pengaruh profitabilitas terhadap …fe-akuntansi.unila.ac.id/download/07082012-0741031059.pdf ·...
TRANSCRIPT
PENGARUH PROFITABILITAS TERHADAP CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY PERUSAHAAN
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia)
(Skripsi)
NAMA : MUHAMMAD NICO SANTANA
NPM : 0741031059
EMAIL : [email protected]
NO. HP : 08976039319
PEMBIMBING I : Saring Suhendro, S.E., M.Si., Akt.
PEMBIMBING II : Yenni Agustina, S.E., M.Sc., Akt.
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
ABSTRAK
PENGARUH PROFITABILITAS TERHADAP CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY PERUSAHAAN
(Study empiris pada Perusahaan manufaktur yang listing di BEI)
Oleh :
MUHAMMAD NICO SANTANA
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti secara empiris
mengenai pengaruh profitabilitas terhadap Corporate Social Responsibility
perusahaan yang listing di bursa efek Indonesia. Rasio profitabilitas yang
digunakan sebagai variabel independen yaitu Net Profit Margin (NPM), Return
On Investment (ROI) dan Earning Per Share (EPS). Sedangkan yang digunakan
sebagai variabel dependen adalah Corporate Social Responsibility dalam laporan
tahunan atau CSR disclosure indeks (CSRI).
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu sampel
diambil berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Penelitian ini dilakukan terhadap
perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
periode 2007 – 2010.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Profitabilitas yang diproksikan dengan Net
Profit Margin (NPM), Return On Investment (ROI) dan Earning Per Share (EPS)
secara bersama-sama memiliki kemampuan untuk mempengaruhi tingkat CSR
perusahaan manufaktur. Dari hasil penelitian diketahui bahwa variabel Net Profit
Margin (NPM) dan Earning Per Share (EPS) memiliki pengaruh positif dengan
tingkat signifikan 0,040 dan 0,018. Sedangkan Return On Investment (ROI)
memiliki tingkat signifikan 0,705 dimana nilai ini lebih besar dari tingkat
signifikansi 0,005.
Kata kunci : Corporate Social Responsibility (CSR), Rasio Profitabilitas.
ABSTRACT
THE EFFECT OF PROFITABILITY OF CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY OF THE COMPANY
(Empirical studies on manufacturing companies listing on the Stock Exchange)
By :
MUHAMMAD NICO SANTANA
The purpose of this study was to get the proof empirically about the influence of
the profitability of the corporate social responsibility of companies listing on the
Indonesia stock exchange. The ratio profitability used as the independent variabel
is net profit margin (NPM), return on investment (ROI), and earning per share
(EPS). While used as dependent variabel is corporate social responsibility in the
annual report or CSR disclosure indeks (CSRI).
Sampling was done by puposive sampling technique, the sample taken based on
certain criteria. The Research was carried out on manufacturing companies listed
on the Indonesia Stock Exchange during 2007 – 2010.
The results showed that the profitability in the net profit margin (NPM), return on
investment (ROI), and earning per share (EPS) jointly having the ability to affect
the level of corporate social responsibility manufacturing companies. From the
study known that the net profit margin (NPM) and earning per share (EPS) have a
positive influence with the significant level 0,040 and 0,018. While the return on
investment (ROI) has the significant level 0,705 where the value is greater than
the significance 0,05.
Key words : Corporate Social Responsibility (CSR), Profitability ratios.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini banyak perusahaan menjadi semakin berkembang, maka pada saat
itu pula kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan sekitarnya dapat terjadi,
karena itu muncul pula kesadaran untuk mengurangi dampak negatif ini. Banyak
perusahaan swasta kini mengembangkan apa yang disebut Corporate Sosial
Responsibility (CSR). Penerapan CSR tidak lagi dianggap sebagai cost, melainkan
investasi perusahaan (Erni, 2007 dalam Sutopoyudo, 2009).
Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) sering
dianggap inti dari etika bisnis, yang berarti bahwa perusahaan tidak hanya
mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomi dan legal (artinya kepada pemegang
saham atau shareholder) tetapi juga kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak
lain yang berkepentingan (stakeholder) yang jangkauannya melebihi kewajiban-
kewajiban di atas (ekonomi dan legal). Tanggung jawab sosial dari perusahaan
(Corporate Social Responsibility) merujuk pada semua hubungan yang terjadi
antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk didalamnya adalah
pelanggan atau customers, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah
supplier bahkan juga kompetitor. Global Compact Initiative (2002) menyebut
pemahaman ini dengan 3P (profit, people, planet), yaitu tujuan bisnis tidak hanya
mencari laba (profit), tetapi juga mensejahterakan orang (people), dan menjamin
keberlanjutan hidup planet ini (Nugroho, 2007 dalam Dahli dan Siregar, 2008).
Pengembangan program-program sosial perusahaan dapat berupa bantuan fisik,
pelayanan kesehatan, pembangunan masyarakat (community development),
outreach, beasiswa dan sebagainya.
Penelitian ini merupakan replikasi dari beberapa penelitian-penelitian terdahulu
seperti Darmawan (2009), Kusumadilaga (2010) yang berkaitan dengan
Corporate Social Responsibility. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Darmawan (2009) yaitu pada periode tahun
pengamatan yang diteliti, yaitu pada penelitian ini peneliti menggunakan periode
penelitian selama empat tahun (2007-2010). Sementara perbedaan penelitian ini
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumadilaga (2010) yaitu Profitabilitas
digunakan sebagai variabel moderating sedangkan pada penelitian ini
profitabilitas digunakan sebagai variabel independen.
Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mengetahui seberapa besar perusahaan
menunjukkan tanggung jawabnya terhadap kepentingan sosial dengan
memberikan informasi sosial. Maka penulis tertarik mengambil judul penelitian “
PENGARUH PROFITABILITAS TERHADAP CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY PERUSAHAAN “
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana pengaruh Profitabilitas terhadap Corporate Social Responsibility
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?
2. Seberapa besar pengaruh Profitabilitas terhadap Corporate Social
Responsibility perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?
1.3 Batasan Masalah
Untuk mempersempit ruang lingkup permasalahan, maka peneliti hanya
membatasi pada :
1. Rasio Profitabilitas yang diproksikan ke NPM, ROI, dan EPS.
2. Objek pengamatan pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur
yang melakukan CSR pada annual report dan menghasilkan laba positif yang
terdaftar di BEI.
3. Data yang digunakan berupa laporan keuangan perusahaan tahun 2007-2010.
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
Untuk mendapatkan bukti secara empiris mengenai pengaruh Profitabilitas
terhadap Corporate social Responsibility perusahaan manufaktur.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat untuk berbagai
pihak diantaranya sebagai berikut :
1. Bagi akademik, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
mengenai profitabilitas perusahaan dengan kaitannya terhadap implikasi
Corporate Social Responsibility.
2. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat berguna menjadi acuan dalam
pengambilan keputusan perusahaan di bidang sosial dan memberikan
sumbangan pemikiran tentang pentingnya pertanggungjawaban perusahaan.
3. Bagi lingkungan perguruan tinggi, hasil penelitian ini diharapkan dapat
berguna bagi peneliti lain yang tertarik untuk mengembangkan dan
menganalisis lebih jauh tentang studi tentang Corporate Social Responsibility.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Akuntansi Sosial
Menurut pendapat yang dikemukakan Estes (1976, p. 92) :
Social cost : any cost, sacrifice, or determine to society (or to any element of
society whether economic or non economic, internal or external). Society costs
include sacrifice for which compensation is mode (such a services used and apid
for such as air pollution); any payments are treated separately as a benefit to
society.
Pendapat diatas memiliki pengertian bahwa biaya sosial merupakan biaya-biaya,
pengorbanan atau kerusakan yang harus ditanggung oleh masyarakat, baik secara
ekonomi maupun non-ekonomi dimana masyarakat tidak mendapatkan
kompensasi secara langsung dari perusahaan.
Hendriksen (1994), menggambarkan akuntansi sosial sebagai suatu pernyataan
tujuan, serangkaian konsep sosial dan metode pengukurannya, struktur pelaporan
dan komunikasi informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pernyataan
Hendriksen (1994) tersebut menggambarkan tentang hubungan mendasar antara
konsep akuntansi sosial dengan informasi yang dihasilkan, sehingga secara
kongkrit informasi tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan.
2.2 Ruang Lingkup Akuntansi Sosial
Akuntansi sosial secara singkat dapat dikatakan bertujuan untuk mengukur dan
mengungkapkan seluruh biaya dan manfaat sosial yang dibutuhkan oleh aktivitas-
aktivitas produksi suatu perusahaan guna menghasilkan informasi yang relevan
bagi pihak-pihak yang berkepentingan bagi perusahaan. Sejalan dengan tujuan
tersebut, maka perlu diketahui lingkup dari akuntansi sosial terlebih dahulu agar
kemudian dapat diidentifikasi jenis-jenis dan manfaat sosial (Belkoui, 1989).
2.3 Tinjauan Teoritis terhadap Motivasi Pelaporan Kinerja sosial
Banyak riset akuntansi yang telah mencoba untuk mengetahui motivasi apa yang
sebenarnya yang melatarbelakangi pengungkapan kinerja sosial perusahaan.
Menurut Gray et. Al. (1995) menyebutkan ada beberapa motivasi yang mungkin
mendorong pengungkapan informasi kinerja sosial dan lingkungan, antara lain :
2.3.1 Legitimasi operasi perusahaan
Menurut teori legitimasi, perusahaan melakukan aktivitas tertentu menurut dalam
hal pengungkapan informasi, karena dalam rangka memperoleh legitimasi dari
masyarakat sekitar dimana perusahaan tersebut beroperasi. Teori legitimasi
bertumpu kepada suatu teori tentang kontrak sosial. Istilah kontrak sosial biasa
diartikan sebagai “izin dari masyarakat untuk beroperasi” (Deegan, 2002).
2.3.2 Mengelola Hubungan dengan Kelompok Stakeholder
Dalam teori Stakeholder, sebuah perusahaan juga dianggap sebagai bagian dari
sistem sosial yang lebih luas, tetapi teori ini secara spesifik membedakan
kelompok-kelompok stakeholder yang ada dalam masyarakat (Ullman, 1985).
Kekuatan stakeholder dapat diukur berdasarkan hal-hal sebagai berikut ini :
1. Kekuasaan terhadap sumber daya terbatas (keuangan, tenaga kerja).
2. Akses terhadap media massa yang berpengaruh.
3. Kemampuan dalam melakukan perlawanan hukum terhadap perusahaan yang
bersangkutan.
4. Kemampuan dalam mempengaruhi konsumsi benda dan jasa yang diperlukan
oleh perusahaan.
2.3.3 Teori Agensi
Teori agensi ini menggambarkan adanya hubungan positif antara shareholder
dengan para manager melalui pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang
memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang menerima
wewenang (agensi) yaitu manajer. Jansen dan Meckling (1976, p. 4) dalam
Fahrizqi (2010) menyatakan hubungan keagenan adalah suatu kontrak di mana
satu atau lebih orang (prinsipal) melibatkan orang lain (agen) untuk melakukan
beberapa layanan atas nama mereka yang melibatkan mendelegasikan sebagian
kewenangan pengambilan keputusan kepada agen.
2.4 Pengungkapan
2.4.1 Definisi pengungkapan
Pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi yaitu : penyajian
informasi dalam bentuk seperangkat penuh statement keuangan. Evans (2003, p.
578) mengartikan pengungkapan sebagai :
Disclosure means supplaying information in the financial
statement, including the statement themselves, the notes the
statement, and the supplementary disclosure associated with the
statement. It does not extend to public or private statement made by
management or information provide outside the financial
statement.
Secara spesifik, Wolk et al, (2001, p. 302) menginterprestasikan pengertian
pengungkapan sebagai :
Broadly interpreted, disclosure is concerned with information in
both the financial statement and supplementary communication
including footnote, post-statement events, management discussion
and analysis of operations for the forthcoming year, financial and
operating forecasr and additional financial statement covering
segmenta disclosure and extentions beyond historical cost.
2.4.2 Tujuan pengungkapan
Tujuan umum pengungkapan adalah menyajikan informasi yang dipandang perlu
untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani berbagai pihak
yang mempunyai kepentingan yang berbeda (FASB, No.1). Sementara yang
menjadi tujuan khususnya, yaitu sebagai berikut :
1. Tujuan melindungi
Tujuan melindungi didasari oleh gagasan bahwa tidak semua pemakai laporan
cukup canggih sehingga pemakai perlu dilindungi dengan mengungkapkan
informasi yang tidak mungkin diperoleh, atau tidak dapat mengubah informasi
untuk menangkap substansi ekonomik yang melandasi suatu pos statement
keuangan. Dengan kata lain, pengungkapan dimaksudkan untuk melindungi
perlakuan manajemen yang kurang adil dan terbuka (unfair).
2. Tujuan informatif
Tujuan ini didasari oleh gagasan bahwa pemakai yang dituju sudah jelas dengan
nilai kecanggihan tertentu. Dengan demikian, pengungkapan diarahkan untuk
menyediakan informasi yang dapat membantu keefektifan pengambilan
keputusan oleh para pemakai.
3. Tujuan kebutuhan khusus
Tujuan ini merupakan gabungan dari tujuan perlindungan dan tujuan informatif.
Apa yang harus diungkapkan kepada publik dibatasi dengan apa yang
dipandang perlu bagi pemakai yang dituju, sementara untuk tujuan pengawasan,
informasi tertentu harus disampaikan kepada badan pengawas berdasarkan
peraturan melalui formulir yang menuntut pengungkapan secara terperinci.
2.4.3 Luas pengungkapan
Konsep yang paling umum dipraktekan adalah adequate disclosure
(pengungkapan cukup), yaitu pengungkapan minimum yang diisyaratkan oleh
peraturan yang berlaku dimana pada pengungkapan ini investor dapat
menginterprestasikan angka-angka dalam laporan keuangan yang benar. Fair
disclosure (pengungkapan yang wajar/adil) mengandung sasaran etis dengan
menyediakan informasi yang layak terhadap pembaca yang potensial. Sedangkan
full disclosure (pengungkapan penuh) merupakan pengungkapan atas semua
informasi yang relevan (Hendriksen 2001).
Tidak ada perbedaan nyata ketiga konsep ini jika semuanya digunakan dalam
konteks layak. Sementara itu ada dua jenis pengungkapan dalam hubungan
dengan persyaratan yang ditetetapkan oleh standar (Hendriksen, 2001, p.236) :
1. Pengungkapan wajib (mandatory disclosure), yaitu pengungkapan minimum
yang diisyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Jika perusahaan tidak
bersedia untuk mengungkapkan informasi wajib, maka pengungkapan wajib
akan memaksa perusahaan untuk mengungkapkannya.
2. Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure), yaitu pengungkapan yang
dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan
yang berlaku.
2.5 Pengertian Corporate Social Responsibility
Menurut the world council for suistainable development (wbcsd), Corporate
Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan didefinisikan sebagai
komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi
berkelanjutan, melalui kerjasama dengan para karyawan serta perwakilan mereka,
keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk
meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis
sendiri maupun untuk pembangunan (dalam Ancok, 2005).
2.6 Tinjauan terhadap Profitabilitas
Profitabilitas atau keuntungan perusahaan merupakan hasil dari kebijaksanaan
dan keputusan yang dibuat oleh manajemen. Profitabilitas dapat diukur melalui
rasio profitabilitas yang akan menunjukkan seberapa efektif perusahaan
beroperasi sehingga menghasilkan keuntungan pada perusahaan. Rasio
profitabilitas dalam penelitian ini di proxy kan ke Net Profit Margin, Return On
Investment, dan Earning Per Share.
2.7 Pengembangan Hipotesis
2.7.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Tingkat Pengungkapan Sosial
Profitabilitas atau keuntungan perusahaan merupakan hasil dari kebijaksanaan
dan keputusan yang dibuat oleh manajemen (Harianto dan Sudomo, 1998).
Profitabilitas dapat diukur melalui rasio profitabilitas yang akan menunjukkan
seberapa efektif perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan keuntungan pada
perusahaan. Profitabilitas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih dari aktivitas yang dilakukan pada periode akuntansi.
Heinze (1976) dalam Fahrizqi (2010) menyatakan bahwa profitabilitas merupakan
faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada manajemen untuk
mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Hal ini
berarti semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar
pengungkapan informasi sosial yang dilakukan perusahaan. Dalam hasil penelitian
Fahrizqi (2010) menyatakan secara parsial profitabilitas berpengaruh terhadap
pengungkapan CSR dengan arah positif. Berdasarkan uraian diatas, diajukan
hipotesis sebagai berikut :
Ha1 : NPM berpengaruh positif terhadap Corporate Social Responsibility
perusahaan manufaktur di BEI.
Ha2 : ROI berpengaruh positif terhadap Corporate Social Responsibility
perusahaan manufaktur di BEI.
Ha3 : EPS berpengaruh positif terhadap Corporate Social Responsibility
perusahaan manufaktur di BEI.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang
berasal dari :
1. PRPM (pusat referensi pasar modal),
2. ICMD (Indonesian capital market directory),
3. Internet di www.idx.co.id,
4. Buku-buku penunjang lainnya yang berkaitan dengan penelitian Corporate
Social Responsibility.
3.2 Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam rentan waktu 2007-2010. Pemilihan
sampel penelitian dilakukan secara purposive sampling yaitu populasi yang
memenuhi kriteria tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang
representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
Adapun kriteria sampel penelitian ini adalah :
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
periode 2007-2010.
2. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan annual report dan menghasilkan
Laba positif secara berurut selama periode 2007-2010.
3. Perusahaan manufaktur yang melakukan CSR pada annual report periode
2007-2010 secara berturut-turut.
4. Memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian.
Tabel Deskripsi Data
Keterangan Jumlah
Populasi 146
Kriteria :
Perusahaan manfaktur yang mempublikasikan
laporan tahunannya di BEI secara lengkap dan
menghasilkan laba positif selama 4 tahun
berturut-turut (periode tahun 2007-2010)
Perusahaan manfaktur yang tidak melakukan
informasi pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan pada laporan tahunannya selama
periode bersangkutan 2007 - 2010
46
(35)
Jumlah perusahaan manfaktur yang dipakai 11
Periode penelitian 4 tahun x 11 perusahaan 44
Sumber : Data diolah
3.3 Model Penelitian
Net Profit Margin
Return On Invesment
Earning Per Share
Corporate Social
Responsibility
3.4 Operasional Variable Penelitian
3.4.1 Variable Dependen (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Corporate Social Responsibility
dalam laporan tahunan atau CSR disclosure indeks (CSRI). Instrumen pengukuran
dalam penelitian ini mengacu pada penelitian yang digunakan Sembiring (2005)
yang mengelompokkan pengungkapan sosial kedalam 7 kategori yaitu :
lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tenaga
kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan umum. Maka, Penghitungan CSR
dilakukan dengan menggunakan variabel dummy yaitu :
Score 0 : Jika item pengungkapan tersebut tidak ada dalam laporan tahunan
perusahaan.
Score 1 : Jika item pengungkapan tersebut ada dalam laporan tahunan perusahaan.
Selanjutnya, skor dari item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor
untuk setiap perusahaan. Rumus untuk perhitungan CSRI sebagai berikut :
ΣXij
CSRIj =
nj
keterangan :
CSRIj
: Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan j
nj
: jumlah item untuk perusahaan j, nj ≤ 78
Xij
: dummy variable: 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item i tidak
diungkapkan
3.4.2 Variabel Independen (X)
Variabel independen dalam penelitian ini adalah profitabilitas perusahaan yang
diproksikan oleh perhitungan rasio profitabilitas yaitu : profit margin, net ratio of
roi, dan earning per share.
1. Profit Margin merupakan rasio untuk menghitung sampai sejauh mana
kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan
tertentu. Profit margin menginterpretasikan kemampuan perusahaan menekan
biaya-biaya pada periode tertentu :
Laba Bersih
Profit Margin =
Penjualan
2. Net Rate of ROI merupakan salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat
menyeluruh (komprehensif). Rasio ini mengukur efektifitas dari keseluruhan
operasi perusahaan. ROI itu sendiri adalah salah satu bentuk dari rasio
profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan
perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang
digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. ROI
dapat dihitung dengan rumus:
Laba Bersih
ROI =
Jumlah Aktiva
3. Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar
kemampuan per lembar saham untuk menghasilkan laba.
Laba Bersih Setelah Pajak
Earning per Share =
Jumlah Saham
3.5 Alat analisis
3.5.1 Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik perlu dilakukan sebelum suatu model regresi linier
digunakan. Tujuan pengujian ini adalah agar asumsi-asumsi yang mendasari
model regresi linier dapat terpenuhi sehingga dapat menghasilkan penduga yang
tidak bias. Oleh karena itu uji asumsi klasik terdiri dari :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,
variabel dependen, variabel independen, atau keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal
atau medekati normal. Untuk menguji normalitas data dapat diuji dengan
Kolmogorov Smirnov dengan melakukan pengujian pada standardized residual
pada model penelitiannya. Menurut Ghozali (2009), bahwa distribusi data dapat
dilihat dengan membandingkan Z hitung dengan Z table data pada unstandardized
residual dengan kriteria sebagai berikut :
1. Jika Z hitung (Kolmogorov Smirnov) < Z tabel (1,96) atau angka signifikansi
(Asymp. Sig. (2-tailed) ) > taraf signifikansi (α) 0,05 maka distribusi data
dikatakan normal.
2. Jika Z hitung (Kolmogorov Smirnov) > Z tabel (1,96) atau angka signifikansi
(Asymp. Sig. (2-tailed) ) < taraf signifikansi (α) 0,05 maka distribusi data
dikatakan tidak normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk menguji adanya
multikolinearitas dapat dilakukan dengan menganalisis korelasi antar variabel dan
perhitungan nilai tolerance serta variance inflation factor (VIF). Nilai VIF yang
diperkenankan adalah 10, jika nilai VIF lebih dari 10 maka dapat terjadi
multikolinearitas, yaitu terjadi hubungan yang cukup besar antara variable-
variabel bebas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi kolerasi maka dinamakan problem
autokorelasi. Untuk mengetahui apakah terjadi autokorelasi dalam suatu model
regresi, dapat digunakan uji Durbin Watson (Uji DW). Uji Durbin Watson (DW
test) digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya intercept
(konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag diantara variabel
independen.
Tabel 3.2 Kriteria Autokorelasi Durbin-Watson
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi negatif
Tolak
No decision
Tolak
0 < d <dL
dL ≤ d ≤ dU
4-dL < d < 4
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau
tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada
grafik scatterplot antar SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang
telah diprediksi, dan sumbu x adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang
telah diolah.
3.5.2 Pengujian hipotesis
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
liner berganda, dengan model analisis sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Keterangan :
Y = Corporate Social Responsibility
X1 = Net Profit Margin
X2 = ROI
X3 = Earning Per Share
a = Konstanta
b1-b3 = Koefesien regresi
e = Error
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi positif atau
negatif
No decision
Tidak ditolak
4-dU ≤ d ≤ 4-dL
dU < d < 4-dU
Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS
(statistical Package for The Social Science) ver 16.
Pengujian hipotesis yang dilakukan secara parsial bertujuan untuk mengetahui
pengaruh signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen dengan tingkat keyakinan 95% dan tingkat kesalahan α = 5%. Dengan
ketentuan sebagai berikut:
Jika sig ≤ 0,05 : Ha diterima
Jika sig > 0,05 : Ha ditolak
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Data yang digunakan untuk menghitung variabel independen adalah laporan
keuangan perusahaan sampel tahun 2007-2010. Laporan keuangan ini digunakan
untuk mencari Profitabilitas yang terdapat di perusahaan. Sedangkan untuk
menghitung variabel dependen, penelitian ini menggunakan data laporan tahunan
perusahaan tahun 2007-2010 untuk mencari Corporate Sosial Disclosure Index.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan metode
purposive sampling. Sampel yang diteliti sebanyak 11 perusahaan. Jumlah data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 44 perusahaan manufaktur.
4.2 Analisis Data
4.2.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menunjukkan jumlah data yang digunakan
dalam penelitian ini serta dapat menunjukkan nilai maksimum, nilai minimum,
serta nilai rata-rata standar deviasi dari masing-masing variabel. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi : CSR Disclosure Index, Net Profit
Margin, Return On Investment, dan Earning Per Share. Hasil olah data deskriptif
dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Standard
Deviation
CSR_INDEKS
NPM
ROI
EPS
Valid N
(listwise)
44
44
44
44
44
.35
.00
.58
4.93
.85
.17
40.67
315.00
.5511
.0780
11.3964
118.3905
.12295
.05093
10.40023
81.87777
Sumber : Lampiran 4
4.2.2 Corporate Social Disclosure Index
Dari tabel statistik deskriptif diatas yang terdiri dari 44 sampel perusahaan,
variabel Corporate Social Disclosure index (CSDI) memiliki rata-rata sebesar
0,5511 sepanjang periode penelitian dari tahun 2007 sampai 2010. Yang berarti
selama periode penelitian perusahaan melakukan pengungkapan sebesar 55% dari
78 item pengungkapan yang ada . Nilai CSDI tertinggi dihasilkan oleh PT.
United Tractor Tbk sebesar 0,85 dan nilai terendah sebesar 0,35 berasal dari PT
Metrodata Electronics Tbk.
4.2.3 Net Profit Margin (NPM)
Untuk rata-rata Net Profit Margin (NPM) sepanjang periode penelitian yaitu
sebesar 0,0780 hal ini berarti selama periode penelitian rata-rata perusahaan
memiliki tingkat penjualan sebesar 7,8 %. Proporsi Net Profit Margin (NPM)
tertinggi senilai 0,17 dihasilkan oleh PT Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2010.
Nilai terendah sebesar 0.00 dihasilkan oleh PT Metrodata Electronics Tbk pada
tahun 2009.
4.2.4 Return On Investment (ROI)
Untuk rata-rata Return On Investment (ROI) sepanjang periode penelitian yaitu
sebesar 11,34 hal ini berarti selama periode penelitian rata-rata perusahaan
memiliki tingkat pengembalian aset sebesar 1134 %. Proporsi Return On
Investment (ROI) tertinggi senilai 40,67 dihasilkan oleh PT Fast Food Indonesia
Tbk pada tahun 2009. Nilai terendah sebesar 0,58 dihasilkan oleh PT Tira Austine
Tbk pada tahun 2008.
4.2.5 Earning Per Share (EPS)
Untuk rata-rata Earning Per Share (EPS) sepanjang periode penelitian yaitu
sebesar 118,39 hal ini berarti selama periode penelitian rata-rata perusahaan
memiliki tingkat per lembar saham sebesar 11839 %. Proporsi Earning Per Share
(EPS) tertinggi senilai 315 dihasilkan oleh PT Unilever Indonesia Tbk pada tahun
2008. Nilai terendah sebesar 4,93 dihasilkan oleh PT Metrodata Electronics Tbk
pada tahun 2010.
4.3 Uji Asumsi Klasik
Dalam analisis regresi berganda diperlukan uji asumsi klasik sebagai dasar dalam
analisis regresi. Pengujian asumsi klasik ini bertujuan untuk mendapatkan analisis
yang akurat atas faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam analisis, serta
dimaksudkan apakah model digunakan benar-benar memenuhi asumsi klasik
dalam analisis regresi, yang meliputi asumsi: tidak terjadi multikolinearitas, tidak
terjadi autokorelasi, dan tidak terjadi heteroskedastisitas.
Pengujian atas asumsi klasik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,
variabel dependen, variabel independen, atau keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal
atau medekati normal. Untuk menguji normalitas data dapat diuji dengan
Kolmogorov Smirnov dengan melakukan pengujian pada standardized residual
pada model penelitiannya. Menurut Ghozali (2009), bahwa distribusi data dapat
dilihat dengan membandingkan Z hitung dengan Z table data pada unstandardized
residual dengan kriteria sebagai berikut :
1. Jika Z hitung (Kolmogorov Smirnov) < Z tabel (1,96) atau angka signifikansi
(Asymp. Sig. (2-tailed) ) > taraf signifikansi (α) 0,05, maka distribusi data
dikatakan normal.
2. Jika Z hitung (Kolmogorov Smirnov) > Z tabel (1,96) atau angka signifikansi
(Asymp. Sig. (2-tailed) ) < taraf signifikansi (α) 0,05, maka distribusi data
dikatakan tidak normal.
Hasil olah data Uji Normalitas dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2
Uji normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
CSR_
INDEX NPM ROI EPS
N 44 44 44 44
Normal
Parametersa,,b
Mean .5511 .0780 11.3964 118.3905
Std. Deviation .12295 .05093 10.40023 81.87777
Most Extreme
Differences
Absolute .130 .122 .149 .121
Positive .130 .122 .141 .121
Negative -.066 -.099 -.149 -.083
Kolmogorov-Smirnov Z .865 .811 .989 .804
Asymp. Sig. (2-tailed) .443 .526 .281 .537
Sumber : Lampiran 5a
Dari tabel 4.2 di atas nilai K-S untuk variabel CSR Index adalah 0,865 dengan p =
0,443. Sedangkan variabel NPM memiliki nilai K-S 0,811 dengan p = 0,526.
Untuk variabel ROI memiliki nilai K-S sebesar 0,989 dengan p = 0,281.
Sedangkan variabel EPS memiliki nilai K-S sebesar 0,804 dengan p = 0,537.
Untuk lebih memperjelas uji normalitas yang dilakukan, dapat dilihat pada
gambar 4.3 di bawah ini :
Gambar 4.3
Uji Normalitas
Sumber : Lampiran 5a
Dengan melihat tampilan grafik normal probability plot dapat disimpulkan bahwa
grafik normal plot memberikan pola distribusi normal yang mendekati normal.
Dari gambar di atas terlihat titik-titik menyebar mendekati garis diagonal serta
penyebarannya di sekitar garis diagonal. Sehingga dapat dikatakan berdistribusi
normal dan model regresi layak untuk dipakai dalam penelitian ini.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk menguji adanya
multikolinearitas dapat dilakukan dengan menganalisis korelasi antar variabel dan
perhitungan nilai tolerance serta variance inflation factor (VIF). Nilai VIF yang
diperkenankan adalah 10, jika nilai VIF lebih dari 10 maka dapat terjadi
multikolinearitas, yaitu terjadi hubungan yang cukup besar antara variable-
variabel bebas.
Tabel 4.4
Uji Multikolinearitas
Variabel Tolerance VIF Keterangan
NPM 0.546 1.833 Bebas Multikolinearitas
ROI 0.415 2.412 Bebas Multikolinearitas
EPS 0.643 1.555 Bebas Multikolinearitas
a. Dependent Variable: CSR_INDEKS
Sumber : lampiran 5b
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada masing-masing variabel tidak terjadi
multikolinearitas karena memiliki tolerance lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang
dari 10.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi linier ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode
sebelumnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
Untuk mengetahui apakah terjadi autokorelasi dalam suatu model regresi, dapat
digunakan uji Durbin Watson (Uji DW).
Tabel 4.5
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
R Square R R Sequare Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Durbin-
Watson
.356 .597a .356 .308 .10229 2.475
a. Predictors: (Constant), EPS, NPM, ROI
b. Dependent Variable: CSR_INDEX
Sumber : Lampiran 5c
Dari tabel di atas dapat diketahui DW sebesar 2,475 dari jumlah sampel 44
dengan variabel berjumlah 3 ( n = 44, k = 3 ) dan tingkat signifikansi 0,05.
Dengan data tersebut maka batas dL = 1,38 dan dU = 1,63.
Tabel 4.6 Interpretasi Hasil Autokolerasi Durbin Watson
Nilai d Hipotesis Nol Keputusan
0 < d < 1,38
1,38 < d < 1,67
2,62 < d < 4
2,33 < d < 2,62
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi negatif
Tolak
No decision
Tolak
No decision
1,67 < d < 2,33 Tidak ada autokorelasi,
positif atau negatif
Tidak ditolak
Dari tabel di atas, maka dapat dilihat hasil uji autokorelasi dengan nilai Durbin-
Watson sebesar 2,475 di mana nilai d lebih dari 1,38 dan kurang dari 2,62,
sehingga maka dapat disimpulkan bahwa tidak bisa menolak H0 yang menyatakan
bahwa tidak ada autokolerasi positif atau negatif (Ghozali, 2009).
d. Uji Heterokedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah faktor pengganggu mempunyai variasi
sama atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau
tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi gejala heteroskedastisitas
dalam persamaan regresi digunakan metode dengan menggunakan plot pada
regresi. Jika pada grafik scatterplot ada pola tertentu seperti titik-titik (point-
point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang,
melebar, kemudian menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas, jika tidak
ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada
sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Tabel 4.7
Uji Heterokesdatisitas
Sumber : Lampiran 5d
Berdasarkan grafik scatter plot di atas, dapat dilihat bahwa titik-titik berpencar,
tidak membentuk pola tertentu, serta tersebar baik di bawah angka 0 pada sumbu
Y. Hal ini dapat disimpulkan regresi dalam penelitian ini tidak terjadi
heterokedastisitas.
4.3. Koefisien Determinasi (Goodness of Fit Test)
Goodness of Fit Test berguna untuk mengukur ketepatan fungsi regresi sampel
yang dinyatakan dalam koefisien determinasi majemuk (R2), di mana koefisien
determinasi ini berguna untuk mengukur kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Jika nilai R2 kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.
Sedangkan nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen.
Tabel 4.6 Hasil Uji Goodness of Fit
Model Summaryb
Model R R
Sequare
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .597a .356 .308 .10229 2.475
a. Predictors: (Constant), EPS, NPM, ROI
b. Dependent Variable: CSR_INDEKS
Sumber :Lampiran 6a
Nilai adjusted R2
yang diperoleh dari pengujian regresi yang telah dilakukan
sebesar 0,308 yang menunjukkan bahwa variabel independen (Profitabilitas yang
di proksikan dengan Net Profit margin, Return On Investment, dan Earning Per
Share) mampu menjelaskan variabel dependen (corporate social disclosure index)
sebesar 30,8 % sedangkan sisanya sebesar 69,2 % dijelaskan atau dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi ini.
4.4. Signifikansi Model Regresi
Signifikansi model regresi ini diuji dengan melihat antara F-tabel dan F-hitung
sedangkan signifikansi koefisien variabel independen secara individual dihitung
dengan melihat perbandingan t-tabel dan t-hitung untuk tiap koefisien variabel.
Hasil analisis regresi disajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.7 Signifikansi Model Regresi
ANOVAb
Model Sum of
Squares
DF Mean
Square
f Sig.
Regression
Residual
Total
.232
.419
.650
3
40
43
.077
.010
7.375 .000a
a. Predictors: (Constant), EPS, NPM, ROI
b. Dependent Variable: CSR_INDEX
Sumber : Lampiran 6b
Dari hasil analisis regresi ini, didapat F-hitung sebesar 7,375 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,000. Karena probabilitas 0,000 yang artinya lebih kecil
daripada 0,05, maka model regresi ini (CSDI = α + b1NPM+ b2 ROI+ b2 EPS+ ε)
dapat digunakan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel
profitabilitas mempengaruhi Corporate Social Disclosure Index (CSDI). Atau
dengan kata lain, model regresi penelitian ini adalah signifikan.
4.5. Pengujian Hipotesis
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan besarnya nilai probabilitas ( p-
value ) masing-masing koefisien regresi variabel independen dibandingkan
dengan tingkat signifikansi (α ). Dengan dasar keputusan berdasarkan probabilitas
sebagai berikut :
Jika ( p-value) > 0,05 maka Ha tidak terdukung.
Jika (p-value ) ≤ 0,05 maka Ha terdukung.
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Hipotesis
Model
Unstandardized
Coefficients
Standarized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1. (Constant) .423 .033 13.019 .000
NPM .880 .415 .365 2.122 .040
ROI .001 .002 .075 .382 .705
EPS .000 .000 .277 1.750 .018
a. Dependent Variable: CSDI
Sumber : Lampiran 6c
Analisis linier berganda digunakan untuk mendapat koefisien regresi yang akan
menentukan apakah hipotesis yang dibuat akan diterima atau ditolak. Atas dasar
hasil analisis regresi dengan menggunakan sebesar tingkat signifikansi sebesar 5%
diperoleh persamaan sebagai berikut:
CSDI = 0,423 + 0,880 ROA + 0,001 ROI + 0,000 EPS + e
Hasil persamaan menunjukkan bahwa profitabilitas perusahaan yang di proxy kan
NPM, ROI, dan EPS memiliki koefisien positif. Hal ini berarti bahwa peningkatan
profitabilitas perusahaan akan meningkatkan tingkat Corporate Social Disclosure
(CSR).
Berdasarkan persamaan regresi di atas maka selanjutnya dapat dianalisis pengaruh
dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, yaitu:
1. Nilai koefisien regresi 0,880 (X1) pada variabel Profitabilitas yang
diproksikan dengan NPM periode t terdapat hubungan positif dengan
Tingkat Corporate Social Responsibility. Hal ini menunjukkan bahwa
setiap kenaikan satu persen dari Profitabilitas periode t akan menyebabkan
kenaikan Pengungkapan Sosial yang diterima sebesar nilai koefisiennya
sebesar 0,880 dengan asumsi variabel independen yang lain nilainya tetap.
2. Nilai koefisien regresi 0,001 (X2) pada variabel Profitabilitas yang
diproksikan dengan ROI periode t terdapat hubungan positif dengan
Tingkat Corporate Social Responsibility. Hal ini menunjukkan bahwa
setiap kenaikan satu persen dari Profitabilitas periode t akan menyebabkan
kenaikan Pengungkapan Sosial yang diterima sebesar nilai koefisiennya
sebesar 0,001 dengan asumsi variabel independen yang lain nilainya tetap.
3. Nilai koefisien regresi 0,000 (X3) pada variabel Profitabilitas yang
diproksikan dengan EPS periode t terdapat hubungan positif dengan
Tingkat Corporate Social Responsibility. Hal ini menunjukkan bahwa
setiap kenaikan satu persen dari Profitabilitas periode t akan menyebabkan
kenaikan Pengungkapan Sosial yang diterima sebesar nilai koefisiennya
sebesar 0,000 dengan asumsi variabel independen yang lain nilainya tetap.
4.5.1 Analisis Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Tingkat CSR
Pengujian terhadap hipotesis pertama bertujuan untuk membuktikan pengaruh dari
Profitabilitas terhadap tingkat CSR yang dihitung dengan Net Profit Margin pada
perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Dapat dilihat pada tabel
4.8 di atas, diperoleh koefisien regresi sebesar 0,880 dan nilai signifikansi sebesar
0,040, di mana nilainya lebih kecil dari 0,05, maka Ha1 terdukung yang
menyatakan terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Profitabilitas yang di
proxy kan NPM terhadap tingkat CSR perusahaan.
4.5.2 Analisis pengaruh Return On Investment Terhadap Tingkat CSR
Pengujian terhadap hipotesis kedua bertujuan untuk membuktikan pengaruh dari
Profitabilitas terhadap tingkat CSR yang dihitung dengan Return On Investment
pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Dapat dilihat pada
tabel 4.8 di atas, diperoleh koefisien regresi sebesar 0,001 dan nilai signifikansi
sebesar 0,705, di mana nilainya lebih besar dari 0,05, maka Ha2 tidak terdukung
yang berarti variabel Return On Investment tidak berpengaruh signifikan terhadap
tingkat CSR perusahaan.
4.5.3 Analisis pengaruh Earning Per Share Terhadap Tingkat CSR
Pengujian terhadap hipotesis ketiga bertujuan untuk membuktikan pengaruh dari
Profitabilitas terhadap tingkat CSR yang dihitung dengan Earning Per Share
pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Dapat dilihat pada
tabel 4.8 di atas, diperoleh koefisien regresi sebesar 0,000 dan nilai signifikansi
sebesar 0,018, di mana nilainya lebih kecil dari 0,05, maka Ha3 terdukung yang
menyatakan terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Profitabilitas yang di
proxy kan EPS terhadap tingkat CSR perusahaan.
Tabel 4.9 Kesimpulan Pengujian Hipotesis
Hipotesis Uraian Nilai
Signifikansi Kesimpulan
Ha1
Profitabilitas yang diproksikan
dengan NPM berpengaruh
positif terhadap tingkat CSR
pada perusahaan manufaktur di
BEI.
0,040 Ha1
Terdukung
Ha2
Profitabilitas yang diproksikan
dengan ROI berpengaruh positif
terhadap tingkat CSR pada
perusahaan manufaktur di BEI.
0,705 Ha2 tidak
terdukung
Ha3
Profitabilitas yang diproksikan
dengan EPS berpengaruh positif
terhadap tingkat CSR pada
perusahaan manufaktur di BEI. 0,018
Ha3
Terdukung
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menguji 44 sampel dari
perusahaan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari
tahun 2007 sampai 2010, maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut :
1. Profitabilitas perusahaan yang di proxy kan pada NPM, ROI, dan EPS
secara bersama-sama memiliki kemampuan untuk mempengaruhi tingkat
CSR perusahaan Manufaktur.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik NPM dan EPS
mempunyai pengaruh terhadap CSR perusahaan Manufaktur.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ROI tidak berpengaruh
terhadap tingkat CSR perusahaaan Manufaktur.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan bagi peneliti berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik,
yaitu:
1. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini hanya menggunakan
perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Sehingga kesimpulan penelitian ini mungkin tidak akan berlaku untuk
perusahaan pada sektor lainnya;
2. Variabel-variabel yang bisa digunakan untuk mengetahui pengaruh terhadap
CSR ada banyak, namun dalam penelitian ini hanya menggunakan rasio
Profitabilitas yang diwakilkan oleh NPM, ROI, dan EPS sebagai variabel
independen; serta satu variabel dependen, yaitu CSR. Sehingga untuk
penelitian selanjutnya perlu adanya penambahan variabel-variabel
independen yang lain agar mampu menjelaskan jumlah informasi sosial
yang diungkapkan.
3. Perusahaan manufaktur yang memiliki Laba Positif selama tahun 2007-
2010.
4. Subjektivitas dalam pengukuran pengungkapan sosial tidak dapat dihindari
sehingga kemungkinan terjadi bias dalam pengukuran pengungkapan sosial.
5.3 Saran
Dari hasil penelitian ini, penulis menyampaikan saran sebagai berikut:
1. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel
penelitian dan tidak terbatas hanya pada sektor manufaktur saja sehingga
diharapkan dapat meningkatkan keakuratan hasil penelitian;
2. Penelitian ini hanya konsentrasi pada rasio laba yg diwakili profitabilitas
perusahaan manufaktur. Jadi, untuk peneliti selanjutnya diharapkan
menambahkan variabel lain sebagai variabel independen selain rasio
profitabilitas yang terkait hubungannya dengan CSR , misalnya : leverage,
size perusahaan,dll.
3. Memperluas penelitian dengan cara memperpanjang periode penelitian
dengan menambah tahun pengamatan dan juga memperbanyak jumlah
sampel untuk penelitian yang akan datang; dan