penggunaan konsep ruang melalui permainan bintang...
TRANSCRIPT
1
PENGGUNAAN KONSEP RUANG MELALUI PERMAINAN
BINTANG BERALIH UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN
ARAH BAGI ANAK TUNAGRAHITA
DI SDLB NEGERI PURWOREJO DI KELAS D IV C
TAHUN PELAJARAN 2008/2009
Skripsi
Oleh
H E L D A
NIM X 5107532
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
2
PENGGUNAAN KONSEP RUANG MELALUI PERMAINAN
BINTANG BERALIH UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN
ARAH BAGI ANAK TUNAGRAHITA
DI SDLB NEGERI PURWOREJO DI KELAS D IV C
TAHUN PELAJARAN 2008/2009
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa
Jurusan Ilmu Pendidikan
Oleh :
HELDA
NIM X5107532
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
3
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing,
Pembimbing I,
Dra. EMI DASIEMI, MS NIP. 19441026 197208 2 001
Pembimbing II,
DEWI SRI REJEKI, S.Pd.,M.Pd. NIP. 19760730 200604 2 001
4
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua
Sekretaris
Anggota I
Anggota II
: Drs. A. Salim Choiri, M.Kes.
: Drs. Maryadi, M.Ag.
: Dra. Emi Dasiemi, M.S.
: Dewi Sri Rejeki, S.Pd., M.Pd.
……………..
………………
……………..
………………
Disahkan Oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727 198702 1 001
5
ABSTRAK
Helda. 2009. PENGGUNAAN KONSEP RUANG MELALUI PERMAINAN BINTANG BERALIH UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN ARAH BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDLB NEGERI PURWOREJO DI KELAS IV C TAHUN PELAJARAN 2008/2009.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan penguasaan arah bagi
anak Tunagrahita Ringan yang belum mampu memahami konsep ruang sehingga
dalam belajar maupun dalam kehidupan sehari-hari siswa belum memahami
penguasaan arah kanan-kiri, depan belakang, atas-bawah yang membuat mereka sulit
untuk belajar memahami instruksi peneliti. Dalam berpakaian ke sekolah tidak rapi
dan belum bisa memakai pakaian sendiri.
Jenis penelitian ini Action Research dengan subjek tindakan 4 orang siswa
Tunagrahita Ringan Kelas D IV C DSLB Negeri Purworejo. Data dikumpulkan
melalui observasi, diskusi, tes dan dokumentasi. Peneliti berkolaborasi dengan guru
teman sejawat dalam penggunaan konsep ruang melalui permainan bintang beralih.
Hasil penelitian ini telah dilaksanakan pada Siklus I menunjukkan antara lain
NK 36,7% TM 46,7% AK 43,3% dan NL 46,7% dalam memahami pembelajaran
sehingga dapat menunjukkan, menyebutkan, memperagakan konsep ruang. Namun
motivasi dan rasa percaya diri belum sesuai dengan apa yang diharapkan.
Pada pembelajaran Siklus II pemahaman siswa tentang konsep ruang sudah
lebih meningkat, antara lain NK 73,3 % TM 86,7%, AK 86,7% dan NL 73,4%. Siswa
sudah dapat dan mampu menyebutkan, menunjukkan, memperagakan tentang konsep
ruang dan juga motivasi serta rasa percaya diri sudah menunjukkan peningkatan dan
sudah sesuai dengan apa yang diharapkan. Permainan bintang beralih dapat dijadikan
sebagai bahan perbandingan dalam meningkatkan penguasaan arah bagi anak
Tunagrahita Ringan.
7
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada:
Ø Mamaku Yusmaniar Ayuzar
Ø Suamiku Sisman, S.TP.
Ø Adik-adikku serta anak-anakku yang
tersayang dan tercinta
Ø Almamater
8
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah Ya Allah pemilik segenap kemuliaan dan segala
kemahabesaran yang tidak terhingga, akhirnya skripsi ini dapat penulis selesiakan.
Skripsi ini berjudul ” Penggunaan Konsep Ruang Melalui Permainan Bintang
Beralih Untuk Meningkatkan Penguasaan Arah Bagi Anak Tunagrahita Di
SDLB Negeri Purworejo Di Kelas D IV C Tahun Pelajaran 2008/2009”.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan Program Studi
Pendidikan Luar Biasa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulisan skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa danya doa, bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Bapak Prof. Drs. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
2. Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Prof. Dr. rer.nat
Sajidan, M.Si.
3. Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Drs. Amir Fuady,
M.Hum.
4. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Bapak Drs. Rusdiana
Indianto, M.Pd.
5. Ketua Program Studi Ilmu Pendidikan Luar Biasa FKIP Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Bapak Drs. A. Salim Choiri, M.Kes.
6. Sekretaris Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs. Maryadi, M.Ag.
7. Ibu Dra. Emi Dasiemi, MS selaku Pembimbing I, Ibu Dewi Sri Rejeki, S.Pd.,
M.Pd. selaku Pembimbing II terima kasih atas bimbingan dan arahan yang
diberikan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.
8. Semua teman-teman penulis baik di kampus maupun di luar kampus.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapat imbalan dari Allah
SWT.
9
Walaupun disadari skripsi ini masih banyak kekurangan, namun diharapkan
skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan juga dunia
programatika.
Surakarta, 2009
Penulis
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN............................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK................................................................................. v
HALAMAN MOTTO..................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................... x
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
DAFTAR SKEMA.......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian.................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian.................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 7
A. Kajian Teori............................................................................ 7
1. Tinjauan Tentang Hakekat Anak Tunagrahita Ringan..... 7
a. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan ........................ 7
b. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan .................... 8
c. Faktor Penyebab Tunagrahita Ringan ........................ 10
d. Usaha Pencegahan Tunagrahita Ringan..................... 12
e. Permasalahan Anak Tunagrahita Ringan ................... 13
f. Klasifikasi Anak Tunagrahita Ringan ........................ 13
2. Tinjauan Tentang Penguasaan Arah Bagi Anak Tuna
Grahita Ringan ................................................................. 15
11
3. Tinjauan Tentang Konsep Ruang Melalui Permainan
Bintang Beralih ............................................................... 16
a. Konsep Ruang ........................................................... 16
b. Permainan Bintang Beralih ........................................ 18
B. Kerangka Berpikir .................................................................. 27
C. Perumusan Hipotesis Tindakan.............................................. 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................... 29
A. Setting Penelitian.................................................................... 29
B. Subjek Penelitian.................................................................... 29
C. Data dan Sumber Data............................................................ 29
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 33
1. Observasi .......................................................................... 33
2. Diskusi.............................................................................. 33
3. Dokumentasi..................................................................... 33
4. Tes .................................................................................... 33
E. Validitas Data......................................................................... 34
F. Teknik Analisis Data.............................................................. 34
G. Indikator Kinerja .................................................................... 35
H. Prosedur Penelitian................................................................. 35
BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
PENELITIAN............................................................................... 38
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................... 38
B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian I ........................................ 38
C. Pelaksanaan Siklus II ............................................................. 51
D. Pembahasan............................................................................ 57
E. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 63
A. Simpulan................................................................................. 63
B. Saran....................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 65
LAMPIRAN.................................................................................................... 65
12
DAFTAR TABEL
Hal
1. Daftar Rekapitulasi Nilai Siklus I ............................................................. 51
2. Daftar Rekapitulasi Nilai Siklus II............................................................ 56
3. Rekapitulasi Siklus I dan Siklus II............................................................ 56
13
DAFTAR SKEMA
1. Skema I Kerangka Berpikir.................................................................. 28
2. Skema II Prosedur Penelitian................................................................. 35
3. Skema III Alur Kerja Siklus I ................................................................. 39
4. Skema IV Alur Kerja Siklus II................................................................ 52
14
DAFTAR GAMBAR
Gambar Permainan Bintang Beralih ............................................................... 26
Gambar 1 NK sedang melakukan permainan konsep ruang kanan-kiri.......... 42
Gambar 2 TM sedang melakukan permainan konsep ruang kanan-kiri ........ 42
Gambar 3 AK sedang melakukan permainan konsep ruang kanan-kiri.......... 43
Gambar 4 NL sedang melakukan permainan konsep ruang kanan-kiri .......... 43
Gambar 5 NK sedang melakukan permainan konsep ruang depan-belakang. 45
Gambar 6 TM sedang melakukan permainan konsep ruang depan-belakang 45
Gambar 7 AK sedang melakukan permainan konsep ruang depan-belakang. 46
Gambar 8 NL sedang melakukan permainan konsep ruang depan-belakang . 46
Gambar 9 NK sedang melakukan permainan konsep ruang atas-bawah ........ 48
Gambar 10 TM sedang melakukan permainan konsep ruang atas-bawah...... 48
Gambar 11 AK sedang melakukan permainan konsep ruang atas-bawah ...... 49
Gambar 12 NL sedang melakukan permainan konsep ruang atas-bawah ..... 49
15
DAFTAR LAMPIRAN
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ........................................................ 67
2. Daftar Kisi-Kisi Penelitian........................................................................ 69
3. Daftar Instrumen Observasi ...................................................................... 70
4. Daftar Pedoman Tes.................................................................................. 72
5. Daftar Instrumen Observasi Awal Siklus I ............................................... 74
6. Daftar Instrumen Observasi Awal Siklus II.............................................. 75
7. Daftar Tes yang Dilakukan Terhadap Siswa Setelah Dilakukan Tindakan
(Siklus I) ................................................................................................ 76
8. Daftar Tes yang Dilakukan Terhadap Siswa Setelah Dilakukan Tindakan
(Siklus II) ................................................................................................ 77
9. Daftar Matrik Triangulasi ......................................................................... 78
10. Daftar Matrik Diskusi ............................................................................... 80
11. Catatan Lapangan (CL) 1, 2, 3 dan Catatan Evaluasi Siklus I.................. 84
12. Catatan Lapangan (CL) 4, 5, 6 dan Catatan Evaluasi Siklus II ................ 88
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Istilah Pendidikan Luar Biasa dalam Undang-Undang Republik Indonesia
tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 pasal 32 (Ssisdiknas 2003)
merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam
mengikuti proses pembelajaran, baik karena fisik, emosional, mental, social, dan
atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Pasal 35 pernyataan umum tentang Hak-hak asasi manusia, menyatakan: “Setiap orang berhak atas taraf hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan diri dan keluarganya, termasuk hak atas pangan, perumahan dan perawatan kesehatan suatu pelayanan sosial yang diperlukan dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita sakit cacat, menjadi janda, mencapai usia lanjut atau keadaan lain yang mengakibatkannya kekurangan penghasilan yang berada di luar kekuasaannya”.
Hak setiap orang berbeda sesuai dengan kebutuhannya dan setiap
kebutuhan manusia diupayakan untuk pemenuhannya. Sebagai contoh:
eksesbilitas pelayanan umum (termasuk layanan pendidikan) bagi anak
berkelainan adalah hak dan sekaligus kebutuhan yang harus dipenuhi agar hidup
mereka lebih berdaya, berbakat dan berderajat.
Anak Tunagrahita mempunyai kemampuan intelektual yang terbatas, yang
mengakibatkan mereka mengalami berbagai kesulitan dalam menjalankan
kativitas kehidupan sehari-hari. Mereka mengalami hambatan dalam penyesuaian
sosial, kepribadian, emosi dan khususnya dalam hal belajar. Salah satu kesulitan
anak Tunagrahita dalam penyesuaian sosial seperti memahami konsep ruang,
berupa kanan kiri, depan belakang, atas bawah atau lebih dikenal dengan orientasi
ruang. Pengetahuan tentang konsep ruang perlu dikuasai oleh anak khususnya
dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh untuk mengenakan sepatu, memakai
rok bagi perempuan, memakai celana bagi laki-laki, serta memakai singlet atau
memakai pakaian dalam lainnya. Semua hal itu harus dipahami anak Tunagrahita,
17
mana yang dimaksud dengan kanan kiri saat memakai sepatu, bagian depan dan
belakang ketika mengenakan celana, rok serta memasang singlet. Mereka harus
tahu bagian mana yang harus dimasukkan terlebih dahulu, semua itu harus
dimiliki anak Tunagrahita melalui proses pembelajaran.
Proses pembelajaran juga akan berjalan dengan baik bila anak mengerti
dan paham akan konsep ruang. Anak dengan mudah memahami materi yang
diajarkan, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Sebagai contoh penting
pembelajaran tentang konsep ruang tersebut pada Bidang Studi Bahasa Indonesia
pokok bahasan “Bunyi” dan sub pokok bahasan menentukan arah bunyi, pada
pengajaran menulis, sub pokok bahasan Keterampilan Menulis. Untuk itu,
pembelejaran tentang konsep ruang perlu diajarkan sejak dini. Sehingga, ketika
guru memberi pelajaran yang berhubungan dengan konsep ruang, tidak ada yang
mengalami kesulitan, baik kesulitan yang dihadapi anak untuk mengerti materi
yang diajarkan atau pun kesulitan yang ditemui guru ketika memberikan
penjelasan. Pemberian materi pelajaran diusahakan secara maksimal sesuai
dengan kemampuan anak Tunagrahita. Perlu dilakukan pertimbangan dengan
memperhatikan karakteristik yang bertujuan untuk tujuan pembelajaran.
Kelemahan perkembangan penggunaan konsep ruang anak Tunagrahita
ringan dapat dinyatakan dalam bentuk kekurangan penguasaan arah yaitu arah
kanan kiri, depan belakang, atas bawah.
Anak Tunagrahita ringan atau anak mampu didik adalah anak yang mempunyai tingkat IQ berkisar 50 – 70 sehingga mengalami hambatan dalam kecerdasan dan adaptasi sosialnya, namun mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial dan kemampuan bekerja. (Moh. Amin, 1995:22)
Tingkat pencapaian umur kecerdasan atau umur mentalnya hanya sampai
setaraf anak usia Sekolah Dasar Kelas VI (anak umur 12 tahun) dan masih dapat
dilatih dalam bidang sosial atau intelektual dalam batas-batas tertentu.
18
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan tentang anak
Tunagrahita kelas D IV C, 4 orang perempuan yaitu Nk, Tm, Ak dan Nl, mereka
mengalami masalah dengan konsep ruang, setelah dilakukan assesmen Nk
mengalami masalah kanan kiri, depan belakang, serta kurang motivasi dalam
belajar. Tm mengalami keraguan konsep atas bawah, depan belakang. Ak
mengalami masalah dengan konsep kanan kiri, depan belakang. Nl mengalami
masalah dengan konsep atas bawah, depan belakang. Berbagai macam metode
telah dilakukan selama ini tetapi hasilnya belum optimal, sehingga proses belajar
mengajar tidak berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran tidak tercapai. Guru
memberikan metode demonstrasi, mendemonstrasikan sendiri tentang konsep
ruang mempergunakan anggota tubuh seperti kepala, tangan, kaki, kemudian
metode ceramah memberi penjelasan tentang aeah kanan kiri, atas bawah, depan
belakang, anak mengalami kesulitan diam tidak merespon. Saat proses
pembelajaran, guru memberikan sesuatu pertanyaan, pertanyaan tersebut diyakini
dapat dijawab oleh anak tersebut, seperti: “Siapa yang mau menjawab angkat
tangan kanan?”. Mereka akan mengacungkan tangan kanan dan tangan kiri secara
bergantian dengan wajah yang tidak gembira, kebanyakan mereka ragu-ragu
karena tangan kanan yang dimaksud oleh guru tidak diketahui atau tidak dipahami
anak dengan benra. Kemudian Nk yang condong melepas sepatunya dan
meletakkan di atas meja, kemudian guru menerangkan bahwa sepatu tidak boleh
diletakkan di atas meja, dan guru meminta untuk memindahkan ke bawah meja,
anak kelihatan bingung apa yang dimaksud atas dan bawah meja.
Demikian juga saat upacara bendera, saat guru memberikan aba-aba satu
langkah ke depan, satu langkah kebelakang, satu langkah ke kiri atau kanan,
angkat tangan ke atas turunkan ke bawah lagi, perhatikan ke depan, putar ke
belakang, mereka tidak akan merespon sampai ditunjukkan langsung oleh guru.
Mereka juga cenderung suka melakukan sesuka hatinya saja, sehingga mereka
19
saling mendorong dan guru pada akhirnya mendapat kesulitan untuk mengajak
belajar kembali.
Permasalahan di atas perlu dicari permasalahannya, bagaimana caranya
anak dapat memahami konsep ruang dengan pembelajaran yang menyenangkan,
meningkatkan motivasi untuk belajar, mampu mengembangkan kreativitas,
mendorong imajinasi, memperkuat daya ingat, menyesuaiakan diri dengan teman,
melakukan dengan gembira, perlu dipikirkan pembelajran yang mengatasi
permasalahan kehidupan sehari-hari tanpa menyimpang dari tujuan pembelajaran
yaitu belajar.
Melalui permainan bintang beralih ini, anak dapat mengekspresikan diri
sebebas mungkin dengan gerakan-gerakan yang tidak sulit dilakukan. Permainan
menggunakan bentuk benda seperti bintang yang terdiri dari dua warna, hal ini
memungkinkan anak bergembira mengambil benda warna, bergerak ke kanan ke
kiri, depan belakang, menjangkau ke atas dan meletakkan ke bawah, anak
kelihatan bingung apa yang dimaksud atas dan bawah meja.
Demikian juga saat upacara bendera, saat guru memberikan aba-aba satu
langkah ke depan, satu langkah ke belakang, satu langkah ke kiri atau kanan,
angkat tangan ke atas turunkan ke bawah lagi, perhatikan ke depan putar ke
belakang, mereka tidak akan merespon sampai ditunjukkan langsung oleh guru.
Mereka juga cenderung suka melakukan sesuka hatinya saja, sehingga mereka
saling mendorong dan guru pada akhirnya mendapat kesulitan untuk mengajak
belajar kembali.
Permasalahan di atas perlu dicari permasalahannya, bagaimana caranya
anak dapat memahami konsep ruang dengan pembelajaran yang menyenangkan,
meningkatkan motivasi untuk belajar, mampu mengembangkan kreativitas,
mendorong imajinasi, memperkuat daya ingat, menyesuaiakan diri dengan teman,
melakukan dengan gembira, perlu dipikirkan pembelajran yang mengatasi
permasalahan kehidupan sehari-hari tanpa menyimpang dari tujuan pembelajaran
yaitu belajar.
20
Melalui permainan bintang beralih ini anak dapat mengekspresikan diri
sebebas mungkin dengan gerakan-gerakan yang tidak sulit dilakukan. Permainan
menggunakan bentuk benda seperti bintang yang terdiri dari dua warna, hal ini
memungkinkan anak bergembira mengambil benda warna, bergerak ke kanan ke
kiri, depan belakang, menjangkau ke atas dan meletakkan ke bawah. Permainan
tersebut dapat dilakukan di dalam atau di luar ruangan, tidak memakai tempat
ruang khusus, dilakukan dengan berbagai bentuk gerakan seperti berdiri, berjalan,
jongkok, dan meloncat. Melalui permainan ini diharapkan akan dapat
menggunakan konsep ruang melalui permainan Bintang Beralih untuk
meningkatkan penguasaan arah bagi anak Tunagrahita. Dan melihat latar
belakang tersebut, maka penelitian ini diberi judul “Penggunaan Konsep Ruang
Melalui Permainan Bintang Beralih Untuk Meningkatkan Penguasaan Arah Bagi
Anak Tunagrahita di SDLB Negeri Purworejo di Kelas D IV C Tahun Pelajaran
2008 – 2009”.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini yakni “Apakah penggunaan konsep ruang melalui permainan
bintang beralih dapat meningkatkan penguasaan arah bagi anak Tunagrahita
ringan di SDLB Negeri Purworejo di Kelas D IV C ?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan
penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui penggunaan konsep ruang melalui permainan bintang
beralih untuk meningkatkan penguasaan arah bagi anak Tunagrahita ringan di
SDLB Negeri Purworejo di Kelas D IV C Tahun Pelajaran 2008 – 2009.
21
D. Manfaat Penelitian
Mengetahui dari hasil konsep ruang maka diperoleh beberapa manfaat
penelitian:
1. Manfaat Teoritis
Peneliti mendapatkan bahan pemikiran yang berkaitan dengan proses
penguasaan arah kanan kiri, depan belakang, dan atas bawah.
2. Manfaat Praktis
a. Siswa senang dan termotivasi pada pembelajaran konsep ruang untuk
meningkatkan penguasaan arah.
b. Upaya menemukan pembelajaran penguasaan arah yang disesuaiakan
dengan kebutuhan anak Tunagrahita ringan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Tinjauan Tentang Hakekat Anak Tunagrahita Ringan
a. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan
Anak Tunagrahita ringan adalah salah satu golongan anak Tunagrahita
yang taraf kecerdasannya masih ringan serta masih mempunyai kemampuan
untuk dididik secara sederhana. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Munzayanah (2002:22), Anak Tunagrahita, yang
menyatakan bahwa:
“Anak Tunagrahita ringan atau anak mampu didik ialah mereka yang masih mempunyai kemampuan memperoleh pendidikan dalam bidang membaca, menulis dan menghitung pada suatu tingkat tertentu di sekolah khusus. Biasanya untuk kelompok itu dapat mencapai tingkat tertentu, setingkat dengan kelas IV Sekolah Dasar serta dapat mempelajari keterampilan-keterampilan yang sederhana”.
Pendapat tersebut di atas senada dengan pendapat S.A. Bratanata
(1997:5) Pendidikan Anak Terbelakang, yang menyatakan bahwa “Anak
Tunagrahita ringan adalah anak yang masih mempunyai kemungkinan
meperoleh pendidikan akademis sampai kelas dasar empat atau lima dan dapat
mempelajari keterampilan-keterampilan sederhana”.
Menurut American of Mentally Deficiency (AAMD) dan PP No. 72
tahun 1991 tentang Anak Berkebutuhan Khusus yang dikutip oleh Moh. Amin
(1995:2) menyatakan bahwa “Anak Tunagrahita ringan adalah mereka yang
mempunyai IQ antara 50 – 70 sehingga mengalami hambatan dalam
kecerdasan dan adaptasi sosialnya, namun mereka mempunyai kemampuan
untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial, dan
kemampuan bekerja”.
8
Emi Dasiemi (1997:138) memberikan baasan anak Tunagrahita ringan
atau debil yaitu anak yang mempunyai IQ antara 50/55 – 70/75, kurang
mampu mencari nafkah sendiri, namun masih mampu menerima pendidikan
dan latihan meskipun terbatas.
Anak Tunagrahita yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak
yang mempunyai intelegensi 52 – 68 . berbeda kemampuan yang dimiliki
masing-masing anak. Walaupun pada saat penyajian mata pelajaran, metode,
waktu yang dipergunakan bersamaan tetapi perbedaan kemampuan akan
terjadi disebabkan perbedaan kecerdasan masing-masing yang tidak sama.
Tetapi, masih dapat dikembangkan seperti keterampilan untuk tujuan
fungsional dan penyesuaian sosial. Anak terbelakang mental ringan dapat
dididik menjadi tenaga kerja seperti pekerja laundry, pertanian, peternakan,
pekerjaan rumah tangga, bahkan jika dilatih dan dibimbing dengan baik anak
Tunagrahita ringan dapat bekerja di pabrik-pabrik dengan sedikit pengawasan.
Namun demikian anak terbelakang mental ringan tidak mampu
melakukan penyesuaian sosial secara individu. Ia akan membelanjakan
uangnya sengan lugu, tidak merencanakan masa depan, dan bahkan berbuat
kesalahan.
Pada umumnya anak Tunagrahita ringan tidak mengalami gangguan
fisik. Mereka secara fisik tampak seperti anak normal pada umumnya. Oleh
karena itu agak sukar membedakan secara fisik antara anak Tunagrahita
ringan dengan anak normal. Seperti halnya pengajaran konsep ruang kanan
kiri, depan belakang, atas bawah dilakukan melalui permainan yang juga
disesuaiakan dengan perkembangan mentalnya sendiri.
b. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan
Secara fisik anak Tunagrahita ringan tidak berbeda dengan anak
normal pada umumnya tetapi secara psikis beda. Menurut Tamsil dan E.
Tejoningsih (1998:42) Dasar-Dasar Pendidikan Luar Biasa, membagi cirri-ciri
atau karakteristik anak Tunagrahita ringan menjadi tiga bagian, yaitu:
9
1) Ciri-ciri jasmaniah meliputi berikut: kepala, mata, hidung dan bentuk tubuh lainnya tidak berbeda dengan anak normal.
2) Sedangkan ciri-ciri rohaniah meliputi kemampua berfikir rndah sehingga sulit untuk memecahan masalah walupun sangat sederhana, perhatian dan ingatannya lemah, sehingga tidak dapat memperhatikan sesuatu hal dengan serius.
3) Adapun ciri-ciri sosial anak Tunagrahita ringan maupun anak yang dapat diamati meliputi kurang dapat mengendalikan diri, tidak dapat menghayati norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat, sehingga tidak dapat mempertimbangkan baik dan buruk, boleh dan tidak boleh.
Menurut Moh. Amin (1995:37) karakteristik anak Tunagrahita ringan
antara lain sebagai berikut;
1) Banyak yang lancar berbahasa tetapi kurang perbendaharaan kata. 2) Mengalami kesukaran berfikir abstrak. 3) Dapat mengikuti pelajaran akademik di sekolah biasa maupun di
sekolah khusus. 4) Pada umumnya umur 16 tahun baru dapat mencapai umur kecerdasan
yang sama dengan anak umur 12 tahun.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa secara umum anak Tunagrahita ringan mempunyai
karakteristik ssebagai berikut:
1) Kondisi fisik anak Tunagrahita ringan meliputi bentuk kepala, mata,
hidung, dan bentuk tubuh tidak jauh beda dengan anak normal pada
umumnya.
2) Kondisi fisik anak Tunagrahita ringan meliputi: kemampuan berfikir
rendah, perhatian dan ingatannya lemah sehingga mengalami kesulitan
untuk mengerjakan tugas-tugas yang melinatkan fungsi mental dan
intelektualnya, kurang memiliki pembendaharaan kata, serta kurang
mampu berfikir abstrak.
3) Kondisi sosial anak Tunagrahita ringan tidak dapat atau kurang dapat
bersosialisasi dengan baik dalam lingkungannya.
10
c. Faktor Penyebab Tunagrahita Ringan
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi
Tunagrahita. Para ahli dari berbagai ilmu telah berusaha membagi faktor-
faktor penyebab ini menjadi beberapa kelompok Strauss (Moh. Amin,
1995:63) mengelompokkan faktor-faktor tersebut menjadi dua hal, yaitu:
1) Endogen atau berasal dari sel keterunan.
2) Eksogen, seperti virus yang menyerang otak, benturan radiasi.
Menurut Ny. S.A. Bratanata (1997:20) Pendidikan Anak Terbelakang,
bahwa penyebab ketunagrahitaan sebagai berikut:
a) Masa Pra-Natal
Yaitu keterbelakangan mental yang terjadi sebelum anak dilahirkan atau
masih dalam kandungan.
Yang bersifat endogen adalah:
1) Bermacam-macam penyakit yang diderita ibu ketika mengandung,
misalnya: syphilis.
2) Akibat berbagai obat yang dimakan ibu ketika mengandung.
3) Kelainan kelenjar genital yang mengakibatkan pertumbuhan yang
kurang wajar, keterbelakangan dalam perkembangan kecerdasan,
rambut anak menjadi kasar dan kering, muka anak menjadi bengkak,
lidahnya panjang lebar sehingga selalu tampak keluar dari mulut anak.
4) Penyinaran dengan sinar roentgen.
b) Masa natal
Artinya ketika bayi dilahirkan.
Kelainan dapat timbul karena:
1) Kekurangan zat asam, dapat mengakibatkan kerusakan pada sel-sel
otak.
2) Pendarahan otak yang terjadi pada kelahiran bayi yang sulit, antara
lain dengan menggunakan tang untuk membantu kelahiran bayi.
11
3) Kelahiran sebelum bayi cukup umur yang disebut pula kelahiran
premature. Sebab tulang-tulang yang masih sangat lemah mudah
mengalami perubahan-perubahan bentuk.
c) Masa Post Natal
Anak yang dilahirkan normal dapat menjadi penderita cacat mental karena
terdapat kerusakan pada otaknya dan hal ini menimbulkan kemunduran
kecerdasan anak.
Peristiwa ini mungkin terjadi karena kecelakaan yang mengakibatkan
kerusakan pada tulang tengkorak dan penyakit yang dapat menyerang
otak.
Sedangkan Moh. Amin (1995:63) mendefinisikan faktor-faktor penyebab
ketunagrahitaan sebagai berikut:
1) Keturunan
Terjadi karena adanya kelainan kromoson dank elainan gen.
2) Gangguan metabolisme dan gizi
Gangguan metabolisme atau animo (Pheny kefonuria), gangguan
metabolisme saceharide (gargoylism), kelainan Hypothyroidism
(Creitinism).
3) Infeksi dan keracunan
Karena penyakit rubella, syphilis, syndrome gravidity bracum.
4) Trauma dan zat radioaktif
5) Memilih pada kelahiran
6) Faktor lingkungan (sosial budaya)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Tunagrahita dapat disebabkan
oleh faktor, yaitu:
1) Genetik atau keturunan
2) Sebab-sebab pada masa prenatal
3) Sebab-sebab pada masa natal
4) Sebab-sebab pada masa post natal
5) Faktor sosio cultural
12
d. Usaha Pencegahan Tunagrahita Ringan
Dengan ditemukannya berbagai penyebab ketunagrahitaan yang
berasal dari faktor keturunan maupun faktor luar keturunan maka dapat
dilakukan berbagai upaya untuk pencegahanya antara lain menurut Moh.
Amin (1995:70) adalah sebagai berikut:
1) Diagnostik prenatal, suatu usaha yang dilakukan untuk memeriksa kehamilan, dengan harapan dapat dideteksi kelainan yang ada sedini mungkin.
2) Imunisasi, untuk mencegah timbulnya penyakit-penyakit yang mengganggu perkembangan bayi.
3) Tes darah, dilakukan pada pasangan-pasangan yang akan menikah untuk menghindari kemungkinan menular benih-benih yang berkelainan.
4) Pemeliharaan kesehatan selama kehamilan. 5) Program keluarga berencana untuk mengatur kehamilan dan
menciptakan keluarga yang sejahtera baik secara fisik maupun psikis.
6) Sanitasi lingkungan 7) Penyuluhan genetik 8) Tindakan operasi, dilakukan apabila kelahiran beresiko tinggi. 9) Intervensi dini untuk membantu perkembangan anak.
Sedangkan menurut Emi Dasiemi (1997:143) mengupayaka tiga tahap
pencegahan ketunagrahitaan, yaitu:
1) Mengusahakan untuk mengurangi kasus
2) Mengusahakan untuk menemukan kasus sedini mungkin dan pengobatan
secepat mungkin.
3) Mengurangi fungsi tubuh yang rusak.
Dengan demikian beberapa alternatif yang dapat ditempuh sebagai
antisipasi untuk mencegah bertambahnya populasi anak berkelainan terutama
anak Tunagrahita. Selain dari usaha-usaha tersebut, ada usaha-usaha lain yang
bersifat umum misalnya, peningkatan taraf hidup (sosial, ekonomi),
penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pendidikan dini dan
sebagainya.
13
e. Permasalahan Anak Tunagrahita Ringan
Menurut Moh. Amin (1995:41) mengemukakan masalah yang
dihadapi anak Tunagrahita dalam konteks pendidikan diantaranya adalah
sebagai berikut:
1) Masalah kesulitan dalam kehidupan sehari-hari Masalah ini berkaitan dengan kesehatan dan pemeliharaan diri dalam kehidupan sehari-hari. Masalah-masalah yang sering ditemui diantaranya adalah: cara makan, menggosok gigi, memakai baju, memasang sepatu dan lain-lain.
2) Masalah kesulitan belajar Masalah ini berkaitan dengan bidang pengajaran akademik seperti Matematika, IPA, Bahasa sedangkan untuk bidang studi non akademik mereka tidak banyak mengalami kesulitan belajar.
3) Masalah penyesuaian diri Masalah ini berkaitan dengan kesulitan dalam hubungannya dengan kelompok maupun individu di sekitarnya.
4) Masalah penyaluran ke tempat kerja Masalah ini berkaitan dengan masih banyaknya anak Tunagrahita yang telah lulus yang menggantungkan diri dan membebani kehidupan keluarga.
5) Masalah gangguan kepribadian dan emosi Masalah ini sering ditemui yaitu berdiam diri berjam-jam lamanya, gerakan yang hiperaktif, mudah marah dan mudah tersinggung dan suka mengganggu orang lain di sekitarnya.
6) Masaalah pemanfaatan waktu luang Masalah ini sangat penting dalam menanggulangi tindakan-tindakan yang berbahaya.
Berdasarkan pendapat di atas, masalah yang dihadapi anak
Tunagrahita dalam penelitian ini adalah masalah kesulitan belajar dalam
bidang studi program khusus terutama dalam hal penguasaan arah.
f. Klasifikasi Anak Tunagrahita Ringan
Klasifikasi anak tunagrahita menurut Munzayanah (2000:20) dapat
dibedakan menjadi:
1) Klasifikasi menurut derajat kecacatannya a) Idiot atau Idiocy, IQ: 0 – 25 b) Imbesil atau Imbesilitas, IQ: 25 – 50 c) Debil atau Debilitas atau Maron, IQ: 50 – 70
2) Klasifikasi menurut etiologi
14
a) Faktor eksogen yaitu sebab-sebab yang berasal dari luar bukan kerusakan pada otak.
b) Faktor endogen, yaitu sebab-sebab dari dalam atau karena faktor keturunan.
3) Kalsifikasi menurut tipe-tipe klinik a) Cretinisme (kretin, kerdil, cebol) b) Mongol (mongolisme mongoloid) c) Micrucephalie (microcephalus) d) Hydrocaphalalie (hydrocephalus) e) Cerebral palsy
4) Klasifikasi untuk tujuan pendidikan a) Anak perlu rawat b) Anak mampu latih c) Anak mampu didik
5) Klasifikasi menurut American Assosiation on Mental Deficiency (AAMD) atas dasar tujuan medik: a) Penyakit karena infeksi b) Penyakit karena intoksitasi c) Penyakit karena sebab trauma atau sebab fisik d) Penyakit karena akibat gangguan metabolisme, pertumbuhan atau
nutrisi e) Penyakit akibat dari sebab yang tidak jelas dengan reaksi fungsional
yang nyata dan kemungkinan psikologik f) Penyakit akibat pertumbuhan baru g) Penyakit akibat pengaruh pre natal yang tidak diketahui
Sedangkan menurut Sutjihati Soemantri (2005:106) Psikologi Anak
Luar Biasa, yang menggunakan tes Stunford Riset dan Skala Waschler
(WISC) mengklasifikasikan anak Tunagrahita sebagai berikut:
1) Tunagrahita ringan atau debil: 68 – 52 atau 69 – 55
2) Tunagrahita sedang atau imbesil: 51 – 36 atau 54 – 40
3) Tunagrahita besar atau idiot: 32 – 30 atau 39 – 25
Kesimpulan:
Berdasarkan pendapat di atas tentang klasifikasi bagi anak Tunagrahita
ringan adalah:
1. Klasifikasi anak Tunagrahita menurut Munzayanah (2000:2), antara lain:
1) Klasifikasi menurut derajat kecacatan
2) Klasifikasi menurut etiologi
15
3) Klasifikasi menurut tipe-tipe klinik
4) Klasifikasi untuk tujuan pendidikan
5) Klasifikasi menurut American Assosiation on Mental Deficiency
(AAMD)
2. Menurut Sutjihati Soemantri (2005:100), antara lain:
1) Tunagrahita ringan
2) Tunagrahita sedang
3) Tunagrahita berat
2. Tinjauan Tentang Penguasaan Arah Bagi Anak Tunagrahita Ringan
Pemahaman tentang penguasaan arah merupakan pemahaman tentang
gerak yang akan dilakukan kea rah mana gerakan-gerakan itu dan dapat bergerak
dari suatu lokasi atau tempat untuk menuju tempat itu. Untuk mengetahui sesuatu
merupakan dorongan keinginan menuju tempat lain. Untuk mengetahui sesuatu
merupakan dorongan keinginan mempunyai pengalaman tentang sesuatu yang
dituju. Dengan demikian mereka berusaha untuk mempunyai suatu konsep ruang,
di mana mereka melakukan aktivitas gerak ke kiri, kanan, belakang, depan atau
bawah, karena konsep ruang ini mutlak harus dipelajari. Begitu penting
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Jika telah mempunyai suatu tentang penguasaan arah, pembelajaran akan
berjalan dengan baik serta tidak bersikap ragu-ragu tentang pelajaran yang
disampaikan, sebab tujuan pembelajaran pun tercapai dengan adanya respon yang
dilakukan siswa dengan demikian tentang penguasaan arah merupakan tempat
bergerak bagi anak. Mengetahui tentang penguasaan arah mutlak adanya, sifatnya
universal serta di mana saja tidak akan berubah penanaman tentang penguasaan
arah perlu bagi anak Tunagrahita agar mereka dapat mengurus dirinya sendiri.
Penguasaan arah yang dimaksudkan adalah:
16
a. Arah kanan-kiri
b. Arah depan-belakang
c. Arah atas-bawah
3. Tinjauan Tentang Konsep Ruang Melalui Permainan Bintang Beralih
a. Konsep Ruang
Kata ruang mempunyai suatu arti yang terdiri dari kanan, kiri, depan,
belakang, atas, bawah, jauh, dekat. Ini dapat memberikan arah dari suatu
aktivitas atau kegiatan yang berarti pengetahuan tentang kekurangan
sebaiknya dikuasai terutama pada anak yang berkebutuhan khusus, yaitu anak
tunagrahita. Untuk dapat memberikan penguasaan arah dari kegiatan yang
dilakukan terutama dalam kehidupan sehari-hari, seperti contoh: bagi anak
perempuan memakai rok; menentukan arah depan arah belakang rok atau
sepatu; menentukan sepatu bagian kanan dan sepatu bagian kiri, yang berarti
pengetahuan konsep ruang harus diajarkan agar menjadi konsep dalam diri
anak tunagrahita.
Konsep adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang. Untuk
mengungkapkan kemampuan tersebut dan dapat diaplikasikan ke dalam
kehidupan sehari-hari tentu melalui suatu proses atau upaya, jika dapat berarti
pengetahuan yang tidak dapat diaplikasikan yang dapat diartikan abstrak.
Berarti konsep hanya merupakan suatu gambaran yang belum
diungkapkan masih dalam bentuk pemikiran.
Wikipedia 2008 (online) http//:www.geogle.co.id, bahwa konsep
adalah:
Konsep artinya: sering kita menggunakan kata “saya mengerti”, kita mengerti tentang sesuatu, atau konsep saja tentang hal itu “adalah” ini merupakan dasar dari bentuk pemikiran manusia, tahapan manusia yang paling awal adalah mengerti tentang sesuatu yang berarti memiliki konsep tentang sesuatu.
17
Untuk dapat memahami dan mengerti tentang sesuatu yang diperoleh
melalui pembelajaran atau tidak, merupakan suatu proses yang melibatkan
aktivitas dan pemikiran ataupun aktivitas dan pengamatan yang dilakukan
melalui penginderaan dari diri sendiri atau mendapatkan suatu konsep. Oleh
karena itu, konsep merupakan suatu tahapan-tahapan yang dilakukan oleh
pemikiran untuk dapat mengambil suatu pengetahuan. Dapat dicontohkan
bahwa konsep terbentuk melalui tahapn-tahapan. Oleh Wikipedia. 2008 (online)
http//:www.gogle.co.id, bahwa melalui pengamatan yang dilakukan, misalnya
ada sebuah benda ternyata benda tersebut sebuah botol berwarna putih bening,
yang hanya dapat dilihat dari jauh, maka awalnya tentu belum memahami benda
itu apa. Untuk lebih memahami tentu benda tersebut dicoba dipegang, lalu
pengamatan dilanjutkan dengan membuka, dibaui bahkan dicicipi, ternyata
rasanya manis, tentu ini air gula. Dari contoh tersenut dapat dilihat bahwa untuk
terbentuknya suatu konsep dengan mempergunakan aktivitas indera dan
aktivitas pikiran melalui tahapan-tahapan.
Ruang merupakan suatu tempat atau lokasi, bila kita berdiri di suatu
ruangan maka ada batasan antara dinding dengan satu dinding, lantai dengan
loteng, arah yang ada di kiri atau di belakang menurut Hasan Shadily dan John
M. Echols (1978:543) tepat, jarak W.J.S. Purwadaminta (1998:883) sela, sela
antara dua tiang atau empat ruang rongga yang terbatas oleh lingkungan dan
bidang. Dari beberapa pengertian di atas dapat dimaknai bahwa pengertian dari
konsep ruang adalah suatu proses kemampuan seseorang untuk memaknai suatu
objek secara mendalam dan diharapkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Menurut Audrey Curtis (1998) dalam Yuniwarti, konsep ruang
adalah gagasan yang berkaitan dengan pendekatan. Sedekat manakah sesuatu
dalam ruang dan pemisahan. Sejauh manakah mereka terpisah. Ini merupakan
dasar pemahaman anak-anak tentang konsep ruang. Niki Elitus, konsep ruang
adalah mempunyai tiga matra kanan-kiri, depan-belakang dan atas-bawah.
18
b. Permainan Bintang Beralih
1. Hakekat Permainan
Permainan merupakan dunia yang paling dekat dengan diri anak,
karena dunia anak merupakan dunia bermain. Dengan permainan anak
dapat melakukan sesuatu, belajar menemukan hal-hal baru dalam
kehidupannya. Elizabeth B. Hurlock (1992:320): “Bermain (play)
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang
ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir”.
Pada semua usia, anak melakukan permainan aktif dan pasif.
Proporsi waktu yang dicurahkan ke masing-masing jenis bermain tidak
bergantung pada usia, tetapi pada kesehatan dan kesenangan yang
diperoleh dari masing-masing kategori.
Bermain bukanlah suatu kegiatan yang dipaksakan tetapi dengan
permainan tersebut merupakan awal bagi siswa dalam belajar.
Dwijayawijaya mengutip pendapat Cross (1975:8) dalam Jon Efendi
bahwa: “Permainan merupakan latihan bagi anak untuk mempersiapkan
diri bagi tugas hidup yang akan datang. Misalnya anak laki-laki bermain
perang-perangan sedangkan anak perempuan bermain boneka”.
Demikian bermain perang-perangan dapat dipandang sebagai awal
dari pembelajaran terhadap diri sendiri, menentukan sikap bahwa laki-laki
dapat melakukan pekerjaan yang tentu jarang dilakukan perempuan.
Begitu juga sebaliknya terdapat perbedaan yang menggambarkan
perempuan bermain dengan permainan yang berbeda sehingga terlihat
jelas bahwa laki-laki dengan perempuan berbeda. Diharapkan timbul suatu
penghormatan bahwa perempuan membutuhkan perlindungan dari laki-
laki.
Permainan dapat digunakan sebagai suatu pendekatan yang dapat
digunakan dalam pembelajaran, Suyanto (2005:13) ada dua jenis
pembelajaran dalam permainan yaitu:
a. Permainan yang mengarah pada permainan yang digunakan untuk
tujuan tertentu. Contoh permainan “aku mencarimu” mengandung
19
pembelajaran untuk meningkatkan kepekaan siswa ke dalam
perubahan bentuk huruf.
b. Permainan dalam proses pembelajaran semata-mata untuk
membangkitkan semangat, digunakan saat anak terlihat telah bosan
dan mengantuk, jenis ermainan biasanya digunakan untuk membahas
topik sederhana dengan waktu yang singkat.
Permainan harus dikemas dengan baik sehingga dapat memberikan
nilai tambah bagi ketercapaian belajar anak. Permainan yang baik adalah
permainan yang dapat mengembangkan seluruh aspek yang ada pada diri
anak. Mambo (2005:2) dalam Mujriyatul Afiat, prmainan berperan
penting dalam perkembangan anak terutama dalam:
a. Perkembangan kognitif
Melalui permainan anak dapat memperoleh pengalaman-pengalaman
baru yang belum pernah ditemukan, meningkatkan kreativitas serta
membantu anak dalam menyelesaikan masalah.
b. Pertumbuhan dan perkembangan fisik
Permainan yang menuntut anak untuk aktif dalam melakukan, melatih
motorik halus, koordinasi mata, tangan dan kaki, motorik kasar dan
keseimbangan serta melancarkan
c. Perkembangan komunikasi
Dengan menggunakan permainan dapat mengembangkan komunikasi
anak dengan lingkungan serta dapat menanamkan sikap toleransi dan
bekerja sama.
d. Mengawasi perkembangan emosi
Dengan permainan anak akan terhibur dan dapat mengurangi
ketegangan karena dalam permainan tersebut melibatkan semua unsure
yang ada dalam diri siswa sehingga dapat membantu siswa dalam
belajar mengendalikan diri atau emosi.
20
Pengalaman bermain, banyak pengetahuan, meningkatkan
keterampilan berfikir dan dapat menimbulkan rasa percaya diri,
bertanggung jawab, disiplin. Jon Efendi (1912:25), Pengaruh Permainan,
mengemukakan bahwa permainan sangat berpengaruh terhadap
perkembangan pribadi, antara lain:
a. Keseimbangan Mental
Anak akan terus bermain melakukan permainan tersebut menimbulkan
keseimbangan dan akan berhenti bila permainan tersebut sudah
memuaskan hati. Penyaluran kepuasan hati berdampak pada perilaku
anak terutama pada keseimbangan mental, anak dapat menyelesaikan
permasalahan, sebab keadaan mental yang stabil disalurkan melalui
permainan.
b. Kestabilan Emosi
Emosi biasa terjadi kapan saja pada anak Tunagrahita melalui
permainan emosi yang tersimpan dapat disalurkan ,elalui suara,
perbuatan yang menyenangkan/gembira, misalnya suara tertawa keras,
bersorak dan lain-lain.
c. Proses Berfikir
Kegiatan bermain dapat menimbulkan rasa bangga, karena mampu
melakukan sesuai dengan yang diaba-abakan guru.
d. Berpenagruh terhadap daya konsentrasi
Dalam permainan anak dapat memerankan suatu peran menirukan
orang lain atau menjadi diri sendiri.
e. Pendekatan jarak sosial
Kesulitan anak dalam melakukan hubungan sosial dapat berubah,
permainan dilakukan secara bersama-sama satu sama lain saling
terjadi hubungan sosial.
f. Kepemimpinan
Kegiatan bermain mendorong sosialisasi anak, belajar bergaul, bekerja
sama, melainkan peran sebagai pemimpin dalam kelompok.
21
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permainan
Permainan dapat dibagi menjadi beberapa bentuk. Semiawan (2002:21),
Macam-Macam Permainan:
a. Permainan aktif yang melibatkan aktivitas fisik seperti berlari dan
melompat.
b. Permainan pasif yang melibatkan aktivitas alat-lata indera seperti
membaca, melihat komik, menonton televise dan lain-lain.
Pendapat di atas dapat dimaknai bahwa permainan popular
dikalangan anak-anak. Karena permainan melibatkan semua unsur yang
ada dalam tubuh siswa, serta alat-alat yang sesuai yang dipakai dalam
permainan tersebut sehingga siswa berada dalam kehidupan yang
sebenarnya dalam permainan. Dengan permainan dapat membentuk daya
kreativitas dan meningkatkan daya ciptanya terhadap hal tertentu
kemudian rasa ingin tahunya terhadap suatu hal diharapkan dia gemar
untuk bertanya apa saja yang ia suka.
3. Tujuan Permainan
Permainan yang tepat dapat membuat pembelajaran jadi
menyenangkan dan menarik. Dapat menguatkan pembelajaran dan juga
dapat dijadikan ujian untuk mengukur kemampuan anak. Mambo
(2005:30), bahwa permainan bertujuan untuk:
a. Sumber pengetahuan
Banyak pengetahuan yang diperoleh anak melalui permainan. Belajar
dengan menggunakan permainan dapat membuat pembelajaran
semakin berkesan dan dapat membuat anak-anak tidak cepat bosan.
b. Mengembangkan kreativitas
Dengan menggunakan permainan dapat merangsang anak untuk dapat
berfikir dan mencoba masalah yang dihadapinya sehingga membuat
anak menjadi lebih kreatif.
22
c. Perkembangan sosial
Dengan permainan dapat mengembangkan sosialisasinya belajar
menerima keadaan orang lain.
d. Membentuk moral
Dengan permainan dapat menentukan mana yang benar mana yang
salah dalam tingkah laku mereka.
e. Perkembangan sosialisasinya
Berhubungan dengan teman-temannya dapat bekerja sama, jujur dan
saling memaafkan.
f. Memahami peranan sebagai perempuan dan laki-laki
Dalam permainan anak dapat menentukan peranan mereka dalam
permainan yang akan mereka gunakan. Biasanya anak perempuan
cenderung akan melakukan permainan yang sesuai dengan kodratnya
begitu juga dengan anak laki-laki.
4. Manfaat Permainan
Permainan dilakukan dengan baik bukan untuk mengekspresikan
kegembiraan saja, tapi banyak mengandung manfaat. Oleh S. Kryut
(1984:96), Manfaaat Permainan, ada beberapa manfaat permainan:
a. Mendapat kesempatan untuk melatih emosi
Melalui permainan emosi akan tersalurkan, misalnya dengan berteriak
ataupun tertawa.
b. Mengumpulkan pengetahuan
Melalui permainan anak mendapat pengetahuan seperti arah kanan
atau kiri. Langkah ke kanan atau ke kiri.
c. Melatih sosialisasi
Melalui permainan anak dapat melakukan dengan kelompok.
d. Penguasaan diri
Melalui permainan anak dapat menentukan posisi sebagai pengatur
jalan permainan atau sebagai pemain saat bermain.
23
5. Permainan Bagi Anak Tunagrahita Ringan
Selain dengan itu permainan merupakan sumber pengetahuan, dan
sumber terapi jasmani, oleh S. Kryut (1984:96), Manfaat Permainan,
mengatakan “Bermain melakukan permainan sama dengan belajar, juga
sama dengan bekerja”. Pendapat tersebut dapat dimaknai bermain bagi
anak-anak dan orang dewasa. Bekerja adalah suatu keharusan bagi orang
dewasa tidak perlu senang atau tidak senang. Bagi anak-anak permainan
semata-mata hanya untuk kesenangan. Bahwa permainan merupakan suatu
pekerjaan yang sifatnya bebas, spontan, dan dapat dilakukan tanpa susah-
susah oleh karena itu bermain itu disukai maka yang melakukan senang.
Bermain merupakan pernyataan diri sebebas-bebasnya tanpa
aturan-aturan. Dorothy Cinon (2006:84-86) bahwa “Bermain mau
melakukan permainan merupakan pertanyaan anak-anak. Dari upaya bayi
pertama kali merebut mainan yang berbunyi sampai penguasaan anak
remaja tentang seluk beluk permainan”. Sama halnya dengan anak
Tunagrahita permainan merupakan hal yang digemari dari bermain
mereka. Mereka akan belajar tentang banyak hal. Bergerak sambil
bergembira. Di antara anak Tunagrahita ada yang susah atau tidak mau
untuk bergerak dengan permainan mereka akan menggerakkan
jasmaniyahnya. Dapat mengembalikan kestabilan dan pengendalian emosi
danjuga keseimbangan mental. Bergerak sesuai dengan kebutuhan dan
anak belajar tanpa cepat merasa bosan.
6. Pengertian Bintang Beralih
Permainan bintang beralih melatih anak untuk dapat menentukan
arah kanan kiri, atas bawah, depan belakang melalui berjalan, menjangkau
atau memindahkan bintang dari atas ke bawah. Sutopo P (1993:265),
Permainan Anak-Anak, merupakan permainan anak-anak yang dimainkan
oleh golongan masyarakat. Permainan ini selain untuk menghibur juga
mengandung unsure pendidikan jasmani. Di mana anak-anak dituntut
24
ketelitian, kecekatan, keterampilan. Kejelian mata untuk melakukan
permainan. Di samping itu cepat dan harus hati-hati.
Jumlah peserta pelaku paling sedikit 3 orang. Harus ganjil dan
dapat dimainkan campuan antara laki-laki dan perempuan. Permainan
tidak memerlukan peralatan yang terlalu rumit dapat diiringi oleh tepuk
tangan atau bunyi alat musik yang lain. Biasanya permainan ini
diramaikan oleh bunyi sorak anak yang menonton.
A. Jalan permainan bintang beralih
1. Persiapan
a. Menentukan tempat bermain
b. Membentuk lingkaran-lingkaran tempat dilakukan permainan
atau sesuai dengan gambar
c. Menentukan jumlah pemain
d. Menentukan siapa yang dulu melakukan
e. Guru memberi contoh cara melakukan permainan
2. Aturan permainan
a. Mula-mula berdiri di garis start
b. Pemain berusaha menginjak lingkaran-lingkaran
c. Pemain berusaha jenjang melalui kotak satu persatu
d. Pemain berusaha menjangkau bintang satu persatu yang akan
dimasukkan dalam lingkaran sesuai warna
e. Bila melakukan kesalahan dihitung kesalahan
f. Yang menang mendapat bintang atau mengumpulkan bintang
terbanyak
3. Tahap-tahap melakukan permainan
a. Ditentuakan siapa yang akan bermain
b. Jumlah pemain, bisa kelompok, dan bisa perorangan
c. Pemain berdiri di kotak star
d. Guru memberi aba-aba
25
B. Cara melakukan permainan
1. Pemain berdiri di kotak start untuk arah kanan kiri
a. Guru memberi aba-aba 1, 2, 3 mulai
b. Murid mengangkat kaki kanan, menginjak lingkaran yang ada
di sebelah kanan, sambil menyebutkan kanan / tepuk kaki
kanan
c. Kaki kiri diangkat sambil menginjak lingkaran yang berada di
sebelah kiri sambil menyebutkan kiri / tepuk kaki kiri
d. Begitu seterusnya sampai lingkaran habis
e. Melakukan 2 kali dengan cara yang sama
2. Permainan di kotak fifis, untuk arah depan belakang kembali ke
kotak start.
a. Angkat kaki kanan, injak kotak-kotak yang berbentuk jenjang,
bergantian dengan kaki kiri (berjalan biasa)
b. Berdiri di kotak start
c. Injak kotak dengan kaki kanan bergantian dengan kaki kiri
seolah-olah anak naik jenjang, maju ke depan
d. Sampai finis, mundur lagi ke belakang
e. Injak kotak-kotak dengan kaki bergantian, sambil mundur ke
belakang sampai di kotak start
f. Lakukan 2 kali dengan cara yang sama
3. Permainan berdiri di kotak start untuk arah atas bawah
a. Angkat tangan kanan
b. Ambil bintang yang di atas
c. Turunkan kelingkaran yang ada di bawah, sesuai dengan warna
yang ada di bawah.
d. Begitu seterusnya sampai bintang habis
26
C. Penentuan kalah menang
Yang dapat melakukan dengan benar, dapat menginjak
lingkaran, dapat melakukan maju mundur di kotak yang sudah
ditentukan, dapat menurunkan bintang sesuai dengan warna atau
lingkaran, maka anak diberi 3 buah bintang yang banyak
mengumpulkan bintang itu disebut sebagai pemenang yang berarti
ambil bintang di angkasa.
D. Denah permainan
27
7. Penerapan Konsep Ruang Melalui Permainan Bintang Beralih
Permainan merupakan aktivitas jasmani dan rohani dilakukan
dengan suatu kebebasan diri diekspresikan dengan wajah mimic gembira,
sebagaimana disampaikan oleh W.J.S. Purwadaminta (2005), Kamus
Bahasa Indonesia Lengkap, bahwa permainan merupakan perbuatan yang
menyenangkan.
Menerapkan konsep kanan kiri, depan belakang, atas bawah bagi
anak Tunagrahita, Bandi (1998:12), Konsep Ruang, mengemukakan:
a. Latihan orientasi ruang dengan gerak irama
b. Bahan pelajaran dimulai dari hal yang kongkrit kemudian ke hal yang
abstrak
c. Permainan secara kelompok, pembelajaran individual tetap dilakukan
Dari pendapat di atas dapat dimaknai bahwa penerapan konsep
ruang melalui permainan Bintang Beralih dapat dilakukan dengan gerak
dan irama bunyi-bunyian alat musik, gendang atau kerincing yang
dilakukanmelalui aba-aba yang diberikan oleh guru. Untuk menentukan
arah kanan-kiri dengan melangkah kaki dengan menunjuk kea rah kanan
kiri, maju ke depan mundur ke belakang loncat ke atas dan bungkuk ke
bawah. Untuk memberikan pelajaran tersebut dapat dilakukan secara
kongkrit melalui alat gambar dan gerakan yang sesuai dengan rencana
pembelajaran, serta pembelajaran diberikan secara kelompok dan juga
secara individual.
B. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan kerangka pokok piker peneliti tentang
pelaksanaan penelitian, yang bermula ditemukannya permasalahan di lapangan
tentang anak Tunagrahita yang mengalami kesulitan dengan masalah konsep
ruang. Dengan ditemukan masalah tersebut peneliti mempunyai keinginan untuk
melakukan sesuatu upaya membantu permasalahan anak mengenai konsep ruang.
Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti menggunakan suatu
permainan yang dapat dilakukan oleh anak untuk menanamkan suatu konsep
28
ruang agar anak dapat belajar dan juga menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari, kanan-kiri, depan belakang, atas-bawah dan telah dapat meningkatkan
penguasaan arah bagi anak tunagrahita ringan.
Untuk mempermudah penelitian ini, disajikan kerangka berpikir sebagai
berikut:
Skema I Kerangka Berpikir
C. Perumusan Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah jawaban sementara atas masalah yang sedang diteliti. Dalam
penelitian ini hipotesis yang kami ajukan adalah ”Penggunaan Konsep Ruang Melalui
Permainan Bintang Beralih untuk Meningkatkan Penguasaan Arah Bagi Anak
Tunagrahita Ringan di SDLB Negeri Purworejo di Kelas D IV C Tahun Pelajaran
2008/2009”.
Kemampuan awal anak
dalam penguasaan arah
Kemampuan setelah
pembelajaran meningkat
dan sesuai
Kemampuan dengan
menggunakan
permainan Bintang
Beralih
Dapat meningkatkan
pengetahuan anak
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SDLB Negeri Purworejo yang berlamatkan di
Cangkep Lor Kecamatan Purworejo. Kelas yang dijadikan ajang penelitian untuk
mengambil populasi adalah kelas D IV C Tahun Ajaran 2008/2009. adapun alasan
pemilihan tempat pelaksanaan penelitian ini karena SDLB Negeri Purworejo
merupakan tempat peneliti sendiri bertugas, sehingga akan lebih memudahkan untuk
meneliti subyek dalam memperoleh informasi yang lebih jelas.
B. Subyek Penelitian
Suharsimi Arikunto (2002 : 108), Prosedur Penelitian, berpendapat bahwa
“Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”. Sedangkan menurut Masrdalis
(1989 : 53), Metode Penelitian, “Populasi adalah sekumpulan kasus yang memenuhi
syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah”.
Dalam penelitian ini adalah penelitian populasi dimana jumlah subyek
populasi dijadikan subjek penelitian. Siswa-siswa kelas D IV C SDLB Negeri
Purworejo tahun ajaran 2008/2009 yang berjumlah 4 orang siswa perempuan.
Dengan karakteristik kondisi anak atau siswa tidak mengetahui arah, yaitu
kanan-kiri, atas-bawah, depan-belakang, antara lain:
1. NK, mengenal arah kanan-kiri ragu-ragu
2. TM, mengalami masalah dengan arah kanan-kiri tidak bisa, depan-belakang ragu-
ragu
3. AK, mengalami masalah arah kanan-kiri ragu-ragu
4. NL, mengalami masalah depan-belakang, kanan kiri ragu-ragu.
C. Data dan Sumber Data
Berdasarkan data-data kondisi anak Tunagrahita sumber data diperoleh dari
data yang dikumpulkan berupa informasi siswa tentang penggunaan konsep ruang
30
serta kemampuan guru dalam menyusun RPP dan pelaksanaannya di kelas,
kurikulum, arsip hasil belajar siswa, lembar penelitian.
Data penelitian ini dikumpulkan dari berbagai sumber, meliputi:
1. Informasi dari guru dan siswa
2. Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas kegiatan belajar mengajar dan
aktivitas lainnya
3. Dari pengamatan tersebut, berikut ini dilampirkan RPPnya
31
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Program Pendidikan Khusus
Kelas/Semester : D IV C
Pertemuan : 3 x Pertemuan
Alokasi Waktu : 3 x 35 menit
Standar Kompetensi : Konsep Ruang
Kompetensi Dasar : Penguasaan arah kanan-kiri, depan-belakang, atas-bawah
Indikator : 1. Menunjukkan arah kanan-kiri, depan-belakang, atas
bawah
2. Memperagakan arah kanan-kiri, depan-belakang, atas-
bawah
3. Menyebutkan arah kanan-kiri, depan-belakang, atas
bawah
I. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan tentang arah kanan-kiri, depan-belakang, atas-bawah
2. Memperagakan arah kanan-kiri, depan-belakang, atas-bawah
3. Menyebutkan arah kanan-kiri, depan-belakang, atas-bawah
II. Materi Ajar
Penguasaan Arah
III. Metode
Ceramah, tanya jawab, demonstrasi, tugas
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
- Mengatur tempat duduk, berdoa
- Mengabsen
- Apersepsi
32
2. Kegiatan Inti
- Menjelaskan tentang arah kanan-kiri, depan-belakang, atas-bawah
- Guru memperagakan kemudian anak menirukannya
- Siswa dan guru tanya jawab tentang penguasaan arah kanan-kiri,
depan-belakang, atas-bawah
- Siswa mengerjakan lembar kerja
- Mengumpulkan hasil kerja
3. Kegiatan inti
- Menyimpulkan
- Penilaian
- Pemajangan LKS
V. Alat / Sumber Buku
Alat : Disesuaikan dengan materi gambar bintang
Sumber buku :
VI. Evaluasi / Penilaian
Jenis tes : Perbuatan
Tunjukkan dan peragakan !
1. Tunjukkan mana arah kanan, arah kiri
2. Peragakan melangkah ke kanan ke kiri
3. Ambil pensil di bawah meja
4. Letakkan rol di atas meka
5. Maju dua langkah ke depan
6. Mundur dua langkah ke belakang
33
D. Teknik Pengumpulan Data
Suharsimi Arikunto (2002 : 224), Prosedur Penelitian, berpendapat bahwa
”Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang teratur untuk mendapatkan data
yang relevan dengan masalah yang diteliti”. Teknik pengumpulan data dalam suatu
penelitian harus sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian yang sedang dilakukan
dan jenis data yang diperlukan. Berhubungan dengan hal tersebut, maka teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Pengumpulan adalah pengamatan yang dilakukan pada setiap kegiatan
yang dilakukan siswa. Suharsimi (1993 : 200), Prosedur Penelitian, observasi
adalah mengamati yang berarti menatap kejadian ataupun proses. Pada penelitian
ini dilakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan penanaman konsep ruang
yang akan dilaksanakan. Rochiati Wiriatmaja (27 : 107), Metode Penelitian
Tindakan Kelas, observasi atau pengamatan para pengamat mempunyai hubungan
yang akrab dengan pihak yang diamati.
2. Diskusi
Diskusi merupakan dialog yang dipergunakan dalam pengumpulan data
dengan cara tanya jawab yang sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian.
3. Dokumentasi
Suharsimi Arikunto (1993 : 200), Prosedur Penelitian, dokumentasi
merupakan data mengenai berbagai hal berupa tulisan, catatan, buku, majalah,
dan lain-lain. Suharsimi Arikunto (1993 : 48), Prosedur Penelitian, merupakan
obyek yang diperhatikan ditatap yang diperoleh untuk mendapatkan informasi
berupa tulisan, tempat, ataupun orang. Sehubungan dengan penelitian ini
diperhatikan kegiatan siswa menanamkan konsep ruang melalui permainan.
4. Tes
Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 127), Prosedur Penelitian, ”Tes
adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
34
mengukur ketrampilan, pengetahuan, kemauan atau bakat yang dimiliki individu
atau kelompok”.
Sedangkan menurut Gilbert Sat yang dikutip oleh Anton Suharno (2002 :
7), Pengantar Statistik I, ”Suatu tes dapat didefinisikan sebagai suatu tugas atau
serangkaian tugas-tugas yang digunakan untuk memperoleh pengamatan yang
sistematis tentang suatu atribut atau hasil pendidikan yang representatif”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tes adalah
serangkaian pertanyaan atau tugas yang digunakan untuk mengukur ketrampilan,
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau
kelompok.
Tes dalam penelitian ini menggunakan tes secara langsung melalui
peningkatan kemampuan anak secara individu.
E. Validitas Data
Langkah dalam instrumen penelitian ini memeriksa data dan membandingkan
data yang diperoleh dan metode pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu
hasil observasi, diskusi, dokumentasi, tes melalui proses kegiatan yang dilakukan
guru untuk mencari kebenaran apakah sudah sesuai data yang diperoleh atau belum.
Hasil observasi yang peneliti lakukan menyatakan siswa tunagrahita mengalami
permasalahan dalam hal konsep ruang sejalan dengan hasil pengamatan.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah suatu cara pengelompokkan data dengan jalan
menyimpulkan data yang selengkap-lengkapnya, kemudian diolah, diadakan
pemeriksaan, diselidiki dan diklasifikasikan dengan jalan membandingkan kemudian
yang terakhir adalah memperoleh hasil.
Agar data tersebut mempunyai arti dan implikasi maka harus disajikan dalam
bentuk kesimpulan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis data dengan
menggunakan metode atau teknik tertentu.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data kualitatif
komparatif.
35
G. Indikator Kinerja
Peningkatan dan penguasaan arah dengan penggunaan konsep ruang melalui
permainan bintang beralih untuk meningkatkan penguasaan arah bagi anak
tunagrahita ringan.
H. Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan siklus, dimana setiap siklus terdapat 4 tahap yang
terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Skema II Prosedur Penelitian
Perencanaan I Merancanakan (RPP) Merancang Permainan Penanaman Konsep Ruang
Pelaksanaan Tindakan I Peneliti memberi contoh gerakan penanaman konsep ruang
Observasi I : Peneliti mengamati gerakan konsep kanan-kiri, atas-bawah, depan-belakang, melalui permainan bintang beralih menginjak lingkaran dengan aba-aba kanan-kiri
Refleksi I, melalui permainan bintang beralih tentang konsep kanan-kiri, atas-bawah, depan belakang, anak mampu melakukan sesuai dengan yang dicontohkan
Analisis I Menganalisis hasil gerakan kanan-kiri, atas-bawah, depan-belakang satu persatu
SIKLUS II
S I K L U S I
36
Keterangan Siklus I
Untuk lebih jelas skema alur kerja dari penelitian tindakan di atas dapat
diterangkan sebagai berikut:
Kegiatan Siklus I
1. Permasalahan : Anak tunagrahita sulit memahami konsep ruang
2. Perencanaan
Sebagai rencana tindakan adalah penggunaan permainan Bintang Beralih dalam
menanamkan konsep ruang. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap
perencanaan ini adalah sebagai berikut:
a. Permainan Bintang Beralih dalam menanamkan konsep ruang
b. Menyusun program pembelajaran atau menempatkan materi
c. Mempersiapkan media atau alat
d. Membagi peran siswa agar bergiliran
e. Mengelola kelas
f. Memberi motivasi
3. Pelaksanaan
Melaksanakan tindakan dirumuskan, untuk menanamkan konsep ruang melalui
permainan Bintang Beralih.
a. Peneliti mempersiapkan sarana prarasana yang dipergunakan dalam
penelitian.
b. Peneliti menentukan atau membagi yang lebih dahulu melakukan dan yang
lain menunggu giliran.
c. Menjelaskan tentang konsep ruang yang disesuaikan materi yang sudah
direncanakan.
d. Menjelaskan tentang cara melakukan permainan untuk menanamkan konsep
ruang.
e. Peneliti mencontohkan melalui gerakan anggota tubuh tentang konsep ruang
tanpa permainan
37
f. Peneliti mencontohkan gerakan sesuai dengan konsep ruang melalui
permainan.
g. Peneliti bersama salah satu anak melakukan gerakan dengan permainan secara
bergantian.
h. Menyuruh anak melakukan permainan Bintang Beralih sesuai dengan konsep
ruang.
i. Anak mengikut permainan sesuaio dengan yang dicontohkan peneliti.
4. Pengamatan
Melihat atau mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan,
observasi dilakukan pada saat anak diberikan latihan berulang-ulang. Aspek yang
diamati:
a. Konsep ruang yang dilakukan melalui anggota tubuh.
b. Konsep ruang yang dilakukan melalui gerakan anggota tubuh
Kriteria penilaian dalam penelitian ini meliputi dapat, ragu, dan tidak.
Namun penelitian tidak sama dengan penelitian terhadap anak normal
A (Dapat) : Penilaian diberikan pada anak jika dapat melakukan
tanpa bimbingan
B (Kurang dapat) : Penilaian diberikan pada anak jika akan melakukan
sendiri tanpa bimbingan, dilakukan lebih satu gerakan.
C (Tidak) : Penilaian diberikan jika tidak bisa melakukan walau
sudah diberikan bimbingan
5. Refleksi
Peneliti bersama kolaborasi atau tidak mengkaji, menyimpulkan hasil dari
tindakan yang telah dilakukan, dan hasil tersebut dirumuskan tindakan untuk
kegiatan berikutnya atau memperbaiki tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
38
BAB IV
DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDLB Negeri Purworejo dan pelaksanaan
pembelajaran konsep ruang diberikan pada waktu belajar dari pukul 07.30 pagi
sampai dengan pukul 12.00 WIB pada waktu pelajaran Program Khusus dengan
jumlah subyek 4 orang siswa.
B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian I
Peneliti melakukan pengamatan terhadap kemampuan anak dalam memahami
konsep ruang. Diketahui bahwa penliti menemukan kesulitan pada subyek yang
diteliti, yaitu dalam penggunaan konsep ruang melalui permainan. Permainan yang
digunakan dalam pembelajaran ini adalah:
1. Permainan Bintang Beralih konse ruang tentang arah kiri-kanan
2. Permainan Bintang Beralih konse ruang tentang arah depan-belakang
3. Permainan Bintang Beralih konse ruang tentang arah atas-bawah
Dalam proses pembelajaran pada Siklus I peneliti memberikan bimbingan
tanpa berkolaborasi dengan guru lain. Peneliti berusaha agar anak dapat memahami
tujuan dari permainan ini dan juga dapat beradaptasi dengan media permainan. Anak
sendiri dapat melakukan sesuai dengan arahan dari peneliti.
Siklus I dilaksanakan pada bulan Mei 2009 dengan tiga kali pertemuan. Tiap
pertemuan 2 x 35 menit. Setiap kali pertemuan peneliti melaksanakan bimbingan
dengan menggunakan permainan Bintang Beralih dapat diaplikasikan tentang
penguasaan arah kanan arah kiri, arah depan arah belakang, arah atas dan arah bawah.
Dengan mempergunakan permainan Bintang Beralih diharapkan anak dapat
mengenali konsep ruang sehingga tidak mengalami kesulitan dalam pembelajaran
maupun dalam mengurus diri sendiri dalam kehiduan sehari-hari.
39
Adapun pelaksanaan tindakan pada Siklus I ini adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Siklus I
Pelaksanaan Siklus I dilaksanakan 3 kali. Pertama satu kali evaluasi.
Pertemuan pertama 2 Mei 2009, kedua 6 Mei 2009, ketiga 11 Mei 2009 dan
evaluasi 16 Mei 2009.
Agar lebih jelas dapat dilihat pada alur kerja siklus di bawah ini yang
bertitik tolak dari permasalahan konsep ruang yang dialami anak.
Skema III Alur Kerja Siklus I
Perencanaan I Merancanakan (RPP) Merancang Permainan Penanaman Konsep Ruang
Pelaksanaan Tindakan I Peneliti memberi contoh gerakan penanaman konsep ruang
Observasi I : Peneliti mengamati gerakan konsep kanan-kiri, atas-bawah, depan-belakang, melalui permainan bintang beralih menginjak lingkaran dengan aba-aba kanan-kiri
Refleksi I, melalui permainan bintang beralih tentang konsep kanan-kiri, atas-bawah, depan belakang, anak mampu melakukan sesuai dengan yang dicontohkan
Analisis I Menganalisis hasil gerakan kanan-kiri, atas-bawah, depan-belakang satu persatu
SIKLUS II
S I K L U S I
Skor tertinggi 46,7%
Skor terendah 13,3%
40
2. Plan I (Perencanaan I)
Peneliti membuat perencanaan tindakan berupa kegiatan bermain untuk
penggunaan konsep ruang kanan-kiri, depan-belakang, atas-bawah.
Adapun perencanaan pada tahap ini adalah:
a. Menerapkan materi pembelajaran tentang konsep ruang
b. Menyusun program pembelajaran yang dilakukan melalui permainan Bintang
Beralih.
c. Membuat format observasi dan juga tes yang mencakup beberapa
aspek antara lain, kemampuan mengenal konsep ruang atas-bawah,
dapat dipergunakan di dalam pembelajaran dan dalam kehidupan sehari-hari.
d. Mempersiapkan media yang dipergunakan dalam penggunaan konsep ruang,
berupa lingkaran-lingkaran, bintang-bintang dan tali.
e. Menyediakan alat bunyi-bunyian seperti kerincingan.
f. Merumuskan cara permainan dalam penggunaan konsep ruang.
g. Merancang pelaksanaan pengelolaan kelas seperti kenyamanan, ketertiban,
dan kedisplinan dalam belajar.
h. Merancang pelaksanaan motivasi dalam belajar yang dilakukan dalam
berbagai pendekatan, pujian dengan kata-kata bagus, pintar, tos dulu dan
memberi salam.
3. Pelaksanaan Tindakan I
Tindakan dilakukan sebanyak tiga (3) kali pertemuan masing-
masing pertemuan 2 x 35 menit. Setiap pertemuan peneliti melakukan
pengamatan terhadap dampak dari permainan Bintang Beralih dalam penggunaan
konsep ruang kemudian dilakukan refleksi guna perbaikan dari kekurangan
pelaksanaan kegiatan pembelajaran tentang konsep ruang.
41
Adapun kegiatannya sebagai berikut:
a. Pertemuan I, Sabtu 2 Mei 2009
Peneliti menjelaskan, mencontohkan lalu memberikan kesempatan kepada
siswa satu persatu untuk melakukan konsep kanan kiri dengan permainan
bintang beralih dengan melangkah ke kanan menginjak lingkaran dan
melangkah ke kiri menginjak lingkaran. Dalam pembelajaran ini siswa
kelihatan masih ragu-ragu ini dapat dilihat pada CL 1, CL 2.
42
Gambar 1 NK sedang melakukan permainan konsep ruang kanan-kiri
Gambar 2 TM sedang melakukan permainan konsep ruang kanan-kiri
43
Gambar 3 AK sedang melakukan permainan konsep ruang kanan-kiri
Gambar 4 NL sedang melakukan permainan konsep ruang kanan-kiri
44
b. Pertemuan II Rabu, 6 Mei 2009
Pada pertemuan ini peneliti memperagakan konsep melangkah ke depan
melangkah dengan langkah mundur ke belakang. Peneliti melakukan satu per
satu terhadap anak dengan bimbingan secara berkelompok atau perorangan
melalui permainan bintang beralih secara berulang-ulang. Ini dapat dilihat
pada CL 3, CL 4.
45
Gambar 5 NK sedang melakukan permainan konsep ruang depan-belakang
Gambar 6 TM sedang melakukan permainan konsep ruang depan-belakang
46
Gambar 7 AK sedang melakukan permainan konsep ruang depan-belakang
Gambar 8 NL sedang melakukan permainan konsep ruang depan-belakang
47
c. Pertemuan III Senin, 11 Mei 2009
Pada pertemuan ketiga ini peneliti mencoba menjelaskan tentang
pembelajaran yaitu konsep ruang atas dan konsep ruang bawah dengan
memberi contoh mengangkat dua tangan ke atas dan angkat dua tangan ke
bawah.
Kemudian anak mencoba satu persatu dengan bimbingan peneliti. Ini dapat
dilihat pada CL 5, CL 6.
48
Gambar 9 NK sedang melakukan permainan konsep ruang atas-bawah
Gambar 10 TM sedang melakukan permainan konsep ruang atas-bawah
49
Gambar 11 AK sedang melakukan permainan konsep ruang atas-bawah
Gambar 12 NL sedang melakukan permainan konsep ruang atas-bawah
50
d. Pertemuan IV Sabtu, 16 Mei 2009
Setelah kegiatan pembelajaran berlangsung sebanyak tiga kali pertemuan,
kemudian peneliti melakukan evaluasi melalui observasi yang hasilnya
masing-masing NK 36,7%, TM 46,7%, AK 43,3% dan NL 46,7%. Namun
hasil ini masih perlu bimbingan dari peneliti.
4. Observasi I
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan dapat terlaksana sesuai
dengan materi yang diajarkan pada saat itu untuk melakukan permainan bintang
beralih untuk meningkatan penguasaan arah kanan-kiri, depan-belakang, atas-
bawah. Anak masih ragu-ragu dan kadang-kadang menunjukkan sikap bosan dan
diantara mereka ada yang tidak mau melakukan nya dan menyulitkan peneliti
untuk memotivasinya. Oleh karena itu upaya motivasi dari peneliti sendiri perlu
diperbaiki. Dengan masalah tersebut peneliti berupaya untuk mencari
pemecahannya bagaimana supaya mereka mau belajar dengan baik melalui suatu
permainan dan juga termotivasi.
5. Refleksi Siklus I
Pelaksanaan Siklus I dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan melalui
suatu pembelajaran dan juga evaluasi serta tes dapat disimpulkan bahwa secara
umum penggunaan konsep ruang melalui permainan memperoleh dampak yang
lebih baik, kemampuan siswa untuk menyebutkan arah kanan-kiri, depan
belakang, atas-bawah, sudah ada peningkatan. Ini terbukti mereka tidak lagi asal-
asalan menjawab kalau peneliti menanyakan dan menunjukkan arah.
51
Pada refleksi Siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Daftar Rekapitulasi Nilai Siklus I
Tipe Nama
I II III
NK
TM
AK
NL
36,7%
46,7%
43,3%
46,7%
36,7%
40,0%
43,3%
40,0%
26,6%
13,3%
13,4%
13,3%
C. Pelaksanaan Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi dari Siklus I dapat disimpulkan bahwa dalam
pemahaman konsep ruang melalui permainan bintang beralih belum menampakkan
perubahan yang berarti dan masih ragu-ragu, malu dalam melakukan instruksi dari
peneliti.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti pada siklus II ini
mengupayakan agar dapat memantapkan siswa dalam memahami konsep ruang
melalui permainan bintang beralih, maka peneliti melaksanakan kembali permainan
bintang beralih yang ada pada siklus I dengan mengulang dan menambah kolaborator
untuk meningkatkan variasi permaianan dengan menyesuaikan materi pada program
pembelajaran maupun kisi-kisi yang sudah direncanakan.
Pada siklus II ini lebih difokuskan dengan menciptakan suasana nyaman,
menyenangkan melalui berbagai pendekatan dengan memberikan pujian, hadiah
untuk menghilangkan rasa malu dan meningkatkan rasa percaya diri yang
diinstruksikan oleh peneliti. Kemudian mengulangi kembali sesuai dengan kisi-kisi
yang diharapkan pendekatan yang dilakukan mempunyai kelebihan yang bisa
menciptakan suasana pembelajaran semakin termotivasi dan bersemangat. Selain itu
siswa diharapkan dapat menyebutkan, memperagakan, menunjukkan dan dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
52
Hasil peningkatan pemahaman konsep ruang akan ditingkatkan pada Siklus II
yang bertitik tolak pada permasalahan konsep ruang yang masih dialami oleh anak.
Skema IV Alur Kerja Siklus II
Perencanaan I Merancanakan (RPP) Merancang Permainan Penanaman Konsep Ruang
Pelaksanaan Tindakan I Peneliti memberi contoh gerakan penanaman konsep ruang
Observasi I : Peneliti mengamati gerakan konsep kanan-kiri, atas-bawah, depan-belakang, melalui permainan bintang beralih menginjak lingkaran dengan aba-aba kanan-kiri
Refleksi I, melalui permainan bintang beralih tentang konsep kanan-kiri, atas-bawah, depan belakang, anak mampu melakukan sesuai dengan yang dicontohkan
Analisis I Menganalisis hasil gerakan kanan-kiri, atas-bawah, depan-belakang satu persatu
S I K L U S
II
Skor tertinggi 86,7%
Skor terendah 3,3%
53
Adapun pelaksanaan tindakan pada siklus II adalah sebagai berikut:
1. Plan II (Perencanan II)
Adapun tahap perencanaan siklus II adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan materi pelajaran
b. Mempersiapkan alat/media yang dipergunakan dalam melaksanakan
permainan.
c. Menyediakan alat-alat/bunyi-bunyian.
d. Merumuskan cara bermain dengan mengaktifkan siswa terlebih dahulu
melalui peragaan atau contoh-contoh yang jelas melalui anggota tubuh.
e. Merancang berbagai pendekatan yang lebih ditingkatkan.
f. Menyertakan kolaborator dalam permainan untuk lebih memotivasi dan
menghilangkan keragu-raguan.
2. Pelaksanaan Tindakan II
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada Siklus II ini sama dengan
Siklus I. Bedanya adalah Siklus I tidak menyertakan kolaborator pada Siklus II
mengikutsertakan kolaborator yang tidak hanya mengamati namun kadang kala
ikut memperagakan permainan yang bertujuan untuk lebih memotivasi siswa agar
lebih bersemangat dan gembira sehingga terasa pembelajaran yang
menyenangkan dan berjalan dengan baik. Siklus II ini dilaksanakan 3 kali
pertemuan dan satu kali evaluasi. Adapun kegiatannya adalah sebagai berikut:
a. Pertemuan I : Senin, 25 Mei 2009
Pada pertemuan ini peneliti memperkenalkan arah kanan kiri
menujukkan ke kanan ke kiri, berkalan ke kanan ke kiri. Kemudian peneliti
memanggil ke depan untuk berdiri. Salah satu teman berdiri di sebalah kanan
peneliti yang satu di sebelah kiri peneliti. Lalu siswa dapat menyebutkan nama
teman yang berdiri di sebelah kanan peneliti dan juga nama teman yang
berdiri di sebelah kiri peneliti.
54
Kemudian peneliti menjelaskan nama-nama teman tersebut yang
akhirnya dilanjutkan dengan mempergunakan permainan bintang beralih.
Secara berulang-ulang siswa melakukan konsep kanan-kiri yang selalu
dibimbing oleh peneliti. Ini dapat dilihat pada CL 1, CL 2.
b. Pertemuan II Sabtu, 30 Mei 2009
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tentang konsep depan
belakang. Peneliti bersama kolaborator melakukan gerakan ke depan, gerakan
ke belakang kemudian satu persatu siswa diminta untuk melakukan hal yang
sama yang akhirnya dilakukan melalui permainan bintang beralih. Kemudian
peneliti juga mencontohkan gerakan konsep ruang kanan-kiri dilanjutan
dengan depan belakang yang langsung diikuti oleh siswa dan juga kolaborator
kemudian dilanjutkan dengan permainan bintang beralih. Satu persatu siswa
melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan dibimbing oleh peneliti.
Ini dapat dilihat pada CL 3, CL 4.
c. Pertemuan III, Sabtu, 6 Juni 2009
Pada pertemuan ini peneliti menjelaskan tentang materi yang sudah
dipelajari yaitu konsep kanan kiri, depan belakang, dan atas-bawah. Peneliti
menunjukkan materi yang diajarkan pada hari-hari ini adalah konsep atas-
bawah dan juga mencontohkan gerakan yang mengambil barang dari atas lalu
meletakkan ke bawah, lalu satu persatu siswa melakukan permainan melalui
bintang beralih secara berulang-ulang tanpa harus dibimbing oleh peneliti
secara penuh. Ia dapat dilihat pada CL 5, CL 6.
d. Pertemuan IV Senin, 15 Juni 2009
Kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan sebanyak 3 kali
pertemuan pembelajaran, kemudian peneliti melakukan evaluasi melalui
observasi yang hasilnya dapat dilihat pada lampiran. Sebelum melakukan
evaluasi terlebih dahulu menjelaskan, menyebutkan, mencontohkan gerakan
55
konsep ruang, kemudioan peneliti melakukan evaluasi melalui format
evaluasi.
3. Observasi II
Berdasarkan pengamatan dan diskusi bersama kolaborator, maka dapat
dimunculkan gejala ketika pembelajaran dilaksanakan sebagai berikut:
Kegiatan pembelajaran telah dilakukan dengan baik sesuai dengan rencana
yang telah disusun dan juga sesuai dengan materi pelajaran, siswa sudah dapat
menunjukkan, menyebutkan dan memperagakan tentang konsep ruang yang
dilakukan melalui contoh dan juga permainan bintang beralih. Hal ini disebabkan
di dalam menanamkan konsep ruang yang sangat diperhatikan adalah motivasi
siswa dan juga penyesuaian antara materi-materi yang sejalan dengan permainan
dan juga kisi-kisi yang sudah ada. Peneliti selalu menerangkan terlebih dahulu
lalu melalui contoh-contoh kemudian diperagakan berulang-ulang baik oleh
peneliti, kolaborator maupun siswa itu sendiri. Kemudian pemberian motivasi,
pujian, dan hadiah. Peneliti sudah mampu membuat siswa sangat aktif dalam
pembelajaran, seperti memperagakan, menyebutkan dan juga terlihat langsung
dalam pengaturan media/alat yang digunakan untuk permainan dan langsung
melakukan permainan. Dari kegiatan pembelajaran maupun konsep ruang sudah
ada peningkatan. Demikian juga dengan hasil evaluasi yang dilakukan
menunjukkan adanya peningkatan kemampuan penanaman konsep ruang.
4. Refleksi II
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti bersama kolaborator dan juga
siswa yang telah melakukan, maka dilakukan perenungan serta diskusi terhadap
tindakan yang telah dilakukan. Peneliti dan kolaborator menyimpulkan bahwa
secara umum kemampuan siswa dalam memahami konsepo ruang sudah ada
56
peningkatan kemudian dapat menyebutkan, mencontohkan dan memperagakan
tentang konsep ruang.
Pada siklus II ini dapat ditingkatkan pula motivasi anak dan pemberian
materi baik dari metode maupun media yang dipakai. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan dan lebih memantapkan konsep ruang pada siswa.
Adanya peningkatan pemahaman tentang konsep ruang seperti yang ada
pada tabel di bawah ini :
Tabel 2 Daftar Rekapitulasi Nilai Siklus II
Tipe Nama
I II III
NK
TM
AK
NL
73,3%
86,7%
86,7%
75,4%
20 %
3,3%
10,0%
13,3%
6,7%
10%
3,3%
13,3%
Tabel 3 Rekapitulasi Siklus I dan II
Siklus
I II Nama
Tipe I Tipe II Tipe III Tipe I Tipe II Tipe III
NK
TM
AK
NL
36,7%
46,7%
43,3%
46,7%
36,7%
40,0%
43,3%
40,0%
26,6%
13,3%
13,4%
13,3%
73,3%
86,7%
86,7%
75,4%
20 %
3,3%
10,0%
13,3%
6,7%
10%
3,3%
13,3%
57
D. Pembahasan
Anak tunagrahita memiliki karakteristik khusus yang berbeda dari anak-anak
pada umumnya, karakteristik tersebut antara lain mengalami kelemahan dalam
penggunaan konsep ruang sehingga sulit untuk menentukan penguasaan arah. Anak
tidak dapat menentuan arah kanan-kiri, depan-belakang, atas-bawah. Dengan adanya
pembelajaran khusus yaitu permainan bintang beralih ditampilkan dapat
menghilangkan rasa jenuh atau bosan dan siswa langsung dibawa ke dunianya
sehingga mereka dapat bersosialisasi dengan baik di sekolah maupun di
lingkungannya. Memainkan konsep ruang dalam permainan peneliti memberikan
latihan dalam proses belajar mengajar serta motivasi yang disesuaikan dengan materi.
Hal ini terlihat dari meningkatnya kemampuan penggunaan konsep ruang pada Siklus
I skor tertinggi 46,7 dan terendah 13,3% pada siklus II tertinggi 86,7% dan terendah
3,3%.
Dengan demikian untuk meningkatkan kemampuan penggunaan konsep ruang
bagi anak tunagrahita ringan di SLB Negeri Purworejo di Kelas D IV C dapat
meningkatkan penguasaan arah kanan-kiri, depan-belakang, dan atas-bawah.
58
a. Tes yang dilakukan terhadap siswa setelah dilakukan tindakan (Siklus I) 2 Mei
2009 Penggunaan Konsep Ruang Bagi Anak Tunagrahita Ringan
Nilai Tes
NK TM AK NL Indikator Deskriptor
Dpt Krg Dpt
Tdk Dpt Krg Dpt
Tdk Dpt Krg Dpt
Tdk Dpt Krg Dpt
Tdk
1. Tunjukkan mata kananmu Ö Ö Ö Ö
2. Tunjukkan mata kirimu Ö Ö Ö Ö
3. Tunjukkan tangan kananmu Ö Ö Ö Ö
4. Tunjukkan tangan kirimu Ö Ö Ö Ö
5. Tunjukkan telinga kananmu Ö Ö Ö Ö
6. Tunjukkan telinga kirimu Ö Ö Ö Ö
7. Tunjukkan kaki kananmu Ö Ö Ö Ö
8 Tunjukkan kaki kirimu Ö Ö Ö Ö
9. Tunjukkan sepatu kananmu Ö Ö Ö Ö
1. Konsep
ruang
kanan dan
konsep
ruang kiri
10. Tunjukkan sepatu kirimu Ö Ö Ö Ö
11. Coba tunjukkan ke depan Ö Ö Ö Ö
12. Coba tunjukkan belakang Ö Ö Ö
13. Melangkah ke depan Ö Ö Ö Ö
14. Melangkah ke belakang Ö Ö Ö Ö
15. Melompat ke depan Ö Ö Ö Ö
16. Melompat ke belakang Ö Ö Ö Ö
17. Berdiri di depan teman Ö Ö Ö Ö
18. Berdiri di belakang teman Ö Ö Ö Ö
19. Rentangkan tangan ke dpn Ö Ö Ö
2. Konsep
ruang
depan
dan
konsep
ruang
belakang
20. Rentangan tangan ke blkg Ö Ö
21. Tunjuk ke atas Ö Ö Ö Ö
22. Tunjuk ke bawah Ö Ö Ö Ö
23. Angkat dua tangan ke atas Ö Ö Ö Ö
24. Angkat dua tangan ke bwh Ö Ö Ö Ö
25. Lihat ke atas Ö Ö Ö Ö
26. Lihat ke bawah Ö Ö Ö Ö
27. Lembar bola ke atas Ö Ö Ö Ö
28. Lembar bola ke bawah Ö Ö Ö Ö
29. Sebut benda di atas meja Ö Ö Ö Ö
3. Konsep
ruang
atas dan
konsep
ruang
bawah
30. Sebut benda di bwah meja Ö Ö Ö Ö SKOR NILAI 11 11 8 14 12 4 13 13 4 14 12 4
% %100SoalJumlah
NilaiPerolehan Skor =´
59
Tidak Dapat; 26,60%
Dapat; 36,70%
Kurang Dapat; 36,70%
Tidak Dapat; 13,30%
Dapat; 46,70%Kurang
Dapat; 40,00%
Tidak Dapat; 13,40%
Dapat; 43,30%
Kurang Dapat; 43,30%
Tidak Dapat; 13,30%
Dapat; 46,70%Kurang
Dapat; 40,00%
1) NK
%1003011
´ = 36,7%
%1003011
´ = 36,7%
%100308´ = 26,6%
2) TM
%1003014
´ = 46,7%
%1003012
´ = 40,0%
%100303´ = 13,3%
3) AK
%1003013
´ = 43,3%
%1003013
´ = 43,3%
%100304´ = 13,4%
4) NL
%1003014
´ = 46,7%
%1003012
´ = 40,0%
%100304´ = 13,3%
60
b. Tes yang dilakukan terhadap siswa setelah dilakukan tindakan (Siklus II)
25 Mei 2009 Menanamkan Konsep Ruang Bagi Anak Tunagrahita Ringan
Nilai Tes
NK TM AK NL Indikator Deskriptor
Dpt Krg Dpt
Tdk Dpt Krg Dpt
Tdk Dpt Krg Dpt
Tdk Dpt Krg Dpt
Tdk
1. Tunjukkan mata kananmu Ö Ö Ö Ö
2. Tunjukkan mata kirimu Ö Ö Ö Ö
3. Tunjukkan tangan kananmu Ö Ö Ö Ö
4. Tunjukkan tangan kirimu Ö Ö Ö Ö
5. Tunjukkan telinga kananmu Ö Ö Ö Ö
6. Tunjukkan telinga kirimu Ö Ö Ö Ö
7. Tunjukkan kaki kananmu Ö Ö Ö Ö
8 Tunjukkan kaki kirimu Ö Ö Ö Ö
9. Tunjukkan sepatu kananmu Ö Ö Ö Ö
4. Konsep
ruang
kanan dan
konsep
ruang kiri
10. Tunjukkan sepatu kirimu Ö Ö Ö Ö
11. Coba tunjukkan ke depan Ö Ö Ö Ö
12. Coba tunjukkan belakang Ö Ö Ö Ö
13. Melangkah ke depan Ö Ö Ö Ö
14. Melangkah ke belakang Ö Ö Ö Ö
15. Melompat ke depan Ö Ö Ö Ö
16. Melompat ke belakang Ö Ö Ö Ö
17. Berdiri di depan teman Ö Ö Ö Ö
18. Berdiri di belakang teman Ö Ö Ö Ö
19. Rentangkan tangan ke dpn Ö Ö Ö Ö Ö
5. Konsep
ruang
depan
dan
konsep
ruang
belakang
20. Rentangan tangan ke blkg Ö Ö Ö Ö
21. Tunjuk ke atas Ö Ö Ö Ö
22. Tunjuk ke bawah Ö Ö Ö Ö
23. Angkat dua tangan ke atas Ö Ö Ö Ö
24. Angkat dua tangan ke bwh Ö Ö Ö Ö
25. Lihat ke atas Ö Ö Ö Ö
26. Lihat ke bawah Ö Ö Ö Ö
27. Lembar bola ke atas Ö Ö Ö Ö
28. Lembar bola ke bawah Ö Ö Ö Ö
29. Sebut benda di atas meja Ö Ö Ö Ö
6. Konsep
ruang
atas dan
konsep
ruang
bawah
30. Sebut benda di bwah meja Ö Ö Ö Ö SKOR NILAI 22 6 2 26 1 3 26 3 1 22 4 4
% %100SoalJumlah
NilaiPerolehan Skor =´
61
Tidak Dapat; 6,70%
Dapat; 73,30%
Kurang Dapat; 20,00%
Tidak; 10,00%
Dapat; 86,70%
Kurang ; 3,30%
Tidak; 3,30%
Dapat; 86,70%
Kurang ; 10,00%
1) NK
%1003022
´ = 73,3%
%100306´ = 20,0%
%100302´ = 6,7%
2) TM
%1003026
´ = 86,7%
%100301´ = 3,3%
%100303´ = 10%
3) AK
%1003026
´ = 86,7%
%100303´ = 10%
%100301´ = 3,3%
4) NL
%1003022
´ = 73,4%
%100304´ = 13,3%
%100304´ = 13,3%
Tidak; 13,30%
Dapat; 73,40%
Kurang ; 13,30%
62
E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini belum sempurna, sangat banyak kekurangan, keterbatasan
dalam melaksanakan atau penulisan. Peneliti menyadari sepenuhnya hal ini, namun
peneliti tanpa sebab.
Ada beberapa sebab yang menjadikan penelitian ini, antara lain:
1. Peneliti belum dapat menerapkan bentuk pengajaran yang betul-betul anak
mampu memahami, mengasah maupun mengembangkan kecerdasan yang sesuai
dengan karakteristik siswa.
2. Peneliti sangat memiliki keterbatasan pengetahuan juga pengalaman dalam
melakukan penelitian, sehingga memungkinkan terjadi kesalahan, keterbatasan
dalam pelaksanaan.
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini bukan berarti tidak dapat
dilaksanakan. Sebaliknya, keterbatasan tersebut hendaknya dijadikan renungan untuk
dapat melakukan melakukan penelitian yang lebih baik dan sempurna. Demi
membantu membatasi permasalahan yang timbul dalam proses menanamkan konsep
ruang.
66
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang penggunaan konsep
ruang untuk meningkatkan penguasaan arah bagi anak tunagrahita ringan di
SDLB Negeri Purworejo di Kelas D IV C dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Penggunaan konsep ruang melalui permainan bintang beralih untuk
meningkatkan penguasaan arah bagi anak tunagrahita ringan di SDLB
Negeri Purworejo Kelas D IV C.
2. Ada peningkatan kemampuan penggunaan konsep ruang untuk
meningkatkan penguasaan arah bagi anak setelah pasca perlakuan
dibandingkan dengan sebelumnya.
Ini dibuktikan dengan hasil siklus I, menunjukkan antara lain NK
36,7%, TM 46,7%, AK 43,3% dan NL 46,7% dan siklus II lebih
meningkat, antara lain NK 73,3%, TM 86,7%, AK 86,7% dan NL
73,4%.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ada beberapa saran yang
dapat diungkapkan antara lain:
a. Bagi Guru
1. Menanamkan konsep ruang melalui permainan diharapkan bagi guru
selanjutnya memberikan latihan proses belajar mengajar serta motivasi
yang disesuaikan dengan materi.
2. Bagi guru kelas D IV C selanjutnya dapat memberikan pelajaran pada
siswa sebaiknya memahami karakteristik dan juga kemampuan serta
menyesuaikan materi yang akan diberikan dan juga cara yang tepat
sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
67
b. Bagi Sekolah
Menerapkan permainan bintang beralih pada siswa sekolah hendaknya
mempunyai kebijakan untuk menyediakan tempat yang khusus untuk
permainan, sehingga tidak setiap diperlukan dibongkar dan dipasang.
c. Bagi Calon Peneliti
Bagi calon peneliti yang ingin melakukan penelitian yang berkaitan dengan
penelitian ini untuk mempergunakan permainan bintang beralih lebih
dimotivasi, sehingga siswa lebih tertarik dan mau melakukan, tidak ada rasa
bosan dan siswa merasa diperhatikan dengan variabel yang lebih komplit.
68
DAFTAR PUSTAKA
Audrey Curtis (ed). 1998. Yuniwati Konsep Ruang, Jakarta : PT. Grasindo
Darotty Cimon, 2006, Bermain, Penerbit Grasindo
Delphie Bandi, 2006, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, Jakarta : PT. Refika Aditama.
Direktorat Pendidikan Luar Biasa Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2003, Identifikasi Anak Luar Biasa, Jakarta
Dwi Jayawijaya mengutip pada Cross, 1975 (ed) Jon Efendi, Permainan Arah, Jakarta.
Elizabeth B. Hurlock, 1992, Arti Bermain, Erlangga, Jakarta.
Emi Dasiemi, 1997, Psikiatri Umum, Surakarta : Depdikbud UNS
Jon Effendi, 1992, Pengaruh Permainan, Penerbit Angkasa Barang
Mambo (ed), 2005, Mujriyatul Ahat, Permainan yang Baik, Jakarta
Moh. Amin, 1995, Ortopedagogik Anak Tunagrahita, Bandung : Depdikbud
Munzayanah, 2000, Anak Tunagrahita, Surakarta : Depdikbud.
Rochiati Wiriatjama, 2005, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Remaja Rosda Karya.
S. Kryut, 1984, Manfaat Permainan, Penerbit PT. Grasindo Bandung
S.A. Bratanata, 1997, Pendidikan Anak Terbelakang, Bandung : Masa Baru
Semiawan, 2002, Macam-macam Permainan, Penerbit Angkasa Bandung
Suharsimi Arikunto, 1993, Prosedur Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta
Sutjihati Sumantri, 2005, Psikologi Anak Luar Biasa, Surakarta, Depdikbud
Sutopo P, 1993, Permainan Anak-anak, Penerbit PT. Grasindo Bandung
Suyatno, 2005. Jenis-Jenis Permainan, Jakarta.
Tamsik dan E. Tejoningsih, 1988, Dasar-dasar Pendidikan Luar Biasa, Bandung: Epilsan Group
Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
W.J.S. Purwadarminta, 1998, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap.
71
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Program Pendidikan Khusus
Kelas/Semester : D IV C
Pertemuan : 3 x Pertemuan
Alokasi Waktu : 3 x 35 menit
Standar Kompetensi : Konsep Ruang
Kompetensi Dasar : Penguasaan arah kanan-kiri, depan-belakang, atas-bawah
Indikator : 1. Menunjukkan arah kanan-kiri, depan-belakang, atas
bawah
2. Memperagakan arah kanan-kiri, depan-belakang,
atas-bawah
3. Menyebutkan arah kanan-kiri, depan-belakang, atas
bawah
VII. Tujuan Pembelajaran
4. Menjelaskan tentang arah kanan-kiri, depan-belakang, atas-bawah
5. Memperagakan arah kanan-kiri, depan-belakang, atas-bawah
6. Menyebutkan arah kanan-kiri, depan-belakang, atas-bawah
VIII. Materi Ajar
Penguasaan Arah
IX. Metode
Ceramah, tanya jawab, demonstrasi, tugas
X. Langkah-langkah Pembelajaran
4. Kegiatan Awal
- Mengatur tempat duduk, berdoa
- Mengabsen
- Apersepsi
72
5. Kegiatan Inti
- Menjelaskan tentang arah kanan-kiri, depan-belakang, atas-bawah
- Guru memperagakan kemudian anak menirukannya
- Siswa dan guru tanya jawab tentang penguasaan arah kanan-kiri,
depan-belakang, atas-bawah
- Siswa mengerjakan lembar kerja
- Mengumpulkan hasil kerja
6. Kegiatan inti
- Menyimpulkan
- Penilaian
- Pemajangan LKS
XI. Alat / Sumber Buku
Alat : Disesuaikan dengan materi gambar bintang
Sumber buku :
XII. Evaluasi / Penilaian
Jenis tes : Perbuatan
Tunjukkan dan peragakan !
7. Tunjukkan mana arah kanan, arah kiri
8. Peragakan melangkah ke kanan ke kiri
9. Ambil pensil di bawah meja
10. Letakkan rol di atas meka
11. Maju dua langkah ke depan
12. Mundur dua langkah ke belakang
Mengetahui
Kepala SDLB Negeri Purworejo
Muh. Katib, S.Pd. NIP. 19580308 198405 1 001
Purworejo, Mei 2009
Guru Kelas
H e l d a NIP. 19640330 199102 2 001
73
KISI-KISI
PENGGUNAAN KONSEP RUANG BAGI ANAK
TUNAGRAHITA RINGAN
Teknik Data
Subyek
Indikator
Konsep
Ruang
Sub
Indikator Deskriptor
Observasi Dokumentasi Tes
Kanan-Kiri 1. Anggota
Tubuh
2. Gerakan
tubuh
1. Mata
2. Telinga
3. Tangan
4. Kaki
5. Kanan
6. Kiri
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Atas-Bawah 1. Anggota
Tubuh
2. Gerakan
tubuh
7. Kepala
8. leher
9. tangan
10. kaki
11. angkat
12. turun
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Permainan
bintang
beralih
Depan-
Belakang
1. Anggota
Tubuh
2. Gerakan
tubuh
13. Tangan
14. kaki
15. langkah
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
74
INSTRUMEN OBSERVASI
PENGGUNAAN KONSEP RUANG MELALUI PERMAINAN
BINTANG BERALIH PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN
No Indikator Deskriptor Keterangan
1
2
Konsep ruang
kanan dan
konsep ruang
kiri
Konsep ruang
depan dan
konsep ruang
belakang
Anak dapat:
1. Menunjukkan mata kanan
2. Menunjukkan mata kiri
3. Menunjukkan tangan kanan
4. Menunjukkan tangan kiri
5. Menunjukkan telinga kanan
6. Menunjukkan telinga kiri
7. Menunjukkan kaki kanan
8. Menunjukkan kaki kiri
9. Menunjukkan sepatu kanan
10. Menunjukkan sepatu kiri
11. Menujukkan ke depan
12. Menunjukkan ke belakang
13. Melangkah ke depan
14. Melangkah ke belakang
15. Melompat ke depan
16. Melompat ke belakang
17. Berdiri di depan teman
18. Berdiri di belakang teman
19. Rentangkan tangan ke depan
20. Rentangkan tangan ke belakang
75
3 Konsep ruang
atas dan
konsep ruang
bawah
21. Menunjukkan ke atas
22. Menunjukkan ke bawha
23. Angkat dua tangan ke atas
24. Angkat dua tangan ke bawah
25. Melihat ke atas
26. Melihat ke bawah
27. Lemparkan bola ke atas
28. Lemparkan bola ke bawah
29. Menyebutkan benda di atas meja
30. Menyebutkan benda di bawah meja
76
PEDOMAN TES
PENGGUNAAN KONSEP RUANG BAGI ANAK
TUNAGRAHITA RINGAN
Nilai Tes
Indikator Deskriptor Dapat
Kurang
Dapat Tidak
1. Tunjukkan mata kananmu
2. Tunjukkan mata kirimu
3. Tunjukkan tangan kananmu
4. Tunjukkan tangan kirimu
5. Tunjukkan telinga kananmu
6. Tunjukkan telinga kirimu
7. Tunjukkan kaki kananmu
8 Tunjukkan kaki kirimu
9. Tunjukkan sepatu kananmu
Konsep ruang
kanan dan
konsep ruang
kiri
10. Tunjukkan sepatu kirimu
11. Tunjuk ke depan
12. Tunjuk ke belakang
13. Melangkah ke depan
14. Melangkah ke belakang
15. Melompat ke depan
16. Melompat ke belakang
17. Berdiri di depan temanmu
18. Berdiri di belakang temanmu
19. Rentangkan tangan ke depan
Konsep ruang
depan dan
konsep ruang
belakang
20. Rentangan tangan ke belakang
21. Menunjuk ke atas Konsep ruang
22. Menunjuk ke bawah
77
23. Coba angkat dua tangan ke atas
24. Coba angkat dua tangan ke bawah
25. Coba melihat ke atas
26. Coba melihat ke bawah
27. Coba lempar batu ke atas
28. Coba lempar batu ke bawah
29. Sebutkan benda di atas meja
atas dan
konsep ruang
bawah
30. Sebutkan benda di bawah meja
78
INSTRUMEN OBSERVASI
OBSERVASI AWAL SIKLUS I (2 MEI 2009)
PENGGUNAAN KONSEP RUANG MELALUI PERMAINAN BINTANG
BERALIH PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN
No Indikator Deskriptor Keterangan
1. Tunjukkan mata kananmu Dapat menunjukkan mata kanan dengan baik
2. Tunjukkan mata kirimu Dapat menunjukkan mata kiri dengan baik
3. Tunjukkan tangan kananmu Dapat menunjukkan tangan kanan
4. Tunjukkan tangan kirimu Ada keraguan menunjukkan tangan kiri
5. Tunjukkan telinga kananmu Dapat menunjukkan telinga kanan
6. Tunjukkan telinga kirimu Dapat menunjukkan telinga kiri
7. Tunjukkan kaki kananmu Dapat menunjukkan kaki kanan
8 Tunjukkan kaki kirimu Ada keragu-raguan menunjukkan kaki kiri
9. Tunjukkan sepatu kananmu Ada keragu-raguanmenunjukkan sepatu kanan
1 Konsep ruang kanan dan
konsep ruang kiri
10. Tunjukkan sepatu kirimu Ada keragu-raguan menunjukkan sepatu kiri
11. Tunjuk ke depan Dapat menunjukkan ke depan
12. Tunjuk ke belakang Dapat menunjukkan ke belakang
13. Melangkah ke depan Dapat melangkah ke depan
14. Melangkah ke belakang Dapat melangkah ke belakang
15. Melompat ke depan Dapat melompat ke depan
16. Melompat ke belakang Dapat melompat ke belakang
17. Berdiri di depan temanmu Ada keragu-raguan berdiri di depan teman
18. Berdiri di belakang temanmu Ada keragu-raguan berdiri di belakang teman
19. Rentangkan tangan ke depan Dapat merentangkan tangan ke depan
2 Konsep ruang depan dan
konsep ruang belakang
20. Rentangan tangan ke belakang Dapat merentangkan tangan ke belakang
21. Menunjuk ke atas Dapat menunjukkan ke atas
22. Menunjuk ke bawah Dapat menunjukkan ke bawah
23. Angkat dua tangan ke atas Dapat mengangkat dua tangan ke atas
24. Angkat dua tangan ke bawah Dapat mengangkat dua tangan ke bawah
25. Melihat ke atas Dapat melihat ke atas
26. Melihat ke bawah Dapat melihat ke bawah
27. Lempar bola ke atas Ada keragu-raguan melempar bola ke atas
28. Lempar bola ke bawah Ada keragu-raguan melempar bola ke bawah
29. Sebutkan benda di atas meja Ada keragu-raguan menyebut benda di atas meja
3 Konsep ruang atas dan
konsep ruang bawah
30. Sebutkan benda di bawah meja Ada keragu-raguan menyebut benda di bawah meja
Mengetahui Kolaborator
Endang Dwi Hastuti
NIP 19630912 198806 2 001
79
INSTRUMEN OBSERVASI
OBSERVASI AWAL SIKLUS II (25 MEI 2009)
PENGGUNAAN KONSEP RUANG MELALUI PERMAINAN BINTANG
BERALIH PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN
No Indikator Deskriptor Keterangan
1. Tunjukkan mata kananmu Dapat menunjukkan mata kanan dengan baik
2. Tunjukkan mata kirimu Dapat menunjukkan mata kiri dengan baik
3. Tunjukkan tangan kananmu Dapat menunjukkan tangan kanan
4. Tunjukkan tangan kirimu Ada keraguan menunjukkan tangan kiri
5. Tunjukkan telinga kananmu Dapat menunjukkan telinga kanan
6. Tunjukkan telinga kirimu Dapat menunjukkan telinga kiri
7. Tunjukkan kaki kananmu Dapat menunjukkan kaki kanan
8 Tunjukkan kaki kirimu Ada keragu-raguan menunjukkan kaki kiri
9. Tunjukkan sepatu kananmu Ada keragu-raguanmenunjukkan sepatu kanan
1 Konsep ruang kanan dan
konsep ruang kiri
10. Tunjukkan sepatu kirimu Ada keragu-raguan menunjukkan sepatu kiri
11. Tunjuk ke depan Dapat menunjukkan ke depan
12. Tunjuk ke belakang Dapat menunjukkan ke belakang
13. Melangkah ke depan Dapat melangkah ke depan
14. Melangkah ke belakang Dapat melangkah ke belakang
15. Melompat ke depan Dapat melompat ke depan
16. Melompat ke belakang Dapat melompat ke belakang
17. Berdiri di depan temanmu Ada keragu-raguan berdiri di depan teman
18. Berdiri di belakang temanmu Ada keragu-raguan berdiri di belakang teman
19. Rentangkan tangan ke depan Dapat merentangkan tangan ke depan
2 Konsep ruang depan dan
konsep ruang belakang
20. Rentangan tangan ke belakang Dapat merentangkan tangan ke belakang
21. Menunjuk ke atas Dapat menunjukkan ke atas
22. Menunjuk ke bawah Dapat menunjukkan ke bawah
23. Angkat dua tangan ke atas Dapat mengangkat dua tangan ke atas
24. Angkat dua tangan ke bawah Dapat mengangkat dua tangan ke bawah
25. Melihat ke atas Dapat melihat ke atas
26. Melihat ke bawah Dapat melihat ke bawah
27. Lempar bola ke atas Ada keragu-raguan melempar bola ke atas
28. Lempar bola ke bawah Ada keragu-raguan melempar bola ke bawah
29. Sebutkan benda di atas meja Ada keragu-raguan menyebut benda di atas meja
3 Konsep ruang atas dan
konsep ruang bawah
30. Sebutkan benda di bawah meja Ada keragu-raguan menyebut benda di bawah meja
Mengetahui Kolaborator
Endang Dwi Hastuti
NIP 19630912 198806 2 001
80
a. Tes yang dilakukan terhadap siswa setelah dilakukan tindakan (Siklus I) 2 Mei
2009 Penggunaan Konsep Ruang Bagi Anak Tunagrahita Ringan
Nilai Tes
NK TM AK NL Indikator Deskriptor
Dpt Krg Dpt
Tdk Dpt Krg Dpt
Tdk Dpt Krg Dpt
Tdk Dpt Krg Dpt
Tdk
1. Tunjukkan mata kananmu Ö Ö Ö Ö
2. Tunjukkan mata kirimu Ö Ö Ö Ö
3. Tunjukkan tangan kananmu Ö Ö Ö Ö
4. Tunjukkan tangan kirimu Ö Ö Ö Ö
5. Tunjukkan telinga kananmu Ö Ö Ö Ö
6. Tunjukkan telinga kirimu Ö Ö Ö Ö
7. Tunjukkan kaki kananmu Ö Ö Ö Ö
8 Tunjukkan kaki kirimu Ö Ö Ö Ö
9. Tunjukkan sepatu kananmu Ö Ö Ö Ö
7. Konsep
ruang
kanan dan
konsep
ruang kiri
10. Tunjukkan sepatu kirimu Ö Ö Ö Ö
11. Coba tunjukkan ke depan Ö Ö Ö Ö
12. Coba tunjukkan belakang Ö Ö Ö
13. Melangkah ke depan Ö Ö Ö Ö
14. Melangkah ke belakang Ö Ö Ö Ö
15. Melompat ke depan Ö Ö Ö Ö
16. Melompat ke belakang Ö Ö Ö Ö
17. Berdiri di depan teman Ö Ö Ö Ö
18. Berdiri di belakang teman Ö Ö Ö Ö
19. Rentangkan tangan ke dpn Ö Ö Ö
8. Konsep
ruang
depan
dan
konsep
ruang
belakang
20. Rentangan tangan ke blkg Ö Ö
21. Tunjuk ke atas Ö Ö Ö Ö
22. Tunjuk ke bawah Ö Ö Ö Ö
23. Angkat dua tangan ke atas Ö Ö Ö Ö
24. Angkat dua tangan ke bwh Ö Ö Ö Ö
25. Lihat ke atas Ö Ö Ö Ö
26. Lihat ke bawah Ö Ö Ö Ö
27. Lembar bola ke atas Ö Ö Ö Ö
28. Lembar bola ke bawah Ö Ö Ö Ö
29. Sebut benda di atas meja Ö Ö Ö Ö
9. Konsep
ruang
atas dan
konsep
ruang
bawah
30. Sebut benda di bwah meja Ö Ö Ö Ö SKOR NILAI 11 11 8 14 12 4 13 13 4 14 12 4
% %100SoalJumlah
NilaiPerolehan Skor =´
81
b. Tes yang dilakukan terhadap siswa setelah dilakukan tindakan (Siklus II)
25 Mei 2009 Menanamkan Konsep Ruang Bagi Anak Tunagrahita Ringan
Nilai Tes
NK TM AK NL Indikator Deskriptor
Dpt Krg Dpt
Tdk Dpt Krg Dpt
Tdk Dpt Krg Dpt
Tdk Dpt Krg Dpt
Tdk
1. Tunjukkan mata kananmu Ö Ö Ö Ö
2. Tunjukkan mata kirimu Ö Ö Ö Ö
3. Tunjukkan tangan kananmu Ö Ö Ö Ö
4. Tunjukkan tangan kirimu Ö Ö Ö Ö
5. Tunjukkan telinga kananmu Ö Ö Ö Ö
6. Tunjukkan telinga kirimu Ö Ö Ö Ö
7. Tunjukkan kaki kananmu Ö Ö Ö Ö
8 Tunjukkan kaki kirimu Ö Ö Ö Ö
9. Tunjukkan sepatu kananmu Ö Ö Ö Ö
10. Kon
sep ruang
kanan dan
konsep
ruang kiri
10. Tunjukkan sepatu kirimu Ö Ö Ö Ö
11. Coba tunjukkan ke depan Ö Ö Ö Ö
12. Coba tunjukkan belakang Ö Ö Ö Ö
13. Melangkah ke depan Ö Ö Ö Ö
14. Melangkah ke belakang Ö Ö Ö Ö
15. Melompat ke depan Ö Ö Ö Ö
16. Melompat ke belakang Ö Ö Ö Ö
17. Berdiri di depan teman Ö Ö Ö Ö
18. Berdiri di belakang teman Ö Ö Ö Ö
19. Rentangkan tangan ke dpn Ö Ö Ö Ö Ö
11. Kon
sep ruang
depan
dan
konsep
ruang
belakang
20. Rentangan tangan ke blkg Ö Ö Ö Ö
21. Tunjuk ke atas Ö Ö Ö Ö
22. Tunjuk ke bawah Ö Ö Ö Ö
23. Angkat dua tangan ke atas Ö Ö Ö Ö
24. Angkat dua tangan ke bwh Ö Ö Ö Ö
25. Lihat ke atas Ö Ö Ö Ö
26. Lihat ke bawah Ö Ö Ö Ö
27. Lembar bola ke atas Ö Ö Ö Ö
28. Lembar bola ke bawah Ö Ö Ö Ö
29. Sebut benda di atas meja Ö Ö Ö Ö
12. Kon
sep ruang
atas dan
konsep
ruang
bawah
30. Sebut benda di bwah meja Ö Ö Ö Ö SKOR NILAI 22 6 2 26 1 3 26 3 1 22 4 4
% %100SoalJumlah
NilaiPerolehan Skor =´
82
MATRIK TRIANGULASI
PENGGUNAAN KONSEP RUANG MELALUI PERMAINAN BINTANG BERALIH
Teknik Triangulasi No Variabel Indikator
Catatan Lapangan Catatan Diskusi Dokumentasi Foto 1
2
Konsep ruang
kanan dan
konsep ruang
kiri
Konsep ruang
depan dan
konsep ruang
belakang
1. Menunjukkan mata kanan
2. Menunjukkan mata kiri
3. Menunjukkan tangan kanan
4. Menunjukkan tangan kiri
5. Menunjukkan telinga kanan
6. Menunjukkan telinga kiri
7. Menunjukkan kaki kanan
8. Menunjukkan kaki kiri
9. Menunjukkan sepatu kanan
10. Menunjukkan sepatu kiri
11. Menujukkan ke depan
12. Menunjukkan ke belakang
13. Melangkah ke depan
14. Melangkah ke belakang
15. Melompat ke depan
CL 1, CL 2
CL 3 CL 4
CD 1, CD 2
CD 3, CD 4
FD 1, FD 2, FD 3, FD 4
FD 5, FD 6, FD 7, FD 8
83
3
Konsep ruang
atas dan
konsep ruang
bawah
16. Melompat ke belakang
17. Berdiri di depan teman
18. Berdiri di belakang teman
19. Rentangkan tangan ke depan
20. Rentangkan tangan ke belakang
21. Menunjukkan ke atas
22. Menunjukkan ke bawha
23. Angkat dua tangan ke atas
24. Angkat dua tangan ke bawah
25. Melihat ke atas
26. Melihat ke bawah
27. Lemparkan bola ke atas
28. Lemparkan bola ke bawah
29. Menyebutkan benda di atas meja
30. Menyebutkan benda di bawah meja
CL 5, CL 6
CD 5, CD 6
FD 9, FD 10, FD 11, FD 12
i
MATRIK DISKUSI
PENGGUNAAN KONSEP RUANG MELALUI
PERMAINAN BINTANG BERALIH
No Materi Diskusi Responden
1. a. Penggunaan konsep ruang kanan yang dilakukan melalui
permainan bintang beralih
b. Penggunaan konsep ruang kiri yang dilakukan melalui
permainan bintang beralih
c. Penggunaan konsep ruang depan yang dilakukan
memperagakan dan permainan bintang beralih
d. Penggunaan konsep ruang belakang yang dilakukan dengan
memperhatikan benda yang ada di belakang tempat duduk.
e. Penggunaan konsep ruang atas melalui benda yang ada di
atas meja dan permainan bintang beralih
f. Penggunaan konsep ruang bawah melalui benda yang ada di
bawah meja dan permainan bintang beralih
Tunagrahita
Ringan
2. Sabtu, 2 Mei 2009
a. Proses pengunaan konsep ruang kanan atau kiri yang diawali
dengan diskusi tentang mengosok gigi dengan
mempergunakan tangan mana. Tangan kanan menggosok
gigi tangan kiri memegang odol dan juga tangan yang
dipergunakan untuk makan dan minum. Siswa tunagrahita
ringan tidak sulit memahami hal tersebut karena kebiasaan
menggosok gigi sudah setiap pagi dilakukan melalui
bimbingan orang tua, sehingga tangan kanan yang dimaksud
dengan tangan kiri yang memegang odol mereka sudah
memahami akan tetapi dibantu orang lain
Tunagrahita
ringan
ii
ii
b. Siswa tunagrahita ringan melakukan permainan konsep ruang
kanan atau kiri melalui permainan bintang beralih dengan
melangkah ke kanan, melangkah ke kiri mempergunakan
alat-alat bunyian.
3 Rabu, 6 Mei 2009
a. Proses penggunaan konsep ruang depan belakang diawali
dengan diskusi tentang benda-benda yang ada di depan
tempat duduk dan juga benda-benda yang ada di belakang
tempat duduk masing-masing, serta memutar badan sehingga
posisi depan dan belakang berubah dan benda-benda tersebut
pada posisi yang sama berubah.
· Siswa tunagrahita ringan ikut menyebutkan dengan
bimbingan peneliti, menyebutkan secara perorangan
ataupun kelomok
· Siswa tunagrahita riangan melakukan penggunaan konsep
ruang melalui permainan bintang beralih dengan
melakukan langkah ke depan dan langkah mundur ke
belakang.
Tunagrahita
ringan
4 Senin, 11 Mei 2009
a. Proses penggunaan konsep ruang atas dan konsep ruang
bawah dengan diskusi tentang materi seekor cicak yang di
atas loteng dan sampah yang di bawah meja, meletakkan
buku di atas kepala dan meletakannya di bawah meja.
· Siswa tunagrahita ringan senang dan ikut menyebutkan
atau memperhatikan, merespon jalannya diskusi di bawah
bimbingan peneliti.
Tunagrahita
ringan
iii
iii
· Siswa tunagrahita ringan melakukan penggunaan konsep
ruang melalui permainan bintang beralih dengan
melakukan mengambil bintang yang bergantungan di atas
seutas tali lalu meletakkan dan memindahkannya ke
bawah.
5 Senin, 25 Mei 2009
a. Proses penggunana konsep ruang kanan dan konsep ruang
kiri diawali dengan diskusi tentang mana arah kanan, arah
kiri yang dicontohkan dengan anggota tubuh dan melakukan
bersalaman dengan siswa serta menyebutkan tangan yang
dipakai untuk bersalaman.
· Siswa tunagrahita ringan mau memperhatikan dan juga
menyebutkan tentang arah kanan dan arah kiri anggota
tubuh.
· Siswa tunaragita ringan melakukan permainan bintang
beralih dengan melangkah ke kanan dan ke kiri
mempergunakan bunyi-bunyian kerenceng.
Tunagrahita
ringan
6 Sabtu, 30 Mei 2009
a. Proses penggunaan konsep ruang depan belakang diawali
dengan diskusi tentang siapa yang berdiri di belakang
peneliti, dilakukan secara bergantian.
· Siswa tunagrahita ringan melakukan dengan baik, mau
menyebutkan dan melakukan apa yang didiskusikan
bersama.
· Siswa tunagrahita ringan melakukan permainan bintang
beralih dengan melangkah ke depan dan mundur ke
belakang.
iv
iv
7 Sabtu, 6 Juni 2009
a. Proses penggunaan konsep ruang atas dan konsep ruang
bawah dengan diskusi tentang benda-benda yang ada di atas
lantai dan benda yang ada di bawah meja.
· Siswa tunagrahita ringan merespon dan mau
menyebutkan benda-benda tersebut.
· Siswa tunagrahita ringan melakukan dengan permainan
bintang beralih, mengambil bintang tergantung di atas
dan meletakkan di bawah.
Tunagrahita
ringan
v
v
CATATAN LAPANGAN 1 (CL 1)
Hari/Tanggal : Sabtu, 2 Mei 2009
Pukul : 07.30
Tempat : Kelas D IV C SDLB Negeri Purworejo
Materi : Konsep Ruang Kanan-Kiri
Pada pertemuan pelaksanaan tindakan siklus ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
1. Dilakukan dalam ruangan
2. Materi pelajaran tentang konsep ruang kanan dan konsep ruang kiri
3. Mempersiapkan alat-alat atau media
4. melakukan permainan
5. Merancang pengelolaan kelas
Pada pertemuan ini peneliti menjelaskan arah kanan dan arah kiri sesuai
dengan posisi di mana tangan kananmu atau kaki kananmu. Peneliti
memperagakan ini tangan kanan lalu ke sana arah kanan atau di tangan kiri ke
sana arah kirimu. Kalau bisa berdiri atau anak bersama arah kanan atau arah kiri
kita atau sama, siswa mempraktekkannya.
Berdasarkan pengamatan tersebut dan masukan-masukan dari siswa maka
dilakukan perenungan dan mengevaluasi dengan kesimpulan perlu diulang
kembali dengan memberi contoh serta memberikan tentang konsep yang
diajarkan.
vi
vi
CATATAN LAPANGAN 2 (CL 2)
Hari/Tanggal : Rabu, 6 Mei 2009
Pukul : 07.30
Tempat : Kelas D IV C SDLB Negeri Purworejo
Materi : Konsep Ruang Depan Belakang
Setelah peneliti menerangkan arah depan dan arah belakang dengan
mempergunakan media kepada siswa, peneliti meminta memperhatikan cara
melakukannya. Melangkah ke depan dan melangkah mundur ke belakang sambil
menyembunyikan kerincingan. Kemudian secara bersama-sama melakukannya
dengan adanya aba-aba dari peneliti. Ternyata setelah berulang kali melakukan
masih terdapat kesulitan.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama proses pembelajaran
berlangsung pada pertemuan ini gejala yang tampak adalah motivasi anak hampir
sesuai denganapa yang diharapkan namun pembelajaran ini mereka anggap
sebagai suatu permainan.
vii
vii
CATATAN LAPANGAN 3 (CL 3)
Hari/Tanggal : Senin, 11 Mei 2009
Pukul : 07.30
Tempat : Kelas D IV C SDLB Negeri Purworejo
Materi : Konsep Ruang Atas-Bawah
Pada materi ini peneliti mengajak mereka melakukan permainan bintang
beralih yaitu mengalihkan bintang yang berayun-ayun di atas dipindahkan ke
bawah sesuai dengan warna bintang dan warna lingkaran yang ada di bawahnya.
Melihat bintang mereka sangat tertarik melakukan untuk memindahkan bintang
yang berwarna-warni.
Dari pengamatan peneliti selama proses pembelajaran berlangsung siswa
belum sepenuhnya memahami konsep atas-bawah, maka dilakukan perenungan
serta evaluasi dengan kesimpulan perlu diulangi kembali penggunaan konsep
ruang atas-bawah dengan memberi contoh serta motivasi disiplin agar mereka
melakukan pembelajaran sambil bermain dan tidak menghilangkan tujuan
pembelajaran.
viii
viii
CATATAN EVALUASI SIKLUS
Hari/Tanggal : Sabtu, 16 Mei 2009
Pukul : 07.30
Tempat : Kelas D IV C SDLB Negeri Purworejo
Materi : Konsep Ruang
1) Melaksanakan evaluasi dan semua materi yang telah diajarkan
2) Evaluasi dilakukan melalui observasi
Setelah kegiatan evaluasi berlangsung, melalui observasi secara umum
siswa sudah bisa menunjukkan, menyebutkan, memperagakan tentang konsep
ruang walaupun masih ada keragu-raguan dan juga masih perlu bimbingan dan
perlu dilakukan secara berulang-ulang.
ix
ix
CATATAN LAPANGAN 4 (CL 4)
Hari/Tanggal : Senin, 25 Mei 2009
Pukul : 07.30
Tempat : Kelas D IV C SDLB Negeri Purworejo
Materi : Konsep Ruang Kanan-Kiri
Pelaksanaan siklus II ini dapat digambarkan sebagai berikut:
1) Dilakukan dala ruangan
2) Materi pelajaran tentang konsep ruang kanan dan konsep ruang kiri
3) Mempersiapkan alat-alat pelajaran
4) Melakukan permainan
5) Merancang pengelolaan kelas
6) Merancang pelaksanaan motivasi
7) Menyertakan kolaborasi, melakukan permainan
Pada pertemuan ini peneliti memberi contoh permainan bintang beralih
bersama kolaborator. Siswa memperhatikan penelitian kemudian siswa satu
persatu mencobanya yaitu melangkah ke kanan sambil bertepuk tangan dan
melangkah ke kiri sambil bertepuk tangan dan menghitungnya satu, dua, tiga
walaupun sebenarnya masih ada keraguan-keraguan namun pujian dan motivasi
selalu diberikan untuk tetap percaya diri, senang dan gembira dalam
pembelajaran.
Dari pengamatan peneliti dan kolaborator serta melakukan perenungan dan
berdiskusi, dan mengevaluasi terhadap yang telah dilakukan dan mengambil
kesimpulan bahwa kemampuan siswa untuk memahami konsep kanan-kiri sudah
meningkat, namun peraya diri dan juga motivasi selalu ditanamkan.
x
x
CATATAN LAPANGAN 5 (CL 5)
Hari/Tanggal : Sabtu, 30 Mei 2009
Pukul : 07.30
Tempat : Kelas D IV C SDLB Negeri Purworejo
Materi : Konsep Ruang Depan-Belakang
Kegiatan dilanjutkan melalui permainan bintang beralih. Peneliti
memberikan contoh kepada siswa dengan melompat ke depan kemudian
melompat ke belakang sambil bertepuk tangan. Siswa dengan seksama
memperhatikan dan mencobanya, kemudian peneliti bersama kolaborator
membimbing siswa untuk melakukannya.
Berdasarkan hasil pengamatan kolaborator, peneliti bersama siswa dengan
melakukan renungan, berdiskusi, melakukan evaluasi dari tindakan yang sudah
diberikan dan peneliti mengambil kesimpulan bahwa perhatian siswa dalam
melakuka instruksi dari peneliti selalu ditingkatkan melalui pendekatan dan
motivasi yang lebih menarik.
Kemampuan siswa dalam mengenal konsep depan-belakang sudah lebih
meningkat.
xi
xi
CATATAN LAPANGAN 6 (CL 6)
Hari/Tanggal : Sabtu, 6 Juni 2009
Pukul : 07.30
Tempat : Kelas D IV C SDLB Negeri Purworejo
Materi : Konsep Ruang Atas-Bawah
Sebelumnya peneliti memberikan contoh bersama kolaborator dengan
mengambil satu bintang yang menggantung di atas lalu diturunkan ke bawah
sesuai dengan lingkaran yang sama warnanya. Dengan seksama siswa
memperhatikan kemudian siswa mencoba melakukannya dengan bimbingan
peneliti dan kolaborator. Sekarang peneliti menginstruksikan agar semua bintang
yang ada di bawah dinaikkan ke atas kemudian juga sebaliknya.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti bersama teman kolaborator pada
tindakan ini, bahwa semua siswa terbukti dapat melakukan, namun motivasi dan
pujian selalu membangkitkan siswa untuk lebih percaya diri dan merasa berarti.
xii
xii
CATATAN EVALUASI SIKLUS II
Hari/Tanggal : Senin, 15 Juni 2009
Pukul : 07.30
Tempat : Kelas D IV C SDLB Negeri Purworejo
Materi : Konsep Ruang
1. Melaksanakan evaluasi dari semua materi yang diajarkan
2. Evaluasi dilakukan melalui instrumen observasi
Setelah kegiatan evaluasi berlangsung, melalui observasi secara umum
siswa sudah mampu menunjukkan, menyebutkan, memperagakan tentang kosep
ruang namun bimbingan dan pemberian motivasi tetap dilanjutkan.