pengaruh return on asset (roa), capital intensity, …repository.umrah.ac.id/1274/1/muhammad...
TRANSCRIPT
1
PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA), CAPITAL INTENSITY, SALES
GROWTH, DEBT TO ASSET RATIO (DAR), DAN FIRM SIZE TERHADAP
PENGHINDARAN PAJAK (TAX AVOIDANCE) PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2012-2016
Muhammad Nafis1 , Tumpal Manik2 , Fatahurrazak3
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji
(UMRAH), Tanjungpinang, Kepulauan Riau.
Email : [email protected]
ABSTRAK
Penghindaran pajak (tax avoidance) merupakan cara tindakan
penghematan pajak yang masih dalam koridor perundang-undangan (lawful
fashion). Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh return on asset, capital
intensity, sales growth, debt to asset ratio, dan firm size terhadap penghindaran
pajak (tax avoidance). Pengukuran tax avoidance pada penelitian ini
menggunakan cash effective tax rate (CETR). Penelitian ini difokuskan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2012-2016. Sampel penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode
purposive sampling, dimana hanya 24 perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia memenuhi semua kriteria, sehingga didapat 120 data yang
digunakan sebagai sampel penelitian. Teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil analisis menunjukkan
bahwa return on asset, sales growth, dan debt to asset ratio berpengaruh terhadap
penghindaran pajak (tax avoidance). Sedangkan capital intensity dan firm size
tidak memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak.
Kata kunci : Penghindaran Pajak, Return on Asset, Capital Intensity, Sales
Growth, Debt to Asset Ratio, dan Firm Size
2
PENDAHULUAN
Pembangunan nasional pada dasarnya merupakan proses pembaruan
berkesinambungan yang dilakukan secara terus-menerus. Dalam melaksanakan
pembangunan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang telah
ditetapkan, pemerintah dihadapkan pada berbagai pilihan sumber pembiayaan.
Pembiayaan pembangunan ini direalisasikan ke dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN). Dalam APBN pemerintah memenuhi kebutuhan dana
dengan mengandalkan 2 sumber pokok, yaitu sumber dana yang berasal dari luar
negeri dan sumber dana yang berasal dari dalam negeri yaitu berasal dari
penerimaan migas dan non migas. Penerimaan dalam negeri yang berasal dari non
migas yang terus ditingkatkan penerimaannya dan menjadi andalan utama oleh
pemerintah adalah penerimaan dari sektor pajak.
Penerimaan pajak hingga saat ini terus mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun. Meskipun dalam realisasinya pajak mengalami peningkatan, namun
dalam pencapaian target APBN setiap tahunnya tidak pernah tercapai. Ini
dibuktikan dengan efektifitas pemungutan pajak beberapa tahun terakhir yang
mengalami penurunan. Berdasarkan website resmi (djpbn.kemenkeu.go.id), pada
tahun 2013, pemerintah mencatat bahwa realisasi penerimaan pajak dari PPh Non
Migas adalah sebesar Rp. 1.077,3 Triliun atau 93,8% dari target penerimaan pajak
yang ditetapkan sesuai APBN-2013 yaitu sebesar Rp. 1.148,0 Triliun. Pada tahun
2014, realisasi penerimaan pajak dari PPh Non Migas adalah sebesar Rp. 1.146,9
Triliun atau 92,0% dari target penerimaan pajak yang ditetapkan sesuai APBN-
2014 yaitu sebesar Rp. 1.246,1 Triliun. Dan pada tahun 2015, realisasi
penerimaan pajak dari PPh Non Migas adalah sebesar Rp. 1.240,4 Triliun atau
83,3% dari target penerimaan pajak yang ditetapkan sesuai APBN-2015 yaitu
sebesar Rp. 1.489,3 Triliun. Dapat dilihat bahwa penerimaan pajak dari tahun
2013 sampai dengan tahun 2015 mengalami peningkatan namun efektivitas
pemungutan pajak mengalami penurunan.
Jika kita lihat dari data diatas maka pemerintah belum mampu mewujudkan
penerimaan pajak sesuai dengan yang ditargetkan. Hal ini dikarenakan masih
banyaknya kecurangan-kecurangan yang dilakukan wajib pajak dalam hal usaha
3
menurunkan beban pajak yang harus dibayarkan. Kendala yang dihadapi
pemerintah saat ini salah satunya adalah adanya aktivitas penghindaran pajak atau
biasa disebut tax avoidance (Swingly & Sukartha, 2015). Dalam pelaksanaannya,
terdapat perbedaan kepentingan antara wajib pajak dan pemerintah. Wajib pajak
berusaha untuk membayar pajak sekecil mungkin karena dengan membayar pajak
berarti mengurangi kemampuan ekonomi wajib pajak. Dilain pihak, pemerintah
memerlukan dana untuk membiayai penyelenggaraan pembangunan nasional yang
sebagian besar berasal dari penerimaan pajak. Adanya perbedaan kepentingan ini
menyebabkan wajib pajak cenderung untuk mengurangi jumlah pembayaran pajak
(Surbakti, 2012). Terjadinya penghindaran pajak dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti return on asset (ROA), capital intensity, sales growth, debt to asset
ratio (DAR), firm size dan lainnya.
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
return on asset (ROA), capital intensity, sales growth, debt to asset ratio (DAR),
dan firm size terhadap penghindaran pajak (tax avoidance) pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016 baik secara
parsial maupun simultan. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis pengaruh return on asset (ROA), capital intensity, sales growth,
debt to asset ratio (DAR), dan firm size terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance).
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Pohan (2016:23), mendefinisikan penghindaran pajak (tax avoidance)
sebagai upaya penghindaran pajak yang dilakukan secara legal dan aman bagi
wajib pajak karena tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan, di mana
metode dan teknik yang digunakan cenderung memanfaatkan kelemahan-
kelemahan (grey area) yang terdapat dalam undang-undang dan peraturan
perpajakan itu sendiri, untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang. Menurut
McClure, et. al (2017), variabel penghindaran pajak dihitung melalui Cash
Effective Tax Rate (CETR) perusahaan yaitu kas yang dikeluarkan untuk biaya
4
pajak dibagi dengan laba sebelum pajak. CETR dapat menilai pembayaran pajak
dari laporan arus kas, sehingga kita bisa mengetahui berapa jumlah kas yang
sesungguhnya dikeluarkan oleh perusahaan. Semakin tinggi tingkat presentase
CETR yaitu mendekati tarif pajak penghasilan badan sebesar 25%
mengindikasikan bahwa bahwa semakin rendah tingkat tax avoidance perusahaan,
sebaliknya semakin rendah tingkat presentase CETR mengindikasikan bahwa
semakin tinggi tingkat tax avoidance perusahaan (Dewinta dan Setiawan, 2016).
𝐶𝐸𝑇𝑅 =𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑦𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
Return on Asset (ROA)
Return on assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang
menunjukkan seberapa besar kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih.
Return on assets (ROA) diukur dengan membandingkan laba bersih dengan total
aset perusahaan (Hery, 2016 : 193).
𝑅𝑂𝐴 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
Capital Intensity
Proporsi plant, property, and equipment terhadap total aset (capital
intensity) adalah sebuah rasio yang diukur dengan membandingkan nilai buku
jumlah aset tetap bersih dengan nilai buku total aset perusahaan (Annuar, et.al,
2014).
𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
Sales Growth
Sales growth atau pertumbuhan penjualan merupakan kenaikan jumlah
penjualan dari waktu ke waktu. Menurut Harahap (2010 : 309), pertumbuhan
penjualan (sales growth) memiliki peranan yang penting dalam manajemen modal
kerja. Dengan mengetahui seberapa besar pertumbuhan penjualan, perusahaan
dapat memprediksi seberapa besar profit yang akan didapatkan.
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 𝐺𝑟𝑜𝑤𝑡ℎ = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝐼𝑛𝑖 − 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝐿𝑎𝑙𝑢
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝐿𝑎𝑙𝑢
5
H6
Debt to Asset Ratio (DAR)
Debt to asset ratio (DAR) merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat solvabilitas perusahaan dimana rasio ini digunakan untuk
mengukur seberapa besar jumlah aset perusahaan dibiayai dengan total utang.
DAR merupakan salah satu rasio leverage yaitu rasio yang digunakan untuk
mengukur perbandingan antara total utang dengan total aset (Hery, 2016 :166).
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
Firm Size
Ukuran perusahaan (size) dapat dinyatakan dalam total aset, penjualan, dan
kapitalisasi pasar. Ukuran perusahaan diukur berdasarkan total aset yang dimiliki
oleh perusahaaan. Pertimbangan ini dikarenakan total aset perusahaan relatif lebih
stabil dibandingkan dengan jumlah penjualan dan nilai kapitalisasi pasar (Siregar
dan Widyawati, 2016).
SIZE = Total Aset
Kerangka Pemikiran
Return On Asset
(X1)
(
Sales Growth
(X3)
Capital Intensity
(X2)
Tax Avoidance
(Y)
Debt to Asset Ratio
(X4)
Firm Size
(X5)
6
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Return On Asset terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Return on asset yang menunjukkan tingkat profitabilitas perusahaan
merupakan faktor penting dalam pengenaan pajak penghasilan bagi perusahaan
karena ianya merupakan indikator perusahaan dalam pencapaian laba perusahaan.
Semakin tinggi nilai ROA, maka semakin besar juga laba bersih yang diperoleh
perusahaaan dan semakin tinggi profitabilitasnya. Peningkatan laba
mengakibatkan jumlah pajak yang harus dibayar juga semakin tinggi. Sehingga
manajemen perusahaan dimungkinkan melakukan upaya-upaya untuk menekan
atau meminimalkan angka beban pajak perusahaan agar menghasilkan beban
pajak yang optimal, yaitu dengan menggunakan cara-cara yang legal/ tidak
bertentangan dengan peraturan yang berlaku. Atau dapat dikatakan ada
kemungkinan upaya untuk melakukan tindakan tax avoidance. Dari penjelasan
tersebut dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
H1 : Diduga return on asset berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance).
Pengaruh Capital Intensity terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Perusahaan manufaktur banyak menginvestasikan modalnya dalam bentuk
aset tetap. Pemilihan investasi dalam bentuk aset tetap ataupun modal terkait
perpajakan adalah dalam hal depresiasi. Hampir seluruh aset tetap akan
mengalami depresiasi atau penyusutan yang mana akan menjadi biaya penyusutan
dalam laporan keuangan perusahaan. Menurut Undang-Undang No.36 Tahun
2008 Pasal 6 ayat (2) tentang PPh, Biaya depresiasi atau biaya penyusutan
merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan dalam menghitung
pajak, maka dengan semakin besar jumlah aset tetap yang dimiliki oleh
perusahaan maka akan semakin besar pula depresiasinya sehingga mengakibatkan
jumlah penghasilan kena pajak akan semakin kecil. Oleh karena itu, melalui
intensitas modal perusahaan dapat melakukan praktik tax avoidance. Dari
penjelasan tersebut dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
H2 : Diduga capital intensity berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance).
7
Pengaruh Sales Growth terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Sales growth atau pertumbuhan penjualan merupakan kenaikan jumlah
penjualan dari waktu ke waktu. Secara logika, ketika pertumbuhan penjualan
meningkat, perusahaan cenderung akan mendapatkan profit yang besar pula, maka
dari itu perusahaan akan cenderung untuk melakukan tax avoidance karena ketika
profit meningkat maka penghasilan kena pajaknya pun juga meningkat sehingga
pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan juga akan meningkat. Sehingga
dimungkinkan perusahaan untuk meminimalkan beban pajaknya dengan
memanfaatkan celah-celah yang ada didalam peraturan perpajakan, yang tidak
melanggar perundang-undangan atau dengan kata lain perusahaan dimungkinkan
untuk melakukan praktik tax avoidance untuk meminimalkan pajak perusahaan.
Dari penjelasan tersebut dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
H3 : Diduga sales growth berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance).
Pengaruh Debt to Asset Ratio (DAR) terhadap Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance)
Perusahaan manufaktur yang memanfaatkan utang untuk meminimalkan
beban pajak perusahaan bahkan cenderung mengarah agresif terhadap pajak, hal
ini dikarenakan perusahaan yang memiliki utang tinggi akan mendapatkan insentif
pajak berupa potongan atas bunga pinjaman. Pada peraturan perpajakan, yaitu
pasal 6 ayat 1 (3) UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang PPh, bunga pinjaman
merupakan biaya yang dapat dikurangkan (deductible expense) terhadap
penghasilan kena pajak. Beban bunga yang bersifat deductible menyebabkan laba
kena pajak perusahaan menjadi berkurang dan akhirnya akan mengurangi jumlah
pajak yang harus dibayar perusahaan (Mulyani, 2013). Sehingga perusahaan yang
memiliki beban pajak tinggi dapat melakukan penghematan pajak dengan cara
menambah hutang perusahaan guna memperoleh insentif pajak yang besar, maka
dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut melakukan penghindaran terhadap
pajak. Dari penjelasan tersebut dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
H4 : Diduga debt to asset ratio (DAR) berpengaruh terhadap penghindaran
pajak (tax avoidance).
8
Pengaruh Firm Size terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Ukuran perusahaan dapat menentukan besar kecilnya aset yang dimiliki
perusahaan tersebut, semakin besar aset yang dimiliki diharapkan semakin
meningkatkan produktifitas perusahaan. Peningkatan produktifitas akan
menghasilkan laba yang semakin besar dan tentunya mempengaruhi besarnya
pajak yang harus dibayar perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaannya, maka
transaksi yang dilakukan akan semakin kompleks. Perusahaan yang besar lebih
memiliki aktivitas operasi perusahaan yang lebih banyak dan rumit sehingga
terdapat celah-celah yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan untuk melakukan
tindakan tax avoidance dari setiap transaksi. Dari penjelasan tersebut dapat ditarik
hipotesis sebagai berikut:
H5 : Diduga firm size berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance).
H6 : Diduga return on asset (ROA), capital intensity, sales growth, debt to asset
ratio (DAR), dan firm size berpengaruh terhadap penghindaran pajak
(tax avoidance).
METODOLOGI PENELITIAN
Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2012-2016. Objek penelitian ini adalah laporan keuangan
akhir tahun setiap perusahaan manufaktur. Penelitian bertujuan untuk menemukan
pengaruh return on asset, capital intensity, sales growth, debt to asset ratio dan
firm size terhadap penghindaran pajak (tax avoidance). Penelitian ini dibatasi pada
perusahaan yang laporan keuangannya memenuhi beberapa kriteria yang akan
dijelaskan pada kriteria pemilihan sampel.
9
Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah metode kuantitatif, dan data yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang meliputi variabel-variabel
independen penelitian yaitu return on asset, capital intensity, sales growth, debt to
asset ratio, dan firm size dan variabel dependennya yaitu penghindaran pajak (tax
avoidance) yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2012-2016. Informasi tentang data yang diperlukan
diperoleh dari Laporan Keuangan yang diunduh dari website resmi Bursa Efek
Indonesia (www.idx.co.id).
Teknik Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2016 yaitu sebanyak 138
perusahaan. Metode penentuan sampel dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013 : 85).
Penelitian ini menggunakan sampel yang berasal dari Bursa Efek Indonesia
tahun 2012-2016. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
beberapa kriteria tertentu yang terdiri dari :
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan
telah menerbitkan serta mempublikasikan laporan keuangan tahunan dengan
tahun buku berakhir 31 Desember selama tahun 2012-2016.
2. Perusahaan manufaktur yang melaporkan laporan keuangan lengkap selama
tahun pengamatan.
3. Laporan keuangan menggunakan satuan mata uang Rupiah. Pemilihan
kriteria ini adalah karena penggunaan mata uang yang berbeda dapat
menimbulkan perbedaan kurs meskipun telah dilakukan konversi.
4. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan nilai laba yang selalu
positif selama periode pengamatan
5. Perusahaan manufaktur yang memiliki pertumbuhan penjualan (sales
growth) yang selalu meningkat.
6. Perusahaan manufaktur dengan nilai CETR kurang dari 1.
10
Jumlah perusahaan yang dijadikan populasi adalah 138 perusahaan, dan
setelah dilakukan seleksi sampel, maka diperoleh sampel sebanyak 24 perusahaan
dan 120 data observasi.
Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier
berganda. Dengan bantuan SPSS 20.0. dalam analisis ini, terdiri dari uji statistik
deskriptif, uji asumsi klasik (uji normalitas, multikoliniearitas, autokorelasi, dan
heterokedastisitas), dan uji hipotesis (uji t, uji f dan koefisien determinasi).
Metode ini digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variabel terikat dengan
variabel-variabel bebas. Dalam penelitian ini, analisis regresi linier berganda
digunakan untuk mengetahui pengaruh return on asset (ROA), capital intensity,
sales growth, debt to asset ratio (DAR), dan firm size terhadap penghindaran
pajak (tax avoidance) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2012-2016.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,
(Ghozali, 2013:19). Setelah melakukan konversi data kedalam skor standardized
(z-score), maka dalam penelitian ini data yang termasuk kedalam data outlier
adalah sebanyak 3 data. Sehingga jumlah data yang digunakan sebanyak 117 dari
120 data yang diamati. Berikut hasil analisis statistik deskriptif setelah outlier.
Tabel 1 Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CETR 117 ,0006 ,6711 ,262387 ,1116045
ROA 117 ,0096 ,4038 ,132225 ,1008112
CAPINT 117 ,1568 ,7840 ,345342 ,1362654
SG 117 ,0019 ,5919 ,146973 ,1023817
DAR 117 ,0735 ,7191 ,389078 ,1543601
SIZE 117 132278839079 91831526000000 11683025628458,95 19808595463500,050
Valid N (listwise)
117
Sumber : Data Olahan Penulis, 2018
11
Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Menurut Ghozali
(2013:164) untuk menguji normalitas residual adalah dengan menggunakan uji
non parametrik kolmogorov-smirnov (K-S). Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S)
dibuat dengan melihat signifikansi di atas 0,05 berarti data berdistribusi normal.
Tabel 2 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 117
Normal Parametersa,b Mean -,0089422
Std. Deviation ,09667387
Most Extreme Differences Absolute ,099
Positive ,099 Negative -,072
Kolmogorov-Smirnov Z 1,074
Asymp. Sig. (2-tailed) ,199
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data Olahan Penulis, 2018
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov
adalah 1,074 dan signifikan pada 0,199 karena p-value = 0,199 > 0,05, maka H0
diterima yang berarti data residual berdistribusi secara normal.
Hasil Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Multikolinearitas dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance
inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10 maka tidak terjadi
multikolinearitas (Ghozali, 2013:105).
12
Tabel 3 Hasil Uji Multikolinearitas
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas pada tabel diatas dapat dilihat bahwa
dapat disimpulkan masing - masing variabel independen yaitu return on asset
(ROA), capital intensity, sales growth, debt to asset ratio (DAR), dan firm size
yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai tolerance di atas 0,10 dan nilai
VIF (variance inflation factor) di bawah 10 yang berarti model regresi tidak
terjadi masalah multikolinearitas.
Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2013:110). Untuk melihat ada atau
tidaknya gejala autokorelasi ini maka dapat dilakukan uji Durbin-Watson. Model
regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi dengan melihat
Durbin-Watson berada diantara -2 dan +2 atau -2 ≤ DW ≤ +2 (Sunyoto, 2011:91).
Tabel 4 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 ,506a ,256 ,223 ,0984055 1,774
a. Predictors: (Constant), SIZE, ROA, DAR, SG, CAPINT b. Dependent Variable: CETR
Sumber : Data Olahan Penulis, 2018
Berdasarkan hasil uji Durbin-Watson pada tabel 4 di atas dapat dilihat
bahwa hasil uji autokorelasi pada nilai Durbin-Watson test menunjukkan nilai
1,774 , dimana angka tersebut berada diantara -2 sampai +2. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini bebas dari adanya autokorelasi.
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant) ROA ,966 1,035
CAPINT ,670 1,493
SG ,927 1,079
DAR ,698 1,433
SIZE ,856 1,169
a. Dependent Variable: CETR
Sumber : Data Olahan Penulis, 2018
13
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain jika sama disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut
Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik tidak mengandung
heteroskedastisitas. Untuk melihat heteroskedastisitas, maka dilakukan uji Rank
Spearman dengan melihat nilai signifikan jika > 0,05 maka model regresi tidak
mengandung adanya Heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:139).
Tabel 5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Rank Spearman
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2018
Berdasarkan output pada tabel 5 diatas, diketahui bahwa nilai sig untuk
variabel Return on Asset (ROA) sebesar 0,949. Nilai sig untuk variabel Capital
Intensity (CAPINT) sebesar 0,382. Nilai sig untuk variabel Sales Growth (SG)
sebesar 0,546. Nilai sig untuk variabel Debt to Asset Ratio (DAR) sebesar 0,845.
Nilai sig untuk variabel Firm Size (SIZE) sebesar 0,982. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa semua variabel mempunyai nilai sig > 0,05, maka dapat dipastikan model
tidak mengandung heteroskedastisitas.
14
Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda
Tabel 6 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) ,329 ,035 9,394 ,000
ROA -,266 ,092 -,240 -2,881 ,005
CAPINT -,149 ,082 -,182 -1,824 ,071
SG -,405 ,093 -,372 -4,369 ,000
DAR ,200 ,071 ,276 2,821 ,006
SIZE 1,671E-016 ,000 ,030 ,335 ,738
a. Dependent Variable: CETR
Sumber : Data Olahan Penulis, 2018
Berdasarkan tabel 6 diatas, maka dapat disusun persamaan regresi linear
berganda sebagai berikut :
CETR = 0,329 – 0,226ROA – 0,149CAPINT – 0,405SG + 0,200DAR +
1,671E-016SIZE + 𝛆
Dari persamaan regresi linear diatas dapat diinterpretasikan sebagai
berikut :
1. Konstanta (α)
Nilai konstanta sebesar 0,329 menyatakan bahwa jika variabel return on
asset, capital intensity, sales growth, debt to asset ratio, dan firm size
dianggap konstan, maka nilai tax avoidance sebesar 0,329 atau 32,9%.
2. Kooefisien Regresi (β1) Variabel Return on Asset (X1)
Besarnya nilai koefisien regresi (β1) sebesar -0,226. Nilai (β1) yang negatif
menunjukkan bahwa jika setiap kenaikan satu persen variabel return on
asset, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menurunkan CETR
sebesar sebesar 22,6% atau dapat dikatakan penghindaran pajak (tax
avoidance) meningkat sebesar 22,6%. Hal ini dikarenakan CETR
berbanding terbalik dengan penghindaran pajak (tax avoidance) sehingga
jika CETR negatif maka penghindaran pajak positif.
3. Kooefisien Regresi (β2) Variabel Capital Intensity (X2)
Besarnya nilai koefisien regresi (β2) sebesar -0,149. Nilai (β2) yang negatif
menunjukkan bahwa jika setiap kenaikan satu persen variabel capital
15
intensity, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menurunkan CETR
sebesar sebesar 14,9% atau dapat dikatakan penghindaran pajak (tax
avoidance) meningkat sebesar 14,9%.
4. Kooefisien Regresi (β3) Variabel Sales Growth (X3)
Besarnya nilai koefisien regresi (β3) sebesar -0,405. Nilai (β3) yang negatif
menunjukkan bahwa jika setiap kenaikan satu persen variabel sales growth,
dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menurunkan CETR sebesar
sebesar 40,5% atau dapat dikatakan penghindaran pajak (tax avoidance)
meningkat sebesar 40,5%.
5. Kooefisien Regresi (β4) Variabel Debt to Asset Ratio (X4)
Besarnya nilai koefisien regresi (β4) sebesar 0,200. Nilai (β4) yang positif
menunjukkan bahwa jika setiap kenaikan satu persen variabel debt to asset
ratio, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menaikkan CETR
sebesar sebesar 20% atau dapat dikatakan penghindaran pajak (tax
avoidance) menurun sebesar 20%.
6. Kooefisien Regresi (β5) Variabel Firm Size (X5)
Besarnya nilai koefisien regresi (β5) sebesar 0,0000000000000001671.
Nilai (β5) yang positif menunjukkan bahwa jika setiap kenaikan satu persen
variabel firm size, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menaikkan
CETR sebesar 1,671E-14 atau 0,00000000000001671% atau dapat
dikatakan penghindaran pajak (tax avoidance) menurun sebesar 1,671E-14
atau 0,00000000000001671%.
Hasil Uji Hipotesis
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji-f)
Uji signifikansi simultan (uji-f) digunakan untuk mengetahui apakah
variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel
dependen. Jika nilai Fhitung > Ftabel dan nilai signifikan < 0,05, H0 ditolak, jika nilai
Fhitung < Ftabel dan nilai signifikan > 0,05, H0 diterima (Ghozali, 2013:98).
16
Tabel 7 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji-f)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression ,370 5 ,074 7,641 ,000b
Residual 1,075 111 ,010
Total 1,445 116 a. Dependent Variable: CETR b. Predictors: (Constant), SIZE, ROA, DAR, SG, CAPINT
Sumber : Data Olahan Penulis, 2018
Berdasarkan hasil uji signifikansi simultan (uji-f) pada tabel 7 dapat
diketahui bahwa tingkat signifikansi yaitu 0,000 < 0,05, maka dapat dikatakan
bahwa Ha diterima dan H0 ditolak. Sementara itu dapat juga dilihat dari Fhitung
dibanding dengan nilai Ftabel. Fhitung memiliki nilai sebesar 7,641. Nilai Ftabel pada
tingkat kesalahan α = 5% dengan derajat kebebasan (df) = df pembilang (k-1) ; df
penyebut (n-k). Jumlah variabel penelitian (k) berjumlah 6, dan jumlah data (n)
sebanyak 117. Jadi df pembilang (6-1) = 5 dan df penyebut (117-6) = 111,
sehingga Ftabel pada tingkat kepercayaan 95% (α = 5%) adalah 2,30. Jadi Fhitung >
Ftabel (7,641 > 2,30) dan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak artinya return on asset (ROA),
capital intensity (CAPINT), sales growth (SG), debt to asset ratio (DAR), dan
firm size (SIZE) secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap
penghindaran pajak (tax avoidance) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016.
Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t).
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Dengan
menentukan taraf signifikan adalah 0,05. Apabila Thitung > Ttabel atau - Thitung < -
Ttabel dan nilai sig < 0,05 maka hipotesis akan diterima sedangkan jika Thitung <
Ttabel atau - Thitung > - Ttabel dan nilai sig > 0,05 maka hipotesis akan ditolak atau
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013:99).
17
Tabel 8 Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t).
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) ,329 ,035 9,394 ,000
ROA -,266 ,092 -,240 -2,881 ,005
CAPINT -,149 ,082 -,182 -1,824 ,071
SG -,405 ,093 -,372 -4,369 ,000
DAR ,200 ,071 ,276 2,821 ,006
SIZE 1,671E-016 ,000 ,030 ,335 ,738
a. Dependent Variable: CETR
Sumber : Data Olahan Penulis, 2018
Berdasarkan hasil uji signifikansi parameter individual (uji-t) pada tabel
4.11 dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Variabel return on asset memiliki tingkat signifikansi 0,005 < 0,05.
Variabel return on asset ini juga memiliki nilai thitung sebesar -2,881 < -
1,98177 (ttabel α = 0,05, df = (117-6-1) = 110). Hal ini dapat disimpulkan
bahwa H1 diterima dan H0 ditolak, yang berarti variabel return on asset
secara parsial berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).
2. Variabel capital intensity memiliki tingkat signifikansi 0,071 > 0,05.
Variabel capital intensity ini juga memiliki nilai thitung sebesar -1,824 > -
1,98177 (ttabel α = 0,05, df = (117-6-1) = 110). Hal ini dapat disimpulkan
bahwa H2 ditolak dan H0 diterima, yang berarti variabel capital intensity
secara parsial tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance).
3. Variabel sales growth memiliki tingkat signifikansi 0,000 < 0,05. Variabel
sales growth ini juga memiliki nilai thitung sebesar -4,369 < -1,98177 (ttabel α
= 0,05, df = (117-6-1) = 110). Hal ini dapat disimpulkan bahwa H3 diterima
dan H0 ditolak, yang berarti variabel sales growth secara parsial
berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).
4. Variabel debt to asset ratio memiliki tingkat signifikansi 0,006 < 0,05.
Variabel debt to asset ratio ini juga memiliki nilai thitung sebesar 2,821 >
1,98177 (ttabel α = 0,05, df = (117-6-1) = 110). Hal ini dapat disimpulkan
18
bahwa H4 diterima dan H0 ditolak, yang berarti variabel debt to asset ratio
secara parsial berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).
5. Variabel firm size memiliki tingkat signifikansi 0,738 > 0,05. Variabel firm
size ini juga memiliki nilai thitung sebesar 0,335 < 1,98177 (ttabel α = 0,05, df
= (117-6-1) = 110). Hal ini dapat disimpulkan bahwa H5 ditolak dan H0
diterima, yang berarti variabel firm size secara parsial tidak berpengaruh
terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 9 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 ,506a ,256 ,223 ,0984055 1,774
a. Predictors: (Constant), SIZE, ROA, DAR, SG, CAPINT b. Dependent Variable: CETR
Sumber : Data Olahan Penulis, 2018
Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi pada tabel 4.12 diatas dapat
dilihat bahwa nilai adjusted R square sebesar 0,223 atau 22,3% . Hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa variabel dependen yaitu penghindaran pajak (tax
avoidance) dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu return on asset,
capital intensity, sales growth, debt to asset ratio, dan firm size sebesar 22,3%
sedangkan sisanya yaitu 77,7% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak
dijelaskan dalam penelitian ini.
Pembahasan Hasil Penelitian
Pengaruh Return On Asset Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rinaldy dan C.Chelsviyanny
(2015) dan Dewinta dan Setiawan (2016), yang menyatakan bahwa return on
asset berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance). Semakin tinggi
nilai ROA, maka semakin besar juga laba bersih yang diperoleh perusahaaan dan
semakin tinggi profitabilitasnya. Peningkatan laba mengakibatkan jumlah pajak
yang harus dibayar juga semakin tinggi. Sehingga manajemen perusahaan
dimungkinkan melakukan upaya-upaya untuk meminimalkan angka beban pajak
perusahaan agar menghasilkan beban pajak yang optimal, yaitu dengan
melakukan tindakan tax avoidance.
19
Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar dan
Widyawati (2016), yang menyatakan bahwa profitabilitas yang diproksikan
dengan return on asset tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Pengaruh Capital Intensity Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance).
Hasil penelitian ini sejalan odengan penelitian Siregar dan Widyawati
(2016), Putra dan Merkusiwati (2016), Wiguna dan Jati (2017), yang menyatakan
bahwa capital intensity tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Menurut
Adisamartha dan Noviari (2017), yang menyatakan bahwa perusahaan bukan
sengaja menyimpan proporsi aset tetap yang besar untuk menghindari pajak
melainkan perusahaan memang menggunakan aset tetap tersebut untuk tujuan
operasional perusahaan.
Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dharma dan
Noviari (2017) dan Surbakti (2012), yang menyatakan bahwa variabel capital
intensity berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).
Pengaruh Sales Growth Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Purwanti dan Sugiyarti (2017)
& Dewinta dan Setiawan (2016), yang mendapatkan hasil sales growth
berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance). Secara logika, ketika
pertumbuhan penjualan meningkat, perusahaan cenderung akan mendapatkan
profit yang besar pula, maka dari itu perusahaan akan cenderung untuk melakukan
tax avoidance agar meminimalkan pajak yang harus dibayarkan kepada
pemerintah.
Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Swingly dan
Sukartha (2015), yang menyatakan bahwa sales growth tidak berpengaruh
terhadap tax avoidance.
Pengaruh Debt to Asset Ratio Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Tristianto dan Oktaviani (2016)
dan Aditama (2016), yang menyatakan bahwa debt to asset ratio berpengaruh
terhadap penghindaran pajak (tax avoidance). Hasil penelitian ini juga sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Mulyani, Darminto, dan Endang (2013),
Pemerintah Indonesia memberikan subsidi pada perusahaan yang memiliki
20
hutang, yaitu dengan menjadikan beban bunga atas hutang sebagi biaya yang
bersifat deductible, namun demikian, pembebanan biaya bunga tersebut dalam
ketentuan perpajakan mempunyai banyak rambu dan hanya bunga dari hutang
yang dimanfaatkan untuk kegiatan usaha saja yang boleh dibiayakan.
Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewinta dan
Setiawan (2016), yang mana menyatakan bahwa leverage yang diproksikan
dengan debt to asset ratio tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.
Pengaruh Firm Size Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance).
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Reinaldo (2017), Annisa
(2016), dan Novriyanti & Fatahurrazak (2017), yang menyatakan bahwa firm size
tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Hal ini dikarenakan ukuran
perusahaan menunjukkan kestabilan dan kemampuan perusahaan untuk
melakukan aktivitas ekonominya. Semakin besar ukuran suatu perusahaan maka
semakin menjadi pusat perhatian dari pemerintah dan akan menimbulkan
kecenderungan bagi para manajer perusahaan untuk berlaku patuh (compliances)
atau agresif dalam perpajakan.
Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewinta &
Setiawan (2016), Siregar & Widyawati (2016), dan Swingly & Sukartha (2015),
yang menyatakan bahwa firm size berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance).
Pengaruh Return on Asset (ROA), Capital Intensity, Sales Growth, Debt to
Asset Ratio (DAR), dan Firm Size Terhadap Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance).
Hipotesis keenam dalam penelitian ini adalah Return on Asset (ROA),
Capital Intensity, Sales Growth, Debt to Asset ratio (DAR), dan Firm Size
berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Hasil penelitian uji
signifikansi simultan (Uji-f) menunjukkan nilai signifikan 0,000 < 0,05 yang
berarti hipotesis keenam diterima. Hal ini mengindikasikan bahwa return on asset,
capital intensity, sales growth, debt to asset ratio, dan firm size berpengaruh
secara simultan terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).
21
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, adapun kesimpulan hasil
penelitian ini adalah :
1. Return on asset (ROA) berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance) pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2012-2016.
2. Capital Intensity tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance) pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2012-2016.
3. Sales growth berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance)
pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2012-2016.
4. Debt to asset ratio (DAR) berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance) pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2012-2016.
5. Firm size tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance)
pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2012-2016.
6. Return on asset, capital intensity, sales growth, debt to asset ratio, dan firm
size berpengaruh secara simultan terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance) pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2012-2016.
SARAN
1. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan pengukuran selain cash effective
tax rate (CETR) dalam mengukur penghindaran pajak (tax avoidance).
2. Penelitian selanjutnya agar memperluas jumlah sampel penelitian seperti
perusahaan jasa, sektor keuangan atau perbankan, dan lainnya.
3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan variabel independen
lainnya yang belum terdapat dalam penelitian ini.
22
Daftar Pustaka
Aditama, Ahmad. 2016. Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga,
Corporate Governance, Leverage, Ukuran Perusahaan, Kualitas Audit,
Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Penghindaran Pajak (Studi pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2013-2015). Skripsi : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Annisa. 2017. Pengaruh Return on Asset, Leverage, Ukuran Perusahaan dan
Koneksi Politik Terhadap Penghindaran Pajak . JOM Fekon. Vol.4
No.1.Februari (2017).
Annuar, Hairul Azlan, Ibrahim Aramide Salihu dan Siti Normala Seikh Obid.
2014. Corporate Ownership, Governance, and Tax Avoidance: An
Interactive Effects. Procedia-Social and Behavioral Sciences. Vol.164, 150-
160.
Dewinta, I. A., & Putu Ery Setiawan. 2016. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur
Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Pertumbuhan Penjualan
Terhadap Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.
Vol.14.3. Maret (2016): 1584-1613.
Dharma, Nyoman Budhi Setya dan Naniek Noviari. 2017. Pengaruh Corporate
Social Responsibility dan Capital Intensity Terhadap Tax Avoidance. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol.18.1. Januari (2017): 529-556.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang : Universitas Diponegoro.
Harahap, Sofian Safri. 2010. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta :
Rajawali Persada.
Hery. 2016. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : PT.Gramedia Widiasarana
Indonesia
http://www.idx.co.id
http://www.djpbn.kemenkeu.go.id. Realisasi APBN. Diakses tanggal 27
Desember 2017.
Manik, Tumpal.2015. Pengantar Akuntansi (Accounting Principles). Volume 1.
ISBN 978-602-71992-3-1. UMRAHPRESS.
McClure, Ross., Roman Lanis, Peter Wells, dan Brett Govendir. 2017. The impact
of dividend imputation on corporate tax avoidance: The case of shareholder
value. Journal of Corporate Finance.
23
Mulyani,S., Darminto, dan M.G. Endang. 2013. Pengaruh Karakteristik
Perusahaan, Koneksi Politik dan Reformasi Perpajakan terhadap
Penghindaran Pajak (studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
bursa efek tahun 2008-2012). Jurnal Perpajakan 2(1).
Novriyanti dan Fatahurrazak. 2017. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage,
Profitabilitas, Komisaris Independen, dan Komite Audit terhadap
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) (Studi Empiris Pada Perusahaan
Sektor Industri Barang dan Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2011-2014). Jurnal Akuntansi UMRAH.
Pohan, Chairil Anwar. 2016. Manajemen Perpajakan: Strategi Perencanaan
Pajak dan Bisnis. Edisi Revisi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Purwanti, Shinta Meilina dan Listya Sugiarti. 2017. Pengaruh Intensitas Aset
Tetap, Pertumbuhan Penjualan, dan Koneksi Politik Terhadap Tax
Avoidance (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2016). Jurnal Riset Akuntansi dan
Keuangan. Vol.5 (3), 2017, 117-134.
Putra, I Gst Ln Ngr Dwi Cahyadi dan Ni Ketut Lely Aryani Merkusiwati. 2016.
Pengaruh Komisaris Independen, Leverage, Size dan Capital Intensity Ratio
pada Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol.17.1.
Oktober (2016): 690-714.
Reinaldo, Rusli. 2017. Pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan, ROA,
Kepemilikan Institusional, Kompensasi Kerugian Fiskal, dan CSR Terhadap
Tax Avoidance Pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Makanan dan
Minuman Terdaftar Di BEI 2013-2015 . JOM Fekon. Vol.4 No.1.Februari
(2017).
Rinaldy dan C.Chelsvianny. 2015. Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan,
dan Kompensasi Rugi Fiskal Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan
Manufaktur di BEI Tahun 2010-2013. Seminar Nasional Ekonomi
Manajemen dan Akuntansi (SNEMA).
Siregar,Rifka dan Dini Widyawati. 2016. Pengaruh Karakteristik Perusahaan
Terhadap Penghindaran Pajak Pada Perusahaan Manufaktur di BEI. Jurnal
Ilmu dan Riset Akuntansi. Vol.5 (2), Februari 2016.
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Edisi 9.
Bandung : Mitra Wacana Media. Alfabeta.
Sunyoto, Danang. 2011. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Edisi 1. Yogyakarta :
CAPS.
Surbakti, Theresa Adelina Victoria. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan
dan Reformasi Perpajakan terhadap Penghindaran Pajak di Industri
24
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-
2010.Skripsi: Universitas Indonesia. Depok.
Swingly, Calvin dan I Made Sukartha. 2015. Pengaruh Karakteristik Eksekutif,
Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Sales Growth pada Tax
Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 10.1: 47-62.
Tristianto, Deny dan Rachmawati Meita Oktaviani. 2016. Faktor-Faktor yang
mempengaruhi Tax Avoidance dengan Leverage Sebagai Variabel Mediasi.
Dinamika Akuntansi, Keuangan, dan Perbankan. Vol.5.1: 65-81.
Wiguna, I Putu Putra dan I Ketut Jati. 2017. Pengaruh Corporate Social
Responsibility, Preferensi Risiko Eksekutif, dan Capital Intensity pada
Penghindaran Pajak. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol.21.1.
Oktober (2017): 418-446.