Download - PENGENALAN ALAT
PENGENALAN ALAT
I. TUJUAN
1. Mengetahui kegunaan alat-alat yang ada di dalam laboratorium
Teknologi Formulasi Sediaan Non-Steril
2. Mengetahui aplikasi alat-alat dalam industri.
II. TEORI
Granulasi adalah pembentukan partikel-partikel besar dengan
mekanisme pengikatan tertentu. Granul dapat diproses lebih lanjut menjadi
bentuk sediaan granul terbagi, kapsul, maupun tablet(Andayana N, 2009).
Tablet adalah bentuk sediaan yang paling banyak beredar karena
secara fisik stabil, mudah dibuat, lebih menjamin kestabilan bahan aktif
dibandingkan bentuk cair, mudah dikemas, praktis, mudah digunakan,
homogen, dan reprodusibel. Seperti dijelaskan sebelumnya, tablet di buat
dengan jalan mengempa campuran zat aktiv dan eksipien, baik yang dibuat
menjadi granul terlebih dahulu maupun tidak, pada mesin pencetak tablet.
(Nugrahani I,2005)
Tablet adalah sediaan padat yang mengandungi bahan obat dengan
atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat
digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Sebagian tablet dibuat
dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling
banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan
tinggi pada serbuk granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat
dalam berbagai ukuran, bentuk dan penanda permukaan tergantung pada
desain cetakan. Tablet cetak dibuat dengan cara menekan serbuk lembap
dengan tekanan rendah ke lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung
pada ikatan kristal yang terbentuk selama proses pengikatan selanjutnya
dan tidak tergantung pada kekuatan tekanan yang diberikan(Nugrahani
I,2005)
.
Tablet cetak dibuat dari campuran bahan obat dan bahan pengisi,
umumnya mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai
perbandingan. Massa serbuk dibasahi dengan larutan yang mengandungi
etanol perbandingan tinggi. Kadar etanol tergantung pada kelarutan zat
aktif dan bahan pengisi dalam system pelarut dan derajat kekerasan tablet
yang diiinginkan. Massa serbuk yang lembap ditekan ke dalam cetakan,
dikeluarkan dan dibiarkan kering. Tablet cetak agak rapuh, sehingga harus
hati-hati dalam pengemasan dan pendistribusian(Rowe rc,2009).
Pada umumnya tablet kempa mengandung zat aktif dan bahan
pengisi, bahan pengikat, disintegran dan lubrikan, dapat juga mengandung
bahan dan lak (bahan warna yang diadsorpsikan pada aluminium
hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan, bahan pengaroma dan bahan
pemanis. Bahan pengisi ditambahkan jika jumlah zat aktif sedikit atau
susah dikempa. Bahan pengisi tablet yang umum adalah laktosa, pati,
kalsium fosfat dibasa dan selulosa mikrokristal(Rowe rc,2009)..
Mesin pencetak tablet single punch adalah alat yang digunakan
dalam pencetakan tablet secara manual. Di mana ukuran seperti diameter,
bobot, kekerasan dan sifat tablet yang lain dapat diatur secara manual. Alat
pengujian laju alir digunakan untuk menguji laju alir tablet di mana
seluruh tablet dimasukkan ke dalam corong alat dan diratakan. Waktu
untuk seluruh massa melalui corong dan berat massa dicatat. Laju alir
dinyatakan sebagai jumlah gram massa tablet yang melalui corong
pendetik. Untuk penimbangan granul dan tablet digunakan alat timbangan.
Alat loss on dryin digunakan untuk mengukur parameter susut
pengeringan. (Nugrahani I,2005)
Untuk pengukuran susut pengeringan digunakan rumus:
Loss on Drying = Wawal - Wakhir x 100%
Wawal
Keuntungan dan kekurangan Tablet
Tablet memiliki beberapa keuntungan. Antara keuntungan tablet
adalah rasa pahit, mual, dan rasa tidak enak dari obat dapat diubah dan
kadang-kadang menjadi enak dengan menyalut isi tablet atau granul tablet
dengan penyalut yang cocok. Penyalut ini hanya dibutuhkan untuk
melindungi tablet selama waktu yang normal. Selain itu , euntungan di
bidang pemasaran dari tablet adalah mudah diatur denga dosis yang akurat.
Jika dibagi dapat memiliki keseragaman distribusi ke seluruh tablet untuk
menjamin keakuratan ketika tablet dibelah atau satu/lebih bahan terapetik
dapat dibagi menjadi bagian spesifik seperti lapisan, pellet, atau granul
untruk menambah efek terapetik. Tablet juga tidak mengandung alkohol.
Alkohol merupakan bahan penting untuk meningkatkan kelarutan atau
stabilitas dari bentuk lain dari obat. Tidak adanya alkohol dalam tablet
secara normal mengurangi biaya produksi. Selain itu, tablet dapat dengan
mudah disesuaikan dengan berbagai variasi sediaan dari bahan obat. Oleh
karena itu konsentrasi obat yang sesuai tersedia dengan mudah dan
ekonomis., baik untuk dokter, pasien, maupun farmasis. Sifat alami tablet
juga memberi kesan layak secara psikologis karena hampir semua diterima
oleh pasien. Untuk kenyamanan dalam penggunaan, tablet dibuat dalam
bentuk sangat praktis dan efisien untuk pengobatan. Tablet menyenangkan
bagi farmasis karena kemudahan dalam pengemasan dan
penyaluran(Martindale,1989 ).
Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan
kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan serta
visibility kandungan yang paling rendah. Selain itu tablet merupakan
bentuk sediaan yang paling ringan paling kompak, paling mudah dan
paling murah untuk dikemas dan dikirim. Pemberian tanda pengenal
produk pada tablet paling juga mudah dan murah sehingga tidak
memerlukan langkah pengerjaan tambahan bila menggunakan pencetak
yang bermonogram yang yang berhiasan timbul.Tablet juga mudah
ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di tenggorokan terutama
bila bersalut yang kemungkinan pecah atau hancurnya tablet dapat segera
terjadi( Lachmann,2008).
Tablet juga memiliki beberapa kekurangan. Terdapat beberapa
bahan tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak tergantung pada
keadaan amorfnya, flokulasi atau rendahnya berat jenis. Selain itu obat
yang sukar dibasahkan lambat melarut, absorpsinya tinggi dalam saluran
cerna atau setiap kombinasi dari sifat di atas akan sukar atau tidak
mungkin diproduksi untuk menghasilkan bioavailibilitas yang tidak cukup
atau kurang. Obat yang biasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat
dihilangkan atau obat yang peka terhadap oksigen atau kelembaaban udara
perlu penyalutan atau pengkapsulan sebelum dikempa(Martin, 1990 ).
Metode Pembuatan Tablet
Pada umumnya tablet kempa dibuat dengan mengempa massa
kempa yang mengalir dari corong ke kisi pengisi lalu ke lubang kempa
menjadi massa kompak dan padat. Tablet dibuat sesuai bentuk dan ukuran
pons dan lubang kempa lalu dikempa menghasilkan massa rengat dan
kompak dengan bentuk tertentu. Unit tablet dalam satu batch harus
mempunyai keseragaman bobot, keseragaman kandungan, serta kadar zat
aktif yang harus memenuhi syarat. Ketentuan lain yang juga penting dari
massa tablet yaitu massa tablet harus homogen dan massa kempa harus
mengalir lancar ke lubang kempa(Nugrahani I,2005).
Massa kempa adalah massa tablet yang terdiri dari campuran fase
dalam dan fase luar yang telah diproses untuk siap dikempa menjadi tablet.
Fase dalam adalah massa utama tablet yang terdiri dari campuran zat aktif
dan eksipien yang diproses menjadi granul secara basah atau kering atau
tergantung pembuatan, dapat pula merupakan campuran serbuk zat aktif
dan eksipien. Fase luar adalah campuran beberapa eksipien saja, yaitu
penghancur luar, glidan, dan lubrikan yang ditambahkan ke fase dalam
untuk memudahkan pengempaan tablet dan untuk menunjang mutu tablet
yang memenuhi syarat(Nugrahani I,2005).
Massa kempa yang baik memiliki sifat-sifat:
a) Memiliki aliran yang baik agar dapat dengan lancar mengalir dari
corong ke lubang kempa sehingga keragaman bobot memenuhi syarat.
b) Memiliki sifat granulometri (ukuran serba sama) agar pengisian lubang
kempa selalu dalam bobot dan volume yang tepat, cepat dan partikel
setelah dikempa menghasilkan tablet yang kompak.
c) Memiliki kompressibilitas yang baik.
d) Memiliki kompaktibilitas yang baik.
e) Memiliki kandungan zat aktif yang homogen dan serba sama.
Granulasi adalah proses pembuatan ikatan partikel-partikel kecil
membentuk padatan yang lebih besar atau agregat permanen melalui
penggumpalan massa, sehingga dapat dibuat granul yang lebih homogen
dari segi kadar, massa jenis, ukuran serta bentuk partikel. Adapun fungsi
granulasi adalah untuk memperbaiki sifat aliran dan kompressibilitas dari
massa cetak tablet, memadatkan bahan-bahan,menyediakan campuran
seragam yang tidak memisah, mengendalikan kecepatan pelepasan zat
aktif, mengurangi debu,dan memperbaiki penampakan tablet(Nugrahani
I,2005).
Untuk beberapa zat aktif tertentu, proses granulasi dapat dilewati
jika zat aktif memenuhi syarat untuk langsung dikempa. Metode ini
disebut kempa langsung. Metode ini mengurangi lamanya proses
pembuatan tablet melalui proses granulasi, tapi sering timbul beberapa
kendala yang disebabkan sifat aktif itu sendiri atau eksipien(Andayana N,
2009).
Granulasi basah adalah metode yang dilakukan dengan cara
membasahi massa tablet menggunakan larutan pengikat sampai terdapat
tingkat kebasahan tertentu, lalu digranulasi. Metode ini dapat digunakan
untuk zat aktif yang sukar larut dalam air atau pelarut yang digunakan
tahan terhadap pemanasan dan kelembaban. Umumnya digunakan untuk
zat aktif yang sulit dicetak karena mempunyai sifat aliran dan
kompressibilitas yang jelek. Oleh karena itu, pada metode ini diperlukan
zat, pengikat, penghancur, pengisi, lubrikan dan eksipien lain(Martin,
1990 )..
Proses pembuatan:
a) Penghalusan
Tujuan dari penghalusan adalah untuk memperkecil ukuran
partikel zat aktif dan eksipien. Semakin besar ukuran partikel maka sifat
kohesifitas danadhesifitas antar partikel semakin besar yang dapat
menyebabkan terjadinya pemisahan pada granul. Tahap ini dapat
dilakukan dengan menggunakan bowl hammer, hammer mill, dan
grinder(Martin, 1990 )..
b) Pencampuran
Tujuan pencampuran ini adalah untuk mendapatkan distribusi
bahan aktif yang merata dan homogen. Tahap ini dapat dilakukan dengan
menggunakan alat planetary mixer, twin-shell, dan blender(Martin,
1990 )..
c) Penambahan dan Pencampuran Larutan Pengikat
Penambahan larutan pengikat akan membentuk massa basah
sehingga membutuhkan alat yang dapat meremas dengan kuat seperti
sigma blade mixer dan planetary mixer(Martin, 1990 )..
d) Pengayakan
Massa basah dibuat menjadi granul dengan melewatkannya pada
ayakan berukuran 6-12 mesh yang disebut oscilating
granulator/fitzmill(Martin, 1990 )..
e) Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan pembasah yang
digunakan. Granul kemudian dikeringkan dalam oven atau fluid bed
dryer(Martin, 1990 )..
f) Pengayakan
Ukuran granul diperkecil dengan cara melewatkan pada ayakan
dengan porositas yang lebih kecil dari yang sebelumnya(Martin, 1990 )..
g) Penambahan Penghancur dan Lubrikan
Proses selanjutnya yaitu proses pencampuran granul-granul dengan
penghancur dan lubrikan menggunakan twin-shell blender atau mixer
lainnya(Martin, 1990 )..
h) Pengempaan Tablet
Proses terakhir dari metode granulasi basah adalah pengempaan
massa cetak berupa granul menjadi tablet(Martin, 1990 )..
Granulasi kering adalah metode yang dilakukan dengan cara
membuat granul secara mekanis tanpa bantuan pengikat basah atau pelarut
pengikat. Metode ini digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan
lembab, serta tidak tahan air atau pelarut yang digunakan.
Metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan:
a) Mesin Slug
Massa serbuk ditekan pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet
besar yang tidak berbentuk, kemudian digiling dan diayak hingga
diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan.
b) Mesin Rol
Massa serbuk diletakkan diantara mesin rol yang dijalankan secara
hidrolik untuk menghasilkan massa rata yang tipis, lalu diayak atau
digiling hingga diperoleh granul dengan ukuran yang diinginkan.
Proses Pelaksanaan:
a) Penghalusan
Tujuan dari penghalusan adalah untuk memperkecil ukuran partikel zat
aktif dan eksipien. Semakin besar ukuran partikel maka sifat kohesifitas
dan adhesifitas antar partikel semakin besar yang dapat menyebabkan
terjadinya pemisahan pada granul. Tahap ini dapat dilakukan dengan
menggunakan bowl hammer, hammer mill, dan grinder.
b) Pencampuran
Tujuan pencampuran ini adalah untuk mendapatkan distribusi bahan aktif
yang merata dan homogen. Tahap ini dapat dilakukan dengan
menggunakan alat planetary mixer, twin-shell, dan blender.
c) Slugging
Campuran serbuk ditekan ke dalam cetakan yang besar dan dikompakkan
dengan punch berpermukaan datar, massa yang diperoleh disebut slug.
d) Pengayakan
Massa basah dibuat menjadi granul dengan melewatkannya pada ayakan
berukuran 6-12 mesh yang disebut oscilating granulator/fitzmill.
e) Pengayakan
Ukuran granul diperkecil dengan cara melewatkan pada ayakan dengan
porositas yang lebih kecil dari yang sebelumnya.
f) Penambahan Penghancur dan Lubrikan
Proses selanjutnya yaitu proses pencampuran granul-granul dengan
penghancur dan lubrikan menggunakan twin-shell blender atau mixer
lainnya.
g) Pengempaan Tablet
Proses terakhir dari metode granulasi kering adalah pengempaan massa
cetak berupa granul menjadi tablet.
Kempa langsung adalah pembuatan tablet tanpa adanya proses
granulasi yang memerlukan eksipien yang cocok sehingga dapat
memungkinkan untuk dikempa secara langsung. Kempa langsung dapat
menghindari banyak masalah yang timbul pada granulasi basah maupun
kering. Walaupun demikian perubahan sifat fisik bahan pengisi dapat
merubah sifat alir sehingga tidak sesuai untuk dikempa secara langsung.
Metode ini digunakan untuk zat aktif yang mempunyai sifat aliran dan
kompressibilitas baik. Selain itu kempa langsung dapat dilakukan untuk
zat aktif yang tidak mungkin dilakukan dengan metode granulasi basah
(tidak tahan lembab dan panas) dan granulasi kering (yang melibatkan
kompresi tinggi)(Andayana N, 2009).
Proses Pelaksanaan:
a) Penghalusan
Tujuan dari penghalusan adalah untuk memperkecil ukuran
partikel zat aktif dan eksipien. Semakin besar ukuran partikel maka sifat
kohesifitas dan adhesifitas antar partikel semakin besar yang dapat
menyebabkan terjadinya pemisahan pada granul. Tahap ini dapat
dilakukan dengan menggunakan bowl hammer, hammer mill, dan grinder.
b) Pencampuran
Tujuan pencampuran ini adalah untuk mendapatkan distribusi
bahan aktif yang merata dan homogen. Tahap ini dapat dilakukan dengan
menggunakan alat planetary mixer, twin-shell, dan blender.
c) Pengempaan tablet
Proses terakhir dari metode kempa langsung adalah pengempaan
massa cetak menjadi tablet (Marais,2003)
EVALUASI SEDIAAN GRANUL DAN TABLET
Uji Waktu Alir
Uji ini dilakukan dengan metode corong. Adapun caranya adalah sebagai perikut yaituditimbang 100g granul yang sudah terbentuk, kemudian dimasukkan kedalam corong denganukuran tertentu yang bagian bawahnya tertutup. Alat dijalankan, kemuian dicatat waktu yangdiperlukan seluruh granul untuk melalui corong tersebut dengan menggunakan stopwatch.Waktu alir granul yang baik adalah jika waktu yang diperlukan kurang lebih atau samadengan 10 detik untuk 100 gram granul. Dengan demikian kecepatan alir yang baik adalahlebh besar dari 100 gram/detik.
Persen Kompressibilitas
Pengukuran lain dari sebuk yang bebas mengalir adalah kompresibilitas yang dihitung dari kerapatan granul, yaitu dengan memasukkan sejumlah tertentu granul kedalam gelas ukur. Volume awal dicatat, kemudian diketuk-ketuk sampai tidak terjadi pengurangan volume. Selanjutnya dihitung persen kompressibilitasnya.(Lachman,2008)
Kompresibilitas =vo−vi
vox 100 %
Vo = Volume awal granul
Vi = Volume granul setelah diketukkan
Tabel 2.1 Kompressibilitas dan daya alir. (Lachman,2008)
% kompressibilitas Daya alir5-15 Baik sekali12-16 Baik18-21 Sedang-dapat lewat23-35 Buruk33-38 Sangat buruk>40 Sangat buruk sekali
Uji susut kering
Uji susut pengeringan pula dilakukan dengan sebanyak sepuluh
gram massa cetak tablet (yang belum ditambahkan fasa luar) diletakkan
pada alat pengukur susut pengeringan (Loss on Drying) / Moisture
determination balance (Ohaus), dan dibiarkan hingga bobotnya tetap.
Keseragaman Bobot
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua
metode, yaitu keseragaman bobot atau keseragaman kandungan.
Persyaratan ini digunakan untuk sediaan mengandung satu zat aktif dan
sediaan mengandung dua atau lebih zat aktif (Depkes RI, 1995).
Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada produk
kapsul lunak berisi cairan atau pada produk yang mengandung zat aktif 50
mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih, dari bobot, satuan sediaan.
Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada sediaan padat
(termasuk sediaan padat steril) tanpa mengandung zat aktif atau inaktif
yang ditambahkan, yang telah dibuat dari larutan asli dan dikeringkan
dengan cara pembekuan dalam wadah akhir dan pada etiket dicantumkan
cara penyiapan ini (Depkes RI, 1995).
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot
yang ditetapkan sebagai berikut: Timbang 20 tablet, hitung bobot rata –
rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet
yang masing – masing bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya
lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun
yang bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih dari harga
yang ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan
10 tablet; tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari
bobot rata – rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tabletpun yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata yang ditetapkan
kolom B.
Bobot rata – rataPenyimpanan bobot rata – rata dalam %
A B25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg sampai dengan 150 mg
10% 20%
151 mg sampai dengan 300 mg
7,5% 15%
Lebih dari 300 mg 5% 10%
(DepKes RI, 1979).
Menurut Depkes RI (1995), untuk penetapan keseragaman sediaan
dengan cara keseragaman bobot, pilih tidak kurang dari 30 satuan, dan
lakukan sebagai berikut untuk sediaan yang dimaksud. Untuk tablet tidak
bersalut, timbang saksama 10 tablet, satu per satu, dan hitung bobot rata-
rata. Dari hasil penetapan kadar, yang diperoleh seperti yang tertera dalam
masing-masing monografi, hitung jumlah zat aktif dari masing-masing
dari 10 tablet dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen.
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi,
persyaratan keseragaman dosis dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam
masing-masing dari 10 satuan sediaan seperti yang ditetapkan dari cara
keseragaman bobot atau dalam keseragaman kandungan terletak antara
85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku
relatif kurang dari atau sama dengan 6,0% (Depkes RI, 1995).
Jika 1 satuan terletak di luar rentang 85,0% hingga 115,0% seperti
yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan terletak antara rentang 75,0%
hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket, atau jika simpangan baku
relatif lebih besar dari 6,0% atau jika kedua kondisi tidak dipenuhi,
lakukan uji 20 satuan tambahan. Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari
1 satuan dari 30 terletak diluar rentang 85,0% hingga 115,0% dari yang
tertera pada etiket dan tidak ada satuan yang terletak di luar rentang 75,0%
hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif
dari 30 satuan sediaan tidak lebih dari 7,8% (Depkes RI, 1995).
Uji Kekerasan
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet
yang mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur
dengan memberi tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus
mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari
berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan
transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah hardness tester (Banker and
Anderson, 1984). Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan
ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan,
kikisan dan terjadi keretakan talet selama pembungkusan, pengangkutan
dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan
pengempaan (Parrott, 1971).
Alat yang dapat digunakan untuk mengukur kekerasan tablet
diantaranya Monsanto tester, Pfizer tester, dan Strong cobb hardness
tester. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan
kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai
ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan
saat penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet
yang keras memiliki waktu hancur yang lama (lebih sukar hancur) dan
disolusi yang rendah, namun tidak selamanya demikian.
Pada umumnya tablet yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan
antara 4-10 kg. Namun hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet dapat
lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari
4 kg masih dapat diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi
batas yang diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan
memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya pada saat
pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg
masih dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu
hancur/disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan (Sulaiman, 2007). Uji
kekerasan dilakukan dengan mengambil masing-masing 10 tablet dari tiap
batch, yang kemudian diukur kekerasannya dengan alat pengukur
kekerasan tablet. Persyaratan untuk tablet lepas terkendali non swellable
adalah 10-20 kg/cm2 (Nugrahani, 2005).
Uji Kerapuhan (Friabilitas) Tablet
Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur
ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu
pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur dengan friabilator.
Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet
selama diputar dalam friabilator selama waktu tertentu. Pada proses
pengukuran kerapuhan, alat diputar dengan kecepatan 25 putaran per
menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit. Jadi ada 100 putaran
(Andayana, 2009). Kerapuhan dapat dievaluasi dengan menggunakan
friabilator (contoh nya Rosche friabilator) (Sulaiman, 2007).
Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu
dibersihkan dari debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut
selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100
putaran selama 4 menit, jadi kecepatan putarannya 25 putaran per menit.
Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang
dengan seksama. Kemudian dihitung persentase kehilangan bobot sebelum
dan sesudah perlakuan. Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih
dari 1% (Andayana, 2009). Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan
bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar
harga persentase kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang.
Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif
yang masih terdapat pada tablet. Tablet dengan konsentrasi zat aktif yang
kecil (tablet dengan bobot kecil), adanya kehilangan massa akibat rapuh
akan mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam tablet
(Sulaiman, 2007).
Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika
dalam proses pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah,
maka tablet tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil
pengukuran meragukan (bobot yang hilang terlalu besar), maka pengujian
harus diulang sebanyak dua kali. Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari
ketiga uji yang telah dilakukan (Andayana, 2009).
Uji Disolusi
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan
persyaratan disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk
sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet
harus dikunyah. Ada dua jenis alat yang dapat digunakan untuk uji
disolusi, untuk uji disolusi tablet parasetamol digunakan alat jenis 2
dengan kecepatan 50 rpm selama 30 menit. Uji kesesuaian alat dilakukan
pengujian masing-masing alat menggunakan 1 tablet Kalibrator Disolusi
FI jenis diintegrasi dan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis bukan
disintegrasi. Alat dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh berada dalam
rentang yang diperbolehkan seperti yang tertera dalam sertifikat dari
Kalibrator yang bersangkutan. Untuk media disolusi digunakan 900 mL
larutan dapar fosfat pH 5,8. Kemudian lakukan penetapan jumlah
parasetamol yang terlarut dengan mengukur serapan filtrat larutan uji dan
larutan baku pembanding parasetamol BPFI dalam media yang sama pada
panjang gelombang maksimum 243 nm. Dalam waktu 30 menit harus larut
tidak kurang dari 80 % parasetamol dari jumlah yang tertera pada etiket
(Lachman dkk., 2008).
Waktu Hancur
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk
hancur menjadi granul/partikel penyusunnya yang mampu melewati
ayakan no.10 yang terdapat dibagian bawah alat uji. Alat yang digunakan
adalah disintegration tester, yang berbentuk keranjang, mempunyai 6 tube
plastik yang terbuka dibagian atas, sementara dibagian bawah dilapisi
dengan ayakan/screen no.10 mesh (Sulaiman, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan
tablet yaitu sifat fisik granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap
granul. Penambahan tekanan pada waktu penabletan menyebabkan
penurunan porositas dan menaikkan kekerasan tablet. Dengan
bertambahnya kekerasan tablet akan menghambat penetrasi cairan ke
dalam pori-pori tablet sehingga memperpanjang waktu hancur tablet.
Kecuali dinyatakan lain waktu hancur tablet bersalut tidak > 15 menit
(Nugrahani, 2005).
Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap
tube, ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut
dalam medium air dengan suhu 37° C. Dalam monografi yang lain
disebutkan mediumnya merupakan simulasi larutan gastrik (gastric fluid).
Waktu hancur dihitung berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur.
Persyaratan waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15
menit, untuk tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30 menit,
sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60
menit dalam medium asam, dan harus segera hancur dalam medium basa
(Sulaiman, 2007).
Untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera
dalam masing-masing monografi. Untuk tablet parasetamol tidak bersalut
pengujian dilakukan dengan memasukkan 1 tablet pada masing-masing
tabung dari keranjang, masukkan satu cakram pada tiap tabung dan
jalankan alat, gunakan air bersuhu 37º ± 2º sebagai media kecuali
dinyatakan menggunakan cairan lain dalam masing-masing monografi.
Pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam monografi, angkat
keranjang dan amati semua tablet: semua tablet harus hancur sempurna.
Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan
12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur
sempurna (Lachman dkk., 2008)
III. ALAT DAN BAHAN
Alat
(a) Alat Timbang
(b) Jangka sorong
(c) Alat hardness tester
(d) Alat uji fribilitas
(e) Alat uji loss on drying (LOD)
(f) Alat uji distribusi granule
(g) Alat uji disolusi
Bahan
(a) Serbuk
(b) Tablet
IV. PROSEDUR
Serbuk
(a) Loss on Drying
10 gram serbuk ditimbang dan alat pengukur susut pengeringan (Loss
on Drying) ditara. Kemudian, serbuk dimasukkan ke atas piringan
aluminium. Serbuk kemudian didistribusikan hingga homogen. Alat
ditutup rapat dan tombol ”START” ditekan. Hasil yang diperoleh
dicatat.
(b) Pengujian mampat
Sebanyak 25 gram serbuk ditimbang dan dimasukkan ke dalam gelas
ukur. Kemudian, gelas ukur itu dipasangkan pada alat. Volume awal
dilihat. Kemudian, alat dinyalakan selama empat menit. Setelah itu,
alat dimatikan dan volume akhir dicatat.
(c) Laju Alir
Pada mulanya katup tekanan dibuka dan tangkinya diisi air dengan
penuh.Kemudian alat controller
( C.R.F) dan perangkat PC akan dihidupkan . Point pada valve diset
sebanyak 100% atau boleh dikatakan sebagai bukaan penuh pada alat
CRF. Data-data dicatat seperti data tekanan keluar , tekanan masuk dan
sebagainya . Variable yang sesuai diset dan dklik ‘start’ pada PC.
Perubahan nilai variable yang terbaca pada PC dan alat CRF per menit
sampai kestabilan tercapai dicatat yang boleh dilihat dari grafik pada
PC. ‘Stop’ diklik dan data diakumulasi .
(d) Granulasi
Pada proses ini komponen-komponen tablet dikompakkan dengan
mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakkan dengan
punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut
slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk
untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik dari
campuran awal.Bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses
diatas diulangkan.
Tablet
(a) Uji Keseragaman Bobot
Diambil sebanyak 20 tablet kemudian ditimbang dan dihitung bobot
rata-ratanya. Selanjutnya tablet tersebut ditimbang satu persatu dan
dihitung persentase masing-masing dengan syarat, tidak boleh lebih
dari dua tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari 5% bobot rata-
ratanya dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih dari
10% bobot rata-ratanya.
(b) Uji Keseragaman Ukuran
Diambil 10 tablet, lalu diukur diameter dan tebalnya satu per satu
menggunakan jangka sorong, kemudian dihitung rata-ratanya. Kecuali
dinyatakan lain garis tengah tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak
kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet.
(c) Uji Kekerasan
Pengujian dilakukan terhadap 10 tablet, dengan cara sebuah tablet
diletakkan di antara ruang penjepit kemudian dijepit dengan memutar
alat penekan, sehingga tablet kokoh ditempatnya dan petunjuk berada
pada skala 0, melalui putaran pada sebuah sekrup, tablet akan pecah
dan dibaca penunjukan skala pada alat tersebut.
(d) Uji Waktu Hancur
Bejana diisi dengan air suling bersuhu 36-38°C, dan volume diatur
sedemikian rupa, sehingga pada kedudukan tertinggi kawat kasa tepat
berada di atas permukaan air dan pada kedudukan terendah mulut
keranjang tepat di permukaan air. Enam buah tablet dimasukkan satu
per satu ke dalam masing-masing keranjang, kemudian keranjang
diturunnaikkan secara teratur 30 kali tiap menit. Tablet dinyatakan
hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas kasa.
V. KESIMPULAN1. Kegunaan alat-alat yang ada di dalam laboratorium Teknologi
Formulasi Sediaan Non-Steril telah diketahui.
2. Aplikasi alat-alat di laboratorium Teknologi Formulasi Sediaan Non-
Steril dapat diketahui kegunaannya dalam industry.
DAFTAR PUSTAKA
Andayana,N.2009.Teori Sediaan Tablet.Available at : http:// pembuatan_tablet _ nutwuri_andayanahtm l ( 16/3/13)
Anderson NR GS.Banker Dalam : Lachman L Lieberman HA Kanig JL 1984 Teori dan Praktek Farmasi Industri Vol 2 Edisi 3 UI Press Jakarta
Ansel C Howard. 2008.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.Jakarta UI Press
Aulton, Michael, E. 1989. Pharmaceutics;The Science of Dosage Form Design.Curchill Living Stone, Edinburg London Melbourn New York
Depkes RI.1979.Farmakope Indonesia Edisi III Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.Jakarta
Depkes RI.1995.Farmakope Indonesia Edisi IV Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.Jakarta
Lachman L H A Lieberman dan J L Kanig.2008.Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi Ketiga.Jakarta: UI Press
Lachmann, Leon, dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Jilid II , Universitas Indonesia Press, Jakarta
Marais AF M Song dan MM Villiers.2003.Disintegration Propensity of Tablet Evaluated by Means of Disintegrating Force Kinetics.Pharmaceutical Development Technology 5 (12) : 163-169
Martindale. 1989. The Extra Pharmacopeia,29th Edition , The Pharmaceutical Press, London.
Martin, Alfred. 1990. Farmasi Fisik, Dasar-Dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu Farmasetik , UIP Press, Jakarta.
Nugrahani,I.2005.Karakterisik Granul dan Tablet Propranolol Hidroklorida dengan Metode Granulasi Peleburan Available at: http://jurnalfarmasiuiacid/pdf/2005/v02n02/ilma0202pdf (16/3/13)
Parrot EL.1971.Pharmaceutical Technology Fundamental pharmaceuticsThird Edition . Burges Publishing Company USA
Rowe R C Paul J S and Paul J W.2009.Hand Book of Pharmaceutical Excipients 6th.USA: Pharmaceutical Press and American Pharmaceutical Association
Sulaiman.2007.Perbandingan Availabilitas In Vitro Tablet Metronidazol Produk Generik Dan Produk Dagang Availablefrom :http://jurnalfarmasiuiacid/pdf/2005/v02n02/ilma0202pdf (16/3/13)
LAMPIRAN
METODE EVALUASI TABLET DAN SYARATNYA
(a) Uji Keseragaman Bobot Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode,
yaitu keseragaman bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan ini digunakan untuk sediaan mengandung satu zat aktif dan sediaan mengandung dua atau lebih zat aktif.
Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada produk kapsul lunak berisi cairan atau pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih, dari bobot, satuan sediaan. Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada sediaan padat (termasuk sediaan padat steril) tanpa mengandung zat aktif atau inaktif yang ditambahkan, yang telah dibuat dari larutan asli dan dikeringkan dengan cara pembekuan dalam wadah akhir dan pada etiket dicantumkan cara penyiapan ini.
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut: Timbang 20 tablet, hitung bobot rata – rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing – masing bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet; tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata yang ditetapkan kolom B.
Bobot rata – rataPenyimpanan bobot rata – rata dalam %
A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg sampai dengan 150 mg
10% 20%
151 mg sampai dengan 300 mg
7,5% 15%
Lebih dari 300 mg 5% 10%
Untuk penetapan keseragaman sediaan dengan cara keseragaman bobot,
pilih tidak kurang dari 30 satuan, dan lakukan sebagai berikut untuk sediaan yang
dimaksud. Untuk tablet tidak bersalut, timbang saksama 10 tablet, satu per satu,
dan hitung bobot rata-rata. Dari hasil penetapan kadar, yang diperoleh seperti
yang tertera dalam masing-masing monografi, hitung jumlah zat aktif dari
masing-masing dari 10 tablet dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen.
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan
keseragaman dosis dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10
satuan sediaan seperti yang ditetapkan dari cara keseragaman bobot atau dalam
keseragaman kandungan terletak antara 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera
pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0%.
Jika 1 satuan terletak di luar rentang 85,0% hingga 115,0% seperti yang
tertera pada etiket dan tidak ada satuan terletak antara rentang 75,0% hingga
125,0% dari yang tertera pada etiket, atau jika simpangan baku relatif lebih besar
dari 6,0% atau jika kedua kondisi tidak dipenuhi, lakukan uji 20 satuan tambahan.
Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari 1 satuan dari 30 terletak diluar rentang
85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan yang
terletak di luar rentang 75,0% hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket dan
simpangan baku relatif dari 30 satuan sediaan tidak lebih dari 7,8%.
(b) Uji Keseragaman Ukuran
Diambil 10 tablet, lalu diukur diameter dan tebalnya satu per satu
menggunakan jangka sorong, kemudian dihitung rata-ratanya. Kecuali dinyatakan
lain garis tengah tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal
tablet.
(c) Uji Kekerasan
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang
mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi
tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan dan
kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada
saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa digunakan
adalah hardness tester . Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan
ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan
terjadi keretakan talet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian.
Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan.
Alat yang dapat digunakan untuk mengukur kekerasan tablet
diantaranya Monsanto tester, Pfizer tester, dan Strong cobb hardness
tester. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan
kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran
dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan saat penabletan
akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet yang keras memiliki
waktu hancur yang lama (lebih sukar hancur) dan disolusi yang rendah, namun
tidak selamanya demikian. Pada umumnya tablet yang baik dinyatakan
mempunyai kekerasan antara 4-10 kg. Namun hal ini tidak mutlak, artinya
kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan
tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan syarat kerapuhannya tidak
melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan
memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya pada saat
pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg masih dapat
diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu hancur/disintegrasi dan disolusi
yang dipersyaratkan. Uji kekerasan dilakukan dengan mengambil masing-masing
10 tablet dari tiapbatch, yang kemudian diukur kekerasannya dengan alat
pengukur kekerasan tablet. Persyaratan untuk tablet lepas terkendali non swellable
adalah 10-20 kg/cm2.
(d) Uji Kerapuhan (Friabilitas)
Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur
ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu
pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur dengan friabilator. Prinsipnya
adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam
friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran kerapuhan, alat diputar
dengan kecepatan 25 putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit.
Jadi ada 100 putaran
Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibersihkan dari
debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan
ke dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi
kecepatan putarannya 25 putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari
alat, bersihkan dari debu dan timbang dengan seksama. Kemudian dihitung
persentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan. Tablet dianggap
baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1% (Andayana, 2009). Uji kerapuhan
berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan
tablet. Semakin besar harga persentase kerapuhan, maka semakin besar massa
tablet yang hilang. Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar
zat aktif yang masih terdapat pada tablet. Tablet dengan konsentrasi zat aktif yang
kecil (tablet dengan bobot kecil), adanya kehilangan massa akibat rapuh akan
mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam tablet .
Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam
proses pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet
tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan
(bobot yang hilang terlalu besar), maka pengujian harus diulang sebanyak dua
kali. Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji yang telah dilakukan .
(e) Uji Disolusi
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi
yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul,
kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Ada dua jenis alat
yang dapat digunakan untuk uji disolusi, untuk uji disolusi tablet parasetamol
digunakan alat jenis 2 dengan kecepatan 50 rpm selama 30 menit. Uji kesesuaian
alat dilakukan pengujian masing-masing alat menggunakan 1 tablet Kalibrator
Disolusi FI jenis diintegrasi dan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis bukan
disintegrasi. Alat dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh berada dalam rentang
yang diperbolehkan seperti yang tertera dalam sertifikat dari Kalibrator yang
bersangkutan. Untuk media disolusi digunakan 900 mL larutan dapar fosfat pH
5,8. Kemudian lakukan penetapan jumlah parasetamol yang terlarut dengan
mengukur serapan filtrat larutan uji dan larutan baku pembanding parasetamol
BPFI dalam media yang sama pada panjang gelombang maksimum 243 nm.
Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80 % parasetamol dari jumlah
yang tertera pada etiket .
(e) Waktu Hancur
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk hancur
menjadi granul/partikel penyusunnya yang mampu melewati ayakan no.10 yang
terdapat dibagian bawah alat uji. Alat yang digunakan adalah disintegration tester,
yang berbentuk keranjang, mempunyai 6 tube plastik yang terbuka dibagian atas,
sementara dibagian bawah dilapisi dengan ayakan/screen no.10 mesh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan tablet
yaitu sifat fisik granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap granul.
Penambahan tekanan pada waktu penabletan menyebabkan penurunan porositas
dan menaikkan kekerasan tablet. Dengan bertambahnya kekerasan tablet akan
menghambat penetrasi cairan ke dalam pori-pori tablet sehingga memperpanjang
waktu hancur tablet. Kecuali dinyatakan lain waktu hancur tablet bersalut tidak >
15 menit.
Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube,
ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut dalam medium air
dengan suhu 37° C. Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya
merupakan simulasi larutan gastrik (gastric fluid). Waktu hancur dihitung
berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur. Persyaratan waktu hancur untuk
tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit, untuk tablet salut gula dan salut
nonenterik kurang dari 30 menit, sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh
hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam, dan harus segera hancur
dalam medium basa.
Untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam
masing-masing monografi. Untuk tablet parasetamol tidak bersalut pengujian
dilakukan dengan memasukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari
keranjang, masukkan satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan air
bersuhu 37º ± 2º sebagai media kecuali dinyatakan menggunakan cairan lain
dalam masing-masing monografi. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera
dalam monografi, angkat keranjang dan amati semua tablet: semua tablet harus
hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi
pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus
hancur sempurna.
METODE EVALUASI GRANUL DAN SYARATNYA
(a) Uji Kadar Air
Kadar air ditentukan dengan menimbang granul dalam keadaan basah dan
setelah dikeringkan. Kadar air dinyatakan sebagai LOD (Lost On Drying)/
susut pengeringan.
(b) Uji Kecepatan Alir dan Sudut istirahat
Granul dimasukkan ke dalam corong uji waktu alir. Penutup corong
dibuka sehingga granul keluar dan ditampung pada bidang datar. Waktu
alir granul dicatat dan sudut diamnya dihitung dengan mengukur diameter
dan tinggi tumpukan granul yang keluar dari mulut corong. Waktu alir
dipersyaratkan dengan sudut diam tidak lebih dari 30 derajat.
(c) Uji Kompresibilitas
Timbang 100 g granul masukkan ke dalam gelas ukur dan dicatat
volumenya, kemudian granul dimampatkan sebanyak 500 kali ketukan
dengan alat uji, catat volume uji sebelum dimampatkan (Vo) dan volume
setelah dimampatkan dengan pengetukan 500 kali (V).
Syarat : tidak lebih dari 20%.
(d) Uji Kerapuhan Granul
Kerapuhan granul yaitu gambaran stabilitas fisis granul. Dapat diamati
lewat ketahanannya terhadap adanya getaran dengan menempatkannya di
atas ayakan bertingkat yang digetarkan.
(e) Uji Daya Serap Granul
Daya serap granul berpengaruh pada waktu hancur tablet. Faktor yang
mempengaruhi penetrasi adalah porositas tablet dimana tergantung
kompressi dan kemampuan penyerapan air dari material yang dipakai.
Bahan penghancur mulai berfungsi diantaranya melalui proses
pengembangan, reaksi kimia maupun secara enzimatis setelah air masuk
ke dalam tablet .
(f) Uji Daya Serap Granul
Waktu alir adalah waktu yang diperlukan untuk mengalir dari sejumlah
granul melalui lubang corong yang diukur adalah sejumlah zat yang
mengalir dalam suatu waktu tertentu. Untuk 100 g granul waktu alirnya
tidak boleh lebih dari 10 detik. Waktu alir berpengaruh terhadap
keseragaman bobot tablet.
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan obat memiliki rancang bangun dan
konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dengan tepat,
sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk obat terjadi secara seragam dari
batch ke batch serta untuk memudahkan pembersihan dan peralatannya.
Syarat-syarat peralatan yang ditentukan CPOB adalah sebagai berikut:
Desain dan konstruksi
1) Peralatan yang digunakan tidak boleh bereaksi atau menimbulkan akibat
bagi bahan yang diolah.
2) Peralatan dapat dibersihkan dengan mudah baik bagian dalam maupun
bagian luar serta peralatan tersebut tidak boleh menimbulkan akibat yang
merugikan terhadap produk.
3) Semua peralatan yang dipakai dalam pengolahan bahan kimia yang mudah
terbakar, atau ditempatkan di daerah di mana digunakan bahan yang mudah
terbakar, hendaklah dilengkapi dengan perlengkapan elektris yang kedap eksplosif
serta dibumikan dengan sempurna.
4) Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, menguji dan
mencatat hendaklah dikalibrasi menurut suatu program dan prosedur yang tepat.
Pemasangan dan penempatan
1) Pemasangan dan penempatan peralatan diatur sedemikian rupa sehingga
proses produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien.
2) Saluran air, uap, udara bertekanan atau hampa udara hendaklah dipasang
sedemikian rupa sehingga mudah dicapai selama kegiatan berlangsung.
3) Tiap peralatan utama hendaklah diberi nomor pengenal yang jelas.
4) Semua pipa, tangki, selubung pipa uap atau pipa pendingin hendaklah diberi
isolasi yang baik untuk mencegah kemungkinan terjadinya cacat dan memperkecil
kehilangan energi.
5) Sistem-sistem penunjang seperti sistem pemanas, ventilasi, pengatur suhu
udara, air minum, kemurnian air, penyulingan air dan fasilitas yang lainnya
hendaklah divalidasi untuk memastikan bahwa sistem-sistem tersebut senantiasa
berfungsi sesuai dengan tujuan.
Pemeliharaan
1) Peralatan dirawat menurut jadwal yang tepat agar tetap berfungsi dengan
baik dan mencegah terjadinya pencemaran yang dapat merubah identitas, mutu
atau kemurnian produk.
2) Prosedur-prosedur tertulis untuk perawatan peralatan dibuat dan dipatuhi.
3) Catatan mengenai pelaksanaan pemeliharaan dan pemakaian suatu peralatan
utama dicatat dalam buku catatan harian. Catatan untuk peralatan yang digunakan
khusus untuk satu produk saja dapat dimasukkan ke dalam catatan produksi batch
produk tertentu.
RUJUKAN
1. “Farmakope Indonesia” Edisi III, 1979, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
2. “Farmakope Indonesia” Edisi IV,1995, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.