pengembangan instrumen tes multi representasi...
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES MULTI
REPRESENTASI PADA KONSEP ALAT-ALAT OPTIK
UNTUK MENGIDENTIFIKASI KEMAMPUAN
REPRESENTASI SISWA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Kania Gita Leksana
NIM 1112016300066
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
KANIA GITA LEKSANA, NIM. 1112016300066. Pengembangan Instrumen
Tes Multi Representasi pada Konsep Alat-Alat Optik untuk Mengidentifikasi
Kemampuan Representasi Siswa. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen tes multi representasi
pada konsep alat-alat optik untuk mengidentifikasi kemampuan representasi
siswa. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 87 Jakarta. Penelitian ini
berlangsung pada semester dua tahun ajaran 2016/2017. Model penelitian yang
digunakan adalah model penelitian pengembangan Akker et.al. Tahap penelitian
ini terdiri dari 4 tahap, yaitu Penelitian Pendahuluan, Tahap Prototipe, Evaluasi
Sumatif, dan Refleksi Sistematik dan Dokumentasi. Pada uji coba pada skala
terbatas, diperoleh hasil kemampuan representasi siswa pada tipe soal gambar-
verbal 75%, verbal-gambar 76%, verbal-verbal 80%, verbal-matematis 70%,
verbal-diagram 54%, dan diagram matematis 68%. Kepraktisan instrumen yang
diuji pada skala terbatas menghasilkan presentase rata-rata 88% dan berada pada
kategori baik. Pada uji coba skala luas, diperoleh hasil kemampuan representasi
siswa pada tipe soal gambar-verbal 78%, verbal-gambar 85%, verbal-verbal 85%,
verbal-matematis 54%, verbal-diagram 55%, dan diagram matematis 37%.
Kepraktisan instrumen pada uji coba skala luas diperoleh sebesar 80% dan berada
pada kategori baik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa instrumen tes yang dikembangkan valid dan praktis.
Kata kunci: Multi Representasi, Konsep Alat-Alat Optik, Kemampuan
Representasi.
v
ABSTRACT
KANIA GITA LEKSANA, NIM. 1112016300066. Development of Multi
Representation Test Instrument on the Concept of Optical Devices to Identify
Student Representation Ability. Undergraduate Thesis of Physics Education
Program, Science Education Departement, Faculty of Tarbiya and Teachers
Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2017.
This study aims to develop a multi representation test instrument on the concept of
optical tools to identify students' representational skills. This research was
conducted at SMA Negeri 87 Jakarta. This research takes place in the second
semester of academic year 2016/2017. The research model used is Akker et.al
research development model. This research stage consists of 4 stages, namely
Preliminary Research, Prototyping Stage, Summative Evaluation, and Systematic
Reflection and Documentation. In the trial on a limited scale, the results obtained
the ability of student representation on the type of image-verbal 75%, verbal-
image 76%, 80% verbal, verbal-mathematical 70%, verbal-diagram 54%, and
mathematical diagram 68% . The practicality of the instruments tested on a
limited scale yields an average percentage of 88% and is in either category. In the
large-scale trials, the students' representation skills on 78% -verbal image-type,
verbal-drawing 85%, 85% verbal-verbal-mathematical 54%, verbal-diagram
55%, and 37% mathematical diagrams were obtained. The practicality of the
instrument on a large-scale trial is 80% and is in good category. Based on the
research conducted, it can be concluded that the test instrument developed valid
and practical.
Keywords: Multi Representation, Optical Devices Concept, Representation
Ability.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT karena dengan rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengembangan Instrumen Tes Multi Representasi pada Konsep Alat-Alat
Optik untuk Mengidentifikasi Kemampuan Representasi Siswa”. Sholawat
serta salam semoga senantiasa tercurah untuk Rasulullah Nabi Muhammad SAW,
kepada keluarganya, para sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa berada
dalam lindungan Allah SWT.
Ucapan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, ucapan
terima kasih tersebut disampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dwi Nanto, Ph.D selaku ketua Program Studi Pendidikan Fisika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Kinkin Suartini, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik dan dosen
pembimbing skripsi yang telah meluangkan banyak waktu dan pikirannya
untuk membimbing dan memberikan saran kepada peneliti selama proses
pembuatan skripsi ini.
5. Seluruh dosen, staf, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya jurusan pendidikan IPA, Program Studi Pendidikan Fisika yang
telah memberikan ilmu pengetahuan, pemahaman, dan pelayanan selama
proses perkuliahan.
6. Ibu Hj. Patra Patiah, M.Biomed selaku Kepala SMAN 87 Jakarta, Ibu Drs.
Carol Titaley selaku Kepala SMAN 29 Jakarta yang telah memberikan izin
untuk melakukan penelitian di SMA tersebut, serta Ibu Siti Khomariah,
M.Pd., Bapak Drs. Sugiyanto, Ibu Hj. Miro’ah, M.Pd, dan Ibu Ita Yunita,
vii
S.Pd selaku guru bidang studi fisika yang telah memberikan dukungan dan
saran kepada penulis selama penelitian berlangsung.
7. Keluarga tercinta, Ibu Herlinah, Bapak Sugiyanto, dan Adik Sanda, Adik
Kaka, dan Adik Gio yang selalu memberikan doa, kasih sayang, motivasi dan
dukungan yang luar biasa kepada penulis.
8. Keluarga Pendidikan Fisika angkatan 2012, yang senantiasa menjadi keluarga
yang selalu memberikan dukungan dan motivasi agar penulis dapat
menyelesaikan studi ini.
9. Teman-teman tercinta Ira, Iis, Sifa, Desma, Eha yang selalu menjadi tempat
berbagi informasi apapun, menjadi tempat berbagi cerita, memberikan doa,
waktu, pikiran, tenaga, saran dan dukungan kepada penulis.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini
Semoga segala bentuk dukungan dan bimbingan yang diberikan kepada
penulis mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah SWT. Penulis menyadari
bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang sifatnya membangun penulis terima secara terbuka. Walaupun demikian,
semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi pembaca dan umumnya bagi
penyelenggara khasanah keilmuan di lingkungan pendidikan.
Jakarta, Desember 2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. i
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ................................................. iii
ABSTRAK ......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah..................................................................... 6
D. Perumusan Masalah ...................................................................... 6
E. Spesifikasi Produk yang Dihasilkan ............................................. 7
F. Tujuan Penelitian .......................................................................... 8
G. Manfaat Penelitian ........................................................................ 8
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 9
A. Deskripsi Teoritik ......................................................................... 9
1. Penilaian Pembelajaran ........................................................... 9
2. Instrumen Tes ......................................................................... 11
a. Pengertian Instrumen Tes ................................................. 11
b. Bentuk-Bentuk Instrumen Tes .......................................... 12
c. Penyusunan Instrumen Tes ............................................... 13
d. Dimensi Proses Kognitif ................................................... 15
e. Ciri-Ciri Tes yang Baik .................................................... 20
3. Multi Representasi .................................................................. 22
ix
a. Pengertian Multi Representasi .......................................... 22
b. Fungsi Multi Representasi ................................................ 24
4. Kajian Materi Subjek Konsep Alat-Alat Optik ...................... 26
B. Kajian Penelitian yang Relevan .................................................... 44
C. Kerangka Berpikir ........................................................................ 46
D. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 50
A. Model Pengembangan .................................................................. 50
B. Prosedur Pengembangan............................................................... 50
1. Tahap Penelitian Pendahuluan ................................................ 54
2. Tahap Prototipe....................................................................... 54
3. Tahap Evaluasi Sumatif .......................................................... 58
4. Tahap Refleksi Sistematik dan Dokumentasi ......................... 58
C. Desain Uji Coba............................................................................ 58
D. Subjek Uji Coba............................................................................ 59
E. Instrumen Penelitian ..................................................................... 59
1. Instrumen Tes ......................................................................... 60
2. Instrumen Non Tes ................................................................. 60
F. Uji Coba Produk ........................................................................... 63
G. Teknik Analisis Data .................................................................... 63
1. Analisis Data Instrumen Tes ................................................... 63
2. Analisis Data Instrumen Non Tes ........................................... 69
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 71
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian .................................................... 71
1. Hasil Tahap Penelitian Pendahuluan ...................................... 71
2. Hasil Tahap Prototipe ............................................................. 73
3. Hasil Tahap Evaluasi Sumatif ................................................ 76
4. Hasil Tahap Dokumentasi ...................................................... 78
B. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ 80
x
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 83
A. Kesimpulan ................................................................................... 83
B. Saran ............................................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 85
LAMPIRAN ....................................................................................................... 88
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ............................................ 7
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kelemahan Tes Objektif dan Tes Uraian ................... 12
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Multi Representasi ...................................... 55
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Studi Pendahuluan ................................................. 60
Tabel 3.3 Indikator Validasi Materi Instrumen Tes ............................................ 61
Tabel 3.4 Indikator Validasi Konstruk Instrumen Tes ........................................ 61
Tabel 3.5 Indikator Validasi Bahasa Instrumen Tes ........................................... 62
Tabel 3.6 Indikator Uji Kepraktisan Instrumen Tes............................................ 62
Tabel 3.7 Interpretasi Besarnya Koefisien Korelasi ........................................... 64
Tabel 3.8 Hasil Analisis Validitas Butir Soal ..................................................... 64
Tabel 3.9 Hasil Analisis Reliabilitas Tes ............................................................ 66
Tabel 3.10 Klasifikasi Indeks Kesukaran ............................................................. 66
Tabel 3.11 Hasil Analisis Taraf Kesukaran .......................................................... 67
Tabel 3.12 Intepretasi Daya Pembeda .................................................................. 68
Tabel 3.13 Hasil Analisis Daya Pembeda ............................................................. 68
Tabel 4.1 Rekapitulasi Presentase Hasil Validasi Instrumen Tes berdasarkan
Judgment Ahli .................................................................................... 73
Tabel 4.2 Presentase Rata-Rata Kemampuan Representasi Siswa..................... 73
Tabel 4.3 Hasil Angket Respon Siswa terhadap Praktikabilitas Instrumen ....... 74
Tabel 4.4 Presentase Rata-Rata Kemampuan Representasi Siswa..................... 75
Tabel 4.5 Hasil Angket Respon Siswa terhadap Praktikabilitas Instrumen ....... 76
Tabel 4.6 Saran berdasarkan Judgment Ahli ...................................................... 78
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Taksonomi Fungsional dari Multi Representasi ............................ 24
Gambar 2.2 Peta Konsep Alat-Alat Optik ......................................................... 28
Gambar 2.3 Bagian-Bagian Mata ..................................................................... 29
Gambar 2.4 Cacat Mata Miopi .......................................................................... 30
Gambar 2.5 Cacat Mata Hipermetropi .............................................................. 31
Gambar 2.6 Cacat Mata Astigmatisma .............................................................. 31
Gambar 2.7 Diagram Pembentukan Bayangan pada Lup untuk Mata
Berakomodasi pada Jarak x ........................................................... 32
Gambar 2.8 Diagram Pembentukan Bayangan pada Lup untuk Mata Tidak
Berakomodasi ................................................................................ 33
Gambar 2.9 Bagian-Bagian Kamera ................................................................. 34
Gambar 2.10 Bagian-Bagian Mikroskop............................................................. 35
Gambar 2.11 Pembentukan Bayangan dengan Mata Tidak Berakomodasi ........ 36
Gambar 2.12 Pembentukan Bayangan dengan Mata Berakomodasi
Maksimum ..................................................................................... 37
Gambar 2.13 Teropong bintang........................................................................... 38
Gambar 2.14 Kerangka Berpikir Penelitian ........................................................ 48
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Pengembangan Tahap 1 ................................ 51
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian Pengembangan Tahap 2 ................................ 52
Gambar 3.3 Prosedur Penelitian Pengembangan Tahap 3 ................................ 53
Gambar 3.4 Prosedur Penelitian Pengembangan Tahap 4 ................................ 54
Gambar 3.5 Gambar garis bilangan skala Likert .............................................. 69
Gambar 3.6 Gambar Garis Bilangan Kepraktisan Instrumen Tes ..................... 70
Gambar 4.1 Presentase Rata-Rata Kemampuan Representasi Siswa pada Setiap
Tipe Soal ........................................................................................ 75
Gambar 4.2 Hasil Angket Respon Siswa terhadap Praktikabilitas
Instrumen ....................................................................................... 76
Gambar 4.3 Presentase Rata-Rata Kemampuan Representasi Siswa pada Setiap
Tipe Soal ........................................................................................ 77
xiii
Gambar 4.4 Hasil Angket Respon Siswa terhadap Praktikabilitas
Instrumen ....................................................................................... 78
Gambar 4.5 Framework Pengembangan Produk Instrumen Tes ........................ 79
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Perangkat Pembelajaran
Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ............................... 88
Lampiran A.2 Lembar Kerja Siswa (LKS) ....................................................... 149
Lampiran B Instrumen Penelitian
Lampiran B.1 Kisi-Kisi Angket Studi Pendahuluan ........................................ 176
Lampiran B.2 Lembar Angket Studi Pendahuluan (Guru) .............................. 177
Lampiran B.3 Lembar Angket Studi Pendahuluan (Siswa) ............................. 183
Lampiran B.4 Kisi-Kisi Instrumen Tes Multi Representasi ............................. 189
Lampiran B.5 Instrumen Tes Multi Representasi ............................................ 198
Lampiran B.6 Angket Validasi Judgment Aahli .............................................. 262
Lampiran B.7 Hasil Kalibrasi Instrumen Tes ................................................... 272
Lampiran B.8 Lembar Soal Instrumen Tes Multi Representasi ....................... 273
Lampiran B.9 Angket Respon Siswa terhadap Instrumen Tes Multi
Representasi ............................................................................. 288
Lampiran B.10 Lembar Pedoman Observasi Pelaksanaan Pembelajaran .......... 289
Lampiran C Hasil Penelitian
Lampiran C.1 Lembar Hasil Validasi Judgment Ahli Aspek Materi ............... 291
Lampiran C.2 Lembar Hasil Validasi Judgment Ahli Aspek Konstruk ........... 295
Lampiran C.3 Lembar Hasil Validasi Judgment Ahli Aspek Bahasa .............. 299
Lampiran C.4 Perhitungan Hasil Validasi Judgment Ahli Aspek Materi ........ 303
Lampiran C.5 Perhitungan Hasil Validasi Judgment Ahli Aspek Konstruk .... 305
Lampiran C.6 Perhitungan Hasil Validasi Judgment Ahli Aspek Bahasa ....... 311
Lampiran C.7 Perhitungan Hasil Posttest Siswa pada Uji Coba Skala
Terbatas .................................................................................... 313
Lampiran C.8 Perhitungan Hasil Kemampuan Representasi Siswa pada Uji
Coba Skala Terbatas .................................................................. 314
xv
Lampiran C.9 Perhitungan Hasil Angket Respon Siswa pada Uji Coba Skala
Terbatas ..................................................................................... 316
Lampiran C.10 Perhitungan Hasil Posttest Siswa pada Uji Coba Skala
Luas ........................................................................................... 317
Lampiran C.11 Perhitungan Hasil Kemampuan Representasi Siswa pada Uji
Coba Skala Luas ...................................................................... 318
Lampiran C.12 Perhitungan Hasil Angket Respon Siswa pada Uji Coba Skala
Luas ........................................................................................... 320
Lampiran D Surat Izin Penelitian ................................................................... 321
Lampiran E Uji Referensi ................................................................................ 322
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam yang
mempelajari tentang gejala atau proses alam dan sifat zat yang terdapat di
dalamnya. Gejala alam maupun sifat zat tersebut dapat diselidiki melalui
observasi, eksperimen, pengukuran dan analisa sehingga dapat ditemukan
hubungan besaran-besaran fisis di dalamnya baik secara deskripstif maupun
dirumuskan secara matematis.
Pembelajaran fisika yang dilaksanakan di sekolah tentu memiliki peranan
penting untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memahami
hubungan besaran-besaran tersebut dan menyelesaikan masalah yang disajikan
secara tepat. Selain itu, melalui pembelajaran fisika peserta didik diharapkan
dapat memperoleh sejumlah konsep, memahami dan menerapkan konsep tersebut
secara fleksibel berdasarkan aturan tertentu yang mereka pelajari.
Pelaksanaan pembelajaran sebagai proses komunikasi antara guru dengan
peserta didik serta antara peserta didik dengan sesamanya, terdiri dari tiga
kegiatan yang meliputi kegiatan awal, inti, dan penutup. Kegiatan-kegiatan
tersebut dilakukan dengan melibatkan beberapa komponen pembelajaran yang
saling berkaitan satu sama lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan. Rusman (2013) menyatakan bahwa, “Untuk mencapai
keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran, terdapat beberapa komponen yang
dapat menunjang, yaitu komponen tujuan, komponen materi, komponen strategi
belajar mengajar, dan komponen evaluasi”.1 Salah satu komponen dalam
pembelajaran tersebut, yaitu evaluasi memiliki peran penting dalam mengetahui
ketercapaian tujuan pembelajaran.
Evaluasi dalam sistem pembelajaran dilakukan salah satunya melalui
penilaian hasil belajar yang dicapai peserta didik. Penilaian tersebut dapat
dilakukan melalui dua teknik yaitu tes dan non tes. Seorang guru harus
1 Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 1.
2
mendapatkan informasi secara akurat tentang hasil belajar siswa terhadap apa
yang telah diajarkannya serta mengenai sejauh mana efektivitas pembelajaran
yang telah dilakukannya. Harun Rasyid dan Mansur (2009) menyatakan,
“Penilaian merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan pendidikan.
Upaya meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan
kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaiannya.”2 Pembelajaran dan
sistem penilaian saling terkait satu sama lain, sehingga jika keduanya memiliki
kualitas yang baik tentu dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
Pertanggung jawaban guru terhadap pelaksanaan pembelajaran, salah
satunya terletak pada penetapan kualitas yang meliputi nilai dan arti pembelajaran
terhadap berbagai komponen pembelajaran berdasarkan kriteria tertentu. Penilaian
hasil belajar peserta didik yang diperoleh melalui pemberian tes setelah suatu
proses pembelajaran dilaksanakan, memerlukan instrumen berupa daftar
pertanyaan atau soal dengan bentuk dan kualitas yang memenuhi kriteria
instrumen tes yang baik. Mulyasa (2015) menyatakan bahwa, “Kurikulum 2013
memungkinkan para guru menilai hasil belajar peserta didik dalam proses
pencapaian sasaran belajar, yang mencerminkan penguasaan dan pemahaman
terhadap apa yang dipelajari.”3 Kemampuan peserta didik dalam memecahkan
masalah berdasarkan apa yang telah mereka pelajari dapat diukur melalui
keberhasilan peserta didik memecahkan sejumlah masalah yang disajikan secara
tepat.
Sebagian besar konsep fisika disajikan tidak hanya dalam satu format
melainkan dalam berbagai format representasi atau yang disebut sebagai multi
representasi. Lusi (2016) menyatakan bahwa, “Serangkaian konsep fisika dapat
dijelaskan dengan menggunakan berbagai representasi, baik simbol, teks, gambar,
grafik, diagram, tabel, hingga persamaan matematis.”4 Hal tersebut juga
diungkapkan oleh Meltzer (2005) yang menyatakan, ilmu fisika dapat dijabarkan
2 Harun Rasyid dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar, (Bandung: Wacana Prima, 2009), h. 6.
3 Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2015), h. 65.
4 Lusi,dkk., “Pengembangan Instrumen Tes Berbasis Multi Representasi pada Mata Kuliah
Pendahuluan Fisika Zat Padat”, Jurnal Inovasi dan Pembelajaran Fisika (JIPF), Vol. 3, 2016, h.
1.
3
menjadi empat representasi, yaitu representasi verbal, representasi diagram atau
berupa gambar, representasi matematik atau simbol-simbol matematik, dan
representasi grafik.5 Representasi dapat membantu siswa dalam memahami soal
sebelum mereka menggunakan persamaan-persamaan matematik untuk
menyelesaikan soal secara kuantitatif maupun kualitatif.
Siswa yang mampu menguasi suatu konsep yang telah disampaikan guru,
tentu dapat kembali merepresentasikan konsep tersebut dalam berbagai format
atau yang disebut multi representasi. Prain dan Waldrip (2006) menyatakan
bahwa “‘Multiple’ refers to the practice of re-representing the same concept
through different forms, including verbal, graphic and numerical modes, as well
as repeated student exposures to the same concept.” 6
Kalimat tersebut berarti
bahwa “Multi representasi dapat diartikan sebagai merepresentasikan suatu
konsep yang sama dalam bentuk yang berbeda secara verbal, gambar, grafik, dan
matematik”.
Multi representasi sebagai karakteristik yang dimiliki dalam penyajian
konsep fisika memiliki beberapa fungsi. Ainsworth (2006) menyatakan bahwa
multi representasi memiliki tiga fungsi utama yaitu sebagai pelengkap, pembatas
interpretasi, dan pembentuk pemahaman yang lebih dalam.7 Fungsi multi
representasi sebagai pelengkap, diartikan multi representasi merupakan pelengkap
proses berfikir siswa dalam mendapatkan konsep-konsep secara utuh. Perbedaan
antara satu representasi dengan representasi lainnya dapat memberikan lebih dari
satu informasi yang dikontribusikan dari setiap format representasi. Fungsi multi
representasi selanjutnya adalah sebagai pembatas interpretasi. Murtono (2014)
menyatakan bahwa “Representasi berfungsi untuk membatasi kemungkinan
kesalahan dalam menginterpretasi dalam menggunakan interpretasi yang lain.
5 David E. Meltzer, “Relation Between Students’ Problem-Solving Performance and
Representational Format”, American Journal Physics, Vol. 73, 2005, p. 463.
6 Waldrip,dkk., Learning Junior Secondary Science through Multi-modal Representation,
Electronic Journal of Science Education, Vol. 11, 2006, p. 87.
7 Ainsworth, “DeFT: A Conceptual Framework For Considering Learning With Multiple
Representations”, Learning and Instruction 183-198, 2006, p. 187.
4
Dapat digunakan untuk menggali sifat-sifat inheren satu representasi untuk
membatasi representasi yang lain”.8
Fungsi multi representasi yang ketiga yaitu sebagai pembentuk
pemahaman yang lebih dalam, dapat diartikan bahwa peserta didik dapat
membentuk pemahaman konsep yang diperolehnya bukan sekadar sebagai belajar
hafalan tetapi menjadi belajar bermakna. Ausubel dan Novak dalam Ratna Wilis
Dahar (2011) menyatakan “Belajar bermakna merupakan suatu proses
dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam
struktur kognitif seseorang”.9 Siswa yang mampu melaksanakan proses belajar
bermakna akan memperoleh kelebihan yaitu konsep yang dipelajarinya dapat
lebih lama diingat dan memberi kemudahan dalam mempelajari konsep
berikutnya yang masih berkaitan. Kombinasi lebih dari satu representasi dalam
instrumen penilaian tentu dapat mendukung pengukuran sejauh mana terjadi
keterkaitan informasi yang sudah ada dengan informasi yang baru diperolehnya
pada konsep yang relevan dalam struktur kognitif peserta didik.
Konsep fisika yang disajikan dalam berbagai format representasi menuntut
guru agar dapat mengembangkan kemampuan representasi yang dimiliki oleh
siswa. Gunel, Hand, dan Gunduz dalam Murtono (2014) menyatakan bahwa,
“Fisika sebagai sebuah mata pelajaran, dalam menguasainya dibutuhkan
pemahaman dan kemampuan cara representasi yang berbeda-beda untuk satu
konsep atau tema yang sama. Kemampuan siswa dalam menggunakan
representasi dalam memahami fisika menjadi halangan pemahaman mereka.”10
Hal ini sejalan dengan pendapat Kohl dan Noah (2005) yang menyatakan,
“Keberhasilan siswa dalam memecahkan masalah fisika dipengaruhi oleh format
representasi dari soal yang diberikan.”11
Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan
representasi siswa sebagai kemampuan yang harus dimiliki siswa untuk
8 Murtono,dkk., “Fungsi Representasi dalam Mengakses Penguasaan Konsep Fisika
Mahasiswa”, Jurnal Riset dan Kajian Pendidikan Fisika (JRKPF), Vol. 1, 2014, h. 84.
9 Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar & Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 95.
10
Murtono,dkk., Op.cit., h. 81.
11
Kohl B. P. and Noah F.D, “Student Representational Competence and Self-Assessment
when Solving Physics Problem”, The American Physical Society, 2005, p. 010104-1.
5
menginterpretasi dan menerapkan berbagai konsep dalam memecahkan masalah-
masalah secara tepat, penting untuk dapat diidentifikasi oleh guru.
Kemampuan peserta didik yang sesungguhnya tidak seharusnya hanya
diukur melalui keberhasilan mereka dalam menjawab soal dalam bentuk
representasi hitungan, karena belum pasti mereka sudah menguasai konsep yang
ada dalam soal tersebut. Sunyono (2015) menyatakan, “Ada anggapan bahwa
keberhasilan peserta didik dalam memecahkan soal matematis berarti peserta
didik tersebut telah memahami konsep sains. Padahal, banyak diantara peserta
didik yang berhasil dalam memecahkan soal matematis tetapi tidak memahami
konsep sains yang sesungguhnya, karena hanya menghafalkan algoritmanya
saja”.12
Berdasarkan asumsi tersebut, guru dibidang fisika pada umumnya hanya
membuat soal dengan penyelesaian dalam bentuk representasi hitungan tanpa
memperhatikan kemampuan siswa dalam menguasai konsep fisika secara utuh.
Kemampuan siswa dalam menguasai konsep fisika, khususnya
kemampuan dalam merepresentasikan suatu konsep dapat diakses melalui
instrumen tes yang sesuai dengan karakter ilmu fisika yang multi representasi.
Instrumen tes multi representasi tentu dapat mengukur penguasaan peserta didik
secara lebih lengkap, karena berdasarkan setiap format representasi yang
diselesaikan akan memberikan informasi yang akurat sejauh mana penguasaan
peserta didik terhadap masing-masing jenis representasi yang disajikan pada suatu
konsep.
Oleh karena itu, dalam penelitian skripsi ini judul yang diangkat:
“Pengembangan Instrumen Tes Multi Representasi pada Konsep Alat-Alat
Optik untuk Mengidentifikasi Kemampuan Representasi Siswa.”
12 Dr. Sunyono, M.Si., Model Pembelajaran Multipel Representasi (Yogyakarta: Media
Akademi, 2015), h. 2.
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Terbatasnya instrumen penilaian tes multi representasi di sekolah, sehingga
guru kesulitan dalam melaksanakan penilaian terhadap kemampuan
representasi siswa.
2. Kegiatan penilaian yang dilakukan pada siswa sebagian besar hanya
mengukur kemampuan siswa dalam menjawab soal dalam bentuk representasi
matematis.
3. Guru kurang memperhatikan penilaian keterampilan representasi siswa yakni
kemampuan siswa untuk menginterpretasi dan menerapkan berbagai konsep
dalam memecahkan masalah-masalah secara tepat.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bentuk instrumen penilaian yang dikembangkan dalah instrumen tes pilihan
ganda (multiple choice).
2. Multi Representasi yang dimaksud adalah beberapa bentuk representasi dalam
bentuk verbal, matematis, diagram, gambar, dan grafik.
3. Hasil belajar pada ranah kognitif yang diukur dibatasi pada tingkat C1 – C4
berdasarkan Taksonomi Bloom yang direvisi oleh Lorin W. Anderson dan
David R. Krathwohl tahun 2010.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah dapat dirumuskan
secara umum rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
mengembangkan instrumen tes multi representasi untuk mengidentifikasi
kemampuan representasi siswa pada konsep alat-alat optik?”
Secara operasional rumusan masalah umum di atas dapat dijabarkan ke
dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana desain pengembangan instrumen tes multi representasi?
7
2. Bagaimana kerangka pengembangan instrumen tes multi representasi pada
konsep alat-alat optik?
3. Bagaimana kemampuan representasi siswa pada konsep alat-alat optik?
4. Bagaimana praktikabilitas instrumen tes multi representasi yang
dikembangkan?
E. Spesifikasi Produk yang Dihasilkan
Spesifikasi produk yang diharapkan dalam penelitian ini adalah
instrumen yang termasuk ke dalam instrumen tes yaitu instrumen tes multi
representasi yang valid dan praktis.
Tabel 1.1 Spesifikasi Produk yang Dihasilkan
No. Bentuk Representasi
Soal Jawaban
1 Gambar Verbal
2 Verbal Gambar
3 Verbal Verbal
4 Verbal Gambar
5 Verbal Matematis
6 Verbal Matematis
7 Verbal Verbal
8 Verbal Gambar
9 Verbal Matematis
10 Verbal Matematis
11 Gambar Verbal
12 Verbal Diagram
13 Verbal Diagram
14 Verbal Matematis
15 Verbal Diagram
16 Grafik Verbal
17 Diagram Matematis
18 Verbal Diagram
19 Verbal Matematis
20 Verbal Matematis
21 Diagram Matematis
22 Verbal Diagram
23 Verbal Matematis
24 Verbal Gambar
25 Verbal Verbal
26 Verbal Matematis
27 Diagram Matematis
28 Verbal Diagram
29 Diagram Matematis
8
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan instrumen tes multirepresentasi melalui prosedur penelitian
pengembangan.
2. Mengetahui kerangka pengembangan instrumen tes multi representasi pada
konsep alat-alat optik.
3. Mengetahui kemampuan representasi siswa pada konsep alat-alat optik.
4. Mengetahui praktikabilitas instrumen penilaian tes multirepresentasi yang
dikembangkan.
G. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian pengembangan instrumen ini diharapkan dapat:
1. Bagi siswa, membantu kesulitan mereka dalam mempelajari konsep-konsep
fisika yang bersifat multi representasi melalui pengembangan soal yang
berbasis multi representasi.
2. Bagi guru, memberikan informasi disertai bukti konkret cara mengembangkan
instrumen tes multi representasi dalam pembelajaran fisika khususnya pada
konsep alat-alat optik yang bisa dijadikan sebagai gambaran umum kepada
guru dalam mengembangkan instrumen tes penilaian pembelajaran.
3. Bagi peneliti, sebagai kajian dalam pengembangan suatu instrumen penilaian
tes multirepresentasi.
30 Verbal Matematis
31 Verbal Matematis
32 Diagram Matematis
33 Verbal Diagram
34 Verbal Gambar
35 Verbal Matematis
36 Verbal Matematis
37 Verbal Matematis
38 Diagram Verbal
39 Verbal Verbal
40 Verbal Gambar
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teoritik
1. Penilaian Pembelajaran
Pelaksanaan evaluasi dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui
kegiatan penilaian. Supardi (2015) menyatakan, “Penilaian adalah mengambil
suatu keputusan, terhadap sesuatu dengan mengacu kepada ukuran tertentu seperti
baik dan buruk, pandai atau bodoh, tinggi atau rendah dan sebagainya.”13
Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa setiap hasil belajar peserta
didik ditentukan berdasarkan suatu kriteria sehingga diperoleh hasil akhir berupa
judgment yang bersifat kualitatif sebagai bentuk representasi kriteria hasil belajar
siswa.
Penilaian hasil belajar merupakan salah satu cara yang digunakan guru
untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang telah
disampaikan. Supardi (2015) menyatakan bahwa, “Secara luas rangkaian kegiatan
penilaian hasil belajar adalah memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan proses
dan hasil belajar yang dilakukan secara sistematis dan terencana serta
berkesinambungan. Hasil penilaian akan menjadi bahan informasi untuk
mengambil keputusan tentang hasil belajar yang lebih sering disebut dengan
evaluasi”.14
Kegiatan penilaian dapat dilakukan setelah kegiatan pengukuran
dilaksanakan. Menurut Suharsimi, mengukur adalah membandingkan sesuatu
dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif.15
Harun Rasyid dan Mansur
(2009) menyatakan bahwa, “Pengukuran pada dasarnya merupakan kegiatan
penentuan angka bagi suatu objek secara sistematik. Penentuan angka ini
13 Supardi, Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan Psikomotor, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2015), h. 11.
14
Ibid., h. 11.
15
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012),
h. 3.
10
merupakan usaha untuk menggambarkan karakteristik suatu objek.”16
Hal ini
sejalan dengan pendapat Guilford dalam Sudaryono (2012) yang menyatakan
bahwa, “Pengukuran adalah proses penetapan angka terhadap suatu gejala
menurut aturan tertentu”.17
Pengukuran dapat berupa kuantitatif yaitu berupa
angka yang dinyatakan antara 0 sampai 100 dan berupa kualitatif yaitu berupa
kategori seperti sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Maka, dapat
dikatakan bahwa pengukuran dalam proses pembelajaran merupakan kegiatan
penetapan ukuran terhadap hasil belajar siswa yang bersifat kuantitatif.
Penetapan ukuran yang dilakukan dengan pemberian skor terhadap hasil
belajar siswa menjadi dasar dilakukannya penilaian dan pada akhirnya evaluasi
dapat dilaksanakan. Menurut Zainal, dalam pengukuran tentu harus ada alat ukur
(instrumen), baik yang berbentuk tes maupun non-tes.18
Oleh karena itu, alat ukur
yang digunakan dalam kegiatan pengukuran sebagai hal mendasar dalam
melakukan evaluasi dalam proses pembelajaran perlu dipersiapkan sebaik
mungkin.
Evaluasi pembelajaran merupakan tahap yang dilakukan untuk mengetahui
keefektifan dari proses pembelajaran yang telah dilakukan. Menurut Ralph dalam
Suharsimi, evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk
menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah
tercapai.19
Pembelajaran sebagai suatu rangkaian kegiatan yang bersifat terencana
dan sistematis tentu perlu dilengkapi dengan tahap evaluasi yang berguna bagi
guru dan peserta didik. Guru dapat mengetahui sejauh mana seluruh komponen
pembelajaran berfungsi dengan baik, dan peserta didik dapat mengetahui hasil
yang telah mereka capai setelah mereka mengikuti proses pembelajaran.
Menurut Zaenal, tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui
keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran, baik yang menyangkut tentang
tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan maupun sistem
16 Harun Rasyid dan Mansur, Op.cit., h. 9.
17
Sudaryono, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 38.
18
Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 69.
19
Suharsimi Arikunto, Op.cit., h. 3.
11
penilaian itu sendiri.20
Evaluasi dalam pembelajaran juga bertujuan untuk
melakukan pengecekan terhadap kelemahan yang masih terdapat di dalam setiap
komponen pembelajaran, sehingga kelemahan tersebut tidak ditemui kembali
dalam proses pembelajaran selanjutnya.
Evaluasi dalam pembelajaran juga memiliki beberapa fungsi yang bervariasi.
Menurut Sukardi, fungsi evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah sebagai
berikut:
1) Sebagai alat guna mengetahui apakah peserta didik telah menguasi
pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang telah diberikan oleh seorang
guru.
2) Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan
kegiatan belajar.
3) Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar.
4) Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru, yang bersumber dari siswa.
5) Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa.
6) Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orang tua siswa.21
Berdasarkan fungsi-fungsi tersebut, maka dalam proses perencanaan evaluasi
penting bagi guru untuk memperhatikan manakah fungsi evaluasi yang akan
digunakan dalam proses evaluasi.
2. Instrumen Tes
a. Pengertian Instrumen Tes
Instrumen tes merupakan salah satu bentuk alat ukur berbentuk tes yang
digunakan dalam kegiatan pengukuran. Supardi (2013) menyatakan bahwa, “Tes
adalah sejumlah pertanyaan yang diajukan oleh evaluator secara lisan atau tertulis
yang harus dijawab oleh peserta tes (testee) dalam bentuk lisan atau tulisan.
Jawaban atas tes dapat benar atau salah”.22
Mehrens dan Lehmann dalam
Sudaryono (2012) menyatakan bahwa, “Tes merupakan suatu daftar pertanyaan
20 Zaenal Arifin, Op.cit., h. 14.
21
Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2009), h. 4.
22
Supardi, Op.cit, h. 9.
12
yang standar untuk dijawab”.23
. Menurut Asep dan Abdul (2012), tes merupakan
himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau tugas harus yang
dilaksanakan oleh seorang yang dites. Tes digunakan untuk mengukur sejauh
mana seorang siswa telah menguasai pelajaran yang disampaikan terutama
meliputi aspek pengetahuan dan keterampilan.24
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
tes merupakan seperangkat pertanyaan yang dilengkapi dengan ketentuan jawaban
yang dianggap benar dan harus dijawab oleh peserta tes. Tes sebagai suatu daftar
pertanyaan dengan kriteria tertentu dapat digunakan sebagai alat ukur untuk
mengetahui sesuatu dengan cara dan aturan yang sudah ditetapkan.
b. Bentuk-Bentuk Instrumen Tes
Tes terdiri dari dua bentuk, yaitu tes uraian dan tes objektif. Tipe tes
uraian terdiri dari tes uraian terbatas dan tes uraian bebas, sedangkan tipe tes
objektif meliputi benar salah, menjodohkan, dan pilihan ganda. Pada setiap bentuk
tes baik tes uraian maupun tes objektif memiliki kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan dan kelemahan masing-masing bentuk tersebut dapat dilihat pada tabel
2.1.
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kelemahan Tes Objektif dan Tes Uraian25
Tes Kelebihan Kelemahan
Objektif 1. Lebih representatif
mewakili isi dan
banyaknya materi/bahan
2. Lebih objektif dalam
penilaian
3. Lebih mudah dan cepat
memeriksanya
4. Pemeriksaan hasil tes
dapat dibantu oleh orang
1. Dibutuhkan persiapan
penyusunan tes yang
relatif lebih sulit
dibandingkan tes uraian
2. Cenderung untuk
mengungkapkan ingatan,
kurang tepat untuk
mengukur aspek yang lain
3. Banyak kesempatan untuk
untung-untungan
4. Kerjasama siswa dalam
23 Sudaryono, Op.cit, h. 37.
24
Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Presindo, 2012),
h. 67.
25
Ibid., h. 77
13
lain menjawab tes lebih
terbuka
Uraian
(essay)
1. Relatif lebih mudah
penyusunannya
2. Tidak memberi
kesempatan siswa untuk
berspekulasi
3. Memberi motivasi siswa
untuk mengemukakan
pendapatnya dengan
bahasanya sendiri
4. Dapat mengetahui sejauh
mana penguasaan siswa
terhadap suatu materi
1. Kurang representatif
dalam mewakili materi
pelajaran, karena hanya
terdiri dari beberapa butir
soal
2. Validitas dan reliabilitas
rendah, karena sukar
diketahui aspek-aspek
mana yang dinilai
3. Dalam penilaian mudah
dipengaruhi unsur
subjektivitas dari penilai
4. Memeriksa hasil tes relatif
sulit dan memerlukan
waktu lebih lama
Bentuk instrumen tes tersebut dapat dipilih berdasarkan beberapa faktor.
Menurut Asep dan Abdul, pemilihan bentuk instrumen akan ditentukan oleh
tujuan, jumlah peserta, waktu yang tersedia untuk memeriksa, cakupan materi,
dan karakteristik materi pelajaran yang diujikan.26
Bentuk instrumen yang
bervariasi pada setiap kegiatan penilaian tentunya juga dapat menjadi input
tambahan dalam memperoleh informasi tingkat pencapaian siswa dalam proses
belajar.
c. Penyusunan Instrumen Tes
Instrumen tes yang akan digunakan sebagai alat ukur dalam penilaian hasil
belajar peserta didik, harus dipersiapkan sebaik mungkin yang dapat dimulai dari
tahap perencanaan penilaian. Seperti yang dikemukakan oleh Zaenal bahwa dalam
dalam perencanaan penilaian hasil belajar, terdapat faktor-faktor yang harus
diperhatikan, seperti tujuan penilaian, kompetensi yang ingin dicapai, kisi-kisi
instrumen, uji coba dan analisis instrumen, merevisi dan merakit instrumen baru
berdasarkan revisi yang harus dikerjakan.27
Tujuan penilaian sebagai dasar untuk
menghasilkan suatu instrumen tes harus dirumuskan secara jelas karena
26 Ibid., h. 75.
27
Zaenal Arifin, Op.cit., h. 91.
14
berdasarkan tujuan penilaian tersebut dapat terlihat cakupan atau ruang lingkup
materi dan jenis alat penilaian.
Selanjutnya, guru hendaknya mengidentifikasi kompetensi yang harus
dicapai pada suatu cakupan materi yang telah tertera pada silabus sesuai dengan
kurikulum yang digunakan di sekolah. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki
peserta didik dan dapat dinilai oleh guru melalui hasil belajar yaitu terkait dengan
dimensi proses kognitif peserta didik.
Tahap berikutnya dalam menyusun instrumen tes adalah menyusun kisi-
kisi instrumen. Menurut Zaenal, kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang
menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik atau pokok bahasan
berdasarkan jenjang kemampuan tertentu.28
Pengertian kisi-kisi juga dikemukakan
oleh Supardi, menurutnya kisi-kisi adalah format yang dapat berupa matriks yang
memuat informasi yang dijadikan pedoman untuk menulis atau merakit instrumen
penilaian.29
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka dapat dikatakan
bahwa kisi-kisi merupakan pedoman dalam merakit soal dan memetakan soal
berdasarkan jenjang yang sesuai sehingga dapat menghasilkan instrumen tes yang
dibutuhkan. Penyusunan kisi-kisi dilakukan dengan tujuan supaya materi
penilaian relevan dengan materi pelajaran yang disampaikan kepada peserta didik.
Kisi-kisi yang berfungsi sebagai pedoman dalam menulis soal menjadi
sebuah instrumen tes tentu harus disusun sebaik mungkin. Menurut Zaenal, kisi-
kisi soal yang baik harus memenuhi persyaratan tertentu, antara lain: (1)
representatif, yaitu harus betul-betul mewakili isi kurikulum sebagai sampel
perilaku yang akan dinilai, (2) komponen-komponennya harus terurai/terperinci,
jelas, dan mudah dipahami, (3) soalnya dapat dibuat sesuai dengan indikator dan
bentuk soal yang ditetapkan.30
Format kisi-kisi soal terdiri dari dua komponen pokok yaitu komponen
identitas dan komponen matriks. Komponen identitas secara umum terdiri dari
beberapa identitas yaitu: nama sekolah, mata pelajaran, alokasi waktu, jumlah
soal, dan standar kompetensi. Sedangkan komponen matriks terdiri dari beberapa
28 Ibid., h. 93.
29
Supardi, Op.cit., h. 69.
30
Zaenal Arifin, Op.cit., h. 93.
15
unsur yaitu: kompetensi dasar, indikator, bentuk soal, jenjang kemampuan soal
dan nomer urut soal. Indikator merupakan salah satu unsur penting dalam
komponen matriks. Indikator dikembangkan berdasarkan kompetensi dasar dan
ditulis menggunakan kata kerja operasional. Menurut Depdiknas, pengembangan
indikator hendaknya memperhatikan UKRK (urgensi, kontinuitas, relevansi,dan
keterpakaian). Urgensi, maksudnya penting dan harus dikuasai peserta didik.
Kontinuitas,yaitu pendalaman dan/atau perluasan dari kompetensi pada
jenjang/tingkat sebelumnya. Relevansi, diperlukan karena ada hubungannya untuk
mempelajari atau memahami kompetensi dan/atau konsep mata pelajaran lain.
Keterpakaian, artinya memiliki nilai terapan tinggi dalam kehidupan sehari-hari.31
Setelah kisi-kisi soal selesai disusun, maka tahap selanjutnya adalah
menggunakan kisi-kisi tersebut untuk menjadikannya pedoman dalam penuisan
soal. Indikator yang terdapat dalam komponen matriks kisi-kisi soal,
dikembangkan menjadi pertanyaan-pertanyaan dengan karakteristik yang sesuai
dengan kisi-kisi yang telah dibuat. Menurut Zaenal, setiap pertanyaan harus jelas
dan terfokus serta menggunakan bahasa yang efektif, baik bentuk pertanyaan
maupun bentuk jawabannya. Kualitas butir soal akan menentukan kualitas tes
secara keseluruhan.32
Setelah proses penulisan selesai, maka dapat dilakukan uji
coba dan revisi, sehingga diperoleh suatu instrumen yang layak digunakan sebagai
alat ukur dalam penilaian.
d. Dimensi Proses Kognitif berdasarkan Taksonomi Bloom
Dimensi proses kognitif yang dikelompokkan oleh Benyamin S. Bloom
terdiri atas 6 (enam) kategori yaitu:
1) Mengingat
Kategori proses kognitif mengingat merupakan kategori yang terkait
dengan kemampuan siswa dalam menyimpan dan mengingat kembali materi
dalam suatu mata pelajaran sama seperti yang telah diajarkan oleh guru
sebelumnya. Menurut Bloom, proses mengingat adalah mengambil pengetahuan
31 Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Panduan Penulisan Butir
Soal, (Jakarta: Depdikbud, 2008), h. 24.
32
Zaenal Arifin, Op.cit., h. 101.
16
yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Pengetahuan yang dibutuhkan ini
boleh jadi Pengethauan Faktual, Konseptual, Prosedural, atau Metakognitif, atau
kombinasi dari beberapa pengetahuan ini.33
Pertanyaan yang diberikan oleh guru kepada peserta didik berupa
pertanyaan yang menuntut siswa mengalami dua proses kognitif yaitu mengenali
dan mengingat kembali. Pada proses mengenali, pengetahuan yang baru mereka
peroleh ditempatkan pada memori jangka panjang yang sesuai. Kemudian pada
proses mengingat kembali, pengetahuan yang ingin mereka ingat diambil dari
pengetahuan yang sebelumnya tersimpan dalam memori jangka panjang tersebut.
2) Memahami
Proses kognitif memahami terkait dengan kemampuan peserta didik dalam
membangun makna atau arti dari ucapan, tulisan, maupun gambar terkait suatu
materi pelajaran yang disajikan oleh guru melalui berbagai macam sumber
pembelajaran. Terdapat tujuh proses kognitif yang termasuk dalam kategori
proses kognitif memahami, yaitu: menafsirkan, mencontohkan,
mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan
menjelaskan.
Menurut Bloom, menafsirkan terjadi ketika siswa dapat mengubah
informasi dari satu bentuk ke bentuk lain.34
Pada proses ini peserta didik merubah
bentuk suatu format menjadi format lainnya, seperti kata-kata yang diubah
menjadi kata-kata lain , gambar menjadi kata-kata atau sebaliknya, angka menjadi
kata-kata atau sebaliknya, dan sebagainya. Selanjutnya terdapat proses kognitif
mencontohkan yang terjadi ketika peserta didik dapat membuat atau memilih
contoh yang tepat dari suatu konsep atau prinsip umum berdasarkan identifikasi
yang mereka lakukan ciri-ciri pokok yang dimiliki suatu konsep.
Proses ketika peserta didik dapat mengetahui suatu hal termasuk dalam
kategori tertentu berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki hal tersebut disebut dengan
mengklasifikasikan. Kemudian proses kognitif merangkum yaitu proses
33 Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,
Pengajaran dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, Terj. Agung Prihantoro
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 99.
34
Ibid., h. 106.
17
kognitif yang terjadi ketika peserta didik mengemukakan kembali poin-poin
pokok dari suatu informasi yang mereka peroleh. Selanjutnya proses kognitif
menyimpulkan, menurut Bloom menyimpulkan terjadi ketika siswa dapat
mengabstrasikan sebuah konsep atau prinsip yang menerangkan contoh-contoh
tersebut dengan mencermati ciri-ciri setiap contohnya dan, yang terpenting,
dengan menarik hubungan di antara ciri-ciri tersebut.35
Berdasarkan informasi
yang disajikan, peserta didik dapat melakukan penarikan pola dengan
memperhatikan ciri-ciri yang relevan dengan informasi tersebut.
Proses kognitif selanjutnya adalah membandingkan. Proses ini
melibatkan lebih dari satu objek ataupun hal lainnya sebagai sumber informasi
yang dideteksi persamaan dan perbedaannya oleh peserta didik. Misalnya saja
membandingkan suatu peristiwa yang terjadi saat ini dengan peristiwa yang telah
terjadi sebelumnya, atau peserta didik memahami analogi suatu konsep dengan
peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang relevan dengan konsep tersebut.
Proses kognitif yang terakhir dalam kategori memahami adalah
menjelaskan. Menurut Bloom, proses kognitif menjelaskan berlangsung ketika
siswa dapat membuat dan menggunakan model sebab-akibat dalam sebuah sistem.
Model ini dapat diturunkan dari teori (sebagaimana sering kali terjadi dalam
sains) atau didasarkan pada hasil penelitian atau pengalaman (sebagaimana kerap
kali terjadi dalam ilmu sosial dan humaniora).36
Proses kogitif menjelaskan yang
lebih lengkap terjadi ketika peserta didik melibatkan proses membuat model
sebab-akibat. Artinya peserta didik dapat membuat model sebab-akibat suatu
teori dengan melibatkan setiap bagian pokok dari suatu sistem dan mampu
menggunakan hal tersebut untuk menentukan perubahan yang dapat terjadi pada
satu bagian ketika bagian lainnya mengalami perubahan.
3) Mengaplikasikan
Proses kognitif mengaplikasikan terkait dengan penggunaan step atau
langkah yang diperlukan dalam penyelesaian tugas yang diberikan. Peserta didik
perlu menggunakan langkah-langkah yang tepat dalam menyelesaikan suatu
35 Ibid., h. 111.
36
Ibid., h. 114.
18
persoalan, sehingga proses kognitif ini sangat erat kaitannya dengan pengetahuan
prosedural. Terdapat dua bentuk tugas yang peserta didik temui terkait
pengetahuan tersebut yaitu soal latihan dan masalah. Menurut Bloom, soal latihan
adalah tugas yang prosedur penyelesaiannya telah diketahui siswa, sehingga siswa
menggunakannya secara rutin. Masalah adalah tugas yang prosedur
penyelesaiannya belum diketahui siswa, sehingga siswa harus mencari prosedur
untuk menyelesaikan masalah tersebut.37
Pada kategori mengaplikasikan tedapat dua proses kognitif yaitu
mengeksekusi dan mengimplementasikan. Proses kognitif mengeksekusi terjadi
ketika siswa menghadapi tugas yang sudah sering dihadapi seperti soal latihan,
sehingga siswa dapat menerapkan prosedur yang sudah pernah mereka gunakan
sebelumnya. Jika prosedur-prosedur tersebut dapat mereka lakukan dengan benar,
maka hasilnya pun merupakan jawaban yang telah mereka ketahui.
Berbeda dengan mengeksekusi, proses kognitif mengimplementasikan
terjadi ketika siswa menggunakan prosedur untuk menyelesaikan tugas yang tidak
pernah mereka temui sebelumnya. Tugas tersebut dapat berupa masalah, dimana
peserta didik harus memhami terlebih dahulu jenis masalahnya dan memilih
prosedur-prosedur manakah dari alternatif prosedur yang ada untuk digunakan
dalam menyelsaikan masalah tersebut.
4) Menganalisis
Menurut Bloom, menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi
jadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antarbagian dan
antar setiap bagian dan struktur keseluruhannya.38
Pada kategori menganalisis
terdapat tiga proses kognitif yang terlibat, yaitu: membedakan,
mengorganisasikan, dan mengatribusikan.
Pada proses kognitif membedakan terjadi proses memecahkan sebuah
struktur menjadi bagian-bagian dan peserta didik memilah bagian-bagian
manakah yang merupakan bagian penting dari struktur tersebut. Bagian – bagian
37 Ibid., h. 116.
38
Ibid., h. 120.
19
yang dapat berupa informasi yang tidak penting didiskriminasikan oleh peserta
didik dan mereka hanya memerhatikan informasi yang penting.
Kemudian pada proses mengorganisasikan, siswa dapat mengidentifikasi
dan mengenali cara bagimana membangun informasi-informasi tersebut agar
memiliki hubungan-hubungan yang sistematis. Setalah itu masuk pada proses
kognitif berikutnya yaitu mengatribusikan, yang terjadi ketika peserta didik
dapat menentukan tujuan dari keberadaan informasi tersebut.
5) Mengevaluasi
Bloom menyatakan bahwa mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat
keputusan berdasarkan kriteria dan standar. Kriteria-kriteria yang paling sering
digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi.39
Proses kognitif
pada kategori mengevaluasi yaitu memeriksa dan mengkritik. Memeriksa
merupakan proses kognitif yang terjadi ketika siswa menguji kesesuaian suatu
kesimpulan dengan premisnya, kesesuaian hipotesis dengan data-data yang
diperoleh, atau kesesuaian antara satu bagian dengan bagian lainnya dalam suatuu
bahan pelajaran.
Proses kognitif berikutnya dalam kategori mengevaluasi adalah
mengkritik. Pada proses kognitif ini siswa membuat penilaian terhadap suatu
produk yang diputuskan berdasarkan ciri-ciri positif dan negatif dari produk
tersebut.
6) Mencipta
Menurut Bloom mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen
jadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. 40
Pada kategori mencipta
siswa diminta untuk menyusun kembali beberapa elemen atau bagian sehingga
dapat membentuk pola yang sebelumnya tidak pernah ada untuk menghasilkan
produk baru. Proses kognitif yang terlibat dalam kategori mencipta adalah
merumuskan, merencanakan, dan memproduksi.
Merumuskan merupakan tahap awal dalam kategori mencipta, pada
proses ini siswa berusaha untuk menunjukkan solusi-solusi dari suatu masalah
39 Ibid., h. 125.
40
Ibid., h. 128.
20
sebagai salah satu cara untuk menggambarkan masalah tersebut. Kemudian siswa
memasuki tahap merencanakan dengan membuat rencana berupa aksi atau
langkah-langkah yang akan dipraktikkan dari solusi-solusi yang telah ditunjukkan
sebelumnya, sehingga pada akhirnya siswa berada pada tahap memproduksi
dimana siswa melaksanakan rencananya tersebut untuk menyelesaikan masalah.
e. Ciri-Ciri Tes yang Baik
Tes yang seharusnya digunakan sebagai alat ukur dalam pelaksanaan
penilaian adalah tes yang baik. Menurut Suharsimi, sebuah tes yang dapat
dikatakan baik sebagai alat pengukur, harus memenuhi persyaratan tes, yaitu
memiliki:
a) Validitas
b) Reliabilitas
c) Objektivitas
d) Praktikabilitas
e) Ekonomis41
Syarat pertama sebuah tes dapat dikategorikan menjadi tes yang baik yaitu
memiliki validitas. Menurut Suharsimi, sebuah tes disebut valid apabila tes itu
dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur.42
Instrumen yang valid akan
menghasilkan data yang valid, hal ini berarti data yang dihasilkan oleh instrumen
tersebut sesuai dengan kenyataan sesuangguhnya. Syarat berikutnya adalah
instrumen tes yang baik harus memiliki reliabilitas. Kata reliabilitas berasal dari
kata reliable yang artinya dapat dipercaya. Menurut Suharsimi, sebuah tes
dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketepatan.43
Ketika
sebuah tes yang sama diteskan kembali di lain waktu dan dapat menghasilkan
hasil yang tetap (dilihat dari kedudukan ranking setiap siswa), maka tes tersebut
dikatakan dapat dipercaya.
Kemudian instrumen tes yang baik harus memiliki objektivitas. Tes yang
memiliki objektivitas dapat dikatakan pada proses skoringnya tidak ada unsur
41 Suharsimi Arikunto, Op.cit., h. 72.
42
Ibid., h. 73.
43
Ibid., h. 74.
21
subjektivitas, yaitu unsur pribadi yang mempengaruhi penilai untuk memberikan
skor lebih tinggi ataupun lebih rendah kepada peserta didik tertentu. Menurut
Suharsimi, ada 2 (dua) faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu sesuatu
tes; yaitu bentuk tes dan penilai.44
Bentuk tes berupa uraian memiliki
kemungkinan lebih besar kepada penilai untuk melakukan skoring secara
subjektif. Untuk menghindari hal tersebut, guru dapat terlebih dahulu membuat
pedoman skoring yang terperinci ataupun membuat tes dalam bentuk objektif
sehingga hasil belajar siswa dapat terhindar dari unsur sebjektivitas. Unsur kedua
adalah penilai. Menurut Suharsimi, faktor-faktor yang memengaruhi subjektivitas
antara lain: kesan penilai terhadap siswa, tulisan, bahasa, waktu mengadakan
penilaian, kelelahan, dan sebagainya.45
Maka dari itu, dalam hal ini pedoman
penskoran menjadi hal penting yang harus digunakan oleh penilai.
Tes yang baik juga harus memiliki praktikabilitas yang tinggi, yaitu
bersifat praktis dan mudah dalam proses administrasinya. Menurut Suharsimi, tes
yang praktis adalah tes yang:
1) Mudah dilaksanakan, misalnya tidak menuntut peralatan yang banyak dan
memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian
yang dianggap mudah oleh siswa.
2) Mudah pemeriksaannya, artinya bahwa tes itu dilengkapi dengan kunci
jawaban maupun pedoman skoringnya. Untuk soal bentuk objektif,
pemeriksaan akan lebih mudah dilakukan jika dikerjakan oleh siswa dalam
lembar jawaban.
3) Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat
diberikan/diawali oleh orang lain.46
Hal ini penting untuk diperhatikan oleh pembuat tes agar dapat membuat tes yang
memiliki praktikabilitas tinggi, sehingga dapat memberikan kemudahan dalam
proses pelaksanaannya serta pemeriksaannya.
Tes yang baik juga harus ekonomis, hal ini dimaksudkan agar
pelaksanaanya tidak membutuhkan tenaga yang banyak, biaya yang terlalu mahal,
44 Ibid., h. 75.
45
Ibid., h. 76.
46
Ibid., h. 77.
22
dan waktu yang lama karena hal tersebut dapat mengganggu kegiatan
pembelajaran lainnya. Oleh karena itu, penting bagi pembuat tes memperhatikan
aspek-aspek yang harus dipenuhi dalam membuat tes tersebut, sehingga dapat
menghasilkan tes yang baik.
3. Multi Representasi (Multiple Representation)
a. Pengertian Multi Representasi
Multi Representasi terdiri dua kata yaitu multi dan representasi. Menurut
Waldrip, Prain, dan Carolan, ‘Multiple’ refers to the practice of re-representing
the same concept through different forms, including verbal, graphic and
numerical modes, as well as repeated student exposures to the same concept.47
Artinya bahwa kata multi mengacu pada praktik merepresentasikan kembali
konsep yang sama dalam bentuk yang berbeda, meliputi verbal, grafis, dan angka,
serta pengulangan pemaparan siswa terhadap konsep yang sama. Gilbert dalam
Lusi menyatakan bahwa representasi merupakan entitas dimana semua pemikiran
dianggap berlangsung. Entitas ini menyampaikan informasi spesifik tentang apa
yang sedang dipelajari dengan menggambarkan ide, objek, sistem, peristiwa,
proses, seperti yang secara luas dikenal sebagai representasi.48
Berdasarkan
pengertian-pengertian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa multi representasi
adalah sesuatu yang dilambangkan atau dimunculkan dalam berbagai format.
Format representasi yang terdapat pada suatu konsep telah dikemukakan
sebelumnya oleh Waldrip, Prain, dan Carolan yaitu dalam bentuk verbal, grafis,
dan angka. Sedangkan Meltzer menyatakan 4 (empat) bentuk representasi yang
dapat dikemukakan pada pertanyaan-pertanyaan dalam konsep fisika, yaitu verbal,
diagram, matematis, dan grafik.49
Verbal merupakan format representasi yang
digunakan ketika menyajikan definisi atau penjelasan melalui kata-kata dari suatu
konsep. Diagram atau gambar dapat membantu peserta didik dalam
memvisualisasaikan suatu konsep yang tidak cukup disajikan hanya dalam bentuk
kata-kata dan bersifat abstrak. Format matematis tentunya merupa format yang
47 Waldrip, et.al., Op.cit., p. 87.
48
Lusi, dkk., h. 2.
49
David E. Meltzer, Op.cit., p. 463.
23
sangat erat kaitannya dengan penyajian prinsip atau hukum yang disertai dengan
persamaan atau rumus. Selain itu, konsep fisika juga dapat diwakili dengan
penyajian grafik yang berisi informasi mengenai hubungan antara satu variabel
dengan variabel lainnya.
Kemampuan merepresentasikan suatu konsep yang sama dalam format
representasi yang berbeda tentunya berbeda antara satu peserta didik dengan
peserta didik lainnya. Menurut Kohl dan Noah, by “representational skills” we
refer to students’ ability to appropriately interpret and apply various
representations of physics concepts and problems.50
Artinya, melalui
“kemampuan representasi” kita merujuk kemampuan siswa untuk secara tepat
menginterpretasikan dan menerapkan berbagai representasi dari masalah-masalah
dan konsep-konsep fisika. Hal tersebut menenunjukkan bahwa apabila peserta
didik memiliki kemampuan representasi yang baik, maka mereka dapat
menginterpretasikan dan menerapkan berbagai konsep serta menyelesaikan
permasalahan fisika secara tepat.
Hal lain yang perlu diingat yaitu peserta didik memiliki keunggulan yang
berbeda pada setiap kecerdasan. Menurut Gardner dalam Thomas, terdapat
delapan kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu yaitu kecerdasan linguistik,
kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik –tubuh,
kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan
kecerdasan naturalis.51
Multi representasi dalam suatu konsep yang sebelumnya
telah diungkapkan terdiri dari format verbal, grafis, dan angka tentu berkaita
dengan beberapa kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu. Kecerdasan
tersebut diantaranya: kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, dan
kecerdasan spasial. Kecerdasan lingustik menurut Thomas merupakan
kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik lisan maupun
tulisan.
Kecerdasan logis-matematis merupakan kemampuan menggunakan angka
secara efektif dan untuk alasan yang baik. Kecerdasan spasial merupakan
50 Patrick B. Kohl and Noah D. Finkelstein, Op.cit., p. 010104-1.
51
Thomas Armstrong, Kecerdasan Multipel di dalam Kelas, Terj. Dyah Widya Prabaningrum
(Jakarta: PT Indeks, 2013), h. 6.
24
Relation
FUNCTION
Complementary
Roles
Constrain
Interpretation
Construct Deeper
Understanding
Different
Processes
Different
Information
Constrain by
Familiarity
Constrain
by Inherent
Properties
Abstraction
Extension
Strategies Tasks
Individual
Differences
kemampuan untuk memahami dunia visual-spasial secara akurat dan melakukan
perubahan pada presepsi tersebut.52
Menurut Suminar, Pada dasarnya setiap orang
memiliki kecerdasan majemuk (multiple intelligences) yang berbeda-beda.
Sehingga, pembelajaran yang didominasi oleh penjelasan secara verbal kurang
memfasilitasi siswa untuk lebih mengoptimalkan kecerdasan majemuk yang siswa
miliki. Selain itu, tes yang didominasi dalam bentuk verbal kurang memberikan
tantangan kepada siswa dalam mengoptimalkan kecerdasan majemuk yang
dimilikinya.53
Sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan berbagai jenis
representasi dalam bahan ajar maupun instrumen penilaian dapat membantu guru
maupun peserta didik dapat mengetahui jenis kecerdasan yang paling unggul yang
dimiliki oleh peserta didik.
b. Fungsi Multi Representasi
Ainsworth dalam Sunyono menyatakan terdapat beberapa fungsi dari multi
representasi yang dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Taksonomi Fungsional dari Multi Representasi54
52 Ibid., h. 7.
53
Suminar, dkk., “Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa SMP melalui Pembelajaran
dengan Multi Representasi Dikaitkan dengan Kecerdasan Majemuk dalam Pembelajaran IPA
Fisika”, Jurnal Wahana Pendidikan Fisika, Vol. 1, 2013, h. 100.
54
Sunyono, Model Pembelajaran Multipel Representasi, (Yogyakarta: Media Akademi,
2015), h. 10.
25
Pada diagram tersebut tampak bahwa multi representasi menurut Ainsworth
memiliki tiga fungsi utama yaitu sebagai complementary roles (pelengkap),
constrain interpretation (pembatas interpretasi), dan construct deeper
understanding (pembentuk pemahaman yang lebih mendalam). Berikut ini adalah
penjelasan mengenai masing-masing fungsi tersebut.
1) Complementary Roles (Pelengkap)
Ketika peserta didik mempelajari suatu konsep, format representasi yang
beragam dapat memudahkan mereka untuk lebih memahami konsep tersebut.
Menurut Murtono, dkk., fungsi pertama dari representasi adalah sebagai
pelengkap, atau membantu melengkapi proses kognitif dalam memecahkan
permasalahan fisika. Sebuah konsep dapat dijelaskan secara verbal yaitu dengan
teks atau kalimat yang dapat menjelaskan konsep, sehingga sebuah konsep dapat
dipahami dan dikuasai oleh seorang pebelajar. Konsep akan lebih mudah
dipahami jika dilengkapi dengan gambar, persamaan matematik yang
menggambarkan hubungan antar variabel atau konsep. Selain gambar dan
persamaan matematis hubungan antar variabel fisis juga dapat dijelaskan dengan
sebuah grafik.55
Informasi yang disajikan melalui satu format representasi dapat
dilengkapi dengan informasi yang disajikan melalui format representasi lainnya.
2) Constrain Interpretation (Pembatas Interpretasi)
Multi representasi dapat digunakan sebagai pembatas interpretasi ketika
mempelajari suatu konsep. Kemungkinan kesalahan ketika menginterpretasikan
suatu konsep dapat diatasi salah satunya melalui format multi representasi.
Menurut Ainsworth dalam Restiana, hal ini dapat dicapai dengan memanfaatkan
representasi yang biasa dikenal untuk mendukung interpretasi dari representasi
yang kurang biasa dikenal atau lebih abstrak dan menggali sifat-sifat inheren satu
representasi untuk membatasi interpretasi representasi kedua.56
Pada fungsi ini,
penggunaan format representasi yang beragam dapat membantu peserta didik
55 Murtono, dkk., Op.cit., h. 81.
56
Restiana Yuli Pertiwi, “Analisis Kemampuan Representasi Siswa dalam Menyelesaikan Tes
Uraan Terstruktur dan Tes Uraian Bebas pada Materi Kelistrikan”, Skripsi pada Universitas
Pendidikan Indonesia, 2013, h. 10.
26
membatasi interpretasinya terhadap suatu konsep melalui format representasi yang
lebih mudah mereka pahami.
3) Construct Deeper Understanding (Pembentuk Pemahaman yang Lebih
Mendalam)
Multi representasi digunakan untuk membentuk pemahaman terhadap suatu
hal secara lebih mendalam. Menurut Ainsworth dalam Restiana, multi
representasi dapat digunakan untuk meningkatkan abstraksi, membantu
generalisasi dan membangun hubungan antar representasi.57
Format representasi
yang beragam dapat meningkatkan abstraksi sehingga peserta didik dapat
membentuk pemahaman mereka secara lebih mendalam. Generalisasi dapat
diperoleh dengan merepresetasikan konsep yang sama melalui format representasi
yang berbeda melalui hubungan antar representasi tersebut, sehingga peserta didik
dapat memahami konsep tersebut secara utuh.
4. Kajian Materi Subjek Konsep Alat-Alat Optik
a. Karakteristik Konsep Alat-Alat Optik
1. Konsep alat-alat optik memiliki cakupan materi yang luas, hal itu disebabkan
pada konsep tersebut materi dibahas secara menyeluruh.
2. Konsep alat-alat optik juga dikatakan kontekstual karena materi yang terdapat
di dalamnya sangat terkait dengan kehidupan sehari-hari.
3. Konsep alat-alat optik penyajian materinya bersifat multi representasi karena
terdiri dari beberapa format representasi, yaitu: verbal, matematis, diagram,
dan gambar.
b. Kajian Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013
1. Kompetensi Inti pada Kurikulum 2013
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyatakan
bahwa Kompetensi Inti terdiri dari 4 (empat) aspek, yaitu: KI-1 (sikap spiritual),
KI-2 (sikap sosial), KI-3 pengetahuan, dan KI-4 (keterampilan). Kompetensi Inti
tersebut secara lebih lengkap adalah sebagai berikut:
57 Ibid., h. 10.
27
KI-1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI-2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
KI-3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerap-kan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan.
2. Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013
Kompetensi Inti (KI) yang telah dirumuskan dijadikan sebagai acuan
dalam mengembangkan Kompetensi Dasar (KD). Meskipun dijadikan acuan,
Kemendikbud menyatakan bahwa pengembangan Kompetensi Dasar (KD) tidak
dibatasi oleh rumusan Kompetensi Inti (KI), tetapi disesuaikan dengan beberapa
aspek seperti karakteristik materi pelajaran, kompetensi, lingkup materi,
psikopedagogi. Pada konsep Alat-Alat Optik yang dipelajari di kelas XI terdapat
dua kompetensi dasar yang sesuai dengan kurikulum 2013, yaitu:
3.11 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pemantulan dan
pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa.
4.11 Membuat karya yang menerapkan prinsip pemantulan dan/atau
pembiasan pada cermin dan lensa.
28
c. Peta Konsep
Konsep Alat-Alat Optik yang dipelajari di kelas XI SMA berdasarkan
kurikulum 2013 dijabarkan pada peta konsep berikut ini:
Gambar 2.2 Peta Konsep Alat-Alat Optik
d. Uraian Materi
1) Mata
Mata merupakan salah satu panca indera yang dimiliki manusia dan
memiliki fungsi sebagai indera penglihatan. Objek-objek yang berada di sekitar
kita dapat terlihat secara jelas ketika mata kita dapat berfungsi dengan baik. mata
terdiri dari beberapa komponen di dalamnya yang berkoordinasi satu sama lain
sehingga kita dapat melihat suatu objek. Beberapa bagian yang terdapat pada mata
yaitu: kornea, aqueous humor, iris, pupil, lensa mata, retina, koroid, sclera, fovea,
dan saraf optik. Secara lebih jelas bagian-bagian tersebut dapat dilihat pada
gambar 2.1.
terdiri dari
Teropong Lup Mata Kamera
Cacat
Mata
Miopi
Hipermetropi
Presbiopi
Astigmatisma
Mikroskop
ALAT-ALAT OPTIK
Kacamata
Lensa
Positif
Lensa
Objektif (+)
Lensa
Okuler (-)
Teropong
Bintang
Teropong
Bumi
Teropong
Panggung
Lensa
Positif
Lensa
Negatif
Rangka
Lensa
Positif
29
Gambar 2.3 Bagian-Bagian Mata Sumber: www.maribelajarbk.web.id
Mata normal dapat melihat benda dengan jelas untuk setiap objek yang
terletak di antara jarak ±25 cm di depan mata sampai jarak tak terhingga. Saat
mata bebas (otot-otot mata tidak berkontraksi), mata normal membentuk
bayangan nyata di retina dari suatu objek di tempat tak terhingga.58
Ketika mata
melihat objek pada jarak dekat, maka otot-otot lensa mata akan berkontraksi dan
menyebabkan lensa kristalin menjadi lebih cembung. Sebaliknya, ketika mata
melihat objek pada jarak yang jauh maka lensa mata akan terbentuk lebih pipih.
Proses penyesuaian lensa mata dengan jarak objek yang diamati disebut
akomodasi. Kemampuan mata untuk memperbesar kekuatan lensanya sehingga
sesuai dengan jarak objek yang diamati disebut daya akomodasi.59
Titik jauh atau
Punctum Remotum (PR) merupakan jarak terjauh suatu benda yang dapat dilihat.
Mata normal memiliki titik jauh sebesar tak terhingga (~). Sedangkan Punctum
Proximum (PP) merupakan jarak terdekat suatu benda yang dapat dilihat oleh
mata normal. Mata normal memiliki titik dekat sebesar ±25 cm. Lensa mata juga
mempunyai fokus. Untuk menentukan jarak fokus lensa mata saat mengamati
suatu benda, berlaku persamaan:60
58 Hari Subagya, Konsep dan Penerapan Fisika SMA/MA Kelas X , (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2013), h. 251.
59
Ibid., h. 252.
60
Ibid., h. 252.
1
𝑓=
1
𝑠 +
1
𝑠′
. . . . . . . . . . . . (2.1)
30
Keterangan:
𝑓 = jarak fokus lensa mata (cm)
𝑠 = jarak benda ke lensa mata (cm)
𝑠′ = jarak bayangan ke lensa mata (cm)
Ada kemungkinan terjadi ketidaknormalan pada mata, yang disebut cacat
mata atau aberasi61
. Cacat mata dapat diatasi dengan penggunaan alat bantu agar
mata kita tetap dapat melihat dengan normal, yaitu dengan menggunakan kaca
mata. Cacat mata terdiri dari beberapa macam, yaitu: miopi (rabun jauh),
hipermetropi (rabun dekat), presbiopi (mata tua), dan astigmatisma.
1) Miopi (rabun jauh)
Miopi (rabun jauh), yaitu cacat mata dengan kondisi mata tidak dapat
melihat benda-benda yang letaknya jauh. Titik dekat dan titik jauh mata miopi
adalah PP < 25 cm dan PR < ~.62
Gambar 2.4 Cacat Mata Miopi Sumber: www.britannica.com/science/myopia
Pada penderita miopi, bayangan yang terbentuk tidak terletak tepat di
retina, melainkan di depan retina seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.2. Cacat
mata miopi dapat diatasi dengan penggunaan kacamata berlensa negatif.
2) Hipermetropi (rabun dekat)
Kebalikan dari miopi adalah hipermetropi (disebut juga rabun dekat atau
mata jauh, karena mata hanya dapat melihat dengan jelas benda-benda jauh).
Cacat mata ini disebabkan karena lensa mata terlalu lemah.63
Titik dekat yang
61 Marthen Kanginan, Fisika untuk SMA/MA Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2013), h. 427.
62
Hari Subagya, Op.cit., h. 253.
63
Yohanes Surya, Optika, (Tangerang: PT Kandel, 2009), h. 112.
31
dimiliki oleh penderita hipermetropi yaitu lebih dari 25 cm dan titik dekatnya
lebih dari tak terhingga.
Gambar 2.5 Cacat Mata Hipermetropi Sumber: https://www.britannica.com/science/hyperopia
Pada penderita hipermetropi, bayangan yang terbentuk tidak terletak tepat
pada retina, melainkan di belakang retina seperti yang ditunjukkan pada gambar
2.3. Cacat mata hipermetropi dapat diatasi dengan penggunaan kacamata berlensa
positif.
3) Presbiopi
Presbiopi, yaitu cacat mata yang disebabkan karena berkurangnya daya
akomodasi mata. Presbiopi biasanya diderita oleh orang-orang yang sudah tua.64
Penderita presbiopi memiliki titik jauh kurang dari tak terhingga dan titik
dekatnya lebih dari 25 cm. Cacat mata presbiopi dapat di atasi dengan
penggunaan kacamata berlensa rangkap (bifocal).
4) Astigmatisma
Cacat ini terjadi ketika kornea tidak sferis (tidak berbentuk sebagai bagian
bola), tetapi lebih lengkung di satu sisi dibandingkan dengan sisi lain. Jadi jarak
fokus untuk mata astigmatisma berbeda untuk sinar-sinar dari sisi yang satu dan
yang lainnya.65
Pembentukan bayangan pada penderita cacat mata astigmatisma
dapat dilihat pada gambar 2.4.
64 Hari Subagya, Op.cit., h. 254.
65
Yohanes Surya, Op.Cit., h. 114.
32
Gambar 2.6 Cacat Mata Astigmatisma Sumber: www.britannica.com/science/astigmatism-eye-disorder
Penderita astigmatisma tidak dapat melihat garis-garis vertikal dan horizontal
secara bersama-sama.66
Cacat mata astigmatisma dapat diatasi dengan
penggunaan kacamata berlensa silinder (silindris).
2) Lup
Lup merupakan alat optik yang berfungsi membantu seseorang mengamati
objek yang berukuran kecil seperti tulisan pada peta. Lensa yang terdapat pada lup
adalah lensa positif (cembung) yang akan menghasilkan bayangan maya, tegak
dan diperbesar, sehingga dapat membuat ukuran suatu objek tampak lebih besar
dari ukuran sebenarnya. Karena dapat membuat ukuran benda menjadi lebih besar
dari ukuran sebenarnya, maka lup disebut juga sebagai kaca pembesar.
1) Perbesaran lup untuk mata berakomodasi pada jarak x
Ketika mata berakomodasi pada jarak x maka ukuran angular untuk lup
dapat dilihat pada gambar 2.4 di bawah ini.
Gambar 2.7 Diagram Pembentukan Bayangan pada Lup untuk Mata
Berakomodasi pada Jarak x Sumber:www.studentspy.wordpress.com
66 Hari Subagya, Op.cit., h. 254.
33
Pengamatan objek menggunakan lup dengan mata berakomodasi pada jarak x,
bayangan harus terletak di depan lup sejauh x (s’= x). Perbesaran lup untuk mata
berakomodasi pada jarak x:67
𝑀 = 𝑠𝑛
𝑓+
𝑠𝑛
𝑥
Keterangan:
𝑀 = perbesaran lup
𝑠𝑛 = titik dekat mata pengamat (cm)
𝑓 = jarak titik fokus lensa lup (cm)
𝑥 = jarak mata berakomodasi (cm)
2) Perbesaran lup untuk mata berakomodasi maksimum
Agar mata yang mengamati benda melalui sebuah lup berakomodasi
maksimum, bayangan harus terletak di titik dekat mata. Dengan demikian, s’ = -sn
dengan sn adalah jarak titik data mata pengamat. Perbesaran lup untuk mata
berakomodasi maksimum adalah:68
𝑀 = 𝑠𝑛
𝑓+ 1
Keterangan :
𝑀 = perbesaran lup
𝑠𝑛 = titik dekat mata pengamat (cm)
𝑓 = jarak titik fokus lensa lup (cm)
3) Perbesaran lup untuk mata tidak berakomodasi
Ketika lup digunakan dengan mata tidak berakomodasi, maka akan terbentuk
bayangan seperti pada gambar 2.5.
Gambar 2.8. Diagram Pembentukan Bayangan pada Lup untuk Mata Tidak Berakomodasi
Sumber: http://nurul-smantab.blogspot.co.id/2011/04/lup.html
67 Marthen Kanginan, Op.cit., h. 436.
68
Ibid., h. 436.
. . . . . . . . . . . . (2.2)
. . . . . . . . . . . . (2.3)
34
Pada pengamatan dengan lup mata tidak berakomodasi maka benda harus
diletakkan di titik fokus lup sehingga bayangan terbentuk di jauh tak terhingga.
Perbesaran angular atau perbesaran sudut untuk mata tidak berakomodasi: 69
Keterangan :
𝑀 = perbesaran lup
𝑠𝑛 = titik dekat mata pengamat (cm)
𝑓 = jarak titik fokus lensa lup (cm)
3) Kamera
Kamera merupakan salah satu alat optik yang berfungsi untuk
mengabadikan suatu kejadian melalui foto. Alat optik ini memiliki beberapa
bagian, yaitu: lensa kamera, diafragma, shutter pembuka/penutup, dan pelat film.
Gambar 2.9 Bagian-Bagian Kamera
Sumber: www.trendilmu.com/2015/10/Alat.Optik.Kamera.Dan.Lup.Dalam.Fisika.html
Jika pada mata, jarak bayangan tetap dan pemfokusan dilakukan dengan
mengubah-ubah jarak fokus lensa mata sesuai dengan jarak yang diamati, pada
kamera,jarak fokus lensa tetap. Pemfokusan dilakukan dengan mengubah-ubah
jarak bayangan sesuai dengan jarak benda yang difoto. Jarak bayangan, yaitu
antara film dan lensa, diatur dengan menggerak-gerakkan lensa kamera.70
Bayangan yang dihasilkan oleh lensa kamera adalah nyata, terbalik, dan
diperkecil.
69 Hari Subagya, Op.cit., h. 258.
70
Marthen Kanginan, Op.cit., h. 432.
𝑀 = 𝑠𝑛
𝑓
. . . . . . . . . . . . (2.4)
35
4) Mikroskop
Sebuah mikroskop terdiri atas susunan dua lensa cembung. Lensa
cembung yang dekat dengan benda disebut lensa objektif. Lensa cembung yang
dekat dengan mata disebut lensa okuler. Jarak fokus lensa okuler lebih besar
daripada jarak fokus lensa objektif.71
Bagian-bagian yang terdapat pada
mikroskop dapat dilihat pada gambar 2.6.
Gambar 2.10 Bagian-Bagian Mikroskop Sumber: ikomangsena.blogspot.co.id/2013/02/alat-optik-fisika-kelas-x.html
Pada pengamatan menggunakan mikroskop, lensa objektif akan
menghasilkan bayangan nyata, terbalik, dan diperbesar. Bayangan yang terbentuk
oleh lensa objektif merupakan benda bagi lensa okuler. Kemudian bayangan akan
dihasilkan kembali oleh lensa okuler sebagai bayangan yang dapat diamati oleh
pengamat.
1) Perbesaran mikroskop untuk mata tak berakomodasi
Pembentukan bayangan pada mikroskop dengan mata tak berakomodasi
menghasilkan bayangan pada jarak tak hingga oleh lensa okuler.
71 Ibid., h. 438.
36
Gambar 2.11 Pembentukan Bayangan dengan Mata Tidak Berakomodasi
Sumber: belajar.kemdikbud.go.id
Perbesaran total yang dihasilkan dari perbesaran oleh lensa objektif dan lensa
okuler, dapat ditentukan melalui persamaan:72
𝑀𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑀𝑜𝑏 𝑥 𝑀𝑜𝑘
𝑀𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑠′𝑜𝑏
𝑠𝑜𝑏 𝑥
𝑠𝑛
𝑓𝑜𝑘
Keterangan:
𝑀𝑜𝑏 = perbesaran oleh lensa objektif
𝑀𝑜𝑘 = perbesaran oleh lensa okuler
𝑠′𝑜𝑏 = jarak bayangan ke lensa objektif (cm)
𝑠𝑜𝑏 = jarak benda ke lensa objektif (cm)
𝑠𝑛 = titik dekat mata pengamat (cm)
𝑓𝑜𝑘 = jarak fokus lensa okuler (cm)
2) Perbesaran mikroskop untuk mata berakomodasi maksimum
Pembentukan bayangan pada mikroskop dengan mata berakomodasi
maksimum menghasilkan bayangan yang dibentuk oleh lensa okuler tepat di titik
dekat mata.
72 Hari Subagya, Op.cit., h. 266.
. . . . . . . . . . . . (2.5)
37
Gambar 2.12 Pembentukan Bayangan dengan Mata Berakomodasi
Maksimum Sumber: belajar.kemdikbud.go.id
Perbesaran total yang dihasilkan dari perbesaran oleh lensa objektif dan
lensa okuler, dapat ditentukan melalui persamaan:73
𝑀𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑀𝑜𝑏 𝑥 𝑀𝑜𝑘
𝑀𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑠′𝑜𝑏
𝑠𝑜𝑏 (
𝑆𝑛
𝑓𝑜𝑘 + 1)
Keterangan:
𝑀𝑜𝑏 = perbesaran oleh lensa objektif
𝑀𝑜𝑘 = perbesaran oleh lensa okuler
𝑠′𝑜𝑏 = jarak bayangan ke lensa objektif (cm)
𝑠𝑜𝑏 = jarak benda ke lensa objektif (cm)
𝑆𝑛 = titik dekat mata pengamat (cm)
𝑓𝑜𝑘 = jarak fokus lensa okuler (cm)
5) Teropong
Teropong merupakan alat optik yang berfungsi untuk mengamati benda-
benda yang berada jauh dari posisi pengamat. Terdapat beberapa jenis teropong
diantaranya teropong bintang, teropong bumi, dan teropong panggung.
a. Terpong Bintang
Teropong bintang memiliki dua jenis yaitu teropong bias dan teropong
pantul. Teropong bias menggunkan dua lensa positif sebagai lensa objektif dan
okuler, sedangkan teropong patul menggunakan cermin cekung pada objektif,
73 Ibid., h. 265.
. . . . . . . . . . . . (2.6)
38
lensa positif sebagai lensa okuler, dan cermin datar di antara objektif dan okuler
pada teropong pantul.
Gambar 2.13 Teropong bintang Sumber: http://www.teleskopai.lt/lt/product/52
1. Teropong Bias
a. Menggunakan teropong bias dengan mata tak berakomodasi
Bayangan dari benda yang berada pada posisi jauh tak hingga akan jatuh
di titik fokus lensa objektif, kemudian bayangan tersebut dianggap sebagai benda
oleh lensa okuler dan harus berada tepat di fokus lensa okuler tersebut. Perbesaran
angular dan panjang teropong bias dapat ditentukan melalui persamaan berikut:74
Perbesaran teropong:
Keterangan:
𝑀 = perbesaran angular teropong
𝑓𝑜𝑏 = jarak fokus lensa objektif (cm)
𝑓𝑜𝑘 = jarak fokus lensa okuler (cm)
Panjang teropong:
74 Ibid., h. 268.
𝑀 = 𝑓𝑜𝑏
𝑓𝑜𝑘
𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 + 𝑓𝑜𝑘
. . . . . . . . . . . . (2.7)
. . . . . . . . . . . . (2.8)
39
Keterangan :
𝑑 = panjang teropong
𝑓𝑜𝑏 = jarak fokus lensa objektif (cm)
𝑓𝑜𝑘 = jarak fokus lensa okuler (cm)
b. Menggunakan teropong bias dengan mata berakomodasi maksimum
Bayangan dari lensa objektif dengan kondisi mata berakomodasi
maksimum harus berada di antara titik fokus dan titik pusat lensa okuler,
kemudian lensa akan membentuk bayangan maya, terbalik, dan diperbesar.
Perbesaran angular dan panjang teropong bias dapat ditentukan melalui
persamaan berikut:75
Perbesaran teropong:
Keterangan :
𝑀 = perbesaran angular teropong
𝑓𝑜𝑏 = jarak fokus lensa objektif (cm)
𝑠𝑜𝑘 = jarak benda ke lensa okuler (cm)
Panjang teropong:
Keterangan :
𝑑 = panjang teropong
𝑓𝑜𝑏 = jarak fokus lensa objektif (cm)
𝑠𝑜𝑘 = jarak benda ke lensa okuler (cm)
b. Teropong Pantul
Perbesaran angular teropong pantul untuk mata tak berakomodasi dapat
ditentukan melalui persamaan berikut:76
75 Ibid., h. 269.
76
Ibid., h. 271.
𝑀 = 𝑓𝑜𝑏
𝑠𝑜𝑘
𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 + 𝑠𝑜𝑘
. . . . . . . . . . . . (2.10)
. . . . . . . . . . . . (2.9)
40
Keterangan :
𝑀 = perbesaran angular teropong
𝑓𝑜𝑏 = jarak fokus cermin objektif (cm)
𝑓𝑜𝑘 = jarak fokus lensa okuler (cm)
c. Teropong Bumi
a) Menggunakan teropong bumi dengan mata tak berakomodasi
Bayangan yang dihasilkan dari lensa pembalik ketika mata tak
berakomodasi ketika pengamatan, akan terletak di fokus lensa okuler. Perbesaran
dan panjang teropong dapat dilihat melalui persamaan berikut ini:77
Perbesaran teropong:
atau
Keterangan :
𝑀 = perbesaran angular teropong
𝑓𝑜𝑏 = jarak fokus lensa objektif (cm)
𝑓𝑜𝑘 = jarak fokus lensa okuler (cm)
𝑠𝑖(𝑜𝑏)= jarak bayangan ke lensa obyektif (cm)
Panjang teropong:
atau
77 Ibid., h. 272.
𝑀 = 𝑓𝑜𝑏
𝑓𝑜𝑘
𝑀 = |𝑓𝑜𝑏
𝑓𝑜𝑘|
𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 + 4𝑓𝑝 + 𝑓𝑜𝑘
𝑀 = |𝑠𝑖(𝑜𝑏)
𝑓𝑜𝑘|
𝑑 = 𝑠𝑖(𝑜𝑏) + 4𝑓𝑝 + 𝑓𝑜𝑘
. . . . . . . . . . . . (2.11)
. . . . . . . . . . . . (2.12)
. . . . . . . . . . . . (2.13)
. . . . . . . . . . . . (2.14)
. . . . . . . . . . . . (2.15)
41
Keterangan :
𝑑 = panjang teropong
𝑓𝑜𝑏 = jarak fokus lensa objektif (cm)
𝑓𝑜𝑘 = jarak fokus lensa okuler (cm)
𝑠𝑖(𝑜𝑏)= jarak bayangan ke lensa obyektif (cm)
b) Menggunakan teropong bumi dengan mata berakomodasi maksimum
Bayangan yang dihasilkan dari lensa pembalik ketika mata berakomodasi
maksimum akan terletak di antara titik fokus dan pusat optik lensa okuler.
Perbesaran dan panjang teropong dapat dilihat melalui persamaan berikut ini: 78
Perbesaran teropong:
atau
Keterangan :
𝑀 = perbesaran angular teropong
𝑓𝑜𝑏 = jarak fokus lensa objektif
𝑠𝑜𝑘 = jarak benda ke lensa okuler
𝑠𝑖(𝑜𝑏)= jarak bayangan ke lensa obyektif
Panjang teropong:
atau
78 Ibid., h. 273.
𝑀 = |𝑓𝑜𝑏
𝑠𝑜𝑘|
𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 + 4𝑓𝑝 + 𝑠𝑜𝑘
𝑀 = |𝑠𝑖(𝑜𝑏)
𝑆𝑜𝑘|
𝑑 = 𝑠𝑖(𝑜𝑏) + 4𝑓𝑝 + 𝑠𝑜𝑘
. . . . . . . . . . . . (2.16)
. . . . . . . . . . . . (2.17)
. . . . . . . . . . . . (2.18)
. . . . . . . . . . . . (2.19)
42
Keterangan :
𝑑 = panjang teropong
𝑓𝑜𝑏 = jarak fokus lensa objektif (cm)
𝑠𝑜𝑘 = jarak benda ke lensa okuler (cm)
𝑠𝑖(𝑜𝑏)= jarak bayangan ke lensa obyektif (cm)
d. Terpong Panggung
Teropong panggung menghasilkan bayangan yang bersifat tegak.
Bayangan tegak yang dihasilkan dilakukan dengan menggunakan lensa negatif
sebagai okuler dan lensa positif sebagai objektif. Bayangan nyata yang dihasilkan
oleh lensa objektif dianggap sebagai benda maya oleh lensa okuler.
a. Menggunakan teropong panggung dengan mata tak berakomodasi
Bayangan nyata yang dihasilkan dari lensa objektif akan terletak di fokus
lensa okuler. Perbesaran dan panjang teropong dapat dilihat melalui persamaan
berikut ini:79
Perbesaran teropong:
atau
Keterangan :
𝑀 = perbesaran angular teropong
𝑓𝑜𝑏 = jarak fokus lensa objektif (cm)
𝑓𝑜𝑘 = jarak fokus lensa okuler (cm)
𝑠𝑜𝑘 = jarak benda ke lensa okuler (cm)
𝑠𝑖(𝑜𝑏)= jarak bayangan ke lensa obyektif (cm)
79 Ibid., h. 274.
𝑀 = |𝑓𝑜𝑏
𝑓𝑜𝑘|
𝑀 = |𝑠𝑖(𝑜𝑏)
𝑠𝑜𝑘|
. . . . . . . . . . . . (2.20)
. . . . . . . . . . . . (2.21)
43
Panjang teropong:
atau
Keterangan :
𝑑 = panjang teropong
𝑓𝑜𝑏 = jarak fokus lensa objektif (cm)
𝑓𝑜𝑘 = jarak fokus lensa okuler (cm)
𝑠𝑖(𝑜𝑏)= jarak bayangan ke lensa objektif (cm)
b. Menggunakan teropong panggung dengan mata berakomodasi
maksimum
Bayangan yang dihasilkan dari lensa objektif akan terletak di antara titik
fokus dan pusat optik lensa okuler. Perbesaran dan panjang teropong dapat dilihat
melalui persamaan berikut ini:80
Perbesaran teropong:
atau
Keterangan :
𝑀 = perbesaran angular teropong
𝑓𝑜𝑏 = jarak fokus lensa objektif (cm)
𝑠𝑜𝑘 = jarak benda ke lensa okuler (cm)
𝑠𝑖(𝑜𝑏)= jarak bayangan ke lensa obyektif (cm)
80 Ibid., h. 275.
𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 − 𝑓𝑜𝑘
𝑑 = 𝑠𝑖(𝑜𝑏) − 𝑓𝑜𝑘
𝑀 = |𝑓𝑜𝑏
𝑠𝑜𝑘|
𝑀 = |𝑠𝑖(𝑜𝑏)
𝑠𝑜𝑘|
. . . . . . . . . . . . (2.22)
. . . . . . . . . . . . (2.23)
. . . . . . . . . . . . (2.24)
. . . . . . . . . . . . (2.25)
44
Panjang teropong:
atau
Keterangan :
𝑑 = panjang teropong
𝑓𝑜𝑏 = jarak fokus lensa objektif (cm)
𝑠𝑜𝑘 = jarak benda ke lensa okuler (cm)
𝑠𝑖(𝑜𝑏)= jarak bayangan ke lensa obyektif (cm)
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penilaian dengan
menggunakan instrumen penilaian tes multirepresentasi adalah sebagai berikut:
1. Sinaga (2014) dalam penelitian yang berjudul “The Effectiveness of Learning
To Represent Physics Concept Approach: Preparing Pre-Service Physics
Teachers To Be Good Teachers”. Tes dapat dibuat dalam berbagai bentuk
dengan representasi yang beragam. Namun kenyataan di lapangan
menunjukkan sebagian besar instrumen tes pada beberapa bidang studi
menggunakan representasi tunggal untuk menginterpretasikan suatu konsep.
Hal tersebut mengakibatkan proses pengukuran terhadap penguasaan konsep
mahasiswa memiliki interpretasi yang terbatas. Penelitian ini menunjukkan
hasil pemahaman konsep fisika mahasiswa meningkat secara signifikan ketika
mereka mampu menerjemahkan hubungan antara beberapa model
representasi.
2. Lusi Rizki Aulia (2016) dalam penelitian yang berjudul “Pengembangan
Instrumen Tes Berbasis Multirepresentasi Pada Mata Kuliah Pendahuluan
Fisika Zat Padat”. Peniliti telah berhasil mengembangkan Instrumen Tes
Berbasis Multi Representasi pada mata kuliah Pendahuluan Fisika Zat Padat
yang valid, praktis, dan reliabel. Pengembangan instrumen tes menggunakan
penelitian pengembangan, jenis penelitian formatif, yang diputuskan
berdasarkan kebutuhan penelitian. Pada tahap awal, orientasi dan prototipe
awal dilakukan. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu lembar validasi
dan kuesioner. Hasil expert review menunjukkan bahwa instrumen tes yang
dikembangkan tergolong sangat valid (0,91). Semua materi yang diuji
memenuhi kriteria untuk bisa diandalkan dimana r11> rtable. Dengan demikian,
berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa instrumen tes yang telah
dikembangkan diklasifikasikan sebagai instrumen yang sangat valid, praktis,
𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 − 𝑠𝑜𝑘
𝑑 = 𝑠𝑖(𝑜𝑏) − 𝑠𝑜𝑘
. . . . . . . . . . . . (2.26)
. . . . . . . . . . . . (2.27)
45
dan reliabel sehingga bisa digunakan dalam pembelajaran Pendahuluan Fisika
Zat Padat.
3. Murtono (2014) dalam penelitian yang berjudul “Fungsi Representasi dalam
Mengakses Penguasaan Konsep Fisika Mahasiswa”. Fisika merupakan ilmu
fenomena alam yang disajikan dalam bentuk gambar, persamaan matematis,
mempunyai hubungan antar variabel fisis. Untuk mengakses perlu
karakteristik yang sesuai dengan ilmu fisika tersebut. Salah satu cara
mengakses yang sesuai adalah dengan bentuk representasi. Repersentasi
mempunyai fungsi sebagai pelengkap, membatasi interpretasi, dan
membangun pemahaman. Telah dilakukan pengukuran terhadap penguasaan
konsep mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika dengan soal multi
representasi. Hasil menunjukkan bahwa jawaban yang benar bervariasi sesuai
dengan konsep yang diukur dan mode representasi yang digunakan.
Multirepresentasi dapat menjadi pelengkap representasi yang lain, membatasi
interpretasi representasi yang lain, dan membangun pemahaman mahasiswa
dalam menyelesaian permasalahan fisika, sesuai dengan fungsi representasi.
4. Fillas Tuti Purwaningsih (2013) dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengembangan Instrumen Tes CSREC (Conseptual Survey of Resistive
Electric Circuit) Representasi Grafik dan Verbal untuk Mengukur Tingkat
Pemahaman Siswa SMA”. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
instrumen tes CSREC (Conceptual Survey of Resistive Electric Circuit)
dengan menggunakan kombinasi representasi yaitu grafik dan verbal,
mengetahui sifat butir soal instrumen tes CSREC dalam materi Listrik
Dinamis. Berdasarkan analisis hasil data sifat butir soal Instrumen Tes
CSREC (Conseptual Survey of Resistive Electric Circuit) Representasi Grafik
dan Verbal yang telah dikembangkan adalah semua soal telah memenuhi
kriteria valid berdasarkan analisis validitas soal dimana (rhitung > 0,207) dengan
nilai reliabilitas 0,48 (kategori cukup reliable); tingkat kesukaran instrumen
tes CSREC sebanyak 68% dalam kategori sedang, dan 32% dalam kategori
sukar; daya pembeda butir soal sebanyak 24% dalam kategori baik, 52%
dalam kategori cukup dan 24% dalam kategori jelek; dan efektivitas pengecoh
sebanyak 30% efektif dan 70% tidak efektif. Miskonsepsi yang dapat
diungkap dengan menggunakann instrumen tes CSREC (Conseptual Survey of
Resistive Electric Circuit) representasi grafik dan verbal yaitu pada konsep:
kuat arus listrik, hukum ohm, susunan hambatan (seri¶lel), dan GGL.
5. Sheny Meylida (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Profil Kemampuan
Multi Representasi Terhadap Kelompok Prestasi Belajar dan Kecerdasan
Majemuk Siswa SMP”. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan
menjelaskan profil kemampuan multi representasi terhadap kelompok prestasi
belajar dan kecerdasan majemuk siswa. Sampel penelitian adalah satu kelas
VIII pada suatu SMP Negeri kota Bandung, yang berjumlah 34 orang siswa.
Hasil penelitian menggambarkan a) profil kemampuan multi representasi
terhadap kelompok prestasi belajar siswa yaitu, kemampuan multi representasi
berbanding lurus dengan prestasi belajar siswa, b) profil kemampuan multi
representasi terhadap kecerdasan majemuk, adalah sebagai berikut: 1)
Kelompok kecerdasan interpersonal sangat unnggul dalam menjawab soal tipe
46
soal grafik-verbal, 2) Kelompok kecerdasan logika-matematis unggul dalam
menjawab soal tipe data-verbal dan soal tipe gambar-matematis, 3) Kelompok
kecerdasan kinestetik sangat unggul dalam menjawab soal tipe verbal-
matematik, 4) Kelompok kecerdasan linguistik-verbal dan interpersonal
unggul dalam menjawab soal tipe verbal-gambar, 5) Hampir semua
kecerdasan unnggul dalam menjawabb soal tipe verbal-simbol kecuali
kecerdasan visual-spasial.
6. Yuvita Widi Astuti (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Bahan Ajar
Fisika SMA dengan Pendekatan Multi Representasi” menggunakan contoh
soal dalam bahan ajarnya dengan penyelesaiannya yang ditulis secara runtut
dimulai dengan representasi verbal dilanjutkan dengan penggambaran soal
verbal tersebut dalam representasi gambar dan atau diagram benda bebas,
selanjutnya penyelesaian secara matematis, dan diakhiri dengan interpretasi
berbentuk verbal dari jawaban soal. Ketika siswa mengerjakan latihan soal
menggunakan langkah-langkah penyelesaian seperti dalam contoh soal siswa
lebih mengoptimalkan kemampuan berpikirnya terutama dalam menganalisis
gambar maupun mengubah bentuk verbal menjadi gambar, sehingga siswa
tidak hanya menghapal rumus tanpa mengetahui arti fisis dari rumus tersebut.
Langkah-langkah dalam pemecahan soal menggunakan multi representasi
dilakukan secara runtut dan lengkap dengan representasi gambar dan
representasi diagram bebas, selain penggunaan representasi matematis yang
biasa dilakukan siswa.
7. Novita Anggraini (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan
Instrumen Assessment Isomorphic dan Rubriknya berbasis Multi-representasi
Pada Materi Hukum II Newton”. Instrumen tersebut telah teruji sesuai teori
dengan kualitas: sangat menarik, sangat mudah digunakan, dan sangat
bermanfaat. Berdasarkan perolehan hasil belajar siswa yang mencapai nilai
rata-rata 75,8 dengan persentase kelulusan siswa sebesar 86,11% pada uji
terhadap siswa kelas X2 SMA Negeri 1 Way Tenong semester ganjil Tahun
Pelajaran 2013/2014.
C. Kerangka Berpikir
Pada Teori yang telah dijabarkan sebelumnya, maka menghasilkan
kerangka berpikir yaitu Instrumen Tes Multi Representasi dikembangkan untuk
dapat mengidentifikasi keterampilan Representasi siswa. Berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2016
tentang Standar Penilaian Pendidikan, pemerintah telah menetapkan kebijakan
penetapan KKM yang harus dicapai oleh peserta didik melalui rapat dewan
pendidik dan peserta didik yang belum mencapai KKM satuan pendidikan harus
mengikuti pembelajaran remedi. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik harus
47
mencapai nilai KKM tertentu dalam penilaian suatu pembelajaran termasuk
pembelajaran pada mata pelajaran Fisika.
Rendahnya hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan sebagian besar
nilai peserta didik masih berada di bawah KKM, dapat disebabkan oleh beberapa
hal yang mempengaruhi. Berdasarkan fakta di lapangan, diperoleh gambaran
bahwa siswa masih kesulitan dalam menguasai konsep fisika yang memiliki
karakteristik penyajian konsepnya terdiri dari beberapa format multi representasi.
Keterampilan representasi siswa menjadi hal yang sangat penting dalam
menguasai konsep secara utuh. Hal ini seharusnya dapat menjadi salah satu poin
yang harus diperhatikan oleh pendidik.
Keterampilan representasi siswa dapat diinterpretasikan melalui hasil
penilaian yang diperoleh pada pembelajaran mata pelajaran Fisika. Pendidik perlu
mengembangkan kemampuan representasi peserta didik sehingga pendidik dapat
mengetahui tingkat kemampuan peserta didik dalam merepresentasikan suatu
konnsep dalam berbagai format. Latihan soal dan tugas yang dikembangkan oleh
pendidik juga seharusnya berbasis multi representasi. Hal inilah yang menjadi
dasar perlunya pengembangan Instrumen Tes Multi Representasi pada konsep
Fisika yang memiliki karakteristik konsep penyajian materinya terdiri dari
berbagai format. Maka dalam penelitian ini peneliti melakukan Pengembangan
Instrumen Tes Multi Representasi pada Konsep Alat-Alat Optik untuk
Mengidentifikasi Keterampilan Representasi Siswa. Bagan kerangka berpikir
penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:
48
Gambar 2.13 Kerangka Berpikir Penelitian
Peserta Didik harus mencapai KKM
yang telah Ditetapkan melalui Rapat
Dewan Pendidik
Tuntutan Revisi Kurikulum 2013 (K-13)
Prosedur Penilaian
yang Dilakukan
setelah Tahap
Penilaian yaitu
Mengolah,
Menganalisis, dan
Menginterpretasikan
Hasil Penilaian
Hasil Belajar Siswa Sebagian
Besar Relatif Lebih Kecil dari
KKM
Faktanya
Kesulitan Belajar
Siswa dalam
Menguasai Konsep
Fisika yang
Disajikan dalam
Berbagai Format
Representasi
Sebagian
Besar
Konsep
Fisika
Disajikan
dalam
berbagai
format
Representasi
Guru Perlu
Mengembangkan
Keterampilan
Representasi
Siswa pada Mata
Pelajaran Fisika
Latihan Soal dan
Tes juga harus
dikembangkan
berbasis Multi
Representasi
Interpretasi Hasil
Penilaian berupa
Keterampilan
Representasi
Siswa pada Mata
Pelajaran Fisika
Relatif Masih
Belum Banyak
Dilakukan
Pengembangan Instrumen Tes Multi Representasi pada Konsep Alat-Alat Optik
untuk Mengidentifikasi Keterampilan Representasi Siswa
Permendikbud Nomor 23 tahun 2016 tentang Standar
Penilaian Pendidikan
Faktanya
Perlu Dikembangkan Instrumen Tes Multi Representasi pada Konsep yang
Penyajian Materinya Terdiri dari Beberapa Format
49
D. Hipotesis Penelitian
Instrumen tes multi representasi yang dikembangkan valid dan praktis dalam
pembelajaran fisika.
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Model Pengembangan
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan model penelitian
pengembangan development studies yang merujuk pada Akker et.al. Berdasarkan
tujuannya, model penelitian pengembangan dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu validation studies dan development studies. Akker et.al (2006) menyatakan,
model penelitian pengembangan yang bertujuan untuk membantah teori-teori
belajar disebut validation studies, sedangkan yang bertujuan untuk menyelesaikan
suatu masalah dalam pendidikan melalui teori pengetahuan yang relevan disebut
sebagai development studies.81
Model penelitian pengembangan yang digunakan oleh peneliti adalah
development studies yang bertujuan untuk menyelesaikan suatu masalah dalam
pembelajaran di sekolah. Penyelesaian masalah dalam pembelajaran tersebut
dilakukan melalui produk yang dihasilkan berupa instrumen tes multi representasi.
B. Prosedur Pengembangan
Menurut Akker et.al development study dilaksanakan melalui beberapa
prosedur, yaitu Preliminary Research (Penelitian Pendahuluan), Prototyping
Stage (Tahap Prototipe), Summative Evaluation (Evaluasi Sumatif), dan
Systematic reflection and documentation (Refleksi Sistematik dan
Dokumentasi).82
Prosedur pengembangan instrumen tes multi representasi
berdasarkan teori development study yang dilakukan oleh peneliti dapat dilihat
pada diagram 3.1.
81
Jan van den Akker, et al., Educational Design Research, (New York: Routledge, 2006)
p.152.
82
Ibid., p.154.
51
TAHAP 1
PRELIMINARY RESEARCH
Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Pengembangan Tahap 1
Melakukan Studi Pendahuluan
Studi Literatur Survei Lapangan
Mengidentifikasi
Masalah terkait
Penilaian Pembelajaran
Mengumpulkan
Informasi sebagai Data
Pendukung Masalah
yang Teridentifikasi
dalam Penilaian
Pembelajaran
Teridentifikasi bahwa Pada Penilaian Tes Tertulis
dalam Pembelajaran Masih Belum DikembangkanTes
yang Berbasis Multi Representasi
Konsep Fisika terdiri dari beberapa Format
Representasi yang dapat Membantu Siswa dalam
Menguasi Suatu Konsep Secara Utuh
Kurang dikembangkannya Instrumen Tes Multi
Representasi Mengakibatkan Guru tidak dapat
Mengetahui Tingkat Kemampuan Representasi Siswa
pada Masing-Masing Format Representasi
Pengembangan ITMR pada Konsep Alat-Alat Optik
untuk Mengidentifikasi Kemampuan
Representasi Siswa
52
Diagram 3.2 Prosedur Penelitian Pengembangan Tahap 2
TAHAP 2
PROTOTYPING STAGE
Merevisi Instrumen Tes Berdasarkan Hasil Uji Coba
Skala Luas
Pemilihan Konsep Fisika yang
akan Dijadikan Sampel Penelitian
Alat-Alat Optik
Mengidentifikasi Format Representasi yang terdapat
pada Konsep Alat-Alat Optik
Menyusun Butir Soal Instrumen Tes Berdasarkan
Panduan Penulisan Butir Soal
Mengidentifikasi Format Representasi yang ada pada
Setiap Butir Soal dan Jawaban
Melakukan Validasi Materi, Konstruk, dan Bahasa
Melalui Judgment Ahli
Revisi Tidak Ya
Instrumen Tes Multi Representasi Hasil Validasi
Judgment Ahli
Uji Validitas, Reliabilitas, Taraf Kesukaran, dan
Daya Pembeda Butir Soal
Instrumen Tes Multi Representasi Siap
Diimplementasikan pada Uji Coba Skala Terbatas
Melakukan Uji Coba Skala Terbatas
Merevisi Instrumen Tes yang Masih Belum Layak
Instrumen Tes Multi Representasi Siap Diimplementasikan pada Uji Coba Skala
Luas
Menyusun Perangkat
Pembelajaran
Menganalisis Hasil Uji Coba Terbatas Mengidentifikasi Kemampuan Multi Representasi
Siswa
Menelaah KI dan KD
Merumuskan Indikator
Pembelajaran
Merumuskan Tujuan
Pembelajaran
53
TAHAP 3
SUMMATIVE EVALUATION
Diagram 3.3 Prosedur Penelitian Pengembangan Tahap 3
Melakukan Uji Coba Skala Luas
Melakukan Uji
Kepraktisan
Instrumen Tes
Menganalisis Hasil Uji Coba Skala Luas
Merevisi Instrumen Tes berdasarkan Hasil
Uji Coba Skala Luas
Hasil Pengembangan Instrumen Tes Multi
Representasi
Mengidentifikasi
Kemampuan
Representasi Siswa
54
TAHAP 4
SYSTEMATIC REFLECTION AND DOCUMENTATION
Diagram 3.4 Prosedur Penelitian Pengembangan Tahap 4
1. Tahap Penelitian Pendahuluan (Preliminary Research)
Tahap Penelitian Pendahuluan terdiri dari dua langkah yaitu studi literatur
dan survei lapangan. Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti, studi literatur
dilakukan untuk mengidentifikasi masalah terkait penilaian pembelajaran melalui
jurnal, skripsi, dan buku yang relevan. Setelah masalah terkait penilaian
pembelajaran teridentifikasi, peneliti melakukan survei lapangan untuk mencari
informasi sebagai data pendukung dari masalah yang teridentifikasi melalui survei
lapangan ke beberapa sekolah. Data pendukung yang diperoleh dari kegiatan
survei lapangan terkait dengan kegiatan penilaian yang dilakukan pada
pembelajaran fisika.
Peneliti melakukan survei lapangan di lima sekolah yang berada di
wilayah Jakarta Selatan, yaitu: SMAN 29 Jakarta, SMAN 32 Jakarta, SMAN 74
Jakarta, SMAN 87 Jakarta, dan SMAN 86 Jakarta. Survei lapangan dilakukan
melalui pemberian angket kepada satu orang guru fisika dan satu kelas siswa pada
setiap sekolah.
2. Tahap Prototipe (Prototyping Stage)
Langkah awal yang dilakukan pada Tahap Prototipe berupa pemilihan
konsep fisika yang akan dijadikan sampel penelitian berdasarkan hasil data yang
telah diperoleh pada survey lapangan. Berdasarkan hasil data yang diperoleh pada
survey lapangan, terpilih konsep fisika Alat-Alat Optik yang kemudian ditelaah
Menetapkan Desain Akhir Pengembangan Produk
Kerangka (Framework) Akhir Pengembangan Produk
Instrumen Tes Multi Representasi
55
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasarnya berdasarkan silabus revisi kurikulum
2013 (K-13).
Langkah yang dilakukan peneliti berikutnya, yaitu menyusun kisi-kisi
instrumen tes yang di dalamnya terdapat aspek multi representasi dan mengacu
pada materi-materi esensial sesuai dengan silabus revisi kurikulum 2013 (K-13).
Materi-materi esensial yang merupakan sub konsep dari konsep alat-alat optik
yaitu: mata, cacat mata, kamera, lup, mikroskop, dan teropong. Instrumen tes
Multi Representasi yang dikembangkan terdiri dari 40 butir soal objektif
berbentuk pilihan ganda dan kisi-kisinya dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Multi Representasi
Indikator Bentuk Representasi
Aspek Kognitif
yang Diukur
Soal Jawaban C1 C2 C3 C4
Menyebutkan bagian-bagian
mata beserta fungsinya
Gambar Verbal 1
Verbal Gambar 2
Menyatakan jenis-jenis cacat
mata dan kacamata yang
digunakan penderita cacat mata
Verbal Verbal 3
Verbal Gambar 4
Verbal Matematis 5
Menentukan kekuatan lensa
kacamata yang harus digunakan
penderita cacat mata
Verbal Matematis 6
Menyatakan jenis-jenis cacat
mata dan kacamata yang
digunakan penderita cacat mata
Verbal Verbal 7
Verbal Gambar 8
Verbal Matematis 9
Menentukan kekuatan lensa
kacamata yang harus digunakan
penderita cacat mata
Verbal Matematis 10
Menyatakan jenis-jenis cacat
mata dan kacamata yang
digunakan penderita cacat mata
Gambar Verbal 11
Mengidentifikasi pembentukan
bayangan benda pada lup
melalui pengamatan dengan
mata berakomodasi maksimum
dan tidak berakomodasi
Verbal Diagram 12
Verbal Diagram 13
Menentukan perbesaran angular Verbal Matematis 14
56
yang dihasilkan pada
pengamatan menggunakan lup
Menentukan besaran-besaran
terkait perbesaran angular pada
lup
Verbal Diagram 15
Menyimpulkan hubungan antara
jarak fokus lup dan perbesaran
yang dihasilkan
Gambar Verbal 16
Menentukan perbesaran angular
yang dihasilkan pada
pengamatan menggunakan lup
Diagram Matematis 17
Mengidentifikasi pembentukan
bayangan benda pada
mikroskop melalui pengamatan
dengan mata berakomodasi
maksimum dan tidak
berakomodasi
Verbal Diagram 18
Menyelesaikan permasalahan
terkait pengamatan suatu objek
melalui lup dengan mata
berakomodasi maksimum dan
tidak berakomodasi
Verbal Matematis 19
Verbal Matematis 20
Diagram Matematis 21
Verbal Diagram 22
Verbal Matematis 23
Menyebutkan bagian-bagian
kamera beserta fungsinya Verbal Gambar 24
Mengetahui prinsip
pembentukan bayangan pada
mikroskop
Verbal Verbal 25
Menentukan perbesaran yang
dihasilkan pada pengamatan
menggunakan mikroskop
Verbal Matematis 26
Diagram Matematis 27
Verbal Diagram 28
Menyelesaikan permasalahan
terkait pengamatan suatu objek
melalui mikroskop dengan mata
berakomodasi maksimum dan
tidak berakomodasi
Diagram Matematis 29
Verbal Matematis 30
Verbal Matematis 31
Diagram Matematis 32
Verbal Diagram 33
Mengetahui jenis-jenis teropong
dan komponen penyusunnya Verbal Gambar 34
Menentukan perbesaran benda
yang dihasilkan dari
pengamatan melalui teropong
Verbal Matematis 35
Menyelesaikan permasalahan
terkait pengamatan suatu objek
melalui teropong dengan mata
Verbal Matematis 36
Verbal Matematis 37
57
Pengoptimalan prototipe pada instrumen tes yang dikembangkan
dilakukan dengan melakukan validasi terhadap instrumen tersebut. Validasi
tersebut meliputi: validasi materi, konstruk, dan bahasa yang ditentukan melalui
judgment ahli. Validasi instrumen tes berdasarkan judgment ahli melibatkan dua
orang ahli. Ahli yang pertama merupakan dosen pendidikan fisika UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan ahli yang kedua merupakan guru bidang studi fisika
SMAN 87 Jakarta. Validasi ini dilakukan dengan pemberian angket yang berisi
indikator-indikator yang mengacu pada kaidah penulisan soal pilihan ganda yang
merujuk pada kaidah penulisan soal pilihan ganda yang diterbitkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional tahun 2008.
Hasil data kualitatif yang diperoleh dari validasi instrumen tes berdasarkan
judgment ahli akan dikonversi menjadi data kuantitatif, sehingga dapat diketahui
nilai dari validitas instrumen tes tersebut. Beberapa catatan yang diberikan oleh
ahli merupakan bahan yang dijadikan sebagai acuan untuk menentukan hal yang
harus direvisi dari instrumen tes yang dikembangkan. Selain validasi berdasarkan
judgment ahli, pengoptimalan prototipe juga dilakukan dengan menentukan
validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda pada setiap butir soal
dengan menguji cobakan instrumen tes tersebut kepada siswa kelas XI SMAN 29
Jakarta.
Tahap berikutnya yang dilakukan adalah tahap evaluasi formatif yaitu
tahap yang dilakukan untuk melakukan uji coba terhadap instrumen tes multi
representasi yang dikembangkan pada skala terbatas. Tahap uji coba skala terbatas
dilakukan terhadap 10 orang siswa kelas XI SMAN 87 Jakarta. Pada tahap ini
peneliti memperoleh data berupa skor siswa dalam mengerjakan instrumen tes
yang diberikan, kemudian data tersebut dianalisis sehingga peneliti dapat
mengidentifikasi kemampuan multi representasi siswa. Selain mengidentifikasi
berakomodasi maksimum dan
tidak berakomodasi
Mengetahui jenis-jenis teropong
dan komponen penyusunnya
Diagram Verbal 38
Verbal Verbal 39
Verbal Gambar 40
Jumlah 9 10 10 11
58
kemampuan multi representasi siswa, pada tahap ini peneliti juga melakukan uji
kepraktisan instrumen tes yang dikembangkan melalui pemberian angket respon
kepada siswa, sehingga dapat diperoleh kategori praktikabilitas instrumen
tersebut.
3. Tahap Evaluasi Sumatif (Summative Evaluation)
Tahap evaluasi sumatif merupakan tahap yang dilakukan untuk melakukan
uji coba terhadap instrumen tes multi representasi yang dikembangkan pada skala
luas. Tahap uji coba skala luas dilakukan terhadap 30 orang siswa kelas XI
SMAN 87 Jakarta. Tahap ini memiliki langkah yang sama pada tahap evaluasi
formatif yaitu melakaukan uji coba terhadap instrumen tes yang dikembangkan
dan memberikan angket respon untuk mengetahui kepraktisan instrumen, akan
tetapi subjek uji cobanya terdapat dalam jumlah yang lebih besar.
4. Tahap Refleksi Sistematik dan Dokumentasi (Systematic reflection and
documentation)
Tahap terakhir dalam penelitian pengembangan yang dilakukan oleh
peneliti yaitu tahap refleksi sistematik dan dokumentasi. Pada tahap ini, peneliti
menetapkan desain akhir pengembangan produk dan kerangka (Framework)
pengembangan produk Instrumen Tes Multi Representasi.
C. Desain Uji Coba
Uji coba terhadap produk berupa instrumen tes multi representasi yang
dikembangkan dilakukan pada beberapa tahap. Pada tahap pengoptimalan
prototipe, dilakukan uji validitas instrumen berdasarkan judgment ahli. Uji
validitas intrumen ini bertujuan untuk mengetahui validitas instrumen dari aspek
materi, konstruk, dan bahasa.
Instrumen tes yang telah direvisi berdasarkan judgment ahli, kemudian
dijui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda butir soalnya.
Setelah diperoleh instrumen tes dengan butir soal yang valid dan reliabel, peneliti
melakukan uji coba yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran pada konsep
59
fisika alat-alat optik dilakukan. Uji coba tersebut merupakan evaluasi pada tahap
akhir pembelajaran yang dilakukan pada skala terbatas dan skala luas.
Pada uji coba skala terbatas, peneliti mencari informasi terkait kekurangan
yang masih terdapat dalam instrumen tes dan pelaksaanaan pengerjaan instrumen
tes secara teknis. Peneliti juga melakukan uji kepraktiksan instrumen melalui
pemberian angket respon kepada siswa pada uji coba skala terbatas dan skala luas.
D. Subjek Uji Coba
Subjek uji coba pada penelitian ini adalah siswa kelas 11 SMAN 87
Jakarta. Secara lebih rinci, dapat dijelaskan sebagai berikut ini:
1. Subjek uji coba pada skala terbatas
Uji coba yang dilakukan pada skala terbatas melibatkan subjek uji coba
yang terdiri dari 10 orang siswa kelas XI SMAN 87 Jakarta. Pada tahap ini, uji
coba terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui kekurangan yang masih terdapat
dalam instrumen tes dan pelaksanaan pengerjaan instrumen tes secara teknis
dengan jumlah subjek uji coba 10 orang.
2. Subjek uji coba pada skala luas
Uji coba yang dilakukan pada skala luas melibatkan subjek uji coba yang
terdiri dari 30 orang siswa kelas XI SMAN 87 Jakarta. Pada tahap ini, uji coba
terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui kekurangan yang masih terdapat
dalam instrumen tes dan pelaksanaan pengerjaan instrumen tes secara teknis
dengan jumlah subjek uji coba 30 orang.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen tes
dan instrumen non tes. Instrumen tes yang digunakan merupakan innstrumenn tes
multi represenntasi yang digunakan, sedangkan instrumen non tes yang digunakan
adalah angket penelitian pendahuluan, angket judgment ahli, dan angket respon
siswa terhadap kepraktisan instrumen tes multi representasi yang dikembangkan.
60
1) Instrumen Tes
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian merupakan instrumen tes
multi representasi yang dikembangkan, yaitu terdiri dari 40 butir soal pilihan
ganda yang diuji validitasnya melalui judgment ahli dan dianalisis validitas butir
soal, relibilitas, taraf kesukaran serta daya pembeda.
2) Instrumen Non Tes
a. Angket Penelitian Pendahuluan
Angket yang digunakan pada penelitian pendahuluan terdiri dari 15
pertanyaan yang terkait dengan kurikulum dan penilaian pembelajaran fisika.
Kisi-kisi angket penelitian pendahuluan yang digunakan oleh peneliti dapat dilihat
pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Studi Pendahuluan
No. Indikator Nomor Pertanyaan Jumlah
1. Kurikulum yang digunakan dalam
pembelajaran fisika. 1, 2 2
2. Minat siswa terhadap mata
pelajaran fisika. 3 1
3. Konsep fisika yang dianggap sulit
oleh siswa. 4 1
4. Kesulitan siswa dalam mempelajari
konsep fisika. 5 1
5.
Jenis penilaian yang sering
digunakan oleh guru dalam
pembelajaran fisika.
6 1
6.
Jenis tes yang sering digunakan
oleh guru dalam pembelajaran
fisika.
7 1
7.
Bentuk penyajian soal dan
penyelesaian yang sering
digunakan oleh guru saat ujian
mata pelajaran fisika.
8, 9 2
8.
Penguasaan siswa terhadap bentuk
penyelesaian soal saat ujian mata
pelajaran fisika.
10, 11 2
61
9. Konsep fisika yang perlu disajikan
dalam berbagai bentuk penyajian. 12, 13, 14, 15 4
Jumlah 15
b. Angket Judgment Ahli
Angket penilaian ahli yang digunakan untuk mengetahui validitas instrumen
tes yang dikembangkan, dianalis menggunakan skala Likert. Indikator yang dinilai
oleh ahli untuk menentukan validitas materi instrumen tes yang dikembangkan
dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Indikator Validasi Materi Instrumen Tes
No Indikator
1 Soal sesuai dengan indikator
2 Hanya memiliki satu kunci jawaban
3 Pengecoh pada pilihan jawaban berfungsi
4 Soal sesuai dengan aspek ranah kognitif yang diukur
Indikator yang dinilai oleh ahli untuk menentukan validitas konstruk
instrumen tes yang dikembangkan dapat dilihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.4 Indikator Validasi Konstruk Instrumen Tes
No Indikator
1 Soal dirumuskan secara jelas dan tegas
2 Rumusan soal dan pilihan jawaban merupakan pernyataan yang
diperlukan saja
3 Soal tidak memberi petunjuk ke arah kunci jawaban
4 Soal tidak mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda
5 Pilihan jawaban homogen dan logis ditinjau dari segi materi
6 Panjang pilihan jawaban relatif sama
7 Pilihan jawaban tidak mengandung pernyataan “Semua pilihan
jawaban di atas salah" atau "Semua pilihan jawaban di atas benar"
8 Pilihan jawaban yang berbentuk angka/waktu disusun berdasar-kan
urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis
62
9 Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya jelas dan
berfungsi
10 Rumusan soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang
bermakna tidak pasti (sebaiknya, umumnya, kadang‐kadang)
11 Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya
Indikator yang dinilai oleh ahli untuk menentukan validitas bahasa
instrumen tes yang dikembangkan dapat dilihat pada tabel 3.5.
Tabel 3.5 Indikator Validasi Bahasa Instrumen Tes
No Aspek
1 Soal sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
2 Bahasa yang digunakan komunikatif
3 Pilihan jawaban tidak mengulang kata/frase yang yang bukan
merupakan satu kesatuan pengertian
c. Angket Respon Kepraktisan Instrumen
Angket yang digunakan untuk menguji kepraktisan instrumen tes yang
dikembangkan menggunakan rating-scale (skala bertingkat). Menurut Sugiyono,
dengan rating-scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian
ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.83
Indikator yang dinilai pada uji
kepraktisan instrumen dapat dilihat pada tabel 3.6.
Tabel 3.6 Indikator Uji Kepraktisan Instrumen Tes
No. Indikator
1. Instrumen tes tidak menuntut peralatan yang banyak dalam
pengerjaannya
2. Instrumen tes memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan
soal yang dianggap mudah terlebih dahulu
3. Instrumen tes memiliki petunjuk pengerjaan soal yang jelas
4. Instrumen tes memiliki ukuran tulisan yang mudah dibaca
83 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013),
h. 97.
63
5. Instrumen tes memiliki gambar yang jelas dan ukuran yang tepat
F. Uji Coba Produk
Uji coba produk berupa instrumen tes multi representasi dilakukan pada
dua tahap yaitu pada evaluasi formatif atau skala kecil dan pada evaluasi sumatif
atau skala besar. Uji coba produk pada skala kecil melibatkan 10 orang siswa
kelas XI IPA 4 SMAN 87 Jakarta dan pada skala besar melibatkan 30 orang siswa
kelas X1 IPA 3 SMAN 87. Uji coba terhadap instrumen tes multi representasi
dilakukan untuk mengetahui kekurangan yang masih terdpat pada instrumen tes
dan pelaksanaan pengerjaan instrumen tes oleh para siswa.
G. Teknik Analisis Data
a) Analisis Data Instrumen Tes
1) Validitas Butir Soal
Validitas butir soal ditentukan melalui teknik analisis korelasi product
moment dengan angka kasar melalui rumus sebagai berikut:84
𝑟xy =N ∑ XY − (∑ X)(Y)
√{N ∑ X2 − (∑ X)2}{N ∑ Y2 − (∑ Y)2}
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
X = Skor item awal
Y = Skor item akhir
∑ 𝑋𝑌 = Jumlah hasil kali X dengan Y
X2 = Kuadrat dari X
Y2 = Kuadrat dari Y
N = Banyaknya subjek skor X dan skor Y
Penafsiran harga koefisien korelasi dapat dilakukan dengan cara
menginterpretasikannya pada beberapa kriteria. Menurut Suharsimi, interpretasi
mengenai besarnya koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel 3.7 sebagai berikut:
84
Suharsimi Arikunto, Op.cit., h. 93.
64
Tabel 3.7 Interpretasi Besarnya Koefisien Korelasi85
Rentang Nilai
Koefisien Korelasi Kriteria
0,800 – 1,00 Sangat Tinggi
0,600 – 0,800 Tinggi
0,400 – 0,600 Cukup
0,200 – 0,400 Rendah
0,00 – 0,200 Sangat Rendah
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan menggunakan Anates V4,
diperoleh hasil validitas butir soal pada tabel 3.8.
Tabel 3.8 Hasil Analisis Validitas Butir Soal
Kategori Soal Nomer Butir Soal Jumlah Presentase
Valid
1, 2, 4, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14,
15, 17, 18, 20, 21, 22, 24, 27, 29,
30, 32, 33, 35, 39, 40
26 65%
Tidak Valid 3, 5, 10, 16, 19, 23, 25, 26, 28, 31,
34, 36, 37, 38 14 35%
Jumlah 40 100%
2) Reliabilitas Tes
Reliabilitas tes merupakan ukuran ketetapan sebuah tes. Tes tersebut
dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan
berkali-kali. Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien
reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menetukan reliabilitas tes dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus Spearmen-Brown dengan
metode belah dua (split-half method). Metode belah dua yang digunakan peneliti
adalah pembelahan awal-akhir yang memiliki perhitungan sebagai berikut:86
85 Ibid., h. 89.
86
Ibid., h. 110.
65
r11 = 2𝑟1
212
(1+𝑟𝑟12
12
)
Keterangan:
r11 = Koefisien reliabilitas
𝑟1
2
1
2
= 𝑟xy = Korelasi antara skor tiap soal yang dibelah dua
Korelasi antara skor tiap soal yang dibelah dua dihitung menggunakan
rumus korelasi Product Moment sebagai berikut:87
𝑟xy =N ∑ XY − (∑ X)(Y)
√{N ∑ X2 − (∑ X)2}{N ∑ Y2 − (∑ Y)2}
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
X = Skor item awal
Y = Skor item akhir
∑ 𝑋𝑌 = Jumlah hasil kali X dengan Y
X2 = Kuadrat dari X
Y2 = Kuadrat dari Y
N = Banyaknya subjek skor X dan skor Y
Penafsiran harga koefisien korelasi dapat dilakukan dengan
membandingkan nilai r yang diperoleh dengan nilai r pada tabel harga kritik r
product moment sehingga dapat diketahui signifikan tidaknya korelasi tersebut.
Jika harga r lebih kecil dari harga kritik dalam tabel, maka korelasi tersebut tidak
signifikan, begitu juga sebaliknya.88
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan menggunakan Anates V4,
diperoleh hasil reliabilitas tes pada tabel 3.9.
87
Ibid.,h. 93.
88
Ibid.,h. 89.
66
Tabel 3.9 Hasil Analisis Reliabilitas Tes
Koefisien Reliabilitas Nilai r tabel (5%) Kategori
0,59 0,334 Reliabel
3) Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan terlalu sukar.
Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang teralalu sukar akan menyebabkan siswa
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di
luar jangakauannya. Taraf kesukaran suatu butir soal adalah proporsi dari
keseluruhan siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut. Indeks
kesukaran dihitung dengan rumus:89
P =B
JS
Keterangan :
P = indeks kesukaran soal
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Arti nilai indeks kesukaran soal (P) dapat diketahui dengan cara
membandingkan nilai tersebut dengan ketentuan yang sering diikuti, indeks
kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 3. 10 Klasifikasi Indeks Kesukaran90
Nilai Indeks
Kesukaran Interpretasi Tingkat Kesukaran
0,71-1,00 Mudah
0,31-0,70 Sedang
0,00-0,30 Sukar
89 Ibid., h. 222.
90
Ibid., h. 225.
67
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan menggunakan Anates V4,
diperoleh hasil taraf kesukaran pada tabel 3.11.
Tabel 3.11 Hasil Analisis Taraf Kesukaran
Kriteria Soal Butir Soal
Jumlah Soal Presentase
Mudah 15 37,5%
Sedang 13 32,5%
Sukar 10 25%
Jumlah 40 100%
4) Daya Pembeda
Daya pembeda suatu butir soal adalah kemampuan butir soal untuk
membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah.91
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda
disebut indeks diskriminasi, ditulis dengan simbol D. Daya pembeda dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:92
D =BA
JA−
BB
JB= PA − PA
Keterangan :
D = Indeks daya pembeda
JA = Jumlah peserta kelompok atas
JB = Jumlah peserta kelompok Bawah
BA = Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar.
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Daya pembeda yang diperoleh pada perhitungan dapat ditentukan
klasifikasinya melalui tabel intepretasi daya pembeda yang ditunjukkan pada tabel
di bawah ini.
91 Ibid., h. 226.
92 Ibid., h. 228.
68
Tabel 3.12 Intepretasi Daya Pembeda93
Daya Pembeda Klasifikasi
Nilai negatif Buruk (Drop)
0,00 – 0,20 Jelek (Poor)
0,21 – 0,40 Cukup (Satistifactory)
0,41 – 0,70 Baik (Good)
0,71 – 1,00 Baik Sekali (Excellent)
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan menggunakan Anates V4,
diperoleh hasil analisis daya pembeda pada tabel 3.13.
Tabel 3.13 Hasil Analisis Daya Pembeda
Klasifikasi Butir Soal
Jumlah Soal Presentase
Buruk (Drop) 3 7,5%
Jelek (Poor) 10 25%
Cukup (Satistifactory) 9 22,5%
Baik (Good) 15 37,5%
Baik Sekali (Excellent) 3 7,5%
Jumlah 40 100%
5) Kemampuan Representasi
Kemampuan representasi siswa dapat dianalisis melalui perhitungan skor
siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal dan pada setiap tipe soal.
Persamaan untuk menentukan presentase kemampuan multi representasi siswa
pada setiap butir soal adalah sebagai berikut:
𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 1 =∑ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑘𝑒 − 𝑛
∑ 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 × 100%
93 Ibid., h. 232.
69
Persamaan untuk menentukan presentase kemampuan multi representasi siswa
pada setiap tipe soal adalah sebagai berikut:
𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 2 =∑ 𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑡𝑖𝑝𝑒 𝑠𝑜𝑎𝑙 − 𝑛
∑ 𝐵𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑖𝑝𝑒 𝑠𝑜𝑎𝑙 − 𝑛 × 100%
b) Analisis Data Instrumen Non Tes
1. Angket Judgment Ahli
Validitas instrumen diperoleh melalui analisis angket judgment ahli yang
dilakukan melalui skala Likert. Skala Likert yang digunakan pada angket
judgment ahli memiliki gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Menurut
Sugiyono, “Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat diukur
dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda”.94
Analisis terhadap skor yanng
diperoleh pada judgment ahli pada setiap indikator dapat dihitung dengan
persamaan:95
∑ Skor yang diperoleh = ∑ Skor total seluruh responden
∑ Skor ideal seluruh item × 100%
∑ Skor ideal seluruh item = Skor maksimal × Jumlah responden
Secara kontinum dapat digambarkan melalui garis bilangan berikut ini:
Gambar 3.5 Gambar garis bilangan skala Likert
2. Uji Praktikabilitas
Angket yang digunakan untuk menguji kepraktisan instrumen tes yang
dikembangkan menggunakan skala Likert. Skala Likert yang digunakan terdiri
dari lima skala yaitu sangat setuju (skor 5), setuju (skor 4), ragu-ragu (skor 3),
94 Sugiyono, Op.cit., h. 94.
95
Ibid., h. 95.
Nilai
STB KB CB B SB
Nilai Nilai Nilai Nilai
70
tidak setuju (skor 2), dan sangat tidak setuju (skor 1). Analisis terhadap hasil
pemberian skor pada setiap indikator yang terdapat pada angket respon siswa
dapat dihitung dengan persamaan:96
∑ Skor yang diperoleh = ∑ Skor total seluruh responden
∑ Skor ideal seluruh item × 100%
∑ Skor ideal seluruh item = Skor maksimal × Jumlah responden
Secara kontinum dapat digambarkan melalui garis bilangan berikut ini:
Gambar 3.6 Gambar Garis Bilangan Kepraktisan Instrumen Tes
96 Ibid.
SS
Skor Skor Skor
STS TS RG ST
Skor Skor
71
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum dari data yang
diperoleh dari hasil penelitian. Data-data yang dideskripsikan di antaranya adalah
data hasil kemampuan representasi siswa pada uji coba skala kecil, data angket
praktikabilitas instrumen tes yang dikembangkan pada skala kecil, data hasil
kemampuan representasi siswa pada uji coba skala besar, dan data angket
praktikabilitas instrumen tes yang dikembangkan pada skala besar.
1. Hasil Tahap Penelitian Pendahuluan (Preliminary Research)
Pada penelitian pendahuluan, studi literatur dilakukan untuk
mengidentifikasi masalah terkait penilaian pembelajaran melalui jurnal, skripsi,
dan buku yang relevan dan kemudian merelevansikan dengan fakta di lapangan.
No Nama Penulis Judul Hasil Penelitian
1. Sinaga (2014)
The Effectiveness
of Learning To
Represent Physics
Concept Approach:
Preparing Pre-
Service Physics
Teachers To Be
Good Teachers
Hasil pemahaman konsep fisika
mahasiswa meningkat secara
signifikan ketika mereka mampu
menerjemahkan hubungan antara
beberapa model representasi.
2. Lusi Rizki Aulia
(2016)
Pengembangan
Instrumen Tes
Berbasis
Multirepresentasi
Pada Mata Kuliah
Pendahuluan Fisika
Zat Padat
Instrumen tes yang telah
dikembangkan diklasifikasikan
sebagai instrumen yang sangat
valid, praktis, dan reliabel
sehingga bisa digunakan dalam
pembelajaran Pendahuluan
Fisika Zat Padat.
72
3. Murtono (2014) Fungsi Representasi
dalam Mengakses
Penguasaan Konsep
Fisika Mahasiswa
Repersentasi mempunyai fungsi
sebagai pelengkap, membatasi
interpretasi, dan membangun
pemahaman. Telah dilakukan
pengukuran terhadap
penguasaan konsep mahasiswa
Program Studi Pendidikan Fisika
dengan soal multi representasi.
Hasil menunjukkan bahwa
jawaban yang benar bervariasi
sesuai dengan konsep yang
diukur dan mode representasi
yang digunakan.
Multirepresentasi dapat menjadi
pelengkap representasi yang
lain, membatasi interpretasi
representasi yang lain, dan
membangun pemahaman
mahasiswa dalam menyelesaian
permasalahan fisika, sesuai
dengan fungsi representasi.
Pada survey lapangan yang dilakukan, diperoleh bahwa bentuk soal yang
sering disajikan oleh guru saat ujian mata pelajaran fisika sebesar 45% berupa
format matematis pada urutan pertama, urutan berikutnya secara berturut-turut
verbal, gambar, diagram, dan grafik. Bentuk jawaban yang diminta oleh guru
ketika menyelesaikan soal saat ujian mata pelajaran fisika sebagian besar adalah
matematis yaitu 75% pada urutan pertama, urutan berikutnya secara berturut-turut
verbal, gambar, diagram, dan grafik.
2. Hasil Tahap Prototipe (Prototyping Stage)
a) Data Hasil Validasi Judgment Ahli
Validasi instrumen tes yang dilakukan melalui judgment ahli meliputi tiga
aspek, yaitu aspek materi, konstruk, dan bahasa. Berdasarkan rekapitulasi
73
terhadap skor yang telah diperoleh pada masing-masing indikator, maka diperoleh
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1 Rekapitulasi Presentase Rata-Rata Hasil Validasi Instrumen
Tes berdasarkan Judgment Ahli
Aspek Presentase Rata-Rata
Materi 95%
Konstruk 97%
Bahasa 98%
Selain rekapitulasi presentase rata-rata di atas, terdapat beberapa saran
yang diberikan oleh Ahli terhadap instrumen tes yang dikembangkan baik dalam
aspek materi, konstruk, maupun bahasa. Saran-saran tersebut terdapat pada tabel
4.2 berikut ini:
Tabel 4.2 Saran terhadap Instrumen Tes yang Dikembangkan
berdasarkan Judgment Ahli
Aspek Saran
Materi
Perbaiki pengecoh pada pilihan jawaban
dan alternatif jawaban pada beberapa
butir soal.
Konstruk Perbaiki kelengkapan pertanyaan pada
butir soal yang masih belum lengkap.
Bahasa
Perbaiki kaidah penulisan huruf kapital
pada beberapa butir soal yang belum
tepat.
b) Data Hasil Uji Validitas Butir Soal
Berdasarkan uji validitas yang telah dilaksanakan di SMAN 29 Jakarta
terhadap 40 butir soal yang dikembangkan peneliti, diperoleh hasil sebanyak 26
butir soal valid dan dapat digunakan pada uji coba skala terbatas pada tahap
evaluasi formatif dan uji coba skala luas pada tahap evaluasi sumatif.
74
c) Data Kemampuan Representasi Siswa
Data hasil kemampuan representasi siswa yang diketahui melalui
menjawab setiap tipe soal pada uji coba skala terbatas diperoleh dari perhitungan
presentase rata-rata soal yang dapat dijawab benar oleh siswa pada setiap tipe
soal. Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.3 Presentase Rata-Rata Kemampuan Representasi Siswa
Tipe Soal
Presentase Rata-
Rata Setiap Tipe
Soal
A Gambar – Verbal 75%
B Verbal – Gambar 76%
C Verbal – Verbal 80%
D Verbal – Matematis 70%
E Verbal – Diagram 54%
F Diagram – Matematis 68%
Berdasarkan analisis data tersebut diperoleh bahwa pada uji coba skala
terbatas diperoleh presentase rata-rata kemampuan representasi siswa yang paling
tinggi adalah kemampuan dalam merepresentasikan format verbal ke dalam
format verbal yaitu 80% dan kemampuan representasi siswa yang paling rendah
adalah kemampuan dalam merepresentasikan format verbal ke dalam format
diagram yaitu 54%. Grafik presentase rata-rata kemampuan representasi siswa
pada setiap tipe soal dapat dilihat pada grafik 4.1.
75
Gambar 4.1 Presentase Rata-Rata Kemampuan Representasi Siswa pada
Setiap Tipe Soal
f) Data Hasil Angket Respon Siswa terhadap Praktikabilitas Instrumen
Data yang diperoleh dari angket respon siswa terhadap praktikabilitas
instrumen direkapitulasi berdasarkan skor yang diperoleh pada setiap indikator.
Berdasarkan rekapitulasi tersebut diperoleh presentase dari setiap indikator,
presetase rata-rata seluruh indikator, dan konversi hasil presentase tersebut dalam
bentuk data kualitatif. Secara lebih jelas hasil rekapitulasinya dapat dilihat pada
tabel 4.5.
Tabel 4.4 Hasil Angket Respon Siswa terhadap Praktikabilitas Instrumen
No. Indikator Presentase Kategori
1. Instrumen tes tidak menuntut peralatan
yang banyak dalam pengerjaannya 86% Baik
2. Instrumen tes memberikan kebebasan
kepada siswa untuk mengerjakan soal
yang dianggap mudah terlebih dahulu
84% Baik
3. Instrumen tes memiliki petunjuk
pengerjaan soal yang jelas 90% Sangat Baik
4. Instrumen tes memiliki ukuran tulisan
yang mudah dibaca 92% Sangat Baik
5. Instrumen tes memiliki gambar yang jelas
dan ukuran yang tepat 86% Baik
Rata-Rata 88% Baik
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
G-V V-G V-V V-M V-D D-M
Pre
sen
tase
Tipe Soal
76
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh bahwa instrumen
tes yang dikembangkan memiliki kepraktisan dalam kategori baik dengan rata-
rata presentase 88%. Data tersebut juga disajikan melalui grafik 4.2 di bawah ini.
Gambar 4.2 Hasil Angket Respon Siswa terhadap Praktikabilitas Instrumen
3. Hasil Tahap Evaluasi Sumatif (Summative Evaluation)
a. Data Kemampuan Representasi Siswa
Data hasil kemampuan representasi siswa yang diketahui melalui
menjawab setiap tipe soal pada uji coba skala luas diperoleh dari perhitungan
presentase rata-rata soal yang dapat dijawab benar oleh siswa pada setiap tipe
soal. Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.5 Presentase Rata-Rata Kemampuan Representasi Siswa
Tipe Soal Presentase Rata-Rata
Setiap Tipe Soal
A Gambar – Verbal 78%
B Verbal – Gambar 85%
C Verbal – Verbal 85%
D Verbal – Matematis 54%
E Verbal – Diagram 55%
F Diagram – Matematis 37%
80%
82%
84%
86%
88%
90%
92%
94%
1 2 3 4 5
Pre
sen
tase
Indikator
77
Berdasarkan analisis data tersebut diperoleh bahwa pada uji coba skala
luas diperoleh presentase rata-rata kemampuan representasi siswa yang paling
tinggi pada kemampuan dalam merepresentasikan format verbal ke dalam format
verbal yaitu 85% dan kemampuan merepresentasikan format verbal ke dalam
format gambar dengan rata-rata representase yang sama yaitu 85%. Sedangkan
kemampuan representasi siswa yang paling rendah pada kemampuan dalam
merepresentasikan format diagram ke dalam format matematis yaitu 37%. Grafik
presentase rata-rata kemampuan representasi siswa pada setiap tipe soal dapat
dilihat pada grafik 4.3.
Gambar 4.3 Presentase Rata-Rata Kemampuan Representasi Siswa pada
Setiap Tipe Soal
b. Data Hasil Angket Respon Siswa terhadap Praktikabilitas Instrumen
Data yang diperoleh dari angket respon siswa terhadap praktikabilitas
instrumen direkapitulasi berdasarkan skor yang diperoleh pada setiap indikator.
Berdasarkan rekapitulasi tersebut diperoleh presentase dari setiap indikator,
presetase rata-rata seluruh indikator, dan konversi hasil presentase tersebut dalam
bentuk data kualitatif. Secara lebih jelas hasil rekapitulasinya dapat dilihat pada
tabel 4.6.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
G-V V-G V-V V-M V-D D-M
Pre
sen
tase
Tipe Soal
78
Tabel 4.6 Hasil Angket Respon Siswa terhadap Praktikabilitas Instrumen
No. Indikator Presentase Kategori
1. Instrumen tes tidak menuntut peralatan
yang banyak dalam pengerjaannya 79% Baik
2. Instrumen tes memberikan kebebasan
kepada siswa untuk mengerjakan soal
yang dianggap mudah terlebih dahulu
81% Baik
3. Instrumen tes memiliki petunjuk
pengerjaan soal yang jelas 82% Baik
4. Instrumen tes memiliki ukuran tulisan
yang mudah dibaca 84% Baik
5. Instrumen tes memiliki gambar yang jelas
dan ukuran yang tepat 75% Baik
Rata-Rata 80% Baik
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh bahwa instrumen
tes yang dikembangkan memiliki kepraktisan dalam kategori baik dengan rata-
rata presentase 80%. Data tersebut juga disajikan melalui grafik 4.4 di bawah ini.
Gambar 4.4 Hasil Angket Respon Siswa terhadap Praktikabilitas Instrumen
4. Hasil Tahap Refleksi Sistematik dan Dokumentasi (Systematic Reflection
and Documentation)
Desain akhir pengembangan produk berupa instrumen tes multi
representasi dapat dilihat melalui kerangka (framework) berikut ini:
70%
72%
74%
76%
78%
80%
82%
84%
86%
1 2 3 4 5
Pre
sen
tase
Indikator
79
Gambar 4.5 Framework Pengembangan Produk Instrumen Tes Multi
Representasi
Menganalisis Silabus Revisi Kurikulum 2013 (K-13)
Menyusun Kisi-Kisi Instrumen Tes
Menganalisis Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Merumuskan Indikator Butir Soal
Membuat Butir Soal
Menyusun Kunci Jawaban dan Pembahasan
Menyusun Pedoman Penskoran
Merumuskan Tujuan Penilaian
Menentukan Materi Esensial yang Akan Diujikan
Menentukan Format Representasi
pada Soal dan Jawaban
Menentukan Jenis Kemampuan
Representasi yang akan Diukur
80
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Instrumen tes multi representasi yang dikembangkan terdiri dari 40 butir
soal pilihan ganda. Intrumen ini merupakan instrumen yang dikembangkan
berdasarkan model pengembangan Akker et.al yang diuji cobakan pada skala luas
dan skala terbatas. Sebelum diuji cobakan, instrumen tes multi representasi ini
terlebih dahulu divalidasi kepada ahli untuk mengetahui validitas instrumen pada
aspek materi, konstruk, dan bahasa. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada
judgment ahli, instrumen tes yang dikembangkan memiliki validasi pada kategori
baik dengan beberapa catatan, di antaranya: pada aspek materi terdapat beberapa
indikator pada instrumen tes yang kurang sesuai dengan ranah kognitif yang ingin
dicapai, pada aspek konstruk terdapat butir soal yang belum dituliskan secara
lengkap dan beberapa gambar yang disajikan kurang jelas, serta pada aspek
bahasa terdapat beberapa soal yang belum sesuai dengan kaidah penulisan yang
baik.
Revisi pada instrumen dilakukan berdasarkan catatan yang dibberikan oleh
ahli dan setelahi itu dilakukan uji validitas butir soal, reliabilitas, taraf kesukarann,
dan daya pembeda. Berdasarkan uji validitas butir soal yang dilakukan terdapat 26
butir soal yang valid, tetapi untuk uji coba selanjutnya peneliti hanya memilih 25
butir soal supaya memberikan kemudahan peneliti dalam melakukan penskoran.
Pada uji coba berikutnya yaitu uji coba pada skala terbatas, diperoleh presentase
rata-rata kemampuan representasi siswa yang paling tinggi adalah kemampuan
dalam merepresentasikan format verbal ke dalam format verbal yaitu 80% dan
kemampuan representasi siswa yang paling rendah adalah kemampuan dalam
merepresentasikan format verbal ke dalam format diagram yaitu 54%.
Selain mengukur kemampuan representasi siswa, pada uji coba skala
terbatas juga dilakukan uji kepraktisan instrumen untuk mengetahui kepraktisan
instrumen yang dikembangkan. Menurut Suharsimi, sebuah tes dikatakan
memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis, mudah
pengadministrasiannya.97
Berdasarkan hasil dan analisis terhadap angket respon
yang telah diberikan kepada siswa, presentase rata-rata yang diperoleh adalah
97 Suharsimi, Op.cit., h. 77.
81
88% dan berada pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen tes
yang dikembangkan dapat dikatakan praktis karena mudah dilaksanakan, tidak
menuntut peralatan yang banyak dan dapat memberikan kebebasan kepada siswa
unntuk mengerjakan soal yang dianggap mudah terlebih dahulu.
Pada uji coba berikutnya yaitu uji coba skala luas, diperoleh presentase
rata-rata kemampuan representasi siswa yang paling tinggi pada kemampuan
dalam merepresentasikan format verbal ke dalam format verbal yaitu 85% dan
kemampuan merepresentasikan format verbal ke dalam format gambar dengan
rata-rata representase yang sama yaitu 85%. Sedangkan kemampuan representasi
siswa yang paling rendah pada kemampuan dalam merepresentasikan format
diagram ke dalam format matematis yaitu 37%. Kepraktisan instrumen pada uji
coba skala luas diperoleh sebesar 80% dan berada pada kategori baik.
Kemampuan representasi siswa khususnya pada aspek interpretasi yang
masih rendah tentu harus menjadi pertimbangan untuk guru dalam memperbaiki
desain pembelajaran, agar kemampuan representasi siswa khususnya pada aspek
interpretasi dapat meningkat. Kemampuan representasi yang baik, tentu akan
membantu siswa memiliki pemahaman yang lebih baik, karena sebagian besar
konsep fisika penyajiannya bersifat multi representasi. Lusi (2016) menyatakan,
mewakili konsep fisika menggunakan multirepresentasi akan memberikan
mahasiswa kesempatan untuk memahami fisika sesuai dengan model representasi
mereka sendiri yang paling mudah dimengerti. Melalui multi representasi,
mahasiswa memiliki kebebasan untuk berargumentasi dalam rangka membangun
dan mengekspresikan pengetahuannya.98
Pada hasil penelitian juga diperoleh bahwa, butir soal dan jawaban yang
memiliki format representasi diagram masih sangat rendah. Representasi dalam
format diagram dan gambar dapat membantu siswa membangun pemahama yang
lebih menndalam. Hal ini sejalan dengan pendapat Murtono (2014) yang
menyatakan bahwa, Multiepresentasi dapat digunakan untuk membangun
pemahaman yang lebih mendalam yaitu meningkatkan abstraksi, membangun
hubungan antar representasi, dan membantu generalisasi. Sebuah konsep yang
98 Lusi, dkk., Op.cit., h. 2.
82
bersifat abstrak dapat dibuat lebih kongkrit dalam sajian gambar.99
Sinaga (2013)
juga menyatakan, terkait dengan multi representasi yang digunakan dalam
memahami konsep fisika diantaranya dapat disajikan dalam bentuk verbal,
gambar, diagram, grafik, dan persamaan matematika, maka multi representasi ini
erat kaitannya dengan kecerdasan linguistik, kecerdasan logika-matematika, dan
kecerdasan visual-spasial.100
Guru tentu memiliki peranan yang sangat penting untuk membuat atau
memilih bahan ajar yanng digunakan. Sinaga (2014) menyatakan, guru sebaiknya
memiliki kompetensi profesional antara lain mengembangkan, memilih, dan
mengolah bahan ajar fisika, kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.101
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yanng dilakukan dapat dikatakan bahwa
kemampuan repesentasi siswa pada beberapa format representasi khususnya
diagram harus masih berada pada tingkat yang cukup rendah dan hal ini dapat
menyebabkan kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep alat-alat optik
secara utuh.
99 Murtono, Op.cit., h. 5.
100 Suminar, dkk., Op.cit., h. 100
101
Sinaga, dkk., Op.cit., h. 127
83
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan yang
dapat diambil dari penelitian ini adalah instrumen tes multi representasi yang
dikembangkan melalui 4 tahap (Preliminary Research, Prototyping Stage,
Summative Evaluation, and Systematic Reflection and Documentation) memenuhi
kriteria valid dan praktis.
Secara operasional kesimpulan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Kevalidan instrumen tes multi representasi pada aspek materi mencapai
presentase rata-rata 95%, pada aspek konstruk 97%, dan pada aspek bahasa
98%, penilaian ini menunjukkan bahwa instrumen tes multi representasi
memiliki validitas yang sangat baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa
instrumen tes multi representasi pada konsep alat-alat optik untuk mengukur
kemampuan representasi siswa memenuhi salah satu kualitas produk
pengembangan, yaitu valid yang berarti instrumen tersebut dikembangkan
berdasarkan pada rasional teoritik yang kuat.
2. Pada uji coba skala terbatas, diperoleh presentase rata-rata kemampuan
representasi siswa yang paling tinggi adalah kemampuan dalam
merepresentasikan format verbal ke dalam format verbal yaitu 80% dan
kemampuan representasi siswa yang paling rendah adalah kemampuan dalam
merepresentasikan format verbal ke dalam format diagram yaitu 54%. Pada uji
coba skala luas, diperoleh presentase rata-rata kemampuan representasi siswa
yang paling tinggi pada kemampuan dalam merepresentasikan format verbal
ke dalam format verbal yaitu 85% dan kemampuan merepresentasikan format
verbal ke dalam format gambar dengan rata-rata representase yang sama yaitu
85%. Sedangkan kemampuan representasi siswa yang paling rendah pada
kemampuan dalam merepresentasikan format diagram ke dalam format
matematis yaitu 37%.
84
3. Kepraktisan instrumen yang diuji pada skala terbatas menghasilkan presentase
rata-rata 88% yang berada pada kategori baik dan pada uji coba skala luas
diperoleh rata-rata presentase sebesar 80% yang berada pada kategori baik.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, saran yang dapat
diajukan untuk penelitian lanjutan antara lain:
1. Sebelum membuat soal multi representasi, sebaiknya dikaji terlebih dahulu
karakteristik konsep yang akan diteskan secara komprehensif sehingga
pembuat soal dapat memahami secara jelas bentuk-bentuk representasi pada
konsep tersebut.
2. Komposisi bentuk representasi, sebaiknya bergantung kepada karakteristik
representasi konsep yang akan disusun innstrumen tesnya, sehingga tidak
harus selalu seimbang karena setiap konsep memiliki karakteristik yang
berbeda.
3. Untuk tingkat kepercayaan studi, sebaiknya instrumen yang dibuat selain di
lakukan uji coba lapangan, terlebih dahulu juga dikonsultasikan dengan ahli
untuk diberikan judgment sehingga instrumen yang dibuat memiliki kevalidan
tinggi.
4. Pelaksanaan penilaian tes multi representasi, sebaiknya relevan dengan desain
pembelajaran.
85
DAFTAR PUSTAKA
Ainsworth. 2006. “DeFT: A Conceptual Framework For Considering Learning
With Multiple Representations”, Learning and Instruction 183-198.
Akker, et al. 2006. Educational Design Research. New York: Routledge.
Arifin, Zaenal. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Anderson, W. Lorin dan Krathwohl, R.David. 2010. Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan
Bloom, Terj. Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Armstrong, Thomas. 2013. Kecerdasan Multipel di dalam Kelas, Terj. Dyah
Widya Prabaningrum. Jakarta: PT Indeks.
Dahar, Wilis Ratna. 2011. Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta:
Erlangga.
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. 2008. Panduan
Penulisan Butir Soal. Jakarta: Depdikbud.
Gardner, H. 2013. Multiple Intelligences, Ter. Yelvi Andri Zaimur. Jakarta: Daras
Gardner, H. 2003. Multiple Intelligences Kecerdasan Majemuk Teori dalam
Praktik, Ter. Alexander Sindoro. Jakarta: Interaksara
Giancoli, Dauglas. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Jihad, Asep dan Haris, Abdul. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Presindo.
Kanginan, Marthen. 2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Kohl and Noah. 2005. “Student Representational Competence and Self-
Assessment when Solving Physics Problem”, The American Physical
Society, 010104.
Kohl and Noah. 2006. “Effects of representation on students solving physics
problems: A fine-grained characterization”, The American Physical
Society, 010106.
86
Lusi,dkk. 2016. “Pengembangan Instrumen Tes Berbasis Multi Representasi pada
Mata Kuliah Pendahuluan Fisika Zat Padat”, Jurnal Inovasi dan
Pembelajaran Fisika (JIPF), Vol. 3.
Mehmet, et.al. 2010. “Pre-Service Mathematics Teachers’ Use of Multiple
Representations in Technology-Rich Environments”, Eurasia Journal of
Mathematics, Science & Technology Education. Vol. 1.
Meltzer, E. David. 2005. “Relation Between Students’ Problem-Solving
Performance and Representational Format”, American Journal Physics,
Vol. 73.
Mulyasa. 2015. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Murtono,dkk. 2014. “Fungsi Representasi dalam Mengakses Penguasaan Konsep
Fisika Mahasiswa”, Jurnal Riset dan Kajian Pendidikan Fisika (JRKPF),
Vol. 1.
Pertiwi, Yuli Restiana. 2013. “Analisis Kemampuan Representasi Siswa dalam
Menyelesaikan Tes Uraian Terstruktur dan Tes Uraian Bebas pada Materi
Kelistrikan”. Skripsi pada Universitas Pendidikan Indonesia.
Purwaningsih, Fillas. 2013. “Pengembangan Instrumen Tes CSREC (Conseptual
Survey of Resistive Electric Circuit) Representasi Grafik dan Verbal untuk
Mengukur Tingkat Pemahaman Siswa SMA. Skripsi pada UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
Rasyid, Harun dan Mansur. 2009. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Wacana
Prima.
Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sears dan Zemansky. 1991. Fisika untuk Universitas 3 Optika, Fisika Modern,
Saduran Bebas: Nabris Katib dan Amir Achmad. Jakarta: Yayasan Dana
Buku Indonesia
Sinaga. The Effectiveness Of Learning To Represent Physics Concept Approach:
Preparing Pre-Service Physics Teachers To Be Good Teachers.
International Journal of Research in Applied, Natural and Social Sciences.
Vol. 2.
87
Subagya, Hari. 2013. Konsep dan Penerapan Fisika SMA/MA Kelas X. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Sudaryono. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukardi. 2009. Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Suminar, dkk. 2013. “Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa SMP melalui
Pembelajaran dengan Multi Representasi Dikaitkan dengan Kecerdasan
Majemuk dalam Pembelajaran IPA Fisika”. Jurnal Wahana Pendidikan
Fisika. Vol. 1.
Sunyono. 2015. Model Pembelajaran Multipel Representasi. Yogyakarta: Media
Akademi.
Sunyono. 2015. Supporting Students in Learning with Multiple Representation to
Improve Student Mental Models on Atomic Structure Concepts, Electronic
Journal of Science Education International, Vol. 26.
Supardi. 2015. Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan
Psikomotor. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Surya, Yohanes. 2009. Optika. Tangerang: PT Kandel.
Suyono dan Hariyanto. 2012. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep
Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Waldrip,dkk. 2006. Learning Junior Secondary Science through Multi-modal
Representation, Electronic Journal of Science Education, Vol. 11.
Tipler,A.Paul. 1991. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 1. Jakarta: Erlangga
LAMPIRAN A PERANGKAT PEMBELAJARAN
88
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 87 Jakarta Selatan
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas / Semester : XI / Genap
Materi Pokok : Alat-alat Optik
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (Pertemuan Pertama)
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta
damai, responsif, dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakal dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
89
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.11 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pemantulan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa.
4.11 Membuat karya yang menerapkan prinsip pemantulan dan/atau pembiasan pada cermin dan lensa.
C. Indikator:
1. Menyebutkan bagian-bagian mata beserta fungsinya.
2. Mendeskripsikan prinsip kerja mata saat mengamati suatu objek.
3. Menafsirkan jenis-jenis cacat mata dan kacamata yang digunakan penderita cacat mata.
4. Menganalisis prinsip pembentukan bayangan dan perbesaran pada kamera.
D. Tujuan Pembelajaran
Siswa diharapkan:
1. Melalui kegiatan pengamatan dapat menyebutkan bagian-bagian mata beserta fungsinya.
2. Melalui kegiatan pengamatan dapat mendeskripsikan prinsip kerja mata.
3. Melalui kegiatan diskusi dapat menafsirkan jenis-jenis cacat mata.
4. Melalui kegiatan latihan soal dapat menganalisis prinsip pembentukan bayangan dan perbesaran pada kamera.
90
E. Materi Pembelajaran
1. Peta Konsep
Teropong Lup Mata Kamera
Cacat Mata
Miopi
Hipermetropi
Presbiopi
Astigmatisma
Mikroskop
ALAT-ALAT OPTIK
Kacamata
Lena
Positif
Lensa Objektif (+)
LensaOkuler (+)
Teropong
Bintang
Teropong
Bumi
Teropong
Panggung
LenasPositif
Lensa Negatif
Rangkap
91
2. Intisari Materi
Mata
Mata merupakan indra penglihatan yang terdiri dari bagian-bagian penting diantaranya sklera, koroid, iris, lensa, pupil, kornea,
aqueous humor, vitreous humor, retina, fovea (bintik kuning), bintik buta, dan saraf optik.
Mata normal dapat melihat benda dengan jelas untuk setiap objek yang terletak di antara ± 25 cm di depan mata sampai jarak tak
terhingga.
Proses penyesuaian lensa mata dengan jarak objek yang diamati disebut akomodasi. Kemampuan mata untuk memperbesar
kekuatan lensanya sehingga sesuai dengan jarak objek yang diamati disebut daya akomodasi.
Jarak terjauh dari suatu benda yang masih dapat dilihat dengan jelas oleh mata normal, disebut titik jauh atau Punctum Remotum
(PR). Sedangkan, jarak terdekat suatu benda yang dapat dilihat dengan jelas oleh mata normal, disebut titik dekat atau Punctum
Proximum (PP).
Untuk menentukan fokus lensa mata saat mengamati suatu benda, berlaku persamaan:
1
𝑓=
1
𝑠+
1
𝑠′
Keterangan:
f = jarak fokus lensa mata
s = jarak benda ke lensa mata
s’ = jarak bayangan ke lensa mata
92
Cacat Mata
Mata yang mengalami gangguan penglihatan dinamakan cacat mata. Beberapa jenis cacat mata yang sering terjadi:
Miopi
Hipermetropi
Presbiopi
Astigmatisma
Kamera
Kamera digunakan manusia untuk merekam kejadian penting atau kejadian yang menarik.
Bagian-bagian kamera mekanik (bukan otomatis) menurut kegunaan fisis :
Lensa cembung berfungsi untuk membentuk bayangan dari benda yang difoto.
Diafragma berfungsi untuk membuat sebuah celah/lubang yang dapat diatur luasnya.
Aperture yaitu lubang yang dibentuk diafragma untuk mengatur banyak cahaya.
Shutter pembuka/penutup “dengan cepat” jalan cahaya yang menuju ke pelat film.
Pelat film berfungsi sebagai layar penangkap/perekam bayangan.
F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan: Saintifik
Metode : 1. Demonstrasi
93
2. Diskusi
G. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
1. Media
a. Video proses mata melihat dan prinsip kerja kamera
b. Gambar bagian-bagian mata dan kamera
2. Alat
a. LCD
b. Laptop
3. Sumber Pembelajaran
1. Kanginan, Marthen. 2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta:Erlangga.
2. Subagya, Hari. 2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta:PT Bumi Aksara.
3. Widodo, Tri. 2009. Fisika untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta:Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
94
H. Kegiatan Pembelajaran
Tahapan Kegiatan Pembelajaran
Alokasi Waktu Guru Siswa
Pendahuluan
Orientasi
Menyiapkan siswa untuk memulai
pembelajaran.
Menyampaikan tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai.
Menyiapkan diri untuk memulai
pembelajaran.
Memahami makna dan manfaat
dari tujuan pembelajaran yang
akan dicapai.
10 Menit Apersepsi
Mengecek pengetahuan yang telah
dimiliki siswa mengenai materi yang
akan dipelajari melalui pertanyaan
seperti “Bagaimana cara kerja mata
kita saat mengamati suatu objek?”
Merespon secara aktif pertanyaan
guru seputar materi yang akan
dipelajari.
Motivasi
Menayangkan video terkait
kegunaan alat-alat optik dalam
kehidupan sehari-hari seperti mata
untuk melihat dan kacamata untuk
membantu orang yang rabun agar
dapat melihat dengan jelas.
Memperhatikan video yang
ditayangkan guru dan diharapkan
memiliki rasa ingin tahu yang
besar terhadap materi yang akan
dipelajari.
Inti Mengamati Meminta siswayang menggunakan
kacamata mendemonstrasikan
penggunaan alat optik dan
Memperhatikan demonstrasi
yang dilakukan oleh temannya.
60 Menit
95
menyatakan kondisi benda yang
dilihatnya ketika melepas alat optik
yang digunakan.
Menyajikan gambar pembentukan
bayangan pada mata bagi penderita
cacat mata.
Mengenalkan konsep materi secara
verbal, matematis, dan visualisasi
gambar dengan melibatkan siswa.
Memperhatikan gambar yang
ditayangkan guru.
Menanya
Memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengajukan pertanyaan
terkait demonstrasi yang dilakukan
temannya dan gambar yang
disajikan.
Mengajukan pertanyaan tentang
gambar yang disajikan.
Mengeksplorasi
Membagi siswa menjadi beberapa
kelompok, masing-masing terdiri
atas
4-5 orang.
Menginstruksikan kepada siswa agar
duduk secara berkelompok dan
bekerjasama dengan baik.
Membagikan Lembar Kerja Siswa
(LKS) kepada masing-masing
kelompok.
Menyimak materi yang
disampaikan guru.
Membentuk kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang.
Bergabung bersama masing-
masing kelompoknya.
96
Meminta siswa untuk menjawab
pertanyaan pada LKS.
Menerima dan mengamati LKS
yang dibagikan oleh guru.
Melakukan diskusi bersama
kelompoknya untuk menjawab
pertanyaan pada LKS.
Mengasosiasi
Meminta siswa berdiskusi secara
berkompok untuk menjawab
pertanyaan pada LKS.
Menilai kinerja siswa secara
individu dan kelompok selama
kegiatan diskusi berlangsung.
Menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang terdapat pada
LKS melalui diskusi bersama
kelompoknya.
Melaksanakan kegiatan diskusi
kelompok dengan tertib dan
kooperatif terhadap sesama
anggota kelompoknya.
Mengkomu-
nikasikan
Menginstruksikan kepada siswa
untuk mempresentasikan hasil yang
diperoleh dari kegiatan diskusi.
Menilai kemampuan siswa dalam
berkomunikasi secara lisan.
Meberikan kesempatan kepada
kelompok lain untuk menanggapi
atau menyanggah hasil diskusi
kelompok yang mempresentasikan
hasil diskusinya.
Menyiapkan diri bersama
anggota kelompoknya untuk
mempresentasikan hasil diskusi
yang telah dikerjakan.
Mempresentasikan hasil diskusi
yang telah dikerjakan di depan
kelas.
Menanggapi atau menyanggah
hasil diskusi yang disampaikan
anggota kelompok yang sedang
97
Memberikan umpan balik,
penguatan materi dan meluruskan
hasil diskusi.
mempresentasikan hasil kerjanya.
Memperhatikan tanggapan yang
disampaikan oleh guru terkait
hasil diskusi kelompok.
Penutup
Menyimpulkan
Membimbing siswa untuk
menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.
Membuat kesimpulan melalui
bimbingan guru tentang materi
yang telah dipelajari.
20 Menit
Mengevaluasi
Melakukan evaluasi terhadap siswa
melalui tes secara individu.
Mengerjakan tes yang diberikan
guru secara individu.
Tindak Lanjut
Memberikan tindak lanjut terhadap
kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan berupa pekerjaan rumah.
Menyiapkan siswa untuk menutup
pembelajaran.
Memperhatikan tindak lanjut
yang diberikan guru.
Menyiapkan diri untuk menutup
pembelajaran.
98
I. Penilaian
No. Aspek Penilaian Jenis Penilaian Instrumen Penilaian
1. Proses Penilaian Observasi Kerja Kelompok Rubrik Pedoman Observasi
2. Hasil Penilaian Tes Tertulis Tes Pilihan Ganda
Jakarta, ............................
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran
Mahasiswa
Siti Komariyah, S. Pd
NIP. 196902051997032007
Kania Gita Leksana
NIM. 1112016300066
99
INSTRUMEN TES
1. Bagian mata yang berfungsi membiaskan cahaya sehingga menghasilkan bayangan yang tajam dan jatuh tepat di retina adalah....
a. Pupil
b. Kornea
c. Lensa
d. Iris
e. Sklera
2. Suatu objek diletakkan pada jarak 25 cm di depan mata. Jika jarak bayangan yang terbentuk ke lensa mata adalah 2,5 cm, maka
fokus lensa mata tersebut adalah....
a. 11/25 cm
b. 25/11 cm
c. 9/25 cm
d. 25/9 cm
e. 11/9
3. Seorang penderita miopi tak mampu melihat jelas benda yang terletak lebih dari 40 cm dari matanya. Kekuatan kacamata yang
dibutuhkannya adalah....
a. -4 dioptri
100
b. 3,5 dioptri
c. 2,5 dioptri
d. -2,5 dioptri
e. 5 dioptri
4. Perhatikan gambar di bawah ini!
Bagian kamera yang memiliki fungsi untuk mengatur besar kecilnya lubang cahaya adalah ....
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
4 5
1 2
3
101
Rubrik Penilaian
Nomer soal Kunci jawaban Skor
1 c 25
2 b 25
3 d 25
4 d 25
Jumlah 100
Nilai = Jumlah skor
Skor maksimum × 100
102
Instrumen Penilaian Sikap
No. Nama
Aspek yang dinilai
Kedisiplinan Kesopanan Kerjasama Kemampuan
Berkomunikasi Keaktifan
A B C A B C A B C A B C A B C
1 Adhela Silvianti
2 Afifa Taqiyya
3 Amira Devaya
4 Aranza Naufan
5 Ardini Ayuningtias
6 Aulia Dara
7 Bima Prasetya
8 Cyntia Rachmani
9 Delia Safira
10 Dody Rizki
11 Fachriansyah Fadillad
12 Fadillah Novianti
13 Hanna Lusiana
103
14 Hendrizal Aganta
15 Khansa Aulia
16 Lesty Subamin
17 Maulana Rakha
18 M. Daffa Rizkitama
19 M. Farhan
20 M. Rifqi Dzaky
21 M. Variansjah
22 Mutasya Biha
23 Nada Alya
24 Nashita Hazima
25 Naufal Rizky
26 Naura Nisrina
27 Ratu Ayu Millennia
28 Reza Alfaresy
29 Riska Yuliani
30 Silmi Annisa
104
Rubrik Penilaian
A: Baik
B: Cukup
C: Kurang
105
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 87 Jakarta Selatan
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas / Semester : X / Genap
Materi Pokok : Alat-alat Optik
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (Pertemuan Kedua)
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta
damai, responsif, dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakal dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
106
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran
Tuhan yang menciptakannya
1.2 Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan keseimbangan perubahan medan listrik dan medan magnet yang saling
berkaitan sehingga memungkinkan manusia mengembangkan teknologi untuk mempermudah kehidupan
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur, cermat, tekun, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka,
kritis, kreatif, inovatif, dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan
percobaan dan berdiskusi.
3.9 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa.
C. Indikator:
1. Menyebutkan bagian-bagian alat optik buatan seperti lup dan mikroskop.
2. Mendeskripsikan prinsip kerja lup dan mikroskop.
3. Menganalisis persamaan yang berlaku pada lup dan mikroskop beserta syaratnya.
107
D. Tujuan Pembelajaran
Siswa diharapkan:
1. Melalui kegiatan pengamatan dapat menyebutkan bagian-bagian alat optik buatan seperti lup dan mikroskop.
2. Melalui kegiatan diskusi dapat mendeskripsikan prinsip kerja lup dan mikroskop.
3. Melalui kegiatan latihan soal dapat menganalisis persamaan yang berlaku pada lup dan mikroskop beserta syaratnya.
E. Materi Pembelajaran
1. Peta Konsep
Teropong Lup Mata Kamera
Cacat Mata
Miopi
Hipermetropi
Presbiopi
Astigmatisma
Mikroskop
ALAT-ALAT OPTIK
Kacamata
Lena
Positif
Lensa Objektif (+)
LensaOkuler (+)
Teropong
Bintang
Teropong
Bumi
Teropong
Panggung
LenasPositif
Lensa Negatif
Rangkap
108
2. Instisari Materi
A. LUP
Lup merupakan alat optik yang berfungsi membantu seseorang mengamati objek yang berukuran kecil seperti tulisan pada
peta. Lensa yang terdapat pada lup adalah lensa positif (cembung) yang akan menghasilkan bayangan maya, tegak dan diperbesar,
sehingga dapat membuat ukuran suatu objek tampak lebih besar dari ukuran sebenarnya. Karena dapat membuat ukuran benda
menjadi lebih besar dari ukuran sebenarnya, maka lup disebut juga sebagai kaca pembesar.
1) Perbesaran lup untuk mata berakomodasi pada jarak x
Pengamatan objek menggunakan lup dengan mata berakomodasi pada jarak x, bayangan harus terletak di depan lup sejauh x (s’= x).
Perbesaran lup untuk mata berakomodasi pada jarak x:
𝑀 = 𝑠𝑛
𝑓+
𝑠𝑛
𝑥
Keterangan:
𝑀 = perbesaran lup
𝑠𝑛 = titik dekat mata pengamat (cm)
𝑓 = jarak titik fokus lensa lup (cm)
𝑥 = jarak mata berakomodasi (cm)
109
2) Perbesaran lup untuk mata berakomodasi maksimum
Agar mata yang mengamati benda melalui sebuah lup berakomodasi maksimum, bayangan harus terletak di titik dekat mata.
Dengan demikian, s’ = -sn dengan sn adalah jarak titik data mata pengamat. Perbesaran lup untuk mata berakomodasi maksimum
adalah:
𝑀 = 𝑠𝑛
𝑓+ 1
Keterangan :
𝑀 = perbesaran lup
𝑠𝑛 = titik dekat mata pengamat (cm)
𝑓 = jarak titik fokus lensa lup (cm)
110
3) Perbesaran lup untuk mata tidak berakomodasi
Ketika lup digunakan dengan mata tidak berakomodasi, maka akan terbentuk bayangan seperti pada gambar.
Gambar Diagram Pembentukan Bayangan pada Lup untuk Mata Tidak Berakomodasi
Sumber: http://nurul-smantab.blogspot.co.id/2011/04/lup.html
Pada pengamatan dengan lup mata tidak berakomodasi maka benda harus diletakkan di titik fokus lup sehingga bayangan terbentuk
di jauh tak terhingga. Perbesaran angular atau perbesaran sudut untuk mata tidak berakomodasi:
Keterangan :
𝑀 = perbesaran lup
𝑠𝑛 = titik dekat mata pengamat (cm)
𝑓 = jarak titik fokus lensa lup (cm)
𝑀 = 𝑠𝑛
𝑓
111
B. MIKROSKOP
Sebuah mikroskop terdiri atas susunan dua lensa cembung. Lensa cembung yang dekat dengan benda disebut lensa objektif.
Bagian-bagian yang terdapat pada mikroskop dapat dilihat pada gambar.
Gambar Bagian-Bagian Mikroskop Sumber: ikomangsena.blogspot.co.id/2013/02/alat-optik-fisika-kelas-x.html
Pada pengamatan menggunakan mikroskop, lensa objektif akan menghasilkan bayangan nyata, terbalik, dan diperbesar.
Bayangan yang terbentuk oleh lensa objektif merupakan benda bagi lensa okuler. Kemudian bayangan akan dihasilkan kembali oleh
lensa okuler sebagai bayangan yang dapat diamati oleh pengamat.
112
3) Perbesaran mikroskop untuk mata tak berakomodasi
Pembentukan bayangan pada mikroskop dengan mata tak berakomodasi menghasilkan bayangan pada jarak tak hingga oleh
lensa okuler.
Gambar Pembentukan Bayangan dengan Mata Tidak Berakomodasi
Sumber: belajar.kemdikbud.go.id
Perbesaran total yang dihasilkan dari perbesaran oleh lensa objektif dan lensa okuler, dapat ditentukan melalui persamaan:
𝑀𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑀𝑜𝑏 𝑥 𝑀𝑜𝑘
𝑀𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑠′𝑜𝑏
𝑠𝑜𝑏 𝑥
𝑠𝑛
𝑓𝑜𝑘
Keterangan:
𝑀𝑜𝑏 = perbesaran oleh lensa objektif
𝑀𝑜𝑘 = perbesaran oleh lensa okuler
𝑠′𝑜𝑏 = jarak bayangan ke lensa objektif (cm)
113
𝑠𝑜𝑏 = jarak benda ke lensa objektif (cm)
𝑠𝑛 = titik dekat mata pengamat (cm)
𝑓𝑜𝑘 = jarak fokus lensa okuler (cm)
4) Perbesaran mikroskop untuk mata berakomodasi maksimum
Pembentukan bayangan pada mikroskop dengan mata berakomodasi maksimum menghasilkan bayangan yang dibentuk oleh
lensa okuler tepat di titik dekat mata.
Gambar Pembentukan Bayangan dengan Mata Berakomodasi Maksimum Sumber: belajar.kemdikbud.go.id
Perbesaran total yang dihasilkan dari perbesaran oleh lensa objektif dan lensa okuler, dapat ditentukan melalui persamaan:
𝑀𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑀𝑜𝑏 𝑥 𝑀𝑜𝑘
𝑀𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑠′𝑜𝑏
𝑠𝑜𝑏 (
𝑆𝑛
𝑓𝑜𝑘 + 1)
114
Keterangan:
𝑀𝑜𝑏 = perbesaran oleh lensa objektif
𝑀𝑜𝑘 = perbesaran oleh lensa okuler
𝑠′𝑜𝑏 = jarak bayangan ke lensa objektif (cm)
𝑠𝑜𝑏 = jarak benda ke lensa objektif (cm)
𝑆𝑛 = titik dekat mata pengamat (cm)
𝑓𝑜𝑘 = jarak fokus lensa okuler (cm)
F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan: Saintifik
Metode : 1. Demonstrasi
2. Diskusi
G. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
1. Media
a. Video proses mata melihat dan prinsip kerja kamera
b. Gambar bagian-bagian mata dan kamera
2. Alat
a. LCD
115
b. Laptop
3. Sumber Pembelajaran
1. Kanginan, Marthen. 2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta:Erlangga.
2. Subagya, Hari. 2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta:PT Bumi Aksara.
3. Widodo, Tri. 2009. Fisika untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta:Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
H. Kegiatan Pembelajaran
Tahapan Kegiatan Pembelajaran
Alokasi Waktu Guru Siswa
Pendahuluan
Orientasi
Menyiapkan siswa untuk memulai
pembelajaran.
Menyampaikan tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai.
Menyiapkan diri untuk memulai
pembelajaran.
Memahami makna dan manfaat
dari tujuan pembelajaran yang
akan dicapai.
10 Menit
Apersepsi
Mengecek pengetahuan yang telah
dimiliki siswa mengenai materi yang
akan dipelajari melalui pertanyaan
seperti “Pernahkah kalian
mengamati suatu objek
menggunakan mikroskop?”
Merespon secara aktif pertanyaan
guru seputar materi yang akan
dipelajari.
116
Motivasi
Menayangkan video terkait
kegunaan mikroskop untuk
membantu para laboran dalam
mengamati benda-benda berukuran
sangat kecil.
Memperhatikan video yang
ditayangkan guru dan diharapkan
memiliki rasa ingin tahu yang
besar terhadap materi yang akan
dipelajari.
Inti
Mengamati
Meminta siswa mendemonstrasikan
penggunaan lup dan menyatakan
kondisi benda yang dilihatnya.
Menyajikan gambar pembentukan
bayangan pada lup dan mikroskop.
Mengenalkan konsep materi secara
verbal, matematis, dan visualisasi
gambar dengan melibatkan siswa.
Memperhatikan demonstrasi
yang dilakukan oleh temannya.
Memperhatikan gambar yang
ditayangkan guru.
60 Menit
Menanya
Memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengajukan pertanyaan
terkait demonstrasi yang dilakukan
temannya dan gambar yang
disajikan.
Mengajukan pertanyaan tentang
gambar yang disajikan.
117
Mengeksplorasi
Membagi siswa menjadi beberapa
kelompok, masing-masing terdiri
atas
4-5 orang.
Menginstruksikan kepada siswa agar
duduk secara berkelompok dan
bekerjasama dengan baik.
Membagikan Lembar Kerja Siswa
(LKS) kepada masing-masing
kelompok.
Meminta siswa untuk menjawab
pertanyaan pada LKS.
Menyimak materi yang
disampaikan guru.
Membentuk kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang.
Bergabung bersama masing-
masing kelompoknya.
Menerima dan mengamati LKS
yang dibagikan oleh guru.
Melakukan diskusi bersama
kelompoknya untuk menjawab
pertanyaan pada LKS.
Mengasosiasi
Meminta siswa berdiskusi secara
berkompok untuk menjawab
pertanyaan pada LKS.
Menilai kinerja siswa secara
individu dan kelompok selama
kegiatan diskusi berlangsung.
Menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang terdapat pada
LKS melalui diskusi bersama
kelompoknya.
Melaksanakan kegiatan diskusi
kelompok dengan tertib dan
kooperatif terhadap sesama
anggota kelompoknya.
118
Mengkomu-
nikasikan
Menginstruksikan kepada siswa
untuk mempresentasikan hasil yang
diperoleh dari kegiatan diskusi.
Menilai kemampuan siswa dalam
berkomunikasi secara lisan.
Meberikan kesempatan kepada
kelompok lain untuk menanggapi
atau menyanggah hasil diskusi
kelompok yang mempresentasikan
hasil diskusinya.
Memberikan umpan balik,
penguatan materi dan meluruskan
hasil diskusi.
Menyiapkan diri bersama
anggota kelompoknya untuk
mempresentasikan hasil diskusi
yang telah dikerjakan.
Mempresentasikan hasil diskusi
yang telah dikerjakan di depan
kelas.
Menanggapi atau menyanggah
hasil diskusi yang disampaikan
anggota kelompok yang sedang
mempresentasikan hasil kerjanya.
Memperhatikan tanggapan yang
disampaikan oleh guru terkait
hasil diskusi kelompok.
Penutup
Menyimpulkan
Membimbing siswa untuk
menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.
Membuat kesimpulan melalui
bimbingan guru tentang materi
yang telah dipelajari.
20 Menit
Mengevaluasi
Melakukan evaluasi terhadap siswa
melalui tes secara individu.
Mengerjakan tes yang diberikan
guru secara individu.
119
Tindak Lanjut
Memberikan tindak lanjut terhadap
kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan berupa pekerjaan rumah.
Menyiapkan siswa untuk menutup
pembelajaran.
Memperhatikan tindak lanjut
yang diberikan guru.
Menyiapkan diri untuk menutup
pembelajaran.
I. Penilaian
No. Aspek Penilaian Jenis Penilaian Instrumen Penilaian
1. Proses Penilaian Observasi Kerja Kelompok Rubrik Pedoman Observasi
2. Hasil Penilaian Tes Tertulis Tes Pilihan Ganda
120
Jakarta, ............................
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran
Mahasiswa
Siti Komariyah, S. Pd
NIP. 196902051997032007
Kania Gita Leksana
NIM. 1112016300066
121
INSTRUMEN TES
1. Sebuah lup yang jarak fokusnya 10 cm digunakan tukang arloji yang memiliki mata normal. Perbesaran bayangan jika mata
berakomodasi maksimum adalah....
A. 1,5 kali
B. 2,5 kali
C. 3,5 kali
D. 4,5 kali
E. 5,5 kali
2. Perhatikan gambar berikut !
Seorang dengan tidak berakomodasi mengamati benda sesuai gambar. Jarak bayangan yang dihasilkan lensa objektif dan
perbesaran total mikroskop adalah.... (titik dekat mata dianggap 30 cm)
122
A. 22 cm, 37,5 kali
B. 2 cm, 42,5 kali
C. 22 cm, 10 kali
D. 2 cm, 3,75 kali
E. 22 cm, 42,5 kali
Rubrik Penilaian
Nomer soal Kunci jawaban Skor
1 C 20
2 A 20
Jumlah 40
Nilai = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 x 100
123
Instrumen Penilaian Sikap
No. Nama
Aspek yang dinilai
Kedisiplinan Kesopanan Kerjasama Kemampuan
Berkomunikasi Keaktifan
A B C A B C A B C A B C A B C
1 Adhela Silvianti
2 Afifa Taqiyya
3 Amira Devaya
4 Aranza Naufan
5 Ardini Ayuningtias
6 Aulia Dara
7 Bima Prasetya
8 Cyntia Rachmani
9 Delia Safira
10 Dody Rizki
11 Fachriansyah Fadillad
12 Fadillah Novianti
13 Hanna Lusiana
124
14 Hendrizal Aganta
15 Khansa Aulia
16 Lesty Subamin
17 Maulana Rakha
18 M. Daffa Rizkitama
19 M. Farhan
20 M. Rifqi Dzaky
21 M. Variansjah
22 Mutasya Biha
23 Nada Alya
24 Nashita Hazima
25 Naufal Rizky
26 Naura Nisrina
27 Ratu Ayu Millennia
28 Reza Alfaresy
29 Riska Yuliani
30 Silmi Annisa
125
Rubrik Penilaian
A: Baik
B: Cukup
C: Kurang
126
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 87 Jakarta Selatan
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas / Semester : XI / Genap
Materi Pokok : Alat-alat Optik
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (Pertemuan Ketiga)
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta
damai, responsif, dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakal dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
127
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.11 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pemantulan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa.
4.11 Membuat karya yang menerapkan prinsip pemantulan dan/atau pembiasan pada cermin dan lensa.
C. Indikator:
1. Menyebutkan bagian-bagian teropong.
2. Mendeskripsikan prinsip kerja teropong saat mengamati suatu objek.
3. Menganalisis prinsip pembentukan bayangan dan perbesaran pada teropong.
D. Tujuan Pembelajaran
Siswa diharapkan:
1. Melalui kegiatan pengamatan dapat menyebutkan bagian-bagian teropong.
2. Melalui kegiatan diskusi dapat mendeskripsikan prinsip kerja teropong saat mengamati suatu objek.
3. Melalui kegiatan latihan soal dapat menganalisis prinsip pembentukan bayangan dan perbesaran pada teropong.
.
128
E. Materi Pembelajaran
1. Peta Konsep
Teropong Lup Mata Kamera
Cacat Mata
Miopi
Hipermetropi
Presbiopi
Astigmatisma
Mikroskop
ALAT-ALAT OPTIK
Kacamata
Lena
Positif
Lensa Objektif (+)
LensaOkuler (+)
Teropong
Bintang
Teropong
Bumi
Teropong
Panggung
LenasPositif
Lensa Negatif
Rangkap
129
2. Intisari Materi
e. Terpong Bintang
Teropong bintang memiliki dua jenis yaitu teropong bias dan teropong pantul. Teropong bias menggunkan dua lensa positif
sebagai lensa objektif dan okuler, sedangkan teropong patul menggunakan cermin cekung pada objektif, lensa positif sebagai lensa
okuler, dan cermin datar di antara objektif dan okuler pada teropong pantul.
Gambar Teropong bintang Sumber: http://www.teleskopai.lt/lt/product/52
130
2. Teropong Bias
c. Menggunakan teropong bias dengan mata tak berakomodasi
Bayangan dari benda yang berada pada posisi jauh tak hingga akan jatuh di titik fokus lensa objektif, kemudian bayangan
tersebut dianggap sebagai benda oleh lensa okuler dan harus berada tepat di fokus lensa okuler tersebut. Perbesaran angular dan
panjang teropong bias dapat ditentukan melalui persamaan berikut:
Perbesaran teropong:
Keterangan:
𝑀 = perbesaran angular teropong
𝑓𝑜𝑏 = jarak fokus lensa objektif (cm)
𝑓𝑜𝑘 = jarak fokus lensa okuler (cm)
Panjang teropong:
Keterangan :
𝑑 = panjang teropong
𝑀 = 𝑓𝑜𝑏
𝑓𝑜𝑘
𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 + 𝑓𝑜𝑘
131
𝑓𝑜𝑏 = jarak fokus lensa objektif (cm)
𝑓𝑜𝑘 = jarak fokus lensa okuler (cm)
d. Menggunakan teropong bias dengan mata berakomodasi maksimum
Bayangan dari lensa objektif dengan kondisi mata berakomodasi maksimum harus berada di antara titik fokus dan titik pusat
lensa okuler, kemudian lensa akan membentuk bayangan maya, terbalik, dan diperbesar. Perbesaran angular dan panjang teropong
bias dapat ditentukan melalui persamaan berikut:
Perbesaran teropong:
Keterangan :
𝑀 = perbesaran angular teropong
𝑓𝑜𝑏 = jarak fokus lensa objektif (cm)
𝑠𝑜𝑘 = jarak benda ke lensa okuler (cm)
Panjang teropong:
𝑀 = 𝑓𝑜𝑏
𝑠𝑜𝑘
𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 + 𝑠𝑜𝑘
132
Keterangan :
𝑑 = panjang teropong
𝑓𝑜𝑏 = jarak fokus lensa objektif (cm)
𝑠𝑜𝑘 = jarak benda ke lensa okuler (cm)
f. Teropong Pantul
Perbesaran angular teropong pantul untuk mata tak berakomodasi dapat ditentukan melalui persamaan berikut:
Keterangan :
𝑀 = perbesaran angular teropong
𝑓𝑜𝑏 = jarak fokus cermin objektif (cm)
𝑓𝑜𝑘 = jarak fokus lensa okuler (cm)
g. Teropong Bumi
c) Menggunakan teropong bumi dengan mata tak berakomodasi
Bayangan yang dihasilkan dari lensa pembalik ketika mata tak berakomodasi ketika pengamatan, akan terletak di fokus lensa
okuler. Perbesaran dan panjang teropong dapat dilihat melalui persamaan berikut ini:
𝑀 = 𝑓𝑜𝑏
𝑓𝑜𝑘
133
Perbesaran teropong:
atau
Keterangan :
𝑀 = perbesaran angular teropong
𝑓𝑜𝑏 = jarak fokus lensa objektif (cm)
𝑓𝑜𝑘 = jarak fokus lensa okuler (cm)
𝑠𝑖(𝑜𝑏)= jarak bayangan ke lensa obyektif (cm)
Panjang teropong:
atau
Keterangan :
𝑑 = panjang teropong
𝑓𝑜𝑏 = jarak fokus lensa objektif (cm)
𝑓𝑜𝑘 = jarak fokus lensa okuler (cm)
𝑠𝑖(𝑜𝑏)= jarak bayangan ke lensa obyektif (cm)
𝑀 = |𝑓𝑜𝑏
𝑓𝑜𝑘|
𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 + 4𝑓𝑝 + 𝑓𝑜𝑘
𝑀 = |𝑠𝑖(𝑜𝑏)
𝑓𝑜𝑘|
𝑑 = 𝑠𝑖(𝑜𝑏) + 4𝑓𝑝 + 𝑓𝑜𝑘
134
d) Menggunakan teropong bumi dengan mata berakomodasi maksimum
Bayangan yang dihasilkan dari lensa pembalik ketika mata berakomodasi maksimum akan terletak di antara titik fokus dan
pusat optik lensa okuler. Perbesaran dan panjang teropong dapat dilihat melalui persamaan berikut ini:
Perbesaran teropong:
atau
Keterangan :
𝑀 = perbesaran angular teropong
𝑓𝑜𝑏 = jarak fokus lensa objektif
𝑠𝑜𝑘 = jarak benda ke lensa okuler
𝑠𝑖(𝑜𝑏)= jarak bayangan ke lensa obyektif
Panjang teropong:
atau
Keterangan :
𝑑 = panjang teropong
𝑀 = |𝑓𝑜𝑏
𝑠𝑜𝑘|
𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 + 4𝑓𝑝 + 𝑠𝑜𝑘
𝑀 = |𝑠𝑖(𝑜𝑏)
𝑆𝑜𝑘|
𝑑 = 𝑠𝑖(𝑜𝑏) + 4𝑓𝑝 + 𝑠𝑜𝑘
135
𝑓𝑜𝑏 = jarak fokus lensa objektif (cm)
𝑠𝑜𝑘 = jarak benda ke lensa okuler (cm)
𝑠𝑖(𝑜𝑏)= jarak bayangan ke lensa obyektif (cm)
h. Terpong Panggung
Teropong panggung menghasilkan bayangan yang bersifat tegak. Bayangan tegak yang dihasilkan dilakukan dengan
menggunakan lensa negatif sebagai okuler dan lensa positif sebagai objektif. Bayangan nyata yang dihasilkan oleh lensa objektif
dianggap sebagai benda maya oleh lensa okuler.
c. Menggunakan teropong panggung dengan mata tak berakomodasi
Bayangan nyata yang dihasilkan dari lensa objektif akan terletak di fokus lensa okuler. Perbesaran dan panjang teropong
dapat dilihat melalui persamaan berikut ini:
Perbesaran teropong:
atau
Keterangan :
𝑀 = perbesaran angular teropong
𝑓𝑜𝑏 = jarak fokus lensa objektif (cm)
𝑓𝑜𝑘 = jarak fokus lensa okuler (cm)
𝑠𝑜𝑘 = jarak benda ke lensa okuler (cm)
𝑀 = |𝑓𝑜𝑏
𝑓𝑜𝑘|
𝑀 = |𝑠𝑖(𝑜𝑏)
𝑠𝑜𝑘|
136
𝑠𝑖(𝑜𝑏)= jarak bayangan ke lensa obyektif (cm)
Panjang teropong:
atau
Keterangan :
𝑑 = panjang teropong
𝑓𝑜𝑏 = jarak fokus lensa objektif (cm)
𝑓𝑜𝑘 = jarak fokus lensa okuler (cm)
𝑠𝑖(𝑜𝑏)= jarak bayangan ke lensa objektif (cm)
d. Menggunakan teropong panggung dengan mata berakomodasi maksimum
Bayangan yang dihasilkan dari lensa objektif akan terletak di antara titik fokus dan pusat optik lensa okuler. Perbesaran dan
panjang teropong dapat dilihat melalui persamaan berikut ini:
Perbesaran teropong:
atau
𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 − 𝑓𝑜𝑘
𝑑 = 𝑠𝑖(𝑜𝑏) − 𝑓𝑜𝑘
𝑀 = |𝑓𝑜𝑏
𝑠𝑜𝑘|
𝑀 = |𝑠𝑖(𝑜𝑏)
𝑠𝑜𝑘|
137
Keterangan :
𝑀 = perbesaran angular teropong
𝑓𝑜𝑏 = jarak fokus lensa objektif (cm)
𝑠𝑜𝑘 = jarak benda ke lensa okuler (cm)
𝑠𝑖(𝑜𝑏)= jarak bayangan ke lensa obyektif (cm)
Panjang teropong:
atau
Keterangan :
𝑑 = panjang teropong
𝑓𝑜𝑏 = jarak fokus lensa objektif (cm)
𝑠𝑜𝑘 = jarak benda ke lensa okuler (cm)
𝑠𝑖(𝑜𝑏)= jarak bayangan ke lensa obyektif (cm)
F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan: Saintifik
Metode : 1. Demonstrasi
2. Diskusi
𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 − 𝑠𝑜𝑘
𝑑 = 𝑠𝑖(𝑜𝑏) − 𝑠𝑜𝑘
138
G. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
1. Media
c. Video proses mata melihat dan prinsip kerja kamera
d. Gambar bagian-bagian mata dan kamera
2. Alat
c. LCD
d. Laptop
3. Sumber Pembelajaran
1. Kanginan, Marthen. 2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta:Erlangga.
2. Subagya, Hari. 2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta:PT Bumi Aksara.
3. Widodo, Tri. 2009. Fisika untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta:Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
H. Kegiatan Pembelajaran
Tahapan Kegiatan Pembelajaran
Alokasi Waktu Guru Siswa
Pendahuluan Orientasi
Menyiapkan siswa untuk memulai
pembelajaran.
Menyampaikan tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai.
Menyiapkan diri untuk memulai
pembelajaran.
Memahami makna dan manfaat
dari tujuan pembelajaran yang
akan dicapai.
10 Menit
139
Apersepsi
Mengecek pengetahuan yang telah
dimiliki siswa mengenai materi yang
akan dipelajari melalui pertanyaan
seperti “Pernahkah kalian
menggunakan teropong dan
bagaimana bayangan benda yang
kalian lihat?”
Merespon secara aktif pertanyaan
guru seputar materi yang akan
dipelajari.
Motivasi
Menayangkan video terkait
kegunaan teropong untuk mengamati
benda-benda langit.
Memperhatikan video yang
ditayangkan guru dan diharapkan
memiliki rasa ingin tahu yang
besar terhadap materi yang akan
dipelajari.
Inti
Mengamati
Meminta siswa mendemonstrasikan
penggunaan teropong.
Menyajikan gambar pembentukan
bayangan pada teropong.
Mengenalkan konsep materi secara
verbal, matematis, dan visualisasi
gambar dengan melibatkan siswa.
Memperhatikan demonstrasi
yang dilakukan oleh temannya.
Memperhatikan gambar yang
ditayangkan guru.
60 Menit
Menanya Memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengajukan pertanyaan
Mengajukan pertanyaan tentang
gambar yang disajikan.
140
terkait demonstrasi yang dilakukan
temannya dan gambar yang
disajikan.
Mengeksplorasi
Membagi siswa menjadi beberapa
kelompok, masing-masing terdiri
atas
4-5 orang.
Menginstruksikan kepada siswa agar
duduk secara berkelompok dan
bekerjasama dengan baik.
Membagikan Lembar Kerja Siswa
(LKS) kepada masing-masing
kelompok.
Meminta siswa untuk menjawab
pertanyaan pada LKS.
Menyimak materi yang
disampaikan guru.
Membentuk kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang.
Bergabung bersama masing-
masing kelompoknya.
Menerima dan mengamati LKS
yang dibagikan oleh guru.
Melakukan diskusi bersama
kelompoknya untuk menjawab
pertanyaan pada LKS.
Mengasosiasi
Meminta siswa berdiskusi secara
berkompok untuk menjawab
pertanyaan pada LKS.
Menilai kinerja siswa secara
individu dan kelompok selama
kegiatan diskusi berlangsung.
Menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang terdapat pada
LKS melalui diskusi bersama
kelompoknya.
Melaksanakan kegiatan diskusi
kelompok dengan tertib dan
141
kooperatif terhadap sesama
anggota kelompoknya.
Mengkomu-
nikasikan
Menginstruksikan kepada siswa
untuk mempresentasikan hasil yang
diperoleh dari kegiatan diskusi.
Menilai kemampuan siswa dalam
berkomunikasi secara lisan.
Meberikan kesempatan kepada
kelompok lain untuk menanggapi
atau menyanggah hasil diskusi
kelompok yang mempresentasikan
hasil diskusinya.
Memberikan umpan balik,
penguatan materi dan meluruskan
hasil diskusi.
Menyiapkan diri bersama
anggota kelompoknya untuk
mempresentasikan hasil diskusi
yang telah dikerjakan.
Mempresentasikan hasil diskusi
yang telah dikerjakan di depan
kelas.
Menanggapi atau menyanggah
hasil diskusi yang disampaikan
anggota kelompok yang sedang
mempresentasikan hasil kerjanya.
Memperhatikan tanggapan yang
disampaikan oleh guru terkait
hasil diskusi kelompok.
Penutup Menyimpulkan
Membimbing siswa untuk
menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.
Membuat kesimpulan melalui
bimbingan guru tentang materi
yang telah dipelajari.
20 Menit
142
Mengevaluasi
Melakukan evaluasi terhadap siswa
melalui tes secara individu.
Mengerjakan tes yang diberikan
guru secara individu.
Tindak Lanjut
Memberikan tindak lanjut terhadap
kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan berupa pekerjaan rumah.
Menyiapkan siswa untuk menutup
pembelajaran.
Memperhatikan tindak lanjut
yang diberikan guru.
Menyiapkan diri untuk menutup
pembelajaran.
143
I. Penilaian
No. Aspek Penilaian Jenis Penilaian Instrumen Penilaian
1. Proses Penilaian Observasi Kerja Kelompok Rubrik Pedoman Observasi
2. Hasil Penilaian Tes Tertulis Tes Pilihan Ganda
Jakarta, ............................
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran
Mahasiswa
Siti Komariyah, S. Pd
NIP. 196902051997032007
Kania Gita Leksana
NIM. 1112016300066
144
INSTRUMEN TES
1. Sebuah teropong bintang mempunyai jarak lensa objektif dan okuler 1 meter. Teropong digunakan oleh orang bermata normal
dan memperoleh perbesaran 99 kali. Maka jarak fokus lensa objektif dan okuler adalah....
A. 100 cm dan 99 cm
B. 99 cm dan 1 cm
C. 1 cm dan 99 cm
D. 99 cm dan 100 cm
E. 10 cm dan 9 cm
2. Pada suatu pengamatan benda langit yang dilakukan, sebuah teropong diarahkan ke bintang, menghasilkan perbesaran anguler 25
kali. Jika jarak fokus objektif 150 cm, maka jarak antara lensa objektif dan lensa okuler teropong tersebut adalah....
A. 175 cm
B. 156 cm
C. 150 cm
D. 144 cm
E. 120 cm
145
Rubrik Penilaian
Nomer soal Kunci jawaban Skor
1 C 20
2 A 20
Jumlah 40
Nilai = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 x 100
146
Instrumen Penilaian Sikap
No. Nama
Aspek yang dinilai
Kedisiplinan Kesopanan Kerjasama Kemampuan
Berkomunikasi Keaktifan
A B C A B C A B C A B C A B C
1 Adhela Silvianti
2 Afifa Taqiyya
3 Amira Devaya
4 Aranza Naufan
5 Ardini Ayuningtias
6 Aulia Dara
7 Bima Prasetya
8 Cyntia Rachmani
9 Delia Safira
10 Dody Rizki
11 Fachriansyah Fadillad
12 Fadillah Novianti
13 Hanna Lusiana
147
14 Hendrizal Aganta
15 Khansa Aulia
16 Lesty Subamin
17 Maulana Rakha
18 M. Daffa Rizkitama
19 M. Farhan
20 M. Rifqi Dzaky
21 M. Variansjah
22 Mutasya Biha
23 Nada Alya
24 Nashita Hazima
25 Naufal Rizky
26 Naura Nisrina
27 Ratu Ayu Millennia
28 Reza Alfaresy
29 Riska Yuliani
30 Silmi Annisa
148
Rubrik Penilaian
A: Baik
B: Cukup
C: Kurang
149
MATA
A. IDENTITAS
Kelompok :
Anggota Kelompok: 1.
2.
3.
4.
5.
B. PETUNJUK
1. Isilah identitas kelompok pada bagian awal LKS.
2. Lakukan eksplorasi konsep melalui buku teks dan visualisasi yang diberikan guru untuk memperoleh pengetahuan yang lebih
mendalam dan luas.
3. Catatlah hasil eksplorasi pada tabel yang telah disediakan.
150
C. HASIL DISKUSI
1. Pembiasan Cahaya
a. Apa yang dimaksud dengan pembiasan cahaya?
b. Apa yang dimaksud dengan kuat lensa?
c. Jenis-jenis lensa
Lensa Cekung
Pembentukan
bayangan pada lensa
cekung
151
Karakteristik
Sifat Bayangan
Persamaan
menentukan fokus
lensa
152
Lensa Cembung
Pembentukan
bayangan pada lensa
cembung
Karakteristik
153
Sifat Bayangan
Persamaan
menentukan fokus
lensa
154
2. Perhatikan gambar di bawah ini!
Berdasarkan gambar di atas, lengkapilah tabel di bawah ini!
Bagian Nama Fungsi
A
B
C
A
B
C
D
E
155
D
E
156
3. Cara Kerja Mata
a. Bagaimana cara kerja mata kita sehingga kita dapat melihat benda-benda di sekitar kita?
b. Jelaskan perbedaan Punctum Proximum dan Punctum Remotum!
c. Jelaskan perbedaan keadaan mata tidak berakomodasi dan mata berakomodasi!
157
4. Jenis-Jenis Cacat Mata
No. Jenis Cacat
Mata Definisi Gambar Pembentukan Bayangan Solusi
Persamaan
Kekuatan Lensa
1. Miopi
2. Hipermetropi
158
Astigmatisma
159
PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA LUP
A. IDENTITAS
Kelompok :
Anggota Kelompok: 1.
2.
3.
4.
5.
B. PETUNJUK
1. Isilah identitas kelompok pada bagian awal LKS.
2. Lakukan eksplorasi konsep melalui buku teks dan visualisasi yang diberikan guru untuk memperoleh pengetahuan yang lebih
mendalam dan luas.
3. Catatlah hasil diskusi pada tabel yang telah disediakan.
160
C. HASIL DISKUSI
1. Apa yang dimaksud dengan lup?
2. Bagaimana sifat bayangan yang dihasilkan oleh lup?
161
3. Lengkapilah tabel berikut ini!
No. Jenis
Pengamatan Penjelasan Gambar Pembentukan Bayangan Persamaan Perbesaran
Lup
1. Tanpa
Akomodasi
. Berakomodasi
Maksimum
162
163
KAMERA
A. IDENTITAS
Kelompok :
Anggota Kelompok: 1.
2.
3.
4.
5.
B. PETUNJUK
1. Isilah identitas kelompok pada bagian awal LKS.
2. Lakukan eksplorasi konsep melalui buku teks dan visualisasi yang diberikan guru untuk memperoleh pengetahuan yang lebih
mendalam dan luas.
3. Catatlah hasil eksplorasi pada tabel yang telah disediakan.
164
C. HASIL DISKUSI 1. Perhatikan gambar di bawah ini!
Berdasarkan gambar di atas, lengkapilah tabel di bawah ini!
Bagian Nama Fungsi
A
B
C
C D
A
B
E
165
D
E
166
2. Gambarkan diagram pembentukan bayangan pada kamera!
3. Jelaskan prinsip pembentukan bayangan pada kamera!
4. Bagaimana sifat bayangan yang dihasilkan oleh kamera?
167
MIKROSKOP
A. IDENTITAS
Kelompok :
Anggota Kelompok: 1.
2.
3.
4.
5.
B. PETUNJUK
1. Isilah identitas kelompok pada bagian awal LKS.
2. Lakukan eksplorasi konsep melalui buku teks dan visualisasi yang diberikan guru untuk memperoleh pengetahuan yang lebih
mendalam dan luas.
3. Catatlah hasil eksplorasi pada tabel yang telah disediakan.
168
C. HASIL DISKUSI
1. Apa yang dimaksud dengan mikroskop?
2. Bagaimana sifat bayangan yang dihasilkan oleh mikroskop?
169
3. Lengkapilah tabel berikut ini!
No. Jenis
Pengamatan Penjelasan Gambar Pembentukan Bayangan Persamaan Perbesaran dan
Panjang Mikroskop
1. Tanpa
Akomodasi
2. Berakomodasi
Maksimum
170
171
TEROPONG
A. IDENTITAS
Kelompok :
Anggota Kelompok: 1.
2.
3.
4.
5.
B. PETUNJUK
1. Isilah identitas kelompok pada bagian awal LKS.
2. Lakukan eksplorasi konsep melalui buku teks dan visualisasi yang diberikan guru untuk memperoleh pengetahuan yang lebih
mendalam dan luas.
3. Catatlah hasil eksplorasi pada tabel yang telah disediakan.
172
C. HASIL DISKUSI
1. Apa yang dimaksud dengan teropong?
2. Sebutkan jenis-jenis teropong yang kamu ketahui!
3. Perhatikan gambar beberapa jenis teropong di bawah ini!
(a) (b) (c)
173
Gambar Jenis Teropong Prinsip Kerja
a
b
c
174
4. Lengkapilah tabel berikut ini!
Teropong Bintang (Teropong Bias)
No. Jenis
Pengamatan Penjelasan Gambar Pembentukan Bayangan Persamaan Perbesaran
dan Panjang Mikroskop
1. Tanpa
Akomodasi
Berakomodasi
Maksimum
175
LAMPIRAN B INSTRUMEN PENELITIAN
176
Lampiran B.1
KISI – KISI ANGKET STUDI PENDAHULUAN SKRIPSI
(SURVEY PENILAIAN PEMBELAJARAN FISIKA SMA)
No. Indikator Nomor
Pernyataan Jumlah
1. Kurikulum yang digunakan dalam
pembelajaran fisika 1, 2 2
2. Minat siswa terhadap mata pelajaran fisika 3 1
3. Konsep fisika yang dianggap sulit oleh
siswa 4 1
4. Kesulitan siswa dalam mempelajari konsep
fisika 5 1
5. Jenis penilaian yang sering digunakan oleh
guru dalam pembelajaran fisika 6 1
6. Jenis tes yang sering digunakan oleh guru
dalam pembelajaran fisika 7 1
7.
Bentuk penyajian soal dan penyelesaian
yang sering digunakan oleh guru saat ujian
mata pelajaran fisika
8, 9 2
8.
Penguasaan siswa terhadap bentuk
penyelesaian soal saat ujian mata pelajaran
fisika
10, 11 2
9. Konsep fisika yang perlu disajikan dalam
berbagai bentuk penyajian 12, 13, 14, 15 4
Jumlah 15
177
Lampiran B.2
ANGKET STUDI PENDAHULUAN SKRIPSI
TENTANG PENILAIAN PEMBELAJARAN FISIKA
(GURU)
Identitas
Nama :
Sekolah :
Petunjuk Pengisian Angket:
1. Pilihlah jawaban dari beberapa alternatif jawaban yang telah disediakan
dengan melingkari salah satu alternatif jawaban sesuai dengan pengalaman
Bapak/Ibu mengajar.
2. Jika ada keterangan tambahan dalam memilih jawaban tersebut, maka silahkan
ditulis pada baris kosong yang telah disediakan.
1. Apa jenis kurikulum yang saat ini digunakan di sekolah Bapak/Ibu mengajar?
a. Kurikulum 2013 (Kurtilas)
b. Revisi Kurikulum 2013 (K-13)
Keterangan:
2. Dari jawaban no 1, kapan kurikulum tersebut mulai digunakan?
a. Tahun Pelajaran 2012/2013
b. Tahun Pelajaran 2013/2014
c. Tahun Pelajaran 2014/2015
d. Tahun Pelajaran 2015/2016
e. Tahun Pelajaran 2016/2017
Keterangan:
178
3. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang minat siswa terhadap mata pelajaran
Fisika?
a. Sangat Tertarik
b. Cukup Tertarik
c. Kurang Tertarik
d. Tidak Tertarik
Keterangan:
4. Berikut ini, manakah konsep fisika yang dianggap sulit oleh Bapak/Ibu selama
pembelajaran di kelas X dan XI?*
a. Hukum Newton tentang
Gerak
b. Usaha dan Energi
c. Momentum dan Impuls
d. Getaran Harmonis
e. Gelombang Berjalan dan
Gelombang Stasioner
f. Alat-Alat Optik
(*) Jawaban boleh lebih dari satu
Keterangan:
5. Apa kesulitan yang sering dialami siswa dalam mempelajari konsep fisika?
a. Tidak dapat menguasai rumus-rumus yang terdapat pada konsep fisika
b. Tidak dapat memahami istilah-istilah yang terdapat pada konsep fisika
c. Tidak dapat memahami maksud dari gambar-gambar yang terdapat pada
konsep fisika
d. Tidak dapat memahami maksud dari diagram yang terdapat pada konsep
fisika
e. Tidak dapat memahami hubungan antara dua variabel yang disajikan
melalui grafik yang terdapat pada konsep fisika.
179
Keterangan:
6. Apa jenis penilaian yang sering digunakan oleh Bapak/Ibu dalam
pembelajaran fisika?
a. Penilaian Tertulis
b. Penilaian Unjuk Kerja
c. Penilaian Sikap
d. Penilaian Portofolio
e. Penilaian Proyek
f. Penilaian Produk
g. Penilaian Diri
Keterangan:
7. Apa jenis tes yang sering digunakan oleh Bapak/Ibu dalam pembelajaran
fisika?
a. Uraian
b. Pilihan Ganda
c. Menjodohkan
d. Benar-Salah
Keterangan:
8. Manakah bentuk soal yang sering disajikan oleh Bapak/Ibu saat ujian mata
pelajaran fisika?
a. Matematis (rumus)
b. Verbal (kata-kata)
c. Gambar
d. Diagram
e. Grafik
180
Keterangan:
9. Manakah bentuk jawaban yang sering diminta oleh Bapak/Ibu kepada siswa
dalam menyelesaikan soal saat ujian mata pelajaran fisika?
a. Matematis (rumus)
b. Verbal (kata-kata)
c. Gambar
d. Diagram
e. Grafik
Keterangan:
10. Apa bentuk jawaban yang paling dikuasai oleh siswa dalam menyelesaikan
soal saat ujian mata pelajaran fisika?
a. Matematis (rumus)
b. Verbal (kata-kata)
c. Gambar
d. Diagram
e. Grafik
Keterangan:
11. Apa bentuk jawaban yang tidak dikuasai oleh siswa dalam menyelesaikan soal
saat ujian mata pelajaran fisika?
a. Matematis (rumus)
b. Verbal (kata-kata)
c. Gambar
d. Diagram
e. Grafik
Keterangan:
181
12. Menurut Bapak/Ibu, manakah konsep fisika yang di dalamnya perlu bentuk
penyajian konsep secara matematis (rumus)?*
a. Hukum Newton tentang
Gerak
b. Usaha dan Energi
c. Momentum dan Impuls
d. Getaran Harmonis
e. Gelombang Berjalan dan
Gelombang Stasioner
f. Alat-Alat Optik
(*) Jawaban boleh lebih dari satu
Keterangan:
13. Menurut Bapak/Ibu, manakah konsep fisika yang di dalamnya perlu bentuk
penyajian konsep secara verbal (kata-kata)?*
a. Hukum Newton tentang
Gerak
b. Usaha dan Energi
c. Momentum dan Impuls
d. Getaran Harmonis
e. Gelombang Berjalan dan
Gelombang Stasioner
f. Alat-Alat Optik
(*) Jawaban boleh lebih dari satu
Keterangan:
14. Menurut Bapak/Ibu, manakah konsep fisika yang di dalamnya perlu bentuk
penyajian konsep secara gambar dan diagram?*
a. Hukum Newton tentang
Gerak
b. Usaha dan Energi
c. Momentum dan Impuls
d. Getaran Harmonis
e. Gelombang Berjalan dan
Gelombang Stasioner
f. Alat-Alat Optik
(*) Jawaban boleh lebih dari satu
182
Keterangan:
15. Menurut Bapak/Ibu, manakah konsep fisika yang di dalamnya perlu bentuk
penyajian konsep secara grafik?*
a. Hukum Newton tentang
Gerak
b. Usaha dan Energi
c. Momentum dan Impuls
d. Getaran Harmonis
e. Gelombang Berjalan dan
Gelombang Stasioner
f. Alat-Alat Optik
(*) Jawaban boleh lebih dari satu
Keterangan:
Jakarta, 28 November 2016
Guru Mata Pelajaran Fisika
183
Lampiran B.3
ANGKET STUDI PENDAHULUAN SKRIPSI
TENTANG PENILAIAN PEMBELAJARAN FISIKA
(SISWA)
Identitas
Nama :
Kelas :
Sekolah :
Petunjuk Pengisian Angket:
1. Pilihlah jawaban dari beberapa alternatif jawaban yang telah disediakan
dengan melingkari salah satu alternatif jawaban sesuai dengan pengalaman
selama kegiatan pembelajaran.
2. Jika ada keterangan tambahan dalam memilih jawaban tersebut, maka silahkan
ditulis pada baris kosong yang telah disediakan.
1. Apa jenis kurikulum yang saat ini digunakan di sekolahmu?
a. Kurikulum 2013 (Kurtilas)
b. Revisi Kurikum 2013 (K-13)
Keterangan:
2. Dari jawaban no 1, kapan kurikulum tersebut mulai digunakan?
a. Tahun 2013
b. Tahun 2014
c. Tahun 2015
d. Tahun 2016
Keterangan:
3. Bagaimana pendapat kamu tentang mata pelajaran Fisika?
a. Sangat Menarik b. Cukup Menarik
184
c. Kurang Menarik d. Tidak Menarik
Keterangan:
4. Berikut ini, manakah konsep fisika yang kamu anggap sulit selama
pembelajaran di kelas X dan XI?*
a. Hukum Newton tentang
Gerak
b. Usaha dan Energi
c. Momentum dan Impuls
d. Getaran Harmonis
e. Gelombang Berjalan dan
Gelombang Stasioner
f. Alat-Alat Optik
(*) Jawaban boleh lebih dari satu
Keterangan:
5. Apa kesulitan yang sering kamu alami dalam mempelajari konsep fisika?
a. Tidak dapat menguasai rumus-rumus yang terdapat pada konsep fisika
b. Tidak dapat memahami istilah-istilah yang terdapat pada konsep fisika
c. Tidak dapat memahami maksud dari gambar-gambar yang terdapat pada
konsep fisika
d. Tidak dapat memahami maksud dari diagram yang terdapat pada konsep
fisika
e. Tidak dapat memahami hubungan antara dua variabel yang disajikan
melalui grafik yang terdapat pada konsep fisika.
Keterangan:
185
6. Apa jenis penilaian yang sering digunakan oleh guru dalam pembelajaran
fisika?
a. Penilaian Tertulis
b. Penilaian Unjuk Kerja
c. Penilaian Sikap
d. Penilaian Portofolio
e. Penilaian Proyek
f. Penilaian Produk
g. Penilaian Diri
Keterangan:
7. Apa jenis tes yang sering digunakan oleh guru dalam pembelajaran fisika?
a. Uraian
b. Pilihan Ganda
c. Menjodohkan
d. Benar-Salah
Keterangan:
8. Manakah bentuk soal yang sering disajikan oleh guru saat ujian mata pelajaran
fisika?
a. Matematis (rumus)
b. Verbal (kata-kata)
c. Gambar
d. Diagram
e. Grafik
Keterangan:
186
9. Manakah bentuk jawaban yang sering diminta oleh guru kepada kamu dalam
menyelesaikan soal saat ujian mata pelajaran fisika?
a. Matematis (rumus)
b. Verbal (kata-kata)
c. Gambar
d. Diagram
e. Grafik
Keterangan:
10. Apa bentuk jawaban yang paling kamu kuasai dalam menyelesaikan soal saat
ujian mata pelajaran fisika?
a. Matematis (rumus)
b. Verbal (kata-kata)
c. Gambar
d. Diagram
e. Grafik
Keterangan:
11. Apa bentuk jawaban yang tidak kamu kuasai dalam menyelesaikan soal saat
ujian mata pelajaran fisika?
a. Matematis (rumus)
b. Verbal (kata-kata)
c. Gambar
d. Diagram
e. Grafik
Keterangan:
187
12. Menurut kamu, manakah konsep fisika yang di dalamnya perlu bentuk
penyajian konsep secara matematis (rumus)?*
a. Hukum Newton tentang
Gerak
b. Usaha dan Energi
c. Momentum dan Impuls
d. Getaran Harmonis
e. Gelombang Berjalan dan
Gelombang Stasioner
f. Alat-Alat Optik
(*) Jawaban boleh lebih dari satu
Keterangan:
13. Menurut kamu, manakah konsep fisika yang di dalamnya perlu bentuk
penyajian konsep secara verbal (kata-kata)?*
a. Hukum Newton tentang
Gerak
b. Usaha dan Energi
c. Momentum dan Impuls
d. Getaran Harmonis
e. Gelombang Berjalan dan
Gelombang Stasioner
f. Alat-Alat Optik
(*) Jawaban boleh lebih dari satu
Keterangan:
14. Menurut kamu, manakah konsep fisika yang di dalamnya perlu bentuk
penyajian konsep secara gambar dan diagram?*
a. Hukum Newton tentang
Gerak
b. Usaha dan Energi
c. Momentum dan Impuls
d. Getaran Harmonis
e. Gelombang Berjalan dan
Gelombang Stasioner
f. Alat-Alat Optik
(*) Jawaban boleh lebih dari satu
188
Keterangan:
15. Menurut kamu, manakah konsep fisika yang di dalamnya perlu bentuk
penyajian konsep secara grafik?*
a. Hukum Newton tentang Gerak
b. Usaha dan Energi
c. Momentum dan Impuls
d. Getaran Harmonis
e. Gelombang Berjalan dan Gelombang Stasioner
f. Alat-Alat Optik
(*) Jawaban boleh lebih dari satu
Keterangan:
189
Lampiran B.4
KISI-KISI INSTRUMEN TES MULTI REPRESENTASI
Indikator Indikator Soal
Bentuk
Represen-tasi
Aspek Kognitif
yang Diukur
S J C1 C2 C3 C4
Menyebutkan bagian-
bagian mata beserta
fungsinya
Disajikan gambar
mata, peserta didik
dapat
mengidentifikasi
fungsi mata yang
tepat dari label
yang ditunjuk.
G V 1
Disajikan gambar
mata, peserta didik
dapat menunjukkan
bagian mata yang
tepat berdasarkan
fungsi yang
disebutkan.
V G 2
Menyatakan jenis-jenis
cacat mata dan
kacamata yang
digunakan penderita
cacat mata
Disajikan deskripsi
kondisi penderita
cacat mata
memiliki titik jauh
yang terbatas,
peserta didik dapat
memilih jenis cacat
mata yang tepat
berdasarkan
deskripsi tersebut.
V V 3
Disajikan
pernyataan kondisi
cacat mata miopi,
peserta didik dapat
merepresentasi-kan
gambar yang tepat
berdasarkan
pernyataan
tersebut.
V G 4
Disajikan
pernyataan kondisi
penderita cacat
mata memiliki titik
jauh pada jarak
tertbatas, peserta
didik dapat
menafsirkan
persamaan fokus
lensa yang tepat
berdasarkan
pernyataan
V M 5
190
tersebut.
Menentukan kekuatan
lensa kacamata yang
harus digunakan
penderita cacat mata
Disajikan data titik
jauh seorang
penderita cacat
mata, peserta didik
dapat menentukan
kekuatan kacamata
yang harus
digunakan
penderita cacat
mata tersebut.
V M 6
Menyatakan jenis-jenis
cacat mata dan
kacamata yang
digunakan penderita
cacat mata
Disajikan deskripsi
kondisi penderita
cacat mata
memiliki titik dekat
kurang dari 25 cm,
peserta didik dapat
memilih jenis cacat
mata yang tepat
berdasarkan
deskripsi tersebut.
V V 7
Disajikan
pernyataan suatu
kondisi cacat mata
hipermetropi,
peserta didik dapat
merepresentasi-kan
gambar yang tepat
berdasarkan
pernyataan
tersebut.
V G 8
Disajikan
pernyataan suatu
kondisi penderita
cacat mata
memiliki titik dekat
melebihi titik dekat
mata normal,
peserta didik dapat
menafsirkan
persamaan fokus
lensa yang tepat
berdasarkan
pernyataan
tersebut.
V M 9
Menentukan kekuatan
lensa kacamata yang
harus digunakan
penderita cacat mata
Disajikan data titik
dekat seorang
penderita cacat
mata, peserta didik
dapat menentukan
kekuatan kacamata
yang harus
digunakan
penderita cacat
mata tersebut.
V M 10
191
Menyatakan jenis-jenis
cacat mata dan
kacamata yang
digunakan penderita
cacat mata
Disajikan gambar
pembentukan
bayangan pada
penderita cacat
mata astigmatisma,
peserta didik dapat
merepresentasi-kan
jenis cacat mata
dan lensa yang
harus digunakan
penderita cacat
mata tersebut.
G V 11
Mengidentifi-kasi
pembentukan
bayangan benda pada
lup melalui
pengamatan dengan
mata berakomodasi
maksimum dan tidak
berakomodasi
Disajikan
pernyataan kondisi
pengamatan sebuah
benda melalui lup
dengan mata
berakomodasi
maksimum, peserta
didik dapat
merepresentasi-kan
gambar
pembentukan
bayangan yang
tepat.
V D 12
Disajikan
pernyataan kondisi
pengamatan sebuah
benda melalui lup
dengan mata tidak
berakomodasi,
peserta didik dapat
merepresentasi-kan
gambar
pembentukan
bayangan yang
tepat.
V D 13
Menentukan
perbesaran angular
yang dihasilkan pada
pengamatan
menggunakan lup
Disajikan data
fokus lensa sebuah
lup, peserta didik
dapat menentukan
perbesaran angular
yang dihasilkan
lup.
V M 14
Menentukan besaran-
besaran terkait
perbesaran angular
pada lup
Disajikan data
perbesaran angular
pada pengamatan
menggunakan
sebuah lup, peserta
didik dapat
menentukan
gambar yang tepat
sehingga diperoleh
V D 15
192
perbesaran pada
nilai tersebut.
Menyimpul-kan
hubungan antara jarak
fokus lup dan
perbesaran yang
dihasilkan
Disajikan grafik
hubungan antara
jarak fokus lup (f)
terhadap
perbesaran angular
(M), peserta didik
dapat
menyimpulkan
hubungan yang
tepat berdasarkan
grafik tersebut.
G V 16
Menentukan
perbesaran angular
yang dihasilkan pada
pengamatan
menggunakan lup
Disajikan gambar
pembentukan
bayangan benda
melalui sebuah lup,
peserta didik dapat
menentukan
perbesaran angular
yang dihasilkan
dari gambat
tersebut.
D M 17
Mengidentifi-kasi
pembentukan
bayangan benda pada
mikroskop melalui
pengamatan dengan
mata berakomodasi
maksimum dan tidak
berakomodasi
Disajikan
pernyataan kondisi
pengamatan sebuah
benda melalui
mikroskop dengan
mata tidak
berakomodasi,
peserta didik dapat
merepresentasi-kan
pembentukan
bayangan yang
tepat.
V D 18
Menyelesaikan
permasalahan terkait
pengamatan suatu
objek melalui lup
dengan mata
berakomodasi
maksimum dan tidak
berakomodasi
Disajikan data
perbandingan
perbesaran lup
ketika digunakan
untuk mengamati
saat mata
berakomodasi
maksimum dan
tidak
berakomodasi,
peserta didik dapat
merumuskan
perbesaran lup.
V M 19
Disajikan data
perbandingan
perbesaran lup
ketika digunakan
untuk mengamati
saat mata
berakomodasi
V M 20
193
maksimum dan
tidak
berakomodasi,
peserta didik dapat
merumuskan
perbesaran lup.
Disajikan gambar
perbesaran lup
ketika digunakan
untuk mengamati
saat mata tidak
berakomodasi dan
berakomodasi
maksimum, peserta
didik dapat
merumuskan fokus
lup.
D M 21
Disajikan data
perbandingan
perbesaran lup
ketika digunakan
untuk mengamati
saat mata
berakomodasi
maksimum dan
tidak
berakomodasi,
peserta didik dapat
merumuskan jarak
benda terhadap lup
yang tepat melalui
gambar.
V D 22
Disajikan data
perbandingan
perbesaran lup
ketika digunakan
untuk mengamati
saat mata
berakomodasi
maksimum dan
tidak
berakomodasi,
peserta didik dapat
merumuskan
perbesaran ketika
mata tidak
berakomodasi dan
ketika mata
berakomodasi pada
jarak tertentu.
V M 23
Menyebutkan bagian-
bagian kamera beserta
fungsinya
Disajikan gambar
sebuah kamera dan
fungsi salah satu
V G 24
194
bagiannya, peserta
didik dapat
mengidentifikasi
bagian yang tepat
berdasarkan fungsi
tersebut.
Mengetahui prinsip
pembentukan
bayangan pada
mikroskop
Disajikan
pernyataan kondisi
pengamatan
seseorang
mengamati objek
menggunakan
mikroskop, peserta
didik dapat
mengidentifikasi
letak benda yang
tepat berdasarkan
pengamatan
tersebut.
V V 25
Menentukan
perbesaran yang
dihasilkan pada
pengamatan
menggunakan
mikroskop
Disajikan data
pengamatan sebuah
objek melalui
mikroskop, peserta
didik dapat
menentukan
perbesaran yang
dihasilkan untuk
pengamatan tidak
berakomodasi.
V M 26
Disajikan gambar
pembentukan
bayangan oleh
mikroskop, peserta
didik dapat
menentukan
perbesaran benda
yang dihasilkan..
D M 27
Disajikan data
perbesaran
mikroskop melalui
pengamatan tidak
berakomodasi,
peserta didik dapat
menentukan
gambar yang tepat
berdasarkan data
tersebut.
V D 28
Menyelesai-kan
permasalahan terkait
pengamatan suatu
objek melalui
mikroskop dengan
mata berakomodasi
maksimum dan tidak
berakomodasi
Disajikan gambar
dan data pada
pengamatan sebuah
objek melalui
kiroskop, peserta
didik dapat
merumuskan
panjang akhir
D M 29
195
mikroskop.
Disajikan data
pengamatan sebuah
objek melalui
mikroskop, peserta
didik dapat
merumuskan besar
pergeseran lensa
okuler agar
bayangan dapat
terlihat dengan
jelas .
V M 30
Disajikan data
pengamatan sebuah
objek melalui
mikroskop, peserta
didik dapat
merumuskan posisi
benda terhadap
lensa objektif.
V M 31
Disajikan gambar
pembentukan
bayangan pada
mikroskop, peserta
didik dapat
merumuskan
panjang mikroskop
tersebut.
D M 32
Disajikan data
pengamatan sebuah
objek melalui
mikroskop, peserta
didik dapat
mengorganisasi
gambar yang tepat
berdasarkan data
tersebut.
V D 33
Mengetahui jenis-jenis
teropong dan
komponen
penyusunnya
Disajikan
pernyataan
mengenai
komponen-
komponen sebuah
alat optik, peserta
didik dapat
menunjukkan
gambar alat optik
yang dimaksud.
V G 34
Menentukan
perbesaran benda yang
dihasilkan dari
pengamatan melalui
teropong
Disajikan data
pengamatan sebuah
bintang melalui
teropong, peserta
didik dapat
menentukan
perbesaran angular
teropong.
V M 35
196
Menyelesaikan
permasalahan terkait
pengamatan suatu
objek melalui teropong
dengan mata
berakomodasi
maksimum dan tidak
berakomodasi
Disajikan data
pengamatan sebuah
bintang melalui
teropong, peserta
didik dapat
merumuskan jarak
fokus lensa objektif
teropong.
V M 36
Disajikan data
pengamatan
seberkas sinar
merah dan sinar
biru melalui
teropong, peserta
didik dapat
merumuskan jarak
bayangan akhir
sinar merah.
V M 37
Mengetahui jenis-jenis
teropong dan
komponen
penyusunnya
Disajikan gambar
pembentukan
bayangan pada
sebuah alat optik,
peserta didik dapat
menafsirkan jenis
alat optik yang
dimaksud.
D V 38
Disajikan
pernyataan
mengenai nama
lain sebuah
teropong, peserta
didik dapat
mengidentifikasi
jenis teropong yang
dimaksud.
V V 39
Disajikan
pernyataan
mengenai
komponen-
komponen sebuah
teropong, peserta
didik dapat
menunjukkan jenis
alat optik yang
dimaksud.
V G 40
Jumlah 9 10 10 11
197
Keterangan Bentuk Representasi:
V = Verbal
M = Matematis
G = Gambar
D = Diagram
198
Lampiran B.5
INSTRUMEN TES MULTI REPRESENTASI
Mata Pelajaran : Fisika
Materi : Alat-Alat Optik
Jumlah soal : 40 Butir Soal
Bentuk Soal : Tes Objektif
Kompetensi Dasar : Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa
Indikator No
Bentuk
Representasi Soal Jawaban & Pembahasan
Aspek
Kognitif
yang
Diukur S J
Menyebutkan
bagian-
bagian mata
beserta
fungsinya
1 G V
Perhatikan gambar di bawah ini! Jawaban: b
Pembahasan:
Bagian B adalah pupil yang berfungsi
untuk mengatur jumlah cahaya yang
masuk ke mata. Kemudian bagian C
adalah lensa yang berfungsi untuk
C1
199
Fungsi dari bagian mata yang ditunjukkan
pada label B dan C secara berturut-turut
adalah....
a. Mengatur jumlah cahaya yang masuk
ke mata dan menggerakkan lensa mata
b. Mengatur jumlah cahaya yang masuk
ke mata dan mengatur pembiasan
cahaya yang terjadi di mata
c. Mengatur lebar pupil dan mengatur
pembiasan cahaya yang terjadi di mata
d. Mengatur pembiasan cahaya yang
terjadi di mata dan tempat
terbentuknya bayangan
e. Menggerakkan lensa mata dan
mengatur lebar pupil
mengatur pembiasan cahaya yang
terjadi di mata.
2 V G
Bagian mata yang berfungsi sebagai
tempat terbentuknya bayangan benda pada
mata ditunjukkan oleh label....
Jawaban: e
Pembahasan:
Bagian mata yang berfungsi sebagai
tempat terbentuknya bayangan benda
pada mata adalah retina yang
C1
A
B
C
D E
200
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
ditunjukkan oleh label nomer 5.
Menyatakan
jenis-jenis
cacat mata
dan kacamata
yang
digunakan
penderita
cacat mata
3
Jenis cacat mata dengan kondisi mata tidak
mampu melihat dengan jelas objek pada
jarak tak hingga disebut ....
a. Miopi
b. Hipermetropi
c. Presbiopi
d. Astigmatisma
e. Silindris
Jawaban: a
Pembahasan:
Miopi adalah jenis cacat mata dengan
kondisi mata tidak mampu melihat
dengan jelas objek pada jarak tak
hingga.
C1
1
2
3
4 5
201
4 V G
Kondisi pembentukan bayangan yang tepat
pada penderita cacat mata miopi
ditunjukkan oleh gambar ....
a.
b.
c.
Jawaban: d
Pada cacat mata miopi, bayangan
terbentukdi depan retina.
C2
202
d.
e.
5 V M
a. 1
f=
1
−PR
b. 1
f=
1
PR
Seseorang tidak dapat melihat dengan jelas
objek yang berjarak lebih jauh dari 400 cm
di depannya. Fokus kacamata yang
dibutuhkan oleh orang tersebut agar objek
dapat terlihat dengan jelas dapat ditentukan
melalui persamaan .... 1
f=
1
s +
1
s′
1
f=
1
~ +
1
− PR
1
f= 0 +
1
− PR
Jawaban: a
Diketahui:
s′= -PR= -400 cm = -4 m
Ditanya:
Persamaan fokus kacamata = ...?
Jawab:
C2
203
c. f = 1
−PR
d. f = 1
so
e. 1
f=
1
so
1
f=
1
− PR
Menentukan
kekuatan
lensa
kacamata
yang harus
digunakan
penderita
cacat mata
6 V M
Seseorang tidak dapat melihat dengan jelas
objek yang berjarak lebih jauh dari 200 cm
di depannya. Kekuatan kacamata yang
dibutuhkan oleh orang tersebut agar objek
dapat terlihat dengan jelas adalah ....
a. +4 dioptri
b. +0,5 dioptri
c. -0,25 dioptri
d. -0,5 dioptri
e. -0,75 dioptri
1
f=
1
s +
1
s′
1
f=
1
~ +
1
− PR
1
f= 0 +
1
− PR
1
f=
1
− 2
P =1
f
P =1 m
−2 m
Jawaban: d
Diketahui:
s′= -PR = -200 cm = -2 m
Ditanya:
P = ...?
Jawab:
f = −2 m
P = − 0,5 dioptri
C3
204
Jadi, kekuatan kacamata yang
dibutuhkan oleh orang tersebut agar
objek dapat terlihat dengan jelas
adalah -0,5 dioptri.
Menyatakan
jenis-jenis
cacat mata
dan kacamata
yang
digunakan
penderita
cacat mata
7 V V
Jenis cacat mata dengan kondisi mata tidak
mampu melihat dengan jelas objek pada
jarak 25 cm atau kurang dari 25 cm
disebut....
a. Miopi
b. Hipermetropi
c. Presbiopi
d. Astigmatisma
e. Silindris
Jawaban: b
Pembahasan:
Hipermetropi adalah jenis cacat mata
dengan kondisi mata tidak mampu
melihat dengan jelas objek pada jarak
25 cm atau kurang dari 25 cm.
C1
8 V G
Kondisi pembentukan bayangan yang tepat
pada penderita cacat mata hipermetropi
ditunjukkan oleh gambar....
a.
Jawaban: a
Pembahasan:
Pada cacat mata hipermetropi,
bayangan benda terbentuk di belakang
retina.
C2
205
b.
c.
d.
e.
206
9 V M
a. 1
f=
1
sn +
1
PP
b. 1
f=
1
sn −
1
PP
c. 1
f=
1
−sn +
1
PP
d. 1
f=
1
−sn +
1
−PP
e. f = 1
sn +
1
−PP
Seseorang memiliki titik dekat pada jarak
40 cm, sehingga ia tidak dapat membaca
buku pada jarak normal. Fokus kacamata
yang dibutuhkan oleh orang tersebut agar
dapat membaca buku pada jarak normal
dapat ditentukan melalui persamaan....
1
f=
1
s +
1
s′
1
f=
1
sn +
1
−PP
1
f=
1
sn −
1
PP
Jawab: b
Diketahui:
s′ = -PP
s = sn = 25 cm
Ditanya:
Persamaan fokus kacamata = ...?
Jawab:
C2
Menentukan
kekuatan
lensa
kacamata
yang harus
digunakan
penderita
cacat mata
10 V M
Seseorang memiliki titik dekat pada jarak
50 cm, sehingga ia tidak dapat membaca
buku pada jarak normal. Kekuatan
kacamata yang dibutuhkan oleh orang
tersebut agar dapat membaca buku pada
jarak normal adalah ....
a. -4 dioptri
b. -3 dioptri
c. -2 dioptri
d. +2 dioptri
e. +3 dioptri
1
f=
1
s +
1
s′
1
f=
1
sn +
1
−PP
Jawaban: c
Diketahui:
s′ = -PP = 50 cm
s = sn = 25 cm
Ditanya:
Persamaan fokus kacamata = ...?
Jawab:
C3
207
1
f=
1
25 +
1
−50
1
f=
1
25 −
1
50
1
f=
2
50 −
1
50
1
f=
1
50
f =50
1
P =1
f
P =100 cm
−50 cm
f = 50 cm
P = −2 dioptri Jadi, kekuatan kacamata yang
dibutuhkan oleh orang tersebut agar
dapat membaca buku pada jarak
normal adalah -2 dioptri.
Menyatakan
jenis-jenis
cacat mata
dan kacamata
yang
digunakan
penderita
cacat mata
11 G V
Perhatikan gambar berikut ini! Jawaban: e
Pembahasan:
Gambar tersebut merupakan
pembentukan bayangan dari cacat
mata astigmatisma yang dapat diatasi
menggunakan lensa silinder.
C2
208
Cacat mata dengan pembentukan bayangan
seperti pada gambar di atas dan jenis lensa
yang harus digunakan adalah....
Cacat Mata Jenis Lensa
a. Miopi Negatif
b. Presbiopi Positif
c. Presbiopi Rangkap
d. Astigmatisma Bifokal
e. Astigmatisma Silinder
Mengidentifi
ka-si
pembentukan
bayangan
benda pada
lup melalui
12 V G
Seseorang sedang mengamati benda yang
berukuran kecil menggunakan lup. Jika
orang tersebut mengamati dengan mata
berakomodasi maksimum, maka
pembentukan bayangan yang tepat
adalah....
Jawaban: b
Pembahasan:
Pada penggunaan lup dengan mata
berakomodasi maksimum, objek yang
diamati harus terletak antara titik
fokus dan titik pusat sumbu lensa
C2
209
pengamatan
dengan mata
berakomodas
i maksimum
dan tidak
berakomodas
i
a.
b.
c.
sehingga bayangan benda yang
terbentuk berada di titik dekat mata.
Bayangan tersebut bersifat maya,
tegak dan diperbesar. F
F
F F
210
d.
e.
13 V G
Suatu benda berukuran kecil diamati
menggunakan lup. Jika pengamatan
dilakukan dengan mata tak berakomodasi,
maka pembentukan bayangan yang tepat
adalah....
a.
Jawaban: a
Pembahasan:
Pada penggunaan lup dengan mata
tidak berakomodasi, objek yang
diamati harus terletak tepat pada titik
fokus lup sehingga bayangan benda
yang terbentuk berada di jauh tak
berhingga. Bayangan tersebut bersifat
maya, tegak dan diperbesar.
C2
F
211
b.
c.
d.
e.
F
F F
212
Menentukan
perbesaran
angular yang
dihasilkan
pada
pengamatan
menggunaka
n lup 14 V M
Seorang anak menggunakan sebuah lup
yang memiliki titik fokus 10 cm untuk
memperjelas tulisan pada peta yang sedang
dibacanya. Jika anak tersebut
menggunakan lup dengan mata
berakomodasi maksimum, maka
perbesaran angular yang dihasilkan lup
tersebut adalah ....
a. 2 kali
b. 3 kali
c. 3,5 kali
d. 4 kali
e. 4,5 kali
M = sn
f+ 1
M = 25 cm
10 cm+ 1
Jawaban: c
Diketahui:
f = 10 cm
Ditanya:
M = ...?
Jawab:
M = 2,5 + 1 M = 3,5 kali
Jadi, perbesaran angular yang
dihasilkan lup tersebut adalah 3,5 kali.
C3
Menentukan
besaran-
besaran
terkait
perbesaran
angular pada
lup
15 V G
Berikut ini gambar yang menunjukkan
pembentukkan bayangan pada lup yang
menghasilkan perbesaran angular sebesar 4
kali dengan mata tak berakomodasi
adalah....
a.
M = sn
f
4 = 25 cm
f
f = 25 cm
4
Jawaban: d
Diketahui:
M = 4 kali
Ditanya:
Gambar yang menunjukkan
perbesaran 4 kali = ...?
Jawab:
f = 6,25 cm
Jadi, gambar yang menunjukkan
C3
25 cm
6,25 cm F
213
b.
c.
d.
e.
perbesaran lup dengan mata tak
berakomodasi sebesar 4 kali adalah
gambar d.
25 cm
6,25 cm F
50 cm
25 cm F
6,25 cm F
25 cm F
214
Menyimpulk
an hubungan
antara jarak
fokus lup dan
perbesaran
yang
dihasilkan
16 G V
Perhatikan grafik hubungan antara jarak
fokus lup (f) terhadap perbesaran angular
(M) yang dihasilkan dari pengamatan
dengan mata berakomodasi maksimum
berikut ini!
Berdasarkan grafik tersebut, dapat
disimpulkan bahwa....
a. Semakin besar jarak fokus lup, maka
semakin besar perbesaran angular yang
dihasilkan.
b. Semakin besar jarak fokus lup, maka
semakin kecil perbesaran angular yang
dihasilkan.
c. Semakin kecil jarak fokus lup, maka
semakin kecil perbesaran angular yang
Jawab: b
Pembahasan:
Berdasarkan grafik tersebut tampak
bahwa semakin besar jarak fokus lup,
maka semakin kecil perbesaran
angular yang dihasilkan.
C2
4
1
2
0,5
M (kali)
50 25 12,5 6,25 f (cm)
215
dihasilkan.
d. Semakin kecil jarak fokus lup, maka
perbesaran angular yang dihasilkan
tetap.
e. Jark fokus lup tidak berpengaruh
terhadap perbesaran angular yang
dihasilkan.
Menentukan
perbesaran
angular yang
dihasilkan
pada
pengamatan
menggunaka
n lup
17 G M
Perhatikan gambar pembentukan bayangan
benda pada lup berikut ini!
Perbesaran angular yang dihasilkan dari
pengamatan menggunakan lup tersebut
adalah ....
a. 4 kali
b. 3,5 kali
c. 3 kali
d. 2,5 kali
e. 2 kali
M = sn
f+ 1
M = 25 cm
12,5 cm+ 1
Jawaban: c
Diketahui:
F = 12,5 cm
s’ = 25 cm
Ditanya:
M = ...?
Jawab:
M = 2 + 1 M = 3 kali
Jadi, perbesaran angular yang
dihasilkan dari pengamatan
menggunakan lup tersebut adalah 3
kali.
C3
25 cm
12,5 cm F
216
Mengidentifi
ka-si
pembentukan
bayangan
benda pada
mikroskop
melalui
pengamatan
dengan mata
berakomodas
i maksimum
dan tidak
berakomodas
i 18 V G
Seseorang sedang melakukan pengamatan
menggunakan sebuah mikroskop. Jika orang
tersebut mengamati dengan mata tak
berakomodasi, maka pembentukan bayangan
yang tepat adalah ....
a.
b.
c.
Jawaban: d
Pembahasan:
Pada penggunaan mikroskop dengan
mata tak berakomodasi, bayangan
benda yang terbentuk oleh lensa
objektif jatuh di fokus lensa okuler
dan bayangan tersebut merupakan
benda bagi lensa okuler. Kemudian
lensa okuler akan membentuk
bayangan akhir pada titik tak
terhingga.
C2
F
F
F F
217
d.
e.
218
Menyelesaika
n
permasalahan
terkait
pengamatan
suatu objek
melalui lup
dengan mata
berakomodas
i maksimum
dan tidak
berakomodas
i
19 V M
Seorang anak bermata normal, mengamati
sebuah benda menggunakan lup. Jika
perbesaran angular yang dihasilkan ketika
mata berakomodasi maksimum adalah 1,25
kali dari perbesaran angular ketika mata
tidak berakomodasi, maka besar
perbesaran angular lup ketika mata tidak
berakomodasi adalah ....
a. 2 kali
b. 3 kali
c. 4 kali
d. 5 kali
e. 6 kali
M1 = Sn
f+ 1
1,25M2 = 25
f+ 1
1,25M2 − 1 = 25
f
M2 = Sn
f
M2 = 25
f
Jawaban: c
Diketahui:
M1 = 1,25M2
Ditanya:
M2 = ...?
Jawab:
Perbesaran pada pengamatan dengan
mata berakomodasi maksimum adalah
f =25
1,25M2−1 ... (1)
Perbesaran pada pengamatan dengan
mata tidak berakomodasi adalah
f = 25
M2 ... (2)
Substitusikan persamaan (2) ke
persamaan (1)
C4
219
f =25
1,25M2 − 1
25
M2=
25
1,25M2 − 1
1
M2=
1
1,25 − 1
1,25M2 − 1 = M2
1,25M2 − M2 = 1
0,25M2 = 1
M2 =1
0,25
M2 = 4 kali
Jadi, perbesaran angular lup ketika
mata tidak berakomodasi adalah 4
kali.
20 V M
Sebuah lup digunakan seorang anak
bermata normal untuk mengamati suatu
objek. Jika perbesaran angular yang
dihasilkan ketika mata berakomodasi
maksimum adalah 1,5 kali dari perbesaran
angular ketika mata tidak berakomodasi,
maka besar perbesaran angular lup ketika
mata berakomodasi maksimum adalah ....
a. a. 2 kali
Jawaban: b
Diketahui:
M1 = 1,5M2
Ditanya:
M2 = ...?
Jawab:
Perbesaran pada pengamatan dengan
mata berakomodasi maksimum adalah
C4
220
b. 3 kali
c. 4 kali
d. 5 kali
e. 6 kali
M1 = Sn
f+ 1
1,5M2 = 25
f+ 1
1,5M2 − 1 = 25
f
M2 = Sn
f
M2 = 25
f
f =25
1,5M2 − 1
25
M2=
25
1,5M2 − 1
1
M2=
1
1,5 − 1
f =25
1,5M2−1 ... (1)
Perbesaran pada pengamatan dengan
mata tidak berakomodasi adalah
f = 25
M2 ... (2)
Substitusikan persamaan (2) ke
persamaan (1)
221
1,5M2 − 1 = M2
1.5M2 − M2 = 1
0,5M2 = 1
M2 =1
0,5
M2 = 2 kali
Perbesaran ketika mata berakomodasi
maksimum
M1 = 1,5M2
M1 = 1,5 (2)
M1 = 3 kali
Jadi, perbesaran angular lup ketika
mata tidak berakomodasi adalah 2
kali.
222
21 G M
Sebuah lup digunakan pada dua keadaan
pengamatan seperti pada gambar di bawah
ini!
Jika perbandingan perbesaran yang
dihasilkan pada dua keadaan pengamatan
tersebut adalah 2:3, maka besar fokus lup
yang digunakan adalah ....
a. 12 cm
b. 12,5 cm
c. 15 cm
d. 15,5 cm
e. 20 cm
M1
M2=
2
3
M1 =2
3M2
M1 = Sn
f
2
3 M2 =
25
f
2
3 M2 =
25
f
Jawaban:
Diketahui:
M1 : M2 = 3 : 2
Ditanya:
f = ...?
Jawab:
Perbandingan perbesaran lup ketika
pengamat mengamati dengan mata
berakomodasi (M1) dan tidak
berakomodasi (M2) adalah
Perbesaran pada pengamatan dengan
mata berakomodasi maksimum adalah
f =25
2
3 M2
... (1)
Perbesaran pada pengamatan dengan
mata tidak berakomodasi adalah
C4
F
(a)
F
(b)
223
M2 = Sn
f+ 1
M2 = 25
f+ 1
M2 − 1 = 25
f
f =25
23 M2
25
M2 − 1=
25
23 M2
1
M2 − 1=
1
23 M2
M2 − 1 = 2
3M2
M2 − 2
3M2 = 1
f = 25
M2−1 ... (2)
Substitusikan persamaan (2) ke
persamaan (1)
224
1
3M2 = 1
f =25
23 M2
2
f =25
23 (3)
f =25
2
M2 = 3 kali
Fokus lup dapat ditentukan dengan
memasukkan nilai M2 pada persamaan
(1) atau (2).
Melalui persamaan (1)
f = 12,5 cm
Jadi, fokus lensa lup adalah 12,5 cm.
22 V G
Perbesaran angular yang dihasilkan sebuah
lup ketika digunakan dengan mata tak
berakomodasi adalah 5/6 kali dari
perbesaran ketika lup digunakan dengan
mata berakomodasi maksimum. Jika lup
tersebut digunakan oleh pengamat dengan
mata berakomodasi pada jarak 45 cm,
maka jarak benda terhadap lup yang tepat
ditunjukkan oleh gambar ....
Jawaban: b
Diketahui:
M1 = perbesaran dengan mata tak
berakomodasi
M2 = perbesaran dengan mata
berakomodasi maksimum
M1 = 5/6 M2
s' = -45 cm
Ditanya:
s = ...?
C4
225
a.
b.
c.
d.
e.
M1 = 5
6M2
M1 = Sn
f
5
6M2 =
25
f
M1 = Sn
f+ 1
M2 = 25
f+ 1
M2 − 1 = 25
f
Jawab:
Perbesaran pada pengamatan dengan
mata tidak berakomodasi adalah
f = 25
5
6M2
... (1)
Perbesaran pada pengamatan dengan
mata berakomodasi maksimum adalah
f =25
M2−1 ... (2)
Substitusikan persamaan (2) ke
persamaan (1)
4 cm F
4,5 cm F
4,5 cm F
4,5 cm F
5 cm
F
226
f = 25
56 M2
25
M2 − 1 =
25
56 M2
1
M2 − 1 =
1
56 M2
5
6M2 = M2 − 1
M2 − 5
6M2 = 1
1
6M2 = 1
f =25
56 M2
f =25
56
(6)
f =25
5
M2 = 6 kali
Fokus lup dapat ditentukan dengan
memasukkan nilai M2 pada persamaan
(1) atau (2).
Melalui persamaan (1)
227
1
𝑓=
1
𝑠+
1
𝑠′
1
𝑠=
1
𝑓−
1
𝑠′
1
𝑠=
1
5−
1
−(45)
1
𝑠=
1
5+
1
45
1
𝑠=
9
45+
1
45
1
𝑠=
10
45
𝑠 =45
10
f = 5 cm
Mata berakomodasi pada jarak 45 cm,
sehingga s’ = -45 cm maka
𝑠 = 4,5 cm
Jadi, jarak benda terhadap lup adalah
4,5 cm yang ditunjukkan seperti pada
gambar b.
23 V M
Perbandingan perbesaran sebuah lup ketika
digunakan tanpa akomodasi dan dengan
mata berakomodasi maksimum adalah
4:5. Jika lup tersebut digunakan oleh
pengamat dengan mata berakomodasi pada
Jawaban: c
Diketahui:
M1 = perbesaran dengan mata tak
berakomodasi
M2 = perbesaran dengan mata
C3
228
jarak 50 cm, maka perbandingan yang
tepat antara perbesaran ketika mata tidak
berakomodasi dan ketika mata
berakomodasi pada jarak 50 cm adalah ....
a. 4:5
b. 9:8
c. 8:9
d. 9:10
e. 10:9 M1: M2 = 4: 5
M1 = 4
5 M2
M1 = Sn
f
4
5M2 =
25
f
M2 = Sn
f+ 1
M2 = 25
f+ 1
berakomodasi maksimum
M3 = perbesaran dengan mata
berakomodasi pada jarak 50 cm
M1:M2 = 4:5
s' = -50 cm
Ditanya:
M1:M3 = ...?
Jawab:
Perbesaran pada pengamatan dengan
mata tidak berakomodasi adalah
f = 25
4
5M2
... (1)
Perbesaran pada pengamatan dengan
mata berakomodasi maksimum adalah
229
M2 − 1 = 25
f
f = 25
45
M2
25
M2 − 1 =
25
45
M2
1
M2 − 1 =
1
45
M2
4
5M2 = M2 − 1
M2 − 4
5M21
1
5M2 = 1
f =25
M2−1 ... (2)
Substitusikan persamaan (2) ke
persamaan (1)
M2 = 5 kali
Fokus lup dapat ditentukan dengan
memasukkan nilai M2 pada persamaan
(1) atau (2).
Melalui persamaan (1)
230
f =25
45
M2
f =25
45
(5)
f =25
4
1
𝑓=
1
𝑠+
1
𝑠′
1
𝑠=
1
𝑓−
1
𝑠′
1
𝑠=
1
6,25−
1
−(50)
1
𝑠=
1
6,25+
1
50
1
𝑠=
8
50+
1
50
1
𝑠=
9
50
M3 = Sn
s
M3 = 25
509
M3 = 25 x 9
50
M3 =9
2
M1 = Sn
f
f = 6,25 cm
Mata berakomodasi pada jarak 50 cm,
sehingga s’ = -50 cm maka
𝑠 =50
9 cm
Perbesaran dengan mata berakomodasi
pada jarak 50 cm adalah
M3 = 4,5 kali
Perbesaran ketika mata tak
berakomodasi
231
Menyebutkan
bagian-bagian
kamera beserta
fungsinya
24 V G
Perhatikan gambar di bawah ini!
Bagian kamera yang berfungsi untuk layar
penangkap/perekam bayangan yang
memiliki fungsi yang sama dengan retina
pada mata ditunjukkan oleh gambar ....
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
Jawaban: e
Pembahasan:
Bagian kamera yang berfungsi sebagai
layar penangkap/perekam bayangan
yang memiliki fungsi yang sama
dengan retina pada mata adalah pelat
film yang ditunjukkan oleh gambar
nomer 5.
C1
Mengetahui
prinsip
pembentukan
bayangan pada
mikroskop
25 V V
Seseorang sedang melakukan pengamatan
menggunakan sebuah mikroskop. Jika
orang tersebut mengamati dengan mata
berakomodasi maksimum, maka benda
harus diletakkan pada....
a. Ruang I lensa objektif
b. Ruang II lensa objektif
Jawaban: b
Pembahasan:
Benda yang diamati menggunakan
mikroskop dengan mata berakomodasi
maksimum harus diletakkan pada
ruang II lensa objektif.
C1
4 5
1 2
3
232
c. Ruang I lensa okuler
d. Ruang II lensa okuler
e. Ruang III lensa okuler
Menentukan
perbesaran yang
dihasilkan pada
pengamatan
menggunakan
mikroskop
26 V M
Suatu objek yang diletakkan pada sebuah
preparat, berjarak 1,1 cm dari lensa
objektif mikroskop. Jika jarak fokus lensa
objektif dan okuler secara berturut-turut
adalah 1 cm dan 4 cm, maka perbesaran
yang dihasilkan untuk pengamatan tidak
berakomodasi adalah....
a. 50 kali
b. 52,5 kali
c. 60 kali
d. 62 kali
e. 62,5 kali
1
fob=
1
sob+
1
s′ob
1
s′ob
= 1
fob−
1
sob
1
s′ob
= 1
1−
1
1,1
1
s′ob
=11
11−
10
11
1
s′ob
=1
11
s′ob =
11
1
Jawaban: a
Diketahui:
sob = 1,1 cm
fob = 1 cm
fok = 4 cm
Ditanya:
M = ...?
Jawab:
s′ob = 1 cm
Perbesaran mikroskop melalui
pengamatan tanpa akomodasi
C3
233
M =s′
ob
sob ×
s𝑛
fok
M =11
1,1 ×
25
5
M = 10 × 5 M = 50 kali
27 G M
Perhatikan gambar pembentukan bayangan
oleh mikroskop berikut ini!
Jika pengamat memiliki penglihatan
normal, maka perbesaran mikroskop yang
dihasilkan adalah ....
a. 22 kali
b. 23 kali
c. 24 kali
d. 25 kali
e. 26 kali
1
fob=
1
sob+
1
s′ob
1
s′ob
= 1
fob−
1
sob
1
s′ob
= 1
1−
1
1,2
1
s′ob
=12
12−
10
12
1
s′ob
=2
12
s′ob =
12
2
Jawab: d
Diketahui:
Sob = 1,2 cm
fob = 1 cm
fok = 6,25 cm
Ditanya:
M = ...?
Jawab:
s′ob = 6 cm
C3
Sob = 1,2 cm
fok = 6,25 cm fob = 1 cm
234
M =s′
ob
sob × (
s𝑛
fok+ 1)
M =6
1.2 × (
25
6,25+ 1)
M = 5 × (4 + 1)
Perbesaran mikroskop melalui
pengamatan dengan mata
berakomodasi maksimum
M = 5 × 5
M = 25 kali
Jadi, perbesaran mikroskop yang
dihasilkan adalah 25 kali.
28 V G
Sebuah mikroskop digunakan untuk
mengamati objek. Jika perbesaran yang
dihasilkan adalah 50 kali dengan mata
pengamat berpenglihatan normal dan mata
tak berakomodasi, maka gambar
pembentukan bayangan yang tepat adalah
....
a.
M =s′
ob
sob ×
s𝑛
fok
M =22
2,2 ×
25
5
M = 10 × 5
Jawaban: d
Diketahui:
M = 50 kali
Ditanya:
Gambar pembentukan bayangan yang
tepat = ...?
Jawab:
Perbesaran mikroskop melalui
pengamatan tanpa akomodasi
M = 50 kali
Jadi, pembentukan bayangan yang
C3
Sob = 2,2 cm
fok = 5 cm
22 cm
235
b.
c.
d.
tepat ditunjukkan pada gambar d.
Sob = 1,2 cm
fok = 5 cm
11 cm
Sob = 2,2 cm
fok = 5 cm
22 cm
Sob = 1,2 cm
fok = 4 cm
22 cm
236
e.
Menyelesaikan
permasalahan
terkait
pengamatan
suatu objek
melalui
mikroskop
dengan mata
berakomodasi
maksimum dan
tidak
berakomodasi
29 G M
Perhatikan gambar di bawah ini!
Jika mikroskop tersebut kemudian
digunakan seseorang yang memiliki titik
jauh 45 cm dan panjang mikroskop awal
adalah 1,05 kali panjang mikroskop akhir,
𝑓𝑜𝑏 = 2,2 cm
𝑓𝑜𝑘 = 5 cm
𝑠′𝑜𝑘 = −𝑠𝑅 = −45 cm
𝑑 = 𝑠′𝑜𝑏 + 𝑠𝑜𝑘
Jawaban: b
Diketahui:
d = 1,05 d’
Ditanya:
∆𝑥 = ...?
Jawab:
Panjang mikroskop dapat ditentukan
melalui persamaan:
Jarak benda terhadap lensa okuler:
C4
Sob = 2,2 cm
fok = 6,25 cm
22 cm
fob = 2,2 cm fok = 5 cm
237
maka besar panjang mikroskop akhir
adalah ....
a. 8 cm
b. 10 cm
c. 12 cm
d. 15 cm
e. 20 cm
1
𝑓𝑜𝑘
= 1
𝑠𝑜𝑘 +
1
𝑠′𝑜𝑘
1
𝑠𝑜𝑘 =
1
𝑓𝑜𝑘
− 1
𝑠′𝑜𝑘
1
𝑠𝑜𝑘 =
1
5 cm−
1
∞
1
𝑠𝑜𝑘 =
1
5 cm− 0
1
𝑠𝑜𝑘 =
1
5 cm
𝑠𝑜𝑘 = 5 cm
d = s′ob + sok d = s′ob + 5
1
𝑓𝑜𝑘
= 1
𝑠𝑜(𝑜𝑘) +
1
𝑠𝑖(𝑜𝑘)
1
𝑠𝑜(𝑜𝑘)=
1
𝑓𝑜𝑘
− 1
𝑠𝑖(𝑜𝑘)
1
𝑠𝑜(𝑜𝑘)=
1
5 cm−
1
−45 cm
1
𝑠𝑜(𝑜𝑘)=
1
5 cm+
1
45 cm
1
𝑠𝑜(𝑜𝑘)=
9
45 cm+
1
45 cm
1
𝑠𝑜(𝑜𝑘)=
10
45 cm
Panjang awal mikroskop:
s′ob = d − 5 ... (1)
Ketika titik jauh pengamat 45 cm, maka:
238
𝑠𝑜(𝑜𝑘) =45 cm
10
𝑠𝑜(𝑜𝑘) = 4,5 cm
d′ = si(ob) + so(ok)
d′ = s′ob + 4,5
d − d′ = −4,5 + 5
d − d′ = 0,5
1,05d′ − d′ = 0,5
0,05d′ = 0,5
0,05d′ = 0,5
d′ =0,5
0,05
Panjang mikroskop akhir:
s′ob = d′ − 4,5 ... (2)
Substitusikan persamaan (1) ke
persamaan (2) d − 5 = d′ − 4,5
d′ = 10 cm
Jadi, besar panjang mikroskop akhir
adalah 10 cm.
30 V M
Sebuah mikroskop memiliki jarak fokus
lensa objektif dan okuler berturut-turut 1
cm dan 5 cm digunakan untuk mengamati
sebuah objek tanpa akomodasi. Jika
kemudian mikroskop tersebut digunakan
seseorang yang memiliki titik jauh 20 cm
dan panjang mikroskop awal adalah 1,1
𝑓𝑜𝑏 = 1 cm
𝑓𝑜𝑘 = 5 cm
𝑠′𝑜𝑘 = −𝑠𝑅 = −20 cm
Jawaban: a
Diketahui:
d = 1,1 d’
Ditanya:
C4
239
kali panjang mikroskop akhir, maka
bayangan benda dapat terlihat dengan jelas
tanpa akomodasi ketika lensa okuler
digeser sejauh ....
a. 1 cm ke dalam
b. 1 cm ke luar
c. 2 cm ke dalam
d. 2 cm ke luar
e. 3 cm ke dalam
𝑑 = 𝑠′𝑜𝑏 + 𝑠𝑜𝑘
1
𝑓𝑜𝑘
= 1
𝑠𝑜𝑘 +
1
𝑠′𝑜𝑘
1
𝑠𝑜𝑘 =
1
𝑓𝑜𝑘
− 1
𝑠′𝑜𝑘
1
𝑠𝑜𝑘 =
1
5 cm−
1
∞
1
𝑠𝑜𝑘 =
1
5 cm− 0
1
𝑠𝑜𝑘 =
1
5 cm
𝑠𝑜𝑘 = 5 cm
d = s′ob + sok d = s′ob + 5
1
𝑓𝑜𝑘
= 1
𝑠𝑜(𝑜𝑘) +
1
𝑠𝑖(𝑜𝑘)
1
𝑠𝑜(𝑜𝑘)=
1
𝑓𝑜𝑘
− 1
𝑠𝑖(𝑜𝑘)
1
𝑠𝑜(𝑜𝑘)=
1
5 cm−
1
−20 cm
∆𝑥 = ...?
Jawab:
Panjang mikroskop dapat ditentukan
melalui persamaan:
Jarak benda terhadap lensa okuler:
Panjang awal mikroskop:
s′ob = d − 5 ... (1)
Ketika titik jauh pengamat 20 cm, maka:
240
1
𝑠𝑜(𝑜𝑘)=
1
5 cm+
1
20 cm
1
𝑠𝑜(𝑜𝑘)=
4
20 cm+
1
20 cm
1
𝑠𝑜(𝑜𝑘)=
5
20 cm
𝑠𝑜(𝑜𝑘) =20 cm
5
𝑠𝑜(𝑜𝑘) = 4 cm
d′ = si(ob) + so(ok)
d′ = s′ob + 4
d − d′ = −4 + 5
d − d′ = 1
1,1d′ − d′ = 1
0,1d′ = 1
0,1d′ = 1
d′ =1
0,1
Panjang mikroskop akhir:
s′ob = d′ − 4 ... (2)
Substitusikan persamaan (1) ke
persamaan (2) d − 5 = d′ − 4
d′ = 10 cm
Untuk mengetahui nilai d dapat
mensubtitusikan terlebih dahulu nilai
d’ pada persamaan (2) s′ob = d′ − 4
s′ob = 10 − 4
241
s′ob = d − 5
d = s′ob + 5
d = 6 + 5
∆x = d − d′ ∆x = 11 cm − 10 cm
∆x = 1 cm
s′ob = 6 cm
Kemudian substitusikan nilai s′ob
pada persamaan (1)
d = 11 cm
Lensa okuler digeser sejauh:
Jadi, lensa okuler harus digeser sejauh
1 cm ke dalam (ke arah lensa objektif).
31 V M
Seorang siswa bermata normal melakukan
percobaan menggunakan mikroskop yang
memiliki jarak fokus objektif dan okuler
yang berturut-turut 1 cm dan 5 cm. Jika
saat siswa mengamati tanpa akomodasi
perbesaran yang dihasilkan adalah 40 kali,
maka posisi benda terhadap lensa objektif
adalah ....
a. 0,25 cm
b. 1,25 cm
c. 2,25 cm
d. 3,25 cm
e. 4,25 cm
1
fob=
1
sob+
1
s′ob
1
sob=
1
fob−
1
s′ob
1
sob=
1
1−
1
s′ob
Jawaban: b
Diketahui:
fob = 1 cm
fok = 5 cm
M = 40 kali
Ditanya:
sob = ...?
Jawab:
C4
242
1
sob= 1 −
1
s′ob
1
sob+
1
s′ob
= 1
M =s′
ob
sob ×
s𝑛
fok
40 =s′
ob
sob ×
25
5
40 =s′
ob
sob × 5
40
5=
s′ob
sob
8 =s′
ob
sob
8sob = s′ob
s′ob + sob
sob × s′ob
= 1
8sob + sob
sob × 8sob= 1
s′ob+ sob
sob × s′ob
= 1 ... (1)
Perbesaran mikroskop melalui
pengamatan tanpa akomodasi
s′ob = 8sob ...(2)
Substitusikan persamaan (2) ke
persamaan (1)
243
9sob
8sob2 = 1
9sob = 8sob2
9sob = 8sob × sob 9sob
8sob= sob
1,25 = sob
sob = 1,25 cm
Jadi, posisi benda terhadap lensa
objektif adalah 1,25 cm.
32 G M
Perhatikan gambar di bawah ini!
Jika perbesaran yang dihasilkan pada
pengamatan adalah 50 kali, maka panjang
mikroskop tersebut adalah ....
a. 11 cm
b. 12 cm
c. 14 cm
d. 16 cm
e. 17 cm
1
fob=
1
sob+
1
s′ob
1
sob=
1
fob−
1
s′ob
1
sob=
1
1−
1
s′ob
1
sob= 1 −
1
s′ob
Jawaban: d
Diketahui:
fob = 1 cm
fok = 6,25 cm
sok = 5 cm
M = 50 kali
Ditanya:
d = ...?
Jawab:
C4
fob = 1 cm fok = 6,25 cm
5 cm
244
1
sob+
1
s′ob
= 1
M =s′
ob
sob × (
s𝑛
fok+ 1)
50 =s′
ob
sob × (
25
6,25+ 1)
50 =s′
ob
sob × (4 + 1)
50 =s′
ob
sob × 5
50
5=
s′ob
sob
10 =s′
ob
sob
10sob = s′ob
s′ob + sob
sob × s′ob
= 1
10sob + sob
sob × 10sob= 1
s′ob+ sob
sob × s′ob
= 1 ... (1)
Perbesaran mikroskop melalui
pengamatan dengan berakomodasi
maksimum
s′ob = 10sob ...(2)
Substitusikan persamaan (2) ke
persamaan (1)
245
11sob
10sob2 = 1
11sob = 10sob2
11sob = 10sob × sob 11sob
10sob= sob
1,1 = sob
s′ob = 10sob
s′ob = 10 (1,1)
d = s′ob + sok d = 11 + 5
sob = 1,1 cm
Jarak bayangan yang dihasilkan lensa
objektif adalah
s′ob = 11 cm
Panjang mikroskop
d = 16 cm Jadi, panjang mikroskop tersebut
adalah 16 cm.
33 V G
Seorang siswa bermata normal melakukan
percobaan menggunakan mikroskop yang
memiliki jarak fokus objektif dan okuler
yang berturut-turut 1,2 cm dan 6,25 cm.
Jika saat siswa mengamati tanpa
akomodasi perbesaran yang dihasilkan
adalah 40 kali, maka posisi benda terhadap
lensa objektif yang tepat ditunjukkan pada
gambar ....
Jawaban: e
Diketahui:
fob = 1,2 cm
fok = 6,25 cm
M = 40 kali
Ditanya:
sob = ...?
Jawab:
C4
246
a.
b.
c.
1
fob=
1
sob+
1
s′ob
1
sob=
1
fob−
1
s′ob
1
sob=
1
1,2−
1
s′ob
1
sob=
s′ob − 1,2
1,2 s′ob
M =s′
ob
sob ×
s𝑛
fok
40 =s′
ob
sob ×
25
6,25
40 =s′
ob
sob × 4
40
4=
s′ob
sob
10 =s′
ob
sob
10sob = s′ob
sob = 1,2 s′
ob
s′ob−1,2
... (1)
Perbesaran mikroskop melalui
pengamatan tanpa akomodasi
s′ob = 10sob ...(2)
Substitusikan persamaan (2) ke
persamaan (1)
1 cm
1 cm
13,2 cm
247
d.
e.
sob = 1,2 s′
ob
s′ob − 1,2
sob = 1,2 (10sob)
10sob − 1,2
sob = 12 sob
10sob − 1,2
sob(10sob − 1,2) = 12 sob
10 sob2 − 1,2 sob = 12 sob
10 sob2 = 12 sob + 1,2 sob
10 sob2 = 13,2 sob
10 sob = 13,2 sob
sob
10 sob = 13,2
sob =13,2
10
sob = 1,32 cm
Jadi, posisi benda terhadap lensa
objektif adalah 1,32 cm yang
ditunjukkan pada gambar e.
Mengetahui
jenis-jenis
teropong dan
komponen
penyusunnya
34 V G
Berikut ini alat optik yang terdiri dari lensa
postif, cermin cekung, dan cermin datar
yang digunakan untuk mengamati benda
langit adalah ....
Jawaban: b
Pembahasan:
Alat optik yang terdiri dari lensa
postif, cermin cekung, dan cermin
datar yang digunakan untuk
mengamati benda langit adalah
C1
1,32 cm
1,32 cm
248
a.
b.
teropong pantul yang termasuk
sebagai salah satu jenis teropong
bintang.
249
c.
d.
e.
250
Menentukan
perbesaran
benda yang
dihasilkan dari
pengamatan
melalui
teropong
35 V M
Jarak fokus lensa objektif dan okuler
sebuah teropong bintang secara berturut-
turut adalah 180 cm dan 5 cm. Jika
pengamatan dilakukan tanpa akomodasi,
maka perbesaran angular teropong adalah
....
a. 36 kali
b. 42 kali
c. 50 kali
d. 55 kali
e. 60 kali
M =
fob
fok
M = 180 cm
5 cm
Jawaban: a
Diketahui:
fob = 180 cm
fok = 5 cm
Ditanya:
M = ...?
Jawab:
Perbesaran angular teropong dengan
pengamatan yang dilakukan tanpa
akomodasi adalah
M = 36 kali
Jadi, perbesaran angular teropong
tersebut adalah 36 kali.
C3
Menyelesaikan
permasalahan
terkait
pengamatan
suatu objek
melalui
teropong dengan
mata
berakomodasi
maksimum dan
tidak
36 V M
Jarak lensa objektif terhadap lensa okuler
sebuah teropong bintang satu sama lain
adalah 105 cm. Mata dapat melihat
bayangan dengan terang jika berakomodasi
pada jarak 30 cm. Jika ketika okuler
digeser sejauh 2 cm keluar terbentuk
bayangan terang pada layar yang berada 42
cm di belakang okuler, maka jarak fokus
lensa objektif teropong adalah ....
a. 6 cm
b. 10 cm
Jawab: c
Diketahui:
d = 105 cm
s’ok
= -30 cm (keadaan 1)
s’ok = 42 cm (keadaan 2)
Ditanya:
fob dan fok = ...?
Jawab:
Terdapat dua keadaaan yang harus kita
analisis, yaitu sebelum lensa okuler
digeser dan setelah lensa okuler
C4
251
berakomodasi c. 100 cm
d. 112 cm
1
𝑓𝑜𝑘
= 1
𝑠𝑜𝑘 +
1
𝑠′𝑜𝑘
1
𝑓𝑜𝑘
= 1
105 − 𝑓𝑜𝑏
+ 1
−30
digeser
Keadaan sebelum lensa okuler
digeser
Lensa objektif:
sobj = ∞
s’obj = fobj
Lensa okuler:
s’ok
= -30 (karena mata berakomodasi
pada jarak 30 cm)
Panjang mikroskop (d):
d = fob + sok
sok = d – fob
sok = 105 – fob
1
𝑓𝑜𝑘=
1
105− 𝑓𝑜𝑏−
1
30 ... (1)
Keadaan setelah lensa okuler
digeser
s’ok = 42 cm
d = 105 cm + 2 cm
d = 107 cm
d = fob + sok
sok = d – fob
sok = 107 – fob
252
1
𝑓𝑜𝑘
= 1
𝑠𝑜𝑘 +
1
𝑠′𝑜𝑘
1
105 − 𝑓𝑜𝑏−
1
30=
1
107 − 𝑓𝑜𝑏
+1
42
1
105 − 𝑓𝑜𝑏−
1
107 − 𝑓𝑜𝑏
= 1
42+
1
30
(107 − 𝑓𝑜𝑏) − (105 − 𝑓𝑜𝑏
)
(105 − 𝑓𝑜𝑏)(107 − 𝑓𝑜𝑏)
= 5
210+
7
210
107 − 𝑓𝑜𝑏 − 105 + 𝑓𝑜𝑏
)
(105 − 𝑓𝑜𝑏)(107 − 𝑓𝑜𝑏)=
12
210
107 − 105 − 𝑓𝑜𝑏 + 𝑓𝑜𝑏
(105 − 𝑓𝑜𝑏)(107 − 𝑓𝑜𝑏)=
2
35
2
(105 − 𝑓𝑜𝑏)(107 − 𝑓𝑜𝑏)=
2
35
1
(105 − 𝑓𝑜𝑏)(107 − 𝑓𝑜𝑏)=
1
35
35 = (105 − 𝑓𝑜𝑏)(107 − 𝑓𝑜𝑏)
(105 − 𝑓𝑜𝑏)(107 − 𝑓𝑜𝑏) = 35
11.235 − 212𝑓𝑜𝑏 + 𝑓𝑜𝑏2 = 35
𝑓𝑜𝑏2 − 212𝑓𝑜𝑏 + 11.235 − 35 = 0
1
𝑓𝑜𝑘=
1
107− 𝑓𝑜𝑏+
1
42 ... (2)
Substitusikan persamaan (1) ke
persamaan (2)
253
𝑓𝑜𝑏2 − 212𝑓𝑜𝑏 + 11.200 = 0
(𝑓𝑜𝑏 − 100)(𝑓𝑜𝑏 − 112) = 0
(𝑓𝑜𝑏)1 = 100 cm
(𝑓𝑜𝑏)2 = 112 cm
(𝑠𝑜𝑘)1 = 107 cm − 100 cm = 7 cm
(𝑠𝑜𝑘)2 = 107 cm − 112 cm = −5 cm
Untuk mengetahui jarak fokus lensa
objektif yang benar, maka kita dapat
mengujinya dengan menghitung jarak
benda ke lensa objektif
Jarak fokus lensa objektf yang diambil
adalah 100 cm (fob = 100 cm), hal ini
disebabkan karena nilai sok tidak boleh
negatif, karena jika negatif bayangan
dari lensa objektif jatuh di belakang
lensa okuler.
Jadi, jarak fokus lensa objektif
teropong adalah 100 cm.
37 V M
Pada sebuah teropong bintang, jarak antara
lensa objektif dan lensa okuler adalah 35
cm. Seberkas sinar merah (n = 1,52) dan
biru (n = 1,54) jatuh ke lensa objektif .
Sinar biru jatuh pada jarak 28 cm di
belakang lensa objektif pada sumbu utama
dan bayangan sinar biru oleh lensa okuler
terbentuk pada jarak tak hingga. Bayangan
akhir sinar merah berada pada jarak ....
a. 18,9 di depan lensa okuler
Jawaban: c
Diketahui:
d = 35 cm
nm = 1,52
nb = 1,54
Sinar biru:
s’ob = 28 cm
sob = ∞
s’ok = ∞
Ditanya:
s’ok (sinar merah) = ...?
C4
254
b. 18,9 di belakang lensa okuler
c. 30,8 di depan lensa okuler
d. 30,8 di belakang lensa okuler
e. 50,8 di depan lensa okuler
1
𝑓= (𝑛 − 1) (
1
𝑅1−
1
𝑅2)
1
𝑓𝑜𝑏= (𝑛𝑏 − 1) (
1
𝑅1−
1
𝑅2)
𝑜𝑏
1
28= (1,54 − 1) (
1
𝑅1−
1
𝑅2)
𝑜𝑏
1
28= 0,54 (
1
𝑅1−
1
𝑅2)
𝑜𝑏
1
28 (0,54)= (
1
𝑅1−
1
𝑅2)
𝑜𝑏
1
𝑓𝑜𝑘= (𝑛𝑏 − 1) (
1
𝑅1−
1
𝑅2)
𝑜𝑘
1
7= (1,54 − 1) (
1
𝑅1−
1
𝑅2)
𝑜𝑘
Jawab:
Sinar biru (lensa objektif)
s’ob = 28 cm = fob
sob = ∞
(1
𝑅1−
1
𝑅2)
𝑜𝑏=
1
28 (0,54) ... (1)
Sinar biru (lensa okuler)
s’ok = ∞
d = s’ob + sok
sok = d – s’ob
sok = 35 cm – 28 cm
sok = 7 cm = fok
255
1
7= 0,54 (
1
𝑅1−
1
𝑅2)
𝑜𝑘
1
7 (0,54)= (
1
𝑅1−
1
𝑅2)
𝑜𝑘
1
𝑓𝑜𝑏= (𝑛𝑏 − 1) (
1
𝑅1−
1
𝑅2)
𝑜𝑏
1
𝑓𝑜𝑏= (1,52 − 1) (
1
𝑅1−
1
𝑅2)
𝑜𝑏
1
𝑓𝑜𝑏=
0,52
15,12
𝑓𝑜𝑏 =15,12
0,52
𝑓𝑜𝑏 = 29,1 cm
(1
𝑅1−
1
𝑅2)
𝑜𝑘=
1
7 (0,54) ... (2)
Sinar merah (lensa objektif)
Sinar biru (lensa objektif)
1
𝑓𝑜𝑏= (1,52 − 1) (
1
𝑅1−
1
𝑅2)
𝑜𝑏 ... (3)
Substitusikan persamaan (1) ke
persamaan (3):
1
𝑓𝑜𝑏= (1,52 − 1)
1
28 (0,54)
1
𝑓𝑜𝑏= (0,52)
1
28 (0,54)
256
𝑓𝑜𝑏 = 29,1 cm = 𝑠′𝑜𝑏
1
𝑓𝑜𝑘= (𝑛𝑏 − 1) (
1
𝑅1−
1
𝑅2)
𝑜𝑘
1
𝑓𝑜𝑘= (1,52 − 1) (
1
𝑅1−
1
𝑅2)
𝑜𝑘
1
𝑓𝑜𝑘= (1,52 − 1)
1
7 (0,54)
1
𝑓𝑜𝑘= (0,52)
1
3,78
1
𝑓𝑜𝑘=
0,52
3,78
𝑓𝑜𝑘 = 3,78
0,52
𝑓𝑜𝑘 = 7,3 cm
Sinar merah (lensa okuler)
d = s’ob + sok
sok = d – s’ob
sok = 35 cm – 29,1 cm
sok = 5,9 cm
Jarak fokus lensa okuler
1
𝑓𝑜𝑘= (1,52 − 1) (
1
𝑅1−
1
𝑅2)
𝑜𝑘... (4)
Substitusi persamaan (2) ke
persamaan (4)
Bayangan akhir sinar merah dapat
ditentukan melalui persamaan:
257
1
𝑓𝑜𝑘
= 1
𝑠𝑜𝑘 +
1
𝑠′𝑜𝑘
1
𝑠′𝑜𝑘=
1
𝑓𝑜𝑘
− 1
𝑠𝑜𝑘
1
𝑠′𝑜𝑘=
1
7,3−
1
5,9
1
𝑠′𝑜𝑘=
5,9
43,07−
7,3
43,07
1
𝑠′𝑜𝑘= −
1,4
43,07
𝑠′𝑜𝑘 = −43,07
1,4
𝑠′𝑜𝑘 = −30,8 cm Jadi, letak bayangan akhir sinar merah
berada pada jarak 30,8 cm di depan
lensa okuler.
Mengetahui
jenis-jenis
teropong dan
komponen
penyusunnya
38 G V
Perhatikan gambar berikut ini!
Jenis alat optik dengan pembentukan
bayangan seperti pada gambar di atas
Jawaban: e
Pembahasan:
Jenis alat optik dengan pembentukan
bayangan seperti pada gambar adalah
terpong bumi. Teropong bumi terdiri
dari tiga lensa positif, yaitu objektif,
okuler, dan lensa pembalik.
C2
258
adalah ....
a. Mikroskop
b. Kamera
c. Teropong Bias
d. Teropong Pantul
e. Teropong Bumi
39 V V
Jenis teropong yang disebut juga sebagai
teropong sandiwara atau teropong belanda
atau teropong Galileo adalah ....
a. Teropong Bumi
b. Teropong Prisma
c. Teropong Bias
d. Teropong Panggung
e. Teropong Pantul
Jawab: d
Pembahasan:
Jenis teropong yang disebut juga
sebagai teropong sandiwara atau
teropong belanda atau teropong
Galileo adalah teropong panggung.
C1
40 V G
Berikut ini alat optik yang terdiri dari dua
lensa postif dan sepasang prisma segitiga
sama kaki adalah ....
a.
Jawab: e
Pembahasan:
Alat optik yang terdiri dari dua lensa
postif dan sepasang prisma segitiga
sama kaki adalah teropong prisma.
Prisma-prisma pada teropong tersebut
berfungsi memantulkan cahaya dengan
pemantulan sempurna.
259
b.
c.
260
d.
e.
261
Keterangan Bentuk Representasi:
V = Verbal
M = Matematis
G = Gambar
D = Diagram
262
Lampiran B.6
LEMBAR VALIDASI MATERI INSTRUMEN TES
Nama :
Instansi :
Petunjuk Pengisian:
1. Berilah tanda ceklist (√) pada kolom tingkat penilaian yang sesuai.
2. Kriteria skor penilaian:
Skor 5: Sangat Baik
Skor 4: Baik
Skor 3: Cukup Baik
Skor 2: Kurang Baik
Skor 1: Sangat Tidak Baik
No.
ASPEK YANG DINILAI
Keterangan
Soal Sesuai dengan
Indikator
Hanya Memiliki Satu
Kunci Jawaban
Pengecoh pada Pilihan
Jawaban Berfungsi
Soal Sesuai dengan Aspek
Ranah Kognitif yang
Diukur
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
1
2
3
263
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
264
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
265
34
35
36
37
38
39
40
Jakarta, April 2017
Validator
..........................................
NIP.
266
LEMBAR VALIDASI KONSTRUK INSTRUMEN TES
Nama :
Instansi :
Petunjuk Pengisian:
1. Berilah tanda ceklist (√) pada kolom tingkat penilaian yang sesuai.
2. Kriteria skor penilaian:
Skor 5: Sangat Baik
Skor 4: Baik
Skor 3: Cukup Baik
Skor 2: Kurang Baik
Skor 1: Sangat Tidak Baik
No.
ASPEK YANG DINILAI
Keteran
gan
Soal Dirumuskan
Secara Jelas dan
Tegas
Rumusan Soal dan
Pilihan Jawaban
Merupakan
Pernyataan yang
Diperlukan Saja
Soal Tidak
Memberi
Petunjuk ke Arah
Kunci Jawaban
Soal Tidak
Mengandung
Pernyataan yang
Bersifat Negatif
Ganda
Panjang Pilihan
Jawaban Relatif
Sama
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
267
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
268
No.
ASPEK YANG DINILAI
Ket.
Panjang Pilihan
Jawaban Relatif
Sama
Pilihan Jawaban
Tidak
Mengandung
Pernyataan
“Semua Pilihan
Jawaban di atas
Salah"
maupun
Sebaliknya
Pilihan Jawaban
yang Berbentuk
Angka/Waktu
Disusun
Berdasarkan
Urutan Besar
Kecilnya Nilai
Angka atau
Kronologis
Gambar, Grafik,
Tabel, Diagram,
Wacana, dan
Sejenisnya Jelas
dan Berfungsi
Rumusan Soal
Tidak
Menggunakan
Ungkapan atau
Kata yang
Bermakna Tidak
Pasti (Sebaiknya,
Umumnya,
Kadang‐Kadang)
Butir Soal Tidak
Bergantung Pada
Jawaban Soal
Sebelumnya.
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
269
LEMBAR VALIDASI BAHASA INSTRUMEN TES
Nama :
Instansi :
Petunjuk Pengisian:
1. Berilah tanda ceklist (√) pada kolom tingkat penilaian yang sesuai.
2. Kriteria skor penilaian:
Skor 5: Sangat Baik
Skor 4: Baik
Skor 3: Cukup Baik
Skor 2: Kurang Baik
Skor 1: Sangat Tidak Baik
No.
ASPEK YANG DINILAI
Keterangan Soal Sesuai
dengan Kaidah
Bahasa
Indonesia
Bahasa yang
Digunakan
Komunikatif
Pilihan Jawaban Tidak
Mengulang Kata/Frase
yang Bukan Merupakan
Satu Kesatuan
Pengertian
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
270
No.
ASPEK YANG DINILAI
Keterangan Soal Sesuai
dengan Kaidah
Bahasa
Indonesia
Bahasa yang
Digunakan
Komunikatif
Pilihan Jawaban Tidak
Mengulang Kata/Frase
yang Bukan Merupakan
Satu Kesatuan
Pengertian
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
271
No.
ASPEK YANG DINILAI
Keterangan Soal Sesuai
dengan Kaidah
Bahasa
Indonesia
Bahasa yang
Digunakan
Komunikatif
Pilihan Jawaban Tidak
Mengulang Kata/Frase
yang Bukan Merupakan
Satu Kesatuan
Pengertian
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
Jakarta, April 2017
Validator
..........................................
NIP.
272
Lampiran B.7
HASIL KALIBRASI INSTRUMEN TES
D.Pembeda(%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi
11,11 Sangat Mudah 0,434 Sangat Signifikan
33,33 Sangat Mudah 0,558 Sangat Signifikan
0,00 Sangat Mudah 0,083 -
55,56 Sangat Mudah 0,579 Sangat Signifikan
44,44 Sedang 0,203 -
22,22 Sangat Mudah 0,561 Sangat Signifikan
22,22 Sangat Mudah 0,561 Sangat Signifikan
33,33 Sedang 0,314 Signifikan
44,44 Sedang 0,427 Sangat Signifikan
22,22 Mudah 0,096 -
100,00 Sedang 0,650 Sangat Signifikan
66,67 Mudah 0,480 Sangat Signifikan
44,44 Sedang 0,376 Signifikan
44,44 Sangat Mudah 0,659 Sangat Signifikan
44,44 Sedang -0,099 Sangat Signifikan
0,00 Sangat Mudah -0,023 -
66,67 Sedang 0,472 Sangat Signifikan
44,44 Mudah 0,365 Signifikan
11,11 Sedang -0,015 -
0,00 Sedang 0,329 Signifikan
33,33 Sangat Mudah 0,388 Signifikan
44,44 Mudah -0,347 Sangat Signifikan
-33,33 Sangat Sukar -0,388 -
44,44 Sedang 0,351 Signifikan
0,00 Sangat Sukar NAN NAN
0,00 Sangat Sukar NAN NAN
55,56 Sangat Mudah 0,703 Sangat Signifikan
-33,33 Sangat Sukar -0,517 -
33,33 Mudah 0,336 Signifikan
11,11 Mudah -0,130 Sangat Signifikan
33,33 Sedang 0,299 -
55,56 Sukar -0,116 Sangat Signifikan
22,22 Sangat Sukar 0,310 Signifikan
0,00 Sangat Sukar NAN NAN
55,56 Sangat Mudah 0,600 Sangat Signifikan
0,00 Sedang 0,089 -
-11,11 Sedang -0,091 -
22,22 Sedang 0,292 -
55,56 Mudah 0,557 Sangat Signifikan
66,67 Mudah 0,517 Sangat Signifikan
Lampiran B.8
LEMBAR SOAL
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberikan tanda
silang (x) pada huruf A, B, C, D, atau E pada lembar jawaban!
1. Perhatikan gambar di bawah ini!
Fungsi dari bagian mata yang ditunjukkan pada label B dan C secara berturut-
turut adalah ....
a. Mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dan menggerakkan lensa
mata
b. Mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dan mengatur pembiasan
cahaya yang terjadi di mata
c. Mengatur lebar pupil dan mengatur pembiasan cahaya yang terjadi di
mata
d. Mengatur pembiasan cahaya yang terjadi di mata dan tempat terbentuknya
bayangan
e. Menggerakkan lensa mata dan mengatur lebar pupil
2. Perhatikan gambar di bawah ini!
A
B
C
D E
1
2
3
4
5
Bagian mata yang berfungsi untuk memberi warna pada mata ditunjukkan
oleh nomor ....
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
3. Kondisi pembentukan bayangan yang tepat pada penderita cacat mata miopi
ditunjukkan oleh gambar ....
a.
b.
c.
d.
e.
4. Seseorang tidak dapat melihat dengan jelas objek yang berjarak lebih jauh dari
200 cm di depannya. Kekuatan kacamata yang dibutuhkan oleh orang tersebut
agar objek dapat terlihat dengan jelas adalah ....
a. +4 dioptri
b. +0,5 dioptri
c. -0,25 dioptri
d. -0,5 dioptri
e. -0,75 dioptri
5. Jenis cacat mata dengan kondisi mata tidak mampu melihat dengan jelas objek
pada jarak 25 cm atau kurang dari 25 cm disebut ....
a. Miopi
b. Hipermetropi
c. Presbiopi
d. Astigmatisma
e. Silindris
6. Kondisi pembentukan bayangan yang tepat pada penderita cacat mata
hipermetropi ditunjukkan oleh gambar ....
a.
b.
c.
d.
e.
7. Seseorang memiliki titik dekat pada jarak 40 cm, sehingga ia tidak dapat
membaca buku pada jarak normal. Fokus kacamata yang dibutuhkan oleh
orang tersebut agar dapat membaca buku pada jarak normal dapat ditentukan
melalui persamaan ....
a. 1
f=
1
sn +
1
PP
b. 1
f=
1
sn −
1
PP
c. 1
f=
1
−sn +
1
PP
d. 1
f=
1
−sn +
1
−PP
e. f = 1
sn +
1
−PP
8. Perhatikan gambar berikut ini!
Cacat mata dengan pembentukan bayangan seperti pada gambar di atas dan
jenis lensa yang harus digunakan adalah ....
Cacat Mata Jenis Lensa
a. Miopi Negatif
b. Presbiopi Positif
c. Presbiopi Rangkap
d. Astigmatisma Bifokal
e. Astigmatisma Silinder
9. Seseorang sedang mengamati benda yang berukuran kecil menggunakan lup.
Jika orang tersebut mengamati dengan mata berakomodasi maksimum, maka
pembentukan bayangan yang tepat adalah ....
a.
b.
F
F
c.
d.
e.
10. Seorang anak menggunakan sebuah lup yang memiliki titik fokus 10 cm untuk
memperjelas tulisan pada peta yang sedang dibacanya. Jika anak tersebut
menggunakan lup dengan mata berakomodasi maksimum, maka perbesaran
angular yang dihasilkan lup tersebut adalah ....
a. 2 kali
b. 3 kali
c. 3,5 kali
d. 4 kali
e. 4,5 kali
11. Berikut ini gambar yang menunjukkan pembentukkan bayangan pada lup yang
menghasilkan perbesaran angular sebesar 4 kali dengan mata tak
berakomodasi adalah ....
a.
F F
25 cm
6,25 cm F
b.
c.
d.
e.
12. Perhatikan gambar pembentukan bayangan benda pada lup berikut ini!
Perbesaran angular yang dihasilkan dari pengamatan menggunakan lup
tersebut adalah ....
a. 4 kali
b. 3,5 kali
c. 3 kali
d. 2,5 kali
25 cm
6,25 cm F
50 cm
25 cm F
6,25 cm F
25 cm F
25 cm
12,5 cm F
e. 2 kali
13. Seseorang sedang melakukan pengamatan menggunakan sebuah mikroskop. Jika
orang tersebut mengamati dengan mata tak berakomodasi, maka pembentukan
bayangan yang tepat adalah ....
a.
b.
c.
d.
e.
F
F
F F
14. Sebuah lup digunakan seorang anak bermata normal untuk mengamati suatu
objek. Jika perbesaran angular yang dihasilkan ketika mata berakomodasi
maksimum adalah 1,5 kali dari perbesaran angular ketika mata tidak
berakomodasi, maka besar perbesaran angular lup ketika mata berakomodasi
maksimum adalah ....
a. 2 kali
b. 3 kali
c. 4 kali
d. 5 kali
e. 6 kali
15. Sebuah lup digunakan pada dua keadaan pengamatan seperti pada gambar di
bawah ini!
Jika perbandingan perbesaran yang dihasilkan pada dua keadaan pengamatan
tersebut adalah 3:2, maka besar fokus lup yang digunakan adalah ....
a. 12 cm
b. 12,5 cm
c. 15 cm
d. 15,5 cm
e. 20 cm
16. Perbesaran angular yang dihasilkan sebuah lup ketika digunakan dengan mata
tak berakomodasi adalah 5/6 kali dari perbesaran ketika lup digunakan dengan
mata berakomodasi maksimum. Jika lup tersebut digunakan oleh pengamat
dengan mata berakomodasi pada jarak 45 cm, maka jarak benda terhadap lup
yang tepat ditunjukkan oleh gambar ....
a.
F
(a)
F
(b)
4 cm F
b.
c.
d.
e.
17. Perhatikan gambar di bawah ini!
Bagian kamera yang berfungsi untuk layar penangkap/perekam bayangan
yang memiliki fungsi yang sama dengan retina pada mata ditunjukkan oleh
gambar ....
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
4,5 cm F
4,5 cm F
4,5 cm F
5 cm
F
4 5
1 2
3
18. Perhatikan gambar pembentukan bayangan oleh mikroskop berikut ini!
Jika pengamat memiliki penglihatan normal, maka perbesaran mikroskop
yang dihasilkan adalah ....
a. 22 kali
b. 23 kali
c. 24 kali
d. 25 kali
e. 26 kali
19. Perhatikan gambar di bawah ini!
Jika mikroskop tersebut kemudian digunakan seseorang yang memiliki titik
jauh 45 cm dan panjang mikroskop awal adalah 1,05 kali panjang mikroskop
akhir, maka besar panjang mikroskop akhir adalah ....
a. 8 cm
b. 10 cm
c. 12 cm
d. 15 cm
e. 20 cm
20. Sebuah mikroskop memiliki jarak fokus lensa objektif dan okuler berturut-
turut 1 cm dan 5 cm digunakan untuk mengamati sebuah objek tanpa
akomodasi. Jika kemudian mikroskop tersebut digunakan seseorang yang
memiliki titik jauh 20 cm dan panjang mikroskop awal adalah 1,1 kali panjang
mikroskop akhir, maka bayangan benda dapat terlihat dengan jelas tanpa
akomodasi ketika lensa okuler digeser sejauh ....
Sob = 1,2 cm
fok = 6,25 cm fob = 1 cm
fob = 2,2 cm fok = 5 cm
a. 1 cm ke dalam
b. 1 cm ke luar
c. 2 cm ke dalam
d. 2 cm ke luar
e. 3 cm ke dalam
21. Perhatikan gambar di bawah ini!
Jika perbesaran yang dihasilkan pada pengamatan adalah 50 kali, maka
panjang mikroskop tersebut adalah ....
a. 11 cm
b. 12 cm
c. 14 cm
d. 16 cm
e. 17 cm
22. Seorang siswa bermata normal melakukan percobaan menggunakan
mikroskop yang memiliki jarak fokus objektif dan okuler yang berturut-turut
1,2 cm dan 6,25 cm. Jika saat siswa mengamati tanpa akomodasi perbesaran
yang dihasilkan adalah 40 kali, maka posisi benda terhadap lensa objektif
yang tepat ditunjukkan pada gambar ....
a.
fob = 1 cm fok = 6,25 cm
5 cm
1 cm
b.
c.
d.
e.
1 cm
13,2 cm
1,32 cm
1,32 cm
23. Jarak fokus lensa objektif dan okuler sebuah teropong bintang secara berturut-
turut adalah 180 cm dan 5 cm. Jika pengamatan dilakukan tanpa akomodasi,
maka perbesaran angular teropong adalah ....
a. 36 kali
b. 42 kali
c. 50 kali
d. 55 kali
e. 60 kali
24. Jenis teropong yang disebut juga sebagai teropong sandiwara atau teropong
belanda atau teropong Galileo adalah ....
a. Teropong Bumi
b. Teropong Prisma
c. Teropong Bias
d. Teropong Panggung
e. Teropong Pantul
25. Berikut ini alat optik yang terdiri dari dua lensa postif dan sepasang prisma
segitiga sama kaki adalah ....
a.
b.
c.
d.
e.
Lampiran B.9
ANGKET RESPON SISWA
Nama :
Asal Sekolah:
Petunjuk Pengisian:
1. Berilah tanda ceklist (√) pada kolom tingkat penilaian yang sesuai.
2. Kriteria skor penilaian:
Skor 5: Sangat Setuju
Skor 4: Setuju
Skor 3: Cukup
Skor 2: Tidak Setuju
Skor 1: Sangat Tidak Setuju
Praktikabilitas Instrumen Tes
No. Indikator 5 4 3 2 1
1. Instrumen tes tidak menuntut peralatan yang
banyak dalam pengerjaannya
2. Instrumen tes memberikan kebebasan kepada
siswa untuk mengerjakan soal yang dianggap
mudah terlebih dahulu
3. Instrumen tes memiliki petunjuk pengerjaan
soal yang jelas
4. Instrumen tes memiliki ukuran tulisan yang
mudah dibaca
5. Instrumen tes memiliki gambar yang jelas dan
ukuran yang tepat
Komentar dan Saran
Lampiran B.10
LEMBAR PEDOMAN OBSERVASI
Kelompok :
Anggota Kelompok: 1.
2.
3.
4.
5.
No. Aspek yang Dinilai Penilaian
Skor A B C
1.
Kerjasama Kelompok
2.
Cara Mengajukan
Pertanyaan
3.
Cara Menjawab
Pertanyaan
4.
Cara Menjawab
Pendapat Kelompok
Lain
5.
Cara Membuat
Kesimpulan
Skor Total
Rubrik Penilaian
A: Baik (skor 3)
B: Cukup (skor 2)
C: Kurang (skor 1)
Nilai = Jumlah skor
Skor maksimum × 100
Catatan:
Jakarta, ............................
Obeserver
LAMPIRAN C HASIL PENELITIAN
291
Lampiran C.1
Lembar Hasil Validasi Judgment Ahli Aspek Materi
292
293
294
295
Lampiran C.2
Lembar Hasil Validasi Judgment Ahli Aspek Konstruk
296
297
298
299
Lampiran C.3
Lembar Hasil Validasi Judgment Ahli Aspek Bahasa
300
301
302
303
Lampiran C.4
Perhitungan Hasil Validasi Judgment Ahli Aspek Materi
Indikator 1
Butir
Soal
Skor Jumlah
Skor Ahli 1 Ahli 2
1 5 4 9
2 4 3 7
3 5 5 10
4 5 5 10
5 5 4 9
6 5 5 10
7 5 4 9
8 5 5 10
9 5 4 9
10 5 5 10
11 5 4 9
12 5 5 10
13 5 5 10
14 5 4 9
15 5 5 10
16 5 4 9
17 5 5 10
18 5 4 9
19 5 4 9
20 5 5 10
21 5 5 10
22 5 5 10
23 5 4 9
24 5 5 10
25 5 5 10
26 5 4 9
27 5 5 10
28 5 5 10
29 5 5 10
30 5 4 9
31 5 4 9
32 5 5 10
33 5 4 9
34 5 4 9
35 5 5 10
36 5 5 10
37 5 4 9
38 5 5 10
39 5 4 9
40 5 4 9
Indikator 2
Butir
Soal
Skor Jumlah
Skor Ahli 1 Ahli 2
1 5 4 9
2 5 4 9
3 5 4 9
4 5 5 10
5 5 5 10
6 5 4 9
7 5 5 10
8 5 5 10
9 5 4 9
10 5 5 10
11 5 5 10
12 5 4 9
13 5 5 10
14 5 5 10
15 5 4 9
16 5 5 10
17 5 5 10
18 5 5 10
19 5 4 9
20 5 5 10
21 5 4 9
22 5 5 10
23 5 5 10
24 5 4 9
25 5 5 10
26 5 4 9
27 5 4 9
28 5 5 10
29 5 4 9
30 5 5 10
31 5 5 10
32 5 5 10
33 5 5 10
34 5 4 9
35 5 4 9
36 5 5 10
37 5 5 10
38 5 4 9
39 5 5 10
40 5 5 10
304
Indikator 3
Butir
Soal
Skor Jumlah
Skor Ahli 1 Ahli 2
1 5 5 10
2 5 5 10
3 5 4 9
4 5 5 10
5 5 4 9
6 5 5 10
7 5 4 9
8 5 4 9
9 5 4 9
10 5 5 10
11 5 5 10
12 5 4 9
13 5 5 10
14 5 5 10
15 5 5 10
16 5 4 9
17 5 4 9
18 5 5 10
19 5 4 9
20 5 4 9
21 5 4 9
22 5 5 10
23 5 4 9
24 5 4 9
25 5 5 10
26 5 5 10
27 5 4 9
28 5 5 10
29 5 5 10
30 5 4 9
31 5 5 10
32 5 4 9
33 5 5 10
34 5 5 10
35 5 4 9
36 5 5 10
37 5 4 9
38 5 5 10
39 5 5 10
40 5 4 9
Indikator 4
Butir
Soal
Skor Jumlah
Skor Ahli 1 Ahli 2
1 5 4 9
2 5 5 10
3 5 4 9
4 5 4 9
5 5 5 10
6 5 4 9
7 5 5 10
8 5 4 9
9 5 5 10
10 5 4 9
11 5 5 10
12 5 5 10
13 5 4 9
14 5 4 9
15 5 4 9
16 5 5 10
17 5 5 10
18 5 4 9
19 5 4 9
20 5 5 10
21 5 5 10
22 5 5 10
23 5 4 9
24 5 5 10
25 5 4 9
26 5 4 9
27 5 5 10
28 5 5 10
29 5 4 9
30 5 5 10
31 5 4 9
32 5 5 10
33 5 4 9
34 5 4 9
35 5 5 10
36 5 5 10
37 5 5 10
38 5 4 9
39 5 4 9
40 5 5 10
305
Lampiran C.5
Perhitungan Hasil Validasi Judgment Ahli Aspek Konstruk
Indikator 1
Butir
Soal
Skor Jumlah
Skor Ahli 1 Ahli 2
1 5 4 9
2 4 5 9
3 5 5 10
4 5 5 10
5 5 4 9
6 5 4 9
7 5 5 10
8 5 5 10
9 5 5 10
10 5 4 9
11 5 5 10
12 5 5 10
13 5 5 10
14 5 5 10
15 5 5 10
16 5 5 10
17 5 4 9
18 5 5 10
19 5 5 10
20 5 5 10
21 5 4 9
22 5 5 10
23 5 5 10
24 5 5 10
25 5 4 9
26 5 4 9
27 5 5 10
28 5 5 10
29 5 5 10
30 5 4 9
31 5 5 10
32 5 4 9
33 5 5 10
34 5 5 10
35 5 5 10
36 5 5 10
37 5 4 9
38 5 4 9
39 5 5 10
40 5 5 10
Indikator 2
Butir
Soal
Skor Jumlah
Skor Ahli 1 Ahli 2
1 4 4 8
2 3 3 6
3 5 4 9
4 5 5 10
5 5 5 10
6 5 4 9
7 5 4 9
8 5 5 10
9 5 4 9
10 5 5 10
11 5 5 10
12 5 4 9
13 5 5 10
14 5 5 10
15 5 5 10
16 5 5 10
17 5 4 9
18 5 5 10
19 5 5 10
20 5 5 10
21 5 4 9
22 5 4 9
23 5 5 10
24 5 5 10
25 5 4 9
26 5 5 10
27 5 5 10
28 5 4 9
29 5 4 9
30 5 5 10
31 5 5 10
32 5 4 9
33 5 5 10
34 5 5 10
35 5 4 9
36 5 5 10
37 5 5 10
38 5 4 9
39 5 5 10
40 5 5 10
306
Indikator 3
Butir
Soal
Skor Jumlah
Skor Ahli 1 Ahli 2
1 5 5 10
2 3 3 6
3 5 5 10
4 5 5 10
5 5 5 10
6 5 5 10
7 5 4 9
8 5 5 10
9 5 5 10
10 5 5 10
11 5 5 10
12 5 4 9
13 5 4 9
14 5 5 10
15 5 5 10
16 5 5 10
17 5 5 10
18 5 4 9
19 5 5 10
20 5 5 10
21 5 4 9
22 5 4 9
23 5 4 9
24 5 4 9
25 5 5 10
26 5 5 10
27 5 5 10
28 5 5 10
29 5 5 10
30 5 5 10
31 5 5 10
32 5 4 9
33 5 4 9
34 5 5 10
35 5 5 10
36 5 5 10
37 5 5 10
38 5 4 9
39 5 5 10
40 5 5 10
Indikator 4
Butir
Soal
Skor Jumlah
Skor Ahli 1 Ahli 2
1 5 5 10
2 3 3 6
3 5 5 10
4 5 5 10
5 5 5 10
6 5 4 9
7 5 5 10
8 5 5 10
9 5 5 10
10 5 4 9
11 5 4 9
12 5 5 10
13 5 5 10
14 5 5 10
15 5 5 10
16 5 5 10
17 5 5 10
18 5 5 10
19 5 4 9
20 5 5 10
21 5 5 10
22 5 5 10
23 5 5 10
24 5 4 9
25 5 5 10
26 5 5 10
27 5 5 10
28 5 5 10
29 5 5 10
30 5 4 9
31 5 4 9
32 5 5 10
33 5 5 10
34 5 5 10
35 5 5 10
36 5 4 9
37 5 5 10
38 5 5 10
39 5 5 10
40 5 5 10
307
Indikator 5
Butir
Soal
Skor Jumlah
Skor Ahli 1 Ahli 2
1 5 5 10
2 5 5 10
3 5 4 9
4 5 5 10
5 5 4 9
6 5 4 9
7 5 5 10
8 5 5 10
9 5 5 10
10 5 5 10
11 5 5 10
12 5 5 10
13 5 5 10
14 5 5 10
15 5 5 10
16 5 5 10
17 5 5 10
18 5 4 9
19 5 5 10
20 5 5 10
21 5 5 10
22 5 5 10
23 5 5 10
24 5 5 10
25 5 4 9
26 5 4 9
27 5 5 10
28 5 5 10
29 5 5 10
30 5 5 10
31 5 4 9
32 5 5 10
33 5 5 10
34 5 4 9
35 5 5 10
36 5 5 10
37 5 4 9
38 5 5 10
39 5 5 10
40 5 5 10
Indikator 6
Butir
Soal
Skor Jumlah
Skor Ahli 1 Ahli 2
1 5 5 10
2 5 5 10
3 5 4 9
4 5 4 9
5 5 5 10
6 5 4 9
7 5 4 9
8 5 4 9
9 5 5 10
10 5 5 10
11 5 5 10
12 5 5 10
13 5 5 10
14 5 5 10
15 5 5 10
16 5 5 10
17 5 5 10
18 5 4 9
19 5 5 10
20 5 5 10
21 5 5 10
22 5 5 10
23 5 5 10
24 5 5 10
25 5 4 9
26 5 4 9
27 5 5 10
28 5 5 10
29 5 5 10
30 5 4 9
31 5 5 10
32 5 4 9
33 5 5 10
34 5 5 10
35 5 4 9
36 5 5 10
37 5 5 10
38 5 5 10
39 5 5 10
40 5 5 10
308
Indikator 7
Butir
Soal
Skor Jumlah
Skor Ahli 1 Ahli 2
1 5 5 10
2 5 4 9
3 5 5 10
4 5 5 10
5 5 5 10
6 5 4 9
7 5 5 10
8 5 5 10
9 5 5 10
10 5 5 10
11 5 5 10
12 5 5 10
13 5 5 10
14 5 5 10
15 5 4 9
16 5 5 10
17 5 5 10
18 5 5 10
19 5 5 10
20 5 5 10
21 5 5 10
22 5 4 9
23 5 5 10
24 5 5 10
25 5 4 9
26 5 4 9
27 5 5 10
28 5 5 10
29 5 5 10
30 5 4 9
31 5 5 10
32 5 5 10
33 5 5 10
34 5 5 10
35 5 4 9
36 5 5 10
37 5 5 10
38 5 4 9
39 5 5 10
40 5 5 10
Indikator 8
Butir
Soal
Skor Jumlah
Skor Ahli 1 Ahli 2
1 5 5 10
2 5 4 9
3 5 5 10
4 5 5 10
5 5 5 10
6 5 5 10
7 5 5 10
8 5 5 10
9 5 5 10
10 5 5 10
11 5 5 10
12 5 5 10
13 5 5 10
14 5 4 9
15 5 5 10
16 5 5 10
17 5 5 10
18 5 5 10
19 5 5 10
20 5 5 10
21 5 5 10
22 5 5 10
23 5 5 10
24 5 5 10
25 5 4 9
26 5 4 9
27 5 5 10
28 5 5 10
29 5 5 10
30 5 5 10
31 5 5 10
32 5 5 10
33 5 4 9
34 5 5 10
35 5 5 10
36 5 5 10
37 5 5 10
38 5 5 10
39 5 5 10
40 5 5 10
309
Indikator 9
Butir
Soal
Skor Jumlah
Skor Ahli 1 Ahli 2
1 5 5 10
2 5 5 10
3 5 5 10
4 4 4 8
5 5 4 9
6 5 5 10
7 5 5 10
8 4 4 8
9 5 5 10
10 5 4 9
11 4 4 8
12 4 5 9
13 4 5 9
14 4 5 9
15 4 5 9
16 5 5 10
17 4 5 9
18 4 4 8
19 5 5 10
20 5 5 10
21 5 5 10
22 4 4 8
23 5 5 10
24 5 4 9
25 5 5 10
26 5 5 10
27 3 4 7
28 3 3 6
29 5 5 10
30 5 5 10
31 5 4 9
32 5 5 10
33 3 5 8
34 4 4 8
35 5 5 10
36 5 4 9
37 5 5 10
38 5 5 10
39 3 4 7
40 4 4 8
Indikator 10
Butir
Soal
Skor Jumlah
Skor Ahli 1 Ahli 2
1 5 5 10
2 5 5 10
3 5 4 9
4 5 5 10
5 5 5 10
6 5 5 10
7 5 5 10
8 5 5 10
9 5 5 10
10 5 5 10
11 5 5 10
12 5 5 10
13 5 5 10
14 5 4 9
15 5 4 9
16 5 5 10
17 5 5 10
18 5 5 10
19 5 4 9
20 5 5 10
21 5 5 10
22 5 5 10
23 5 5 10
24 5 5 10
25 5 5 10
26 5 5 10
27 5 4 9
28 5 5 10
29 5 5 10
30 5 5 10
31 5 5 10
32 5 5 10
33 5 5 10
34 5 5 10
35 5 5 10
36 5 4 9
37 5 5 10
38 5 5 10
39 5 5 10
40 5 5 10
310
Indikator 11
Butir
Soal
Skor Jumlah
Skor Ahli 1 Ahli 2
1 5 5 10
2 5 4 9
3 5 5 10
4 5 4 9
5 5 5 10
6 5 4 9
7 5 4 9
8 5 5 10
9 5 4 9
10 5 5 10
11 5 5 10
12 5 5 10
13 5 5 10
14 5 5 10
15 5 5 10
16 5 5 10
17 5 5 10
18 5 5 10
19 5 5 10
20 5 4 9
21 5 4 9
22 5 5 10
23 5 5 10
24 5 5 10
25 5 4 9
26 5 5 10
27 5 5 10
28 5 5 10
29 5 5 10
30 5 5 10
31 5 5 10
32 5 4 9
33 5 5 10
34 5 5 10
35 5 5 10
36 5 5 10
37 5 5 10
38 5 5 10
39 5 5 10
40 5 5 10
311
Lampiran C.6
Perhitungan Hasil Validasi Judgment Ahli Aspek Bahasa
Indikator 1
Butir
Soal
Skor Jumlah
Skor Ahli 1 Ahli 2
1 4 4 8
2 4 4 8
3 4 5 9
4 5 4 9
5 5 5 10
6 5 5 10
7 4 5 9
8 5 5 10
9 5 5 10
10 5 4 9
11 5 5 10
12 5 4 9
13 5 5 10
14 5 5 10
15 5 5 10
16 4 5 9
17 5 5 10
18 5 4 9
19 5 5 10
20 5 5 10
21 5 5 10
22 5 5 10
23 5 5 10
24 4 5 9
25 5 5 10
26 5 5 10
27 5 5 10
28 5 5 10
29 5 5 10
30 5 5 10
31 5 5 10
32 5 4 9
33 5 5 10
34 5 5 10
35 5 5 10
36 5 5 10
37 5 5 10
38 4 5 9
39 5 5 10
40 5 5 10
Indikator 2
Butir
Soal
Skor Jumlah
Skor Ahli 1 Ahli 2
1 5 5 10
2 3 4 7
3 5 5 10
4 5 5 10
5 5 5 10
6 5 5 10
7 5 5 10
8 5 5 10
9 5 5 10
10 5 5 10
11 5 5 10
12 5 5 10
13 5 5 10
14 5 5 10
15 5 5 10
16 5 5 10
17 5 5 10
18 5 4 9
19 5 5 10
20 5 5 10
21 5 5 10
22 5 5 10
23 5 4 9
24 5 5 10
25 5 5 10
26 5 5 10
27 5 5 10
28 5 5 10
29 5 5 10
30 5 4 9
31 5 5 10
32 5 5 10
33 5 5 10
34 5 5 10
35 5 4 9
36 5 5 10
37 5 5 10
38 5 5 10
39 5 5 10
40 5 5 10
312
Indikator 3
Butir
Soal
Skor Jumlah
Skor Ahli 1 Ahli 2
1 4 5 9
2 5 4 9
3 5 5 10
4 5 5 10
5 5 5 10
6 5 5 10
7 5 5 10
8 5 5 10
9 5 5 10
10 5 5 10
11 5 4 9
12 5 4 9
13 5 5 10
14 5 5 10
15 5 5 10
16 5 5 10
17 5 5 10
18 5 5 10
19 5 4 9
20 5 5 10
21 5 5 10
22 5 5 10
23 5 5 10
24 5 5 10
25 5 4 9
26 5 5 10
27 5 5 10
28 5 5 10
29 5 5 10
30 5 5 10
31 5 4 9
32 5 5 10
33 5 5 10
34 5 5 10
35 5 5 10
36 5 5 10
37 5 4 9
38 5 5 10
39 5 5 10
40 5 5 10
313
Lampiran C.7
Perhitungan Hasil Posttest Siswa pada Uji Coba Skala Terbatas
Butir
soal
Skor Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1
4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
5 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1
6 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
8 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1
12 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1
13 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
14 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0
15 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0
16 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
18 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0
19 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1
20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1
22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
24 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
25 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
Jumlah 18 21 15 16 20 13 19 18 15 17
Nilai 72 84 60 64 80 52 76 72 60 68
314
Lampiran C.8
Perhitungan Hasil Kemampuan Representasi Siswa
pada Uji Coba Skala Terbatas
Butir
soal
Skor Siswa Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
3 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 8
4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9
5 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 7
6 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9
7 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8
8 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 5
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
11 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 7
12 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 7
13 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9
14 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 5
15 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 6
16 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
18 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 8
19 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 6
20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 7
22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
24 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9
25 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
315
Aspek
Kemampuan
Represetasi
Tipe Soal Butir Soal Presentase
Rata-Rata
Translasi
A Gambar – Verbal 1,8 75%
B Verbal – Gambar 2,3,6,17,25 76%
C Verbal – Verbal 5,24 80%
Interpretasi
D Verbal – Matematis 4,7,10,14,20,23 70%
E Verbal – Diagram 9,11,13,16,22 54%
F Diagram – Matematis 12,15,18,19,21 68%
316
Lampiran C.9
Perhitungan Hasil Angket Respon Siswa pada Uji Coba Skala Terbatas
No. Indikator Jumlah
Skor Presentase Kategori
1. Instrumen tes tidak menuntut
peralatan yang banyak dalam
pengerjaannya
43 86% Baik
2.
Instrumen tes memberikan
kebebasan kepada siswa untuk
mengerjakan soal yang dianggap
mudah terlebih dahulu
42 84% Baik
3. Instrumen tes memiliki petunjuk
pengerjaan soal yang jelas 45 90%
Sangat
Baik
4. Instrumen tes memiliki ukuran
tulisan yang mudah dibaca 46 92%
Sangat
Baik
5. Instrumen tes memiliki gambar
yang jelas dan ukuran yang tepat 43 86% Baik
Rata-Rata 88% Baik
317
Lampiran C.10
Perhitungan Hasil Posttest Siswa pada Uji Coba Skala Luas
Butir
Soal
Skor Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1
3 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
5 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
6 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1
8 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0
11 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
12 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
18 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0
19 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
22 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
24 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1
25 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0
Jumlah 17 13 15 14 15 15 19 15 16 15 15 18 15 12 14 16 13 15 20 17 18 17 12 15 13 17 17 14 15 15
Nilai 68 52 60 56 60 60 76 60 64 60 60 72 60 48 56 64 52 60 80 68 72 68 48 60 52 68 68 56 60 60
318
Lampiran C.11
Perhitungan Hasil Kemampuan Representasi Siswa
pada Uji Coba Skala Luas
Butir
Soal
Skor Siswa Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 24
2 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 24
3 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 23
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 29
5 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 28
6 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29
7 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 10
8 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 23
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 27
11 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
12 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
14 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3
15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 4
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
17 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 27
18 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 17
19 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
20 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
21 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 7
22 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
23 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 26
24 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 23
25 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 24
319
Aspek
Kemampuan
Represetasi
Tipe Soal Butir Soal Presentase
Rata-Rata
Translasi
A Gambar – Verbal 1,8 78%
B Verbal – Gambar 2,3,6,17,25 85%
C Verbal – Verbal 5,24 85%
Interpretasi
D Verbal – Matematis 4,7,10,14,20,23 54%
E Verbal – Diagram 9,11,13,16,22 55%
F Diagram – Matematis 12,15,18,19,21 37%
320
Lampiran C.12
Perhitungan Hasil Angket Respon Siswa pada Uji Coba Skala Luas
No. Indikator Jumlah
Skor Presentase Kategori
1. Instrumen tes tidak menuntut
peralatan yang banyak dalam
pengerjaannya
43 79% Baik
2.
Instrumen tes memberikan
kebebasan kepada siswa untuk
mengerjakan soal yang dianggap
mudah terlebih dahulu
42 81% Baik
3. Instrumen tes memiliki petunjuk
pengerjaan soal yang jelas 45 82% Baik
4. Instrumen tes memiliki ukuran
tulisan yang mudah dibaca 46 84% Baik
5. Instrumen tes memiliki gambar
yang jelas dan ukuran yang tepat 43 75% Baik
Rata-Rata 80% Baik
LAMPIRAN D SURAT IZIN PENELITIAN
321
LAMPIRAN E UJI REFERENSI
322
323
324
325
326
327
328