pengembangan usaha gula kelapa di pangandaran masih terbuka luas
DESCRIPTION
Pengembangan usaha gula kelapa di wilayah daerah otonom baru (DOB) Kabupaten Pangandaran masih terbuka luas. Salah satu wilayah yang terus menggali potensi gula kelapa atau gula merah di antaranya Kecamtan Padaherang, Kalipucang, Cimerak dan termasuk kecamatan Sidamulih.TRANSCRIPT
Pengembangan Usaha Gula Kelapa di Pangandaran Masih
Terbuka Luas
Kamis, 11/04/2013 - 06:39
NURHANDOKO/"PRLM"
SEORANG perajin gula kelapa di Desa Cikembulan, Sidamulihtengah, wilayah daerah otonom
baru (DOB) Kabupaten Pangandaran, tengah menunggu nira yang baru disadapnya, Rabu
(10/4).*
PANGANDARAN,(PRLM).-Pengembangan usaha gula kelapa di wilayah daerah otonom baru
(DOB) Kabupaten Pangandaran masih terbuka luas. Salah satu wilayah yang terus menggali
potensi gula kelapa atau gula merah di antaranya Kecamtan Padaherang, Kalipucang, Cimerak
dan termasuk kecamatan Sidamulih.
Berkembangnya industri rumah tangga pembuat gula kelapa tersebut, telah memberikan nilai
positif bagi warga yang tinggal di wilayah tersebut. Tidak hanya sekadar mampu menyerap
banyak tenaga kerja, akan tetapi juga meningkatkan kesejahteran perajin kelapa atau gula merah.
Hanya saja potensi besar gula kelapa masih belum digali secara maksimal. Setidaknya saat ini
baru sekitar dua puluh persen dari seluruh pohon kelapa yang diambil niranya untuk gula kepala.
"Sebenarnya potensi gula keapa masih sangat terbuka, saat ini saja baru sekitar dua puluh persen
pohon kelapa yang diambil niranya. Apabila persentasi yang disadap niranya ditingkatkan, maka
tingkat kesejahteraan petani gula kelapa juga bakal semakin meningkat, " tutur Ketua Asosisasi
Gula Kelapa Priangan (AGKP) H .Yos Rosbi, yang didampingi Wakil Sekrtaris Abdul Aziz,
Rabu (10/4).
Dia mengungkapkan bahwa seperti halnya daerah lain, potensi industri atau perajin gula kelapa
di wilayah kecamatan Sidamulih masih sangat terbuka luas.
Hal itu selain karena kondisi lingkungan alam yang cocok untuk pertumbuhan pohon kelapa,
juga masih tebuka lahan untuk ditanami tersebut.
Hanya saja, saat ini masih sangat banyak pohon yang belum disadap atau diambil niranya.
Jumlah pohon juga berkurang seiring dengan adanya kebutuhan akan batang pohon kelapa untuk
kepentingan lain, dengan demikian, Yos menambahkan perlu ada peremajaan pohon kelapa.
"Tidak hanya pohon banyak saja, akan tetapi ketrampilan perajin gula kelapa juga perlu
ditingkatkan. Selain itu juga harus ada kepedulian pedagang serta pengusaha gula kelapa
terhadap nasib perajin gula kelapa, karena mereka sangat rentan dan berisiko tinggi terhadap
kecelakaan kerja," katanya.
Bentuk kepedulian tersebut diwujudkan dalam Asosiasi Gula Kelapa Priangan (AGKP) yang
meliputi wilayah Ciamis, Tasikmalaya dan Sumedang.
Anggotanya tidak hanya petani kelapa, akan tetapi juga pemilik kebun, petani penderes atau
penyadap, termasuk cendekiawan yang peduli terhadap nasib petani penderes gula kelapa.
Aziz menambahkan banyak penderes yang mengalami kecelakaan ketika sedang melaksanakan
perkerjaannya, tidak hanya jatuh dari pohon, akan tetapi juga risiko lain seperti tersiram nira
panas.
Untuk membantu meringankan perajin, AGKP juga memberikan bantuan atau santunan kepada
petani penderes. Anggaran yang digunakan untuk memberikan santunan berasal dari hasil
menyisihkan dana asosiasi.
"Kami memberikan santnan kepada anggota AGKP yang mendapatkan musibah tanpa sedikitpun
membebani petani penderes. Misalnya anggota meninggal mendapat santunan Rp 1 juta, selain
itu jika kecelakaan sampai cacat juga mendapat santunan, termasuk yang tersiram nira panas,"
kata Aziz.
Pada bagian lain dia menambahkan bahwa produksi kerajinan rumah tangga gula kelapa di
wilayah Priangan timur mencapai 450.000 kilogram per hari atau 12.500 ton per bulan. kegiatan
produksi gula kelapa tersebut melibatkan sedikitnya 37.500 petani penderes.
"Untuk industri rumahan tersebut tentu melibatkan tenaga kerja lain, tidak hanya suami akan
tetapi juga istri maupun anak. yang pasti kerajinan home indutri gula kelapa mampu menyerap
tenaga kerja yang sangat banyak, sehingga dapat mengurangi angka pengangguran," tuturnya.
Aziz juga menjhelasan bahwa usaha gula kepala lebih menguntungkan apabila dibandingkan
dengan menjual kelapa butiran. Misalnya dari 40 ohon kelapa, penderes atau perjain gula kepala
mendapatkan gula rata-rata 16 kilogram per hari, sedangkan apabila diambol kelapa hanya
mendapat 400 butir kelapa.
"Keuntungan lain usaha gula kelapa juga menciptakan pemerataan penghasilan bagi pemilik
pohon kelapa. Tidak semua perajin memiliki pohon kelapa, sehingga menyewa kepada pemilik
pohon untuk diambil niranya," jelasnya.
Selain memberikan santunan, ia mengungkapkan sejumlah pengusaha juga memberkan bantuan
langsung keopada penderes. Bantuan tersebut misalnya berupa tempat pembuatan gula kelapa,
menyediakan pohon yang hendak disadap.
"Dengan demikian perajin hanya menyada nira dan hasilnya dijual kepada pengusaha tersebut,"
tambah Aziz.
Terpisah salah seorang perajin gula kelapa di Desa Cikembulan, Riwan dan Sahidi
mengungkapkan mendapat bantuan berupa bangunan untuk prodksi gula kepala dari H. Yos
Rosbi. untuk menjalankan usahanya tersebut, keduanya mendapatkan 30 pohon kelapa yang
setiap hari mampu menghasilkan rata-ata 13 - 13 kilogram gula kelapa per hari.
"Istilahnya saya hanya menyediakan tenaga saja. Tempat pembuatan gula sudah disediakan,
demikian pula dengan pohonnya. Hasilnya juga siap ditampung dengan harga relatif bagus.
Terus terang saya sangat terbantu dengan usaha gula kepala ini," tuturnya disela merebus nira
yang baru disadapnya.
Saat ini harga gula kelapa Rp 7.800 per kilogram. Harga tersebut lebih murah dibandingkan
sebelumnya yang mencapai Rp 8.000 per kilogram.
Riwan mengungkapkan harga tertinggi gula kelapa yang dialaminya mencapai Rp 12.000 per
kilorgam, sedangkan paling rendah Rp 7.000.
"Harga gula memang fluktuatif, kadang tinggi, tetapi sebaliknya juga turun. bagi saya yang
hanya lulusan SD kerja sebagai perajin gula kelapa sudah sangat beruntung," tuturnya,(A-101/A-
89)***