peningkatan hasil belajar bahasa indonesia siswa...

15
WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.2 JULI-DES 2014 ISSN : 2089-8592 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER DI KELAS IV-A SD NEGERI 060825 KECAMATAN MEDAN AREA Leniwati NIP. 19630816 199007 2 002 Guru Kelas IV-A SD Negeri 060825 Jl. Ismailiyah No.83 Medan ABSTRAK Pendidikan pada dasarnya adalah pengubahan sikap dan tingkah laku in- dividu dengan positif pada natural individu yang bersangkutan. Pendidikan juga me- rupakan salah satu ukuran kualitas ke- hidupan bangsa, karena tingkat pendidi- kan dapat menunjukkan kualitas sumber- daya yang dimiliki oleh bangsa yang ber- sangkutan. Dewasa ini, pendidikan telah mengalami perkembangan yang semakin pesat, dimana informasi dan komunikasi juga berkembang setiap saat. Pening- katan pemahaman konsep dan kemam- puan komunikasi siswa dapat dilakukan dengan mengadakan perubahan- perubahan dalam pembelajaran. Model pembelajaran yang sebaiknya diterapkan adalah model pembelajaran yang mem- berikan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga siswa lebih mudah untuk memahami konsep- konsep yang diajarkan dengan meng- komunikasikan ide-idenya dalam bentuk lisan maupun tulisan. Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran Advance Organizer pada Siklus I mencapai rata-rata 62,6 dengan ketuntasan klasikal 61,90% dan Siklus II mencapai 88,8 dengan ketuntasan klasikal 90,47%. Dengan demikian terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran bahasa indonesia mengalami peningkatan dari 26% aktivitas dalam mengerjakan LKS aktif pada siklus I menjadi 45% aktivitas dalam mengerjakan LKS aktif pada siklus II. Sehingga dapat dikatakan terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa di kelas X IV-A SD Negeri 060825 Kec.Medan Area. Kata Kunci : Hasil Belajar, Model Advance Organizer, Bahasa Indonesia PENDAHULUAN Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah pengubahan sikap dan tingkah laku individu dengan positif pada natural individu yang bersangkutan (Wingkel, 1999:24). Pendidikan juga merupakan salah satu ukuran kualitas kehidupan bangsa, karena tingkat pendidikan dapat menunjukkan kualitas sumberdaya yang dimiliki oleh bangsa yang bersangkutan. Dewasa ini, pendidikan telah mengalami perkembangan yang semakin pesat, dimana informasi dan komunikasi juga berkembang setiap saat. Kegiatan pembelajaran di sekolah akan berlangsung dengan baik apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk bersikap aktif, kreatif dan inovatif dalam menanggapi setiap pe- lajaran yang diajarkan sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk materi pelajaran dapat diterima oleh siswa. Sikap aktif, kreatif, dan inovatif terwujud dengan menempatkan siswa sebagai subyek pendidikan. Peran guru adalah sebagai fasilitator dan bukan sumber utama pembelajaran. Pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas IV A SD Negeri 060825 Kec. Medan Area ditemukan keragaman masalah sebagai berikut : a. Para siswa jarang mengajukan pertanyaan, walaupun guru sering meminta agar siswa bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas, atau kurang paham

Upload: lamnga

Post on 09-Mar-2019

270 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA …penelitian.uisu.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/LENIWATI.pdf · PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA MELALUI PENERAPAN

WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.2 JULI-DES 2014 ISSN : 2089-8592

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

ADVANCE ORGANIZER DI KELAS IV-A SD NEGERI 060825 KECAMATAN MEDAN AREA

Leniwati

NIP. 19630816 199007 2 002 Guru Kelas IV-A SD Negeri 060825

Jl. Ismailiyah No.83 Medan

ABSTRAK

Pendidikan pada dasarnya adalah pengubahan sikap dan tingkah laku in-dividu dengan positif pada natural individu yang bersangkutan. Pendidikan juga me-rupakan salah satu ukuran kualitas ke-hidupan bangsa, karena tingkat pendidi-kan dapat menunjukkan kualitas sumber-daya yang dimiliki oleh bangsa yang ber-sangkutan. Dewasa ini, pendidikan telah mengalami perkembangan yang semakin pesat, dimana informasi dan komunikasi juga berkembang setiap saat. Pening-katan pemahaman konsep dan kemam-puan komunikasi siswa dapat dilakukan dengan mengadakan perubahan-perubahan dalam pembelajaran. Model pembelajaran yang sebaiknya diterapkan adalah model pembelajaran yang mem-berikan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga siswa lebih mudah untuk memahami konsep-konsep yang diajarkan dengan meng-komunikasikan ide-idenya dalam bentuk lisan maupun tulisan.

Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran Advance Organizer pada Siklus I mencapai rata-rata 62,6 dengan ketuntasan klasikal 61,90% dan Siklus II mencapai 88,8 dengan ketuntasan klasikal 90,47%. Dengan demikian terjadi peningkatan hasil belajar siswa.

Aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran bahasa indonesia mengalami peningkatan dari 26% aktivitas dalam mengerjakan LKS aktif pada siklus I menjadi 45% aktivitas dalam mengerjakan LKS aktif pada siklus II. Sehingga dapat dikatakan terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa di kelas X IV-A SD Negeri 060825 Kec.Medan Area.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Model Advance Organizer,

Bahasa Indonesia

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya adalah pengubahan sikap dan tingkah laku individu dengan positif pada natural individu yang bersangkutan (Wingkel, 1999:24). Pendidikan juga merupakan salah satu ukuran kualitas kehidupan bangsa, karena tingkat pendidikan dapat menunjukkan kualitas sumberdaya yang dimiliki oleh bangsa yang bersangkutan. Dewasa ini, pendidikan telah mengalami perkembangan yang semakin pesat, dimana informasi dan komunikasi juga berkembang setiap saat.

Kegiatan pembelajaran di sekolah akan berlangsung dengan baik apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk bersikap aktif, kreatif dan inovatif dalam menanggapi setiap pe-lajaran yang diajarkan sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk materi pelajaran dapat diterima oleh siswa. Sikap aktif, kreatif, dan inovatif terwujud dengan menempatkan siswa sebagai subyek pendidikan. Peran guru adalah sebagai fasilitator dan bukan sumber utama pembelajaran.

Pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas IV – A SD Negeri 060825 Kec. Medan Area ditemukan keragaman masalah sebagai berikut :

a. Para siswa jarang mengajukan pertanyaan, walaupun guru sering meminta agar siswa bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas, atau kurang paham

Page 2: PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA …penelitian.uisu.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/LENIWATI.pdf · PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA MELALUI PENERAPAN

370

Leniwati : Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Melalui ....................................

b. Keaktifan siswa dalam mengikuti

pembelajaran masih belum nampak

c. Kurangnya keberanian siswa untuk mengerjakan soal di depan kelas. Hal ini menggambarkan efektifitas belajar mengajar dalam kelas masih rendah.

d. Keaktifan dalam mengerjakan soal-soal latihan pada proses pembelajaran juga masih kurang

Permasalahan-permasalahan ter-

sebut akan berakibat pada rendahnya pemahaman konsep siswa dan kemam-puan komunikasi siswa yang akan ber-muara pada rendahnya hasil belajar siswa. Peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi siswa dapat dilakukan dengan mengadakan perubahan-perubahan dalam pembelajar-an. Dalam hal ini, perlu dirancang suatu pembelajaran yang membiasakan siswa untuk mengkonstruksi sendiri penge-tahuannya, sehingga siswa lebih me-mahami konsep yang diajarkan serta mampu mengkomunikasikan pemikiran-nya, baik dengan guru, teman maupun terhadap materi bahasa indonesia itu sendiri. Salah satu cara yang dapat di-lakukan untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi siswa adalah dengan melaksakan model pembelajaran yang relevan diterapkan oleh guru. Model pembelajaran yang sebaiknya diterapkan adalah model pem-belajaran yang memberikan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga siswa lebih mudah untuk memahami konsep-konsep yang diajar-kan dengan mengkomunikasikan ide-idenya dalam bentuk lisan maupun tulisan.

Sebagai alternatif yang dapat diterapkan adalah model Advance Organizer. Model pembelajaran Advance Organizer dapat diterapkan dengan menggunakan peta konsep. Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proporsi-proporsi. Proporsi-proporsi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik.

Oleh karena itu, diharapkan dengan penerapan model pembelajaran Advance Organizer diharapkan mampu mencapai keberhasilan pembelajaran di sekolah dan

dapat disajikan salah satu alternatif pemecahan masalah guna meningkatkan aktivitas siswa yang berakhir kepada peningkatan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian diatas penulis telah melakukan penelitian yang berjudul: “Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer di Kelas IV-A SD Negeri 060825 Kec. Medan Area”. Idenfikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, beberapa masalah saat pembelajaran berlangsung dari sudut pandang siswa yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Rendahnya hasil belajar siswa. 2. Siswa masih enggan bertanya

kepada guru maupun kepada temannya.

3. Siswa jarang diminta untuk menge-mukakan alasan dan menjelaskan secara lisan maupun tertulis dalam menyelesaikan masalah bahasa indonesia.

4. Siswa tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran bahasa indonesia

Batasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang perlu diteliti, maka perlu dilakukan pembatasan masalah dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian ini menerapkan model pembelajaran Advance Organizer pada proses kegiatan belajar mengajar (KBM).

2. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV-A SD Negeri 060825 Kec. Medan Area Tahun Pembe-lajaran 2013 / 2014.

3. Materi pokok yang diterapkan selama pengambilan data adalah Percakapan dan Cerita Rumpang.

4. Kurikulum yang digunakan adalah KTSP.

Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah:

1. Apakah hasil belajar siswa meng-alami peningkatan setelah mene-rapkan Model Pembelajaran Advance OrganizerPada mata pelajaran bahasa Indonesia di

Page 3: PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA …penelitian.uisu.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/LENIWATI.pdf · PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA MELALUI PENERAPAN

371

Leniwati : Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Melalui ....................................

kelas IV-A SD Negeri 060825 Kec. Medan Area?

2. Apakah aktivitas siswa mening-kat setelah menerapkan model pembelajaran Advance Organizer pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas IV-A SD Negeri 060825 Kec. Medan Area?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui apakah hasil

belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran Advance Organizer pada mata pelajaran bahasa indonesia di kelas IV-A SD Negeri 060825 Kec. Medan Area.

b. Untuk mengetahui apakah akti-vitas siswa mengalami pening-katan setelah menerapkan model pembelajaran Advance Organizer di kelas IV-A SD Negeri 060825 Kec. Medan Area.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut :

a) Bagi Siswa Hasil penelitian ini sebagai alat untuk motivasi belajar siswa se-hingga keaktifan siswa dalam pembelajaran dan prestasi belajarnya dapat meningkat.

b) Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk menerapkan pem-belajaran Advance Organizer dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia di kelas. Dan juga untuk meningkatkan kreati-fitas dan kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran.

c) Bagi Kepala Sekolah Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan ke-bijakan dalam upaya meningkat-kan prestasi belajar siswa.

d) Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan penelitian sejenis.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di SD Negeri 060825 Kec. Medan Area jalan

Ismailiyah No.83. Pokok bahasan yang diterapkan selama pengambilan data di kelas IV – A adalah Percakapan dan Cerita Rumpang. Waktu penelitian di-adakan mulai dari bulan Agustus – Desember 2013 selama 5 bulan. Subyek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebanyak satu kelas yaitu kelas IV – A yang terdiri dari 48 siswa. Defenisi Operasional

a. Model pembelajaran advance organizer dapat diterapkan de-ngan menggunakan peta konsep. Peta konsep digunakan untuk me-nyatakan hubungan yang ber-makna antara konsep-konsep dalam bentuk proporsi-proporsi. Proporsi-proporsi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata da-lam suatu unit semantik.

b. Aktivitas belajar menunjukkan pada kegiatan belajar di mana siswa terlibat langsung atau ber-partisipasi aktif, yang sering di-sebut belajar dengan bekerja.

c. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah me-nerima pengalaman belajarnya.

Alat Pengumpul Data Alat pengumpul data dalam pene-litian ini adalah tes berbentuk essay. Tes hasil belajar ini digunakan untuk menge-tahui kemampuan siswa pada pada tingkat kognitif dan observasi untuk mengetahui aktivitas belajar siswa. 1. Tes Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer. Tes disusun dalam bentuk essay yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk SD Kelas IV. Tes yang digunakan senamyak 10 soal. 2. Observasi

Observasi dalam penelitian ini adalah observasi terhadap subjek pene-litian yang dilakukan untuk mengetahui efektif dan aktivitas siswa selama pem-belajaran. Adapun manfaat observasi

Page 4: PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA …penelitian.uisu.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/LENIWATI.pdf · PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA MELALUI PENERAPAN

372

Leniwati : Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Melalui ....................................

dalam penelitian ini adalah untuk mem-peroleh gambaran tentang keseluruhan objek yaitu memperoleh informasi guru dalam kegiatan belajar mengajar. Obser-vasi yang dilakukan bersifat langsung dan dilakukan oleh 2 orang pengamat yang dilengkapi dengan lembar pedoman ob-servasi aktivitas belajar siswa.

Lembar aktivitas ini digunakan pada saat siswa bekerja dalam kelompok. Yang menggunakan lembar aktivitas belajar siswa ini adalah dua orang pengamat, yang mengamati masing-masing satu kelompok setiap satu KBM yang sudah ditentukan oleh peneliti/guru. Pengamat aktivitas siswa selama KBM adalah sesama guru di SD Negeri 060825 Kec Medan Area adalah Isma Dewi, S.Pd dan Hidayati, S.Pd. Pengamat tidak boleh duduk bersamaan untuk menghindari data bias. Pengamat mentabulasi data/ menceklis pada lembar aktivitas ini selama dua menit sekali. Akhir kerja

kelompok, pengamat menandatangani lembar pengamat kemudian menyerahkan kepada peneliti. Sebagai contoh, bila kerja kelompok ditentukan oleh peneliti selama 20 menit maka pengisian data pada lembar aktivitas jumlah per siswa ada 10 ceklis. 10 ceklis ini posisinya pada 5 aktivitas siswa sesuai dengan peng-amatan. Setelah data terkumpul, maka data tersebut dianalisis sehingga setiap aktivits dapat ditentukan peresentasenya. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroomaction research) meliputi 4 tahap tiap siklusnya sebagai berikut : 1) Perencanaan Tindakan, 2) Pelaksanaan Tindakan, 3) Observasi, 4) Refleksi dan Evaluasi. (Arikunto dkk, 2008:16). Berikut ini digambarkan model pada penelitian tindakan kelas yang akan digambarkan sebagai siklus dalam pe-nelitian:

Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Perencanaan

Pelaksanaan

Pengamatan

SIKLUS I

Refleksi

Perencanaan

Pelaksanaan

Pengamatan

SIKLUS II

Refleksi

?

Page 5: PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA …penelitian.uisu.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/LENIWATI.pdf · PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA MELALUI PENERAPAN

373

Leniwati : Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Melalui ....................................

1. Menyusun Rencana Kegiatan

(Planning) a. Menganalisis kurikulum Bahasa

Indonesia, selanjutnya menyiap-kan perangkat pembelajaran ber-bentuk silabus dan rencana pe-laksanaan pembelajaran (RPP)

b. Membuat skenario pembelajaran model pembelajaran Advance Organizer.

c. Merancang lembar observasi untuk melihat bagaimana ke-giatan siswa dengan menerapkan model pembelajaran Advance Organizer.

d. Membuat instrument tes hasil belajar.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan Setelah perencanaan tindakan di-susun, maka dilakukan tindakan kelas. Dalam tahap pelaksanaan tindakan ini, kegiatan mengajar dilakukan oleh guru bidang studi, sedangkan pengamat mengamati seluruh kegiatan yang ber-langsung. Kegiatan yang dilakukan me-rupakan pengembangan dan pelaksanaan program yang telah disusun. Pada akhir setiap tindakan siswa diberikan tes akhir guna melihat hasil yang dicapai oleh siswa setelah pemberian tindakan. 3. Tahap Pengamatan (Observasi) Tahap pengamatan dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan pembelajaran. Sasaran pengamatan adalah aktivitas siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia dalam menerapkan model pembelajaran Advance Organizer. 4. Tahap Refleksi Tahap ini dilakukan untuk meng-analisis data dan memberikan makna terhadap data yang diperoleh dan meng-ambil kesimpulan dan langkah perbaikan yang telah dilakukan. Hasil refleksi ini kemudian digunakan sebagai dasar tahap perencanaan pada siklus berikutnya. Teknik Analisis Data

Metode analisis data pada penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan membandingkan hasil belajar siswa se-belum tindakan dengan hasil belajar siswa setelah tindakan. Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut:

1) Merekapitulasi nilai pretes se-belum tindakan dan nilai tes akhir siklus I dan siklus II.

2) Menghitung nilai rata-rata atau presentase hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan de-ngan hasil belajar setelah dilaku-kan tindakan pada siklus I dan siklus II untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar.

3) Penilaian a. Data nilai hasil belajar (kognitif) di-

peroleh dengan menggunkan rumus:

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑜𝑎𝑙𝑥100%

(Slameto,2001:189)

b. Nilai rata-rata siswa dicari dengan

rumus sebagi berikut:

N

XX

(Subino,1987:80)

Keterangan:

X = Nilai rata-rata Σ = Jumlah nilai X N = Jumlah peserta tes c. Ketentuan persentase ketuntasan

belajar kelas

𝐾𝑒𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠∑ 𝑆𝑏

𝐾𝑥100%

ΣSb = Jumlah siswa yang mendapat nilai

≥ 70 (kognitif) ΣK = Jumlah siswa dalam sampel

Sebagai tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari tes hasil belajar siswa mencapai KKM secara individual dan 85% secara klasikal. Indikator Keberhasilan

Yang menjadi indikator keberhasilan guru dalam mengajar KKM dengan nilai 70 secara individual dan 85% secara klasikal.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Pembelajaran menggunakan model Advance Organizer merupakan suatu

Page 6: PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA …penelitian.uisu.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/LENIWATI.pdf · PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA MELALUI PENERAPAN

374

Leniwati : Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Melalui ....................................

cara belajar untuk memperoleh penge-tahuan baru yang dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada pada pem-belajaran, artinya setiap pengetahuan mempunyai struktur konsep tertentu yang membentuk kerangka dari sistem pem-prosesan informasi yang dikembangkan dalam pengetahuan (ilmu) dan meng-evaluasi di setiap siklus.

Sebelum KBM Siklus I berlangsung telah tersusun perangkat-perangkat pem-belajaran yang dibutuhkan dalam me-nerapkan model, diantaranya RPP, LKS, instrument tes hasil belajar dan ins-trument observasi aktivitas. Perangkat untuk tindakan pada Siklus 2 dipersiapkan setelah melakukan refleksi pada akhir Siklus I.

1. Hasil Belajar Sebelum kegiatan belajar dimulai

sesuai dengan perumusan awal melalui diskusi dengan pembimbing dan pen-damping, maka peneliti/guru melakukan tes hasil belajar (Pretes), hasil analisisnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Hasil belajar dalam penelitian ini meliputi aspek kognitif, Ringkasan hasil belajar koqnitif siswa sebelum dan se-sudah diterapkan model pembelajan Advance Organizer dapatdiuraikan se-bagai berikut: a. Data Pretes (Data Awal)

Data pretes diuraikan dalam Tabel berikut:

Tabel 1. Distribusi Hasil Pretes Kelas IV - A

Nilai Frekuensi Rata-rata

10 20

19,3

20 10

30 7

40 5

Jumlah 42

Merujuk pada Tabel 1, nilai terendah

untuk pretes adalah 10 dan tertinggi adalah 40 dengan tidak ada orang yang mendapat nilai diatas ketuntasan dan ketuntasan klasikal adalah 0%. Nilai rata-

rata kelas adalah 19,3. Data hasil pretes ini dapat disajikan kembali dalam grafik histogram sebagai berikut. Bentuk grafik batang dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Data Hasil Pretes

F…1020

3040

20

10

7

5

Grafik Pretes

Frekuensi

Page 7: PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA …penelitian.uisu.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/LENIWATI.pdf · PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA MELALUI PENERAPAN

375

Leniwati : Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Melalui ....................................

b. Data Formatif I (Akhir Siklus I) 1. Putaran I Penelitian pada Putaran I dilaksanakan pada : Hari / Tanggal : Jumat, 6 September

2013 (KBM 1) Senin, 9 September

2013 (KBM 2) Jam : Jumat (14.00 – 15.10) Senin (13.00 – 14.10) Materi Pokok Bahasan : Percakapan

Rumpang Pengelola Kelas (Guru) : Leniwati, S.Pd Pengamat : - Isma Dewi, S.Pd - Hidayati, S.Pd

a) Perencanaan Hal-hal yang dilakukan dalam perencanaan adalah :

1) Menyiapkan Silabus dan RPP 2) Menyiapkan Materi Pelajaran 3) Menyiapkan Lembar Kegiatan

Siswa (LKS 1 dan LKS 2) 4) Menyiapkan soal tes hasil belajar

(Formatif I) 5) Menyiapkanlembar pengamatan

untuk pengelolaan kelas serta aktivitas siswa dan guru.

b) Pelakasanaan Tindakan

KBM I

Pada hari Jumat, 6 September 2013 jam 14.00 – 15.10 merupakan les mata pelajaran Bahasa Indonesia dikelas IV - A yang menjadi sub materi Percakapan Rumpang. Pada saat guru masuk kedalam kelas, suasana kelas hiruk pikuk, ada yang mengobrol, ada yang masih diluar kelas, dan ada yang duduk tidak pada tempatnya. Sadar gurunya sudah masuk maka siswa masuk dan duduk ditempat masing – masing. Setelah semua tertib, guru mengucapkan salam, ”Selamat siang.” Jawab siswa, ”Selamat siang bu.” Kemudian guru menginformasikan tentang materi ajar dan juga tujuan pembelajaran. Setelah menjelaskan materi, guru membagikan siswa menjadi 8 kelompok yang terdiri dari 5- 6 orang. Guru memberikan LKS sebagai tugas siswa. Siswa menjawab pertanyaan yang ada didalam LKS dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan prosedur di LKS. Setelah berdiskusi selama kurang lebih 20 menit, siswa melanjutkan mencari pertanyaan – pertanyaan yang akan diajukan ke kelompok yang lain. Selama proses berdiskusi dan melaksanakan LKS, guru bertindak sebagai motivator dan fasilator. Setelah selesai diskusi, guru meminta ketua kelompoknya untuk mempersentasikannya didepan kelas. Pada saat kelompok empat mau maju untuk mempersentasikan hasil diskusinya, bel pulang berbunyi, lalu guru menutup pelajaran dengan memberikan PR dan guru mengucapkan “Selamat siang sampai jumpa minggu depan. Siswa menjawab salam guru, “Selamat siang bu.”

KBM II

Pada hari Senin, 9 September 2013, jam 13.00 – 14.10 merupakan les mata pelajaran bahasa Indonesia dikelas IV - A. Materi yang akan dibahas adalah Percakapan rumpang. Melihat keadaan kelas belum kondusif untuk memulai pelajaran, guru menyuruh siswa untuk duduk pada kelompok masing – masing. Setelah semua duduk dengan tertib, guru mengucapkan salam, ” Selamat siang.” Siswa menjawab,”Selamat siang Bu.” Guru bertanya, “Ada yang absen hari ini?” Jawab Fatul, ”Tidak ada bu.” Dengan tidak membuang waktu, guru bertanya; “ Pernahkah kamu membuat percakapan? Apa yang kamu rasakan?” Jawab Masita, “Pernah Bu, harus kita tahu sapa saja yang berperan dalam percakapan itu bu.” “Ya, kamu benar, nak”, jawabGuru. “Kalau begitu kerjakan LKS sesuai petunjuk untuk mengetahui lebih jelas lagi. Guru membagikan LKS dan siswa langsung bekerja sesuai prosedur yang ada di LKS dan setelah lebih kurang 25 menit, guru mengingatkan untuk membuat beberapa pertanyaan dikertasnya untuk dibagikan ke kelompok lain. Lalu guru menyuruh ketua kelompok 2 untuk mempersentasikan hasil diskusi nya kedepan kelas, dan demikian untuk kelompok yang lain. Ternyata setelah 3 kelompok mempersentasikan, bel untuk pulang berbunyi. Guru menutup pelajaran dan mengucapkan, “Selamat siang sampai jumpa lagi.”

Setelah data pretes di analisis, maka

peneliti melakukan tes hasil belajar siswa (Formatif I). Hasil analisisnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 8: PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA …penelitian.uisu.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/LENIWATI.pdf · PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA MELALUI PENERAPAN

376

Leniwati : Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Melalui ....................................

Tabel 2. Distribusi Hasil Formatif I

Kelas IV - A

Nilai Frekuensi Rata-rata

40 5

62,6

50 6

60 5

70 13

80 13

Jumlah 42

Hasil analisis pada Tabel 2 tersebut, nilai terendah Formatif I adalah 40,0 dan tertinggi adalah 80,0 dengan 16 orang mendapat nilai dibawah kriteria ke-tuntasan atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 61,90%. Nilai ini berada di bawah kriteria keberhasilan sehingga dapat dikatakan KBM Siklus I kurang berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 61,9. Data hasil Formatif I ini dapat disajikan kembali dalam grafik histogram (Gambar 3).

Gambar 3. Grafik Data Hasil Formatif I Kelas IV – A

c) Refleksi Permasalahan-permasalahan ter-

sebut antara lain adalah: 1. Siswa banyak yang tidak aktif dalam

berdiskusi 2. Kondisi belajar yang masih belum

kondusif 3. Karena sudah terbiasa dengan pem-

belajaran yang teacher orientic mula-mula siswa merasa bingung se-hingga mengakibatkan suasana kelas agak ramai.

4. Siswa belum dapat menerima pem-bagian kelompok secara heterogen yang memiliki kemampuan akademis tinggi, sedang dan rendah karena mereka sudah terbiasa dengan teman-teman dalam kelompok se-belumnya yang tidak heterogen.

d) Revisi / Tindakan Perbaikan Tindakan perbaikan yang harus

dilakukan adalah 1. Melibatkan siswa secara aktif dalam

berdiskusi, 2. Membuat kondisi pembelajaran yang

bersifat kondusif, 3. Guru mampu mengajarkan siswa

yang mengarah ke student orientic , tindakan yang dilakukan ialah di-harapkan siswa dapat bangkit sendiri untuk berfikir, untuk menganalisis data, untuk menjelaskan ide, untuk bertanya, untuk berdiskusi, dan untuk menulis apa yang dipikirkan dan mempresentasikan hasil diskusi mereka sehingga memberi kesem-patan siswa untuk mengkonstruksi-kan pengetahuannya.

4. Mengarahkan siswa dengan me-nanamkan nilai /sikap pentingnya be-

Frekuensi

0

2

4

6

8

10

12

14

4050

60

70

80

40 50 60 70 80

Frekuensi 5 6 5 13 13

Grafik Data Hasil Formatif I

Page 9: PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA …penelitian.uisu.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/LENIWATI.pdf · PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA MELALUI PENERAPAN

377

Leniwati : Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Melalui ....................................

kerja sama dalam tim dengan segala perbedaan terutama dalam bidang kemampuan akademis.

c. Data Formatif II (Akhir Siklus II) 2. Putaran II

Penelitian pada Putaran II dilaksanakan pada : Hari / Tanggal : Senin, 16 September

2013 (KBM III) Jumat, 20 September

2013 (KBM IV) Les : Senin (13.00 – 14.10)

Jumat (14.00 – 15.10) Materi Pokok Bahasan : Cerita Rumpang Pengelola Kelas (Guru) : Leniwati, S.Pd Pengamat : - Isma Dewi, S.Pd

- Hidayati, S.Pd

a) Perencanaan

Hal-hal yang dilakukan dalam perencanaan adalah : 1) Menyiapkan Silabus dan RPP 2) Menyiapkan Materi Pelajaran 3) Menyiapkan Lembar Kegiatan

Siswa (LKS 3 dan LKS 4) 4) Menyiapkan soal tes hasil belajar

(Formatif II) 5) Menyiapkan lembar pengamatan

untuk pengelolaan kelas serta aktivitas siswa dan guru.

b) Pelaksanaan Tindakan

KBM III Pada hari Senin, tanggal 16 september 2013 jam ke 13.00 – 14.10, siswa kelas IV - A mengikuti mata pelajaran Bahasa Indonesia. Seperti biasanya les pertama banyak siswa yang masih belum mempersiapkan diri untuk belajar, ada yang masih cerita pelajaran yang lain, ada yang masih menulis. Dengan tidak membuang waktu, guru menyapa dengan salam, “Selamat siang semua.” “Selamat siang bu.” “Ada yang tidak masuk hari ini? Ketua kelas menjawab, “Tidak ada Bu, Hadir semua.” “Baiklah, kita melanjutkan materi kita yang minggu lalu tentang Cerita Rumpang. Guru menyuruh untuk duduk berkelompok sesuai kelompoknya. Guru membagi LKS dan menanyakan, ”Siapa yang tahu cerita rumpang?” Deva menjawab,” Cerita yang belum lengkap,” “Bagus!, apa yang terjadi?” “harus dilengkapi dengan kata- kata sendiri atau kata – kata yang sudah tersedia” jawab Ayunda. “Ya mari kerjakan LKS mu dan buat pertanyaan – pertanyaan yang akan dijawab oleh kelompok lain. Setelah lebih kurang 20 menit, ada kelompok yang sudah selesai dan ingin mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya. Presentasi dilakukan kelompok 3, dan kelompok yang lain menjawab pertanyaan atau membuat pertanyaan setelah selesai tanya – jawab. Guru dan siswa sama – sama mengambil kesimpulan tentang Cerita Rumpang. Setelah semua puas, guru menginstruksikan agar kembali duduk dengan rapi, dan setelah memberikan PR, bel untuk pulang berbunyi, guru mengingatkan PR dikumpul minggu depan dan mengucapkan salam penutup kepada siswa.

KBM IV

Pada hari jumat, tanggal 23 September 2013 jam 14.00 – 15.10, guru masuk ke kelas IV - A. Karena baru pergantian les ada yang masih mencatat mata pelajaran yang lain, ada yang masih mencatat mata pelajaran lain, ada yang mengerjakan PR bahasa Indonesia yang mau dikumpul, dan ada yang sudah siap untuk belajar. Guru memberi salam, ”Selamat siang semua.” “Selamat siang Bu.” Guru menuliskan materi ajar yang akan dibahas “Cerita Rumpang II” dan menjelaskan apa tujuannya untuk dipelajari . Lalu guru membagikan LKS untuk dibahas secara kelompok dan mengikuti prosedur sesuai petunjuk LKS dan menuliskan beberapa pertanyaan untuk dijawab oleh kelompok yang lain. Setelah lebih kurang 20 menit, guru menyuruh satu kelompok untuk maju mempersentasikan hasil kelompoknya dan yang lain untuk menanggapi. Guru membimbing kelompok yang maju dan meminta kelompok lain menanggapi. Setelah beberapa menit berdiskusi, guru dan siswa sama – sama mengambil kesimpulan tentang perlunya gaya gesekan dalam kehidupan sehari – hari, tetapi gaya gesekan juga ada yang merugikan. Setelah semua puas dengan jawaban – jawaban, guru merangkumkan dan menginstruksikan agar siswa siap – siap untuk pertemuan berikutnya diadakan ujian formatif II karena materi sudah selesai. Setelah bel tanda pergantian les berbunyi guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam penutup, “Selamat siang sampai jumpa minggu depan.” Jawab siswa juga,”Selamt siang juga bu.”

Page 10: PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA …penelitian.uisu.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/LENIWATI.pdf · PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA MELALUI PENERAPAN

378

Leniwati : Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Melalui ....................................

Setelah data formatif I terkumpul

maka data tersebut dianalisis, kemudian data tes hasil belajar siswa tersebut didiskusikan dengan pembimbing dan pendamping. Dalam melanjutkan kegiatan belajar mengajar berikutnya atau disebut Siklus II perlu ada perubahan pembe-lajaran baik media, dan alat bahan yang sesuai dengan materi pembelajarannya. Hasil analisis formatif II dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Hasil Formatif II

Kelas IV - A

Nilai Frekuensi Rata-rata

50 4

88,8

80 9

90 9

100 20

Jumlah 38

Merujuk pada Tabel 3, nilai terendah untuk formatif II adalah 50 dan tertinggi adalah 100 dengan 4 orang mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan atau ke-tuntasan klasikal adalah sebesar 90,47%. Nilai ini berada di atas kriteria keber-hasilan sehingga dapat dikatakan KBM siklus II telah berhasil memberi ke-tuntasan belajar dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 88,8. Data hasil formatif II ini dapat disajikan kembali dalam grafik histogram sebagai berikut:

Gambar 4. Grafik Data Hasil Formatif II Kelas IV - A

Merujuk pada tabel-tabel hasil tes

yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat dilihat nilai rata-rata tes siswa sebelum diterapakan model pembelajaran Advance Organizeradalah 19,3 dan setelah di-terapkan model pembelajaran Advance Organizer meningkat menjadi 62,6 pada siklus I dan 88,8 pada siklus II. Ketuntasan belajar secara klasikal juga mengalami peningkatan, sebelumnya tidak ada seorang siswa yang secara klasikal memperoleh nilai 70 ke atas sebelum dilakukan pembelajaran dengan

ketuntasan belajar 0%, menjadi 26 siswa dengan ketuntasan belajar 61,90% pada siklus I, dan 38 siswa dengan ketuntasan belajar 90,47% pada siklus II. Perhitungan ketuntasan belajar klasikal siklus II:

%47,90%10042

38kelasbelajarKetuntasan

Peningkatan hasil tes siswa dapat

dilihat melalui tabel dan histogram berikut:

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

50

80

90

100

FR

EK

UE

NS

I

50 80 90 100

Frekuensi 4 9 9 20

Grafik Formatif II

Page 11: PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA …penelitian.uisu.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/LENIWATI.pdf · PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA MELALUI PENERAPAN

379

Leniwati : Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Melalui ....................................

Tabel 4. Rekapitulasi hasil tes siswa sebelum penelitian, akhir siklus I

dan II Kelas IV-A

No Hasil Tes Data Awal Siklus I Siklus II

1. Nilai Tertinggi 40 80 100

2. Nilai terendah 10 40 50

3. Rata-rata nilai tes 19,3 62,6 88,8

4. Ketuntasan klasikal 0% 61,90% 90,47%

Gambar 5. Grafik Hasil Belajar Pretes, Siklus I dan Siklus II Kelas IV - A

c) Refleksi Pada siklus II, guru melaksanakan

perbaikan pembelajaran untuk menye-lesaikan permasalahan-permasalahan yang ada pada Siklus I. Upaya yang dilakukan adalah dengan memotivasi siswa agar bertanya tentang materi yang belum jelas, lebih berperan aktif baik dalam diskusi, dalam pengamatan, dan meminta siswa untuk mencermati LKS yang diberikan sebelum bekerja, ber-diskusi dan bekerjasama dengan teman satu kelompoknya dalam mengerjakan tugas.

d) Revisi / Perbaikan Tindakan Pada Siklus II sudah tidak lagi di-

temukan kendala-kendala berarti, karena siswa sudah dapat menyesuaikan dengan pembelajaran menggunakan model pem-belajaran Advance Organizer. Suasana kelas sudah tidak seramai pada Siklus I. Siswa sudah dapat menerima pembagian

kelompok secara heterogen, masing-masing individu dalam kelompok sudah menyadari akan tanggungjawabnya se-bagai anggota kelompok sehingga ker-jasama antaranggota kelompok berjalan dengan baik dan tugas-tugas yang diberikan guru dapat dengan mudah di-selesaikan oleh masing-masing kelom-pok. Siswa-siswa banyak mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan berdiskusi dengan anggota kelompok. Saat presentase di depan kelas siswa tidak ada yang malu-malu dan kalau di tunjuk kelompok secara acak maju ke depan, masing-masing kelompok siap. Hal ini menunjukkan bahwa siswa benar-benar bekerja dalam kelompok. 2. Data Aktivitas belajar

Penilaian aktivitas diperoleh dari lembar observasi aktivitas. Pengamatan dilakukan oleh dua pengamat selama 20 menit kerja kelompok dalam setiap KBM

Nilai Tertinggi Nilai terendahRata-rata nilai

tesKetuntasanklasikal (%)

Data Awal 40 10 19.3 0%

Siklus 1 80 40 62.6 61.9

siklus 2 100 50 88.8 90.47

0

20

40

60

80

100

120

Grafik Hasil Belajar Pretest, Siklus I & Siklus II

Page 12: PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA …penelitian.uisu.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/LENIWATI.pdf · PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA MELALUI PENERAPAN

380

Leniwati : Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Melalui ....................................

atau 40 menit dalam satu Siklus. Dengan pengamatan setiap 2 menit, maka nilai maksimum yang mungkin teramati untuk satu kategori aktivitas selama 20 menit adalah 10 kali. Pada Siklus I rata-rata aktivitas I yakni menulis dan membaca memperoleh propori 42%. Sebagian besar siswa belum memahami kegiatan apa yang dikerjakanya sehingga aktivitas individual dalam diskusi yang pasif masih mendominasi. Pada Siklus II aktivitas ini

mengalami penurunan proporsi menjadi 30% yang menunjukkan bahwa siswa sudah mulai terbiasa dengan penerapan model dan tindakan yang dilakukan di Siklus II berfungsi cukup efektif untuk menekan aktivitas diskusi pasif ini. Penskoran dilakukan dan dijabarkan dalam data berupa Tabel aktivitas oleh pengamat I dan pengamat II untuk Siklus I dan Siklus II sebagai berikut:

Tabel 5. Skor aktivitas belajar siswa

Siklus I

No Aktivitas Jumlah Rata-Rata Proporsi

1 Menulis / membaca 84 21 42%

2 Mengerjakan LKS 52 13 26%

3 Bertanya pada teman 10 2,5 5%

4 Bertanya pada guru 24 6 12%

5 Yang tidak relevan dengan KBM

30 7,5 15,0%

Siklus II

No Aktivitas Jumlah Rata-Rata Proporsi

1 Menulis / membaca 65 16,25 30%

2 Mengerjakan LKS 99 24,75 45%

3 Bertanya pada teman 34 8,5 15%

4 Bertanya pada guru 13 3,25 6%

5 Yang tidak relevan dengan KBM

9 2,25 4%

Data pada Tabel 5 dapat di sajikan

dalam diagram batang atau histogram sesuai Gambar 6 berikut:

Keterangan: 1. Menulis, membaca 4. Bertanya pada guru 2. Mengerjakan 5. Yang tidak relevan

3. Bertanya pada teman

Gambar 6. Grafik aktivitas siswa Siklus I dan Siklus II

Siklus 1 42% 26% 5% 12% 15%

Siklus 2 30% 45% 15% 6% 4%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

50%

Grafik Aktivitas siklus I dan II

Page 13: PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA …penelitian.uisu.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/LENIWATI.pdf · PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA MELALUI PENERAPAN

381

Leniwati : Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Melalui ....................................

Merujuk pada Grafik 6, dapat

ditemukan bahwa aktivitas mengerjakan dalam diskusi yang pada Siklus I hanya mencapai 26% mengisyaratkan KBM Siklus I belum efektif mengarahkan siswa bekerja dalam diskusi yang baru pada Siklus II tindakan yang diberikan mulai membuat siswa beradaptasi belajar dalam diskusi aktif dan aktivitas mengerjakan naik menjadi 45% pada Siklus ini.

Aktivitas bertanya pada teman dalam diskusi pada Siklus I hanya mencapai 5% dan pada Siklus II naik menjadi 15%. Sementara aktivitas bertanya pada guru pada Siklus I sebesar 12% dan turun pada Siklus II menjadi 6% yang berarti ketergantungan siswa terhadap bim-bingan guru saat bekerja dalam kelompok pada Siklus II berkurang.

Aktivitas-aktivitas yang tidak relevan dengan KBM pada Siklus I sebesar 15%, menunjukkan kondisi kelas kurang kon-dusif. Beberapa siswa mengobrol dalam, diskusi dan mengganggu teman yang lain. Rekaman data aktivitas juga menunjuk-kan beberapa siswa melakukan kegiatan tidak relevan ini hampir sepanjang waktu pengamatan. Pada Siklus II kondisi kelas mulai kondusif, di sepanjang pengamatan hampir tidak ada siswa tercatat me-lakukan aktivitas tidak relevan dengan KBM, dengan skor aktivitas sebesar 4%. B. Pembahasan

Merujuk pada Tabel 4 nilai rata-rata siswa sebelum diberikan pembelajaran melalui model pembelajaran Advance Organizer yaitu berupa nilai pretes sebesar 19,3dengan ketuntasan klasikal 0%. Setelah diadakan pembelajaran de-ngan model pembelajaran Advance Organizer yang disampikan secara langsung/tidak langsung nilai siswa meningkat. Pada akhir Siklus I diperoleh rata-rata nilai formatif I siswa mencapai 62,6dengan ketuntasan klasikal sebesar 61,90%. Karena nilai ini tidak lebih besar dari 85% sebagai acuan ketuntasan klasikal, berarti kegiatan belajar mengajar Siklus I belum mampu memberikan ke-tuntasan belajar dalam kelas.

Merujuk pada Tabel 3 tersebut di akhir Siklus II ketuntasan belajar secara

klasikal mencapai 90,47%. Dengan demikian hasil belajar kognitif siswa pada Siklus II sudah memenuhi indikator yang telah ditetapkan dalam penelitian yaitu sekurang-kurangnya 85% dari hanya 4 siswa yang ada di kelas tersebut mem-peroleh nilai dibawah KKM yaitu 50. Hal ini berarti kegiatan belajar mengajar Siklus II yakni menerapkan model pembelajaran Advance Organizerdengan memberikan tindakan perbaikan telah memberikan ketuntasan belajar dalam kelas. Namun demikian ketuntasan klasikal yang belum sempurna tersebut mengindikasikan bahwa terdapat siswa yang mendapat nilai tidak tuntas pada akhir Siklus II.

Merujuk pada Tabel 5 tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran, aktivitas mengerjakan dalam diskusi yang pada Siklus I hanya mencapai 26% mengisyaratkan KBM Siklus I belum efektif mengarahkan siswa bekerja dalam diskusi yang baru pada Siklus II tindakan yang diberikan mulai membuat siswa beradaptasi belajar dalam diskusi aktif dan aktivitas mengerjakan naik menjadi 45% pada Siklus ini.

Aktivitas bertanya pada teman dalam diskusi pada Siklus I hanya mencapai 5% dan pada Siklus II naik menjadi 15%. Sementara aktivitas bertanya pada guru pada Siklus I sebesar 12% dan turun pada Siklus II menjadi 6% yang berarti ketergantungan siswa terhadap bim-bingan guru saat bekerja dalam kelompok pada Siklus II berkurang.

Aktivitas-aktivitas yang tidak relevan dengan KBM pada Siklus I sebesar 15 %, menunjukkan kondisi kelas kurang kon-dusif. Beberapa siswa mengobrol dalam, diskusi dan mengganggu teman yang lain. Rekaman data aktivitas juga menunjuk-kan beberapa siswa melakukan kegiatan tidak relevan dengan pembelajaran ini hampir di sepanjang waktu pengamatan. Pada Siklus II kondisi kelas mulai kon-dusif, di sepanjang pengamatan hampir tidak ada siswa tercatat melakukan aktivitas tidak relevan, dengan skor aktivitas sebesar 4%.

Page 14: PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA …penelitian.uisu.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/LENIWATI.pdf · PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA MELALUI PENERAPAN

382

Leniwati : Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Melalui ....................................

Tabel 6. Rekapitulasi ketuntasan belajar klasikal tiap Siklus

No Aspek Penilaian Siklus I Siklus II

1. Hasil Belajar Kognitif 61,90% 90,47%

2. Aktivitas Belajar

• Menulis / membaca

• Mengerjakan LKS

• Bertanya pada teman

• Bertanya pada guru

• Tidak relevan dengan KBM

42 % 26 % 5 % 12 % 15 %

30 % 45 % 15 % 6 % 4 %

Merujuk pada data Pretes, Formatif I

dan Formatif II diketahui bahwa nilai rata-rata dan ketuntasan kelas mengalami peningkatan, namun pada Siklus I pe-ningkatan ini belum mencapai kriteria minimum yang ditetapkan. Belum ter-capainya indikator yang telah ditetapkan dalam penelitian ini dikarenakan masih ditemukannya permasalahan-permasalahan yang ada pada Siklus I.

Permasalahan-permasalahan ter-sebut antara lain adalah siswa mula-mula kurang bisa menerima pembagian ke-lompok secara heterogen yang memiliki kemampuan akademis tinggi, sedang dan rendah karena mereka sudah terbiasa dengan teman-teman dalam kelompok sebelumnya yang tidak heterogen, karena kelompok sebelumnya dibentuk berdasar-kan pilihan siswa sendiri terdiri dari siswa-siswa yang akrab atau teman seper-mainan. Namun setelah diberi pengertian oleh guru akhirnya mereka bisa menerima juga. Selain itu karena sudah terbiasa dengan pembelajaran yang teacher orientic mula-mula siswa merasa bingung sehingga mengakibatkan suasana kelas agak ramai.

Padahal kondisi pembelajaran yang diharapkan bersifat kondusif, yang me-libatkan siswa secara aktif disertai dengan diskusi diharapkan siswa dapat bangkit sendiri untuk berfikir, untuk menjelaskan ide, untuk bertanya, untuk berdiskusi, dan untuk menulis apa yang dipikirkan se-hingga memberi kesempatan siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuannya sen-diri dan menyampaikan gagasan hasil diskusi mereka dengan cara mempresen-tasekannya. Sehingga pada Siklus II, guru melaksanakan perbaikan pembelajaran untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada pada Siklus I. Upaya yang dilakukan adalah dengan memotivasi siswa agar bertanya tentang materi yang belum jelas, lebih berperan aktif baik dalam diskusi, meminta siswa

untuk mencermati LKS yang diberikan sebelum bekerja, berdiskusi dan be-kerjasama dengan teman satu kelompok-nya dalam mengerjakan tugas.

Pada Siklus II sudah tidak lagi ditemukan kendala-kendala berarti, ka-rena siswa sudah dapat menyesuaikan dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Advance Organizer. Suasana kelas sudah tidak seramai pada Siklus I. Siswa-siswa banyak mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan berdiskusi dengan anggota kelompok. Siswa sudah dapat menerima pembagian kelompok secara heterogen, masing-masing individu dalam kelompok sudah menyadari akan tanggungjawabnya se-bagai anggota kelompok sehingga ker-jasama antaranggota keloimpok berjalan dengan baik dan tugas-tugas yang diberi-kan guru dapat dengan mudah diselesai-kan oleh masing-masing kelompok dan saat mempresentasekan hasil diskusi kelompok siswa tidak canggung lagi, tidak ada lagi yang malu-malu, semua anggota kelompok bersemangat.

Hasil belajar pada Siklus II meng-alami peningkatan ketuntasan klasikal yang melebihi indikator keberhasilan. Dengan adanya peningkatan tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran Advance Organizeryang mengkaitkan antara materi pelajaran dengan situasi dunia nyata siswa melalui komponen-komponen utama dalam pembelajarannya dapat meningkatkan pemahaman siswa. Peningkatan nilai rara-rata siswa pada Siklus II ini karena tindakan yang diberi-kan mengarahkan siswa terlibat langsung secara aktif dalam proses pembelajaran. Meskipun masih terdapat siswa yang masih belum tuntas hasil belajarnya hingga akhir Siklus II.

Model pembelajaran Advance Organizer merupakan suatu cara belajar untuk memperoleh pengetahuan baru yang dikaitkan dengan pengetahuan yang

Page 15: PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA …penelitian.uisu.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/LENIWATI.pdf · PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA MELALUI PENERAPAN

383

Leniwati : Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Melalui ....................................

telah ada pada pembelajaran, artinya setiap pengetahuan mempunyai struktur konsep tertentu yang membentuk ke-rangka dari sistem pemprosesan infor-masi yang dikembangkan dalam penge-tahuan (ilmu) itu. Metode ini dikem-bangkan oleh David Ausubal dan menurut beliau model ini adalah model belajar bermakna.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan Setelah data dianalisis maka dapat

kesimpulan bahwa dengan menerapakan model pembelajaran Advance Organizer pada mata pelajaran bahasa indonesia di kelas IV-A SD Negeri 060825 Kec.Medan Area diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil belajar siswa dengan mene-

rapkan model pembelajaran Advance Organizer pada Siklus I mencapai rata-rata 62,6 dengan ketuntasan klasikal 61,90% dan Siklus II men-capai 88,8 dengan ketuntasan klasikal 90,47%. Dengan demikian terjadi peningkatan hasil belajar siswa.

2. Aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia meng-alami peningkatan dari 26% aktivitas dalam mengerjakan LKS aktif pada siklus I menjadi 45% aktivitas dalam mengerjakan LKS aktif pada siklus II. Sehingga dapat dikatakan terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa di kelas X IV-A SD Negeri 060825 Kec. Medan Area.

2. Saran

Setelah melakukan kegiatan belajar mengajar selama empat kali atau disebut dua siklus maka perlu saran agar peng-guna atau yang memanfaatkan model pembelajaran Advance Organizeragar bisa berjalan lebih optimal yaitu:

1. Bagi peneliti selanjutnya agar lebih jeli dan teliti dalam me-nentukan anggota kelompok untuk tiap siswa agar KBM dapat berjalan lebih optimal.

2. Sebelum mengajarkan materi de-ngan model ini sebaiknya peneliti memastikan bila siswa memiliki pengetahuan awal yang cukup

karena tanpa pengetahuan awal yang cukup maka proses meng-hubungkan materi yang lalu dengan materi yang akan datang akan lambat.

3. Bagi peneliti selanjutnya, hendak-nya selalu mengawasi mengontrol aktivitas siswa yang tidak relevan dengan KBM. Karena dalam model seperti ini suasana ribut pasti menjadi akan terjadi meng-ingat tidak semua siswa dapat menyesuaikan diri dengan teman-teman satu kelompoknya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2007. Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan

Pembelajaran. Bandung : Rineka Cipta.

Moleang, L. 2000. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran

Berorientasi Standar Proses Pen-didikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi

Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Sriyono, dkk. 1992. Teknik Belajar

Mengajar dalam CBSA. Jakarta : Rineka Cipta.

Sudjana, N. 2000. Dasar-Dasar Proses

Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru.

Syaiful, B. D. 2002. Psikologi Belajar.

Jakarta : Rineka Cipta. Uno, H. B. 2007. Model Pembelajaran

Menciptakan Proses Belajar Meng-ajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta : Bumi Aksara.