peran gaya kepemimpinan, budaya organisasi dan …
TRANSCRIPT
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
313
PERAN GAYA KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN
SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN TERHADAP
LOYALITAS KARYAWAN PADA CV. HERANI ABADI
SURABAYA
Zam Zamiyah
Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya
ABSTRAK
Peranan Sistem Pengendalian Manajemen sangat signifikan dalam
membentuk loyalitas karyawan tergantung pada gaya kepemimpinan dan budaya
organisasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk meningkatkan pemahaman
mengenai peran gaya kepemimpinan, budaya organisasi dalam sistem pengendalian
manajemen. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian ini merupakan penelitan penjelasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
gaya kepemimpinan, budaya organisasi dan sistem pengendalian manajemen saling
berhubungan satu sama lain dalam membentuk loyalitas karyawan. Jika suatu
perusahaan memiliki gaya kepemimpinan dan budaya organisasi yang baik maka
sistem pengendalian manajemen menjadi efektif. Semakin efektif sistem
pengendalian manajemen yang karyawan akan merasa nyaman dan hal ini dapat
meningkatkan loyalitas karyawan.
Kata Kunci: Kepemimpinan, Budaya Organisasi, Sistem Pengendaian Manajemen,
Loyalitas Karyawan.
ABSTRACT
The role of Management Control Systems is significant shaping loyalty of
employees who depend on the style of leadership and organizational culture. This
study aims to improve understanding of the role of leadership styles, organizational
culture in management control systems. This study uses descriptive qualitative
research. This study is a research explanation. The results showed that the style of
leadership, organizational culture and management control systems are
interconnected to one another in the form of employee loyalty. If a company has a
leadership style and organizational culture is good then becomes effective
management control system. The more effective management control system that
employees will feel comfortable and this can increase employees' loyalty.
Keywords: Leadership, Organizational Culture, Management Control System,
Employee Loyalty.
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
314
PENDAHULUAN
Kepemimpinan yaitu hubungan yang terdapat dalam diri seseorang atau
pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan
tugas untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan (Sutarto, 1998). Organisasi yang
berhasil dalam mencapai tujuan serta mampu memenuhi tanggug jawab sosialnya
akan tergantung pada para pemimpinnya (manajer). Apabila seorang pimpinan
mampu melaksanakan tugas dengan baik, maka sangat mungkin organisasi tersebut
akan mencapai sasarannya. Suatu organisasi membutuhkan seorang pemimpin yang
efektif, yang mempunyai kemampuan mempengaruhi perilaku anggotanya atau anak
buahnya. Jadi, seorang pemimpin akan diakui sebagai seorang pemimpin apabila ia
dapat mempunyai pengaruh dan mampu mengarahkan bawahannya kearah
pencapaian tujuan organisasi.
Agar dapat meningkatkan kinerja dan agar dapat menimbulkan kepuasan
kerja yang tinggi bagi karyawan seorang pemimpin harus melakukan suatu
pembinaan yang sungguh-sungguh terhadap para karyawannya. Karyawan akan
berkesempatan untuk mempelajari perilaku yang tepat untuk behadapan pada
pemimpin mereka ketika seorang pemimpin menunjukkan kepemimpinannya dengan
baik kepada karyawannya (Nurjannah, 2016). Dalam menjalankan sebuah organisasi
dan dalam menjalankan operasional diperusahaan, seorang pemimpin dan karyawan
merupakan elemen yang penting. Sebagai aset perusahaan yang selalu dikendalikan
dan dimonitor seorang karyawan diharapkan mampu menghasilkan prestasi kerja
yang baik dan dapat mencapai tujuan suatu perusahaan. Untuk dapat mewujudkan
tujuan tersebut suatu perusahaan membutuhkan suatu alat pengendali untuk
mengarahkan para karyawan agar bertindak sesuai dengan tujuan yang diharapkan
oleh suatu perusahaan.
Dalam keberhasilan suatu perusahaan perlu adanya peranan seorang
pemimpin, karena keberlangsungan suatu perusahaan dipegang kendali oleh seorang
pimpinannya. Perusahaan dapat berjalan dan berkembang apabila perusahaan
tersebut dikelola oleh seorang pemimpin yang professional. Keberlangsungan dan
kemajuan suatu perusahaan juga membutuhkan sumber daya manusia yang
merupakan aset berharga bagi perusahaan. Oleh karena itu antara pemimpin
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
315
perusahaan dengan karyawan sangat diperlukan hubungan yang baik agar disuatu
perusaan tercipta keharmonisan dan dapat mencapai tujuan perusahaan. Seorang
pemimpin harus mengerti apa yang diinginkan oleh karyawannya, itu merupakan
cara agar dapat memenangkan hati para karyawan. Maka dengan adanya hubungan
baik tersebut, loyalitas karyawan akan muncul dengan sendirinya. Hal ini akan
memberikan suatu dampak positif bagi perusahaan. Maka dari itu loyalitas yang
muncul dalam diri karyawan untuk perusahaan akan berguna untuk menumbuhkan
dan meningkatkan kualitas kerja yang baik oleh karyawan sehingga perusahaan dapat
mencapai tujuannya (Experd, 2009).
Kepemimpinan dipandang sebagai pembawaan seseorang sebagai anugerah
Tuhan. Oleh karena itu orang yang mempunyai sifat-sifat istimewa yang dipandang
sebagai syarat suksesnya seorang pemimpin akan sangat dibutuhkan oleh
perusahaan. Menurut tingkatan ilmiah kepemimpinan dipandang sebagai suatu
fungsi, bukan sebagai kedudukan atau pembawaan pribadi seseorang. Maka
dijadikanlah suatu analisa tentang unsur-unsur dan fungsi yang dapat menjelaskan,
syarat-syarat apa saja yang diperlukan agar pemimpin dapat bekerja secara efektif
dalam situasi yang berbeda-beda. Pandangan baru ini membawa pembahasan besar,
konsep baru tentang kepemimpinan melahirkan peranan baru yang harus dijalankan
oleh seorang pemimpin. Pemimpin memiliki kewajiban sebagai orang yang dapat
membuat suatu rencana, berfikir, mengambil tanggung jawab, menentukan keputusan
serta memberikan arah kepada orang-orang lain. Pada tingkatan pertama pemimpin
merupakan pelatih dan koordinator bagi kelompoknya. Fungsi utamanya yaitu
membantu kelompok untuk belajar memutuskan dan bekerja secara lebih efisien
dalam perannya.
Loyalitas karyawan terhadap pemimpin perusahaan merupakan kesadaran diri
karyawan atas nilai-nilai untuk mengerahkan sumber daya untuk kepentingan suatu
perusahaan (Efferin dan Hartono, 2012). Faktor terpenting untuk memastikan
keberhasilan jangka panjang suatu perusahaan yaitu dengan meningkatkan
penciptaan nilai perilaku dan sikap para karyawan. Seorang pemimpin perlu
menanamkan budaya organisasi yang telah diterapkan oleh perusahaan pada para
karyawannya dan memperlakukan karyawan sebagai bagian dari keluarga agar
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
316
karyawan tersebut menciptakan kepedulian yang lebih terhadap perusahaan. Seorang
pemimpin juga harus mampu memberi motivasi dan kepuasan kerja terhadap
karyawan. Karyawan yang mendapat kepuasan dari pemimpinnya akan menjadi
nyaman dalam bekerja dan dapat menimbulkan sikap loyal ketika karyawan
menganggap dalam perusahaan tersebut mereka dapat berkesempatan untuk tumbuh,
belajar dan mendapatkan jalur karir yang sudah mapan.
Sistem pengendalian juga diperlukan oleh manajemen untuk membantu
memperlancar pencapaian tujuan suatu organisasi. Pada suatu sistem pengendalian
akan berbeda perlakuannya untuk organisasi yang berbeda pula, terutama apabila
dilihat dari budaya organisasi atau perbedaan kultur organisasi yang dipengaruhi oleh
faktor-faktor organisasi, diantaranya : tipe kepemilikan (swasta/pemerintah), size,
sistem pengendalian, profil karyawan dan struktur organisasi. Dalam suatu
perusahaan memiliki budaya yang memiliki pengaruh kuat terhadap anggota
organisasi, dengan demikian budaya tersebut akan mendukung suatu keberhasilan
manajemen dalam menciptakan suatu strategi perusahaan, karena dalam
mengarahkan perilaku anggota organisasi dan untuk mencapai tujuan perusahaan
yaitu dengan meningkatkan koordinasi dan pengendalian suatu perusahaan di
butuhkan budaya perusahaan didalamnya (Hofstede et al, 1990).
Sejalan dengan pertumbuhan tekanan ekonomi, iklim industri, krisis
ekonomi, dan keadaan lingkungan eksternal lain seperti tingkat persaingan
konsumen, distributor, pemasok, pasar, sikap masyarakat dan pemerintah,
pengendalian manajemen menjadi salah satu hal penting dalam penelitian perilaku
organisasi. Hasil dari penelitian-penelitian terdahulu yaitu penelitian Anthony, 1966;
penelitian Miller, 1982; penelitian Govindarajan, 1988; penelitian Simon, 1990;
penelitian Fisher, 1998; penelitian Syafruddin 2001; penelitian Tugiman 2002; dan
penelitian Wasito, 2002 menyatakan bahwa pengendalian manajemen yang
digunakan dalam suatu organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap
peningkatan kinerja didalam perusahaan.
Di tengah ketatnya kondisi persaingan bisnis jasa konstruksi ini, para pelaku
bisnis jasa konstruksi di Indonesia, dalam hal ini yaitu kontraktor jasa konstruksi,
berupaya keras untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaannya. Kualitas yang
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
317
baik akan tercipta apabila terdapat sinergi antara pimpinan, karyawan untuk
memberikan pelayanan terbaik bagi konsumennya. Hal ini akan terwujud apabila
CV.Herani Abadi menciptakan iklim, suasana kerja dan budaya organisasi yang
kondusif.
Sejauh ini pemimpin dari CV.Herani Abadi memiliki gaya kepemimpinan
yang otoriter yaitu gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan
yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan
tanggung jawab dipegang oleh pimpinan CV.Herani Abadi, sedangkan para
bawahannya hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan oleh pimpinan. Dingin
dan sedikit kejam merupakan kelemahan dari pemimpin dengan kepribadian otoriter
ini. Mereka hanya mementingkan tujuan sehingga tidak pernah peduli dengan cara.
Makan atau dimakan merupakan prinsip hidupnya. CV. Herani juga belum lagi
memiliki budaya organisasi yang khas yang akan di jadikan pedoman dan arahan
untuk ditaati dalam mencapai tujuan organisasi. Namun secara informal telah muncul
budaya-budaya dalam organisasi tersebut, seperti sikap kurang menghargai rekan
kerja ataupun pimpinan, dan kurang disiplin. Kondisi ini mengakibatkan kinerja
karyawan tidak optimal, seperti pekerjaan tidak selesai tepat waktu dan kualitas
pekerjaan yang kurang memenuhi standar, sehingga menimbulkan banyak keluhan
bagi kliennya.
Dari fenomena yang telah dijelaskan di atas, peneliti ingin melakukan penelitian
dengan judul “PERAN GAYA KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI, DAN
SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN TERHADAP LOYALITAS
KARYAWAN”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk meneliti.
“Bagaimana peranan gaya kepemimpinan, budaya organisasi dan sistem
pengendalian manajeman yang ada di CV.Herani Abadi dalam mewujudkan loyalitas
karyawan”
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk meningkatkan pemahaman mengenai peran gaya
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
318
kepemimpinan, budaya organisasi dan sistem pengendalian manajemen terhadap
loyalitas karyawan yang ada di CV. Herani Abadi.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi pihak CV.Herani Abadi
sehingga memahami bagaimana menerapkan gaya kepemimpinan, budaya organisasi
dan sistem pengendalian manajemen yang baik dan dapat menerapkan gaya
kepemimpinan, budaya organisasi dan sistem pengendalian manajemen yang selama
ini dilakukan dengan karyawan agar lebih baik lagi.
KAJIAN PUSTAKA
Gaya Kepemimpinan
Kartono (2003) kepemimpinan merupakan suatu kegiatan atau seni
mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan
orang tersebut untuk membimbing orang lain untuk mencapai tujuan-tujuan yang
diinginkan suatu kelompok. Organisasi yang berhasil dalam mencapai tujuannya
serta mampu memenuhi tanggung jawab sosialnya akan sangat tergantung pada para
pimpinannya (manajer). Apabila seorang pemimpin mampu melaksanakan tugas-
tugasnya dengan baik, maka sangat mungkin organisasi tersebut akan dapat
mencapai pada. Oleh karena itu suatu organisasi membutuhkan pemimpin yang
efektif, yang memiliki kemampuan mempengaruhi perilaku anggotanya atau anak
buahnya. Jadi, seorang pemimpin akan diakui sebagai seorang pemimpin apabila
seorang pemimpin tersebut mempunyai pengaruh dan mampu mengarahkan
bawahannya ke arah pencapaian tujuan organisasi.
Robbin (2006) menyatakan kepemimpinan merupakan kemampuan untuk
mempengaruhi kelompok menuju pencapaian sasaran. Siagian (2002) berpendapat
kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain
dalam hal ini yaitu para bawahannya sedemikian rupa sehingga orang lain itu akan
melakukan kehendak pemimpin meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak
disenangi. Sedangkan Yukl (2001) menyatakan kepemimpinan yaitu suatu proses
untuk mempengaruhi orang lain, memahami dan setuju dengan apa yang perlu
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
319
dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif, serta proses untuk
memfasilitasi upaya individu dan kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Syarat utama untuk memelihara komitmen organisasi yaitu peran seorang
pemimpin dengan kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan dengan cara itu dapat
membantu suatu organisasi untuk batahan dalam situasi apapun di masa yang akan
datang (Mowday et. al., 1974). Kepemimpinan yaitu suatu usaha dengan
menggunakan pengaruh agar dapat memotivasi individu dalam mencapai beberapa
tujuan perusahaan (Gibson et.al, 2006). Dalam menjalankan tugas sebagai pemimpin,
terdapat tiga pola gaya kepemimpinan yaitu pemimpin yang mementingkan
pelaksanaan tugas, yang mementingkan hubungan kerjasama, dan yang
mementingkan hasil yang dapat dicapai (Rivai, 2004).
Rivai (2004) menyatakan gaya kepemimpinan yaitu suatu pola menyeluruh
dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh
karyawannya. Gaya kepemimpinan menggambarkan sifat, sikap dan keterampilan
yang mendasari perilaku seseorang. Gaya kepemimpinan akan menunjukkan secara
langsung maupun tidak langsung tentang keyakinan seorang karyawan terhadap
kemampuan atasannya. Dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan yaitu suatu
strategi atau perilaku, sebagai hasil kombinasi dari sifat, sikap, dan keterampilan
yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika pemimpin tersebut mencoba
mempengaruhi kinerja bawahannya.
Gaya kepemimpinan yaitu suatu pola perilaku yang dirancang untuk
memadukan kepentingan-kepentingan organisasi dan personalia guna mengejar
beberapa sasaran (Flippo, 1994). Thoha (1983) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa gaya kepemimpinan yaitu norma perilaku yang digunakan oleh seseorang
pada saat seseorang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti
yang dilihat. Sehingga persepsi antara orang yang akan mempengaruhi perilaku
dengan orang yang perilakunya akan dipengaruhi akan menjadi amat penting
kedudukannya.
Dalam teori jalur tujuan (path goal theory) menyatakan suatu pemimpin
mendorong kinerja yang lebih tinggi dengan cara memberikan kegiatan-kegiatan
yang mempengaruhi bawahannya agar percaya bahwa hasil berharga yang
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
320
didapatkan akan bisa dicapai dengan usaha serius (House, 1971). Tingkat kinerja dan
kepuasan bawahan akan tinggi apabila kepemimpinan yang diterapkan berlaku secara
menyeluruh. Didalam teori jalur tujuan ini (path goal theory) juga menggambarkan
bagaimana persepsi harapan dipengaruhi oleh hubungan kontijensi diantara empat
gaya kepemimpinan dan berbagai sikap dan perilaku karyawan. Perilaku pemimpin
memberikan motivasi sampai tingkat (1) mengurangi halangan jalan yang
mengganggu keberhasilan tujuan, (2) memberikan panduan serta dukungan yang
dibutuhkan (3) memberikan penghargaan yang berarti terhadap keberhasilan tujuan.
Selain itu House (1971) menyatakan seorang pemimpin dapat menunjukkan lebih
dari satu gaya kepemimpinan, dan mengidentifikasikan empat gaya kepemimpinan,
yaitu:
1. Kepemimpinan yang mengarahkan (kepemimpinan direktif).
Kepemimpinan ini memberikan cara kepada para karyawan mengenai apa saja
yang seharusnya dilakukan dan bagaimana cara melakukannya, menjadwalkan
pekerjaan, dan mempertahankan standar kerja.
2. Kepemimpinan Supportive.
Kepemimpinan ini menunjukkan kepedulian terhadap kesejahteraan dan
kebutuhan yang dibutuhkan oleh karyawan, sikap ramah dan dapat didekati, serta
meperlakukan para karyawan seperti keluarga sendiri.
3. Kepemimpinan Partisipatif.
Kepemimpinan ini menunjukkan sikap berkonsultasi dengan karyawan dan secara
serius mempertimbangkan gagasan mereka pada saat mengambil suatu keputusan.
4. Kepemimpinan yang berorientasi pada pencapaian (kepemimpinan prestasi).
Kepemimpinan ini mendorong karyawan untuk berprestasi pada tingkat tertinggi
mereka dengan menetapkan tujuan yang menantang, menekankan pada
kesempurnaan, dan memperlihatkan kepercayaan diri atas kemampuan karyawan.
Dengan mempergunakan salah satu dari empat gaya tersebut di atas, pemimpin
berusaha mempengaruhi persepsi bawahannya dan memotivasinya, dengan cara
mengarahkan mereka pada kejelasan tugas-tugasnya, pencapaian tujuan, kepuasan
kerja, dan pelaksanaan kerja yang efektif
5. Kepemimpinan Otoriter.
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
321
Kepemimpinan ini merupakan gaya pemimpin yang memusatkan segala
keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala
pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh pemimpin tersebut,
sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.
6. Kepemimpinan Demokratis.
Kepemimpinan ini merupakan gaya pemimpin yang memberikan wewenang
secara luas kepada para bawahan. Jika terjadi suatu permasalahan selalu
mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya
kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas
dan tanggung jawab para bawahannya.
7. Kepemimpinan Bebas.
Kepemimpinan ini hanya terlibat dalam kuantitas yang kecil di mana para
bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang
dihadapi.
Budaya Organisasi
Wood et. al., (2001) menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan sistem
yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu
menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri. Schein (1992) budaya
organisasi yaitu pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan
memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan
lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Maka dari itu harus
diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar
dalam mengkaji, berpikir serta merasakan masalah yang dihadapi.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
budaya organisasi dalam penelitian ini yaitu suatu sistem nilai organisasi yang dianut
oleh anggota organisasi, yang kemudian mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku
dari para anggota organisasi.
Sistem Pengendalian Manajemen
Pengendalian manajemen yaitu suatu proses dimana manajemen atau bagian
yang mempunyai kewenangan untuk menggerakkan perusahaan mempengaruhi
anggotanya untuk mencapai tujuan perusahaan. Pada dasarnya sistem pengendalian
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
322
manajemen ini merupakan alat bagi manajemen untuk membangun masa depan
perusahaan. Dalam menjalankan sejumlah aktivitas untuk memulai kegiatannya
setiap entitas perusahaan melakukan proses perencanaan untuk mencapai tujuannya.
Tujuan perusahaan dapat selaras dengan tujuan pribadi seseorang namun bisa juga
tidak selaras. Akibat dari ketidakselarasan tujuan ini yang membuat tujuan suatu
perusahaan atau tujuan pribadi seseorang tidak dapat tercapai. Dengan adanya sistem
pengendalian manajemen yang baik inilah merupakan suatu cara untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
Ada 2 benntuk sistem pengendalian manajemen yaitu antara lain system
formal dan system informal, (1) sistem formal yaitu sistem yang lebih terstruktur
dimana sistem formal memperjelas struktur, kebijakan dan prosedur yang harus
diikuti oleh anggota organisasi. Pendokumentasian dengan struktur, kebijakan dan
prosedur secara formal ini akan membantu anggota organisasi dalam menjalankan
tugas-tugasnya. (2) sistem informal yaitu sistem yang lebih berdimensi, hubungan
antar pribadi yang tidak ditunjukkan dalam struktur formal, bersifat lebih fleksibel
sesuai dengan kebutuhan.
Pengendalian manajemen tidak berarti bahwa setiap tindakan harus sama
dengan rencana yang ditetapkan. Pada prosesnya bisa saja berubah karena adanya
perbedaan waktu antara rencana dengan kegiatan. Tujuan pengendalian manajemen
yaitu untuk menjamin bahwa strategi yang dijalankan telah sesuai dengan tujuan
organisasi yang diharapkan. Sistem pengendalian manajemen mempunyai ciri
penting, diantaranya : (1) sistem pengendalian manajemen digunakan untuk
mengendalikan seluruh organisasi, termasuk pengendalian terhadap seluruh sumber
daya yang akan digunakan, baik manusia, teknologi, dan hasil yang diperoleh
organisasi, sehingga proses pencapaian tujuan organisasi dapat berjalan lancar. (2)
pengendalian manajemen bertolak dari strategi dan teknik evaluasi yang berintegrasi
dan menyeluruh, serta kurang perhitungan yang pasti dalam mengevaluasi sesuatu.
(3) pengendalian manajemen lebih berorientasi pada manusia, karena pengendalian
manajemen lebih ditujukan untuk membantu manajer dalam mencapai strategi
organisasi dan bukan untuk memperbaiki detail (Anthony dan Reece, 1989).
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
323
Maka dari itu dalam pengendalian manajemen, peranan pertimbangan-
pertimbangan psikologis lebih dominan. Berdasarkan ciri-ciri diatas, dapat diketahui
berusaha mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien merupakan tugas
terpenting dari manajemen melalui pengendalian manajemen.
Loyaitas Karyawan
Oxford Dictionary loyalitas karyawan merupakan mutu dari sikap setia,
sedangkan loyal didefinisikan sebagai tindakan memberi atau menunjukkan
dukungan dan kepatuhan yang teguh dan konstan kepada seseorang atau institusi.
Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional. Agar bisa mendapatkan
sikap loyal dari seseorang, ada banyak faktor yang memengaruhinya. Sikap loyal
seseorang dapat diterapkan oleh setiap orang dalam berbagai hal. Setiap perusahaan
pasti akan menginginkan adanya sikap loyal pada karyawan mereka. Pengertian
loyalitas karyawan tidak jauh berbeda dengan pengertian loyalitas secara umum.
Dalam pengertian loyalitas karyawan, kesetiaan merupaka poin utama yang dapat
diberikan karyawan kepada perusahaan tempatnya bekerja. Namun, pengertian
loyalitas karyawan kadang masih disalahartikan oleh beberapa orang, baik oleh pihak
karyawan, manajemen, maupun oleh pimpinan perusahaan.
Seringkali orang-orang menyangkut pautkan pengertian loyalitas dengan
seberapa lama dan banyaknya waktu serta tenaga yang dicurahkan oleh seorang
karyawan untuk bekerja tanpa mengharapkan imbalan apapun dari perusahaan
tempatnya bekerja. Padahal pada kenyataannya, banyak karyawan yang bertahan di
suatu perusahaan hanya karena gaji atau bonus yang diterimanya. Pengertian
loyalitas merupakan kesetiaan yang semestinya dilakukan dalam berbagai kondisi
tanpa syarat dan tanpa mengharapkan adanya balasan. Loyalitas merupakan suatu
kondisi psikologis yang mengikat karyawan dan perusahaannya, karenanya
pengertian loyalitas karyawan bukan hanya sekadar kesetiaan fisik yang tercermin
dari seberapa lama seseorang berada di dalam organisasi, namun dapat dilihat dari
seberapa besar pikiran, perhatian, gagasan, serta dedikasinya tercurah sepenuhnya
kepada perusahaan tersebut.
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
324
METODE PENELITIAN
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian
ini merupakan penelitan penjelasan (explanatory research). Deskriptif kualitatif
merupakan penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk
kata-kata dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil
wawancara antara peneliti dan informan.
Informan
Informan penelitian merupakan orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Informan yaitu orang
yang benar-benar mengetahui permasalahan yang akan diteliti (Milman, 2009).
Informan yang di pilih dalam penelitian ini yaitu general manajer sekaligus pendiri
dari CV.Herani Abadi.
Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu data primer. Yaitu
merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Diperoleh melalui
pengamatan berpartisipasi, wawancara mendalam dengan para informan,
dokumentasi dan observasi. Wawancara dilakukan melalui tatap muka secara
langsung dengan informan dan dengan menggunakan metode semi structured
interview. Peneliti juga melakukan observasi langsung ke tempat yang menjadi objek
penelitian yaitu CV.Herani Abadi. Observasi dilakukan dengan menggunakan
metode non-participant observation, karena peneliti hanya mengamati dari dekat dan
melihat langsung aktivitas yang terjadi sehari-hari di CV.Herani Abadi tanpa terlibat
dalam kegiatannya. Peneliti juga melakukan analisis dokumen yang bertujuan untuk
mendapatkan data-data yang digunakan sebagai pendukung bahan analisis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Badan Usaha
Pak Ismoko adalah general manajer sekaligus pendiri CV.Herani Abadi. Pak
Ismoko pemegang kekuasaan tertinggi dalam perusahaan. CV.Herani Abadi adalah
perusahaan swasta nasional berbadan hukum, semenjak tahun 1990 telah ikut
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
325
berperan di bidang usaha jasa pelaksanaan konstruksi (kontraktor). Dengan
kapabilitas, pengalaman perusahaan, didukung oleh tenaga ahli dari berbagai
disiplin ilmu serta kepercayaan dari para pemberi pekerjaan, telah menjadi modal
utama perusahaan dalam menghasilkan hasil pekerjaan yang tepat guna, tepat
waktu dan tepat kualitas, sehingga didalam perkembangannya telah bayak
mendapat kepercayaan untuk mengerjakan proyek-proyek berskala besar, baik dari
pihak perusahaan swasta nasional maupun pihak pemerintah.
Gaya Kepemimpinan Pemimpin CV. Herani Abadi
Kepemimpinan yang dimiliki oleh Pak Ismoko dalam menjalankan
perusahannya untuk memimpin para anggotanya dengan menerapkan gaya
kepemimpinan yang suportif dan memiliki kepemimpinan yang otoriter. Pak
Ismoko menerapkan karakteristik kepemimpinan suportif yang dimilikinya yaitu
dengan meningkatkan motivasi para karyawan dan mengarahkan karyawan untuk
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik sehingga para karyawan dapat
memenuhi target yang telah ditentukan. Pak Ismoko memberikan imbalan yang
sesuai dan memberi bonus, tunjangan-tunjangan bagi karyawan yang mengerjakan
sesuai dengan usaha-usaha yang dilakukan. Dengan ini karyawan akan lebih
bersemangat untuk menciptakan tujuan yang diinginkan. Maka dengan sendirinya
akan menciptakan hubungan yang selaras antara bawahan dengan atasannya dan
dengan organisasinya. Pak Ismoko menerapkan karakteristik kepemimpinan
suportif yaitu memiliki sikap idealis dan sikap optimis yang tinggi. Pak Ismoko
memiliki pemikiran yang positif dan mempunyai keyakinan terhadap keadaan
yang lebih baik di masa yang akan datang. Pak Ismoko memiliki harapan yang
tinggi untuk mencapai tujuannya sehingga Pak Ismoko selalu memberikan
dorongan kepada para karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan
memberikan motivasi kepada para karyawan. Sehingga para karyawan akan
terpacu dalam melakukan pekerjaan yang lebih baik dengan dorongan yang
diberikan oleh Pak Ismoko.
Pak Ismoko juga memiliki kepemimpinan bersifat otoriter. Yaitu pemimpin
yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri
secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh Pak
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
326
Ismoko, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.
Pak Ismoko memiliki kekuasaan yang mutlak atas karyawan. Pak Ismoko hanya
menerapkan pola komunikasi satu arah. Pak Ismoko lebih banyak bicara sedangkan
karyawannya lebih banyak mendengarkan dan mengikutinya.
Sistem Pengendalian Manajemen di CV. Herani Abadi
CV. Herani yang menjadi objek penelitian ini bergerak di bidang jasa
kontruksi. Jadi aktivitas utama dan sumber pendapatan utama dari CV.Herani
Abadi ini yaitu pembangunan proyek. CV. Herani menerapkan pengendalian
informal (pengendalian budaya organisasi) dan pengendalian formal (pengendalian
hasil dan proses) dalam mengawasi dan mengendalikan para karyawan untuk
bekerja sesuai yang diinginkan, untuk mencapai tujuan CV.Herani Abadi.
1. Pengendalian Budaya Organisasi CV. Herani Abadi
Dalam pengendalian budaya organisasinya CV. Herani belum memiliki
budaya organisasi yang khas yang akan dijadikan pedoman dan arahan untuk di
taati dalam mencapai tujuan organisasi. Namun secara informal telah muncul
budaya-budaya dalam organisasi tersebut seperti sikap kurang menghargai rekan
kerja, dan kurang disiplin. Kondisi ini mengakibatkan kinerja karyawan tidak
optimal, seperti pekerjaan tidak selesai tepat waktu sehingga menimbulkan
keluhan bagi kliennya.
Namun untuk pembagian wewenang telah ditetapkan oleh Pak Ismoko,
untuk bagian administrasi, bagian mandor dan bagian tukang. Pembagian
wewenang ini telah ditetapkan dan telah diberi tugas sesuai dengan masing-
masing bagian yang di tetapkan.
2. Pengendalian Hasil CV. Herani Abadi
Pengendalian hasil di CV. Herani Abadi ini mengendalikan pada hasil
proyek. Dalam setahun CV. Herani mampu mengerjakan proyek kurang lebih 3
sampai 4 proyek. Jumlah penetapan karyawan setiap proyek berbeda-beda
tergantung pada klasifikasi proyek kecil, menengah atau besar. Setiap karyawan
yang hasil kerjanya maksimal maka akan ada intensif yang di berikan kepada
karyawan tersebut berupa penghargaan atas kerja keras karyawan, yang biasa
dibentukkan sebagai komisi kepada karyawan.
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
327
3. Pengendalian Proses CV.Herani Abadi
Pengendalian proses di CV.Herani ini menerapkan standard operating
prosedures. CV.Herani Abadi mendorong karyawan untuk patuh terhadap
organisasi dalam melaksanakan tugas-tugasnya dengan menggunakan standard
operating prosedures. Standard operating prosedures merupakan intruksi kerja
yang terstandarisasi yang sedang bertugas melakukan pekerjaan proyek.
Tujuannya yaitu membantu pekerjaan menjadi lebih terstruktur dan lebih disiplin.
Bebepara Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Karyawan
1. Kompensasi
Kompensasi diberikan secara langsung yaitu berupa gaji, bonus, tunjangan
maupun insentif. Dengan memberikan kompensasi kepada karyawan merupakan
suatu cara yang paling efektif bagi perusahaan guna meningkatkan motivasi
kerja, prestasi kerja dan kepuasan kerja karyawan serta merupakan salah satu
faktor penting yang mendorong sikap loyalitas karyawan terhadap perusahaan.
2. Hubungan dengan Rekan Kerja
Kepedulian antar karyawan sangat kuat, dapat dilihat dari kerjasama yang
baik antar karyawan dengan saling membantu antar karyawan satu dengan
karyawan yang lain ketika mereka kesulitan dalam melakukan pekerjaannya.
Dengan kerjasama yang solid dari para karyawan maka akan tercapai target kerja
yang maksimal. Hal ini menunjukan bahwa pentingnya menjaga hubungan yang
baik dengan rekan sesama kerja.
3. Suasana Kerja
Karyawan akan bekerja dengan lebih baik apabila suasana kerja yang
dirasakan nyaman, suasana kerja yang nyaman akan menjadi acuan bagi
karyawan. Loyalitas karyawan juga dapat dipengaruhi oleh suasana kerja yang
menyenangkan Hal ini menunjukan bahwa pentingnya suasana kerja yang
mendukung karyawan agar dapat bekerja secara optimal.
4. Tersedianya Fasilitas Kerja
Fasilitas kerja sangat mempengaruhi pada kinerja karyawan. Semakin
lengkapnya fasilitas maka karyawan akan lebih nyaman dan akan cenderung
memiliki loyalitas terhadap perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa fasilitas kerja
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
328
yang memadai penting untuk menunjang semua pekerjaan agar dapat
memperoleh output yang sesuai dengan apa yang diharapkan.
5. Gaya Kepemimpinan
Kualitas pemimpin yang dapat dilihat dari gaya kepemimipinannya akan
mempengaruhi baik buruknya dan tercapainya tujuan yang di inginkan oleh suatu
perusahaan.
Dalam menciptakan kelangsungan dan kesuksesan suatu perusahaan sangat
dibutuhkan kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan mempunyai peranan
yang sangat penting, karena dengan keberhasilan seorang pemimpin perusahaan
dalam menggerakkan karyawan akan menciptakan loyalitas anggotanya.
Gaya Kepemimpinan terhadap Loyalitas Karyawan
Pemimpin mempunyai peranan yang sangat penting bagi kesuksesan suatu
perusahaan. Karena dengan gaya kepemimpinan yang baik maka karyawan akan
nyaman dan loyal kepada perusahaan. Kepemimpinan yang mengarahkan,
memberikan panduan kepada para karyawan mengenai apa yang seharusnya
dilakukan dan bagaimana cara melakukannya, menjadwalkan pekerjaan, dan
mempertahankan standar kerja, kepemimpinan yang mendukung, menunjukkan
kepedulian terhadap kesejahteraan dan kebutuhan para karyawannya, sikap ramah
dan dapat didekati, serta meperlakukan para karyawan sebagai orang yang setara
dengan dirinya merupakan kepemimpinan yang baik yang akan membawa
perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Sistem Pengendalian Manajemen terhadap Loyalitas Karyawan
1. Pengendalian Budaya
Loyalitas karyawan akan muncul dengan sendirinya seiring dengan
pengendalian budaya yang diterapkan oleh perusahaan. Untuk membangun rasa
kekeluargaan, kedekatan antara atasan dan anggota sangat penting sehingga akan
membuat karyawan merasa menjadi bagian dari perusahaan. Sikap loyalitas dari
karyawan kepada atasan juga akan muncul dengan sendirinya ketika atasan
tersebut dapat bergaul dengan karyawannya. Sikap atasan yang seperti itulah akan
dapat mempererat hubungan dengan karyawannya. Ini merupakan suatu strategi
untuk mengikat karyawan yang bekerja dalam perusahaan.
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
329
Budaya organisasi yang ditransmisikan oleh seorang pemimpin pada
perusahaan kepada anggotanya dapat berpengaruh kuat pada kinerja karyawan.
Budaya organisasi saling menghargai antar atasan atau rekan kerja, kedisiplinan
waktu datang saat bekerja maupun penetapan waktu hasil jadi proyek harus
ditanamkan kepada karyawan agar kinerja perusahaan dapat berjalan dengan
efektif. Menanamkan budaya organisasi yang ada kepada karyawan dan
menjadikan karyawan menjadi bagian dari keluarga inilah yang menjadi tugas
seorang pemimpin sehingga akan meningkatkan loyalitas karyawan dan dapat
mencapai tujuan suatu perusahaan.
2. Pengendalian Hasil
Sebagai seorang pemimpin, pemimpin tidak boleh lepas tangan dan tidak
boleh menjadikan suatu beban terhadap anggotanya, hal ini yang dapat
menentukan target perusahaan yang akan dicapi. Sikap kepemimpinan suportif
sangat diperlukan untuk mendorong motivasi karyawan. Motivasi dan adanya
penghargaan yang diberikan pemimpin kepada karyawan akan berdampak baik
pada kinerja karyawan. Karena karyawan akan merasa puas dengan penghargaan
yang diterimanya atas hasil pekerjaan yang selama ini dikerjakan
3. Pengendalian Proses
Agar karyawan dapat patuh terhadap organisasi yang diterapkan oleh suatu
perusahaan pengendalian proses yang dilakukan yaitu dengan menggunakan
standard operating produres. Standard operating procedures merupakan suatu
prosedur atau bias disebut suatu aturan yang berlaku untuk mempermudah
karyawan menjalankan tugas-tugasnya, sehingga karyawan akan menjalankan
tugas-tugasnya tanpa ada rasa ragu-ragu. Tujuan perusahaan membuat standard
operating prosedures untuk mempermudah kinerja karyawan dan dapat menjadi
alat pengendali untuk menilai suatu kinerja karyawan dari proses pekerjaan yang
talah mereka kerjakan. Apabila sikap loyalitas kepada perusahaan sudah tumbuh
pada diri karyawan maka dengan sendirinya karyawan tersebut akan patuh
terhadap penetapan standard operating prsedures.
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
330
SIMPULAN
Loyalitas karyawan tidak akan muncul dengan sendirinya, namun diperlukan
perananan seorang pemimpin, budaya organisasi dan sistem pengendalian
manajemen yang baik untuk meningkatkan loyalitas karyawan tersebut. Nilai-nilai
budaya organisasi yang ditanamkan oleh pimpinan menjadi alat pengendali bagi para
karyawan di suatu perusahaan, karena semakin baik dan kuat budaya organisasi yang
ditanamkan oleh perusahaan maka peraturan yang dibutuhkan pun juga akan semakin
sedikit.
Kepemimpinan, budaya organisasi dan sistem pengendalian manajemen
memiliki hubungan satu sama lain, apabila suatu kepemimpinan dan budaya
organisasi baik maka akan menjadikan sistem pengendalian manajemen menjadi
efektif dan efisien. Apabila sistem pengendalian manajemen sudah efektif dan efisien
maka para karyawan akan nyaman dalam melakukan pekerjaannya dan hal tersebut
dapat meningkatkan loyalitas para karyawan. Jadi untuk meningkatkan loyalitas
karyawan perusahaan harus menyeimbangkan antara kepemimpinan yang baik,
budaya organisasi yang baik dan sistem pengendalian yang efektif. Karena loyalitas
karyawan sangat penting dan sangat berpengaruh bagi kemajuan dan keberhasilan
suatu perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony. 1966. “Management Planning dan Control Systems : A Framework for
Analysis“ Harvard Business Scholl Press.
Anthony dan Reece, J.S. 1989. “Accounting, Text, and Cases.“ 8th ed. Romewood,
Richard D. Irwin.
Efferin, Sujoko dan Hartono. 2012. “Management Control and Leadership Styles in
Family Business.“ Papper presented at the 3rd GAOC coference. Sunway
University, Malaysia.
Fisher. 1998. “Contingency Theory, Management Control Systems dan Firm
Outcomes : Past Results dan Future Directions.“ Behavioral Research in
Accounting (10): 47-64.
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
331
Filippo, Edwin, B. 1994. Manajemen Personalia. Terjemahan oleh Moh.Masud. Edisi
keenam. Erlangga, Jakarta
Gibson et al. 1996. Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses jilid 1 dan jilid 2.
Tangerang: Binarupa Aksara
Govindarajan. 1988. “A Contingency Approach to Strategy Implementation at the
Business-Unit Level : Integrating Administrative Mechanisms with Strategy.“
Academy of Management Journal 31(4): 828-851.
Hofstede, G., B et al. 1990. “Measuring Organizational Cultures : A Qualitative dan
Quantitative Study Across Twenty Cases.“ Administrative Science Quarterly
(35): 286-316.
House, R.J. 1971. “A Path Goal Theory of Leader Effectiveness.“ Administrative
Science Quarterly 321-338
Kartono. 2003. “Pemimpin Dan Kepemimpinan.“ Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada
Miller, D. dan P. Friesen. 1982. “Innovation in Concervative dan Entrepreneurial
Firms: Two Models of Strategic Momentum.“ Strategic Management Journal
(3): 1-25.
Milman. 2010. Pengertian Kemampuan. blogspot.com/pengertian kemampuan.html
Mowday et al. 1974. “Unit Performance, Situational Factor, and Employee Attitudes
in Spatially Separated Work Units”. Organizational Behavior and Human
Performance 231-248.
Nurjanah et. al., 2016. Panduan Pelatihan UKM. Inamedia. Bandung.
Rivai, V. dan Basri. 2004. “Sistem Yang Tepat Untuk Menilai Kinerja Karyawan dan
Daya Saing Perusahaan.“ Prenada Media. Jakarta.
Robbins, P Stephen. 2006. Diterjemakan oleh Tim Index. Prilaku Organisasi.
2 (10) Jakarta: Gramedia.
Schein. 1992. ”Organizational Culture and Leadership.” Jossey Bass, San Francisco.
Siagian. 2002. “Management Sumber Daya Manusia.“ Jakarta: PT Bumi Aksara
Simons. 1990. “The Role of Management Control Systems in Creating Comperative
Advantage : New Perspectives.“ Accounting, Organizations dan Society
15(1): 127-143.
Sutarto. 1998. “Dasar-Dasar Kepemimpinan Administrasi.“ Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)
332
Syafruddin, M. 2001. “Pengaruh Moderasi Dinamika Lingkungan Sistem Kontrol
Akuntansi dan Kinerja Perusahaan.” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 4(1):
99-110.
Thoha. 1983. Perilaku Organisasi, Rajawali, Jakarta.
Tugiman, H. 2002. “Pangaruh Auditor Internal dan Faktor-Faktor Pendukungnya
Terhadap Peningkatan Pengendalian Internal serta Kinerja Perusahaan.”
Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia 6(1): 33-48.
Wasito dan I. Ghozali. 2002. “Pengaruh Sistem Pengendalian Terhadap Prestasi
Kerja: Uji Langsung dan Uji Tidak Langsung.“ Jurnal Ekonomi dan Bisnis
8(2): 147-172.
Wood et al. 2001. “Organizational Behaviour: A Global perspective 2nd Edition.“
Australia: John Wiley and Sons Australia, Ltd.
Yulk. 2001. “Leadership in Organization.“ New Jersey: Prentice-Hall,In