analisa mesin pengiris tempe yang ergonomis untuk

6
Jurnal Inovator, Vol. 3, No.2 (2020) 1319 Jurnal Inovator homepage: www.ojs.politeknikjambi.ac.id/inovator * Corresponding Author: E-mail: [email protected] (Daumi Rahmatika) Analisa mesin pengiris tempe yang ergonomis untuk meningkatkan produktivitas umkm tempe dengan pendekatan antropometri Daumi Rahmatika a, *, Novrianti a , Hari Purnomo a a Program Studi Teknik Industri, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Jambi Jl. Patimura No 100 Kota Jambi, Indonesia INFO ARTIKEL Riwayat Artikel: Diterima 14 April 2020 Diterima setelah direvisi 16 November 2020 Disetujui 19 November 2020 Abstract-As Small and Medium size enterprise (SME) still using manual and simple tools in their operation as done by Bude Wagino SME which is located at Sungai Bahar, Batanghari. This SME specialized at making kripik Tempe (Tempe chips). Based on observation and interview at the SME, the workers complain that they experience over fatigue, back pain and sore muscle in their arms. The purpose of this research is to design ergonomic slicer tempe tools by using ENASE concept. This research using mixed method which using antropometri data such as height of sitting elbow, normal range, far reach, and grip width as quantitative method. As qualitative method used for interview the workers. The data of workers percentile will be used as based design of the tools.By using the tool will be expected to decrease the workers complain and can increase the productivity. Kata kunci: Mesin Pengiris Tempe Antropometri Ergonomis Intisari-Sebagian besar UMKM masih menggunakan peralatan yang sederhana dan manual dalam membuat produknya, seperti yang dilakukan di UMKM Bude Wagino yang berlokasi di Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Batanghari. UMKM tersebut membuat usaha keripik tempe. Berdasarkan observasi dan wawancara ternyata pekerja mengalami kelelahan, sakit punggung dan lengan tangan yang pegal. Penelitian ini bertujuan untuk merancang alat pengiris tempe yang ergonomis dengan menggunakan konsep ENASE. Penelitian menggunakan metode kombinasi yaitu kuantitatif dan kualitatif, metode kuantitatifnya adalah mengumpulkan data antropometri pekerja yang meliputi tinggi siku duduk (TSD), jangkauan normal (JN), jangkauan jauh (JJ) dan lebar genggaman (LG). Sedangkan data kualitatifnya adalah wawancara untuk menanyakan keluhan yang dirasakan pekerja. Berdasarkan data persentil pekerja akan dirancang mesin pengiris tempe yang sesuai dengan pengguna. Diharapkan hasil rancangan mesin pengiris tempe ini akan mengurangi keluhan yang dirasakan pekerja dan mampu meningkatkan produktivitas pekerja. 1. Pendahuluan UMKM (Usaha mikro, kecil dan menengah) di Indonesia ternyata mampu bertahan terhadap krisis ekonomi global, meskipun masih menghadapi kendala terutama dalam inovasi produk dan jasa, pengembangan sumber daya manusia, pemasaran, permodalan dan pemanfaatan teknologi. Selain kendala tersebut, konsep kerja, cara kerja yang masih sederhana dan dikerjakan secara manual/tradisional, menggunakan alat-alat yang masih sederhana ternyata berpengaruh terhadap proses produksi dan pada akhirnya produktivitasnya kurang maksimal [1]. Berdasarkan hasil observasi pada usaha tempe konvensional/manual di Kota Jambi, terdapat beberapa kelemahan baik dalam peralatan dan produksi. Kelemahan tersebut antara lain: hasil irisan tidak rata dan tidak rapi, ketebalan tidak konsisten, kurang higines karena irisan tempe rentan terkena debu karena dilakukan di bawah, tenaga yang dikeluarkan lebih besar. Selain itu pekerja sering menghadapi keluhan-keluhan, seperti kelelahan, sakit punggung, lengan tangan yang pegal. Cara kerja pekerja dapat dilihat dalam Gambar 1. Salah satu UMKM pembuat kripik tempe adalah usaha kripik tempe “Bude Wagino” yang berada di Kecamatan Sungai Bahar Batanghari. Pada awal usahanya, pembuatan kripik tempe berdasarkan pesanan. Seiring berjalannya waktu permintaan semakin meningkat, tetapi terkendala dalam alat pengiris tempe yang masih konvensial sehingga sering tidak terpenuhi permintaan konsumen. Saat ini hanya mampu memproduksi tempe 3 kali dalam seminggu dengan kemampuan 65 batang sekali produksi. Besarnya tempe adalah 30cmx6cmx 3 cm. Dari 65 batang tempe bisa menghasilkan 2.340 lembar tempe atau sebanyak 26,5 kg kripik tempe. Lama pengirisan dalam satu kali produksi adalah 5 sampai dengan 6 jam. Sehingga produksinya kurang maksimal. Untuk itu dibutuhkan alat pengiris tempe sesuai dengan kebutuhan pekerjaan yang memenuhi syarat ergonomis dan memperhatikan konsep ENASE.

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisa mesin pengiris tempe yang ergonomis untuk

Jurnal Inovator, Vol. 3, No.2 (2020) 13–19

Jurnal Inovator

homepage: www.ojs.politeknikjambi.ac.id/inovator

* Corresponding Author:

E-mail: [email protected] (Daumi Rahmatika)

Analisa mesin pengiris tempe yang ergonomis untuk meningkatkan produktivitas umkm tempe dengan pendekatan antropometri

Daumi Rahmatika a, *, Novriantia, Hari Purnomoa

a Program Studi Teknik Industri, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Jambi Jl. Patimura No 100 Kota Jambi, Indonesia

INFO ARTIKEL

Riwayat Artikel:

Diterima 14 April 2020

Diterima setelah direvisi 16 November 2020

Disetujui 19 November 2020

Abstract-As Small and Medium size enterprise (SME) still using manual and simple tools in their operation

as done by Bude Wagino SME which is located at Sungai Bahar, Batanghari. This SME specialized at making kripik Tempe (Tempe chips). Based on observation and interview at the SME, the workers complain that they experience over fatigue, back pain and sore muscle in their arms. The purpose of this research is to design ergonomic slicer tempe tools by using ENASE concept. This research using mixed method which using antropometri data such as height of sitting elbow, normal range, far reach, and grip width as quantitative method. As qualitative method used for interview the workers. The data of workers percentile will be used as based design of the tools.By using the tool will be expected to decrease the workers complain and can increase the productivity.

Kata kunci:

Mesin Pengiris Tempe

Antropometri

Ergonomis Intisari-Sebagian besar UMKM masih menggunakan peralatan yang sederhana dan manual dalam membuat

produknya, seperti yang dilakukan di UMKM Bude Wagino yang berlokasi di Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Batanghari. UMKM tersebut membuat usaha keripik tempe. Berdasarkan observasi dan wawancara ternyata pekerja mengalami kelelahan, sakit punggung dan lengan tangan yang pegal. Penelitian

ini bertujuan untuk merancang alat pengiris tempe yang ergonomis dengan menggunakan konsep ENASE. Penelitian menggunakan metode kombinasi yaitu kuantitatif dan kualitatif, metode kuantitatifnya adalah mengumpulkan data antropometri pekerja yang meliputi tinggi siku duduk (TSD), jangkauan normal (JN), jangkauan jauh (JJ) dan lebar genggaman (LG). Sedangkan data kualitatifnya adalah wawancara untuk menanyakan keluhan yang dirasakan pekerja. Berdasarkan data persentil pekerja akan dirancang mesin pengiris tempe yang sesuai dengan pengguna. Diharapkan hasil rancangan mesin pengiris tempe ini akan mengurangi keluhan yang dirasakan pekerja dan mampu meningkatkan produktivitas pekerja.

1. Pendahuluan

UMKM (Usaha mikro, kecil dan menengah) di Indonesia

ternyata mampu bertahan terhadap krisis ekonomi global, meskipun

masih menghadapi kendala terutama dalam inovasi produk dan jasa,

pengembangan sumber daya manusia, pemasaran, permodalan dan

pemanfaatan teknologi. Selain kendala tersebut, konsep kerja, cara

kerja yang masih sederhana dan dikerjakan secara

manual/tradisional, menggunakan alat-alat yang masih sederhana

ternyata berpengaruh terhadap proses produksi dan pada akhirnya

produktivitasnya kurang maksimal [1].

Berdasarkan hasil observasi pada usaha tempe

konvensional/manual di Kota Jambi, terdapat beberapa kelemahan

baik dalam peralatan dan produksi. Kelemahan tersebut antara lain:

hasil irisan tidak rata dan tidak rapi, ketebalan tidak konsisten,

kurang higines karena irisan tempe rentan terkena debu karena

dilakukan di bawah, tenaga yang dikeluarkan lebih besar. Selain itu

pekerja sering

menghadapi keluhan-keluhan, seperti kelelahan, sakit punggung,

lengan tangan yang pegal. Cara kerja pekerja dapat dilihat dalam

Gambar 1.

Salah satu UMKM pembuat kripik tempe adalah usaha kripik

tempe “Bude Wagino” yang berada di Kecamatan Sungai Bahar

Batanghari. Pada awal usahanya, pembuatan kripik tempe

berdasarkan pesanan. Seiring berjalannya waktu permintaan semakin

meningkat, tetapi terkendala dalam alat pengiris tempe yang masih

konvensial sehingga sering tidak terpenuhi permintaan konsumen.

Saat ini hanya mampu memproduksi tempe 3 kali dalam seminggu

dengan kemampuan 65 batang sekali produksi. Besarnya tempe

adalah 30cmx6cmx 3 cm. Dari 65 batang tempe bisa menghasilkan

2.340 lembar tempe atau sebanyak 26,5 kg kripik tempe. Lama

pengirisan dalam satu kali produksi adalah 5 sampai dengan 6 jam.

Sehingga produksinya kurang maksimal. Untuk itu dibutuhkan alat

pengiris tempe sesuai dengan kebutuhan pekerjaan yang memenuhi

syarat ergonomis dan memperhatikan konsep ENASE.

Page 2: Analisa mesin pengiris tempe yang ergonomis untuk

Jurnal Inovator, Vol. 3, No.2 (2020) 14–19 14

ISSN 2615-5052 (Online)

Gambar 1. Proses pengirisan tempe manual

Konsep ENASE (efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien) diperlukan

untuk peningkatan produktivitas tenaga kerja serta perbaikan mutu

produk. Penyelenggaraan ergonomic segera dilakukan dengan lebih baik

melalui penyesuaian mesin, alat dan perlengkapan kerja terhadap tenaga

kerja sehingga terjadi efisiensi kerja. Untuk itu diperlukan rancangan alat

pengiris tempe yang ergonomis dengan pendekatan antropometri yang

disesuaikan dengan postur tubuh pengguna, sehingga pekerja dapat

bekerja secara aman dan nyaman diharapkan keluhan yang dirasakan

dapat berkurang sehingga produktivitas meningkat.

1.1. Ergonomi, antropometri dan produktivitas

Istilah “Ergonomi” adalah berasal dari Bahasa Latin yaitu Ergon

(kerja) dan Nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi

tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan yang ditinjau secara

anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain atau

perancangan [2]. Antropometri menurut [2] adalah kumpulan data

numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia

ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk

penanganan masalah desain [2]. Menurut (Gasperzs, 2000) dalam [3]

Produktivitas berkaitan dengan efisiensi penggunaan input dalam

memproduksi output (barang-barang dan /atau jasa). Produktivitas yaitu

rasio antara output yang dapat diukur (tangible output) dan input yang

dapat diukur (tangible input) menurut [4].

Penelitian yang dilakukan oleh [5] dengan judul “Perancangan alat

Spinner Ergonomis” menggunakan data antropometri dimensi jangkauan

jauh dengan persentil 50, dan dimensi lebar genggaman dengan

menggunakan persentil 95, sehingga tercipta alat spinner ergonomis yang

memenuhi konsep ENASE, sehingga alat tersebut dapat meringankan

pekerjaan dan mampu meningkatkan produksi. [6] dalam penelitiannya

menjelaskan bahwa dengan digunakannya mesin pengirirs kripik tempe

ternyata proses pengirisan tempe menjadi lebih efektif, sehingga kapasitas

produksi meningkat, Kualitas produk menjadi lebih higenis. Dan hasil

irisan tempe menjadi seragam. Alat pengiris tempe yang sudah ada

mampu meningkatkan produksi, tetapi pembuatan alat pengiris tempe

yang dirancang sesuai dengan kebutuhan pengguna berdasarkan data

antropometri tenaga kerjanya masih belum banyak dilakukan. Untuk itu

dibuatlah alat pengiris tempe tersebut.

Alat pengiris tempe merupakan hasil inovasi dalam merancang alat

bekerja. Dalam perancangan alat pengiris tempe, data anthropometri

pekerja dibutuhkan untuk menentukan ukuran dan desainnya sehingga alat

pengiris tempe akan berfungsi dengan baik dan ergonomis, sehingga

mudah dioperasikan. Sehingga pekerja yang bekerja merasa enak,

nyaman, aman, sehat dan efektif, sehingga produktivitas pekerja

meningkat.

Rancangan alat pengiris tempe dibuat semi otomatis yang cara

kerjanya dioperasikan oleh seorang operator. Dimana proses kerjanya

menggunakan kinerja lengan tangan yang menggerakkan kotak berisi

tempe yang akan diiris. Kotak tersebut digerakkan sesuai alur rel yang

sudah dibuat dengan arah maju mundur sehingga terjadi proses pengirisan

tempe.

Alat pengiris tempe ini sebagian besar komponennya adalah barang

bekas, meskipun ada ada juga komponen yang baru seperti mesin jet

pump, sebagai motor penggerak utama mata pisau berbentuk piringan

sebagai media pengiris tempe.

1.2. Pengumpulan data Antropometri

Menurut [7] berikut dimensi-dimensi tubuh (antropometri) yang akan

digunakan untuk merancang alat:

1. Tinggi Suku Duduk(TSD)

Antropometri dinamis yang mengukur jarak vertical mulai dari

permukaan tempat duduk sampai ujung bawah siku. Posisi subyek

duduk tegak dengan lengan atas vertical di sisi badan dan lengan

bawah membentuk sudut siku-siku dengan lengan bawah. Berguna

untuk menentukan tinggi siku pada posis normal.

2. Jangkauan Normal(JN)

Antropometri dinamis yang mengukur panjang lengan bawah yang

berputar pada bidang horizontal dengan siku tetap. Berguna

menentukan letak alat kerja dan menentukan posisi kerja normal

agar berada pada jangkauan optimum.

3. Jangkauan Jauh (JJ)

Antropometri dinamis yang mengukur panjang lengan yang berputar

pada bidangn horizontal dengan posisi lengan lururs ke depan.

Berguna untuk menentukan letak alat kerja dan menentukan posisi

kerja normal agar berada pada jangkauan optimum.

4. Lebar Genggaman(LG)

Ada 20 bagian telapak tangan yang digunakan untuk menentukan

lebar genggaman yaitu: panjang tangan yang diukur dari

pergelangan tangan sampai ujung jari, panjang telapak tangan yang

diukur dari pergelangan tangan sampai batas telapak tangan, panjang

ibu jari,panjang jari telunjuk,panjang jari tengah,panjang jari

manis,panjang jari kelingking, lebar ibu jari, tertutup rapat,tebal ibu

jari,lebar jari telunjuk, tebal jari telunjuk, lebar telapak tangan

diukur sampai ibu jari tertutup rapat, , lebar telapak tangan

(minimum), tebal telapak tangan, tebal telapak tangan yang diukur

sampai dengan ibu jari, diameter pegangan( maksimum), lebar

tangan maksimum yang diukur dari ujung ibu jarisampai dengan

ujung kelingking dalam keadaan terlentang.

2. Metode Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif

kuantitatif [8]. Data Kualitatifnya adalah biodata pekerja dan melakukan

wawancara langsung kepada pekerja tentang keluhan yang dirasakan

Page 3: Analisa mesin pengiris tempe yang ergonomis untuk

Jurnal Inovator, Vol. 3, No.2 (2020) 14–19 15

ISSN 2615-5052 (Online)

ketika menggunakan peralatan yang masih sederhana dan manual sebagai

sumber data primer. Data Kuantitatifnya adalah data antropometri

responden. Sedangkan sumber data sekunder yang berasal dari buku-buku

referensi yang berkaitan dengan penelitian, jurnal yang relevan, skripsi

dan dokumentasi.

Obyek penelitian adalah individu yang merupakan pekerja yang

bertindak sebagai responden yang berjumlah 4 orang, 3 orang laki-laki

dan 1 orang perempuan. Tempat penelitian berada pada UMKM “Bude

Wagino” yang berada di desa Marga Manunggal Jaya, Kec. Sungai Bahar,

Kabupaten Batanghari. Dalam perancangan alat, data antropometri yang

dibutuhkan data tentang ukuran tubuh yaitu tinggi siku duduk (TSD),

jangkauan normal (JN), jangkauan jauh (JJ), serta lebar genggaman (LG).

Setelah mencatat data tentang dimensi tubuh manusia berdasarkan

antropometri sehingga rancangan alat yang akan dibuat dapat digunakan

sesuai dengan karakter pengguna. Dalam pengumpulan data, responden

diambil data antropometri dalam posisi duduk nyaman, pada kursi dengan

tinggi 40 cm sd 45 cm, serta meja kerja dengan tinggi 60 cm. Selanjutnya

responden melakukan pengulangan sebanyak 5 kali. Sehingga jumlah total

data yang didapat sebanyak 20 data.Setelah melakukan studi pustaka dan

observasi, maka dilakukan identifikasi masalah yang dialami oleh pekerja

selama melakukan pekerjaan secara manual dan menggunakan alat yang

masih tradisional. Setelah mengetahui keluhan yang dirasakan, maka

dilakukan pengumpulan data antropometri pekerja meliputi tinggi siku

duduk, jangkauan normal dan jangkauan jauh, serta lebar genggaman.

Setelah itu dilakukan pengujian data antropometri. Setelah itu dilakukan

uji kecukupan data, dan uji keseragaman data. Sehingga didapatkan

perhitungan persentil sebagai ukuran perancangan alat. Kemudian alat

dirancang dan dibuat alat pengiris tempe yang semi otomatis.

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Gambar 2: Alur penelitian

2.1. Perancangan alat

Ada beberapa tahapan dalam perancangan alat pengiris tempe dimulai dari

pengumpulan data antropometri responden, pengujian data, pengolahan

data sehingga didapatkan ukuran alat sesuai dengan pengguna sehingga

tujuan penelitian tercapai.

2.2. Alat dan bahan

Dalam pembuatan alat pengiris tempe, bahan-bahan yang dibutuhkan

adalah rangka, motor listrik, pully V-belt, batang As

penggerak,klaker/bearing duduk, pisau,papan kayu,kotak tempe,tangkai

kotak tempe,penekan tempe,penyetel ketebalan,plat penutuppengaman

pisau.

Cara pengoperasian alat

1. Siapkan tempe yang sudah di potong sesuia dengan ukuran

2. Atur papan penyetel ketebalan

3. Letakkan tempe pada kotak wadah tempe

4. Nyalakan mesin pengiris tempe

5. Gerakkan kotak wadah tempe sesuia dengan arah rel

6. Selesai

2.3. Pengujian Data

a. Uji kecukupan data

Uji kecukupan data berfungsi untuk mengetahui apakah data hasil

pengamatan dapat dianggap mencukupi. Penetapan berapa jumlah data

yang seharusnya dibutuhkan, terlebih dulu ditentukan derajat ketelitian (s)

yang menunjukkan penyimpangan maksimum hasil penelitian, dan tingkat

kepercayaan (k) yang menunjukkan besarnya keyakinan pengukur akan

ketelitian data anthropometri. Sedangkan rumus uji kecukupan data, yaitu:

𝑁′ = [𝑘/𝑠√(𝑁∑𝑥ᵢ2) − (∑𝑥ᵢ)²

∑𝑥ᵢ]

2

Keterangan : N= Jumlah data pengamatan sebenarnya

N’= Jumlah data secara teoritis

s= Derajat ketelitian (degree of accuracy)

k=Tingkat kepercayaan(level of confidence)

x= Nilai variabel

Data akan dianggap telah mencukupi jika memenuhi persyaratan N’<N,

dengan kata lain jumlah data secara teoritis lebih kecil daripada jumlah

data pengamatan sebenarnya [9].

b. Uji keseragaman data

Kemudian dilanjutkan dengan Pengujian keseragaman data,

pengujian dilakukan untuk memisahkan data yang memiliki karakteristik

yang berbeda. Langkah-langkah dalam perhitungan keseragaman data

adalah:

Pertama yang dilakukan adalah menghitung besarnya rata-rata dari setiap

hasil pengamatan. Rumus yang digunakan dalam uji ini, yaitu:

𝑥 =∑𝑥ᵢ

𝑁

Kedua adalah menghitung standar deviasi dengan persamaan sebagai

berikut:

Perhitungan persentil

Merancang alat pengiris tempe ergonomis

Alat sesuai

Kesimpulan

Selesai

Identifikasi masalah yang akan diteliti

Pengumpulan data anthropometri

Pengujian data anthropometri

1. Data cukup

2. Data seragam

Mulai

Page 4: Analisa mesin pengiris tempe yang ergonomis untuk

Jurnal Inovator, Vol. 3, No.2 (2020) 14–19 16

ISSN 2615-5052 (Online)

𝑆 = √∑(𝑥ᵢ − 𝑥 )²

𝑁 − 1

Ketiga menentukan batas kendali atas dan batas kendali bawah yang

digunakan sebagai pembatas dibuangnya data ektrim dengan

menggunakan persamaan ini:

𝐵𝐾𝐴 = 𝑥 + 𝑘℺

𝐵𝐾𝐵 = 𝑥 − 𝑘℺

Keterangan : x̄= rata-rata

℺ = standar deviasi atau simpangan baku

N = jumlah data

BKA = batas kendali atas

BKB = batas kendali bawah

K = koefisien indeks tingkat

kepercayaan (level of confidence)

Jika data berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah

maka data tersebut dihilangkan keseragaman data dapat diketahui

dengan menggunakan peta kendali x̄.

c. Perhitungan persentil

Perhitungan persentil untuk setiap dimensi yang diukur adalah:

P95 = 𝑥 + 1,645℺

P50 = 𝑥

P5 = 𝑥 - 1,645℺

Nilai ukuran tubuh biasa disajikan dalam tiga bentuk, yaitu:

1. Nilai persentil kecil, diambil persentil ke 5

2. Nilai persentil ke 50, sama dengan nilai rata-rata

3. Nilai persentil terbesar, diambil persentil ke 95.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Pengolahan data Atropometri

Data antropometri yang didapatkan dari hasil pengukuran dimensi

tubuh pekerja kemudian diolah dengan 3 tahap, yaitu tahap kecukupan

data, keseragaman data, dan melakukan perhitungan persentil.

a. Uji Kecukupan Data

Tabel 1: Uji Kecukupan Data

No Pengamatan N N’ Keterangan

1 Tinggi Siku Duduk(TSD) 20 0,55 Cukup

2 Jangkauan Normal(JN) 20 0,41 Cukup

3 Jangkauan Jauh(JJ) 20 1,93 Cukup

4 Lebar Genggaman(LG) 20 4,16 Cukup

Berdasarkan data pada Tabel 1, bahwa data dikatakan cukup, karena N’<N

untuk semua data antropometri yang diambil.

b. Uji Keseragaman Data

Tabel 2: Uji Keseragaman Data

No Pengamatan X̅ ∑ BKA BKB Keterang

an

1. Tinggi Siku

Duduk(TSD)

19,2 0,37 19,93 18,47 Seragam

2. Jangkauan Normal(JN) 35,57 0,59 36,74 34,39 Seragam

3. Jangkauan Jauh(JJ) 59,39 2,12 63,62 55,15 Seragam

4. Lebar Genggaman(LG) 8,57 0,45 9,47 7,67 Seragam

Berdasarkan Tabel 2 data dikatakan seragam karena data antropometri

berada dalam batas kendali sehingga data dikatakan seragam.

c. Persentil

Tabel 3: Hasil Persentil

No Dimensi P5 P50 P95 Keterangan

1 Tinggi Siku

Duduk(TSD)

18,60 19,2 19,8 Menggunakan P50 untuk

merancang Tinggi

pegangan yang melekat,

agar pengguna dengan

siku paling rendah dan

paling tinggi sama-sama

dapat menggunakan

tersebut dengan baik dan

dalam posisi nyaman

2 Jangkauan

Normal(JN)

34,6 45,57 36,53 Menggunakan P50,agar

pengguna dengan

jangkauan normal paling

besar dapat

mengoperasikan alat

pada ukuran normal.

Dengan posisi lengan

tangan pada posisi siku

tetap.

3 Jangkauan

Jauh(JJ)

55,90 59,39 62,87 Menggunakan P50, untuk

merancang jarak

jangkauan tangan paling

jauh saat mengoperasikan

alat dengan posisi lengan

lurus ke depan

4 Lebar

Genggaman(LG)

7,83 8,57 9,31 Persentil 95, agar

pengguna dengan lebar

genggaman paling lebar

tetap menggunakan alat

dengan baik,

mengoperasikan alat

dengan nyaman

Persentil yang diambil adalah persentil 50 supaya pengguna dengan nilai

paling rendah dan paling tinggi dapat menggunakan alat tersebut.

3.2. Perancangan Alat Pengiris Tempe

Dari hasil analisa yang telah dilakukan dengan berdasarkan uji data

antropometri dari responden, maka diperoleh ukuran rancangan alat

pengiris tempe untuk menggantikan pengirisan secara manual. Rancangan

alat ini dibuat dengan mengacu pada penelitian sejalan [10].

Tabel 4: Ukuran Rancangan alat pengiris tempe

No Dimensi

Alat

Pengiris

tempe

Centimeter Keterangan

1 Rangka Alat

Pengiris

Tempe

Tinggi =56,5

cm

Panjang= 45,5

cm

Lebar =44,5

cm

Rangka sebagai penopang

berdirinya seluruh komponen

pada alat pengiris. Rangka ini

tekstur yang keras dan kuat

sehingga mampu menopang

seluruh beban yang ada,

dengan ukuran utama

panjang 45,5 cm, lebar 44,5

cm, dan tinggi 56,5 cm.

2 Lebar

Pegangan

Pengiris

Tempe

8,87cm Menggunakan data lebar

genggaman responden

3 Tinggi

pegangan

alat pengiris

tempe dari

papan

pengiris

tempe

19,2 cm Diambil dari data Tinggi siku

duduk responden

4. Lebar

rangka

44,5 cm Diambil dari data Jangkauan

Normal(JN) 45,5 cm- 1cm

tebal besi

Page 5: Analisa mesin pengiris tempe yang ergonomis untuk

Jurnal Inovator, Vol. 3, No.2 (2020) 14–19 17

ISSN 2615-5052 (Online)

Gambar 3: Rancangan Alat Pengiris Tempe

Tabel 5. Hasil perhitungan dari pengujian

Dimensi

anthropometri

Kecukupan data Keseragaman data Persentil

N 𝑁′ Ket 𝑥 𝑆 BKA BKB Ket P 5 P 50 P 95

Tinggi siku

duduk 20 0,55 Cukup 19,2 0,37 19,93 18,47 Seragam 18,60 19,2 19,80

Jangkauan

normal 20 0,41 Cukup 35,57 0,59 36,74 34,39 Seragam 34,60 35,57 36,53

Jangkauan

jauh 20 1,93 Cukup 59,39 2,12 63,62 55,15 Seragam 55,90 59,39 62,87

Lebar

genggaman 20 4,16 Cukup 8,57 0,45 9,47 7,67 Seragam 7,83 8,57 9,31

3.3. Interpretasi hasil

Data antropometri dari 4 responden dengan pengulangan sebanyak 5

kali sehingga data terpenuhi, sehingga data dapat digunakan sebagai dasar

perancngan alat pengiris tempe semi otomatis. Alat hasil rancangan yang

dibuat sudah memenuhi kebutuhan perancangan. Alat pengiris tempe

dikatakan ergonomis karena dibuat berdasarkan data antropometri

pekerja, sehingga alat mudah digunakan. Kemudian dilakukan pengujian

alat dengan uji coba pengirisan tempe. Alat ini beroperasi cukup baik

untuk hasil dapat dilihat pada gambar 4:

Gambar 4. Hasil irisan

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa hasil pengirisan tempe lebih

rapi dan mempunyai ketebalan hampir sama dan ukuran sama. Sehingga

lebih renyah dan lebih menarik dari segi tampilannya.

Tabel 5: Data Perbandingan hasil pengirisan manual dan menggunakan alat

No Jumlah data

perbandingan Pengirisan manual

Pengirisan menggunakan

alat

1 Waktu pengirisan 11 detik / lembar 1,3 detik / lembar

2 Hasil irisan

12 lembar / potong 13 lembar / potong

3 Lembaran tempe 327 / jam 2.769 / jam

Dari Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa waktu pengirisan lebih

efisien, dari 11 detik perlembar menjadi 1,3 per lembar. Hasil irisan per

potong tempe bila dilakukan secara manual menghasilkan 12 lembar,

tetapi dengan menggunakan alat pengiris tempe bisa menghasilkan 13

lembar per potong. Dalam 1 jam hasil irisan tempe yang dihasilkan jika

dilakukan manual sebanyak 327 lembar, sebaliknya jika menggunakan

alat bisa menghasilkan 2.769 lembar. Sehingga sangat efisien dari segi

waktu pengirisan, sehingga produksinya meningkat hamper 8,467 kali.

Jika waktu pengirisan lebih efisien, diharapkan akan meningkatkan

produktivitasnya. Dari hasil rancangan sudah memenuhi konsep ENASE

[11], yaitu efektif dari segi waktu pengerjaan, nyaman karena alat

dirancang sesuai dengan kebutuhan pengguna, aman karena dirancang ada

alat pengaman terutama pisau irisnya, sehat karena keluhan berkurang,

efisien dari karena jumlah irisan lebih banyak. Selain itu alat pengiris

tempe yang dibuat telah memnuhi konsep ergonomic untuk keselamatan

kerja [12].

4. Simpulan

1. Perancangan alat pengiris tempe yang dibuat sudah menghasilkan

alat yang ergonomis sesuia kebutuhan penggunakarena berdasarkan

pendekatan antropometri.

2. Berdasarkan uji coba alat tersebut ternyata keluhan-keluhan yang

dirasakan pekerja berkurang sehingga memenuhi konsep ENASE.

3. Waktu pengirisan lebih singkat dan efisien, sehingga produksinya

meningkat. Produktivitas pekerja meningkat, dalam proses

produksi.

Meskipun demikian, masih perlu perbaikan dalam material yang

digunakan. Diharapkan dalam penelitian ke depan ada inovasi baik

dalam desain dan material yang sesuai dengan kebutuhan

pengguna.

Referensi

[1]. Sudaryanto dan Hanim, Anifatul, Evaluasi Kesiapan UKM

Menyongsong Pasar Bebas Asean (AFTA), Analisis

Perspektif dan Tinjauan Teoritis, Jurnal Ekonomi

Akuntansi dan Manajemen, Vol 1 N0 2, Desember 2002.

[2]. Nurmianto, E. Ergonomi Konsep Dasar dan Apilkasinya, Edisi

ke 2, Surabaya,Guna Widya. 2008.

[3]. Sukron, Amin dan Kholil, Muhammad, Pengantar teknik

Industri, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2014.

[4]. Sinulingga, Sukaria, Rekayasa Produktivitas, USU Press,

Medan, 2015.

[5]. Dewi,C, Diana, Perancangan alat Spinner Ergonomis ( studi

kasus PTBaasithu Floating Stroge ang Off loading

Petrostar),Jurnal Inovator,Vol 2,No,1(2019): 11-15.

Page 6: Analisa mesin pengiris tempe yang ergonomis untuk

Jurnal Inovator, Vol. 3, No.2 (2020) 14–19 18

ISSN 2615-5052 (Online)

[6]. Ibrohim, Hadi, Pramono dkk, Implementasi Mesin Pengiris

kripik Tempe untuk meningkatkan Produktivitas UMKM

Tempe, INAJET,Vol2, No1 September 2019.

[7]. Pnero,J.& Zelnik,M.. Pedoman Dimensi-dimensi Antropometri

yang Dibutuhkan Bagi Perancangan Kursi, Jakarta, PT. Gelora

Aksara Pratama/Erlangga. 2003.

[8]. Sugiyono, Metode Penelitia Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D. Jakarta, Alfabeta. 2011.

[9]. Wignjosoebroto,S.. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu,Teknik

Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja,

Surabaya, Guna Widya. 1995.

[10]. Sukadi dan Novarini, Rancang Bangun Mesin Perajang

Singkong Multi Pisau, Jurnal Inovator, vol.1,No.2(2018) 1-4.

[11]. Santoso, G..Ergonomi: Manusia, Peralatan dan Lingkungan,

Jakarta Prestasi Pustaka. 2004.

[12]. Tarwaka,dkk. Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan Kerja

dan Produktivitas, Surakarta, UNIBA Press ,2004.