pengembangan lembar kerja peserta didik...
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS GAYA BELAJAR
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DALAM DIVERSITY LEARNERS
Latif Pertiwi
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta
e-mail: [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang pengembangan Lembar Kerja
Peseta Didik yang sesuai dengan gaya belajar siswa. Gaya belajar terbagi menjadi tiga
macam yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Karakteristik peserta didik yang memiliki gaya
belajar visual ialah mudah memperoleh pengetahuan terhadap apa yang dilihatnya, suka
membaca dan menulis. Karakteristik peserta didik yang memiliki gaya belajar auditorial ialah
mudah memperoleh pengetahuan terhadap apa yang didengarnya. Karakteristik peserta didik
yang memiliki gaya belajar kinestetik ialah suka mengerjakan sendiri atau praktik langsung,
banyak bergerak. Untuk mencapai tujuan kompetensi dari kurikulum 2013, maka guru juga
harus memperhatikan keberagaman siswa yang memiliki perbedaan kebutuhan, yang sangat
memengaruhi keberhasilan suatu pembelajaran. Dengan menggunakan studi pustaka dari
beberapa sumber, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD) berbasis gaya belajar ini lebih efektif .
Kata Kunci: Lembar Kerja Peserta Didik, Gaya Belajar, Hasil Belajar DEVELOPMENT OF LEARNERS WORK SHEET BASED LEARNING TO ENHANCE
LEARNING RESULTS IN DIVERSITY LEARNERS Abstract: This study aims to describe the development of Pilot School Worksheets in
accordance with student learning styles. Learning styles are divided into three kinds: visual,
auditorial, and kinaesthetic. Characteristics of learners who have a visual learning style is
easy to gain knowledge of what he sees, likes to read and write. Characteristics of learners
who have an auditorial learning style is easy to gain knowledge of what he hears.
Characteristics of learners who have a kinesthetic learning style is a self-employed or direct
practice, many moves. To achieve the competency objectives of the 2013 curriculum,
teachers should also pay attention to the diversity of students who have different needs,
which greatly affect the success of a lesson. By using literature study from several sources, it
can be concluded that the use of LKPD based learning style is more effective.
Keywords: Student Work Sheet, Learning Styles, Learning Outcomes
PENDAHULUAN
Manusia tumbuh dan berkembang
ditentukan oleh apa yang dibawa sejak
lahir dan dipengaruhi oleh pengalaman
yang diperoleh dari lingkungan. Manusia
sebagai individu, memiliki berbagai
kesamaan dan sekaligus perbedaan-
perbedaan antara satu dengan yang lain,
bahkan perbedaannya lebih banyak
daripada kesamaan. Perbedaan-perbedaan
itu nampak misalnya dalam hal emosional,
minat bahkan perhatian. Perbedaan-
perbedaan dan kesamaan yang ada pada
individu tidaklah mudah ditelusuri secara
detail karena individu-individu itu sangat
kompleks. Oleh karena itulah, maka kita
tidak mungkin menuntut bahkan
memperlakukan hal yang sama kepada
semua peserta didik. Maka dalam situasi
perbelajaran, dalam situasi interaksi antara
guru dan peserta didik perlu
mempertimbangkan dan memperhatikan
adanya perbedaan individu tersebut.
(Ichsan, 2009 : 31).
Keberagaman dari masing-masing
peserta didik (diversity learners) dalam
suatu kelas menjadikan sebuah miniatur
mini keberagaman dalam masyarakat
sekaligus fenomena nyata yang dapat
ditemukan di semua sekolah dasar.
Sebagian diantara mereka mudah
menyerap materi, namun sebagian yang
lain juga memerlukan waktu yang lebih
lama dalam memahami materi pelajaran.
Di dalam kelas tersebut, peserta didik-
peserta didik belajar menyikapi perbedaan
antara satu dengan yang lain.
(Pujaningsih, 2002 : 1).
Kebutuhan belajar dari setiap
peserta didik didik berbeda-beda. Gaya
belajar dan potensi belajar yang beragam
adalah contoh kasus lainnya yang
mengarah pada pencapaian hasil belajar
yang beragam, namun hal tersebut
seringkali dipungkiri seiring
ditemukannya banyak fakta pemberian
materi pelajaran yang sama untuk semua
peserta didik didik. Pada peserta didik
berbakat, mereka kurang mendapat materi
secara mendalam sementara bagi peserta
didik yang mempunyai hambatan belajar
akan mudah tertinggal. Situasi ini
menunjukkan keberagaman peserta didik
didik di dalam kelas menjadi tantangan
bagi profesionalisme guru dan secara
tidak langsung menjadi cerminan kualitas
pendidikan yang sampai saat ini
memerlukan dukungan dari berbagai
pihak. (Pujaningsih, 2002 : 3).
Guru sudah sewajarnya
memperhatikan cara-cara belajar peserta
didik di samping memperhatikan bahan
ajar dan kegiatan-kegiatan belajar. Untuk
mencapai tingkat pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal pada diri
peserta didik maka guru diharapkan
memperhatikan keadaan-keadaan individu
peserta didik, seperti minat, motivasi,
kemampuan, dan bahkan latar belakang
peserta didik. Di sisi lain guru juga
dituntut merancang bahan ajar dan situasi
pembelajaran yang memungkinkan setiap
individu berkembang secara lebih baik.
Jangan sampai bahan ajar dan situasi
belajar menakutkan peserta didik bahkan
mematikan minat peserta didik secara
perseorangan. (Ichsan, 2009 : 32). Saat ini
guru dituntutkan untuk mengajar lebih
kreatif dan tidak membosankan. Untuk
menciptakan hal tersebut, guru harus
pandai berinovasi dalam penggunaan
metode yang tepat dalam pembelajaran.
(Yanuarita WA & Ali Mustadi. 2014)
Di dalam proses pembelajaran
tentu akan dilakukan proses penilaian
pada peserta didik untuk mengetahui
seberapa besar pencapaian kompetensi
yang ditempuh. Saat melakukan penilaian
peserta didik terutama pada lembar kerja
peserta didik (LKPD) juga harus
memperhatikan kebutuhan peserta didik
yang beragam tentu tidak hanya proses
pembelajaran saja yang mengarah pada
tiga macam gaya belajar. Hal ini
dilakukan untuk mendapatkan hasil
belajar yang maksimal.
Peningkatan mutu pendidikan di
Indonesia sekarang ini sedang gencar
dilakukan oleh pemerintah. Usaha
tersebut tertuang dalam Undang-Undang
Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (UU Sisdiknas) Bab II, Pasal 3
yang menyebutkan dengan jelas mengenai
tujuan pendidikan nasional sebagai sarana
berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab
(Pasal 3 UU Sisdiknas).
Kesiapan guru sangat penting
karena dalam tujuan Kurikulum 2013,
diantaranya mendorong peserta didik
mampu lebih baik dalam melakukan
observasi, bertanya, bernalar, dan
mengkomunikasika- mempresentasikan,
apa yang mereka peroleh setelah
menerima materi pembelajaran.
(Muhammad Nur Wangid, dkk. 2014).
Pada Kurikulum 2013 menuntut
adanya perubahan dari LKPD menjadi
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
Perbedaan antara LKPD dengan LKPD
selain pada kata peserta didik dan peserta
didik adalah LKPD berisi muatan materi
yang singkat dengan soal yang lebih
interaktif dan kontekstual terhadap
peserta didik. (Luncana & Ali, 2015 : 73)
Namun masih banyak ditemukan
guru yang belum memperhatikan berbagai
kebutuhan gaya belajar setiap peserta
didik. Apalagi pemberian tugas kepada
peserta didik sesuai gaya belajar mereka.
Hasil pengamatan mengenai perangkat
pembelajaran yang digunakan oleh guru
sebenarnya sudah baik, tetapi akan lebih
baik lagi apabila guru menggunakan
perangkat pembelajaran yang memang
ditujukan untuk pembelajaran tematik-
integratif. (Luncana & Ali, 2015 : 72-73)
Dari permasalaan tersebut,
diperlukan adanya inovasi untuk
mendukung pembelajaran yang bermutu,
salah satunya yaitu dengan penerapan
lembar kerja peserta didik (LKPD)
berbasis gaya belajar peserta didik (visual,
audiotorial, dan kinestetik) untuk
memenuhi kebutuhan peserta didik yang
beragam dan meningkatkan hasil belajar.
KAJIAN PUSTAKA
Lembar Kerja Siswa atau Lembar
Kerja Peserta Didik
Menurut Diknas pedoman Umum
Pengembangan Bahan Ajar “Lembar
Kegiatan Peserta didik (LKPD) adalah
lembaran-lembaran berisi tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik. Lembar
kegiatan berupa petunjuk atau langkah-
langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.
Tugas tersebut haruslah jelas kompetensi
dasar yang akan dicapai”. Menurut Trianto
(2010:111), Lembar kegiatan peserta didik
adalah panduan peserta didik yang
digunakan untuk melakukan kegiatan
penyelidikan atau pemecahan masalah..
Berdasarkan uraian diatas, dapat
disimpulkan Lembar Kerja Peserta didik
(LKPD) adalah lembaran-lembaran yang
diberikan ke peserta didik sebagai lembar
pengamatan, lembar penemuan, dan
lembar diskusi serta berisi tugas yang
dikerjakan oleh peserta didik berupa soal
maupun kegiatan yang akan dilakukan
peserta didik dalam proses pembelajaran.
Lembar kerja atau lembar tugas
dimaksudkan untu memicu dan membantu
peserta didik melakukan kegiatan belajar
dalam rangka menguasai suatu
pemahaman, keterampilan, dan atau sikap
(Abdul Majid, 2013: 371).
Peran LKPD adalah sebagai alat
bantu guru dalam mengajar. Oleh karena
itu, LKPD tidak digunakan sebagai
pengganti guru dalam mengajar. LKPD
juga dapat berperan dalam memberikan
ruang belajar mandiri bagi peserta didik,
demikian disampaikan oleh Abdul Majid
(2006: 177). Di samping itu, LKPD
memiliki beberapa keunggulan yakni (1)
meningkatkan aktivitas belajar, (2)
mendorong peserta didik mampu bekerja
sendiri, dan (3) membimbing peserta didik
secara baik ke arah pengembangan konsep.
Struktur lembar kegiatan peserta didik
secara umum menurut Abdul Majid (2013:
374) terdiri dari judul LKPD, tujuan
kegiatan, alat dan bahan yang digunakan
dalam kegiatan, langkah kerja dan
sejumlah pertanyaan. Pertanyaan yang
dapat merangsang sisa dalam berfikir dan
memcahkan permasalahan yang dihadapi
ataupun pertanyaan-pertanyaan yang
bersifat membimbing. Theresia (2013:3)
menambahkan bahwa kerangka lembar
kerja peserta didik terdiri dari judul lembar
kegiatan peserta didik, mata pelajaran,
semester, tempat, petunjuk belajar,
kompetensi yang akan dicapai, indikator
yang akan dicapai oleh peserta didik,
informasi pendukung, tugas-tugas dan
langkah-langkah kerja serta penilaian.
Menurut Suyanto (2011) Lembar
Kerja Siswa (LKS) memiliki fungsi yang
diuraikan sebagai berikut :
1. Sebagai panduan peserta didik di
dalam melakukan kegiatan belajar,
seperti melakukan percobaan. LKS
berisi alat dan bahan serta prosedur
kerja. 2. Sebagai lembar pengamatan, di mana
LKS menyediakan dan memandu
peserta didik menuliskan data hasil
pengamatan. LKS berisi tabel yang
memungkinkan peserta didik
mencatat data hasil pengukuran atau
pengamatan. 3. Sebagai lembar diskusi, di mana
LKS berisi sejumlah pertanyaan
yang menuntun peserta didik
melakukan diskusi dalam rangka
konseptualisasi. Melalui diskusi
tersebut peserta didik dilatih
membaca dan memaknakan data
untuk memperoleh konsep-konsep
yang dipelajari. 4. Sebagai lembar penemuan
(discovery), di mana peserta didik
mengekspresikan temuannya berupa
hal-hal baru yang belum pernah ia
kenal sebelumnya.
5. Sebagai wahana untuk melatih
peserta didik berfikir lebih kritis
dalam kegiatan belajar mengajar. 6. Meningkatkan minat peserta didik
untuk belajar jika kegiatan belajar
yang dipandu melalui LKS lebih
sistematis, berwarna serta bergambar
serta menarik perhatian peserta
didik.
Gaya Belajar
Menurut Bobbi Deporter & Mike
Hernacki. 1999, secara umum gaya belajar
manusia dibedakan ke dalam tiga
kelompok besar, yaitu gaya belajar visual,
gaya belajar auditorial dan gaya belajar
kinestetik.
a. Gaya Belajar Visual
Gaya belajar visual adalah gaya
belajar dengan cara melihat,
mengamati, memandang, dan
sejenisnya. Kekuatan gaya belajar ini
terletak pada indera penglihatan. Bagi
orang yang memiliki gaya ini, mata
adalah alat yang paling peka untuk
menangkap setiap gejala atau stimulus
(rangsangan) belajar.
Orang dengan gaya belajar visual
senang mengikuti ilustrasi, membaca
instruksi, mengamati gambar-gambar,
meninjau kejadian secara langsung,
dan sebagainya.
b. Gaya Belajar Auditorial
Gaya belajar auditorial adalah
gaya belajar dengan cara mendengar.
Orang dengan gaya belajar ini, lebih
dominan dalam menggunakan indera
pendengaran untuk melakukan
aktivitas belajar. Dengan kata lain, ia
mudah belajar, mudah menangkap
stimulus atau rangsangan apabila
melalui alat indera pendengaran
(telinga). Orang dengan gaya belajar
auditorial memiliki kekuatan pada
kemampuannya untuk mendengar.
Anak yang bertipe auditorial,
mudah mempelajari bahan-bahan yang
disajikan dalam bentuk suara
(ceramah), begitu guru menerangkan
ia cepat menangkap bahan pelajaran,
disamping itu kata dari teman
(diskusi) atau suara radio ia mudah
menangkapnya.
c. Gaya Belajar Kinestetik
Gaya belajar kinestetik adalah
gaya belajar dengan cara bergerak,
bekerja, dan menyentuh. Maksudnya
ialah belajar dengan mengutamakan
indera perasa dan gerakan-gerakan
fisik. Orang dengan gaya belajar ini
lebih mudah menangkap pelajaran
apabila ia bergerak, meraba, atau
mengambil tindakan. Misalnya, ia
baru memahami makna halus apabila
indera perasanya telah merasakan
benda yang halus.
Individu yang bertipe ini, mudah
mempelajari bahan yang berupa
tulisan-tulisan, gerakan-gerakan, dan
sulit mempelajari bahan yang berupa
suara atau penglihatan. Selain itu,
belajar secara kinestetik berhubungan
dengan praktik atau pengalaman
belajar secara langsung.
Hasil Belajar
Soedijarto mendifinisikan hasil belajar
sebagai tingkat penguasaan yang dicapai
oleh mahapeserta didik dalam mengikuti
proses belajar mengajar sesuai dengan
tujuan pendidikan yang di tetapkan.
Hasil belajar menurut Sudjana adalah
“hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan
yang mengakibatkan perubahan dalam diri
individu sebagai hasil dari aktivitas dalam
belajar”.
Menurut Muhibbin Syah secara global
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar peserta didik dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu “faktor internal
atau dari dalam diri peserta didik (jasmani
dan rohani), faktor eksternal atau dari luar
diri peserta didik (keluarga, sekolah, dan
masyarakat) dan faktor pendekatan belajar
(bagaimana aktivitas peserta didik dalam
belajar, segala cara atau strategi yang
digunakan peserta didik dalam menunjang
efektifitas dan efisiensi proses
pembelajaran materi tertentu).”
Diversity Learners
Individu adalah sesuatu kesatuan
yang memiliki ciri khasnya masing-
masing, dan karena itu tidak ada individu
yang sama persis meskipun kembar, satu
dengan yang lainya berbeda. Ini dapat
dikatakan sebagai kepastian dan
kenyalaan, keragaman individu bukan
keseragaman. Seorang pendidik yang bam
pertama kali berada di muka kelas,
mungkin baru menyadari bahwa dari
sekian banyak peserta didik yang dihadapi
itu ternyata beragam dalam hal
karakteristik fisiknya, kecerdasan
(kecakapan), gaya dan cara belajar,
komunikasi, mengerjakan tugas, cara
menyelesaikan problem, kepribadian, pola
kepemimpinan keluarga, penyesuaian
sosial dan emosional dan lain sebagainya.
Bagi para pendidik, sangat penting
memahami berbagai keragaman yang
dimiliki oleh peserta didik tesebut. Antara
peserta didik satu dengan yang lainya
berbeda kecakapan, jasmani, sosial dan
emosinalnya. Ada peserta didik yang
tampak dapat bertindak secara cepat, tepat,
dan dengan mudah, lazimnya peserta didik
itu disebut cakap. Ada peserta didik yang
belajarnya lamban, kurang tepat, dan
bahkan mengalami kesukaran dalam
belajarnya. Ada peserta didik yang kecil
dan ada pula yang besar badannya, ada
yang mampu menjadi pemimpin kelompok
dan ada yang menyendiri, ada yang
mampu dengan cepat mendapati problem
dan ada yang kesulitan menghadapi
problem, dan masih banyak perbedaan
lainya, yang merupakan kelebihan dan atau
kekurangan. Ada dua faktor yang
menyebabkan adanya perbedaan
individual, yakni faktor warisan karena
kelahiranya dan faktor perkembangan dan
pengalamannya (lingkungan). Antara
kedua faktor tersebut terjadi konvergensi.
Mungkin pada satu individu faktor
keturunan lebih dominan, sedangkan
individu yang lain justru faktor lingkungan
lebih dominan. Perbedaan individual dapat
dikembalikan kepada interaksi antara
kedua faktor tersebut. (Oemar Hamalik.
2004.).
METODE
Studi Pustaka
Penulis menggunakan studi pustaka
dalam menyusun karya ini. Studi pustaka
merupakan langkah awal dalam metode
pengumpulan data. Studi pustaka
merupakan metode pengumpulan data
yang diarahkan kepada pencarian data dan
informasi melalui dokumen-dokumen,
baik dokumen tertulis, maupun dokumen
elektronik yang dapat mendukung dalam
proses penulisan.”Hasil penelitian juga
akan semakin kredibel apabila didukung
karya tulis akademik dan seni yang telah
ada.”(Sugiyono,2005:83). Maka dapat
dikatakan bahwa studi pustaka dapat
memengaruhi kredibilitas hasil penelitian
yang dilakukan
Penentuan Gagasan
Karya tulis ini mengangkat gagasan
dari permasalahan di sekolah bahwa setiap
peserta didik masih dianggap sama.
Padalah antara peserta didik yang satu
dengan peserta didik yang lain tentu
terdapat berbagai perbedaan. Terutama
pada saat mereka diberikan tugas oleh
guru, banyak peserta didik mendapat
lembar kerja yang sama, tidak sesuai gaya
belajar mereka.
Permasalahan tersebut dapat
dijawab dengan gagasan penerapan lembar
kerja peserta didik berbasis gaya belajar
(visual, audiotorial, dan kinestetik).
Dengan adanya lembar kerja peserta didik
berbasis gaya belajar ini diharapkan akan
memenuhi kebutuhan setiap peserta didik
yang beragam serta meningktkan hasil
belajar peserta didik.
Pengumpulan Data
Langkah yang selanjutnya dilakukan
oleh penulis setelah menentukan metode
pengumpulan data adalah menentukan
teknik pengumpulan data yang akan
dipakai.“Teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data.”
(Sugiyono,2005:62). Teknik pengumpulan
data sangat diperlukan dalam suatu
penelitian karena hal tersebut digunakan
penulis untuk mendapatkan data yang akan
diolah sehingga bisa ditarik kesimpulan.
Terdapat bermacam teknik pengumpulan
data yang biasa dipakai dalam melakukan
penelitian
Data yang dikumpulkan berupa data
sekunder yang diperoleh dari kajian
pustaka berupa buku, artikel, internet, dan
jurnal.
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data
dilakukan secara kualitatif dan kumulatif,
dengan penjabaran analisis deskriptif.
Reduksi data berati merangkum
memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting,
dicari tema dan polanya dan membuang
yang tidak perlu. Dengan demikian data
yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan.
Penyajian data adalah sekumpulan
informasi yang tersusun dan akan
memberikan gambaran penelitian yang
meyeluruh. Penyajian data yang disusun
secara singkat, jelas, terperinci dan
menyeluruh akan memudahkan dalam
memahami gambaran terhadap aspek yang
diteliti baik secara keseluruan maupun
secara parsial. Penyajian data selanjutnya
disajikan dalam bentuk uraian atau laporan
sesuai dengan hasil penelitian yang
diperoleh.
Perumusan Solusi
Rumusan solusi diperoleh
berdasarkan hasil analisis data sehingga
dapat mengatasi permasalahan yang ada
secara efektif.
Penarikan Kesimpulan dan Saran
Tahap terakhir penulisan karya tulis
ialah berupa penarikan kesimpulan dari
pembahasan sehingga dapat menghasilkan
saran-saran yang diperlukan berkaitan
dengan permasalahan yang ada.
Kesimpulan merupakan upaya untuk
mencari arti, makna, penjelasan yang
dilakukan terhadap data yang telah
dianalisis dengan mencari hal-hal penting.
Kesimpulan ini disusun dalam bentuk
pernyataan singkat dan mudah dipahami
dengan mengacu kepada tujuan penelitian.
Dengan demikian secara umum proses
pengolahan data dimulai dengan
pencatatan data, semisal diperoleh dari
studi pustaka, kemudian ditulis,
dirangkum, direduksi dan disesuaikan
dengan fokus masalah penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kondisi di Sekolah Hasil penelitian menunjukkan
bahwa gaya belajar visual, gaya belajar
auditorial, dan gaya belajar kinestetik
memiliki hubungan gaya belajar visual
sebesar 0,080; gaya belajar auditorial
sebesar 0,043; dan gaya belajar kinestetik
0,079. Artinya, semakin meningkat
penggunaan gaya belajar visual, gaya
belajar auditorial, dan gaya belajar
kinestetik maka semakin meningkat
prestasi belajar peserta didik. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa
pengaruh gaya belajar visual, gaya belajar
auditorial, dan gaya belajar kinestetik
terhadap prestasi belajar berada pada
kategori sangat kuat (Priyatno, 2008: 78).
Penelitian yang dilakukan oleh
Pujaningsih (2004) di kecamatan Depok
menunjukkan layanan untuk peserta didik
dengan masalah belajar selama ini telah
dilakukan oleh guru-guru namun belum
mengarah kepada kebutuhan mereka.
Layanan yang banyak ditemui adalah
pemberian les tambahan. Faktor
penghambat yang ditemui yaitu
keterbatasan waktu dalam PBM dan
pemahaman guru akan peserta didik
berkesulitan belajar yang belum
menyeluruh. Hasil dari pemberian les
belum dianggap memuaskan karena tidak
didasarkan pada hasil asesmen sehingga
kurang sesuai dengan kebutuhan peserta
didik.
Latar belakang pendidikan yang
tidak memberi bekal tentang keberagaman
peserta didik didik menyebabkan hampir
semua guru reguler di sekolah dasar
menghadapi permasalahan dalam
menangani mereka. Disamping
pengetahuan yang terbatas, penerimaan
guru juga mempengaruhi perlakuan guru
keberagaman peserta didik didik. Hal
tersebut (penerimaan) juga masih jarang
dijumpai sehingga tidak heran bila
pandangan negatif masih banyak tertuju
pada peserta didik dengan kesulitan
belajar. Pujian yang jarang dilakukan,
harapan yang rendah, penolakan secara
aktif, sering ditujukan kepada peserta didik
dengan kesulitan belajar dibandingkan
dengan peserta didik tanpa kesulitan
belajar juga mengemukakan hal serupa
bahwa guru reguler merasakan banyak
beban ketika menghadapi peserta didik
dengan kesulitan belajar yang
membutuhkan waktu dan perhatian yang
lebih banyak daripada teman-teman yang
lain dan tidak menunjukkan hasil yang
sesuai harapan. Pengabaian terhadap
kebutuhan peserta didik dengan kesulitan
belajar sebagai bagian dari keberagaman di
kelas dapat berdampak buruk pada peserta
didik-peserta didik yang lain karena
mereka belajar untuk tidak perduli pada
teman yang ‘lemah’. Rasa empati yang
tidak berkembang pada peserta didik-
peserta didik tersebut dapat berlanjut
sampai mereka dewasa.
Tantangan atas pemenuhan
kebutuhan belajar mereka tidak hanya
terbatas pada pemenuhan proses belajar
mengajar di kelas, namun terkait dengan
penilaian atau pemberian tugas oleh guru
untuk mengetahui sejauh mana pencapaian
dari tujuan pembelajaran tersebut.
Perangkat pembelajaran terutama
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) untuk
menunjang pembelajaran yang mana saat ini
menggunakan kurikulum 2013, yang masih
belum maksimal. Guru memang sudah
menggunakan buku peserta didik, namun
buku saja belum cukup untuk menunjang
pembelajaran saat ini yang menggunakan
Kurikulum 2013. Guru memang sudah baik
dalam pembelajaran, yakni sering mengajak
peserta didik belajar dari alam atau
lingkungan sekitar, namun diharapkan guru
menggunakan perangkat pembelajaran
pendamping buku yang mampu menunjang
pembelajaran secara maksimal. (Luncana &
Ali, 2015 :72)
Di dalam kegiatan belajar mengajar,
anak adalah subjek dan objek kegiatan
pengajaran. Inti proses pengajaran tidak lain
adalah kegiatan belajar anak didik dalam
mencapai satu tujuan pengajaran. Tujuan
pengajaran tentu saja akan dapat tercapai
jika anak didik berusaha secara aktif untuk
mencapainya. Djamarah (2004) menyatakan
bahwa pada hakikatnya belajar adalah
“perubahan” yang terjadi di dalam diri
seseorang setelah berakhirnya melakukan
aktivitas belajar. Walaupun pada
kenyataannya tidak semua perubahan
termasuk kategori belajar.
Untuk memperoleh suatu
pendidikan, seseorang harus menempuh
belajar di sekolah. Dengan belajar,
pengetahuan dan pengalaman akan
bertambah. Kepribadian yang di tumbuhkan
akan muncul pula karena tercipta
perubahan-perubahan sikap yang terjadi
akibat dari kegiatan belajar yang telah
dilakukan oleh individu tersebut. Belajar
adalah serangkaian jiwa dan raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman individu
dalam interaksi dengan lingkungannya yang
menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotor (Djamarah,2011:13).
Sedangkan hasil belajar merupakan hasil
penilaian dari proses belajar siswa atas
pencapaian suatu tujuan yang memuaskan
dari proses belajar (Djamarah,2011:175).
Nilai tersebut diperoleh setelah proses
belajar mengajar berlangsung selama satu
semester dan dicantumkan secara tertulis
dalam buku laporan nilai yang berisi hasil
penilaian dengan menggunakan angka yang
dilihat pada sisi kogntif dengan melihat
kemampuan siswa dalam penguasaan
pengetahuan pada materi pelajaran yang
telah diberikan oleh guru dan didukung oleh
nilai-nilai yang lain. Gaya belajar
merupakan salah satu dari faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar siswa
yang tidak kalah pentingnya. Cara atau gaya
belajar yang berbedabeda mempunyai
pengaruh pada hasil belajar siswa. Gaya
belajar
merupakan suatu strategi yang dilakukan
oleh siswa dalam belajarnya untuk
mencapai tujuan yang diharapkan yaitu hasil
belajar yang baik. Tujuan pembelajaran
yang diinginkan tentu yang optimal, untuk
itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
oleh pendidik, salah satunya yang penting
adalah pendidik perlu mengetahui tipe gaya
atau gaya belajar siswanya, agar pendidik
dapat menyesuaikan metode apa yang akan
diterapkan pada saat mengajar sehingga
tujuan pengajaran yang telah dirumuskan
oleh pendidik dapat terwujud/tercapai.
Gaya belajar seseorang adalah
kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan
kemudian mengatur serta mengolah
informasi”. Menurut Nasution (2003:55),“
gaya belajar atau Learning style adalah ia
cara bereaksi dan menggunakan
perangsang-perangsang yang diterimanya
dalam proses belajar”. Lebih lanjut
dikatakan gaya belajar adalah cara yang
konsisten yang dilakukan oleh siswa dalam
menangkap stimulus atau informasi, cara
mengingat, berfikir dan memecahkan
persoalan. Dari beberapa pendapat diatas
dapat disimpulkan bahwa gaya belajar
merupakan suatu cara atau sikap yang
dilakukan seseorang atau sekelompok orang
sebagai pencari penerima, pelajaran yang
dibutuhkannya yang dialaminya sendiri
dengan mempergunakan alat inderanya.
Teori-teori di atas mengenai gaya
belajar visual, gaya belajar auditorial, dan
gaya belajar kinestetik yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa,
mendukung hasil penelitian ini, yaitu
variabel Gaya Belajar Visual (X1), Gaya
Belajar Auditorial (X2), dan Gaya Belajar
Kinestetik (X3) secara bersama-sama
berpengaruh secara positif dan (Y)
persentase sebesar 62,91%, sedangkan
sisanya 37,09% diprediksi dipengaruhi
oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini, misalnya faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal yang
meliputi kecerdasan, bakat, minat,
motivasi, belajar. Adapun faktor eksternal
meliputi lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan sosial (Suan,
2013: 27).
Lembar Kerja Peserta didik Berbasis Gaya
Belajar
Setiap anak atau peserta didik
memiliki cara belajar sendiri-sendiri yang
dipandang
efektif dalam belajar. Cara belajar atau
kesenangan belajar yang seringjugadisebut
gaya belajar (learning style) diartikan sebagai
karaktreristik dan preferensi atau pilihan
individu mengenai cara mengumpulkan
informasi, menafsirkan, mengorganisasi,
merespon, dan memikirkan informasi
tersebut.
Guru sebaiknya mengetahui tingkat
perkembangan mental siswa dan mengetahui
bagaimana pembelajaran yang harus
dilakukan agar sesuai dengan tahap-tahap
perkembangan tersebut, dengan harapan agar
siswa tidak merasa kesulitan dalam
menyerap apa yang disajikan oleh guru.
Selain tingkat perkembangan siswa, guru
juga harus memperhatikan beberapa
kecerdasan yang dimiliki oleh siswa, baik itu
kecerdasan intelegensi, kecerdasan
emosional (Emotional Quotient), maupun
kecerdasan khusus yang dimiliki oleh setiap
siswa dalam proses pembelajaran.
Kecerdasan khusus yang dimaksud adalah
kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence).
Saat proses pembuatan lembar kerja
peserta didik, guru sudah harus mengetahui
gaya belajar masing-masing peserta didik.
Cara mengetahuinya yaitu dengan
melakukan assesmen pada awal semester.
Assesmen dapat dilakukan dengan guru
Bimbingan Konseling atau menggunakan
instrumen pengenalan gaya belajar yang
valid atau yang terdapat pada situs-situs
psikologi yang terpercaya.
Peserta didik juga mempunyai kecakapan atau kemampuan. Dalam versi
Gardner dikenal dengan kecakapan majemuk
(multiple intellegences). Delapan kecakapan
yang tercakup dalam kecakapan majemuk
adalah:
1) linguistic Intellegences (Word smart)
2) logical- mathmatical intellegence
(number /reasoning Smart)
3) Visual-Spatial Intellegence (picture
Smart)
4) Bodily- Kinestetic Intellegence (body
Smart)
5) Musical Intellegence (Music Smart)
6) Interpersonal intellegence (People
Smart)
7) Intrapersonal Intellegence (Self
Smart)
8) Naturalist Intellegence (Nature Smart)
(Armstong, Thomas. 2013).
Dengan memperhatikan dan
melibatkan kecerdasan yang dimiliki oleh
siswa, diharapkan dapat mendorong semua
potensi yang dimiliki oleh siswa. Siswa-
siswa di kelas kecerdasan majemuk yang
sama, belum tentu memiliki gaya belajar
yang sama juga.
Di dalam kelas tentu setiap peserta
didik mempunyai perbedaan kecakapan atau
kemampuan, ada yang memiliki dua atau
lebih kecapakan yang mereka miliki. Hal
tersebut tentu memengaruhi bagaimana cara
mereka belajar.
Terdapat beberapa penilaian yaitu
ada tes tulis, tes lisan, observasi, produk,
bermain peran, portofolio, karya wisata, dan
sebagainnya. Dari beberapa penilain tersebut
dapat diambil satu contoh yaitu portofolio.
Untuk menyusun portofolio peserta
didik yang memiliki gaya belajar visual
dalam
mencapai kompetensi tertentu, tugas-tugas
yang diberikan disesuaikan dengan gaya
belajarnya. Karakteristik peserta didik yang
memiliki gaya belajar visual ialah mudah
memperoleh pengetahuan terhadap apa yang
dilihatnya, suka membaca, teliti dan
menyukai metode demontrasi serta kurang
menyukai metode ceramah. Misalnya
melalui kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan indera penglihatan, seperti membaca
buku, membaca tabel, dll. Bagi peserta didik
yang memiliki gaya belajar cenderung
menggunakan metode membaca dan
menulis. Pada metode membaca – menulis,
proses pembelajaran meliputi : (1) buku teks,
(2) buku kerja, (3) kapur-papan tulis, (4)
buletin, (5) laporan, (6) review teman, (7)
mencatat, (8) membuat jurnal. LKPD jenis
ini bersifat semi terbuka, berisi perintah
membaca, mendiskusikan persoalan, dan
mencari alternatif solusi yang dilaporkan
secara tertulis.
Bagi peserta didik yang memiliki
gaya belajar auditori, Karakteristik peserta
didik yang memiliki gaya belajar auditorial
ialah mudah memperoleh pengetahuan
terhadap apa yang didengarnya, sulit menulis
tetapi mudah bercerita, senang bersuara
keras ketika sedang membaca, lebih
menyukai gurauan daripada membaca buku,
dan menyukai metode ceramah. Tugas yang
diberikan berupa tugas atau kegiatan yang
berhubungan dengan indera pendengaran,
misalnya melalui menyimak berita di televisi
atau radio. Peserta didik yang gaya
belajarnya auditorial cenderung
menggunakan metode mendengar dan
berbicara. Pada metode mendengar –
berbicara, proses pembelajaran mencakup:
(1) ceramah, (2) membaca, (3) bertanya, (4)
analisis film, (5) debat, (6) ide gagasan.
Model LKPD jenis ini berisi lebih
menekankan pada perintah dan hasil-hasil
resitasi. Maka, LKPD cenderung bersifat
tertutup, berisi perintah mendiskusikan
persoalan, mencari alternatif solusi, dan
presentasi di kelas.
Demikian juga, bagi peserta didik
yang memiliki gaya belajar kinestetik,
Karakteristik peserta didik yang memiliki
gaya belajar kinestetik ialah suka
mengerjakan sendiri atau praktik langsung,
banyak bergerak, ketika membaca suka
meggunakan jari sebagai penunjuk.
menyukai permainan yang menyibukkan.
dan ingin selalu melakukan sesuatu. Tugas
yang harus diselesaikan berhubungan dengan
kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas
motorik, misalnya melaporkan hasil
perjalanan/ rekreasi ke suatu tempat. Bagi
peserta didik yang memiliki gaya belajar
kinestetik, biasanya proses pembelajaran
dibantu dengan menggunakan metode
mengamati dan melakukan. Pada metode
mengamati dan melakukan, proses
pembelajaran mencakup : (1) demonstrasi,
(2) kerja lapangan, (3) kerja lab/hands on, (4)
proyek, (5) eksplorasi/ diskoveri, (6)
permainan. LKPD jenis ini bersifat lebih
terbuka, berisi alat dan bahan, panduan kerja,
serta tabel pengamatan dan pertanyaan
pengarah diskusi peserta didik.
Pemberian tugas tugas yang
disesuaikan dengan masing-masing gaya
belajar peserta didik diharapkan dapat
mengoptimalkan pencapaian kompetensinya.
Meskipun dalam mengimplementasikan
Kurikulum 2013, kegiatan guru dan peserta
didik, bahan ajar, serta sistem evaluasi telah
tersaji dengan lengkap dalam buku guru dan
buku peserta didik, namun guru masih
memiliki kesempatan untuk
mengembangkan proses pembelajaran
berikut evaluasinya berdasarkan pada
kreativitas guru karena sebagaimana
diungkapkan Mendikbud pada sosialisasi
Kurikulum 2013 bahwa buku guru dan buku
peserta didik yang telah disediakan
pemerintah merupakan panduan dasar atau
batas minimal pelaksanaan pembelajaran
yang dilakukan guru di lapangan. Evaluasi
melalui penilaian portofolio berbasis gaya
belajar peserta didik dapat dikembangkan
guru, disesuaikan dengan tujuan yang
terdapat dalam kurikulum.
Dengan adanya tiga gaya belajar
tersebut, guru dapat mengidentifikasi gaya
belajar peserta didiknya, schingga dapat
memberikan layanan kepada pesertadidiknya
sesuai dengan gaya belajar rnasing-masing
peserta didik. Dengan demikian masing-
masing peserta didik dapat belajar secara
optimal. Akan tetapi guru juga harus
memperhatikan beberapa layanan terhadap
peserta didik. Berikut terdapat tiga layanan
guru terhadap perbedaan setiap individu.
Bagi peserta didik yang lamban atau
belum mencapai batas ketuntasan yang
ditetapkan, jenis layanan berupa remedial.
Dalam melaksanakan kegiatan remedial,
maka ada beberapa hal yang perlu
diperhatiakan akan dapat berjalan dengan
baik, antara lain;
a. Tingkal kesulitan peserta didik
(ringan, sedang dan berat)
b. Jumlah peserta didik dan tempat
remedial
c. Cara melaksanakan
d. Materi dan waktu
e. Metode dan media
Bagi peserta didik yang sedang, jenis
layanan berupa pengayaan. Program
pengayaan dapat dilakukan dengan cara,
antara lain;
a. Pemberian bacaan tambahan atau
berdiskusi
b. Pemberian tugas
c. Memberikan soal latihan
d. Membantu guru membimbing
temannya yang belum mencapai
ketuntasan
Bagi peserta didik yang cepat,
jenisnya berupa akselerasi/percepatan.
Program layanan akselerasi dilakukan secara
alami dan bukan dalam bentuk kelas
akselerasi.
Langkah Penyusunan Lembar Kerja
Peserta didik
Dalam penyusunan lembar kerja peserta
didik ada beberapa langkah yang harus
diperhatikan yaitu sesuai tujuan
pembelajaran, Indikator, media pembelajaran
dan perangkat pembelajaran lainnya untuk
mendukung kelancara dan keberhasilan dari
penerapan lembar kerja peserta didik
berbasis gaya belajar siswa. Hal ini berarti
guru harus menyiapkan perangkat
pembelajaran serta lembar kerja yang
berbeda-beda sesuai gaya belajar mereka.
Guru harus memnuhi kebutuhan siswa.
Banyak sekali yang harus disiapkan
guru, karena dalam menyiapkan lembar kerja
peserta didik berbasis gaya belajar, guru
harus menyiapkan kelengkapan mulai dari
gaya belajar yang visual berarti guru
menyiapkan lembar kerja berbentuk tulisan.
Siswa diberi tugas untuk mengamati dan
menulis. Untuk gaya belajar auditorial maka
siswa diberi tugas untuk mendengarkan,
maka guru menyiapkan lembar kerja berupa
wawancara. Untuk siswa dengan gaya
belajar kinestetik, maka siswa diberi tugas
untuk kunjung karya, karya wisata, atau
membuat sesuatu. Hal ini maka guru harus
ikut serta dan selalu mengamati dan
melindungi siswa secara lebih, karena hal ini
siswa cenderung akan pergi-pergi, bergerak
dan sebagainya.
Contoh penyusunan membuat lembar
kerja peserta didik, salah satunya yaitu
lembar kerja potofolio. Untuk menyusun
portofolio berbasis gaya belajar siswa dalam
mata pelajaran Bahasa Indonesia, berikut
dipaparkan langkah-langkah yang dapat
ditempuh. Langkah-langkah penyusunan
mengacu pada pedoman yang dikeluarkan
Depdiknas tahun 2004 dan Ahiri & Hafid
tahun 2011.
1) Menentukan fokus dan tujuan
portofolio, misalnya untuk mencapai
tujuan kurikulum dan target belajar.
2) Menyesuaikan isi portofolio dengan
tujuan pembelajaran. Menentukan
aspek isi yang dinilai, misalnya aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor;
untuk menilai pertumbuhan dan
kemajuan belajar siswa atau untuk
menilai hasil karya terbaik.
3) Menentukan bentuk, susunan, atau
organisasi portofolio (teknik
pengelolaan portofolio): jenis / aspek
data yang akan dievaluasi, isi /
indikator,proses,batas isi / waktu
penyusunan portofolio.
4) Melibatkan siswa dalam proses
penilaian.
5) Meningkatkanefisiensipemeriksanaa
nportofolio: menyiapkan rubrik
penilaian / penskoran.
6) Meningkatkan ketergeneralisasian
skor portofolio.
Keenam langkah penyusunan
portofolio di atas dilakukan secara
terstruktur, disesuaikan dengan tiga
macam gaya belajar siswa.
PENUTUP
Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa LKPD (Lembar Kerja
Peserta Didik) berbasis gaya belajar untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik
sangat penting dan layak digunakan
dalam pembelajaran. Banyak para ahli dan
akademisi yang setuju dengan penggunaan
lembar kerja peserta didik ini apabila
disesuaikan dengan kebutuhan setiap
peserta didik. Keragaman setiap siswa
itulah yang menjadi alasan utama, karena
pada daasarnya kebutuhan setiap peserta
didik berbeda-beda. Langkah-langkah
dalam pembuatan lembar kerja peserta
didik pun juga harus tepat, dimana
sebelumnya guru sudah melakukan
asessemen gaya belajar setiap siswa.
Untuk gaya belajar ada tiga macam
yaitu gaya belajar visual; yaitu gaya
belajar yang lebih banyak menggunakan
alat indera penglihatan sebagai alat untuk
memperoleh pengetahuan. Karakteristik
peserta didik yang memiliki gaya belajar
visual ialah mudah memperoleh
pengetahuan terhadap apa yang dilihatnya,
suka membaca, teliti dan menyukai metode
demontrasi serta kurang menyukai metode
ceramah. Maka lembar kerjanya berupa
menulis dan membaca.
Kedua Gaya belajar auditorial;
yaitu gaya belajar yang lebih banyak
mengguakan indera pedengaran untuk
memperoleh pengetahuan. Karakteristik
peserta didik yang memiliki gaya belajar
auditorial ialah mudah memperoleh
pengetahuan terhadap apa yang
didengarnya, sulit menulis tetapi mudah
bercerita, senang bersuara keras ketika
sedang membaca, lebih menyukai gurauan
daripada membaca buku, dan menyukai
metode ceramah. Maka lembar kerjanya
berupa wawancara dan sejenisnya.
Ketiga gaya belajar kinestetik;
yaitu gaya belajar yang lebih menekankan
gerak atau praktik langsung atas apa yang
sedang dipelajari. Karakteristik peserta
didik yang memiliki gaya belajar
kinestetik ialah suka mengerjakan sendiri
atau praktik langsung, banyak bergerak,
ketika membaca suka meggunakan jari
sebagai penunjuk. menyukai permainan
yang menyibukkan. dan ingin selalu
melakukan sesuatu. Maka lembar kerjanya
berupa karya wisata, menggambar atau
membuat sebuah karya.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Direktur Program Sarjana Universitas
Negeri Yogyakarta yang memberi
kesempatan untuk menempuh studi hingga
menyelesaikannya. Penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada Kaprodi
S1 Pendidikan Dasar yang banyak membantu
kelancaran penelitian hingga penulis dapat
menyelesaikannya dalam waktu yang relatif
singkat. Selain itu juga terimakasih kepada
perpustakaan PGSD Kampus 2 FIP UNY dan
teman-teman yang telah mendukung
kelancaran penulisan artikel ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ahiri, J dan Hafid, A. 2011. Evaluasi
Pembelajaran dalam Konteks
KTSP. Bandung: Humaniora.
Armstong, Thomas. 2013. Kecerdasan
Multipel di Dalam Kelas. Jakarta:
Indeks ASTUTI, Yanuarita Widi; MUSTADI, Ali.
Pengaruh Penggunaan Media Film
Animasi Terhadap Keterampilan
Menulis Karangan Narasi Siswa
Kelas V SD. Jurnal Prima Edukasia,
[S.l.], v. 2, n. 2, p. 250-262, july 2014.
ISSN 2460-9927. Available at:
<https://journal.uny.ac.id/index.php/jp
e/article/view/2723/2273>. Date
accessed: 23 oct. 2017.
doi:http://dx.doi.org/10.21831/jpe.v2i2
.2723.
https://journal.uny.ac.id/index.php/jpe/
article/view/2723 Bobbi Deporter & Mike Hernacki. 1999.
Quantum Learning: Membiasakan
Belajar Nyaman dan
Menyenangkn. Bandung: PT
Mizan Pustaka
Djamarah, Bahri, Syaiful. 2004. Pola
Komunikasi Orang Tua dan Anak
dalam Keluarga. Jakarta : PT.
Reneka Cipta.
Dwi, Priyatno. 2008. Mandiri Belajar
SPSS. Yogyakarta: Mediakom.
http://digilib.uin-
suka.ac.id/8622/1/ICHSAN%20PE
MBELAJARAN%20BERBASIS%
20PERBEDAAN%20INDIVIDUA
L.pdf
Ichsan. 2009. Pembelajaran Berbasis
Perbedaan Individual. Yogyakarta:
UIN Sunan Kalijaga
Luncana, FS & Ali, M. 2015.
Pengembangan Lembar Kerja
Peserta Didik Tematik-Integratif
Berbasis Pendidikan Karakter
Pada Peserta Didik Sekolah Dasar.
https://journal.uny.ac.id/index.php/j
pka/article/view/8620
Majid, Abdul. 2013. Strategi
Pembelajaran. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Muhibbin Syah. 2010. Psikologi
Pendidikan dengan pendekatan
baru.Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Nasution. 2003. Berbagai Pendekatan
dalam Proses Belajar dan
Mengajar. Jakarta: PT Bumi
Aksara
Oemar Hamalik. 2004. Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: PT Bumi
Aksara
Pujaningsih.,dkk. 2002. Bimbingan ‘Smart
Plus’ untuk menangani
siswaberkesulitan belajar spesifik
di Kecamatan Berbah Sleman,
Laporan penelitian Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM).
Jakarta: Dikti.
http://eprints.uny.ac.id/4228/1/PE
MENUHAN_KEBUTUHAN_SIS
WA_YANG_BERAGAM.pdf
Soedijarto, 1993. Menuju Pendidikan
nasional yang Relevan dan
Bermutu. Jakarta : Balai Pustaka
Suan, EB. 2013. Analisis faktor-faktor
yang Mempengaruhi Prestasi
Belajar Siswa SMP pada Panti
Asuhan di Kota Kupang pada
Semester Ganjil Tahun Ajaran
2012/2013”. Tesis. Program
Pascasarjana Undana
Sudjana, Nana, 2002. Penilaian Hasil
Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian
Kualitaif. Bandung : Alfa Beta.
Suyanto, S. 2011. Lembar Kerja Siswa.
Dalam acara pembekalan Guru
daerah terluar,tertinggal di
Akademi Angkatan Udara
Yogyakarta.
Theresia Widyantini. (2013). Penyusunan
Lembar Kerja Siswa Sebagai
Bahan Ajar. Yogyakarta: Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(PPPPTK) Matematika.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran
Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
WANGID, Muhammad Nur et al.
Kesiapan Guru SD dalam
Pelaksanaan Pembelajaran
Tematik-Integratif pada Kurikulum
2013 di DIY. Jurnal Prima
Edukasia, [S.l.], v. 2, n. 2, p. 175-
182, july 2014. ISSN 2460-9927.
Available at:
<https://journal.uny.ac.id/index.php
/jpe/article/view/2717/2267>. Date
accessed: 23 oct. 2017.
doi:http://dx.doi.org/10.21831/jpe.v
2i2.2717.
https://journal.uny.ac.id/index.php/j
pe/article/view/2717