pengenalan alat

49
PENGENALAN ALAT I. TUJUAN 1. Mengetahui kegunaan alat-alat yang ada di dalam laboratorium Teknologi Formulasi Sediaan Non-Steril 2. Mengetahui aplikasi alat-alat dalam industri. II. TEORI Granulasi adalah pembentukan partikel- partikel besar dengan mekanisme pengikatan tertentu. Granul dapat diproses lebih lanjut menjadi bentuk sediaan granul terbagi, kapsul, maupun tablet(Andayana N, 2009). Tablet adalah bentuk sediaan yang paling banyak beredar karena secara fisik stabil, mudah dibuat, lebih menjamin kestabilan bahan aktif dibandingkan bentuk cair, mudah dikemas, praktis, mudah digunakan, homogen, dan reprodusibel. Seperti dijelaskan sebelumnya, tablet di buat dengan jalan mengempa campuran zat aktiv dan eksipien, baik yang dibuat menjadi granul terlebih dahulu maupun tidak, pada mesin pencetak tablet. (Nugrahani I,2005)

Upload: sange29

Post on 13-Aug-2015

466 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

laporan akhir praktikum solida

TRANSCRIPT

Page 1: PENGENALAN ALAT

PENGENALAN ALAT

I. TUJUAN

1. Mengetahui kegunaan alat-alat yang ada di dalam laboratorium

Teknologi Formulasi Sediaan Non-Steril

2. Mengetahui aplikasi alat-alat dalam industri.

II. TEORI

Granulasi adalah pembentukan partikel-partikel besar dengan

mekanisme pengikatan tertentu. Granul dapat diproses lebih lanjut menjadi

bentuk sediaan granul terbagi, kapsul, maupun tablet(Andayana N, 2009).

Tablet adalah bentuk sediaan yang paling banyak beredar karena

secara fisik stabil, mudah dibuat, lebih menjamin kestabilan bahan aktif

dibandingkan bentuk cair, mudah dikemas, praktis, mudah digunakan,

homogen, dan reprodusibel. Seperti dijelaskan sebelumnya, tablet di buat

dengan jalan mengempa campuran zat aktiv dan eksipien, baik yang dibuat

menjadi granul terlebih dahulu maupun tidak, pada mesin pencetak tablet.

(Nugrahani I,2005)

Tablet adalah sediaan padat yang mengandungi bahan obat dengan

atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat

digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Sebagian tablet dibuat

dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling

banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan

tinggi pada serbuk granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat

dalam berbagai ukuran, bentuk dan penanda permukaan tergantung pada

desain cetakan. Tablet cetak dibuat dengan cara menekan serbuk lembap

dengan tekanan rendah ke lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung

pada ikatan kristal yang terbentuk selama proses pengikatan selanjutnya

Page 2: PENGENALAN ALAT

dan tidak tergantung pada kekuatan tekanan yang diberikan(Nugrahani

I,2005)

.

Tablet cetak dibuat dari campuran bahan obat dan bahan pengisi,

umumnya mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai

perbandingan. Massa serbuk dibasahi dengan larutan yang mengandungi

etanol perbandingan tinggi. Kadar etanol tergantung pada kelarutan zat

aktif dan bahan pengisi dalam system pelarut dan derajat kekerasan tablet

yang diiinginkan. Massa serbuk yang lembap ditekan ke dalam cetakan,

dikeluarkan dan dibiarkan kering. Tablet cetak agak rapuh, sehingga harus

hati-hati dalam pengemasan dan pendistribusian(Rowe rc,2009).

Pada umumnya tablet kempa mengandung zat aktif dan bahan

pengisi, bahan pengikat, disintegran dan lubrikan, dapat juga mengandung

bahan dan lak (bahan warna yang diadsorpsikan pada aluminium

hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan, bahan pengaroma dan bahan

pemanis. Bahan pengisi ditambahkan jika jumlah zat aktif sedikit atau

susah dikempa. Bahan pengisi tablet yang umum adalah laktosa, pati,

kalsium fosfat dibasa dan selulosa mikrokristal(Rowe rc,2009)..

Mesin pencetak tablet single punch adalah alat yang digunakan

dalam pencetakan tablet secara manual. Di mana ukuran seperti diameter,

bobot, kekerasan dan sifat tablet yang lain dapat diatur secara manual. Alat

pengujian laju alir digunakan untuk menguji laju alir tablet di mana

seluruh tablet dimasukkan ke dalam corong alat dan diratakan. Waktu

untuk seluruh massa melalui corong dan berat massa dicatat. Laju alir

dinyatakan sebagai jumlah gram massa tablet yang melalui corong

pendetik. Untuk penimbangan granul dan tablet digunakan alat timbangan.

Alat loss on dryin digunakan untuk mengukur parameter susut

pengeringan. (Nugrahani I,2005)

Page 3: PENGENALAN ALAT

Untuk pengukuran susut pengeringan digunakan rumus:

Loss on Drying = Wawal - Wakhir x 100%

Wawal

Keuntungan dan kekurangan Tablet

Tablet memiliki beberapa keuntungan. Antara keuntungan tablet

adalah rasa pahit, mual, dan rasa tidak enak dari obat dapat diubah dan

kadang-kadang menjadi enak dengan menyalut isi tablet atau granul tablet

dengan penyalut yang cocok. Penyalut ini hanya dibutuhkan untuk

melindungi tablet selama waktu yang normal. Selain itu , euntungan di

bidang pemasaran dari tablet adalah mudah diatur denga dosis yang akurat.

Jika dibagi dapat memiliki keseragaman distribusi ke seluruh tablet untuk

menjamin keakuratan ketika tablet dibelah atau satu/lebih bahan terapetik

dapat dibagi menjadi bagian spesifik seperti lapisan, pellet, atau granul

untruk menambah efek terapetik. Tablet juga tidak mengandung alkohol.

Alkohol merupakan bahan penting untuk meningkatkan kelarutan atau

stabilitas dari bentuk lain dari obat. Tidak adanya alkohol dalam tablet

secara normal mengurangi biaya produksi. Selain itu, tablet dapat dengan

mudah disesuaikan dengan berbagai variasi sediaan dari bahan obat. Oleh

karena itu konsentrasi obat yang sesuai tersedia dengan mudah dan

ekonomis., baik untuk dokter, pasien, maupun farmasis. Sifat alami tablet

juga memberi kesan layak secara psikologis karena hampir semua diterima

oleh pasien. Untuk kenyamanan dalam penggunaan, tablet dibuat dalam

bentuk sangat praktis dan efisien untuk pengobatan. Tablet menyenangkan

bagi farmasis karena kemudahan dalam pengemasan dan

penyaluran(Martindale,1989 ).

Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan

kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan serta

visibility kandungan yang paling rendah. Selain itu tablet merupakan

Page 4: PENGENALAN ALAT

bentuk sediaan yang paling ringan paling kompak, paling mudah dan

paling murah untuk dikemas dan dikirim. Pemberian tanda pengenal

produk pada tablet paling juga mudah dan murah sehingga tidak

memerlukan langkah pengerjaan tambahan bila menggunakan pencetak

yang bermonogram yang yang berhiasan timbul.Tablet juga mudah

ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di tenggorokan terutama

bila bersalut yang kemungkinan pecah atau hancurnya tablet dapat segera

terjadi( Lachmann,2008).

Tablet juga memiliki beberapa kekurangan. Terdapat beberapa

bahan tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak tergantung pada

keadaan amorfnya, flokulasi atau rendahnya berat jenis. Selain itu obat

yang sukar dibasahkan lambat melarut, absorpsinya tinggi dalam saluran

cerna atau setiap kombinasi dari sifat di atas akan sukar atau tidak

mungkin diproduksi untuk menghasilkan bioavailibilitas yang tidak cukup

atau kurang. Obat yang biasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat

dihilangkan atau obat yang peka terhadap oksigen atau kelembaaban udara

perlu penyalutan atau pengkapsulan sebelum dikempa(Martin, 1990 ).

Metode Pembuatan Tablet

Pada umumnya tablet kempa dibuat dengan mengempa massa

kempa yang mengalir dari corong ke kisi pengisi lalu ke lubang kempa

menjadi massa kompak dan padat. Tablet dibuat sesuai bentuk dan ukuran

pons dan lubang kempa lalu dikempa menghasilkan massa rengat dan

kompak dengan bentuk tertentu. Unit tablet dalam satu batch harus

mempunyai keseragaman bobot, keseragaman kandungan, serta kadar zat

aktif yang harus memenuhi syarat. Ketentuan lain yang juga penting dari

massa tablet yaitu massa tablet harus homogen dan massa kempa harus

mengalir lancar ke lubang kempa(Nugrahani I,2005).

Page 5: PENGENALAN ALAT

Massa kempa adalah massa tablet yang terdiri dari campuran fase

dalam dan fase luar yang telah diproses untuk siap dikempa menjadi tablet.

Fase dalam adalah massa utama tablet yang terdiri dari campuran zat aktif

dan eksipien yang diproses menjadi granul secara basah atau kering atau

tergantung pembuatan, dapat pula merupakan campuran serbuk zat aktif

dan eksipien. Fase luar adalah campuran beberapa eksipien saja, yaitu

penghancur luar, glidan, dan lubrikan yang ditambahkan ke fase dalam

untuk memudahkan pengempaan tablet dan untuk menunjang mutu tablet

yang memenuhi syarat(Nugrahani I,2005).

Massa kempa yang baik memiliki sifat-sifat:

a) Memiliki aliran yang baik agar dapat dengan lancar mengalir dari

corong ke lubang kempa sehingga keragaman bobot memenuhi syarat.

b) Memiliki sifat granulometri (ukuran serba sama) agar pengisian lubang

kempa selalu dalam bobot dan volume yang tepat, cepat dan partikel

setelah dikempa menghasilkan tablet yang kompak.

c) Memiliki kompressibilitas yang baik.

d) Memiliki kompaktibilitas yang baik.

e) Memiliki kandungan zat aktif yang homogen dan serba sama.

Granulasi adalah proses pembuatan ikatan partikel-partikel kecil

membentuk padatan yang lebih besar atau agregat permanen melalui

penggumpalan massa, sehingga dapat dibuat granul yang lebih homogen

dari segi kadar, massa jenis, ukuran serta bentuk partikel. Adapun fungsi

granulasi adalah untuk memperbaiki sifat aliran dan kompressibilitas dari

massa cetak tablet, memadatkan bahan-bahan,menyediakan campuran

seragam yang tidak memisah, mengendalikan kecepatan pelepasan zat

aktif, mengurangi debu,dan memperbaiki penampakan tablet(Nugrahani

I,2005).

Page 6: PENGENALAN ALAT

Untuk beberapa zat aktif tertentu, proses granulasi dapat dilewati

jika zat aktif memenuhi syarat untuk langsung dikempa. Metode ini

disebut kempa langsung. Metode ini mengurangi lamanya proses

pembuatan tablet melalui proses granulasi, tapi sering timbul beberapa

kendala yang disebabkan sifat aktif itu sendiri atau eksipien(Andayana N,

2009).

Granulasi basah adalah metode yang dilakukan dengan cara

membasahi massa tablet menggunakan larutan pengikat sampai terdapat

tingkat kebasahan tertentu, lalu digranulasi. Metode ini dapat digunakan

untuk zat aktif yang sukar larut dalam air atau pelarut yang digunakan

tahan terhadap pemanasan dan kelembaban. Umumnya digunakan untuk

zat aktif yang sulit dicetak karena mempunyai sifat aliran dan

kompressibilitas yang jelek. Oleh karena itu, pada metode ini diperlukan

zat, pengikat, penghancur, pengisi, lubrikan dan eksipien lain(Martin,

1990 )..

Proses pembuatan:

a) Penghalusan

Tujuan dari penghalusan adalah untuk memperkecil ukuran

partikel zat aktif dan eksipien. Semakin besar ukuran partikel maka sifat

kohesifitas danadhesifitas antar partikel semakin besar yang dapat

menyebabkan terjadinya pemisahan pada granul. Tahap ini dapat

dilakukan dengan menggunakan bowl hammer, hammer mill, dan

grinder(Martin, 1990 )..

b) Pencampuran

Tujuan pencampuran ini adalah untuk mendapatkan distribusi

bahan aktif yang merata dan homogen. Tahap ini dapat dilakukan dengan

Page 7: PENGENALAN ALAT

menggunakan alat planetary mixer, twin-shell, dan blender(Martin,

1990 )..

c) Penambahan dan Pencampuran Larutan Pengikat

Penambahan larutan pengikat akan membentuk massa basah

sehingga membutuhkan alat yang dapat meremas dengan kuat seperti

sigma blade mixer dan planetary mixer(Martin, 1990 )..

d) Pengayakan

Massa basah dibuat menjadi granul dengan melewatkannya pada

ayakan berukuran 6-12 mesh yang disebut oscilating

granulator/fitzmill(Martin, 1990 )..

e) Pengeringan

Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan pembasah yang

digunakan. Granul kemudian dikeringkan dalam oven atau fluid bed

dryer(Martin, 1990 )..

f) Pengayakan

Ukuran granul diperkecil dengan cara melewatkan pada ayakan

dengan porositas yang lebih kecil dari yang sebelumnya(Martin, 1990 )..

g) Penambahan Penghancur dan Lubrikan

Proses selanjutnya yaitu proses pencampuran granul-granul dengan

penghancur dan lubrikan menggunakan twin-shell blender atau mixer

lainnya(Martin, 1990 )..

h) Pengempaan Tablet

Proses terakhir dari metode granulasi basah adalah pengempaan

massa cetak berupa granul menjadi tablet(Martin, 1990 )..

Page 8: PENGENALAN ALAT

Granulasi kering adalah metode yang dilakukan dengan cara

membuat granul secara mekanis tanpa bantuan pengikat basah atau pelarut

pengikat. Metode ini digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan

lembab, serta tidak tahan air atau pelarut yang digunakan.

Metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan:

a) Mesin Slug

Massa serbuk ditekan pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet

besar yang tidak berbentuk, kemudian digiling dan diayak hingga

diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan.

b) Mesin Rol

Massa serbuk diletakkan diantara mesin rol yang dijalankan secara

hidrolik untuk menghasilkan massa rata yang tipis, lalu diayak atau

digiling hingga diperoleh granul dengan ukuran yang diinginkan.

Proses Pelaksanaan:

a) Penghalusan

Tujuan dari penghalusan adalah untuk memperkecil ukuran partikel zat

aktif dan eksipien. Semakin besar ukuran partikel maka sifat kohesifitas

dan adhesifitas antar partikel semakin besar yang dapat menyebabkan

terjadinya pemisahan pada granul. Tahap ini dapat dilakukan dengan

menggunakan bowl hammer, hammer mill, dan grinder.

b) Pencampuran

Tujuan pencampuran ini adalah untuk mendapatkan distribusi bahan aktif

yang merata dan homogen. Tahap ini dapat dilakukan dengan

menggunakan alat planetary mixer, twin-shell, dan blender.

Page 9: PENGENALAN ALAT

c) Slugging

Campuran serbuk ditekan ke dalam cetakan yang besar dan dikompakkan

dengan punch berpermukaan datar, massa yang diperoleh disebut slug.

d) Pengayakan

Massa basah dibuat menjadi granul dengan melewatkannya pada ayakan

berukuran 6-12 mesh yang disebut oscilating granulator/fitzmill.

e) Pengayakan

Ukuran granul diperkecil dengan cara melewatkan pada ayakan dengan

porositas yang lebih kecil dari yang sebelumnya.

f) Penambahan Penghancur dan Lubrikan

Proses selanjutnya yaitu proses pencampuran granul-granul dengan

penghancur dan lubrikan menggunakan twin-shell blender atau mixer

lainnya.

g) Pengempaan Tablet

Proses terakhir dari metode granulasi kering adalah pengempaan massa

cetak berupa granul menjadi tablet.

Kempa langsung adalah pembuatan tablet tanpa adanya proses

granulasi yang memerlukan eksipien yang cocok sehingga dapat

memungkinkan untuk dikempa secara langsung. Kempa langsung dapat

menghindari banyak masalah yang timbul pada granulasi basah maupun

kering. Walaupun demikian perubahan sifat fisik bahan pengisi dapat

merubah sifat alir sehingga tidak sesuai untuk dikempa secara langsung.

Metode ini digunakan untuk zat aktif yang mempunyai sifat aliran dan

kompressibilitas baik. Selain itu kempa langsung dapat dilakukan untuk

zat aktif yang tidak mungkin dilakukan dengan metode granulasi basah

Page 10: PENGENALAN ALAT

(tidak tahan lembab dan panas) dan granulasi kering (yang melibatkan

kompresi tinggi)(Andayana N, 2009).

Proses Pelaksanaan:

a) Penghalusan

Tujuan dari penghalusan adalah untuk memperkecil ukuran

partikel zat aktif dan eksipien. Semakin besar ukuran partikel maka sifat

kohesifitas dan adhesifitas antar partikel semakin besar yang dapat

menyebabkan terjadinya pemisahan pada granul. Tahap ini dapat

dilakukan dengan menggunakan bowl hammer, hammer mill, dan grinder.

b) Pencampuran

Tujuan pencampuran ini adalah untuk mendapatkan distribusi

bahan aktif yang merata dan homogen. Tahap ini dapat dilakukan dengan

menggunakan alat planetary mixer, twin-shell, dan blender.

c) Pengempaan tablet

Proses terakhir dari metode kempa langsung adalah pengempaan

massa cetak menjadi tablet (Marais,2003)

EVALUASI SEDIAAN GRANUL DAN TABLET

Uji Waktu Alir

Uji ini dilakukan dengan metode corong. Adapun caranya adalah sebagai perikut yaituditimbang 100g granul yang sudah terbentuk, kemudian dimasukkan kedalam corong denganukuran tertentu yang bagian bawahnya tertutup. Alat dijalankan, kemuian dicatat waktu yangdiperlukan seluruh granul untuk melalui corong tersebut dengan menggunakan stopwatch.Waktu alir granul yang baik adalah jika waktu yang diperlukan kurang lebih atau samadengan 10 detik untuk 100 gram granul. Dengan demikian kecepatan alir yang baik adalahlebh besar dari 100 gram/detik.

Page 11: PENGENALAN ALAT

Persen Kompressibilitas

Pengukuran lain dari sebuk yang bebas mengalir adalah kompresibilitas yang dihitung dari kerapatan granul, yaitu dengan memasukkan sejumlah tertentu granul kedalam gelas ukur. Volume awal dicatat, kemudian diketuk-ketuk sampai tidak terjadi pengurangan volume. Selanjutnya dihitung persen kompressibilitasnya.(Lachman,2008)

Kompresibilitas =vo−vi

vox 100 %

Vo = Volume awal granul

Vi = Volume granul setelah diketukkan

Tabel 2.1 Kompressibilitas dan daya alir. (Lachman,2008)

% kompressibilitas Daya alir5-15 Baik sekali12-16 Baik18-21 Sedang-dapat lewat23-35 Buruk33-38 Sangat buruk>40 Sangat buruk sekali

Uji susut kering

Uji susut pengeringan pula dilakukan dengan sebanyak sepuluh

gram massa cetak tablet (yang belum ditambahkan fasa luar) diletakkan

pada alat pengukur susut pengeringan (Loss on Drying) / Moisture

determination balance (Ohaus), dan dibiarkan hingga bobotnya tetap.

Keseragaman Bobot

Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua

metode, yaitu keseragaman bobot atau keseragaman kandungan.

Persyaratan ini digunakan untuk sediaan mengandung satu zat aktif dan

sediaan mengandung dua atau lebih zat aktif (Depkes RI, 1995).

Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada produk

kapsul lunak berisi cairan atau pada produk yang mengandung zat aktif 50

Page 12: PENGENALAN ALAT

mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih, dari bobot, satuan sediaan.

Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada sediaan padat

(termasuk sediaan padat steril) tanpa mengandung zat aktif atau inaktif

yang ditambahkan, yang telah dibuat dari larutan asli dan dikeringkan

dengan cara pembekuan dalam wadah akhir dan pada etiket dicantumkan

cara penyiapan ini (Depkes RI, 1995).

Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot

yang ditetapkan sebagai berikut: Timbang 20 tablet, hitung bobot rata –

rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet

yang masing – masing bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya

lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun

yang bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih dari harga

yang ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan

10 tablet; tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari

bobot rata – rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tabletpun yang

bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata yang ditetapkan

kolom B.

Bobot rata – rataPenyimpanan bobot rata – rata dalam %

A B25 mg atau kurang 15% 30%

26 mg sampai dengan 150 mg

10% 20%

151 mg sampai dengan 300 mg

7,5% 15%

Lebih dari 300 mg 5% 10%

(DepKes RI, 1979).

Menurut Depkes RI (1995), untuk penetapan keseragaman sediaan

dengan cara keseragaman bobot, pilih tidak kurang dari 30 satuan, dan

lakukan sebagai berikut untuk sediaan yang dimaksud. Untuk tablet tidak

bersalut, timbang saksama 10 tablet, satu per satu, dan hitung bobot rata-

Page 13: PENGENALAN ALAT

rata. Dari hasil penetapan kadar, yang diperoleh seperti yang tertera dalam

masing-masing monografi, hitung jumlah zat aktif dari masing-masing

dari 10 tablet dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen.

Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi,

persyaratan keseragaman dosis dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam

masing-masing dari 10 satuan sediaan seperti yang ditetapkan dari cara

keseragaman bobot atau dalam keseragaman kandungan terletak antara

85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku

relatif kurang dari atau sama dengan 6,0% (Depkes RI, 1995).

Jika 1 satuan terletak di luar rentang 85,0% hingga 115,0% seperti

yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan terletak antara rentang 75,0%

hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket, atau jika simpangan baku

relatif lebih besar dari 6,0% atau jika kedua kondisi tidak dipenuhi,

lakukan uji 20 satuan tambahan. Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari

1 satuan dari 30 terletak diluar rentang 85,0% hingga 115,0% dari yang

tertera pada etiket dan tidak ada satuan yang terletak di luar rentang 75,0%

hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif

dari 30 satuan sediaan tidak lebih dari 7,8% (Depkes RI, 1995).

Uji Kekerasan

Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet

yang mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur

dengan memberi tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus

mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari

berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan

transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah hardness tester (Banker and

Anderson, 1984). Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan

ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan,

kikisan dan terjadi keretakan talet selama pembungkusan, pengangkutan

Page 14: PENGENALAN ALAT

dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan

pengempaan (Parrott, 1971).

Alat yang dapat digunakan untuk mengukur kekerasan tablet

diantaranya Monsanto tester, Pfizer tester, dan Strong cobb hardness

tester. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan

kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai

ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan

saat penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet

yang keras memiliki waktu hancur yang lama (lebih sukar hancur) dan

disolusi yang rendah, namun tidak selamanya demikian.

Pada umumnya tablet yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan

antara 4-10 kg. Namun hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet dapat

lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari

4 kg masih dapat diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi

batas yang diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan

memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya pada saat

pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg

masih dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu

hancur/disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan (Sulaiman, 2007). Uji

kekerasan dilakukan dengan mengambil masing-masing 10 tablet dari tiap

batch, yang kemudian diukur kekerasannya dengan alat pengukur

kekerasan tablet. Persyaratan untuk tablet lepas terkendali non swellable

adalah 10-20 kg/cm2 (Nugrahani, 2005).

Uji Kerapuhan (Friabilitas) Tablet

Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur

ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu

pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur dengan friabilator.

Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet

Page 15: PENGENALAN ALAT

selama diputar dalam friabilator selama waktu tertentu. Pada proses

pengukuran kerapuhan, alat diputar dengan kecepatan 25 putaran per

menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit. Jadi ada 100 putaran

(Andayana, 2009). Kerapuhan dapat dievaluasi dengan menggunakan

friabilator (contoh nya Rosche friabilator) (Sulaiman, 2007).

Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu

dibersihkan dari debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut

selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100

putaran selama 4 menit, jadi kecepatan putarannya 25 putaran per menit.

Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang

dengan seksama. Kemudian dihitung persentase kehilangan bobot sebelum

dan sesudah perlakuan. Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih

dari 1% (Andayana, 2009). Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan

bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar

harga persentase kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang.

Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif

yang masih terdapat pada tablet. Tablet dengan konsentrasi zat aktif yang

kecil (tablet dengan bobot kecil), adanya kehilangan massa akibat rapuh

akan mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam tablet

(Sulaiman, 2007).

Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika

dalam proses pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah,

maka tablet tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil

pengukuran meragukan (bobot yang hilang terlalu besar), maka pengujian

harus diulang sebanyak dua kali. Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari

ketiga uji yang telah dilakukan (Andayana, 2009).

Uji Disolusi

Page 16: PENGENALAN ALAT

Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan

persyaratan disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk

sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet

harus dikunyah. Ada dua jenis alat yang dapat digunakan untuk uji

disolusi, untuk uji disolusi tablet parasetamol digunakan alat jenis 2

dengan kecepatan 50 rpm selama 30 menit. Uji kesesuaian alat dilakukan

pengujian masing-masing alat menggunakan 1 tablet Kalibrator Disolusi

FI jenis diintegrasi dan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis bukan

disintegrasi. Alat dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh berada dalam

rentang yang diperbolehkan seperti yang tertera dalam sertifikat dari

Kalibrator yang bersangkutan. Untuk media disolusi digunakan 900 mL

larutan dapar fosfat pH 5,8. Kemudian lakukan penetapan jumlah

parasetamol yang terlarut dengan mengukur serapan filtrat larutan uji dan

larutan baku pembanding parasetamol BPFI dalam media yang sama pada

panjang gelombang maksimum 243 nm. Dalam waktu 30 menit harus larut

tidak kurang dari 80 % parasetamol dari jumlah yang tertera pada etiket

(Lachman dkk., 2008).

Waktu Hancur

Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk

hancur menjadi granul/partikel penyusunnya yang mampu melewati

ayakan no.10 yang terdapat dibagian bawah alat uji. Alat yang digunakan

adalah disintegration tester, yang berbentuk keranjang, mempunyai 6 tube

plastik yang terbuka dibagian atas, sementara dibagian bawah dilapisi

dengan ayakan/screen no.10 mesh (Sulaiman, 2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan

tablet yaitu sifat fisik granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap

granul. Penambahan tekanan pada waktu penabletan menyebabkan

penurunan porositas dan menaikkan kekerasan tablet. Dengan

bertambahnya kekerasan tablet akan menghambat penetrasi cairan ke

Page 17: PENGENALAN ALAT

dalam pori-pori tablet sehingga memperpanjang waktu hancur tablet.

Kecuali dinyatakan lain waktu hancur tablet bersalut tidak > 15 menit

(Nugrahani, 2005).

Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap

tube, ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut

dalam medium air dengan suhu 37° C. Dalam monografi yang lain

disebutkan mediumnya merupakan simulasi larutan gastrik (gastric fluid).

Waktu hancur dihitung berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur.

Persyaratan waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15

menit, untuk tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30 menit,

sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60

menit dalam medium asam, dan harus segera hancur dalam medium basa

(Sulaiman, 2007).

Untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera

dalam masing-masing monografi. Untuk tablet parasetamol tidak bersalut

pengujian dilakukan dengan memasukkan 1 tablet pada masing-masing

tabung dari keranjang, masukkan satu cakram pada tiap tabung dan

jalankan alat, gunakan air bersuhu 37º ± 2º sebagai media kecuali

dinyatakan menggunakan cairan lain dalam masing-masing monografi.

Pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam monografi, angkat

keranjang dan amati semua tablet: semua tablet harus hancur sempurna.

Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan

12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur

sempurna (Lachman dkk., 2008)

III. ALAT DAN BAHAN

Alat

(a) Alat Timbang

Page 18: PENGENALAN ALAT

(b) Jangka sorong

(c) Alat hardness tester

(d) Alat uji fribilitas

(e) Alat uji loss on drying (LOD)

Page 19: PENGENALAN ALAT

(f) Alat uji distribusi granule

(g) Alat uji disolusi

Bahan

(a) Serbuk

(b) Tablet

IV. PROSEDUR

Serbuk

Page 20: PENGENALAN ALAT

(a) Loss on Drying

10 gram serbuk ditimbang dan alat pengukur susut pengeringan (Loss

on Drying) ditara. Kemudian, serbuk dimasukkan ke atas piringan

aluminium. Serbuk kemudian didistribusikan hingga homogen. Alat

ditutup rapat dan tombol ”START” ditekan. Hasil yang diperoleh

dicatat.

(b) Pengujian mampat

Sebanyak 25 gram serbuk ditimbang dan dimasukkan ke dalam gelas

ukur. Kemudian, gelas ukur itu dipasangkan pada alat. Volume awal

dilihat. Kemudian, alat dinyalakan selama empat menit. Setelah itu,

alat dimatikan dan volume akhir dicatat.

(c) Laju Alir

Pada mulanya katup tekanan dibuka dan tangkinya diisi air dengan

penuh.Kemudian alat controller

( C.R.F) dan perangkat PC akan dihidupkan . Point pada valve diset

sebanyak 100% atau boleh dikatakan sebagai bukaan penuh pada alat

CRF. Data-data dicatat seperti data tekanan keluar , tekanan masuk dan

sebagainya . Variable yang sesuai diset dan dklik ‘start’ pada PC.

Perubahan nilai variable yang terbaca pada PC dan alat CRF per menit

sampai kestabilan tercapai dicatat yang boleh dilihat dari grafik pada

PC. ‘Stop’ diklik dan data diakumulasi .

(d) Granulasi

Pada proses ini komponen-komponen tablet dikompakkan dengan

mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakkan dengan

punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut

slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk

untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik dari

Page 21: PENGENALAN ALAT

campuran awal.Bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses

diatas diulangkan.

Tablet

(a) Uji Keseragaman Bobot

Diambil sebanyak 20 tablet kemudian ditimbang dan dihitung bobot

rata-ratanya. Selanjutnya tablet tersebut ditimbang satu persatu dan

dihitung persentase masing-masing dengan syarat, tidak boleh lebih

dari dua tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari 5% bobot rata-

ratanya dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih dari

10% bobot rata-ratanya.

(b) Uji Keseragaman Ukuran

Diambil 10 tablet, lalu diukur diameter dan tebalnya satu per satu

menggunakan jangka sorong, kemudian dihitung rata-ratanya. Kecuali

dinyatakan lain garis tengah tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak

kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet.

(c) Uji Kekerasan

Pengujian dilakukan terhadap 10 tablet, dengan cara sebuah tablet

diletakkan di antara ruang penjepit kemudian dijepit dengan memutar

alat penekan, sehingga tablet kokoh ditempatnya dan petunjuk berada

pada skala 0, melalui putaran pada sebuah sekrup, tablet akan pecah

dan dibaca penunjukan skala pada alat tersebut.

(d) Uji Waktu Hancur

Bejana diisi dengan air suling bersuhu 36-38°C, dan volume diatur

sedemikian rupa, sehingga pada kedudukan tertinggi kawat kasa tepat

berada di atas permukaan air dan pada kedudukan terendah mulut

keranjang tepat di permukaan air. Enam buah tablet dimasukkan satu

per satu ke dalam masing-masing keranjang, kemudian keranjang

Page 22: PENGENALAN ALAT

diturunnaikkan secara teratur 30 kali tiap menit. Tablet dinyatakan

hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas kasa.

V. KESIMPULAN1. Kegunaan alat-alat yang ada di dalam laboratorium Teknologi

Formulasi Sediaan Non-Steril telah diketahui.

2. Aplikasi alat-alat di laboratorium Teknologi Formulasi Sediaan Non-

Steril dapat diketahui kegunaannya dalam industry.

DAFTAR PUSTAKA

Andayana,N.2009.Teori Sediaan Tablet.Available at : http://   pembuatan_tablet _ nutwuri_andayanahtm l ( 16/3/13)

Page 23: PENGENALAN ALAT

Anderson NR GS.Banker Dalam : Lachman L Lieberman HA Kanig JL 1984 Teori dan Praktek   Farmasi Industri   Vol 2 Edisi 3  UI Press Jakarta

Ansel C Howard. 2008.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.Jakarta UI Press

Aulton, Michael, E. 1989. Pharmaceutics;The Science of Dosage Form Design.Curchill Living Stone, Edinburg London Melbourn New York

Depkes RI.1979.Farmakope Indonesia Edisi III   Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.Jakarta

Depkes RI.1995.Farmakope Indonesia Edisi IV   Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.Jakarta

Lachman L H A Lieberman dan J L Kanig.2008.Teori dan Praktek Farmasi Industri   Edisi Ketiga.Jakarta: UI Press

Lachmann, Leon, dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Jilid II , Universitas Indonesia Press, Jakarta

Marais AF M Song dan MM Villiers.2003.Disintegration Propensity of Tablet Evaluated by Means of Disintegrating Force Kinetics.Pharmaceutical Development Technology 5 (12) : 163-169

Martindale. 1989. The Extra Pharmacopeia,29th Edition , The Pharmaceutical Press, London.

Martin, Alfred. 1990. Farmasi Fisik, Dasar-Dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu Farmasetik , UIP Press, Jakarta.

Nugrahani,I.2005.Karakterisik Granul dan Tablet Propranolol Hidroklorida dengan Metode Granulasi Peleburan Available at: http://jurnalfarmasiuiacid/pdf/2005/v02n02/ilma0202pdf (16/3/13)

Parrot EL.1971.Pharmaceutical Technology Fundamental pharmaceuticsThird Edition . Burges Publishing Company USA

Page 24: PENGENALAN ALAT

Rowe R C Paul J S and Paul J W.2009.Hand Book of Pharmaceutical Excipients 6th.USA: Pharmaceutical Press and American Pharmaceutical Association

Sulaiman.2007.Perbandingan Availabilitas In Vitro Tablet Metronidazol Produk Generik Dan Produk Dagang  Availablefrom :http://jurnalfarmasiuiacid/pdf/2005/v02n02/ilma0202pdf (16/3/13)

LAMPIRAN

METODE EVALUASI TABLET DAN SYARATNYA

Page 25: PENGENALAN ALAT

(a) Uji Keseragaman Bobot Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode,

yaitu keseragaman bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan ini digunakan untuk sediaan mengandung satu zat aktif dan sediaan mengandung dua atau lebih zat aktif.

Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada produk kapsul lunak berisi cairan atau pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih, dari bobot, satuan sediaan. Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada sediaan padat (termasuk sediaan padat steril) tanpa mengandung zat aktif atau inaktif yang ditambahkan, yang telah dibuat dari larutan asli dan dikeringkan dengan cara pembekuan dalam wadah akhir dan pada etiket dicantumkan cara penyiapan ini.

Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut: Timbang 20 tablet, hitung bobot rata – rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing – masing bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet; tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata yang ditetapkan kolom B.

Bobot rata – rataPenyimpanan bobot rata – rata dalam %

A B

25 mg atau kurang 15% 30%

26 mg sampai dengan 150 mg

10% 20%

151 mg sampai dengan 300 mg

7,5% 15%

Lebih dari 300 mg 5% 10%

Untuk penetapan keseragaman sediaan dengan cara keseragaman bobot,

pilih tidak kurang dari 30 satuan, dan lakukan sebagai berikut untuk sediaan yang

dimaksud. Untuk tablet tidak bersalut, timbang saksama 10 tablet, satu per satu,

dan hitung bobot rata-rata. Dari hasil penetapan kadar, yang diperoleh seperti

Page 26: PENGENALAN ALAT

yang tertera dalam masing-masing monografi, hitung jumlah zat aktif dari

masing-masing dari 10 tablet dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen.

Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan

keseragaman dosis dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10

satuan sediaan seperti yang ditetapkan dari cara keseragaman bobot atau dalam

keseragaman kandungan terletak antara 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera

pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0%.

Jika 1 satuan terletak di luar rentang 85,0% hingga 115,0% seperti yang

tertera pada etiket dan tidak ada satuan terletak antara rentang 75,0% hingga

125,0% dari yang tertera pada etiket, atau jika simpangan baku relatif lebih besar

dari 6,0% atau jika kedua kondisi tidak dipenuhi, lakukan uji 20 satuan tambahan.

Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari 1 satuan dari 30 terletak diluar rentang

85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan yang

terletak di luar rentang 75,0% hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket dan

simpangan baku relatif dari 30 satuan sediaan tidak lebih dari 7,8%.

(b) Uji Keseragaman Ukuran

Diambil 10 tablet, lalu diukur diameter dan tebalnya satu per satu

menggunakan jangka sorong, kemudian dihitung rata-ratanya. Kecuali dinyatakan

lain garis tengah tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal

tablet.

(c) Uji Kekerasan

Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang

mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi

tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan dan

kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada

saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa digunakan

adalah hardness tester . Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan

ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan

Page 27: PENGENALAN ALAT

terjadi keretakan talet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian.

Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan.

Alat yang dapat digunakan untuk mengukur kekerasan tablet

diantaranya Monsanto tester, Pfizer tester, dan Strong cobb hardness

tester. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan

kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran

dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan saat penabletan

akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet yang keras memiliki

waktu hancur yang lama (lebih sukar hancur) dan disolusi yang rendah, namun

tidak selamanya demikian. Pada umumnya tablet yang baik dinyatakan

mempunyai kekerasan antara 4-10 kg. Namun hal ini tidak mutlak, artinya

kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan

tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan syarat kerapuhannya tidak

melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan

memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya pada saat

pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg masih dapat

diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu hancur/disintegrasi dan disolusi

yang dipersyaratkan. Uji kekerasan dilakukan dengan mengambil masing-masing

10 tablet dari tiapbatch, yang kemudian diukur kekerasannya dengan alat

pengukur kekerasan tablet. Persyaratan untuk tablet lepas terkendali non swellable

adalah 10-20 kg/cm2.

(d) Uji Kerapuhan (Friabilitas)

Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur

ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu

pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur dengan friabilator. Prinsipnya

adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam

friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran kerapuhan, alat diputar

Page 28: PENGENALAN ALAT

dengan kecepatan 25 putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit.

Jadi ada 100 putaran

Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibersihkan dari

debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan

ke dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi

kecepatan putarannya 25 putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari

alat, bersihkan dari debu dan timbang dengan seksama. Kemudian dihitung

persentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan. Tablet dianggap

baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1% (Andayana, 2009). Uji kerapuhan

berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan

tablet. Semakin besar harga persentase kerapuhan, maka semakin besar massa

tablet yang hilang. Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar

zat aktif yang masih terdapat pada tablet. Tablet dengan konsentrasi zat aktif yang

kecil (tablet dengan bobot kecil), adanya kehilangan massa akibat rapuh akan

mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam tablet .

Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam

proses pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet

tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan

(bobot yang hilang terlalu besar), maka pengujian harus diulang sebanyak dua

kali. Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji yang telah dilakukan .

(e) Uji Disolusi

Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi

yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul,

kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Ada dua jenis alat

yang dapat digunakan untuk uji disolusi, untuk uji disolusi tablet parasetamol

digunakan alat jenis 2 dengan kecepatan 50 rpm selama 30 menit. Uji kesesuaian

alat dilakukan pengujian masing-masing alat menggunakan 1 tablet Kalibrator

Disolusi FI jenis diintegrasi dan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis bukan

disintegrasi. Alat dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh berada dalam rentang

Page 29: PENGENALAN ALAT

yang diperbolehkan seperti yang tertera dalam sertifikat dari Kalibrator yang

bersangkutan. Untuk media disolusi digunakan 900 mL larutan dapar fosfat pH

5,8. Kemudian lakukan penetapan jumlah parasetamol yang terlarut dengan

mengukur serapan filtrat larutan uji dan larutan baku pembanding parasetamol

BPFI dalam media yang sama pada panjang gelombang maksimum 243 nm.

Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80 % parasetamol dari jumlah

yang tertera pada etiket .

(e) Waktu Hancur

Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk hancur

menjadi granul/partikel penyusunnya yang mampu melewati ayakan no.10 yang

terdapat dibagian bawah alat uji. Alat yang digunakan adalah disintegration tester,

yang berbentuk keranjang, mempunyai 6 tube plastik yang terbuka dibagian atas,

sementara dibagian bawah dilapisi dengan ayakan/screen no.10 mesh.

Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan tablet

yaitu sifat fisik granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap granul.

Penambahan tekanan pada waktu penabletan menyebabkan penurunan porositas

dan menaikkan kekerasan tablet. Dengan bertambahnya kekerasan tablet akan

menghambat penetrasi cairan ke dalam pori-pori tablet sehingga memperpanjang

waktu hancur tablet. Kecuali dinyatakan lain waktu hancur tablet bersalut tidak >

15 menit.

Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube,

ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut dalam medium air

dengan suhu 37° C. Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya

merupakan simulasi larutan gastrik (gastric fluid). Waktu hancur dihitung

berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur. Persyaratan waktu hancur untuk

tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit, untuk tablet salut gula dan salut

nonenterik kurang dari 30 menit, sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh

Page 30: PENGENALAN ALAT

hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam, dan harus segera hancur

dalam medium basa.

Untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam

masing-masing monografi. Untuk tablet parasetamol tidak bersalut pengujian

dilakukan dengan memasukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari

keranjang, masukkan satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan air

bersuhu 37º ± 2º sebagai media kecuali dinyatakan menggunakan cairan lain

dalam masing-masing monografi. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera

dalam monografi, angkat keranjang dan amati semua tablet: semua tablet harus

hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi

pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus

hancur sempurna.

METODE EVALUASI GRANUL DAN SYARATNYA

(a) Uji Kadar Air

Kadar air ditentukan dengan menimbang granul dalam keadaan basah dan

setelah dikeringkan. Kadar air dinyatakan sebagai LOD (Lost On Drying)/

susut pengeringan.

(b) Uji Kecepatan Alir dan Sudut istirahat

Granul dimasukkan ke dalam corong uji waktu alir. Penutup corong

dibuka sehingga granul keluar dan ditampung pada bidang datar. Waktu

alir granul dicatat dan sudut diamnya dihitung dengan mengukur diameter

dan tinggi tumpukan granul yang keluar dari mulut corong. Waktu alir

dipersyaratkan dengan sudut diam tidak lebih dari 30 derajat.

(c) Uji Kompresibilitas

Timbang 100 g granul masukkan ke dalam gelas ukur dan dicatat

volumenya, kemudian granul dimampatkan sebanyak 500 kali ketukan

Page 31: PENGENALAN ALAT

dengan alat uji, catat volume uji sebelum dimampatkan (Vo) dan volume

setelah dimampatkan dengan pengetukan 500 kali (V).

Syarat : tidak lebih dari 20%.

(d) Uji Kerapuhan Granul

Kerapuhan granul yaitu gambaran stabilitas fisis granul. Dapat diamati

lewat ketahanannya terhadap adanya getaran dengan menempatkannya di

atas ayakan bertingkat yang digetarkan.

(e) Uji Daya Serap Granul

Daya serap granul berpengaruh pada waktu hancur tablet. Faktor yang

mempengaruhi penetrasi adalah porositas tablet dimana tergantung

kompressi dan kemampuan penyerapan air dari material yang dipakai.

Bahan penghancur mulai berfungsi diantaranya melalui proses

pengembangan, reaksi kimia maupun secara enzimatis setelah air masuk

ke dalam tablet .

(f) Uji Daya Serap Granul

Waktu alir adalah waktu yang diperlukan untuk mengalir dari sejumlah

granul melalui lubang corong yang diukur adalah sejumlah zat yang

mengalir dalam suatu waktu tertentu. Untuk 100 g granul waktu alirnya

tidak boleh lebih dari 10 detik. Waktu alir berpengaruh terhadap

keseragaman bobot tablet. 

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan obat memiliki rancang bangun dan

konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dengan tepat,

sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk obat terjadi secara seragam dari

batch ke batch serta untuk memudahkan pembersihan dan peralatannya.

Syarat-syarat peralatan yang ditentukan CPOB adalah sebagai berikut:

Page 32: PENGENALAN ALAT

Desain dan konstruksi

1) Peralatan yang digunakan tidak boleh bereaksi atau menimbulkan akibat

bagi bahan yang diolah.

2) Peralatan dapat dibersihkan dengan mudah baik bagian dalam maupun

bagian luar serta peralatan tersebut tidak boleh menimbulkan akibat yang

merugikan terhadap produk.

3) Semua peralatan yang dipakai dalam pengolahan bahan kimia yang mudah

terbakar, atau ditempatkan di daerah di mana digunakan bahan yang mudah

terbakar, hendaklah dilengkapi dengan perlengkapan elektris yang kedap eksplosif

serta dibumikan dengan sempurna.

4) Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, menguji dan

mencatat hendaklah dikalibrasi menurut suatu program dan prosedur yang tepat.

Pemasangan dan penempatan

1) Pemasangan dan penempatan peralatan diatur sedemikian rupa sehingga

proses produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien.

2) Saluran air, uap, udara bertekanan atau hampa udara hendaklah dipasang

sedemikian rupa sehingga mudah dicapai selama kegiatan berlangsung.

3) Tiap peralatan utama hendaklah diberi nomor pengenal yang jelas.

4) Semua pipa, tangki, selubung pipa uap atau pipa pendingin hendaklah diberi

isolasi yang baik untuk mencegah kemungkinan terjadinya cacat dan memperkecil

kehilangan energi.

Page 33: PENGENALAN ALAT

5) Sistem-sistem penunjang seperti sistem pemanas, ventilasi, pengatur suhu

udara, air minum, kemurnian air, penyulingan air dan fasilitas yang lainnya

hendaklah divalidasi untuk memastikan bahwa sistem-sistem tersebut senantiasa

berfungsi sesuai dengan tujuan.

Pemeliharaan

1) Peralatan dirawat menurut jadwal yang tepat agar tetap berfungsi dengan

baik dan mencegah terjadinya pencemaran yang dapat merubah identitas, mutu

atau kemurnian produk.

2) Prosedur-prosedur tertulis untuk perawatan peralatan dibuat dan dipatuhi.

3) Catatan mengenai pelaksanaan pemeliharaan dan pemakaian suatu peralatan

utama dicatat dalam buku catatan harian. Catatan untuk peralatan yang digunakan

khusus untuk satu produk saja dapat dimasukkan ke dalam catatan produksi batch

produk tertentu.

RUJUKAN

1. “Farmakope Indonesia” Edisi III, 1979, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

2. “Farmakope Indonesia” Edisi IV,1995, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.