pengolahan tanah

Upload: twinsist2

Post on 12-Jul-2015

2.822 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pengolahan Tanah Minimum

Pengolahan Tanah MinimumPengolahan tanah minimum adalah teknik konservasi tanah dimana gangguan mekanis terhadap tanah diupayakan sesedikit mungkin. Dengan cara ini kerusakan struktur tanah dapat dihindari sehingga aliran permukaan dan erosi berkurang. Teknik ini juga mengurangi biaya dan tenaga kerja untuk pengolahan tanah dan mengurangi biaya / tenaga kerja untuk penyiangan secara mekanik. Pengolahan tanah minimum cukup efektif dalam mengendalikan erosi, dan biasa dilakukan pada tanah-tanah yang berpasir dan rentan terhadap erosi. Pengolahan tanah minimum hanya dapat dilakukan pada tanah yang gembur. Tanah gembur dapat terbentuk sebagai hasil dari penggunaan mulsa secara terus menerus dan / atau pemberian pupuk hijau / pupuk kandang / kompos dari bahan organik yang lain secara terus menerus. Penerapan teknik pengolahan tanah minimum selalu perlu disertai pemberian mulsa.

Keuntungan:

Menghindari kerusakan struktur tanah Mengurangi aliran permukaan dan erosi Memperlambat proses mineralisasi, sehingga penggunaan zat-zat hara dalam bahanbahan organik lebih berkelanjutan. Tenaga kerja yang lebih sedikit daripada pengelolaan penuh, sehingga mengurangi biaya produksi. Dapat diterapkan pada lahan-lahan marginal yang jika tidak dengan cara ini mungkin tidak dapat diolah.

Kelemahan:

Persiapan bedengan yang kurang memadai dapat menyebabkan pertumbuhan yang kurang baik dan produksi yang rendah, terutama untuk tanaman seperti jagung dan ubi. Perakaran mungkin terbatas dalam tanah yang berstruktur keras. Lebih cocok untuk tanah yang gembur Pemberian mulsa perlu dilakukan secara terus menerus Herbisida diperlukan apabila pengendalian tanaman pengganggu tidak dilakukan secara manual / mekanis.

Faktor-faktopr yang mempengaruhi adopsiFaktor biofisik

Dalam perladangan berpindah tanpa pembakaran, tanah mungkin tertutup dengan timbunan dedaunan yang menyukarkan lahan tersebut dibajak Tidak cocok untuk tanah yang tidak gembur Pemberian mulsa merupakan persyaratan yang mutlak

Penggunaan herbisida terus-menerus mungkin dapat memberikan dampak negatif terhadap tanah dan air tanah.

Faktor sosial ekonomi

Merupakan alternatif pengelolaan tanah tanpa penggunaan hewan. Para petani dalam sistem berladang berpindah biasanya sudah mengenal istem pengolahan minimum ini. Biaya produksi relatif kecil Dapat membentu dalam mengatasi keterbatasan tenaga kerja.

Sumber: Riri Fithriadi dkk / Peny. (1997). Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering di Indonesia; Kumpulan Informasi. Bogor: Pusat Penyuluhan Kehutanan.

Pengolahan Tanah KonservasiPengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan pokok pengolahan tanah adalah untuk menyiapkan tempat tumbuh bagi bibit, menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman dan memberantas gulma. Manfaat pengolahan tanah, baik di tegalan maupun di sawah, tidak boleh terlalu dibesar-besarkan mengingat waktu, tenaga dan biaya yang diperlukan untuk mengolah tanah tidak selalu sebanding dengan tambahan hasil yang didapat. Dengan pengolahan tanah, tanah menjadi longgar dan lebih cepat menyerap air hujan sehingga mengurangi aliran permukaan (Musgrave and Free, 1936), akan tetapi pengaruh ini bersifat sementara. Tanah yang telah diolah sehingga menjadi longgar lebih mudah tererosi. Untuk mencapai tujuan pengolahan tanah dan bersamaan dengan itu menghidanri erosi, disarankan tindakan berikut:

Tanah diolah seperlunya tergantung pada kondisi sifat fisik tanah Pengolahan tanah dilakukan, untuk bukan sawah, pada kandungan air tanah yang tepat (pF 3 sampai 4) Gunakan herbisida ramah lingkungan untuk memberantas gulma. Dalamnya pengolahan selalu dirubah Pengolahan tanah dilakukan menurut kontur

Pengolahan tanah semacam ini disebut pengelolahan tanah minimum atau pengolahan tanah konservasi. Jika kondisi fisik tanah baik, artinya tanah gembur dan tidak terdapat lapisan padat pada kedalaman perakaran, maka pengolahan tanah dapat ditiadakan. Cara ini juga disebut tanpa olah tanah. Sumber: Sitanala Arsya (2006). Konservasi Tanah dan Air. Bogor, IPB Press. Hal 154 155

Olah Tanah Konservasi (olah tanah minimum dan tanpa olah tanah)Pengolahan tanah adalah setiap kegiatan mekanik yang dilakukan terhadap tanah dengan tujuan untuk memudahkan penanaman, menciptakan keadaan tanah yang gembur bagi pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman sekaligus merupakan upaya pemberantasan gulma. Dalam kaitannya dengan konservasi tanah dan air, pengolahan tanah hendaknya dilakukan seperlunya saja. Untuk tanah yang berlereng curam pengolahan tanah sebaiknya diminimumkan, bahkan ditiadakan.Kegiatan pengolahan tanah biasa atau konvensional (dengan cara mencangkul atau membajak tanah dua kali dan diikuti dengan menghaluskan bongkahan tanah satu atau dua kali sebelum bertanam) lebih banyak bertujuan untuk memberantas gulma. Jika gulma dapat diatasi misalnya dengan penggunaan mulsa atau penggunaan herbisida, maka pengolahan tanah dapat dikurangi atau malah ditiadakan. Keunggulan dari tanaman tahunan adalah bahwa hampir semuanya tanaman ini tidak memerlukan pengolahan tanah. Hal ini dimungkinkan karena setelah tajuknya berkembang menaungi permukaan tanah pertumbuhan gulma akan sangat berkurang. Olah tanah konservasi adalah suatu sistem pengolahan tanah dengan tetap mempertahankan setidaknya 30% sisa tanaman menutup permukaan tanah. Olah tanah konservasi dilakukan dengan cara:

Pengolahan tanah dalam bentuk larikan memotong lereng atau dengan mencangkul sepanjang larikan untuk memudahkan penanaman. Tanpa olah tanah adalah sistem di mana permukaan tanah hanya dibersihkan dari gulma baik secara manual maupun dengan menggunakan herbisida. Sesudah pembersihan, tanaman langsung ditugalkan. Jika penugalan sulit dilakukan, dapat digunakan cangkul untuk memudahkan penanaman.

Keuntungan:

Menghemat tenaga kerja dan biaya Memperbaiki struktur tanah melalui peningkatan pori makro. Proses ini terjadi karena dengan tanpa olah tanah, fauna (hewan) tanah seperti cacing menjadi lebih aktif.

Sumber: Fahmuddin Agus dan Widianto (2004). Petunjuk Praktis Konservasi Tanah Pertanian Lahan Kering. Bogor: WORLD AGROFORESTRY CENTRE ICRAF Southeast Asia. Hal 59-60

PENGOLAHAN TANAH

I. PENDAHULUAN

1. Latar BelakangTanah sangat penting bagi mahkluk hidup. Tanah mempunyai peran dan fungsi yang berbeda-beda bagi setiap mahkluk hidup. Pengertian tentang tanah pada umumnya dipandang dari kepentingan dan siapa yang memandangnya. Pengertian tanah menurut pandangan para ahli ada dua segi, yaitu : a. Tanah dipandang sebagai bentukan alam, seperti tumbuh-tumbuhan, hewan serta manusia, yang mempunyai sifat tersendiri dan mencerminkan hasil pengaruh sebagai faktor yang membentuknya di alam. b. Tanah dipandang sebagai sarana produksi tanaman yang mampu menghasilkan berbagai tanaman. Untuk pengusaha pertanian, tanah adalah lapisan atas bumi yang dapat diolah menurut kepentingannya (AAK, 1984). Menurut Haryadi (1979), tanah merupakan komponen hidup dari lingkungan yang penting yang dapat dimanipulasi untuk mempengaruhi penampilan tanaman.

2. TujuanTujuan dari praktikum pengolahan tanah ini agar praktikan mampu memahami dan melakukan pengolahan tanah dengan baik.

II. TINJAUAN PUSTAKA.

Dalam bercocok tanam, tanah merupakan salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan tanaman, karena tanah memiliki peranan penting antara lain: 1. Sebagai tempat tumbuh dan tempat perkembangan akar. 2 3 4 Menyediakan unsur hara dan air bagi tanaman. Menyediakan air bagi tanaman.

Merupakan media bagi pertumbuhan flora dan fauna,khususnya mikroflora dan mikrofauna yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Sifat fisik dan kimia tanah sangat erat hubunganya dengan jenis dan kondisi tanah serta iklim setempat, dimana langsung atau tidak langsung sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman.sifat tanah yang baik selain dipengaruhi oleh bahan induk dan proses pembentukannya juga oleh tindakan pengolahan tanah. Struktur, tekstur dan solum tanah mempengaruhi aerasi tanah,perkembangan atau dalamnya perakaran dan perkembangan faktor biotis. Dari hal tersebut diatas maka dalam budidaya tanaman masalah pengolan tanah perlu mendapat perhatian. Pengolahan tanah dimaksudkan untuk memecahkan gumpalan tanah menjadi gembur dan mengatur kesuburan tanah sehingga sesuai untuk ditanami. Pengolahan tanah bertujuan untuk: 1. Menciptakan struktur yang ideal bagi tanaman sehingga pertumbuhan tanaman menjadi baik. 2. Membersihkan gulma dan sisa-sisa tanaman. 3. Memperbaiki aerasi dan drainase. Menurut intensitasnya, ada tiga cara pengolahan tanah : 1. Pengolahan tanah dengan tenaga manusia. 2. Pengolahan tanah dengan tenaga hewan.(ternak) III. ALAT DAN BAHAN. Alat yang dipergunakan adalah : 1. Meteran, 2. Tali rapiah, 3. Bambu (ajir), 4. Sabit, 5. Cangkul. 2 3 4 Bahan: Sebidang tanah IV. PROSEDUR KERJA. Prosedur kerja dalam praktikum dasar dasar agronomi acara ke 1 pengolahan tanah sebagai berikut : Lahan yang akan diolah diukur dengan luas 3 x 3 m sebanyak 3 bedengan dengan jarak 50 cm. Rumput-rumput yang ada dipermukaan tanah dihilangkan agar lebih mudah dalam proses pencangkulan. Tanah dicangkul dengan menggunakan sistem buruhan dangkal ( menggali parit sedalam 20 cm ) Membersihkan batu-batuan yang ada dan rumput yang masih tersisa agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman budidaya. Tanah diratakan kembali dan disiram agar kondisi tanah siap untuk ditanami.

1. 2. 3. 4. 5.

Keterangan Gambar

Keterangan

D 3m 3m D A B Lahan untuk Kangkung 1m 1m A Lahan untuk Jagung

3m Lahan Tumpang Sari 3m B

1m

C

(jagung dan kangkung) D Lahan Persemaian

3m C

3m

V. HASIL PENGAMATAN Hasil Pengamatan 1. Keadaan lahan sebelum diolah : - Permukaan tanah tidak rata dan keras. - Banyak ditumbuhi rumput/gulma. - Terdapat batu baik didalam tanah maupun dipermukaan tanah. - Tanah terlihat kering dan gersang. 2. Keadaan lahan setelah diolah : - Tanah berbentuk bedengan dengan permukaan yang rata. - Aerasi dan drainase tanah menjadi lebih baik karena tanah tidak lagi keras ( telah diolah ). - Tidak ada rumput-rumput yang semula tumbuh di lahan. - Batu-batu yang ada di lahan telah disingkirkan dan lahan siap untuk ditanami.

VI. PEMBAHASAN Mengolah tanah dapat dilakukan dengan menggunakan alat pertanian yang telah tersedia sehingga diperoleh susunan tanah yang sebaik-baiknya ditinjau dari struktur maupun porositas tanah. Dalam praktikum pengolahan tanah kali ini dilakukan dengan tenaga manusia. Alat yang digunakan juga sederhana yaitu cangkul, sabit dan pancong. Sedangkan pengolahan tanahnya dilakukan dengan sistim buruhan dangkal. Hal ini karena lahan yang dikerjakan tidak terlalu luas. Tujuan pengolahan tanah menurut Soekardi ( 1986 ) adalah sebagai berikut : 1. Pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik karena adanya pengolahan tanah memungkinkan peredaran air, udara dan suhu didalam tanah menjadi lebih baik. 2. Meningkatkan sifat-sifat fisik tana, menjamin memperbaiki struktur dan porositas tanah sehingga antara pemasukan air dan pengeluarannya menjadi seimbang, berarti cepat basah dan optimal yang berarti akan menjamin aktifitas biologi akan menjadi optimal pula. Untuk mendapatkan kondisi tanah yang optimal sesuai untuk pertumbuhan tanaman, perlu mempersiapkan tanah sebagai lahan atau tempat budidadaya dengan sebaik-baiknya dan melalui tahap memperhatikan beberapa faktor, yaitu kedalaman tanah, kemiringan lahan atau kelerengan dan tenaga kerja yang digunakan. Pada dasarnya, pengolahan tanah meliputi : 1. Pembajakan Pembajakan bertujuan untuk meningkatkan peredaran air dan udara dalam tanah. Ketersediaan O2 dialam pada dasarnya cukup dapat diserap oleh tanah.O2 biasanya berpengaruh pada kehidupan bakteri dan tanaman.Pengolahan tanah dapat meningkatkan penyerapan O2 dari udara sehingga ketersediaan O2 dalam tanah cukup tersedia.

2.

Penggemburan Maksud diadakan penggemburan adalah agar drainase dan aerase tanah menjadi baik sehingga baik untuk ditanami tanaman budidaya.

3. Pembuatan parit Untuk menghindari penggenangan oleh air, maka sekeliling bedengan harus dibuat parit.Parit dibuat dengan lebar 50 cm dan kedalaman 30-50 cm dibuat mengelilingi bedengan, lahan dicangkul maju dengan mengisi parit sebelumnya. Dengan demikian paritnya akan berpindah lebih maju , cara ini dilakukan sampai seluruh lahan terolah.

4.

Pemupukan

Pemupukan biasanya diberikan untuk mengganti unsur-unsur hara makro, karena unsur hara makro relatif lebih banyak diperlukan tanama daripada unsur hara mikro. Unsur hara makro yang biasanya sering banyak diperlukan tanaman adalah N, P dan K. Dalam praktikum pengolahan tanah setelah selesai pengolahan tanah, tanah diberi pupuk SP36 dan KCl.Pemberian pupuk tersebut dilakukan sebelum dilakukun penaburan benih dan penanaman bibit.Maksud dari pemberian pupuk SP36 adalah untuk mempercepat pertumbuhan akar selain itu juga untuk mempercepat dan memperkuat pertumbuhan tanaman dewasa pada umumnya serta untuk meningkatkan biji-bijian dan memperkuat tubuh tanaman.Sedangkan tujuan dari pemberian pupuk KCl adalah untuk meningkatkan kualitas biji serta untuk meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit. Untuk menghindari sebab-sebab kemerosotan struktur tanah dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Usahakan agar tanah jangan sampai terlalu lama tergenang air ; hal ini dapat diusahakan selokan drainase sebaik-baiknya menurut teknis. 2. Jangan sampai menggunakan pupuk yang mengandung Na pada tanah yang mudah pecah. 3. Pada tanah yang telalu basah, jangan sampai pengolahannya menggunakan mesin-mesin yang berat. 4. Jangan sampai membiarkan tanah menjadi gundul, lebih-lebih pada musim penghujan, usahakan tanaman penutup tanah. 5. Pada tanah yang bersifat asam, pakailah pupuk yang mengandung Ca, karena Ca dapat menetralisir keasaman tanah. 6. Pergunakanlah bahan organik sebanyak mungkin, seperti pupuk kandang, sisa tanaman, jerami dan pupuk hijau yang lain.

Agar tanah dapat digunakan sebagai tempat tumbuh tanaman yang baik,tanah harus diolah dengan sebaik mungkin.Apabila tanah tidak diolah dengan baik, maka aerasi tanah akan terganggu sehingga keseimbangan air dan hara tidak seimbang sehingga tanaman yang dihasilkan tidak optimal.

VII. KESIMPULAN. 1. Pengolahan tanah dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah sehingga tanah dapat berfungsi secara optimal. 2. Pengolahan tanah dapat dilakukan secara manual maupun mekanik. 3. Penggemburan merupakan hal utama yang dilakukan disamping pemupukan dan pengairan. 4. Syarat pengolahan tanah yang baik adalah intensitas minimum, adanya pembajakan, penggemburan pembuatan parit dan pemupukan

DAFTAR PUSTAKA Haryadi, M.M. Sri Setyati. 1988. Pengantar Agronomi. PT Gramedia, Jakarta. Sosroatmodjo, P.L.A. 1980. Pembukaan Lahan dan Pengolahan Tanah. Nasional, Jakarta. Penunjang Pembangunan

Suteja Mul mulyani, A.G. Kartasapoetra Rui 1987, Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka cipta, Jakarta.

Pengolahan Tanah KonservasiPengolahan tanah merupakan kebudayaan yang tertua dalam pertanian dan tetap diperlukan dalam pertanian modern. Pengolahan tanah bagaimana yang tepat untuk kelestarian sumberdaya tanah? Arsjad 2000, mendefinisikan pengolahan tanah sebagai setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan pengolahan tanah adalah untuk menyiapkan tempat pesemaian, tempat bertanam, menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa tanaman, dan memberantas gulma. Soepardi 1979, mengatakan mengolah tanah adalah untuk menciptakan sifat olah yang baik, dan sifat ini mencerminkan keadaan fisik tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Cara pengolahan tanah sangat mempengaruhi struktur tanah alami yang baik yang terbentuk karena penetrasi akar atau fauna tauna, apabila pengolahan tanah terlalu intensif maka struktur tanah akan rusak. Kebiasaan petani yang mengolah tanah secara berlebihan dimana tanah diolah sampai bersih permukaannya merupakan salah satu contoh pengolahan yang keliru karena kondisi seperti ini mengakibatkan surface sealing yaitu butir tanah terdispersi oleh butir hujan , menyumbat pori-pori tanah sehingga terbentuk surface crusting. Untuk mengatasi pengaruh buruk peng-olahan tanah, maka dianjurkan beberapa cara pengolahan tanah konservasi yang dapat memperkecil terjadinya erosi. Cara yang dimaksud adalah : 1. Tanpa olah tanah (TOT), tanah yang akan ditanami tidak diolah dan sisa-sisa tanaman sebelumnya dibiarkan tersebar di permukaan, yang akan melindungi tanah dari ancaman erosi selama masa yang sangat rawan yaitu pada saat pertumbuhan awal tanaman. Penanaman dilakukan dengan tugal. Gulma diberantas dengan menggunakan herbisida 2. Pengolahan tanah minimal, tidak semua permukaan tanah diolah, hanya barisan tanaman saja yang diolah dan sebagian sisa-sisa tanaman dibiarkan pada permukaan tanah 3. Pengolahan tanah menurut kontur, pengolahan tanah dilakukan memotong lereng sehingga terbentuk jalur-jalur tumpukan tanah dan alur yang menurut kontur atau melintang lereng. Pengolahan tanah menurut kontur akan lebih efektif jika diikuti dengan penanaman menurut kontur juga yang memungkinkan penyerapan air dan menghindarkan pengangkutan tanah. Sebagian dari praktek pengolahan tanah seperti ini sebenarnya sudah ada sejak dulu dan telah dilakukan oleh petani di beberapa daerah di Indonesia. Petani mungkin menganggapnya sebagai tradisi nenek moyangnya yang perlu dipertahankan. Walaupun saat itu belum ada penyuluh pertanian ataupun literatur tentang konservasi tanah, tetapi para petani telah

menerapkan cara bertani yang berasaskan konservasi tanah. Mengolah tanah secara konservasi telah dilakukan oleh orang jaman dulu dengan tujuan untuk mendapatkan hasil dari usahataninya guna memenuhi kebutuhan hidup jangka pendek, dan mungkin belum terpikirkan oleh mereka untuk melestarikan sumber daya tanah Pengelolaan Tanaman Untuk Konservasi Tanah Vegetasi sampai sekarang masih dianggap sebagai cara konservasi tanah yang paling jitu dalam mengontrol erosi tanah seperti yang diyakini sejumlah ahli konservasi bahwa a bag of fertilizer is more effective than a bag of cement (Hudson, 1989). Erosi yang terjadi akan berbeda pada setiap penggunaan tanah, variasi ini tergantung pada pengelolaan tanaman. Contoh sederhana seperti yang dikemukakan Hudson (1957) cit. Hudson (1980), kehilangan tanah dari 2 plot percobaan yang ditanami jagung, plot yang pengelolaannya tanamannya buruk kehilangan tanahnya 15 kali lebih besar dari plot yang pengelolaan tanahnya baik. Secara alamiah, tanaman rumput cenderung melindungi tanah, dan tanaman dalam barisan memberikan perlindungan lebih kecil, tetapi pendapat umum ini berobah oleh pengelolaan. Pengelolaan tanaman akan sangat menentukan besar kecilnya erosi. Penelitian menunjukkan bahwa pertanaman jagung yang dikelola dengan baik akan bertumbuh baik dan dapat menekan laju erosi dibanding padang rumput yang pengelolaannya buruk. Secara singkat dikatakan oleh Hudson bahwa erosi tidak tergantung pada tanaman apa yang tumbuh, tetapi bagaimana tanaman itu tumbuh. Pengaruh tanaman dan pengelolaannya terhadap erosi tidak dapat dievaluasi secara terpisah karena pengaruhnya lebih ditentukan apabila keduanya dikombinasikan. Tanaman yang sama dapat ditanam secara terus menerus atau dapat juga digilir atau tumpang sari dengan tanaman lain. Pergiliran tanaman dengan menggilirkan antara tanaman pangan dan tanaman penutup tanah/pupuk hijau adalah salah satu cara penting dalam konservasi tanah. Pergiliran tanaman mempengaruhi lamanya pergantian penutupan tanah oleh tajuk tanaman. Selain berfungsi sebagai pencegahan erosi, pergiliran tanaman memberikan keuntungan-keuntungan lain seperti : 1. Pemberantasan hama penyakit, menekan populasi hama dan penyakit karena memutuskan si klus hidup hama dan penyakit atau mengurangi sumber makanan dan tempat hidupnya 2. Pemberantasan gulma, penanaman satu jenis tanaman tertentu terus menerus akan meningkatkan pertumbuhan jenis-jenis gulma tertentu 3. Mempertahankan dan memperbaiki sifat-sifat fisik dan kesuburan tanah, jika sisa tanaman pergiliran dijadikan mulsa atau dibenamkan dalam tanah akan mempertinggi kemampuan tanah menahan dan menyerap air, mempertinggi stabilitas agregat dan kapasitas infiltrasi tanah dan tanaman tersebut adalah tanaman leguminosa akan menambah kandungan nitrogen tanah, dan akan memelihara keseimbangan unsur hara karena absorpsi unsur dari kedalaman yang berbeda Ciri alam penting di daerah tropis seperti Indonesia adalah adanya intensitas penyinaran matahari dan curah hujan yang tinggi dan hampir merata sepanjang tahun. Faktor geologi dan tanah dibentuk oleh kondisi tersebut dan menghasilkan suatu proses yang cepat dari pembentukan tanah baik dari pelapukan serasah maupun bahan induk. Sebagai hasil dari proses tersebut, sebagian besar hara tanah tersimpan dalam biomassa vegetasi, dan hanya sedikit yang tersimpan dalam lapisan olah tanah. Hal yang berbeda dengan kondisi di daerah iklim sedang dimana proses pertumbuhan vegetasi lambat dan sebagian besar hara tersimpan dlam lapisan olah tanah. Oleh karena itu pengangkutan vegetasi ataupun sisa panen tanaman keluar lahan pertanian akan membuat tanah mengalami proses pemiskinan. Sisa-sisa panen tanaman dapat ditebar ke permukaan tanah, dicampurkan dekat permukaan tanah, atau dibajak dan dibenamkan dan dapat berfungi sebagai mulsa atau sebagai pupuk organik. Efektivitas pengelolaan sisa-sisa tanaman ini dalam mengontrol erosi akan

tergantung pada ba- nyaknya sisa tanaman yang tersedia. Pemanfaatan sisa-sisa panen sebagai sebagai pupuk juga telah dilakukan sebagian petani di beberapa daerah sejak jaman dulu. Sisa-sisa panen yang dibiarkan atau ditinggalkan di lahan pertanian mempunyai banyak fungsi dalam menunjang usaha tani, diantaranya adalah sebagai mulsa yang dapat menghindarkan pengrusakan permukaan tanah oleh energi hujan, mempertahankan kelembaban tanah mengurangi penguapan, sisa panen lambat laun akan terdekomposisi terjadi mineralisasi yaitu perubahan bentuk organik menjadi anorganik sehingga unsur hara yang dilepaskan akan menjadi tersedia untuk tanaman, disamping itu asam-asam organik yang dihasilkan dapat berfungsi sebagai bahan pembenah tanah atau soil conditioner. Praktek pertanian dengan berbagai jenis pupuk buatan pabrik semakin intensif digunakan sehingga mulai muncul kekuatiran kehabisan bahan baku pembuat pupuk, mulai mahal dan langkanya ketersediaan pupuk buatan, serta kekuatiran pencemaran tanah dan perairan oleh residu pupuk buatan, membuat sebagian orang kembali tertarik untuk melakukan praktek organic farming yang meminimalkan penggunaan bahan kimia dalam usahatani, dengan menggunakan bahan alami seperti pupuk hijau. Praktek yang dulu telah dilakukan petani walaupun tanpa disadarinya berfungsi untuk konservasi tanah, saat ini dilakukan lagi dengan kesadaran sebagai pelestarian sumber daya alam. Saat ini pemanfaatan sisa-sisa panen, pupuk hijau, maupun limbah pengolahan produk pertanian (seperti limbah pabrik gula ) mulai diminati sebagai teknologi dalam usahatani yang ramah lingkungan dan merupakan appropriate input for sustainable agriculture (AISA) yaitu suatu sistem pertanian berkelanjutan dengan input yang sesuai agar meningkatkan pendapatan petani dari usahataninya dan menjamin kelestarian sumberdaya alam. Dalam konsep ini lebih ditekankan pada memaksimalkan daur ulang dan meminimalkan kerusakan lingkungan. Dengan mengaplikasikan sisa-sisa panen ataupun bahan organik lainnya ke lahan pertanian maka akan memecahkan 2 masalah yaitu pengadaan pupuk organik dan masalah tempat pembuangan (berhubungan dengan pencemaran lingkungan). Dari bahasan diatas dapat dikatakan bahwa usaha untuk melestarikan sumberdaya alam sebenarnya telah ada sejak dulu walaupun yang melakukannya tidak menyadarinya. Yang perlu dilakukan sekarang oleh adalah memberikan pemahaman bagi masyarakat petani akan manfaat usahatani konservasi. http://ucupneptune.blogspot.com/2008/01/pengolahan-tanah-konservasi.html engelolaan Tanah. Usaha menetap di suatu tempat (--> kota) itu sudah sangat tua di Palestina. Usaha tersebut berkaitan dengan masalah PT. Sudah pada zaman Mesolitikum (10.000-8.000 seb. Mas.), makanan di situ terdiri dari pengumpulan tumbuh-tumbuhan liar. Hal itu memungkinkan adanya orang-orang pada berdatangan dalam jumlah yang agak besar. Antara tahun 8.000 dan 7.000 dapat dipastikan adanya masa pergantian. Kebudayaan gembala dan kebudayaan mengumpulkan tanaman liar tadi beralih menjadi usaha menanam bahan makanan. Hal itu terlebih-lebih terjadi di --> Yerikho. Pada zaman Kalkolitikum (4.000-3.000) para penghuni tetap dari Tell abu mater di dekat --> Beersyeba bahkan hidup dari PT. Banyak sekali gudang gandum yang membuktikan, bahwa pada permulaan zaman tembaga (3.000-2.200) kebudayaan PT itu berkembang di Yerikho dan di --> Arad. --> Bet Syemes adalah suatu pusat minyak dan anggur pada zaman para raja. Hasil klasik PT adalah gandum, anggur dan minyak (Ul 7:13 dan lain-lain). Urutan dalam PT nampak pada kalender --> Geser. Pada saat perebutan Kanaan itu bangsa Isr. mengalihkan dirinya dari hidup mengembara menuju PT. Hal itu mengakibatkan timbulnya perubahan hidup politik, sosial dan agama yang mendalam sekali (--> perayaan).

Pengaruh Kedalaman Pengolahan Tanah dan Penggunaan Kompos Sampah Kota terhadap Pertumbuhan dan Hasil KubisSutapradja, H.Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jl. Tangkuban Parahu No. 517 Lembang, Bandung 40391

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kedalaman pengolahan tanah dan takaran kompos sampah kota yang tepat untuk budidaya kubis. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang dengan ketinggian 1.250 m dpl dari bulan September sampai dengan Desember 2005. Percobaan menggunakan rancangan petak terpisah dengan 9 macam kombinasi perlakuan. Petak utama terdiri dari 3 perlakuan, yaitu tanpa pengolahan tanah, kedalaman pengolahan tanah 20 dan 30 cm. Petak kedua berupa perlakuan dosis kompos sampah kota terdiri dari 5, 10, dan 15 t/ha. Luas plot 2 x 3 m = 6 m2 dan jarak tanam 60 x 50 cm. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kedalaman pengolahan tanah 30 cm dengan dosis kompos sampah kota 15 t/ha menghasilkan jumlah dan kualitas kubis terbaik. Kata Kunci: Brassica oleracea; Pengolahan tanah; Sampah kota; Kompos; Pertumbuhan; Hasil http://hortikultura.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=449& Itemid=120 Budidaya tanpa olah tanah ialah cara bercocok tanam tanpa melakukan pembajakan tanah dan sisa-sisa tanaman sebelumnya dibiarkan tetap di sawah/tegalan. Example sentence(s):

Padi sawah tanpa olah tanah merupakan salah satu alternatif yang patut dikaji, apalagi selain hemat air dan hemat tenaga, sistem ini juga memiliki kelebihan lain seperti hemat waktu, hemat biaya, dan tanam serempak. Penulis menyusun buku ini dengan harapan dapat ikut menyebarluaskan sistem budi daya padi sawah tanpa olah tanah. - Penerbit Kanisius Salah satu teknologi yang diterapkan pada budidaya padi sawah yaitu sistem tanpa olah tanah (TOT). Dalam sistem TOT, kehadiran gulma tidak dapat dielakkan. Persiapan lahan sebagai pengganti pengolahan tanah harus dilakukan dengan baik agar tanaman dapat tumbuh bagus dan berproduksi tinggi.http://w ebmin.uni Fak. Pertanian, Un

Penerbit Kanisius

http://w w w .buka

- Fak. Pertanian, Univ. Lampung Pengolahan tanah yang sempurna diikuti dengan pembuatan guludan yang dibuat searah dengan kontur tanah sebagai upaya pengendalian erosi. Selain itu dengan

pembuatan guludan juga dapat memaksimalkan hasil dibandingkan dengan system tanpa olah tanah setelah tanam. PetaniDari Petani untuk http://pertanian.bl

- Dari Petani untuk