penggunaan ukuran huruf ergonomis di papan tulis dalam proses
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program pemerintah dalam bidang pendidikan terutama pendidikan dasar di
sekolah dasar sudah banyak dilakukan seperti, pengadaan sarana dan prasarana
sekolah, program pendidikan dasar 9 tahun, ada juga bantuan biaya operasional
sekolah, strategi pembelajaran terpadu dan lain-lain. Tetapi yang luput dari perhatian
adalah yang berkaitan dengan penggunaan huruf dalam proses mengajar yang
cenderung menggunakan huruf yang ukurannya tidak beraturan pada sebuah papan
tulis hitam sehingga huruf-huruf yang dihasilkan tidak nyaman dibaca, apalagi
ketidaksesuaian jarak baca siswa dengan huruf yang ditampilkan oleh guru di papan
sehingga susah dibaca, waktu membaca lebih lama, siswa lambat mengerti dan susah
mengikuti pelajaran. Siswa dapat mengalami kelelahan akibat membaca tulisan guru,
berpikir dan konsentrasi dalam waktu yang cukup lama. Tata ruang yang kurang
nyaman, jarak baca siswa dengan papan tulis terlalu dekat atau terlalu jauh, waktu
belajar terlalu lama akan memperparah kelelahan dan berakibat menurunnya
konsentrasi belajar (Negara, 2009).
Kelelahan dapat menyebabkan seseorang kurang waspada dalam menghadapi
sesuatu khususnya pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Dalam
keadaan lelah dan kurang nutrisi, sinyal-sinyal yang berjalan maju mundur di antara
talamus dan korteks serebri tidak berfungsi secara optimal yang menyebabkan
kesiapsiagaan menurun. Kurangnya kewaspadaan pada siswa menyebabkan
2
konsentrasi menurun sehingga materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tidak dapat
diserap dengan baik. Games & Cybis (1988) dikutip dari (Sutajaya, 2004)
menyatakan bahwa sarana pembelajaran menentukan kualitas proses pembelajaran
yang akhirnya akan meningkatkan prestasi siswa.
Mata berfungsi untuk melihat, tidak dihadapkan pada beban tambahan, seperti
penerangan objek yang intensitasnya kurang sesuai dengan keperluannya. Adanya
kesilauan karena salah memasang objek atau sumber cahaya , kurang kontras antara
objek dan latar belakang, dan sebagainya. Faktor yang berpengaruh pada kualitas
pengelihatan adalah sifat cahaya dan sifat lingkungan kerja. Menurut Corwin (2001)
upaya mata yang melelahkan menjadi penyebab kelelahan mental. Gejala meliputi
sakit kepala, penurunan kemampuan intelektual, daya konsentrasi dan kecepatan
berpikir. Lebih dari itu bila mata pekerja mencoba mendekatkan dengan objek untuk
memperbesar ukuran benda, maka akomodasi dipaksa dan mungkin terjadi pandangan
rangkap atau kabur. Kejadian ini menimbulkan sakit kepala di sekitar daerah atas
mata. Susila (2001) juga menyatakan, apabila melihat obyek pada jarak dekat, maka
mata akan mengalami konvergensi. Konvergensi mata ini berusaha menempatkan
bayangan pada daerah retina yang sama di kedua bola mata. Bila usaha ini gagal
mempertahankan konvergensi, maka bayangan akan jatuh pada dua tempat yang
berbeda pada retina. Bila diteruskan ke otak, maka orang akan melihat dua obyek.
Pengelihatan itu menyebabkan rasa tidak nyaman.
Proses mengajar merupakan aktivitas yang menuntut alokasi waktu yang
cukup lama bagi siswa-siswa sekolah dasar dan menuntut kecermatan seorang guru
untuk mengajar di depan kelas terutama dalam menulis di papan tulis. Dalam
3
melakukan aktivitas siswa dengan sikap duduk di bangku menghadap ke depan kelas
dengan sebuah papan tulis tempat guru menulis pelajaran yang sedang diajarkan
(Aisyah, 2008 ; Putra, 2006) .
Seorang guru dalam menulis di papan tulis lebih banyak mengandalkan
kecakapan tangan dan siswa dituntut untuk konsentrasi memperhatikan tulisan di
papan tulis sehingga dalam waktu lama bagi siswa bisa menimbulkan kelelahan mata
jika tidak diimbangi dengan penggunaan huruf yang sesuai ukuran dan jarak pandang
siswa yang selanjutnya disebut huruf ergonomis. Ada beberapa alternatif untuk
mengatasi hal tersebut misalnya dengan mengajar menggunakan OHP, LCD atau
dengan menuliskan huruf-huruf di papan tulis dengan ukuran huruf yang sesuai
dengan jarak pandang siswa. Tetapi di sekolah dasar belum mampu menyiapkan alat
seperti itu karena alasan harga yang terlalu mahal sehingga masih menggunakan
papan tulis oleh karena itu, pada proses mengajar guru diharapkan menggunakan
huruf-huruf dengan ukuran yang sesuai dengan jarak pandang siswa.
Sekolah Dasar ”X” di Denpasar adalah salah satu sekolah dasar negeri di
Denpasar yang bernaung di bawah Dinas Pendidikan Dasar Kotamadya Denpasar. Di
Sekolah Dasar ”X” terdapat 6 ruang kelas untuk kelas I sampai dengan kelas VI,
semua ruang menggunakan sarana mengajar berupa papan tulis hitam yang digantung
di dinding depan kelas. Penggunaan huruf pada proses mengajar di Sekolah Dasar
”X” menunjukkan, guru yang mengajar di depan kelas dan menulis materi pelajaran
di papan tulis menggunakan huruf dengan ukuran yang tidak beraturan dan tidak
konstan sehingga tidak sesuai dengan rumus huruf yang ergonomis (Negara, 2009).
Hal ini dapat mempengaruhi mata dan konsentrasi siswa. Jarak baca dari siswa yang
4
duduk paling belakang dengan papan tulis adalah 6,5 meter. Ukuran huruf yang
tertulis di papan tulis dengan ukuran tertinggi 6 centi meter dan ukuran terkecil 2,5
centi meter (Negara, 2009). Dari data tersebut, jika dihitung dengan rumus maka
tinggi huruf seharusnya 3,25 centimeter. Dengan demikian kondisi tersebut tidak
sesuai dengan konsep ergonomi yang berusaha meningkatkan kesehatan fisik dan
mental menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, aman dan sehat demi tercapainya
peningkatan produktivitas dan penurunan angka kecelakaan kerja yang berhubungan
dengan kerja dan kelelahan.
Akibat yang ditimbulkan oleh ukuran huruf yang tidak sesuai dengan jarak
baca adalah rendahnya konsentrasi terbukti pada studi pendahuluan yang dilakukan
pada 14 Oktober 2009, guru mengajar dengan menuliskan ukuran huruf yang tidak
beraturan pada papan tulis kemudian dilakukan pengisian Bourdon Wiersma Test
terhadap 15 orang siswa menunjukkan, bahwa rerata kecepatan 13,33 (golongan
cukup), rerata ketelitian 4,26 ( golongan cukup), dan rerata konstansi 8,33 (golongan
ragu-ragu). Dalam penelitian sebelumnya, Darmadi (2009) melakukan perbaikan pada
posisi layar monitor liquid crystal display dan ukuran huruf yang dipakai pada
mahasiswa Poltekkes Denpasar, menunjukkan hasil penurunan kelelahan mata dan
meningkatkan konsentrasi secara signifikan pada obyek yang diteliti. Mengingat hal
tersebut sudah pernah dilakukan, maka hal serupa bisa juga dicobakan pada siswa
Sekolah Dasar ”X” di Denpasar yang menggunakan sarana papan tulis pada proses
mengajar.
Keadaan tersebut dipandang perlu menerapkan kaidah-kaidah ergonomi dalam
penggunaan huruf pada proses mengajar di sekolah dasar untuk mengurangi kelelahan
5
mata dan meningkatkan konsentrasi pada siswa. Dengan demikian perlu dilakukan
penelitian mengenai huruf dan resikonya terhadap anak-anak sekolah dasar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut:
1) Apakah penggunaan ukuran huruf ergonomis di papan tulis dalam proses belajar
mengajar dapat mengurangi kelelahan mata pada siswa Sekolah Dasar ”X” di
Denpasar?
2) Apakah penggunaan ukuran huruf ergonomis di papan tulis dalam proses belajar
mengajar dapat meningkatkan konsentrasi pada siswa Sekolah Dasar ”X” di
Denpasar?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mendapatkan informasi mengenai penggunaan ukuran huruf ergonomis di
papan tulis pada proses belajar mengajar.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui apakah penggunaan ukuran huruf ergonomis di papan tulis pada
proses belajar mengajar dapat mengurangi kelelahan mata pada anak-anak
Sekolah Dasar ”X” di Denpasar.
6
2) Untuk mengetahui apakah penggunaan ukuran huruf ergonomis di papan tulis
pada proses belajar mengajar dapat meningkatkan konsentrasi pada anak-anak
Sekolah Dasar ”X” di Denpasar.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis adalah dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran dalam menunjang ilmu pengetahuan dan teknologi
yang berkaitan dengan ergonomi.
1.4.2 Manfaat Praktis
Dapat memberikan manfaat praktis sebagai berikut:
1) Bagi anak-anak Sekolah Dasar ”X” di Denpasar dapat mengurangi kelelahan mata
dan meningkatkan konsentrasi.
2) Sebagai bahan masukan bagi guru-guru Sekolah Dasar ”X” di Denpasar tentang
pentingnya belajar mengajar dengan menggunakan huruf yang ergonomis dapat
mengurangi kelelahan mata dan meningkatkan konsentrasi pada siswa.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Huruf Ergonomis
Huruf ergonomis adalah huruf yang ukurannya sesuai dengan jarak baca
sehingga mudah dibaca, cepat dibaca, tidak salah baca dan tidak menimbulkan
kelelahan mata bagi pembaca. Agar sebuah tulisan dapat dibaca dengan nyaman serta
memperhatikan kemampuan mata orang yang akan membacanya maka, tulisan harus
tersusun oleh huruf-huruf yang sesuai dengan rumus. Besar kecilnya ukuran huruf
tergantung pada jarak pembaca yang kita inginkan. Untuk menghitung tinggi huruf,
para ahli mendapatkan sebuah rumus: Tinggi huruf sama dengan jarak baca (dalam
ukuran melimeter) dibagi 200. Jika jarak baca yang kita inginkan dapat dibaca dari
jarak 6 meter, maka tinggi huruf diperoleh 3 centimeter. Dengan mengetahui tinggi
huruf maka, ukuran dari huruf yang lainnya dapat diketahui, lebar huruf: 2/3 tinggi
huruf. Tebal huruf: 1/6 tinggi huruf, jarak antar huruf: 1/5 tinggi huruf (Kroemer
2000; Grandjean, 2000). Huruf besar pada awal yang diikuti oleh huruf kecil lebih
mudah dibaca daripada huruf besar semua. Adapun rekomendasi tinggi huruf yang
disarankan adalah seperti yang tercantum pada Tabel 2.1.
8
Tabel 2.1 Rekomendasi Tinggi Huruf
Jarak dari mata (mm) Tinggi huruf dan angka (mm)
<50
501-900
901-1800
1801-3600
3601-6000
2,5
5,0
9,0
18,0
30,0
Sumber: Kroemer (2000); Grandjean (2000)
Penggunaan huruf pada proses mengajar di Sekolah Dasar ”X” di Denpasar
menunjukkan, guru yang mengajar di depan kelas dan menulis materi pelajaran di
papan tulis menggunakan huruf dengan ukuran yang tidak beraturan dan tidak konstan
sehingga tidak sesuai dengan rumus huruf yang ergonomis. Jarak baca dari siswa
yang duduk paling belakang adalah 6,5 meter. Ukuran huruf yang tertulis di papan
tulis dengan ukuran tertinggi 6 centi meter dan ukuran terkecil 2,5 centi meter.
Dari data penggunaan huruf di Sekolah Dasar ”X”, sesuai dengan hasil
observasi di lapangan yaitu, jarak baca terjauh siswa adalah 6,5 meter, jika dihitung
dengan rumus maka diperoleh tinggi huruf 3,25 centimeter.
2.2 Proses Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar tidak lepas dari kondisi yang diciptakan oleh guru
kepada peserta didiknya. Perpaduan antara dua subjek antara guru dan peserta
didiknya yang melahirkan interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan dan
mediumnya. Aktivitas belajar mengajar berkaitan dengan peranan guru dengan
9
konteks mengupayakan terciptanya jalinan yang harmonis antara yang mengajar itu
sendiri dan yang belajar. Suatu pembelajaran dapat disebut berjalan dengan baik
apabila proses itu mampu mengubah diri anak didik dalam arti luas serta mampu
menumbuhkembangkan kesadaran anak didik sehingga pengalaman itu dapat
dirasakan untuk perkembangan pribadinya (Aisyah, 2008). Menurut Sudjana (2004)
proses yang dipakai individu untuk memperoleh pengetahuan atau wawasan, atau
mengembangkan sikap-sikap ataupun keterampilan-keterampilan dan merupakan
segala perbuatan yang etis, kreatif, sistematis dan intensional dibantu oleh metode dan
teknik ilmiah, diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan. Proses belajar mengajar
merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai
pemegang peranan utama. Karena Proses belajar-mengajar mengandung serangkaian
perbuatan pendidik atau guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau
hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi
berlangsungnya proses belajar-mengajar.
Ada juga yang menyebutkan, proses ini merupakan interaksi antara peserta
didik dengan sumber informasi pembelajaran. Interaksi yang terjadi antara seseorang
dengan lingkungannya dapat juga disebut proses belajar mengajar. Upaya-upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan proses tersebut selain kemampuan pengajar adalah
media pembelajaran. Media itu adalah salah satu komponen yang harus ada dalam
proses itu (Putra, 2006) .
Menurut Sutajaya (2008) penempatan papan tulis dan layar OHP/ LCD
meliputi batas orientasi mata: tidak lebih dari 5 derajat di atas`bidang horizontal dan
10
30 derajat di bawah bidang horizontal. Penempatan papan tulis/ layar mengacu tinggi
mata pebelajar yang duduk paling belakang. Syarat lain: tidak mengkilat, warna
terang, lebarnya sesuai orientasi mata. Panjang mengacu rumus: a = k x d, (dimana a
= panjang papan tulis; k = konstanta: 0,33; d = jarak antara papan tulis dengan deret
tempat duduk paling belakang.
Jadi media pembelajaran pada proses belajar mengajar amat penting sebagai
sarana atau media interaksi antara pengajar dan siswa sehingga materi yang diajarkan
dapat dikomunikasikan kepada siswa. Untuk mengkomunikasikan materi itu, salah
satunya adalah dengan menuliskan materi di papan tulis berupa teks yang tersusun
dari huruf.
2.3 Struktur Mata
2.3.1 Struktur mata manusia
11
Keterangan bagian-bagian mata:
1. Retina, terdapat rods cell/sel batang dan cones cell/sel kerucut, fungsi sel
batang untuk melihat pada cahaya remang-remang dan sel kerucut untuk
melihat pada cahaya terang, dari retina akan dilanjutkan ke saraf optikus.
2. Fovea sentralis, daerah cekung yang berukuran 0,5 mm di tengah-tengah
terdapat bintik kuning
3. Kornea dan lensa, merupakan lapisan paling depan dan berfungsi
memfokuskan benda dengan refraksi/dibiaskan, tebalnya 0,5 mm, sedangkan
lensa terdiri dari kristal yang mempunyai dua permukaan dengan jari-jari
kelengkungan 7,8 mm berfungsi memfokuskan benda pada berbagai jarak.
4. Pupil, terdapat di tengah-tengah iris yang fungsinya mengatur cahaya masuk,
apabila cahaya terang, pupil akan mengecil dan sebaliknya.
Mata memiliki kemampuan bergerak ke kiri dan ke kanan (yaw), atas bawah (pitch)
dan berputar (roll). Gerakan mata yang mengikuti fiksasi diklasifikasikan menjadi 3
yaitu: gerakan yang mengikuti garis tertentu adalah gerakan pada axis mata secara
tidak beraturan dan pelan yang terjadi pada image jatuh pada fovea, gerak secara
berputar (tremor) dan gerakan cepat (involuntary saccades), seperti pada aktivitas
membaca (Wijaya dan Sakundarini, 2000). Mata menerima gelombang cahaya melaui
pupil dan jatuh di retina, diterima oleh saraf dan mentransmisikan pesan ke otak.
Untuk membantu dalam membidik dan memfokus suatu objek.
12
2.3.2 Daya Akomodasi
Untuk memfokuskan obyek pada retina, lensa mata memegang peranan
penting, kornea mempunyai fungsi memfokuskan obyek secara tetap demikian juga
bola mata. Kemampuan mata untuk memfokuskan obyek disebut daya akomodasi
(Pearce, 2007). Suatu objek terlihat jelas hanya bila refleksi melalui kornea dan lensa
menghasilkan suatu yang kecil namun citranya tajam di retina. Ada tiga komponen
yang membentuk sistem optik:
a. Objek yang berjarak
Ketika otot siliar kendur, refraksi kornea dan lensa menyebabkan sinar paralel
dari objek yang berjarak terfokus pada retina, oleh karena itu, ketika perhatian
dibiarkan mengamati suatu benda yang berjarak sangat jauh, mata terfokus
pada infinitas dan otot siliar tetap kabur.
b. Akomodasi yang beristirahat
Sebelumnya dianggap bahwa akomodasi terfokus pada infinitas yang dianggap
posisi istirahat mata. Namun beberapa kajian menyatakan bahwa di dalam
gelap posisi istirahat itu berkaitan dengan jarak yang terletak di suatu tempat
titik dekat dan infinitas.
c. Kecepatan dan akurasi akomodasi
Tingkat iluminasi merupakan sebuah faktor yang kritis dalam proses
akomodasi. Ketika pencahayaan sedikit, titik jauh bergerak lebih dekat dan
titik dekat menurun, sedangkan kecepatan presisi akomodasi meningkat
sejalan dengan usia.
13
Titik yang paling dekat dengan mata, dimana benda dapat difokuskan dengan
jelas oleh akomodasi dinamakan titik dekat pengelihatan yang mengalami
kemunduran selama hidup (Pearce, 2007). Daya akomodasi tergantung pada
usia orang, makin tua usianya maka makin kurang daya akomodasinya yang
disebabkan kekenyalan lensa atau elastisitas lensa semakin berkurang seperti
yang ditunjukkan oleh Tabel 2.2.
Tabel 2.2
Rata-rata Jarak Titik Dekat
Usia (tahun) Titik Dekat (mm)
16
32
44
50
60
80
120
250
500
1000
Sumber: Grandjean (2000)
2.3.3 Kapasitas Visual
Tampilan visual sering digunakan dalam eksprimen laboratorium untuk
mengevaluasi efek variabel beragam seperti penerangan atau kondisi pengelihatan
lainnya. Benda- benda di sekitar kita akan kelihatan apabila ada berkas-berkas cahaya
pada retina kemudian dengan perantara nervus optikus mengalihkan ke pusat
pengelihatan pada otak (Jonathan, 2001). Kapasitas yang paling penting menurut
Grandjean (2000) adalah:
14
a. Ketajaman visual adalah kemampuan melihat dua garis atau titik dengan
interval minimal secara nyata atau untuk melihat bentuk dan rupa tanda dan
melihat rincian objek serinci-rinci. Pada umumnya ketajaman visual adalah
kapasitas mata memilih rincian pemisahan yang luas antara dua tanda yang
sering disebut ketajaman normal. Dalam hal ini jarak minimum antara dua titik
dalam citra adalah 5x10 6 . Namun di bawah kondisi yang cukup, seorang
dengan pandangan yang bagus harus mampu memilah suatu interval setengah
ukuran itu.
b. Sensitivitas kontras, adalah kemampuan mata melihat perbedaan yang terkecil
dalam cahaya, dan juga hal-hal yang janggal dalam pembayangan dan nuansa
terang yang paling ringan, semua itu mungkin bersifat meyakinkan dalam
persepsi rupa dan bentuk. Sensitifitas dalam sehari-hari jauh lebih penting dari
ketajaman visual dan ini juga berguna bagi banyak pekerjaan inspeksi dan
kontrol produk.
c. Kecepatan persepsi, yaitu sebagai suatu interval waktu terlewat dari antara
tampilan signal dan persepsi kesadarannya dalam otak. Kecepatan persepsi
biasanya diukur dengan teknik tachitoscopy. Dalam prosedur ini seperangkat
kata dihadirkan pada objek yang diuji dengan waktu yang pendek. Waktu
tampilan minimum yang diperlukan untuk persepsi yang benar diukur dan
digunakan parameter. Kecepatan persepsi diukur dengan prosedur yang
demikian tentu pada intinya sebuah fungsi dan mekanisme mental otak.
Kecepatan persepsi meningkat dengan penerangan yang meningkat dan juga
kontras cahaya yang lebih tinggi antara objek dan keadaan sekitarnya. Ini
15
berarti pencahayaan, ketajaman visual, sensitivitas kontras dan kecepatan
persepsi terkait satu sama lain. Sudut pengelihatan yang nyaman bagi mata
adalah 15 menit busur, dan dalam kondisi pengelihatan yang buruk dapat
dinaikkan 21 menit busur. Hal ini dapat diekuivalenkan ketika melihat objek
setinggi 4,3 mm dan 6,1 mm pada jarak 1 meter. Manusia mempunyai
ketajaman pengelihatan normal sewaktu melihat dua titik terang dengan jarak
10 meter. Ketajaman pengelihatan maksimal dapat terjadi 2 derajat lapang
pandangan, Di luar fovea, tajam pengelihatan akan berkurang
(Syaifuddin,2002). Ketajaman pengelihatan disebut visus dan untuk
menentukan visus dipakai Optotype Snellen dengan berbagai ukuran huruf dan
jarak yang sudah ditentukan. Visus normal adalah 6/6 (Niti,2000). Visus mata
diukur dari jarak 6 meter dengan Optotype Snellen dipasang setinggi mata
yang kita ukur, diukur mulai dari mata kiri, mata kanan, dan kedua mata kiri
dan kanan (Departemen Kesehatan RI, 2007).
2.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelihatan
Faktor yang dapat mempengaruhi pengelihatan adalah sebagai berikut
(Corwin, 2001)
1. Usia, bertambahnya usia maka lensa mata berangsur-angsur kehilangan
elastisitasnya dan melihat pada jarak dekat akan semakin sulit. Hal ini akan
menyebabkan ketidaknyamanan pengelihatan ketika mengerjakan sesuatu
pada jarak dekat, demikian pula pengelihatan jauh.
16
2. Penerangan, pengaruh intensitas penerangan dengan pengelihatan sangat
penting karena mata dapat melihat objek melalui cahaya yang dipantulkan
oleh permukaan objek tersebut. Luminansi adalah banyaknya cahaya yang
dipantulkan oleh permukaan objek. Jumlah sumber cahaya yang tersedia juga
mempengaruhi kemampuan mata melihat objek. Pada usia tua diperlukan
intensitas penerangan yang lebih besar untuk melihat objek. Tingkat luminasi
juga mempengaruhi kemampuan membaca teks. Semakin besar luminansi
sebuah objek maka semakin besar juga rincian objek yang dapat dilihat oleh
mata. Bertambahnya luminansi sebuah objek akan menyebabkan mata
bertambah sensitif terhadap kedipan (flicker) penerangan yang baik untuk
membaca dan menulis adalah 500-700 lux. Faktor penerangan berpengaruh
pada kualitas penerangan yang ditentukan oleh kualitas dan kuantitas
penerangan, Sifat penerangan ditentukan juga oleh rasio kecerahan yaitu
antara objek dan latar belakang. Penerangan bisa bersumber dari penerangan
langsung misalnya dari penerangan buatan, misalnya dari bola lampu,
penerangan yang bersumber dari pantulan dari tembok, langit-langit ruangan,
lantai ruangan dan bagian permukaan meja kerja. (Kroemer dan Grandjean,
2000).
3. Silau (glare), adalah proses adaptasi berlebihan pada mata sebagai akibat dari
retina mata terpapar sinar yang berlebihan (Grandjean, 2000).
4. Ukuran pupil, supaya jumlah sinar yang diterima retina sesuai maka otot iris
akan mengatur ukuran pupil. Lubang pupil juga dipengaruhi oleh
17
memfokusnya lensa mata, mengecil ketika mata memfokus pada objek yang
dekat.
5. Sudut dan ketajaman pengelihatan, sudut pengelihatan (visual angle) sebagai
sudut yang berhadapan dengan objek pada mata.
2.3.5 Fisiologi Membaca
Ada perbedaan antara membaca sebagai penyerapan informasi dan penelitian
sebagai pengalokasian informasi. Pada kedua aktivitas ini, mata bergerak garis dalam
loncatan cepat dan bukan gerak lancar, ini disebut saccades. Mata bergerak begitu
cepat sehingga tak satupun informasi yang berguna bisa serap dalam proses itu.
Dalam loncatan itu mata tetap mengatur permukaan kecil tertentu yang diproyeksikan.
Hanya dalam parafovea pandangan yang terperinci cukup akurat bagi pengenalan
cetakan normal. Ada tiga bentuk saccade yaitu: Saccade membaca bagian kanan,
saccade koreksi dan saccade baris kiri.
Saccade bagian membaca kanan sepanjang satu baris yang ada di tiap loncatan
suatu area kira-kira 8 ±4 huruf. Kadang-kadang saccade bagian kiri kecil dapat terjadi.
Saccade garis tepatnya sebelum akhir baris dicapai dan meloncat ke awal garis
selanjutnya.
2.3.6 Pengenalan Huruf
Mata beristirahat sejenak antara saccade berlangsung sebanyak 120 dan 30 ms
(Gandjean 2000). Selama masa jeda ini huruf dikenal dalam pandangan fovea dan
parafovea. Untuk pengenalan yang cepat dan baik diperlukan kira-kira 3 huruf yang
18
dapat diterima dan diidentifikasi dengan jelas. Dapat diterima dengan jelas merupakan
tingkat dimana huruf tersebut sama dengan model yang ada pada pikiran pembaca.
Dapat diidentifikasi artinya memerlukan uraian huruf yang jelas dan harus dirancang
dengan jelas.
2.3.7 Visual Strain
Ketegangan mata yang berlebihan dapat menimbulkan efek yaitu kelelahan
mata dan kelelahan umum. Kelelahan visual terdiri dari semua gejala yang muncul
setelah stres yang berlebihan. Setiap fungsi mata diantara yang paling penting adalah
ketegangan otot siliar. Akomodasi yang melihat sangat dekat dengan objek yang
sangat kecil dan efek kontras lokal yang kuat pada retina. Menurut Pearce (2007),
kelelahan visual terbentuk karena:
1. Iritasi yang sakit (membakar) diiringi dengan lakrimasi.
2. Pandangan ganda.
3. Sakit kepala
4. Daya akomodasi dan konvergensi berkurang
5. Ketajaman visual, sensitivitas terhadap kontras dan kecepatan persepsi berkurang.
Gejala yang menyakitkan secara komparatif ini terjadi khususnya karena hal-
hal yang berat seperti: membaca teks yang tidak tercetak dengan baik, cahaya yang
tidak cukup, pencahayaan dengan lampu berkedip-kedip atau penyimpangan optik
seperti hypermetropi. Orang tua tentunya rentan terhadap kelelahan visual.
Apabila kondisi seperti di atas dibiarkan berlarut maka akan timbul efek:
19
1. Berakibat kelelahan visual yaitu keadaan mata yang ditandai dengan adanya
perubahan psikofisiologi berupa kelambatan aktifitas motoris, respirasi, perasaan sakit
dan berat pada bola mata.
2. Terjadi banyak kesalahan kerja.
3. Kualitas kerja menjadi berkurang.
4. Menyebabkan terjadinya penurunan produktivitas.
5. Meningkatnya kecelakaan kerja.
2.3.8 Kelelahan Mata
Kelelahan mata adalah suatu keadaan mata yang ditandai dengan adanya
perubahan psikofisiologi berupa kelambatan aktifitas motoris, respirasi, perasaan sakit
dan berat pada bola mata, sehingga mempengaruhi kerja fisik maupun kerja mental
(Grandjean 2000). Gejala yang menyakitkan secara komparatif ini terjadi khususnya
karena hal-hal yang berat seperti: membaca teks yang tidak tercetak dengan baik,
cahaya yang tidak cukup, pencahayaan dengan lampu berkedip-kedip atau
penyimpangan optik seperti hypermetropi. Apabila kondisi seperti di atas dibiarkan
berlarut maka akan menimbulkan efek: kelelahan visual, banyak salah, mengurangi
kualitas, kehilangan produktivitas, kecelakaan.
Berpikir dan belajar, terutama pada siswa dengan asupan nutrisi yang kurang
dan disertai perubahan psikofisiologi dapat menimbulkan kelelahan visual ,faktor lain
seperti tata ruang kelas yang kurang baik, pencahayaan kurang memadai, tinggi kursi
yang kurang sesuai dengan antropometri, jarak pandang siswa yang terlalu jauh atau
dekat dengan siswa, tulisan yang kurang jelas dan waktu belajar yang terlalu lama,
20
kelelahan dapat diukur dengan beberapa indikator yaitu, (Kroemer dan Grandjean,
2000).
1) pengukuran kualitas dan kuantitas penampilan kerja
2) pengukuran kelelahan subjektif
3) alat electroenchephalography (EEGraph)
4) pengukuran subjektif frekuensi flicker-fusion mata
5) tes psikomotorik
6) tes kelelahan mental
Kelelahan yang dialami siswa dapat berupa kelelahan fisik dan mental.
Kelelahan fisik seperti kelelahan mata diukur dengan kuisioner kelelahan mata skala
likert. Kuisioner ini memiliki gradasi jawaban dari sangat positif sampai negatif.
Dalam penelitian ini memakai kuisoner kelelahan mata 5 skala likert dengan
pertanyaan berjumlah 8 item (kuisioner bersumber dari Ardana, 2005)
2.4 Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar siswa adalah seorang siswa mengenali pikirannya dan
sejalan dengan tugas-tugas yang diberikan oleh guru-gurunya dan kemampuan
mengalihkan perhatiannya dari pelajaran pertama ke pelajaran berikutnya. Anak tidak
mudah mengalihkan perhatian pada masalah lain di luar yang dipelajarinya. Semakin
banyak informasi yang harus diserap oleh siswa maka kemampuan berkonsentrasi
mutlak dimiliki dalam mengikuti proses belajar. Belajar merupakan proses perubahan
tingkah laku, suatu hasil dari pengalaman motivasi dan penyesuaian daripada situasi
dan lingkungan. Tingkah laku dapat bersifat jasmaniah dan intelek yang tidak mudah
21
dilihat. Proses belajar dapat bersifat formal dan informal. Supaya anak-anak berhasil
di sekolah, maka mereka harus mengenali pikirannya agar sejalan dengan tugas-tugas
yang diberikan oleh guru-gurunya, juga harus bisa segera mengalihkan perhatiannya
dari pelajaran pertama ke pelajaran berikutnya. Keadaan pengelihatan dan lapar dapat
menyebabkan otak kekurangan glukose dan oksigen sehingga terjadi gangguan
kualitas kesadaran yang meliputi: gangguan daya berorientasi, gangguan daya intelek
seperti: pengetahuan, pengertian, berhitung, dan menulis. Keadaan seperti itu
mengganggu konsentrasi belajar (Susanto, 2006)
Kelelahan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar
para siswa, keadaan lelah akan berakibat kurang waspada dan kurang siap siaga dalam
mengerjakan pekerjaannya dan khususnya pada siswa akan menyebabkan makin
kurang terserapnya materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Seorang guru harus
tanggap terhadap keadaan anak didiknya, sehingga tidak terjadi gejala-gejala
melelahkan yang disebabkan oleh proses pembelajaran (Aisyah, 2008).
Salah satu alat untuk mengukur konsentrasi belajar adalah Bourdon Wiersma
Test, meliputi kecepatan, ketelitian dan konstansi. Hasil pengukuran dikategorikan
golongan konsentrasi dengan menggunakan nilai norma standar Wieghted Scores
(WS). Tingkat kecepatan adalah kualitas atensi yang dimanifestasikan oleh angka
kumulatif satuan detik dalam menyelesaikan materi tes. Kemampuan persepsi adalah
menggambarkan ketelitian mencoret kelompok titik yang ditentukan. Tingkat
kewaspadaan yang direkam berdasakan angka terpendek dan terpanjang penyelesaian
tes, digunakan sebagai penentuan konstansi penyelesaian pekerjaan. Perubahan
gerakan juga dapat dipakai sebagai acuan melihat keadaan konsentrasi. Perubahan
22
gerakan dicatat selama berlangsungnya penelitian , gerakan yang berubah meliputi
gerakan kepala, bahu, badan, tangan, pantat, kaki dan lainnya khususnya pergeseran
bangku, setiap subjek memiliki jumlah gerakan yang bervariasi. Makin banyak
perubahan gerakan, maka diasumsikan konsentrasi semakin menurun dan sebaliknya
(Cognitif Research Scandinavia, 2004).
2.5 Organisasi Kerja
Organisasi kerja adalah yang menyangkut waktu kerja, waktu istirahat, sistem
kerja harian/borongan, musik dan insentif dapat brpengaruh terhadap produktivitas
secara langsung maupun tidak langsung. Jam kerja berlebihan, jam kerja lembur
dengan kemampuan berlebihan akan dapat mengakibatkan kelelahan, mengurangi
kecepatan, ketepatan dan ketelitian kerja. Oleh karena setiap fungsi tubuh
memerlukan keseimbangan yang ritmis antara asupan energi dan penggantian energi
(kerja istirahat) maka diperlukan istirahat pendek dan kudapan (15 menit setelah 2
jam kerja) untuk mempertahankan performan dan efisiensi kerja (Wignjosoebroto,
2000). Pada siswa sekolah dasar jam belajarnya mulai 07.30 – 12.30 Wita, mendapat
2 kali waktu istirahat yaitu, istirahat pertama 09.15 – 09.30 Wita dan istirahat kedua
11.00 – 11.15 Wita. Demikian setiap hari sehingga mata siswa dipaksa konsentrasi
ketika guru menyajikan pelajaran di papan tulis.
2.6 Lingkungan Kerja
Kemampuan manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor intern
(dalam diri sendiri) dan ekstern (luar). Salah satu faktor dari luar adalah faktor
23
lingkungan kerja yaitu semua keadaan yang terdapat di tempat kerja seperti
temperatur, kelembaban udara, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisisngan, getaran
mekanis, bau-bauan, warna dan lain-lain (Wignjosoebroto, 2000). Lingkungan kerja
adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kelelahan, keluhan subyektif dan
produktivitas. Lingkungan yang nyaman dibutuhkan oleh para pekerja untuk dapat
bekerja secara optimal dan produktif. Temperatur C049 , temperatur yang dapat
ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh dari kemampuan fisik dan mental menyebabkan
aktivitas dan daya tanggap mulai menurun, dapat mengurangi kelelahan fisik.
Temperatur C030 menyebabkan daya tanggap mulai menurun dan cenderung
membuat kesalahan dalam pekerjaan dan menimbulkan kelelahan fisik. Temperatur
C024 adalah kondisi optimum dan temperatur C010 kelakuan fisik sudah mulai
muncul. Dari penyelidikan juga dapat diperoleh hasil bahwa produktivitas manusia
akan mencapai tingkat paling tinggi pada temperatur 24 derajat celcius sampai 27
derajat celcius (Wignjosoebroto, 2000).
Penerangan adalah merupakan faktor penting dalam sebuah ruangan terutama
pada pekerjaan membaca atau menulis. Sesuai dengan rekomendasi intensitas
penerangan untuk membaca dan menulis adalah 350-700 lux (Wignjosoebroto, 2000).
Faktor lainnya adalah kelembaban yaitu banyaknya air dalam udara,
kelembaban ini berhubungan dan dipengaruhi oleh temperatur udaranya. Suatu
keadaan di mana kelembaban udara tinggi dan udara panas akan menimbulkan
pengurangan panas tubuh secara besar-besaran. Pengaruh lainnya adalah semakin
24
cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen.
Sirkulasi udara dengan memberikan ventilasi akan menggantikan udara kotor dengan
udara bersih, dapat juga dengan menaruh tanaman-tanaman seperti tanaman
landscape office dapat membantu memberikan oksigen yang cukup. Kalau sirkulasi
udara tidak lancar apalagi kadar oksigen terus berkurang, bercampur gas dan bau-
bauan serta berlangsung lama maka dapat mempengaruhi kesehatan tubuh dan
menimbulkan kelelahan.
Kebisingan adalah bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki oleh telinga kita karena
bunyi itu terlalu lama dapat mengganggu ketenangan kerja dan menimbulkan
kesalahan komunikasi.
Bau-bauan juga dapat mengganggu konsentrasi kerja. Temperatur dan kelembaban
udara adalah dua hal yang mengganggu indra penciuman. Oleh karena itu air
conditioner adalah salah satu cara untuk menghilangkan bau-bauan.
Getaran mekanis dapat diartikan sebagai getaran-getaran yang ditimbulkan oleh alat-
alat mekanis yang sebagian dari getaran-getaran itu sampai pada tubuh dan dapat
menimbulkan akibat yang tidak diinginkan seperti: mempengaruhi konsentrasi kerja,
mempercepat kelelahan dan gangguan anggota tubuh seperti saraf, otot-otot. Warna
adalah yang bisa mempengaruhi mata untuk melihat obyek dan memberi pengaruh
lain terhadap manusia. Warna ruangan harus disesuaikan dengan jenis pekerjaan,
misalnya ruangan terasa sempit maka untuk mengatasi dipilih warna yang bisa
memberikan kesan luas. Hal ini secara psikologis akan menguntungkan, karena kesan
sempit cenderung menimbulkan ketegangan/ stress (Wignjosoebroto, 2000).
25
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Berpikir
Keterkaitan dengan kondisi di lapangan dengan hasil kajian pustaka yang
dapat dipergunakan sebagai acuan berpikir sebagai berikut:
Pada dunia pendidikan dalam melaksanakan proses pembelajaran, untuk memberikan
informasi bahan pelajaran di sekolah dasar umumnya menggunakan sarana papan tulis
hitam dan menggunakan kapur untuk menulis. Penggunaan huruf di papan tulis yang
tidak ergonomis akan berdampak pada pengelihatan siswa, karena huruf yang tertulis
dengan ukuran yang tidak ergonomis akan sulit dibaca, menimbulkan kesalahan baca
sehingga dapat menimbulkan kelelahan mata dan mengurangi konsentrasi belajar.
Sarana pembelajaran sangat menentukan kualitas proses pembelajaran yang pada
akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar. Dengan memperbaiki ukuran huruf yang
dibuat pada papan tulis disesuaikan dengan jarak baca siswa maka siswa tidak akan
mengalami perubahan psikofisiologi berupa kelambatan aktifitas motoris, respirasi,
perasaan sakit dan berat pada bola mata dan pada akhirnya mengurangi kelelahan
mata dan meningkatkan konsentrasi belajar siswa. Dengan demikian maka diharapkan
kualitas hasil proses belajar akan meningkat.
26
3.2 Konsep
Konsep dalam penelitian dapat ditunjukkan sebagai berikut:
Pengaruh Perlakuan
Perlakuan
Yang Dikontrol (by design)
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
KONDISI SUBJEK -Kesehatan fisik -Kesehatan mata
Kondisi Huruf -Ukuran huruf -Jarak baca
-KELELAHAN MATA -KONSENTRASI
LINGKUNGAN BELAJAR
-Cahaya ruang kelas
-Suhu ruang kelas
-Lama membaca
-Faslitas ruang kelas (meja,
bangku, papan tulis)
27
3.2 Hipotesis Penelitian
1) Penggunaan ukuran huruf ergonomis dalam proses belajar mengajar di papan
tulis dapat mengurangi kelelahan mata pada siswa Sekolah Dasar ”X” di
Denpasar.
2) Penggunaan ukuran huruf ergonomis dalam proses belajar mengajar di papan
tulis dapat meningkatkan konsentrasi pada siswa Sekolah Dasar ”X” di
Denpasar.
28
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian adalah eksperimen dengan rancangan sama subjek (treatment by
subject design). Pada penelitian ini dibutuhkan adanya washing out yang berguna
untuk menghilangkan efek perlakuan terdahulu agar tidak meninggalkan efek atau
respon (residual effect) (Pratiknya, 2001). Rancangan penelitian dapat ditunjukkan
sebagai berikut:
Bagan 4.1 Rancangan Penelitian
P : Populasi
RS : Random Sampling
O1 : pendataan awal sebelum perbaikan (guru pengajar seperti biasa masih
mengajar menggunakan ukuran huruf-huruf yang belum ergonomis)
O2 : pendataan akhir sebelum perbaikan (guru pengajar seperti biasa masih
mengajar menggunakan ukuran huruf-huruf yang belum ergonomis)
O3 : pendataan awal setelah perbaikan (guru pengajar dengan menggunakan
huruf-huruf yang ergonomis)
O4 : pendataan akhir setelah perbaikan (guru pengajar dengan menggunakan
ukuran huruf-huruf yang ergonomis)
P RS P0
O1 O2 wo P1 O3 O4
29
P0 : Subjek belajar dengan kondisi huruf lama yaitu guru pengajar masih mengajar
menggunakan ukuran huruf-huruf yang belum ergonomis (periode 1)
P1 : Subjek belajar dari guru pengajar dengan menggunakan ukuran huruf-huruf
yang ergonomis (periode 2)
WO : Washing Out setelah periode 1 diberikan 2 hari
Pemberian washing out bertujuan menghilangkan efek perlakuan terdahulu agar tidak
meninggalkan efek atau respon.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas 5 Sekolah Dasar ”X” di
Denpasar. Penggunaan subjek penelitian kelas 5 dimaksudkan agar subjek lebih
subjektif dalam memberikan data dibandingkan dengan kelas yang ada di bawahnya
dan tidak menggunakan kelas 6 dengan alasan sedang dipersiapkan untuk mengikuti
ujian akhir.
Sampel
4.2.2.1 Kriteria sampel
Kriteria sampel ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi:
1) Siswa kelas 5 Sekolah Dasar ”X” di Denpasar, jenis kelamin pria dan
wanita.
3) Tidak dalam kondisi sakit mata atau cacat mata.
30
4) Umur antara 10-11 tahun
5) Bersedia sebagai objek penelitian sampai selesai dengan menandatangani
informed consent.
b. Kriteria Tidak dilanjutkan sebagai Sampel
Kriteria drop out (tidak dilanjutkan sebagai sampel) yang dipertimbangkan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Tidak sempat hadir pada saat penelitian dilaksanakan.
2) Menderita sakit saat penelitian dilaksanakan.
3) Memberikan data ekstrim (data berada di luar rentangan rerata 2 kali
simpang baku (SB).
4) Karena tanpa alasan mengundurkan diri sebagai sampel.
4.2.2.2 Besar Sampel
Untuk menentukan besar sampel menggunakan rumus Colton (1985), jumlah
sampel minimal dalam penelitian ini dengan rancangan sama subjek dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
n =
n =jumlah sampel
=standar deviasi
=rerata produktivitas sebelum perbaikan
2
01 µµσ Z βZ α
1
31
=perkiraan produtivitas setelah perbaikan(periode 2) peningkatan ditetapkan
15%
Zα=Z skor untuk tingkat tipe I(α) untuk α=0,05
Zβ =Z skor untuk tingkat tipe II(β) 10 Zβ
1) Untuk skor kelelahan mata
Berdasarkan survei pendahuluan terhadap 15 siswa, didapat rerata skor subjektif
pada kelelahan mata kondisi awal ( ) adalah 26,76 dengan simpang baku ( )
sebesar 9,44 Rerata kelelahan mata setelah perlakuan diharapkan turun sebesar 15 %
sehingga menjadi 22,75 ( ). Kesalahan sampling tipe I ditetapkan α=0,05; dan
kesalahan sampling tipe II β=0,10, maka diperoleh Zα=1,96 dan Zβ= 1,645, sehingga
besar sample (n):
n={(1,96+1,645)4,94}²= 19,62 (dibulatkan menjadi 20). 26,76-22,75
2) Untuk skor kecepatan kerja
Berdasarkan survei pendahuluan terhadap 15 siswa, didapat rerata skor subjektif
kecepatan kerja pada kondisi awal ( ) adalah 13,33 dengan simpang baku ( )
sebesar 0,88. Rerata kecepatan setelah perlakuan diharapkan turun sebesar 15 %
sehingga menjadi 11,34 ( ). Kesalahan sampling tipe I ditetapkan α=0,05; dan
kesalahan sampling tipe II β=0,10, maka diperoleh Zα=1,96 dan Zβ= 1,645, sehingga
besar sample (n):
n={(1,96+1,645)0,88}²= 2,49 (dibulatkan menjadi 3). 13,33-11,34
0
1
1
0
0
32
3) Untuk skor ketelitian
Berdasarkan survei pendahuluan terhadap 15 siswa, didapat rerata skor subjektif
ketelitian pada kondisi awal ( ) adalah 4,26 dengan simpang baku ( ) sebesar 1,62.
Rerata ketelitian setelah perlakuan diharapkan turun sebesar 15 % sehingga menjadi
3.63 ( ). Kesalahan sampling tipe I ditetapkan α=0,05; dan kesalahan sampling tipe
II β=0,10, maka diperoleh Zα=1,96 dan Zβ= 1,645, sehingga besar sample (n):
n={(1,96+1,645)1,62}²= 8.17 (dibulatkan menjadi 9). 4,26-2.68
4) Untuk skor konstansi
Berdasarkan survei pendahuluan terhadap 15 siswa, didapat rerata skor subjektif
konstansi pada kondisi awal ( ) adalah 8,33 dengan simpang baku
( ) sebesar 0,77. Rerata konstansi setelah perlakuan diharapkan turun sebesar 15 %
sehingga menjadi 7,09 ( ). Kesalahan sampling tipe I ditetapkan α=0,05; dan
kesalahan sampling tipe II β=0,10, maka diperoleh Zα=1,96 dan Zβ= 1,645, sehingga
besar sample (n):
n={(1,96+1,645)0,77}²= 4,97(dibulatkan menjadi 5). 8,33-7,09
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka besar sampel ditentukan berdasarkan
skor kelelahan mata sehingga diperoleh besar sampel sebanyak 20 orang. Untuk
menghindari apabila terjadi subjek drop out dari penelitian, maka besar sampel
ditambah 20%, menjadi 24 sehingga besar sampel dalam penelitian ini adalah 24
orang.
1
1
0
0
33
4.2.2.3 Teknik Penentuan Sampel
Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah teknik random sampling
dengan menggunakan tabel bilangan random. Siswa kelas 5 Sekolah Dasar ”X” di
Denpasar berjumlah 36 orang. Pria berjumlah 24 orang dan wanita berjumlah 12
orang. Dari jumlah tersebut akan ditinjau berdasarkan kriteria inklusi sehingga dapat
ditargetkan jumlah sampel.
4.2.2.4 Kriteria tidak dilanjutkan sebagai sampel
a. Subjek mengalami cedera atau sakit saat berlangsungnya penelitian
b. Subjek tidak hadir saat proses penelitian sedang berlangsung tanpa
pemberitahuan
4.3 Variabel Penelitian
4.3.1 Identifikasi dan Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dapat dibedakan berdasarkan fungsi dan peranannya
menjadi dua yaitu variabel bebas, kendali, dan variabel tergantung.
Variabel bebas meliputi:
a. Proses mengajar dengan menggunakan huruf yang belum ergonomis.
b. Proses mengajar dengan menggunakan huruf ergonomis.
Variabel kendali meliputi:
a. Karateristik subyek: umur, jenis kelamin, tingkatan kelas, kesehatan secara umum,
kesehatan mata.
b. Organisasi belajar meliputi: waktu belajar, waktu istirahat, sistem pengupahan.
34
c. Lingkungan belajar meliputi: cahaya ruang kelas, suhu ruang kelas, lama membaca
d. Fasilitas ruang kelas (meja, bangku, papan tulis)
Variabel tergantung yaitu: kelelahan mata dan konsentrasi.
4.3.2 Definisi Operasional
Adapun definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Proses belajar mengajar menggunakan huruf sebagaimana biasanya: siswa
diajar dengan menggunakan huruf di papan tulis tanpa memperhitungkan
ukuran dan jarak baca siswa. Guru mengajar seperti yang biasa dilakukan.
Sesuai data yang diperoleh pada studi pendahuluan yaitu: ukuran huruf
terkecil 2,5 centi meter, jarak baca siswa yang duduk paling belakang 6,5
meter.
2. Proses belajar mengajar menggunakan ukuran huruf ergonomis adalah: siswa
diajar dengan menggunakan huruf yang memperhitungkan ukuran dan jarak
baca siswa pada papan tulis. Mengukur jarak baca siswa terjauh sehingga
dapat ditentukan ukuran huruf. Untuk dapat menulis ukuran huruf yang telah
ditentukan, pada papan dibuatkan garis-garis yang samar-samar sesuai ukuran
huruf. Dari studi pendahuluan diketahui jarak pandang siswa yang duduk
paling belakang adalah 6,5 meter sehingga diketahui ukuran huruf terkecil
yang dipakai adalah 3.25 centi meter, maka jarak garis yang satu dengan garis
berikutnya ditentukan 3,25 centi meter.
35
3. Organisasi belajar yaitu: a) Jam belajar, adalah waktu yang dihitung saat mulai
pelajaran sampai berakhirnya pelajaran. Pada penelitian ini jam belajar
dimulai pukul 07.30 Wita. b) Waktu belajar adalah waktu yang dipakai untuk
menyelesaikan pelajaran dalam satuan jam. c) Waktu istirahat adalah waktu
istirahat siswa yaitu, 09.15 – 09.30 Wita dan istirahat kedua 11.15 – 11.30
Wita. d) Sistem pengupahan yaitu siswa belajar tanpa diberi upah.
4. Jenis pelajaran yang diikuti oleh siswa yaitu pelajaran sesuai dengan materi
pelajaran yang diberikan oleh gurunya.
5. Sikap belajar yaitu sikap duduk di bangku dengan menghadap meja yang
sudah tersedia di kelas.
6. Cara belajar adalah duduk di bangku dengan menghadap ke papan tulis
mengikuti pelajaran yang sedang diberikan oleh guru.
7. Kelelahan mata adalah suatu keadaan mata yang ditandai dengan adanya
perubahan psikofisiologi berupa kelambatan aktivitas motoris, respirasi,
perasaan sakit dan berat pada bola mata, sehingga mempengaruhi kerja fisik
maupun kerja mental (Grandjean 2000). Pengukuran dengan mengisi kusioner
kelelahan mata skala likert dan dilakukan sebelum dan sesudah belajar.
8. Konsentrasi siswa adalah kemampuan mengenali pikiran agar sejalan dengan
tugas-tugas yang diberikan oleh guru-gurunya, juga harus bisa segera
mengalihkan perhatiannya dari pelajaran pertama ke pelajaran berikutnya.
Pengukuran dilakukan dengan mengisi Bourdon Wiersma Test dan dilakukan
sebelum dan sesudah belajar.
36
9. Pengukuran suhu ruang kelas yaitu suhu basah dan suhu kering dengan
menggunakan sling termometer pada setiap 1 jam dan untuk mengetahui
kelembaban udara memakai diagram psikometrik.
10. Subjek pada penelitian ini adalah Siswa kelas 5 Sekolah Dasar ”X” di
Denpasar yang sesuai dengan kriteria.
11. Umur adalah umur siswa kelas 5 pada umumnya yaitu 10-11 tahun
12. Kesehatan adalah kondisi kesehatan secara umum dan kesehatan mata secara
khusus yang diperoleh dari pemeriksaan visus oleh dokter dengan
menggunakan Ottotype Snallen dan dilakukan sebelum belajar.
13. Perubahan gerakan adalah gerakan-gerakan yang dilakukan subjek saat
mengikuti pelajaran meliputi gerakan kepala, bahu, badan, tangan ,pantat, kaki
dan yang lainnya.
4.4 Bahan dan Instrumen Penelitian
Alat pengambil data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Meteran logam merek Daiyu dengan ketelitian 0,1 cm untuk mengukur jarak.
papan tulis dengan tempat duduk siswa paling belakang.
2. Arloji merek Alba untuk mengukur waktu belajar.
3. Kamera digital merek Yashika buatan Jepang.
4. Alat tulis untuk mencatat data penelitian.
5. Termometer suhu ruangan untuk mengukur suhu ruang kelas.
6. Diagram psikometrik (psychometric chart) untuk mengukur kelembaban udara
7. Sound level meter untuk mengukur kebisingan.
37
8. Optotype Snellen untuk pemeriksaan visus.
9. Kuisioner kelelahan mata untuk mendapatkan data keluhan subyektif.
10. Bourdon Wiersma Test untuk mengukur konsentrasi belajar siswa.
11. Stop watch merk Diamond untuk menghitung waktu pengisian kuisoner
Boudon Wiersma.
4.5 Tempat dan Waktu penelitian
Lokasi penelitian adalah di Sekolah Dasar ”X” di Denpasar. Waktu penelitian
adalah September 2010.
38
4.6 Alur penelitian
Alur penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagan 4.2 Alur penelitian
Populasi Target
Populasi terjangkau
Sampel
Periode 1 (2 hari) Sebelum belajar: Kuisioner kelelahan mata, Bourdon Wiersma test. Waktu belajar : Pencatatan perubahan gerakan subjek Setelah belajar: Kuisioner kelelahan mata, Bourdon Wiersma test
Washing Out (2 hari)
Periode 2 (2 hari) Sebelum belajar: Kuisioner kelelahan mata, Bourdon Wiersma test. Waktu belajar : Pencatatan perubahan gerakan subjek Setelah belajar: Kuisioner kelelahan mata, Bourdon Wiersma test
Analisis Data
Kriteria inklusi
Random
Test Visus
39
4.7 Tata Laksana Penelitian
4.7.1 Tahap Persiapan dan Administrasi Penelitian
a. Studi kepustakaan dan buku: jurnal procceeding, internet dan lain-lain yang
sesuai dan relevan dengan topik penelitian.
b. Mengurus surat-surat yang diperlukan untuk mendukung jalannya penelitian.
c. Menetapkan tempat penelitian.
d. Menentukan sampel berdasarkan kriteria dan metode yang telah ditetapkan
yaitu menggunakan random sampling dengan menggunakan bilangan random.
e. Meminta ijin kepada kepala sekolah untuk mengadakan penelitian.
f. Mempersiapkan petugas pengumpul data dan alat-alat untuk kepentingan
penelitian.
4.7.2 Jadwal Pemberian Perlakuan
Jadwal pemberian perlakuan dan pengambilan data dapat dilihat pada Tabel
4.1.
Tabel 4.1 Jadwal Pemberian Perlakuan dan Pengambilan Data
Hari Subjek
1 dan 2 Semua sampel (P0)
3 dan 4 Semua sampel (WO)
5 dan 6 Semua sampel (P1)
40
Keterangan:
P0 : Periode 1
P1 : Periode 2
WO : Washing Out
4.7.3 Tahap Pelaksanaan Penelitian
1. Protokol untuk subjek
a. Melakukan pemeriksaan visus sebelum mulai pelajaran dengan optotype snellen
yang dipasang ditembok setinggi mata orang yang akan diperiksa dan orang
yang diperiksa duduk dengan jarak 6 meter. Selanjutnya diadakan pemeriksaan
visus mata kiri dan kanan bergantian dan bersamaan kiri dan kanan.
b. Selanjutnya subjek mengisi Kuisioner kelelahan mata, Bourdon Wiersma Test.
c. Pada periode 1, subjek mengikuti pelajaran seperti biasa, guru pengajar
memberikan materi pelajaran di papan tulis menggunakan huruf-huruf yang
biasa digunakan (huruf yang belum ergonomis).
d. Tahap berikutnya subjek diberikan washing out untuk menghilangkan efek
periode 1.
e. Pada periode 2 subjek mengikuti pelajaran seperti biasa, guru pengajar
memberikan materi pelajaran di papan tulis menggunakan huruf-huruf yang
disesuaikan ukurannya dengan jarak baca terjauh subjek dari papan tulis dengan
cara memberikan garis-garis yang samar-samar sesuai ukuran bertujuan agar
tulisan yang dibuat ukurannya selalu konstan.
41
Contoh penulisan dengan ukuran huruf yang dibaca dari jarak 6,5 meter
2. Protokol Untuk Surveyor
Pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh surveyor untuk memperoleh data-
data meliputi langkah-langkah:
a. Menjelaskan kepada subjek tentang cara penelitian seperti proses kerja, cara
mengisi kuisioner kelelahan mata dan Bourdon Wiersma.
b. Melaksanakan pengukuran-pengukuran terhadap variabel-variabel penelitian
yang disesuaikan dengan rancangan penelitian.
c. Melakukan pengukuran variabel kendali setiap 1 jam yaitu pengukuran suhu
basah, suhu kering, kelembaban relatif, penerangan dan kebisingan.
d. Melakukan observasi awal pada periode 1 terhadap variabel tergantung.
e. Memandu subjek untuk pengisian kuisioner kelelahan mata dan Bourdon
Wiersma Test.
f. Melakukan observasi akhir setelah subjek selesai belajar terhadap variabel
tergantung.
42
g. Memandu subjek untuk pengisian kuisioner kelelahan mata, Bourdon Wiersma
Test
4.8 Analisis Data
Data yang diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis dengan menggunakan
program SPSS (Statistical Package for The Social Science) 14 for windows. Untuk
menganalisis data hasil penelitian akan menggunakan statistik inferensial (Santoso,
2005).
a. Analisis deskriftif sehingga diperoleh rerata simpang baku dan rentangan dari
variabel penelitian
b. Sebagai prasyarat uji statistik dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov untuk
menguji normalitas data pada tingkat kemaknaan (α=0,05)
c. Uji Komparasi beda rerata antara periode 1 dan periode 2 pada variabel
kelelahan mata dan konsentrasi menggunakan uji parametrik apabila datanya
berdistribusi normal dan menggunakan uji non parametrik jika variabelnya
berdistribusi tidak normal pada tingkat kemaknaan α=0,05
d. Hipotesis yang diuji meliputi:
1. Hipotesis kelelahan mata
H0 : µ1 = µ2 (Rerata skor kelelahan mata sebelum mulai belajar pada periode
1 sama dengan rerata skor kelelahan mata pada periode 2)
Ha : µ1 > µ2 (Rerata skor kelelahan mata sebelum mulai belajar pada periode
1 lebih besar dibandingkan dengan rerata skor pada periode 2)
43
Decision rule
H0 diterima: (tidak ada perbedaan bermakna antara rerata skor kelelahan mata
sebelum mulai belajar pada periode 1 dengan periode 2) dengan
nilai p>0,05
H0 ditolak: ( ada perbedaan bermakna antara rerata skor kelelahan mata
sebelum mulai belajar pada periode 1 dengan periode 2) dengan
nilai p<0,05
2. Hipotesis Konsentrasi
H0 : µ1 = µ2 (Rerata skor konsentrasi sebelum mulai belajar pada periode 1
sama dengan rerata skor konsentrasi pada periode 2)
Ha : µ1 > µ2 (Rerata skor konsentrasi sebelum mulai belajar pada periode 1
lebih besar dibandingkan dengan rerata skor pada periode 2)
Decision rule
H0 diterima: (tidak ada perbedaan bermakna antara rerata skor konsentrasi
sebelum mulai belajar pada periode 1 dengan periode 2) dengan
nilai p>0,05
H0 ditolak: ( ada perbedaan bermakna antara rerata skor konsentrasi sebelum
mulai belajar pada periode 1 dengan periode 2) dengan nilai
p<0,05
4.9 Kelemahan Penelitian
Kelemahan dan keterbatasan yang mempengaruhi hasil dari penelitian ini dan
sulit diatasi adalah secara psikologis biasanya anak-anak masih terpengaruh oleh hal-
44
hal di luar pelajaran seperti masih teringat kegiatan bermain, kegiatan menonton
televisi atau aktivitas lainnya di luar kegiatan dalam kelas. Cara mengatasinya adalah
ketika pelajaran berlangsung, guru selalu mengingatkan kepada siswa agar
memperhatikan pelajaran yang sedang berlangsung dan ketika di rumah atau di luar
sekolah disarankan tidak menonton televisi berlebihan.
45
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Karateristik Subjek
Hasil analisis deskriptif subyek yang meliputi rentangan, rerata dan simpang
baku pada variabel umur, berat badan, dan tinggi badan seperti yang disajikan pada
Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian (n=24)
No Variabel Rentangan Rerata Simpang Baku
1 Umur (th) 10-11 10,05 0,36
2 Berat Badan (kg) 25-37 31,63 3,33
3 Tinggi Badan (cm) 125-137 132,46 3,93
Berdasarkan Tabel 5.1 diketahui rerata umur subjek penelitian adalah
10,05±0,36 tahun, dengan rerata berat badan 30,67±3,33 kg dan rerata tinggi badan
132,46±3,93cm.
Kesehatan mata subjek berdasarkan pemeriksaan visus yang diadakan pada
tanggal 15 September 2010 dengan hasil semua subjek memiliki visus 6/6 yang
berarti semua normal. Subjek dengan jenis kelamin laki-laki 15 orang (63%) dan
perempuan berjumlah 9 orang (37%).
46
5.2 Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan yang diukur adalah kondisi ruang kelas yang meliputi
suhu basah, suhu kering, kelembaban relatif, kebisingan, dan intensitas penerangan.
Pengukuran dilakukan setiap 1 jam selama 4 hari yaitu 2 hari pada periode 1 dan 2
hari pada periode 2, kemudian dicari rerata, simpang baku dan nilai p. Hasil analisis
uji normalitas kondisi ruang kelas seperti pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Uji Normalitas kondisi Lingkungan Ruang Kelas dengan t-paired
Pada Tabel 5.2 di atas menunjukkan, suhu basah, suhu kering, kelembaban
relatif, intensitas kebisingan dan intensitas penerangan pada periode 1 dan periode 2
nilai p lebih besar dari 0,05 yang menunjukkan variabel tersebut berdistribusi normal .
Uji komparabilitas untuk variabel tersebut dengan t-paired karena variabelnya
berdistribusi normal. Hasil analisis disajikan pada Tabel 5.3.
Variabel Periode 1 Periode 2 Rerata SB p Rerata SB p
Suhu Basah (°C) 22,60 0,52 0,110 22,60 0,52 0,110
Suhu Kering (°C) 26,50 0,52 0,110 26,75 0,53 0,230
Kelembaban Relatif (%) 76,00 5,17 0,110 78,00 4,83 0,047
Intensitas Kebisingan (dBA) 47,26 1,26 0,816 47,94 1,07 0,848
Intensitas Penerangan (lux) 353,40 10,59 0,476 351,20 10,59 0,377
47
Tabel 5.3 Uji Rerata Kelembaban relatif, Intensitas Kebisingan, Intensitas Penerangan Ruang
Kelas dengan t-paired
Variabel Periode Rerata SB t p Suhu basah (°C) 1 22,60 0,52 0,000
1,000 2 22,60 0,52
Suhu kering (°C) 1 26,60 0,52 0,429 0,678
2 26,50 0,53 Kelembaban relatif (%) 1 76,00 5,16
1,406 0,193 2 73,00 4,83
Intensitas Kebisingan (dBA) 1 47,32 1,26 -1,100 0,300
2 47,94 1,07 Intensitas Penerangan (lux) 1 353,40 9,07
1,077 0,309 2 351,20 10,59
Dari hasil komparabilitas suhu basah, suhu kering, kelembaban relatif,
intensitas kebisingan dan intensitas penerangan dengan t-paired tersebut
menunjukkan pada tingkat kepercayaan α=0,05 diperoleh hasil, p lebih besar dari 0,05
menunjukkan variabel tidak berbeda secara signifikan.
5.3 Kelelahan Mata
Kelelahan mata yang diukur dengan kuisioner kelelahan dengan mata skala
Likert. Hasil analisis deskriptif dapat dilihat pada Tabel 5.4.
48
Tabel 5.4 Skor Kelelahan Mata pada Subjek (n=24)
5.3.1 Normalitas Skor Tingkat Kelelahan Mata
Uji normalitas tingkat kelelahan mata dengan menggunakan uji Kolmogorof
Smirnov dengan tingkat kepercayaan α=0,05, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5
Uji Normalitas Skor Kelelahan Mata dengan Kolmogorof Smirnov (n=24)
Uji normalitas dengan Kolmogorof Smirnov pada tingkat kepercayaan α=0,05
nilai p lebih besar dari 0,05 berarti semua variabel tersebut berdistribusi normal
(p>0,05).
5.3.2 Uji Beda Rerata Periode 1 dan Periode 2 Skor Kelelahan Mata
Tabel 5.6 Uji Beda Rerata Periode 1 dan Periode 2 Skor Kelelahan Mata dengan Uji t-paired
(n=24)
Variabel Periode Rerata SB t p Skor
Kelelahan Mata
1 6,42 3,13 6,024 0,000
2 3,10 2,00
Variabel
Periode
Sebelum Sesudah
Rerata SB Rentangan Rerata SB Rentangan
Skor Kelelahan
Mata
1 15,79
3,39 10,00-20,00 22,25 3,47 15,50-27,50
2 14,83 2,75 10,00-19,00 18,10 3,49 12,00-24,00
Variabel
Periode
Sebelum Sesudah
Rerata SB p Rerata SB p
Skor Kelelahan
Mata
1 15,79
3,39 0,577 22,25 3,47 0,401
2 14,83 2,75 0,515 18,10 3,49 0,169
49
Hasil uji beda rerata periode 1 dan periode 2 dengan uji t-paired pada tingkat
kepercayaan α=0,05 diperoleh hasil nilai p lebih kecil dari 0,05 yang menunjukkan
variabel tersebut berbeda secara signifikan (p<0,05).
5.4 Konsentrasi
Untuk memperoleh data kecepatan, ketelitian dan konstansi menggunakan
Bourdon Wiersma Test.. Hasil analisis deskriptif dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7 Skor Kecepatan, Ketelitian dan Konstansi Subjek pada Periode 1 dan Periode 2
Subjek (n=24)
Variabel
Periode
Sebelum Sesudah
Rerata SB Rentangan Rerata SB Rentangan
Skor Kecepatan
1 6,38 0,95 5,00-8,00 4,15 0,96 3,00-6,00
2 6,69 0,83 5,00-8,00 5,70 1,03 4,00-7,50
Skor Ketelitian
1 4,73 0,82 3,50-6,50 3,50 0,69 3,00-5,00
2 5,17 0,70 4,00-7,00 5,77 6,06 3,00-4,50
Skor Konstansi
1 6,64 0,93 4,50-8,00 4,04 0,90 3,00-5,50
2 6,37 0,97 4,50-8,00 5,98 0,96 4,00-7,50
5.4.1 Normalitas Data Skor Skor Kecepatan, Ketelitian dan Konstansi
Dari hasil uji normalitas dengan Kolmogorof Smirnov pada tingkat
kepercayaan α=0,05 tampak nilai p pada skor kecepatan, ketelitian dan konstansi
siswa pada periode 1 dan periode 2 lebih besar dari 0,05, menunjukkan variabel
tersebut berdistribusi normal (p>0,05). Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 5.8.
50
Tabel 5.8
Uji Normalitas Skor Kecepatan, Ketelitian dan Konstansi pada Periode 1 dan
Periode 2 dengan Kolmogorof Smirnov (n=24)
Variabel
Periode
Sebelum Sesudah
Rerata SB p Rerata SB p
Skor Kecepatan
1 6,38 0,95 0,134 4,15 0,96 0,252
2 6,68 0,83 0,682 5,70 1,03 0,579
Skor Ketelitian
1 4,73 0,82 0,15 3,50 0,69 0,134
2 5,17 0,70 0,077 5,77 0,60 0,167
Skor Konstansi
1 6,35 0,92 0,463 0,04 0,90 0,380
2 6,73 0,97 0,911 0,98 0,96 0,650
5.4.2. Uji Beda Rerata Periode 1 dan Periode 2 Skor Kecepatan, Ketelitian dan
Konstansi
Uji beda rerata skor kecepatan, ketelitian dan konstansi menggunakan uji t-
paired. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 5.9
Tabel 5.9
Uji Beda Rerata Periode 1 dan Periode 2 Skor Kecepatan, Ketelitian dan Konstansi dengan Uji t-paired (n=24)
Variabel Periode Rerata SB t p Skor
Kecepatan
Skor Ketelitian
Skor
Konstansi
1 2,04 0,46 9,986 0,000
2 0,89 0,37 1 1,21 0,61 4,033 0,001
2 0,67 0,24 1 2,15 0,52 11,699 0,000
2 0,77 0,33
51
Dari uji beda rerata periode 1 dan periode 2 skor kecepatan, ketelitian dan konstansi
dengan uji t-paired pada tingkat kepercayaan α=o,05 diperoleh hasil dengan nilai p
lebih kecil dari 0,05 yang artinya bahwa variabel berbeda secara signifikan (p<0,05).
Perubahan gerakan subjek diukur dan dicatat pada kuisioner skor perubahan
gerakan. Hasil analisis deskriptif dapat dilihat pada Tabel 5.10.
Tabel 5.10
Skor Perubahan Gerakan Sbjek (n=24)
5.4.3 Normalitas Skor Perubahan Gerakan Siswa
Uji normalitas perubahan gerakan dengan menggunakan Kolmogorof Smirnov
dengan tingkat kepercayaan α=0,05, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.11.
Tabel 5.11
Uji Normalitas Skor Perubahan Gerakan dengan Kolmogorof Smirnov (n=24)
Uji normalitas perubahan gerakan dengan menggunakan Kolmogorof Smirnov dengan
tingkat kepercayaan α=0,05 menunjukkan variabel skor perubahan gerakan pada
sebelum dan sesudah periode 1 dan periode 2 berarti variabel berdistribusi normal
p>0,05.
Variabel
Periode
Sebelum Sesudah
Rerata SB Rentangan Rerata SB Rentangan
Skor Perubahan Gerakan
1 0,13 0,34 0,00-1,00 0,17 0,38 0,00-1,00
2 82,73 8,70 71,00-99,50 18,10 9,47 61,00-96,50
Variabel
Periode
Sebelum Sesudah
Rerata SB p Rerata SB p
Skor Perubahan Gerakan
1 0,13 0,34 0,000 87,23 8,70 0,002
2 0,17 0,38 0,000 82,22 9,47 0,003
52
5.4.4 Uji Beda Rerata Periode 1 dan Periode 2 Perubahan Gerakan Siswa
dengan Uji t-paired (n=24)
Uji beda rerata antara periode 1 dan periode 2 menggunakan uji t-paired, hasilnya dapat dilihat pada tabel 5.12.
Tabel 5.12
Uji Beda Rerata Periode 1 dan Periode 2 Skor Perubahan Gerakan dengan Uji t-paired (n=24)
Variabel Periode Rerata SB t p Skor
Perubahan Gerakan
1 87,10 8,68 7,727 0,000
2 81,80 9,54
Hasil uji beda rerata periode 1 dan periode 2 dengan uji t-paired pada tingkat
kepercayaan α=0,05 diperoleh hasil (p<0,05)
53
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Subjek
6.1.1 Umur Subjek
Umur subjek pada penelitian ini adalah antara 10 – 11 tahun dengan rerata
10,4±0,36 tahun. Rentang umur subjek menunjukkan bahwa semua subjek tergolong
anak-anak yang sedang mangalami perkembangan fisik dan kognitif. Kapasitas fisik
seseorang berbanding lurus dengan umur sampai batas-batas tertentu dan mencapai
puncaknya pada umur 25 tahun (Syaifuddin, 2002). Penelitian yang menyangkut
ketelitian, kecepatan dan konstansi juga dilakukan Partadjaya (2004) yang memakai
subjek siswa sekolah dasar yang dilakukan di SDN 1 dan SDN 2 Guwang di
Kabupaten Gianyar, menggunakan umur subjek berkisar antara 10-13 tahun. Ada
karateristik khusus yang diperlukan sehingga subjek dalam penelitian ini dipilih.
Peneliti lainnya tentang umur yang juga meneliti tingkat kecepatan, ketelitian dan
konstansi: Ariati (2008) mendapatkan rerata umur pada mahasiswa Jurusan Gizi
Poltekkes Denpasar berkisar antara 19-21 tahun dengan rerata 19,67±0,65 tahun.
Darmadi (2009) mendapatkan umur 15 orang mahasiswa Jurusan Kesehatan
Lingkungan Poltekkes Denpasar adalah 18-19 tahun dengan rerata 18,67±0,49 tahun.
Menurut Kroemer (2000) bahwa daya akomodasi tergantung pada usia seseorang,
makin tua usia makin menurun daya akomodasi seseorang, hal ini disebabkan oleh
kekenyalan lensa atau daya elastisitas lensa semakin berkurang. Dengan demikian
54
artinya subjek dengan umur antara 10-11 tahun memiliki akomodasi yang baik
sehingga dapat mengikuti proses belajar yang baik terutama di ruang kelas.
6.1.2 Berat Badan dan Tinggi Badan
Berat badan subjek pada penelitian ini antara 25-37 kg dengan rerata
31,6±3,33 kg dan tinggi badan antara 125-137 cm dengan rerata 132,5±3,93 cm.
Kondisi seperti itu juga dilaporkan oleh peneliti lain yaitu Ariati (2008) pada
mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Denpasar tahun akademik 2007/2008 berat badan
antara 45-58 kg dengan rerata 51,29±4,14 kg dan tinggi badan 157-166 cm dengan
rerata 160,88±3,27 cm. Dari penelitian Darmadi (2009) mendapatkan berat badan
antara 42-67 kg dengan rerata 54,53±7,20 dan tinggi badan 151,5-175 cm dengan
rerata 163,57±6,68 cm. Jika dilakukan perbandingan antara berat badan dan tinggi
badan akan didapatkan berat badan ideal. Berat badan ideal subjek yang dihitung
dengan rumus tinggi badan dikurangi 100± hasil pengurangan dikalikan 10%. Setelah
dibandingkan dengan rerata subjek, maka rerata subjek penelitian berada dalam
kategori berat badan mendekati ideal. Dengan komposisi tubuh yang meliputi berat
badan, tinggi dan berat badan ideal yang demikian menandakan bahwa ada
keseimbangan energi antara energi masuk dan keluar. Berarti subjek penelitian berada
dalam keadaan normal, sehat dan produktif serta dapat mengikuti proses pembelajaran
secara baik.
55
6.1.3 Kesehatan Mata
Kondisi kesehatan mata subjek penelitian sesuai dengan hasil tes visus siswa
kelas 5 sebanyak 36 orang, semua siswa memiliki visus 6/6 artinya visus yang
dimiliki objek penelitian normal dan sudah sesuai dengan ketentuan penelitian ini.
Dari 36 orang tersebut dipilih berdasarkan bilangan random sebanyak 24 orang sesuai
dengan besar sampel yang dipersyaratkan (Lampiran 9).
6.2 Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan pada ruang kelas pada penelitian ini yang meliputi suhu
basah, suhu kering, kelembaban relatif, intensitas kebisingan, intensitas penerangan.
Penerangan lebih banyak mengandalkan penerangan matahari melalui jendela kaca
pada sebelah kiri dan kanan ruangan.
6.2.1 Suhu dan Kelembaban Relatif
Suhu ruang kelas waktu penelitian adalah rerata suhu basah 22,60±0,52ºC
pada periode 1 dan periode 2 adalah 22,60±0,52ºC, rerata suhu kering 26,50±0,52°C
pada periode 1 dan periode 2 adalah 26,75±0,53°C, rerata kelembaban relatif
76,00±5,17% pada periode 1 dan periode 2 adalah 78,00±4,83%. Setelah diuji
komparabilitas antara periode 1 dan periode 2 suhu dan kelembaban relatif tidak
berbeda secara signifikan (p>0,05). Orang Indonesia masih dapat beraklimatisasi
dengan baik pada kelembaban relatif 70-80% dengan suhu antara 26-28°C. Manusia
membutuhkan lingkungan yang nyaman untuk bisa berprestasi dan tetap sehat
(Wignjosoebroto, 2000). Lingkungan yang terlalu panas menyebabkan rasa kantuk
56
dan lelah, menurunnya penampilan dan meningkatnya kemungkinan membuat
kesalahan. Sebaliknya lingkungan terlalu dingin merangsang munculnya rasa tidak
tenang, tidak siap dan terganggunya konsentrasi terutama pada pekerjaan mental.
Penelitian tentang suhu yang dilakukan pada penelitian Ardana (2005) mendapatkan
suhu dan kelembaban relatif di Laboratorium Komputer dan Ruang perpustakaan
Universitas Udayana dengan rerata suhu basah 24,00±0,49°C, suhu kering
27,17±1,18°C, dan kelembaban relatif 71,50±0,71%. Dewantari (2007) di Ruang
Kuliah Jurusan Gizi Poltekkes Denpasar mendapatkan suhu basah berkisar antara
24,2-25,0°C, suhu kering berkisar antara 26,5-27,8°C dan kelembaban relatif antara
79,0-82,0%. Darmadi (2009) pada ruang kuliah mahasiswa Jurusan Kesehatan
Lingkungan Poltekkes Denpasar mendapatkan rerata suhu basah 22,58±0,66°C pada
periode 1 dan 22,58±0,66°C pada periode 2, rerata suhu kering 26,58±0,49°C pada
periode 1 dan 26,50±0,45°C pada periode 2, rerata kelembaban relatif 70,50±2,26%
pada periode 1 dan 71,00±2,68% pada periode 2.
Kondisi suhu dan kelembaban pada lokasi penelitian ini sesuai dengan
penelitian Ardana di Laboratorium Komputer dan Ruang perpustakaan Universitas
Udayana, penelitian Dewantari di Ruang Kuliah Jurusan Gizi Poltekkes Denpasar
dan penelitian Darmadi pada ruang kuliah mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan
Poltekkes Denpasar. Jadi kondisi suhu dan kelembaban relatif pada lokasi penelitian
ini nyaman untuk proses pembelajaran.
57
6.2.2 Intensitas Kebisingan
Kebisingan ruang kelas mendapatkan rerata 47,26± 1,26dBA untuk periode 1
dan 47,94±1,07 dBA untuk periode 2, setelah diuji komparabilitas antara periode 1
dan periode 2, tingkat kebisingan tidak berbeda secara signifikan (p>0,05). Penelitian
tentang kebisingan pada penelitian Padmanaba (2005) mendapatkan rerata intensitas
kebisingan ruang kelas studio interior FSRD ISI Denpasar 69,00±6,32 dBA. Pada
penelitian Darmadi (2009) mendapatkan rerata 49,02±dBA untuk periode 1 dan
48,93±4,37 dBA pada periode 2. Kondisi ini sudah sesuai dengan rekomendasi tingkat
kebisingan untuk sekolah serta masih di bawah ketentuan Gubernur Bali (2000) yaitu
58 dBA pada siang hari.
Intensitas kebisingan pada penelitian ini sesuai dengan penelitian Padmanaba
mengenai intensitas kebisingan ruang kelas studio interior FSRD ISI Denpasar dan
Darmadi pada ruang kuliah mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes
Denpasar. Dari penelitian ini, antara periode 1 dan periode 2 tidak berbeda signifikan.
Kondisi ini menunjukkan bahwa ruang kelas nyaman untuk proses pembelajaran
karena masih di bawah ketentuan yang direkomendasi Gubernur bali.
6.2.3 Intensitas Penerangan
Penerangan ruang kelas mendapatkan rerata 353,40±10,59 lux untuk periode 1
dan 351,20 lux untuk periode 2, setelah diuji komparabilitas antara periode 1 dan
periode 2, tingkat kebisingan tidak berbeda secara signifikan (p>0,05). Penelitian
tentang penerangan pada penelitian Padmanaba (2005) mendapatkan intensitas
penerangan studio Interior FSRD ISI Denpasar pada subjek mahasiswa yang sedang
58
membuat gambar desain interior dengan rerata 407,85±49,52 lux. Penelitian Ardana
(2005) mendapatkan intensitas penerangan di Lab Komputer dan ruang Perpustakaan
Kedokteran Universitas Udayana dengan rerata 352,50±0,71 lux. Sesuai dengan
rekomendasi intensitas penerangan untuk membaca dan menulis adalah 350-700 lux
(Grandjean 2000).
Intensitas penerangan pada penelitian ini sesuai dengan penelitian Padmanaba
pada ruang kelas studio interior FSRD ISI Denpasar dan Ardana di Laboratorium
Komputer dan Ruang Perpustakaan Universitas Udayana. Hal ini menunjukkan bahwa
intensitas penerangan pada ruang kelas kondisinya nyaman untuk proses
pembelajaran karena masih berada dalam batas yang direkomendasikan.
6.3 Kelelahan Mata
Kelelahan mata subjek dihitung berdasakan hasil pengisian kuisioner keluhan
mata skala Likert pada periode 1 dan periode 2. Semakin tinggi angka skor total
keluhan mata maka makin tinggi tingkat keluhan mata pada subjek penelitian. Pada
periode 1 sebelum mulai pelajaran menunjukkan skor rerata 15,75±3,39, sesudah
selesai pelajaran adalah 22,25±3,47. Pada periode 2 sebelum mulai pelajaran
adalah14,83±2,75 dan sesudah selesai pelajaran 18,10±3,49. Hasil uji beda skor rerata
periode 1 dengan periode 2 dengan uji t-paired, menunjukkan p = 0,000 artinya ada
perbedaan secara signifikan (p<0,05). Hal itu menunjukkan adanya penurunan tingkat
kelelahan mata setelah periode 2 yang mencapai 3,32 atau 27%.
Menurut Grandjean (2000) gejala kelelahan pada mata terjadi khususnya
karena hal-hal yang berat seperti: membaca teks yang tidak tercetak dengan baik,
59
cahaya yang tidak cukup, pencahayaan dengan lampu berkedip-kedip atau
penyimpangan optik seperti hypermetropi. Dengan ukuran huruf yang ergonomis di
papan tulis dalam proses mengajar berarti teks tercetak dengan baik sehingga dapat
mengurangi kelelahan mata.
Grafik data kelelahan mata subjek pada periode 1 dan periode 2 dapat dilihat
pada Gambar 6.1.
6,42
3,10
0
1
2
3
4
5
6
7
Periode 1 Periode 2
Rera
ta S
kor
Kele
laha
n M
ata
Gambar 6.1 Grafik Kelelahan Mata Subjek pada Periode 1 dan Periode 2.
Gambar 6.1 menunjukkan beda skor rerata kelelahan mata periode 1 dan
periode 2. pada periode 1 menunjukkan angka 6,42 dan pada periode 2 menunjukkan
angka 3.10 yang menggambarkan adanya penurunan rerata kelelahan mata karena
penggunaan ukuran huruf yang ergonomis pada proses mengajar.
Berhubung belum ditemukan penelitian sejenis, sehingga penelitian ini
dibandingkan dengan objek penelitian kelelahan mata yang objeknya berbeda tetapi
prinsipnya sama yaitu: pada operator komputer oleh peneliti Ardana (2005) yang
dilakukan di ruang Lab Komputer dan Ruang Perpustakaan Kedokteran Universitas
60
Udayana memperoleh rerata tingkat kelelahan mata pada penggunaan monitor di
bawah meja 8,00±0,00 (sebelum mulai bekerja) dan 14,76±1,06 (sesudah bekerja),
pada monitor di atas meja rerata kelelahan mata 8,12±0,33 (sebelum bekerja dan
13,10±1,55 (sesudah bekerja). Hal itu menunjukkan bahwa tingkat kelelahan mata
lebih berat pada saat bekerja dengan monitor di bawah meja. Penelitian Antarini
(2005) pada operator Komputer di ”Rental X” Denpasar menunjukkan keluhan
subjektif mata sebelum perlakuan berturut- turut untuk jarak 45, 65, dan 75 cm adalah
27,44±0,27, 26,94±0,61, dan 27,00±0,55, sedangkan rerata keluhan subjektif mata
setelah perlakuan 29,72±0,25, 17,50±0,28 dan 13,89±0,27, hasil yang didapat adalah
penurunan terbanyak pada jarak 45 ke 75 cm yaitu sebesar 15,38. Penelitian Wahyu
(2005) pada mahasiswa UKM Komputer Politeknik Negeri Bali dengan pengaturan
monitor komputer kriteria sedang ,mendapat rerata tingkat keluhan subjektif mata
pada periode 1 22,06±1,65 dan pada perlakuan 10,44±1,79, menunjukkan penurunan
tingkat keluhan subjektif mata pada penggunaan monitor kriteria sedang sebesar
11,65 atau 53%. Pada penelitian Darmadi (2009) mendapatkan tingkat kelelahan mata
pada periode 1 dengan rerata 19,00±2,41 sebelum pembelajaran dan sesudah
pembelajaran 22,22±2,28, pada Periode 2 sebelum pembelajaran 17,28±2,77 dan
sesudah pembelajaran 20,33±2,76.
Penelitian ini mendapatkan perbedaan bermakna pada beda rerata periode 1
dan periode 2, sesuai dengan penelitian kelelahan mata yang dilakukan: Ardana pada
operator komputer di Laboratorium Komputer dan Ruang perpustakaan Universitas
Udayana, penelitian Wahyu mengenai pengaturan monitor komputer pada mahasiswa
UKM Komputer Politeknik Negeri Bali, penelitian Antarini mengenai pengaturan
61
jarak monitor pada operator Komputer di ”Rental X” Denpasar dan penelitian
Darmadi pada pengaturan monitor LCD projektor di ruang kuliah mahasiswa Jurusan
Kesehatan Lingkungan Poltekkes Denpasar. Dapat disimpulkan bahwa dengan
menerapkan ergonomi yaitu penggunaan ukuran huruf yang ergonomis di papan tulis
untuk proses mengajar dapat mengurangi kelelahan mata.
6.4 Konsentrasi
Pada saat guru sedang mengajar, siswa harus dalam keadaan konsentrasi yang
baik sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik. Kelelahan mata pada
siswa dapat mengurangi konsentrasi pada siswa dalam mengikuti pelajaran yang
sedang diajarkan oleh siswanya. Pada penelitian ini, alat yang dipakai mengukur
konsentrasi adalah Bourdon Wiersma Test yang dapat menunjukkan angka kumulatif
satuan detik kecepatan, ketelitian dan konstansi.
Hasil uji beda rerata tingkat kecepatan, ketelitian dan konstansi setelah proses
pembelajaran menunjukkan bahwa, rerata skor tingkat kecepatan pada periode 1
berbeda bermakna dengan rerata skor tingkat kecepatan pada periode 2 dengan nilai
p= 0,000 (p<0,05). Rerata skor tingkat ketelitian periode 1 berbeda bermakna dengan
rerata skor tingkat ketelitian periode 2 dengan nilai p=0,001 (p<0,05). Rerata skor
tingkat konstansi periode 1 berbeda bermakna dengan rerata skor tingkat konstansi
periode 2 dengan nilai p=0,000 (p<0,05).
Rerata tingkat kecepatan periode 1 dan periode 2 menunjukkan perbedaan
rerata kecepatan sebesar 1,150 artinya terjadi penurunan rerata jangka waktu yang
diperlukan dalam mengerjakan kuisioner, hal tersebut menunjukkan bahwa adanya
62
peningkatan kecepatan sebesar 57%. Tingkat ketelitian pada periode 1 dan periode 2
menunjukkan perbedaan ketelitian sebesar 0,54 artinya terjadi penurunan rerata
kesalahan tingkat ketelitian dalam mengerjakan kuisioner sebesar 45 %. Tingkat
konstansi pada periode 1 dan periode 2 menunjukkan perbedaan rerata tingkat
konstansi sebesar 1,38 artinya terjadi penurunan tingkat konstansi waktu yang
diperlukan dalam mengerjakan kuisioner, yang menunjukkan adanya peningkatan
konstansi sebesar 42%.
Selama ini belum ada penelitian yang sejenis sehingga peneliti
membandingkan penelitian ini dengan penelitian yang objek penelitiannya berbeda
tetapi prinsipnya sama. Pada penelitian tentang konsentrasi oleh: Ardana (2005) di
Laboratorium Komputer dan Ruang Perpustakaan Universitas Udayana mendapatkan
rerata tingkat kecepatan pada monitor di bawah meja 7,66±0,82 dan monitor di atas
meja 2,24±1,35, tingkat konstansi monitor di bawah meja 4,97±1,53 dan monitor di
atas meja 2,71±0,51. Penelitian Wahyu (2005) pada mahasiswa UKM (Unit Kegiatan
Mahasiswa) Komputer Politeknik Negeri Bali tentang pengaturan monitor kriteria
sedang mendapatkan tingkat kecepatan pada periode 1 sebesar 1,68±0,99 dan periode
2 sebesar 0,68±0,99 menunjukkan perbedaan sebesar 0,99 atau 58,93%, tingkat
ketelitian pada periode 1 sebesar 11,39±2,32 dan periode 2 sebesar 4,73±1,66
menunjukkan perbedaan sebesar 6,66 atau 58,4%, tingkat konstansi pada periode 1
sebesar 2,67±1,76 dan periode 2 sebesar 41,53±0,97 menunjukkan perbedaan sebesar
1,14 atau 42,67%. Ariati (2008) terhadap mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Denpasar
tahun akademik 2007/2008 didapatkan tingkat kecepatan pada periode 1 menurun
sebesar 16,4% dan periode 2 sebesar 1,51%, tingkat ketelitian pada periode 1
63
menurun sebesar 28,72% dan pada periode 2 menurun sebesar 18,32%, dan tingkat
konstansi pada periode 1 menurun sebesar 19,41% dan periode 2 menurun sebasar
12,57%. Pada penelitian Darmadi (2009) mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan
Poltekkes Denpasar didapatkan perbedaan tingkat kecepatan periode 1 dan periode 2
menurun sebesar 0,83 atau penurunan rerata sebesar 10,75%, perbedaan tingkat
ketelitian periode 1 dan periode 2 sebesar 2,89 atau 35,94% dan perbedaan tingkat
konstansi periode 1 dan periode 2 sebesar 0,80 atau 20,78%. Dibandingkan penelitian
Darmadi (2009), penelitian ini mendapatkan peningkatan konsentrasi dengan tingkat
kecepatan, ketelitian dan konstansi lebih besar yaitu peningkatan kecepatan sebesar
57%, peningkatan ketelitian sebesar 45 %, dan peningkatan konstansi sebesar 42%.
Penelitian ini mendapatkan perbedaan bermakna pada rerata periode 1 dan
periode 2, sesuai dengan penelitian konsentrasi yang dilakukan oleh: Ardana yang
membandingkan operator komputer monitor diatas dan di bawah meja di
Laboratorium Komputer dan Ruang Perpustakaan Universitas Udayana, penelitian
Wahyu pada mahasiswa UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Komputer Politeknik
Negeri Bali tentang pengaturan monitor, penelitian Ariati pada mahasiswa Jurusan
Gizi Poltekkes Denpasar, penelitian Darmadi mengenai pengaturan monitor LCD
projektor di ruang kuliah mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes
Denpasar. Dapat disimpulkan bahwa konsentrasi siswa meningkat disebabkan oleh
penggunaan ukuran huruf yang ergonomis di papan tulis untuk proses mengajar.
Grafik tingkat kecepatan, ketelitian dan konstansi pada periode 1 dan periode
2 dapat dilihat pada Gambar 6.2.
64
2,04
0,89
1,21
0,67
2,15
0,77
0
0.5
1
1.5
2
2.5
Rer
ata
Skor
Kon
sent
rasi
Kecepatan Periode 1
Kecepatan Periode 2
Ketelitian Periode 1
Ketelitian Periode 2
Konstansi Periode 1
Konstansi Periode 2
Gambar 6.2 Grafik Skor Kecepatan, Ketelitian dan Konstansi pada Periode 1 dan Periode 2
Gambar 6.2 menunjukkan rerata tingkat kecepatan, ketelitian dan konstansi pada
periode 1 dan periode 2. Pada periode 1 rerata kecepatan 2.04. rerata ketelitian 1,21,
rerata konstansi 2,15 dan periode 2 menunjukkan rerata kecepatan 0,90, rerata
ketelitian 0,67, rerata konstansi 0,77. Beda rerata periode 1 dan 2 menunjukkan angka
menurun yang berarti konsentrasi dapat ditingkatkan.
Perubahan gerakan juga dapat dipakai sebagai acuan melihat keadaan
konsentrasi. Perubahan gerakan dicatat selama berlangsungnya penelitian , gerakan
yang berubah meliputi gerakan kepala, bahu, badan, tangan, pantat, kaki dan lainnya
khususnya pergeseran bangku, setiap subjek memiliki jumlah gerakan yang
bervariasi. Jumlah gerakan periode 1 merupakan rerata dari semua perubahan gerakan
subjek pada saat periode 1, demikian juga pada saat periode 2. Pada periode 1
mendapatkan rerata 87,10±8,68 dan periode 2 mendapatkan rerata 81,79±9,54. hal ini
65
menunjukkan terjadi penurunan gerakan subjek dan dapat disimpulkan bahwa subjek
lebih merasa nyaman karena penggunaan ukuran huruf yang ergonomis di papan tulis
untuk proses mengajar. Grafik data perubahan gerakan dapat di lihat pada Gambar
6.3.
87,10
81,79
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
Periode 1 Periode 2
Rer
ata
Skor
Per
ubah
an G
erak
an
Gambar 6.3 Grafik Perubahan Gerakan Subjek
Gambar 6.3 menunjukkan beda rerata perubahan gerakan pada subjek penelitian. Pada
periode 1 menunjukkan rerata 87,10 dan periode 2 menunjukkan rerata 81,79. Antara
periode 1 dan periode 2 terjadi penurunan perubahan gerakan. Artinya gerakan subjek
dapat dikurangi yang menunjukkan konsentrasi siswa untuk mengikuti proses belajar
mengajar dapat ditingkatkan karena penggunaan ukuran huruf yang ergonomis di
papan tulis pada proses belajar mengajar.
66
Dengan mengajar menggunakan ukuran huruf ergonomis di papan tulis akan
menurunkan kelelahan mata dan meningkatkan konsentrasi siswa. Jika dilakukann
setiap hari di kelas oleh guru maka bukan tidak mungkin kualitas hasil proses belajar
mengajar akan lebih baik.
6.5 Analisis Biaya dan Manfaat
Analisis biaya dan manfaat yang dapat dirasakan dalam penggunaan huruf
yang ergonomis pada papan tulis dalam proses mengajar antara lain:
1) Biaya pembuatan papan tulis bergaris hanya Rp 464.000,00. biaya ini sama
dengan pembuatan papan tulis biasa yang juga menghabiskan biaya Rp
464.000,00, sehingga pertimbangan biaya yang dihabiskan masih sangat
ekonomis.
2) Dengan perbandingan biaya yang sama antara pembuatan papan tulis tanpa
garis dan papan tulis bergaris, maka dapat diartikan bahwa biayanya kecil
tetapi manfaatnya sangat besar, yaitu dapat mengurangi kelelahan mata dan
meningkatkan konsentrasi siswa dalam belajar di kelas.
67
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Simpulan yang bisa dipetik dari hasil dan pembahasan ini adalah sebagai
berikut:
1. Penggunaan ukuran huruf ergonomis di papan tulis dalam proses belajar
mengajar pada anak-anak Sekolah Dasar ”X” di Denpasar dapat mengurangi
kelelahan mata sebesar 27%.
2. Penggunaan ukuran huruf ergonomis di papan tulis dalam proses belajar
mengajar pada anak-anak Sekolah Dasar ”X” di Denpasar dapat meningkatkan
konsentrasi yang ditunjukkan oleh meningkatnya: kecepatan sebesar 57%,
ketelitian sebesar 45% dan konstansi sebesar 42%.
7.2 Saran
Dari hasil penelitian ini disarankan kepada guru sekolah dasar dalam proses
mengajar selalu menerapkan ergonomi yaitu menggunakan ukuran huruf yang
ergonomis di papan tulis dengan memberi garis-garis pada papan tulis untuk
membatasi ukuran huruf sesuai dengan jarak baca anak-anak yang duduk terjauh
dari papan tulis sehingga dapat mengurangi kelelahan mata dan meningkatkan
konsentrasi. Selain itu setiap bulan tempat duduk siswa perlu dirotasi yang duduk
di belakang dipindah ke depan atau sebaliknya, yang duduk di posisi kiri dipindah
ke kanan sehingga kesehatan mata tetap terjaga.
68
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, S. 2008. Pembelajaran Terpadu, Universitas Terbuka, Jakarta. Antarini, L. 2005. Pengaturan Jarak Pandang Mata ke Layar Monitor 17 inch
Mengurangi Keluhan Subjektif dan Meningkatkan Produktivitas Kerja Operator Komputer di “Rental X” Denpasar (Tesis), Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Ardana, I. G. N. 2005. Penggunaan monitor di Bawah Meja Menyebabkan
Operator Komputer Mengalami Kelelahan dan Keluhan Muskuloskeletal Lebih Berat dari pada Penggunaan Monitor di Atas Meja (Tesis), Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Ariati, I.N. 2008. Pengaruh Perbedaan Komposisi Makronutrient Makan Pagi
Terhadap Prestasi belajar mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Denpasar (Tesis), Denpasar: Program pascasarjana Universitas Udayana.
Cognitif Research Scandinavia, 2004. Cognitiv Function Scanner, Function and
Parameterization. [cited 2004, Nopember 11]. Available at: URL: http://www.crs.dk/function.html.
Colton, T. 1985. Statistics in Medicine. Diterjemahkan oleh Sanusi, R: Statistika Kedokteran, Fakultas Kedokteran Univ. Gadjah Mada. Jogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Corwin, 2001. Patofisiologi, New York; Mc Graw Hill. Darmadi, I. G. W. 2009. Aplikasi ergonomi pada Penggunaan Liquid Crystal
Display Projektor Mengurangi Kelelahan Mata dan Meningkatkan Konsentrasi Belajar Mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Denpasar, (Tesis), Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Departemen Kesehatan RI, 2007. Pedoman Pengukuran dan Pemeriksaan, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Dewantari, 2007. Senam Ayo Bangkit dan Jalan Masing-masing Disertai Diet
Energi Rendah Mengurangi Berat Badan dan Lemak Tubuh (Tesis), Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana.
69
Grandjean, E. 2000. “Fitting the Task To the Man”, A Texbook of occupational Ergonomic th4 Edition London, Taylor & Fancis.
Gubernur Bali, 2000. Keputusan Gubernur Bali Nomor: 515 Tahun 2000 Tentang
Standar Baku dan Mutu Lingkungan, Lampiran XVI Baku Mutu Kebisingan, Denpasar: Gubernur Bali.
Jonathan, C.H. 2001. Disorder of Eyes, Ears Noise and Troat Disorder of Eye,
New York; Mc Graw Hill. Kroemer, K H E. 2000. Fitting the Task to the Human, Fifth Edition, London-New
York-Philadelphia: Taylor & Francis.
Niti, N.K. 2000. Hubungan antara Intensitas Cahaya dan Sikap Kerja dengan kejadian Myopia pada Pekerja Kimono di Peliatan Ubud Gianyar, Majalah Kedokteran Udayana 31 (109): 141 – 145, Denpasar: Fakultas Kedokteran UNUD.
Negara, I.N. 2009. Evaluation Ergonomi Usage Letter at Process Teach in
Elementery School X di Denpasar. Makalah disampaikan pada International Symposium Seminar & Workshop Indonesia Physiological Society, 14 – 15 Nopember 2009. IPB International Conventional Center.
Partadjaya, T.R. 2004. Aplikasi Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Melalui Perbaikan System Pencahayaan dan Pengembangan Media Pembelajaran Matematika terhadap Ketelitian, Kecepatan, dan Konstansi Siswa di Kelas V SDN 1 dan SDN 2 Guwang Sukawati Gianyar (Tesis), Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Padmanaba, C.G.R. 2005. Penambahan Penerangan Lokal pada Meja Gambar
Mengurangi Keluhan Subjektif dan Meningkatkan Produktivitas Kerja Mahasiswa Desain Interior (Tesis), Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Pearce, E. 2007. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Gramedia Pustaka
Utama,Jakarta. Pratiknya, A. W. 2001. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan, Jakarta, Raja Grafindo Persada. Putra, D. 2006. Media Pembelajaran, Lembaga Pengkajian dan Pengembangan
Pendidikan (LP3I), Universitas Udayana.
70
Santoso, S. 2005. Statistik di Era Informasi, Pt Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.
Sudjana, N. 2004. Proses Belajar Mengajar, CV Algesindo, Bandung
Susanto, 2006. Meningkatkan Konsentrasi Siswa Melalui Optimalisasi Modalitas
Belajar Siswa Berkonsentrasi, Jurnal Pendidikan Penabur No.06 Th.V Juni 2006.
Sutajaya, I. M. 2004. Peranan Ergonomi Dalam Menata Sarana Pembelajaran,
jurnal Ergonomi Indonesia Vol 2 No.1 Juni 2001. Sutajaya, I. M. 2008. Manajemen Pengelolaan Kelas, Makalah disampaikan dalam
seminar Gebyar Ergonomi, 24 September 2008, Universitas Udayana.
Susila, I.G.N. 2001. Computer Vision Syndrome: Strategi Ergonomi Untuk
Mengatasi, Jurnal Ergonomi Indonesia Vol 2 No.1 Juni 2001. Syaifuddin, B. AC. 2002. Fungsi Sistem Tubuh Manusia, Jakarta, Widya Medika. Wignjosoebroto, S. 2000. Ergonomi Studi Gerak Dan Waktu, Guna Widya,
Surabaya. Wahyu, A.K.I.G. 2005. Pengaturan Monitor Komputer Kriteria Sedang
Memberikan Kenyamanan Mata Lebih Baik dan Meningkatkan Produktivitas kerja Lebih Tinggi (Tesis), Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Wijaya, A.R; N Sukandar. 2000. Efek Vibrasi terhadap Ketajaman Visual
Manusia dalam Human Display Interface. Dalam Wingnjosubroto, S. Dan S.E Wiratno (Eds); Proceeding seminar Ergonomi 2000. 366-373. Surabaya: Guna Widya .
71
LAMPIRAN 1: Surat Persetujuan
SURAT PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : ........................................................................................
2. Umur/ Tanggal Lahir : ........................................................................................
3. Jenis Kelamin : Pria / Wanita
4. Kelas : ........................................................................................
Dengan ini menyatakan sepenuhnya menyadari manfaat dan resiko penelitian berjudul ”PENGGUNAAN UKURAN HURUF ERGONOMIS DI PAPAN TULIS DALAM PROSES MENGAJAR MENGURANGI KELELAHAN MATA DAN MENINGKATKAN KONSENTRASI SISWA SEKOLAH DASAR ”X” DI DENPASAR”, oleh karena itu dengan sukarela saya menyetujui untuk ikut serta sebagai subjek penelitian dengan catatan apabila suatu saat merasa dirugikan dalam bentuk apapun dapat menarik diri dari persetujuan ini. Mengetahui Denpasar,................................ Peneliti, Hormat Saya, I Nengah Sudika Negara -------------------------------------
72
LAMPIRAN 2
KUESIONER KELUHAN MATA SKALA LIKERT Formulir pengukuran keluhan visual dan kepala
PETUNJUK : Beri tanda silang ( X ) pada kolom yang sesuai dengan tingkat keluhan yang dirasakan.
NAMA SUBJEK : .............................................................. Status Data : ..............................
Jenis Kelamin : laki–laki wanita Pukul : ..............................
Anggota Peneliti : .............................................................. Hari/Tgl : .............................. KETERANGAN : STT = sangat tidak terasa TT = tidak terasa AT = agak terasa T = terasa ST = sangat Terasa
No. JENIS KELUHAN TINGKAT KELUHAN
STT TT AT T ST
01. Kepala sakit
02. Objek terlihat ganda
03. Mata penat
04. Mata berair
05. Mata kering
06. Mata perih
07. Pandangan kabur
08. Kesalahan membaca
73
LAMPIRAN 3 : TES BOURDON WIERSMA
PETUNJUK : Coret gambar titik - titik yang berjumlah 4 pada tiap baris, mulai dari tepi kiri sampai tepi kanan dan lanjutkan pada baris di bawahnya.
NAMA SUBJEK : ................................................................. Status Data : .................................. Jenis Kelamin : Laki – Laki Wanita Kelompok : ..................................
Anggota Peneliti : ................................................................. Tgl Tes : .................................. LAMPIRAN 6
74
LAMPIRAN 4 FORMAT TES BOURDON WIERSMA
( Formulir pencatatan waktu tes Bourdon Wiersma )
NAMA SUBJEK : ................................................................. Status Data : …………………..
Jenis Kelamin : laki-laki wanita Pukul : ..............................
Anggota Peneliti : ................................................................. Hari/Tgl : ........................... Rebo
NO. BARIS WAKTU KUMULATIF WAKTU TIAP BARIS 01. 02. 03. 04. 05. 06. 07. 08. 09. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
75
LAMPIRAN 5:
RUMUS PENGHITUNGAN TES BOURDON WIERSMA ( Penghitungan interpretasi kuantitatif )
1. Penghitungan Kecepatan Kerja:
ΣFX Rumus kecepatan = --------------- = M
N
X = Kecepatan terendah - tertinggi F = Frekuensi tiap-tiap kecepatan FX = Jumlah frekuensi kecepatan N = Jumlah frekuensi
2. Penghitungan Ketelitian Kerja:
JUMLAH KELOMPOK YANG DILOMPATI = ................................. JUMLAH KESALAHAN MENCORET = ................................. JUMLAH KESALAHAN SELURUHNYA = .................................
3. Penghitungan Konstansi Kerja :
ΣFx² Rumus konstansi = --------------
M
x = X - M Fx = F dikalikan x Fx² = x dikalikan Fx
X F FX
JML N
X F FX x Fx Fx² JML N
76
LAMPIRAN 6 FORMAT INTERPRETASI KUANTITATIF DAN GOLONGAN
4. Tabel Interpretasi Kuantitatif : a. Berdasarkan skala : 0 - 9 b. Menggunakan norma standard Weighted Scores (WS) seperti di bawah ini :
5. Format Penilaian Hasil Interpretasi :
NO. VARIABEL NILAI WS GOLONGAN 1. KECEPATAN 2. KETELITIAN 3. KONSTANSI
KETERANGAN : 1. Nilai kecepatan dan konstansi diperoleh dari penghitungan berdasarkan rumus; 2. Nilai ketelitian diperoleh dari penghitungan jumlah kesalahan seluruhnya; 3. WS dan Golongan kecepatan, ketelitian serta konstansi dicari pada tabel
intersebelumtasi di atas. Golongan KECEPATAN, KETELITIAN dan KONSTANSI kerja diketahui, sehingga bisa diintersebelumtasikan kelelahan yang terjadi.
KECEPATAN KETELITIAN KONSTANSI Nilai WS Golongan
- - - - 15 - 20 - 0 - 9,6” 1 0 - 1,9 9 14 Baik
9,7 - 10,4” 2 2,0 - 2,6 8,5 13 Cukup baik 10,5 - 11,1” 3 2,7 - 3,2 8 12 Cukup baik
11,2 - 11,8” 4 - 5 3,3 - 3,8 7,5 11 Cukup 11,9 - 12,6” 6 - 7 3,9 - 4,5 7 - Cukup 12,7 - 13,5” 8 - 9 4,6 - 5,4 6,5 10 Cukup 13,6 - 14,6” 10 -12 5,5 - 6,7 6 9 Cukup
14,7 - 16,0” 13 - 16 6,8 - 8,6 5,5 8 Ragu-Ragu 16,1 - 17,8” 17 - 22 8,7 - 11,3 5 - Ragu-Ragu 17,9 - 20,0” 23 - 31 11,4 - 15,0 4,5 7 Ragu-Ragu 20,1 - 22,6” 32 - 43 15,1 - 20,1 4 - Kurang 22,7 - 25,4” 44 - 58 20,2 - 25,9 3,5 6 Kurang 25,5 - up” 59 - up 26,0 - up 3 - Kurang
- - - 0 - 2 0 - 5 Kurang
77
LAMPIRAN 7
FORMULIR PERUBAHAN JENIS GERAKAN SISWA Nama Subjek penelitian : Mengajar Menggunakan Huruf : Belum Ergonomis/Ergonomis)* Tanggal Penelitian :
)*Coret yang tidak perlu
(Sumber: Ardana, 2005)
Jenis Gerakan 5ʼ 10ʼ 15ʼ 20ʼ 25ʼ 30ʼ 35ʼ 40ʼ 45ʼ 50ʼ 55ʼ 60ʼ
Menolehkan kepala
Mengangkat kepala
Menundukkan kepala
Peregangan leher
Menegakkan tubuh
Tubuh miring ke belakang
Tubuh miring ke depan
Memindahkan lengan
Memindahkan tangan
Mengangkat lengan
Meluruskan pinggang
Menggeser pantat
Meluruskan tungkai
Membengkokkan tungkai
Tubuh miring ke samping
Peregangan bahu
Menggeser kursi
79
LAMPIRAN 9 DATA KONDISI SUBJEK PENELITIAN HARI/TANGGAL: RABU, 15 -9-2010
NO. SUBJEK BERAT BADAN
(Kg) TINGGI BADAN
(Cm) UMUR (Th) VISUS
1 30 130 10 6/6
2 30 135 10 6/6
3 33 136 11 6/6
4 31 135 10 6/6
5 29 135 10 6/6
6 34 136 11 6/6
7 30 125 10 6/6
8 36 130 10 6/6
9 32 131 10 6/6
10 30 130 10 6/6
11 32 137 10 6/6
12 25 125 10 6/6
13 37 137 10 6/6
14 37 135 10 6/6
15 26 130 10 6/6
16 29 136 10 6/6
17 37 135 10 6/6
18 28 130 10 6/6
19 35 135 10 6/6
20 30 135 10 6/6
21 32 125 10 6/6
22 29 132 10 6/6
23 33 128 10 6/6
24 34 136 10 6/6
Rerata 31,63 132,46 10,05
Simpang Baku 3,33 3,93 0,36
80
LAMPIRAN 10 DATA KONDISI LINGKUNGAN RUANG KELAS I. PERIODE 1 NO HARI/TANGGAL WAKTU SK SB KR IK IP 1 Kamis, 16 Sept 2010 07.30 27 23 70 46,9 345 08.30 26 22 70 46,3 348 09.30 26 22 70 49,4 345 10.30 27 23 80 47,4 362 11.30 27 23 80 48,0 365 2 Jumat, 17 Sept 2010 07.30 26 22 80 45,8 342 08.30 27 22 70 46,7 345 09.30 27 23 80 46,3 360 10.30 26 23 80 47,0 362 11.30 27 23 80 49,4 360 RERATA 26,50 22,60 76,00 47,26 353,40 SIMPANGAN BAKU 0,52 0,52 5,17 1,26 10,59 II. PERIODE 2 NO HARI/TANGGAL WAKTU SK SB KR IK IP 1 SENIN, 20 Sept
2010 07.30 26 22 70 46,8 344
08.30 26 23 80 48,2 340 09.30 27 22 70 47,2 366 10.30 27 23 70 49,0 342 11.30 27 23 70 49,4 360 2 Selasa 21 Sept 2010 07.30 26 22 70 47,4 340 08.30 26 23 70 48,8 342 09.30 26 23 80 49,0 348 10.30 27 23 80 46,4 360 11.30 27 22 70 47,2 366 RERATA 26,75 22,60 78,00 47,94 351,20 SIMPANGAN BAKU 0,53 0,52 4,83 1,07 0,38 KETERANGAN : SK : Suhu Bola Kering (ºC) SB : Suhu Bola Basah (ºC) KR : Kelembaban Relatif (%) IK : Intensitas Kebisingan (dBA) IP : Intensitas penerangan (Lux)
81
LAMPIRAN 11
DATA SKOR TINGKAT KELELAHAN MATA
NO
PERIODE 1
PERIODE 2
SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH
1 18,0 22,00 13,5 16,0 2 20,0 24,0 18,0 20,0 3 18,0 23,5 13,5 15,5 4 20,0 27,5 18,0 24,0 5 18,0 27,5 18,0 24,0 6 10,0 15,5 10,0 12,0 7 18,0 27,5 18,0 24,0 8 20,0 24,0 15,0 16,0 9 20,0 22,0 19,0 20,0
10 17,5 24,0 17,5 20,0 11 13,0 23,5 13,5 20,0 12 12,0 23,5 13,5 20,0 13 19,5 25,5 18,0 21,5 14 13,5 23,5 12,0 15,5 15 12,0 24,0 11,5 22,0 16 13,5 21,5 11,5 16,0 17 16,0 19,5 15,5 16,0 18 16,0 21,5 15,5 17,5 19 12,0 23,5 13,5 16,0 20 19,0 21,5 18,0 19,5 21 11,5 16,0 13,5 12,0 22 10,0 16,0 10,0 15,5 23 15,5 19,5 14,0 15,5 24 16,0 17,5 15,5 16,0
RERATA 15,8 22,2 14,8 18,1 SIMPANGAN BAKU
3,39 3,47 2,75 3,49
82
LAMPIRAN 12
DATA SKOR BOURDON WIERSMA TEST PERIODE 1
NO TINGKAT
KECEPATAN TINGKAT
KONSTANSI TINGKAT
KETELITIAN SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH
1 6 4,5 7 4,5 4,5 3 2 8 5 7,5 3 4 3 3 7,5 5 6 3,5 4 3 4 6,5 4 7,5 5 5 3,5 5 7 4,5 8 5 4 3,5 6 6 3,5 7 5 5,5 5 7 5,5 3,5 6 3,5 4,5 3,5 8 5,5 3 7 4,5 6 3,5 9 5 3 7 5,5 6,5 4
10 5,5 3 6,5 4,5 4 3 11 6 3,5 5 3 4,5 3 12 6 3,5 5,5 3 3,5 3 13 7,5 5,5 7,5 5,5 4 3 14 8 6 6 3,5 4 3 15 7 5,5 7 5 5 3,5 16 6 4 6,5 4 5,5 5 17 5,5 3 5 3 5,5 3,5 18 5 3,5 6,5 4 6 4,5 19 8 5,5 5,5 3,5 5 3 20 7 5 4,5 3 4 3 21 6 3,5 5,5 3 4 3 22 7 5 7 5 5,5 5 23 5,5 3 5,5 3 4 3,5 24 6 4 6 4,5 5 3
RERATA 6,38 4,15 6,64 4,04 4,73 3,50 SB 0,95 0,96 0,93 0,90 0,82 0,69
83
PERIODE 2
NO TINGKAT KECEPATAN
TINGKAT KONSTANSI
TINGKAT KETELITIAN
SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH 1 6,5 6 7 6,5 4,5 4 2 8 7 8 7,5 5 4 3 7,5 6,5 6,5 5,5 5 4,5 4 7 5,5 8 7,5 5 4 5 7 6 8 7 4,5 4 6 6,5 5,5 7,5 6,5 6 5 7 6 5 6 5,5 5 4,5 8 6 5,5 7 6,5 6 5,5 9 6 4,5 7,5 6,5 7 6,5
10 5,5 5 7 6 4,5 3,5 11 6,5 5,5 5 4,5 4,5 3,5 12 7 6 8 7 4 3,5 13 7,5 6 6,5 6 5 4 14 8 7,5 7 6 5 4,5 15 7 6,5 8 7,5 5 4 16 6 5 6,5 5 6 5,5 17 5,5 4,5 6 5,5 6 5 18 5 4,5 6,5 5,5 6 5,5 19 8 7,5 4,5 4 5,5 5 20 7,5 6 5,5 4,5 4,5 4 21 6,5 6 6,5 5,5 4,5 4 22 7 6,6 7 6,5 5,5 5 23 6 5 6 5,5 5 4,5 24 7 6,5 6 5,5 5 4,5
RERATA 6,65 5,70 6,77 6,02 6,80 5,77 SB 0,83 1,03 0,70 0,60 0,97 0,96
84
LAMPIRAN 13
DATA PERUBAHAN GERAKAN SUBJEK NO, Urut Subjek
Periode 1 Periode 2 SEBELUM
PROSES BELAJAR
SESUDAH PROSES
BELAJAR
SEBELUM PROSES
BELAJAR
SESUDAH PROSES
BELAJAR 1 0,00 91,50 0,00 89,50 2 0,00 98,50 0,00 88,50 3 1,00 89,00 0,00 84,00 4 1,00 91,50 0,00 87,00 5 0,00 96,00 0,00 81,50 6 0,00 76,50 0,00 76,50 7 0,00 87,00 0,00 83,50 8 0,00 88,50 0,00 84,00 9 0,00 98,00 0,00 93,50 10 0,00 99,50 0,00 96,50 11 0,00 87,50 0,00 82,50 12 0,00 95,50 0,00 91,00 13 0,00 76,00 0,00 70,50 14 0,00 79,00 1,00 77,00 15 0,00 93,50 1,00 91,00 16 0,00 88,50 0,00 88150 17 0,00 92,00 0,00 90,00 18 0,00 93,00 0,00 91,00 19 0,00 85,50 0,00 78,50 20 1,00 85,00 0,00 75,00 21 0,00 71,00 0,00 63,50 22 0,00 71,50 1,00 67,50 23 0,00 72,00 1,00 61,00 24 0,00 87,50 0,00 82,50
Rerata 0,13 87,23 0,17 82,22
SB 0,34 8,70 0,38 9,47
85
LAMPIRAN 14 ANALISIS STATISTIK SUHU BASAH
Descriptive Statistics N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Sbpriode1 10 22.6000 .51640 22.00 23.00 Sbpriode2 10 22.6000 .51640 22.00 23.00 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Sbpriode1 Sbpriode2 N 10 10
Normal Parameters(a,b) Mean 22.6000 22.6000 Std. Deviation .51640 .51640
Most Extreme Differences Absolute .381 .381 Positive .277 .277 Negative -.381 -.381
Kolmogorov-Smirnov Z 1.204 1.204 Asymp. Sig. (2-tailed) .110 .110 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean Pair 1 Sbpriode1 22.6000 10 .51640 .16330
Sbpriode2 22.6000 10 .51640 .16330
Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 Sbpriode1&Sbpriode2 10 .167 .645
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed) Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper Pair 1
Sbpriode1 Sbpriode2 .00000 .66667 .21082 -
.47690 .47690 .000 9 1.000
86
LAMPIRAN 15
ANALISIS STATISTIK SUHU KERING Descriptive Statistics N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Skpriode1 10 26.6000 .51640 26.00 27.00 Skpriode2 10 26.5000 .52705 26.00 27.00 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Skpriode1 Skpriode2 N 10 10
Normal Parameters(a,b) Mean 26.6000 26.5000 Std. Deviation .51640 .52705
Most Extreme Differences Absolute .381 .329 Positive .277 .329 Negative -.381 -.329
Kolmogorov-Smirnov Z 1.204 1.039 Asymp. Sig. (2-tailed) .110 .230 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean Pair 1 Skpriode1 26.6000 10 .51640 .16330
Skpriode2 26.5000 10 .52705 .16667
Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 Skpriode1& Skpriode2 10 .000 1.000
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-tailed)
Mean Std.
Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper Pair 1
Skpriode1 Skpriode2 .10000 .73786 .23333 -
.42784 .62784 .429 9 .678
87
LAMPIRAN 16
ANALISIS STATISTIK KELEMBABAN RELATIF Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum krpriode1 10 76.0000 5.16398 70.00 80.00 Krpriode2 10 73.0000 4.83046 70.00 80.00 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test krpriode1 Krpriode2 N 10 10
Normal Parameters(a,b) Mean 76.0000 73.0000 Std. Deviation 5.16398 4.83046
Most Extreme Differences Absolute .381 .433 Positive .277 .433 Negative -.381 -.267
Kolmogorov-Smirnov Z 1.204 1.368 Asymp. Sig. (2-tailed) .110 .047 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 krpriode1 76.0000 10 5.16398 1.63299
Krpriode2 73.0000 10 4.83046 1.52753
Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 krpriode1 & krpriode2 10 .089 .807
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed) Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper Pair 1
krpriode1 krpriode2 3.00000 6.74949 2.13437 -
1.82829 7.82829 1.406 9 .193
88
LAMPIRAN 17
ANALISIS STATISTIK INTENSITAS KEBISINGAN
Descriptive Statistics N Mean Std. Deviation Minimum Maximum ikpriode1 10 47.3200 1.25503 45.80 49.40 ikpriode2 10 47.9400 1.06687 46.40 49.40 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ikpriode1 ikpriode2 N 10 10
Normal Parameters(a,b) Mean 47.3200 47.9400 Std. Deviation 1.25503 1.06687
Most Extreme Differences Absolute .201 .194 Positive .201 .194 Negative -.151 -.190
Kolmogorov-Smirnov Z .634 .612 Asymp. Sig. (2-tailed) .816 .848 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. T-Test Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 ikpriode1 47.3200 10 1.25503 .39688
ikpriode2 47.9400 10 1.06687 .33738 Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 ikpriode1 & ikpriode2 10 -.173 .632
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed) Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper Pair 1
ikpriode1 ikpriode2 -.62000 1.78251 .56368 -
1.89513 .65513 -1.100 9 .300
89
LAMPIRAN 18
ANALISIS STATISTIK INTENSITAS PENERANGAN Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum ippriode1 10 353.4000 9.07010 342.00 365.00 ippriode2 10 351,2000 10.59140 340.00 366.00
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ippriode1 ippriode2 N 10 10
Normal Parameters(a,b) Mean 353.4000 349.2000 Std. Deviation 9.07010 10.59140
Most Extreme Differences Absolute .267 .288 Positive .224 .288 Negative -.267 -.193
Kolmogorov-Smirnov Z .843 .912 Asymp. Sig. (2-tailed) .476 .377 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. T-Test Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 ippriode1 353.4000 10 9.07010 2.86822
ippriode2 349.2000 10 10.59140 3.34930
Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 ippriode1 & ippriode2 10 .221 .539
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed) Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper Pair 1
ippriode1 - ippriode2
4.20000 12.32703 3.89815 -4.61822 13.01822 1.077 9 .309
90
LAMPIRAN 19 ANALISIS BEDA RERATA KELELAHAN MATA
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum periode1 24 6.4167 3.13003 1.50 12.00 periode2 24 3.1042 1.99989 .50 6.50
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
periode1 periode2 N 24 24
Normal Parameters(a,b) Mean 6.4167 3.1042 Std. Deviation 3.13003 1.99989
Most Extreme Differences Absolute .129 .210 Positive .115 .210 Negative -.129 -.176
Kolmogorov-Smirnov Z .634 1.027 Asymp. Sig. (2-tailed) .817 .243 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean Pair 1 periode1 6.4167 24 3.13003 .63892
periode2 3.1042 24 1.99989 .40823
Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 periode1 & periode2 24 .522 .009
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed) Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper Pair 1
periode1 - periode2 3.31250 2.69384 .54988 2.17499 4.45001 6.024 23 .000
91
LAMPIRAN 20 ANALISIS BEDA RERATA KECEPATAN
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum kcptnperiode 1 24 2.0417 .46431 1.50 3.00 kcptnperiode 2 24 .8917 .36584 .40 1.50
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test kcptnperiode 1 kcptnperiode 2 N 24 24
Normal Parameters(a,b) Mean 2.0417 .8917 Std. Deviation .46431 .36584
Most Extreme Differences Absolute .213 .241 Positive .212 .233 Negative -.213 -.241
Kolmogorov-Smirnov Z 1.045 1.183 Asymp. Sig. (2-tailed) .225 .122 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean Pair 1 kcptnperiode 1 2.0417 24 .46431 .09478
kcptnperiode 2 .8917 24 .36584 .07468
Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 kcptnperiode 1 & kcptnperiode 2 24 .092 .670
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed) Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper Pair 1
kcptnperiode 1 - kcptnperiode 2
1.15000 .56415 .11516 .91178 1.38822 9.986 23 .000
92
LAMPIRAN 21 ANALISIS BEDA RERATA KETELITIAN
Descriptive Statistics N Mean Std. Deviation Minimum Maximum ktlitianperiode 1 24 1.2083 .60643 .50 2.50 ktlitianperiode 2 24 .6667 .24077 .50 1.00
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ktlitianperiode 1 ktlitianperiode 2 N 24 24 Normal Parameters(a,b) Mean 1.2083 .6667 Std. Deviation .60643 .24077 Most Extreme Differences Absolute .218 .422 Positive .218 .422 Negative -.121 -.250 Kolmogorov-Smirnov Z 1.067 2.069 Asymp. Sig. (2-tailed) .205 .000 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean Pair 1 ktlitianperiode 1 1.2083 24 .60643 .12379
ktlitianperiode 2 .6667 24 .24077 .04915
Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 ktlitianperiode 1 & ktlitianperiode 2 24 -.025 .908
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed) Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper Pair 1
ktlitianperiode 1 - ktlitianperiode 2
.54167 .65801 .13431 .26382 .81952 4.033 23 .001
93
LAMPIRAN 22 ANALISIS BEDA RERATA KONSTANSI
Descriptive Statistics N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Knstnperiode 1 24 2.1458 .52085 1.50 3.50 Knstnperiode 2 24 .7708 .32900 .50 1.50
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Knstnperiode 1 Knstnperiode 2 N 24 24
Normal Parameters(a,b) Mean 2.1458 .7708 Std. Deviation .52085 .32900
Most Extreme Differences Absolute .194 .336 Positive .194 .336 Negative -.168 -.215
Kolmogorov-Smirnov Z .948 1.648 Asymp. Sig. (2-tailed) .329 .009 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean Pair 1 Knstnperiode 1 2.1458 24 .52085 .10632
Knstnperiode 2 .7708 24 .32900 .06716
Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 Knstnperiode 1 & Knstnperiode 2 24 .140 .514
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed) Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper Pair 1
Knstnperiode 1 - Knstnperiode 2 1.37500 .57578 .11753 1.13187 1.61813 11.699 23 .000
94
LAMPIRAN 23
ANALISIS BEDA RERATA PERUBAHAN GERAK
Descriptive Statistics
N Mean Std.
Deviation Minimum Maximum grknperiode 1 24 87.1042 8.67778 71.00 99.50 grknperiode 2 24 81.7917 9.53816 60.00 96.50 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
grknperiode 1 grknperiode 2 N 24 24
Normal Parameters(a,b) Mean 87.1042 81.7917 Std. Deviation 8.67778 9.53816
Most Extreme Differences Absolute .162 .154 Positive .097 .084 Negative -.162 -.154
Kolmogorov-Smirnov Z .793 .757 Asymp. Sig. (2-tailed) .556 .616 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean Pair 1 grknperiode 1 87.1042 24 8.67778 1.77134
grknperiode 2 81.7917 24 9.53816 1.94697 Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 grknperiode 1 & grknperiode 2
24 .936 .000
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed) Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper Pair 1
grknperiode 1 - grknperiode 2
5.31250 3.36805 .68750 3.89030 6.73470 7.727 23 .000
95
LAMPIRAN 24 PERALATAN PENGUKURAN
Timbangan untuk mengukur
berat badan
Stopwatch untuk mengukur waktu pengisian Bourdon Wiersma Test
Luxmeter untuk mengukur intensitas penerangan
Soundlevelmeter untuk
mengukur intensitas kebisingan
Optotype Snellen untuk mengukur visus mata
Meteran logam untuk mengukur ukuran huruf dan jarak pandang
96
LAMPIRAN 25 PELAKSANAAN PENGUKURAN
Pengukuran berat badan
Pengukuran intensitas
kebisingan
Pengukuran intensitas
penerangan
Pemberian tanda pada lantai
sebagai batas bangku paling
belakang