penyidikan terhadap pelaku tindak pidana minuman keras

Upload: zainal-arifin-bg

Post on 04-Apr-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    1/65

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang.

    Kepolisian Negara Republik Indonesia, adalah salah satu institusi

    pemerintah yang bertugas sebagai ujung tombak penegakan hukum di

    Indonesia. Tugas yang diemban ini tidaklah ringan karena akan

    berhadapan dengan masyarakat.

    Penegakan hukum, bukan saja masyarakat harus sadar hukum dan

    taat hukum, tetapi lebih bermakna pada pelaksanaan hukum sebagaimana

    mestinya dan bagi yang melanggar harus pula ditindak menurut prosedur

    dan ketentuan hukum yang berlaku.

    Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

    Indonesia, bila dikaji secara mendalam ternyata berisi harapan-harapan,

    yang diarahkan pada hal-hal sebagai berikut :

    (1) Terwujudnya aparatur kepolisian yang mandiri, berkualitas dan

    profesional.

    (2) Terlaksana tugas dan tanggung jawab kepolisian dengan baik,

    benar dan berkualitas, dengan mengedepankan keadilan, kepolisian

    hukum dan hak-hak azasi manusia.

    1

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    2/65

    (3) Terwujudnya ketertiban, keamanan, kedamaian dalam

    masyarakat, melalui peningkatan kesadaran hukum, ketaatan terhadap

    hukum dan penegakan hukum sebagaimana mestinya.

    Hukum sebagai suatu bentuk peraturan yang bersifat mengikat setiap

    tingkah laku masyarakat, memerlukan suatu kepedulian masyarakat agar

    setiap tingkah laku dan perbuatan baik dalam suatu badan organisasi,

    pemerintahan, maupun dalam kehidupan sehari-hari hendaknya setiap

    tingkah laku selalu dibatasi oleh suatu aturan agar tercipta suatu

    keamanan dan ketertiban.

    Polisi sebagai penegak hukum yang bertugas memelihara ketertiban

    dan menjamin keamanan umum, memelihara keselamatan negara serta

    memelihara keselamatan orang, benda dan masyarakat termasuk memberi

    perlindungan dan pertolongan dan memberi serta mengusahakan ketaatan

    warga negara dan masyarakat terhadap segala bentuk-bentuk peraturan.

    Hasil observasi awal penulis menemukan bahwa di Polsek

    Watubangga dalam melaksanakan penyidikan terhadap pelaku tindak

    pidana minuman keras, banyak menemui permasalahan-permasalahan,

    baik permasalahan dari segi personil penyidik yang ada di Polsek

    Watubangga yang masih kurang, pelaksanaan penyidikan terhadap pelaku

    tindak pidana minuman keras yang sering menghilangkan barang bukti

    penyidikan.

    2

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    3/65

    Kecamatan Watubangga Kabupaten Kolaka sebagai suatu daerah

    yang sedang membangun untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

    agar dapat menjadi suatu daerah kecamatan yang didambakan oleh setiap

    warga masyarakat, memerlukan suatu bentuk penanganan yang serius

    dari penegak hukum, agar kesadaran hukum masyarakat terhadap segala

    bentuk kejahatan yang dapat menghambat pembangunan agar diatasi,

    karena pembangunan tidak bisa berjalan dengan baik apabila masyarakat

    dan penegak hukum tidak berdampingan.

    Oleh karena itu polisi bertujuan untuk mengayomi masyarakat,

    hendaknya dapat melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

    yang telah ditetapkan dalam undang-undang, agar pelaksanaan tugas

    kepolisian tidak menyimpang sehingga masyarakat tidak selalu

    menyalahkan petugas kepolisian apabila ada hal-hal yang sifatnya berada

    diluar dari fungsi dan wewenang polisi itu sendiri.

    Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis melakukan

    pengkajian secara ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul

    Pelaksanaan Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman

    Keras ( Studi Kasus di Polsek Watubangga Kabupaten Kolaka ).

    3

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    4/65

    1.2. Rumusan Masalah.

    Permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah

    sebagai berikut :

    1. Bagaimanakah pelaksanaan penyidikan terhadap pelaku tindak pidana

    minuman keras di Polsek Watubangga Kabupaten Kolaka ?

    2. Hambatan-hambatan apakah yang dialami oleh Polsek Watubangga

    dalam pelaksanaan penyidikan terhadap tindak pidana minuman keras?

    3. Upaya-upaya apakah yang dilakukan Polsek Watubangga untuk

    mengatasi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan penyidikan

    terhadap pelaku tindak pidana minuman keras ?

    1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1.3.1. Tujuan Penelitian

    1. Untuk mengetahui pelaksanaan penyidikan terhadap pelaku

    tindak pidana minuman keras di Polsek Watubangga Kabupaten

    Kolaka.

    2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dialami oleh

    Polsek Watubangga dalam pelaksanaan penyidikan terhadap

    pelaku tindak pidana minuman keras.

    3. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan Polsek

    Watubangga untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam

    pelaksanaan penyidikan terhadap pelaku tindak pidana minuman

    keras.

    4

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    5/65

    1.3.2. Manfaat Penelitian

    1. Sebagai sumber informasi dalam pengembangan di bidang

    pengetahuan hukum terutama menyangkut tugas dan wewenang

    dalam penyidikan terhadap pelaku tindak pidana minuman keras

    di Polsek Watubangga Kabupaten Kolaka.

    2. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti berikutnya dalam

    melakukan penelitian tentang pelaksanaan penyidikan terhadap

    pelaku tindak pidana di Polsek Watubangga Kabupaten Kolaka.

    5

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    6/65

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Tugas dan Fungsi Kepolisian

    Pengertian Kepolisian, menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun

    2002, adalah Institusi Negara yang diberikan tugas, fungsi dan

    kewenangan tertentu, untuk menjaga keamanan, ketertiban dan

    mengayomi masyarakat.

    Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002, maka

    jajaran kepolisian, semakin dituntut untuk mampu memberikan pelayanan

    yang sebaik-baiknya kepada masyarakat dan sekaligus mewujudkan

    ketentraman ditengah-tengah masyarakat.

    Tugas Kepolisian yang begitu mulia tersebut, maka dapat

    diwujudkan apabila aparaturnya mampu melaksanakan tugas-tugasnya

    dengan baik, benar dan bertanggungjawab, dengan memberikan

    pelayanan pada masyarakat secara optimal.

    Sehubungan dengan itu, maka Rahman Rahim, (2000:16),

    menyatakan bahwa tugas yang diembang oleh institusi Kepolisian sangat

    berat, sehingga sangat diperlukan aparatur yang handal, agar semua

    tugas-tugas dimaksud dapat dilaksanakan dengan baik dan efektif.

    Tugas kepolisian adalah merupakan bagian dari pada Tugas Negara

    dan untuk mencapai keseluruhannya tugas itu, maka diadakanlah

    6

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    7/65

    pembagian tugas agar mudah dalam pelaksanaan dan juga koordinasi,

    karena itulah di bentuk organisasi polisi yang kemudian mempunyai tujuan

    untuk mengamankan dan memberikan perlindungan kepada masyarakat

    yang berkepentingan, terutama mereka yang melakukan suatu tindak

    pidana.

    Menurut G. Gewin (Djoko Prakoso,1987:136) Tugas Polisi adalah

    sebagai berikut :

    Tugas polisi adalah bagian daripada tugas negara perundang-undangan dan pelaksanaan untuk menjamin tata tertib ketentramandan keamanan, menegakkan negara, menanamkan pegertian,ketaatan dan kepatuhan.

    Tugas polisi dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1961 tentang

    Ketentuan-Ketentuan Pokok Polisi Negara Republik Indonesia, telah

    ditentukan didalamnya yakni dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1

    Tahun 1961, (1985 : 2) menyatakan sebagai berikut :

    (1) Kepolisian Negara Republik Indonesia, selanjutnya disebutKepolisian Negara ialah alat negara penegak hukum yangterutama bertugas memelihara keamanan dalam negeri.

    (2) Kepolisian Negara dalam menjalankan tugasnya selalumenjunjung tinggi hak-hak asasi rakyat dan hukum negara.

    Dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1974

    dalam butir 31 butir a (Djoko Prakoso.1987:183) menyebutkan tugas dari

    kepolisian adalah sebagai berikut :

    Kepolisian Negara Republik Indonesia disingkat Polri bertugas danbertanggung jawab untuk melaksanakan : segala usaha dan kegiatansebagai alat negara dan penegak hukum terutama dibidang

    7

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    8/65

    pembinaan keamanan da ketertiban masyarakat, sesuai denganUndang-Undang Nomor 13 Tahun 1961 dan Keputusan Presiden

    Nomor 52 Tahun 1969.

    Dari berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang

    tugas Polisi Republik Indonesia seperti yang disebutkan di atas, maka

    jelaslah bahwa tugas Polisi Republik Indonesia sangat luas yang

    mencakup seluruh instansi mulai dari Departemen Pertahanan Keamanan

    sampai pada masyarakat kecil semua membutuhkan polisi sebagai

    pengaman dan ketertiban masyarakat.

    Untuk melaksanakan tugas dan membina keamanan dan ketertiban

    masyarakat, Polisi Republik Indonesia berkewajiban dengan segala usaha

    pekerjaan dan kegiatan untuk membina keamanan dan ketertiban

    masyarakat.

    Polisi sebagai pengayom masyarakat yang memberi perlindungan

    dan pelayanan kepada masyarakat bagi tegaknya ketentuan peraturan

    perundang-undangan, tidak terlepas dari suatu aturan yang mengikat untuk

    melakukan suatu tindakan dalam pelaksanaan tugasnya yang telah

    digariskan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1961 pada Bab III,

    bahwa kewajiban dan wewenang kepolisian dalam menjalankan tugasnya

    harus bersedia ditempatkan di mana saja dalam Wilayah Negara Republik

    Indonesia.

    8

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    9/65

    2.2. Wewenang Penyidik Polri

    Sebelum peneliti menguraikan lebih jauh tentang wewenang seorang

    penyidik, maka sangatlah penting untuk diketahui siapa dapat yang

    menjadi penyidik. Pasal 1 butir 1 KUHAP memberikan batasan tentang

    penyidik.

    Penyidik adalah pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atauPegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus olehundang-undang untuk melakukan penyidikan.

    Penyidik dalam melakukan tugas, harus memenuhi syarat-syarat

    kepangkatan yang telah ditentukan. Syarat kepangkatan seorang penyidik

    dalam melakukan penyidikan diatur dalam Peraturan Pemerintah tentang

    Pelaksanaan KUHAP Nomor 27 Tahun 1983. Adapun syarat-syarat

    tersebut dijelaskan dalam Pasal 2 yang berbunyi :

    (1) Penyidik adalah :a. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia yang sekurang-kurangberpangkat pembantu Letnan Dua Polisi.

    b. Pejabat pegawai negeri tertentu yang sekurang-kurangnyaberpangkat pengatur muda Tk. I (golongan II/b) atau yangdisamakan dengan itu.

    (2) Dalam sektor kepolisian tidak ada pejabat penyidik sebagai dimaksudpada ayat (1) huruf a, maka komandan sektor kepolisian bintaradibawah pembantu letnan dua polisi karena jabatannya adalahpenyidik.

    (3) Penyidik Sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, ditunjukanoleh kepala kepolisian negara republik indonesia sesuai denganperaturan perundang-undangan yang berlaku.

    (4) Wewenang penunjukkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)dapat dilimpahkan kepada pejabat Kepolisian Negara RepublikIndonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yangberlaku.

    9

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    10/65

    (5) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, diangkatoleh Menteri atas usul dari Departemen yang membawahi pegawai

    negeri tersebut.(6) Wewenang pengangkatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5)dapat dilimpahkan kepada pejabat yang ditunjuk oleh menteri.

    Dari wewenang di atas dapatlah dikatakan bahwa penyidik adalah

    pejabat kepolisian, baik karena ia diangkat oleh komandannya. Hal ini

    berarti bahwa syarat kepangkatan sebagaimana ditentukan dalam Pasal

    2 ayat (1) butir a PP. Nomor 27 Tahun 1983 tidak mutlak diterapkan

    dalam praktek. Oleh karena pelaksanaan penyidik dan penyelidikan

    dibutuhkan jumlah polisi (penyidik atau penyidik pembantu) yang

    memadai.

    KUHAP memberikan ketegasan dan membedakan antara

    penyelidikan dan penyidikan. Pasal 4 dan Pasal 5 KUHAP mengatur

    tentang pejabat yang menjalankan kewajiban-kewajiban penyelidikan.

    Sedangkan Pasal 6, 7, dan 8 KUHAP dijelaskan mengenai pejabat yang

    menjalankan kewajiban sebagai penyidik. Tugas penyelidikan yang

    dilakukan oleh penyidik merupakan monopoli tunggal bagi Polri. Hal ini

    cukup beralasan untuk menyederhanakan dan memberi kepastian

    kepada masyarakat siapa yang berhak melakukan penyelidikan,

    kemudian menghilangkan kesimpangsiuran penyelidik oleh aparat

    penegak hukum sehingga, tidak lagi terjadi tumpang tindih, juga

    merupakan efisiensi tindakan penyelidikan.

    10

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    11/65

    Mengenai tugas dan wewenang penyelidik dapat dilihat dalam Pasal 5

    KUHAP, yang berbunyi :

    Penyelidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. Karena

    kewajibannya mempunyai wewenang :

    1) Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang.2) Mencari keterangan dan barang bukti.3) Menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakanserta memeriksa tanda pengenal diri.4) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang

    bertanggungjawab.

    Pasal ini membedakan antara laporan dan pengaduan padahal

    kedua-duanya merupakan pemberitahuan kepada yang berwajib yakni

    polri tentang adanya kejahatan atau pelanggaran yang sering terjadi atau

    telah selesai. Perbedaan dapat peneliti kemukakan sebagai

    berikut :

    Pada laporan pemberitahuan tersebut merupakan hak atau

    kewajiban yang harus disampaikan oleh setiap orang kepada yang

    berwajib, yaitu kepolisian negara. Dalam hal yang dilaporkan merupakan

    tindak pidana umum. Pada pengaduan, pemberitahuan tersebut

    merupakan hak atau kewajiban oleh seorang tertentu yang disampaikan

    kepada yang berwajib dengan permintaan agar yang berwajib melakukan

    tindakan, hal yang diadukan merupakan tindak pidana umum.

    Dari perbedaan tersebut yang terpenting adalah bagaimana sikap

    dan kewajiban penyidik dalam menghadapi laporan atau pengaduan

    11

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    12/65

    untuk menjawab persoalan ini, Pasal 102 sampai dengan Pasal 105

    sebagai berikut :

    Pasal 102 KUHAP.

    (1) Penyidik yang mengetahui, menerima laporan ataupengaduan tentang terjadinya peristiwa yang patut didugamerupakan tindak pidana wajib segera melakukan tindakanpenyelidikan yang diperlukan.(2) Dalam hal tertangkap tangan tanpa menunggu perintahpenyidik, penyelidik wajib segera melakukan tindakan yangdiperlukan dalam rangka penyelidikan sebagaimana tersebut dalam

    Pasal 5 ayat (1) huruf b.(3) Terhadap tindakan yang dilakukan tersebut pada Pasal 5ayat (1), dan ayat (2) penyelidik wajib membuat berita acara danmelaporkan kepada penyidik daerah hukum.

    Pasal 103 KUHAP.

    (1) Laporan atau pengaduan yang diajukan secara tertulisharus ditanda tangani oleh pelapor atau pengadu.(2) Laporan atau pengadun yang diajukan secara lisan harusdicatat oleh penyelidik dan ditanda tangani oleh prlapor atau

    pengadu dan penyelidik.

    Pasal 104 KUHAP:

    Dalam hal melaksanakan tugas penyidikan, penyelidik wajibmenunjukan tanda pengenalnya.

    Pasal 105 KUHAP:

    Dalam melaksanakan tugas penyidikan, penyelidik dikoordinasi,diawasi dan diberi petunjuk oleh penyelidik tersebut dalam Pasal 6 ayat(1) huruf a.

    Melalui jawaban tersebut di atas maka perlu diperhatikan beberapa

    faktor yang sangat menentukan sikap penyelidik dalam tugas menerima

    laporan dan pengaduan. Bahwa laporan dapat diajukan sembarang waktu,

    12

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    13/65

    tetapi pengaduan dibatasi oleh undang-undang dalam arti bahwa

    pengaduan tidak dapat diajukan sembarang waktu, yaitu waktu-waktu

    tertentu. Bahwa laporan dapat dilakukan oleh setiap orang sedang

    pengaduan hanya boleh orang tertentu saja. Bahwa pengaduan berisikan

    bukan saja laporan akan tetapi juga diikuti, permintaan pengaduan agar

    orang yang diadukan dituntut menurut hukum.

    Dengan demikian jelaslah kiranya faktor-faktor tersebut pada

    gilirannya menentukan pula kegiatan penyelidik dalam hal mencari

    keterangan dan barang bukti. Dalam hal ini keterangan apa dan barang

    bukti apa yang menjadi kewajiban penyelidik untuk diselidiki, tentu tidak

    sembarangan.

    Kewajiban penyelidik yang terdiri dari :

    1) Mengenai laporan atau pengaduan, mencari keterangan danbarang bukti sebenarnya adalah masalah pembuktian apakah adabukti-bukti yang dapat dipergunakan untuk mendukungpenuntutan.

    2) Menyuruh seorang yang dicurigai berhenti dan menanyakan sertamemeriksa tanda pengenal diri.

    Bila ditelaah kewenangan tersebut serta dihubungkan dengan

    maksud dan tujuan penyelidikan berdasar ketentuan undang-undang,

    perlulah kita menarik pelajaran dari praktek yaitu :

    a) Pelaksanaan wewenang, sebagai kelanjutan hal menerimalaporan dan pengaduan.

    b) Memergoki atau keadaan tertangkap tangan.

    13

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    14/65

    Bilamana penyidik menerima laporan mengenai terjadinya peristiwa

    pidana yang serius.

    Sebagai contoh peristiwa pembunuhan sedang pelakunya telah siap

    untuk melarikan diri bila keadaan menghendaki, maka penyelidik memiliki

    kewenangan untuk bertindak memeriksa dan menanyakan identitas

    tersangka.

    Seseorang yang tertangkap tangan karena melakukan kejahatan

    memerlukan perhatian tertentu untuk kasus-kasus tertentu. Karena

    tertangkap tangan atau kepergok pada satu pihak merupakan peristiwa

    yang memperkuat pembuktian tentang siapa yang menjadi pelaku

    kejahatan.

    Kedua situasi di atas bila dibandingkan dengan dinamika masyarakat

    adalah sedemikian rupa, sehingga polri tidak saja harus berhadapan

    dengan peristiwa pidana tapi juga menjalankan tugas pencegahan dan

    penertiban keamanan masyarakat. Disamping wewenang tersebut diatas,

    penyelidik dapat mengadakan tindakan lain menurut hukum yang

    bertanggungjawab. Maksudnya adalah tindakan dari penyelidik harus

    memenuhi syarat-syarat seperti, tidak bertentangan dengan aturan hukum,

    tindakan itu harus masuk akal, atas pertimbangan yang layak berdasarkan

    keadaan memaksa dan menghormati, hak asasi manusia.

    14

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    15/65

    Selanjutnya akan dikemukakan kewajiban dan wewenang penyelidik

    dalam melakukan penyelidikan. Adapun kewajiban wewenang penyelidik

    diatur dalam Pasal 7 KUHAP yaitu :

    (1) Penyelidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf akarena kewajiban mempunyai wewenang :

    a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentangadanya tindak pidana.b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempatkejadian.c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa

    tanda pengenal diri tersangka.d. Melakukan penagkapan, penahanan, pengeledahan danpenyitaan.e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.f. Mengambil sidik jari dan memotret seorang.g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagaisaksi atau tersangka.h. Mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalamhubungannya dengan pemeriksaan perkara.i. Mengadakan penghentian penyidikan.

    j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang

    bertanggungjawab.

    (2) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf bmempunyai wewenang sesuai dengan undang-undang yang menjadidasar hukum masing-masing dan dalam pelaksanaan tugasnyaberada dibawah koordinasi dan pengawasan penyidik tersebut dalamPasal 6 ayat (1) huruf a.(3) Dalam melakukan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) dan ayat (2), penyidik wajib menjunjung tinggi hukum yangberlaku.

    Dalam hubungannya dengan kewajiban dan wewenang penyidik,

    dapat kita lihat dalam Pasal 8 ayat (1), (2), (3) dan Pasal 75 ayat (1), (2),

    (3) KUHAP. Didalam praktek berbagai variasi dapat terjadi. Tentu pelapor

    atau pengadu tidak selalu dapat langsung menemui pejabat polri yang

    15

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    16/65

    berwenang melakukan penyidikan. Ada langsung menghadap kepada

    Kepala Satuan Reserse atau kepada anggota pemeriksa. Pejabat-pejabat

    itulah yang menentukan atau memberi instruksi mengenai kelanjutan

    penyelidikan atau penyidikan.

    2.3. Tindak Pidana Minuman Keras

    Kitab Undang-Undang Hukum Pidana menyatakan bahwa tindak

    pidana minuman keras diatur dalam Pasal 300 dan Pasal 536 antara lain

    bahwa :

    Pasal 300 KUHP.

    (1) Dengan hukuman penjara selama-lamanya satu tahun atau

    denda sebanyak-banyaknya Rp. 4.500 di hukum :

    (a) Barang siapa dengan sengaja menjual atau menyuruhminum minuman-minuman yang memabukkan kepada seseorang

    yang telah kelihatan nyata mabuk.(b) Barang siapa dengan sengaja membuat mabukseseorang anak yang umurnya dibawah 16 tahun.

    (c) Barang siapa dengan kekerasan atau ancamankekerasan dengan sengaja memaksa orang akan minum minumanyang memabukkan.

    (2) Kalau perbuatan itu menyebabkan luka berat pada tubuh,

    sitersalah di hukum penjara selama-lamanya tujuh tahun.

    (3) Kalau sitersalah melakukan kejahatan itu dalam jabatannya ia

    dapat dipecat dari pekerjaannya itu.

    Pasal 536 KUHP.

    16

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    17/65

    (1) Barang siapa yang nyata mabuk ada dijalan umumdihukum denda sebanyak-banyaknya Rp. 225.

    (2) Jika pada waktu melakukan pelanggaran itu belum lalusatu tahun, sejak ketetapan hukuman yang dahulu bagi sitersalahlantaran pelanggaran berupa itu juga atau pelanggaran yangditerangkan dalam Pasal 492, maka hukuman denda itu dapat digantidengan hukuman kurungan selama-lamanya tiga hari.

    (3) Kalau pelanggaran itu diulang untuk kedua kalinya dalam1 tahun sesudah ketetapan putusan hukuman yang pertama karenaulangan pelanggaran itu maka, dijatuhkan hukuman kurungan selama-lamanya dua minggu

    (4) Kalau pelanggaran itu diulang untukketiga kalinya atauselanjutnya didalam 1 tahun sesudah ketetapan putusan hukuman yangkemudian sekali lantara ulangan pelanggaran untuk kedua kalinya atauselanjutnya, maka dijatuhkan hukuman kurungan selama-lamanya tigabulan.

    Yang dimaksud dengan nyata mabuk atau kentara mabuk atau

    kelihatan mabuk yaitu mabuk demikian rupa sehingga terlihat dan dapat

    diketahui oleh setiap orang dan mengganggu perasaan pada orang-orang

    di sekitarnya. Syarat-syaratnya sebagai berikut :

    (a) Tersangka menghembuskan nafas yang berbau minuman keras

    (bau alkohol)

    (b) Tersangka berjalan dengan sempoyongan atau dengan tidak

    berdaya roboh di jalanan; dan

    (c) Bicara tidak karuan (kacau) atau tidak mampu sama sekali untuk

    bicara.

    Yang dikenakan Pasal tersebut di atas, terdakwa berada di jalan

    umum. Jika didalam rumah, tidak dikenakan Pasal tersebut dan tugas

    17

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    18/65

    polisi yaitu mempertahankan ketertiban dan keamanan serta ketentraman

    umum, dalam tugas ini termasuk pula menyingkirkan orang-orang kentara

    mabuk dari jalan umum untuk dilindungi, ditahan sementara sampai

    mereka sembuh kembali dari mabuknya. Berdasarkan pendapat ini, maka

    biasanya oleh polisi orang yang mabuk di jalan umum itu dibawa dan

    ditahan di kantor polisi.

    Berbeda halnya, Peraturan Daerah Kabupaten Kolaka Nomor 16

    Tahun 2004 tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol

    menyatakan bahwa minuman alkohol adalah minuman yang mengandung

    alkohol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung

    karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa

    destilasi baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau

    tidak, menambah bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan

    mencampur konsentrat dengan ethanol atau dengan cara pengeceran

    minuman mengandung ethanol yang terbagi dalam tiga golongan yaitu :

    (a) Golongan A :

    Minuman kadar alkohol/ ethanol (C2H5OH) 1% sampai 5%

    (b) Golongan B :

    Minuman kadar alkohol/ ethanol (C2H5OH) 1% sampai 20%

    (c) Golongan C :

    Minuman kadar alkohol/ ethanol (C2H5OH) 1% sampai 55%

    18

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    19/65

    Tindak pidana minuman keras sebagaimana diatur dalam Perda

    Nomor 16 Tahun 2004, yaitu apabila melanggar ketentuan dalam perda

    tersebut, mulai dari jenis minuman keras yang dijual samapai kepada

    peredarannya, sebagai berikut:

    Jenis minuman beralkohol pada Pasal 10 jenis minuman beralkohol

    yang boleh diedarkan di Kabupaten Kolaka yaitu Golongan A Minuman

    kadar alkohol/ ethanol (C2H5OH) 1% sampai 5%

    Pasal 11 Perda No.16 Tahun 2004.

    (1) Pengedaran minuman beralkohol boleh dilakukan olehdistributor/sub distributor, yang telah mendapat izin dari BupatiKolaka.

    (2) Pengedaran minuman beralkohol yang dilakukan oleh distributor/sub distributor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dipasangstiker pada setiap botol/kaleng atau sejenisnya.

    (3) Pemasangan stiker sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dilakukan oleh distributor/sub distributor sebelum disalurkan.

    (4) Stiker sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikeluarkan olehpejabat yang ditunjuk oleh bupati.

    (5) Volume dan jumah minuman beralkohol Golongan A yang akandiedarkan, ditetapkan sesuai kebutuhan miniman yang ditetapkanoleh Bupati.

    Pasal 12 Perda No. 16 Tahun 2004.

    Minuman beralkohol yang hanya boleh dijual di Kota Kolaka

    sebagai ibu kota Kabupaten atau ditempat lain yang ditetapkan oleh

    Bupati.

    Pasal 13 Perda No. 16 Tahun 2004.

    19

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    20/65

    (1) Minuman beralkohol tidak boleh dijual di tempat umum sepertirumah makan, wisma, gelanggang olah raga, gelanggang remaja,

    kantin, kaki lima, terminal, stasiun, kios-kios kecil dan tempat /lokasitertentu lainnya yang ditetapkan oleh Bupati.

    (2) Tempat penjualan minuman beralkohol tidak boleh dekat dengantempat ibadah, sekolah, rumah sakit dan perkantoran.

    (3) Minuman alkohol tidak boleh dijual kepada anak dibawah umur,pelajar, dan anggota ABRI/Pegawai negeri.

    Pasal 14 Perda No. 16 Tahun 2004.

    (1) Batas waktu penjualan minuman beralkohol untuk penjualan diminum ditempat penjualan ditetapkan mulai jam 21.00 sampai jam00.00.

    (2) Batas waktu penjualan minuman beralkohol untuk diminum diluartempat penjualan ditetapkan mulai jam 09.00 sampai dengan jam21.00.

    Pasal 33 Perda No. 16 Tahun 2004.

    (1) Semua minuman beralkohol yang diedarkan, dalam botol/kemasan

    dengan mencantumkan stiker, jenis minuman, kadar alkohol, volumeminuman sesuai dengan peraturan perundang-undangan yangberlaku.

    (2) Minuman beralkohol Golongan A adalah kolompok minumanberalkohol yang peredaran dan penjualannya ditetapkan sebagaibarang dalam pengawasan.

    Pasal 34 Perda No. 16 Tahun 2004.

    (1) Bupati melakukan pengawasan dan penerbitan peredaranminuman beralkohol di daerah dan tidak boleh dilakukan/ diberikankepada perusahaan/swasta.

    (2) Untuk mengawasi dan menerbitkan peredaran minumanberalkohol di daerah, Bupati dibantu oleh tim yang beranggotakanInstansi terkait di daerah.

    20

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    21/65

    (3) Tim memberikan pertimbangan kepada Bupati dalammemberikan Izin sebagaimana dimaksud Pasal 2 Peraturan Daerah

    ini.(4) Tim sebagaimana dimaksud ayat (3) Pasal ini dibentukdengan keputusan Bupati.

    Pasal 35 Perda No. 16 Tahun 2004.

    Pribadi atau Badan Usaha yang menjual minuman beralkohol

    berkewajiban untuk :

    a. Menjaga ketertiban dan keamanan dalam ruangan

    tempat penjualan

    b. Meminta bantuan kepada petugas keamanan

    untuk menertibkan dan mengamankan kegaduhan yang terjadi di

    tempat penjualannya bila tidak dapat dicegah sendiri

    c. Izin harus ditempelkan di tempat penjualan

    sehingga mudah dilihat oleh umum

    d. Harus ditempelkan peringatan ditempat penjualan

    bahwa setiap orang yang meminum minuman beralkohol tidak boleh

    berlebihan atau sampai mabuk

    Pasal 36 Perda No. 16 Tahun 2004.

    (1) Pengawasan dan penerbitan tempat penjualan minumanberalkohol sebagaimana dimaksud pada Pasal 27 dilakukan olehbupati.

    (2) Untuk mengawasi dan menertibkan tempat penjualan minumanberalkohol di daerah, Bupati dibantu oleh tim yang beranggotakaninstansi terkait di daerah.

    21

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    22/65

    (3) Tim memberikan pertimbangan kepada Bupati dalam pemberianizin sebagaimana dimaksud peraturan daerah ini.

    (4) Tim sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini dibentuk dengankeputusan Bupati.

    Pasal 37 Perda No. 16 Tahun 2004.

    Bupati berwewenang mencabut izin peredaran minuman beralkohol

    yang telah doberikan atau mengurangi jumlah minuman beralkohol yang

    diizinkan untuk diedarkan karena pertimbangan kepentingan umum

    Bupati berwenang mencabut izin tempat penjualan minuman

    beralkohol karena :

    a. Bertentangan dengan kepentingan umum

    b. Dianggap perlu untuk menjaga kepentingan umum

    c. Bertentangan dengan peraturan perudangan yang berlaku.

    Pasal 38 Perda No. 16 Tahun 2004.

    Bupati dapat menghentikan penjualan minuman beralkohol karena

    pertimbangan khusus, pada hari-hari tertentu karena dianggap akan

    mengganggu ketentraman dan ketertiban masyarakat.

    2.4. Alasan Pelaksanaan Penahanan Pelaku Tindak Pidana

    Seorang yang di sangka atau diduga melakukan tindak pidana, untuk

    sementara waktu dapat di batasi kebebasannya. Pembatasan itu dapat

    dilakukan bilamana telah menunjukkan bukti-bukti yang kuat bahwa orang

    itulah yang melakukan perbuatan tindak pidana.

    22

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    23/65

    Penahanan pelaku tindak pidana hanya dapat dilakukan oleh

    penyidik, jaksa penuntut umum dan hakim, kewenangan pejabat-pejabat

    tersebut harus memperhatikan ketentuan yang telah diatur dalam KUHP.

    Penahanan hanya dapat dilakukan terhadap kejahatan yang diancam

    hukum 5 tahun atau lebih. Walaupun Undang-undang menentukan

    demikian namun adakalanya penahanan dapat ditangguhkan pada setiap

    tingkat pemeriksaan.

    Menurut Nanda Agung Dewantara (1987:24) Ada 2 yang menjadi

    dasar diadakannya penahanan yaitu :

    (1) Dasar menurut hukum, yaitu harus adanya dugaan kerasberdasarkan bukti yang cukup bahwa orang itu melakukan tindakpidana lima tahun, keatas atau tindak pidana tertentu yangditentukan oleh Undang-Undang, meskipun ancaman pidananyakurang dari lima tahun.

    (2) Dasar menurut keperluan yaitu adanya kekhawatiran bahwatersangka atau tersangka atau terdakwa akan melarikan diri ataumerusak/ menghilangkan barang bukti atau akan mengulangitindak pidana.

    Pernyataan tersebut diatas, merupakan salah satu ketentuan yang

    telah diatur Pasal 2 ayat 1 KUHAP.

    Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang

    KUHAP, penahanan didasarkan pada ketentuan yang terdapat dalam (Het

    Herzieneindslands Reglemen) Staatblat Tahun 1941 Nomor 44. Pada

    azasnya HIR, mengenal dua (2) macam tahanan sementara yaitu :

    (a) Tahanan yang tidak memakai surat perintah.

    23

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    24/65

    (b) Tahanan yang memakai surat perintah.

    Menurut Moelyatno (Nanda Agung Dewantara.1987:26) tahanan

    sementara tanpa surat permintaan didasarkan pada Pasal 83 f ayat (5) jo.

    Pasal 83k ayat (3) HIR. Berikut ini peneliti mengutip kedua isi Pasal itu :

    Pasal 83 f ayat (5) HIR.

    Pun dalam hal tidak ditahan buat sementara sitertuduh itu boleh juga

    ditahan dan tidak bertangguh lagi ia dikirim bersama-sama dengan

    rencana itu kepada magistraatatau disuruh bawa kehadapan pegawai

    itu, yaitu kalau dengan hal yang demikian itu dapat dicapai, perkara

    itu diperiksa pengadilan pada hari itu juga dikirim bersama-sama atau

    disuruh bawa kehadapan magistraat.

    Pasal 83 k ayat (3) HIR.

    Kalau sitertuduh ada dalam tahanan dan perkara itu dibawah

    kehadapan hakim sebelum lewat waktu yang tersebut dalam Pasal 73

    ayat (1), atau tidak dapat dibawah kehadapannya selambat-

    lambatnya dalam 8 hari. Sesudah tertuduh didengar oleh Jaksa

    Penuntut Umum yaitu dalam hal yang disebut dalam Pasal 83 f ayat

    (5), maka dengan mengingat peraturan dalam Pasal 83c ayat (2),

    sitertuduh itu dalam penjara atau tidakkah.

    Ketentuan Pasal 83 f ayat (2) Pasal 83 k HIR, dapat disimpulkan

    bahwa penahanan sementara tanpa surat perintah maksimum 2 + 8 = 10

    hari, mengenai apa yang disebut tahanan sementara pakai surat perintah,

    Moelyatno menyatakan :

    24

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    25/65

    Tahanan sementara dipakai surat perintah, berdasarkan Pasal 62ayat (1) jo. Ayat (2) HIR dalam hal tertangkap tangan, atau kalau tidak

    berdasarkan Pasal 75 HIR. Disitu HIR mengisyaratkan atau jaksadapat mengeluarkan perintah untuk menahan sementara yanglamanya 20 hari.Penahanan sebagaimana diterangkan dalam Pasal 62 ayat (1) HIR

    hanya dapat dilakukan dalam hal tertangkap tangan. Mengenai hal

    tertangkap tangan, Pasal 75 HIR memberikan pembatasan mengenal arti

    kejahatan :

    (a) Tengah dilakukan orang.(b) Segera setelah dilakukan orang diketahui.

    (c) Seorang diserukan oleh khalayak ramai sebagai yang melakukan.

    (d) Pada orang kedapatan barang-barang, senjata-senjata, alat

    perkakas, atau surat yang menunjukkan, bahwa orang tersebut

    adalah pelaku atau pembuatan perbuatan termaksud.

    Pada umumnya orang beranggapan bahwa, syarat-syarat yang

    ditentukkan harus dipenuhi bagi dilakukannya penahanan sementara

    dalam Pasal 62 HIR, disebut sebagai alasan obyektif. Selain alasan

    obyektif dalam hal menahan seseorang penahanan sementara harus

    memenuhi alasan subyektif. Moelyatno, dalam kuliah hukum acara pidana

    tahun 1965-1966 (Achmad Soema Di Pradja;1974:42) menyatakan syarat-

    syarat subyektif itu adalah :

    (1) Pasal 75 HIR menyebutkan adanya cukup keterangan bahwaterdakwa melakukan perbuatan pidana yang didakwakan.

    (2) Penahanan dianggap perlu sekali untuk kepentingan pemeriksaan.(3) Penahanan perlu sekali untuk tidak diulanginya perbuatan.(4) Penahanan perlu sekali untuk mencegah kalau terdakwa

    melarikan diri.

    25

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    26/65

    Pejabat yang diberi wewenang melakukan penahanan sementara

    pada waktu berlakunya HIR, adalah jaksa dan juga jaksa pembantu (Polisi

    Republik Indonesia). Dari apa yang dikemukakan di atas jelas belum ada

    kesepakatan yang bulat mengenai istilah penangkapan, penahanan

    sementara, tahanan sementara. Dalam lampiran Surat Keputusan Bersama

    Ketua Mahkamah Agung Kepolisian Negeri, dan Menteri Kehakiman

    Nomor: 02/ K.M.A/ 70: Kep. 034/D/A/7/1970; Pol 86/SK/ Kapolri /

    190;JA.7/7/13 dikemukakan tentang istilah penahanan sebagai berikut :

    Undang-Undang tidak mengenal tahanan kepolisian, kejaksaan danpengadilan. Undang-undang hanya mengenal istilah penangkapansementara dan penahanan sementara dimana kepolisian dapatmenahan seseorang selama 20 hari, kejaksaan 30 hari, danperpanjangan atas perintah jaksa oleh hakim setiap kali 30 hari (Pasal75) jo. 83c jo. 62 ayat (2).

    Dasar hukum penahanan bagi jaksa terdapat dalam Pasal 83c dan

    83j HIR yang berbunyi :

    Bila ada hal yang sangat penting memberatkan sitertuduh dan cukupnyata salah perbuatan itu masuk ha-hal yang diterangkan dalamPasal 62 ayat (2) HIR, dan perkara itu rasanya tidak dapat diperiksapengadilan dalam waktu yang ditetapkan dalam Pasal 72, maka untukkepentingan pemeriksa atau untuk menjaga perbuatan itu jangandiulangi oleh sitertuduh atau untuk menjaga supaya ia jangan lariopsir justiti atau magistraat dapat memerintahkan supaya ia terusditahan.

    Perintah tersebut dalam 83c ayat (4) hanya berlaku untuk masa 30

    hari, dan setelah masa penahanan tersebut habis dapat diperpanjang untuk

    masa 30 hari. Dan selanjutnya oleh keta pengadilan negeri (Pasal 83c ayat

    (4) HIR). Apabila terdakwa tidak berada dalam tahanan, jaksa dapat

    26

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    27/65

    menuntut agar terdakwa setelah masa untuk ditahan sambil penyerahan

    perkara kepengadilan negeri dengan disertai surat dakwaan (Pasal 83 (1)

    HIR).

    Penahanan terdakwa pada tingkat pemeriksaan pengadilan negeri

    tidak diperlukan lagi surat perintah perpanjangan penahan sampai

    perkaranya diputus. Pelaksanaan dan penahanan yang diatur dalam HIR

    sudah tidak berlaku lagi.

    Oleh karena aturan-aturan yang terdapat didalamnya tidak

    memberikan kepastian kepada pencari keadilan. Misalnya saja dalam hal

    penahanan, tidak memberikan batasan waktu sebagaimana yang diatur

    dalam KUHAP. Kemudian HIR memberikan hak kepada tiap-tiap orang

    untuk melakukan penahanan Pasal 60 ayat (1). Setelah kita mengetahui

    dasar hukum penahanan dasar HIR, berikut ini dikemukakan dasar hukum

    penahanan yang diatur dalam hukum acara pidana yang diatur dalam kitab

    undang-undang hukum acara pidana. Masalah penahanan yang diatur

    dalam KUHAP dapat dilihat dalam Pasal 20 sampai dengan Pasal 30

    KUHAP. Sedangkan pengertian penahanan dijelaskan dalam Pasal 1 butir

    21 KUHAP sebagaimana dijelaskan dimuka. Jadi untuk keperluan

    penyidikan, penututan dan peradilan, Penyidikan penuntut umum dan

    hakim dapat melakukan penahanan apabila atas diri tersangka atau

    terdakwa diperoleh dugaan keras dan bukti yang cukup bahwa ia telah

    27

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    28/65

    melakukan tindak pidana. Pelaksanaan dilakukan secara cermat dan

    berhati-hati, juga harus dipenuhi persyaratan :

    (a) Tindak pidana yang diancam pidana sekurang-kurangnya 5tahun, kecuali terhadap pelanggaran khusus yang diatur secaralimitatif didalam undang-undang ini.

    (b) Penahanan tidak dilakukan secara otomatis, walaupunmemenuhi syarat pada sub diatas, melainkan harus dalamkeadaan terpaksa karena kekhawatiran bahwa tersangka atauterdakwa akan melarikan diri, merusak atau menghilangkanbarang bukti atau akan mengulangi tindak pidana lain.

    Dalam hal pelaksanaan penahanan mengenal 3 jenis penahanan

    yaitu, penahanan dalam rumah tahanan negara, penahanan rumah dan

    penahanan kota. Penahanan dalam rumah tahanan negara merupakan

    tahanan biasa dimana tersangka atau terdakwa ditempatkan dalam gedung

    tahanan sendiri memenuhi syarat pengamanan dan pelayanan sejalan

    dengan martabat mereka sebagai warga yang belum tentu bersalah.

    Penyidik penuntut umum dan hakim sesuai tahapan pemeriksaannya

    masing-masing, berwenang mengalihkan jenis penahanan kejenis yang lain

    dengan pemberian syarat-syarat tertentu dapat pula memberikan

    penaguhan penahanan dengan atau tanpa jaminan uang atau orang.

    Didalam Pasal 20 KUHAP disebut tentang pejabat yang berwenang

    melakukan penahanan untuk lebih jelasnya penelitian mengutip isi pasal

    tersebut.

    Pasal 20 KUHAP.

    28

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    29/65

    Ayat(1) Untuk kepentingan penyidikan, penyidik atau penyidikpembantu atas perintah penyidik sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 11 berwenang menahan.

    Ayat(2) Untuk Kepentingan penuntut umum berwenang melakukanpanahanan atau penahanan lanjutan.

    Ayat(3) Untuk kepentingan pemeriksaan hakim disidang pengadilandengan penetapan berwenang melakukan penahanan.

    Ketentuan untuk sahnya penahanan dapat kita temukan dalam Pasal

    21 KUHAP yang berbunyi :

    ayat (1) Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadapseorang tersangka atau terdakwa yang diduga keras melakukantindak pidana berdasarkan bukti yang cukup dalam hal adanyakeadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka atauterdakwa akan melarikan diri, merupakan alat bukti dan ataumengulangi tindak pidana.

    ayat (2) Penahanan atau penahanan kelanjutan dilakukan penyidik ataupenuntut umum terhadap tersangka atau terdakwa denganmemberikan surat perintah penahanan atau penetapan hakim

    yang mencantumkan identitas tersangka atau terdakwa danmenyebut alasan penahanan serta uraian singkat perkarakejahatan yang dipersangkakan atau didakwakan serta tempat iaditahan.

    ayat (3) Tembusan surat perintah penahanan atau penahanan lanjutanatau penetapan hakim sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 harusdiberikan kepada keluarganya.

    ayat (4) Penahanan tersebut hanya dapat dikenakan terhadap tersangkaatau terdakwa yang melakukan tidak pidana dan atau percobaanmaupun pemberian bantuan dalam tindak pidana tersebut dalamhal :

    (a) Tindak pidana itu diancam dengan pidana penjara 5 tahunatau lebih.(b) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 282tentang Kesopanan ayat (3), Pasal 296 tentang PerbuatanCabul, Pasal 335 tentang Melawan Hak / Memaksa OrangLain ayat (1), Pasal 351 (1), Pasal 353 ayat (1), Pasal 372,

    29

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    30/65

    Pasal 378 dan Pasal 379 tentang Penipuan, Pasal 453, Pasal454, Pasal 455, Pasal 480, dan Pasal 506 kitab undang hukum

    pidana Pasal 25 dan Pasal 26 Rechtenordonnantie(pelanggaran terhadap bea dan cukai, terakhir diubah denganstaatblatTahun 1931 Nomor 471), Pasal 1 Pasal 2 dan Pasal 4Undang-Undang tindak pidana imigrasi (Undang-UndangNomor 8 Drt tahun 1955. Lembaran negara tahun 1955 nomor8), Pasal 36 ayat (7), Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 47,Pasal 48, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976 tentangNarkotika (Lembaran Negara Tahun 1976 Nomor 37Tambahan Lembaran Negara 306).

    Dari bunyi Pasal diatas dapatlah dikatakan bahwa, pembuat Undang-

    Undang yang sudah memperkirakan seseorang yang di duga atau di

    sangka melakukan perbuatan pidana akan berusaha menyulitkan

    pemeriksaan perkara. Hal itu dapat dilakukan dengan meniadakan

    kemungkinan akan di dengar baik dari dirinya sendiri maupun bagi orang

    lain, untuk dirinya seorang terdakwa semacam ini akan berusaha untuk

    sama sekali terhindari dari hukuman pidana dengan cara melarikan diri

    atau menyembunyikan diri selama-lamanya. Apabila ada kekhawatiran

    bahwa tersangka atau terdakwa akan melarikan diri atau mengulangi lagi

    perbuatannya, maka satu-satunya jalan untuk menghindarkan kesulitan

    dalam menghentikan kemerdekaan tersangka atau terdakwa untuk tidak

    pergi kemana-mana, atau memerintahkan kepadanya supaya tetap tinggal

    disuatu tempat yang telah ditentukan oleh Pasal 22 KUHAP.

    Kitab undang-undang hukum acara pidana telah mengatur secara

    tegas mengenai pejabat-pejabat yang berhak melakukan penahanan.

    Sebagaimana telah dijelaskan pada bab terdahulu, pejabat yang dimaksud

    30

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    31/65

    adalah penyidik, penuntut umum dan hakim dapat melkukan penahanan

    untuk kepentingan pemeriksaan (Pasal 20 KUHAP).

    Setelah diketahui pejabat yang berhak melakukan penyidikan,

    penuntutan dan pemeriksaan didepan sidang pengadilan maka peneliti

    akan memberikan mengenai wewenang masing-masing pejabat tersebut

    dalam melakukan penahanan.

    Penyelesaian perkara pidana merupakan tugas dan tanggungjawab

    penyidik, penuntut umum dan hakim. Dalam proses pemeriksaan perkara

    pidana diperlukan tindakan-tindakan dari penguasa untuk mengungkap

    secara tuntas mengenai perkara yang disangkakan. Tindakan-tindakan

    seperti penangkapan, penahanan dan pengeledahan tidak dilakukan

    secara sewenang-wenang tetapi harus dengan alasan-alasan seperti yang

    diinginkan undang-undang.

    Penahanan yang dilakukan penyelidik, penuntut umum, dan hakim

    benar-benar memperhatikan seperti yang dijelaskan dalam Pasal 21

    KUHAP. Hal ini di maksud supaya yang di tahan tidak dilanggar hak

    asasinya. Dalam menetukan seorang tersangka, atau terdakwa telah

    bersalah nanti setelah ada putusan pengadilan. Karena itu dalam Pasal 8

    Undang-Undang Nomor 14 tahun 1970 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan

    Hakim secara tegas menyatakan :

    Bahwa setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan dan ataudihadapkan di depan pengadilan wajib dianggap tidak bersalah

    31

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    32/65

    sebelum adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannyadan memperoleh kekuasaan hukum yang tetap.

    Dari bunyi Pasal 8 Undang-Undang Nomor 14 tahun 1970 dapat

    dikatakan bahwa tersangka ataupun terdakwa tetap di jamin hak-haknya

    selama dalam pemeriksaan.

    Jaminan sebagaimana tersebut dalam Pasal 14 Undang-undang

    tahun 1970 biasanya dinamakan dengan asas presmption of innocent

    yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa setiap orang wajib dianggap

    tidak bersalah sebelum adanya putusan pengadilan kekuatan hukum yang

    tetap tentang kesalahan tersebut.

    Sebagaimana konsekuensi dari asas hukum tersebut terhadap

    seorang, disangka atau dituntut telah melakukan tindak pidana sekalipun

    terhadap mereka diadakan penangkapan, penahanan, dan guna

    pemeriksaan ataukah telah dihadapkan didepan sidang, tidak boleh

    diperlukan sebagai seorang yang bersalah sebelum kesalahannya

    dibuktikan dan melalui putusan hakim.

    Dalam pelaksanaan panahanan oleh penyidik penuntut umum dan

    hakim didasarkan pada syarat-syarat dalam Pasal 21 KUHAP. Adapun isi

    syarat-syarat itu adalah :

    b) Harus adanya barang bukti yang cukup dugaan keras bahwa

    tersangka atau terdakwa melakukan tindak pidana.

    32

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    33/65

    c) Adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa

    tersangka atau terdakwa akan melarikan diri, merusak atau

    menghilangkan barang bukti dan akan mengulangi perbuatannya.

    d) Melakukan tindak pidana yang disebut dalam Pasal 21 ayat (4)

    sub a dan b.

    Ketentuan syahnya penahanan dalam Pasal 21 KUHAP merupakan

    keharusan yang perlu diperhatikan oleh pejabat yang berwenang yang

    melakukan penahanan, utamanya penahanan dirumah tahanan negara.

    Hal ini untuk menjaga jangan sampai penahanan itu melanggar hal-hak

    asasi manusia yang belum tentu bersalah.

    Dengan demikian dapatlah kita katakan bahwa alasan-alasan

    penahanan selain dari ketentuan Pasal 21 KUHAP, penahanan itu

    diperlukan karena :

    1) Untuk memperlancar jalanya pemeriksaan tersangka atau

    terdakwa.2) Untuk menjaga jangan sampai tersangka atau terdakwamempengaruhi orang lain melakukan tindak pidana.3) Untuk kepentingan keamanan tersangka atau terdakwaterhadap rasa dendam dari pihak yang dirugikan.

    33

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    34/65

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1. Jenis Penelitian

    Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian normatif empiris

    yakni penelitian berdasarkan aturan-aturan yang diatur dalam peraturan

    perundang-undangan kemudian mendiskripsikan secara factual

    pelaksanaan penyidikan terhadap pelaku tindak pidana minuman keras di

    Polsek Watubangga Kabupaten Kolaka.

    3.2. Lokasi penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Polsek Watubangga Kabupaten Kolaka.

    Dengan pertimbangan bahwa di lokasi penelitian tersebut telah banyak

    melakukan penyidikan terhadap pelaku tindak pidana minuman keras.

    3.3. Populasi dan Sampel

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aparat kepolisian di

    Polsek Watubangga Kabupaten Kolaka . Sedangkan sampel di tetapkan

    secara purpossive sampling, sebanyak 4 (empat) orang penyidik di Polsek

    Watubangga.

    3.4.Jenis dan Sumber Data

    1. Data primer adalah data yang didapatkan secara langsung

    melalui penelitian di lapangan dengan melakukan wawancara terhadap

    beberapa informan.

    34

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    35/65

    2. Data sekunder adalah data yang diperoleh di lapangan, meliputi

    aturan-aturan hukum, laporan-laporan, dokumen-dokumen serta data

    tertulis lainnya yang dianggap berhubungan dan sangat mendukung

    penelitian ini.

    3.5. Teknik Pengumpulan Data

    Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan hal-hal yang teliti,

    peneliti menggunakan instrumen sebagai berikut :

    1. Observasi yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung

    dilapangan tentang pelaksanaan penyidikan terhadap pelaku tindak

    pidana minuman keras di Polsek Watubangga Kabupaten Kolaka.

    2. Wawancara yaitu melakukan tanya jawab secara langsung dengan

    informan untuk mengali dan mendalami hal-hal penting untuk

    mendapatkan jawaban yang lebih detail yang berhubungan dengan

    penelitian.

    3. Dokumentasi yaitu penulusuran data melalui studi perpustakaan untuk

    menggumpulkan data tertulis yang tidak didapatkan melalui

    penggumpulan data lainnya.

    3.6. Analisis Data

    Data yang telah dikumpulkan diolah secara analisis deskriptif yaitu

    dianalisa dengan uraian yang jelas dengan menggambarkan pelaksanaan

    35

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    36/65

    penyidikan tindak pidana minuman keras di Polsek Watubangga

    Kabupaten Kolaka, guna dapat diambil kesimpulan dan saran.

    3.7. Definisi Operasional

    1. Pelaksanaan penyidikan adalah proses penyidikan terhadap pelaku

    tindak pidana minuman keras di Polsek Watubangga Kabupaten

    Kolaka.

    2. Minuman keras adalah minuman yang mengandung alkohol yang

    diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat

    dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi

    baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak.

    3. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia di Polsek

    Watubangga Kabupaten Kolaka yang diberi wewenang untuk

    melakukan penyidikan terhadap pelaku tindak pidana minuman keras.

    4. Penyidikan adalah tindakan penyidik untuk berusaha mencari serta

    mengumpulkan bukti telah terjadinya tindak pidana minuman keras di

    Kecamatan Watubangga Kabupaten Kolaka.

    5. Tindak pidana adalah suatu perbuatan yang melanggar hukum atau

    bertentangan dengan undang-undang yang dapat

    dipertanggungjawabkan.

    6. Tindak pidana minuman keras adalah semua penjual minuman keras

    yang menjual tanpa izin atau tidak sesuai dengan apa yang diatur di

    36

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    37/65

    dalam Perda Nomor 16 Tahun 2004 tentang Pengawasan dan

    Pengendalian Minuman Beralkohol di Kecamatan Watubangga

    Kabupataen Kolaka.

    7. Polsek Watubangga adalah Unit Reserse dan Kriminal (Reskrim) yang

    berada di Polsek Watubangga Kabupaten Kolaka.

    37

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    38/65

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Secara geografis Kabupaten Kolaka terletak di jazirah tenggara pulau

    Sulawesi dan berada pada bagian barat Provinsi Sulawesi Tenggara atau

    tepat nya di tepi pantai Teluk Bone bagian timur. Secara geografis Kota

    Kolaka terletak antara 2

    o

    00 5

    o

    00 LS dan 120

    o

    45

    o

    BT, karena letaknya

    berbatasan langsung dan dihubungkan oleh Teluk Bone dengan

    Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan maka Kota Kolaka merupakan

    salah satu kota transit dari dan menuju ke Provinsi Sulawesi Tenggara

    (Kolaka Dalam Angka, 2005).

    Secara administratif Kabupaten Kolaka memiliki batas-batas wilayah

    sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kolaka

    Utara, Sebelah Barat berbatasan dengan Teluk Bone, Sebelah Selatan

    berbatasan dengan Kabupaten Buton, dan Sebelah Timur berbatasan

    dengan Kabupaten Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.

    Keadaan topografi yang digambarkan sebagai berikut : Kawasan ber

    gunung dengan kemiringan lereng lebih dari 40% meliputi 50,76% dari

    keseluruhan luas daratan, kawasan berbukit dengan kemiringan 15 s/d 40

    % seluas 31,19% dari keseluruhan wilayah daratan termasuk daerah yang

    landai meliputi kurang lebih 18,05% dari keseluruhan wilayah daratan.

    38

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    39/65

    Keadaan iklim bulan basah berlangsung antara 5 9 bulan dalam

    setahun yg terjadi pada Kecamatan Kolaka, Wolo, dan Mowewe, bulan

    kering antara 3 4 bulan dalam setahun yang terjadi pada Kecamatan

    Watubangga, Pomalaa, Wundulako, Ladongi dan Tirawuta (Kolaka Dalam

    Angka,2005)

    Fasilitas Transportasi Kota Kolaka berfungsi sebagai pintu Provinsi

    Sulawesi Tenggara di bagian barat yang menghubungkan Provinsi

    Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan. Untuk mendukung fungsi

    tersebut, maka di Kecamatan Kolaka terdapat pelabuhan laut yaitu (1)

    Pelabuhan penyeberangan ferry, (2) Pelabuhan laut/samudera, (3)

    Pelabuhan nelayan (4) Pelabuhan pertamina.

    Pada pengembangan sistem transportasi regional jalan raya

    Kecamatan Kolaka dapat dihubungkan dengan kota-kota kecamatan dari

    ujung utara (Kecamatan Wolo) sampai ujung selatan (Kecamatan

    Watubangga) melalui jalan negara dengan kondisi serta intensitas lalu

    lintas yang cukup baik.

    Wilayah Hukum Polisi Sektor Kecamatan Watubangga ada 2 (dua)

    Kecamatan Watubangga dan Kecamatan Tenggetada Ibu Kotanya Anaiwoi

    terletak di jazirah tenggara pulau Sulawesi dan berada pada bagian

    Selatan Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara geografis

    Kecamatan Watubangga terletak antara 3o52 4o06 LS dan 121o26

    39

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    40/65

    121o43 BT, karena letaknya berbatasan langsung dengan Kabupaten

    Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara.

    Keadaan topografi yang digambarkan yaitu kawasan bergunung

    dengan kemiringan lereng lebih dari 40% meliputi 50,76% dari keseluruhan

    luas daratan, kawasan berbukit dengan kemiringan 15 s/d 40 % seluas

    31,19% dari keseluruhan wilayah daratan termasuk daerah yang landai

    meliputi kurang lebih 18,05% dari keseluruhan wilayah daratan.

    Kecamatan Watubangga dengan luas 507,68 Km2, jumlah

    penduduknya 22.872 jiwa. Laki-laki sebanyak 11.871 jiwa dan perempuan

    sebanyak 11.001 jiwa dan Kecamatan Tanggetada dengan luas 409,91

    Km2, jumlah penduduknya 8.919 jiwa Laki-laki sebanyak 4.603 jiwa dan

    perempuan sebanyak 4.316 jiwa total luas Wilayah Hukum Polisi Sektor

    Kecamatan Watubangga Kabupaten Kolaka . 917,59 Km

    2

    Dari luas

    wilayah tersebut Kecamatan Watubangga terdiri dari 3 (tiga) Kelurahan

    dan sebanyak 17 (Tujuh Belas) Desa sedangkan Kecamatan Tanggetada

    terdiri dari 2 (dua) Kelurahan dan sebanyak 9 (sembilan) Desa. (Kabupaten

    Kolaka dalam Angka, 2004).

    Polsek Watubangga yang dipimpin oleh IPDA Oscar Samsuddin dan

    membawahi 27 orang anggota dengan perincian 1 orang Kapospol,

    membawahi 7 orang anggota, 1 orang Kanit Rekrim membawahi 4 orang

    penyidik pembantu, 1 orang Kanit Patroli membawahi 9 orang anggota, 1

    40

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    41/65

    orang Kanit Pulbaket membawahi 2 orang anggota, 1 orang Bataut

    membawahi 2 orang anggota.

    4.2. Pelaksanaan Penyidikan Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras diPolsek Watubangga Kabupaten Kolaka

    Hasil observasi penulis (tanggal, 20 Juni 2006) selama melakukan

    penelitian dalam pelaksanaan pengawasan dan pengendalian minuman

    beralkohol di Kecamatan Watubangga menemukan beberapa pelanggaran

    tentang penjualan minuman keras, seperti terdapatnya kois-kios kecil yang

    tidak memiliki izin dalam penjualan minuman keras, minuman keras yang

    dijual tidak berstiker izin dari pemerintah setempat dalam hal ini izin Bupati

    Kolaka, ditemukan minuman keras yang dijual melewati batas kadar

    alkohol yang telah ditetapkan yaitu diatas 5 % dan waktu penjualan

    minuman keras tersebut di atas jam 00,00. Hal demikian inilah yang

    merupakan salah satu alasan dilaksanakannya penyidikan terhadap pelaku

    tindak pidana minuman keras.

    Dari hasil wawancara dengan Oscar Samsuddin, Kapolsek

    Watubangga menyatakan bahwa pelaksanaan penyidikan terhadap tindak

    pidana, khususnya pelaku tindak pidana minuman keras merupakan salah

    satu tugas dari Polsek Watubangga. Penyidikan tindak pidana ini bertujuan

    untuk menemukan kebenaran materiil atau kebenaran yang selengkap-

    lengkapnya tentang telah terjadinya tindak pidana yang dilakukan oleh

    seorang penjual minuman keras yang tidak sesuai dengan aturan yang

    41

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    42/65

    telah diatur dalam peraturan daerah tentang pengawasan dan

    pengendalian minuman beralkohol di Kabupaten Kolaka yaitu Peraturan

    Daerah (Perda) Nomor 16 Tahun 2004 (wawancara tanggal 21 Juni 2006).

    Selanjutnya Oscar Samsuddin menyatakan pula bahwa, penyidikan

    yang dilaksanakan oleh penyidik di Polsek Watubangga merupakan mata

    rantai terdepan dari seluruh proses pemeriksaan tindak pidana pelaku

    minuman keras. Oleh karena itu dalam pelaksanaan penyidikan tindak

    pidana pelaku tindak pidana minuman keras diperlukan adanya

    kemampuan teknis penyidikan dan profesionalisme yang dapat

    mendukung pelaksanaan penyidikan untuk mendapatkan keterangan-

    keterangan pembuktian dan atau pengakuan dari tersangka dalam upaya

    mendapatkan titik terang telah terjadinya tindak pidana tersebut

    (wawancara tanggal 21 Juni 2006).

    Oscar Samsuddin, Kapolsek Watubangga (wawancara tanggal 21

    Juni 2006), mengatakan bahwa salah satu tugas penyidik di Polsek

    Watubangga adalah melakukan penyidikan terhadap pelaku tindak pidana

    minuman keras yang melakukan pelanggaran dalam menjual minuman

    beralkohol.

    Lebih lanjut Oscar Samsuddin, Kapolsek Watubangga menyatakan

    bahwa pelanggaran terhadap penjualan minuman keras yaitu seorang

    penjual menjual minuman keras tidak sesuai dengan ketentuan yang diatur

    42

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    43/65

    dalam Perda tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol,

    minuman beralkohol yang bisa dijual bebas hanya golongan A yang kadar

    alkoholnya 1% sampai 5% (wawancara tanggal 21 Juni 2006).

    Hasil wawancara dengan Oscar Samsuddin, Kapolsek Watubangga,

    menyatakan bahwa salah satu kegiatan dalam pelaksanan penyidikan

    terhadap pelaku tindak pidana minuman keras adalah melakukan

    penggeledahan, penyitaan barang bukti, pemeriksaan saksi dan

    pemeriksaan tersangka berdasarkan hukum acara pidana, dengan tetap

    berpegang pada asas praduga tak bersalah yang berarti bahwa setiap

    orang yang disangka, sebagai pelaku tindak pidana maupun yang diadili

    dimuka sidang wajib diduga tidak bersalah sebelum adanya putusan

    pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (wawancara

    tanggal 21 Juni 2006).

    Hal senada dikemukakan oleh Ibrahim Lenna, Kanit Reskrim Polsek

    Watubangga (wawancara tanggal 23 Juni 2006), menyatakan bahwa

    dalam pelaksanaan penyidikan terhadap pelaku tindak pidana minuman

    keras dilakukan mulai dari penggeledahan, penyitaan barang bukti,

    pemeriksaan saksi dan pemeriksaan tersangka.

    Adapun pelaksanaan penyidikan terhadap pelaku tindak pidana

    minuman keras, diuraikan sebagai berikut:

    1. Penggeledahan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    43

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    44/65

    Untuk kepentingan penyidikan agar dapat dikumpulkan fakta dan

    bukti yang menyangkut tindak pidana minuman keras, maka dilakukan

    penggeledahan terhadap pelaku tindak pidana minuman keras.

    Ibrahim Lenna, Kanit Reskrim Polsek Watubangga,

    mengemukakan bahwa penggeledahan dimaksudkan adalah memasuki

    rumah tempat tinggal dan atau tempat tertutup yang merupakan tempat

    kediaman sesorang untuk melakukan tindakan pemeriksaan terhadap

    seorang yang diduga telah melakukan tindak pidana (wawancara

    tanggal 23 Juni 2006).

    Selanjutnya Ibrahim Lenna, menyatakan pula bahwa

    penggeledahan dilakukan terhadap seorang yang diduga melakukan

    tindak pidana minuman keras karena adanya laporan dari masyarakat

    bahwa seorang melakukan tindak pidana, misalnya menjual minuman

    keras tanpa izin dari pemerintah setempat (wawancara tanggal 23 Juni

    2006).

    Hasil wawancara dengan Oscar Samsuddin, Kapolsek

    Watubangga menyatakan bahwa wewenang pengeledahan terhadap

    pelaku tindak pidana minuman keras semata-mata hanya diberikan

    kepada penyidik, untuk mencari dan mengumpulkan fakta dan bukti

    serta dimaksudkan untuk mendapatkan orang yang diduga keras

    sebagai tersangka pelaku tindak pidana minuman keras.

    44

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    45/65

    Lebih lanjut Oscar Samsuddin menyatakan bahwa sebelum

    melaksanakan penggeledahan terhadap pelaku tindak pidana minuman

    keras, penyidik menyampaikan pemberitahuan penggeledahan kepada

    ketua pengadilan negeri setempat untuk mendapatkan persetujuan

    penggeledahan, artinya pada setiap tindakan penggeledahan, penyidik

    wajib memerlukan bantuan dan pengawasan Ketua Pengadilan Negeri

    (wawancara tanggal 24 Juni 2006).

    Oscar Samsuddin, Kapolsek Watubangga menyatakan bahwa

    kalau keadaan penggeledahan secara biasa atau dalam keadaan

    normal, penggeledahan baru dapat dilakukan penyidik setelah dahulu

    meminta izin dari Ketua Pengadilan Negeri, apabila penggeledahan itu

    dilaksanakan dalam keadaan luar biasa atau mendesak, penyidik dapat

    melakukan penggeledahan tanpa lebih dahulu mendapat izin dari Ketua

    Pengadilan Negeri, namun segera sesudah penggeledahan, penyidik

    wajib meminta persetujuan Ketua Pengadilan Negeri (wawancara

    tanggal 23 Juni 2006).

    Suparman, Banit Reskrim Polsek Watubangga, menambahkan

    lagi bahwa guna lebih terjamin ketertiban dan kepastian hukum,

    undang-undang menempatkan instansi penyidik untuk selalu bekerja

    sama dengan instansi Pengadilan Negeri setempat sebagai pengawas

    dan mengontrol wewenang penggeledahan yang diberikan undang-

    45

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    46/65

    undang. Disamping itu wewenang dan tindakan penggeledahan

    mendapat pengawasan dan hubungan kerja sama pula dengan pemilik

    tempat yang digeledah, dengan jalan mewajibkan penyidik memberikan

    salinan berita acara penggeledahan kepada penghuni atau pemilik

    tempat yang digeledah. Demikian juga pengawasan dan kerja sama

    dengan pihak ketiga. Setiap penggeledahan harus disaksikan oleh dua

    orang saksi, atau dalam keadaan penghuni atau pemilik menolak

    tindakan penggeledahan, penggeledahan yang dijalankan tanpa

    persetujuan penghuni/pemilik, harus disaksikan oleh kepala desa atau

    kepala lingkungan, ditambah dua orang saksi yang harus ikut

    menyaksikan jalannya penggeledahan (wawancara tanggal 25 Juni

    2006).

    Selanjutnya Suparman, menyatakan bahwa waktu penggeledahan

    sedapat mungkin harus dilakukan pada siang hari dan diusahakan

    mencari momen waktu yang dapat menghindari akibat sampingan yang

    bisa merusak pertumbuhan kejiwaan dan mental anak-anak dan

    keluarga tersangka yang digeledah (wawancara tanggal 25 Juni 2006).

    Sebagaimana diatur dalam Pasal 33 KUHAP bahwa syarat-syarat

    umum untuk melaksanakan penggeledahan harus mendapat izin Ketua

    Pengadilan Negeri setempat, menunjukkan tanda pengenal kepada

    tersangka, disaksikan oleh dua orang saksi apabila tersangka setuju,

    46

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    47/65

    dan apabila tersangkanya tidak setuju maka disaksikan oleh Kepala

    Desa/Lingkungan dengan dua orang saksi. Dalam waktu selambat-

    lambatnya dua hari penyidik membuat berita acara untuk itu dan

    turunannya (salinannya) disampaikan kepada yang bersangkutan.

    Kadangkala terjadi keadaan sangat mendesak bagi penyidik untuk

    melaksanakan penyidikan dengan memasuki suatu tempat untuk

    menggeledah dan tidak mungkin untuk meminta surat izin dari Ketua

    Pengadilan Negeri. Penyidik dalam pelaksanaan penyidikan apabila

    mendapat kesulitan karena tersangka melarikan diri, mengulangi

    perbuatannya, atau menghilangkan barang bukti.

    Dalam hal menurut Pasal 34 ayat 1 KUHAP penyidik dapat

    melakukan penggeledahan tanpa izin terlebih dahulu dalam hal

    penyidik melakukan penyidikan pada halaman rumah atau tempat

    tinggal tersangka berdiam atau berada, ataupun tempat lain tersangka

    bertempat tinggal, tempat tindak pidana dilakukan, tempat penginapan

    atau tempat umum. Setelah penggeledahan selesai, penyidik dalam hal

    ini wajib segera melaporkan kepada Ketua Pengadilan Negeri

    setempat.

    Dalam hal penyidik melaksanakan penggeledahan tidak

    diperkenankan memeriksa atau menyita surat, buku, dan atau tulisan

    lain yang tidak merupakan benda yang berhubungan dengan tindak

    47

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    48/65

    pidana yang bersangkutan, kecuali benda yang berhubungan dengan

    tindak pidana yang bersangkutan atau yang diduga telah dipergunakan

    untuk melakukan tindak pidana tersebut, dan untuk itu wajib segera

    melaporkan kepada ketua pengadilan negeri setempat guna

    memperoleh persetujuan. Apabila izin penggeledahan dari ketua

    pengadilan negeri bersifat umum, maka tidak disebutkan dimana akan

    dilakukan penggeledahan, tetapi kalau isinnya bersifat khusus harus

    dicantumkan dimana penggeledahan dilakukan oleh penyidik. Dengan

    sendirinya penyidik tidak dapat melakukan penggeledahan di tempat

    yang tidak disebut dalam surat izin itu, walaupun kemudian ternyata

    bahwa tempat itu perlu digeledah pula sesuai dengan petunjuk yang

    diperoleh pada penggeledahan pertama.

    2. Penyitaan Barang Bukti

    Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil

    alih dan atau menyimpan di bawah penguasaannya bendak bergerak

    atau benda tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk

    kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan

    (Pasal 1 butir ke-16 KUHAP). Tujuan penyitaan adalah untuk

    kepentingan pembuktian terutama ditujukan sebagai barang bukti di

    muka sidang peradilan.

    48

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    49/65

    Demikian dikemukakan oleh Supardi, Anggota Penyidik Pembantu

    Polsek Watubangga, bahwa penyitaan merupakan tindakan hukum yang

    dilakukan pada taraf penyidikan. Sesudah lewat taraf penyidikan tidak

    dapat lagi dilakukan penyitaan untuk atas nama penyidik. Itu sebabnya

    Pasal 38 KUHAP tersebut telah ditentukan dengan pasti hanya penyidik

    yang berwenang melakukan tindakan penyitaan (wawancara tanggal 30

    Juni 2006).

    Supardi menyatakan pula bahwa ada kemungkinan adanya

    penyitaan pada tingkat penuntutan atau tingkat pemeriksaan pengadilan,

    namun demikian pelaksanaan penyitaan harus diminta kepada penyidik,

    seandainya dalam pemeriksaan sidang pengadilan, hakim berpendapat

    dianggap perlu melakukan penyitaan suatu barang, untuk itu hakim

    mengeluarkan penetapan yang memerintahkan penuntut umum agar

    penyidik melaksanakan penyitaan barang dimaksud (wawancara tanggal

    30 Juni 2006).

    Demikian penyitaan dalam tindak pidana minuman keras, maka

    tata cara penyitaan yang biasa dilakukan pada umumnya mengikuti

    prosedur yang telah ditetapkan dalam Pasal 46 KUHAP, yaitu harus ada

    surat izin penyitaan dari Ketua Pengadilan Negeri setempat, kecuali

    penyitaan itu harus dilakukan dalam keadaan mendesak, surat izin

    penyitaan dari Ketua pengadilan negeri nanti menyusul tetapi hanya

    49

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    50/65

    penyitaan atas benda bergerak dan segera melaporkan kepada Ketua

    pengadilan negeri untuk mendapat persetujuan. Di samping itu penyidik

    memperlihatkan atau menunjukkan tanda pengenal jabatan kepada

    orang dari mana benda itu akan di sita agar ada kepastian bagi orang

    yang bersangkutan bahwa dia benar-benar berhadapan dengan petugas

    penyidik, sebab tanpa menunjukkan lebih dahulu tanda pengenal, orang

    yang hendak disita berhak menolak tindakan dan pelaksanaan penyitaan.

    Selain itu penyidik yang melakukan penyitaan memperlihatkan benda

    yang akan disita kepada orang dari mana benda itu akan di sita atau

    kepada keluarganya. Penyitaan pula harus disaksikan oleh kepala desa

    atau kelurahan dengan dua orang saksi. Membuat berita acara penyitaan

    dan menyampaikan turunan berita acara penyitaan kepada orang dari

    mana barang itu disita atau keluarganya dan kepala desa setempat.

    2. Penangkapan

    Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa

    pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka apabila terdapat

    cukup bukti guna kepentingan penyidikan. Tindakan penangkapan baru

    dapat dilakukan oleh penyidik apabila seseorang itu diduga keras

    melakukan tindak pidana, dan dugaan itu didukung oleh permulaan bukti

    yang cukup dari penilaian penyidik sepenuhnya.

    50

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    51/65

    Pelaksanaan penangkapan dilakukan oleh petugas Kepolisian

    Negara Republik Indonesia, kecuali Jaksa Penuntut Umum dapat

    melakukan penagkapan dalam kedudukannya sebagai penyidik. Penyidik

    dalam melakukan penangkapan harus membawa surat tugas

    penangkapan dengan memperlihatkan surat perintah penangkapan yang

    disampaikan kepada tersangka atau keluarga tersangka untuk

    mengetahui dengan pasti seorang tersangka ditangkap dan diperiksa.

    Batas waktu penangkapan adalah 1 x 24 jam atau satu hari, dan

    tidak boleh lebih dari satu hari, tetapi apabila jarak yang ditempuh antara

    Polsek sebagai tempat penyidikan dengan lokasi penangkapan

    membutuhkan jarak tempuh lebih dari satu hari, maka penyidik dapat

    melakukan penangkapan dengan memperlihatkan surat perintah untuk

    membawa tersangka. Waktu penangkapan mulai terhitung sejak

    tersangka tiba di Polsek untuk dilakukan pemeriksaan.

    Penangkapan terhadap tersangka yang melakukan pelanggaran

    seperti pelaku tindak pidana minuman keras tidak dapat dilakukan secara

    langsung. Apabila pelaku tindak pidana minuman keras telah dilakukan

    pemanggilan secara patut tetapi tidak mengindahkannya maka

    penangkapan terhadap pelaku tindak pidana pelanggaran dapat

    dilakukan.

    3. Penahanan

    51

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    52/65

    Penahanan adalah menempatkan tersangka ditempat tertentu oleh

    penyidik. Syarat-syarat untuk menahan seorang tersangka diperlukan

    berbagai persyaratan. Syarat formal penahanan harus ada surat perintah

    dari yang berwenang, dan syarat materialnya adalah adanya dugaan

    keras tersangka yang melakukan tindak pidana, adanya kekhawatiran

    bahwa tersangka akan mengulangi tindak pidana, adanya kekhawatiran

    bahwa tersangka akan merusak atau menghilangkan barang bukti.

    Tindak pidana yang diancam pidana lima tahun atau lebih dan menurut

    sifat pelakunya perlu ditahan.

    Hasil wawancara dengan Ibrahim Lenni, Kanit Reskrim Posek

    Watubangga, menyatakan bahwa pelaku tindak pidana minuman keras

    ditahan karena dikhawatirkan akan menghilangkan barang bukti berupa

    minuman keras yang dijualnya (wawancara tanggal 25 Juni 2006).

    Hal senada dikemukakan pula oleh Mustamin, Kanit Pulbaket

    Polsek Watubangga, menyatakan bahwa untuk menghindari pelaku

    tindak pidana minuman keras mengulangi tindakannya, maka pihak

    penyidik di Polsek Watubangga melakukan penahanan terhadap seorang

    tersangka guna kepentingan penyidikan tindak pidana yang

    bersangkutan. Seseorang yang disangka atau diduga melakukan tindak

    pidana, untuk sementara waktu dapat di batasi kebebasannya.

    Pembatasan itu dapat dilakukan bilamana telah menunjukkan bukti-bukti

    52

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    53/65

    yang kuat bahwa orang itulah yang melakukan perbuatan tindak pidana

    minuman keras. Penahanan pelaku tindak pidana minuman keras atau

    mereka yang di tuduk melakukan. Penangkapan dan penahanan

    terhadap pelaku tindak pidana minuman keras ini tidak lain adalah untuk

    memudahkan proses penyidikannya (wawancara tanggal 30 Juni 2006).

    4.2. Hambatan-Hambatan Yang Dialami Oleh Polsek Watubangga DalamPelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana Minuman Keras

    Penyebab orang melakukan tindak pidana Minuman keras Khususnya

    pelaku penjual tindak pidana Minuman keras merasakan bahwa dengan

    melakukan penjualan minuman Keras, sipelaku merasa mendapat

    keuntungan yang lebih besar dari pada menjual selain minuman keras.

    Dari hasil penelitian bahwa dalam pelaksanaan penyidikan terhadap

    tindak pidana minuman keras di Polsek Watubangga, ada beberapa

    hambatan yang dialami yaitu :

    1. Kurangnya kerjasama antara Polisi (Penyidik) dengan

    masyarakat.

    Hambatan ini muncul dari pihak masyarakat karena masyarakat

    beranggapan bahwa polisi merupakan institusi yang secara

    kelembagaan bertugas untuk menjaga keamanan dan mengayomi

    masyarakat. Masyarakat kadangkala tidak mau menyampaikan

    informasi berkaitan dengan terjadinya tindak pidana minuman keras

    dengan alasan tidak ingin menjadi saksi karena hal tersebut dapat

    53

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    54/65

    menyita waktu, biaya dan tenaga serta dapat mengancam keselamatan

    mereka terutama datangnya dari pelaku tindak pidana minuman keras

    (wawancara, Oscar Syamsuddin, Kapolsek Watubangga, tanggal 21

    Juni 2006).

    2. Pelaku tindak pidana minuman keras menghilangkan jejak terjadinya

    tindak pidana

    Dari hasil pengamatan yang dilakukan penulis di Polsek

    Watubangga tidak sedikit dari mereka pelaku tindak oidana minuman

    keras yang menghilangkan jejak agar terbebas dari penagkapan dan

    ancaman hukuman dengan cara menghilangkan barang bukti berupa

    minuman keras pada waktu akan dilakukan penggeledahan,

    memberikan keterangan yang berbelit-belit, dan pelaku meninggalkan

    wilayah hukum Polsek Watubangga.

    3. Terbatasnya sarana dan prasarana.

    Terbatasnya sarana dan prasarana ini termasuk didalamnya

    fasilitas kendaraan yang dimiliki oleh Polsek Watubangga untuk

    mengadakan patroli pada setiap wilayah yang dianggap rawan yang

    memerlukan pengawasan setiap saat tidak dapat dijangkau sehingga

    penyidikan terhadap tindak pidana minuman keras tidak optimal

    Kondisi seperti ini menyebabkan para petugas kepolisian tidak dapat

    bertindak secara tepat untuk melakukan pengejaran dan penangkapan

    54

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    55/65

    terhadap pelaku tindak pidana minuman keras (wawancara, Supardi,

    Penyidik Pembantu Polsek Watubangga, tanggal 30 Juni 2006).

    4. Terbatasnya sumber daya manusia (Polisi) untuk mengungkap tindak

    pidana minuman keras.

    Pesatnya kemajuan dalam berbagai bidang terutama terjadinya tindak

    pidana minuman keras , maka polisi dituntut untuk lebih profesional

    dalam melakukan penyidikan yang semakin sulit dideteksi, dicegah dan

    diselesaikan dengan baik dalam waktu yang singkat akibat pada

    umumnya tenaga penyidik pada Polsek Watubangga beluk memiliki

    syarat untuk diangkat sebagai penyidik, tetapi mereka hanya sebatas

    sebagai penyidik pembantu (wawancara, Oscar Samsuddin, Kapolsek

    Watubangga, tanggal 21 Juni 2006).

    4.3. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Polsek Watubangga Untuk MengatasiHambatan-Hambatan Dalam Peyidikan Terhadap Pelaku TindakPidana Minuman Keras.

    Dalam mengatasi hambatan-hambatan yang dialami oleh penyidik

    Polsek Watubangga dalam pelaksanaan penyidikan terhadap pelaku tindak

    pidana minuman keras , maka beberapa upaya yang dilakukan adalah

    sebagai berikut :

    1. Secara institusi Polsek Watubangga senantiasa membenahi diri dengan

    mensosialisasikan perubahan paradigma kepolisian untuk mengubah

    persepsi yang selama ini polisi cenderung membuat masyarakat

    55

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    56/65

    menjadi takut dengan keberadaan polisi, maka masyarakat merasa

    aman.

    2. Polisi di Polsek Watubangga senantiasa membuka diri memberikan

    kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh lapisan masyarakat

    untuk memberikan masukan kepada pihak Polsek Watubangga dalam

    rangka pembinaan personil. Langkah ini memberikan kesempatan

    kepada berbagai pihak baik tokoh adat, tokoh agama, dan tokoh

    masyarakat.

    3. Pembinaan personil yang mampu memberikan tindakan-tindakan

    persuasif, pembinaan kesadaran hukum masyarakat dengan

    melakukan penyuluhan hukum khususnya dampak negatif penggunaan

    minuman keras di berbagai desa yang bertujuan untuk membantu

    memberikan masukan dalam bentuk informasi kepada polisi baik

    secara kelembagaan maupun secara individual.

    4. Dalam kaitannya dengan usaha penciptaan sumber daya manusia

    ( polisi yang profesional ) Polsek Watubangga memberikan kesempatan

    seluas-luasnya kepada setiap personil yang berminat untuk

    melanjutkan pendidikan baik pada jenjang starata satu (S1) maupun

    pada Dikjur Kepolisian secara reguler dalam berbagai bidang.

    5. Berkaitan dengan usaha mengatasi hambatan aspek kurangnya sarana

    yang dimiliki oleh Polsek Watubangga, beberapa langkah yang

    ditempuh selain mengusulkan kepada Polres Kabupaten Kolaka

    56

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    57/65

    tentang pengadaan sarana penunjang operasional juga bekerjasama

    dengan pemerintah daerah dengan pihak lain yang tidak mengikat

    untuk mengatasi keterbatasan sarana (wawancara Oscar Samsuddin,

    Kapolsek Watubangga tanggal 30 Juli 2006).

    BAB V

    P E N U T U P

    5.1. Simpulan

    1. Pelaksanaan penyidikan terhadap pelaku tindak pidana minuman keras

    dilakukan mulai dari penggeledahan pelaku tindak minuman keras,

    penyitaan barang bukti tindak pidana minuman keras, penangkapan

    dan penahanan pelaku tindak pidana minuman keras untuk

    memudahkan pemeriksaan pelaku tindak pidana minuman keras.

    2. Hambatan-hambatan yang dialami oleh penyidik Polsek Watubangga

    dalam pelaksanaan penyidikan tindak pidana minuman keras (1)

    Kurangnya kerjasama antara Polisi (Penyidik) dengan masyarakat; (2)

    Pelaku tindak pidana minuman keras menghilangkan jejak terjadinya

    tindak pidana; (3) Terbatasnya sarana dan prasarana.yang dimiliki oleh

    Polsek Watubangga; (4).Terbatasnya sumber daya manusia (Polisi)

    untuk mengungkap tindak pidana minuman keras.

    57

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    58/65

    3. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Penyidik Polsek Watubangga Untuk

    Mengatasi Hambatan-Hambatan Dalam Peyidikan Terhadap Pelaku

    Tindak Pidana Minuman Keras sebagai berikut : (1) Membenahi diri

    dengan mensosialisasikan perubahan paradigma kepolisian kepada

    masyarakat.(2) Memberikan kesempatan kepada seluruh lapisan

    masyarakat untuk memberikan masukan kepada pihak Polsek

    Watubangga.(3) Pembinaan personil yang mampu memberikan

    tindakan-tindakan persuasif.(4) Memberikan kesempatan kepada setiap

    personil yang berminat untuk melanjutkan pendidikan baik pada jenjang

    starata satu (S1) maupun pada Dikjur Kepolisian. (5)

    Mengusulkan kepada Polres Kolaka tentang pengadaan sarana

    penunjang operasional.

    5.2. Saran

    1. Hendaknya penyidik Polisi Republik Indonesia khususnya Polisi Sektor

    Watubangga ditingkatkan pengetahuannya tentang hukum dan kalau

    perlu semua penyidik Polisi Republik Indonesia adalah sarjana hukum

    yang lebih mengetahui secara mendalam tentang hukum serta

    menjalankan tugasnya agar memperhatikan wewenang dan

    kewajibannya yang telah digariskan dalam undang-undang.

    2. Sebaiknya pihak kepolisian dibekali pengetahuan secara luas

    mengenai kriminologi, hukum acara pidana serta penerapannya dalam

    58

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    59/65

    praktek, agar pihak kepolisian dapat mengetahui tugas-tugas yang

    dilimpahkan kepadanya.

    3. Hendaknya Kepala Daerah Kab.Kolaka dalam mengeluarkan izin

    tentang penjualan minuman keras membuat lokasi khusus dalam

    penempatan izin yang dikeluarkan agar mudah diawasi dalam

    pelaksanaan pengawasan peredaran minuman keras di lapangan.

    59

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    60/65

    DAFTAR PUSTAKA

    Andi Zainal Abidin Farid, 1993. Bunga Rampai Hukum Pidana. PradnyaParamitha, Jakarta.

    Andi Hamzah, 1993. Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, GhaliaIndonesia, Jakarta.

    Abdurrahman,1990. Pembaharuan Hukum Acara Pidana dan Hukum AcaraPidana Baru Indonesia, Alumni, Bandung.

    M. Hanafi Asmawie, 1983. Ganti Kerugian dan Rehalibitasi menurut KUHAP,Pradnya Paramitha, Jakarta.

    Alfiah Ratna Nurul, tt. Praperadilan Dalam Ruang Lingkupnya, AkademikaPressindo, Jakarta.

    Arif Gosita ,1997. Viktimologi dan KUHAP Yang Mengatur Ganti KerugianPihak Korban, Akademika Pressindo, Jakarta.

    A.T. Hamid, 1992. Praktek Peradilan Perkara Pidana, Al Ihsan,Surabaya.

    Yahya Harahap, 1985. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP,Pustaka Kartini, Jakarta.

    Syahrial Syam,1999. Tujuan Pembuatan Peraturan Perundang-undangan,Sihar Agung, Jakarta.

    Ridwan Syahrani,1993. Beberapa Hal Tentang Hukum Acara Pidana, Alumni,Bandung.

    Soerjono Soekanto,1999. Faktor-faktor yang mempengaruhi PenegakanHukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta

    Tafal, B. Bastian,1974. Kumpulan Kuliah Hukum Acara Pidana, Unhas

    Tirtaadmidjaja,1953. Kedudukan Hakim dan Jaksa dan Acara Pemeriksaan

    Biasa Perkara-perkara Pidana dan Perdata, Fasco, Jakarta.

    Tresna,R.1957. Peradilan di Indonesia dari Abad ke Abad, Amsterdam Jakarta,

    Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara RebuplikIndonesia, Mabes - Polri, Jakarta.

    60

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    61/65

    S K R I P S I

    PENYIDIKAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MINUMAN KERAS

    (Studi Kasus Di Polsek Watubangga Kabupaten Kolaka)

    Oleh

    NATAL FRIDS SITORUSNIM : 20209069NIRM : 914909069

    FAKULTAS HUKUM

    UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH KENDARI

    2006

    61

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    62/65

    PENGESAHAN PEMBIMBING

    PENYIDIKAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MINUMAN KERAS

    ( Studi Kasus di Polsek Watubangga Kabupaten Kolaka )

    OLEH

    NATAL FRIDS. SITORUSNIM. 20209069

    Telah Diperiksa dan Disetujui Untuk DiajukanPada Ujian Skripsi di HadapanTim Penguji Skripsi

    Program Studi Ilmu HukumFakultas Hukum

    Universitas Muhammadiyah Kendari

    Pembimbing I Pembimbing II

    Deity Yuningsih, SH.MH Ali Rizky, SH

    62ii

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    63/65

    D A F T A R I S I

    HALAMAN JUDUL ................................................................................ iPENGESAHAN PEMBIMBING .............................................................. iiKATA PENGANTAR............................................................................... iiiDAFTAR ISI............................................................................................. vABSTRAK................................................................................................ vii

    BAB I PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang ................................................................. 11.2. Rumusan Masalah............................................................ 41.3. Tujuan Penelitian ............................................................. 41.4. Manfaat Penelitian............................................................. 5

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1.Tugas dan Fungsi Kepolisian.............................................. 62.2.Wewenang Penyidik Polri.................................................... 92.3.Tindak Pidana Minuman Keras............................................ 162.4. Alasan Pelaksanaan Penahanan

    Pelaku Tindak Pidana..................................................... 22

    BAB III METODE PENELITIAN3.1. Jenis Penelitian ................................................................ 34

    3.2. Lokasi Penelitian............................................................... 343.3. Populasi dan Sampel........................................................ 343.4 Jenis dan Sumber Data..................................................... 343.5. Teknik Pengumpulan Data................................................

    ...........................................................................................353.6. Analisis Data.....................................................................

    ...........................................................................................353.7. Definisi Operasional..........................................................

    ...........................................................................................36

    BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................

    384.2. Pelaksanaan Penyidikan Pelaku Tindak Pidana

    Minuman Keras..................................................................40

    63v

  • 7/31/2019 Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Minuman Keras

    64/65

    4.3. Hambatan-hambatan Yang Dialami Dalam PelaksanaanPenyidikan Pelaku Tindak Pidana M