. ................................................. 99
c. Kerangka Dokumentasi ...................................................................................... 103
d. Data peserta didik Kelompok A di Taman Kanak-kanak Kuntum Mekar 2
Sukarame Bandar Lampung .............................................................................. 104
e. Rencana Kegiatan Harian (RKH) Bandar Lampung. ......................................... 110
f. Foto kegiatan anak berkaitan dengan peranaan metode bercerita dalam
membentuk kemandirian anak di Taman Kanak-kanak Kuntum Mekar 2
Sukarame Bandar Lampung Bandar Lampung. ................................................. 119
g. Contoh dongeng/cerita berkaitan dengan penanaman nilai-nilai kemandirian
pada anak usia dini Bandar Lampung. ............................................................... 124
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap skripsi ini yang berjudul
“Manfaat Metode Bercerita Dalam Membentuk Kemandirian Anak di Taman Kanak-
Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung”, maka peneliti perlu
menjelaskan beberapa istilah penting yang terdapat pada judul tersebut, yaitu :
1. Metode Bercerita
Metode adalah alat yang merupakan bagian dari perangkat dan cara dalam
pelaksanaan suatu strategi dalam mengajar. 2 Metode adalah cara yang dalam
bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan.3 Metode secara harfiah
adalah “cara”. Sedangkan dalam pemakaian umum dapat diartikan sebagai suatu cara
atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.4
Bercerita merupakan cara untuk meneruskan warisan budaya dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Bercerita juga dapat menjadi media untuk
menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Cerita adalah salah satu cara
untuk menarik perhatian anak.5 Cerita merupakan tuturan yang membentangkan
bagaimana terjadinya sesuatu hal atau peristiwa atau karangan yang menuturkan
2 Moejono Hasibuan, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h. 3.
3 Moeslichatoen, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),
h. 7. 4 Saiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 33.
5 Moeslichatoen, Op Cit, h. 26.
2
perbuatan, pengalaman kebahagiaan atau penderitaan orang lain, kejadian tersebut
sungguh-sungguh atau rekaan.6
Adapun yang dimaksud dengan metode bercerita dalam skripsi ini adalah
suatu cara yang digunakan dalam suatu kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
tutur kata untuk menyampaikan berbagai hal atau peristiwa atau karangan yang
menuturkan perbuatan, pengalaman kebahagiaan atau penderitaan orang lain,
kejadian tersebut sungguh-sungguh atau rekaan, khususnya dalam skripsi ini adalah
menyampaikan nilai-nilai kemandirian bagi anak usia dini.
2. Membentuk
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, membentuk memiliki pengertian
“menjadikan sesuatu dengan bentuk tertentu”.7 Adapun yang dimaksud dalam skrispi
ini adalah suatu proses dalam kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk
menjadikan anak yang sebelumnya tidak mandiri menjadi anak yang mandiri.
3. Kemandirian
Kemandirian adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung kepada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya”.8 Adapun yang dimaksud
kemandirian dalam skripsi ini adalah bentuk sikap tidak bergantung anak kepada
orang lain baik teman sebaya maupun orang dewasa lainnya yang diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari anak dan disesuaikan dengan tahapan bagi anak usia dini yang
tentunya berbeda dengan bentuk kemandirian bagi orang dewasa pada umumnya.
6 Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), h. 210. 7 Ibid,, h. 123.
8 Muhammad Fadillah dan Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini
(Yogyakarta: AR-RUZZ Media), h. 195.
3
3. Anak usia dini
Menurut J.Black, anak usia dini dimulai sejak anak masih dalam kandungan
atau sebelum dilahirkan sampai dengan usia 6 tahun.9 Sedangkan menurut Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, anak adalah
kelompok manusia yang berusia 0 sampai dengan 6 tahun.10
Adapun yang dimaksud dengan anak usia dini dalam skripsi ini adalah anak
yang berada pada usia 5-6 tahun, yakni peserta didik yang berada di kelompok B yang
memiliki berbagai potensi yang harus dikembangkan.
4. Taman Kanak-kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung
Taman kanak-kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung adalah
yaitu salah satu bentuk lembaga pendidikan bagi anak usia dini, khususnya pada jalur
pendidikan formal bagi anak usia 4 tahun (Kelompok A) dan usia 5-6 tahun
(Kelompok B), yang berada di bawah naungan yayasan Al-Fath Bandar Lampung
dan tepatnya beralamatkan di Jalan Pulau. Damar Gg. Melati No.117 Way Dadi
Sukarame Bandar Lampung.
B. Alasan Memilih Judul
Adapun alasan penulis memilih judul ini adalah sebagai berikut:
1. Pentingnya membentuk kemandirian sejak dini, sebagai bekal dalam
mengikuti perkembangan anak yang semakin kompleks.
2. Jika kemandirian sudah terbentuk pada anak, maka hal in dapat membantu
anak dalam melaksanakan berbagai disiplin.
9 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Usia Dini (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 25
10 Departemen Pendidikan Nasional, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta:
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, 2004), h. 9.
4
3. Manusia tidak selamanya hidup bergantung pada orang lain. Ada kalanya
anak sendiri dan sudah tidak dekat dengan anak yang lain maupun orang
dewasa di sekitarnya.
C. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah hak warga negara, tidak terkecuali pendidikan di usia
dini merupakan hak warga negara dalam mengembangkan potensinya sejak dini.
Usia dini merupakan pondasi terbaik dalam mengembangkan kehidupannya di
masa depan. Selain itu pendidikan di usia dini dapat mengoptimalkan
kemampuan dasar anak dalam menerima proses pendidikan di usia-usia
berikutnya. Mengingat betapa pentingnya suatu pendidikan anak usia dini, maka
negara Republik Indonesia telah mengaturnya dalam Undang-undang No. 20 Tahun
2003 tentang pendidikan anak usia dini, yaitu seperti yang dijelaskan dalam Pasal 1
Butir 14:
Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
pada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan untuk
memasuki pendidikan lebih lanjut.11
Dalam proses pendidikan, usia enam tahun pertama menjadi masa penting
bagi seorang anak, karena setiap usaha yang dirancang untuk mengembangkan minat
dan potensi anak harus dilakukan pada masa awal ini. Oleh karena itu penguasaan
metode-metode pembelajaran anak usia dini merupakan salah satu kompetensi yang
harus dimiliki guru PAUD agar proses pembelajaran tersebut dapat mendorong
11
Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003,
Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h. 4.
5
perkembangan anak, baik perkembangan intelektual, fisik maupun emosionalnya.
Dengan menguasai metode pembelajaran, seorang guru dapat mengelola proses
pembelajaran sesuai dengan tujuan yang hendak dicapainya.
Metode adalah cara yang dipergunakan untuk mengimplementasikan rencana
yang telah disusun dalam kegiatan nyata, agar tujuan yang telah disusun tercapai
secara optimal.12
Pembelajaran diarahkan pada pengembangan potensi dan
kemampuan yang dimiliki seperti kemampuan berbahasa, sosio-emosional, motorik
dan intelektual. Untuk itu pembelajaran pada usia dini harus dirancang agar anak
merasa tidak terbebani dalam mencapai tugas perkembangnya. Agar suasana belajar
tidak memberikan beban dan membosankan, suasana belajar perlu dibuat secara alami
dan menyenangkan. Selain itu, karena anak merupakan individu yang unik dan sangat
variatif, maka unsur variasi individu dan minat anak juga perlu diperhatikan dan
dikembangkan secara optimal.
Dalam kegiatan pembelajaran, anak adalah sebagai subjek dan bukan sebagai
objek dalam kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah
kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan
pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk
mencapainya. Keaktifan anak didik disini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi
juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif tetapi pikiran dan mentalnya
kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama
halnya anak didik tidak belajar, karena anak didik tidak merasakan perubahan di
12
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011), h. 93.
6
dalam dirinya. Padahal belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di
dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar.
Penggunaan metode pengajaran yang tepat dan sesuai dengan karakter anak
akan dapat memfasilitasi perkembangan berbagai potensi dan kemampuan anak
secara optimal serta tumbuhnya sikap dan perilaku positif bagi anak. Secara teknis
ada beberapa metode pengajaran yang dapat diterapkan pada anak usia dini yaitu
metode bermain, metode karyawisata, metode bercakap-cakap, metode demonstrasi,
metode proyek, metode bercerita, metode pemberian tugas.13
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran yaitu metode
bercerita. Bercerita itu adalah sesuatu cara guru untuk menyampaikan nilai-nilai yang
ada di masyarakat dengan menggunakan alat media, guru dapat menarik perhatian
anak agar warisan budaya kita bisa berkembang dari anak satu ke anak yang lain14
.
Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK
dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Metode bercerita ialah suatu
cara menyampaikan materi pembelajaran melalui kisah-kisah atau cerita yang dapat
menarik perhatian anak. Jadi metode bercerita adalah salah satu pemberian
pengalaman belajar yang disampaikan secara lisan pada anak dengan menggunakan
kisah-kisah atau cerita yang dapat menarik perhatian anak.
Tujuan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah agar anak mampu
mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang disampaikan orang lain, anak
dapat bertanya apabila tidak memahaminya, anak dapat menjawab pertanyaan,
13
Moeslichatoen, Op Cit, h. 24. 14
Isjoni, Model Pembelajaran Anak Usia Dini (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 90.
7
selanjutnya anak dapat menceritakan dan mengekpresikan terhadap apa yang
didengarkan dan diceritakannya, sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan
lambat laun dapat didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan, dan diceritakan pada
orang lain. Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi
pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik. Dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak, metode bercerita
dilaksanakan dalam upaya memperkenalkan, memberikan keterangan, atau penjelasan
tentang hal baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat
mengembangkan berbagai kompetensi dasar usia anak TK.
Al-Quran telah mengoptimalkan penggunaan kisah/cerita untuk menetapkan
nilai-nilai positif dalam diri seorang mukmin. Sehingga kisah/cerita pun dapat
digunakan sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai baik melalui simpati dan
empatinya dengan kehidupan seorang tokoh Islam terkemuka. Imam Al Ghazali
memaparkan tentang pengoptimalan penggunaan kisah/cerita dalam proses
pendidikan anak.15
Sebagaimana Allah telah berfirman dalam Al Qur’an, berikut ini:
............
Artinya: “ Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka
berfikir”. (QS. AL-A’Raf: 176).16
15
Humammad Rasyid Dimas, 25 Kiat Mempengaruhi Jiwa Akal Anak (Jakarta: Robbani Pers,
2009), h. 225. 16
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Gema Risalah Pers,
1993), h. 413.
8
Berdasarkan ayat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa metode bercerita
dapat memberikan rangsangan positif terhadap anak terutama untuk menanamkan
nilai-nilai positif yang berlaku di masyarakat. Oleh karena itu materi yang
disampaikan berbentuk cerita yang awal dan akhirnya berhubungan erat dalam
kesatuan yang utuh, alurnya ceritanya pun tidak terlalu menyimpang dari isi cerita.
Oleh karena itu, guru harus mempersiapkan terlebih dahulu secara matang cerita yang
akan disajikan, sehingga anak pun dapat menerima dan memahaminya.
Biasanya kegiatan bercerita dilaksanakan pada kegiatan penutup, sehingga
kalau anak pulang, anak menjadi tenang dan senang setelah mengikuti pembelajaran.
Namun demikian pada prakteknya tidak selalu pada saat kegiatan penutup, bercerita
dapat dilakukan pada saat kegiatan pembukaan, kegiatan inti maupun pada waktu-
waktu senggang di sekolah, misalnya pada saat waktu istirahat, karena mendengarkan
cerita adalah sesuatu yang mengasyikkan bagi anak usia Taman Kanak-kanak.
Ada beberapa tehnik bercerita yang dapat digunakan guru dalam
menyampaikan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita, antara lain:
a. Membaca langsung dari buku cerita
b. Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku
c. Menceritakan dongeng
d. Bercerita dengan menggunakan papan flanel
e. Bercerita dengan menggunakan media boneka
f. Dramatisasi suatu cerita
g. Bercerita sambil memainkan jari-jari tangan.17
Agar kegiatan bercerita pun dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan, guru sebaiknya menguasai langkah-langkah bercerita sebagai berikut:
17
Montolalu, dkk, Bermain dan Permianan Anak (Jakarta: Universitas Terbuka, 2012), h.
10.13.
9
1. Mengkomunikasikan tujuan dan tema cerita
2. Mengatur tempat duduk
3. Melaksanakan kegiatan pembukaan
4. Mengembangkan cerita
5. Menetapkan tehnik bertutur
6. Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita.18
Metode bercerita sangat umum digunakan dalam pembelajaran anak usia dini,
khususnya dalam menyampaikan pesan-pesan dan nilai-nilai yang hendak
diinternalisasikan kepada anak sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari anak.. Adapun kelebihan metode ini adalah: dapat meningkatkan motivasi anak
untuk belajar, karena anak sangat senang dengan cerita-cerita. Sangat sesuai untuk
pendidikan afektif (nilai), sebab metode ini dapat menyampaikan nilai-nilai kebaikan
kepada anak melalui contoh-contoh dalam cerita sehingga mendorong anak untuk
melakukan kebaikan tersebut, sekaligus menghindari perbuatan buruk yang
digambarkan dalam cerita guru. Tidak membutuhkan banyak alat dan media
pembelajan.
Adapun kelemahannya antara lain: dalam pembelajaran ini biasanya guru lebih
dominan, sehingga peran aktif anak sedikit terbatas. Oleh karena itu, guru harus
mampu mengkolaborasikan metode ini dengan metode-metode yang lainnya seperti
tanya jawab dan bernyanyi. Guru dituntut untuk benar-benar menguasai teknik
bercerita yang baik, sehingga anak tertarik dengan cerita yang dibawakannya
sekaligus pesan yang ingin disampaikan akan diterima anak dengan baik.
Salah satu potensi yang ada dalam diri anak usia dini yang harus dikembangkan
adalah kemandirian. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mandiri diartikan
18
Masitoh, dkk, Strategi Pembelajaran TK (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), h. 10.16.
10
sebagai keadaan yang dapat menjadikan individu berdiri sendiri, tidak tergantung
pada orang lain. Kemandirian sendiri merupakan hal atau keadaan dapat berdiri
sendiri tanpa bergantung pada orang lain. 19
Kemandirian adalah sikap dan perilaku
seseorang yang mencerminkan perbuatan yang cenderung individual (mandiri), tanpa
bantuan dan pertolongan dari orang lain.
Kemandirian identik dengan kedewasaan, berbuat sesuatu tidak harus
ditentukan atau diarahkan sepenuhnya oleh orang lain. Kemandirian anak sangat
diperlukan dalam rangka membekali mereka untuk menjalani kehidupan yang akan
datang. Dengan kemandirian ini seorang anak akan mampu untuk menentukan
pilihan yang ia anggap benar, selain itu ia berani memutuskan pilihannya dan
bertanggung jawab atas resiko dan konsekwensi yang diakibatkan dari pilihannya
tersebut. Kemandirian anak usia dini dapat diukur dengan indikator - indikator yang
telah dikemukakan oleh beberapa ahli. Di mana indikator tersebut merupakan
pedoman dalam melihat dan mengevaluasi perkembangan dan pertumbuhan anak.
Menurut Diane Trister Dodge, kemandirian anak usia dini dapat dilihat dari
pembiasaan perilaku dan kemampuan anak dengan indikator:20
Adapun secara rinci
dijabarkan sebagai berikut ini:
a. Kemampuan fisik
Kemampuan fisik dalam hal ini maksudnya adalah kemandirian dalam hal
memenuhi kebutuhan. Seorang anak dikatakan mandiri secara fisik jika ia
dapat bekerja sendiri, mampu menggunakan fisiknya untuk melakukan segala
aktivitas hidupnya. Misalnya: anak dapat mencuci tangan sendiri.
19
Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka,
2003), h. 360. 20
Martinis Yamin & Jamilah Sabri Sanan, Panduan PAUD (Jakarta: Referensi (Gaung
Persada Press Group), 2013), h. 60.
11
a. Percaya diri
Anak mampu dan berani menentukan pilihan sendiri. Anak mandiri memiliki
kemampuan dan keberanian dalam menentukan pilihan sendiri dan
mengambil keputusan dengan berani mengambil resiko.
b. Bertanggung jawab
Anak mampu bertanggung jawab menerima konsekwensi yang menyertai
pilihannya. Di dalam mengambil keputuan atau pilihan tentu ada konsekwensi
yang melekat pada pilihannya. Anak yang mandiri dia bertanggung jawab atas
keputusan yang diambilnya apapun yang terjadi tentu saja bagi anak Taman
Kanak-kanak tanggung jawab pada taraf yang wajar. Misalnya tidak menangis
ketika ia salah mengambil alat mainan dan mau membereskan kembali.
c. Disiplin
Anak mampu memahami adanya keseimbangan antara waktu menikmati masa
kanak-kanak (bermain) yang memang hak anak dan waktu untuk melakukan
rutinitas sehari-hari (makan, mandi, tidur) dan tugas-tugas sekolah yang
merupakan kewajiban anak tanpa harus bergantung dengan orang lain,
walaupun terkadang masih memerlukan bimbingan dari orang dewasa.
d. Pandai bergaul
Anak mampu mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung
atau menunggu aksi dari orang lain. Anak mampu bersosialisasi tanpa harus
ditemani oleh orang tuanya.
e. Saling berbagi
Anak memiliki sifat mau berbagi, baik dengan teman maupun saudara, dalam
bentuk benda, maianan maupun makanan ataupun bantuan. Dengan demikian,
anak akan terbiasa untuk menolong orang yang lebih membutuhkan tanpa
harus diperintah oleh orang lain.
f. Mengendalikan emosi
Anak dapat mengontrol emosinya bahkan dapat berempati terhadap orang
lain, mampu mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan
amarah, menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah
pribadi.
Adapun secara rinci, indikator kemandirian yang akan dikembangkan dalam
penelitian ini adalah berdasarkan teori yang telah digagas oleh Diane Trister Dodge,
dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1
Indikator Pencapaian Kemandirian Anak
No Aspek Yang Akan
Dikembangkan
Indikator
1 Kemampuan fisik Anak dapat makan sendiri
2 Percaya diri Anak dapat tampil di depan kelas tanpa ditemani
12
guru
3 Bertanggung jawab Anak dapat membereskan peralatan makan sendiri
Anak dapat membereskan mainan yang telah
digunakan
4 Disiplin Anak mau masuk kelas setelah waktu bermain
selesai
5 Pandai bergaul Anak dapat bergaul dengan siapa saja
6 Saling berbagi Anak mau berbagi makanan pada teman yang tidak
membawa makanan
Anak mau bergantian alat permainan dengan
temannya
7 Mengendalikan emosi Anak dapat mengendalikan amarah
Anak mau langsung meminta maaf bila melakukan
kesalahan
Sumber: Teori Diane Trister Dodge
Unsur-unsur indikator kemandirian tersebut di atas, tentu pada anak usia dini
berbeda dengan makna kemandirian bagi orang dewasa. Bagi anak usia dini
kemandirian sifatnya masih dalam taraf sangat sederhana, sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Hal ini terlihat dalam tingkah laku anak. Anak yang mandiri
adalah anak yang memiliki kepercayaan diri dan motivasi yang tinggi. Sehingga
dalam setiap tingkah lakunya tidak banyak menggantungkan diri pada orang lain.
Anak yang kurang mandiri selalu ingin ditemani atau ditunggui oleh orang tuanya,
baik pada saat sekolah maupun pada saat bermain. Kemana-mana harus ditemani
orang tua atau saudaranya. Berbeda dengan anak yang memiliki kemandiran, ia
berani memutuskan pilihannya sendiri, misalnya: mau bermain apa, bermain dengan
siapa. Selain itu, tingkat kepercayaan dirinya lebih nampak, dan mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan teman bermain maupun orang asing yang
baru dikenalnya.
13
Kemandirian merupakan salah satu karakter dasar yang harus dibentuk pada
saat usia dini. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk memperkenalkan nilai-
nilai karakter pada anak, salah satunya karakter mendiri, antara lain: metode
keteladanan, metode pembiasaan, metode bercerita, metode karyawisata.21
Salah satu
metode yang dapat digunakan untuk membentuk kemandirian pada anak usia dini
adalah melalui metode bercerita. Misalnya: guru bercerita dengan tehnik mendongeng
tentang cara menggosok gigi sendiri.
Anak diajarkan menggosok gigi dengan cara perlahan-lahan. Setelah anak
mendengarkan cerita, anak mulai dapat mempraktekkan cara menggosok gigi yang
benar. Dengan demikian, melalui refleksi dari apa yang dilakukan anak merupakan
salah satu cara untuk memandirikan anak melalui cerita dan belajar dari
pengalaman.22
Selain itu, dapat juga melalui mendongeng tentang binatang, misalnya:
buaya yang suka makan permen dan akhirnya sakit gigi.23
Manfaat yang dapat
diambil yaitu bahwasannya anak dapat merefleksikan hal-hal yang baik dalam
kehidupan sehari-hari dari cerita yang telah di dengar sebelumnya.
Manfaat lain dari metode bercerita, yaitu akan lebih mudah untuk
menanamkan nilai-nilai yang dapat digunakan untuk membentuk kemandirian anak,
karena anak akan menerima pembelajaran yang disampaikan guru dengan perasaan
senang dan tanpa disadarinya karena anak terhanyut dengan isi cerita yang
dismapaikan. Sehingga anak dapat merekam langsung dalam memorinya mengenai
nilai-nilai yang disampaikan melalui cerita.
21
Muhammad Fadillah dan Lilif Mualifatu Khorida, Op Cit, h. 166. 22
Martinis Yamin & Jamilah Sabri Sanan, Op Cit, h. 87. 23
Ida S Widyanti, Mendidik Karakter dengan Karakter (Jakarta: Arga Tilanta, 2012), h. 98.
14
Namun ternyata, berdasarkan prasurvey peneliti di lapangan, didapatkan data
bahwa guru-guru di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar
Lampung belum dapat mengambil manfaaat dari kegiatan bercerita secara optimal
dalam mengembangkan kemandirian pada anak. Sehingga ada anak yang belum
terbentuk kemandiriannya, diantaranya: masih ada anak yang belum dapat makan
sendiri, tidak berani tampil di depan kelas (harus ditemani ibu guru), belum dapat
membuka ataupun menutup peralatan makannya sendiri, belum dapat membereskan
mainan yang telah digunakan.24
Berikut ini adalah hasil pra survey peneliti terhadap kemandirian anak di
Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung.
Tabel 2
Hasil pra survey terhadap kemandirian anak melalui manfaat metode bercerita
Di kelompok B2 TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung
Aspek Yang
Akan
Dikembangkan
Indikator
(Teori Diane Trister Dodge)
Penilaian
BB MB BSH BSB
Kemampuan
fisik
1. Anak dapat makan sendiri 5 10 9 -
Percaya diri 2. Anak dapat tampil di depan
kelas tanpa ditemani guru
13 9 2 -
Bertanggung
jawab
3. Anak dapat membereskan
peralatan makan sendiri
8 12 4 -
4. Anak dapat membereskan
mainan yang telah digunakan
10 9 5 -
Disiplin 5. Anak mau masuk kelas
setelah waktu bermain selesai
12 7 5 -
Pandai bergaul 6. Anak dapat bergaul dengan
siapa saja
14 7 3 -
Saling berbagi 7. Anak mau berbagi makanan
pada teman yang tidak
membawa makanan
5 16 3 -
24
Peneliti, Hasil Observasi, di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar
Lampung, tanggal 12 April 2015.
15
Mengendalikan
emosi
8. Anak mau bergantian alat
permainan dengan temannya
13 9 2 -
9. Anak dapat mengendalikan
amarah
10 10 4 -
10. Anak mau langsung meminta
maaf bila melakukan
kesalahan
12 8 4 -
Jumlah 102 97 41 -
Sumber: Hasil Pra Survey Peneliti , di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame
Bandar Lampung, tanggal 12 Oktober 2016
Ket:
1. BB (Belum Berkembang )
Apabila anak belum mampu melakukan sendiri
2. MB ( Mulai Berkembang )
Apabila anak dapat melakukan kegiatan dengan sedikit bantuan guru
3. BSH (Berkembang Sesuai Harapan)
Apabila anak mampu melakukan kegiatan sendiri
4. BSB (Berkembang Sangat Baik)
Apabila anak mampu membantu teman yang belum bisa
Keberhasilan pembelajaran dilihat dari jumlah peserta didik yang mencapai
lebih dari 75 % dari jumlah peserta didik yang ada di kelas. Artinya jika anak yang
ada di dalam kelas sudah mencapai 75% lebih (Berkembang Sesuai Harapan), maka
proses pembelajaran berhasil dan penggunaan metode bercerita mempunyai pengaruh
yang sangat signifikan terhadap perkembangan aspek kemandirian anak.
Namun, berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan
kemandirian anak masih rendah. Berikut ini, adalah pencapaian kemandirian anak
yang Berkembang Sesuai Harapan (BSH) dapat diketahui hanya 17,03 % Mulai
Berkembang (MB) sebesar 40, 41 % dan Belum Berkembang (BB) sebesar 42,50 %.
Oleh karena itu, anak-anak masih memerlukan pembinaaan yang tepat yang dalam
membentuk potensi kemandiriannya sehingga dapat berkembang secara optimal,
sebagai bekal anak untuk memasuki kehidupan sosial yang lebih luas.
16
Berdasarkan penemuan masalah-masalah terebut di atas, maka hal inilah yang
mendorong penulis tertarik untuk mengangkat judul skripsi “Manfaat Metode
Bercerita dalam Membentuk Kemandirian Anak di Taman Kanak-Kanak Kuntum
Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung”.
D. Fokus Penelitian
Adapun penelitian ini difokuskan pada pembentukan kemandirian anak di
kelompok B2 Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung,
tahun pelajaran 2016/2017 dengan berdasarkan pada pengembangan indikator
menurut teori Diane Trister Dodge, melalui penggunaan metode bercerita. Dimana
dalam tahap pelaksanaanya disesuaikan dengan tahap perkembangan anak usia dini.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian tersebut, maka
rumusan masalah dalam skripsi ini adalah: “Apakah manfaat metode bercerita dalam
membentuk kemandirian anak di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame
Bandar Lampung?”.
F. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat metode
bercerita dalam membentuk kemandirian pada anak di Taman Kanak-Kanak Kuntum
Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung.
G. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak, antara lain:
1. Lembaga Taman Kanak-Kanak
17
Sebagai bahan masukan bagi lembaga Taman Kanak-Kanak untuk dapat
meningkatkan berbagai potensi peserta didik, khususnya dalam membentuk
kemandirian pada anak melalui metode bercerita.
2. Guru
Dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman guru dalam memanfaatkan
metode bercerita sebagai alternatif guru dalam memilih strategi pembelajaran yang
efektif dalam membentuk kemandirian anak.
3. Anak didik
Anak dapat mengembangkan segala potensi kemandirian yang dimilikinya
dengan stimulus yang tepat dan sesuai dengan tingkat perkembangannya, tanpa
merasa terbebani dengan penggunaan metode pembelajaran yang ada.
18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Metode Bercerita
1. Pengertian Metode Bercerita
“Metode secara harfiah berarti “cara”, sedangkan dalam pemakaian umum
metode diartikan sebagai alat yang merupakan bagian dari perangkat dan cara dalam
pelaksanaan suatu strategi dalam mengajar.25
Menurut Trianto, “metode adalah cara
yang dipergunakan untuk mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam
kegiatan nyata, agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal”.26
Oemar
Hamalik mengemukakan bahwa, “metode adalah cara yang digunakan untuk
menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum”.27
Berdasarkan definisi atau pengertian beberapa metode yang dikemukakan di
atas dapat disimpulkan bahwa metode merupakan suatu cara atau strategi yang
dilakukan oleh seorang guru/pendidik untuk menciptakan suatu proses kegiatan
belajar mengajar pada siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Secara umum banyak sekali metode pembelajaran yang dapat diterapkan
dalam suatu proses kegiatan belajar mengajar. Namun, tidak semua metode
pembelajaran cocok bagi kegiatan anak usia dini. Secara teknis beberapa metode
pembelajaran yang dapat diterapkan pada anak usia dini yaitu “metode bermain,
25
Moejono Hasibuan, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h. 3. 26
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011), h. 93. 27
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 26.
19
metode karyawisata, metode bercakap-cakap, metode bercerita, metode demonstrasi,
metode proyek dan metode pemberian tugas”.28
Salah satu metode pembelajaran yang
dapat diterapkan diantaranya yaitu metode bercerita.
Bercerita merupakan cara untuk meneruskan warisan budaya dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Bercerita juga dapat menjadi media untuk
menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.29
Dalam konsep Islam, cerita
disebut sebagai qashas, yang memiliki makna kisah. Selain itu, qashash juga
diartikan sebagai urusan, berita, perkara, dan keadaan.30
Sementara menurut istilah,
Qashas adalah pemberitaan (kisah) Al-Quran tentang hal ikhwal umat yang telah lalu,
peristiwa yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Jadi, dapat
dipahami bahwa cerita dapat dimaknai sebagai kisah (qashas).31
Metode bercerita merupakan salah satu cara menyampaikan sesuatu dengan
cara bertutur atau memberikan penerangan /penjelasan secara lisan melalui cerita.32
Metode bercerita sangat tepat diberikan bagi anak usia dini. Hal ini akan berguna bagi
anak ketika suatu saat ia menemukan masalah yang hampir mirip dengan isi cerita
yang pernah diberikan guru, sehingga akan memacu nalarnya untuk berfikir mencari
pemecahan dari masalah yang dihadapi. Sehingga banyak sekali makna penting
bercerita bagi anak usia dini.
28
Soegeng Santoso,Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Citra Pendidikan, 2002), h. 72. 29
Isjoni, Model Pembelajaran Anak Usia Dini (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 90 30
Armai Arif, Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputra Press, 2002), h. 115. 31
Manna’ Khalil Al-Qur’an, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an (Jakarta: Pustaka Lintera Antar Nusa,
2003), h. 435. 32
Yuliani Nurani Sujiono, dkk, Metode Pengembangan Kognitif (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2011), h. 7.9.
20
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode
bercerita adalah suatu cara yang dipergunakan guru dalam suatu pembelajaran untuk
menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat secara lisan, baik dengan
menggunkan alat peraga maupun tidak dengan tetap mengutamakan keterlibatan anak
terhadap cerita yang akan diberikan.
2. Tehnik Bercerita Bagi Anak Usia Dini
Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman bagi anak TK
dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru
harus menarik dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan
bagi anak. Bila isi cerita itu dikaitkan dengan dunia kehidupan anak, maka mereka
merasa akan mendengarkannya dengan penuh perhatian dan mudah dapat menangkap
isi cerita. Dunia kehidupan anak itu penuh dengan suka cita, maka kegiatan bercerita
harus diusahakan dapat memberikan perasaan gembira, lucu dan mengasyikan.
Dunia kehidupan anak-anak itu berkaitan dengan lingkungan keluarga,
sekolah dan luar sekolah, maka kegiatan bercerita di TK harus diusahakan menjadi
pengalaman bagi anak yang bersifat unik dan menarik, yang menggetarkan perasaan
anak, dan memotivasi anak untuk mengikuti cerita itu sampai tuntas. Oleh karena itu,
guru perlu mengetahui beberapa tehnik dalam bercerita, sehingga anak tidak merasa
bosan karena guru selalu menggunakan tehnik yang sama dalam bercerita.
Ada beberapa teknik bercerita yang dapat dipergunakan guru, antara lain:33
h. Membaca langsung dari buku cerita
33
Masitoh, dkk, Strategi Pembelajaran (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), h. 10.4-10.13.
21
Seorang guru TK sekurang-kurangnya haruslah menguasai tehnik bercerita
dengan membacakan langsung dari buku cerita. Hal itu sangat bagus bila guru
mempunyai puisi atau prosa yang sesuai untuk dibacakan kepada anak TK. Ukuran
kebagusan puisi atau prosa itu terutama ditekankan pada pesan-pesan yang
disampaikan yang dapat ditangkap anak: memahami perbuatan itu salah dan
perbuatan ini benar, atau hal ini bagus dan hal itu jelek, atau kejadian itu lucu,
kejadian itu menarik, dan sebagainya.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan guru sebelum dan ketika akan
menggunakan tehnik bercerita dengan membacakan langsung dari buku cerita:
1. Pilihlah buku-buku yang bergambar menarik denga warna-warna gambar
yang sesuai dan tidak mencolok mata.
2. Pilihlah buku-buku yang bertulisan besar dengan kalimat-kalimat yang tidak
terlalu panjang dan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
3. Pilihlah isi cerita yang diangkat dari hal-hal yang istimewa di daerah tempat
tinggal anak.
4. Isi cerita dengan kata-kata yang diulang-ulang pada setiap halaman juga baik
dan menarik.
5. Saat membacakan buku cerita, posisi buku yang dipegang guru haruslah dapat
terlihat oleh seluruh murid.
6. Mulailah mengenalkan pengetahuan tentang buku, yaitu kebiasaan baik dalam
mengenali buku, antara lain:
a. Cara memegang buku dengan benar, tidak terbalik.
b. Membedakan muka dan belakang suatu buku.
22
c. Cara membalik lembar demi lembar dari halaman suatu buku.
d. Menunjukkan judul, pengarang, ilustrator pada sebuah buku.
e. Menunjukkan pengetahuan membaca dari kiri ke kanan dan dari atas
ke bawah.
f. Memiliki reaksi setelah dibacakan.34
i. Bercerita dengan Menggunakan Ilustrasi Gambar dari Buku
Bila cerita yang disampaikan pada anak TK terlalu panjang dan terinci dengan
menambahkan ilustrasi gambar dari buku yang dapat menarik perhatian anak, maka
teknik bercerita ini akan berfungsi dengan baik. Mendengarkan cerita tanpa ilustrasi
gambar menuntut pemusatan perhatian yang lebih besar dibandingkan bila anak
mendengarkan cerita dari buku bergambar. Untuk menjadi seorang yang dapat
bercerita dengan baik guru TK memerlukan persiapan dan latihan.
Penggunaan ilustrasi gambar dalam bercerita dimaksudkan untuk memperjelas
pesan-pesan yang dituturkan, juga untuk mengikat perhatian anak pada jalannya
cerita. Adapun hal yang harus diperhatikan dalam memilih ilustrasi gambar adalah
ilustrasi gambar hendaknya cukup besar, sehingga mudah dilihat anak, berwarna
serta menggambarkan jalan cerita yang akan disampaikan.
j. Menceritakan Dongeng
Cerita dongeng merupakan bentuk kesenian yang paling lama. mendongeng
merupakan cara meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke generasi yang
berikutnya. Dongeng dapat dipergunakan untuk menyampaikan pesan-pesan
34
Montolalu, dkk, Bermain dan Permainan anak (Jakarta: Universitas Terbuka, 2012), h.
10.5.
23
kebajikan kepada anak. Oleh karena itu, seni dongeng perlu dipertahankan dari
kehidupan anak.
Menceritakan dongeng kepada anak dapat membantu anak mengenal budaya
leluhurnya sekaligus menyampaikan pesan-pesan yang terdapat didalamnya.Dongeng
yang berasal dari tanah air, disamping memiliki nilai-nilai luhur yang akan diwarisi
anak, juga dapat memberi kesempatan pada anak untuk mengenal dan mencintai
bangsanya sendiri.
k. Bercerita dengan Menggunakan Papan Flanel
Bercerita menggunakan papan flanel hampir serupa dengan tehnik bercerita
menggunakan ilustrasi gambar dari buku. Perbedaan yang paling prinsip dari tehnik
ini adalah pada penggunaan papan flanel.
Adapun hal-hal yang harus dipersiapkan guru untuk melaksanakan kegiatan
bercerita menggunakan papan flanel, antara lain: guru dapat membuat papan flanel
dengan melapisi seluas papan dengan kain flanel yang berwarna netral, misalnya
warna abu-abu, gambar tokoh-tokoh yang mewakili perwatakan dalam ceritanya
digunting polanya pada kertas yang dibelakangnya dilapis dengan kertas gosok
(amplas) yang paling halus untuk menempelkan pada papan flanel supaya dapat
melekat. Gambar foto-foto itu dapat dibeli di pasaran, atau dikreasi sendiri oleh guru,
sesuai dengan tema dan pesan-pesan yang ingn disampaikan melalui bercerita.
Setelah peralatan dipersipakan, guru perlu memperhatikan tehnik bercerita
menggunakan papan flanel, yaitu sebagai berikut:
1. Letakkan papan flanel di tempat yang agak tinggi dan berada tepat di
hadapan anak.
24
2. Tempelkan gambar-gambar atau foto-foto pada papan flanel satu persatu
sesuai dengan alur cerita.
3. Apabila tokoh cerita sudah tidak diperlukan lagi untuk bagian-bagian
tertentu dari alur cerita, bisa saja dilepaskan dari papan flanel.
4. Pada waktu-waktu berikutnya dari kegiatan ini, anak dapat dilibatkan
untuk menempelkan sendiri gambar atau foto yang alur ceritanya dapat
dikarang bersama-sama di kelas.35
l. Bercerita dengan Menggunakan Media Boneka
Pemilihan bercerita dengan menggunakan boneka akan tergantung pada usia
dan pengalaman anak. Biasanya boneka itu terdiri dari ayah, ibu, anak laki-laki dan
anak perempuan, nenek kakek dan bisa ditambahkan anggota keluarga yang lain.
Boneka yang dibuat itu masing-masing menunjukkan perwatakan pemegang peran
tertentu. Misalnya, ayah yang penyabar, ibu yang cerewet, anak laki-laki yang
pemberani, anak perempuan yang dimanja, dan sebagainya.
Guru dapat mempersiapkan sendiri berbagai media boneka. Dapat berasal dari
bahan/kain/kaos kaki dan tangan untuk boneka tangan serta dapat terbuat dari karton
untuk boneka jari. Selain itu, tehnik bercerita dengan menggunakan boneka dapat
dikombinasikan dengan menggunakan panggung, kemudian dikenal dengan metode
sandiwara boneka. Penggunaan panggung yang berupa papan penyekat dilengakpi
dengan penutup/layar dapat mengundang antusiasme anak sebagai penontonnya.
Posisi guru yang bercerita berada di belakang papan penyekat. Saat hendak
menampilkan tokoh cerita, guru mengeluarkan beberapa boneka-boneka melalui
35
Ibid, h. 10.9.
25
celah layar. Kegiatan bercerita melalui media boneka dengan panggungnya akan
meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak.
Menurut Jenkins, penggunaan panggung boneka dapat membantu anak,
untuk:
a. Mengembangkan daya kreasi dan imajinasinya.
b. Berkonsentrasi.
c. Mengembangkan keterampilan berkomunikasi.
d. Belajar bekerja sama.
e. Mengurangi kecemasan diri.
f. Memperoleh pengetahuan.
g. Mengenalkan tentang alur kehidupan.
h. Sadar akan perilakunya.36
Selain menggunakan panggung boneka, guru dapat juga bercerita
menggunakan boneka jari, karena boneka jari merupakan salah satu alat edukatif
yang dapat membantu mengembangkan berbagai aspek perkembangana anak.
Adapun kegiatan bercerita dengan boneka jari dapat berfungsi untuk:
1. Melatih keterampilan jari jemari.
2. Melatih daya fantasi anak.
3. Mengembangkan nilai-nilai kehidupan anak.
4. Mempertinggi kehidupan anak.
5. Mengembangkan kemampuan berbahasa anak.37
36
Ibid, h. 10.12.
26
Sedangkan langkah-langkah bercerita menggunakan boneka jari, antara lain:
1. Sebagai pendahuluan, guru dapat menyebutkan judul cerita.
2. Guru memasang sejumlah boneka jari pada sejumlah jarinya.
3. Guru memberikan kesempatan pada anak unutk mengikuti jalan cerita dengan
menggunakan dialog maupun komentar.
4. Guru menggerakan boneka jari dengan jalan menggerakkan jari ketika tokoh
cerita sedang berdialog.
5. Guru menjawab pertanyaan dan menanggapi komentar anak agar lebih
menghayati isi cerita.
6. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menceritakan kembali
cerita menggunakan boneka jari dengan bahasanya sendiri secara individual.
7. Guru memupuk keberanian anak untuk menceritkan kembali cerita yang telah
di dengar dan dilihatnya.
8. Guru melakukan pengamatan terhadap penampilan anak.38
Semakin banyaknya variasi tehnik bercerita menggunakan boneka, akan
semakin menambah berbagai kemampuan anak dalam mengembangkan aspek-aspek
perkembangan yang harus dijalani anak sesuai dengan tahap perkembangannnya.
Melalui bercerita menggunakan boneka dengan berbagai tehnik, akan membuat anak
merasa senang dengan pembelajaran yang akan disampaikan guru, sehingga anak
merasa tidak dipaksa dan mereka tidak merasa bosan.
37
Novan Ardy Wiyani, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Gava Media,
2014), h. 116. 38
Novan Ardy Wiyani & Barnawi, Format PAUD( Konsep, Karakteristik dan Implementasi
Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2012), h. 157.
27
m. Dramatisasi Suatu Cerita
Guru dalam bercerita memainkan perwatakan tokoh-tokoh dalam suatu cerita
yang disukai anak dan merupakan daya tarik yang bersifat universal. Cerita anak-
anak yang disukai: timun emas, si Kancil mencuri ketimun, dan sebagainya.
n. Bercerita Sambil Memainkan Jari-Jari Tangan
Media lain yang lebih sederhana yang dapat digunakan guru dalam bercerita
adalah menggunakan jari-jari tangan. Tehnik ini tidak kalah menariknya dengan
tehnik bercerita lainnya. Dengan improvisasi yang baik, seorang guru yang piawai
akan menikmati tehnik sederhana ini, asalkan diikuti kreativitas yang tinggi dalam
menggali ide cerita sehingga anak tertarik untuk mendengarnya.
Hal-hal yang menjadi ide cerita pada tehnik bercerita sambil memainkan jari-
jari tangan, antara lain adalah cerita tentang jumlah jari tangan, nama dari masing-
masing jari, guna jari tangan dan lain-lain. Contohnya menurut Hildebrand adalah
sebagai berikut: Sepuluh jari tangan seperti merentangkan jari-jari kedua tangan,
menunjuk diri sendiri, mengepalkan tangan, merentangkan jari, menepuk jari,
menyembunyikan jari kebelakang, mengangkat jari tangan, menurunkan jari tangan,
menyilang jari tangan, membentuk bulatan ibu jari dan telunjuk, serta membentuk
bulatan dengan kedua lengan tangan.39
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru dapat
menggunkan berbagai tehnik dalam bercerita, yaitu: membaca langsung dari buku
cerita, bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku, menceritakan
dongeng, bercerita dengan menggunakan papan flanel, bercerita dengan
39
Montolalu dkk, Op Cit, h. 10.13.
28
menggunakan media boneka, dramatisasi suatu cerita dan bercerita sambil
memainkan jari-jari tangan. Apabila guru menggunakan tehnik bercerita yang
bervariasi akan semakin menambah antusiasme anak untuk mendengarkan cerita yang
disampaikan guru dan hal ini juga semakin memudahkan guru untuk menyampaikan
ataupun menanamkan nilai-nilai moral yang terkandung dalam cerita.
3. Langkah-langkah Bercerita bagi Anak Usia Dini
Kegiatan bercerita merupakan kegiatan yang memiliki manfaat besar bagi
perkembangan anak serta pencapaian tujuan pendidikan. Sebelum melaksanakan
kegiatan bercerita guru terlebih dahulu harus merancang kegiatan bercerita berupa
langkah-langkah yang harus ditempuh secara sistematis.
Metode pembelajaran melalui bercerita terdiri dari 5 langkah perencanaan
kegiatan bercerita, yaitu:
Langkah-langkah perencanaan kegiatan bercerita dimaksud adalah:
a. Menetapkan tujuan dan tema cerita.
Tujuan utama penggunaan metode bercerita adalah memberi pengalaman
belajar melalui bercerita untuk menyampaikan tujuan pengajaran, yaitu memberikan
informasi atau menanamkan nilai-nilai sosial, moral atau agama. Maka dalam
menetapkan tujuan pengajaran harus dikaitkan dengan tema yang dipilih. Tema
tersebut harus ada kedekatan hubungan antara anak di keluarga, sekolah atau pun di
luar sekolah.
b. Menetapkan rancangan bentuk bercerita yang dipilih
29
Adapun bentuk-bentuk cerita yang dapat dipilih, misalnya: bercerita dengan
membaca langsung dari buku cerita, menggunakan gambar-gambar, menggunakan
papan flannel, menceritakan dongeng dan sebagainya.
c. Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita sesuai
dengan bentuk bercerita yang dipilih.
Bahan dan alat yang diperlukan dalam bercerita dapat disesuaikan dengan
bentuk cerita yang akan dipilih. Misalnya: guru akan bercerita menggunakan buku
cerita, maka guru dapat menyiapkan buku cerita.
d. Menetapkan langkah-langkah kegiatan bercerita, yang terdiri dari:
1. Menyampaikan tujuan dan tema cerita
Langkah ini dilakukan guru pada awal kegiatan bercerita. Hal ini dilakukan
sebagai sarana untuk menggali pengetahuan yang telah dimiliki anak
sebelumnya dan menghubungkan dengan hasil belajar yang akan diperoleh
melalui bercerita.
2. Mengatur tempat duduk
Pengaturan tempat duduk merupakan hal penting yang harus dilakukan
karena pengaturan tempat duduk yang tepat, akan membuat anak merasa
nyaman mengikuti kegiatan bercerita. Untuk kepentingan ini, guru dapat
mengajak anak untuk duduk di atas tikar atau karpet dalam formasi
setengah lingkaran, sehingga interaksi dapat berjalan dengan baik.
3. Melaksanaan kegiatan pembukaan
30
Pada kegiatan pembukaan ini , guru dapat menggali pengalaman yang telah
dimiliki anak sebelumnya dan menghubungkan dengan pengalaman-
pengalaman baru yang akan didapatkan melalui kegiatan bercerita.
4. Mengembangkan cerita
Pada tahap pengembangan cerita, guru dapat menambahkan informasi lain
yang berkenaan dengan tema cerita. Guru dapat menyajikan fakta-fakta
disekitar kehidupan anak berkaitan dengan tema cerita.
5. Menetapkan teknik bertutur
Guru dapat menetapkan rancangan cara-cara bertutur yang dapat
menggetarkan perasaan anak, sehingga cerita yang disampaikan dapat tepat
sasaran.
6. Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita.
Langkah ini merupakan tahap penutup dalam kegiatan bercerita, dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita dan
dapat memberikan solusi terhadap permaslaahan yang ada dalam cerita.40
e. Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita
Kualitas keberhasilan menggunakan metode bercerita banyak dipengaruhi
oleh perencanaan pelaksanaan kegiatan bercerita yang telah ditetapkan. Dalam
rancangan kegiatan bercerita telah ditetapkan tujuan bercerita. Sesuai dengan tujuan
dan tema bercerita yang dipilih, maka dapat dirancang penilaiam kegiatan bercerita
40
Moeslichatoen, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),
h. . 179-180.
31
dengan menggunakan tehnik bertanya pada akhir kegiatan bercerita yang memberi
petunjuk seberapa besar perhatian dan tanggapan anak terhadap isi cerita.41
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, tujuan yang ingin dicapai melalui
kegiatan bercerita serta tema yang dipilih oleh guru menjadi acuan dalam
melaksanakan kegiatan lainnya. Guru memiliki kebebasan untuk menentukan bentuk
cerita yang dipilih, sepanjang bisa menggambarkan isi cerita dengan baik. Bahan dan
alat yang dipergunakan dalam kegiatan bercerita sangat bergantung kepada bentuk
cerita yang dipilih sebelumnya. Pengaturan tempat duduk, merupakan hal yang patut
mendapat perhatian karena pengaturan yang baik membuat anak merasa nyaman dan
dapat mengikuti cerita di samping teknik bercerita.
4. Tujuan Kegiatan Bercerita Bagi Anak Usia Dini
Kegiatan bercerita merupakan salah satu cara yang ditempuh guru untuk
memberi pengalaman belajar agar anak memperoleh penguasaan isi cerita yang
disampaikan lebih baik.
Secara umum kegiatan bercerita memiliki tujuan sebagai berikut:
1 Melalui bercerita anak menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan
bercerita. Penuturan cerita yang sarat informasiatau nilai-nilai itu dihayati anak
dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
2 Dalam kegiatan bercerita anak dibimbing mengembangkan kemampuan untuk
mendengarkan cerita guru yang bertujuan untuk memberikan informasi atau
menanamkan nilai-nilai sosial, moral, dan keagamaan, pemberian informasi
tentang lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya. Lingkungan fisik itu meliputi
41
Masitoh, Op Cit, h. 10.19- 10.21.
32
segala sesuatu yang ada di sekitar anak yang non-manusia. Dalam kaitan
lingkungan fisik melalui bercerita anak memperoleh informasi tentang binatang,
peristiwa yang terjadi dari lingkungan anak, bermacam makanan, pakaian,
perumahan, tanaman yang terdapat di halaman rumah, sekolah, kejadian di rumah
dan di jalan. Sedangkan informasi tentang lingkungan sosial meliputi: orang yang
ada dalam keluarga, di sekolah, dan di masyarakat. Dalam masyarakat tiap orang
itu memiliki pekerjaan yang harus dilakukan setiap hari yangmemberikan
pelayanan jasa kepada orang lain atau menghasilkan sesuatu untuk memenuhi
kebutuhan orang lain.42
Selain itu,tujuan penting yang dapat diambil dari metode bercerita bagi
perkembangan anak usia dini, antara lain melalui cerita kita dapat:
1. Mengkomunikasikan nilai-nilai budaya
2. Mengkomunikasikan nilai-nilai sosial
3. Mengkomunikasikan nilai-nilai keagamaan
4. Menanamkan etos kerja, etos waktu, etos alam
5. Membantu mengembangkan fantasi anak
6. Membantu mengembangkan dimensi kognitif anak
7. Membantu mengembangkan dimensi bahasa anak.43
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, kegiatan bercerita
bagi anak usia dini memiliki tujuan yang sangat mulia bagi perkembangan anak.
Diantarnya: menyampaikan pesan-pesan maupun nilai-nilai kehidupan bagi anak,
baik nilai-nilai sosial, agama, budaya dan moral yang akan ditemui dan diterapkan
42
Ibid, h. 10.8. 43
Isjoni, Op Cit, h. 90
33
anak dalam kehidupan sehari-hari anak serta pengenalan lingkungan yang ada
disekitar anak.
B. Kemandirian Anak Usia Dini
1. Pengertian Kemandirian
Kemandirian adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung kepada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya”.44
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, mandiri diartikan sebagai keadaan yang dapat menjadikan individu berdiri
sendiri, tidak tergantung pada orang lain. Kemandirian sendiri merupakan hal atau
keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain.45
Yuliani Sujiono
mengatakan bahwa kemandirian adalah suatu upaya yang dilakukan dan dimaksudkan
untuk melatih anak dalam memecahkan masalahya. Mandiri adalah sikap dan
perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-
tugasnya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diismpulkan bahwa kemandirian
adalah sikap dan perilaku seseorang yang mencerminkan perbuatan yang cenderung
individual (mandiri), tanpa bantuan dan pertolongan dari orang lain. Kemandirian
identik dengan kedewasaan, berbuat sesuatu tidak harus ditentukan atau diarahkan
sepenuhnya oleh orang lain. Kemandirian anak sangat diperlukan dalam rangka
membekali mereka untuk menjalani kehidupan yang akan datang. Dengan
kemandirian ini seorang anak akan mampu untuk menentukan pilihan yang ia anggap
44
Muhammad Fadillah & Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini
(Yogyakarta: AR-RUZZ Media), h. 195. 45
Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka,
2003), h. 360.
34
benar, selain itu ia berani memutuskan pilihannya dan bertanggung jawab atas resiko
dan konsekwensi yang diakibatkan dari pilihannya tersebut.
2. 2. Ciri-ciri Kemandirian Anak Usia Dini 3.
Ciri-ciri kemandirian anak usia dini dapat diukur dengan indikator - indikator
yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli. Di mana indikator tersebut merupakan
pedoman dalam melihat dan mengevaluasi perkembangan dan pertumbuhan anak
dalam membentuk kemandirian anak.
Adapun ciri-ciri kemandirian anak usia dini, antara lain:
1. Memiliki kepercayaan diri sendiri
2. Memiliki motivasi interinsik yang tinggi
3. Mampu dan berani menentukan pilihannya sendiri
4. Kreatif dan inovatif
5. Bertanggung jawab menerima konsekuensi yang menyertai pilihannya
6. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya
7. Tidak bergantung pada orang lain.46
Menurut Martinis Yamin ada tujuh indikator pencapaian kemandirian anak,
yaitu:
g. Kemampuan fisik
h. Percaya diri
i. Bertanggung jawab
j. Disiplin
46
Novan Ardy Wiyani, Bina Karakter Anak Usia Dini (Yogyakarta: AR RUZZ Media, 2013),
h. 33.
35
k. Pandai bergaul
l. Saling berbagi
m. Mengendalikan emosi.47
Anak yang mandiri adalah anak yang memiliki kepercayaan diri dan motivasi
yang tinggi. Sehingga dalam setiap tingkah lakunya tidak banyak menggantungkan
diri pada orang lain, biasanya pada orang tuanya. Anak yang kurang mandiri selalu
ingin ditemani atau ditunggui oleh orang tuanya, baik pada saat sekolah maupun pada
saat bermain. Kemana-mana harus ditemani orang tua atau saudaranya. Berbeda
dengan anak yang memiliki kemandirian, ia berani memutuskan pilihannya sendiri,
tingkat kepercayaan dirinya lebih nampak, dan mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan teman bermain maupun orang asing yang baru dikenalnya.
Apabila anak sudah memiliki karakter mandiri, maka nantinya akan menjadikan
anak usia dini siap bersekolah. Krikteria anak mandiri yang sudah siap bersekolah,
antara lain:
1. Dapat ditinggal orang tua atau pengasuh selama 2-3 jam
2. Dapat ke toilet sendiri
3. Menyenangi dirinya sendiri
4. Mengatakan ingin pergi kesekolah
5. Tidak takut peergi ke sekolah
6. Mengerti tentang barang miliknya
7. Mengerti jenis kelaminnya sendiri
47
Martinis Yamin & Jamilah Sabri Sanan, Panduan PAUD (Jakarta: Referensi (Gaung
Persada Press Group), 2013), h. 77.
36
8. Dapat memakai baju sendiri
9. Dapat menggosok gigi sendiri
10. Tahu nama orangtuanya
11. Mengerti rambu lalau lintas
12. Dapat membawa piring
13. Dapat mengendalikan diri
14. Mau bermain dengan teman-temannya
15. Berbicara dengan mudah dan jelas
16. Dapat melakukann tugas sederhana
17. Dapat melakukan tugas sndiri
18. Mau mengerjakan pekerjaan rumah sehari-hari
19. Mengerti tentang kepemilikan
20. Dapat berbagi dengan teman.48
Anak yang mandiri itu adalah anak yang mempunyai kepercayaan diri dan
motivasi instrinsik yang tinggi yang merupakan merupakan kunci utama bagi
kemandirian anak. Dengan kepercayaan dirinya, anak berani tampil dan berekspresi
di depan orang banyak atau di depan umum. Penampilannya tidak terlihat malu-malu,
kaku, atau canggung,tapi ia mampu beraksi dengan wajar dan bahkan mengesankan.
Sementara, motivasi instrinsik, atau motivasi bawaan, dapat membawa anak untuk
berkembang lebih cepat, terutama perkembangan otak atau kognitifnya. Anak yang
memiliki motivasi tinggi ini dapat terlihat dari perilakunya yang aktif, kreatif, dan
48
Mustamir Pedak & Handoko Sudrajat, Saatnya Bersekolah (Yogyakarta: Buku Biru, 2009),
h. 114.
37
memiliki sifat ingin tahu (curiositas) yang tinggi. Anak tersebut biasanya selalu
banyak bertanya dan serba ingin tahu, selalu mencobanya, mempraktekkannya, dan
mencoba-coba sesuatu yang baru.
Anak mandiri itu adalah anak yang mampu menggabungkan motivasi dan
kognitifnya sekaligus, sehinggga dapat dikatakan bahwa menjadi anak yang mandiri
tergantung pada kepercayaan terhadap diri sendiri dan motivasinya. Pada aspek
motivasi, anak yang mandiri, biasanya ditandai dengan kemauannya yang keras, tidak
cepat putus asa, bahkan tidak cepat bosan sebelum ia mampu mengetahui dan
mencapai sesuatu yang dicarinya. Sementara pada aspek kognitif, anak telah memiliki
banyak pengetahuan dan perbendaharaan kata atau kalimat yang diutarakannya.
Dengan segenap pengetahuan dan perbendaharaan kata tersebut, maka akan
memuculkan sikap mandiri dan keberanian yang tinggi, baik dalam sikap dan
perbuatannya, maupun dalam menetapkan keputusan yang diambilnya.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Anak Usia Dini
Kemandirian merupakan slaah satu karakter kepribadian manusia yang tidak
dapat berdiri sendiri. Kemandirian terkait dengan aspek kepribadian yang lain , yaitu
percaya diri dan berani yang harus dilatih sejak dini agar tidak menghambat tugas-
tugas perkembangan selanjutnnya. Pada usia dua sampai tiga tahun, tugas utama
perkembangana anak adalah untuk mengembangkan kemandirian. Kemandirian yang
tidak terpenuhi pada usia dua sampai tiga tahun, akan menimbulkan terhambatnya
perkembangan kemandirian yang maksimal.
Kemandirian bukanlah keterampilan yang tiba-tiba muncul, melainkan perlu
diajarkan kepada anak. Tanpa diajarkana nak tidaka kan tahu bagaimana cara
38
membantu dirinya sendiri. Kemampuan membantu dirinya sendiri itulah ersensi dari
karakter amndiri anakl. Sehubungan dengan hal tersebut, setidaknya ada 2 faktor yang
berpengaruh dalam mendorong timbulnyan kemandirian anak usia dini.
Berikut inin adalah faktor-faktor yang berpengaruh dalam mendorong
timbulnyan kemandirian anak usia dini:
a. Faktor Internal
Faktor internal terdiri dari dua kondisi, yaitu kondisi fisiologis dan kondisi
psikologis.
1. Kondisi Fisiologis
Kondisi fisiologis yang berpengaruh anataralain: keadaan tubuh, kesehatan
jasmani dan jenis kelamin. Pada umumnya anak yang sakit lebuh cenderung
tergantungdaripada anak yang tidak sakit. Sedangkan anak poerempuan
biasanya memliki dorongan untuk melepas kan diri dari ketergantungan oran
lain, dengan statusnya sebagai anak perempuan harus memiliki sikap positif.
2. Kondisi Psikologis
Meskipun kecerdasan atau kemmapuan logika anak dapat diubah atau
dikembangkan mellaui lingkungan, sebagian ahli berpendapat bahwa faktior
bawaan dapat berpengaruh terhadap keberhasilan lingkungan dalam
mengembangkan kecerdasan anak. Terlepas dari pendapat tersebut, para pakar
pendidikan sepakat bahwa kecerdasan atau kemmapuan kognitif anak sangat
berpengaruh terhadap pembentukan kemandirian anak. Hal ini disebabkan
kemmapuan bertindak dan mengambil keputusan oleh seorang anak hanya
39
mungkin dimiliki oleh anak yang mampu berfikir dengans eksama terhadap
tindakannya.
b. Faktor Eksternal
Faktor Eksternal dalam membentuk kemandirian anak, antara lain meliputi:
a. Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk
kemandirian anak.Lingkungan yang baik dapat menjadikan cepat
tercapainya pembentukan kemandirian anak. Dengan pemberian stimulasi
yang terarah dan teratur, baik di lingkungan keluarga maupun sekolah
sangat berpengaruh terhadap pembentukan kemandirian anak, sehingga
anak akan lebih cepat mandiri dibandingkan anak yang kurang mendapat
stimulasi.
b. Rasa cinta dan kasih sayang
Rasa cintadan kasih sayang orang tua di rumah maupun guru di sekolah
dapat berpengaruh terhadap pembentukan kemandiran anak. Bila ada rasa
cinta dan kasih sayang yang berklebihan akan membuat anak kurang
mandiri. Hal ini dapat diatasi jika interaksi antara orang tua maupun guru
dengan anak dapat berjalan lancar dab baik.
c. Pola asuh dala keluarga
Pembentukan kemandiriana nak tidak terlepas dari pola asuh orang tua
dan pengasuhan yang diberikan orang tua terhadap anaknya.Ketika anak
40
terbiasa disejak kecil dilatih mandiri,maka ketika harus keluarv dari
asuhan oarng tuanya untuk hidup mandiri, maka ia tidak merasa takut lagi.
Pola asuh ayah dan ibu mempunyai peran nyata dalam mebentuk karakter
mandiri anak. Toleransi yang berlebihan dan pemeliharanan dari orang
tua yang terlalu keras dapat mengahmbat pembentukan kemandirian anak.
d. Pengalama dalam kehidupan
Pengalamn dalam kehidupanm meliputi pengalaman di lingkungan
sekolah dan masyarakat. Lingkungan sekolah berpengaruh terhadap
pembentukan kemandirian anak, baik melalui hubungan dengan teman
maupun guru. Melalui interaksi dengan teman sebaya, akan sangat
membantu anak ketika mereka mulai memisahkan diri dengan orang
tuanya. Maka pada saat itu anaka telah memulai perjuangan memperoleh
kebebasan, sehingga melalaui hubungan dengan teman sebayanya anak
belajar berfikir mandiri. 49
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembentukan
kemandirian anak sangat dipengaruhi dari berbagai faktor, yang dimulai dari diri
pribadi anak (faktor internal) yang meliputi: kondisi fisiologis dan kondisi psikologis
anak. Selain itu faktor ekternal juga sangat berpengaruh terhadap pembentukan
kemandirian anak, yang meliputi: lingkungan (keluaraga, sekolah,teman sebaya
maupun masyarakat), rasa cinta dan kasih sayang, pola asuh dalam keluarga dan
pengalaman dalam kehidupan.
4. Strategi Pembelajaran Dalam Membentuk Kemandirian Anak Usia Dini
49
Novan Ardy Wiyani, Op Cit, h. 37-40.
41
Anak usia dini adalah anak dengan rentang usia 0-6 tahun, masa
perkembangan tahap ini merupakan masa yang sangat penting bagi perkembangan
hidup manusia, masa ini seringkali disebut dengan masa keemasan atau “The Golden
Age” karena terjadi perkembangan yang sangat pesat. Anak yang dapat
menyelesaikan tugas perkembangannya di masa ini akan mudah dalam menuntaskan
tugas perkembangan selanjutnya begitupun sebaliknya kemandirian sebagai salah
satu tugas perkembangan anak jika tidak ditangai sejak dini maka akan berpengaruh
pada perkembangan dimasa yang akan datang khususnya pada aspek kemandirian.
Anak yang masih berperilaku dependen dimasa depan akan memiliki kecenderungan
tidak mandiri.
Ada asumsi bahwa kemandirian sebagai aspek psikologis itu berkembang
tidak dalan kevakuman atau diturunkan dari orang tuanya. Oleh karen itu, diperlukan
strategi yang tepat bagi pengembangan pembentukan kemandirian anak. Guru dapat
melakukan intervensi-intervensi positif sebagai ikhtiar pembentukan kemandirian
anak usia dini.
Adapun strategi pembelajaran dalam membentuk kemandirian anak usia dini,
antara lain:
a. Penciptaan partisipasi dan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran.
Hal ini dapat diwujudkan dengan:
1. Saling menghargai antar peserta didik
2. Keterlibatan dalam memecahkan masalah peserta didik
b. Penciptaan keterbukaan.
Hal ini dapat diwujudkan dengan:
42
1. Toleransi terhadap perbedaan pendapat.
2. Memberikan alasan terhadap keputusan yang diambil bagi peserta didik.
3. Keterbukaan terhadap minat peserta didik
4. Mengembangkan komitmen terhadap tugas peserta didik.
5. Kehadiran dan keakraban hubungan dengan peserta didik.
c. Penciptaan kebebasan untuk mengeksplorasi lingkungan.
Hal ini dapat diwujudkan dengan:
1. Mendorong rasa ingin tau peserta didik.
2. Adanya jaminan rasa aman dan kebebasan untuk mengeksplorasi lingkungan.
3. Adanya aturan, tetapi cenderung tidak cenderung mengancam bila ditaati.
d. Penerimaan positif tanpa syarat.
Hal ini dapat diwujudkan dengan:
1. Menerima apapun kelebihan maupun kekurangan yang ada pada diri peserta
didik.
2. Tidak membeda-bedakan peserta didik satu dengan yang lainnya.
3. Menghargai ekspresi potensi peserta didik dalam bentuk kegiatan produktif,
apapun, meskipun sebenarnya hasilnya kurang memuaskan.
e. Empati terhadap peserta didik.
Hal ini dapat diwujudkan dengan:
1. Memahami dan menghayati pikiran dan perasaaan peserta didik.
2. Melihat berbagai persoalan peserta didik dengan menggunakan perpektif atau
sudut pandang peserta didik.
43
3. Tidak mudah mencela karya peserta didik betapapun kurang bagusnya karya
itu.
f. Penciptaan kehangatan hubungan dengan peserta didik.
Hal ini dapat diwujudkan dengan:
1. Interaksi secara akrab tetapi saling menghargai.
2. Menambah frekuensi interaksi dan tidak bersikap dingin terhadap peserta
didik.
3. Membangun suasana humor dan komunikasi ringan dengan peserta didik.50
Dengan demikian dapatdisimpulkan bahwa kemandirian pada anak usia dini
sangatlah penting di terapkan pada anak usia prasekolah. Tanggung jawab dari
kemandirian ini adalah sesuatu yang tidak dapat muncul dengan tiba-tiba tetapi perlu
diajarkan. Tanpa diajarkan anak-anak tentunya tidak tahu bagaimana harus membantu
dirinya sendiri, namun tentu saja bantuan yang kita berikan tidak berlebihan, karena
nantinya anak akan terus tergantung pada orang lain. Anak usia prasekolah
sebenarnya sudah dapat melakukan kebutuhan dirinya secara mandiri. Maka disinilah
peran guru perlu ditingkatkan dalam membimbing pembentukkan kemandirian anak
melalui startegi yang mendukung terbentuknya kemandirian anak.
C. Manfaat metode bercerita dalam membentuk kemandirian anak usia dini
Secara fitrahnya, seorang bayi sudah memiliki naluri berkembang untuk
mandiri, misalnya: bayi secara otomatis akan belajar untuk tengkurap, merayap
50
Dirman & Cicih Juarsih, Karakteristik Peserta Didik (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), h. 84-
86
44
merangkak sendiri.51
Seiring bertambahnya usia anak, maka semakin berkembang
pula kemandirian anak. Namun, terkadang orang tua kurang mendukung memberi
kesempatan untuk proses kemandirian anak. Memberi pertolongan yang berlebihan
dengan alasan sayang dapat membatasi anak untuk mengembangkan dirinya sehingga
anak akan tumbuh sebagai manusia yang senantiasa bergantung.52
Guru merupakan orang kedua yang paling bertanggung jawab terhadap anak
didik setelah orang tua”.53
Guru sebagai orang dewasa dapat membantu anak
mengembangkan potensinya untuk menjadi individu yang mandiri. Namun, tentunya
guru harus mengerti tentang metode pembelajaran yang akan digunakan dalam
mengembangkan potensi anak untuk menjadi individu yang mandiri. Pemahaman
tentang metode pembelajaran adalah hal yang sangat penting. Metode pembelajaran
harus mengandung penjelasan tentang prosedur dan teknik yang digunakan selama
proses pembelajaran berlangsung. Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.54
Seperti halnya dalam pengembangan potensi kemandirian anak. Guru supaya
dapat menggunakan metode pembelajaran yang dapat membantu anak belajar
mandiri. Belajar mandiri adalah memandang anak sebagai para menajer dan pemilik
tanggung jawab dari proses pembelajaran mereka sendiri.55
Pembentukan
kemandirian anak perlu dilakukan sejak dini, dengan tujuan ketika anak sudah
51
Ida S Widayanti, Mendidik Karakter dengan Karakter (Jakarta: PT Arga Tilanta, 2012), h.
87. 52
Ibid, h.89 53
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: PT Rosda Karya, 2002)
h. 74.
54 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 26.
55 Muhammad Fadillah , Op Cit, h.119.
45
dewasa kelak, anak dapat melakukan aktivitas dengan mandiri tanpa bergantung
dengan orang lain.
Kemandirian merupakan salah satu karakter dasar yang harus dibentuk pada
saat usia dini. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk memperkenalkan nilai-
nilai karakter pada anak, salah satunya karakter mendiri, antara lain: metode
keteladanan, metode pembiasaan, metode bercerita, metode karyawisata.56
Metode
bercerita itu adalah sesuatu cara guru untuk menyampaikan nilai-nilai yang ada di
masyarakat dengan menggunakan alat media, guru dapat menarik perhatian anak agar
warisan budaya kita bisa berkembang dari anak satu ke anak yang lain.57
Melalui
refleksi dari apa yang dilakukan anak merupakan salah satu cara untuk memandirikan
anak melalui cerita dan belajar dari pengalaman.58
Metode bercerita dalam kegiatan pengajaran anak usia dini mempunyai
beberapa manfaat penting bagi pencapaian tujuan pendidikan anak usia dini. Berikut
ini adalah manfaat metode bercerita menurut pendapat beberapa ahli, diantaranya:
a. Manfaat metode bercerita menurut Moeslichatoen, adalah sebagai berikut:
1. Menjadikan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan
Bagi anak usia mendengarkan cerita yang menarik yang dekat dengan
lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasyikkan. Anak akan merasa betah
berlama-lama mendengarkan cerita terutama apabila guru menyajikan cerita yang
menarik dan menggunakan alat peraga yang menarik pula.
56
Muhammad Fadillah dan Lilif Mualifatu Khorida, Op Cit, h. 166. 57
Isjoni, Model Pembelajaran Anak Usia Dini (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 90. 58
Martinis Yamin & Jamilah Sabri Sanan, Op Cit, h. 87.
46
2. Kegiatan bercerita dapat menanamkan nilai-nilai moral dan keagamaan serta
sejumlah pengetahuan sosial
Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan
kemandirian, kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan, dan sikap-sikap
positif yang lain dalam kehidupan lingkungan keluarga, sekolah, dan luar sekolah.
5. Kegiatan bercerita memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan.
Melalui mendengarkan anak memperoleh bermacam informasi tentang
pengetahuan, nilai, dan sikap untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari, karena anak-anak usia dini tidak hanya mengandalkan pembelajaran secara
visual saja, tetapi melibatkan pembelajaran menggunakan audio.
6. Mengembangkan kemampuan kognitif, efektif, maupun psikomotor masing-
masing anak.
Memberi pengalaman belajar dengan menggunakan metode bercerita
memungkinkan anak mengembangkan kemampuan kognitif, efektif, maupun
psikomotor masing-masing anak. Dengan bercerita akan meningkatkan daya fantasi
anak, gerakan fisik anak ketika mereka menirukan gerakan yang ada dalam cerita.
7. Bila anak terlatih untuk mendengarkan dengan baik, maka ia akan terlatih untuk
menjadi pendengar yang kreatif dan kritis.
Pendengar yang kreatif mampu melakukan pemikiran-pemikiran baru
berdasarkan apa yang didengarkannya. Peendengar yang kritis mampu menemukan
ketidaksesuaian antara apa yang didengar itu salah, maka ia berani menyatakan
adanya kesalahan tersebut.
47
8. Kegiatan bercerita itu memberikan pengalaman belajar yang unik dan menarik,
serta dapat menggetarkan perasaan, membangkitkan semangat, dan menimbulkan
keasikan tersendiri,
Maka kegiatan bercerita memungkinkan pengembangan dimensi perasaan
anak TK. Guru yang pandai bertutur dalam kegiatan bercerita akan menjadikan
perasaan anak larut dalam kehidupan imajinatif dalam cerita itu.
9. Metode bercerita memberikan informasi tentang kehidupan sosial anak
Metode bercerita dipergunakan guru untuk memberikan informasi tentang
kehidupan sosial anak dengan orang-orang yang ada di sekitarnya dengan bermacam
pekerjaan.
10. Metode bercerita akan dapat membantu anak membangun bermacam peran
Metode bercerita akan dapat membantu anak membangun bermacam peran
yang mungkin dipilih anak, dan bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan
anak kepada masyarakat.59
b. Manfaat metode bercerita menurut Hibana dalam Kusniadi, yaitu:
1. Mengembangkan fantasi, empati dan berbagai jenis perasaan lainnya
Cerita anak memiliki ruang imajinasi yang lebih luas daripada cerita untuk
usia remaja dan dewasa. Berbagai adegan terasa menegangkan, berbagai karakter
dapat saja muncul, berbagai keajaiban pun bisa datang. Saat cerita dibacakan,
imajinasi anak akan berjalan sesuai dengan jalan cerita. Imajinasi dalam cerita inilah
yang dapat memancing imajinasi dan kreativitas anak. Saat guru membacakan cerita,
anak-anak mengalami proses berpikir dari apa yang didengarnya. Perlahan-lahan dia
59
Masitoh dkk, Op Cit, h. 10.7.
48
mulai membayangkan bentuk, warna, dan suasana yang ada dalam cerita. Bantulah
anak-anak untuk meningkatkan daya imajinasinya, di antaranya dengan detil cerita
yang diberikan.
2. Menumbuhkan minat baca
Menumbuhkan minat membaca pada anak seharusnya ditanamkan mulai usia
dini. Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan membaca pada usia dini
adalah kesediaan orang tua maupun pendidik untuk menyediakan serta menciptakan
suasana yang kondusif dalam kegiatan pembelajaran bagi perkembangan kemampuan
membaca melalui penyediaan berbagai bacaan, termasuk dengan bercerita.
3. Membangun kedekatan dan keharmonisan
Cerita pada umumnya lebih berkesan daripada nasehat murni, sehingga pada
umumnya cerita terekam jauh lebih kuat dalam memori manusia. Cerita-cerita yang
pernah didengar dimasa kecil masih bisa diingat secara utuh selama berpuluh-puluh
tahun kemudian. Selain itu, melalui cerita manusia diajarkan untuk mengambil
hikmah tanpa merasa digurui. Sehingga dengan demikian anak akan merasa lebih
senang dekat dengan guru, karena mereka tidak merasa dipaksa untuk mengikuti
nasehat-nasehat dari guru.
4. Media pembelajaran.
Media pembelajaran dalam pengertian yang luas adalah semua benda, tindakan atau
keadaan yang sengaja diusahakan\diadakan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan
Taman Kanak-kanak dalam rangka dan tujuan tertentu. Metode bercerita dengan
menggunakan alat peraga dengan bervariasi dapat manjadikanya sebagai media
49
pembelajaran yang disukai anak-anak, tentunya harus didukung dengan tehnik
penyampaian cerita yang menarik juga.60
c. Membantu pembentukan pribadi dan moral anak
Cerita sangat efektif untuk mempengaruhi cara berfikir dan cara berperilaku
anak karena mereka senang mendengarkan cerita walaupun dibacakan secara
berulang-ulang. Pengulangan imajinasi anak, dan nilai kedekatan guru dan orang tua
membuat cerita menjadi efektif untuk mempengaruhi cara berfikir mereka.
Cerita mendorong perkembangan moral anak karena beberapa hal, yaitu
sebagai berikut :
1. Menghadapkan siswa kepada situasi yang sedapat mungkin mirip dengan
yang dihadapi siswa dalam kehidupan.
2. Cerita dapat memancing siswa menganalisis situasi, dengan melihat bukan
hanya yang nampak tetapi juga sesuatu yang tersirat didalamnya, untuk
menemukan isyarat-isyarat halus yang tersembunyi tentang perasaan,
kebutuhan dan kepentingan orang lain.
3. Cerita mendorong siswa untuk menelaah perasaan sendiri sebelum ia
mendengar respon orang lain untuk dibandingkan.
4. Cerita mengembangkan rasa konsiderasi yaitu pemahaman dan penghayatan
atas apa yang diucapkan/dirasakan tokoh hingga akhirnya anak memiliki
konsiderasi terhadap tokoh lain dalam alam nyata
d. Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi
60
http://www.dosenpendidikan.com/bercerita-10-pengertian-menurut-para-ahli-jenis-manfaat-tujuan. Tanggal 20 Januari 2017
50
Anak-anak membutuhkan penyaluran imajinasi dan fantasi tentang berbagai
hal yang selalu muncul dalam pikiirannya. Masa usia pra sekolah merupakan masa-
masa aktif anak berimajinasi. Tak jarang anak “mengarang” suatu cerita sehingga
oleh sebagian orang tua dianggap sebagai kebohongan. Hal ini menunjukkan bahwa
sebenarnya, imajinasi anak-anak sedang membutuhkan penyaluran. Salah satu tempat
yang tepat adalah cerita.
Anak membutuhkan dongeng atau cerita karena beberapa hal :
1. Anak membangun gambaran-gambaran mental pada saat guru
memperdengarkan kata-kata yang melukiskan kejadian.
2. Anak memperoleh gambaran yang beragam sesuai dengan latar belakang
pengetahun dan pengalaman masing-masing.
3. Anak memperoleh kebebasan untuk melakukan pilihan secara mental.
4. Anak memperoleh kesempatan menangkap imajinasi dan citraan-citraan
cerita: citraan gerak, citraan visual, dan auditif.
e. Memacu kemampuan verbal anak
Cerita yang bagus tidak sekedar menghibur tetapi juga mendidik, sekaligus
merangsang perkembangan komponen kecerdasan linguistik yang paling penting
yakni kemampuan menggunakan bahasa untuk mencapai sasaran praktis. Selama
menyimak cerita, anak belajar bagaimana bunyi-bunyi yang bermakna diajarkan
dengan benar, bagaimana kata-kata disusun secara logis dan mudah dipahami,
bagaimana konteks berfungsi dalam makna. Memacu kecerdasan linguistik
merupakan kegiatan yang sangat penting. Pernyataan ini didukung oleh pendapat
51
sejumlah ahli, bahwa diantara komponen kecerdasan yang lain, kecerdasan
linguistiklah yang mungkin merupakan kecerdasan yang paling universal.
Cerita mendorong anak bukan saja senang menyimak cerita, tetapi juga
senang bercerita atau berbicara. Anak belajar tentang tata cara berdialog dan
bernarasi dan terangsang untuk menirukannya.Kemampuan pragmatik terstimulasi
karena dalam cerita ada negosiasi, pola tindak-tutur yang baik seperti menyuruh,
melarang, berjanji, mematuhi larangan dan memuji. Memacu kemampuan bercerita
anak merupakan sesuatu yang penting, karena beberapa alasan, yaitu : Pertama, anak
memiliki kosa kata cenderung berhasil dalam meraih prestasi akademik. Kedua, anak
yang pandai berbicara memperoleh perhatian dari orang lain. Hal ini penting karena
pada hakikatnya anak senang menjadi pusat perhatian dari orang lain. Ketiga, anak
yang pandai berbicara mampu membina hubungan dengan orang lain dan dapat
memerankan kepemimpinannya dari pada anak yang tidak dapat berbicara. Berbicara
baik mengisyaratkan latar belakang yang baik pula. Keempat, anak yang pandai
berbicara akan memiliki kepercayaan diri dan penilaian diri yang positif, terutama
setelah mendengar komentar orang tentang dirinya.
f. Merangsang Minat menulis
Pengaruh cerita terhadap kecerdasan bahasa anak diakui oleh Leonhardt.
Menurutnya cerita memancing rasa kebahasaan anak.. Anak yang gemar mendengar
dan membaca cerita akan memiliki kemampuan berbicara, menulis dan memahami
gagasan rumit secara lebih baik. Ini berarti selain memacu kemampuan berbicara,
menyimak cerita juga merangsang minat menulis anak.
g. Merangsang minat baca anak
52
Bercerita dengan media buku, menjadi stimulasi yang efektif bagi anak TK,
karena pada waktu itu minat baca pada anak mulai tumbuh. Minat itulah yang harus
diberi lahan yang tepat, antara lain melalui kegiatan bercerita. Menstimulasi minat
baca anak lebih penting dari pada mengajar mereka membaca, menstimulasi memberi
efek yang menyenangkan, sedangkan mengajar seringkali justru membunuh minat
baca anak, apalagi bila hal tersebut dilakukan secara dipaksa.
h. Membuka cakrawala pengetahuan anak.
Metode bercerita dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab
dalam bercerita anak mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal
baru baginya. Selain itu, hal ini berkaitan juga dengan minat baca anak, dengan
tumbuhnya minat baca anak akan membuka cakrawala dunia yang lebih luas lagi.61
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat diketahui banyak sekali
manfaat metode bercerita, namun ada beberapa pendapat yang sama diantara
beberapa tokoh. Maka penulis menyimpulkan bahwa manfaat metode bercerita secara
keseluruhan bagi anak, adalah sebagai berikut:
1. Menjadikan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan
2. Kegiatan bercerita dapat menanamkan nilai-nilai moral dan keagamaan
serta sejumlah pengetahuan sosial dalam membentuk pribadi anak
61 Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.h.95
53
3. Kegiatan bercerita memberikan pengalaman belajar untuk berlatih
mendengarkan.
4. Mengembangkan kemampuan kognitif, efektif, maupun psikomotor dan
fantasi masing-masing anak.
5. Metode bercerita akan dapat membantu anak membangun bermacam peran
6. Menumbuhkan minat baca
7. Membangun kedekatan dan keharmonisan
8. Media pembelajaran
9. Cerita dapat memancing siswa menganalisis situasi, dengan melihat bukan
hanya yang nampak tetapi juga sesuatu yang tersirat didalamnya, untuk
menemukan isyarat-isyarat halus yang tersembunyi tentang perasaan,
kebutuhan dan kepentingan orang lain.
10. Memacu kemampuan verbal anak
11. Membuka cakrawala pengetahuan anak.
Dengan demikian peneliti menggunakan manfaat bercerita seperti yang telah
disimpulkan oleh beberapa tokoh, untuk mempermudah penulis melakukan penelitian
sebagai pedoman observasi.erdasarbsa
54
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Secara umum metode penelitian dapat diartikan sebagai kegiatan yang secara
sistematis, direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan permasalahan yang
hidup dan berguna bagi masyarakat maupun peneliti sendiri.62
Karena fokus
penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran di lapangan tentang manfaat
metode bercerita dalam membentuk kemandirian pada anak di Taman Kanak-Kanak
Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung, maka metode penelitian yang
digunakan adaalah metode penelitian kualitatif.
Menurut Bogdan dan Taylor metode penelitian kualitatif adalah salah satu
prosedur penelitian yang manghasilkan data deskriptif berupa ucapan maupaun
62
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 17.
55
tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.63
Menururt Jhon W. Creswell
penelitian kualitatif adalah sebuah proses penyelidikan untuk memahami masalah
sosial berdasarkan pada penciptaan holostik yang dibentuk dengan kata-kata,
melaporkan pandangan informan secara terperinci dan disusun dalam sebuah latar
ilmiah.64
` Adapun jenis penelitian ini adalah konsepsi penelitian kualitatif deskriptif.
“Metode penelitian kualitatif deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk
menemukan pengetahuan terhadap subjek penelitian pada suatu saat tertentu. Kata
deskriptif berasal dari bahasa latin “descriptivus” yang berarti uraian. Penelitian
deskriptif dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai subjek penelitian
dan perilaku subjek pada suatu periode tertentu”.65
Adapun situasi sosial yang
penelitian kali ini adalah manfaat metode bercerita dalam membentuk kemandirian
pada anak di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 2 orang guru di
kelompok B2 di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung
yaitu Ibu Sri Mulyani dan Ibu Mei Setiarini, serta anak didik di kelompok B2
sebanyak 24 anak. Dalam penentuan subjek, peneliti menganggap bahwa guru-guru
tersebut mampu memberikan sumber data yang diperlukan peneliti mengenai objek
yang akan diteliti. Adapun objek yang diteliti yaitu manfaat metode bercerita dalam
63
Wiratna Sujarweni, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Baru, 2014), h. 19. 64
Hamid Pattilimia, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 56. 65
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif (Jakarta: Referensi - GP Press
Group 2013), h. 10.
56
membentuk kemandirian pada anak di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2
Sukarame Bandar Lampung.
C. Setting Penelitian
Tempat yang dijadikan lokasi pada peneliti ini adalah Taman Kanak-kanak
Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung khususnya di kelompok B2. Lokasi
tersebut dipilih berdasarkan latar belakang anak didik yang bersekolah di TK tersebut
khususnya kelompok B2 tingkat kemandiriannya masih kurang. Penelitian ini
dilaksanakan sejak bulan Oktober sampai dengan Desember 2017.
D. Alat Pengumpul Data
Dalam penelitian kualitatif peneliti berfungsi menetapkan fokus penelitian,
memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai
kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas
temuannya. Peneliti akan langsung terjun ke lapangan sendiri untuk melakukan
pengamatan (observasi) terhadap situasi dan kondisi sekolah, melakukan wawancara
dengan informan, yakni guru di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame
Bandar Lampung dan menggali informasi data melalui dokumen sekolah serta
melakukan dokumentasi atas segala kegiatan yang di teliti.
Secara lebih rinci mengenai alat pengumpul data yang digunakan dalam
penelitian ini, akan diuraikan sebagai berikut ini:
a. Pengamatan ( Observasi )
Nasution menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan.
Sedangkan menurut Sutrisno Hadi, observasi merupakan suatu proses yang kompleks,
suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Para
57
ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan
yamg diperoleh melalui observasi. Oleh karena itu, metode observasi merupakan
metode pengumpulan data dalam proses pengamatan terhadap objek penelitian, di
mana hasil penelitian tersebut dicatat dalam bentuk data berupa kata-kata.
Menurut Sutrisno Hadi, dari segi pelaksanaan pengumpulan data, observasi
dapat dibedakan menjadi:
1. Observasi berperanserta (participant observation)
Dalam observasi ini, penulis terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
2. Observasi Non Partisispan (non participant observation)
Dalam observasi ini, penulis tidak terlibat langsung terhadap apa yang
diobservasi dan hanya sebagai pengamat independen.66
Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan observasi non partisipan.
dalam artian peneliti tidak terlibat langsung terhadap apa yang akan diobservasi,
peneliti hanya mengamati kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Taman Kanak-
Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung. Adapun kegiatan observasi ini
di gunakan peneliti untuk memperoleh data tentang:
1. Pelaksanaan metode bercerita.
2. Proses pengembangan kemampuan kemandirian anak.
3. Aktivitas guru dan murid.
2. Wawancara ( Interview )
66
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R& D (Bandung:
Alfabeta, 2010), h. 204.
58
“Esterberg mendefinisikan wawancara adalah pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melaui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan peneliti sebagai tehnik
pengumpulan data apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam, karena penelitian kualitatif ini bersifat apa adanya dalam
menyajikan hasil penelitiannya.
Menurut Esterberg wawancara / interview dapat dikelompokkan menjadi
beberapa bentuk, yaitu:
a. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai tehnik pengumpulan data , bila
peneliti telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang akan diperoleh.
Oleh karena itu, pengumpul data telah menyiapkan instrument penelitian
berupa pertanyaaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya telah
disiapkan.
b. Wawancara Semi Terstruktur
Jenis wawancara ini dalam pelaksanaanya lebih bebas bila dibandingkan
dengan wawancara terstruktur. Tujuan wawancara ini adalah untuk
menemukan permasalahan lebih terbuka, di mana pihak yang diajak
wawancara diminta pendapat dan ide-idenya.
c. Wawancara Tak Berstruktur
Wawancara tidak berstruktur adalah wawancara di mana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan
hanya berupa garis-faris besar permasalahan yang ditanyakan”.67
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah suatu cara
pengumpulan data dengan cara berdialog atau tanya jawab dengan orang yang dapat
memberi keterangan. Adapun jenis wawancara yang digunakan penulis adalah
wawancara semi terstruktur. Artinya penulis mengajukan pertanyaan-pertanyaan
67
Ibid, h. 319.
59
secara lebih bebas dan leluasa tanpa terikat oleh susunan pertanyaan yang sistematis.
Adapun kegiatan wawancara ini ditujukan kepada guru di Taman Kanak-Kanak
Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung, dengan tujuan untuk memperoleh data:
1.Tujuan kegiatan metode bercerita
2. Langkah-langkah metode bercerita
3. Manfaat metode bercerita
4. Indikator pencapaian kemandirian anak
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
dapat berupa tulisan, gambar, karya-karya seseorang. Dokumen yang berbentuk
tulisan misalnya catatan harian, biografi, peraturan dan lain-lain. Dokumen yang
berupa gambar misalnya foto, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berupa karya
misalnya patung, film dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
wawancara dan observasi. Tehnik ini digunakan untuk menggali data tentang:
1. Sejarah, kondisi dan gambaran umum di Taman Kanak-Kanak Kuntum
Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung
2. Keadaan tenaga pengajar dan jumlah peserta didik Taman Kanak-Kanak
Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung
3. Keadaan sarana prasarana di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2
Sukarame Bandar Lampung
60
4. Foto-foto hasil kegiatan anak tentang metode bercerita dan kegiatan yang
berkaitan dengan kemandirian anak di Taman Kanak-Kanak Kuntum
Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung.
E. Tehnik Analisis Data
Dalam penelitian ini, tehnik analisis data yang digunakan melalui proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi,
wawancara dan dokumen. Proses analisis data dilakukan terus menerus dalam proses
pengumpulan data selama penelitian berlangsung. Teknik analisis data yang
dikemukakan oleh Miles dan Huberman mencakup tiga kegiatan yang bersamaan: (1)
reduksi data; (2) penyajian data; dan (3) penarikan kesimpulan (verifikasi). Berikut
ini gambar ilustrasi analisis data menurut Miles and Huberman:68
68
Ibid, h. 340.
Data Reduction
(Reduksi Data)
Data Display
(Penyajian Data)
ConclusionDrawing/Verification
(Penarikan Kesimpulan/Verifikasi)
61
Gambar 1: Ilustrasi analisis data menurut Miles and Huberman
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Aktivitas reduksi data adalah mengolah data mentah yang dikumpulkan dari
hasil wawancara, dokomentasi dan observasi diringkas dan disistematisasikan, agar
mudah dipahami dan dicermati oleh pembaca. Reduksi data ini merupakan satu
bentuk analisis data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dari penelitian dapat
dibuat verifikasi. Dalam hal ini penelitian memproses secara sisitematis data-data
akurat yang diperoleh terkait dengan peranan metode bercerita dalam membentuk
kemandirian anak, sehingga dari hasil wawancara dan observasi ditambah dengan
dokumentasi yang ada, skripsi ini dapat di pahami dan dicermati oleh para pembaca.
2. Data Display (Penyajian Data)
Penyajian data dalam penelitian ini yaitu dengan menyusun informasi secara
baik dan akurat untuk memperoleh beberapa kesimpulan yang valid dan
merealisasikan prosedural lanjutan. Penyajian data ini berfungsi supaya data yang
banyak dan telah direduksi mudah dipahami oleh peneliti maupun orang lain, maka
data tersebut perlu disajikan. Bentuk penyajiannya adalah teks naratif (pengungkapan
secara tertulis). Tujuannya adalah untuk mempermudah dalam mendeskripsikan suatu
kesimpulan
3. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan/Verifikasi)
Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari aktivitas analisis data. Aktivitas
ini dimaksudkan untuk memberikan makna terhadap hasil analisis, menjelaskan pola
urutan dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi yang diuraikan. Penarikan
62
kesimpulan dan verifikasi yang merupakan pernyataan singkat sekaligus merupakan
jawaban dari persoalan yang dikemukakan, dengan kata lain adalah hasil temuan
penelitian ini merupakan karya ilmiah yang mudah dipahami dan dicermati.
Penarikan kesimpulan merupakan data yang sudah dipolakan, kemudian difokuskan
dan disusun secara sistematis dalam bentuk naratif. Kemudian melalui induksi, data
tersebut disimpulkan sehingga makna data dapat ditemukan dalam bentuk tafsiran
dan argumentasi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian dan analisis data
yang diperoleh melalui kegiatan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dimana
data yang peneliti dapatkan melalui kegiatan observasi dan proses wawancara sebagai
metode pokok dalam penumpulan data, untuk mengambil suatu keputusan yang
objektif dan dapat berfungsi sebagai fakta sehingga dapat dipertanggungjawabkan
secara publik. Selain itu, peneliti juga menggunakan tehnik dokumentasi untuk
melengkapi data yang tidak diperoleh melalui observai dan wawancara.
Observasi yang dilakukan peneliti di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar
Lampung selama dua bulan, dengan tujuan untuk mengamati proses kegiatan belajar
mengajar khususnya dalam kegiatan bercerita dalam membentuk kemandiriam anak.
Peneliti melengkapi data yang diperoleh dengan menggunakan instrumen yang berisi
63
daftar cek. Berikut ini deskriptif hasil observasi dan wawancara peneliti di TK
Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung, berkaitan dengan peranan metode
bercerita dalam membentuk kemandirian pada anak usia dini:
A. Gambaran Umum Tempat Penelitan
1. Sejarah Singkat Berdirinya Taman Kanak-kanak Kuntum Mekar 2
Taman Kanak-kanak (TK) Kuntum Mekar 2 Way Dadi Sukarame Bandar
Lampung mulai berdiri pada tahun 2006 tepatnya pada tanggal 11 Juni 2006, di
bawah naungan Yayasan Al-Fath Bandar Lampung, yang beralamatkan di Jl. Raden
Saleh Raya No. 29 Way Halim Bandar Lampung. Setelah satu tahun sebelumnya
Yayasan Al-Fath mendirikan Taman Kanak-kanak Kuntum Mekar 1 yang berada di
daerah Kemiling Bandar Lampung.
Guna mengembangkan pendidikan dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan
Nasional untuk turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa terutama pendidikan bagi
anak usia dini dan mengingat bahwa di daerah tersebut belum ada lembaga yang
menyediakan layanan pendidikan bagi anak usia dini, maka Yayasan Al-Fath
mendirikan Taman Kanak-kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung.
Adapun Taman Kanak-kanak. Kuntum Mekar 2 ini dikelola oleh Ibu Dewi Sintani
Karimah, S.Pd.I selaku Kepala Sekolah.
Secara kelembagaan Taman Kanak-kanak Kuntum Mekar 2 merupakan
lembaga pendidikan formal untuk anak usia 4 sampai dengan 6 tahun yang berada di
bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional dan telah memiliki izin
operasional sejak tahun 2006 dengan nomor register sekolah : 002126002020000200
dan telah terakreditasi dengan nilai B.
64
2. Letak Geografis Taman Kanak-kanak Kuntum Mekar 2
Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan interaksi atau hubungan
timbal-balik antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa dalam
proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar sangat dibutuhkan
adanya lisan dan pendengaran dan juga didukung oleh faktor yang lain, seperti
adanya faktor ketenangan, kenyamanan atau kesejukkan udara dan sebagainya. Oleh
karena itu suatu sekolah dibutuhkan tempat yang tenang, aman, nyaman, sejuk,
terhindar dari suara-suara kebisingan kendaraan dan juga terhindar dari polusi udara
atau bau busuk dari limbah pabrik, serta tampat-tempat keramaian lainya
Adapun lokasi penelitian peneliti adalah Taman Kanak-kanak Kuntum Mekar
2 Sukarame yang beralamatkan di Jalan Pulau Damar Gg. Melati No.117 Kelurahan
Way Dadi Kecamatan Sukarame Bandar Lampung. Taman Kanak-kanak Kuntum
Mekar 2 yang berdiri di atas tanah pribadi milik Bapak Irama Susanto, dengan luas
tanah 200 m2, sudah memiliki kondisi lingkungan sekolah yang sangat nyaman
seperti yang disebutkan penulis di atas, karena berada jauh dari jalan raya sehingga
terhindar dari kebisingan dan polusi.
Secara geografis, Taman Kanak-kanak Kuntum Mekar 2 memiliki batas
wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Barat Berbatasan dengan Rumah Bp. Sarimun
b. Sebelah Timur Berbatasan dengan Gang. Melati 1
c. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Rumah Bp. Sunaryo
d. Sebelah Utara Berbatasan dengan Rumah Bp. Sukamto
65
3. Visi, Misi dan Tujuan Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame
Bandar Lampung
Setiap sekolah tentunya mempunyai visi, misi dan tujuan yang membedakan
antarasekolah yang satu dengan yang lainp. Namun, mempunyai inti yang sama, yaitu
mencapai tujuan pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sehingga setiap anggota sekolah selalu berpegang pada visi, misi dan tujuan yang
hendak dicapai dalam setiap pembelajarannya.
Adapun visi dari Taman Kanak-kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar
Lampung yaitu “Menjadikan Taman Kanak-kanak Kuntum Mekar dambaan
masyarakat Lampung”.
Sedangkan untuk Misi Taman Kanak-kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame
Bandar Lampung yaitu sebagai berikut.
a. Mencerdaskan kehidupan bangsa
b. Menjadikan anak yang bertaqwa
c. Menjadikan anak yang kreatif dan inovatif
d. Mengembangkan potensi kemandirian anak
Adapun tujuan Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar
Lampung, yaitu: “ Mencerdaskan kehidupan bangsa dengan membantu anak didik
mengembangkan potensi yang dimilikinya dan menjadikan anak didik yang mandiri,
aktif, kreatif, inovatif serta bertaqwa”.
4. Struktur Organisasi Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2
Adapun struktur organisasi Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 dapat di
lihat pada gambar berikut ini:
66
STRUKTUR ORGANISASI
TAMAN KANAK-KANAK KUNTUM MEKAR 2
Jl.P.Damar Gg.Melati No.117 Way Dadi Sukarame Bandar Lampung
KEPALA UPT DINAS PENDIDIKAN
KECAMATAN SUKARAME
KEPALA
TK.KUNTUM MEKAR 2
DEWI SINTANI K, S.Pd.I
ADM/TU
IR IRAMA SUSANTO
GURU
KELOMPOK A
YUWANITA
EL FASIH
GURU
KELOMPOK B2
SRI MULYANI,
A.Ma
GURU
KELOMPOK B2
MEI SETIA
RINI S.Pd.I
GURU
KELOMPOK
B1
RIZKY NUR
IRAWATI
67
Gambar 2: Struktur Organisasi TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung
5. Keadaan Guru dan Karyawan Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2
Sukarame Bandar Lampung
Adapun jumlah guru di Taman Kanak-kanak Kuntum Mekar 2 mengalami
pertambahan seiring meningkatnya jumlah peserta didik. Hal ini dilakukan untuk
memenuhi standar perbandingan guru dengan jumlah peserta didik di setiap kelasnya.
Jumlah guru Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 sampai saat ini berjumlah
6 orang dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3
Data Guru Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2
Tahun Pelajaran. 2016/2017
No Nama L/P Tempat Tgl
Lahir
Pendidikan
Terakhir
Jabatan Tugas
Mengajar
1 Dewi Sintani
Karimah, S.Pd.I
P B.Lampung,
17 April 1985
S1 PGRA
IAIN
Kepala TK Kelompok
B
2 Mei Setia Rini,
S.Pd.I
P Sukarame, 05
Mei 1987
S1 PGRA
IAIN
Guru Kelas Kelompok
B2
3 Sri Mulyani,
A.Ma
P B.Lampung,
12 Februari
1980
D2 PGTK
UNILA
Guru Kelas Kelompok
B2
4 Rizky Nur
Irawati
P B.Lampung,
25 Mei 1992
SMA Guru Kelas Kelompok
B1
PESERTA DIDIK
68
5 Irama Susanto
L B.Lampu,
15 Januari
1966
SMEA Adm/Guru
Komputer
Kelompok
A/B
6 Yuwanita El
Fasih
P B.Lampung,
17 Mei 1985
SMA Guru Kelas Kelompok
A
Sumber : Dokumentasi Taman Kanak-kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar
Lampung Tahun Ajaran 2016/2017
6. Keadaan Peserta Didik Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame
Bandar Lampung
Adapun secara rinci jumlah peserta didik di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame
Bandar Lampung dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4
Keadaan Peserta Didik Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2
Tahun Pelajaran. 2016/2017
No Rombongan Belajar Jumlah Peserta Didik Jumlah
L P
1 Kelompok A 7 3 10
2 Kelompok B1 11 8 19
3 Kelompok B2 13 11 24
Jumlah Total 31 22 53
Sumber : Dokumentasi Taman Kanak-kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar
Lampung Tahun Ajaran 2016/2017
7. Keadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Taman Kanak-Kanak Kuntum
Mekar 2
Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu pendorong utama
guna tercapainya suatu keberhasilan dalam melaksanakan proses belajar mengajar
di sekolah walaupun bukan faktor penentu keberhasilan, karena masih banyak faktor-
faktor yang menjadi pendukung suatu keberhasilan. Selain itu juga memiliki
69
berbagai alat permainan dan sumber belajar. Karena anak usia dini memiliki ciri khas
belajar seraya bermain atau sebaliknya bermain seraya belajar, dalam merangsang
perkembangan peserta didik itu sendiri.
Adapun saraana dan prasarana pendukung di Taman Kanak-Kanak Kuntum
Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung, adalah sebagai berikut:
1. Gedung
Taman Kanak-kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung memiliki
gedung sendiri dengan kondisi gedung yang baik. Dan terdapat 3 (dua) ruang kelas
yaitu ruang untuk kelas A dan kelas B1 dan B2 yang nyaman bersih,terang dan Full
AC, serta 1 (satu) ruang kantor dan 1 (satu) kamar mandi juga 1 (satu) ruang dapur.
2. Fasilitas Pembelajaran
a. Di Dalam kelas
Taman Kanak-kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung
menyediakan berbagai fasilitas yang dapat menunjang dan memperlancar proses
kegiatan belajar mengajar seperti: karpet permadani, kursi dan meja guru serta murid,
rak buku, papan whiteboard lengkap dengan alat tulisnya dan lain-lain.
Adapun fasilitas yang disediakan di Taman Kanak-kanak Kuntum mekar 2
Sukarame Bandar Lampung dalam mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak
diantaranya yaitu sebagai berikut.
1. Perkembangan Motorik Halus
70
Fasilitas bermain yang menunjang perkembangan motori halus anak meliputi:
plastisin;. puzzle, peralatan bermain pasir, masak-masakan, gunting, alat mencocok,
lem, kertas koran, bola, alat menjahit, balok , alat menganyam dan kertas lipat.
2. Perkembangan Motorik Kasar
Fasilitas bermain yang menunjang perkembangan motorik kasar anak
meliputi: ayunan, perosotan, tangga majemuk, mandi bola dan bola kaki serta basket
.
3. Perkembangan Kognitif
Fasilitas bermain yang menunjang perkembangan kognitif anak meliputi:
balok, puzzle angka, puzzle huruf, beraneka macam puzzle buah-buahan dan binatang,
kartu angka, pohon angka, cat air, pewarna makanan, alat masak-masakan, botol-
botol untuk bermain jual-jualan telphon-telphonan, aneka biji-bijian dan batu-batuan.
4. Perkembangan Bahasa
Fasilitas bermain yang menunjang perkembangan bahasa anak meliputi: kartu
kata, kartu hutuf dan papan panel, boneka tangan, boneka binatang, panggung
boneka, pohon huruf, puzzle huruf, majalah, telphon-telphonan, radio, tape, kaset,
televisi, komputer, alat masak-masakan.
5. Perkembangan Seni
Fasilitas bermain yang menunjang perkembangan seni anak meliputi : alat
mewarnai seperti pensil, kertas, krayon, cat air, kuas, pewarna makanan, plastisin,
alat musik angklung, gambang, piano seruling dan tamborin.
b. Di Luar Kelas
71
Taman Kanak-kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung juga
memiliki fasilitas bermain di luar kelas sebagai saran bermain anak saat di luar kelas
yaitu diantaranya: ayunan, tangga majemuk, perosotan, dan mandi bola serta halaman
bermain yang nyaman dan bersih.
c. Fasilitas Kebersihan dan Kesehatan
Selain fasilitas bermain untuk menunjang perkembangan anak Taman Kanak-
kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung juga memiliki fasilitas
kebersihan dan kesehatan. Adapun fasilitas kebersihan yang disediakan adalah sapu
lidi, sapu ijuk, serok sampah, kotak sampah, lap pel, ember, gayung, sabun cuci,
diterjen bubuk, sabun mandi, kemoceng, baskom pencuci tangan, dan lap tangan.
Sedangkan untuk fasilitas kesehatan yang dimiliki yaitu: ruang UKS, kotak P3K yang
berisikan obat-obatan untuk anak-anak.
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan dari hasil observasi dan wawancara dengan Ibu Sri Mulyani dan
Ibu Mei Setia Rini selaku guru di kelompok B2 dalam upaya membentuk
kemandirian anak melalui metode bercerita di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2
Sukarame Bandar Lampung, peneliti mendapatkan data mengenai manfaat metode
bercerita dalam membentuk kemandirian anak, yaitu:
12. Menjadikan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan
Berdasarkan hasil observasi, dapat diketahui bahwa guru telah berusaha
menjadikan kegiatan bercerita sebagai kegiatan yang menyenangkan bagi anak.
Selain itu, guru mempersipkan alat-alat peraga yang akan digunakan dalam bercerita.
Misalnya: dalam kegiatan bercerita “Menggosok gigi sendiri”, guru telah menyiapkan
72
sikat gigi, odol, jambu dan sebagainya dan juga guru menampilkan ekspresi dan
mimik wajah sesuai dengan isi cerita.Selain itu, guru juga meminta salah satu anak
mempraktekkan menggosok gigi sendiri di akhir cerita. Sehingga anak pun merasa
tertarik untuk memperhatikan temannya yang sedang menggosok gigi. 69
Menurut Ibu Sri Mulyani, “kegiatan bercerita merupakan kegiatan
pembelajaran yang menyenangkan bagi anak-anak sehingga akan mempermudah
guru untuk menanamkan nilai-nilai kemandirian pada anak melalui bercerita.
Terutama jika menggunkan tokoh Raja yang sedang sakit gigi yang akhirnya dapat
disembuhkan dengan cara rajin menggosok gigi. Sehingga hal ini dapat memotivasi
anak untuk menggosok gigi sendiri agar giginya sehat. Ataupun tokoh binatang juga
sangat menyenangkan seperti dalam cerita Kiko si kelinci yang sudah pandai makan
sendiri”.70
Sedangkan Ibu Mei Setiarini mengungkapkan, bahwa “metode bercerita
merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat disukai oleh anak-anak.
Sehingga anak-anak cenderung merasa senang apabila mendengarkan cerita, terutama
jika guru menggunakan tokoh-tokoh binatang. Seperti dalam cerita “Piring Baru
Kiko”, yang mengisahkan Kiko si kelinci yang sudah pandai makan sendiri”.71
13. Kegiatan bercerita dapat menanamkan nilai-nilai moral dan keagamaan serta
sejumlah pengetahuan sosial dalam membentuk pribadi anak
69
Hasil Observasi, Peneliti di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 5
November 2016 70
Hasil Wawancara, Sri Mulyani, di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung
Tanggal 5 November 2016. 71
Hasil Wawancara, Mei Setiarini, di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung
Tanggal 5 November 2016.
73
Berdasarkan hasil observasi, guru telah memanfaatkan metode bercerita untuk
menyampaikan berbagai nilai-nilai moral dan keagamaan yang ada dimasyarakat
dalam kegiatan bercerita, khususnya dalam hal penanaman nilai-nilai kemandirian
bagi anak. Sebagaimana cerita-cerita yang disampaikan adalah berkaitan dengan
kemandirian bagi anak usia dini. Misalnya: “Menggosok gigi sendiri”, “Memakai
baju sendiri”, “Sekolahku Istanaku” , “Angsa Yang Periang” dan sebagainya.72
Menurut Ibu Sri Mulyani, “bahwa penanaman nilai-nilai kemandirian akan
lebih mudah disampaikan melalui metode bercerita, selain dengan metode
pembiasaan. Dengan metode bercerita, anak lebih memahami bagaimana cara
menggunakan atau melaksanakan sesuatu yang berkaitan dengan kemandirian secara
langsung, misalnya bagaimana cara menggosok gigi dan mengerti apa akibatnya jika
tidak mau gosok gigi, mulut akan manjadi bau dan dijauhi temna-teman dan dapat
menyebabkan sakit gigi”.73
Selain itu, Ibu Mei Setiarini mengungkapkan, bahwa “dengan metode
bercerita akan memudahkan guru menanamkan sejumlah pengetahuan sosial dalam
membentuk kemandirian anak. Diantaranya guru bercerita tentang bagaimana cara
membantu orang lain yang kesusahan berkaitan dengan diri pribadi, seperti dalam
cerita “Dapat Memakai Baju Sendiri”, yang menceritakan bagaimana usaha seorang
cucu untuk dapat menyiapkan peralatan sekolah dan mamakai baju sendiri yang
72
Hasil Observasi, Peneliti di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 5
November s.d 15 Desember 2016. 73
Hasil Wawancara, Sri Mulyani, di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung
Tanggal 5 November 2016.
74
biasanya disispkan oleh neneknya yang sudah tua. Dengan demikian anak akan
terbawa secara emosi dalam mengikuti cerita”.74
14. Kegiatan bercerita memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan.
Berdasarkan hasil observasi, pada tahap awal guru membuat kesepakatan
dengan anak-anak bahwa selama ibu guru bercerita tidak ada anak-anak yang
mengobrol ataupun bermain dengan temannya, sehingga anak-anak dapat fokus
dalam mendengarkan cerita yang disampaikan dan memahami isi cerita dan dapat
mengambil hikmah dari cerita tersebut. 75
Menurut pendapat Ibu Mei Setiarini, “ada sebagaian anak yang lebih mudah
untuk menerima materi pembelajaran melalui audio, sehingga metode bercerita
sangat tepat digunakan bagi mereka yang lebih cepat menerima pembelajaran secara
audio. Begitu juga dalam hal membentuk kemandirian anak. Guru dapat
menanamkan nilai-nilai kemandirian melalui metode bercerita sehinggsa anak-anak
akan lebih mudah dalam menerimanya.”76
Menurut Ibu Sri Mulyani, “dalam kegiatan bercerita anak-anak dilatih untuk
dapat belajar mendengarkan orang lain yang sedang berbicara sebagai salah satu
wujud mananamkan kedisiplinan pada anak untuk dapat patuh pada peraturan yang
berlaku dan kegiatan bercerita dapat dimanfaatkan sebagai variasi dalam
74
Hasil Wawancara, Mei Setiarini, di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung
Tanggal 5 November 2016.
75 Hasil Observasi, Peneliti di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 5
November 2016. 76
Hasil Wawancara, Mei Setiarini, di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung
Tanggal 5 November 2016.
75
pembelajaran yang tidak hanya secara visual, tetapi secara audio juga diperlukan.
Serta diakhir cerita, anak dapat mempraktekkan apa yang telah disampaikan guru,
misal menggosok gigi sendiri, memakai baju sendiri dan sebagainya.77
15. Mengembangkan kemampuan kognitif, efektif, maupun psikomotor dan fantasi
masing-masing anak.
Berdasarkan hasil observasi, dapat diketahui bahwa guru dalam bercerita
terkadang mengajak anak untuk mengikuti gerakan dalam bercerita sehingga
perkembangan psikomotor anak dapat berkembang. Selain itu, guru juga mengajukan
beberapa pertanyaan yang membuat anak dapat berfikir lebih luas lagi.78
Menurut Ibu Sri Mulyani, “Di akhir kegiatan bercerita guru mengajukan
beberapa pertanyaan berkaitan dengan cerita yang telah disampaikan. Selain itu, guru
juga meminta anak untuk menceritakan dan memperagakan kembali isi cerita yang
telah disampaikan. Dengan tujuan untuk menanamkan nilai-nilai kemandirian
berkaitan dengan penenaman sikap percaya diri anak mampu melakukan pemikiran-
pemikiran baru berdasarkan apa yang didengarkannya dengan berani maju bercerita
di depan kelas atau dihadapan teman-teman yang lain.79
16. Metode bercerita akan dapat membantu anak membangun bermacam peran
Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui guru telah berusaha menanamkan
berbagai peran sosial dalam membentuk kemandirian anak, misalnya: membangun
77
Hasil Wawancara, Sri Mulyani, di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung
Tanggal 5 November 2016. 78
Hasil Observasi, Peneliti di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 5
November 2016. 79
Hasil Wawancara, Sri Mulyani, di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung
Tanggal 5 November 2016.
76
peran dalam usaha dalam membantu nenek yang sudah tua, membantu teman
membereskan mainan dan sebagainya’.80
Menurut Ibu Sri Mulyani, bahwa “dalam kegiatan bercerita guru perlu
mengangkat peran-peran sosial yang ada disekitar anak. Baik yang berkaitan dengan
diri anak sendiri maupun untuk orang lain. Sehingga akan terpatri dalam diri anak
untuk dapat melaksanakan secara mandiri peran-peran sosial baik yang berlaku di
masyarakat. Sehingga akan mudah bagi anak untuk dapat diterima dalam kelompok
sosialnya. Misal: mau bergaul dengan siapa saja, rajin menggosok gigi untuk
kesehatan diri, membantu nenek yang sedang kesusahan dan sebagainya.81
Sedangkan Ibu Mei Setiarini mengungkapkan, bahwa “metode bercerita
sangat bermanfaat dalam mengenalkan dan menerapkan berbagai peran sosial dalam
kehidupan sehari-hari anak sehingga anak dapat bersosialisasi maupun menyesuaikan
diri dengan lingkungan sekitar, misalnya: dalam hal bermain anak sudah dapat
bergaul ataupun bermain dengan berbagai teman tidak hanya bergantung pada satu
temannya saja seperti dalam cerita “Angsa Yang Periang, mau membantu teman
membereskan mainan, mau berbagi dengan teman yang tidak membawa makanan,
seperti dalam cerita “Rumah Coklat”dan sebagainya.82
17. Menumbuhkan minat baca
80
Hasil Observasi, Peneliti di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 5
November 2016. 81
Hasil Wawancara, Sri Mulyani, di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung
Tanggal 5 November 2016. 82
Hasil Wawancara, Mei Setiarini, di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung
Tanggal 5 November 2016.
77
Berdasarkan hasil observasi, guru juga telah berusaha menanamkan minat
baca anak misalnya dalam cerita “Dapat menggosok gigi sendiri” dengan membaca
tulisan yang ada di bungkus odol untuk mengetahui apa rasa odolnya.83
Menurut Ibu Sri Mulyani, “dengan adanya anak ingin mengetahui tulisan yang
ada di bungkus odol selain akan menumbuhkan minat baca anak, anak juga akan
terdorong untuk dapat menggosok gigi sendiri karena ingin mengetahui rasanya.84
18. Membangun kedekatan dan keharmonisan
Berdasarkan hasil observasi, dapat diketahui bahwa guru sering membangu
kedekatan dengan anak dengan melibatkan anak dalam adegan yang ada ketika
bercerita, misalnya: dengan pura-pura memeluk anak ketika merasa ketakutan,
mengucapkan terima kasih pada anak dan sebagainya. Anak-anak pun terlihat senang
dan sangat menikmati ceritanya.85
Menurut Ibu Mei Setiarini, bahwa “dengan penggunaan metode bercerita
dapat membangun kedekatan dengan anak, misalnya: dengan memeluk anak,
bertepuk tangan ketika ada anak yang maju ke depan kelas, sehingga hal ini dapat
mengurangi rasa takut anak ataupun kurangnya rasa percaya diri anak ketika diminta
untuk tampil di depan kelas, karena anak-anak cenderung belum mandiri ketika
diminta untuk tampil di depan kelas, mereka masih memegang baju ibu guru”.86
19. Media pembelajaran
83
Hasil Observasi, Peneliti di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 5
November 2016. 84
Hasil Wawancara, Sri Mulyani, di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung
Tanggal 5 November 2016. 85
Hasil Observasi, Peneliti di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 5
November 2016. 86
Hasil Wawancara, Mei Setiarini, di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung
Tanggal 5 November 2016.
78
Berdasarkan hasil observasi, dapat diketahui bahwa guru telah menggunakan
berbagai media sebagai alat peraga dalam cerita. Sehingga anak-anak pun merasa
tertarik untuk mendengarkannya. Selain itu, media dapat digunakan sebagai alat
untuk mendemostrasikan sesuatu yang ada dalam cerita. Sehingga anak dapat
membayangkan secara langsung apa yang disampaikan guru tanpa hanya mengira-
ngira saja dan akan membantu anak untuk lebih memudahkan mempraktekkannya
nanti setelah kegiatan bercerita selesai. Misalnya: cara menggosok gigi, cara
memakai sepatu, cara memakai baju dan sebagainya”.87
Menurut Ibu Sri Mulyani, bahwa “kegiatan bercerita yang menggunakan media
ataupun alat peraga dapat digunakan sebagai sarana untuk menanamkan niali-nilai
dalam membentuk kemandirian anak, misalnya: bercerita tentang menggosok gigi
menggunakan media odol dan sikat gigi, akan sangat membantu anak untuk dapat
mengetahui cara menggosok gigi yang benar sehingga mendorong anak untuk dapat
menggosok gigi sendiri”.88
20. Cerita dapat memancing siswa menganalisis situasi, dengan melihat bukan hanya
yang nampak tetapi juga sesuatu yang tersirat didalamnya, tentang perasaan,
kebutuhan dan kepentingan orang lain.
Berdasarkan hasil observasi, dapat diketahui bahwa dalam kegiatan bercerita,
guru telah menggunakan tehnik bertutur yang sesuai dengan keadaan emosi isi cerita,
misalnya: ketika adegan menangis guru benar-benar menangis, ketika marah guru pun
87
Hasil Observasi, Peneliti di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 5
November 2016. 88
Hasil Wawancara, Sri Mulyani, di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung
Tanggal 5 November 2
79
terlihat marah dan bagaimana cara mengatasinya ketika sedang marah dan
sebagainya. Sehingga anak benar-benar tertarik mendengarkannya. 89
Menurut Ibu Sri Mulyani, bahwa “dengan menggunakan tehnik bertutur yang
baik, dapat mengenalkan anak-anak pada emosi yang ada pada dirinya dan
mengajarkan bagaimana cara mengendalikan emosi yang baik. Sehingga anak-anak
dapat memiliki keterampilan bergaul/bersosialisasi yang baik dalam lingkungan di
sekitar anak”.90
Sedangkan Ibu Mei Setiarini, mengungkapkan bahwa metode bercerita dapat
bermanfaat bagi anak untuk mengenalkan berbagai emosi dan baagaimana cara anak
mengatur emosi secara mandiri. Misalnya: ketika kita marah dan berbuat salah maka
kita harus mau meminta maaf secara langsung, yang terdapat dalam cerita “Loli Yang
Malang” dimana Loli selalu dimarahi kakaknya, namun akhirnya sang kakak
menyadari kesalahannya dan mau meminta maaf”.91
21. Memacu kemampuan verbal anak
Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa guru telah menumbuhkan
kemampuan verbal anak, misalnya dengan meminta anak untuk menjawab beberapa
pertanyaan berkaitan isi cerita, meminta anak untuk menceritakan kembali cerita yang
telah disampaikan secara singkat. 92
89
Hasil Observasi, Peneliti di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 5
November 2016. 90
Hasil Wawancara, Sri Mulyani, di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung
Tanggal 5 November 2016. 91
Hasil Wawancara, Mei Setiarini, di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung
Tanggal 5 November 2016. 92
Hasil Observasi, Peneliti di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 21
November 2016.
80
Menurut Ibu Sri Mulyani, bahwa “metode bercerita sangat bermanfaat untuk
mengenalkan kata-kata baru kepada anak sehingga hal ini akan menambah kosakata
anak, yang dapat mengembangkan kemampuan bicara anak untuk dapat
menumbuhkan kemandirian anak dalam hal pengembangan rasa percaya diri anak,
sehingga ketika anak diminta tampil di depan kelas anak sudah berani tanpaditemani
oleh ibu guru”.93
22. Membuka cakrawala pengetahuan anak.
Berdasarkan hasil observasi, dapat diketahui bahwa guru telah mengenalkan
berbagai pengetahuan berkaitan dengan kemandirian anak, misal:mengenalkan cara
memakai sepatu, cara menggosok gigi dan sebagainya yang sebelumnya mungkin
saja pengetahuan ini belum pernah diperolehnya.94
Menurut Ibu Sri Mulyani, bahwa
“Metode bercerita dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab dalam
bercerita anak mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal baru
baginya, misalnya: anak belajar cara menggosok gigi, cara mengendalikan emosi,
mengenal peran-peran dalam kehidupan sosial sehingga anak dapat menyesuaikan
diri dengan keadaan dan sebagainya”.95
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah diuraikan di atas,
dapat diketahui bahwa metode bercerita dapat bemanfaat dalam membentuk
93
Hasil Wawancara, Sri Mulyani, di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung
Tanggal 21 November 2016. 94
Hasil Observasi, Peneliti di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 21
November 2016. 95
Hasil Wawancara, Sri Mulyani, di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung
Tanggal 21 November 2016.
81
kemandirian anak di kelompok B2 TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung,
karena:
1. Guru menyajikan cerita yang menarik dan menyenangkan dalam menanamkan
nilai-nilai kemandirian anak.
Guru-guru di kelompok B2 berusaha menyajikan cerita-cerita yang menarik
dan menyenangkan bagi anak dalam menanamkan nilai-nilai kemandirian. Guru
menggunakan tokoh-tokoh yang disenangi anak, misalnya: menggunakan tokoh raja
dan juga tokoh-tokoh binatang. Seperti dalam cerita “Dapat Menggosok Gigi
Sendiri”, yang menggunakan tokoh seorang raja yang sakit gigi dan akhirnya dapat
sembuh dengan menggosok gigi ataupun dalam cerita “Piring Baru Kiko” , yang
mengisahkan tentang Kiko si kelinci yang sudah pandai makan sendiri, “Angsa Yang
Periang”, yang mengisahkan tentang Angsa yang memiliki banyak teman, karena si
Angsa mau bergaul dengan siapa saja tanpa harus ditemani ibu Angsa dan
sebagainya.
Jika anak-anak sudah menyenangi cerita yang disampaikan, tentunya mereka
akan sangat betah untuk mendengarkan cerita dari awal sampai dengan selesai dan
anak dapat mengetahui hikmah dari cerita yang disampaikan. Hal ini akan
memudahkan guru untuk menyampaikan cerita berkaitan dengan nilai-nilai
kemandirian. Guru dapat mendorong anak untuk memilih mana tokoh-tokoh yang
baik dan tokoh-tokoh yang tidak baik.
Selain itu, guru telah menggunakan tehnik bertutur yang sesuai dengan
keadaan emosi isi cerita sehingga cerita menjadi semakin menarik, misalnya: ketika
adegan menangis guru benar-benar menangis, ketika marah guru pun terlihat marah
82
dan bagaimana cara mengatasinya ketika sedang marah dan sebagainya. Sehingga
anak benar-benar tertarik mendengarkannya. Dengan menggunakan tehnik bertutur
yang baik, dapat mengenalkan emosi pada anak dan mengajarkan bagaimana cara
mengendalikan emosi yang baik. Sehingga anak-anak dapat memiliki keterampilan
bergaul/bersosialisasi yang baik dalam lingkungan di sekitar anak dengan mampu
mengatur emosi secara mandiri. Misalnya: ketika kita marah dan berbuat salah maka
kita harus mau meminta maaf secara langsung, seperti dalam cerita “Loli Yang
Malang” dimana Loli selalu dimarahi kakaknya, namun akhirnya sang kakak
menyadari kesalahannya dan mau meminta maaf.
2. Penggunaan media/alat peraga dalam bercerita sangat membantu anak dalam
mengenal nilai-nilai kemandirian secara fisik.
Dalam pelaksanaan kegiatan bercerita, guru di kelompok B2 menggunakan
berbagai media/alat peraga dalam cerita sebagai sarana untuk menanamkan niali-nilai
dalam membentuk kemandirian anak. Sehingga anak-anak pun merasa tertarik untuk
mendengarkannya. Selain itu, media dapat digunakan sebagai alat untuk
mendemostrasikan sesuatu berkaitan dengan isi cerita. Misalnya, dalam kegiatan
bercerita “Dapat Menggosok Gigi Sendiri”, guru menggunakan media sikat gigi dan
odol dan mendemostrasikan cara menggosok gigi, dalam cerita “Piring Baru Kiko”,
guru mendemonstrasikan bagaimana cara makan sendiri dan membreskan peralatan
makan yang telah digunakan. Sehingga anak tidak hanya membayangkan saja, tetapi
anak dapat melihat langsung apa yang disampaikan oleh guru dalam cerita dan akan
membantu anak untuk lebih memudahkan mempraktekkannya nanti setelah kegiatan
83
bercerita selesai. Jika anak sudah mengetahui caranya, akan membuat anak-anak
untuk selalu mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari anak.
3. Anak dapat mempraktekkan secara langsung nilai-nilai kemandirian yang
diajarkan dalam cerita di akhir kegiatan bercerita.
Metode bercerita dapat membantu anak mengenal berbagai pengetahuan
berkaitan dengan kemandirian anak, misal: cara memakai baju, cara menggosok gigi,
cara makan yang baik, cara membereskan peralatan makan dan sebagainya yang
tentunya berkaitan dengan kemandirian secara fisik, yang sebelumnya mungkin saja
pengetahuan ini belum pernah diperolehnya anak. Dalam kegiatan bercerita, guru
menjelaskan secara detail bagaimana tahap-tahap dalam menanamkan nilai-nilai
kemandirian fisik trsebut. Anak-anak pun tidak lupa untuk diberi kesempatan di akhir
kegiatan bercerita untuk mencoba apa yang sudah didemonstarsikan oleh guru
sebelumnya. Sehingga anak-anak pun merasa senang dan dapat semakin memahami
isi cerita dan ada keinginan untuk mempraktekkanya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Guru memberi kesempatan pada anak untuk bernyanyi maupun bercerita
berkaitan dengan isi cerita yang telah disampaikan.
Nilai-nilai kemandirian tidak hanya sebatas kemandirian secara fisik, misal:
anak dapat makan sendiri, dapat menggosok gigi, dapat makan sendiri, dapat
membereskan peralatan makan setelah digunakan. Tetapi ada pula kemandirian
secara psikis, misal: anak dapat mengendalikan amarah, mau meminta maaf ketika
melakukan kesalahan tanpa harus diperintah oleh guru, anak berani tampil di depan
kelas tanpa harus ditemani oleh guru. Kegiatan bercerita tidak hanya bermanfaat
dalam membentuk kemandirian anak secara fisik, tetapi guru juga berusaha
membentuk kemandirian secara psikis, antara lain: memberi kesempatan pada anak
84
untuk menceritakan kembali cerita yang telah disampaikan, meminta anak bernyanyi
di depan kelas setelah kegiatan bercerita selesai. Mengajak anak untuk mau
bersosialisasi dengan teman-temannya.
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa metode bercerita dapat bermanfaat dalam membentuk kemandirian anak di TK
Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung, baik kemandirian secara fisik maupun
psikis anak.
Berikut ini adalah hasil observasi akhir terhadap kemandirian anak melalui
metode bercerita di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung:
Tabel 5
Hasil observasi akhir terhadap kemandirian anak melalui manfaat metode bercerita
Di kelompok B2 TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung
Aspek Yang
Akan
Dikembangkan
Indikator
(Teori Diane Trister Dodge)
Penilaian
BB MB BSH BSB
Kemampuan
fisik
11. Anak dapat makan sendiri - 2 12 10
12. Anak dapat menggosok gigi - 2 15 7
Percaya diri 13. Anak dapat tampil di depan
kelas tanpa ditemani guru
5 6 13 -
Bertanggung
jawab
14. Anak dapat membereskan
peralatan makan sendiri
3 3 12 6
15. Anak dapat membereskan
mainan yang telah digunakan
- 5 9 10
Disiplin 16. Anak mau masuk kelas
setelah waktu bermain selesai
5 3 10 6
Pandai bergaul 17. Anak dapat bergaul dengan
siapa saja
- 5 10 9
Saling berbagi 18. Anak mau berbagi makanan
pada teman yang tidak
membawa makanan
- 2 15 7
Mengendalikan 19. Anak mau bergantian alat
permainan dengan temannya
2 4 16 2
85
emosi 20. Anak mau langsung meminta
maaf bila melakukan
kesalahan
4 2
15
3
Jumlah 19 34 127 60
Sumber: Hasil Pra Survey Peneliti , di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame
Bandar Lampung, tanggal 10 Desember 2016
Ket:
5. BB (Belum Berkembang )
Apabila anak belum mampu melakukan sendiri
6. MB ( Mulai Berkembang )
Apabila anak dapat melakukan kegiatan dengan sedikit bantuan guru
7. BSH (Berkembang Sesuai Harapan)
Apabila anak mampu melakukan kegiatan sendiri
8. BSB (Berkembang Sangat Baik)
Apabila anak mampu membantu teman yang belum bisa
Keberhasilan pembelajaran dilihat dari jumlah peserta didik yang mencapai
lebih dari 75 % dari jumlah peserta didik yang ada di kelas. Artinya jika anak yang
ada di dalam kelas sudah mencapai 75%, maka proses pembelajaran berhasil dan
penggunaan metode bercerita mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap
perkembangan aspek kemandirian anak.
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan
kemandirian anak masih rendah. Berikut ini, adalah pencapaian kemandirian anak
yang Berkembang Sangat Baik (BSB) sebanyak 25 % Berkembang Sesuai Harapan
(BSH) dapat diketahui hanya 52,91 % Mulai Berkembang (MB) sebesar 14,16 % dan
Belum Berkembang (BB) sebesar 7,91 %. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
metode bercerita dapat bermanfaat dalam membentuk kemandirian anak di kelompok
B2 TK Kuntum Mekar 2 dengan pencapaian hasil belajar anak yang sudah
berkembang mencapai 76,24 %.
86
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode bercerita dapat bermnfaat
dalam membentuk kemandirian anak, karena: (1) Guru menyajikan cerita yang
menarik dan menyenangkan dalam menanamkan nilai-nilai kemandirian anak (2)
Penggunaan media/alat peraga dalam bercerita sangat membantu anak dalam
mengenal nilai-nilai kemandirian secara fisik (3) Anak dapat mempraktekkan secara
langsung nilai-nilai kemandirian yang diajarkan dalam cerita di akhir kegiatan
bercerita (4) Guru memberi kesempatan pada anak untuk bernyanyi maupun
bercerita berkaitan dengan isi cerita yang telah disampaikan.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap kegiatan pembelajaran di Taman
Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung baik berdasarkan
observasi maupun wawancara, dapat peneliti ungkapkan bahwa sangat penting
kiranya bagi guru untuk dapat memilih metode pembelajaran yang tepat dalam
mengembangkan berbagai potensi anak, karena setiap metode pembelajaran tentunya
memiliki kelebihan dan kekurangan dan tidak semua metode pembelajaran dapat
diterapkan semua pada anak-anak. Guru harus bisa menyesuaikan metode yang akan
digunakan dengan aspek perkembangan yang ingin dicapai.
Seperti halnya dengan manfaat metode bercerita dalam mengembangkan
kemandirian anak di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar
Lampung. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode bercerita, guru perlu
memiliki keterampilan dan kreativitas dalam bercerita. Sehingga cerita yang
disampaikan dapat menarik perhatian anak dan anak pun dapat menjadi lebih fokus
87
untuk mendengarkan. Dengan demikian anak pun dapat memahani isi cerita dan
menerapkan nilai-nilai yang disampaikan dalam kehidupan sehari-hari.
Metode bercerita sangat umum digunakan dalam pembelajaran anak usia dini,
khususnya dalam menyampaikan pesan-pesan dan nilai-nilai yang hendak
diinternalisasikan kepada anak. Adapun kelebihan metode ini adalah: dapat
meningkatkan motivasi anak untuk belajar, karena anak sangat senang dengan cerita-
cerita. Sangat sesuai untuk pendidikan afektif (nilai), sebab metode ini dapat
menyampaikan nilai-nilai kebaikan kepada anak melalui contoh-contoh dalam cerita
sehingga mendorong anak untuk melakukan kebaikan tersebut, sekaligus menghindari
perbuatan buruk yang digambarkan dalam cerita guru.
Adapun nilai yang akan dikembangkan kali ini adalah berkaitan dengan
pembentukan kemandirian anak, maka kegiatan bercerita yang disajikan adalah
bentuk-bentuk cerita yang berkaitan dengan kemandirian anak, misalnya cerita
tentang “menggosok gigi sendiri” atau “memakai sepatu sendiri”. Mandiri dan tidak
banyak menggantungkan diri kepada orang lain adalah salah satu sikap mental yang
perlu diajarkan sejak kecil. Masa kanak-kanak adalah periode emas di mana semua
nilai/pengajaran dapat diserap dengan sangat baik. Guru maupun orang tua harus
mampu memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya, jangan sampai masa ini
terlewat begitu saja lantas anak tumbuh menjadi “individu” yang manja dan egois di
kemudian hari.
Manusia merupakan salah satu makhluk yang selalu bertumbuh dan
berkembang. Anak usia dini adalah bagian dari manusia yang juga selalu bertumbuh
dan berkembang bahkan lebih pesat dan fundamental pada awal-awal tahun
88
kehidupannya. Kualitas perkembangan anak di masa depanya, sangat ditentukan oleh
stimulasi yang diperolehnya sejak dini. Pemberian stimulasi pendidikan untuk anak
usia dini adalah hal sangat penting mengingat 80% pertumbuhan otak berkembang
pada anak sejak usia dini. Elastisitas perkembangan otak anak usia dini lebih besar
pada usia lahir hingga sebelum 8 tahun kehidupannya, 20% siasanya ditentukan
selama sisa kehidupannya setelah masa kanak-kanak. Dan tentu saja bentuk stimulasi
yang diberikan harusnya dengan cara yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangan
anak usia dini.
Begitu pula dengan stimulasi dalam membentuk kemandirian anak sangat
diperlukan. Salah satu bentuk stimulasi yang dapat digunakan guru adalah metode
bercerita. Sebelum bercerita, guru harus memahami terlebih dahulu tentang cerita,
apa yang hendak disampaikannya, tentu saja disesuaikan dengan karakteristik anak-
anak usia dini. Agar dapat bercerita dengan tepat, pendidik harus mempertimbangkan
materi ceritanya. Pemilihan cerita tentunya untuk mencapai hasil yang diinginkan,
harus diselaraskan dengan langkah-langkah yang tepat.
Berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan yang telah dibahas pada bab
sebelumnya, yaitu dapat diketahui bahwa tingkat pencapaian dalam mengembangkan
kemandirian Taman KanakKanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung
sudah berkembang secara optimal. Sebagai temuan penelitian di lapangan
menunjukkan bahwa metode bercerita dapat bermnfaat dalam membentuk
kemandirian anak, karena: (1) Guru menyajikan cerita yang menarik dan
menyenangkan dalam menanamkan nilai-nilai kemandirian anak (2) Penggunaan
media/alat peraga dalam bercerita sangat membantu anak dalam mengenal nilai-nilai
89
kemandirian secara fisik (3) Anak dapat mempraktekkan secara langsung nilai-nilai
kemandirian yang diajarkan dalam cerita di akhir kegiatan bercerita (4) Guru
memberi kesempatan pada anak untuk bernyanyi maupun bercerita berkaitan dengan
isi cerita yang telah disampaikan.
BAB V
90
KESIMPULAN, SARAN dan PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan sebelumnya, maka penelitia dapat
menyimpulkan bahwa metode bercerita dapat bermnfaat dalam membentuk
kemandirian anak di Taman Kanak-kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar
Lampung, karena: (1) Guru menyajikan cerita yang menarik dan menyenangkan
dalam menanamkan nilai-nilai kemandirian anak (2) Penggunaan media/alat peraga
dalam bercerita sangat membantu anak dalam mengenal nilai-nilai kemandirian
secara fisik (3) Anak dapat mempraktekkan secara langsung nilai-nilai kemandirian
yang diajarkan dalam cerita di akhir kegiatan bercerita (4) Guru memberi
kesempatan pada anak untuk bernyanyi maupun bercerita berkaitan dengan isi cerita
yang telah disampaikan.
B. Saran-saran
Dari hasil penelitian menunjukkan, bahwa metode bercerita sangat bermanfaat
dalam mengembangkan kemandirian anak. Mengingat betapa pentingnya dalam
membentuk kemandirian sehingga anak memiliki keterampilan hidupa di masa
mendatang, dan tidak tumbuh menjadi anak yang ketergantungan dan manja, maka
peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Guru sebaiknya meningkatkan intensitas metode bercerita dengan lebih
mengedepankan bentuk kemandirian dalam kegiatan sehari-hari.
91
2. Guru sebaiknya bersikap tegas dan memberi kepercayaan pada anak
dalam usaha membentuk kemandirian pada dirinya
3. Guru sebaiknya selalu mengkomunikasikan kegiatan pembelajaran di
sekolah dalam membentuk kemandirian anak dengan kegiatan
pembentukan kemandirian di rumah dengan orang tua.
C. Penutup
Dengan mengucap syukur Alhamdulillahirobbil’alamin kepada Allah SWT
yang telah memberikan segala rahmat-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Walaupun demikian, peneliti menyadari
skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini di masa yang
akan datang. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti pada
khususnya dan pembaca pada umumnya. Atas segala kekhilafan peneliti mohon maaf
dan kepada Allah SWT mohon ampun
92
LAMPIRAN
93
KISI-KISI OBSERVASI PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN ANAK
DI TK KUNTUM MEKAR 2
No Indikator kemandirian anak menurut Diane
Trister Dodge
Keterangan
BB MB BSH BSB
A Kemampuan fisik
1. Anak dapat makan sendiri
B Percaya diri
2. Anak dapat tampil di depan kelas tanpa
ditemani guru
C Bertanggung jawab
3. Anak dapat membereskan peralatan
makan sendiri
4. Anak dapat membereskan mainan yang
telah digunakan
D Disiplin
5. Anak mau masuk kelas setelah waktu
bermain selesai tanpa diperintah
E Pandai bergaul
6. Anak dapat bergaul dengan siapa saja
F Saling berbagi
7. Anak mau berbagi makanan pada teman
yang tidak membawa makanan
8. Anak mau bergantian alat permainan
dengan temannya
G Mengendalikan emosi
1. Anak dapat mengendalikan amarah
2. Anak mau langsung meminta maaf bila
melakukan kesalahan
Keterangan:
1. BB (Belum Berkembang )
Apabila anak belum mampu melakukan sendiri
2. MB ( Mulai Berkembang )
Apabila anak dapat melakukan kegiatan dengan sedikit bantuan guru
3. BSH (Berkembang Sesuai Harapan)
Apabila anak mampu melakukan kegiatan sendiri
4. BSB (Berkembang Sangat Baik)
Apabila anak mampu membantu teman yang belum bisa
94
INSTRUMEN OBSERVASI PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN ANAK
DI TK KUNTUM MEKAR 2
Item/Pertanyaan Nilai
BB MB BSH BSB
Apakah anak dapat makan sendiri?
Apakah anak mau bernyayi di depan kelas tanpa
ditemani guru?
Apakah anak mau bercerita di depan kelas tanpa
ditemani ibu guru?
Apakah anak dapat membereskan peralatan
makan sendiri?
Apakah anak dapat membuka peralatan makan
dan minumnyanya sendiri?
Apakah anak dapat menutup peralatan makan dan
minumnyanya sendiri?
Apakah anak dapat membereskan mainan setelah
digunakan tanpa diperintah ibu guru?
Apakah anak mau masuk kelas setelah waktu
bermain selesai?
Apakah anak berinisiatif memilih permainan
sendiri?
Apakah anak mau bergaul dengan siapa saja?
Apakaah anak mau berbagai makanan pada teman
yang tidak membawa makanan?
Apakah anak mau meminjamkan/berbagi mainan
pada temannya?
Apakah anak dapat mengendalikan amarah?
95
Apakah anak mau meminta maaf bila melakukan
kesalahan?
Keterangan:
1. BB (Belum Berkembang )
Apabila anak belum mampu melakukan sendiri
2. MB ( Mulai Berkembang )
Apabila anak dapat melakukan kegiatan dengan sedikit bantuan guru
3. BSH (Berkembang Sesuai Harapan)
Apabila anak mampu melakukan kegiatan sendiri
4. BSB (Berkembang Sangat Baik)
Apabila anak mampu membantu teman yang belum bisa
96
PEDOMAN WAWANCARA GURU
1.IDENTITAS RESPONDEN:
a. Nama :
b. Alamat :
c. Hari/Tanggal :
1. Apakah menurut anda kegiatan bercerita merupakan kegiatan yang
menyenangkan?
2. Bentuk cerita seperti apa yang disenangi oleh anak-anak?
3. Metode apa saja yang diguanakan oleh guru untuk membentuk kemandirian
pada anak?
4. Apakah metode bercerita dapat memudahkan guru dalam membentuk
kemandirian pada anak?
5. Apakah metode bercerita dapat bermanfaat untuk membantu anak belajar
mendengarkan terutama dalam hal penyampaian nilai-nilai kemandirian?
6. Bagaimana cara guru mengetahui bahwa nilai-nilai kemandirian anak mulai
berkembang melalui metode bercerita?
7. Apakah metode bercerita mampu membantu anak mengenalkan peran-peran
kemandirian dalam kehidupan sehari-hari?
8. Bagaimana bentuk-bentuk cerita untuk membentuk kemandirian anak?
9. Bagaimana cara guru menanamkan nilai-nilai kemandirian pada anak?
10. Bagaimana cara guru bercerita untuk membentuk kemandirian fisik pada
anak, misalnya: menggosok gigi?
11. Bagaimana cara guru bercerita untuk menanamkan kemandirian dalam hal
kepercayaan diri anak?
12. Bagaimana cara guru bercerita untuk menanamkan kemandirian dalam hal
mau bergaul dengan siapa saja?
97
13. Apaakah guru menggunakan alat peraga dalam bercerita tentang penanaman
kemandirian anak?
14. Apakah alat peraga yang digunakan dapat membantu guru dalam membentuk
kemandirian pada anak?
15. Bagaimana cara guru bercerita untuk menanamkan kemandirian dalam hal
mengendalikan emosi pada anak?
16. Apakah dengan metode bercerita dapat bermanfaat untuk belajar
mengendalikan emosi pada anak sebagai salah satu bentuk kemandirian?
17. Bentuk cerita yang seperti apa untuk mengenalkan kemandirian emosi anak?
18. Apakah guru metode bercerita dapat bermanfaat dalam mengenalkan
pengetahuan baru berkaitan dengan bentuk kemandirian yang akan
diterapkan?
98
Kisi-kisi wawancara dengan guru Kelompok B2
di Taman Kanak-kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung
1. Bagaimana kondisi perkembangan kemandirian anak di TK Kuntum Mekar
2?
2. Apa saja bentuk kemandirian yang dapat diterapkan melalui metode bercerita?
3. Apa jenis metode bercerita yang digunakan guru untuk membentuk
kemandirian anak?
4. Apakah guru menggunakan alat peraga dalam bercerita membentuk
kemandirian anak?
5. Apakah alat peraga yang digunakan bermanfaat untuk membentuk
kemandirian anak?
6. Bagaimana cara guru mengajak anak untuk membentuk kemandirian fisik?
7. Mengapa guru perlu memiliki tehnik bertutur yang variatif?
8. Apakah guru menyampaikan hikmah dari cerita yang disajikan dalam hal
penenanman nilai-nilai kemandirian?
9. Apakah guru meminta anak untuk mempraktekkan nilai-nilai kemandirian
yang disampaikan melalui bercerita?
10. Apakah guru melakukan kegiatan evaluasi setelah bercerita untuk mengetahui
pemahaman anak tentang kemandirian?
99
Kerangka Dokumentasi
1.Profil TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung
2. Struktur Organisasi TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar
Lampung
3.Data Guru TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung
4.Data Peserta Didik Kelompok B2 di TK Kuntum Mekar 2
Sukarame Bandar Lampung
5.Data Sarana dan Prasarana TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar
Lampung
6.Rencana Kegiatan Harian (RKH) TK Kuntum Mekar 2 Sukarame
BandarLampung
7.Foto kegiatan anak berkaitan dengan peranaan metode bercerita
dalam membentuk kemandirian anak di Taman Kanak-kanak
Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung
100
RENCANA KEGIATAN HARIAN
TK KUNTUM MEKAR 2 SUKARAME
Semester/Minggu : I/11
Hari/Tanggal : Rabu, 9 November 2016
Kelompok/Usia : B2
Tema : Kebutuhaanku
Sub Tema : Pakaian
Waktu : 07.30-10.20
I. Materi:
1. Berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan (3.1, 4.1)
2. Berterima kasih atas pakaian yang telah dibuat (1.2)
3. Menyebutkan macam-macam pakaian (3.7, 4.7)
4. Menggambar sederhana (2.3)
5. Memasangkan benda sesuai pasangannya (3.6, 4.6)
6. Mewarnai gambar sederhana (2.4)
7. Memakai baju sendiri (2.8)
II. Alat/Bahan
- Gambar aneka pakaian
- Lembar kerja, crayon, pensil
- Buku gambar
- Baju seragam, selendang, majalah bekas
III. Pembukaan
- Berbaris
- Berdoa sebelum belajar
- Bernyanyi, salam
- Bercakap-cakap tentang “Macam-macam pakaian
101
102
RENCANA PEMBELAJARAN HARIAN (RPH)
TK KUNTUM MEKAR 2 SUKARAME
Semester/Minggu : I/10
Hari/Tanggal : Sabtu, 5 November 2016
Kelompok/Usia : B2
Tema : Kebutuhaanku
Sub Tema : Kebersihan Kesehatan dan Keselamatan
Waktu : 07.30-10.20
I. Materi:
1. Berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan (3.1, 4.1)
2. Menjaga kesehatan diri (2.1)
3. Mendengarkan cerita sederhana (2.7)
4. Mengelompokkan benda berdasarkan jenisnya (3.6, 4.6)
5. Dapat mengungkapkan pendapat sederhana(3.11, 4.11)
6. Mencocok gambar sederhana (2.4)
7. Menghargai orang lain (2.10)
II. Alat/Bahan
- Pasta gigi, odol, gelas,
- Lembar kerja, crayon
- Mahkota raja dan putri, jambu plastik
III. Pembukaan
- Berbaris
- Berdoa sebelum belajar
- Bernyanyi, salam
- Bercakap-cakap tentang “Kebersihan Diri”
(Menggosok Gigi)
103
104
RENCANA PEMBELAJARAN HARIAN (RPH)
TK KUNTUM MEKAR 2 SUKARAME
Semester/Minggu : I/12
Hari/Tanggal : Sabtu, 19 November 2016
Kelompok/Usia : B2
Tema : Lingkunganku
Sub Tema : Keluargaku
Waktu : 07.30-10.20
I. Materi:
1. Berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan (3.1, 4.1)
2. Manusia ciptaan Tuhan (1.1)
3. Bersikap santun kepada orang tua (2..14)
4. Menggunting pola gambar sederhana (2.4)
5. Melipat gambar sederhana (3.3, 4.3)
6.Mengenal anggota keluarga (3.7, 4.7)
7. Mendengarkan cerita sederhana (2.7)
II. Alat/Bahan
- Gambar anggota keluarga
- Lembar kerja, crayon, gunting, lem
- Kertas lipat
III. Pembukaan
- Berbaris
- Berdoa sebelum belajar
- Bernyanyi, salam
- Bercakap-cakap tentang anggota keluarga yang ada di rumah
105
106
Foto Kegiatan Bercerita tentang “Memakai Sepatu Sendiri”
107
KEGIATAN BERCERITA
“DAPAT MEMAKAI BAJU SENDIRI”
108
109
KEGIATAN BERCERITA
“DAPAT MENGGOSOK GIGI SENDIRI”
110
111
FOTO-FOTO KEGIATAN KEMANDIRIAN ANAK DI TK
KUNTUM MEKAR 2
Dapat melepas sepatu sendiri Dapat meletakkan peralatan
belajar setelah digunakan
Mau bernyayi di depan kelas tanpa ditemani ibu guru
112
Dapat membereskan mainan Dapat mencuci tangan
setelah digunakan sendiri
Dapat makan sendiri Dapat membereskan
peralatan makan
113
114
MENGGOSOK GIGI
Tersebutlah di sebuah istana yang sangat megah dan indah, tinggallah
seorang raja yang sangat kaya dan juga baik hatinya. Raja tersebut juga sangat
dermawan pada setiap orang, sehingga raja tersebut sangat disenagi oleh rakyatnya.
Pada suatu hari yang cerah, Raja dan Ratu dengan diiringi para prajuritnya pergi
berjalan-jalan di sebuah kebun istana untuk melihat kebun jambu biji miliknya yang
sudah mulai berbuah dan siap untuk dipanen.
Raja : “Wah jambu-jambuku sudah pada masak”.
Ratu : “Iya baginda benar sekali.......Cobalah lihat di sebelah sana baginda....
Ada yang sangat besar, mulus dan wangi sekali aromanya”.
Raja : “Wah.....benar sekali Ratu. Aku ingin sekali mencicipinya.
“Hai prajurit..... Tolong ambilkan buah jambu itu ya”.
Prajurit: “ Baik baginda.....
Ini buah jambunya baginda”. Raja :
Raja : “Wah.....sepertinya manis sekali rasanya”.
(dengan tidak sabar Raja pun langsung memakan jambu tersebut).
Raja : “Eem...nyam....nyam manis sekali jambu ini Ratu.
Ratu : “Aah....Benarkah baginda?”.
Namun, tiba-tiba apa yang terjadi? Ketika sedang asyik makan jambu, sang Raja
berteriak kesakitan).
Raja : “Aaah....Aduuuh sakit”
Ratu : “Hah....ada apa baginda, mengapa engkau berteriak seperti itu?”.
Raja : “Aduuuh....gigiku sakit sekali ratu”.
Ratu : “Baiklah... ayo kita kembali ke istana saja baginda”.
(kemudian Raja dan Ratu pun kembali ke istana. Raja masih terus merintih kesakitan
karena giginya berlubang dan ada biji jambu yang masuk di dalamnya. Raja sudah
diberi jamu untuk mengobati rasa sakitnya, namun tetap saja tidak sembuh, akhirnya
Raja pun membuat sayembara).
115
Raja : “Hai prajuritku.....umumkan kepada seluruh rakyatku, siapa saja yang dapat
menyembuhkan sakit gigiku ini, maka aku akan memberikan hadiah yang
sangat besar”.
Prajurit: “ Baik baginda, akan kami laksanakan.....”
(prajurit memberikan pengumuman)
Prajurit: “ Pengumuman...... Pengumuman..
Barang siapa yang dapat menyembuhkan sakit ggi Raja, maka Raja akan
Memberikan hadiah yang sangat besar”.
(rakyat pun mulai mencari berbagai cara maupun mencari obat untuk dapat
menyembuhkan sakit gigi Raja. Namun, tidak ada seorang pun yang dapat
menyembuhkan sakit gigi Raja. Hingga, suatu ada seorang anak yang datang untuk
menghadap kepada Raja. Anak tersebut bernama Popi)
Popi : “Wahai sang Raja, bolehkah aku menyembuhkan sakit gigimu”.
Raja : “Siapa namau anak manis?”.
Popi : “Namaku Popi baginda. Aku tahu bagaimana cara menyembuhkan sakit
gigimu baginda”.
Raja : “Benarkah? Kalau begitu bagaimana caranya nak?”.
Popi : “Begini baginda”.
(Popi pun mengajarkan baginda cara menggosok gigi sambil bernyanyi)
Sok gosok-gosok gosok gigi, gosok gigi
Sok gosok-gosok gosok gigi, gosok gigi
Ambil sikat gigimu, oles pasta gigimu
Mulai gosok gigimu
Gumamkanlah lagumu....emmm.....emmm
“Nah.....begitu baginda. Ayo...baginda harus ikuti aku ya....”
(raja pun mengikuti cara yang diajarkan Popi, dan ajaib setelah itu sakit gigi Raja
langsung hilang)
Raja : “Wah....gigiku sudah tidak sakit lagi....Engkau hebat sekali Popi.
Terimaksih ya Popi”.
116
Popi : “Sama-sama baginda. Nah, ...agar baginda tidak sakit gigi lagi, baginda
harus menggosok gigi sebanyak 2x dalam sehari pagi dan malam hari
ketika mau tidur”.
Raja : “Baiklah anak manis.....Sebagai balasannya apa yang engkau inginkan?”.
Popi : “Tidak ada baginda, aku sudah merasa senang dapat menyembuhkan
baginda”.
Raja : “Wah.....mulia sekali hatimu nak, kalau begitu aku akan mengangkatmu
menjadi anakku dan engkau boleh berkunjung ke istanaku ini kapan pun
yang engkau mau”.
Popi : “Terima kasih baginda. Engkau sangat baik sekali”.
(Nah, sejak saat itu Popi diangkat sebagai anak oleh Raja dan Raja memerintahkan
seluruh rakyatnya untuk selalu menggosok gigi sebanyak 2x dalam sehari).
Selesai
117
PAKAI SEPATU SENDIRI
Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah anak-anak libur semester
pertama. Anak-anak terlihat begitu senang. Mereka belajar bernyanyi, membaca doa,
mewarnai dan lain-lain. Pada hari ini guru mengajarkan lagu “Kring-kring bunyi
sepeda”.
Ibu guru : “Anak-anak ada yang tahu tidak, bagaimana bunyi sepeda?”.
Meli : “Saya tahu bu....bunyinya kring-kring-kring”.
Bejo : “Iya bu guru....seperti sepeda ontel kakekku”.
Ibu guru : “Iya benar semua. Nah hari ini, kita akan belajar menyanyi,
Kring-kring bunyi sepeda”.
(mereka pun ikut bernyanyi)
Kring-kring bunyi sepeda
Sepedaku roda dua
Ku dapat dari ayah, karena rajin bekerja
Tuktuk...tuktuk bunyi sepatu
Sepatuku kulit lembu
Ku dapat dari ibu, karena rajin membantu
Meli : “ Wah.....itu seperti saya bu......Kemarin saya dapat hadiah sepatu
dari ibuku”.
Bejo : “Wah.....asyik dong Mel. Tetapi....kamu bisa tidak memakai sepatu
sendiri Mel?”.
Meli : “Bisa dong.....”.
Bejo : “Bagus dong....Saya kira tidak bisa memakai sepatu sendiri. Nanti....
bisa-bisa pulang sekolahnya ketinggalan terus, seperti si Panjul itu,
(ha....ha...ha.....)”.
Meli : “Ha....ha....iya si Panjul kan belum bisa memakai sepatu sendiri, jadi
selalu menunggu minta dipakaikan oleh ibu guru, jadi pulangnya
118
ketinggalan deh dengan teman-teman yang lain”,
Ibu guru : “Eh....sudah.....sudah tidak boleh mengejek Panjul seperti itu.....
Panjul akan belajar memakai sepatu sendiri. Iya kan Panjul?”.
Panjul : “Em....iya bu guru, Panjul tidak mau lagi ditinggal teman-teman
karena pakai sepatunya terakhir terus”.
Bejo : “Wah....bagus dong. Kalau Panjul sudah bisa memakai sepatu
sendiri, si Panjul tidak ketinggalan lagi pulangnya dan kita bisa
pulang bersama-sama jadi lebih asyik nih
Meli : “Hore...........”.
(anak-anak pun mulai melanjutkan belajarnya kembali bersama ibu guru).
SELESAI
119
DATA SISWA KELOMPOK B2
TK KUNTUM MEKAR 2
TAHUNPELAJARAN 2016/2017
No Nama Siswa Jenis
Kelamin
Tempat/tanggal lahir
1 Ajizan Musaid L B.Lampung, 18 Januari 2011
2 Alfatih Damar Brilian L B.Lampung,28 Desember 2010
3 Aulia Adina Puri P B.Lampung,2 Juli 2011
4 Aurel Juliyana Andina P Muara Dua, 3 Juli 2010
5 Bintang Wira Yudha L B.Lampung, 29 Desember 2010
6 Dara Safira Wahyuni Purwoko P Way Dadi, 20 Juli 2011
7 Elang Mulah Ahmad L B.Lampung,3 Juni 2011
8 Fitri Ardila P B.Lampung,3 Agustus 2011
9 Fakhrii Muhammad Prayudha L Manna,13 Maret 2012
10 Karenina M Ayundya P B.Lampung, 2 Juni 2012
11 Keysha Aprilia P B.Lampung, 2 April 2011
12 Khaisara Medina Azzalea P B.Lampung, 27 September 2010
13 Kirana Zahwa Meylafizza P B.Lampung, 19 September 2011
14 Maulida Febiyani P B.Lampung, 5 Februari 2011
15 Muhammad Fahri Pramudya L B.Lampung 18 September 2010
16
Muhammad Fathin Mu’adz Zaky L B.Lampung, 27 April 2011
17 Muhammad Arif Wibowo L B.Lampung, 11 Juni 2011
18 M. Arkan Marzuki L B.Lampung, 14 Juli 2011
19 Mutiara Dara Calista P B.Lampung, 23 Maret 2011
20 Najah Robiatul Adawiyah P Kota Agung, 20 Maret 2011
21 Shaqila Nafisa Adlina P Way Dadi, 13 Januari 2012
22 Zavas Adli Wiguna L B.Lampung, 26 September 2010
23 Zian Aidan Kadafi L B.Lampung, 18 Mei 2011
24 Zivanda Azkia P B.Lampung, 3 Maret 2011
120