pengembangan tanaman ramah gambut sebagai bagian dari restorasi
TRANSCRIPT
Pengembangan tanaman ramah gambut sebagai bagian dari
restorasi gambutHesti Lestari Tata
Pusat Penelitian & Pengembangan Hutan
DISKUSI TERBATASRestorasi Gambut Berbasis Teknologi Tepat Guna dan Tanaman
LokalJAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
• Total burnt area (per 28-10-2015): 2,6 million ha , which covers 927,132 ha of peatlands (Ditjen PKTL, 2015) .
Restorasi Hidrologi
Rehabilitasi Vegetasi
Revitalisasi Sosial
Pemulihan Ekosistem Gambut
Ekosistem gambut rusak akibat kebakaran harus dilakukan upaya pemulihan, dengan cara restorasi, rehabilitasi, cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
•Bekas Terbakar ringan dan sedang•Bekas terbakar telah mengalami suksesi alami•Bekas tebang habis•Terbuka vegetasi jarang•Bekas tebangan selektif
Perpres 1/2016: Target capaian restorasi gambut seluas 2juta Ha, selama 5 tahun
Penataan ruang berdasar karakteristik satuan hidrologis gambut
Tanah Gambut
Tanah Mineral
Sungai
Elevasi muka airdi kanal
Tebal Gambut
KonservasiBudidaya
E1
E2
Tanah Gambut
Budidaya
Sedimen tanah mineral
Dasar Pemilihan Jenis
• Terdapat 1467 jenis vegetasi yang tumbuh di ekosistem gambut, hanya 40% yang diketahui memiliki manfaat (Giesen, 2015)
• Prinsip pemilihan jenis:1) Secara teknik dapat diterapkan2) Secara ekonomi menguntungkan3) Secara sosial dapat diterima masyarakat dan
berkeadilan4) Ramah lingkungan (adaptif di lahan basah dan
tidak invasi)
Pengembangan Tanaman Gambut:Apa Yang Sudah Pernah Dilakukan?
• Praktik di Masyarakat: agroforestri, teknik surjan, kolam beje• Program pemerintah: RHL, Plot Penelitian• Lembaga penelitian, lembaga swadaya masyarakat, & donor:
action research, capacity building
Typology of Agroforestry in Peatlands
Riau (Pelalawan) Jambi (Tanjabar) Sumsel (OKI) Kalteng – Pulang Pisau
Typology of peatlands
Deep - very deep Shallow - moderate
Deep – very deep (sufidic ac)
Deep – very deep
Crops Corn, vegetables, ananas
Corns, spices, vegetables, ananas
Vegetables, ananas
Vegetables, ananas
Tree-based • Monoculture: Rubber, oil palm, jabon (mono-culture);• Simple AF: betlenut + oilpalm
• Monoculture: Rubber, oil palm, jabon;• AF: coffee+ betlenut, coco- nut, rubber +jelutung .Oil palm+gaharu, Oilpalm+jelutung, fruit trees
• Monoculture: Rubber, oil palm, jabon, jelutung, • AF: Jelutung+timber trees (ramin)
• Monoculture: Rubber , oil palm• Simple AF: jelutung+rubberJelutung+ fruit trees rambutan, cempedak, paken) • Surjan system
Paddy-rice Alluvial Rawa-Alluvial Rawa lebak – sonor system
Alluvial
Riau (Pelalawan) Jambi (Tanjabar) Sumsel (OKI) Kalteng – Pulang Pisau
Local context Prescribe burning,• Sagu
Prescribe burning, Prescribe burning •Prescribe burning• Elaeocharis dulcis (purun)• Stenochlaena palustris (kelakai)• Beje (kolam ikan)
Research scale
• Species alter-native for fiber (plantation) Gerunggang, Terentang
• Jelutung +horticulture, jelutung+nyatoh
• Timber trees: jelutung, ramin, gemor, bariang, balangeran
• Timber trees: ramin, bala-ngeran, jelutung, gemor,• AF fruit trees.
T0 T4 T80
102030405060708090
100
Shorea balangeran Dyera polyphyllaCalophyllum bifflorum Calophyllum inophyllum
Time
Surv
ival
(%)
Pradjadinata & Tata (2015)
Pertumbuhan Beberapa Jenis Lokal Gambut untuk Rehabilitasi Lahan Gambut terbakar di Tumbang Nusa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
-100
-90
-80
-70
-60
-50
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50 PrecipitationHR_5HR_200KS_5BO_5KD_5KD_200MS_5MS_200
Wat
er le
vel (
cm)
Prec
ipita
tion
(mm
)
Keterangan:HR = jelutungMS = jelutung + karetKD = jelutung + kopiKS, BO = jelu-tung + sawit
Sumber data primer: pengukuran TMA di Tanjabar, Jambi (Tata, 2014) Sumber data sekunder : curah hujan di stasiun cuaca (BWS – Tanjabar, 2014)
Agroforest in peatlands: combining
productive and protection functions
as part of restoration
Atiek Widayati, Hesti Lestari Tata, Meine van Noordwijk
Kesimpulan
• Jenis-jenis lokal dan jenis adaptif pada lahan gambut dan bernilai ekonomi – ‘the right tree on the right place’
• Memperkenalkan teknik budidaya jenis tersebut – menyiapkan benih dan bibit yang berkualitas
• Melakukan penyuluhan, pembangunan kebun bibit desa dan sosialisasi
• Membangun pasar dengan komoditas “low C print” standar yang bersifat voluntary pada skala nasional.
• Skema insentif/dis-insentif