penyiapan sampel
TRANSCRIPT
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIOVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN LENGKAP
PENYIAPAN SAMPEL
OLEH:
NAMA : DIAN CHIKITA
NIM : N11109285
KELOMPOK : ENAM
GOLONGAN : RABU
ASISTEN : NURUL MUKHLIZA
MAKASSAR
2011
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sebagai Negara kepulauan yang besar di dunia yang memiliki
wilayah laut sangat luas, dua pertiganya merupakan wilayah laut,
Indonesia memiliki sumberdaya alam hayati laut yang besar. Salah satu
sumber daya alam tersebut adalah ekosistem terumbu karang. Ekosistem
terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang menjadi
sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam ekosistem
terumbu karang bisa hidup lebih dari 300 jenis karang, lebih dari 200 jenis
ikan dan berpuluh-puluh jenis moluska, krustasea, sponge, algae, lamun
dan biota lainnya.
Spons merupakan salah satu komponen biota penyusun terumbu
karang yang mempunyai potensi bioaktif yang belum banyak
dimanfaatkan. Hewan laut ini mengandung senyawa aktif yang persentase
keaktifannya lebih besar dibandingkan dengan senyawa-senyawa yang
dihasilkan oleh tumbuhan darat. Jumlah struktur senyawa yang telah
didapatkan dari spons laut sampai Mei 1998 menurut Soest dan
Braekman (1999) adalah 3500 jenis senyawa, yang diambil dari 475 jenis
dari dua kelas, yaitu Calcarea dan Demospongiae. Pemanfaatan spons
laut sekarang ini cenderung semakin meningkat, terutama untuk mencari
senyawa bioaktif baru dan memproduksi senyawa bioaktif tertentu.
Pengumpulan spesimen untuk pemanfaatan tersebut, pada umumnya
diambil secara langsung dari alam dan belum ada dari hasil budidaya.
Cara seperti ini, jika dilakukan secara terus menerus diperkirakan dapat
mengakibatkan penurunan populasi secara signifikan karena terjadi
tangkap lebih (overfishing), terutama pada jenis-jenis tertentu yang
senyawa bioaktifnya sudah diketahui aktifitas farmakologiknya dan sulit
dibuat sintesisnya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan pemanfaatan
yang berkesinambungan, kelestarian sumber daya ini perlu dijaga dan
dipertahankan. Hal-hal yang dapat merusak dan mengancam
kelestariannya harus dicegah dan dikendalikan.
Dalam usaha untuk menemukan senyawa-senyawa bioaktif dari
biota laut, maka dilakukan pengujian-pengujian tertentu. Pada percobaan
ini, dilakukan pengujian terhadap sponge Aplysina archeri. Sebelum
sampel dari laut tersebut diekstraksi untuk kemudian diuji, maka terlebih
dahulu sampel tersebut harus disiapkan terlebih dahulu.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara penyiapan sampel
I.2.2 Tujuan Percobaan
Mengetahui dan memahami cara penyiapan sampel Aplysina
archeri yang benar.
I.3 Prinsip Percobaan
Melakukan penyiapan sampel biota laut berupa, sponge Aplysina
archeri, berupa pengambilan sampel, sortasi basah, pencucian dengan
hati-hati, perajangan, serta sortasi kering.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Spons adalah hewan yang termasuk Filum Porifera. Filum
Porifera terdiri dari tiga kelas, yaitu: Calcarea, Demospongiae, dan
Hexactinellida, filum Porifera terdiri dari empat kelas, yaitu: Calcarea,
Demospongiae, Hexactinellida, dan Sclerospongia. (1)
Kelas Calcarea adalah kelas spons yang semuanya hidup di laut.
Spons ini mempunyai struktur sederhana dibandingkan yang lainnya.
Spikulanya terdiri dari kalsium karbonat dalam bentuk calcite. Kelas
Demospongiae adalah kelompok spons yang terdominan di antara
Porifera masa kini. Mereka tersebar luas di alam, serta jumlah jenis
maupun organismenya sangat banyak. Mereka sering berbentuk masif
dan berwarna cerah dengan sistem saluran yang rumit, dihubungkan
dengan kamar-kamar bercambuk kecil yang bundar. Spikulanya ada yang
terdiri dari silikat dan ada beberapa (Dictyoceratida, Dendroceratida dan
Verongida) spikulanya hanya terdiri serat spongin, serat kollagen atau
spikulanya tidak ada. Kelas Hexactinellida merupakan spons gelas.
Mereka kebanyakan hidup di laut dalam dan tersebar luas. Spikulanya
terdiri dari silikat dan tidak mengandung spongin (2).
Morfologi luar spons laut sangat dipengaruhi oleh faktor fisik,
kimiawi, dan biologis lingkungannya. Spesimen yang berada di lingkungan
yang terbuka dan berombak besar cenderung pendek pertumbuhannya
atau juga merambat. Sebaliknya spesimen dari jenis yang sama pada
lingkungan yang terlindung atau pada perairan yang lebih dalam dan
berarus tenang, pertumbuhannya cenderung tegak dan tinggi. Pada
perairan yang lebih dalam spons cenderung memiliki tubuh yang lebih
simetris dan lebih besar sebagai akibat lingkungan dari lingkungan yang
lebih stabil apabila dibandingkan dengan jenis yang sama yang hidup
pada perairan yang dangkal. (3)
Spons dapat berbentuk sederhana seperti tabung dengan dinding
tipis, atau masif bentuknya dan agak tidak teratur. Banyak spons juga
terdiri dari segumpal jaringan yang tak tentu bentuknya, menempel dan
membuat kerak pada batu, cangkang, tonggak, atau tumbuh-tumbuhan.
Kelompok spons lain mempunyai bentuk lebih teratur dan melekat pada
dasar perairan melalui sekumpulan spikula. Bentuk-bentuk yang dimiliki
spons dapat beragam. Beberapa jenis bercabang seperti pohon, lainnya
berbentuk seperti sarung tinju, seperti cawan atau seperti kubah. Ukuran
spons juga beragam, mulai dari jenis berukuran sebesar kepala jarum
pentul, sampai ke jenis yang ukuran garis tengahnya 0.9 m dan tebalnya
30.5 cm. Jenis-jenis spons tertentu Nampak berbulu getar karena
spikulanya menyembul keluar dari badannya. (3)
Aplysina archeri juga dikenal sebagai ‘stove pipe sponge’ karena
struktur seperti pipa panjang. Warnanya beraneka ragam dari lavender,
abu-abu, atau coklat. Mereka hidup dalam grup tetapi ada juga yang
tunggal. Tingginya dapat mencapai 5 kaki 3 inci. Permukaan luarnya
kasar,tetapi bagian dalamnya lembut. Klasifikasi Aplysina archeri, sbb.(3)
Kingdom : Animalia
Phylum : Porifera
Class : Demospongiae
Orde : Dictyoceratida
Family : Spongiidae
Genus : Aplysina
Species : Aplysina archeri
II.2 Uraian sampel
Kingdom : Animalia
Phylum : Porifera
Class : Demospongiae
Orde : Dictyoceratida
Family : Spongiidae
Genus : Aplysina
Species : Aplysina archeri (3)
II.3 Uraian Bahan
1. Aquadest (4)
Nama Resmi : Aqua Destillata
Nama Lain : Air suling, aquadest
RM/BM : H2O/18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Untuk membersihkan sampel
2. Metanol (4)
Nama Resmi : Metanol
Nama Lain : Metanol
RM : CH3OH
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, membentuk cairan
jernih tidak berwarna
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai larutan penyari
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Alat yang digunakan adalah gunting, mangkok bening, pisau,
talenan, toolbox dan toples.
III.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah air, kertas koran, kantung
plastik, methanol, sampel sponge (Aplysina archeri).
III.3 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Disortasi basah sampel
3. Dicuci sampel dengan air mengalir
4. Dirajang sampel dengan ukuran tertentu
5. Ditimbang bobot sampel
6. Dimasukkan dalam toples; ditambahkan pelarut metanol
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Data
Bobot sponge (Aplysina archeri) = 1,65 kg
Organoleptis = warna merah, bentuk tidak beraturan, bagian
dalamnya tampak seperti spons, berongga.
IV.2 Gambar
BAB V
PEMBAHASAN
Simplisia merupakan bahan alamiah yang digunakan sebagai
bahan obat dan belum mengalami pengolahan apapun dan kecuali
dinyatakan lain, merupakan bahan yang telah dikeringkan. Pada
percobaan kali ini digunakan sampel laut yaitu sponge Aplysina archeri.
Sampel spons Aplysina archeri diambil di lokasi Pulau Barrang
Lompo. Sampel spons Aplysina archeri diambil menggunakan pisau untuk
memudahkan proses pengambilan, kemudaian dimasukkan ke dalam
plastik. Sebelum dimasukkan dalam plastik sampel spons Aplysina archeri
dicuci dengan air laut terlebih dahulu. Tujuannya agar sampel beradaptasi
dengan keadaan lingkungan darat. Setelah itu, sampel yang telah
diperoleh disortasi basah. Tujuannya yaitu untuk memisahkan kotoran-
kotoran atau bahan asing serta mengurangi jumlah pengotor. Tahap
selanjutnya yaitu pencucian. Sampel dicuci dengan air mengalir.
Pencucian dilakukan untuk membersihkan sampel dari kotoran yang
melekat dan mengurangi mikroba yang terdapat pada sampel. Sampel
laut tidak boleh dicuci terlalu lama, karena ditakutkan ada senyawa dari
sampel yang ikut tercuci. Setelah itu, sampel dirajang atau dipotong-
potong kecil dengan menggunakan pisau. Sampel dipotong kotak-kotak.
Setelah sampel dirajang sebaiknya sampel dikeringkan terlebih dahulu
untuk menghilangkan kadar garamnya tetapi pada saat pengerjaan
proses ini t idak dilakukan sebab waktu dan kondisi yang tidak
memungkinkan serta mempercepat pembusukan sampel. Sampel juga
tidak mengalami sortasi kering sebab sampel tidak dikeringkan sehingga
sampel tidak mengalami pemisahan dari sampel yang kualitasnya buruk.
Lalu sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam botol untuk diekstraksi
menggunakan pelarut metanol. Bobot sampel yang diperoleh adalah 1,65
kg.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengejakan sampel
laut yaitu . sampel laut tidak boleh dicuci terlalu lama, karena ditakutkan
ada senyawa dari sampel yang ikut tercuci. Selain itu, sampel laut tidak
boleh terlalu lama dalam lingkungan kering karena akan terjadi
pembusukan. Jika belum akan dikerjakan sebaiknya sampel laut
dimasukkan ke dalam toolbox yang berisi es batu atau dalam lemari
pendingin.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Dari percobaan ini diperoleh bobot sampel sponge Aplysina archeri
adalah 1,65 kg.
VI.2 Saran
Alat dan bahan di lab dilengkapi
DAFTAR PUSTAKA
1. Amir, I dan Budiyanto. (1996). Mengenal Spons Laut (Demospongiae)
Secara Umum. Oseana, Volume XXI, Nomor 2. Hal: 15 – 31.
2. Romihmohtarto, K. dan Juwana S. (1999). Biologi Laut: Ilmu
Pengetahuan tentang Biota Laut. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Oseanologi-LIPI.
3. Pusat Data dan Informasi-Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia. (serial on the internet). 2003.(diakses 20 Mei 2011) Available
from http://www. pdpersi.co.id./ Tanaman Obat.html
4. Tim penyusun. 2011. Penuntun Praktikum Isolasi Senyawa Bioaktif.
Makassar : Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.
5. animals.about.com/od/sponge1/p/porifera.htm. Diakses pada tanggal
23 November 2011.
6. www.wetwebmedia.com/sponges.htm . Diakses pada tanggal 23
November 2011.
7. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI