pengelolaan cagar biosfer cibodas
TRANSCRIPT
Consultant
Report
USEP SUPARMAN National Consultant Activity 1.2
Desember 2012
Disampaikan kepada:
ITTO Project “Developing
Collaborative Management of
Cibodas Biosphere Reserve,
West Java Indonesia”
TFL-PD 019/10 Rev. 2 (M)
Developing program and activities related
to biosphere reserve facilitated by
communication forum
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
Consultant report on developing Consultant report on developing Consultant report on developing Consultant report on developing program and activities related to program and activities related to program and activities related to program and activities related to biosphere reserve facilitated by biosphere reserve facilitated by biosphere reserve facilitated by biosphere reserve facilitated by
communication forumcommunication forumcommunication forumcommunication forum
Usep Suparman National Consultant Activity 1.2
December 2012
Disampiakan kepada proyek ITTO “Developing Collaborative Management of
Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia”
TFL-PD 019/10 Rev.2 M
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
KATA PENGANTAR Penyusunan laporan akhir pekerjaan Konsultan Nasional ITTO pada kegiatan 1.2. dengan tema “Developing program and activities related to biosphere reserve facilitated by communication forum” yang merupakan salah satu bagian dari proyek ITTO berjudul: “Developing Collaborative Management of Cibodas Biopshere Reserves, West Java Indonesia” TFL-PD 019/10 Rev.2 (M) telah selesai dilaksanakan. Laporan ini tersusun melalui rangkaian kegiatan yang cukup panjang, mulai dari tahapan kegiatan kajian lingkungan, workshop, konsultasi publik, rapat tim kerja, pelatihan, rapat koordinasi dan sinkronisasi program, lokalatih, FGD, diskusi secara intensif, penulisan draft strategi dan rencana aksi, hingga penulisan dan kesepakatan akhir terhadap dokumen strategi dan rencana aksi oleh parapihak. Berbagai pihak telah terlibat secara aktif dari tahapan perencanaan sampai formulasi akhir penulisan dokumen strategi dan rencana aksi pengelolaan cagar biosfer cibodas berbasis para pihak. Oleh karenanya, pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango berserta jajarannya yang telah memperkenankan dan memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan pekerjaan ini sesuai Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang tertuang dalam Kontrak Kerja. Pada kesempatan ini, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mencurahkan waktu, fikiran dan tenaganya untuk menyelesaikan laporan akhir ini. Ucapan terima kasih terutama saya sampaikan kepada Indra Exploitasia, Harianto, Edward Gultom, Forum Koordinasi dan Komunikasi Pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas, Dinas/Intansi Terkait Lingkup Kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi, Pemerintahan Desa Pasir Buncir, Ciputri, dan Langensari, YAPEKA, RCS, Mitra TNGGP dan tokoh-tokoh masyarakat atas partisipasi aktifnya dalam memberikan saran dan masukan terhadap penyempurnaan laporan ini. Pada akhirnya, saya mengharapkan agar laporan ini dapat bermanfaat dan digunakan oleh semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas yang lebih baik ke depan. Dengan demikian, kelestarian Cagar Biosfer Cibodas sebagai sumber keanekaragaman hayati, pengatur fungsi hidro-orologis dan penyangga fungsi kehidupan dapat terjaga dan mudah-mudahan secara bersama kita dapat mewujudkan “hari esok” tata kelola Cagar Biosfer Cibodas yang lebih baik. Cibodas, Desember 2012 Penyusun Usep Suparman (National Consultant) Syarif Abdulkarim, Dandang Mulyadi, Rudi Zulkarnain (Tim Kerja)
i
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR GAMBAR iv DAFTAR TABEL v I. PENDAHULUAN ………………………………………………………………… 1
1.1. LATAR BELAKANG …………………………………………………………………... 1 1.2. PERENCANAAN PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER CIBODAS …………….. 1
1.3. RENCANA AKSI PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER CIBODAS ……………... 1
1.4. PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM BERBASISKAN MASYARAKAT …. 3
1.5. ORGANISASI PENGELOLA ………………………………………………………… 4
1.6. MAKSUD DAN TUJUAN ……………………………………………………………. 4
II. POTRET CAGAR BIOSFER CIBODAS …………………………………….. 6
2.1. PENGUMPULAN INFORMASI DASAR ………………………………………….. 6 2.1.1. PENDAHULUAN …………………………………………………………….. 6 2.1.2. PEDEKATAN “DEVELOPMENT PATWAY” ……………………………... 7
2.2. LETAK GEOGRAFIS …………………………………………………………………. 10 2.3. IKLIM …………………………………………………………………………………... 10 2.4. KEMAMPUAN RESAPAN AIR …………………………………………………….. 11 2.5. KEKAYAAN FLORA DAN FAUNA ……………………………………………….. 12 2.6. KONDISI HIDROLOGIS ……………………………………………………………... 13 2.7. KONDISI TOPOGRAFI ………………………………………………………………. 13 2.8. PENDUDUK …………………………………………………………………………... 14 2.9. SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT ………………………………………………. 14 2.10. PANORAMA ………………………………………………………………………….. 14 2.11. BUDAYA DAN WISATA ……………………………………………………………. 14
2.12. SARANA DAN PRASARANA …..………………………………………… 15 2.13. SUMBER AIR DAN SISTEM SUNGAI …………………………………… 15
III. METODOLOGI KERJA ……………………………………………………….. 16
3.1. METODE KEGIATAN ……………………………………………………………….. 16 3.1.1. TAHAPAN PERTAMA: PERSIAPAN …………………………………….. 16 3.1.2. TAHAPAN KEDUA: PEMILIHAN PERWAKILAN PARAPIHAK ……. 16 3.1.3. TAHAPAN KETIGA: FASILITASI PROSES ………………………………. 17 3.1.4. TAHAPAN KEEMPAT: PROSES PENYUSUNAN ………………………. 17
3.2. PESERTA ………………………………………………………………………………. 22
3.3. WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN ……………………………………………… 22
3.4. KELOMPOK TARGET DAN TARGET SPESIFIK …………………………………. 22
ii
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
IV. RENCANA UMUM PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER CIBODAS …. 24
4.1. GAMBARAN UMUM ………………………………………………………………… 24
4.2. VISI PENGELOLAAN …………………………………………………………………. 24 4.3. MISI PENGELOLAAN ………………………………………………………………… 24 4.4. ANALISA ANCAMAN ………………………………………………………………… 25 4.5. RENCANA UMUM PENGELOLAAN ………………………………………………... 27
4.5.1. SUMBER AIR …………………………………………………………………. 28 4.5.2. LAHAN KRITIS ……………………………………………………………….. 29 4.5.3. KONSERVASI FAUNA DAN FLORA ………………………………………. 30 4.5.4. HUTAN ………………………………………………………………………… 30 4.5.5. WISATA ALAM ………………………………………………………………. 32
V. STRATEGI DAN RENCANA AKSI PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER CIBODAS …………………………………………………………………………..
33
5.1. GAMBARAN UMUM …………………………………………………………………. 33 5.2. KONSEP PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI DAERAH PENYANGGA …….. 34 5.3. MODEL PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT BERBASISKAN BUKAN
LAHAN …………………………………………………………………………………. 35
5.4. ZONA/DAERAH PENYANGGA ……………………………………………………… 35 5.5. MASYARAKAT ZONA/DAERAH PENYANGGA DAN MASA DEPANNYA ……. 35 5.6. IMPIAN MASA DEPAN CAGAR BIOSFER CIBODAS …………………………….. 36 5.7. TANTANGAN PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER CIBODAS DI MASA DEPAN 37 5.8. CAGAR BIOSFER CIBODAS DALAM RENCANA JANGKA MENENGAH DESA 38 5.9. MEMBANGUN KERJASAMA PARA PIHAK DALAM PENGELOLAAN CAGAR
BIOSFER CIBODAS …………………………………………………………………… 39
5.10. PARAMITRA …………………………………………………………….......... 40 5.11. MEMBANGUN RASA BANGGA CAGAR BIOSFER CIBODAS ………….. 40
VI. KERANGKA KEBIJAKAN ……………………………………………………… 41 6.1. KEBIJAKAN STRATEGIS PEMERINTAH DAERAH DALAM MEMBANGUN
PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER CIBODAS …..…………………………………. 41
6.2. KEGIATAN KONSERVASI: ANTARA KEWENANGAN DAERAH DAN MASYARAKAT …………………………………………………………….………….. 42
6.3. KEBIJAKAN STRATEGIS & RENCAN AKSI ……………………………………….. 44 6.3.1. ZONASI WILAYAH HUTAN ………………………………………………… 44 6.3.2. PERLINDUNGAN SUMBER DAYA ………………………………………… 45 6.3.3. PENGELOLAAN WISATA …………………………………………………… 45 6.3.4. PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR ……………………………………. 46 6.3.5. PEMELIHARAAN KAWASAN ZONA INTI ………………………………… 47 6.3.6. PENGAWASAN ……………………………………………………………….. 48
VII. IMPLEMENTASI ARAHAN PROGRAM ………………………………….. 49 7.1. ARAHAN PROGRAM …………………………………………………………………. 49 7.2. RENCANA KERJA …………………………………………………………………….. 50
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Tingkat resapan air di Cagar Biosfer Cibodas 11 Gambar 2. Langkah penyusunan rencana aksi 18 Gambar 3. Beberapa ancaman terhadap keberadaan Cagar Biosfer Cibodas 20
iv
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
DAFTAR TABEL Tabel 1. Contoh penerapan development patways 7 Tabel 2. Tujuh belas kelompok target 22 Table 3. Ranking sumber ancaman bagi “Kelompok Target” Cagar Biosfer Cibodas 25 Tabel 4. Program umum pengelolaan sumber air, tujuan, rencana aksi, lokasi & mitra 28 Tabel 5. Program umum pengelolaan lahan kritis, tujuan, rencana aksi, lokasi & mitra 29 Tabel 6. Program umum konservasi fauna & flora, tujuan, rencana aksi, lokasi & mitra 30 Tabel 7. Program umum pengelolaan hutan, tujuan, rencana aksi, lokasi & mitra 31 Tabel 8. Program umum pengelolaan wisata, tujuan, rencana aksi, lokasi & mitra 32 Tabel 9. Program aksi kawasan terbatas 50 Tabel 10. Program aksi penelitian dan pemantauan keanekaragaman hayati 51 Tabel 11. Program aksi ekoturisme, wisata budaya dan religi 51 Tabel 12. Program aksi pendidikan konservasi 52 Table 13. Program aksi pengendalian melalui pemanfaatan HHBK IAS 52 Tabel 14. Program aksi pemanfaatan jasa ekosistem 53
v
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
Tabel 15. Program aksi restorasi 53 Tabel 16. Program aksi ekoturisme dan turisme berbasis alam 54 Tabel 17. Program aksi pendidikan lingkungan 54 Tabel 18. Program aksi pertanian/peternakan berkelanjutan 55 Tabel 19. Program aksi perkebunan ramah lingkungan 55 Tabel 20. Program aksi ekonomi berkelanjutan 56 Tabel 21. Program aksi cagar budaya 56 Tabel 22. Program aksi industry ramah lingkungan 57 Tabel 23. Program aksi pemukiman ramah lingkungan 57 LAMPIRAN-LAMPIRAN 59 KESIMPULAN 153 REKOMENDASI 154
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 1
1. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Cagar Biosfer merupakan tempat hidupnya flora, fauna dan mikroba dunia sehingga sumber daya tersebut dapat lestari di masa sekarang dan bagi generasi mendatang. Cagar Biosfer adalah salah satu program Man and the Biopshere (MAB) yang bernaung dibawah UNESCO (United Nations, Scientific, and Culture) dengan misi utamanya untuk mempromosikan dan mendemostrasikan keseimbangan hubungan antara manusia dan alam dengan pendekatan ekosistem di kawasan Cagar Biosfer dan kawasan yang mirip dengannya. Program MAB mendorong penelitian antar disiplin, mendemostrasikan pembangunan berkelanjutan, dan melaksanakan pelatihan pengelolaan sumberdaya alam secara lestari, serta mendorong pengambilan kebijakan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara bijaksana. Jaringan MAB saat ini terdiri dari 440 Cagar Biosfer yang tersebar di 97 negara. Pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas sangat berpengaruh tidak saja bagi pengelolaan sumber daya alam sekitar kawasan konservasi, juga bagi masyarakat sepanjang daerah penyangga dan daerah transisi termasuk masyarakat kabupaten/kota yang ada disekitarnya. Pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas tidak sebatas pengelolaan keanakeragaman hayati, namun perlu memperhatikan aspek sosial, ekonomi masyarakat disekitarnya secara baik dan komprehensif, dari fakta di lapangan agar dapat dicarikan solusi pemecahan masalah secara efektif dan efisien waktu.
1.2. PERENCANAAN PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER CIBODAS
Maksud dari proses pembuatan strategi dan rencana aksi di tingkat wilayah yaitu agar rencana aksi lebih fokus dan dapat di implementasikan di tingkat kabupaten atau beberapa desa dengan dukungan dan arahan kelompok multipihak. Dalam proses perencanaan ini melihat keterkaitan antara kegiatan pelestarian keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan oleh masyarakat daerah penyangga dengan masyarakat area transisi agar saling mendukung satu sama lain. Proses pembuatan rencana pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas yang terpadu tidak perlu terlalu luas untuk mempermudah koordinasi dan kerjasama namun demikian, proses perencanaan skala desa percontohan ini diharapkan bisa diperluas ke tingkat desa lainnya. Perencanaan di beberapa desa dalam satu pengelolaan memiliki tujuan dan ancaman pengelolaan yang berbeda dan kompleks, antara lain sistem pertanian, termasuk ekologi, budaya dan keterkaitan sejarah. Dan juga secara ekologi, hubungan hulu-hilir terlihat jelas di tingkat desa penyangga dibandingkan di tingkat area transisi. Kegiatan konservasi di daerah penyangga dalam jangka panjang dampaknya juga dapat dirasakan dibagian area transisi.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 2
1.3. RENCANA AKSI PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER CIBODAS
Penunjukan luas Cagar Biosfer Cibodas dengan area inti Gunung Gede Pangrango seluas 114,779 Ha (UNESCO, Tahun 1977) yang di bagi menjadi tiga zona, yaitu Zona Inti (21,975 Ha), Daerah Penyangga (12,700 Ha), dan Area Transisi (80,104 Ha), adalah tidak mungkin membuat perencanaan kegiatan pengelolaan di setiap tempat sepanjang Cagar Biosfer atau untuk semua sumberdaya alam. Dengan demikian, perlu menjabarkan fokus pengelolaan menjadi kelompok tujuan atau target sebagai titik masuk untuk mendesain pengelolaan. Sebagai contoh, apabila terdapat berbagai tipe lahan di sebuah daerah penyangga maka lebih mudah untuk mengidentifikasi tipe yang spesifik. Lahan kritis atau lahan konservasi merupakan contoh tipe yang berbeda dengan berbagai keunikan ancaman dan solusinya. Hal ini juga dimungkinkan memetakan kawasan ini dengan tata ruang yang lebih tajam untuk memprioritaskan kegiatan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan dilapangan. Sebagai sebuah pendekatan yang sudah digunakan secara luas saat ini dan merujuk pada sebuah “ management by objectives or target.” Pendekatan ini juga berorientasi pada hasil dan keluaran. Langkah-langkah yang disepakati adalah sebagai berikut:
a. Memformulasikan target yang jelas b. Mengembangkan rencana yang realistis untuk konservasi target (termasuk
melakukan analisis ancaman) c. Melakukan monitoring dan pengukuran ancaman dan pencapaian target d. Perbaikan aksi untuk mencapai hasil-hasil yang direncanakan
Perencanaan konservasi keanakeragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan perlu mempertimbangkan perencanaan yang pernah dibuat oleh pemerintah. Misalnya terkait lahan kritis dan program rehabilitasi lahan sebagai pertimbangan bagi pengelolaan lahan dan perlindungan kawasan konservasi. Kegiatan utama dalam upaya rehabilitasi adalah menanam pohon yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar, menyeimbangkan antara fungsi hutan dan kebutuhan ekonomi masyarakat. Departemen Kehutanan telah meluncurkan program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL), Rehabilitasi Hutan dan Lahan Partisipatif (RHLP) dan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) selama lebih 10 tahun, gerakan. Program rehabilitasi lebih diutamakan pada lahan yang terdegradasi. Dua pertiga program pada daerah yang berpohon kecil dan tumbuhan bawah, daerah terbuka, lahan pertanian kering campuran dengan tumbuhan bawah (Penutapan Lahan Kelas I). Dua pertiga program akan ditekankan pada hutan sekunder kurang, hutan rawa sekunder, hutan mangrove sekunder (Penutupan Lahan Kelas II) hal tersebut akan merefleksikan program perbaikan DAS dan jasa lingkungan serta penyedian kayu komersial. Rhee dkk (2004) menyimpulkan bahwa “ Program rehabilitasi hutan negara dan DAS merupakan kagiatan yang luar biasa, tetapi tidak dalam rangka perlindungan keanekaragaman hayati dan melihat manfaat dari perlindungan tersebut.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 3
Dengan memfokuskan pada hutan yang terdegradasi, terutama pada hutan dataran tinggi, program akan membantu melindungi dan dungsi-fungsi konservasi, membantu perlindungan daerah habitat dan fungsi ekosistem yang dipengaruhi oleh konservasi keanekaragaman hayati. Secara relatif, program tersebut akan lebih terpusat di dalam wilayah hutan produksi sementara kerusakan terdapat diluar wilayah hutan tersebut. Prioritas penting dalam pengembangan perencanaan pengelolaan Cagar Biosfer melalui konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan dapat dibuat secepatnya dan dilaksanakan di tingkat desa penyangga dan kelompok desa atau seluruh wilayah Cagar Biosfer Cibodas. Hal penting dalam pengembangan perencanaan aksi, perlu dilakukan secara cepat. Diawali dengan memberikan otoritas pada rencana aksi yang dapat didanai oleh sumber desa dengan tambahan sedikit dana dan mayoritas kegiatan dapat dilakukan oleh penduduk.
1.4. PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM BERBASISKAN MASYARAKAT
IUCN (1977) menyebutkan bahwa ide dasar pengelolaan kolaboratif adalah kemitraan diantara institusi pemerintah, masyarakat lokal dan pengguna, institusi non pemerintah dan parapihak lain untuk bernegosiasi dan menentukan kerangka logis bagi pemegang kebijakan dan tanggungjawab pengelolaan daerah tertentu atau sumberdaya. Di Indonesia, co-management diterapkan di Taman Nasional (TN) Bunaken, TN Kutai, TN Komodo dan Gunung Ciremai atau TN Meru Betiri . Sekarang sedang diuji coba di TN Kayan Mentarang. Belum ada laporan hasil evaluasi penerapan selama ini. Saat ini, terdapat perkembangan menggembirakan dan penerapan co-management di kawasan lindung (Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam) dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.19/Menhut-II/2004. Antara 1980 dan awal 1990-an, paradigma pengelolaan sumberdaya alam di negara berkembang membutuhkan pelibatan partisipatif masyarakat yang lebih luas (Pengelolaan Sumberdaya Alam berbasis Masyarakat/CBFM). CBFM menekankan perlunya pelibatan masyarakat dalam proses penentuan kebijakan pengelolaan kawasan konservasi (Adams dan Hulme 2001). Inisiatif konservasi oleh masyarakat termasuk konservasi berbasis masyarakat, pengelolaan kehidupan lain yang berbasis masyarakat, co-management, CBFM dan konservsi dan program-program pembangunan yang terintegrasi (Barrow and Murphree 2001). Hutton, dkk (2005) melalui kajian literatur CBNRM yang intensif, termasuk di Indonesia dan Afrika, menyebutkan kesalahan dalam penerapan CBNRM dikarenakan karena kurangnya kemampuan dalam merencanakan, pelaksanaan dan kurangnya kontrol dari masyarakat terhadap kegiatan proyek. Juga disebutkan bahwa program konservasi berkaitan dengan kebutuhan SDA, dorongan kebutuhan setempat terhadap SDA, situasi memburuk jika demokrasi tidak berjalan dan mengalami persoalan politik. “Proses legitimasi kebijakan yang dibangun masyarakat sangat baik dalam rangka mencapai perlindungan alam jangka panjang dan berkelanjutan dan digulirkan masyarakat”.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 4
Kotak 1. Tahapan Pokok untuk
Mengembangkan Rencana Aksi
Pengelolaan
• Pemilihan target pengelolaan
• Identifikasi ancaman yang berat
• Identifikasi sumber ancaman
• Analisa situasi
• Pilihan solusi menurunkan ancaman
• Analisa para pihak
• Menyusun rencana aksi prioritas sesuai kebutuhan
• Implementasi rencana aksi
• Target perbaikan
Proses perencanaan saat ini didasarkan pada dua kegiatan CBNRM, yaitu partisipasi masyarakat (stakeholder) dalam pembangunan rencana aksi pengelolaan konservasi dan peran-peran yang jelas bagi masyarakat. Penyusunan rencana aksi pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas dimaksudkan untuk mengakomodir berbagai pemikiran strategis dari parapihak (stakeholders) yang secara bersama-sama (partisipatif) diharapkan dapat mengkonsolidasikan dirinya, termasuk lembaga-lembaga terkait, sehingga fungsi kawasan konservasi dapat benar-benar maksimal, bukan sebaliknya menimbulkan bencana dimana-mana.
1.5. ORGANISASI PENGELOLA
Forum Koordinasi dan Komunikasi Pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas yang sudah di bentuk berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat No. 522.51/Kep.157-BKPPW I/2010 tanggal 21 Januari 2010 yang bertujuan untuk mengakomodasikan berbagai inisiatif dan perencanaan dari multipihak dalam melakukan upaya perlindungan keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan di kawasan Cagar Biosfer Cibodas. Tersusunnya strategi dan rencana aksi, mesti dilengkapi organisasi pengelola untuk menjamin skenario pengelola yang adaptif. Dalam jangka pendek, keseluruhan investigasi dan supervisi rencana aksi dilakukan pada setiap target. Hal ini akan melibatkan secara aktif dalam mendapatkan pendanaan, pendampingan untuk perkembangan pelaksanaan rencana, dan melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan untuk menjamin indikator keberhasilan yang diraih. Mandat dari pengelolaan organisasi akan membutuhkan berkaitan dengan struktur termasuk pimpinan administrasi, seksi-seksi yang terkait keuangan, penasehat teknis, dan monitoring dan evaluasi. Juga diantisipasi bahwa perencanaan kelompok multipihak akan diselesaikan proses perencanaan, membangun kelompok pengelola Cagar Biosfer Cibodas formal atau forum tuntuk menjalankan fungsi-fungsi yang disebutkan di atas.
1.6. MAKSUD DAN TUJUAN
Proses penyusunan dan rekomendasi yang dirumuskan dalam rencana aksi pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas dimaksudkan untuk membangun kesepahaman tentang pentingnya konservasi keanekaragaman hayati dan strategi pembangunan berkelanjutan yang efektif agar fungsi Cagar Biosfer dapat berjalan sebagaimana mestinya. Tujuan yang ingin dicapai dari proses penyusunan rencana aksi pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas adalah : a. Membangun kesepahaman mengenai konsep
pengelolaaan Cagar Biosfer Cibodas secara kolaboratif.
b. Menemukan persoalan inti (target strategis) persoalan utama yang ditemui dan dihadapi,
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 5
termasuk mengenali berbagai potensi yang bisa digunakan untuk penyusunan rencana pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas berbasis para pihak.
c. Penyusunan rencana aksi, termasuk rencana aksi strategis jangka pendek secara partisipatif termasuk indikator yang sesuai agar dapat dilakukan monitoring dan evaluasi bagi keberhasilan pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas dan stakeholders yang akan terlibat.
d. Mengaktifkan kelembagaan multipihak yang dapat membantu proses pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas, secara koordinatif dan kolaboratif.
e. Membumikan konsep Cagar Biosfer Cibodas dalam praktek pengelolaan landskap ekosistem dan SDA yang ada di dalamnya dan menjadikan Cagar Biosfer Cibodas sebagai Learning Laboratory dan Model for Sustainable Development. Multipihak harus terkait langsung dalam pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas dan mestinya terlibat dalam perencanaan pengelolaan dan implementasi proses. Ketika seleksi stakeholders, tidak semua masyarakat dapat terlibat karena jumlah yang efektif untuk terlibat diskusi efektif. Pelaksanaan perencanaan pengelolaan tergantung pada beragam faktor, seperti keterkaitan sungai, tipe penggunaan tanah, pelaksanaan sistem pertanian dan pemasaran, topography, budaya dan kepercayaan, dan hubungan sejarah. Selain keterwakilan desa, juga perwakilan pemerintah, bisnis dan lain-lain yang beroperasi di tingkat Cagar Biosfer Cibodas perlu dilibatkan.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 6
II. POTRET CAGAR BIOSFER CIBODAS
2.1 PENGUMPULAN INFORMASI DASAR
2.1.1 PENDAHULUAN
Informasi yang dibutuhkan untuk proses pengelolaan ini tidak perlu detail dan menyeluruh tapi harus fokus agar dapat mengarahkan parapihak memilih target pengelolaan dan menemukan solusi pengelolaan yang adaptif untuk mengurangi ancaman pada target-target yang terpilih. Informasi, laporan atau data-data penting dikumpulkan oleh tim kerja. Sebagai tambahan juga dibutuhkan satu set peta topografi yang menjelaskan jalan, sungai, mata air, topografi, tutupan lahan, vegetasi, pemanfaatan lahan, sebaran kampung/dusun, DAS dan Sub DAS. Beberapa peta tersebut juga digabungkan dan diinterpretasikan sesuai kebutuhan. Para pakar dari tiga bidang utama diberikan kesempatan untuk memberikan arahan dalam workshop multipihak, sebagai bahan masukan untuk penyusunan perencanaan pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas. Bidang Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Pembangunan Berklanjutan. Beberapa anggota masyarakat dilatih untuk melakukan kajian pedesaan partisipatif kemudian melakukan penilaian kondisi sumber daya alam, sumber daya manusia, ancaman dan kondisi ideal yang diharapkan. Dari kegiatan tersebut tergambarkan kondisi fisik, sosial-ekonomi-budaya, pola penggunaan lahan, kondisi fisik aliran sungai, mata air, mata pencaharian, ancaman, kesehatan. Kegiatan penilaian dari 3 desa percontohan di daerah penyangga mengindikasikan masyarakat tertarik pada isu-isu air dan tanah. Anggota masyarakat yang sudah terlatih dari perwakilan masing-masing kedusunan yang terpilih melakukan transek di sepanjang zona transisi hingga zona penyangga termasuk area inti mulai dari hilir hingga kawasan konservasi dibagian hulu. Transek dilakukan sepanjang batas wilayah desa target. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk menggali masalah, memetakan kondisi masyarakat, anak-anak sungai, mata air, lahan, cek lapangan hasil peta-peta spatial, analisa sebab akibat juga bisa memahami siapa saja pihak yang akan dilibatkan dalam proses perencanaan. Hasil dari kegiatan ini berupa peta masalah, pemahaman masyarakat terhadap hubungan hulu dan hilir mulai terbangun, strategi atau solusi yang diusulkan adalah berdasarkan fakta dan bisa dilakukan baik oleh masyarakat secara swadaya maupun dukungan pihak lainnya. Hasil lainnya adalah masyarakat menyadari akan keterhubungan desa satu dan desa lainnya. Hasil kegiatan ini menjadi bahan dasar dalam pengembangan “development pathways approach” atau perencanaan tata ruang terpadu yang akan dipromosikan oleh Forum Koordinasi dan Komunikasi Pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 7
2.1.2 PENDEKATAN “DEVELOPMENT PATHWAYS”
Sebagai tambahan, pendekatan Development Pathways menyertakan rencana tata ruang di uji cobakan di bagian hulu (zona penyangga). Pendekatan ini merupakan pendekatan yang fleksibel dan berorientasi tujuan untuk merencanakan intervensi pengelolaan dan memilih peta tata ruang untuk tujuan spesifik pengelolaan. Dalam pelatihan selama lima hari yang dilakukan di desa percontohan (pilot project) i pada Februari 2012. Gambar 1 menunjukkan peta penggunaan lahan yang partisipatif masyarakat desa zona penyangga. Tim Fasilitator menggunakan sketsa peta yang dibuat petani selama kegiatan PRA (Participatory Rural Appraisal) untuk mengidentifikasi tanda kegiatan-kegiatan penting dan batas-batas. Mereka ke lapangan bersama masyarakat setempat. Satu temuan penting, pihak pemilik lahan telah merubah tata guna lahan yang awalnya diperuntukan sebagai lahan hijau dan resapan air berubah menjadi lahan ladang pertanian yang gersang dan kurang adanya tutupan lahan sehingga banyak mengakibatkan banjir dikala musim hujan dan kelangkaan air dikala musim kemarau. Perkebunan sayur pada lahan yang miring tidak menggunakan terasering sering dijumpai pada pengelola lahan di areal ini. Tabel 1: Contoh penerapan development pathway hasil diskusi kelompok tani di tiga desa percontohan pengelolaan CBC di zona/daerah penyangga
Objective Assess/evaluate Analyze/diagnose Decisions/plans Results
Tujuan Informasi yg perlu di
gali atau dicari
Analisa
(kriteria lokasi atau
sasaran)
Strategi /tindakan yang
perlu dilakukan
Hasil akhir yg
diharapkan
Memperbaiki
Sempadan
sungai
Ruang
lingkup :
Sepanjang
Subdas
• Lokasi lahan kritis di sempadan sungai
• Panjang dan lebar sempadan sungai yang kritis.
• Jenis pohon yg cocok untuk sempadan sungai
• Kemiringan lahan sempadan yang kritis
• Tutupan lahan sempadan
• Kepemilikan lahan sempadan
• Kemiringan > 50%
• Tutupan lahan < 50%
• Milik umum/milik desa
• Dari pinggir sungai jarak + 10 M
• Pohon-pohon yang bisa menahan longsor
Penanaman pohon di
sepanjang sempadan
sungai dg pepohonan
yang bisa menahan
longsor, dan cepat
tumbuh.
Melakukan penyadaran
masyarakat untuk tidak
menebang pohon di
sepanjang sempadan.
Tidak terjadi
longsor
sempadan sungai
Bisa
memperbaiki
sempadan
sungan cikundul
(50% dari
panjang
sempadan yang
rusak), dalam
jangka waktu 3
tahun.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 8
Mengurangi
perbedaan
debit air pada
musim hujan
dan musim
kemarau
Ruang
lingkup :
Sepanjang
DAS
• Lokasi lahan kritis di sekitar DTA yang perlu ditanami pepohonan
• Luas areal kritis
• Kemiringan lahan kritis
• Anak sungai mana yg lebih kritis
• Kepemilikan lahan kritis
• Penutupan lahan kritis
• Blok lahan kritis dg Luas minimal 1000 M2
• Kemiringan >30 %
• Anak sungai yang fluk tuasi debit airnya tinggi dan paling keruh dimusim hujan
• Kepemilikan masyarakat setempat
• Penutupan lahan <30 %
Penanaman pohon di
kawasan hulu hilir
dengan pohon yang
banyak menyimpan air;
bambu, aren, beringin,
pinang, dll
• Debit air stabil
• Di hulu 1 : 10
• Tengah 1 : 25
• Hilir 1 : 50
Mengurangi
pencemaran
sungai dari
sampah
domestik
sepanjang
DAS
• Jumlah KK : o Yang
mempunyai sampah
o Yang membuang sampah ke sungai
o Yang sudah mengelola
• Lokasi timbunan sampah
• Jenis-jenis sampah
• Timbunan sampah minimal 2 M²/hari
• Jumlah KK minimal 40 KK yang membuang sampah ke kali (kampung pinggiran sungai yang besar)
• Sampah an organik minimal 25%
• Penyadaran masyarakat tentang bahaya membuang sampah ke sungai
• Pelatihan tentang pengelolaan sampah yang menguntungkan
Berkurangnya
pembuangan
samaph ke
sungai sampai 20
% dari jumlah
KK yang
membuang
sampah ke
sungai jangka
waktu 3 tahun
Memenuhi
kebutuhan
masyarakat
akan air
bersih
Ruang
lingkup:
Desa-desa
sepanjang
DAS
• Jumlah penduduk belum mengkonsumsi air bersih
• Jumlah sumber air bersih dan debir air
• Lokasi antara jarak mata air ke pemukiman
• Kondisi sekitar sumber air bersih
• Kampung-kampung Yang jml kk nya belum menggunakan air bersih > 50 %
• Mata air yg debit air minimal 20 L / detik
• Jarak mta air paling dekat dengan pemukiman
• Penutupan > 50 %
(penutupan lahan
disekitar mata air)
• Penyadaran tentang air bersih
• Memperluas dan memperbaiki jaringan pendistribusian air bersih
Peningkatan
masyarakat
dalam
mengkonsumsi
air bersih 25 %
dari jumlah kk
yang belum
mendapat air
bersih
Mengurangi
penebangan
pohon di
DTA dan
sempadan
sungai
Lingkup :
• Jumlah penduduk pengguna media: radio, TV, koran, dll
• Waktu senggang dan pola penggunaan waktu di masyarakat
• Peta lokasi yang bisa ditanami Kalindra dan Lamtoro
• Jumlah
• Media yang paling banyak dipakai oleh penduduk
• Acara yang papling disukai
• Lamanya waktu mendengarkan radio
• Tutupan lahan di bawah 50 %
• Pengguna kayu bakar 40 %
• Kapasitas kayu bakar per minggu
• Kampanye penyadaran pentingnya pohon di DTA dan sempadan sungai
• Menggalakan penanaman Kaliandra sebagai kayu bakar
• Mengadakan semiloka dengan semua ulama-ulama sepanjang Sub- DAS tentang
Berkurangnya
penebangan
pohon di DTA
dan sempadan
sungai sampai 90
%
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 9
Desa-Desa di
sekitar sub
DAS
pengguna kayu bakar
• Data kiyai sepanjang DAS
• Jumlah pengajian sepanjang DAS
• Kiyai lokal/nasional
• Yang mempunyai wawasan
• Jadwal pengajian
“HABLUMINALLA
H” (keluarnya bahan
khutbah dan
pengajian)
• Data aparatur pemerintah desa
• 3 (tiga) unsur pemerintahan desa: o BPD o LPM o Perangkat
Desa o Tokoh
masyarakat yang peduli dan tokoh pemuda
• Lokakarya pemerintah desa dan tokoh masyarakat untuk membahas “REPERDES” tentang perlindungan
Memperkuat
jaringan Sub
DAS
• Tempat pertemuan
• Waktu pertemuan
• Cara menyebarkan undangan
• Lokasi PRA o Waktu o Siapa o Dimana o Kenapa
• Lokasi persemaian
• Luas lahan
• Jenis tanaman
• Siapa
• Perizinan (lokasi dan acara)
• Panjang, luas sempadan, debit maksimal dan minimal
• Peta Sub DAS Bentuk organisasi
• Mudah dijangkau/strategis, bergulir
• Minggu pertama
• JRK/surat
• Desa yang mendesak untuk di PRA
• Lokasi persemaian di tiap anggota
• Perizinan diurus sendiri
• Informasi dan penyuluhan sebagai selingan
• Yang menjadi penyiar adalah pengurus
• Diprioritaskan yang belum ada datanya
• Presidium
• Jadwal rutin pertemuan
• Mengadakan PRA bersama
• Ada pembibitan bersama
• Membuat jaringan radio komunitas Sub DAS
• Melengkapi data-data Sub DAS
• Adanya kegiatan bersama hulu dan hilir
• Adanya pusat informasi jaringan Sub DAS l
• Adanya kelembagaan jaringan yang kuat
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 10
2.2. LETAK GEOGRAFIS
Cagar Biosfer Cibodas didefinisikan sebagai Suatu Kawasan daratan yang dibatasi oleh batas luar adalah jalan raya antara Ciawi-Sukabumi-Cianjur-Puncak-Ciawi. Jalan raya yang beraspal ini dapat menjadi batas area transisi, namun tidak menutup kemungkinan adanya perluasan batasan area transisi sampai pada bagian titik hilirnya, misalnya muara sungai di laut. Batas yang jelas lainnya adalah area inti (Taman Nasional Gunung Gede Pangrango) yang telah di tapal batas, namun batasan zona penyangga saat ini ditentukan oleh batas administrasi desa namun dibatasi oleh punggungan atau sungai lainnya. Cagar Biosfer Cibodas terletak di tiga Kabupaten, yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi yang terdiri dari 56 desa zona penyangga dan 89 desa area transisi. Sebagian besar kawasan Cagar Biosfer Cibodas adalah hutan hujan pengunungan dan pada wilayah penyanga merupakan wilayah pemanfaatan dan pemukiman penduduk.. Secara geografis kawasan Cagar Biosfer Cibodas terletak pada 106051‟ – 107002‟ BT dan 6041‟ – 6051‟ LS. Kawasan Cagar Biosfer Cibodas juga merupakan suatu kawasan yang amat penting dalam fungsi hidrologis bagi masyarakat yang tinggal disekitarnya. Kawasan ini juga menjadi bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) yang amat penting dan merupakan daerah tangkapan air bagi sungai Ciliwung, Citarum, Cimandiri, dan Cisadane.
2.3. IKLIM
Tipe iklim di kawasan Cagar Biosfer Cibodas termasuk Tipe A (Nilai Q = 5 – 9%). Curah hujan yang tinggi dengan curah hujan tahunan rata-rata berkisar antara 3.000 mm/tahun - 4.200 mm/tahun, menyebakan kawasan ini merupakan salah satu daerah terbasah di Pulau Jawa. Hujan (presipitasi) merupakan input utama hidrologis dari suatu daerah aliran sungai. Suhu udara rata-rata di puncak zona inti (puncak gunung Gede dan Pangrango) pada siang hari berkisar 10oC dan di daerah penyangga berkisar 18oC. Pada malam hari suhu udara di puncak Gunung Gede dan Gunung Pangrango berkisar 5oC. Namun pada musim kering/kemarau suhu udara di puncak Gunung Gede maupun di puncak Gunung Pangrango bisa mencapai 0oC. Kelembaban udara tinggi yakni sekitar 80-90%, sehingga memungkinkan tumbuhannya jenis-jenis lumut pda batang, ranting dan dedaunan pepohohonan yang ada. Pada hutan pegunungan yang berada antara 1.500 dan 2.000 m dpl kelembaban yang tinggi menyebabkan aktifitas ’biologi’ dan pelapukan kimiawi sehingga terbentuk tanah yang khas ’peaty soil.’
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 11
Secara umum , angin bertiup di kawasan ini merupakan angin Muson yang berubah arah menurut musim. Pada musim penghujan, terutama pada bulan Desember-Maret, angin bertiup dari arah Barat Daya dengan kecepatan cukup tinggi dan seringkali mengakibatkan kerusakan hutan. Di sepanjang musim kemarau, angin bertiup dari arah Timur dengan kecepatan rendah.
2.4. KEMAMPUAN RESAPAN AIR
Jenis-jenis batuan di Cagar Biosfer Cibodas terdiri dari jenis batuan vulkanik, lereng lahar, breksi, tufa dan semakin ke hilir semakin membentuk batuan aluvial dari bekas vulkanik tua yang semakin padat. Peta berikut menunjukkan kemampuan daya infiltrasi air ke dalam batuan berdasarkan jenis batuan berbeda. Tanpa memperrhitungkan adanya vegetasi, maka daerah hulu (area inti Gunung Gede Pangrango) merupakan daerah resapan air yang paling tinggi, dibagian tengah resapan tinggi, dan sedang, semakin ke hilir semakin rendah.
Kondisi ini akan mempengaruhi ketersediaan air tanah terutama air tanah dalam yang saat ini sudah banyak dieksploitasi oleh berbagai pihak. Dengan menjaga wilayah ini dan menambah tutupan vegetasi, diharapkan daerah resapan air akan mampu menyimpan sebanyak mungkin butir-butir air dan mencegah terjadinya evaporasi dan aliran permukaan (run off) yang berlebihan. Gambar 1. Tingkat resapan air di Cagar Biosfer Cibodas
Sumber : Pusat Lingkungan Geologi Jabar
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 12
2.5. KEKAYAAN FLORA DAN FAUNA
Selain air bersih, keberadaan Cagar Biosfer Cibodas juga menyimpan berbagai kekayaan keanekaragaman hayati bernilai konservasi tinggi, diantaranya 25 jenis Reptilia, 20 jenis ampibi, 8 jenis mamalia, dan 4 jenis primata. Selain itu terdapat berbagai jenis burung dan serangga, salah satunya adalah burung yang menjadi lambang negara kita yaitu Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) atau atau burung Garuda, saat ini keberadaan Elang Jawa sudah terancam1. Jenis lain yang juga terancam adalah Karnivora besar seperti Macan Kumbang (Panthera pardus) dan jenis-jenis primata yaitu Owa Jawa (Hylobates moloch), juga species yang dilindungi undang-undang seperti Surili (Presbytis commata), dan Lutung abu-abu (Tracchypithecus auratus.a). Selain Satwa atau fauna, terdapat berbagai kekayaan flora diantaranya 150 species tanaman berbunga, 20 species lumut, dan 30 species tumbuhan obat, juga terdapat beberap jenis kantung semar (Nephentes.sp) untuk keragaman species tentu saja membutuhkan cukup banyak waktu untuk dapat mengidentifikasikan semua jenis.
2.6. KONDISI HIDROLOGI
Merujuk Peta Hidro-geologi Indonesia Skla 1: 250.000 (Direktorat Geologi Tata Lingkungan, 1986), kawasan Cagar Biosfer Cibodas (area inti Gunung Gede Pangrango) terdiri dari akuifer daerah air tanah langka, sampai dengan akuifer produktif kelas sedang dengan sebaraan yang luas. Akuifer prosuktif ini memiliki keterusaan yang sangat beragam. Air tanah umumnya tidak tertekan dengan debit air + 5 liter/detik. Daerah paling produktif kandungan sumber air tanahnya adalah daerah kaki Gunung Gede, yaitu daerah Cibadak-Sukabumi dengan mutu yang memenuhi persyarakatan untuk air minum. Aliran ini juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan pertanian dan industri. Akuifer terpenting di daerah ini adalah bahan lepas hasil produk gunung berapi seperti tufa pasiran, lahar maupun l;ava vesikuler. Secara berangsur, produktifitas akuifer di daerah lereng Gunung Gede makin membesar ke arah kaki gunungnya. Hal ini disebabkan oleh aliran air tanah dari daerah puncak bergerak secara alami ke arah kaki gunung, disamping oleh tahanan batuan sedimen terlipat yang lebih tuan di daerah Sukabumi yang bertindak sebagai penghalang aliran air tanah.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 13
Keadaan sungai-sungai yang berada di dalam kawasan TNGGP secara umum berbentuk pola radial. Sebagaimana halnya di daerah rangkaian pegunungan, sungai-sungai tersebut memisahkan punggung-punggung bukit dan membentuk sungai yang lebih lebar di daerah bawah. Dikaitkan dengan curah hujan tahunan yang tinggi, maka sebagian besar sungai-sungai di dalam kawasan ini merupakan sungai abadi dengan mata air yang mempunyai debit rata-rata lebih kecil dari 10 liter per detik. Hanya sungai-sungai di lerang Selatan Gunung Gede dan Gunung Pangrango yang bersatu di dekat Sukabumi ke dalam aliran sungai Cimandiri memilki debit air sekitar 100-500 liter/detik. Pada bagian bawah Gunung Gede terdapat dua lubang kecil yang hanya terisi air bila hujan lebat. Air tersebut terkumpul di bawah permukaan abu dan batuan vulkanik dan selanjutnya mengalir melalui celah-celah dinding gunung sebalah Utara sebagai sumber air panas pada ketinggian 2.150 m dpl dengan temperatur sekitar 75oC. Sungai-sungai kecil di lereng utara dan barat Gunung Pangrango mengalir ke sungai Cisarua, Cijambe, Cinagara, dan Cimande. Beberapa sungai tersebut merupakan sumber utama dari sungai Ciliwung yang bermuara di Teluk Jakarta, dan sungai Cisadane yang bermuara di tanjung Pasir-Tanggerang. Pola aliran sungai yang berakhir di sungai Cimandiri-Sukabumi, yaitu Cipamutih, Cigunung, dan Cimahi. Dari bagian Barat Daya Gunung Gede-Gunung Pangrango mengalir sungai-sungai antara lain sungai Cikahuripan, Cigunung, Cileuleuy, Cimunjul, dan Ciheulang, yang membentuk sungai Cicatih yang bermuara di Pelabuhan Ratu.
2.7. KONDISI TOPOGRAFI
Topografi daerah aliran sungai Ciliwung, Citarum, Cimandiri, dan Cisadane bervariasi dari pegunungan dan bergelombang hingga dataran. Jenis formasi batuan terdiri atas Breksi dan Lahar gunung gede, lava tua atau breksi Lava, Formasi cantayan anggota batu lempung, Formasi cantayan anggota batu pasir, Formasi Cantayan Batu Breksi.
2.8. PENDUDUK
Populasi penduduk di daerah/zona penyangga kawasan Cagar Biosfer Cibodas sekitar 484.217 jiwa, yang tersebar di tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Bogor terdiri dari 160.000 jiwa, Kabupaten Cianjur terdiri dari 150.556 jiwa, dan Kabupaten Sukabumi terdiri dari 173.661 jiwa. Jumlah jiwa tersebut meliputi Suku Sunda dan Pendatang. Sedangkan mata pencaharian utama masyarakat zona penyangga adalah petani, peternak dan buruh tani.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 14
2.9. SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT
Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Cagar Biosfer Cibodas didominasi oleh suku Sunda dan Pendatang. Lapangan pekerjaan utama penduduk di kawasan Cagar Biosfer Cibodas ini adalah sektor pertanian sekitar 80%. Sektor lainnya adalah perdagangan dan buruh tani. Kegiatan pertanian di zona penyangga kawasan Cagar Biosfer Cibodas didominasi oleh tanaman sayuran, tanaman hias dan tanaman semusim lainnya yang memasok kebutuhan untuk Jabodetabek. Sedangkan di bagian area transi terdapat budidaya ikan hias, pembenihan ikan, mina padi, kolam air deras dan keramba serta usaha jaring terapung sekaligus merupakan salah satu obyek wisata yang terus berkembang.
2.10. PANORAMA
Kekayaan sumberdaya alam yang terdiri dari unsur fisik lingkungan yang berupa tumbuhan, satwa, geomorfologi, tanah, air, udara dan lain sebagainya serta suatu atribut dari lingkungan yang menurut anggapan manusia memiliki nilai tertentu, seperti keindahan, keunikan, kelangkaan, kekhasan, keragaman, bentang alam, dan keutuhan merupakan potensi obyek wisata alam.
2.11. BUDAYA DAN WISATA
Penduduk yang bertempat tinggal di wilayah Kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi merupakan wilayah dimana Cagar Biosfer Cibodas berlokasi, mayoritas berasal dari Suku Bangsa Sunda. Agama yang dipeluk oleh sebagian besar penduduk setempat adalah agama Islam. Upacara-upacara adat yang dahulu sering dilaksanakan oleh masyarakat semakin lama semakin jarang dijumpai, terkadang hanya dilaksanakan dalam upacara perkawinan. Cagar Biosfer Cibodas memiliki lokasi yang strategis, yaitu di jalur wisata Ciawi-Sukabumi-Cianjur-Puncak-Ciawi yang diapit oleh kedua kota besar, Jakarta dan Bandung. Terkait dengan hal tersebut, penduduk kota dapat dengan mudah mencapai lokasi ini untuk memmenuhi kebutuhan rekreasi mereka. Aktifitas wisata yang dilakukan di Cagar Biosfer Cibodas saat ini bersifat minat khusus terhadap alam pegunungan, dengan didukung aktivitas lainnya seperti penelitian, pendidikan dan pelatihan. Cagar Biosfer Cibodas pada dasarnya ditunjuk untuk memenuhi fungsi konservasi dan pembangunan berkelanjutan, sehingga dapat dikatakan kegiatan pariwisata yang dilakukan di kawasan ini berkait erat dengan fungsi konservasi taman nasional. Pada hakekatnya kegiatan pariwisata merupakan hasil dari apresiasi manusia terhadap lingkungan yang nantinya akan bermuara pada upaya peningkatan kesejahteraan, kesempatan kerja, peningkatan pendapatan, perluasan pengetahuan dan sebagainya.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 15
Keanekaragaman potensi wisata yang dimiliki oleh Cagar Biosfer Cibodas ini meliputi keindahan alam, fenomena alam lainnya serta keragaman flora dan fauna. Kelangkapan fasilitas, aksesibilitas dan pelayanan yang ada mampu meningkatkan apresiasi dan membawa pengaruh bagi pendangan wisatawan terhadap lingkungan alam di kawasan cagar biosfer. Beberapa potensi wisata yang dimiliki oleh Cagar Biosfer Cibodas antara lain Telaga Biru, Air Terjun Cibeureum, Air Panas, Kandang Badak, Puncak dan Kawah Gunung Gede, Alun-alun Suryakencana, Puncak Pangrango, Air Terjun Cibeureum Selabintana, Air Terjun Sawer, Air Terjun Beret Cisarua, Air Terjun Cisuren Bodogol, Air Terjun Cipadaranten Bodogol, dan fasilitas Bumi Perkemahan Pondok Halimun, Bumi Perkemahan Barubolang, Bumi Perkemahan Bobojong, Bumi Perkemahan Situ Gunung, dan Bumi Perkemahan Mandalawangi. Dengan potensi wisata yang dimiliki tersebut, maka beberapa kegiatan wisata yang dilaksanakan dan dikembangkan antara lain pendakian, perkemahan, pengamatan burung, penelitian, dan pendidikan konservasi.
2.12. SARANA PRASARANA
Salah satu pelayanan bagi pengunjung yang datang ke TNGGP adalah dengan menyediakan fasilitas wisata alam. Penyedian fasilitas wisata alam ini akan mendukung kelancaraan, kenyamanan dan efektivitas kunjungan para pengunjung. Bentuk-bentuk sarana dan prasana yang dibangun di dalam TNGGP antara lain: pusat informasi, pintu gerbang, jalur pejalan kaki (loop trail), shelter, MCK, mushola, tempat sampah, papan informasi, papan petunjuk, jalur penelitian, jalur pendidikan lingkungan, penginapan/pemondokan, dan jembatan canopy di Bodogol.
2.13. SUMBER AIR DAN SISTEM SUNGAI
Kawasan Cagar Biosfer Cibodas berperan penting dalam penyediaan air permukaan maupun air bawah tanah karena di dalam kawasan ini terdapat + 50 sungai dan anak sungai. Pada umumnya sungai-sungai tersebut mengalir sepanjang tahun dengan debit yang relative tetap dengan fluktuasi yang tidak tinggi (Kamiharja, 2001). Sungai-sungai yang berhulu di area inti kawasan Cagar Biosfer Cibodas ini antara lain Sungai Cimandiri yang mengalir ke arah selatan dan bermuara di Pelabuhan Ratu, Sungai Cisarua dan Cinagara mengalir kea rah barat dan menyatu dengan Sungai Ciliwung dan Kali Angke yang bermuara di Laut Jawa. Sungai Cikundul dan Cijeruk Leutik mengalir ke arah timur dan menyatu dengan Sungai Citarum. Sungai-sungai tersebut merupakan sumber pasokan air bersih dan pengairaan untuk pertanian di Kabupaten Sukabumi, Bogor dan Cianjur.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 16
III. METODOLOGI KERJA PENYUSUNAN STRATEGI DAN RENCANA AKSI PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER CIBODAS BERBASIS PARA PIHAK DI KABUPATEN BOGOR, CIANJUR DAN SUKABUMI
3.1. METODE KEGIATAN
Proses penyusunan strategi dan rencana aksi pengelolaan cagar biosfer cibodas berbasis para pihak ini dilakukan dalam 8 (delapan) langkah tahapan kegiatan, antara lain :
3.1.1. TAHAPAN PERTAMA : PERSIAPAN
Proses penyusunan strategi dan rencana aksi pengelolaaan Cagar Biosfer Cibodas mengacu kepada kerangka perencanaan “adaptive management planning”, yang digunakan untuk penyusunan Rencana Aksi. Penggunaan kerangka ini difasilitasi oleh team fasilitator yang terdiri dari berbagai latar belakang baik pemerintah, LSM, perguruan tinggi dan independen konsultan agar peserta dapat secara mudah mengikuti proses diskusi yang baik yang baik dan partisipatif. Penyusunan strategi dan rencana aksi dimulai dari: 1) Workshop, Pelatihan, Rakor, Lokalatih, dan FGD parapihak untuk melakukan sosialisasi gagasan dan hasil kajian lingkungan di tiga desa percontohan pada tiga kabupaten dalam hal pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas dan membentuk tim kerja, 2) Identifikasi isu-isu dan mengumpulkan data-data seperti strategi & rencana aksi dan rencana tata ruang wilayah masing-masing kabupaten, 3) Identifikasi dan penguatan komunikasi antar simpul.
3.1.2. TAHAP KEDUA: PEMILIHAN PERWAKILAN PARA PIHAK
Dokumen MAB-UNESCO menyediakan petunjuk bagaimana memilih para pihak yang terlibat dalam proses perencanaan. Pihak yang terlibat harus mempunyai hubungan langsung dan tidak langsung dengan pengelolaan cagar biosfer dan harus terlibat dalam proses perencanaan pengelolaan dan implementasi kegiatan aksi. Namun demikian, ketika pemilihan para pihak tidak semua bisa hadir dalam workshop, rakor, lokalatih dan FGD penyusunan strategi dan rencana aksi. Untuk menjaga kelompok para pihak tidak lebih dari 30 orang agar efektif. Desa-desa sudah diidentifikasi berdasarkan kriteria ekologi dan sosial, seperti keterkaitan fisik dalam satu aliran sungai atau satu sub-sub das, kemiripan tipe pemanfaatan lahan, pola pertanian, keterpaduan topografi, budaya dan sejarah. Wakil dari intansi/lembaga tersebut akan ditambah dengan para pihak dari pemerintah daerah, lembaga konservasi biodiversiti, sektor swasta dan lain-lain yang berkegiatan di tingkat Cagar Biosfer Cibodas.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 17
Pada tahap pengembangan proses pemilihan para pihak untuk menyusun strategi dan rencana aksi pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas berbasis para pihak di tingkat kabupaten seluruh perwakilan dari jaringan-jaringan terlibat seperti halnya para pihak lain yang juga mempunyai kepentingan terkait dengan pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas.
3.1.3. TAHAPAN KETIGA: FASILITASI PROSES
Sangat penting untuk membuat para pihak yang terlibat memiliki hasil-hasil dari proses perencanaan pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas ini. Fasilitator penting untuk memperhatikan cakupan yang dihadapi dan menghasilkan solusi-solusi pengelolaan yang dapat dijalankan dimasa depan. Fasilitator harus memandu secara ketat berdasarkan waktu tersedia untuk melakukan analisa ancaman, analisa sumber ancaman, analisis situasi dan menjaga hasil analisis tersebut dalam daftar singkat yang tidak lebih dari lima group target pengelolaan. Dalam workshop, fasilitator membutuhkan staff pendukung yang dapat merangkum informasi dari para pihak dan memberikan kembali informasi (feed-back) kepada para pihak. Tujuh belas kelompok target digunakan untuk memperoleh gambaran umum dari ancaman-ancaman utama pada wilayah zonasi. Dari group target ini juga bisa untuk mengidentifikasi aks-aksi konservasi dan pengembangan ekonomi jangka panjang. Perencanaan ini dibangun dari 17 target prioritas arahan program berdasarkan zonasi yang memungkinkan untuk pengembangan kegiatan konservasi dan pembangunan ekonomi berkelanjutan dari hasil-hasil yang terdefinisikan secara jelas dengan indikator yang realistis. Pengembangan dari skenario pengelolaan adaptif untuk tiap-tiap solusi pengelolaan yang taktis diidentifikasi oleh para pihak dalam kelompok kecil ditambah beberapa ahli sesuai isu masing-masing kelompok. Kelompok kecil menghasilkan informasi dasar untuk tiap target pengelolaan, kegiatan-kegiatan yang akan di implementasikan, hasil, hasil antara, indikator keberhasilan dan cara monitoring evaluasi. Skenario pengelolaan ini kemudian dibawa kedalam pembahasan pleno para pihak untuk mendapatkan strategi dan rencana aksi yang penting dan prioritas.
3.1.4. TAHAPAN KEEMPAT: PROSES PENYUSUNAN STRATEGI DAN RENCANA AKSI
Proses tersebut dilaksanakan dalam dua tahapan, yaitu tahapan pertama, pemaparan persoalan yang dihadapi, membawa para pihak pada pokok permasalahan agar mempunyai kesepahaman mengenai persoalan yang dihadapi termasuk upaya mendapatkan kerjasama yang baik untuk mempermudah proses diskusi pada tahapan kedua. Tahapan kedua mendiskusikan penyusunan strategi dan rencana aksi. Para pihak sama-sama menyepakati proses penyusunan strategi dan rencana aksi pengelolaan mengikuti 8 langkah berikut:
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 18
LEGENDA
1 Identifikasi Target
2 Identifikasi Ancaman
3 Identifikasi Sumber
5 Pilih
Solusi
4 Analisa
Situasi
6 Analisa
Para Pihak
8 Implementa
7 Menyusun
Rencana Aksi Prioritas
Indikator Sukses
Hasil
Base line Data M & E
9 Target
Perbaikan
Gambar 2. Langkah penyusunan rencana aksi
Menuju target utama
Arah tahapan
Arus keterkaitan informasi
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 19
Langkah 1: Mengidentifikasi target pengelolaan Identifikasi dilakukan bersama oleh para pihak. Dari informasi yang telah tersedia, tujuan konservasi disepakati berupa species endemik, jarang atau langka, berupa Kumpulan spesies tertantu, seperti primata (owa jawa), jenis burung (elang jawa), dan mamalia (macan tutul), keunikan biodiversity di area inti seperti tipe habitat tertentu, hutan yang tumbuh tanah berbatu. Dan tetap dijaga konservasi atau pengelolaan ini dalam daftar yang tidak terlalu banyak. Sedangkan identifikasi pembangunan berkelanjutan disepakati para pihak berupa peningkatan potensi produksi dengan penglolaan yang ramah lingkungan serta menjamin terciptanya kesempatan yang merata dan adil bagi semua orang. Maka dari itu target pengelolaannya lebih menitik beratkan pada aspek: 1) upaya memenuhi kebutuhan masyarakat yang tinggal di zona penyangga yang ditompang dengan kemampuan daya dukung ekosistem, 2) upaya peningkatan mutu kehidupan masyarakat dengan cara melindungi dan memberlanjutkannya, 3) meningkatkan sumberdaya manusia dan alam yang akan dibutuhkan pada masa mendatang, dan 4) mempertemukan kebutuhan-kebutuhan manusia secara antar generasi. Mengingat sebagian besar masyarakat yang tinggal di daerah penyangga dan area transisi dan hidup dari matapencaharian yang bertumpu pada sumberdaya lokal (pertanian, perkebunan dan peternakan), maka pembangunan sumberdaya perdesaan merupakan isu utama dalam pembangunan berkelanjutan. Selain itu, pengelolaan sumberdaya secara berkelanjutan, harus: 1) menekankan pada peran aktor lokal dalam upaya pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan, 2) berupaya untuk meningkatkan produktifitas dan memperbaiki kapasitas regenarasi bagi sumberdaya tersebut, 3) meningkatkan kesejahteraan rumah tangga dan keadilan sosial, dan 4) memberikan perhatian pada pencapaian perkembangan manusia (seperti peningkatan kualitas hidup dan pengetahuan lokal). Langkah 2: Identifikasi ancaman berat Dari beberapa literatur menyebutkan bahwa ancaman terbesar terhadap hutan dan daerah aliran sungai di Cagar Biosfer Cibodas, khususnya di area inti adalah alih fungsi lahan atau perambahan kawasan hutan eks PHBM menjadi ladang pertanian. Hutan berperan penting pengelolaan daerah aliran sungai dengan kemampuan penyerapan untuk menjaga kualitas air dan menjaga aliran air dengan menahan air hujan pada sistem pengakaran selama musim hujan dan secara perlahan melepaskan air selama musim kemarau. Hutan juga mengurangi aliran air permukaan (run-off), mencegah erosi dan longsor. Erosi yang luas dari penggundulan hutan penyebab utama sedimentasi dibanyak sungai dan mengancam waduk pembangkit listrik tenaga air. Dampak dari penggundulan hutan sangat nyata terhadap suply air bagi masyarakat yang tinggal di bagian hilir (area transisi). Konflik pada sumber daya hutan dalam dilihat pada gambar di bawah :
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 20
Gambar 3. Beberapa ancaman terhadap keberdaan Cagar Biosfer Cibodas
Ratusan hektar kawasan hutan eks PHBM yang mengalami deforestasi rawan terhadap longsor dan kebakaran. Kawasan ini secara hukum tidak bisa dirubah menjadi lahan milik. Berdasarkan UU Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, hak akses masyarakat terhadap kawasan hutan negara diakui. Tapi, aturan kehutanan masyarakat belum jelas. Berdasarkan studi dilapangan menunjukkan bahwa ratusan petani di daerah penyangga kawasan Cagar Biosfer Cibodas memiliki lahan kurang dari 1 ha. Hilangnya sumberdaya hutan eks PHBM juga akibat dari ketergantungan masyarakat terhadap lahan pertanian. Apabila reforestasi tidak dilakukan segera maka kawasan area inti (eks PHBM) ini akan hancur. Penjaminan akses masyarakat untuk menanam pohon dengan pendekatan adopsi pohon atau pengembangan ekonomi berkelanjutan bisa menjadi insentif bagi ratusan petani yang tinggal di daerah penyangga. Reforestasi juga akan memperbaiki fungsi kawasan Cagar Biosfer Cibodas, khususnya area inti kritis. Banyak daerah tangkapan air kawasan konservasi (area inti) mempunyai kandungan bahan mineral. Kegiatan pertanian yang menghilangkan tutupan hutan merupakan ancaman serius bagi hutan, biodiversitas dan DAS, rusaknya habitat fauna, aliran air berkurang. Pertambangan skala kecil juga berdampak negatif terhadap DAS dan biodiversitas. Pertambangan galian C skala kecil yang tidak memperhatikan aspek lingkungan menjadi masalah besar di daerah penyangga dan area transisi, tidak saja berdampak terhadap kesuburan lahan, tapi menghancurkan nilai ekonomi kawasan produksi pertanian dan perikanan serta penurunan keanekaragaman hayati.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 21
Langkah 3: Identifikasi sumber ancaman Analisa ini dilakukan terhadap ancaman yang paling serius (misalnya enam ancaman utama). Kegiatan ini untuk mencari penyebab pokoknya/utama yang bisa/mungkin diatasi; dari ancaman-ancaman yang paling serius sehingga solusi yang bisa dikembangkan untuk mengurangi sumber ancaman. Langkah 4: Melakukan analisa situasi Analisa ini dilakukan untuk melihat kelayakan pelaksanaan solusi teridentifikasi untuk mengurangi sumber ancaman. Hal ini dimaksudkan untuk melihat apakah solusi ini bisa dilaksanakan karena kendala biaya, dukungan masyarakat dan para pemangku kepentingan, kemampuan mengatasi ancaman utama. Langkah 5: Memilih solusi taktis menurunkan ancaman. Dari langkah 4 dan langkah 5 akan jelas ancaman yang dapat dikurangi. Setelah dipilih, kemudian dijabarkan dalam formulasi perencanaan. Langkah 6: Analisa para pihak Langkah ini penting untuk mengidentifikasi lembaga yang dapat berpartisipasi dalam seluruh tahapan perencanaan aksi. Langkah 7: Menyusun strategi dan rencana aksi prioritas Setelah solusi-solusi taktis untuk mengurangi ancaman terhadap tiap target pengelolaan teridentifikasi, maka solusi-solusi ini akan terlihat dalam bentuk strategi dan rencana aksi pengelolaan. Contoh, jika masing-masing terdapat dua solusi untuk mengurangi ancaman terhadap enam target pengelolaan, maka terdapat dua belas rekomendasi rencana aksi yang akan dikembangkan. Rencana tersebut perlu distrukturkan dalam prosedur pengelolaan adaptif. Pendataan kondisi awal perlu dilakukan agar hasil dan hasil antara aksi-aksi konservasi dapat dinilai dan dimonitor dan dievaluasi kemajuannya. Prioritas diberikan bagi aksi-aksi berdampak mengurangi ancaman lebih dari satu target konservasi. Penyusunan strategi dan rencana aksi bisa dilakukan kelompok kecil yang berpengalaman dalam pengelolaan konservasi dan pembangunan berkelanjutanm bekerjasama dengan tim kerja parapihak. Rencana ini selanjutnya dikerangkakan sebagai dokumen strategi dan rencana aksi yang disajikan kepada parapihak untuk di analisis, dirubah dan diterima. Langkah 8: Implementasi strategi dan rencana aksi Implementasi strategi dan rencana aksi dapat dilakukan oleh instansi dan lembaga yang mempunyai tugas dan fungsi tersebut atau forum para pihak atas dasar kesepakatan. Supervisi, monitoring, evaluasi dan mengelola keuangan serta kontrak kerja dilakukan oleh forum parapihak.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 22
3.2. PESERTA
Penyusunan strategi dan rencana aksi pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas berbasis parapihak melibatkan perwakilan dari (1) Simpul masyarakat zona penyangga, (2) Simpul masyarakat area transisi, (3) Dinas dan Instansi Terkait, (4) Sektor Swasta, (5) LSM, (6) Media Masa, (7) Kecamatan, (8) Aparat Desa, (9) Tokoh masyarakat dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
3.3. WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN
Penyusunan strategi dan rencana aksi dilaksanakan dalam enam tahap kegiatan, yaitu Kajian Lingkungan, Workshop, Pelatihan, Rakor, Lokalatih dan FGD yang dilaksanakan secara paralel di masing-masing kabupaten darin bulan Fabruari sampai Desember 2012.
3.4. KELOMPOK TARGET DAN TARGET SPESIFIK
Kelompok target konservasi dan target pembangunan berkelanjutan adalah unsur-unsur keanekaragaman hayati yang terdapat di area inti, yang menjadi fokus penyusunan perencanaan pengelolaan berikut strategi yang akan dikembangkan. Sedangkan unsur-unsur pembangunan berkelanjutan yang terdapat zona penyangga dan area transisi, yang menjadi fokus penyusunan perencanaan dan pengembangan pertanian tepadu (pertanian dan perkebunan ramah lingkungan, peternakan terpadu dengan pengembangan energy aternatif (biogas), pemukiman dan industry ramah lingkungan, ekoturisme dan turisme berbasis alam, ekonomi berkelanjutan, dan cagar budaya. Tujuh belas target spesifik pengelolaan cagar biosfer cibodas berdasarkan arahan zonasi menjadi fokus perencanaan parapihak di Kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi, dapat dilihat pada tabel 2 berikut: Tabel 2. Tujuh belas kelompok target spesifik
1. Area Inti 2. Zona Penyangga 3. Area Transisi:
1) Kawasan terbatas 2) Penelitian dan pemantauan
keanekaragaman hayati dan fitur fisik lainnya
3) Ekoturisme, wisata budaya dan religi
4) Pendidikan konservasi 5) Pengendalian melalui
pemanfaatan HHBK IAS 6) Pemanfaatan jasa ekosistem 7) Restorasi
8) Ekowisata 9) Pendidikan
konservasi/Lingkungan 10) Konservasi ex situ 11) Pertanian/Peternakan
Berkelanjutan 12) Perkebunan Ramah
Lingkungan 13) Ekonomi berkelanjutan 14) Cagar budaya
15) Industri ramah lingkungan
16) Pemukiman ramah lingkungan
17) Rehabilitasi daerah aliran sungai
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 23
Selanjutnya, dilakukan analisa situasi untuk mengetahui berbagai tekanan (jenis kerusakan), analisa perbaikan kondisi yang diperlukan, analisa sumber tekanan (penyebab terjadinya jenis kerusakan) dan analisa kegiatan yang diperlukan untuk menurunkan ancaman dari sumber tekanan. Yang tidak kalah pentingnya, juga diperlukan analisa situasi untuk mengetahui faktor pendorong pemungkin terjadinya sumber tekanan (mengapa terjadi kerusakan) dan melihat upaya penurunan sumber tekanan dan penanggulangan faktor pendorong (yang memungkinan terjadinya kerusakan), sebagai bagian strategi atau rencana aksi untuk memperbaiki tekanan, sumber tekanan, dan faktor pendorong terjadinya kerusakan.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 24
IV. RENCANA UMUM PENGELOLAAN KAWASAN
CAGAR BIOSFER CIBODAS BERBASIS PARA PIHAK DI TIGA KABUPATEN
4.1. GAMBARAN UMUM
Rencana pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas berbasis para pihak berisi kerangka besar pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas, termasuk kelompok target pengelolaan Cagar Biosfer tersebut. Rencana pengelolaan dibangun didasarkan atas penggalian informasi kondisi kawasan Cagar Biosfer Cibodas, khususnya di tiga zonasi (area inti, zona penyangga dan area transisi) saat ini, yang selanjutnya digunakan untuk penyusunan :
• Pembangunan Visi dan Misi Pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas.
• Identifikasi keseluruhan ancaman bagi pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas terhadap keberadaan ‘kelompok target’ utama pengelolaan. Pengumpulan informasi tersebut, termasuk juga menggali gambaran mengenai upaya konservasi dan pembangunan berkelanjutan termasuk ancaman serta pemikiran yang dapat dipertimbangkan penyusunan pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas.
• Mengidentifikasi parapihak atau mitra penting yang diharapkan akan ikut keterlibatan dalam kegiatan pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas.
Pada Bab ini berisi gambaran umum pengelolaan, yang akan dilakukan dalam jangka waktu selama sepuluh tahun, dari tahun 2013 sampai tahun 2022. Rencana aksi detail akan ditujukan pada rencana pengelolaan aksi dengan target khusus, yang akan disajikan pada Bab V dan Bab VI.
4.2. VISI PENGELOLAAN
Visi yang diharapkan akan dapat mengakomodasi kepentingan para pemangku kepentingan termasuk masyarakat sekitar zona/daerah penyangga dan area transisi yang disepakati yaitu untuk “Terwujudnya Kelestarian Keanekaragaman hayati sebagai salah satu sistem penyangga kehidupan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat generasi kini dan mendatang”. Walaupun singkat, visi tersebut diyakini telah mencakup keseluruhan harapan pemangku kepentingan yaitu untuk mendapatkan sebuah kesinambungan pengelolaan SDA dan untuk kepentingan kehidupan masyarakat.
4.3. MISI PENGELOLAAN
Selama proses penyusunan perencanaan pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas, juga disusun misi pengelolaan yang dikembangkan oleh pemangku kepentingan secara sinergis, yaitu untuk “Meningkatkan pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas secara menyeluruh, terpadu, dan berkelanjutan”.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 25
4.4. ANALISA ANCAMAN
Analisis ancaman, sebagaimana disajikan pada table 3 di bawah, difokuskan pada ‘Kelompok Target’ dengan memberikan gambaran seberapa besar sumber ancaman tersebut memberikan pengaruhnya pada Kelompok yang digambarkan dalam bentuk skor yang penilaiannya diberikan oleh forum multipihak. Analisis ancaman ini sangat penting untuk melihat sejauhmana sesungguhnya ancaman itu memberikan dampak, baik langsung ataupun tidak langsung, untuk mewujudkan visi pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas, dan mempermudah mewujudkannya dalam bentuk rencana aksi yang lebih konkrit sebagaimana diamanatkan dalam misi pengelolaan Cagar Biosfer ini. Table 3. Rangking Sumber Ancaman bagi ‘Kelompok Target’ Cagar Biosfer Cibodas
Sumber ancaman
‘Kelompok Target’
Rangking
Hutan Sumber
Air Lahan
Flora Fauna
Terancam
Tempat
Wisata
Alam
Skor
I Penebangan/ perambahan Liar 40 48 6 12 66 172
ii Aktifitas membuang sampah 32 6 36 74
iii Pertanian tidak ramah lingkungan
42 9 8 59
iv Adanya buangan limbah industri 16 32 48
v Lemahnya penegakan
hukum/aturan/pengawasan 8 16 21 45
vi Alih fungsi lahan (Konversi) lahan
menjadi pertanian, dan
pemukiman
12 9 20 41
vii Penambangan galian C 28 3 31
viii Pencurian flora 12 12 24
ix Perburuan satwa langka/terancam 9 12 21
x Kurangnya alternatif ekonomi
masyarakat sekitar hutan 2 16 18
xi Aktifitas Pariwisata 8 8 16
xii Kebakaran hutan 8 8 16
xii Bencana alam/ faktor alam 4 4 8
xiv exotic species (bukan tumbuhan
asli) 3 3
Bobot tekanan 82 133 112 62 196 585
Dari Table 4 di atas, terlihat jelas bahwa ancaman terbesar yaitu pada kelompok target Tempat Wisata Alam dengan nilai 33%, diikuti oleh Sumber Air (23%), Lahan (19%), Hutan (14%) serta Flora and Fauna (11%). Hasil ini memperlihatkan begitu pentingnya mengkonservasi dan melindungi Tempat Wisata Alam, tentu dengan rencana aksi yang mempertimbangkan kompleksitas kondisi yang ditemui di lapangan.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 26
Berdasarkan data yang diperoleh tersebut, ternyata sumber air dan lahan memiliki peluang yang cukup besar untuk terancam dibandingkan flora-fauna dan hutan. Keberadaan fauna-flora dan hutan yang berada dalam kawasan lindung memberikan peluang besar bagi pemerintah untuk bekerja dengan cara yang lebih baik. Beberapa penjelasan lainnya terkait dengan informasi yang berhasil digali selama proses diskusi oleh kelompok multipihak, sebagaimana dipaparkan pada tabel 2 di atas yaitu:
i. Kalau kita perhatikan tabel dengan lebih seksama, terlihat jelas bahwa ancaman terbesar terhadap zonasi di Cagar Biosfer Cibodas, ternyata dari 14 ancaman yang berhasil diidentifikasikan oleh stakeholders, maka ancaman yang cukup serius adalan penebangan dan perambahan liar. Perambahan juga menjadi sumber ancaman terberat bagi terjaminnya kondisi keasrian kawasan konservasi. Perlu kehati-hatian yang sama, bahwa keberadaan hutan dan sumber air akan saling terkait satu sama lain, dan ini akan dipengaruhi oleh perambahan, dan potensi mempengaruhi keberadaan hutan dan sumber air jelas terlihat.
ii. Kebiasaan masyarakat membuang sampah tidak sebagaimana mestinya ternyata ikut mempengaruhi kualitas air, kondisinya juga perlu diwaspadai mengingat ternyata kebiasaan membuang sampah ini ranking kedua ancaman terbesar, khususnya bagi keberadaan sumber air dan tempat wisata alam.
iii. Praktik pertanian yang buruk, terasering yang jelek dan penggunaan pupuk dan bahan kimia yang tidak benar menjadi ancaman terbesar ketiga, khususnya mengganggu kualitas lahan. Sementara forum multipihak tidak menyampaikan dampak terhadap hutan dan sumber air, sesungguhnya praktik ini juga juga memberikan dampk bagi kesehatan sumber air, memberikan efek besar bari resapan aquifer bawah tanah dimana air yang terpolusi akan mengotori baik aquifer itu sendiri dan daerah tangkapan air, termasuk danau dan bendungan.
iv. Polusi yang diakibatkan oleh buangan industri, termasuk hotel-hotel menjadi sumber ancaman untuk bagi sumber air dan tempat wisata alam.
v. Penegakan hukum lingkungan di lapangan menurut forum multipihak menjadi pendorong terjadinya ancaman bagi sumber air, lahan dan tempat wisata. Bagaimanapun juga, lemahnya penegakan hukum menjadi faktor kunci, yang memberikan dampak bagi keberadaaan kelompok target yang ingin di konservasi.
vi. Alih fungsi lahan (Konversi) lahan menjadi pertanian, dan pemukiman menempatkan rangking sebagai ancaman menengah, terutama memberikan ancaman bagi kepemilikan lahan, keberadaan hutan termasuk keberadaan dan kualitas sumber air.
vii. Penambangan galian C menurut argumentasi yang disampaikan oleh forum multipihak merupakan ancaman yang rendah sampai menengah. Tetapi disisi lain juga menjadi ancaman yang cukup serius bagi keberadaan dan kualitas sumber air walau disisi lain juga hanya ancaman yang relatif kecil bagi lahan.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 27
viii. Pencurian tumbuhan dan hewan merupakan ancaman bagi keberadaan flora dan fauna, khususnya yang sudah dalam kondisi yang terancam termasuk juga ikut mempengaruhi nuasa keindahan bagi kawasan konservasi. Sebagai contoh, pohon beringin selama ini banyak ditebang dari hutan alam dan diperjual belikan.
ix. Kurangnya alternatif mata pencaharian juga dilaporkan menjadi ancaman terhadap keberadaan lahan pada tingkat menengah. Masyarakat disekitar kawasan hutan mempunyai pola usaha tani berbasis lahan pada sisi lain kepemilikan lahan sangat terbatas. Kebutuhan ekonomi meningkat, terutama akibat naiknya harga bahan bakar minyak, mendorong masyarakat kembali menggunakan kayu bakar.
x. Aktifitas pariwisata tidak memberikan pengaruh ancaman yang berarti, tetapi kebiasaan ini bila terus berlanjut akan bisa merusak habitat tempat hidup satwa.
xi. Kebakaran hutan juga menjadi ancaman bagi hutan, flora dan fauna.
xii. Jaring terapung merupakan ancaman minim terhadap keberadaan taman wisata alam. Pakan ikan akan membusuk menghasilkan amoniak penyebab bau busuk. Ikan yang mati diluar dan di dalam jaring mengambang di permukaan danau.
xiii. Bencana alam yang diakibatkan oleh faktor alam menjadi ancaman bagi keberadaan hutan, termasuk kehidupan flora dan fauna di dalamnya. Hal ini terutama terkait kepada bencana yang diakibatkan oleh tanah longsor.
xiv. Exotic species memberikan ancaman kecil terhadap kualitas lahan dan keberadaan jenis asli lainnya serta keberadaan hewan wisata alam. Dari berbagai laporan disebutkan bahwa Exotic Species juga berpengaruh terhadap keaslian keragaman hayati, berpengaruh bagi daya tarik wisata alami yang asli.
4.5. RENCANA UMUM PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER CIBODAS BERBSIS PARA PIHAK
Rencana pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas berdasarkan Arahan Program Zonasi sebagaimana di atas didasarkan pada tingkat prioritas yang disepakati, yang terdiri dari : 1) Kawasan terbatas, 2) Penelitian dan pemantauan keanekaragaman hayati dan fitur fisik lainnya, 3) Ekoturisme, wisata budaya dan religi, 4) Pendidikan konservasi, 5) Pengendalian melalui pemanfaatan HHBK IAS, 6) Pemanfaatan jasa ekosistem, 7) Restorasi, 8) Ekoturime dan turisme berbasis alam, 9) Konservasi ex situ, 10) Pertanian berkelanjutan, seperti pertanian organik, peternakan terpadu dengan pengembangan energy altertatif (misalnya biogas), daur ulang, dsb. 11) Perkebunan ramah lingkungan, 12) Ekonomi berkelanjutan, 13) Cagar budaya, 14) Pendidikan lingkungan, 15) Industri ramah lingkungan, 16) Pemukiman ramah lingkungan, dan Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai. Adapun rencana pengelolaan yang diusulkan didasarkan atas informasi yang diperoleh, yang dikelompokkan dalam dua periode kegiatan yaitu kegiatan jangka menengah, untuk jangka waktu sepuluh tahun dan kegiatan jangka pendek tergantung perkembangan dan kebutuhan lapangan.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 28
4.5.1. SUMBER AIR
Sumber air di zona penyangga yang mendapatkan perhatian utama termasuk mata air, sungai dan air tanah. Selama 10 tahun terakhir, telah terjadi penurunan jumlah mata air. Penurunan juga terjadi pada kedalaman air tanah dari sekitar 10 meter, saat ini telah menjadi sekitar 12 meter, termasuk juga telah terjadi perubahan aliran sungai dan erosi bantaran sungai serta pendangkalan di bagian hilir. Selain itu, kualitas air juga semakin kotor yang diakibatkan oleh sampah yang sekaligus juga terjadinya peningkatan kekeruhan, disamping fluktuasi air yang semakin tinggi pada saat musim hujan sering terjadi banjir dan longsor, serta kekurangan air untuk pertanian pada musim kemarau. 4.5.1.1. Rencana Pengelolaan
Rencana umum pengelolaan sumber air bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas air. Rencana umum yang perlu dilakukan untuk memperoleh penyediaan air yang cukup dan berkualitas dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Program umum pengelolaan sumber air, tujuan, rencana aksi, lokasi dan mitra
Program Tujuan Rencana Aksi Lokasi Aksi Mitra & Penanggung Jawab(*)
1.Peningkatan
Kuantitas dan
kualitas air
Kuantitas dan
kualitas air
meningkat
a. Pelestarian sumber air
b. Pengolahan air
(limbah dan tanah)
c. Rehabilitasi daerah
sempadan sungai
d. Efesiensi penggunaan
air
a. 3 desa percontohan
pengelolaan CBC di
zona penyangga
b. Desa-desa lainnya di
zona penyangga dan
area transisi CBC
Dinas Kehutanan*, PDAM*,
Masyarakat, Pemdes, BPDAS,
PSDA, ESDM, BLH*, Bappeda,
Dinas Kesehatan, Dinas
Pertanian, Mitra Cai,
FORPELA*, BB TNGGP,
Swasta, OISCA, PT. Tirta
Investama* (Aqua Danone)
2.Pencegahan
terjadinya alih
fungsi hutan
menjadi non
hutan
a. Pemberdayaan
ekonomi
berkelanjutan di zona
penyangga
b. b. Pemberian izin
pembangunan sesuai
tataruang zonasi
a. 3 desa percontohan
pengelolaan CBC
b. desa-desa lainnya di
zona penyangga
CBC
Bappeda*, BPMD, Dishutbun,
Masyarakat, Pemdes, BB
TNGGP, Swasta, FORPELA,
Dinas Peternakan*,
3.Pencegahan
terjadinya
galian C yang
tidak ramah
lingkungan
Rehabilitasi daerah bekas
galian C di zona
penyangga dan area
transisi CBC
a. Desa Pasir Buncir,
Bogor dan desa
Cimangkok,
Sukabumi
Aparat Hukum*, Dinas PU,
ESDM*, Swasta, Masyarakat,
Pemdes
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 29
4.5.2. LAHAN KRITIS
Terjadi penurunan tingkat kesuburan tanah yang ditandai oleh kebutuhan pupuk yang semakin meningkat, termasuk pestisida. Juga ditemukan perubahan penggunaan lahan-lahan pertanian dan perkebunan rakyat yang banyak beralih fungsi menjadi pemukiman dan proyek-proyek pembangunan lain. Selain itu, lahan banyak diterlantarkan oleh pemiliknya sehingga menjadi tidak produktif (guntai) dan pada gilirannya kemudian lahan dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian yang tidak memperhatikan kaedah-kaedah konservasi sehingga berubah menjadi kritis.
4.5.2.1. Rencana Pengelolaan
Rencana umum pengelolaan yang perlu dilakukan dalam rangka memperbaiki
kondisi lahan kritis dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini.
Tabel 5. Program umum pengelolaan lahan kritis, tujuan, rencana aksi, lokasi dan mitra
Program Tujuan Rencana Aksi Lokasi Aksi Mitra & Penanggung
Jawab(*)
1. Pencegahan
terjadinya erosi
permukaan
Meningkatkan
kesuburan
tanah dan
infiltrasi air.
a. Reklamasi dan
rehabilitasi lahan
kritis
b. Penerapan teknologi
tepat guna dan ramah
lingkungan
c. Pembuatan terasering
a. 3 desa percontohan
(pasir buncir, ciputri,
langensari)
b. Desa-desa lainnya di
zona penyangga CBC
Distanhut*, BBNTGGP*,
Dinas Pertanian*,
Pemerintah Kecamatan,
Pemdes, Masyarakat,
Pengusaha, Bappeda, BLH,
Forpela, BPDAS, PDAM,
PT. Tirta Investama
2. Pembuatan
resapan air
yang baik
a. Program pembuatan
sumur resapan dan
biopori
a. 3 desa percontohan
b. Desa-desa lainnya di
zona penyangga CBC
Dinas PU, Dishutbun,
Bappeda, PDAM, BLH,
Swasta, Pengusaha, PDAM,
PT. Tirta Investama,
Masyarakat, Pemdes.
3. Pencegahan
terjadinya
perubahan
alih fungsi
lahan
a. Penertiban tentang
penggunaan lahan
sesuai fungsi
b. Sosialisasi fungsi
lahan
c. Penyuluhan mengenai
pentingnya RTRW
dan Tata Ruang
Zonasi
d. Penerapan sanksi
hukum yang tegas
a. Desa percontohan
b. Desa-desa lainnya di
zona penyangga
Dinas PU, Bappeda, PSDA,
BLH, BPN, BBTNGGP,
Masyarakat, LSM,
Pengusaha, Aparat Penegak
Hukum, Akademisi
4. Program
penguatan
ekonomi
masyarakat
berkelanjutan
a. Pemanfaatan biogas
,tenaga surya, dan
mikrohidro
b. Pelatihan
keterampilan
c. Penyuluhan pertanian
organik
a. Tiga desa
percontohan (desa
pasir buncir, ciputri,
langensari)
b. Desa-desa lainnya di
zona penyangga dan
area transisi
BLH, Dinas Kehutanan,
Dinas Peternakan, Dinas
Pertanian, LSM, Akademisi,
Swasta, Forpela, ESDM
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 30
4.5.3. KONSERVASI FAUNA DAN FLORA
Beberapa flora dan fauna yang selama ini sering ditemukan di kawasan Cagar Biosfer Cibodas, khususnya di area inti saat ini sudah semakin sulit ditemukan. Habitat yang semakin sempit, ditambah dengan kualitas habitatnya yang semakin buruk, berdampak kepada semakin sempitnya ruang hidup bagi beberapa flora dan fauna. Diantaranya yaitu macan kumbang, owa jawa, elang jawa, bamboo tali dan kantong semar. 4.5.3.1. Rencana Pengelolaan
Rencana pengelolaan yang perlu dilakukan dalam rangka melindungi keberadaan fauna dan flora langka dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini, sebagaimana dihasilkan dari diskusi forum multipihak. Namun demikian, untuk lebih fokus membuat rencana konservasi yang diperlukan, diskusi dengan kelompok ahli fauna dan flora akan sangat membantu didalam upaya untuk menentukan lokasi-lokasi program yang penting. Tabel 6. Program umum konservasi fauna flora, tujuan, rencana aksi, lokasi dan mitra
Program Tujuan Rencana Aksi Lokasi Aksi Mitra & Penanggung
Jawab(*)
1. Penanggulan
gan
pencurian
flora dan
fauna
Menjaga dan
melestarikan
jenis dan
habitat.
a. Penegakkan
peraturan perburuan
dan pencurian satwa
dan flora
b. Penyuluhan
c. Peningkatan ekonomi
masyarakat
a. 3 desa percontohan
pengelolaan CBC
b. 55 desa di zona
penyangga lainnya
BB TNGGP*, BB KSDA,
LSM, Akademisi,
Masyarakat, Pemdes,
Aparat Penegak Hukum
2. Mengembali
kan fungsi
habitat flora
dan fauna
a. Perlindungan
kawasan
b. Pengendalian
kebakaran hutan
3 desa percontohan
pengelolaan CBC dan 55
desa lainnya di zona
penyangga
Idem
3. Pengembang
an flora dan
fauna
a. Perlindungan spesies
b. Perlindungan habitat
Idem
4. Pemerataan
penyebaran
flora dan
fauna
a. Konservasi flora dan
fauna
Idem
4.5.4. HUTAN
Selama sepuluh tahun terakhir, kualitas hutan semakin menurun, khususnya di kawasan perluasan eks PHBM, dengan kualitas dan kerapatan hutan yang semakin menurun. Kegiatan perbaikan kualitas hutan untuk 20 tahun kedepan disarankan oleh para pihak di tiga kabupaten memilih seluruh kawasan eks PHBM di area inti Cagar Biosfer Cibodas harus dilakukan restorasi. Sedangkan untuk di zona penyangga selama sepuluh tehun terakhir, kualitas daerah tangkapan air semakin menurun, dengan kualitas dan kerapatan tutupan lahan daerah resapan air semakin menurun. Kegiatan perbaikan kualitas daerah resapan air untuk 20 tahun kedepan disarankan oleh para pihak di tiga kabupaten memilih untuk pengembangan hutan tanaman rakyat terbatas.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 31
4.5.4.1. Rencana Pengelolaan
Rencana pengelolaan yang perlu dilakukan dalam rangka melestarikan hutan di area inti dan daerah resapan air di zona penyangga dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini, yang direkomendasikan oleh para pihak. Seperti halnya pengelolaan fauna-flora di atas, pegelolaan hutan membutuhkan masukan dari ahlinya, untuk secara tepat dapat menentukan lokasi yang penting, yang menjadi prioritas pengelolaan. Tabel 7. Program umum pengelolaan hutan, tujuan, rencana aksi jangka menengah, lokasi dan mitra
Program Tujuan Rencana Aksi Lokasi Aksi Mitra & Penanggung
Jawab(*)
Pencegahan
perubahan alih
fungsi hutan dan
daerah resapan air
Meningkatkan
kelestarian
sumber daya
alam untuk
kesejahteraan
masyarakat di
sekitar kawasan
hutan
a. Mengembalikan
fungsi lahan
b. Penegakan hukum
a. 3 desa percontohan
pengelolaan CBC
b. 55 desa lainnya di zona
penyangga
BB TNGP, Penegak Hukum,
Pemdes, Pemda, BP DAS,
Dinas Kehutanan
Pencegahan
terjadinya hutan
gundul
c. Reboisasi
d. Reforestasi
Pengguna/pemilik lahan,
Dinas Kehutanan,
Masyarakat, LSM, Pemdes,
BB TNGP, BP DAS dan
Pengusaha/Swasta
Pencegahan
penebangan liar
Penyuluhan dan
pembinaan
Kepolisian/Penegak hukum,
Pemdes, Pemda
Peningkatkan
kesadaran
masyarakat
terhadap
pentingnya hutan
Meningkatkan
partisipasi
masyarakat
BB TNGGP, Pemdes, Pemda,
BP DAS dan Dishutbun
Peningkatan
kesejahteraan
masyarakat
sekitar hutan
a. Intensifikasi
pertanian dan
peternakan
terpadu
b. Penanganan pasca
panen
Dinas Peternakan, Dinas
Pertanian, Swasta
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 32
4.5.5. WISATA ALAM
Jawa Barat, khususnya Kabupaten Bogor, Cianjur, dan Sukabumi merupakan wilayah wisata yang cukup menarik, melihat tempatnya yang sangat strategis, dekat dengan ibu kota Negara, mudah untuk diakses, disamping hawa pegunungan dan keaslian nuasa alamnya yang menarik untuk dikunjungi. Beberapa tempat wisata yang menjadi prioritas, mengingat besarnya minat dan prioritas perbaikan yang diperlukan, forum parapihak mengusulkan untuk memberikan prioritas penting untuk pengembangan wisata alam berkelanjutan. 4.5.5.1. Rencana Pengelolaan Rencana pengelolaan umum pengelolaan yang perlu dilakukan dalam rangka untuk menjaga dan meningkatkan fungsi pariwisata berbasis alam dan memberikan dukungan bagi penyediaan air yang cukup dan berkualitas dapat dilihat dalam tabel 9 di bawah ini. Tabel 8. Program umum pengelolaan tempat wisata, tujuan, rencana aksi jangka menengah, lokasi dan mitra
Program Tujuan Rencana Aksi Lokasi Aksi Mitra & Penanggung
Jawab(*)
Pengembangan
tempat wisata
alam yang
menarik
Tertatanya
kawasan wisata
alam dan
terlindunginya
Flora dan Fauna.
a. Pemeliharaan
tempat wisata
alam
b. Penanaman pohon
c. Program cagar
budaya
a. 3 desa percontohan CBC
b. Dan desa penyangga
lainnya yang memiliki
potensi wisata alam
BB TNGGP, Bappeda, Dinas
Pariwisata, Dinas
Kehutanan, Camat, Kades
dan Masyarakat
Perlindungan
Flora dan Fauna
a. Penyediaan pakan
yang mudah
hancur dan tidak
mengandung
bahan kimia
b. Penanggulangan
Perburuan dan
Pencurian Flora
c. Penyuluhan dan
penegakan hukum
perlindungan flora
dan fauna
Dinas perikanan, Penegak
hukum, BB TNGGP, Dinas
Kehutanan, Bappeda
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 33
V. STRATEGI DAN RENCANA AKSI PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER CIBODAS BERBASIS PARAPIHAK
5.1. GAMBARAN UMUM
Pada bab ini menjelaskan bagaimana proses pengelolaan strategi dan rencana aksi dilaksanakan. Dari 17 target spesifik (lihat tabel 2) yang telah disepakati oleh parapihak, perlu dipilih strategi dan rencana aksi spesifik yang prioritas, dengan tiga alasan yaitu : 1) Penetapan satu atau dua strategi dan rencana aksi sesuai kondisi lapangan dari 17
target spesifik yang membutuhkan proses yang panjang. 2) Juga sangatlah tidak mungkin semua strategi dan rencana aksi dapat dilaksanakan
di lapangan mengingat beberapa dari rencana aksi membutuhkan prasyarat, baik dukungan biaya maupun pendampingan (termasuk proses monitoring dan evaluasi serta pendampingan teknis). Pada tahapan ini, struktur organisasi disatu sisi sedang disusun tetapi pada saat bersamaan implementasi beberapa strategi dan rencana aksi juga memerlukan dukungan lainnya, antara lain dukungan kapasitas.
3) Perencanaan ini sangat mungkin dan terbuka untuk dilakukan pembaharuan, dilengkapi atau disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan lapangan (living document), sehingga tidak perlu mendetailkan rencana aksi 17 target spesifik. Lebih baik memilih beberapa dari 17 target spesifik. Dalam dokumen rencana aksi, dipilih tujuh target specifik, yang disepakati oleh para pihak, sekaligus mewakili target spesifik lainnya. Strategi dan Rencana aksi target spesifik yang dipilih kemudian dan didetailkan dalam strategi dan rencana aksi tahunan dan rencana aksi jangka menengah. Sangat logis dan bijak untuk menyiapkan rencana yang dibutuhkan segera di lapangan, mengingat beberapa ancaman mungkin saja berubah sangat cepat. Diharapkan dalam jangka waktu sepuluh tahun atau kurang dapat segera dilihat perubahan kondisi pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas menjadi lebih baik.
Tujuh belas target spesifik, yang mewakili “Kelompok Target Pengelolaan di Area Inti, Daerah/Zona Penyangga dan Area Transisi“ (Kawasan terbatas, Penelitian dan pemantauan keanekaragaman hayati dan fitur fisik lainnya, Ekoturisme/wisata budaya/religi, Penddidikan konservasi, Pengendalian melalui pemanfaatan HHBK IAS, Pemanfaatan jasa ekosistem/lingkungan, Restorasi, Ekowisata, Pendidikan konservasi/lingkungan, Pertanian/peternakan berkelanjutan, Perkebunan ramah lingkungan, Ekonomi berkelanjutan, Cagar budaya, Pemukiman ramah lingkungan, Industri ramah lingkungan, dan Rehabilitasi daerah aliran sungai disepakati oleh para pihak menjadi prioritas yang akan diprioritaskan untuk dikelola.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 34
Tujuh belas target spesifik tersebut yaitu : 1) Zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan, zona tradisional, zona rehabilitasi, zona konservasi owa jawa, zona khusus (Kawasan terbatas), 2) Macan kumbang, owa jawa, elang jawa (Penelitian dan pemantauan keanekaragaman hayati), 3) Eko-tour, pendakian, eco homestay, jungle track, animal waching (Ekoturisme), 4) Muatan lokal, pembinaan kelompok penggiat alam, kampanye (Pendidikan konservasi), 5) Pertanian organik, peternakan kambing, kelinci, sapi, pengembangan energi alternatif (Pertanian/peternakan berkelanjutan), 6) Pupuk organik, pestisida dari bahan organik, tanaman MPTS, penghijauan kakija (Perkebunan ramah lingkungan), 7) Penerapatan tata kelola yang baik, UKM, kelembagaan, koperasi, produksi unggulan desa, pelatihan manajemen usaha skala rumah tangga (Ekonomi berkelanjutan), 8) Penyuluhan nilai-nilai cagar budaya, pendidikan cinta budaya, pengamanan cagar budaya, pengembangan cagar budaya (Cagar budaya), 9) Pengolahan limbah padat dan cair, eko efisien, desain produk ramah lingkungan, pengembangan ruang hijau (Industri ramah lingkungan), 10) Sumur resapan, biopori, septik tank, daur ulang sampah organik & an-organik, ruang hijau (Pemukiman ramah lingkungan) .
5.2. KONSEP PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI DAERAH PENYANGGA
Konsep pengembangan masyarakat daerah penyangga adalah pengelolaan potensi sumber daya alam dan ekosistemnya yang dilakukan bersama-sama antara pengelola, para pihak dengan masyarakat sekitar kawasan mengikuti pola berbasiskan lahan dan berbasiskan bukan lahan dengan memperhatikan kelestarian ekologi, kelestarian sosial, ekonomi dan budaya sehingga manfaat yang diperoleh dapat diwujudkan secara optimal dan proporsional sehingga dapat terwujudanya perlindungan hutan yang mantap dan konservasi sumber daya alam yang mampu memberikan manfaat optimal kepada masyarakat. Pola pengembangan ini akan lebih menekankan adanya peranan bagi kepentingan masyarakat dan sebaliknya penyertaan modal bagi masyarakat sekitar dalam bentuk Pengembangan Usaha Ekonomi Pedesaan (USPED) di sekitar kawasan yang sekarang ini masih berjalan merupakan program pendampingan masyarakat dengan tujuan antara lain ”mewujudkan masyarakat desa mandiri ekonominya dan peduli konservasi yang dapat menjamin hutan lestari”.
Adapun ciri-ciri Peningkatan Ekonomi Masyarakat adalah sebagai berikut : a. Adanya potensi kelembagaan sosial dan atau kelembagaan ekonomi yang dapat
mendukung keberhasilan dan kelanjutan program pengembangan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan konservasi.
b. Adanya potensi sumber daya ekonomi lokal andalan, contohnya pengembangan ekonomi berbasis pertanian/perkebunan, SDAH/jasa lingkungan, atau kerajinan (home industri) yang intinya mempunyai potensi pasar tinggi yang dapat dikembangkan dalam rangka masyarakat mandiri sekaligus peduli konservasi.
c. Lebih menitikberatkan adanya perencanaan program terpadu terutama yang terkait dengan aspek-aspek kelayakan produksi dan peluang pemasarannya untuk dapat menjamin keberlanjutan kegiatan ekonomi dan kemandirian masyarakat
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 35
walaupun program Peningkatan Ekonomi Masyarakat secara formal telah berakhir di lokasi desa tersebut.
5.3. MODEL PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT BERBASISKAN BUKAN LAHAN
Model Peningkatan Ekonomi Masyarakat berbasiskan bukan lahan dilaksanakan diluar kawasan hutan koservasi atau dilaksanakan di daerah penyangga. Model Peningkatan Ekonomi Masyarakat ini bersifat bantuan jenis komoditas untuk dikembangkan oleh anggota masyarakat sekitar kawasan yang terpilih dengan jenis komoditas berupa bantuan bibit ternak, tanaman MPTS, tanaman hias, budidaya bambu dan buah-buahan serta wira usaha wisata alam .
Model Peningkatan Ekonomi Masyarakat ini dimaksudkan untuk memberikan pekerjaan dan tambahan modal dalam rangka peningkatan pendapatan kepada masyarakat sekitar zona inti. Sedangkan tujuannya untuk memberikan alternatif lapangan kerja dan pendapatan secara berkelanjutan, meningkatkan rasa kesadaran dan kepedulian terhadap upaya kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup, meningkatkan kualitas dan gizi masyarakat sebagai subyek pembangunan nasional dan meningkatkan daya saing ekonomi sekitar zona inti sebagai akibat dari pengelolaan sumber daya alam yang lebih produktif. Kegiatan koordinasi dan sosialisasi melibatkan unsur pengelola, pemerintah daerah, LSM setempat, masyarakat yang akan terkena dampak dari kegiatan. Kegiatan perencanaan memuat: penyusunan rancangan fisik, rancangan kebutuhan biaya dan tenaga kerja, organisasi pelaksana serta penguatan kelembagaan secata stimulir.
5.4. ZONA/DAERAH PENYANGGA
Daetrah penyangga merupakan wilayah di luar kawasan taman nasional yang penggunaan tanahnya terbatas untuk memberikan lapisan perlindungan tambahan bagi kawasan dan secara bersamaan juga dimanfaatkan bagi masyarakat sekitar. Umumnya daerah ini berbatasan langsung dengan pemukiman masyarakat, dan merupakan suatu benteng perlindungan sumberdaya alam dari gangguan masyarakat sekitar atau sebaliknya. Masyarakat dapat memanfaatkan sumberdaya alam di daerah penyangga ini tetapi tidak merusak atau mengganggu eksistensi taman nasional bahkan diusahakan membantu upaya-upaya konservasinya.
5.5. MASYARAKAT ZONA PENYANGGA DAN MASA DEPANNYA
Masyarakat yang tinggal di zona penyangga Cagar Biosfer Cibodas pada umumnya adalah masyarakat desa hutan yang mayoritas sebagai petani, sehingga tingkat ketergantungan masyarakat akan lahan pun cukup tinggi dan ini banyak mengakibatkan masyarakat yang tinggal disekitar daerah penyangga memanfaatkan lahan-lahan kosong untuk dijadikan sebagai lahan pertanian. Tingginya tingkat
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 36
ketergantungan masyarakat desa hutan terhadap sumber daya alam banyak mengakibatkan persoalan-persoalan yang cukup krusial dan mengancam keberadaan hutan konservasi. Banyak kebutuhan masyarakat desa hutan yang dipenuhi dari hutan, seperti pangan, obat-obatan, bahan kontruksi rumah dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Masyarakat desa penyangga menganggap hutan adalah sumber mata pencaharian. Beberapa kegiatan pencaharian yang bergantung pada hutan adalah mencari kayu bakar, buah-buahan, bahan bangunan dan jenis tumbuhan dan satwa yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-harinya. Bagi masyarakat desa penyangga, hutan juga merupakan sumber lahan atau cadangan lahan di masa depan. Lemahnya tingkat pengetahuan masyarakat akan pentinggnya hutan menjadikan banyak permasalahan-permasalahan antara masyarakat yang tinggal di daerah penyangga dengan pengelolan kawasan itu sendiri, sehingga banyak menimbulkan konflik dilapangan. Upaya-upaya tersebut perlu ada beberapa solusi yang cukup terarah dan terpadu, sehingga tingkat kertegantungan masyarakat desa penyangga terhadap sumber daya hutan bisa dihentikan dengan melakukan upaya pemanfaatan sumber daya alam yang bisa dikembangkan dan dibudidayakan oleh masyarakat itu sendiri. Harapan dari masyarakat desa penyangga adalah adanya upaya perbaikan dan peningkatan pemahaman masyarakat akan pentingnya kelestarian hutan dengan mengembangkan program-program inkubasi usaha pedesaaan yang terpadu dan berkelanjutan tentunya di dukung oleh parapihak. Sementara itu untuk merubah pola perilaku yang sudah melekat di masyarakat secara turun menurun terhadap ketergantungannya terhadap sumber daya hutan perlu mendapatkan perhatian yang serius dengan melakukan upaya pengembangan hutan itu sendiri. Harapan dari masyarakat desa penyangga adalah adanya pengembangan hutan itu sendiri, seperti halnya:
• Hutan yang dapat diambil hasil hutannya untuk penghidupan sehari-hari, misalnya buah-buahan, aren, tumbuhan, satwa untuk dibudidayakan di luar kawasan hutan dan tidak dapat dikonversi menjadi pemukinan atau lahan budidaya.
• Hutan yang dapat dikonversi menjadi hutan lahan budidaya oleh masyarakat desa hutan dengan tata cara dan aturan pihak pengelola kawasan.
5.6. IMPIAN MASA DEPAN CAGAR BIOSFER CIBODAS
Perencanaan dan perancangan di dalam kawasan Cagar Biosfer Cibodas mempunyai keterkaitan yang relatif sama pentingnya dengan perencanaan di luar kawasan taman nasional (lokasi, regional dan nasional), terutama yang berkaitan dengan aspek pengembangan wilayah pemerintah dimana taman nasional ini berada. Keterpaduan kedua bentuk rencana pengembangan baik di dalam kawasan maupun di luar kawasan merupakan rencana alternatif jangka panjang bagi pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas di masa mendatang. Dengan tidak meninggalkan kegiatan lainnya yang senantiasa mengacu pada tujuh belas kelompok target kegiatan dalam pengelolaan
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 37
Cagar Biosfer Cibodas yang telah digariskan dalam RPTN, maka program prioritas yang ingin dicapai oleh Balai Besar TNGGP ke depan mencakup hal-hal sebagai berikut: - Pemanfaatan kawasan zona inti, khususnya berkaitan dengan perluasan kawasan
guna menjamin kepastian hukum dalam pengelolaan kawasan; - Mengoptimalkan fungsi zona inti sebagai wahana penelitian dengan topik kajian
yang selaras dengan kebutuhan dan hasil-hasilnya dapat berimplementasi dan berkontribusi terhadap upaya pengelolaan kawasan cagar biosfer cibodas;
- Meningkatkan apresiasi kepedulian, dan peran masyarakat melalui bentuk-bentuk kegiatan penyadaran masyarakat sejak dini akan rasa cinta alam/konservasi melalui kegiatan pendidikan lingkungan (dikling);
- Terbangunnya jalinan kerjasama dan kemitraan secara simbiosa mutualistik yang mampu mendukung pencapaian keberhasilan program melalui pengelolaan dan pendanaan (sharing cost) yang kolaboratif untuk tujuan kesejahteraan yang terus meningkat;
- Meningkatkan peran parapihak dalam pengembangan dan pemanfaatan wisata alam dan jasa lingkungan sebagai core-business dengan tetap menjamin keutuhan dan kelesatarian kawasan;
- Zona inti sebagai kawasan pelestarian alam diharapkan dapat menjadi tolak ukur dalam pengembangan wilayah disekitarnya.
Dengan dasar pemikiran tersebut, maka upaya proses pemberdayaan masyarakat desa penyangga harus dilaksanakan dalam bentuk: 1) Bapak angkat, 2)Kemitraan, 3) Bantuan keredit permodalan, 4) Bantuan hibah sarana usaha, dan 5) Bantuan teknis. Sedangkan prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat pada lokasi model desa pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas, antara lain: 1) Partisipatif, 2) Desentralisasi, 3) Kemitraan, 4) Pemerataan, 5) Pelestarian, dan 6) Berkelanjutan.
5.7. TANTANGAN PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER CIBODAS DI MASA DEPAN
Mengingat fungsi Cagar Biosfer Cibodas yang sangat strategis, perbaikan kinerja dan fungsinya merupakan hal mutlak yang harus dilakukan. Pembangunan kehutanan harus dilaksanakan atas dasar etika yang menjamin kelestarian fungsi sumberdaya hutan dengan mempertimbangkan keterkaitan dan ketergantungan diantara sumberdaya hutan, serta melibatkan peran akomodatif dan partisipatif masyarakat luas. Untuk itu prinsip pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas adalah dilakukannya sinergi dua kepentingan yakni sustainabilitas hutan konservasi dan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat daerah penyangga. Balai TNGGP telah mengeluarkan kebijakan prioritas pengelolaan TNGGP yang terbagi atas 6 prioritas program, yaitu :
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 38
1. Pemanfaatan kawasan TNGGP, khususnya berkaitan dengan perluasan kawasan guna menjamin kepastian hukum dalam pengelolaan kawasan;
2. Mengoptimalkan fungsi taman nasional sebagai wahana penelitian dengan topik kajian yang selaras dengan kebutuhan dan hasil-hasilnya dapat berimplementasi dan berkontribusi terhdap upaya pengelolaan kawasan;
3. Meningkatkan apresiasi kepedulian, dan peran masyarakat melalui bentuk-bentuk kegiatan penyadaraan masyarakat sejak dini akan rasa cinta alam/konservasi melalui kegiatan pendidikan lingkungan (dikling);
4. Terbangunnya jalinan kerjasama dan kemitraan secara simbiosa mutualistik yang mampu mendukung pencapaian keberhasilan program melalui pengelolaan dan pendanaan (sharing cost) yang kolaboratif untuk tujuan kesejahteraan yang terus meningkat;
5. Meningkatkan peran TNGGP dalam pengembangan dan pemanfaatan wisata alam dan jasa lingkungan sebagai core-business dengan tetap menjamin keutuhan dan kelesatarian kawasan;
6. TNGGP sebagai kawasan pelesatarian alam diharapkan dapat menjadi tolak ukur dalam pengembangan wilayah disekitarnya.
5.8. CAGAR BIOSFER CIBODAS DALAM RENCANA JANGKA MENENGAH DESA
Upaya pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas dalam perencanaan pembangunan jangka menengah desa diharapkan bisa diintegrasikan dengan kajian-kajian yang sudah dilakukan oleh kelompok masyarakat desa itu sendiri. Sebenarnya desa mempunyai peranan yang cukup tinggi dalam mengembangkan desanya sendiri, namun karena faktor kendala baik dari dalam maupu dari luar terkadang menjadi persoalan yang sangat krusial, sehingga desa kurang berperan aktif untuk mengembangkan wilayahnya. Dalam menangani permasalahan-permasalahan yang terjadi selama ini adalah melalui upaya perbaikan menagement dalam pengembangan desa yang dikembangkan melalui proses partisipasi, baik ditingkat masyarakat, pemerintahan, dan lembaga-lembaga lainnya dan untuk memperkuat basis tersebut perlu adanya pemahaman yang lebih jelas terhadap terhadap pengembangunan desa konservasi kepada para pihak untuk mendukung pengembangan desa secara terpadu, menyeluruh dan berkelanjutan. Oleh karena itu, diperlukan perbaikan kondisi dengan adanya arahan pendekatan yang bersifat partisipatif dan kolaboratif, salah satunya adalah dengan dikembangkannya desa tersebut sebagai desa konservasi, sehingga isu-isu permasalahan desa dengan permasalahan konservasi bisa di perbaiki secara bersama-sama untuk mendapatkan hasil yang lebih baik antara kepentingan pemerintahan desa terhdap potensi sumber daya alam dengan pelestarian kawasan itu sendiri. Terkadang masyarakat dan pemerintahan desa menanggapi, bahwasanya kawasan hutan bisa dimanfaatkan secara penuh oleh desa itu sendiri dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah lingkungan dan bisa saling menguntungkan.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 39
Untuk mendukung Cagar Biosfer Cibodas dalam rencana pembangunan desa, tentunya perlu adanya suatu kebijakan lokal yang diinisiasi oleh pemerintah desa dengan masyarakat itu sendiri, sehingga tidak ada lagi perbedaan persepsi dalam pengelolan kawasan hutan yang bisa dimanfaatkan secara lestari. Upaya tersebut bisa diintegrasikan dalam sebuah Peraturaan Desa (PERDES) menyangkut pengembangan desa konservasi yang isinya tentang aturan-aturan dan rencana kegiatan desa dalam pembangunan desa konservasi berbasiskan bukan lahan. Proses penguatan kebijakan lokal ini akan mempermudah dalam mengimplemantasikan usulan-usulan program yang akan diptioritaskan oleh desa yang akan didukung oleh para pihak (stakeholder), karena isu konservasi merupakan masalah yang melekat dalam kehidupan kita sehari-harinya dan bisa memberikan manfaat yang besar untuk kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Salah satu pendekatan yang paling sederhana adalah mensosialisasikan dan menanggapi hasil kajian partisipatif yang dilakukan oleh masyarakat kepada semua pihak, baik ditingkat pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah dalam memperbaiki kualitas lingkungan desa itu sendiri yang harapannya di dukung secara berkelanjutan.
5.9. MEMBANGUN KERJASAMA PARA PIHAK DALAM
PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER CIBODAS Parisipasi berbagai stakeholders sangat diperlukan di dalam kerangka pengelolaan kawasan Cagar Biosfer Cibodas untuk mengantisipasi kekurangan sumber daya yang dimilki oleh TNGGP dalam membangun dukungan, baik berupa dana maupun program kegiatan di dalam upaya konservasi itu sendiri. Kolaborasi merupakan budaya baru di tempat kerja dimana setiap orang yang berada di tempat kerja memiliki sifat terbuka dan saling memberi serta menerima saran dan pendapat orang lain. Proses kolaborasi ini diharapkan mendapatkan sebuah proses mendasar dari bentuk kerjasama yang dapat menghasilkan kepercayaan, intergitas, dan terobosan melalui pencapaian konsensus, kepemilikan, dan keterpaduan pada setiap aspek pengembangan kegiatan. Proses membangun kerjasama para pihak dalam konservasi tentunya harus ada kesepahaman dan saling menguntungkan antara kepentingan pihak pengelola kawasan dengan pihak lain, seperti dengan pemerintahan daerah, sehinga rancangan kegiatan yang akan dikembangkan bisa saling keterpaduan. Integrasi dan koordinasi memegang peranan penting dalam upaya membangun kerjasama para pihak dalam konservasi guna mencapai kelestarian kawasan taman nasional itu sendiri. Upaya kerjasama ini bisa di implementasiakan, baik dalam bidang program maupun dukungan kebijakan pemerintah daerah dalam bentuk SK. Bupati atau Perda dalam hal pengembangkan desa konservasi di daerah penyangga, sehingga kebijakan daerah ini bisa menjadi tolak ukur dan komitmen serta keterlibatan para pihak dalam membangun kerjasama di dalam konservasi.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 40
5.10. PARAMITRA
Pengembangan partnership/kemitraan program di era global seperti ini mutlak diperuntukan, baik antara taman nasional (dalam dan luar negeri), NGO, maupun kelompok masyarakat lainnya. Program kerjasama ini dapat dilakukan dalam bidang Pendidikan Lingkungan, Ranger System, Park Management, dan lain-lain. Salah satu upaya dalam pengembangan desa konservasi yang sudah dilakukan selama ini adalah adanya kemitraan dari masyarakat sekitar kawasan dalam bentuk kelembagaan atau forum masyarakat peduli kawasan konservasi serta dengan lembaga-lembaga swadaya masyarakat, baik LSM lokal maupu volunter untuk saling mendukung dalam upaya pelestarian kawasan taman nasional. Paramitra ini diharapakan dapat melakukan pengawasan terhadap kegiatan pengelolaan kawasan Cagar Biosfer Cibodas.
5.11. MEMBANGUN RASA BANGGA CAGAR BIOSFER CIBODAS
Upaya membangun rasa bangga konservasi perlu dikembangkan melalui pengelolan cagar biosfer cibodas yang berkelanjutan memerlukan kelembagaan yang kuat baik menyangkut hubungan internal dan eksternal. Untuk memperkuat kapasitas kelembagaan perlu meningkatkan koordinasi dan kerjsama dengan intansi lain, baik dengan organisasi pemerintahan maupun non pemerintahan, dari dalam maupun dari luar negeri serta masyarakat luas dengan mengembangkan suatu sistem kemitraan. Kemitraan mengandung makna kebersamaan dalam melaksanakan setiap kegiatan dan komunikasi yang dibangun dengan baik agar kegiatan tidak saling tumpangtindih atau saling mengganggu dalam pelaksanaannya. Disamping itu diharapkan dengan adanya dukungan dan partisipasi masyarakat dalam upaya pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas ini akan sangat menentukan arah dan kebijakan sesuai yang diharapkan, sehingga kawasan ini dijadikan sebagai Pesona Alam di Jantung Jawa Barat tetap lestari untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kini dan mendatang.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 41
VI. KERANGKA KEBIJAKAN
6.1. KEBIJAKAN STRATEGIS PEMERINTAH DAERAH DALAM MEMBANGUN PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER CIBODAS
Sejak implementasi otonomi daerah (2001). Persoalan utama yang dihadapi dalam pengembangan kawasan hutan konservasi adalah belum jelasnya acuan untuk upaya pengelolaan kawasan hutan konservasi, belum terselenggaranya koordinasi mulai dari tingkat perencanaan sampai pelaksanaan, supervisi terhambat oleh batasan-batasan garis kewenangan dan birokrasi, peraturaan pusat dan daerah terkadang tidak sinergis dengan peraturaan perundangan yang berlaku, kewenangan konservasi masih ada di tangan pemerintah pusat., padahal ada banyak inisiatif di tingkat daerah mengenai peraturan pengelolaan kawasan konservasi yang belum terakomodir oleh peraturan pusat. Saat ini hanya sektor kehutanan yang dominan peranannya dalam upaya pengelolaan kawasan hutan konservasi. Padahal ketergantungan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya terhadap sumber daya hutan semakin tinggi sebagai akibat kesulitan ekonomi yang di alami. Pada kawasan lindung non-hutan, kebanyakan pengguna, penggarap, atau pemilik lahan memiliki kesadaran akan fungsi konservasi tanah dan air yang harus dijaga agar tidak berdampak negatif terhadap kehidupan orang-orang disebelah hilirnya. Perubahaan penggunaan lahan menjadi pemukiman, pariwisata dan lainnya yang makin meningkat sejak tahun 1995 di Kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi. Terdapat indikasi menurunya luas hutan negara dan perkebunan masing-masing sebanyak 0,88% dan 6,28%. Kebijakan kawasan lindung dan hutan konservasi di Pemerintahan Daerah masih berdasarkan batasan administrasi, belum berdasarkan pada sistem hidrologis Daerah Aliran Sungai (DAS). Pengaturan kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan kawasan lindung dan kawasan hutan konservasi masih bersifat sektoral. Dari hasil kajian rumusan prioritas pengelolaan kawasan konservasi dan pembangunan berkelanjutan di tiga lokasi percontohan, yaitu Kabupaten (Bogor,Cianjur, dan Sukabumi), maka dapat disimpulkan bahwa tiga model desa konservasi di daerah penyangga kawasan konservasi TNGGP, yaitu: (1) Kab. Cianjur (Desa Ciputri); (2) Kab. Bogor (Desa Pasir Buncir); dan (3) Kab. Sukabumi (Desa Langensari) merupakan fokus lokasi percontohan dalam pengembangan pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas yang telah dipioritaskan dan ditempatkan sebagai prioritas pengelolaan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan yang akan ditangani oleh tiga Pemerintahan Daerah, yaitu Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Sukabumi.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 42
6.2. KEGIATAN KONSERVASI: ANTARA KEWENANGAN DAERAH DAN MASYARAKAT
Konservasi sumber daya alam hayati dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Tujuannya untuk mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya hayati serta keseimbangan ekosistemnya, sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Konsep membangun hutan konservasi bersama dengan masyarakat dan pihak pemerintah daerah sebenarnya telah banyak dicoba di beberapa desa diluar kawasan konservasi. Namun strategi yang dibangun dan dikembangkan oleh pemerintah daerah dalam mengembangkan dan membangun hutan konservasi saat ini masih belum dilakukan secara maksimal. Upaya-upaya dalam mengatasi permasalahan yang ada di hutan konservasi perlu adanya pemahaman dan peranan semua pihak, sehingga pengembangannya tidak hanya ketergantungan terhadap pemerintahan daerah saja. Satu sisi pemerintah pusat lebih mempertahankan kawasan hutan konservasi sesuai dengan peruntukannya, sedangkan pihak daerah dengan konsep ”pembangunan” untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan PAD berusaha melepaskan kawasan tersebut dari kawasan hutan negara. Sementara iru masyarakat yang berada disekitar kawasan merasa berhak untuk dapat menikmati hasil dari kawasan tersebut dalam masa desentralisasi. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut diatas, maka upaya yang akan dikembangkan dalam membangun hutan konservasi di tiga pemerintahan daerah tingkat kabupaten adalah:
1. Memfasilitasi perumusaan kebijakan pengelolaan hutan lindung dan hutan konservasi berdasarkan potensi sumber daya lokal dengan kolaborasi seluruh stakeholder yang berkepentingan, termasuk perluasan partisipasi sektor dan lembaga lain.
2. Perumusan kebijakan mekanisme monitoring dan evaluasi kawasan lindung non hutan dari sudut konservasi tanah dan air secara partisipatif. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat setempat dalam pengendalian pemanfaatan lahan yang termasuk status kawasan lindung non hutan dimaksud. Pertimbangan ini karena pada umumnya lahan pada kawasan tersebut dimiliki atau dikuasai perorangan atau suatu badan hukum pada saat ini kondisinya terabaikan sehingga rawan terhadap erosi.
3. Revitalisasi pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT) - Pola RLKT yang pernah disusun perlu dikaji ulang dan direvisi untuk
disesuaikan dengan perkembangan, kemudian direvitalisasi sebagai dasar sekaligus acuan dalam penanganan kawasan lindung. Dengan pola ini semua kegiatan rehabilitasi lahan akan mempunyai dasar dan arah yang jelas termasuk tahapan-tahapan dalam mencapai tujuan yang dirumuskan.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 43
- Alternatif program yang dikembangkan yaitu Program Pengembangan dan Pengelolaan Hutan dan Lahan.
4. Revitalisasi Institusi Lembaga Pemerintahan dan Masyarakat - Struktur Organisasi dan Tata Kerja kelembagaan Pemerintah Daerah yang
berkaitan dengan pengelolaan kawasan lindung perlu kembali dikaji dan disesuaikan dengan fungsi yang harus diemban.
- Perlu difasilitasi untuk pengembangan institusi non pemerintah yang bekerja secara independen dengan representasi unsur pakar, tokoh, dan praktisi yang melakukan fungsi monitoring, supervisi, pengkajian, dan pemberdayaan masyarakat dalam kaitan dengan pengelolaan kawasan lindung.
- Program peningkatan sumber daya manusia di bidang Kehutanan.
5. Membangun Desa-desa Terbelakang - Desa-desa yang masih terbelakang dengan kemampuan daya beli
masyarakatnya yang rendah dapat memicu eksploitasi kawasan lindung dengan semena-mena. Maka untuk itu, daerah yang kurang berkembang di sekitar kawasan hutan konservasi perlu diprioritaskan untuk dibangun sesuai dengan potensi lokal yang ada.
- Lapangan kerja dan kesempatan berusaha yang tercipta di desa yang baru terbangun tersebut diharapkan dapat mengalihkan perhatian masyarakatnya dari eksploitasi kawasan hutan konservasi yang berlokasi di sekitar desanya.
6. Program Kampanye Publik - Sasaran program ini adalah bahwa masyarakat menjadi: 1) menyadari bahwa
kawasan cagar biosfer itu memiliki fungsi publik, terutama hidrologi, 2) mau dan mampu melaksanakan upaya konservasi tanah.
- Kampanye ini harus merupakan gerakan yang melibatkan partisipasi masyarakat dengan unsur pemerintah sebagai leading sector.
7. Pengembangan Ekonomi Berbasis Potensi Lokal - Dengan program ini masyarakat di sekitar kawasan hutan konservasi dialihkan
mata pencahariannya kepada peluang pencaharian yang lebih berorientasi memanfaatkan potensi alam secara bijaksana dengan tujuan melindungi fungsi-fungsi yang harus dilindungi pada kawasan tersebut.
- Khususnya di sekitar lokasi hutan konservasi, maka program ini menjadi sangat penting. Dalam jangka panjang, hutan konservasi dapat kembali berkembang secara alami dan pemanfaatan hanya non kayu dengan budidaya alami.
- Program pengembangan aneka usaha berkelanjutan. - Program peningkatan efektifitas pengelolaan, konservasi, rehabilitasi sumber
daya alam dan lingkungan hidup . - Program pengembangan pokok wisata dan usaha wisata berkelanjutan (Eco-
Tourism).
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 44
6.3. KEBIJAKAN STRATEGIS DAN RENCANA AKSI PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER CIBODAS BERBASIS PARA PIHAK
6.3.1. ZONASI WILAYAH HUTAN
Penataan kawasan cagar biosfer cibodas mencakup kegiatan pembagian dan pengelompokan sumber daya alam hayati dan ekosisitemnya berdasarkan tipe dan potensi yang terkandung di dalam ekosistem, fungsi dan rencana pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dengan tujuan untuk efektivitas dan efisiensi pengelolaan serta memperoleh manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat secara bijaksana, lestari, dan berkelanjutan. Penataan zonasi cagar biosfer cibodas dilakukan secara variatif sesuai dengan kebutuhan pengelolaan dan spesifikasi kawasan konservasi. Karena itu penataan kawasan cagar biosfer cibodas tidak selalu harus lengkap dan tidak selalu sama pada setiap zonasi. Secara umum, pembagian zonasi cagar biosfer cibodas terdiri dari: area inti, zona penyangga, dan area transisi. Untuk selanjutnya pembagian zona tersebut dapat dikembangkan sesuai derivatifnya menurut kondisi dan spesifikasi di setiap zonasi, seperti adanya zona pemanfaatan khusus, pemanfaatan tradisional, zona rehabilitasi dan restorasi, dan lain-lain.
Penataan zona inti cagar biosfer cibodas, selama ini terdapat tiga zona pengelolaan, yaitu: 1. Zona Inti, pada zona ini dapat dilakukan kegiatan monitoring sumberdaya alam
hayati dan ekosisitemnya, tetapi tidak dapat dilakukan kegiatan yang merubah bentang alam.
2. Zona Rimba, pada zona ini dapat: (1) dilakukan kegiatan penelitian, pendidikan, wisata alam, dan kegiatan-kegiatan yang menunjang budidaya; (2) diperkenankan pemanfaatan secara tradisional; (3) tidak di ijinkan melakukan kegiatan yang merubah bentang alam; (4) dapat dibangun sarana prasarana sepanjang untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan wisata terbatas.
3. Zona Pemanfaatan, pada zona ini dapat dilakukan: (1) pemanfaatan kawasan dan potensinya dalam bentuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan wisata alam; (2) dapat digunakan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan penangkaraan jenis untuk menunjang kegiatan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan dan restocking.
Dengan adanya perluasan kawasan TNGGP diperluas menjad1 21.975 ha dengan SK Menteri Kehutanan RI No. 174/Kpts-II/2003 tanggal 10 Junhi 2003, maka pihak TNGGP mengusulkan pengembangan zonasi tambahan pada areal perluasan kawasan tersebut, yaitu:
1. Zona Pemanfaatan Tradisional. Pada zona ini diperuntukan untuk hutan pinus atau damar yang masih dilakukan penyadapan;
2. Zona Pemanfaatan Khusus. Pada zona ini diperuntukan khusus untuk lahan bekas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM);
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 45
3. Zona Rehabilitasi. Pada zona ini diperuntukan untuk daerah bekas rqmbahan dan lain-lain;
6.3.2. PERLINDUNGAN SUMBER DAYA
Kawasan zona inti memiliki beberapa tipe ekosistem, yaitu : (1) Ekosisitem hutan pegunungan bawah (sub montana); (2) Ekosistem hutan pegunungan atas (montana); (3) Ekosistem sub alpin; dan beberapa ekositem khas lain, yaitu: - ekositem rawa pegunungan - ekosistem kawah - ekositem danau - ekosistem hutan tanaman, dan - ekosistem alun-alun. Berdasarkan hasil inventarisasi yang dilakukan oleh pihak pengelola kawasan, bahwasanya di kawasan zona inti terdapat lebih dari 1000 jenis tumbuhan, termasuk 200 jenis aggrek dan terdapat salah satu jenis tumbuhan ciri khas yang berada pada ekositem alun-alun yaitu jenis Edelweis (Anaphalis javanica). Juga terdapat lebih dari 250 jenis burung, dengan 29 diantaranya merupakan jenis endemik di Pulau Jawa termasuk jenis langka dan dilindungi Undang-undang, yaitu Elang Jawa (Spizaetus bartelsi), Celepuk Gunung (Otus angelinae), dan Cerecet Jawa (Psaltria exilis). Selain itu di kawasan ini juga tercatat 4 jenis primata, yaitu Owa jawa (Hylobates moloch), Surili (Presbytis comata), Lutung (Trachypitecus auratus), dan Monyet Ekor Panjang (Macca fascicularis). Sedangkan untuk jenis mamalia yang ditemukan antara lain: macan tutul (Panthera pardus), Kucing Hutan (Felis bengalis), Sigung (Mydaus jevanensis), Berang-berang, Ajag, Musang, Trenggeling, Kancil, babi Hutan, dll. Selain itu ditemukan juga jenis Serangga, Kupu-kupu, Reptil, dan Amphibi. Terdapat 18 Jenis Kodok, dan 3 diantaranya merupakan jenis jarang (rare species), yaitu Kodok Bertanduk, Katak Asia, dan katak Titik Merah. Upaya untuk mempertahankan dan melestrikan keanekaragaman hayati yang terdapat dikawasan Cagar Biosfer Cibodas, khususnya di zona inti dilakukan dengan: - Pengamanan kawasan dengan patroli rutin, patroli berkala, dan operasi gabungan. - Pengelolaan pengunjung. - Pengelolaan sumber daya alam hayati. - Pembinaan habitat dengan kegiatan survei dan pementauan falora dan fauna, serta
ekosistemnya.
6.3.3. PENGELOLAAN WISATA
Kawasan Cagar Biosfer Cibodas memiliki keindahan dan fenomena alam dalam bentukan lahan, air terjun, danau, dan aliran airnya serta bentukan geologis dan legenda histrorik, yang sangat potensial dikembangkan untuk aktivitas ekowisata. Berdasarkan hasil identifikasi mengenai kondisi faktor daya dukung kawasan sumber daya alam yang dimiliknya, hasil analisis peta permalsahan, dan hasil analisis potensi pasar, maka pengembangan potensi wisata di kawasan ini dapat dibagi menjadi tiga komponen utama yaitu pengembangan obyek wisata alam, infrastruktur serta pemasaran. Startegi pengembangan akan mengintegrasikan berbagai faktor daya
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 46
dukung kawasan, potensi permaalahan serta peluang pasar yang ada. Secara umum strategi pengembangan diarahkan untuk dua tujuan besar, yaitu pengembangan pengelolaan dan pengembangan usaha, pengelolaan kolaborasi atau kemitraan dengan masyarakat atau dengan pihak lain merupakan pilihan-pilihan yang ditentukan oleh pembatas permasalahan yang dihadapi. Sedangkan dalam pengembangan usaha, uapaya-upaya melalui penyesuaian tapak, profil investasi, peningkatan mutu sumber daya manusia dan kelembagaan. Monitoring dan evaluasi merupakan bagian interen dalam setiap aktifitas manajemen yang berfungsu untuk mengukur keberhasilan, baik aspek dalam pengelolaan wisata alam maupun dalam sektor pengembangan usaha, maka akan dilakukan evaluasi terhadap standar yang dikembangkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN). Pengelolaan wisata di zona inti CBC dilakukan dengan memperhatikan zonasi kawasan, sehingga tingkat gangguan dan acaman terhadap zona-zona lain dapat dihindari. Pemanfaatan pengembangan wisata di kawasan zona inti hanya diperuntukan dan dibatasi pada zona tertentu, yaitu di zona pemanfaatan dan zona rimba. Potensi Wisata di Kawasan Zona Inti - Puncak Gunung Gede dan Pangrango; - Kawah; - Air Terjun: Cibeureum, Ciwalen, Cidengdeng, Cisuren, Cikaracak, Cipadaranten,
Ciberet, Cibeureum, dan Sawer; - Telaga Biru, dan Danau Situgunung; - Sumber Air panas; - Bumi Perkemahan: Mandalawangi, Bobojong, Barubolang, dan Pondok Halimun; - Rawa Gayonggong dan Rawa Denok; - Kandang Badak, Kandang batu; - Alun-alun Suryakencana, Alun-alun Pangrango; - Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (BPKAB); - Batu Dongdang, Batu Kukus, Batu Kursi, Leuit Salawejajar, Lawang Sakateng;
6.3.4. PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR
Merujuk pada hidro-geologi Indonesia Skala 1:50.000 (Direktorat Geologi Tata Lingkungan, 1986), kawasan TNGGP terdiri dari akuifer daerah air tanah langka, sampai dengan akuifer produktif kelas sedang sebaraan yang luas. Akuifer produktif ini memiliki keterusan yang sangat beragam. Air tanah umumnya tidak rertekan dengan debit air ± 5 liter/detik. Daerah ini yang paling produktif kandungan sumber air tanahnya adalah daerah kaki Gunung Gede, yaitu daerah Cibadak-Sukabumi dengan mutu yang memenuhi persyaratan untuk air minum. Aliran ini juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan pertanian dan industri. Kawasan Cagar Biosfer Cibodas merupakan wilayah hulu dari tiga sungai besar di Propinsi Jawa Barat yang aliran airnya mengalir sampai wilayah Propinsi DKI Jakarta dan Propinsi Banten, yaitu Sungai Ciliwung, Sungai Citarum, dan Sungai Cimandiri. Jumlah sungai besar dan sungai kecil di kawasan ini mencapai 60 buah. Untuk wilayah Bogor ada 17 sungai dan anak sungai, wilayah Cianjur ada 20 sungai dan anak sungai, sedangkan untuk wilayah Sukabumi ada 23 sungai dan anak sungai.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 47
Sumber air di Cagar Biosfer Cibodas (Zona Inti) berupa sungai maupun mata air pada umumnya sudah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan non komersial (rumah tangga dan pertanian) maupun komersial (industri kecil, usaha, penginapan dan industri besar). Potensi air di Cagar Biosfer Cibodas (Zona Inti) cukup tinggi namun pemanfaatannya masih kurang optimal. Air yang melimpah mengalir terus menerus tanpa dibendung sehingga banyak air bersih yang terbuang begitu saja. Alternatif pemanfaatan air seperti kondisi saat ini, yaitu dengan membuat pembangkit listrik tenaga air dengan kincir dan generator (Mikro dan PikoHidro) yang tidak terlalu besar. Kegiatan ini dapat dikoordinir oleh masyarakat sekitar sehingga masyarakat tidak lagi menggunakan listrik dari PLN. Mata air di kawasan zona inti cagar biosfer cibodas memiliki debit air antara 40-500 liter/detik. Berdasarkan hasil pengukuran potensi mata air yang ada adalah:
6.3.5. PEMELIHARAN KAWASAN ZONA INTI
Untuk mempertahankan kondisi ekologis kawasan zona inti dari berbagai ancaman dan gangguan, baik faktor dalam maupun faktor luar, maka pengelola kawasan TNGGP menetapkan beberapa upaya dalam rangka pemeiliharaan dan perlindungan kawasan yang meliputi:
• Penyuluhan, Anjang Sono, Anjang Karya: Kegiatan ini dilakukan terhadap masyarakat sekitar hutan agar mereka tahu, mau, dan mampu untuk memanfaatkan taman nasional dengan cara tidak merusak hutannya. Pelaksanaan kegiatan ini banyak dilakukan oleh petugas taman nasional, volunter, kader konservasi maupun tokoh agama dan masyarakat.
• Patroli Rutin dan Periodik: Kegiatan ini terus menerus dilakukan oleh petugas TNGGP dengan tujuan untuk mencegah, menanggulangi, maupun menegakkan peraturaan kehuatan (hukum) bagi para pelanggar yang merusak kawasan TNGGP.
No Mata Air Lokasi Debit Lt/detik
1 Sungai Ciwalen Cibodas - Cianjur 90
2 Sungai Cibodas Cibodas - Cianjur 120
3 Curug Cikundul Cibodas - Cianjur 100
4 Curug Cibeureum Cibodas - Cianjur 110
5 Sungai Cikundul Cibodas - Cianjur 100
6 Curug Cibeureum Cibodas - Cianjur 100
7 Sungai Cipelang Selabintana - Sukabumi 280
8 Sungai Cibeureum Selabintana - Sukabumi 500
9 Sungai Cinagara Cimande - Bogor 310
10 Sungai Cilebak Selabintana - Sukabumi 290
11 Curug Sawer Situgunung - Sukabumi 40
12 Sungai Cibogo Leutik Situgunung - Sukabumi 50
Jumlah 2090
Rata-rata 174
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 48
• Pemeliharaan Jalur Batas: Pemeliharaan jalur batas dilakukan sebagai upaya untuk mempertahankan tanda yang pasti dilapangan dan memberikan kepastian hukun dalam penanganan perkara, apabila terjadi suatu tindak pidana bidang kehutanan. Kegiatan ini dilakukan secara rutin oleh petugas dalam rangka mencegah terjadinya pelanggaran didalam kawasan taman nasional.
• Pembentukan dan Pembinaan Pam Swakarsa: Peliknya berbagai permaalahan yang ada di TNGGP, kurangnya tenaga kerja pengamanan di banding dengan luasnya kawasan, dan makin canggihnya modus operandi yang diterapkan oleh para pelaku pelanggaran, maka permasalahan-permasalahan yang ada tidak akan pernah dapat ditangani hanya oleh petugas TNGGP saja. Maka pihak pengelola TNGGP berinisiatif melakukan pembentukan Pam Swakarsa di tingkat desa sekitar hutan. Pam Swakarsa ini diharapkan dapat berperan aktif secara mandiri dalam mengamankan hutan yang ada disekitarnya yang tentunya tetap harus didukung dan didampingi secara terpadu.
• Menjalin Kerjasama dengan Stakeholder (lokal, nasional, internasional) dalam perlindungan hutan: Keterlibatan semua sektoral, baik ditingkat pemerintahan daerah, kepolisian, kejasanaan, pengadilan, TNI, LSM Lingkungan, dan lain-lain, merupakan dukungan yang sangat penting bagi upaya pelestarian dan perlindungan kawasan TNGGP. Dengan keterlibatan stakeholder ini diharpakan kepemilikan kawasan TNGGP ini tidak hanya dimiliki oleh pihak pengelola saja, namun tanggung jawab semua pihak dan dapat terlibat secara bersama-sama dan saling menguntungkan.
6.3.6. PENGAWASAN
Perlindungan dan pengamanan kawasan merupakan upaya untuk melindungi dan mengamankan kawasan zona inti dari gangguan manusia maupun gangguan lainnya, seperti pembakaraan hutan, hama dan penyakit, perburuan liar, penebangan liar, perambahan hutan, dan lain-lain. Kegiatan pengamanan yang diterpakan oleh pihak TNGGP selama ini tidak hanya dilakukan terhadap kawasan hutan, tetapi dilakukan juga terhdap pengunjung agar mereka merasa aman, nyaman, dan peduli terhdap upaya konservasi alam. Beberapa permasalahan yang ada saat ini adalah: ~ Penebangan liar, walaupun frekuensinya relatif kecil sebagian masyarakat sekitar
hutan masih ada yang melakukan penebangan liar untuk kebutuhan pembuatan gubug pertanian, bahan mebel, bahan/alat rumah tangga, bahan bangunan rumah dan kayu bakar.
~ Pencurian hasil hutan lainnya, seperti pakis, bambu, rotan, buah konyal, buah canar, tanaman hias, anggrek, edelweis, dan lain-lain.
~ Perburuan liar, baik dilakukan secara tradisional maupun dengan menggunakan senapan angin masih saja terjadi. Jenis satwa yang sering diburu yaitu burung, babi hutan, kijang, cacing sonari, kupu-kupu, dan lain-lain. Kebakaran hutan masih sering kali terjadi di setiap wilayah seksi konservasi.
~ Perambahan hutan juga masih terjadi di beberapa lokasi penyangga kawasan TNGGP, khusunya di areal PHBM. Dan Pencemaraan lingkungan (sampah dan vandalisme) sebagai dampak dari kegiatan pengunjung.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 49
VII. IMPLEMENTASI AKSI ARAHAN PROGRAM DALAM PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER CIBODAS BERBASIS PARA PIHAK DI KABUPATEN BOGOR, CIANJUR, DAN SUKABUMI
6.4. ARAHAN IMPLEMENTASI PROGRAM
Strategi-strategi yang merupakan inti dalam dokumen ini, meliputi strategi dan rencana aksi pengelolaan konservasi keanekaragaman hayati secara berkesinambungan dan pembangunan berkelanjutan serta terpadu. Sesuai dengan kerangka kerja pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas secara terpadu, Strategi dan Rencana Aksi merupakan acuan dalam penyusunan perencanaan yang spesifik, seperti: Strategi dan Rencana Aksi di Area Inti, Strategi dan Rencana Aksi di Zona Penyangga, dan Strategi dan Rencana Aksi di Area Transisi. Strategi dan Rencana Aksi merupakan dokumen yang dinamis utuk jangka waktu perencanaan jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Namun demikian, dokumen ini harus di review secara teratur setiap 10 (sepuluh) tahun, yang mengacu kepada keberhasilan dan hambatan dalam pelaksanan Propeda dan Propetada, serta mendapatkan masukan dari pelaksanaan perencanaan pembangunan yang berada di tingkat bawahnya, seperti rencana zonasi, pengelolaan dan aksi. Dalam implementasi program, perlu ditentukan koordinator program (leading sector), sedangkan perencanaan program pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas secara keseluruhan di masing-masing kabupaten dikoordinir oleh Bappeda. Secara umum, tanggung jawab di antara stakeholders (institusi yang terkait) perlu disusun. Hal ini dibuat untuk menjamin adanya kejelasan koordinasi dan wewenang saat stakeholders berpartisipasi dalam implementasi strategi dan rencana aksi pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas sesuai dengan arahan program berdasarkan tata ruang zonasi. Pembagian tanggung jawab tersebut tercermin dalam Tabel Proses Implementasi di bawah ini. Penunjukan institusi, baik pemerintah dan non-pemerintah, untuk setiap strategi didasarkan pada pertimbangan tugas pokok dan fungsi intansi yang relevan. Oleh karena itu, dinas/intansi yang disebutkan pertama kali merupakan dinas/intansi yang bertanggung jawab sebagai leading sector. Mengingat pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas bukan merupakan program proyek tahunan. Hal ini sangat penting, karena implementasi dan penerapan arahan programnya ditujukan untuk jangka panjang (selamanya) yang bisa disinergiskan dengan tugas dan fungsi masing-masing institusi terkait.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 50
Sebagai langkah awal, maka penerapan strategi dan rencana aksi akan diimplementasikan pada lokasi percontohan di tiga kabupatan yang selama ini sudah disepakti oleh para pihak, yaitu Kabupaten Bogor di Desa Pasir Buncir Kec. Caringin, Kabupaten Cianjur di Desa Ciputri Kec. Pacet, dan Kabupaten Sukabumi di Desa Langensari Kec. Sukaraja. Ketiga desa percontohan ini nantinya bisa dikembangkan pada desa-desa penyangga lainnya yang ada dilingkup wilayah Cagar Biosfer Cibodas. Prioritas implementasi strategi dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu:
� Prioritas 1 : Program yang dilaksanakan mulai tahun 2013-2015
� Prioritas 2 : Program yang dilaksanakan mulai tahun 2016-2018
� Prioritas 3 : Program yang dilaksanakan mulai tahun 2018-2022 Dalam penentuan ketiga prioritas tersebut, juga mempertimbangkan kepentingan untuk segera dilaksanakannya program tersebut, sesuai dengan isu pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas yang muncul. Misalnya, isu peningkatan kapasitas SDM dimulai dengan pelatihan pengembangan pertanian berkelanjutan (pertanian organik dan peternakan terpadu melalui pengembangan energi alternative (biogas) dan daur ulang kepada masyarakat daerah penyangga dan area transisi.
6.5. RENCANA KERJA PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER CIBODAS PADA AREA INTI, ZONA PENYANGGA DAN AREA TRANSISI
Rencana kerja akan mengacu kepada aksi lapangan untuk mendukung solusi, yaitu:
1) Pengelolaan Kawasan Terbatas
Tabel 9. Program aksi kawasan terbatas
Program Aksi dan kegiatan pengelolaan cagar biosfer cibodas
dengan arahan fungsi kawasan terbatas Stakeholders Utama
Program Aksi Kegiatan
Pengelolaan dan
perlindungan
sumberdaya alam
hayati
1) Penyusunan rencana dan implementasi
penatagunaan hutan eks PHBM
berdasarkan fungsi sebagai zona inti
pada ekosistem hutan
TNGGP, Dinas
Kehutanan, Bappeda,
Akademisi,
Masyarakat
Setempat, Pemdes
Pemberdayaan
masyarakat
2) Pemberdayaan masyarakat bagi
masyarakat yang “menguasai” lahan eks
PHBM dengan fungsi kawasan hutan
lindung
TNGGP, Dinas
Kehutanan,
Masyarakat
Setempat, Pemdes
Penelitian dan
pemantauan
3) Penyusunan rencana dan implementasi
penelitian perkembangan ekosistem
TNGGP, LIPI, KLH,
BPLHD, LSM,
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 51
hutan dengan arahan fungsi zona inti
4) Penyusunan rencana dan implementasi
kemajuan program konservasi pada
ekosistem hutan eks PHBM dengan
arahan fungsi kawasan zona inti
Universitas
Penguatan
kelembagaan
5) Pengembangan system insentif termasuk
penguatan hak akses masyarakat
terhadap pengelolaan hutan
berkelanjutan
TNGGP, Dinas
Kehutanan, Pemda,
LSM, Univeristas,
masyarakat
setempat, pemdes
2) Pengelolaan Penelitian dan Pemantauan Keanekaragaman Hayati
Tabel 10. Program aksi penelitian dan pemantauan keanekaragaman hayati
Program Aksi dan kegiatan pengelolaan cagar biosfer cibodas
dengan arahan fungsi penelitian dan pemantauan keanekaragaman
hayati Stakeholders Utama
Program Aksi Kegiatan
Penelitian dan
pemantauan spesies
kunci secara intensif
1) Inventarisasi lapangan mengenai status
terkini tentang spesies kunci (macan
tutul, owa jawa,elang jawa)
2) Pembuatan database keanekaragaman
hayati
TNGGP, LSM,
Universitas,
BPLHD, LIPI
Penguatan kapasitas 3) Mengadakan pelatihan secara rutin
terhadap petugas dan masyarakat dalam
hal penelitian dan pemantauan
keanekaragaman hayati partisipatif
TNGGP, LSM,
BPLHD, LIPI, NGO
International
3) Pengelolaan Ekoturisme, Wisata Budaya dan Religi
Tabel 11. Program aksi ekoturisme, wisata budaya dan religi
Program Aksi dan kegiatan pengelolaan cagar biosfer cibodas
dengan arahan fungsi ekoturisme, wisata budaya dan religi Stakeholders Utama
Program Aksi Kegiatan
Penyedian system
informasi terpadu
1) Penyusunan dan pengembangan
rencana dan implementasi basis data
dan jaringan informasi ekoturisme,
wisata budaya dan religi.
2) Pengembangan pusat-pusat informasi,
promosi, dan pemasaran ekoturime,
wisata budaya dan religi
3) Penyusunan rencana induk
pengembangan wisata terpadu
TNGGP, Disbudpar,
Diskominfo, PHRI,
LSM, Swasta,
Travel,
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 52
Pengembangan obyek
wisata alam terpadu
4) Perbaikan, pemeliharaan dan
pengembangan sarana dan prasarana
dasar wisata alam
5) Pengembangan program kemitraan
dalam pengelolaan ekoturisme, wisata
budaya dan religi
6) Pengembangan jaringan profesi usaha
wisata alam dan pembuatan paket
ekoturisme, wisata budaya dan religi
TNGGP, Disbupar,
Dinas PU, Swasta,
Masyarakat
Setempat, Pemdes,
Pengusaha
Peningkatan kapasitas 7) Peningkatan kapasitas pemandu wisata
8) Pengembangan program peningkatan
paritisipasi masyarakat dalam
pengembangan ekoturisme, wisata
budaya dan religi
TNGGP, Dinas
Kehutanan Propinsi,
Disbudpar, LSM,
Universitas,
Masyarakat,
Pemdes
4) Pengelolaan Pendidikan Konservasi
Tabel 12. Program aksi pendidikan konservasi
Program Aksi dan kegiatan pengelolaan cagar biosfer cibodas
dengan arahan fungsi pendidikan konservasi Stakeholders Utama
Program Aksi Kegiatan
Pendidikan konservasi
bagi pelajar
1) Pengembangan kegitan school visit dan
visiting school
2) Pembuatan materi muatan lokal tentang
konservasi
3) Pengembangan laboratorium
keanekaragaman hayati ditingkat
sekolah
TNGGP, LSM,
Dinas Pendidikan,
Universitas, Swasta,
Pemdes
Penguatan kapasitas 4) Peningkatan pemahaman dan kreativitas
guru didik atau instuktur PKA/LH
5) Peningkatan mutu tenaga didik melalui
pelatihan, pendidikan dan studi banding
TNGGP, Dinas
Pendidikan, LSM,
Pemdes
5) Pengelolaan Pengendalian melalui Pemanfaatan HHBK IAS
Tabel 13. Program aksi pengendalian melalui pemanfaatan HHBK IAS
Program Aksi dan kegiatan pengelolaan cagar biosfer cibodas
dengan arahan fungsi pengendalian pemanfaatan HHBK IAS Stakeholders Utama
Program Aksi Kegiatan
Penguatan
kelembagaan
1) Pengaturan kembali kelembagaan
pemanfaatan HHBK
2) Penyusunan SOP pemanfaatan HHBK
dan pencegahan secara illegal
TNGGP, Dinas
Kehutanan, LSM,
Univeristas, LIPI,
Pemdes
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 53
3) Pengembangan system insentif dalam
pengembangan HHBK
4) Kajian pembentukan dan penetapan
HHBK di kawasan konservasi
6) Pengelolaan Pemanfaatan Jasa Ekosistem
Tabel 13. Program aksi pemanfaatan jasa ekosistem
Program Aksi dan kegiatan pengelolaan cagar biosfer cibodas
dengan arahan fungsi pemanfaatan jasa ekosistem Stakeholders Utama
Program Aksi Kegiatan
Pengelolaan dan
pengembangan jasa
ekosistem
1) Inventarisasi potensi jasa ekosistem pada
kawasan zona inti
2) Analisa peluang dan permasalahan
pemanfaatan jasa ekosistem
3) Analisa prioritas pengembangan potensi
jasa ekosistem
TNGGP, Pemda,
Forpela,
Universitas, LSM,
PSDA, ESDM,
Masyarakat
Setempat, Pemdes,
Swasta
Penguatan
kelembagaan
4) Penguatan kembali organisasi dan
kelembagaan pemanfaatan jasa
ekosistem
5) Penyusunan SOP penanggulangan dan
pencegahan kerusakan jasa ekosistem
6) Pengembangan system insentif termasuk
penguatan hak akses masyarakat
terhadap pengelolaan jasa ekosistem
dari hasil hutan non kayu
7) Analisa konflik pemanfaatan jasa
ekosistem
TNGGP, Forpela,
LSM, Swasta,
Universitas, Pemdes
7) Pengelolaan Restorasi
Tabel 14. Program aksi restorasi
Program Aksi dan kegiatan pengelolaan cagar biosfer cibodas
dengan arahan fungsi restorasi Stakeholders Utama
Program Aksi Kegiatan
Pengelolaan dan
perlindungan
kawasan konservasi
sesuai dengan fungsi
dan peruntukannya
1) Penyusunan rencana dan implementasi
rehabilitasi hutan pada ekosistem hutan
eks PHBM
2) Penyusunan rencana dan implementasi
penatagunaan hutan berdasarkan fungsi
sebagai kawasan hutan lindung
TNGGP, Dinas
Kehutanan
Penguatan
kelembagaan
3) Peningkatan pemahaman masyarakat
petani penggarap terhadap nilai-nilai
TNGGP, Dinas
Kehutanan, LSM
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 54
penting keberdaan kawasan konservasi
4) Pelatihan system pengelolaan
sumberdaya hutan berkelanjutan
Pemberdayaan
masyarakat
5) Pemberdayaan masyarakat bagi yang
“menguasai” lahan ekosistem hutan eks
PHBM dengan arahan fungsi kawasan
konservasi
6) Pengembangan inkubasi usaha produktif
berbasis non lahan
7) Pengembangan kebun bibit masyarakat
petani penggarap (KBMPP)
TNGGP, Dinas
Kehutanan, BPDAS,
LSM, Swasta,
Masyarakat
Setempat, Pemdes
8) Pengelolaan Ekoturisme dan Turisme Berbasis Alam
Tabel 14. Program aksi ekoturisme dan turisme berbasis alam
Program Aksi dan kegiatan pengelolaan cagar biosfer cibodas
dengan arahan fungsi ekoturisme dan turisme berbasis alam Stakeholders Utama
Program Aksi Kegiatan
Pengembangan
potensi ekoturisme
dan turisme berbasis
alam
1) Pengkajian mengenai kondisi biofisik dan
potensi pengembangannya
2) Pengkajian praktek-praktek pengelolaan
wisata alam yang arif dan berkelanjutan
yang telah berjalan selama ini
3) Pembuatan rencana induk pengembangan
wisata alam berbasis masyarakat di zona
penyangga/area transisi
4) Pengembangan percontohan daerah
wisata alam berkelanjutan di masing-
masing kabupaten
Disbudpar, Dinas
PU, Diskominfo,
Bappeda,
Universitas, LSM,
Swasta, Pemdes,
Masyarakat
Setempat
Penguatan kapasitas 5) Peningkatan kapasitas masyarakat
setempat dalam upaya pengelolaan
ekoturisme dan turisme berbasis alam
6) Pelatihan pemandu wisata alam dan
interpretasi alam
Disbudpar, TNGGP,
LSM, Universitas
9) Pengelolaan Pendidikan Lingkungan
Tabel 15. Program aksi pendidikan lingkungan
Program Aksi dan kegiatan pengelolaan cagar biosfer cibodas
dengan arahan fungsi pendidikan lingkungan Stakeholders Utama
Program Aksi Kegiatan
Peningkatan wawasan
anak usia dini akan
sadar lingkungan
1) Pengembangan pendidikan lingkungan di
sekolah
2) Pengembangan program school visit dan
Dinas Pendidikan,
TNGGP, LSM,
Universitas, Swasta,
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 55
visiting school
3) Pengembangan program sekolah
berwawasan lingkungan
Guru Didik
Penguatan kapasitas 4) Pelatihan mentor pendidikan lingkungan
5) Pelatihan pembuatan modul pendidikan
lingkungan
Dinas Pendidikan,
TNGGP, LSM,
Univeristas
10) Pengelolaan Pertanian/Peternakan Berkelanjutan
Tabel 16. Program aksi pertanian/peternakan berkelanjutan
Program Aksi dan kegiatan pengelolaan cagar biosfer cibodas
dengan arahan fungsi pertanian/perkebunan berkelanjutan Stakeholders Utama
Program Aksi Kegiatan
Pengembangan
motivasi petani dalam
pengelolaan pertanian
ramah lingkungan
1) Penyusunan rencana dan implementasi
penerapan petanian organik
2) Pengembangan demplot pertanian
organik
Dinas Pertanian,
Dinas Peternakan,
BLH, Swasta
Masyarakat
Serempat, Pemdes
Penguatan
kelembagaan
3) Peningkatan kapasitas masyarakat petani
dalam mengembangan pertanian organic
4) Pelatihan pembuatan pupuk organic dan
pupuk organik cair
5) Pelatihan pemanfaatan kotoran ternak
menjadi energy alternative (biogas)
Dinas Pertanian,
Dinas Peternakan,
BLH, Masyarakat
Setempat, LSM,
Universitas, Pemdes
11) Pengelolaan Perkebunan Ramah Lingkungan
Tabel 17. Program aksi perkebunan ramah lingkungan
Program Aksi dan kegiatan pengelolaan cagar biosfer cibodas
dengan arahan fungsi perkebunan ramah lingkungan Stakeholders Utama
Program Aksi Kegiatan
Penerapan system dan
teknologi ramah
lingkungan
1) Sosialisasi penerapan dan pengembangan
pestisida dari bahan organik, pupuk
organik
2) Sosialisasi pengembangan tanaman
pelindung melalui tanaman MPTS dan
penghijauan kakija
3) Penerapan kebijakan pemda tentang
system perkebunan ramah lingkungan
Bappeda, BLH,
Dishutbun, TNGGP,
LSM, Universitas,
Deprindag
Penguatan kapasitas 4) Pelatihan tentang penggunaan pestisida
dari bahan organik di areal perkebunan
5) Pengelolaan sampah organic dan
anorganik
6) Pelatihan advokasi lingkungan
BLH, Dishutbun,
LSM, Universitas
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 56
12) Pengelolaan Ekonomi Berkelanjutan
Tabel 18. Program aksi ekonomi berkelanjutan
Program Aksi dan kegiatan pengelolaan cagar biosfer cibodas
dengan arahan fungsi ekonomi berkelanjutan Stakeholders Utama
Program Aksi Kegiatan
Pengembangan
program Koperasi
dan UKM
1) Penerapan tata kelola yang baik
2) Pengembangan UKM
3) Penguatan kelembagaan
4) Pengembangan sistem informasi produk
unggulan
5) Pengembangan jejaring pemasaran usaha
produktif unggulan
Dinas Koperasi,
Depirindag,
Disbudpar, BPMD,
Swasta
Penguatan
kelembagaan
6) Pelatihan managemen koperasi
7) Pembinaan usaha berbasis potensi lokal
8) Pelatihan manajemen usaha produk lokal
skala rumah tangga
Dinas Koperasi,
Deperindag,
Universitas, LSM,
Swasta
13) Pengelolaan Cagar Budaya
Tabel 19. Program aksi cagar budaya
Program Aksi dan kegiatan pengelolaan cagar biosfer cibodas
dengan arahan fungsi cagar budaya Stakeholders Utama
Program Aksi Kegiatan
Pengelolaan dan
penataan cagar
budaya
1) Inventarisasi potensi cagar budaya
2) Pengembangan produk cagar budaya
3) Penyuluhan tentang nilai-nilai cagar
budaya
4) Pengamanan cagar budaya
Disbudpar,
Bappeda,
Masyarakat
Setempat, Pemdes
Penguatan
kelembagaan
5) Pelatihan pengelolaan cagar budaya
6) Pelatihan pemandu wisata cagar budaya
7) Pendidikan cinta budaya
Disbudpar, LSM,
Universitas,
Masyarakat
Setempat, Pemdes
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 57
14) Pengelolaan Industri Ramah Lingkungan
Tabel 20. Program aksi industry ramah lingkungan
Program Aksi dan kegiatan pengelolaan cagar biosfer cibodas
dengan arahan fungsi industry ramah lingkungan Stakeholders Utama
Program Aksi Kegiatan
Pengelolaan dan
pengembangan
industry ramah
lingkungan
1) Sosialisasi penerapan industry ramah
lingkungan
2) Pengelolaan limbah padat dan cair
3) Pengembangan eko efisien
4) Pengembangan desain produk ramah
lingkungan
5) Pengembangan ruang hijau
6) Pembuatan kebun bibit
perusahaan/industry
7) Penguatan kebijakan tata ruang
peruntukan lahan untuk industri
Bappeda, BLH,
Dinas Tata Ruang,
Dinas PU,
Masyarakat
Setempat, Pemdes,
Penguatan
kelembagaan
8) Pelatihan pengelolaan limbah padat dan
cair
9) Pelatihan desain produk ramah lingkungan
BLH, LSM,
Universitas
15) Pengelolaan Pemukiman Ramah Lingkungan
Tabel 21. Program aksi pemukiman ramah lingkungan
Program Aksi dan kegiatan pengelolaan cagar biosfer cibodas
dengan arahan fungsi pemukiman ramah lingkungan Stakeholders Utama
Program Aksi Kegiatan
Penataan tata ruang
pemukiman ramah
lingkungan
1) Sosialisasi rencana tata ruang pemukiman
ramah lingkungan
2) Sosialisasi penerapan septik tank, sumur
resapan, biopori
3) Sosialisasi pengelolaan limbah sampah
organik dan anorganik
4) Penerapan ruang hijau terbuka
Dinas Tata Ruang
Wilayah, BLH,
Distanhut, Bappeda,
Dinas PU
Penguatan
kelembagaan
5) Pelatihan pembuatan sistim septiktank,
sumur resapan, biopori
6) Pelatihan pengelolaan daur ulang sampah
organik dan anorganik
7) Pelatihan pembuatan ruang hijau
BLH, Distanhut,
LSM, Masyarakat
Setempat, Pemdes
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 58
16) Pengelolaan Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai
Tabel 22. Program aksi rehabilitasi daerah aliran sungai
Program Aksi dan kegiatan pengelolaan cagar biosfer cibodas
dengan arahan fungsi rehabilitasi daerah aliran sungai Stakeholders Utama
Program Aksi Kegiatan
Perbaikan deerah
aliran sungai
1) Penghijauan bantaran sungai
2) Pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar
bantaran sungai
3) Pengelolaan sampah organik dan
anorganik
4) Pembuatan kebun bibit rakyat
Distanhut, BPDAS,
LSM, Masyarakat
Setempat, Pemdes,
Disbudpar, Dinas
PU, Dinas Tata
Ruang Wilayah
Penguatan kapasitas 5) Pelatihan tentang pengelolaan DAS
6) Peletihan tentang pengelolaan sampah
organik dan anorganik
7) Pelatihan tentang pembibitan
Distanhut, BPDAS,
LSM, Masyarakat
Setempat, Pemdes
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 59
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 60
PROFILE DESA PASIR BUNCIR, KEC. CARINGIN KAB. BOGOR
KONDISI UMUM DESA PASIR BUNCIR KECAMATAN CARINGIN
KABUPATEN BOGOR
Geografi dan Demografi
Desa Pasir Buncir terletak di Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat yang memiliki luas wilayah 636 Ha. Jumlah penduduk Desa Pasir Buncir sebayak 6116 jiwa yang terdiri dari 2969 laki-laki dan 3147 perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 1761 KK dan jumlah penduduk menurut kewarganegaraan sebanyak 2969 WNI laki-laki dan 3147 WNI perempuan.
Batas-batas administratif pemerintahan Desa Pasir Buncir Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor sebagai berikut: • Sebelah Utara : Desa Cinagara • Sebelah Selatan : Desa Wates Jaya dan Srogol • Sebelah Timur : Taman Nasional Gunung Gede Pangrango • Sebelah Barat : Desa Ciburuy
Dilihat dari tofografi dan kontur tanah, Desa Pasir Buncir Kecamatan Caringin secara umum berupa perbukian dan dataran tinggi yang berada pada ketinggian antara 700 m s/d 1.100 m diatas permukaan laut (dpl) dengan suhu rata-rata berkisar antara 20 s/d 230 Celcius.
Desa Pasir Buncir terdiri dari, 5 (Liama) Rukun Warga (RW) dan 22 (Dua Puluh Dua) Rukun Tetangga (RT). Sedangkan untuk mencapai desa dari ibu kota Kabupaten Bogor 30 km dengan waktu tempuh 60 menit, 75 km dari Jakarta dengan waktu tempuh 1,5 jam dan ibu kota Kecamatan pacet 6,20 km persegi dengan waktu tempuh 15 menit dengan menggunakan transportasi darat. Transportasi yang biasa dipergunakan masyarakat berupa kendaran roda dua (ojek). Keadaan Sosial Budaya
Dalam bekerja, umumnya perempuan dan laki-laki bekerja bersama-sama dan tidak berubah dari dulu sampai sekarang. Beberapa pekerjaan yang dilakukan perempuan selain pekerjaan rumah tangga adalah bertani, pemetik teh dan buruh tani. Dari agama, sebagian besar masyarakat desa beragama Islam. Agama Islam berpengaruh kuat pada budaya masyarakat.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 61
Keadaan Ekonomi
Mata pencaharian utama masyarakat Desa Pasir Buncir Kecamatan Caringin dalam memenuhi ekonomi sehari-hari terdiri dari:
Potensi Jumlah Potensi Jumlah
Petani Pemilik Tanah 1531 orang Nelayan -
Petani Penggarap Tanah 428 orang Buruh Bangunan 366 orang
Buruh Tani 807 orang Buruh Pertambangan -
Pedagang 121 orang Pengangkutan 262 orang
PNS 86 orang Pengusaha Sedang/Besar 97 orang
TNI/Polri 12 orang Pengrajin/Industri Kecil 10 orang
Buruh Industri 216 orang Pensisunan PNS/TNI 54 orang
Keadaan Sarana dan Prasarana Umum
Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan umum yang terdapat di Desa Pasir Buncir Kecamatan Caringin meliputi:
Sarana Jumlah Sarana Jumlah
Taman Kanak-kanak/ Paud
- SLTA/ SMK -
Sekolah Dasar (SD) 4 buah Perguruan Tinggi -
SLTP/ MTs - Lainnya -
Sedangkan untuk jumlah tenaga pengajar terdiri dari :
Tenaga Jumlah Tenaga Jumlah
Taman Kanak-kanak/ PAUD
- SLTP/ MTs -
Sekolah Dasar (SD) 3 SLTA/ SMK -
Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang ada di Desa Pasir Buncir meliputi:
Sarana Jumlah Sarana Jumlah
Puskesmas - Dokter Praktek -
Puskesmas Pembantu - Bidan
Polides - Pos KB Desa -
Balai Pengobatan/ Klinik - Petugas Gizi Keliling -
Dokter Umum - Dukun Bayi Terlatih -
Posyandu 3
Sarana dan Prasana Ekonomi
Sarana Jumlah Sarana Jumlah
Bank - Perusahaan Sedang/Besar 2 buah
Koperasi Unit Desa - Raksa Desa -
Pasar - Toko/ Warung
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 62
BUMDES -
Sarana dan Prasana Ekonomi
Prasarana Desa
Sarana Jumlah Sarana Jumlah
Mesjid 18 buah Vihara -
Mushola 24 buah Pura -
Madrasah/Majelis Ta’lim 22 kelompok
Pesantren 4 buah
Gereja -
Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan
Potensi Jumlah Potensi Jumlah
Sawah 108, 085 ha Hutan Negara -
Kelompok Tani 8 kelompok Perkebunan Negara 184,036 ha
Tanah HGU 136 ha Tanah Adat 274 ha
Kebun/ Tegalan 8 ha Pekarangan 96 ha
Peternakan
Potensi Jumlah Potensi Jumlah
Sapi Perah 13 orang Kambing 22 orang
Sapi Biasa 8 orang Domba 8 orang
Kerbau 7 orang Ayam 11 orang
Itik/Bebek 4 orang Lainnya 9 orang
KONDISI PEMERINTAHAN DESA
Pembagian Pemerintahan Desa
Urusan pemerintahan desa dilakukan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa atau BPD untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat. Pemerintah desa terdiri dari kepala desa yang dibantu oleh sekretaris desa, kepala dusun, kaur pemerintahan, kaur kesejahteraan masyarakat social, kaur umum, kaur pembangunan, dan kaur keungan. Pemerintah desa bekerjasama dengan BPD dalam penyelanggaraan pemerintahan.
Pemerintah desa juga bekerjasama dengan PKK untuk pelaksanaan kegiatan posyandu dan dengan Polides untuk membuat rujukan kesehatan bagi kelompok masyarakat yang tidak mampu. LPMD berkoordinasi dengan pemerintahan desa dan BPD untuk menjalankan pemerintahan desa. BPD Desa Pasir Buncir dibentuk tahun 2003. Lembaga kemasyarakatan yang dibentuk masyarakat desa adalah lembaga ketahanan masyarakat desa atau LPMD. Lembaga lain yang ada di Desa Pasir Buncir adalah karang taruna, posyandu, kader konservasi dan lembaga lainnya.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 63
Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Pasir Buncir
KAJIAN DINAMIKA KELOMPOK
Analisis konflik merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menggali informasi tentang perubahan sosial masyarakat desa, dinamika konflik, tingkat kohesi sosial, harmonisasi antarpemangku kepentingan dan ketahanan masyarakat dalam mengelola konflik. Analisis konflik dilaksanakan untuk melengkapi kajian desa secara cepat (potret desa, peta potensi desa dan bagan kelembagaan) yang akan menjadi masukan dalam merumuskan isu strategis dan program prioritas selama 5 (lima) tahun. Hasil kajian ini untuk memastikan sejauh mana perencanaan yang dibuat benar-benar peka terhadap konflik dengan mempelajari pola interaksi antar kelompok (relasional dan struktural), perbedaan nilai (kultural), isu-isu ketidakadilan, penolakan, kesenjangan, penyalahgunaan wewenang, dan pola pengelolaan sumber daya.
Analisis konflik dapat membantu dalam menemukenali kebutuhan bina damai, tingkat kerentanan terhadap konflik dan tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tanpa kekerasan. Memperkuat upaya pemerintah desa dalam bina damai berkaitan erat dengan komitmen seluruh permangku kepentingan untuk memformulasikan kebutuhan pembangunan dengan mengintegrasikan hasil analisi konflik dalam proses perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pelestarian.
Pada bagian ini diperkenalkan beberapa teknik yang dapat digunakan dalam penyusunan RPJM Desa khususnya untuk mengkaji kondisi sosial dan dinamika perubahan masyarakat mencakup pemahaman terhadap konteks, perilaku dan sikap yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembangunan.
KAUR UMUM
ASEP
SIKANDAR
BPD KEPALA DESA
SUHERMAN
SEKRETARIS DESA
YANTO KOESWANTO
KAUR
PEMERINTAHAN
SAEPUDIN JUHDI
KAUR
EKONOMI
DIDAH
HOLIDAH
KAUR
PEMBANGUNAN
DUDIH
PARIDUDIN
PAMONG TANI
UNSUR WILAYAH
RT 1, 2,3,4,5
LINMAS
KAUR
KEUANGAN
HOERUDIN
KAUR KESRA
ACENG. SP
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 64
Hasil Pemetaan Konflik Desa Pasir Buncir
Desa Pasir Buncir yang terletak di daerah penyangga kawasan konservasi dan merupakan zona transisi dari kawasan Cagar Biosfer Cibodas dihuti oleh suku sunda. Secara umum potensi yang berada di wilayah desa ini sebagian besar adalah lahan pertanian, perkebunan, sawah dan ladang. Sedangkan konflik yang terjadi di wilayah Desa Pasir Buncir sebagian besar adalah kepemilikan lahan pertanian yang saat ini dikuasai oleh pihak luar, sehingga peranan masyarakat untuk mengelola lahan pertanian tersebut sangat sulit. Selain itu tingginya ketergantungan masyarakat terhadap areal kawasan hutan perluasan TNGGP yang dijadikan sebagai ladang pertanian dengan cara tumpang sari. Kepemilikan Lahan oleh Pihak Luar. Kondisi saat ini di wilayah Desa Pasir Buncir khususnya kampung yang berbatasan dengan kawasan hutan TNGGP hampir 75% lahan pertanian dimiliki oleh pihak swasta/perusahaan yang diperuntukan untuk pengembangan agro dan galian C “pasir”. Kepemilikan lahan oleh pihak luar ini banyak menimbulkan permasalahan antara masyarakat dan si pemilik lahan itu sendiri, karena pemilik lahan tidak pernah memperhatikan kondisi masyarakat disekitarnya. KAJIAN TERHADAP RPJMD
Dalam sistem dan mekanisme perencanaan pembangunan, penyusunan RPJM Desa harus mengacu pada RPJMD (Kabupaten/Kota) sebagai dokumen perencanaan pembangunan jangka menengah kabupaten/kota dalam periode 5 (lima) tahun. RPJMD merupakan arah kebijakan pemerintah di tingkat kabupaten/kota yang berisi program prioritas dan penyenggaraan fungsi-fungsi pelayanan public dan perbantuan yang harus menjadi acuan bagi pemerintah desa dalam pelaksanaan pembangunan. Dalam rangka keseinambungan perencanaan, maka RPJMD lebih bersifat makro yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan jangka menengah di tingkat kabupaten/kota yang akan menjadi dasar dalam menentukan arah, strategi, kebijakan dan program pembangunan yan masuk dalam dokumen RPJM Desa.
Perlunya kajian terhadap RPJMD dalam penyusunan RPJM Desa untuk melihat hal-hal pokok yang perlu diintegrasikan dan dipertimbangkan oleh pemerintah desa dalam merumuskan kebijakan, strategi dan prioritas pembangunan 5 (lima) tahun ke depan agar terjadi sinkronisasi dan sinergitas dengan perencanaan di atasnya. Artinya keduanya menjadi suatu kesatuan perencanaan, karena banyak program atau kegiatan yang dirumuskan di tingkat kabupaten/kota bersumber dari usulan di tingkat kecamatan dan desa. Artinya keduanya menjadi satu kesatuan perencanaan, karena banyak program atau kegiatan yang dirumuskan di tingkat kabupaten/kota besumber dari usulan di tingkat kecamatan dan desa. Pemerintah kabupaten/ kota berupaya mereview dan mengkaji kebutuhan desa dengan mempertimbangkan tata ruang, pengembangan bidang/ sektor pelayanan di tingkat kabupaten/ kota dengan pelayanan antar desa, desa dengan kecamatan dan antar kecamatan.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 65
Kebijakan Pembanguan Desa Pasir Buncir
Ada dua materi pokok yang disajikan pada bagian ini. Materi pokok tersebut adalah arah kebijakan dan rencana aksi yang dituangkan dalam RPJMD untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dalam mendukung upaya pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas berbasis para pihak melalui 3 bidang utama, yaitu bidang pendidikan, bidang sosial budaya, dan bidang ekonomi. Pada dasarnya, RPJMD dilaksanakan untuk mencapai visi, misi, tujuan, dan sasaran yang sudah dirumuskan agar bisa tercapai dengan baik, tujuan, dan sasaran dari pemerintah kabupaten/kota ini harus mendapat dukungan dari berbagai pihak termasuk masyarakat. Selanjutnya dukungan semua pihak ini harus menjadi komitmen dan gerakan bersama guna mendukung upaya pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas berbasis parapihak. Arah Kebijakan Bidang Pendidikan
Arah kebijakan bidang pendidikan dalam menunjang Desa Pasir Buncir dalam Pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas terbagi kedalam 9 kebijakan, yaitu :
1) Meningkatkan program wajib belajar 9 tahun. 2) Mengembangkan kurikulum, evaluasi dan implementasi kurikulum berbasis
pendidikan konservasi berdasarkan kebutuhan dan sumberdaya alam setempat. 3) Melakukan sosialisasi nilai, manfaat, peranan dan strategi konservasi bagi
masyarakat Desa Pasir Buncir, dengan menggunakan semua perangkat pemerintahan daerah, baik secara langsung ataupun tidak langsung.
4) Melibatkan tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk menyampaikan pendidikan konservasi, baik secara langsung ataupun tidak langsung.
5) Membentuk kader konservasi dari berbagai latar belakang dan organisasi. 6) Meningkatkan peran serta perempuan dalam pendidikan konservasi. 7) Mengembangkan riset-riaset konservasi dalam rangka menyusun database
konservasi daerah. 8) Melakukan kerjasama konservasi pada tataran regional, nasional dan
internasional untuk meningkatkan dukungan dalam pencapaian desa berbasis pengelolaan cagar biosfer.
9) Membangun mekanisme insentif dan disinsentif bagi masyarakat, sebagai rangsangan dalam implementasi dalam kehidupan sehari-hari.
Arah Kebijakan Bidang Sosial Budaya
Arah kebijakan Pemerintahan Desa Pasir Buncir bagi pelaksanaan pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas yang merupakan salah satu alat untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan adalah sebagai berikut:
1) Membangun dan meningkatkan perilaku/pola hidup masyarakat yang dapat mendukung pelestarian sumberdaya alam melalui pelaksanaan program desa konservasi.
2) Meningkatkan peran serta dan kemitraan organisasi kemasyarakatan dan kelompok masyarakat dalam pelestarian sumberdaya alam guna mewujudkan cita-cita desa konservasi.
3) Meningkatkan dan mengembangkan serta mempertahankan budaya lokal (budaya pasundan).
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 66
4) Menyusun inventarisasi budaya lokal masyarakat diseluruh wilayah Desa Pasir Buncir sebagai dasar penyusunan perencanaan pengembangan budaya yang sejalan dengan konservasi dan pembangunan berkelanjutan.
5) Melestarikan dan mengembangkan budaya lokal masyarakat yang telah sejalan dengan nilai-nilai konservasi dan pembangunan berkelanjutan.
6) Mensosialisasikan nilai-nilai budaya lokal pro konservasi kepada seluruh lapisan masyarakat sebagai upaya pelestarian budaya tersebut.
7) Membangun budaya pro konservasi yang ditanamkan mulai sejak usia dini sebagai upaya membangun karakter generasi yang akan datang.
8) Melakukan interpretasi lingkungan terhadap obyek wisata alam (pertanian ramah lingungan dan perkebunan teh) dalam rangka membangun komunikasi antar objek dengan pengunjung wisata alam.
9) Membangun kampung konservasi sebagai model interaksi antara sosial budaya masyarakat dengan sumberdaya alam.
10) Melakukan promosi wisata budaya dan wisata yang tepat sasaran untuk menarik minat pengunjung wisata alam.
11) Membuat paket wisata yang kreatif dan menarik sebagai upaya meningkatkan kunjungan wisata dan pembelajaran pendidikan konservasi.
12) Meningkatkan kapasitas konservasi penggiat wisata alam yang merupakan bagian dari upaya meningkatkan pengelolaan wisata alam sebagai suatu strategi konservasi.
Arah Kebijakan Bidang Ekonomi
Arah kebijakan Pemerintahan Desa Pasir Buncir bagi pelaksanaan pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas yang merupakan salah satu alat untuk mewujudkan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan adalah sebagai berikut:
1) Membangun data dan informasi semua potensi sumber daya alam baik hayati dan non hayati yang terkandung di Desa Pasir Buncir dan mengembangkannya agar menjadi lebih bermanfaat bagi terwujudnya pembangunan Desa Pasir Buncir secara berkelanjutan.
2) Mengembangkan pembangunan hutan rakyat dan manfaatnya, baik manfaat ekonomi maupun manfaat jasa lingkungan, sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah penyangga dan pembangunan Desa Pasir Buncir yang berkelanjutan.
3) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai sumberdaya alam sehingga akan memunculkan budaya pemanfaatan sumberdaya alam yang efektif dan efisien yang sangat membantu dalam menjamin kelestariannya.
4) Mengembangkan manfaat ekosistem hutan melalui pemanfaatan hasil hutan non kayu yang selama ini masih terabaikan dan masih didominasi oleh pemanfaatan hasil hutan berupa kayu sehingga terjadi perubahan cara pandang terhadap nilai ekonomi dari ekosistem hutan yang sangat berguna bagi kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat sekitar hutan, dan pembangunan Desa Pasir Buncir yang berkelanjutan.
5) Mengoptimalkan nilai ekonomi dan manfaat sumberdaya alam dan ekosistemnya melalui pengembangan dan pemanfaatan ekowisata dan jasa
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 67
lingkungan lainnya sehingga dapat memberikan peranan yang nyata bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pembangun Desa Pasir Buncir yang berkelanjutan.
6) Meningkatkan ketahanan pangan melalui diversifikasi pangan dan pengembangan usaha pertanian yang lebih ramah lingkungan yang akan menjamin terjaganya keseimbangan ekosistem pertanian dan keanekaragaman jenis dan genetik tanaman pangan/pertanian.
7) Meningkatkan kembali keanekaragaman buah-buahan lokal yang selama ini mulai diabaikan sehingga Desa Pasir Buncir dapat menjadi salah satu daerah penyedia materi keanekaragaman genetik buah-buahan setempat (desa unggulan).
8) Mengembangkan home industry masyarakat Desa Pasir Buncir melalui peningkatan produk-produk kerajinan tangan yang berbahan baku sumber daya alam yang terbaharukan.
9) Menciptakan lingkungan yang nyaman melalui pengelolaan berbagai sampah dan barang-barang bekas menjadi produk atau barang-barang yang kembali berguna.
10) Mengembangkan inkubasi usaha produktif melalui pengembangan peternakan Kambing, Domba dan kelinci dan memanfaatkan limbah kotoran ternak tersebut menjadi pupuk yang ramah lingkungan (organik).
11) Memperbaiki saran dan prasarana umum Desa Pasir Buncir (jalan, MCK, dan fasilitas lainnya) guna mendukung kelancaran upaya pembangunan yang berkelanjutan.
KEBIJAKAN UMUM PEMBANGUNAN DESA PASIR BUNCIR BERDASARKAN
RPJMD
Kebijakan pembangunan Desa Pasir Buncir Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor yang disusun pada periode kepemimpinan saat ini berpedoman pada Daftar Usulan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa (DU-RKP-Desa) yang diusulkan setiap tahun. Kebijakan pembangunan tersebut disinergiskan dengan perencanaan pembangunan Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Provinsi dengan mangacu pada RPJMK Kabupaten Bogor. Dengan demikian, kebijakan pembangunan Desa Pasir Buncir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan pelaksanaan kebijakan pembangunan Kabupaten Bogor dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Dalam melaksanakan program pembangunan kabupaten, Pemerintahan Desa Pasir Buncir tentunya telah menetapkan visi terlebih dahulu dengan batasan waktu. Visi merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh suatu organisasi, lembaga, atau perusahaan di masa mendatang untuk menjamin keberlangsungan dan eksistensi jangka panjang. Pada periode 2013-2017, Desa Pasir Buncir memiliki visi “Terciptanya masyarakat Desa Langensari dalam mewujudkan pembangunan jasmani dan rohani yang didasari dengan rasa iman dan taqwa”.
Untuk mewujudkan Visi Pembangunan Desa 2013-2017 tersebut diatas, Desa Pasir Buncir telah menyusun 4 misi yang perlu ditempuh selama periode tersebut. Kedelapan misi yang harus ditempuh adalah : (1) Meningkatkan pembangun ekonomi berbasi pertanian; (2) Meningkatkan pendidikan, kesejehteraan dan kesehatan; (3)
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 68
Meningkatkan bidang keagaamaan; dan (4) Mendorong program program konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan.
Desa Pasir Buncir memiliki sumberdaya alam yang banyak, terutama jasa lingkungan; baik yang berupa sumber daya air, keanekaragaman hayati, maupun sumber daya wisata alam, sehingga visi yang disusun oleh Desa Pasir Buncir berlandaskan pada pemanfaatan sumber daya alam secara lestari. Dalam misi yang perlu ditempuh oleh Desa Pasir Buncir, konsep konservasi dan pembangunan berkelanjutan sudah dituangkan dalam misi nomor 4. Dalam misi nomor 4 tersebut, desa konservasi merupakan kerangka yang digunakan untuk melestarikan sumberdaya alam dan lingkungan hidup dengan berorientasi pada perlindungan, pengaweta, dan pemanfaatan secara lestari.
Visi dan misi tersebut dijabarkan kembali melalui visi, misi, tujuan, dan sasaran semua dinas/badan yang ada dilingkup Pemerintahan Kabupaten Bogor. Mengingat kajian ini dibatasi pada bidang pendidikan, ekonomi, dan sosial dan budaya, bagian dibawah ini hanya menyajikan gambaran umum atas program-program yang sudah disusun oleh pemerintahan desa (tim kecil) yang terangkum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa) yang terkait dengan bidang pendidikan, bidang ekonomi, dan bidang sosial dan budaya. Rancangan ini juga ingin menguraikan tingkat keterkaitan antara program yang yang disusun oleh Pemerintahan Desa Pasir Buncir dengan konsep konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan yang mana akan menjadikan komitmen dan prioritas Pemerintahan Kabupaten Bogor dalam mendukung upaya pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas sesuai yang dimandatkan oleh Gubernur Jawa Barat. Selain itu, bagian ini juga menyajikan kondisi umum dari ketiga bidang tersebut. Selanjutnya, kondisi ketiga bidang tersebut akan menjadi salah satu dasar dalam penyusunan program dalam rencana aksi implementasi pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas berbasis para pihak.
Bidang Pendidikan
Visi dan Misi
Visi Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor adalah “Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bogor Yang Cerdas, Terampil, Mandiri Dan Aprtisipatif Berdasarkan Iman Dan Ta2wa”. Untuk mewujudkan visi tersebut, telah ditetapkan misi sebagai berikut: 1) Meningkatkan perluasan dan pemerataan pelayanan pendidikan. 2) Meningkatkan mutu pendidikan relevansi dan daya saing. 3) Meningkatkan profesionalitas dan ekuntabilitas lembaga pendidikan. 4) Meningkatkan partisipasi masyarakat dan memfasilitasi potensi warga untuk
menyelenggarakan pendidikan sejak usia dini sampai akhir hayat.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 69
Kondisi Bidang Pendidikan
Bidang pendidikan merupakan bidang yang paling strategis untuk membangun sumberdaya manusia, khususnya di lingkup Pemerintahan Desa Pasir Buncir guna menunjang upaya pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas. Secara umum, gambaran umum yang merupakan permasalahan pendidikan masyarakat di Desa Pasir Buncir adalah sebagai berikut:
1. Tingginya putus sekolah yang diakibatkan oleh kurangnya tingkat kesadaran masyarakan akan pentinggnya pendidikan.
2. Kurangnya fasilitas gedung pendidikan 3. Jauhnya akses menuju sekolah 4. Mahalnya biaya sekolah 5. Belum ada gedung dan buku perpustakaan sekolah 6. Tenaga pendidik PAUD non honorer 7. Kurangnya penyuluhan secara berkesinambungan 8. Masih rendahnya kesempatan memperoleh pemerataan dan keadilan pendidikan 9. Masih rendahnya kualitas dan relevasi pendidikan 10. Masih rendahnya manajemen pendidikan disamping belum terwujudnya
kemandirian
Berdasarkan permasalah tersebut diatas, telah dirumuskan kebijakan prioritas pembangunan bidang pendidikan sebagai berikut: (a) pembuatan perdes wajib belajar 9 tahun; (b) pembangunan gedung PAUD; (c) biaya sekolah gratis; (d) peningkatan sarana dan prasarana pendidikan; (e) penyedian buku perpustakaan; (f) pengajuan honor pengajar PAUD; (g) peningkatan sumberdaya manusia; (h) penyuluhan secara berkelanjutan; (i) pengembangan pendidikan non formal dan informal; (j) pengembangan kemitraan dengan dunia usaha dan dunia industri; (k) implementasi manajemen berbasis sekolah; (l) pelaksanaan broad base education dan life skill; dan (m) pengembangan PKBM. Kebijakan prioritas pada bidang pendidikan di Desa Pasir Buncir dijabarkan melalui program kerja pada setiap tingkatan pendidikan.
A. Program Pendidikan Anak Usia Dini
1. Pembangunan sarana dan prasarana bermain 2. Pembangunan ruang kelas baru bagi TK 3. Pelatihan kompetensi tenaga pendidik TK 4. Pelatihan kompetensi tenaga pendidik Tutor PAUD 5. Publikasi dan sosialisasi Pendidikan Anak Usia Dini
B. Pendidikan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
1. Pembangunan Unit Sekolah Baru untuk SD 2. Penambahan Ruang Kelas Baru SD 3. Pengadaan sarana perlengkapan UKS (Unit Kesehatan SD) 4. Beasiswa siswa miskin tingkat SD 5. Pembangunan perpustakaan sekolah 6. Pengadaan alat praktek dan peraga siswa 7. Biaya penyelenggaraan SMP terbuka
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 70
8. Penyelenggaraan kejar paket B setara SMP 9. Penyelenggaraan akreditasi SD dan SMP 10. Pengadaan alat dan bahan laboratorium IPA SMP 11. Pendampingan BOS Kabupaten 12. Rehabilitasi gedung SD/MI 13. Rehabilitasi dan RKB Gedung SD/MI dan SMP/MTs 14. Penunjang dana Role Sharing rehab dan RKB SD/MI da SMP/MTs 15. Pengadaan buku-buku dan alat tulis siswa SD dan SMP 16. Pelatihan kompetensi pendidik TK 17. Pengembangan SD berbudaya lingkungan
C. Program Pendidikan Non Formal dan Informarmal (PNFI)
1. Pemberdayaan tenaga pendidikan non formal 2. Pemberian bantuan operasional pendidikan Non formal untuk pengembangan
PKBM 3. Pembinaan pendidikan kursus dan kelembagaan dalam bentuk pemberian
beasiswa kursus 4. Pengembangan pendidikan keaksaraan 5. Pengembangan pendidikan kecakapan hidup 6. Penyelenggaran sarana dan prasarana pendidikaan non formal bagi
pengembangan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) 7. Publikasi dan sosialisasi pendidikan nonformal dalam bentuk penyebarluasan
juknis, poster dan leaflet 8. Pemberdayaan Organisasi Mitra 9. Biaya Operasional Kegiatan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) 10. Pemetaan dan Verifikasi Data Kelembagaan Program PNFI 11. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan PNFI
D. Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
1. Peningkatan kompetensi tenaga pendidik SD 2. Peningkatan kompetensi tenaga pendidik SMP 3. Peningkatan kompetensi tenaga pendidik SMA dan SMK 4. Diklat kepala TK, SD, SMP, SMA, SMK dan Pengawas 5. Seleksi kepala TK, SD, dan SMP 6. Pelaksanaan sertifikasi pendidik 7. Pelaksanaan uji kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan 8. Seleksi guru kepala sekolah dan pengawas yang berprestasi dan berdedikasi
tinggi 9. Pembinaan kelompok kerja guru dan musyawarah guru mata pelajaran 10. Program pemetaan mutu pendidikan 11. Pendamping program BERMUTU
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 71
E. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan
1. Penerapan system dan informasi manajemen pendidikan 2. Penyusunan profil pendidikan dan statistik pedidikan 3. Penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga pengolah data tingkat kecamatan dan
persekolahan 4. Pengelolaan dan pengembangan Jejaring Pendidikan Nasional (JARDIKNAS) 5. Inventarisasi barang milik Negara sektor pendidikan 6. Penyediaan biaya penyelenggaraan pendidikan 7. Penyediaan biaya pembinaan siswa 8. Biaya ujian nasional, ujian sekolah dan penerimaan siswa baru 9. Sekolah berbudaya lingkungan 10. Stimulan sekolah berprestasi 11. Pembangunan gedung UPTD Kecamatan 12. Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pendidikan
Berdasarkan pemaparan diatas, pada bidang pendidikan belum tercermin strategi dan program kerja yang berhubungan langsung dengan bidang konservasi. Namun demikian, pada kurikulum pendidikan sudah termuat pendidikan lingkungan hidup yang merupakan kurikulum muatan lokal yang wajib dilaksanakan. Pendidikan lingkungan hidup yang merupakan kurikulum lokal tersebut sifatnya masih umum dan belum berbasis kebutuhan dan kondisi sumberdaya alam setempat. Oleh karena itu, masih perlu dikembangkan kurikulum pendidikan konservasi yang sifatnya spesifik dan berdasarkan kebutuhan dan kondisi sumberdaya alam setempat. Bidang Ekonomi
Visi dan Misi
Sebagaimana telah disebutkan pada bagian sebelumnya, konservasi keanekaragaman hayati dan pembangun berkelanjutan merupakan bagian dari visi dalam pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas. Melalui telaahan terhadap beberapa dinas/badan yang memiliki tanggung jawab atau keterkaitan terhadap bidang ekonomi, beberapa dinas telah menjadikan sumber daya alam yang lestari sebagai bagian dari visi yang ingin dicapai. Namun demikian, terdapat juga beberapa dinas/badan yang tidak menjadikan sumber daya alam yang lestari sebagai bagian dari visinya.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 72
Tabel 4.1. Beberapa dinas/badan yang dinilai terkait dengan bidang ekonomi yang ada dilingkup Pemerintahan Kabupaten Sukabumi
No Intansi Visi Misi
1 Dinas Pertanian dan Kehutanan
Memperhatikan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia pertanian, dan kesiapan teknologi di Kabupaten Bogor yang sangat menunjang maka Dinas Pertanian Kabupaten Bogor menetapkan visi yaitu : “Terwujudnya Pertanian dan Kehutanan yang Tangguh dan Berkelanjutan Tahun 2005-2009"
- Mengoptimalkan perlindungan dan pemanfaatan sumberdaya alam untuk meningkatkan produktivitas, kuantitas dan kualitas pertanian dan kehutanan
- Meningkatkan alur informasi teknologi dan kerjasama dalam alih teknologi pertanian dan kehutanan
- Meningkatkan pengetahuan, sikap, ketrampilan sumberdaya manusia dan penguatan kelembagaan pertanian dan kehutanan
- Menumbuh kembangkan sentra dan kemitraan usaha komoditas unggulan pertanian dan kehutanan
- Mengembangkan teknologi lokal spesifik.
2 Dinas Koperasi dan UKM
Tercapainya pelayanan prima demi terwujudnya koperasi dan usaha kecil menengah yang maju, mandiri, meningkatkan kesejahtera masyarakat dengan semangat ekonomi kerakyatan.
- Meningkatkan kualitas sdm koperasi dan usaha kecil menengah.
- Meningkatkan kemitraan antar koperasi dan ukm dengan usaha besar berlandaskan kesetaraan.
- Meningkatkan pemupukan modal koperasi dan ukm serta fasilitasi akses kepada sumber pendanaan/modal.
- Mengembangkan pemasaran dan akses pasar produk koperasi dan ukm dalam mengatasi persaingan pasar bebas.
- Mewujudkan iklim yang kondusif bagi pengembangan koperasi dan usaha kecil menengah.
3 Dinas Peternakan dan Perikanan
Terwujudnya pembangunan Peternakan dan Perikanan yang berdaya saing dan berwawasan lingkungan.
- Meningkatkan ketersediaan bahan pangan asal ternak dan ikan secara berkesinambungan, dan menjaga lingkungan yang kondusif bagi masyarakat peternakan dan perikanan serta masyarakat veteriner.
4 Dinas Kebudayaan, dan Pariwisata
Terwujudnya Kabupaten Bogor sebagai daerah tujuan wisata yang berwawasan lingkungan.
- Meningkatkan kualitas objek dan daya tarik wisata.
- Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pariwisata.
- Meningkatkan upaya pelestarian dan pengembangan seni dan budaya.
- Meningkatkan popularitas objek dan daya tarik wisata beserta fasilitas penunjangnya.
- Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia pelaku pariwisata, seni dan budaya.
5 Badan Lingkungan Hidup
Terwujudnya Peningkatan Kualitas Sumber Daya
- Mewujudkan organisasi yang handal - Meningkatkan penataan lingkungan
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 73
melalui Pengelolaan Lingkungan Hidup yang berkelanjuta
hidup guna mendukung pengendalian dampak lingkungan hidup
- Meningkatkan pemanfaatan dan pengembangan kualitas SDA
- Meningkatkan pemulihan lingkungan hidup
- Meningkatkan pengawasan dan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dapat terwujud.
6 Dinas Tata Ruang dan Lingkungan Hidup
Terwujudnya Penataan Ruang yang Berwawasan lingkungan dan Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup
- Mewujudkan Organisasi yang handal. - Merumuskan Tata Ruang yang optimal
dan dinamis. - Meningkatkan pengelolaan lingkungan
Hidup yang selaras, serasi dan seimbang.
- Meningkatkan system Pengawasan dan pengendalianyang efektif dan efisien.
- Meningkatkan peran serta masyarakat dalam hal keperduliannya terhadap lingkungan hidup.
- Peningkatan PAD.
7 Dinas Pertambangan
Terwujudnya Pengelolaan Potensi pertambangan dan Energi di Kabupaten Bogor secara efektif, efisien dan berwawasan Lingkungan
- Mengembangkan data dan informasi potensi Pertambangan dan Energi
- Meminimalkan dampak negatif akibat kegiatan usaha
- Melaksanakan konservasi potensi sumberdaya mineral dan energi
- Meningkatkan kualitas Sumberdaya Manusia guna menunjang pengelolaan usaha Pertambangan dan Energi
- Memberikan pelayanan prima dan meningkatkan kemitraan antara masyarakat, pengusaha dan pemerintah
- Menumbuhkembangkan ekonomi kerakyatan.
Kondisi Bidang Ekonomi
Sebagian besar masyarakat Desa Pasir Buncir dalam memenuhi kebutuhan hidup dan sumber pendapatannya berasal dari pemanfaatan sumberdaya alam. Sumber pendapatan masyarakat Desa Pasir Buncir dapat berupa penjualan hasil pertanian, penjualan hasil perkebunan, penjualan hasil kehutanan, penjualan hasil peternakan dan perikanan, perdagangan, buruh, dan pegawai negeri sipil. Koperasi merupakan salah sarana perekonomian kerakyatan yang dapat membantu dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Pasir Buncir, namun saat ini wadah koperasi di Desa Pasir Buncir belum terbentuk.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 74
Bidang Sosial dan Budaya
Visi dan Misi
Sebagaimana konsep pembangunan berkelanjutan skala nasional, sosial dan budaya merupakan aspek yang tidak bisa dilepaskan dalam pembangunan daerah. Dengan kata lain, aspek sosial dan budaya harus diintegrasikan kedala, pembangunan Desa Pasir Bunciryang berkelanjutan. Intansi pemerintah yang memiliki tugas pokok dalam menangani aspek social adalah Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, dan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (BPMD). BPMD mempunyai tugas pokok membantu bupati dalam melaksanakan sebagian kewenangan daerah di bidang pemberdayaan masyarakat dan desa. BPMD memiliki visi “Terwujudnya desa yang mandiri dan berkembang yang didukung oleh peran serta masyarakat dalam pembangunan”. Sementara itu, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja memiliki visi “Tercapainya kesejahteraan melalui masyarakat yang mandiri dan kompeten”. Selanjutnya, masing-masing Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dan BPMD telah menyusun beberapa misi untuk mewujudkan visi-visi tersebut. Visi dari kedua dinas/badan juga secara eksplisit tidak mencantumkan pelestarian sumber daya alam bagian dari visi yang ingin dicapai oleh kedua dinas/badan tersebut. Sedangkan untuk Bidang Budaya di Kabupaten Bogor pengelolaannya berada dibawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, sehingga visi dan misi yang dijadikan acuan adalah Visi “Terwujudnya Kabupaten Bogor sebagai daerah tujuan wisata yang berwawasan lingkungan.” dan Misi : Meningkatkan kualitas objek dan daya tarik wisata, Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pariwisata, Meningkatkan upaya pelestarian dan pengembangan seni dan budaya, Meningkatkan popularitas objek dan daya tarik wisata beserta fasilitas penunjangnya, dan Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia pelaku pariwisata, seni dan budaya.
PERAN CAGAR BIOSFER CIBODAS BAGI PEMERINTAHAN DESA PASIR BUNCIR Cagar Biosfer Cibodas memiliki peranan yang sangat penting bagi pembangunan suatu Negara atau daerah, termasuk Kabupaten Bogor. Sumberdaya alam merupakan modal bagi pembangunan daerah atau Negara. Bagi Negara Indonesia, minyak bumi dan sumber daya hutan berupa kayu pernah menjadi salah satu sumber pendapatan Negara yang sangat besar pula. Pada beberapa propinsi atau kabupaten di Indonesia, sumber daya alam berupa batubara telah menjad sumber pendapatan utama daerah. Namun, kondisi di lapangan menunjukan bahwa pemanfaatan terhadap sumberdaya alam seperti kayu dan batu bara telah banyak menimbulkan kerusakan lingkungan; seperti yang terjadi di Pulau Kalimantan dan Sumatera. Hal tersebut karena pemanfaatan yang terjadi kurang memperhatikan dampak ke depan dan lebih mengutamakan keuntungan jangka pendek. Oleh karean itu, konsep pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas bagi Pemerintahan Desa Pasir Buncir dan Pemerintah Kabupaten Bogor pada khususnya merupakan alat untuk mewujudkan pembangunan daerah berkelanjutan dengan tetap berbasis pemanfaatan sumber daya alam secara lestari. Dengan demikian, pemanfaatan sumber daya alam yang sebanyak-banyaknya untuk generasi yang selama-lamanya sangat berguna bagi pembangunan Pemerintahan Desa Pasir Buncir yang berkelanjutan. Hal yang harus diperhatikan dari
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 75
produksi sumber daya alam adalah sentuhan teknologi. Adanya sentuhan teknologi dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi dari komoditas yang dihasilkan. Oleh karena itu, peningkatan kemampuan masyarakat serta penyediaan teknologi dalam mengolah produk-produk yang dihasilkan sangat diperlukan.
Sumber Daya Kehutanan dan Perkebunan di Desa Pasir Buncir
Salah satu sumber daya alam yang dapat menjadi modal bagi pembangunan Desa Pasir Buncir adalah sumber daya kehutanan dan perkebunan. Namun, pemerintahan Desa Pasir Buncir hingga saat ini belum memanfaatkan sumber daya hutan dan kebun secara maksimal. Pemanfaatan sumber daya hutan umumnya masih terbatas pada pemanfaatan lahan dan getah pinus. Padahal, sumber daya yang terkandung di dalam hutan tidak hanya lahan/kayu/getah. Demikian juga sumber daya perkebunan, pemanfaatannya masih terbatas pada beberapa komoditas tertentu dan tampaknya juga belum maksimal. Sumber Daya Pertanian, Peternakan, dan Perikanan di Desa Pasir Buncir
Sumber daya lainnya yang dapat menjadi modal pembangunan Desa Pasir Buncir yang berkaitan dengan konsep pelestarian keragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan adalah pertanian, peternakan, dan perikanan. Komoditas pertanian komersial yang berupa tanaman pangan masih terbatas pada 4 jenis. Jenis-jenis tersebut adalah padi sawah, jagung, ubi jalar, dan ubi kayu. Jenis yang memiliki produksi paling tinggi adalah jagung. Selain empat jenis tersebut, komoditas pertanian berupa tanaman sayuran dapat berupa kembang kol, kacang panjang, cabe besar, cabe rawit, timun, , dll. Jenis yang memiliki produksi paling tinggi adalah kacang panjang dan timun. Selain jenis-jenis tersebut, masyarakat juga sudah memproduksi jenis sayuran lainnya seperti terong dan ketimun. Sebagimana komoditas pertanian tanaman pangan, intenssifikasi dan diversifikasi komoditas tanaman sayuran juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat Desa Pasir Buncir. Jenis hewan ternak yang selama ini sudah dibudidayakan oleh masyarakat Desa Pasir Buncir adalah sapi potong, sapi perah, kambing, domba, ayam buras, ayam petelur, dan ayam pedaging. Sedangkan dari sektor perikanan, jenis yang dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat adalah ikan mas, mujair, gurame, nila, lele dan lainnya. Sumber Daya Air di Desa Pasir Buncir
Desa Pasir Buncir memiliki sumber daya air yang cukup besar. Karena Desa Pasir Buncir merupakan hulu air dari DAS Cisadane yang debit air rata-rata 300-400 liter/ detik yang diperuntukan sebagai sumber saluran irigasi dan pengaturan tata daerah aliran sungai Cisadane. Keindahan Bentang Alam di Desa Pasir Buncir
Potensi lainnya yang dimiliki Desa Pasir Buncir adalah keindahan alam. Potensi ini dapat dikembangkan untuk kegiatan wisata alam dan pada beberapa tempat kegiatan wisata alam sudah dilakukan. Bentang alam yang indah tersebar di setiap wilayah RT (Rukung Tetangga), khususnya di kampong Ciwaluh. Bentang alam tersebut umumnya dipadukan dengan keberadaan pertanian, budidaya jamur, kumis kucing, peternakan kambing, dan potensi lainnya. Saat ini, pengembangan wisata alam secara
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 76
intensif masih terbatas pada kegiatan petualangan “jugle walk menuju air terjun” pada objek-objek yang berada pada kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Pengembangan daerah wisata di berbagai wilayah yang memiliki potensi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan desa itu sendiri.
Pemanfaatan sumber daya alam yang berupa kegiatan wisata memiliki kelebihan dibandingkan dengan pemanfaatan sumber daya alam hayati, terutama berupa kayu atau lahan. Hal tersebut karena sumber daya yang dimanfaatkan dalam kegiatan wisata alam berupa jasa lingkungan, sehingga tingkat kerusakan terhadap sumber daya alam dapat dikurangi bahkan dihindari. Oleh karena itu, pemanfaatan sumber daya alam berupa jasa lingkungan sangat menunjang bagi implementasi program konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan yang merupakan salah satu alat untuk mewujudkan pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas yang terpadu dan berkelanjutan. Sumber Daya Manusia di Desa Pasir Buncir
Implementasi pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan harus ditunjang dengan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Hal tersebut karena sumber daya manusia yang berkualitas dapat menjadi salah satu penentu keberhasilan dari pelaksanaan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, sumber daya manusia yang berkemampuan tinggi harus dipersiapkan. Sumber daya manusia pada lingkup masyarakat Desa Pasir Buncir umumnya sudah baik dan memiliki banyak pengalaman, meski tidak ada salahnya jika kapasitasnya lebih ditingkatkan lagi. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan d beragam persepsi dan pemahaman terhadap konsep Cagar Biosfer Cibodas. Oleh karena itu, hal penting yang harus dilakukan dalam implementasi strategi Cagar Biosfer Cibodas adalah penyamaan persepsi mengenai konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan itu sendiri.
Peningkatan kapasitas sumber daya manusia penting dilakukan pada lingkup pemerintahan desa dan kelompok masyarakat. Mengingat masyarakat umumnya lebih banyak tahu tentang pengelolaan sumber daya alam, maka peningkatan kapasitas lebih diarahkan untuk merubah aktivitas pemanfaatan sumber daya alam yang lebih ramah lingkungan. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang dapat menunjang program Cagar Biosfer Cibodas atau pemanfaatan sumber daya alam yang ramah lingkungan dapat dilakukan melalui berbagai cara atau pendekatan. Cara lainnya yang dilakukan diantaranya pemberian pelatihan dan kursus-kursus singkat tentang bidang-bidang yang dapat menunjang pelaksanaan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan. Lembaga Pelaksana dan Penanggung Jawab di Desa Pasir Buncir
Disadari bahwa pelaksanaan program Cagar Biosfer Cibodas melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu, diperlukan suatu lembaga yang dapat menjadi wadah bagi para pihak yang terlibat dalam program pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas di tingkat masing-masing kabupaten. Keberadaan lembaga sangat berguna dalam memudahkan koordinasi dengan para pihak. Pada level dinasi/badan, pemerintah daerah (bupati)
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 77
perlu menunjuk suatu dinas/badan sebagai koordinator pelaksana, dan yang lebih memungkinkan adalah Bappeda. Pihak yang duduk dalam lembaga atau wadah tersebut harus terdiri dari para pihak yang berasal dari berbagai instansi. Keterlibatan semua dinas/badan dimaksudkan agar semua dinas memiliki komitmen dan pemahaman yang sama dalam melaksanakan pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas yang merupakan salah satu alat dalam mewujudkan pembangunan kabupaten secara berkelanjutan. Keterlibatan setiap dinas/badan juga dimaksudkan untuk menghilangkan anggapan bahwa pelaksanaan program Cagar Biosfer Cibodas hanya tanggung jawab dinas tertentu saja; menghilangkan ego sektoral. Kebijakan level dinas/badan di Kabupaten Bogor yang lebih menitikberatkan tugas pokok dan fungsi karena kurangnya koordinasi menyebabkan kebijakan yang sifatnya terintegrasi cenderung stagnasi. Hal tersebut ditandai dengan keluarnya berbagai ijin yang bertentangan dengan konsep Cagar Biosfer Cibodas. Sementara itu, kebijakan pemerintah kabupaten juga seringkali berhenti pada tingkat dinas atau kecamatan. Dengan kata lain, kebijakan yang ada seringkali tidak sampai pada tingkat desa, terlebih lagi tingkat anggota masyarakat. Oleh karena itu, lembaga atau wadah pelaksana program Cagar Biosfer Cibodas harus juga dibuat pada tingkat kecamatan, desa/kelurahan, dan dusun atau RW. Wadah pelaksanaan Cagar Biosfer Cibodas sebaiknya mengoptimlakan lembaga pemerintahan yang sudah ada (untuk tingkat kecamatan dan desa). Optimalisasi dan pembentukan wadah tersebut dilakukan agar program Cagar Biosfer Bibodas dapat diteruskan hingga tingkat masyarakat sehingga bisa dilaksanakan di lapangan. Sebagaimana pada level dinas/badan, lembaga Cagar Biosfer pada tingkat kecamatan dan desa juga harus memiliki koordinator. Koordinator pelaksana kabupaten konservasi pada tingkat kecamatan dapat dilakukan oleh Camat, dan pada tingkat desa dapat dilakukan oleh Kepala Desa. Dengan demikian, program Cagar Biosfer Cibodas dapat menjadi bagian yang terintegrasi dengan program kerja pemerintah kecamatan dan pemerintah desa, yang merupakan kepanjangan tangan dari pemerintah kabupaten.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 78
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR
KECAMATAN CARINGIN
KANTOR KEPALA DESA PASIRBUNCIR
Alamat : Jln. Snakma Km. 03 Caringin - Bogor Kode Pos 16730
RANCANGAN PERATURAN DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR
PERATURAN DESA
NOMOR : ……………. TAHUN 2012
TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM-DESA)
DESA PASIRBUNCIR PERIODE 2013 - 2017
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA PASIRBUNCIR
a. bahwa dalam rangka RPJM-Desa perlu dibuat Peraturan Desa yang merupakan landasan hukum untuk mengatur kebijakan-kebijakan perencanaan pembangunan desa;
b. bahwa untuk menertapkan RPJM-Desa sebagaimana dimaksud huruf a, diperlukan adanya Peraturan Desa:
c. bahwa untuk menjabarkan dan melengkapi peraturan tersebut diperlukan Keputusan Kepala Desa;
d. bahwa dalam menjalankan kebijakan tersebut, diperlukan rekomendasi dan petunjuk teknis.
1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4389);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4421);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4844);
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran
Menimbang :
Mengingat :
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 79
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4438);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3988);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4857);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2007, Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah Daerah Provinsi Dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4737);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007, Tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2007, Tentang Pedoman Penyusunan dan Pendayagunaan Data Profil Desa/Kelurahan;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007, Tentang Pengelolaan Keuangan Desa;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007, Tentang Perencanaan Pembangunan Desa;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2007, Tentang Pendataan Program Pembangunan Desa/Kelurahan;
13. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 19 Tahun 2008, Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor;
14. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 7 Tahun 2007, Tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa;
15. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 7 Tahun 2008, Tentang Pedoman Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di Desa, Kelurahan dan Kecamatan;
16. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 9 Tahun 2011, Tentang Lembaga Kemasyarakatan;
17. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 9 Tahun 2008, tentang Susunan dan Kedudukan Organisasi Perangkat Daerah (Lembar Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2008 Nomor 9);.
Dengan Persetujuan Bersama
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PASIRBUNCIR DAN
KEPALA DESA PASIRBUNCIR
MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DESA TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH DESA (RPJM-DES) PASIRBUNCIR TAHUN 2013 - 2017
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 80
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1 Dalam Peraturan Desa disini yang dimaksud : (1) Daerah adalah Kabupaten Bogor. (2) Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor. (3) Bupati adalah Bupati Bogor. (4) Desa adalah Desa PasirBuncir. (5) Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkatnya. (6) Badan Permusyawaratan Desa adalah Badan Permusyawaratan Desa PasirBuncir. (7) Peraturan Desa adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibuat bersama dengan
Badan Permusyawaratan Desa dengan Kepala Desa Pasir Buncir. (8) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Des) adalah rencana
pembangunan dalam jangka waktu menengah 5 (lima) tahun kedepan. (9) Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP-Des) adalah penjabaran dari RPJM-Des untuk
jangka waktu 1 (satu) tahun kedepan. (10) Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) adalah rencana anggaran tahunan
keuangan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintahan Desa dan BPD, yang ditetapkan dengan Peraturan Desa.
(11) Visi adalah pandangan tentang bagaimana desa akan diinginkan. (12) Misi adalah pernyataan tentang sesuatu yang harus dilaksanakan sehingga visi akan
dapat tercapai secara efektif dan efisien.
BAB II SISTEMATIKA PENYUSUNAN
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM-Des) Pasal 2
(1) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Pasir Buncir Tahun 2013-2017 disusun secara sistematis sebagai berikut ; Bagian Pertama : Pendahuluan Bagian Kedua : Profil Desa Bagian Ketiga : Potensi dan Masalah Bagian Keempat : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Bagian Kelima : Penutup
(2) Sistematika sebagaimana dimaksud pada poin (1) merupakan landasan dan pedoman bagi pemerintah desa untuk penyusunan RPJM-Desa dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Desa ini.
Pasal 3 Rencana pembangunan Pembangunan Jangka Menengah Desa Pasir Buncir Tahun 2013-2017 merupakan landasan dan pedoman bagi Pemerintah Desa dalam melaksanakan pembangunan selama 5 (lima) tahun.
Pasal 4 Berdasarkan Peraturan Desa Langensari disusun Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP-Des) yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa yang merupakan penjabaran dari RPJMDes yang selanjutnya disusun dalam APB-Des.
Pasal 5 Pelaksanaan pembangunan dapat mengalami perubahan dari RPJM-Des karena adanya bencana alam secara tiba-tiba dan atau keadaan darurat lainnya.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 81
Pasal 6 Hal-hal lain yang belum cukup diatur dalam peraturan RPJM-Desa ini akan diatur oleh Keputusan Kepala Desa.
Pasal 7 Peraturan Desa tentang RPJM-Desa ini mulai berlaku pada saat diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan Desa ini dengan menempatkannya dalam lembaran desa.
Ditetapkan di : Desa Pasir Buncir Pada tanggal : Desember 2012 KEPALA DESA PASIRBUNCIR, ttd (SUHERMAN)
Diundangkan di Desa Pada tanggal Desember 2012 SEKRETARIS DESA PASIRBUNCIR, ttd (YANTO KOESWANTO)
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 82
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR
KECAMATAN CARINGIN
KANTOR KEPALA DESA PASIRBUNCIR
Alamat : Jln. Snakma Km. 03 Caringin - Bogor Kode Pos 16730
KEPUTUSAN KEPALA DESA PASIRBUNCIR
KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR
NOMOR : TAHUN 2012
TENTANG
PEMBENTUKAN TIM PERUMUS UNTUK PENYUSUNAN
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM-DES)
TAHUN 2013 - 2017
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA PASIRBUNCIR
Membaca : Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor : 414.2 /1408/PMD, Tanggal 31
Maret 2010 Tentang Petunjuk Teknis Perencanaan Pembangunan Desa.
a. Bahwa untuk melakukan kegiatan pembangunan di Desa PasirBuncir
dirasa perlu membuat suatu perencanaan pembangunan berskala yang
disebut dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-
Desa) untuk anggaran 5 (lima) tahun kedepan periode 2012 - 2016 untuk
mencapai Visi dan Misi Desa sesuai dengan program yang telah
disiapkan dan disepakati bersama.
b. bahwa untuk melaksanakan penyelenggaraan Rencana Pembangunan
Desa pada poin (a) diatas dipandang perlu membentuk Tim Perumus
untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
(RPJM-Desa) Tahun 2012-2016 yang ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Desa Pasir Buncir.
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
Menimbang :
Mengingat :
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 83
2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-
Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005, Tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005, Tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006, Tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4664);
7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130 Tahun 2003, Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Dalam Negeri;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007, Tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007, Tentang Kader
Pemberdayaan masyarakat;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2007, Tentang
Pedoman Penyusunan dan Pendayagunaan Data Profil
Desa/Kelurahan;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007, Tentang
Perencanaan Pembangunan Desa;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2007, Tentang
Pendataan Program Pembangunan Desa/Kelurahan;
13. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 19 Tahun 2008, Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor;
14. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 7 Tahun 2007, Tentang
Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa;
15. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 7 Tahun 2008, Tentang
Pedoman Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di
Desa, Kelurahan dan Kecamatan;
16. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 9 Tahun 2011, Tentang
Lembaga Kemasyarakatan;
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 84
17. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 9 Tahun 2008, Tentang
Susunan dan Kedudukan Organisasi Perangkat Daerah (Lembar Daerah
Kabupaten Bogor Tahun 2008 Nomor 9);.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Keputusan Kepala Desa PasirBuncir, Tentang Pembentukan Anggota Tim
Perumus Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-
Desa) Desa Pasir Buncir Periode 2013 - 2017.
Kedua : Mengangkat Saudara yang namanya tersebut dalam daftar lampiran
Keputusan
ini sebagai Anggota Tim Perumus Untuk Menyusun Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa) Desa PasirBuncir (daftar nama
terlampir).
Ketiga : Masa Tugas Tim Perumus Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa (RPJM-Desa) terhitung sejak diterbitkannya Surat Keputusan
ini sampai dengan di tetapkannya Perdes tentang RPJM-Des oleh Kepala
Desa
kepada BPD.
Ditetapkan di : Pasir Buncir Pada tanggal : Desember 2012 KEPALA DESA PASIRBUNCIR, ttd (SUHERMAN)
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 85
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR
KECAMATAN CARINGIN
KANTOR KEPALA DESA PASIR BUNCIR
Alamat : Jln. Snakma Km. 03 Caringin - Bogor Kode Pos 16730
NAMA-NAMA TIM PERUMUS
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA
(RPJM-DES) DESA PASIR BUNCIR
PERIODE 2013-2017
No Nama Jabatan
1 Suherman Kepala desa
2 YantoKoeswanto Sekretaris desa
3 Sofyan Anggota
4 Yusuf Anggota
5 Hamdan Anggota
6 Deni Anggota
7 Jajat Anggota
8 Daelani Anggota
9 Asep Anggota
19 Solahudin Anggota
11 Ukar Anggota
12 Asep Duleh Anggota
13 Asep Iskandar Anggota
14 Agus S. Anggota
15 H. Sartono Anggota
16 Ida Ernawati Anggota
17 Iwan Setiawan Anggota
Ditetapkan di : PasirBuncir Pada tanggal : Desember 2012 KEPALA DESA PASIR BUNCIR, ttd (SUHERMAN)
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 86
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM DES) DESA PASIR BUNCIR KEC. CARINGIN KAB. BOGOR
SEBAGAI “PILOT PROJECT“ DALAM PENGEMBANGAN PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER CIBODAS
No Urusan Wajib Jenis Kegiatan Tujuan Lokasi Waktu Pelaksanaan Biaya/Sumber
Dana Keterangan
2013 2014 2015 2016 2017 Jumlah /Rp. Sumber Rrioritas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
I Pendidikan Pembangunan gedung
PAUD
Tersedianya gedung
atau bangunan PAUD 5 RW 175.000.000 APBD 1
Pembangunan gedung
SLTP
Meningkatkan kualitas
SDM dalam bidang
pendidikan 9 tahun
RW 5 50.000.000 APBN 1
II Kesehatan Pembuatan MCK
umum
Meningkatkan
kesehatan masyarakat RW 05 15.000.000 APBD 1
Pembuatan gedung
posyandu
Peningkatan
pelayanan kesehatan Setiap RW 50.000.000 APBD 1
Pembuatan pusat
kesehatan di desa
Peningkatan
pelayanana kesehatan
masyarakat
Desa 250.000.000 APBD 1
Penyedian alat
posyandu yang
standar
Pelayanan kesehatan
yang lebih baik
Setiap RW 25.000.000 Dinas
Kesehatan 1
Peningkatan
penyuluhan tentang
kesehatan
Kesadaran masyarakat
Setiap RT Dinas
Kesehatan 2
. Penambahan tenaga
medis
Pelayanan kesehatan
Desa
Dinas
Kesehatan
2
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 87
III Sarana dan
Prasarana
Perbaikan jalan desa
sepanjang 5 km
Peninngkatan
transportasi dan
perekonomian
masyarakat
Blok Pasir
Buncir RW
04
1.000.000.000 APBD/APBN 1
Penyedian Tanah
Pemakaman Umum
Tersedianya tanah
untuk pemakaman
umum
Setiap RW 150.000.000 APBD 1
Penyedian Sarana
Olah Raga (bola voli)
Meningkatkan
presentasi masyarakat
dalam bidang ilah raga
Semua RW 100.000.000 APBD 2
Pipanisasi Air Bersih Menyedian sarana air
bersih bagi masyarakat Semua RT 250.000.000 APBD 1
IV Koperasi &
Usaha
Masyarakat
Pengembangan UKM Meningkatkan
perekonomian
masyarakat mandiri
Desa 250.000.000 APBD 1
Pengadaan Modal
untuk Petani dan
Pedagang
Memperlancar usaha
masyarakat Desa 25.000.000 APBD 1
V Sosial dan
Budaya
Rehabilitasi sarana
ibadah
Meningkatnya
ketakwaan RW 1 15.000.000 APBD 1
Pengembangan
Karang Taruna
Sarana bagi para
pemuda-pemudi Desa 50.000.000 APBD 2
VI Pertanian Pembuatan koperasi
tani/warung tani
Penunjang kebutuhan
petani Kampung
Lengkong 50.000.000 APBD 2
Pembuatan naskah
pengelolaan lahan
(kespala)
Peningkatan
perekonomian
masyarakat
Kampung
Lengkong
& Gunung
Bongkok
25.000.000 Dinas Terkait 2
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 88
Peningkatan
penyuluhan dan
pendidikan pertanian
Meningkatnya
wawasan masyarakat Setiap RW Dinas
Pertanian 2
Pengembangan
pertanian ramah
lingkungan (organik)
Kualitas hasil
pertanian yang lebih
baik
Setiap RW 50.000.000 Dinas Terkait 1
Pembuatan embung
air dan terasering
Pertanian
berkelanjutan
Kampung
Lengkong 250.000.000 APBD 1
Pengembangan
tanaman produktif
(pala, sirsak, cengkeh)
Peningkatan
perekoniman jangka
panjang
Semua RW 200.000.000 APBD 1
VII Peternakan Pengembangan Ternak
Domba
Meningkatkan
perekonomian
masyarakat
Kampung
Lengkong
& Gunung
Bongkok
150.000.000 APBD 1
Pengembangan Ternak
Sapi Perah
Meningkatkan
perekonomian
masyarakat
Kampung
Lengkong
& Gunung
Bongkok
500.000.000 APBD 1
VIII Lingkungan
Hidup
Pengembangan
pengelolaan limbah
sampah plastic dan
sampah organik
Mengurangi
pencemaran
lingkungan
Kampung
Cisalopa 50.000.000 APBD/BLH 1
Pengembangan energi
terbarukan (biogas,
pikohidro, biomasa)
Penghematan energy
listrik
Kampung
Pasir
Buncir
250.000.000 APBD/Dinas
ESDM/BLH 2
IX Kehutanan Pembuatan Kebun
Bibit Rakyat
Menyediakan stock
bibit pohon 250.000.000
APBD/Dinas
Kehutanan &
Perkebunan/
1
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 89
TNGGP/BPD
AS
Pengembangan Hutan
Kerakyatan
Meingkatkan
perekonomian
masyarakat mandiri
500.000.000 APBD/Dinas
Terkait 1
Rehabilitasi Hutan dan
Lahan Kritis
Memperbaikan daerah
resapan air Dinas Terkait 1
Penyuluhan
Kehutanan
Meningkatnya tingkat
wawasan dan
pengetahuan
masyarakat
Dinas Terkait 2
Pengembangan
Tanaman Buah Canar
Meningkatkan
perekonomian
masyarakat
150.000.000 APBD/Dinas
Terkait 2
X Pariwisata Pengembangan
produk unggulan desa
sebagai daya tarik
wisata
Meningkatkan
perekonomian
masyarakat
Kampung
Lengkong
& Ciwaluh
150.000.000 APBD/
DISBUDPAR 2
Pengembangan wisata
alam dan pedesaan
Meningkatkan
perekonomian
masyarakat
Kampung
Lengkong
& Ciwaluh
500.000.000
APBD/Dinas
Terkait/
TNGGP
1
Peningkatan kapasitas
kelembagaan
pengelola wisata
Kapasitas SDM
meningkat Setiap RT 50.000.000 DSBUDPAR/
TNGGP 2
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 90
PROFIL DESA CIPUTRI KEC. PACET KAB. CIANJUR
KONDISI UMUM
DESA CIPUTRI KECAMATAN PACET
KABUPATEN CIANJUR
Geografi dan Demografi Desa Ciputri terletak di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat yang memiliki luas wilayah 636 Ha. Jumlah penduduk Desa Ciputri sebayak 11.116 jiwa yang terdiri dari 5633 laki-laki dan 5483 perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 2888 KK yang terdiri dari 2575 KK laki-laki dan 313 KK perempuan. Sedangkan jumlah Keluarga Miskin (Gakin) 715 KK dengan presentase 22,6 % dari jumlah keluarga yang ada di Desa Ciputri.
Batas-batas administratif pemerintahan Desa Ciputri Kecamatan Pacet sebagai berikut:
• Sebelah Utara : Desa Ciherang Kecamatan Pacet
• Sebelah Timur : Desa Cibeureum Kecamatan Cugenang
• Sebelah Selatan : Desa Galudra Kecamatan Cugenang • Sebelah Barat : Kawasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango
Dilihat dari tofografi dan kontur tanah, Desa Ciputri Kecamatan pacet secara umum berupa perbukian dan dataran tinggi yang berada pada ketinggian antara 900 m s/d 1.600 m diatas permukaan laut (dpl) dengan suhu rata-rata berkisar antara 20 s/d 230 Celcius.
Desa Ciputri terdiri dari 4 (Empat) Dusun, 9 (Sembilan) Rukun Warga (RW) dan 35 (Tiga Puluh Lima) Rukun Tetangga (RT). Sedangkan untuk mencapai desa dari ibu kota Kabupaten Cianjur 15 km persegi dengan waku tempuh 40 menit dan ibu kota Kecamatan pacet 6,20 km persegi dengan waktu tempuh 30 menit dengan menggunakan transportasi darat. Transportasi yang biasa dipergunakan masyarakat berupa kendaran roda empat dan roda dua. Keadaan Sosial Budaya
Dalam bekerja, umumnya perempuan dan laki-laki bekerja bersama-sama dan tidak berubah dari dulu sampai sekarang. Beberapa pekerjaan yang dilakukan perempuan selain pekerjaan rumah tangga adalah bertani, pemetik teh dan buruh tani. Dari agama, sebagian besar masyarakat desa beragama Islam. Agama Islam berpengaruh kuat pada budaya masyarakat. Keadaan Ekonomi
Mata pencaharian utama masyarakat Desa Langensari Kecamatan Sukaraja dalam memenuhi ekonomi sehari-hari terdiri dari:
Potensi Jumlah Potensi Jumlah
Petani 1379 orang Nelayan -
Buruh Tani 811 orang Montir 2 orang
Pedagang 247 orang Peternak 5 orang
PNS 29 orang Tukang Batu 30 orang
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 91
TNI/Polri 2 orang Tukang Kayu 31 orang
Karyawan Swasta 772 orang Lain-lain -
Keadaan Sarana dan Prasarana Umum
Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan umum yang terdapat di Desa Ciputri Kecamatan Pacet meliputi:
Sarana Jumlah Sarana Jumlah
Taman Kanak-kanak/ Paud
2 buah SLTA/ SMK 1 unit
Sekolah Dasar (SD) 4 buah Perguruan Tinggi 1 buah
SLTP/ MTs 1 buah Lainnya 2 buah
Sedangkan untuk jumlah tenaga pengajar terdiri dari :
Tenaga Jumlah Tenaga Jumlah
Taman Kanak-kanak/ PAUD
4 orang SLTP/ MTs 24 orang
Sekolah Dasar (SD) 36 orang SLTA/ SMK -
Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang ada di desa Ciputri meliputi:
Sarana Jumlah Sarana Jumlah
Puskesmas - Dokter Praktek -
Puskesmas Pembantu 1 buah Bidan 1 orang
Polides 1 buah Pos KB Desa 1 buah
Balai Pengobatan/ Klinik 1 buah Petugas Gizi Keliling 1 orang
Dokter Umum - Dukun Bayi Terlatih 5 orang
Posyandu 10 buah
Sarana dan Prasana Ekonomi
Sarana Jumlah Sarana Jumlah
Bank - Perusahaan Sedang 4 buah
Koperasi Unit Desa - Raksa Desa 34 kelompok
Pasar - Toko/ Warung 164 orang
BUMDES - Perusahaan Kecil 1 buah
Industri Rumah Tangga - Perusahaan Besar 2 buah
Sarana dan Prasana Ekonomi
Prasarana Desa
Sarana Jumlah Sarana Jumlah
Mesjid 14 buah Vihara -
Mushola 39 buah Pura -
Madrasah 7 buah Pesantren 9 buah
Gereja -
Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan
Potensi Jumlah Potensi Jumlah
Sawah Hutan Negara
Kelompok Tani Perkebunan -
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 92
Anggota Kelompok Tani Lahan Kritis
Kebun/ Tegalan
Peternakan
Potensi Jumlah Potensi Jumlah
Kambing - Sapi Potong -
Domba 10 orang Sapi Perah -
Ayam Kampung - Kelinci 9 orang
KONDISI PEMERINTAHAN DESA
Pembagian Pemerintahan Desa
Urusan pemerintahan desa dilakukan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa atau BPD untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat. Pemerintah desa terdiri dari kepala desa yang dibantu oleh sekretaris desa, kepala dusun, kaur pemerintahan, kaur kesejahteraan masyarakat social, kaur umum, kaur pembangunan, dan kaur keungan. Pemerintah desa bekerjasama dengan BPD dalam penyelanggaraan pemerintahan.
Pemerintah desa juga bekerjasama dengan PKK untuk pelaksanaan kegiatan posyandu dan dengan Polides untuk membuat rujukan kesehatan bagi kelompok masyarakat yang tidak mampu. LPMD berkoordinasi dengan pemerintahan desa dan BPD untuk menjalankan pemerintahan desa. BPD Desa Ciputri dibentuk tahun 2003. Lembaga kemasyarakatan yang dibentuk masyarakat desa adalah lembaga ketahanan masyarakat desa atau LPMD. Lembaga lain yang ada di desa Ciputri adalah karang taruna, posyandu, kader konservasi dan lembaga lainnya.
Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Ciputri
BPD CIPUTRI KEPALA DESA
ENTIN KARTINI
SEKRETARIS DESA
DEKI AFRIZAL, SE
KAUR PEMERINTAHAN
SANDI
KAUR EKBANG
FIRMAN, I
KAUR UMUM
POPON
KEPALA DUSUN I
H. HASBULOJH
KEPALA DUSUN II
BADEN
KEPALA DUSUN III
ACEP
KEPALA DUSUN IV
H. KAMALUDIN
BENDAHARA DESA
TATI
KA. TRANTIB I
PAHRU
KAUR KESRA
HASANUDIN
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 93
KAJIAN DINAMIKA KELOMPOK
Analisis konflik merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menggali informasi tentang perubahan sosial masyarakat desa, dinamika konflik, tingkat kohesi sosial, harmonisasi antarpemangku kepentingan dan ketahanan masyarakat dalam mengelola konflik. Analisis konflik dilaksanakan untuk melengkapi kajian desa secara cepat (potret desa, peta potensi desa dan bagan kelembagaan) yang akan menjadi masukan dalam merumuskan isu strategis dan program prioritas selama 5 (lima) tahun. Hasil kajian ini untuk memastikan sejauh mana perencanaan yang dibuat benar-benar peka terhadap konflik dengan mempelajari pola interaksi antar kelompok (relasional dan struktural), perbedaan nilai (kultural), isu-isu ketidakadilan, penolakan, kesenjangan, penyalahgunaan wewenang, dan pola pengelolaan sumber daya.
Analisis konflik dapat membantu dalam menemukenali kebutuhan bina damai, tingkat kerentanan terhadap konflik dan tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tanpa kekerasan. Memperkuat upaya pemerintah desa dalam bina damai berkaitan erat dengan komitmen seluruh permangku kepentingan untuk memformulasikan kebutuhan pembangunan dengan mengintegrasikan hasil analisi konflik dalam proses perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pelestarian.
Pada bagian ini diperkenalkan beberapa teknik yang dapat digunakan dalam penyusunan RPJM Desa khususnya untuk mengkaji kondisi sosial dan dinamika perubahan masyarakat mencakup pemahaman terhadap konteks, perilaku dan sikap yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembangunan.
Hasil Pemetaan Konflik Desa Ciputri
Desa Ciputri yang terletak di daerah penyangga kawasan konservasi dan merupakan zona transisi dari kawasan Cagar Biosfer Cibodas dihuti oleh suku sunda. Secara umum potensi yang berada di wilayah desa ini sebagian besar adalah lahan pertanian, perkebunan dan ladang. Sedangkan konflik yang terjadi di wilayah Desa Ciputri sebagian besar adalah kepemilikan lahan pertanian yang saat ini dikuasai oleh pihak luar, sehingga peranan masyarakat untuk mengelola lahan pertanian tersebut sangat sulit. Selain itu tingginya ketergantungan masyarakat terhadap areal kawasan hutan perluasan TNGGP yang dijadikan sebagai ladang pertanian dengan cara tumpang sari. Kepemilikan Lahan oleh Pihak Luar. Kondisi saat ini di wilayah desa Ciputri khususnya kampong yang berbatsan dengan kawasan hutan TNGGP hampir 75% lahan pertanian dimiliki oleh pihak swasta/perusahaan yang diperuntukan untuk pengembangan buah strawberi dan tanaman bungan. Kepemilikan lahan oleh pihak luar ini banyak menimbulkan permasalahan antara masyarakat dan si pemilik lahan itu sendiri, karena pemilik lahan tidak pernah memperhatikan kondisi masyarakat disekitarnya.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 94
KAJIAN TERHADAP RPJMD Dalam sistem dan mekanisme perencanaan pembangunan, penyusunan RPJM Desa harus mengacu pada RPJMD (Kabupaten/Kota) sebagai dokumen perencanaan pembangunan jangka menengah kabupaten/kota dalam periode 5 (lima) tahun. RPJMD merupakan arah kebijakan pemerintah di tingkat kabupaten/kota yang berisi program prioritas dan penyenggaraan fungsi-fungsi pelayanan public dan perbantuan yang harus menjadi acuan bagi pemerintah desa dalam pelaksanaan pembangunan. Dalam rangka keseinambungan perencanaan, maka RPJMD lebih bersifat makro yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan jangka menengah di tingkat kabupaten/kota yang akan menjadi dasar dalam menentukan arah, strategi, kebijakan dan program pembangunan yan masuk dalam dokumen RPJM Desa.
Perlunya kajian terhadap RPJMD dalam penyusunan RPJM Desa untuk melihat hal-hal pokok yang perlu diintegrasikan dan dipertimbangkan oleh pemerintah desa dalam merumuskan kebijakan, strategi dan prioritas pembangunan 5 (lima) tahun ke depan agar terjadi sinkronisasi dan sinergitas dengan perencanaan di atasnya. Artinya keduanya menjadi suatu kesatuan perencanaan, karena banyak program atau kegiatan yang dirumuskan di tingkat kabupaten/kota bersumber dari usulan di tingkat kecamatan dan desa. Artinya keduanya menjadi satu kesatuan perencanaan, karena banyak program atau kegiatan yang dirumuskan di tingkat kabupaten/kota besumber dari usulan di tingkat kecamatan dan desa. Pemerintah kabupaten/ kota berupaya mereview dan mengkaji kebutuhan desa dengan mempertimbangkan tata ruang, pengembangan bidang/sector pelayanan di tingkat kabupaten/kota dengan pelayanan antar desa, desa dengan kecamatan dan antar kecamatan. Kebijakan Pembanguan Desa Ciputri
Ada dua materi pokok yang disajikan pada bagian ini. Materi pokok tersebut adalah arah kebijakan dan rencana aksi yang dituangkan dalam RPJMD untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dalam mendukung upaya pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas berbasis para pihak melalui 3 bidang utama, yaitu bidang pendidikan, bidang sosial budaya, dan bidang ekonomi. Pada dasarnya, RPJMD dilaksanakan untuk mencapai visi, misi, tujuan, dan sasaran yang sudah dirumuskan agar bisa tercapai dengan baik, tujuan, dan sasaran dari pemerintah kabupaten/kota ini harus mendapat dukungan dari berbagai pihak termasuk masyarakat. Selanjutnya dukungan semua pihak ini harus menjadi komitmen dan gerakan bersama guna mendukung upaya pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas berbasis parapihak. Arah Kebijakan Bidang Pendidikan
Arah kebijakan bidang pendidikan dalam menunjang Desa Ciputri menuju Desa Percontohan dalam Pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas terbagi kedalam 9 kebijakan, yaitu :
1) Meningkatkan program wajib belajar 9 dan 12 tahun. 2) Mengembangkan kurikulum, evaluasi dan implementasi kurikulum berbasis
pendidikan konservasi berdasarkan kebutuhan dan sumberdaya alam setempat.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 95
3) Melakukan sosialisasi nilai, manfaat, peranan dan strategi konservasi bagi masyarakat Desa Ciputri, dengan menggunakan semua perangkat pemerintahan daerah, baik secara langsung ataupun tidak langsung.
4) Melibatkan tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk menyampaikan pendidikan konservasi, baik secara langsung ataupun tidak langsung.
5) Membentuk kader konservasi dari berbagai latar belakang dan organisasi. 6) Meningkatkan peran serta perempuan dalam pendidikan konservasi. 7) Mengembangkan riset-riaset konservasi dalam rangka menyusun database
konservasi daerah. 8) Melakukan kerjasama konservasi pada tataran regional, nasional dan
internasional untuk meningkatkan dukungan dalam pencapaian desa berbasis pengelolaan cagar biosfer.
9) Membangun mekanisme insentif dan disinsentif bagi masyarakat, sebagai rangsangan dalam implementasi dalam kehidupan sehari-hari.
Arah Kebijakan Bidang Sosial Budaya
Arah kebijakan Pemerintahan Desa Langensari bagi pelaksanaan pengelolaan cagar biosfer cibodas yang merupakan salah satu alat untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan adalah sebagai berikut:
1) Membangun dan meningkatkan perilaku/pola hidup masyarakat yang dapat mendukung pelestarian sumberdaya alam melalui pelaksanaan program desa konservasi.
2) Meningkatkan peran serta dan kemitraan organisasi kemasyarakatan dan kelompok masyarakat dalam pelestarian sumberdaya alam guna mewujudkan cita-cita desa konservasi.
3) Meningkatkan dan mengembangkan serta mempertahankan budaya lokal (budaya pasundan).
4) Menyusun inventarisasi budaya lokal masyarakat diseluruh wilayah desa Ciputri sebagai dasar penyusunan perencanaan pengembangan budaya yang sejalan dengan konservasi dan pembangunan berkelanjutan.
5) Melestarikan dan mengembangkan budaya lokal masyarakat yang telah sejalan dengan nilai-nilai konservasi dan pembangunan berkelanjutan.
6) Mensosialisasikan nilai-nilai budaya lokal pro konservasi kepada seluruh lapisan masyarakat sebagai upaya pelestarian budaya tersebut.
7) Membangun budaya pro konservasi yang ditanamkan mulai sejak usia dini sebagai upaya membangun karakter generasi yang akan datang.
8) Melakukan interpretasi lingkungan terhadap obyek wisata alam (pertanian ramah lingungan dan perkebunan teh) dalam rangka membangun komunikasi antar objek dengan pengunjung wisata alam.
9) Membangun kampung konservasi sebagai model interaksi antara sosial budaya masyarakat dengan sumberdaya alam.
10) Melakukan promosi wisata budaya dan wisata yang tepat sasaran untuk menarik minat pengunjung wisata alam.
11) Membuat paket wisata yang kreatif dan menarik sebagai upaya meningkatkan kunjungan wisata dan pembelajaran pendidikan konservasi.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 96
12) Meningkatkan kapasitas konservasi penggiat wisata alam yang merupakan bagian dari upaya meningkatkan pengelolaan wisata alam sebagai suatu strategi konservasi.
Arah Kebijakan Bidang Ekonomi
Arah kebijakan Pemerintahan Desa Ciputri bagi pelaksanaan pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas yang merupakan salah satu alat untuk mewujudkan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan adalah sebagai berikut:
1) Membangun data dan informasi semua potensi sumber daya alam baik hayati dan non hayati yang terkandung di Desa Ciputri dan mengembangkannya agar menjadi lebih bermanfaat bagi terwujudnya pembangunan Desa Ciputri secara berkelanjutan.
2) Mengembangkan pembangunan hutan rakyat dan manfaatnya, baik manfaat ekonomi maupun manfaat jasa lingkungan, sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah penyangga dan pembangunan Desa Ciputri yang berkelanjutan.
3) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai sumberdaya alam sehingga akan memunculkan budaya pemanfaatan sumberdaya alam yang efektif dan efisien yang sangat membantu dalam menjamin kelestariannya.
4) Mengembangkan manfaat ekosistem hutan melalui pemanfaatan hasil hutan non kayu yang selama ini masih terabaikan dan masih didominasi oleh pemanfaatan hasil hutan berupa kayu sehingga terjadi perubahan cara pandang terhadap nilai ekonomi dari ekosistem hutan yang sangat berguna bagi kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat sekitar hutan, dan pembangunan Desa Ciputri yang berkelanjutan.
5) Mengoptimalkan nilai ekonomi dan manfaat sumberdaya alam dan ekosistemnya melalui pengembangan dan pemanfaatan ekowisata dan jasa lingkungan lainnya sehingga dapat memberikan peranan yang nyata bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pembangun Desa Ciputri yang berkelanjutan.
6) Meningkatkan ketahanan pangan melalui diversifikasi pangan dan pengembangan usaha pertanian yang lebih ramah lingkungan yang akan menjamin terjaganya keseimbangan ekosistem pertanian dan keanekaragaman jenis dan genetik tanaman pangan/pertanian.
7) Meningkatkan kembali keanekaragaman buah-buahan lokal yang selama ini mulai diabaikan sehingga Desa Ciputri dapat menjadi salah satu daerah penyedia materi keanekaragaman genetik buah-buahan setempat (desa unggulan).
8) Mengembangkan home industry masyarakat Desa Ciputri melalui peningkatan produk-produk kerajinan tangan yang berbahan baku sumber daya alam yang terbaharukan.
9) Menciptakan lingkungan yang nyaman melalui pengelolaan berbagai sampah dan barang-barang bekas menjadi produk atau barang-barang yang kembali berguna.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 97
10) Mengembangkan inkubasi usaha produktif melalui pengembangan peternakan Kambing, Domba dan kelinci dan memanfaatkan limbah kotoran ternak tersebut menjadi pupuk yang ramah lingkungan (organik).
11) Memperbaiki saran dan prasarana umum Desa Ciputri (jalan, MCK, dan fasilitas lainnya) guna mendukung kelancaran upaya pembangunan yang berkelanjutan.
KEBIJAKAN UMUMPEMBANGUNAN DESA CIPUTRI BERDASARKAN RPJMD
Kebijakan pembangunan Desa Ciputri Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur yang disusun pada periode kepemimpinan saat ini berpedoman pada Daftar Usulan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa (DU-RKP-Desa) yang diusulkan setiap tahun. Kebijakan pembangunan tersebut disinergiskan dengan perencanaan pembangunan Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Provinsi dengan mangacu pada RPJMK Kabupaten Cianjur. Dengan demikian, kebijakan pembangunan Desa Ciputri merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan pelaksanaan kebijakan pembangunan Kabupaten Cianjur dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Dalam melaksanakan program pembangunan kabupaten, Pemerintahan Desa Ciputri tentunya telah menetapkan visi terlebih dahulu dengan batasan waktu. Visi merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh suatu organisasi, lembaga, atau perusahaan di masa mendatang untuk menjamin keberlangsungan dan eksistensi jangka panjang. Pada periode 2013-2017, Desa Ciputri memiliki visi “Terciptanya masyarakat Desa Langensari dalam mewujudkan pembangunan jasmani dan rohani yang didasari dengan rasa iman dan taqwa”.
Untuk mewujudkan Visi Pembangunan Desa 2013-2017 tersebut diatas, Desa Ciputri telah menyusun 4 misi yang perlu ditempuh selama periode tersebut. Kedelapan misi yang harus ditempuh adalah : (1) Meningkatkan pembangun ekonomi berbasi pertanian; (2) Meningkatkan pendidikan, kesejehteraan dan kesehatan; (3) Meningkatkan bidang keagaamaan; dan (4) Mendorong program program konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan.
Desa Ciputri memiliki sumberdaya alam yang banyak, terutama jasa lingkungan; baik yang berupa sumber daya air, keanekaragaman hayati, maupun sumber daya wisata alam, sehingga visi yang disusun oleh Desa Ciputri berlandaskan pada pemanfaatan sumber daya alam secara lestari. Dalam misi yang perlu ditempuh oleh Desa Ciputri, konsep konservasi dan pembangunan berkelanjutan sudah dituangkan dalam misi nomor 4. Dalam misi nomor 4 tersebut, desa konservasi merupakan kerangka yang digunakan untuk melestarikan sumberdaya alam dan lingkungan hidup dengan berorientasi pada perlindungan, pengaweta, dan pemanfaatan secara lestari.
Visi dan misi tersebut dijabarkan kembali melalui visi, misi, tujuan, dan sasaran semua dinas/badan yang ada dilingkup Pemerintahan Kabupaten Cianjur. Mengingat kajian ini dibatasi pada bidang pendidikan, ekonomi, dan sosial dan budaya, bagian dibawah ini hanya menyajikan gambaran umum atas program-program yang sudah disusun oleh pemerintahan desa (tim kecil) yang terangkum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa) yang terkait dengan bidang pendidikan, bidang ekonomi, dan bidang sosial dan budaya. Rancangan ini juga ingin menguraikan tingkat keterkaitan antara program yang yang disusun oleh
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 98
Pemerintahan Desa Ciputri dengan konsep konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan yang mana akan menjadikan komitmen dan prioritas Pemerintahan Kabupaten Cianjur dalam mendukung upaya pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas sesuai yang dimandatkan oleh Gubernur Jawa Barat. Selain itu, bagian ini juga menyajikan kondisi umum dari ketiga bidang tersebut. Selanjutnya, kondisi ketiga bidang tersebut akan menjadi salah satu dasar dalam penyusunan program dalam rencana aksi implementasi pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas berbasis para pihak.
Bidang Pendidikan
Visi dan Misi
Visi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cianjur adalah “Terwujudnya masyarakat Cianjur yang terdidik, berbudaya, relegius dan siap apakai dalam pengembangan agrobisnis dan pariwisata. Untuk mewujudkan visi tersebut, telah ditetapkan misi sebagai berikut: 1. Meningkatkan profesionalisme SDM kependidikan yang berbudaya, relegius dan
berorientasi pada agrobisnis dan pariwisata. 2. Menetapkan multi metode pembelajaran yang dapat mengembangkan aspek
kognitif, afektif dan psikometrik secara proporsional. 3. Menyelenggarakan pendidikan jalur sekolah dan luar sekolah yang sesuai dengan
karakteristik masing-masing wilayah pengembnagan (Wibang Cianjur Utara, Wibang Cianjur tengah dan Wibang Cianjur selatan).
4. Meningkatkan mutu lulusan yang mampu melanjutkan pendidikan dan memasuki pasar kerja.
5. Meningkatkan partisipasi belajar melalui jalur sekolah dan luar sekolah dalam rangka penuntasan wajar Dikdas 9 tahun
Kondisi Bidang Pendidikan Bidang pendidikan merupakan bidang yang paling strategis untuk membangun sumberdaya manusia, khususnya di lingkup Pemerintahan Desa Ciputri guna menunjang upaya pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas. Secara umum, gambaran umum yang merupakan permasalahan pendidikan masyarakat di Desa Ciputri adalah sebagai berikut:
1. Tingginya putus sekolah yang diakibatkan oleh kurangnya tingkat kesadaran masyarakan akan pentinggnya pendidikan.
2. Kurangnya fasilitas gedung pendidikan 3. Jauhnya akses menuju sekolah 4. Mahalnya biaya sekolah 5. Belum ada gedung dan buku perpustakaan sekolah 6. Tenaga pendidik PAUD non honorer 7. Kurangnya penyuluhan secara berkesinambungan 8. Masih rendahnya kesempatan memperoleh pemerataan dan keadilan pendidikan 9. Masih rendahnya kualitas dan relevasi pendidikan 10. Masih rendahnya manajemen pendidikan disamping belum terwujudnya
kemandirian
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 99
Berdasarkan permasalah tersebut diatas, telah dirumuskan kebijakan prioritas pembangunan bidang pendidikan sebagai berikut: (a) pembuatan perdes wajib belajar 9 dan 12 Tahun; (b) pembangunan gedung PAUD dan Diniyah; (c) biaya sekolah gratis; (d) peningkatan sarana dan prasarana pendidikan; (e) penyedian buku perpustakaan; (f) pengajuan honor pengajar PAUD dan Diniyah; (g) penyediaan sarana transportasi masal untuk anak sekolah dasar; (h) peningkatan sumberdaya manusia; (i) penyedian peralatan marawis; (j) penyuluhan secara berkelanjutan; (k) pengembangan pendidikan non formal dan informal; (l) pengembangan kemitraan dengan dunia usaha dan dunia industri; (m) implementasi manajemen berbasis sekolah; (n) pelaksanaan broad base education dan life skill; dan (o) pengembangan PKBM. Kebijakan prioritas pada bidang pendidikan di Desa Ciputri dijabarkan melalui program kerja pada setiap tingkatan pendidikan.
F. Program Pendidikan Anak Usia Dini 1. Pembangunan sarana dan prasarana bermain 2. Pembangunan ruang kelas baru bagi TK 3. Pelatihan kompetensi tenaga pendidik TK 4. Pelatihan kompetensi tenaga pendidik Tutor PAUD 5. Publikasi dan sosialisasi Pendidikan Anak Usia Dini
G. Pendidikan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
1. Pembangunan Unit Sekolah Baru untuk SD 2. Penambahan Ruang Kelas Baru SD 3. Pengadaan sarana perlengkapan UKS (Unit Kesehatan SD) 4. Beasiswa siswa miskin tingkat SD 5. Pembangunan perpustakaan sekolah 6. Pengadaan alat praktek dan peraga siswa 7. Biaya penyelenggaraan SMP terbuka 8. Penyelenggaraan kejar paket B setara SMP 9. Penyelenggaraan akreditasi SD dan SMP 10. Pengadaan alat dan bahan laboratorium IPA SMP 11. Pendampingan BOS Kabupaten 12. Rehabilitasi gedung SD/MI 13. Rehabilitasi dan RKB Gedung SD/MI dan SMP/MTs 14. Penunjang dana Role Sharing rehab dan RKB SD/MI da SMP/MTs 15. Pengadaan buku-buku dan alat tulis siswa SD dan SMP 16. Pelatihan kompetensi pendidik TK 17. Pengembangan SD berbudaya lingkungan
H. Program Pendidikan Non Formal dan Informarmal (PNFI) 1. Pemberdayaan tenaga pendidikan non formal 2. Pemberian bantuan operasional pendidikan Non formal untuk pengembangan
PKBM 3. Pembinaan pendidikan kursus dan kelembagaan dalam bentuk pemberian
beasiswa kursus 4. Pengembangan pendidikan keaksaraan
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 100
5. Pengembangan pendidikan kecakapan hidup 6. Penyelenggaran sarana dan prasarana pendidikaan non formal bagi
pengembangan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) 7. Publikasi dan sosialisasi pendidikan nonformal dalam bentuk penyebarluasan
juknis, poster dan leaflet 8. Pemberdayaan Organisasi Mitra 9. Biaya Operasional Kegiatan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) 10. Pemetaan dan Verifikasi Data Kelembagaan Program PNFI 11. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan PNFI
I. Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
1. Peningkatan kompetensi tenaga pendidik SD 2. Peningkatan kompetensi tenaga pendidik SMP 3. Peningkatan kompetensi tenaga pendidik SMA dan SMK 4. Diklat kepala TK, SD, SMP, SMA, SMK dan Pengawas 5. Seleksi kepala TK, SD, dan SMP 6. Pelaksanaan sertifikasi pendidik 7. Pelaksanaan uji kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan 8. Seleksi guru kepala sekolah dan pengawas yang berprestasi dan berdedikasi
tinggi 9. Pembinaan kelompok kerja guru dan musyawarah guru mata pelajaran 10. Program pemetaan mutu pendidikan 11. Pendamping program BERMUTU
J. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan
1. Penerapan system dan informasi manajemen pendidikan 2. Penyusunan profil pendidikan dan statistik pedidikan 3. Penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga pengolah data tingkat kecamatan dan
persekolahan 4. Pengelolaan dan pengembangan Jejaring Pendidikan Nasional (JARDIKNAS) 5. Inventarisasi barang milik Negara sektor pendidikan 6. Penyediaan biaya penyelenggaraan pendidikan 7. Penyediaan biaya pembinaan siswa 8. Biaya ujian nasional, ujian sekolah dan penerimaan siswa baru 9. Sekolah berbudaya lingkungan 10. Stimulan sekolah berprestasi 11. Pembangunan gedung UPTD Kecamatan 12. Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pendidikan
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 101
Berdasarkan pemaparan diatas, pada bidang pendidikan belum tercermin strategi dan program kerja yang berhubungan langsung dengan bidang konservasi. Namun demikian, pada kurikulum pendidikan sudah termuat pendidikan lingkungan hidup yang merupakan kurikulum muatan lokal yang wajib dilaksanakan. Pendidikan lingkungan hidup yang merupakan kurikulum lokal tersebut sifatnya masih umum dan belum berbasis kebutuhan dan kondisi sumberdaya alam setempat. Oleh karena itu, masih perlu dikembangkan kurikulum pendidikan konservasi yang sifatnya spesifik dan berdasarkan kebutuhan dan kondisi sumberdaya alam setempat.
Bidang Ekonomi Visi dan Misi
Sebagaimana telah disebutkan pada bagian sebelumnya, konservasi keanekaragaman hayati dan pembangun berkelanjutan merupakan bagian dari visi dalam pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas. Melalui telaahan terhadap beberapa dinas/badan yang memiliki tanggung jawab atau keterkaitan terhadap bidang ekonomi, beberapa dinas telah menjadikan sumber daya alam yang lestari sebagai bagian dari visi yang ingin dicapai. Namun demikian, terdapat juga beberapa dinas/badan yang tidak menjadikan sumber daya alam yang lestari sebagai bagian dari visinya. Tabel 4.1. Beberapa dinas/badan yang dinilai terkait dengan bidang ekonomi yang ada dilingkup Pemerintahan Kabupaten Sukabumi
No Intansi Visi Misi
1 Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Mewujudkan Hutan Yang Lestari dan Perkebunan Yang Produktif Untuk Kesejahteraan Masyarakat
- Meningkatkan upaya rehabilitasi hutan dan lahan serta perlindungan sumberdaya hutan
- Meningkatkan produksi dan produktivitas perkebunan
- Meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya hutan dan perkebunan
- Meningkatkan kualitas dan kapasitas kelembagaan serta sumber daya manusia bidang kehutanan dan perkebunan
3 Dinas Pengelola Sumber Daya Air dan Pertambangan
Terwujudnya Pengelolaan Sumber Daya Air , Pertambangan, Energi dan Kegeologian yang profesional dan optimal untuk mewujudkan Cianjur yang lebih cerdas, sehat, sejahtera dan berakhlakul karimah "
- Meningkatkan Pelayanan kepada Masyarakat di Bidang Pengelolaan Sumber Daya Air, Pertambangan, Energi dan Kegeologian
- Meningkatkan Konservasi Sumber Daya Air Permukaan dan Air Bawah Tanah, Konservasi Pertambangan dan Energi.
- Mengembangkan Potensi Sumber Daya Air, Pertambangan dan Energi secara Optimal dan Berkesinambungan dengan tetap memperhatikan Daya Dukung Lingkungan.
- Meningkatkan Pengendalian Pemanfaatan Sumber Daya Air, Daya Rusak Air, Usaha Pertambangan dan Energi serta Bencana Geologi Lainnya.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 102
4 Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Terwujudnya Pembangunan Pertanian Berbasis Potensi Lokal yang Berwawasan Lingkungan melalui Agribisnis dan Agrowisata dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat (Tahun 2007 – 2011)
- Meningkatkan, menjaga dan memelihara keanekaragaman hayati yang mendorong/mendukung pembangunan pertanian.
- Meningkatkan produksi baik kualitas maupun kuantitas berbagai komoditas unggulan yang memiliki daya saing dan nilai ekonomis tinggi.
- Mendorong kemandirian dan peran serta petani, kelembagaan tani dan pengusaha pertanian dalam pembangunan pertanian.
- Optimalisasi sumber daya alam secara selektif dan berwawasan lingkungan.
- Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia secara optimal.
- Mendorong dan memfasilitasi masuknya investasi pembangunan dibidang agribisnis dan agrowisata di lahan pertanian.
5 Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan
Melalui Akselerasi Pembangunan Peternakan, Perikanan Dan Kelautan Kita Wujudkan Masyarakat Cianjur Yang Cerdas, Sehat, sejahtera Dan Berakhlakulkarimah
- Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat secara profesional dalam memfasillitasi pembangunan perikanan dan peternakan berbasis agribisnis, marinebisnis dan pariwisata berwawasan llingkungan.
- Memfasilitasi Penyediaan pangan protein asal ternak dan ikan yang cukup (kualitas, kuantitas).
- Menciptakan peluang ekonomi untuk meningkatkan pendapatan petani ternak, pembudidayaan ikan dan nelayan.
- Meningkatkan SDM Aparatur, peternak, pembudidayaan ikan, nelayan dan pelaku pasca panen, agar dapat menghasilkan jasa dan produk yang berdaya saing tinggi.
- Melestarikan dan memanfaatkan sumber daya alam pendukung yang dapat dijadikan komoditas agro-marine wisata
6 Dinas Koperasi UMKM
7 Dinas Kebudayaan, dan Pariwisata
Terwujudnya Kabupaten Cianjur sebagai tujuan wisata Alam dan wisata Budaya yang akan lebih bersinar dan lebih mempesona.
- Mewujudkan pembinaan, penataan, pengembangan dan pengelolaan kawasan wisata yang meliputi agrowisata budaya, wahana wisata budaya, tirta wisata budaya dan kekayaan serta keeragaman budaya daerah.
- Meningkatkan kualitas berkesenian dan apresiasi terhadap budaya daerah
- Memantapkan peran dan posisi
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 103
kabupaten Cianjur dalam forum kerjasama pembangunan kebudayaan antar Kabupaten/kota di Jawa Barat bahkan Nasional
- Meningkatkan nilai budaya yang bersumber pada nilai-nilai luhur budaya lokal Kabupaten Cianjur
- Meningkatkan pengelolaan Kebudayaan dikabupaten Cianjur meliputi upaya panggilan, perlindungan, pelestarian, pengembangan dan pemanfaatan budaya untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat
- Meningkatkan daya dukung pelayanan kesenian dan budaya Pariwisata ( sumber daya manusia dan System Informasi )
8 Dinas Pendapatan Terwujudnya Dinas Pendapatan daerah yang Profesional dalam Meningkatkan Pendapatan Daerah Utuk Menunjang APBD
- Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Aparatur yang professional.
- Meningkatkan pengelolaan Administrasi Pendapatan Daerah
- Meningkatkan potensi Pendapatan Asli Daerah
- Meningkatkan koordinasi internal dan eksternal
9 Dinas Kesehatan CIANJUR SEHAT 2011
- Pemberdayaan semua sector untuk mendukung akselerasi upaya kesehatan
- Melaksanakan Upaya Pelayanan Kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau
- Menciptakan lingkungan dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
- Menyelenggarakan Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
- Menggerakan potensi dan Sumber Daya Kesehatan
10 Dinas Tata Ruang dan Pemukiman
melaksanakan sebagai urusan pemerintah daerah di bidang penataan ruang, bangunan, perumahan dan permukiman, air bersih dan teknik penyehatan lingkungan pemukiman berdasarkan azaz otonomi dan tugas pembantuan, penataan bangunan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Dinas Tata Ruang dan Permikiman
- Perumusan kebijakan teknis dinas di bidang perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, evaluasi dan lapoan penyelenggara sebagai urusan pemerintah di bidang tata ruang, bangunan, perumuhan,dan permukiman, air bersih dan teknis penyehatan lingkungan sesuai dengan ketentuan dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku;
- Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum di bidang tata ruang, bangunan, perumuhan,dan permukiman, air bersih dan teknis penyehatan lingkungan sesuai dengan ketentuan dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku;
- Pembinaan dan Pelaksanaan tugas
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 104
dinas dalam menyelenggarakan sebagai urudan pemerintah di bidang tata ruang, bangunan, perumuhan,dan permukiman, air bersih dan teknis penyehatan lingkungan sesuai dengan ketentuan dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku;
- Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsi Dinas.
11 Badan Lingkungan Hidup
Terkendalinya pemanfaatan potensi sumber daya alam dan terlestarikannya lingkungan hidup di Kabupaten Cianjur dalam mendukung pembangunan berkelanjutan melalui peningkatan kapasitas pengelola dan peran serta masyarakat menuju Cianjur lebih cerdas, sehat, sejahtera, dan berakhlaqulkarimah
- Mengendalikan pemanfaaatan potensi sumber daya alam.
- Mempertahankan kualitas fisik lingkungan baik air, udara maupun tanah.
- Membangun partisipasi aktif masyarakat dalam mengelola lingkungan hidup sebagai salah satu cermin prilaku berakhlaqul karimah.
- Meningkatkan profesionalisme aparatur dan penataan kelembagaan daerah yang rasional, efektif, dan realistis.
- Mendorong tegaknya supremasi hukum dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
12 Dinas PU BinaMarga
Terwujudnya jaringan transportasi jalan yang menunjang Kabupaten Cianjur menjadi Pusat Agrobisnis dan Pariwisata andalan Jawa Barat
- Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di sektor prasarana jalan.
- Mendorong kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam upaya memenuhi kebutuhan jalan.
- Memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap jalan.
- Meningkatkan kualitas jalan sesuai dengan kebutuhan.
Kondisi Bidang Ekonomi
Sebagian besar masyarakat Desa Ciputri dalam memenuhi kebutuhan hidup dan sumber pendapatannya berasal dari pemanfaatan sumberdaya alam. Sumber pendapatan masyarakat Desa Ciputri dapat berupa penjualan hasil pertanian, penjualan hasil perkebunan, penjualan hasil kehutanan, penjualan hasil peternakan dan perikanan, perdagangan, buruh, dan pegawai negeri sipil. Koperasi merupakan salah sarana perekonomian kerakyatan yang dapat membantu dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Cianjur, namun saat ini wadah koperasi yang sudah dibentuk di Desa Ciputri belum berjalan secara maksimal karena dipengaruhi oleh faktor kepengurusan dan manajemen koperasi yang belum maksimal.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 105
Bidang Sosial dan Budaya
Visi dan Misi
Sebagaimana konsep pembangunan berkelanjutan skala nasional, sosial dan budaya merupakan aspek yang tidak bisa dilepaskan dalam pembangunan daerah. Dengan kata lain, aspek sosial dan budaya harus diintegrasikan ke dalam pembangunan Desa Ciputri yang berkelanjutan. Intansi pemerintah yang memiliki tugas pokok dalam menangani aspek sosial adalah Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, dan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (BPMD). BPMD mempunyai tugas pokok membantu bupati dalam melaksanakan sebagian kewenangan daerah di bidang pemberdayaan masyarakat dan desa. BPMD memiliki visi “Terwujudnya desa yang mandiri dan berkembang yang didukung oleh peran serta masyarakat dalam pembangunan”. Sementara itu, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja memiliki visi “Tercapainya kesejahteraan melalui masyarakat yang mandiri dan kompeten”. Selanjutnya, masing-masing Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dan BPMD telah menyusun beberapa misi untuk mewujudkan visi-visi tersebut. Visi dari kedua dinas/badan juga secara eksplisit tidak mencantumkan pelestarian sumber daya alam bagian dari visi yang ingin dicapai oleh kedua dinas/badan tersebut.
Sedangkan untuk Bidang Budaya di Kabupaten Cianjur pengelolaannya berada dibawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, sehingga visi dan misi yang dijadikan acuan adalah Visi “Terwujudnya Kabupaten Cianjur sebagai tujuan wisata Alam dan wisata Budaya yang akan lebih bersinar dan lebih mempesona.” dan Misi adalah Mewujudkan pembinaan, penataan, pengembangan dan pengelolaan kawasan wisata yang meliputi agrowisata budaya, wahana wisata budaya, tirta wisata budaya dan kekayaan serta keeragaman budaya daerah, Meningkatkan kualitas berkesenian dan apresiasi terhadap budaya daerah, Memantapkan peran dan posisi kabupaten Cianjur dalam forum kerjasama pembangunan kebudayaan antar Kabupaten/kota di Jawa Barat bahkan Nasional, Meningkatkan nilai budaya yang bersumber pada nilai-nilai luhur budaya lokal Kabupaten Cianjur, Meningkatkan pengelolaan Kebudayaan di Kabupaten Cianjur meliputi upaya panggilan, perlindungan, pelestarian, pengembangan dan pemanfaatan budaya untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat, dan Meningkatkan daya dukung pelayanan kesenian dan budaya pariwisata (sumber daya manusia dan system informasi)
PERAN CAGAR BIOSFER CIBODAS BAGI PEMERINTAHAN DESA CIPUTRI
Cagar Biosfer Cibodas memiliki peranan yang sangat penting bagi pembangunan suatu Negara atau daerah, termasuk Kabupaten Cianjur. Sumberdaya alam merupakan modal bagi pembangunan daerah atau Negara. Bagi Negara Indonesia, minyak bumi dan sumber daya hutan berupa kayu pernah menjadi salah satu sumber pendapatan Negara yang sangat besar pula. Pada beberapa propinsi atau kabupaten di Indonesia, sumber daya alam berupa batubara telah menjad sumber pendapatan utama daerah. Namun, kondisi di lapangan menunjukan bahwa pemanfaatan terhadap sumberdaya alam seperti kayu dan batu bara telah banyak menimbulkan kerusakan lingkungan; seperti yang terjadi di Pulau Kalimantan dan Sumatera. Hal tersebut karena pemanfaatan yang terjadi kurang memperhatikan dampak ke depan
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 106
dan lebih mengutamakan keuntungan jangka pendek. Oleh karean itu, konsep pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas bagi Pemerintahan Desa Ciputri dan Pemerintah Kabupaten Cianjur pada khususnya merupakan alat untuk mewujudkan pembangunan daerah berkelanjutan dengan tetap berbasis pemanfaatan sumber daya alam secara lestari. Dengan demikian, pemanfaatan sumber daya alam yang sebanyak-banyaknya untuk generasi yang selama-lamanya sangat berguna bagi pembangunan Pemerintahan Desa Ciputri yang berkelanjutan. Hal yang harus diperhatikan dari produksi sumber daya alam adalah sentuhan teknologi. Adanya sentuhan teknologi dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi dari komoditas yang dihasilkan. Oleh karena itu, peningkatan kemampuan masyarakat serta penyediaan teknologi dalam mengolah produk-produk yang dihasilkan sangat diperlukan. Sumber Daya Kehutanan dan Perkebunan di Desa Ciputri
Salah satu sumber daya alam yang dapat menjadi modal bagi pembangunan Desa Ciputri adalah sumber daya kehutanan dan perkebunan. Namun, pemerintahan Desa Ciputri hingga saat ini belum memanfaatkan sumber daya hutan dan kebun secara maksimal. Pemanfaatan sumber daya hutan umumnya masih terbatas pada pemanfaatan lahan/kayu. Padahal, sumber daya yang terkandung di dalam hutan tidak hanya lahan/kayu. Demikian juga sumber daya perkebunan, pemanfaatannya masih terbatas pada beberapa komoditas tertentu dan tampaknya juga belum maksimal.
Desa Ciputri memiliki kawasan hutan Negara seluas 38 ha, persawahan 200,379 ha, kawasan perkebunan 81,220 ha, dan Hutan Rakyat a. Hutan Taman Nasional dikelola oleh Kementerian Kehutanan dan hutan rakyat dikelola oleh masyarakat karena berada pada lahan milik. Meski dikelola oleh atau berada di bawah pengawasan pemerintah pusat, pemerintahan Desa Ciputri dan masyarakat dengan berbagai pendekatan masih bisa mendapatkan manfaat yang besar dari taman nasional, dan hutan lindung lainnya. Sumber Daya Pertanian, Peternakan, dan Perikanan di Desa Ciputri
Sumber daya lainnya yang dapat menjadi modal pembangunan Desa Ciputri berkelanjutan melalui konsep pelestarian keragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan adalah pertanian, peternakan, dan perikanan. Komoditas pertanian komersial yang berupa tanaman pangan masih terbatas pada 4 jenis. Jenis-jenis tersebut adalah padi sawah, jagung, ubi jalar, dan ubi kayu. Jenis yang memiliki produksi paling tinggi adalah wortel. Selain empat jenis tersebut, komoditas pertanian berupa tanaman sayuran dapat berupa kembang kol, kacang panjang, cabe besar, cabe rawit, tomat, brokoli, dll. Jenis yang memiliki produksi paling tinggi adalah brokoli dan bawang daun. Selain jenis-jenis tersebut, masyarakat juga sudah memproduksi jenis sayuran lainnya seperti terong dan ketimun. Sebagimana komoditas pertanian tanaman pangan, intenssifikasi dan diversifikasi komoditas tanaman sayuran juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat Desa Ciputri. Jenis hewan ternak yang selama ini sudah dibudidayakan oleh masyarakat Desa Ciputri adalah kambing, domba, ayam buras, ayam petelur, ayam pedaging, dan kelinci. Sedangkan dari sektor perikanan, jenis yang dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat adalah ikan mas, mujair, gurame, nila, dan lainnya.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 107
Sumber Daya Air di Desa Ciputri
Desa Ciputri memiliki sumber daya air yang cukup besar. Desa Ciputri memiliki sumber daya air dengan debit air rata-rata 3-5 detik yang diperuntukan sebagai sumber air baku bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Keindahan Bentang Alam di Desa Ciputri
Potensi lainnya yang dimiliki Desa Ciputri adalah keindahan alam. Potensi ini dapat dikembangkan untuk kegiatan wisata alam dan pada beberapa tempat kegiatan wisata alam sudah dilakukan. Bentang alam yang indah tersebar di setiap wilayah kedusunan sarongge girang. Bentang alam tersebut umumnya dipadukan dengan keberadaan perkebunan teh, hamparan ladang pertanian, kebun strawberry, kebun murbei, jamur, peternakan kambing dan kelinci, pembuatan kain sutra, bumi perkemahan, air terjun, dan potensi lainnya. Saat ini, pengembangan wisata alam secara intensif masih terbatas pada kegiatan petualangan “bersepeda gunung dan jugle walk” pada objek-objek yang berada pada kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (program adopsi pohon). Pengembangan daerah wisata di berbagai wilayah yang memiliki potensi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan desa itu sendiri.
Pemanfaatan sumber daya alam yang berupa kegiatan wisata memiliki kelebihan dibandingkan dengan pemanfaatan sumber daya alam hayati, terutama berupa kayu atau lahan. Hal tersebut karena sumber daya yang dimanfaatkan dalam kegiatan wisata alam berupa jasa lingkungan, sehingga tingkat kerusakan terhadap sumber daya alam dapat dikurangi bahkan dihindari. Oleh karena itu, pemanfaatan sumber daya alam berupa jasa lingkungan sangat menunjang bagi implementasi program konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan yang merupakan salah satu alat untuk mewujudkan pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas yang terpadu dan berkelanjutan. Sumber Daya Manusia di Desa Ciputri
Implementasi pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan harus ditunjang dengan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Hal tersebut karena sumber daya manusia yang berkualitas dapat menjadi salah satu penentu keberhasilan dari pelaksanaan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, sumber daya manusia yang berkemampuan tinggi harus dipersiapkan. Sumber daya manusia pada lingkup masyarakat Desa Ciputri umumnya sudah baik dan memiliki banyak pengalaman, meski tidak ada salahnya jika kapasitasnya lebih ditingkatkan lagi. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan d beragam persepsi dan pemahaman terhadap konsep Cagar Biosfer Cibodas. Oleh karena itu, hal penting yang harus dilakukan dalam implementasi strategi Cagar Biosfer Cibodas adalah penyamaan persepsi mengenai konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan itu sendiri.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 108
Peningkatan kapasitas sumber daya manusia penting dilakukan pada lingkup pemerintahan desa dan kelompok masyarakat. Mengingat masyarakat umumnya lebih banyak tahu tentang pengelolaan sumber daya alam, maka peningkatan kapasitas lebih diarahkan untuk merubah aktivitas pemanfaatan sumber daya alam yang lebih ramah lingkungan. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang dapat menunjang program Cagar Biosfer Cibodas atau pemanfaatan sumber daya alam yang ramah lingkungan dapat dilakukan melalui berbagai cara atau pendekatan. Cara lainnya yang dilakukan diantaranya pemberian pelatihan dan kursus-kursus singkat tentang bidang-bidang yang dapat menunjang pelaksanaan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan. Lembaga Pelaksana dan Penanggung Jawab di Desa Ciputri
Disadari bahwa pelaksanaan program Cagar Biosfer Cibodas melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu, diperlukan suatu lembaga yang dapat menjadi wadah bagi para pihak yang terlibat dalam program pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas di tingkat masing-masing kabupaten. Keberadaan lembaga sangat berguna dalam memudahkan koordinasi dengan para pihak. Pada level dinasi/badan, pemerintah daerah (bupati) perlu menunjuk suatu dinas/badan sebagai koordinator pelaksana, dan yang lebih memungkinkan adalah Bappeda. Pihak yang duduk dalam lembaga atau wadah tersebut harus terdiri dari para pihak yang berasal dari berbagai instansi. Keterlibatan semua dinas/badan dimaksudkan agar semua dinas memiliki komitmen dan pemahaman yang sama dalam melaksanakan pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas yang merupakan salah satu alat dalam mewujudkan pembangunan kabupaten secara berkelanjutan. Keterlibatan setiap dinas/badan juga dimaksudkan untuk menghilangkan anggapan bahwa pelaksanaan program Cagar Biosfer Cibodas hanya tanggung jawab dinas tertentu saja; menghilangkan ego sektoral. Kebijakan level dinas/badan di Kabupaten Cianjur yang lebih menitikberatkan tugas pokok dan fungsi karena kurangnya koordinasi menyebabkan kebijakan yang sifatnya terintegrasi cenderung stagnasi. Hal tersebut ditandai dengan keluarnya berbagai ijin yang bertentangan dengan konsep Cagar Biosfer Cibodas. Sementara itu, kebijakan pemerintah kabupaten juga seringkali berhenti pada tingkat dinas atau kecamatan. Dengan kata lain, kebijakan yang ada seringkali tidak sampai pada tingkat desa, terlebih lagi tingkat anggota masyarakat. Oleh karena itu, lembaga atau wadah pelaksana program Cagar Biosfer Cibodas harus juga dibuat pada tingkat kecamatan, desa/kelurahan, dan dusun atau RW. Wadah pelaksanaan Cagar Biosfer Cibodas sebaiknya mengoptimlakan lembaga pemerintahan yang sudah ada (untuk tingkat kecamatan dan desa). Optimalisasi dan pembentukan wadah tersebut dilakukan agar program Cagar Biosfer Bibodas dapat diteruskan hingga tingkat masyarakat sehingga bisa dilaksanakan di lapangan. Sebagaimana pada level dinas/badan, lembaga Cagar Biosfer pada tingkat kecamatan dan desa juga harus memiliki koordinator. Koordinator pelaksana kabupaten konservasi pada tingkat kecamatan dapat dilakukan oleh Camat, dan pada tingkat desa dapat dilakukan oleh Kepala Desa. Dengan demikian, program Cagar Biosfer Cibodas dapat menjadi bagian yang terintegrasi dengan program kerja pemerintah kecamatan dan pemerintah desa, yang merupakan kepanjangan tangan dari pemerintah kabupaten.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 109
PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR
KECAMATAN PACET
DESA CIPUTRI
Alamat : Jalan Perkebunan Teh BPTK Sarongge Ciputri
RANCANGAN PERATURAN DESA CIPUTRI
KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR
PERATURAN DESA
NOMOR : TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM-DESA)
DESA CIPUTRI PERIODE 2013 - 2017
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA CIPUTRI
a. bahwa dalam rangka RPJM-Desa perlu dibuat Peraturan Desa yang
merupakan landasan hukum untuk mengatur kebijakan-kebijakan
perencanaan pembangunan desa;
b. bahwa untuk menertapkan RPJM-Desa sebagaimana dimaksud huruf a,
diperlukan adanya Peraturan Desa:
c. bahwa untuk menjabarkan dan melengkapi peraturan tersebut
diperlukan Keputusan Kepala Desa;
d. bahwa dalam menjalankan kebijakan tersebut, diperlukan rekomendasi
dan petunjuk teknis.
1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia 4389);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
4421);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4437), sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Menimbang :
Mengingat :
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 110
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia 4844);
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia 4438);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana
Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3988);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia 4857);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah Daerah Provinsi Dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4737);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007, Tentang Kader
Pemberdayaan Masyarakat;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2007, Tentang
Pedoman Penyusunan dan Pendayagunaan Data Profil
Desa/Kelurahan;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007, Tentang
Pengelolaan Keuangan Desa;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007, Tentang
Perencanaan Pembangunan Desa;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2007, Tentang
Pendataan Program Pembangunan Desa/Kelurahan;
13. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 03 Tahun 2001 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cianjur;
14. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 07 Tahun 2008 tentang
Pedoman Penyusunan Organisasi dan tata kerja Pemerintahan Desa;
15. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 08 Tahun 2008, tentang
Pedoman Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di
Desa, Kelurahan dan Kecamatan;
16. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 08 Tahun 2006, tentang
Lembaga Kemasyarakatan.
17. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota Cianjur Nomor 07 Tahun 2008,
tentang Organisasi Pemerintahan Daerah dan Pembentukan Organisasi
Perangkat Daerah Kabupaten Cianjur.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 111
Dengan Persetujuan Bersama
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA CIPUTRI
Dan
KEPALA DESA CIPUTRI
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DESA TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH DESA (RPJM-DES)
CIPUTRI TAHUN 2013 - 2017
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Desa disini yang dimaksud :
(1) Daerah adalah Kabupaten Cianjur.
(2) Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur.
(3) Bupati adalah Bupati Cianjur.
(4) Desa adalah Desa Ciputri.
(5) Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkatnya.
(6) Badan Permusyawaratan Desa adalah Badan Permusyawaratan Desa Ciputri.
(7) Peraturan Desa adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibuat bersama dengan
Badan Permusyawaratan Desa dengan Kepala Desa Ciputri.
(8) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Des) adalah rencana
pembangunan dalam jangka waktu menengah 5 (lima) tahun kedepan.
(9) Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP-Des) adalah penjabaran dari RPJM-Des untuk
jangka waktu 1 (satu) tahun kedepan.
(10) Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) adalah rencana anggaran tahunan
keuangan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintahan
Desa dan BPD, yang ditetapkan dengan Peraturan Desa.
(11) Visi adalah pandangan tentang bagaimana desa akan diinginkan.
(12) Misi adalah pernyataan tentang sesuatu yang harus dilaksanakan sehingga visi akan
dapat tercapai secara efektif dan efisien.
BAB II
SISTEMATIKA PENYUSUNAN
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA
(RPJM-Des)
Pasal 2
(1) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Ciputri Tahun 2013-2017 disusun secara
sistematis sebagai berikut ;
Bagian Pertama : Pendahuluan
Bagian Kedua : Profil Desa
Bagian Ketiga : Potensi dan Masalah
Bagian Keempat : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 112
Bagian Kelima : Penutup
(2) Sistematika sebagaimana dimaksud pada poin (1) merupakan landasan dan pedoman bagi
pemerintah desa untuk penyusunan RPJM-Desa dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dengan Peraturan Desa ini.
Pasal 3
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Ciputri Tahun 2013- 2017 merupakan landasan dan pedoman bagi Pemerintah Desa dalam melaksanakan pembangunan selama 5 (lima) tahun.
Pasal 4
Berdasarkan Peraturan Desa Langensari disusun Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP-Des) yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa yang merupakan penjabaran dari RPJMDes yang selanjutnya disusun dalam APB-Des.
Pasal 5
Pelaksanaan pembangunan dapat mengalami perubahan dari RPJM-Des karena adanya bencana alam secara tiba-tiba dan atau keadaan darurat lainnya.
Pasal 6
Hal-hal lain yang belum cukup diatur dalam peraturan RPJM-Desa ini akan diatur oleh
Keputusan Kepala Desa.
Pasal 7
Peraturan Desa tentang RPJM_Desa ini mulai berlaku pada saat diundangkan. Agar setiap
orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan Desa ini dengan
menempatkannya dalam lembaran desa.
Ditetapkan di Desa Ciputri
Pada tanggal Desember 2012
KEPALA DESA CIPUTRI,
ttd
(ENTIN KARTINI)
Diundangkan di Desa
Pada tanggal Desember 2012
SEKRETARIS DESA CIPUTRI,
ttd
(DEKI AFRIZAL, SE)
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 113
PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR
KECAMATAN PACET
DESA CIPUTRI
Alamat : Jalan Perkebunan Teh BPTK Sarongge Ciputri
KEPUTUSAN KEPALA DESA CIPUTRI
KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR
NOMOR : TAHUN 2012
TENTANG
PEMBENTUKAN TIM PERUMUS UNTUK PENYUSUNAN
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM-DES)
TAHUN 2013 - 2017
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA CIPUTRI
Membaca : Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor : 414.2 /1408/PMD, Tanggal 31
Maret 2010 Tentang Petunjuk Teknis Perencanaan Pembangunan Desa.
a. Bahwa untuk melakukan kegiatan pembangunan di Desa Ciputri dirasa
perlu membuat suatu perencanaan pembangunan berskala yang disebut
dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa)
untuk anggaran 5 (lima) tahun kedepan periode 2013 - 2017 untuk
mencapai Visi dan Misi Desa sesuai dengan program yang telah
disiapkan dan disepakati bersama.
b. bahwa untuk melaksanakan penyelenggaraan Rencana Pembangunan
Desa pada poin (a) diatas dipandang perlu membentuk Tim Perumus
untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
(RPJM-Desa) Tahun 2013-2017 yang ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Desa Ciputri.
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Menimbang :
Mengingat :
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 114
Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-
Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005, tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005, tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006, tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4664);
7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130 Tahun 2003, tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Dalam Negeri;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007, tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007, tentang Kader
Pemberdayaan masyarakat;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2007, tentang
Pedoman Penyusunan dan Pendayagunaan Data Profil
Desa/Kelurahan;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007, tentang
Perencanaan Pembangunan Desa;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2007, tentang
Pendataan Program Pembangunan Desa/Kelurahan;
13. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 03 Tahun 2001 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cianjur;
14. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 07 Tahun 2008 tentang
Pedoman Penyusunan Organisasi dan tata kerja Pemerintahan Desa;
15. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 08 Tahun 2008 tentang
Pedoman Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di
Desa, Kelurahan dan Kecamatan;
16. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 08 Tahun 2006, tentang
Lembaga Kemasyarakatan.
17. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota Cianjur Nomor 07 Tahun 2008,
tentang Organisasi Pemerintahan Daerah dan Pembentukan Organisasi
Perangkat Daerah Kabupaten Cianjur
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 115
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Keputusan Kepala Desa Ciputri Tentang Pembentukan Anggota Tim
Perumus Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-
Desa) Desa Ciputri Periode 2013 - 2017.
Kedua : Mengangkat Saudara yang namanya tersebut dalam daftar lampiran
Keputusan ini sebagai Anggota Tim Perumus Untuk Menyusun Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa) Desa Ciputri (daftar
nama terlampir).
Ketiga : Masa Tugas Tim Perumus Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa (RPJM-Desa) terhitung sejak diterbitkannya Surat Keputusan
ini sampai dengan di tetapkannya Perdes tentang RPJM-Des oleh Kepala
Desa kepada BPD.
Ditetapkan di : Ciputri Pada tanggal : Desember 2012 KEPALA DESA CIPUTRI, ttd (ENTIN KARTINI)
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 116
PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR
KECAMATAN PACET
DESA CIPUTRI
Alamat : Jalan Perkebunan Teh BPTK Sarongge Ciputri
NAMA-NAMA TIM PERUMUS
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA
(RPJM-DES) DESA CIPUTRI
PERIODE 2013-2017
No Nama Jabatan
1 Entin Kartini Kepala desa
2 Wawan Anggota
3 Firman Anggota
4 Nana Anggota
5 Maman Anggota
6 Dadi H Anggota
7 Esman S Anggota
8 H Udin S Anggota
9 A Adyaatmadja Anggota
19 Tati Anggota
11 Mia N Anggota
12 Deki Anggota
13 Neng Asri Anggota
14 Gatot S Anggota
15 Jaenudin Anggota
16 Eten Anggota
17 Dudin Anggota
Ditetapkan di : Ciputri Pada tanggal : Desember 2012 KEPALA DESA CIPUTRI, ttd
(ENTIN KARTINI
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 117
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM DES) DESA CIPUTRI KEC. PACET KAB. CIANJUR SEBAGAI “ PILOT PROJECT “ DALAM PENGEMBANGAN PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER CIB ODAS
No Urusan
Wajib Jenis Kegiatan Tujuan Lokasi Waktu Pelaksanaan
Biaya/Sumber
Dana Keterangan
2013 2014 2015 2016 2017 Jumlah /Rp. Sumber Ranking
Prioritas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
I Pendidikan
- Sosialisasi terhadap masyarakat
- Penyuluhan - Advokasi - Pertemuan komite
sekolah dengan pemerintahan desa
Agar masyarakat mengerti pentingnya pendidikan
Setiap
RW/RT 25.000.000 APBD 2
II Kesehatan
- Sosialisasi kepada masyarakat
- Penyuluhan - Advokasi - Orientasi bagi toma,
toga - Membangun
posyandu
- Agar derajat kesehatan masyarakat lebih meningkat - Agar setiap
kegiatan di bidang kesehatan lebih nyaman
- Setiap RT/RW, posyandu majelis ta’lim
- Di RW 01
Tungilis
31.000.000
25.000.000
APBD
APBD
2
III Pertanian Diklat bagi petani
Agar meningkatkan pengetahuan para petani
BPP 13.500,000 APBD 2
IV Peternakan - Diklat bagi peternak - Study banding
- Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi peternak
- Meningkatkan pendapatan membuka peluang pasar
Desa Ciputri 100.000.000 APBD 2
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 118
V Sarana dan
Prasarana
1) Pengerasan dan pengaspalan jalan desa
2) Kantor desa
- Untuk memperlancar perhubungan dan ekonomi - Untuk
meningkatkan pelayanan masyarakat
- Sarongge-Loji
- Jalan Sarongge Girang,
- Jl. Tungilis
300.000.000 15.000.000 300.000.000 150.000.000 500.000.000 150.000.000
APBD dan
Swadaya 1
Irigasi Saluran Air Bersih
- Legok Majalaya - Ciherang - Tungilis
- RW 05
250.000.000
150.000.000
APBD dan
Swadaya 1
VI Lingkungan
Hidup
- Penanggulangan pembuangan sampah
- Sosialisasi - Pelatihan - Pembuatan kompos
organik - Pengelolaan sampah
anorganik
- Mengurangi wabah penyakit - Pembuatan
pupuk organik - Pembuatan
kerajinan - Meningkatkan
kesehatan - Menjaga
kebersihan
Desa Ciputri 250.000.000 APBD 1
V Kehutanan Aktivitas penggarap di area kawasan
Penyadaran dan sosialisasi petani untuk segera meninggalkan hutan
TNGGP 25.000.000 1
VI
Koperasi
dan Usaha
Masyarakat
Minimnya Permodalan
Untuk meningkatkan ekonomi masyarakat
Desa Ciiputri 500.000.000 APBD 1
VII Pariwisata
- Belum mempunyai ciri khas seni dan budaya
- Pengembangan produk unggulan
- Mengangkat seni budaya sunda
- Meningkatkan
Desa Ciputri 150.000.000 APBD 2
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 119
produk unggulan desa berdasarkan potensi yang ada
IX Kepemerint
ahan Pendidikan dan latihan
- Agar meningkat pengetahuan RT/RW dan meningkatkan kinerja kerja
- Meningkatkan pengetahuan aparat desa
Desa Ciputri Desa Ciputri
22.000.000
25.000.000
2
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 120
PROFIL DESA LANGENSARI KEC. SUKARAJA KAB. SUKABUMI
KONDISI UMUM
DESA LANGENSARI KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN SUKABUMI
Geografi dan Demografi Desa Langensari terletak di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat yang memiliki luas wilayah 454 Ha. Jumlah penduduk Desa Langensari sebanyak 9.393 jiwa yang terdiri dari 4.750 laki-laki dan 4.643 perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 2.826KK.. Batas-batas administratif pemerintahan Desa Langensari Kecamatan Sukaraja sebagai berikut:
• Sebelah Utara : Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
• Sebelah Selatan : Desa Pasir Halang
• Sebelah Barat : Desa Cisarua dan Limbangan
• Sebelah Timur : Desa Margaluyu dan Salaawi
Dilihat dari tofografi dan kontur tanah, Desa Langensari Kecamatan Sukaraja secara umum berupa daratan dan sawah yang berada pada ketinggian antara 700 m s/d 1200 m diatas permukaan laut (dpl) dengan suhu rata-rata berkisar antara 22 s/d 320
Celcius. Desa Langensari terdiri dari 4 (Empat) Dusun, 15 (Lima Belas) orang Rukun Warga (RW) dan 50 (Lima Puluh) orang Rukun Tetangga (RT). Sedangkan untuk mencapai desa dari ibu kota Kabupaten Sukabumi 68 km persegi dengan waku tempuh 120 menit dan ibu kota Kecamatan Sukaraja 5 km persegi dengan waktu tempuh 30 menit dengan menggunakan transportasi darat. Transportasi yang biasa dipergunakan masyarakat berupa kendaran roda dua dan roda empat. Keadaan Sosial Budaya Dalam bekerja, umumnya perempuan dan laki-laki bekerja bersama-sama dan tidak berubah dari dulu sampai sekarang. Beberapa pekerjaan yang dilakukan perempuan selain pekerjaan rumah tangga adalah bertani, pemetik teh dan buruh tani. Dari agama, sebagian besar masyarakat desa beragama Islam. Agama Islam berpengaruh kuat pada budaya masyarakat.
Keadaan Ekonomi Mata pencaharian utama masyarakat Desa Langensari Kecamatan Sukaraja dalam memenuhi ekonomi sehari-hari terdiri dari:
Potensi Jumlah Potensi Jumlah
Petani 2341 orang Nelayan 0
Buruh Tani 3148 orang Montir 0
Pedagang 0 Peternak 5 orang
PNS 112 orang Pertukangan 246 orang
TNI/Polri 8 orang Pemulung 5 orang
Karyawan Swasta 112 orang Lain-lain -
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 121
Keadaan Sarana dan Prasarana Umum Sarana Pendidikan Sarana pendidikan umum yang terdapat di Desa Langensari Kecamatan Sukaraja meliputi:
Sarana Jumlah Sarana Jumlah
Paud 4 unit SLTP 1 unit
Taman Kanak-kanak 1 unit SLTA/ SMK -
Sekolah Dasar (SD) 3 unit Perguruan Tinggi -
MI 1 unit Lainnya -
MTs 1 unit
Sedangkan untuk jumlah tenaga pengajar terdiri dari :
Tenaga Jumlah Tenaga Jumlah
Taman Kanak-kanak/ PAUD
- SLTP/ MTs 10 orang
Sekolah Dasar (SD) 30 orang SLTA/ SMK -
MI 6 orang Sarana Kesehatan Sarana kesehatan yang ada di desa Langensari meliputi:
Sarana Jumlah Sarana Jumlah
Puskesmas - Dokter Praktek 1 orang
Puskesmas Pembantu - Bidan 1 orang
Polides - Perwat 5 orang
Balai Pengobatan/ Klinik - Petugas Gizi Keliling -
Dokter Rumah Sakit 1 orang Dukun Bayi Terlatih -
Posyandu 10 unit Sarana dan Prasana Ekonomi
Sarana Jumlah Sarana Jumlah
Bank - Raksa Desa -
Koperasi Unit Desa - Toko/ Warung -
Pasar - GOR 1 unit
BUMDES 1 unit Lapangan sepak Bola 1 unit
Industri Rumah Tangga - Lapangan Bola Volly 1 unit
Perusahaan Kecil - Lapangan Bulu Tangkis 3 unit
Perusahaan Besar - Prasarana Desa
Sarana Jumlah Sarana Jumlah
Mesjid 21 unit Vihara -
Mushola 56 unit Pura -
Madrasah - Pesantren 6 unit
Gereja -
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 122
Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan
Potensi Jumlah Potensi Jumlah
Sawah 216 ha Hutan Negara 4 ha
Kelompok Tani 7 kelompok Perkebunan 75 ha
Anggota Kelompok Tani 70 orang Lahan Kritis 600 ha
Kebun/ Tegalan 37 ha
Peternakan Potensi Jumlah Potensi Jumlah
Kambing 115 ekor Sapi Potong 15 ekor
Domba 527 ekor Sapi Perah 30 ekor
Ayam Kampung 515 ekor
KONDISI PEMERINTAHAN DESA Pembagian Pemerintahan Desa Urusan pemerintahan desa dilakukan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa atau BPD untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat. Pemerintah desa terdiri dari kepala desa yang dibantu oleh sekretaris desa, kepala dusun, kaur pemerintahan, kaur kesejahteraan masyarakat sosial, kaur umum, kaur pembangunan, dan kaur keuangan. Pemerintah desa bekerjasama dengan BPD dalam penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintah desa juga bekerjasama dengan PKK untuk pelaksanaan kegiatan posyandu dan dengan Polides untuk membuat rujukan kesehatan bagi kelompok masyarakat yang tidak mampu. LKMD berkoordinasi dengan pemerintahan desa dan BPD untuk menjalankan pemerintahan desa. BPD Desa Langensari dibentuk tahun 2003. Lembaga kemasyarakatan yang dibentuk masyarakat desa adalah lembaga pemberdayaan masyarakat desa atau LPMD. Lembaga lain yang ada di desa Langensari adalah karang taruna, posyandu, koperasi, kelompok tani, dan lembaga lainnya.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 123
Struktur Organisasi Pemerintahan Desa
KAJIAN DINAMIKA KELOMPOK Analisis konflik merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menggali informasi tentang perubahan sosial masyarakat desa, dinamika konflik, tingkat kohesi sosial, harmonisasi antarpemangku kepentingan dan ketahanan masyarakat dalam mengelola konflik. Analisis konflik dilaksanakan untuk melengkapi kajian desa secara cepat (potret desa, peta potensi desa dan bagan kelembagaan) yang akan menjadi masukan dalam merumuskan isu strategis dan program prioritas selama 5 (lima) tahun. Hasil kajian ini untuk memastikan sejauhmana perencanaan yang dibuat benar-benar peka terhadap konflik dengan mempelajari pola interaksi antarkelompok (relasional dan struktural), perbedaan nilai (kultural), isu-isu ketidakadilan, penolakan, kesenjangan, penyalahgunaan wewenang, dan pola pengelolaan sumber daya.
Analisis konflik dapat membantu dalam menemukenali kebutuhan bina damai, tingkat kerentanan terhadap konflik dan tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tanpa kekerasan. Memperkuat upaya pemerintah desa dalam bina damai berkaitan erat dengan komitmen seluruh permangku kepentingan untuk
BENDAHARA
MARGARITA RIZKY
BPD KEPALA DESA
SIROD H MAHPUD
SEKRETARIS DESA
YANTI SUSANTI
KAUR PEMERINTAHAN
GANI PERMANA
KESBANG
IYUD RUSMAN
KESRA
UCI SANUSI
KEPALA DUSUN I
MIPTAHUL ARIPIN
KEPALA DUSUN II
AZAT SUDRAJAT
KEPALA DUSUN III
SAEPUDIN
KEPALA DUSUN IV
………………………………
KETUA RT
MSYARAKAT
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 124
memformulasikan kebutuhan pembangunan dengan mengintegrasikan hasil analisi konflik dalam proses perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pelestarian.
Pada bagian ini diperkenalkan beberapa teknik yang dapat digunakan dalam penyusunan RPJM Desa khususnya untuk mengkaji kondisi sosial dan dinamika perubahan masyarakat mencakup pemahaman terhadap konteks, perilaku dan sikap yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembangunan.
Hasil Pemetaan Konflik Desa Langensari Desa Langensari yang terletak di daerah penyangga kawasan konservasi dan merupakan zona transisi dari kawasan Cagar Biosfer Cibodas dihuti oleh suku sunda. Secara umum potensi yang berada di wilayah desa ini sebagain besar adalah lahan pertanian sawah dan ladang. Sedangkan konflik yang terjadi di wilayah Desa Langensari sebagian besar adalah kepemilikan lahan pertanian yang saat ini dikuasai oleh pihak luar, sehingga peranan masyarakat untuk mengelola lahan pertanian tersebut sangat sulit. Kepemilikan Lahan oleh Pihak Luar. Kondisi saat ini di daerah resapan mata air batukarut, khususnya pada zona II dan zona III hampir sebagian besar (95%) lahan pertanian dimiliki oleh pihak swasta/perusahaan. Kepemilikan lahan oleh pihak luar ini banyak menimbulkan permasalahan antara masyarakat dan si pemilik lahan itu sendiri, karena pemilik lahan tidak pernah memperhatikan kondisi lahannya yang kurang adanya tegakan pohon untuk perlindungan dan perbaikan daerah resapan air. Tumpang Tindih Regulasi. Kawasan mata air batukarut yang berada di wilayah desa Langensari merupakan kawasan tanah hutan yang berada di bawah kewenangan Pemerintahan Kota Sukabumi yang dalam hal ini dikelola oleh PDAM Kota Sukabumi. Mata air batukarut termasuk kategori daerah lindung. Meskipun demikian, kawasan mata air batukarut juga terbagi habis dalam wilayah administrative pemerintahan daerah kabupaten, kecamatan dan desa. Pada tingkat ini secara dejure kawasan mata air batukarut mestinya berada pada wilayah pengelolaan kabupaten. Di sisi lain, keberadaan mata air batukarut saat ini merupakan konsumsi air bersih bagi masyarakat Kotamadya Sukabumi dan diatur dalam regulasi pemerintahan kotamadya. Sedangkan masyarakat kabupaten tidak disubsidi sumber air bersih dari mata air batukarut, tetapi aliran air dari Danau Batukarut, dimanfaatkan oleh masyarakat kabupaten sebagai penompang irigasi persawahan saja. Situasi ini, menggambarkan terdapatnya konflik regulasi, khususnya antara regulasi yang mengatur eksistensi pemerintahan Kota Sukabumi dan eksistensi pemerintahan Kabupaten Sukabumi yang akan mengatur dalam perlindungan daerah resapan mata air batukarut tersebut.
KAJIAN TERHADAP RPJMD Dalam sistem dan mekanisme perencanaan pembangunan, penyusunan RPJM Desa harus mengacu pada RPJMD (Kabupaten/Kota) sebagai dokumen perencanaan pembangunan jangka menengah kabupaten/kota dalam periode 5 (lima) tahun. RPJMD merupakan arah kebijakan pemerintah di tingkat kabupaten/kota yang berisi
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 125
program prioritas dan penyelenggaraan fungsi-fungsi pelayanan publik dan perbantuan yang harus menjadi acuan bagi pemerintah desa dalam pelaksanaan pembangunan. Dalam rangka keseinambungan perencanaan, maka RPJMD lebih bersifat makro yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan jangka menengah di tingkat kabupaten/kota yang akan menjadi dasar dalam menentukan arah, strategi, kebijakan dan program pembangunan yan masuk dalam dokumen RPJM Desa. Perlunya kajian terhadap RPJMD dalam penyusunan RPJM Desa untuk melihat hal-hal pokok yang perlu diintegrasikan dan dipertimbangkan oleh pemerintah desa dalam merumuskan kebijakan, strategi dan prioritas pembangunan 5 (lima) tahun ke depan agar terjadi sinkronisasi dan sinergitas dengan perencanaan di atasnya. Artinya keduanya menjadi suatu kesatuan perencanaan, karena banyak program atau kegiatan yang dirumuskan di tingkat kabupaten/kota bersumber dari usulan di tingkat kecamatan dan desa. Artinya keduanya menjadi satu kesatuan perencanaan, karena banyak program atau kegiatan yang dirumuskan di tingkat kabupaten/kota besumber dari usulan di tingkat kecamatan dan desa. Pemerintah kabupaten/ kota berupaya mereview dan mengkaji kebutuhan desa dengan mempertimbangkan tata ruang, pengembangan bidang/sector pelayanan di tingkat kabupaten/kota dengan pelayanan antar desa, desa dengan kecamatan dan antar kecamatan. Kebijakan Pembanguan Desa Langensari Ada dua materi pokok yang disajikan pada bagian ini. Materi pokok tersebut adalah arah kebijakan dan rencana aksi yang dituangkan dalam RPJMD untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dalam mendukung upaya pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas berbasis para pihak melalui 3 bidang uatama, yaitu bidang pendidikan, bidang sosial budaya, dan bidang ekonomi. Pada dasarnya, RPJMD dilaksanakan untuk mencapai visi, misi, tujuan, dan sasaran yang sudah dirumuskan agar bisa tercapai dengan baik, tujuan, dan sasaran dari pemerintah kabupaten/kota ini harus mendapat dukungan dari berbagai pihak termasuk masyarakat. Selanjutnya dukungan semua pihak ini harus menjadi komitmen dan gerakan bersama guna mendukung upaya pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas berbasis parapihak. Arah Kebijakan Bidang Pendidikan Arah kebijakan bidang pendidikan dalam menunjang Desa Langensari menuju Desa Percontohan dalam Pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas terbagi kedalam 9 kebijakan, yaitu : 1) Meningkatkan program wajib belajar 9 dan 12 tahun. 2) Mengembangkan kurikulum, evaluasi dan implementasi kurikulum berbasis
pendidikan konservasi berdasarkan kebutuhan dan sumberdaya alam setempat. 3) Melakukan sosialisasi nilai, manfaat, peranan dan strategi konservasi bagi
masyarakat Desa Langensari, dengan menggunakan semua perangkat pemerintahan daerah, baik secara langsung ataupun tidak langsung.
4) Melibatkan tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk menyampaikan pendidikan konservasi, baik secara langsung ataupun tidak langsung.
5) Membentuk kader konservasi dari berbagai latar belakang dan organisasi. 6) Meningkatkan peran serta perempuan dalam pendidikan konservasi.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 126
7) Mengembangkan riset-riaset konservasi dalam rangka menyusun database konservasi daerah.
8) Melakukan kerjasama konservasi pada tataran regional, nasional dan internasional untuk meningkatkan dukungan dalam pencapaian desa berbasis pengelolaan cagar biosfer.
9) Membangun mekanisme insentif dan disinsentif bagi masyarakat, sebagai rangsangan dalam implementasi dalam kehidupan sehari-hari.
Arah Kebijakan Bidang Sosial Budaya Arah kebijakan Pemerintahan Desa Langensari bagi pelaksanaan pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas yang merupakan salah satu alat untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan adalah sebagai berikut: 1) Membangun dan meningkatkan perilaku/pola hidup masyarakat yang dapat
mendukung pelestarian sumberdaya alam melalui pelaksanaan program kabupaten konservasi.
2) Meningkatkan peran serta dan kemitraan organisasi kemasyarakatan dan kelompok masyarakat dalam pelestarian sumberdaya alam guna mewujudkan cita-cita desa konservasi.
3) Meningkatkan dan mengembangkan serta mempertahankan budaya lokal (budaya pasundan).
4) Menyusun inventarisasi budaya lokal masyarakat diseluruh wilayah desa Langensari sebagai dasar penyusunan perencanaan pengembangan budaya yang sejalan dengan konservasi dan pembangunan berkelanjutan.
5) Melestarikan dan mengembangkan budaya lokal masyarakat yang telah sejalan dengan nilai-nilai konservasi dan pembangunan berkelanjutan.
6) Mensosialisasikan nilai-nilai budaya lokal pro konservasi kepada seluruh lapisan masyarakat sebagai upaya pelestarian budaya tersebut.
7) Membangun budaya pro konservasi yang ditanamkan mulau sejak usia dini sebagai upaya membangun karakter generasi yang akan datang.
8) Melakukan interpretasi lingkungan terhadap obyek wisata alam (situ/danau batukarut & perkebunan teh goalpara) dalam rangka membangun komunikasi antar objek dengan pengunjung wisata alam.
9) Membangun kampung konservasi sebagai model interaksi antara sosial budaya masyarakat dengan sumberdaya alam.
10) Melakukan promosi wisata budaya dan wisata alam (situ/danau batukarut dan perkebunan teh goalpara) yang tepat sasaran untuk menarik minat pengunjung wisata alam.
11) Membuat paket wisata yang kreatif dan menarik sebagai upaya meningkatkan kunjungan wisata dan pembelajaran pendidikan konservasi.
12) Meningkatkan kapasitas konservasi penggiat wisata alam yang merupakan bagian dari upaya meningkatkan pengelolaan wisata alam (situ/danau batukarut, hutan mata air batukarut, dan perkebunan teh goalpara) sebagai suatu strategi konservasi.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 127
Arah Kebijakan Bidang Ekonomi Arah kebijakan Pemerintahan Desa Lengensari bagi pelaksanaan pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas yang merupakan salah satu alat untuk mewujudkan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan adalah sebagai berikut: 1) Membangun data dan informasi semua potensi sumber daya alam baik hayati
dan non hayati yang terkandung di Desa Langensari dan mengembangkannya agar menjadi lebih bermanfaat bagi terwujudnya pembangunan Desa Langensari secara berkelanjutan.
2) Mengembangkan pembangunan hutan rakyat dan manfaatnya, baik manfaat ekonomi maupun manfaat jasa lingkungan, sebagai salah satu upya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah penyangga dan pembangunan Desa Langensari yang berkelanjutan.
3) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai sumberdaya alam sehingga akan memunculkan budaya pemanfaatan sumberdaya alam yang efektif dan efisien yang sangat membantu dalam menjamin kelestariannya.
4) Mengembangkan manfaat ekosistem hutan melalui pemanfaatan hasil hutan non kayu yang selama ini masih terabaikan dan masih didominasi oleh pemanfaatan hasil hutan berupa kayu sehngga terjadi perubahan cara pandang terhadap nilai ekonomi dari ekosistem hutan yang sangat berguna bagi kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat sekitar hutan, dan pembangunan Desa Langensari berkelanjutan.
5) Mengoptimalkan nilai ekonomi dan manfaat sumberdaya alam dan ekosistemnya melalui pengembangan dan pemanfaatan ekowisata dan jasa lingkungan lainnya sehingga dapat memberikan peranan yang nyata bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pembangun Desa Langensari berkelanjutan.
6) Meningkatkan ketahanan pangan melalui diversifikasi pangan dan pengembangan usaha pertanian yang lebih ramah lingkungan yang akan menjamin terjaganya keseimbangan ekosistem pertanian dan keanekaragaman jenis dan genetic tanaman pangan/pertanian.
7) Meningkatkan kembali keanekaragaman buah-buahan lokal yang selama ini mulai diabaikan sehingga Desa Langensari dapat menjadi salah satu daerah penyedia materi keanekaragaman genetic buah-buahan setempat (desa unggulan).
8) Mengembangkan home industry masyarakat Desa Langensari melalui peningkatan produk-produk kerajinan tangan yang berbahan baku sumber daya alam yang terbaharukan.
9) Menciptakan lingkungan yang nyaman melalui pengelolaan berbagai sampah dan barang-barang bekas menjadi produk atau barang-barang yang kembali berguna.
10) Mengembangkan inkubasi usaha produktif melalui pengembangan peternakan sapi potong atau sapi perah dan memanfaatkan limbah kotoran ternak tersebut menjadi energy terbarukan yang ramah lingkungan (biogas dan energy listrik).
11) Mempertahankan daerah resapan mata air batukarut melalui pengembangan sumur resapan, embung, biopori dan terasering.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 128
12) Memperbaiki saran dan prasarana umum Desa Langensari (jalan, MCK, dan fasilitas lainnya) guna mendukung kelancaran upaya pembangunan berkelanjutan.
KEBIJAKAN UMUM PEMBANGUNAN DESA LANGENSARI
BERDASARKAN RPJMD Kebijakan pembangunan Desa Langensari Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi yang disusun pada periode kepemimpinan saat ini berpedoman pada Daftar Usulan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa (DU-RKP-Desa) yang diusulkan setiap tahun. Kebijakan pembangunan tersebut disinergiskan dengan perencanaan pembangunan Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Provinsi dengan mangacu pada RPJMK Kabupaten Sukabumi. Dengan demikian, kebijakan pembangunan Desa Langensari merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan pelaksanaan kebijakan pembangunan Kabupaten/Kota Sukabumi dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Dalam melaksanakan program pembangunan kabupaten, Pemerintahan Desa Langensari tentunya telah menetapkan visi terlebih dahulu dengan batasan waktu. Visi merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh suatu organisasi, lembaga, atau perusahaan di masa mendatang untuk menjamin keberlangsungan dan eksistensi jangka panjang. Pada periode 2013-2017, Desa Langensari memiliki visi “Terciptanya masyarakat Desa Langensari dalam mewujudkan pembangunan jasmani dan rohani yang didasari dengan rasa iman dan taqwa”. Untuk mewujudkan Visi Pembangunan Desa 2013-2017 tersebut diatas, Desa Langensari telah menyusun 8 misi yang perlu ditempuh selama periode tersebut. Kedelapan misi yang harus ditempuh adalah : (1) Meningkatkan moralitas agama yang tinggi; (2) Peningkatan hidup yang penuh social dan gotong royong; (3) Meningkatkan kinerja pemerintah dengan pelayanan yang lebih baik; (4) mengarahkan kehidupan yang berinisiasi produktif dan positif; (5) Meningkatkan kwalitas pertanian untuk untuk kesejahteraan masyarakat; (6) Meningkatkan pendidikan dan pelayanan; (7) Meningkatkan kesejatan untuk kesejahteraan masyarakat; dan (8) Mendorong program program konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan di areal Cagar Biosfer Cibodas. Desa Langensari memiliki sumberdaya alam yang banyak, terutama jasa lingkungan; baik yang berupa sumber daya air, keanekaragaman hayati, maupun sumber daya wisata alam (Situ/Danau Batukarut), sehingga visi yang disusun oleh Desa Langensari berlandaskan pada pemanfaatan sumber daya alam secara lestari. Dalam misi yang perlu ditempuh oleh Desa Langensari, konsep konservasi dan pembangunan berkelanjutan sudah dituangkan dalam misi nomor 8. Dalam misi nomor 8 tersebut, desa konservasi merupakan kerangka yang digunakan untuk melestarikan sumberdaya alam dan lingkungan hidup dengan berorientasi pada perlindungan, pengaweta, dan pemanfaatan secara lestari.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 129
Visi dan misi tersebut dijabarkan kembali melalui visi, misi, tujuan, dan sasaran semua dinas/badan yang ada dilingkup Pemerintahan Kabupaten Sukabumi. Mengingat kajian ini dibatasi pada bidang pendidikan, ekonomi, dan social dan budaya, bagian dibawah ini hanya menyajikan gambaran umum atas program-program yang sudah disusun oleh pemerintahan desa (tim kecil) yang terangkum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa) yang terkait dengan bidang pendidikan, bidang ekonomi, dan bidang sosial dan budaya. Rancangan ini juga ingin menguraikan tingkat keterkaitan antara program yang yang disusun oleh Pemerintahan Desa Langensari dengan konsep konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan yang mana akan menjadikan komitmen dan prioritas Pemerintahan Kabupaten Sukabumi dalam mendukung upaya pengelolaan cagar biosfer cibodas sesuai yang dimandatkan oleh Gubernur Jawa Barat. Selain itu, bagian ini juga menyajikan kondisi umum dari ketiga bidang tersebut. Selanjutnya, kondisi ketiga bidang tersebut akan menjadi salah satu dasar dalam penyusunan program dalam rencana aksi implementasi pengelolaan cagar biosfer cibodas berbasis para pihak. Bidang Pendidikan Visi dan Misi Visi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sukabumi adalah “Terwujudnya perubahan paradigma pengelola pendidikan dalam mewujudkan masyarakat Kabupaten Sukabumi yang bertaqwa, cerdas, terampil, demokratis dan memiliki daya saing tinggi pada tahun 2010”. Untuk mewujudkan visi tersebut, telah ditetapkan misi sebagai berikut: 1. Membangun koordinasi dan sinergitas antara lini, unit dan institusi dalam
pengelolaan pendidikan di Kabupaten Sukabumi yang terintegrasi berdasarkan tugas pokok, fungsi dan peran masing-masing sesuai bidang tugas dan tanggungjawabnya. Hal ini dilakukan melalui intensifikasi komunikasi formal maupun informal di tataran internal maupun eksternal kedinasan serta menyiapkan sarana dan prasarana berupa acuan-acuan yang jelas dan implementatif yang disepakati untuk dilaksanakan dan dijalankan dengan sebaik-baiknya dan tanggungjawab sesuai dengan bidang tugas pokok, fungsi, dan peran masing-masing.
2. Meningkatkan kinerja aparatur dan pengelola pendidikan dalam rangka memberikan pelayanan yang prima terhadap masyarakat. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga terwujud aparatur dan pengelola pendidikan yang berahlak mulia, memiliki idealism tinggi, profesional, memiliki jiwa inovasi, kreasi, dan entrepreneur dalam pengelolaan pendidikan, berjiwa abdi negara, dan abdi masyarakat sesuai bidang tugas masing-masing..
3. Meningkatkan kinerja pengelola pendidikan yang berbasis masyarakat. Hal ini dilakukan melalui peningkatan dan pemberdayaan potensi masyarakat dalam rangka menunjang peningkatan dan penyelenggaraan pendidikan oleh masyarakat terhadap penyediaan tenaga pengelola pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan dan kebudayaan yang memenuhi standar peleyanan minimal.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 130
4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan dan kebudayaan di berbagai jenjang satuan pendidikan di Kabupaten Sukabumi. Hal ini dilakukan melalui peningkatan sarana dan prasarana baik mutu maupun jumlah yang memenuhi standar pelayanan minimal sarana dan prasarana pendidikan dan kebudayaan sesuai dengan target dan capaian mutu jenjang/satuan pendidikan yang akan dicapai. Dan mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana pendidikan dan kebudayaan yang tersedia.
5. Meningkatkan mutu dan produktifitas pendidikan di berbagai jenjang/satuan pendidikan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan mutu pengelolaan pendidikan dan kebudayaan yang kondusif di berbagai jenjang/satuan pendidikan, sehingga tercipta pemerataan memperoleh pendidikan, mutu dan relevansi lulusan di berbagai jenjang/satuan pendidikan dengan kebutuhan msyarakat (stakeholders).
Kondisi Bidang Pendidikan Bidang pendidikan merupakan bidang yang paling strategis untuk membangun sumberdaya manusia, khususnya di lingkup Pemerintahan Desa Langensari guna menunjang upaya pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas. Secara umum, gambaran umum yang merupakan permasalahn pendidikan masyarakat di Desa Langensari adalah sebagai berikut: 1. Tingginya putus sekolah yang diakibatkan oleh kurangnya tingkat kesadaran
masyarakan akan pentinggnya pendidikan. 2. Kurangnya fasilitas gedung pendidikan 3. Jauhnya akses menuju sekolah 4. Mahalnya biata sekolah 5. Belum ada gedung dan buku perpustakaan sekolah 6. Tenaga pendidik PAUD non honorer 7. Kurangnya penyuluhan secara berkesinambungan 8. Masih rendahnya kesempatan memperoleh pemerataan dan keadilan pendidikan 9. Masih rendahnya kualitas dan relevasi pendidikan 10. Masih rendahnya manajemen pendidikan disamping belum terwujudnya
kemandirian Berdasarkan permasalah tersebut diatas, telah dirumuskan kebijakan prioritas pembangunan bidang pendidikan sebagai berikut: (a) pembuatan perdes wajib belajar 9 dan 12 Tahun; (b) pembangunan gedung PAUD dan Diniyah; (c) biaya sekolah gratis; (d) peningkatan sarana dan prasarana pendidikan; (e) penyedian buku perpustakaan; (f) pengajuan honor pengajar PAUD dan Diniyah; (g) penyediaan sarana transportasi masal untuk anak sekolah dasar; (h) peningkatan sumberdaya manusia; (i) penyedian peralatan marawis; (j) penyuluhan secara berkelanjutan; (k) pengembangan pendidikan non formal dan informal; (l) pengembangan kemitraan dengan dunia usaha dan dunia industri; (m) implementasi manajemen berbasis sekolah; (n) pelaksanaan broad base education dan life skill; dan (o) pengembangan PKBM.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 131
Kebijakan prioritas pada bidang pendidikan di Desa Langensari dijabarkan melalui program kerja pada setiap tingkatan pendidikan. A. Program Pendidikan Anak Usia Dini
1. Pembangunan sarana dan prasarana bermain 2. Pembangunan ruang kelas baru bagi TK 3. Pelatihan kompetensi tenaga pendidik TK 4. Pelatihan kompetensi tenaga pendidik Tutor PAUD 5. Publikasi dan sosialisasi Pendidikan Anak Usia Dini
B. Pendidikan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
1. Pembangunan Unit Sekolah Baru untuk SD 2. Penambahan Ruang Kelas Baru SD 3. Pengadaan sarana perlengkapan UKS (Unit Kesehatan SD) 4. Beasiswa siswa miskin tingkat SD 5. Pembangunan perpustakaan sekolah 6. Pengadaan alat praktek dan peraga siswa 7. Biaya penyelenggaraan SMP terbuka 8. Penyelenggaraan kejar paket B setara SMP 9. Penyelenggaraan akreditasi SD dan SMP 10. Pengadaan alat dan bahan laboratorium IPA SMP 11. Pendampingan BOS Kabupaten 12. Rehabilitasi gedung SD/MI 13. Rehabilitasi dan RKB Gedung SD/MI dan SMP/MTs 14. Penunjang dana Role Sharing rehab dan RKB SD/MI da SMP/MTs 15. Pengadaan buku-buku dan alat tulis siswa SD dan SMP 16. Pelatihan kompetensi pendidik TK 17. Pengembangan SD berbudaya lingkungan
C. Program Pendidikan Non Formal dan Informarmal (PNFI)
1. Pemberdayaan tenaga pendidikan non formal 2. Pemberian bantuan operasional pendidikan Non formal untuk pengembangan
PKBM 3. Pembinaan pendidikan kursus dan kelembagaan dalam bentuk pemberian
beasiswa kursus 4. Pengembangan pendidikan keaksaraan 5. Pengembangan pendidikan kecakapan hidup 6. Penyelenggaran sarana dan prasarana pendidikaan non formal bagi
pengembangan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) 7. Publikasi dan sosialisasi pendidikan nonformal dalam bentuk penyebarluasan
juknis, poster dan leaflet 8. Pemberdayaan Organisasi Mitra 9. Biaya Operasional Kegiatan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) 10. Pemetaan dan Verifikasi Data Kelembagaan Program PNFI 11. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan PNFI
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 132
D. Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan 1. Peningkatan kompetensi tenaga pendidik SD 2. Peningkatan kompetensi tenaga pendidik SMP 3. Peningkatan kompetensi tenaga pendidik SMA dan SMK 4. Diklat kepala TK, SD, SMP, SMA, SMK dan Pengawas 5. Seleksi kepala TK, SD, dan SMP 6. Pelaksanaan sertifikasi pendidik 7. Pelaksanaan uji kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan 8. Seleksi guru kepala sekolah dan pengawas yang berprestasi dan berdedikasi
tinggi 9. Pembinaan kelompok kerja guru dan musyawarah guru mata pelajaran 10. Program pemetaan mutu pendidikan 11. Pendamping program BERMUTU
E. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan
1. Penerapan system dan informasi manajemen pendidikan 2. Penyusunan profil pendidikan dan statistik pedidikan 3. Penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga pengolah data tingkat kecamatan dan
persekolahan 4. Pengelolaan dan pengembangan Jejaring Pendidikan Nasional (JARDIKNAS) 5. Inventarisasi barang milik Negara sektor pendidikan 6. Penyediaan biaya penyelenggaraan pendidikan 7. Penyediaan biaya pembinaan siswa 8. Biaya ujian nasional, ujian sekolah dan penerimaan siswa baru 9. Sekolah berbudaya lingkungan 10. Stimulan sekolah berprestasi 11. Pembangunan gedung UPTD Kecamatan 12. Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pendidikan
Berdasarkan pemaparan diatas, pada bidang pendidikan belum tercermin strategi dan program kerja yang berhubungan langsung dengan bidang konservasi. Namun demikian, pada kurikulum pendidikan sudah termuat pendidikan lingkungan hidup yang merupakan kurikulum muatan lokal yang wajib dilaksanakan. Pendidikan lingkungan hidup yang merupakan kurikulum lokal tersebut sifatnya masih umum dan belum berbasis kebutuhan dan kondisi sumberdaya alam setempat. Oleh karena itu, masih perlu dikembangkan kurikulum pendidikan konservasi yang sifatnya spesifik dan berdasarkan kebutuhan dan kondisi sumberdaya alam setempat.
Bidang Ekonomi Visi dan Misi Sebagaimana telah disebutkan pada bagian sebelumnya, konservasi keanekaragaman hayati dan pembangun berkelanjutan merupakan bagian dari visi dalam pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas. Melalui telaahan terhadap beberapa dinas/badan yang memiliki tanggung jawab atau keterkaitan terhadap bidang ekonomi, beberapa dinas telah menjadikan sumber daya alam yang lestari sebagai bagian dari visi yang ingin
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 133
dicapai. Namun demikian, terdapat juga beberapa dinas/badan yang tidak menjadikan sumber daya alam yang lestari sebagai bagian dari visinya. Tabel 4.1. Beberapa dinas/badan yang dinilai terkait dengan bidang ekonomi yang ada dilingkup Pemerintahan Kabupaten Sukabumi
No Intansi Visi Misi
1 Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Mewujudkan hutan yang lestari dan perkebunan yang produktif dan berdaya saing
- Percepatan rehabilitasi dan pemantapan kawasan lindung.
- Peningkatan produksi dan produktivitas perkebunan.
2 Dinas Pertambangan dan Energi
Menjadi institusi yang handal dalam pengungkapan potensi sumber daya geologi untuk peningkatan investasi sektor ESDM guna menunjang percepatan pembangunan nasional
- Meningkatkan pengungkapan dan pemanfaatan wilayah keprospekan serta status potensi sumber daya mineral, panas bumi dan energi fosil untuk percepatan investasi pertambangan dan energi serta ketersediaan data sumber daya geologi Nasional secara berkesinambungan
- Meningkatkan usulan rekomendasi Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) dan Wilayah Pertambangan (WUP dan WPN) untuk rencana Tata Ruang
- Meningkatkan optimalisai nilai tambah keekonomian dan pemanfaatan potensi sumber daya melalui penerapan kaidah konservasi.
- Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan serta pemanfaatan data informasi potensi sumber daya geologi
- Meningkatkan pengelolaan akuntabilitas kinerja organisai dan kompetensi sumber daya manusia untuk mewujudjan optimalisasi system manajemen mutu kelembagaan.
3 Dinas Pengelola Sumber Daya Air
Terwujudnya kemanfaatan sumber daya air guna menunjang kebutuhan akan air untuk masyarakat kabupaten Sukabumi
- Menyediakan, memperbaiki dan mengembalikan fungsi jaringan irigasi untuk kebutuhan masyarakat.
- Melaksanakan konservasi sumber daya air dan mengemdalikan daya rusak air yang berwawasan lingkungan.
- Pendayagunaan sumber daya air yang adil dan merata, dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air.
4 Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Pertanian tanaman pangan yang tangguh, efisien dan ramah lingkungan tahun 2015
- Mengembangkan sistem agribisnis komoditas tanaman pangan dan hortikultura
- Meningkatkan ketahanan pangan - Mengembangkan sumber daya
manusia pertanian
5 Dinas Peternakan Mewujudkan agribisnis peternakan yang tangguh, berdaya saing dan berkelanjutan demi
- Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusi peternakan yang PROFESIONAL.
- Mengembangkan ketahanan pangan
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 134
ketahanan pangan asal hewan dan kesejahteraan masyarakat
dan optimasilisasi pemanfaatan sumber daya peternakan.
- Mendorong peningkatan konstribusi sub sektor peternakan terhadap perekonomian daerah.
- Mendorong terciptanya iklim yang kondusif bagi usaha peternakan, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner.
6 Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan
Mewujudkan Diskopperindag yang Profesional menuju Koperasi, Usaha Mikro Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan yang berdaya saing dan unggul Pada tahun 2015"
- Meningkatkan kualitas dan Profesionalisme Diskopperindag dalam memberikan pelayanan Kepada Publik;
- Meningkatkan daya saing Koperasi, Usaha Mikro, Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan
- Meningkatkan perlindungan terhadap konsumen
- Membangun dan Meningkatkan sarana Perdagangan
7 Dinas Kepariwisataan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olah Raga
Terwujudnya destinasi wisata yang aman, nyaman dan berwawasan lingkungan, lestarinya nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal serta pemuda yang mandiri dan olahraga yang berprestasi menuju masyarakat berakhlaq mulia, maju dan sejahtera
- Meningkatkan penataan dan pengembangan objek dan destinasi wisata
- Meningkatkan promosi wisata dan penguatan kemitraan dengan stakeholder kepariwisataan
- Melestarikan dan mengembangkan budaya daerah
- Meningkatkan kemandirian dan peran pemuda dalam pembangunan
- Meningkatkan pemasalan dan prestasi olah raga.
8 Dinas Pendapatan Optimalisasi pendapatan dan pengelolaan keuangan dan aset daerah yang amanah
- Meningkatkan intensifikasi dan ektensifikasi pendapatan daerah yang terukur dan berkualitas.
- Meningkatkan tata kelola keuangan dan aset daerah yang professional.
- Meningkatkan kualitas sumberdaya perbendaharaan, akuntansi anggaran pendapatan dan belanja daerah sesuai dengan standar pelayanan minimal.
Kondisi Bidang Ekonomi Sebagian besar masyarakat Desa Langensari dalam memenuhi kebutuhan hidup dan sumber pendapatannya berasal dari pemanfaatan sumberdaya alam. Sumber pendapatan masyarakat Desa Langensari dapat berupa penjualan hasil pertanian, penjualan hasil perkebunan, penjualan hasil kehutanan, penjualan hasil peternakan dan perikanan, perdagangan, buruh, dan pegawai negeri sipil. Koperasi merupakan salah sarana perekonomian kerakyatan yang dapat membantu dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Langensari, namun saat ini wadah koperasi yang sudah dibentuk di Desa Langensari tidak berjalan karena dipengaruhi oleh faktor kepengurusan dan manajemen koperasi yang belum maksimal.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 135
Bidang Sosial dan Budaya Visi dan Misi Sebagaimana konsep pembangunan berkelanjutan skala nasional, sosial dan budaya merupakan aspek yang tidak bisa dilepaskan dalam pembangunan daerah. Dengan kata lain, aspek sosial dan budaya harus diintegrasikan kedala, pembangunan Desa Langensari yang berkelanjutan. Intansi pemerintah yang memiliki tugas pokok dalam menangani aspek social adalah Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, dan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (BPMD). BPMD mempunyai tugas pokok membantu bupati dalam melaksanakan sebagian kewenangan daerah di bidang pemberdayaan masyarakat dan desa. BPMD memiliki visi “Terwujudnya desa yang mandiri dan berkembang yang didukung oleh peran serta masyarakat dalam pembangunan”. Sementara itu, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja memiliki visi “Tercapainya kesejahteraan melalui masyarakat yang mandiri dan kompeten”. Selanjutnya, masing-masing Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dan BPMD telah menyusun beberapa misi untuk mewujudkan visi-visi tersebut. Visi dari kedua dinas/badan juga secara eksplisit tidak mencantumkan pelestarian sumber daya alam bagian dari visi yang ingin dicapai oleh kedua dinas/badan tersebut. Sedangkan untuk Bidang Budaya di Kabupaten Sukabumi pengelolaannya berada dibawah Dinas Kepariwisataan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olah Raga, sehingga visi dan misi yang dijadikan acuan adalah Visi “Terwujudnya destinasi wisata yang aman, nyaman dan berwawasan lingkungan, lestarinya nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal serta pemuda yang mandiri dan olahraga yang berprestasi menuju masyarakat berakhlaq mulia, maju dan sejahtera” dan Misi adalah Meningkatkan penataan dan pengembangan objek dan destinasi wisata, Meningkatkan promosi wisata dan penguatan kemitraan dengan stakeholder kepariwisataan, Melestarikan dan mengembangkan budaya daerah, Meningkatkan kemandirian dan peran pemuda dalam pembangunan, dan Meningkatkan pemasaran dan prestasi olah raga.
PERAN CAGAR BIOSFER CIBODAS BAGI DESA LANGENSARI
Cagar Biosfer Cibodas memiliki peranan yang sangat penting bagi pembangunan suatu Negara atau daerah, termasuk Kabupaten Sukabumi. Sumberdaya alam merupakan modal bagi pembangunan daerah atau Negara. Bagi Negara Indonesia, minyak bumi dan sumber daya hutan berupa kayu pernah menjadi salah satu sumber pendapatan Negara yang sangat besar pula. Pada beberapa propinsi atau kabupaten di Indonesia, sumber daya alam berupa batubara telah menjad sumber pendapatan utama daerah. Namun, kondisi di lapangan menunjukan bahwa pemanfaatan terhadap sumberdaya alam seperti kayu dan batu bara telah banyak menimbulkan kerusakan lingkungan; sepserti yang terjadi di Pulau Kalimantan dan Sumatera. Hal tersebut karena pemanfaatan yang terjadi kurang memperhatikan dampak ke depan dan lebih mengutamakan keuntungan jangka pendek. Oleh karean itu, konsep pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas bagi pemerintahan Desa Langensai dan pemerintah Kabupaten Sukabumi pada khususnya merupakan alat untuk mewujudkan pembangunan daerah berkelanjutan dengan tetap berbasis pemanfaatan sumber daya alam secara lestari. Dengan demikian, pemanfaatan sumber daya alam
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 136
yang sebanyak-banyaknya untuk generasi yang selama-lamanya sangat berguna bagi pembangunan Pemerintahan Desa Langensari yang berkelanjutan. Hal yang harus diperhatikan dari produksi sumber daya alam adalah sentuhan teknologi. Adanya sentuhan teknologi dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi dari komoditas yang dihasilkan. Oleh karena itu, peningkatan kemampuan masyarakat serta penyediaan teknologi dalam mengolah produk-produk yang dihasilkan sangat diperlukan. Sumber Daya Kehutanan dan Perkebunan di Desa Langensari Salah satu sumber daya alam yang dapat menjadi modal bagi pembangunan Desa Langensari adalah sumber daya kehutanan dan perkebunan. Namun, pemerintahan Desa Langensari hingga saat ini belum memanfaatkan sumber daya hutan dan kebun secara maksimal. Pemanfaatan sumber daya hutan umumnya masih terbatas pada pemanfaatan sumber daya kayu. Padahal, sumber daya yang terkandung di dalam hutan tidak hanya kayu. Demikian juga sumber daya perkebunan, pemanfaatannya masih terbatas pada beberapa komoditas tertentu dan tampaknya juga belum maksimal. Desa Langensari memiliki kawasan hutan Negara seluas 4 ha, hutan lindung resepan mata air batukarut 6 ha, kawasan perkebunan 75 ha, kebun tegalan 37 ha yang terdiri dari taman nasional, hutan rakyat, dan hutan lindung. Hutan Taman Nasional dikelola oleh Kementerian Kehutan, Hutan Lindung Resapan Mata Air Batukarut dikelola oleh Pemerintahan Kota Sukabumi (PDAM Kota Sukabumi), dan hutan rakyat dikelola oleh masyarakat karena berada pada lahan milik. Meski dikelola oleh atau berada di bawah pengawasan pemerintah pusat, pemerintahan Desa Langensari dan masyarakat dengan berbagai pendekatan masih bisa mendapatkan manfaat yang besar dari taman nasional, dan hutan lindung lainnya. Sumber Daya Pertanian, Peternakan, dan Perikanan di Desa Langensari Sumber daya lainnya yang dapat menjadi modal pembangunan Desa Langensari berkelanjutan melalui konsep pelestarian keragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan adalah pertanian, peternakan, dan perikanan. Komoditas pertanian komersial yang berupa tanaman pangan masih terbatas pada 4 jenis. Jenis-jenis tersebut adalah padi sawah, jagung, ubi jalar, dan ubi kayu. Jenis yang memiliki produksi paling tinggi adalah padi sawah. Selain empat jenis tersebut, komoditas pertanian berupa tanaman sayuran dapat berupa kembang kol, kacang panjang, cabe besar, cabe rawit, tomat, dll. Jenis yang memiliki produksi paling tinggi adalah kacang panjang dan cabe. Selain jenis-jenis tersebut, masyarakat juga sudah memproduksi jenis sayuran lainnya seperti terong dan ketimun. Sebagimana komoditas pertanian tanaman pangan, intenssifikasi dan diversifikasi komoditas tanaman sayuran juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat Desa Langensari. Jenis hewan ternak yang selama ini sudah dibudidayakan oleh masyarakat Desa Langensari adalah sapi potong, sapi perah, kambing, domba, ayam buras, ayam petelur, ayam pedaging, dan itik. Sedangkan dari sektor perikanan, jenis yang dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat adalah ikan mas, mujair, gurame, nila, lele dan lainnya.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 137
Sumber Daya Air di Desa Langensari Desa Langensari memiliki sumber daya air yang cukup besar. Desa Langensari memiliki lebih dari 100 titik mata air, yang salah satunya adalah mata air batukarut yang saat ini dikelola oleh PDAM Kota Sukabumi, dengan debit air rata-rata 40 liter/detik yang diperuntukan sebagai sumber air baku bagi masyarakat yang tinggal di Kota Sukabumi. Jumlah situ yang ada di Desa Langensari sebanyak 1 buah (Situ Batukarut), jumlah sumur resapan di zona 1 daerah resapan mata air batukarut 50 buah. Potensi sumber mata air yang cukup potensial yang bisa dimanfaatkan sekitar 30 buah. Keindahan Bentang Alam di Desa Langensari Potensi lainnya yang dimiliki Desa Langensari adalah keindahan alam. Potensi ini dapat dikembangkan untuk kegiatan wisata alam dan pada beberapa tempat kegiatan wisata alam sudah dilakukan. Bentang alam yang indah tersebar di setiap wilayah kedusunan. Bentang alam tersebut umumnya dipadukan dengan keberadaan perkebunan teh, hamparan sawah, dan danau/situ. Saat ini, pengembangan wisata alam secara intensif masih terbatas pada kegiatan petualangan “offroad” dan sepeda gunung pada objek-objek yang berdekatan dengan kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Pengembangan daerah wisata di berbagai wilayah yang memiliki potensi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan desa itu sendiri. Pemanfaatan sumber daya alam yang berupa kegiatan wisata memiliki kelebihan dibandingkan dengan pemanfaatan sumber daya alam hayati, terutama berupa kayu. Hal tersebut karena sumber daya yang dimanfaatkan dalam kegiatan wisata alam berupa jasa lingkungan, sehingga tingkat kerusakan terhadap sumber daya alam dapat dikurangi bahkan dihindari. Oleh karena itu, pemanfaatan sumber daya alam berupa jasa lingkungan sangat mennjang bagi implementasi program konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan yang merupakan salah satu alat untuk mewujudkan pengelolaan cagar biosfer cibodas secara berkelanjutan. Sumber Daya Manusia Implementasi pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan harus ditunjang dengan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Hal tersebut karena sumber daya manusia yang berkualitas dapat menjadi salah satu penentu keberhasilan dari pelaksanaan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, sumber daya manusia yang berkemampuan tinggi harus dipersiapkan. Sumber daya manusia pada lingkup masyarakat Desa Langensari umumnya sudah baik dan memiliki banyak pengalaman, meski tidak ada salahnya jika kapasitasnya lebih ditingkatkan lagi. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan terdapat beragam persepsi dan pemahaman terhadap konsep Cagar Biosfer Cibodas. Oleh karena itu, hal penting yang harus dilakukan dalam implementasi strategi Cagar Biosfer Cibodas adalah penyamaan persepsi mengenai konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan itu sendiri.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 138
Peningkatan kapasitas sumber daya manusia penting dilakukan pada lingkup pemerintahan desa dan kelompok masyarakat. Mengingat masyarakat umumnya lebih banyak tahu tentang pengelolaan sumber daya alam, maka peningkatan kapasitas lebih diarahkan untuk merubah aktivitas pemanfaatan sumber daya alam yang lebih ramah terhadap lingkungan. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang dapat menunjang program Cagar Biosfer Cibodas atau pemanfaatan sumber daya alam yang ramah lingkungan dapat dilakukan melalui berbagai cara atau pendekatan. Cara lainnya yang dilakukan diantaranya pemberian pelatihan dan kursus-kursus singkat tentang bidang-bidang yang dapat menunjang pelaksanaan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan. Lembaga Pelaksana dan Penanggung Jawab Disadari bahwa pelaksanaan program Cagar Biosfer Cibodas melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu, diperlukan suatu lembaga yang dapat menjadi wadah bagi para pihak yang terlibat dalam program pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas di tingkat masing-masing kabupaten. Keberadaan lembaga sangat berguna dalam memudahkan koordinasi dengan para pihak. Pada level dinasi/badan, pemerintah daerah (bupati) perlu menunjuk suatu dinas/badan sebagai koordinator pelaksana, dan yang lebih memungkinkan adalah Bappeda. Pihak yang duduk dalam lembaga atau wadah tersebut harus terdiri dari para pihak yang berasal dari berbagai instansi. Keterlibatan semua dinas/badan dimaksudkan agar semua dinas memiliki komitmen dan pemahaman yang sama dalam melaksanakan pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas yang merupakan salah satu alat dalam mewujdukan pembangunan kabupaten secara berkelanjutan. Keterlibatan setiap dinas juga dimaksudkan untuk menghilangkan anggapan bahwa pelaksanaan program Cagar Biosfer Cibodas hanya tanggung jawab dinas tertentu saja; menghilangkan ego sektoral. Kebijakan level dinas/badan di Kabupaten Sukabumi yang lebih menitikberatkan tugas pokok dan fungsi karena kurangnya koordinasi menyebabkan kebijakan yang sifatnya terintegrasi cenderung stagnasi. Hal tersebut ditandai dengan keluarnya berbagai ijin yang bertentangan dengan konsep Cagar Biosfer Cibodas. Sementara itu, kebijakan pemerintah kabupaten juga seringkali berhenti pada tingkat dinas atau kecamatan. Dengan kata lain, kebijakan yang ada seringkali tidak sampai pada tingkat desa, terlebih lagi tingkat anggota masyarakat. Oleh karena itu, lembaga atau wadah pelaksanaan program Cagar Biosfer Cibodas harus juga dibuat pada tingkat kecamatan, desa/kelurahan, dan dusun atau RW. Wadah pelaksanaan Cagar Biosfer Cibodas sebaiknya mengoptimalakan lembaga pemerintahan yang sudah ada (untuk tingkat kecamatan dan desa). Optimalisasi dan pembentukan wadah tersebut dilakukan agar program Cagar Biosfer Bibodas dapat diteruskan hingga tingkat masyarakat sehingga bisa dilaksanakan di lapangan. Sebagaimana pada level dinas/badan, lembaga Cagar Biosfer pada tingkat kecamatan dan desa juga harus memiliki koordinator. Koordinator pelaksana kabupaten konservasi pada tingkat kecamatan dapat dilakukan oleh camat, dan pada tingkat desa dapat dilakukan oleh kepala desa. Dengan demikian, program Cagar Biosfer Cibodas dapat menjadi bagian yang terintegrasi dengan program kerja pemerintah kecamatan dan pemerintah desa, yang merupakan kepanjangan tangan dari pemerintah kabupaten.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 139
PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI KECAMATAN SUKARAJA
DESA LANGENSARI Alamat : Jl. Kabandungan KM 3 Sukaraja (43192)
RANCANGAN PERATURAN DESA LANGENSARI
KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN SUKABUM
PERATURAN DESA
NOMOR : TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM-DESA)
DESA LANGENSARI PERIODE 2013 - 2017
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA LANGENSARI
a. bahwa dalam rangka RPJM-Desa perlu dibuat Peraturan Desa yang
merupakan landasan hukum untuk mengatur kebijakan-kebijakan
perencanaan pembangunan desa;
b. bahwa untuk menertapkan RPJM-Desa sebagaimana dimaksud huruf a,
diperlukan adanya Peraturan Desa:
c. bahwa untuk menjabarkan dan melengkapi peraturan tersebut
diperlukan Keputusan Kepala Desa;
d. bahwa dalam menjalankan kebijakan tersebut, diperlukan rekomendasi
dan petunjuk teknis.
1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia 4389);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
4421);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4437), sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia 4844);
Menimbang :
Mengingat :
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 140
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia 4438);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana
Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3988);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia 4857);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah Daerah Provinsi Dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4737);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007, Tentang Kader
Pemberdayaan Masyarakat;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2007, Tentang
Pedoman Penyusunan dan Pendayagunaan Data Profil
Desa/Kelurahan;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007, Tentang
Pengelolaan Keuangan Desa;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007, Tentang
Perencanaan Pembangunan Desa;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2007, Tentang
Pendataan Program Pembangunan Desa/Kelurahan;
13. Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi Nomor 31 Tahun 2000, Tentang
Kewenangan Kabupaten Sukabumi (Lembaran Daerah Tahun 2000
Nomor 21 seri d);
14. Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi Nomor 1 Tahun 2006, Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sukabumi
Tahun 2006 - 2010 (Lembaran Daerah Tahun 2006 Nomor 1 seri e);
15. Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi Nomor 15 Tahun 2006, Tentang
Badan Permusyawaratan Desa (Lembaran Daerah Tahun 2006 Nomor
11 seri e);
16. Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi Nomor 16 Tahun 2006, Tentang
Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Kelurahan (Lembaran Daerah
Nomor 12 seri e);
17. Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi Nomor 01 Tahun 2008, Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa;
18. Peraturan Desa Langensari Nomor 02 Tahun 2008, Tentang Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 141
Dengan Persetujuan Bersama
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA LANGENSARI
Dan
KEPALA DESA LANGENSARI
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DESA TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH DESA (RPJM-DES)
LANGENSARI TAHUN 2013 - 2017
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Desa disini yang dimaksud :
(1) Daerah adalah Kabupaten Sukabumi.
(2) Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi.
(3) Bupati adalah Bupati Sukabumi.
(4) Desa adalah Desa Langensari.
(5) Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkatnya.
(6) Badan Permusyawaratan Desa adalah Badan Permusyawaratan Desa Langensari.
(7) Peraturan Desa adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibuat bersama dengan
Badan Permusyawaratan Desa dengan Kepala Desa Langensari.
(8) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Des) adalah rencana
pembangunan dalam jangka waktu menengah 5 (lima) tahun kedepan.
(9) Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP-Des) adalah penjabaran dari RPJM-Des untuk
jangka waktu 1 (satu) tahun kedepan.
(10) Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) adalah rencana anggaran tahunan
keuangan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintahan
Desa dan BPD, yang ditetapkan dengan Peraturan Desa.
(11) Visi adalah pandangan tentang bagaimana desa akan diinginkan.
(12) Misi adalah pernyataan tentang sesuatu yang harus dilaksanakan sehingga visi akan
dapat tercapai secara efektif dan efisien.
BAB II
SISTEMATIKA PENYUSUNAN
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA
(RPJM-Des)
Pasal 2
(1) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Langensari Tahun 2012-2016 disusun
secara sistematis sebagai berikut ;
Bagian Pertama : Pendahuluan
Bagian Kedua : Profil Desa
Bagian Ketiga : Potensi dan Masalah
Bagian Keempat : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
Bagian Kelima : Penutup
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 142
(2) Sistematika sebagaimana dimaksud pada poin (1) merupakan landasan dan pedoman bagi
pemerintah desa untuk penyusunan RPJM-Desa dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dengan Peraturan Desa ini.
Pasal 3
Rencana pembangunan Pembangunan Jangka Menengah Desa Langensari Tahun 2012- 2016 merupakan landasan dan pedoman bagi Pemerintah Desa dalam melaksanakan pembangunan selama 5 (lima) tahun.
Pasal 4
Berdasarkan Peraturan Desa Langensari disusun Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP-Des) yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa yang merupakan penjabaran dari RPJMDes yang selanjutnya disusun dalam APB-Des.
Pasal 5
Pelaksanaan pembangunan dapat mengalami perubahan dari RPJM-Des karena adanya bencana alam secara tiba-tiba dan atau keadaan darurat lainnya.
Pasal 6
Hal-hal lain yang belum cukup diatur dalam peraturan RPJM-Desa ini akan diatur oleh
Keputusan Kepala Desa.
Pasal 7
Peraturan Desa tentang RPJM_Desa ini mulai berlaku pada saat diundangkan. Agar setiap
orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan Desa ini dengan
menempatkannya dalam lembaran desa.
Ditetapkan di Desa Langensari
Pada tanggal Desember 2012
KEPALA DESA LANGENSARI,
ttd
(SIROD H. MAHPUD)
Diundangkan di Desa
Pada tanggal Desember 2012
SEKRETARIS DESA LANGENSARI,
ttd
(YANTI SUSANTI)
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 143
PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI
KECAMATAN SUKARAJA
DESA LANGENSARI
Alamat : Jl. Kabandungan KM 3 Sukaraja (43192)
KEPUTUSAN KEPALA DESA LANGENSARI
KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN SUKABUMI
NOMOR : TAHUN 2012
TENTANG
PEMBENTUKAN TIM PERUMUS UNTUK PENYUSUNAN
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM-DES)
TAHUN 2013 - 2017
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA LANGENSARI
Membaca : Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor : 414.2 /1408/PMD, Tanggal 31
Maret 2010 Tentang Petunjuk Teknis Perencanaan Pembangunan Desa.
a. Bahwa untuk melakukan kegiatan pembangunan di Desa Langensari
dirasa perlu membuat suatu perencanaan pembangunan berskala yang
disebut dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-
Desa) untuk anggaran 5 (lima) tahun kedepan periode 2012 - 2016 untuk
mencapai Visi dan Misi Desa sesuai dengan program yang telah
disiapkan dan disepakati bersama.
b. bahwa untuk melaksanakan penyelenggaraan Rencana Pembangunan
Desa pada poin (a) diatas dipandang perlu membentuk Tim Perumus
untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
(RPJM-Desa) Tahun 2012-2016 yang ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Desa Langensari.
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
Menimbang :
Mengingat :
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 144
2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-
Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005, tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005, tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006, tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4664);
7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130 Tahun 2003, tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Dalam Negeri;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007, tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007, tentang Kader
Pemberdayaan masyarakat;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2007, tentang
Pedoman Penyusunan dan Pendayagunaan Data Profil
Desa/Kelurahan;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007, tentang
Perencanaan Pembangunan Desa;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2007, tentang
Pendataan Program Pembangunan Desa/Kelurahan;
13. Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi Nomor 31 Tahun 2000, Tentang
Kewenangan Kabupaten Sukabumi (Lembaran Daerah Tahun 2000
Nomor 21 seri d);
14. Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi Nomor 1 Tahun 2006, Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sukabumi
Tahun 2006 - 2010 (Lembaran Daerah Tahun 2006 Nomor 1 seri e);
15. Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi Nomor 15 Tahun 2006, Tentang
Badan Permusyawaratan Desa (Lembaran Daerah Tahun 2006 Nomor
11 seri e);
16. Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi Nomor 16 Tahun 2006, Tentang
Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Kelurahan (Lembaran Daerah
Nomor 12 seri e);
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 145
17. Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi Nomor 01 Tahun 2008, Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa;
18. Peraturan Desa Langensari Nomor 02 Tahun 2008, Tentang Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Keputusan Kepala Desa Langensari Tentang Pembentukan Anggota Tim
Perumus Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-
Desa) Desa Langensari Periode 2012 - 2016.
Kedua : Mengangkat Saudara yang namanya tersebut dalam daftar lampiran
Keputusan ini sebagai Anggota Tim Perumus Untuk Menyusun Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa) Desa Langensari (daftar
nama terlampir).
Ketiga : Masa Tugas Tim Perumus Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa (RPJM-Desa) terhitung sejak diterbitkannya Surat Keputusan
ini sampai dengan di tetapkannya Perdes tentang RPJM-Des oleh Kepala
Desa kepada BPD.
Ditetapkan di : Langensari Pada tanggal : Desember 2012 KEPALA DESA LANGENSARI, ttd (SIROD H. MAHPUD)
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 146
PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI
KECAMATAN SUKARAJA
DESA LANGENSARI
Alamat : Jl. Kabandungan KM 3 Sukaraja (43192) Sukabumi
NAMA-NAMA TIM PERUMUS
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA
(RPJM-DES) DESA LANGENSARI
PERIODE 2013-2017
No Nama Jabatan
1 Sirod H. Mahmud Kepala Desa
2 Yanti Susanti Sekretaris Desa
3 Iyus Rusman
4 Nanang S
5 Supyan
6 M. Samba
7 Margarita Rifki
8 Lilik Sadeli
9 Badru
19 Ali S
11 Cep Mahendra
12 Adjat Sudrajat
13 Muhidin
14 H Saripudin
15 R Mulayan
Ditetapkan di : Langensari Pada tanggal : Desember 2012
KEPALA DESA LANGENSARI,
ttd
(SIROD H. MAHPUD)
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 147
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM DES) DESA LANGENSARI KEC. SUKARAJA KAB. SUKABUMI
SEBAGAI “ PILOT PROJECT “ DALAM PENGEMBANGAN PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER CIBODAS
No Urusan Wajib Jenis Kegiatan Tujuan Lokasi Waktu Pelaksanaan Biaya/Sumber
Dana Keterangan
2013 2014 2015 2016 2017 Jumlah /Rp. Sumber Rangking
Prioritas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
I Pendidikan Pembangunan gedung
PAUD dan Diniyah.
Terbangunnya
gedung PAUD dan
Diniyah
350.000.000 APBD 1
Membuat Perdes tentang
wajib belajar 9 tahun dan
penyuluhan untuk
meningkatkan kesadaran
pendidikan.
Meningkatkan
kesadaran
masyarakat akan
pentingnya
pendidikan
30.000.000 APBD 2
Penyedian peralatan
marawis
mempertahankan
budaya lokal 15.000.000 APBD 2
Penambahan buku bacaan
untuk perpustakaan di
SD, SMP dan desa
Meningkatkan
wawasan bagi anak
sekolah dan
masyarakat umum
20.000.000 APBD 2
Pengajuan honor pengajar
PAUD dan Diniyah
Meningkatkan
profesionalisme
pengajar
30.0000.000 APBD 2
Penyuluhan secara
berkelanjutan
Meningkatkan
wawasan masyarakat APBD 2
Biaya sekolah gratis Meningkatnya minat
belajar APBD 2
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 148
Penyedian sarana
transportasi untuk anak
sekolah
Keamanan dan
kenyamanan anak
sekolah
50.000.000 APBD 2
II Kesehatan Pembuatan gedung
posyandu di masing-
masing kedusunan atau
RT
Peningkatan
pelayanan kesehatan 200.000.000 APBD 1
. Pembuatan pusat
kesehatan di desa
Peningkatan
pelayanana kesehatan
masyarakat
150.000.000 APBD 1
Penambahan Jamkesmas Mempermudah
proses pelayanan
kesehatanan bagi
masyarakat yang
tidak mampu
APBD 2
Pengobatan gratis Meningkatnya
kesehatan
masyarakat
DINKES 2
Penyedian alat posyandu
yang standar
Pelayanan kesehatan
yang lebih baik
25.000.000 APBD 2
Peningkatan penyuluhan
tentang kesehatan
Kesadaran
masyarakat 30.000.000 DINKES 2
Penambahan tenaga
medis
Pelayanan kesehatan
DINKES 2
III Sosial Budaya Mendirikan organisasi
kesenian daerah
Mempertahankan
budaya local 50.000.000
DINAS
TERKAIT 2
Pembuatan gedung
kesenian di desa
Tersedianya saran
kesenian 150.000.000 APBD 2
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 149
Aktifkan kembali wadah
karang taruna
Peningkatan sumber
daya manusia 2
IV Sarana dan
Prasarana
Perbaikan jalan desa Sarana transportasi
lancar dan aman 3.000.000.000 APBD 1
Pembuatan posyandu di
masing-masing RT
Pelayanan kesehatan
masyarakat terjamin 100.000.000 APBD 1
Pembuatan saluran irigasi Pelayanan sumber air
bersih 1.000.000.000 APBD 1
Pembuatan MCK umum Peningkatan
kesehatan
masyarakat
150.000.000 APBD 1
Pembuatan TPS Kebersihan 100.000.000 APBD 1
Perbaikan gedung sekolah
Sarana pendidikan
yang memadai 120.000.000 APBD 2
V Lingkungan
Hidup
Pembuatan kebun bibit
rakyat (KBR)
Membangun
kesadaran
masyarakat
150.000.000 DISTANHU
T 1
Rehabilitasi lahan kritis
dan pembuatan sumur
resapan di zona 2 dan 3
daerah resapan mata air
batukarut
Kesadaran
masyarakat dan
terjaminnya
ketersedian sumber
daya air
1.500.000.000 APBD 1
Pengembangan hutan
kerakyatan
Peningkatanan
perekonomian
masyarakat
500.000.000 APBD 1
Pengembangan
pengelolaan limbah
ternak menjadi energy
Kesadaran
masyarakat
meningkat
150.000.000 BLH/APBD 1
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 150
ramah lingkungan
(biogas)
Pengelolaan sampah
organik dan anorganik
Kesadaran
masyarakat dan
peningkatan
perekonomian lokal
200.000.000 APBD 1
Melakukan penyuluhan
secara intensif
Peningkatan
wawasan masyarakat 50.000.000
DINAS
TERKAIT 2
VI Kehutanan Rehabilitasi hutan dan
lahan
Terjaminnya
kelestarian
lingkungan
500.000.000
TNGGP &
DISTANHU
T
1
Pipanisasi air bersih dari
kawasan konservasi
Pelayanan sumber air
bersih 300.000.000 APBD 1
Membuat naskah
kesepakatan kerjasama
antara pemerintah desa
dan PDAM Kota
Sukabumi tentang
kontribusi dari
pemanfaatan jasa
lingkungan air
Peningkatan
perekonomian
masyarakat
30.000.000
PDAM
KOTA/
APBD
KOTA
2
Pengembangan potensi
sumberdaya alam dari
kawasan konservasi
Peningkatan
perekonomian
masyarakat melalui
pembangunan
berkelanjutan
150.000.000
TNGGP
DAN
DISTANHU
T
2
V Pariwista Pengembangan wisata
situ/danau batukarut
Peningkat
perekonomian
masyarakat
1.500.000.000 APBD 1
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 151
Penyedian sarana dan
prasarana wisata
situ/danau batukarut
Kemanan dan
kenyamanan 500.000.000 APBD 1
Peningkatan kapasitas
SDM pengelola wisata
alam
Profesionalisme
pengelola wisata 75.000.000
DISBUDPA
R 2
Membangun kerjasama
pengelolaan wisata alam
Kerjasama
pengelolaan wisata
alam
50.000.000 DISPBUDP
AR 2
Pembuatan Perdes
pengelolaan wisata alam
Kebijakan
pengelolaan wisata
alam
50.000.000 DISBUDPA
R 2
VI Koperasi &
Usaha
Masyarakat
Mendirikan koperasi dan
kerjasama pengembangan
usaha
Wadah
pengembangan usaha
masyarakat
50.000.000
DINAS
UKM DAN
KOPERASI
1
Pelatihan manajemen
koperasi
Peningkatan
sumberdaya manusia 100.000.000
DINAS
UKM DAN
KOPERASI
2
VII Pertanian Membuat percetakan
sawah
Peningkatan kualitas
hasil pertanian 500.000.000 APBD 2
Pembuatan koperasi
tani/warung tani
Penunjang kebutuhan
petani 150.000.000 APBD 2
Pembuatan naskah
pengelolaan lahan
(kespala)
Peningkatan
perekonomian
masyarakat
25.000.000
DINAS
PERTANIA
N
2
Peningkatan penyuluhan Peningkatan 75.000.000 DINAS 2
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 152
dan pendidikan pertanian wawasan masyarakat PERTANIA
N
Pengembangan pertanian
ramah lingkungan
(organic)
Kualitas hasil
pertanian yang lebih
baik
75.000.000
DINAS
PERTANIA
N
1
Pembuatan embung air
dan terasering
Pertanian
berkelanjutan 300.000.000 APBD 1
Pengembangan tanaman
produktif (pala, sirsak,
cengkeh)
Peningkatan
perekoniman jangka
panjang
200.000.000
DINAS
PERTANIA
N
1
Alat pengolahan tanah
(traktor)
Kualitas produksi
meningkat
300.000.000 APBD 2
IX Peternakan Pengembangan
peternakan sapi perah,
kambing dan ayam
kampong
Peningkatan
perekonomian
masyarakat 500.000.000
DINAS
PETERNAK
AN/ APBD
1
Penyuluhan
pengembangan
peternakan
Wawasan masyarakat
meningkat 50.000.000
DINAS
PETERNAK
AN
2
Pengembangan bapak
angkat dalam
pengembangan inkubasi
usaha peternakan
Peningkatan
perekonomian
PIHAK
TERKAIT 2
Pengembangan rumput
atau pakan ternak
Produksi peternakan
meningkat 100.000.000
DINAS
PETERNAK
AN
2
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 153
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Secara keseluruhan, proses kegiatan yang terkait dengan ”Developing program and activities related to biosphere reserve facilitated by communication forum” (TFP-PD 019/10 Rev. 2 (M)), telah selesai diimplementasikan pada tingkat para pihak di tiga kabupaten, yaitu kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi yang merupakan areal kawasan pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas dalam jangka waktu 6 (enam) bulan untuk mengetahui signifikan dampaknya dalam upaya pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas berbasis para pihak. Aktivitas yang telah dilaksanakan memberikan peluang dan dukungan penuh para pihak, khususnya institusi pemerintahan daerah/kabupaten untuk bersama-sama melaksanakan upaya implementasi program pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas berdasarkan arahan zonasi. Hal ini sangat dirasakan oleh masyarakat sekitar zona penyangga dan area transisi melalui berbagai aktivitas program demontrasi dan ujicoba implementasi kerangka pendekatan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan yang dilaksanakan pada tiga desa percontohan ’pilot project’ dilapangan. Tinjauan kebijakan yang telah dilakukan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan rencana induk ’master plan’, sebagai acuan dalam implementasi dan konsistensi isi kebijakan masing-masing kabupaten dalam menapai tujuan program konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan di kawasan Cagar Biosfer Cibodas. Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dari kajian tentang ”Developing program and activities related to biosphere reserve facilitated by communication forum” yaitu:
• Kebijakan yang ada saat ini tentang pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas masih sebatas aturan formal di tingkat provinsi (berbentuk SK Gubernur) saja, dan belum sepenuhnya menjadi acuan dan ditindaklanjuti di tingkat kabupaten dan bahkan di tingkat desa.
• Organisasi atau wadah koordinasi dan komunikasi guna mendukung pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas berbasis para pihak di tingkat kabupaten belum eksis dan diperlukan adanya evaluasi.
• Aturan kebijakan tentang konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan di masing-masing kabupaten belum diterapkan dan masih sebatas implementasi program yang mengarah pada upaya peningkatan kesekahteraan masyarakat sesaat dan tidak berkelanjutan.
• Para pihak belum memahami sepenuhnya arahan program zonasi dalam kontek pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas. Hal ini perlu menjadi perhatian bersama bahwasanya proses sosialisasi dan perencanaan tata ruang wilayah kabupaten dan zonasi harus dilaksanakan bersama-sama sehingga tidak adanya tumpang tindih kebijakan.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 154
• Tata kelola yang baik dalam pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas masih sinergis dan masih terlihat dan masih terlihatnya ego sektoral dalam implementasi program di tingkat lapangan.
• Koordinasi dan komunikasi antara pengelola kawasan konservasi dan pemerintah daerah belum maksimal sehingga mengakibatkan adanya diskomunikasi antar intasi/lembaga pemeerintah dalam penanggulangan kerusakan kawasan konservasi.
• Peran serta masyarakat masih minim dalam penyusunan dan implementasi kebijakan di tingkat pemerintahan desa, maka diperlukan beberapa acuan seperti: a. Peran serta masyarakat zona penyangga dan area transisi dalam kebijakan, hal
ini dilakukan bertolak dari pemikiran bahwa publik yang akan terlibat langsung ataupun tidak langsung memiliki hak untuk dimintai pendapatnya;
b. Peran serta masyarakat zona penyangga sebagai strategi pembangunan berkelanjutan, dalam konteks ini peran serta digunakan sebagai upaya untuk memperoleh dukungan dari pemerintah daerah;
c. Peran serta masyarakat sebagai acuan perencanaan program di tingkat lapangan, hal ini didasarkan kepada tanggung jawab pemerintah untuk menampung pendapat, aspirasi dan concern masyarakat;
d. Peran serta masyarakat sebagai media pemecahan masalah publik, dalam tataran ini peran serta diartikan sebagai upaya mengurangi ketegangan dan memecahkan konflik. Dengan kata lain, peran serta ditujukan untuk memperoleh konsesus;
e. Peran serta masyarakat sebagai terapu sosial, hal ini harus dilakukan untuk menyembuhkan penyakit sosial seperti keterasingan, kurang percaya diri dan lain sebagainya;
• Terkait dengan kebijakan ditingkat pemerintahan desa masih minim dalam penyusunan Rencana Program Jangka Menengah Desa (RPJM-Des) dan implementasi kebijakan masih bersifat ”top down” dan hampir keseluruhan desa yang berada di zona penyangga tidak memiliki standarisasi RPJM-Des berbasis perencanaan partisipatif (bottom up process);
B. Rekomendasi
1. Kegiatan terkait dengan “Developing program and activities related to biosphere reserve facilitated by communication forum”, sangat potensial dan sinergis untuk mendorong para pihak dalam mengimplementasikan program di lapangan.
2. Kebijakan yang telah terbit tentang pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas, di tingkat provinsi masih sampai pada tingkat SK Gubernur. Dengan demikian kebijakan-kebijakan terkait dengan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan perda masing-masing kabupaten harus segera di realisasikan dan harus adanya surat penegasan atau penujukan khusus dari Gubernur ke Bupati untuk penujukan arahan program masing-masing OPD dalam mengimplementasikan pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas pada masing-masing kabupaten/kota. Dengan demikian kebijakan-kebijakan terkait dengan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan perlu disosialisasikan dengan metode yang tepat dan terstruktur.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 155
3. Perlu adanya sinergitas antar lembaga dalam proses perencanaan dan implementasi program di tingkat lapangan terkait dengan pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas, khususnya dalam pengembangn program peningkatan kapasitas dan perekonomian masyarakat zona penyangga.
4. Guna mewujudkan aplikasi arahan program berdasarkan zonasi, salah satunya adalah dapat dengan memberikan kepastian rencana pengembangan program di zona inti, zona penyangga dan area transisi yang dilaksanakan bersama-sama oleh para pihak sesuai dengan arahan kebijakan pada masing-masing zonasi.
5. Perlu dibuka ruang publik dengan tata kelola yang transparan dan bertanggung gugat untuk berpartisipasi dalam implementasi program.
6. Perlu dibuatkan mekanisme control dan evaluasi baik di tingkat daerah maupun provinsi dalam implementasi program yang ada dan parameternya disepakati oleh semua pihak.
Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
National Consultant Final Report Halaman - 156
ITTO PROJECT Developing Collaborative Management of
Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia
TFL-PD 019/10 Rev. 2 (M)