pengaruh pengadopsian international financial … · telah membuat akuntansi dan kerangka kerja...
TRANSCRIPT
PENGARUH PENGADOPSIAN INTERNATIONAL
FINANCIAL REPORTING STANDARD TERHADAP
CATATAN AUDITOR
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi (S1)
pada Program Sarjana Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro
Disusun oeh:
DHANY GUNO SAMEKTO
NIM.C2C009041
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
ii
PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama Penyusun : Dhany Guno Samekto
Nomor Induk Mahasiswa : C2C009041
Fakultas/Jurusan : Ekonomika dan Bisnis/Akuntansi
Judul Skripsi : PENGARUH PENGADOPSIAN
INTERNATIONAL FINANCIAL
REPORTING STANDARD TERHADAP
CATATAN AUDITOR
Dosen Pembimbing : Prof. Dr. H. M. Syafruddin, M.Si., Akt
Semarang, 11 Maret 2013
Dosen Pembimbing,
(Prof. Dr. H. M. Syafruddin, M.Si., Akt)
NIP. 196204161988031003
iii
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN
Nama Penyusun : Dhany Guno Samekto
Nomor Induk Mahasiswa : C2C009041
Fakultas/Jurusan : Ekonomika dan Bisnis/Akuntansi
Judul Skripsi : PENGARUH PENGADOPSIAN
INTERNATIONAL FINANCIAL
REPORTING STANDARD TERHADAP
CATATAN AUDITOR
Telah dinyatakan lulus ujian tanggal 25 Maret 2013
Tim Penguji
1. Prof. Dr. H. M. Syafruddin, M.Si.,Akt (.................................)
2. Dr. Darsono SE.,MBA.,Akt (.................................)
3. Siti Mutmainah, SE., M.si., Akt (.................................)
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Yang bertandatangan di bawah ini saya, Dhany Guno Samekto,
menyatakan bahwa skripsi dengan judul: PENGARUH PENGADOPSIAN
IFRS TERHADAP CATATAN AUDITOR, adalah hasil tulisan saya
sendiri.dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam
skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang
saya ambil dengan cara mengambil atau meniru dalam bentuk rangkaian
kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran
dari penulis lain, yang saya akui seolah – olah sebagai tulisan saya sendiri,
dan/atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau
yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis
aslinya.
Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal
tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan
menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila
kemudian hari terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru
tulisan orang lainseolah – olah hasil pemikiran sayasendiri, berarti gelar dan
ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Semarang, 11 Maret 2013
Yang membuat pernyataan,
(Dhany Guno Samekto)
NIM. C2C009041
v
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN
MOTTO
Motto:
Terkadang yang baik menurut kita belum
tentu terbaik untuk kita
“Bersyukurlah”
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
AYAH Dan IBU
Keluarga besar saya tercinta
Sahabat-sahabat terbaik saya
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh International
Financial Report Standard (IFRS), memahami bagaimana pengaruh adopsi dan
aplikasi IFRS terhadap catatan auditor. Penelitian ini berusaha memahami
perkembangan dalam bidang audit dan bidang akuntansi.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dengan
menggunakan data sekunder. Metode sampling yang digunakan adalah purposive
sampling dengan berbagai karakter yang telah ditentukan.Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 82,tetapi terdapat outlayer sebanyak 13
sehingga sampel menjadi 69. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis
regresi linear. Analisa dilakukan baik secara serentak melalui uji F test maupun
secara parsial melalui uji t test.
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa variabel perubahan jumlah
catatan penjelas sesuai IFRS dan perubahan jumlah penyesuaian ekuitas yang
diusulkan oleh catatan yang menyertai laporan keuangan sesuai dengan PSAK
berpengaruh signifikan terhadap Perubahan jumlah catatan auditor sebelum dan
setelah pembenaran IFRS.
Kata kunci : Catatan Auditor, IFRS, Audit
vii
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of the International Financial
Report Standards (IFRS), to understand how to influence the adoption and application
of IFRS to the auditor's records.
This study attempts to understand developments in the field of auditing
and accounting.The study was conducted using quantitative methods using secondary
data. The sampling method used was purposive sampling with the specified character. The sample used in this study were 82, but there are as many as 13 outlayer that the
sample to 69. The analysis technique used is linear regression analysis. Analysis is
performed either simultaneously with the test and the partial F test through test t test.
From the results of the analysis indicate that the variable changes in the
explanatory notes in accordance IFRS equity adjustments and changes in the amount
proposed by the notes accompanying the financial statements in accordance with GAAP
have significant to change the number of records auditors before and after IFRS
justification.
Keyword: IFRS, Auditor notes, audit
viii
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hari, penulis panjatkan puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh pengadopsian IFRS
terhadap catatan auditor” tepat pada waktunya.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian dari
persyaratan untuk menyelesaikan studi sarjana S-1 FE jurusan akuntansi Undip
Semarang.
Proses pembuatan skripsi ini sangat menguras waktu, tenaga, pikiran
dan biaya. Ada beberapa kendala yang penulis temui di lapangan. Namun berkat
bantuan dari keluarga, teman-teman, dan dosen pembimbing akhirnya skripsi ini
dapat terselesaikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis dengan
ketulusan hati ingin mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada:
1. Prof. Drs. H. Mohamad Nasir, M.Si., Akt., Ph.D selaku Dekan FE
UNDIP yang telah memberikan dedikasinya sehingga FE Undip
dapat dibanggakan
2. Prof. Dr. Muchamad Syafruddin, M.Si., Akt. selaku dosen pembimbing
yang telah membimbing penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi tepat waktu.
3. Prof. Dr. Muchammad Syafruddin, M.Si., Akt selaku Ketua
Jurusan Akuntansi yang telah memberikan dedikasinya sehingga
kualitas pendidikan di jurusan akuntansi semakin bagus.
4. Nur Cahyonowati S.E.,Msi.,Akt selaku dosen wali yang telah
membimbing penulis selama menempuh pendidikan di
Universitas Diponegoro.
5. Seluruh dosen dan segenap staf Akuntansi atas ilmu dan bantuan yang
telah diberikan.
6. Papa, Mama, dan keluarga besar penulis yang telah
memberikan motivasi serta bantuan moral dan materi sehingga
penulis terpacu untuk segera menyelesaikan studinya.
7. Keluarga besar eyang Sri Endah yang telah menyediakan tempat
ix
tinggal untuk penulis
8. Teman-teman dengan dosen pembimbing yang sama: Dilla, Alvin,
Tami, Letsa, Anton, Bagus yang telah membantu penulis
menyelesaikan skripsi
9. Sahabat-sahabat terbaik penulis selama di Semarang; Bagus,
Anton, Afnan, Andra, Putra, Romadhon, Panca, Fais, , Septian dan
sahabat lain yang belum saya sebutkan. Semoga persahabatan ini
terjalin sampai kapan pun juga.
10. Teman-teman akuntansi 2009 yang telah meramaikan kelas selama 3,5
tahun.
11. Teman-teman alumni Smanda yang berada di Semarang
12. Teman-teman KKN; Kharis, Reza, Ridlwan, Ferry, Octo, Ria, Iin,
Fittiara, Eny, dan Dien yang selalu memotivasi penulis untuk
menyelesaikan skripsi.
13. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Terima
kasih atas bantuannya selama ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dan studi tepat waktu.
Semarang, 11 Maret 2013
Penulis
Dhany Guno Samekto
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i
PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................................................. ii
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN ........................................................................ iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO ............................................................ v
ABSTRAK ..................................................................................................................... vi
ABSTRACT ................................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xi
DAFRTAR TABEL ........................................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 7
1.4 Kegunaan Penelitian ................................................................................... 8
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 11
2.1 Landasan Teori ............................................................................................. 11
2.1.1 Pengertian IFRS ................................................................................... 11
2.1.2 Sejarah Standar Akuntansi Indonesia .................................................. 21
2.1.3 Ukuran Auditor dan Konvergensi SAK ............................................... 26
2.1.4 Teori New Institusional ....................................................................... 28
2.1.5 Teori Regulasi ...................................................................................... 30
2.1.6 Teori Keadilan ..................................................................................... 31
xi
2.1.7 Teori Signal ......................................................................................... 32
2.1.8 Penelitian terdahulu ............................................................................. 33
2.2 Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 34
2.3 Hipotesis ....................................................................................................... 36
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ................................ 41
3.2 Populasi dan Sampel ..................................................................................... 43
3.2 Jenis dan Sumber Data .................................................................................. 44
3.3 Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 45
3.4 Metode Analisis ............................................................................................ 46
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Statistik deskriptif ......................................................................................... 55
4.2 Pengujian terhadap Pemenuhan Asumsi Klasik ........................................... 57
4.3 Analisis Statistik ........................................................................................... 63
4.4 Pembahasan .................................................................................................. 75
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 78
5.2 Keterbatasan ................................................................................................. 81
5.3 Saran ............................................................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 83
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................................. 85
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
GAMBAR 2.2 ........................................................................................................... 35
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 SAK Konvergensi ........................................................................................... 16
Tabel 2.2 konsekuensi ekonomi ..................................................................................... 31
Tabel 3.1Kriteria Autokorelasi Durbin-Watson ............................................................. 50
Tabel 4.1 Descriptive Statistic ........................................................................................ 55
Tabel 4.2 Uji Skwenes .................................................................................................... 58
Tabel 4.3 Nilai tolerance danVIF ................................................................................... 60
Tabel 4.4 Durbin-Watson Statistik ................................................................................. 61
Tabel 4.5 Uji heteroskedastisitas .................................................................................... 62
Tabel 4.6 Hasil uji hipotesis I ......................................................................................... 63
Tabel 4.7 Hasil uji hipotesis II........................................................................................ 65
Tabel 4.8 Hasil uji hipotesis III ...................................................................................... 66
Tabel 4.9 Hasil uji koefisien determinasi ....................................................................... 68
Tabel 4.10 Hasil uji hipotesis berganda I ....................................................................... 70
Tabel 4.11 Hasil uji hipotesis berganda II ...................................................................... 71
Tabel 4.12 Hasil uji hipotesis berganda III..................................................................... 72
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dibahas latar belakang dilakukannya penelitian yang terkait dengan
perkembangan di bidang akuntansi dengan di bidang audit. Rumusan masalah, tujuan
dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan penelitian ini juga akan disajikan
pada bab ini, uraian selengkapnya dapat dilihat sebagai berikut.
1.1. Latar Belakang Masalah
Transaksi antar negara dan prinsip-prinsip akuntansi yang berbeda antar
negara mengakibatkan adanya kebutuhan akan standar akuntansi yang berlaku
internasional. Oleh karena itu muncul organisasi yang bernama IASB atau
International Accounting Standar Board yang mengeluarkan International
Financial Report Standar (IFRS). IFRS kemudian dijadikan sebagai pedoman
penyajian laporan keuangan di berbagai negara.
Pengenalan standar akuntansi internasional terbaru yang mengacu pada
IFRS di Indonesia dan dikombinasikan dengan peraturan-peraturan akuntansi
atau sering disebut PSAK yang telah diadopsi selama beberapa tahun terakhir,
telah membuat akuntansi dan kerangka kerja audit yang baru. Pengadopsian
IFRS ke dalam PSAK merupakan langkah awal untuk aplikasi umum aturan
akuntansi yang menyediakan pengertian secara umum tentang laporan keuangan
dengan meningkatkan tingkat pengungkapan dan/atau menghilangkan
penyesuaian.
2
Perkembangan akuntansi internasional semakin berkembang, dan sudah
banyak negara yang menganut IFRS. Hal tersebut dapat meningkatkan daya
informasi dari laporan keuangan perusahaan-perusahaan. Indonesia pun
dianggap perlu melakukan konvergensi IFRS agar dapat meningkatkan daya
informasi dari laporan keuangan perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Penelitian adopsi IFRS pada perusahaan diteliti oleh Petreski (2006).
Penelitian tersebut menyatakan bahwa pengaruh adopsi IFRS pada perusahaan
terdiri dari 2 aspek yaitu pengaruhnya pada manajemen perusahaan dan laporan
keuangan perusahaan. Pengaruh adopsi IFRS pada manajemen perusahaan yaitu;
pertama, persyaratan akan item-item pengungkapan akan semakin tinggi, karena
pengungkapan yang semakin tinggi berhubungan dengan nilai perusahaan yang
semakin tinggi pula. Kedua, dengan mengadopsi IFRS manajemen memiliki
akuntabilitas yang tinggi dalam menjalankan perusahaan. Ketiga, dengan
mengadopsi IFRS, laporan keuangan perusahaan dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan perusahaan, karena laporan keuangan perusahaan
tersebut menghasilkan informasi yang lebih relevan, krusial dan akurat.
Keempat, dengan mengadopsi IFRS, laporan keuangan perusahaan akan lebih
mudah dipahami, dapat diperbandingkan dan menghasilkan informasi yang valid
untuk aktiva, hutang, ekuitas, pendapatan dan beban perusahaan. Kelima,
dengan mengadopsi IFRS, akan membantu investor dalam mengestimasikan
invetasi pada perusahaan berdasarkan data-data laporan keuangan perusahaan
pada tahun sebelumnya. Keenam, dengan semakin tingginya tingkat
pengungkapan suatu perusahaan maka berdampak pada rendahnya biaya modal
3
perusahaan. Pengaruh yang terakhir adalah rendahnya biaya untuk
mempersiapkan laporan keuangan berdasarkan IFRS.
Pengaruh Adopsi IFRS pada laporan keuangan perusahaan yaitu dengan
mengadopsi IFRS, laporan keuangan yang dihasilkan memiliki tingkat
kredibilitas yang tinggi. Dampak IFRS terhadap laporan keuangan yaitu terdapat
perbedaan pengukuran item-item dalam laporan keuangan dan rasio keuangan
perusahaan. Misalnya, total aktiva dan nilai buku ekuitas akan menghasilkan
nilai yang lebih tinggi jika mengadopsi IFRS dan yang terakhir, dengan
mengadopsi IFRS, manajemen laba akan semakin rendah, pengakuan kerugian
akan semakin sering atau perusahaan lebih konservatis, dan memiliki nilai
relevansi (value relevance) yang semakin tinggi.
Dalam penelitian tersebut disajikan tabel laporan keuangan yang
memakai standar sebelum adopsi IFRS dan setelah adopsi IFRS. Terdapat
perbedaan angka pada item yang sama. Hal ini terjadi karena berbagai alasan
salah satunya adalah karena adopsi IFRS membuat perusahaan lebih sering
mengakui kerugian.
Pengadopsian terhadap IFRS berdampak pada aspek-aspek
pengukuran item pelaporan keuangan seperti net income dan equity
(Jermakowijcz, 2004) serta penelitian Daske dan Gunther (2006) menyatakan
bahwa pengapdopsian IFRS meningkatkan kualitas financial statement.
Butler et al. (2004) mengatakan bahwa earning management pada laporan
keuangan dapat diidentifikasi dengan menggunakan rasio kunci yakni seperti
gearing dan likuiditas, dan penerapan standar IFRS pada item laporan keuangan
ini dapat mengurangi tingkat earning management. Tsalavoutas dan Evans
4
(2010) juga menyatakan bahwa pengapdopsian IFRS berpengaruh signifikan
terhadap share holder equity, net income dan liquidity. Peningkatan informasi
akuntansi juga berhubungan dengan pihak yang melakukan pemeriksaan
terhadap informasi tersebut, pihak yang akan mengidentifikasi setiap kecurangan
yang terjadi pada laporan keuangan. Pihak itu adalah profesi akuntan public.
Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari
profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan
tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan
dalam laporan keuangan (Mulyadi 2002:3). Beberapa penelitian menyebutkan
bahwa adanya hubungan antara kualitas audit dengan ukuran perusahaan
audit. Hubungan tersebut terjadi dalam kaitannya dengan reputasi perusahaan
audit tersebut. DeAngelo (1981) berargumentasi bahwa kualitas audit secara
langsung berhubungan dengan ukuran dari perusahaan audit, dengan proksi
untuk ukuran perusahaan audit adalah jumlah klien. Perusahaan audit yang besar
adalah dengan jumlah klien yang lebih banyak. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa perusahaan audit yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas
audit yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan audit yang kecil. Karena
perusahaan audit yang besar, jika tidak memberikan kualitas audit yang
tinggi akan kehilangan reputasinya, dan jika ini terjadi maka dia akan
mengalami kerugian yang lebih besar dengan kehilangan klien. Libby (1979)
melaporkan bukti bahwa bank loan officers menganggap bahwa adanya
perbedaan dalam reputasi dari accounting firms, dia membedakan antara the big
four group dan non the big four, dan juga Shockley (1981) mengindikasikan
bahwa persepsi dari independent auditor secara signifikan berbeda antara
5
perusahaan audit yang besar dan kecil.
Dye (1993), dalam Djamil (2010) mengatakan bahwa auditor yang
mempunyai kekayaan atau asset yang lebih besar mempunyai dorongan untuk
menghasilkan laporan audit yang lebih akurat dibandingkan dengan auditor
dengan kekayaan yang lebih sedikit. Auditor yang memiliki kekayaan lebih
besar (deeper pockets) adalah audit size firms yang besar. Dengan kata lain,
perusahaan audit yang besar lebih mampu menangkap signal akan
penyelewengan keuangan yang terjadi dan mengungkapkannya dalam pendapat
audit mereka. ( Lennox (1999)).
Auditor sering kali memberikan catatan penjelas dalam laporan auditor
mereka atau bisa di katakan memberikan catatan auditor. Catatan auditor tersebut
memberikan konotasi negatif pada perusahaan yang mendapatkannya karena
perusahaan tersebut masih belum jelas dalam melaporkan laporan keuangan
mereka.
Perubahan laporan dan catatan auditor sebelum dan setelah penerapan
IFRS dianalisis. Laporan perusahaan, sebagai bagian penting dari laporan
keuangan diterbitkan sesuai dengan IFRS, berisi banyak informasi yang
digunakan untuk dimasukkan dalam catatan auditor. Catatan atas laporan
keuangan berdasarkan PSAK sebelum penerapan IFRS dan catatan penjelasan
disajikan dalam laporan setelah penerapan IFRS perusahaan dianalisis dan
dibandingkan. Sebelum penerapan IFRS disadari bahwa beberapa catatan
perusahaan termasuk penting informasi untuk penggunaan yang tidak
semestinya dari GAAP Yunani. Laporan auditor digunakan untuk merujuk pada
catatan ini dalam rangka untuk menyajikan pandangan yang lengkap laporan
6
keuangan perusahaan yang telah diaudit. Setelah penerapan IFRS dan aturan
saat ini diadopsi audit baru, disadari bahwa laporan auditor menjadi "jelas" dan
catatan dan komentar mereka buat, catatan tersebut kini telah menghilang dari
laporan keuangan dan laporan auditor.
Penelitian ini ditujukan untuk mengisi literatur yang ada dalam
menjelaskan dampak transisi IFRS secara spesifik dalam laporan
keuangan (financial statement) di Indonesia. Berdasarkan latar belakang
tersebut, maka penulis ingin mengetahui dampak transisi pengapdopsian IFRS
terhadap catatan auditor. Oleh karena itu penulis mengambil penelitian dengan
judul “ Pengaruh Pengadopsian IFRS Terhadap Catatan Auditor”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut,rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah
1. Apakah jumlah catatan auditor yang memerlukan penyesuaian
terhadap laporan keuangan menurun setelah aplikasi IFRS.
2. Apakah jumlah penyesuaian auditor berhubungan positif dengan
jumlah catatan yang menyiratkan penyesuaian, dilakukan sesuai
dengan PSAK sebelum adopsi IFRS.
3. Apakah jumlah penyesuaian auditor berhubungan positif dengan
jumlah catatan yang menyiratkan penyesuaian, dilakukan sesuai
dengan PSAK setelah adopsi IFRS.
7
1.3. Tujuan penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan diantaranya:
a. Membuktikan adanya penurunan jumlah penyesuaian catatan auditor
setelah pengadopsian IFRS.
b. Membuktikan adanya pengaruh antara jumlah catatan penyesuaian
auditor terhadap jumlah catatan manajemen,berdasarkan PSAK
c. Membuktikan adanya pengaruh antara jumlah catatan penyesuaian
auditor terhadap jumlah catatan manajemen,berdasarkan IFRS
1.4. Kegunaan penelitian
Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak, antara lain:
1. Memberikan kontribusi terhadap ilmu akuntansi, terutama mengenai
bagaimana dan apa dampak yang diberikan transisi IFRS pada
laporan keuangan perusahaan yang listing di BEI
2. Memberikan kontribusi praktis terhadap perusahaan dan manajemen
dalam menjelaskan transisi peraturan yang baru
3. Sebagai bahan pertimbangan pemerintah dan lembaga-
lembaga penyusun standar keuangan Indonesia dalam
meningkatkan kualitas standar yang telah ada
4. Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan
penelitian selanjutnya.
5. Sebagai gambaran bagi pengguna laporan keuangan mengenai dampak
8
transisi IFRS
6. Sebagai bahan pertimbangan pada auditor baik big 4 auditor
maupun non big 4 auditor
7. Sebagai kewajiban penulis dalam menyelesaikan S1 dalam
bidang akuntansi pada Universitas Diponegoro
1.5. Sistematika Penelitian
Untuk memudahkan pemahaman mengenai isi skripsi ini, maka penulisan
skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab yang terdiri Bab I Pendahuluan, Bab II Telaah
Pustaka, Bab III Metode Penelitian, Bab IV Hasil dan Analisis, dan Bab V Penutup.
Diskripsi dari masing-masing bab ini dijelaskan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah yang merupakan dasar
pemikiran mengenai faktor-faktor yang disinyalir dapat mempengaruhi
praktik perataan laba dalam perusahaan, rumusan masalah sebagai
sesuatu yang diangkat untuk diteliti, tujuan penelitian yang ingin
dicapai dengan diadakannya penelitian ini dan sesuai dengan latar
belakang dan rumusan masalah yang telah dibuat, manfaat penelitian
yang diharapkan akan didapat dari penelitian ini, dan sistematika
penulisan skripsi.
9
BAB II : TELAAH PUSTAKA
Bab ini menjelaskan teori dan konsep yang melandasi topik
permasalahan penulisan skripsi ini dan mengemukakan penelitian yang
telah dikembangkan sebelumnya serta kerangka pemikiran untuk
memperjelas maksud dari penelitian ini. Pada akhir bab ini diberikan
perumusan hipotesis awal dan metode analisis yang digunakan dalam
penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi deskripsi mengenai operasional pelaksaan penelitian,
obyek penelitian, rancangan penelitian, jenis dan sumber data, ruang
lingkup penelitian, prosedur pengumpulan data, dan teknik analisis
yang digunakan.
BAB IV : HASIL DAN ANALISIS
Pada bab ini diuraikan diskripsi objek penelitian, analisis data yang
digunakan, interpretasi hasil dan argumentasi terhadap hasil penelitian
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.
Bagian kesimpulan menyajikan secara ringkas apa yang telah diperoleh
dari pembahasan selain itu bab ini juga menjelaskan tentang
10
keterbatasan dari penelitan ini dan saran peneliti bagi pihak yang
berkepentingan terhadap penelitian ini.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini, disajikan telaah pustaka dan perumusan hipotesis yang
mencakup: teori-teori yang mendukung penelitian dan penelitian terdahulu serta
perumusan hipotesis. Penelitian terdahulu menguraikan kajian hasil-hasil
penelitian. Perumusan hipotesis mencakup hipotesis dan kerangka pemikiran
teoritis mengenai hipotesis terkait dengan pengaruh IFRS terhadap catatan
auditor. Secara rinci, telaah pustaka dan perumusan hipotesis disajikan sebagai
berikut.
2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu
Pada bagian landasan teori akan dijelaskan teori-teori yang mendukung
dalam perumusan hipotesis penelitian ini, serta membantu dalam menganalisis
hasil penelitian yang didapat dalam penelitian. Sedangkan untuk telaah pustaka
yang berasal dari penelitian terdahulu, akan dijelaskan tentang hasil-hasil
penelitian yang didapat oleh peneliti terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh
IFRS terhadap catatan auditor. Berikut ini landasan teori dan penelitian terdahulu
yang berkaitan dengan penelitian ini.
2.1.1 Pengertian IFRS
IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan
oleh International Accounting Standar Board (IASB). Standar Akuntansi
Internasional disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan
Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC),
12
Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi
Internasional (IFAC).
International Accounting Standar Board (IASB) yang dahulu
bernama International Accounting Standar Committee (IASC),
merupakan lembaga independen untuk menyusun standar akuntansi.
Organisasi ini memiliki tujuan mengembangkan dan mendorong
penggunaan standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat
dipahami dan dapat diperbandingkan (Choi et al.,1999).
Natawidnyana (2008) menyatakan bahwa sebagian besar standar
yang menjadi bagian dari IFRS sebelumnya merupakan International
Accounting Standars (IAS). IAS diterbitkan antara tahun 1973 sampai
dengan 2001 oleh IASC. Pada bulan April 2001, IASB
mengadopsi seluruh IAS dan melanjutkan pengembangan standar
yang dilakukan.
International Financial Reporting Standar mencakup:
- International Financial Reporting Standars (IFRS) –
standar yang diterbitkan setelah tahun 2001
- International Accounting Standars (IAS) –
standar yang diterbitkan sebelum tahun 2001
- Interpretations yang diterbitkan oleh International
Financial
- Reporting Interpretations Committee (IFRIC) –
setelah tahun 2001
- Interpretations yang diterbitkan oleh Standing
13
Interpretations
- Committee (SIC) – sebelum tahun 2001
Secara garis besar ada empat hal pokok yang diatur dalam
standar akuntansi. Pertama, berkaitan dengan definisi elemen laporan
keuangan atau informasi lain yang berkaitan. Definisi digunakan
dalam standar akuntansi untuk menentukan apakah transaksi tertentu
harus dicatat dan dikelompokkan ke dalam aktiva, hutang, modal,
pendapatan dan biaya. Yang kedua adalah pengukuran dan penilaian.
Pedoman ini digunakan untuk menentukan nilai dari suatu elemen
laporan keuangan baik pada saat terjadinya transaksi keuangan maupun
pada saat penyajian laporan keuangan (pada tanggal neraca). Hal
ketiga yang dimuat dalam standar adalah pengakuan, yaitu kriteria
yang digunakan untuk mengakui elemen laporan keuangan sehingga
elemen tersebut dapat disajikan dalam laporan keuangan. Yang
terakhir adalah penyajian dan pengungkapan laporan keuangan.
Komponen keempat ini digunakan untuk menentukan jenis informasi
dan bagaimana informasi tersebut disajikan dan diungkapkan dalam
laporan keuangan. Suatu informasi dapat disajikan dalam badan laporan
(Neraca, Laporan Laba/Rugi) atau berupa penjelasan (notes) yang
menyertai laporan keuangan (Chariri, 2009).
Menurut Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK),
tingkat pengadopsian IFRS dapat dibedakan menjadi 5 tingkat:
1. Full Adoption
Suatu negara mengadopsi seluruh produk IFRS dan
14
menerjemahkan IFRS word by word ke dalam bahasa
yang negara tersebut gunakan.
2. Adopted
Mengadopsi seluruh IFRS namun disesuaikan dengan
kondisi di negara tersebut.
3. Piecemeal
Suatu negara hanya mengadopsi sebagian besar nomor
IFRS yaitu nomor standar tertentu dan memilih paragraf
tertentu saja.
4. Referenced
Sebagai referensi, standar yang diterapkan hanya
mengacu pada IFRS tertentu dengan bahasa dan paragraf
yang disusun sendiri oleh badan pembuat standar.
5. Not adopted at all
Suatu negara sama sekali tidak mengadopsi
IFRS.
Program konvergensi IFRS ini dilakukan melalui tiga tahapan yakni tahap
adopsi mulai 2008 sampai 2011 dengan persiapan akhir penyelesaian
infrastruktur dan tahap implementasi pada 2012. Dewan Standar Akuntansi
Keuangan (DSAK–IAI) telah menetapkan roadmap. Pada tahun 2009,
Indonesia belum mewajibkan perusahaan-perusahaan listing di BEI
menggunakan sepenuhnya IFRS, melainkan masih mengacu kepada standar
akuntansi keuangan nasional atau PSAK. Namun pada tahun 2010 bagi
perusahaan yang memenuhi syarat, adopsi IFRS sangat dianjurkan.
15
Sedangkan pada tahun 2012, Dewan Pengurus Nasional IAI bersama-
sama dengan Dewan Konsultatif SAK dan DSAK merencanakan untuk
menyusun/merevisi PSAK agar secara material sesuai dengan IAS/IFRS
versi 1 Januari 2009. Pemerintah dalam hal ini Bapepam-LK, Kementerian
Keuangan sangat mendukung program konvergensi PSAK ke IFRS. Hal ini
sejalan dengan kesepakatan pemimpin negara-negara yang tergabung dalam G20
yang salah satunya adalah untuk menciptakan satu set standar akuntansi yang
berkualitas yang berlaku secara internasional. Disamping itu, program
konvergensi PSAK ke IFRS juga merupakan salah satu rekomendasi dalam
Report on the Observance of Standards and Codes on Accounting and Auditing
yang disusun oleh assessor World Bank yang telah dilaksanakan sebagai
bagian dari Financial Sector Assessment Program (FSAP) (BAPEPAM LK,
2010).
Konvergensi PSAK ke IFRS memiliki manfaat sebagai berikut: Pertama,
meningkatkan kualitas standar akuntansi keuangan (SAK). Kedua, mengurangi
biaya SAK. Ketiga, meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan.
Keempat, meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan. Kelima,
meningkatkan transparansi keuangan. Keenam, menurunkan biaya modal dengan
membuka peluang penghimpunan dana melalui pasar modal. Ketujuh,
meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
16
Tabel 2.1. SAK Konvergensi
SAK Tanggal Efekif SAK
Tahun 2007
PSAK 13 (revisi 2007): Properti Investasi 1 Januari 2008
PSAK 16 (revisi 2007): Aset Tetap 1 Januari 2008
PSAK 30 (revisi 2007): Sewa 1 Januari 2008
Tahun 2008
PSAK 14 (revisi 2008): Persediaan 1 Januari 2009, penerapan
lebih dini di anjurkan
PSAK 26 (revisi 2008): Biaya Pinjaman 1 Januari 2010, penerapan
lebih dini diperkenankan
Tahun 2009
SAK ETAP
1 Januari 2011 penerapan
dini di perbolehkan
PSAK
PSAK 1 ( revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan 1 Januari 2011
PSAK 2 ( revisi 2009): Laporan Arus Kas 1 Januari 2011
PSAK 4 ( revisi 2009): Laporan Keuangan Konsolidasian dan
Laporan Keuangan Tersendiri
1 Januari 2011
PSAK 5 (Revisi 2009): Segmen Operasi 1 Januari 2011
PSAK 12 (Revisi 2009): Bagian Partisipasi dalam Ventura
Bersama
1 Januari 2011
PSAK 15 (Revisi 2009): Investasi pada Entitas Asosiasi 1 Januari 2011
PSAK 25 (Revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan
Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan
1 Januari 2011
PSAK 57 (Revisi 2009): Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset
Kontinjensi
1 Januari 2011
PSAK 58 (Revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk
Dijual dan Operasi yang Dihentikan
1 Januari 2011
ISAK
ISAK 7 (revisi 2009): Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus 1 Januari 2011
ISAK 9: Perubahan atas Liabilitas Aktivitas Purnaoperasi,
Restorasi, dan Liabilitas Serupa
1 Januari 2011
ISAK 10: Program Loyalitas Pelanggan 1 Januari 2011
ISAK 11: Distrubusi Aset Nonkas kepada Pemilik 1 Januari 2011
17
ISAK 12: Pengendalian Bersama Entitas : Kontribusi Nonmoneter
oleh Venturer
Mengikuti PSAKnya
PPSAK
PPSAK 1: Pencabutan PSAK 32:Akuntansi Kehutanan, PSAK 35:
Akuntansi pandapatan jasa telekomunikasi dan PSAK 37:
Akuntansi penyelenggaraan jalan tol
1 Januari 2010
PPSAK 2: Pencabutan PSAK 41: Akuntansi Waran dan PSAK 43
Akuntansi Anjak Piutang
1 Januari 2010
PPSAK 3: Pencabutan PSAK 54: Akuntansi Rekstrukturisasi
Utang Piutang Bermasalah
1 Januari 2010
PPSAK 4: Pencabutan PSAK 31:Akuntansi Perbankan, PSAK 42:
Akuntansi Perusahaan Efek, dan PSAK 49: Akuntansi Reksa Dana
1 Januari 2010
PPSAK 5: Pencabutan ISAK 06 : Interpretasi atas paragraf 12 dan
16 PSAK 55 (1999) tentang Instrumen Derivatif Melekat pada
Kontrak Dalam Mata Uang Asing.
1 Januari 2010
Tahun 2010
PSAK
PSAK 10 (revisi 2009): Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing
1 Januari 2012, penerapan
dini diperbolehkan
PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset 1 Januari 2011
PSAK 19 (revisi 2010): Aset Takberwujud 1 Januari 2011
PSAK 22(revisi 2010): Kombinasi Bisnis 1 Januari 2011
PSAK 23 (revisi 2010): Pendapatan 1 Januari 2011
PSAK 7 (revisi 2009): Pihak-pihak Berelasi
1 Januari 2011, penerapan ini diperbolehkan
ISAK
ISAK 13: Lindung Nilai Investasi Neto Kegiatan Usaha Luar
Negeri
1 Januari 2012, penerapan
dini diperbolehkan
ISAK 14: Aset tidak berwujud- Biaya Situs Web 1 Januari 2011
Eksposure Draft SAK yang belum disahkan menjadi SAK
ED PSAK
ED PSAK 3 (revisi 2010): Laporan Keuangan Interim (PH)
ED PSAK 18 (revisi 2010): Akuntansi dan Pelaporan Program
Manfaat Purnakarya.
ED PSAK 24 (revisi 2010): Imbalan Kerja
ED PSAK 60: Instrumen Keuangan:Pengungkapan
ED PSAK 50 (Revisi 2010): Insurumen Keuangan: Penyajian
D PSAK 53 (revisi 2010): Pembayaran Berbasis Saham
18
ED PSAK 8 (revisi 2010): Peristiwa setelah Tanggal Neraca
ED PSAK 18 (revisi 2010): Akuntansi dan Pelaporan Program
Manfaat Purnakarya
ED ISAK
ED ISAK 15: PSAK 24-Batas Aset Imbalan Pasti, Persyaratan
Pendanaan Minimum dan Interaksinya
ED ISAK 16: Perjanjian Konsesi Jasa
ED ISAK 17: Laporan Keuangan Interim dan Penurunan Nilai
Sumber : IAI, 2010
Hal-hal yang tidak diatur standar akuntansi internasional, DSAK
akan terus mengembangkan standar akuntansi keuangan untuk
memenuhi kebutuhan nyata di Indonesia, terutama standar akuntansi
keuangan untuk transaksi syariah, dengan semakin berkembangnya usaha
berbasis syariah di tanah air. Landasan konseptual untuk akuntansi
transaksi syariah telah disusun oleh DSAK dalam bentuk Kerangka
Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah. Hal ini
diperlukan karena transaksi syariah mempunyai karakteristik yang
berbeda dengan transaksi usaha umumnya sehingga ada beberapa prinsip
akuntansi umum yang tidak dapat diterapkan dan diperlukan suatu
penambahan prinsip akuntansi yang dapat dijadikan landasan konseptual.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan untuk transaksi syariah akan
dimulai dari nomor 101 sampai dengan 200.
Indonesia harus mengadopsi IFRS untuk memudahkan
perusahaan asing yang akan menjual saham di negara ini atau
sebaliknya. Namun demikian, untuk mengadopsi standar internasional itu
bukan perkara mudah karena memerlukan pemahaman dan biaya
19
sosialisasi yang mahal (Immanuela, 2009).
Membahas tentang IFRS saat ini lembaga-lembaga yang aktif
dalam usaha harmonisasi standar akuntansi ini antara lain adalah
IASC (International Accounting Standar Committee), Perserikatan
Bangsa-Bangsa dan OECD (Organization for Economic Cooperation and
Development). Beberapa pihak yang diuntungkan dengan adanya
harmonisasi ini adalah perusahaan-perusahaan multinasional, kantor
akuntan internasional, organisasi perdagangan, serta IOSCO
(International Organization of Securities Commissions).
Iqbal, Melcher dan Elmallah (1997:18, dalam Sadjiarto 1999)
mendefinisikan akuntansi internasional sebagai akuntansi untuk
transaksi antar negara, pembandingan prinsip-prinsip akuntansi di negara-
negara yang berlainan dan harmonisasi standar akuntansi di
seluruh dunia. Suatu perusahaan mulai terlibat dengan akuntansi
internasional adalah pada saat mendapatkan kesempatan melakukan
transaksi ekspor atau impor. IFRS adalah standar yang dapat digunakan
perusahaan multinasional untuk menjembatani perbedaan-perbedaan antar
negara, dalam perdagangan global.
Menurut Immanuella (2009) tujuan IFRS adalah memastikan
bahwa laporan keungan intern perusahaan untuk periode-periode yang
dimaksukan dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi
berkualitas tinggi yang terdiri dari:
1. Transparansi bagi para pengguna dan dapat
dibandingkan sepanjang periode yang disajikan
20
2. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi
yang berdasarkan pada IFRS
3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi
manfaat untuk para pengguna.
Sedangkan manfaat dari adanya suatu standar global:
1. Pasar modal menjadi global dan modal investasi
dapat bergerak di seluruh dunia tanpa hambatan berarti.
Standart pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang
digunakan secara konsisten di seluruh dunia akan
memperbaiki efisiensi alokasi lokal
2. Investor dapat membuat keputusan yang lebih baik
3. Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki
prosespengambilan keputusan mengenai merger dan
akuisisi
4. Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan
standar dapat disebarkan dalam mengembangkan standar
global yang berkualitas tertinggi.
Hamonisasi telah berjalan cepat dan efektif, terlihat bahwa
sejumlah besar perusahaan secara sukarela mengadopsi standar pelaporan
keuangan Internasional (IFRS). Banyak negara yang telah mengadopsi
IFRS secara keseluruhan dan menggunakan IFRS sebagai dasar standar
nasional. Hal ini dilakukan untuk menjawab permintaan investor
institusional dan pengguna laporan keuangan lainnya.
21
Usaha-usaha pengadopsian standar internasional ini dilakukan
secara sukarela. Saat standar internasional tidak berbeda dengan
standar nasional, maka tidak akan ada masalah, yang menjadi masalah
apabila standar internasional berbeda dengan standar nasional. Menurut
DSAK IAI, apabila hal ini terjadi, maka yang didahulukan adalah standar
nasional (rujukan pertama).
Banyak pro dan kontra dalam penerapan standar internasional,
namun seiring waktu, standar internasional telah bergerak maju, dan
menekan negara- negara yang kontra. Contoh : komisi pasar modal
Amerika Serikat (AS) yang bernama SEC, tidak menerima IFRS sebagai
dasar pelaporan keuangan yang diserahkan perusahaan-perusahaan yang
mencatatkan saham pada bursa efek AS, namun SEC berada dalam
tekanan yang makin meningkat untuk membuat pasar modal AS lebih
dapat diakses oleh para pembuat laporan non- AS. SEC telah
menyatakan dukungan atas tujuan IASB untuk mengembangkan
standar akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan yang
digunakan dalam penawaran lintas batas.
2.1.2 Sejarah Standard Akuntansi Indonesia
Akuntansi sebenarnya sudah ada sejak manusia itu mulai bisa
menghitung dan membuat suatu catatan, yang pada awalnya dengan
menggunakan batu, kayu, bahkan daun menurut tingkat kebudayaan manusia
waktu itu. Pada abad XV terjadilah perkembangan dan perluasan perdagangan
oleh pedagang-pedagang Spanyol, Portugal, dan Belanda. Perkembangan
22
perdagangan ini menyebabkan kebutuhan akan suatu sistem pencatatan yang
lebih baik (yakni pencatatan mengenai rugi dan laba tahunan serta pembuatan
neraca perdagangan yang diharuskan sekali dalam dua tahun, sehingga dengan
demikian akuntansi juga mulai berkembang (Soemarso, 1992). Setelah itu
perkembangan akuntansi juga ditandai dengan adanya seorang yang bernama
Lucas Pacioli pada tahun 1494 ahli matematika, mengarang sebuah buku
yang berjudul Summa de Aritmatica, Geometrica, Proportioni et
Propotionalita, di mana dalam suatu bab berjudul Tractatus de Computies et
Scriptoris .
Di Indonesia mulai diterapkan sejak 1642 namun perkembangan yang
mencolok muncul setelah undang-undang tanam paksa dihapuskan sehingga
membuka kesempatan besar pada perkembangan penanaman modal pengusaha
swasta belanda. Akuntansi di Indonesia pada awalnya menganut sistem
kontinental, seperti yang dipakai di Belanda saat itu. Sistem ini disebut j
uga dengan tata buku (Soemarso, 1992 ). Tata buku menyangkut kegiatan-
kegiatan yang bersifat konstruktif dari proses pencatatan, peringkasan,
penggolongan dan aktivitas lain yang bertujuan menciptakan informasi akuntansi
berdasarkan pada data. Sejak tahun 1950 an akuntansi mulai berubah yakni
dengan mengacu pada sistem akuntansi yang dianut oleh Amerika yakni GAAP
dan pada tahun 2008 pemerintah Indonesia mencanangkan mengikuti standar
internasional (IFRS) sebagai standar akuntansi Indonesia yang baru. Penerapan
standar ini diperkirakan akan penuh diterapkan pada tahun 2012.
Terdapat tiga tonggak sejarah pengembangan standar akuntansi
Indonesia yakni tonggak sejarah pertama pada saat pasar modal Indonesia mulai
23
aktif yakni tahun 1973. Pada masa itulah IAI membentuk kodifikasi prinsip
dan standar akuntansi yang tertuang pada satu buku yang disebut PAI “
prinsip akuntansi Indonesia” Tonggak sejarah kedua terjadi pada saat revisi
pertama PAI pada tahun1984, serta yang ketiga adalah bahwa revisi total
terhadap PAI pada tahun 1994 dan melakukan kodifikasi dalam buku “standar
akuntansi keuangan (SAK) pada tanggal 1 oktober 1994. Dalam
perkembangannya standar akuntansi Indonesia terus direvisi secara
berkesinambungan sebanyak 6 kali yakni revisi 1 oktober 1995, 1 juni 1996,
1 juni 1999, 1 april 2002, 1 oktober 2004, dan 1 september 2007 (IAI,
September 2007).
Dalam proses pembentukan sebuah standar akuntansi tidak terlepas dari
badan pembentuknya, seperti di Indonesia badan pembentuk standar akuntansi
yang pertama dinamakan badan penghimpun bahan-bahan yang dibentuk
pada1973, lalu pada tahun 1974 dibentuklah secara resmi badan yang dinamakan
komite prinsip akuntansi Indonesia (PAI), PAI kemudian diubah menjadi komite
standar akuntansi keuangan (komite SAK) pada tahun 1994-1998 dan komite
SAK diubah menjadi komite DSAK yang memiliki hak otonomi menyusun
PSAK dan ISAK IAI (2001;411.1) menjelaskan frasa “prinsip akuntansi ”
adalah suatu istilah teknis akuntansi yang mencakup konvensi, aturan, dan
prosedur yang diperlukan untuk merumuskan praktik akuntansi yang berlaku
umum pada saat tertentu. Dengan pengertian yang hampir sama, Miller (1985)
dalam IAI (2007) menyatakan prinsip akuntansi berlaku umum (GAAP)
merupakan rajutan dari berbagai aturan dan konsep. Aturan dan konsep ini
awalnya dikembangkan dari praktik tetapi telah ditambah dan dikurangi oleh
24
badan yang punya otoritas. Prinsip akuntansi beraku umum mengacu pada
berbagai sumber. Sumber acuan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia
menurut IAI (2007) adalah sebagai berikut:
a. Prinsip akuntansi yang ditetapkan dan/atau dinyatakan berlaku oleh
badan pengatur standar dari Ikatan Akuntan Indonesia;
b. Pernyataan dari badan, yang terdiri dari pakar pelaporan keuangan,
yang mempertimbangkan isu akuntansi dalam forum publik dengan
tujuan menetapkan prinsip akuntansi atau menjelaskan praktik
akuntansi yang ada dan berlaku umum, dengan syarat dalam
prosesnya penerbitan tersebut terbuka untuk dikomentari oleh publik
dan badan pengatur standar dari Ikatan Akuntan Indonesia tidak
menyatakan keberatan atas penerbitan pernyataan tersebut;
c. Pernyataan dari badan, yang terdiri dari pakar pelaporan keuangan,
yang mempertimbangkan isu akuntansi dalam forum publik dengan
tujuan menginterpretasikan atau menetapkan prinsip akuntansi atau
menjelaskan praktik akuntansi yang ada berlaku umum, atau
pernyataan yang tersebut pada butir “b” yang penerbitannya tidak
pernah dinyatakan keberatan dari badan pengatur standar dari Ikatan
Akuntan Indonesia tetapi belum pernah secara terbuka dikomentari
oleh publik;
d. Praktik atau pernyataan resmi yang secara luas diakui sebagai berlaku
umum karena mencerminkan praktik yang lazim dalam industri
tertentu, atau penerapan dalam keadaan khusus dari pernyataan yang
diakui sebagai berlaku umum, atau penerapan standar akuntansi
25
internasional atau standar akuntansi yang berlaku umum di wilayah
lain yang menghasilkan penyajian substansi transaksi secara lebih baik.
Komite PAI (IAI, 1994; Kata Pengantar ) mengemukakan Standar
akuntansi keuangan merupakan pedoman yang harus diacu dalam
penyusunan laporan keuangan untuk tujuan pelaporan kepada para pemakai di
luar manajemen perusahaan. Arti penting standar akuntansi dikemukakan
oleh Dr. Katjep K. Abdoelkadir, sebagai ketua umum IAI, (IAI, 1994;
Sambutan Ketua Umum) menyatakan standar akuntansi keuangan sebagai
pedoman pokok penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi perusahaan,
dana pensiun, dan unit ekonomi lainnya adalah sangat penting, agar laporan
keuangan lebih berguna, dapat dimengerti dan dapat diperbandingkan serta tidak
menyesatkan. Perubahan nama dari Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) menjadi
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menurut IAI (1994; Kata Pengantar)
dimaksudkan untuk menghindari kesalahpahaman yang sering terjadi dan agar
nama sesuai dengan makna. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
yang disebut selama ini sebagai prinsip akuntansi maknanya adalah standar
akuntansi. Sumber acuan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia seperti
yang dijelaskan di atas tidak menyebut posisi standar akuntansi secara jelas
karena yang menduduki posisi pertama adalah prinsip akuntansi yang
ditetapkan dan/atau dinyatakan berlaku oleh badan pengatur standar adalah
standar akuntansi. Dalam rerangka prinsip akuntansi yang berlaku mum di
Indonesia seperti diuraikan di atas secara jelas dapat dilihat bahwa standar
akuntansi menduduki tingkat satu sebagai landasan operasional atau praktek.
26
Artinya, dalam tatanan operasional standar akuntansi harus menjadi acuan
utama yang harus digunakan sebelum acuan lainnya.
2.1.3 Ukuran Auditor dan Konvergensi SAK
De Angelo (1981) dalam Djamil, 2010 mendefinisikan audit quality
(kualitas audit) sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan
melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya.
Probabilitas penemuan suatu pelanggaran tergantung pada kemampuan teknikal
auditor dan independensi auditor tersebut. Beberapa penelitian seperti De Angelo
(1981); Goldman & Barlev (1974); Nichols & Price (1976), dalam Tsalauvoutas
dan Evans (2010) umumnya mengasumsikan bahwa auditor dengan
kemampuannya akan dapat menemukan suatu pelanggaran dan kuncinya adalah
auditor tersebut harus independen. Tetapi tanpa informasi tentang kemampuan
teknik (seperti pengalaman audit, pendidikan, profesionalisme, dan struktur audit
perusahaan), kapabilitas dan independensi akan sulit dipisahkan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan antara
kualitas audit dengan ukuran prusahaan audit beberapa penelitian tersebut adalah:
DeAngelo (1981) berargumentasi bahwa kualitas audit secara
langsung berhubungan dengan ukuran dari perusahaan audit, dengan proksi
untuk ukuran perusahaan audit adalah jumlah klien. Perusahaan audit yang
besar adalah dengan jumlah klien yang lebih banyak. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa perusahaan audit yang besar akan berusaha untuk
menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan
audit yang kecil. Shockley (1981) mengindikasikan bahwa persepsi dari
27
independen auditor secara signifikan berbeda antara perusahaan audit yang
besar dan perusahaan audit yang kecil. Caramians dan Lennox (2008)
dalam Tsalaouvotas et al., 2010 menyatakan bahwa big 5 audit firms
memiliki jam kerja yang lebih tinggi (audit efforts) daripada kantor audit
yang non big 5, sehingga dengan jam kerja yang lebih tinggi ini ditemukan
bahwa earning management yang mempengaruhi kualitas akuntansi semakin
semakin rendah. Dye (1993) menyatakan bahwa Auditor yang mempunyai
kekayaan atau asset yang lebih besar (kantor audit yang besar) mempunyai
dorongan untuk menghasilkan laporan audit yang lebih akurat dibandingkan
dengan auditor dengan kekayaan yang lebih sedikit.
Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) audit yang
dilaksanakan auditor tersebut dapat berkualitas jika memenuhi ketentuan
atau standar auditing. Standar auditing mencakup mutu profesional (profesional
qualities) auditor independen, pertimbangan (judgment) yang digunakan dalam
pelaksanaan audit dan penyusunan laporan auditor.
1. Standar Umum: auditor harus memiliki keahlian dan pelatihan teknis
yang memadai, independepensi dalam sikap mental dan kemahiran
profesional dengan cermat dan seksama
2. Standar pelaksanaan pekerjaan lapangan: perencanaan dan supervisi
audit, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern, dan
bukti audit yang cukup dan kompeten.
3. Standar pelaporan: pernyataan apakah laporan keuangan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum, pernyataan mengenai
ketidakkonsistensian penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum,
28
pengungkapan informative dalam laporan keuangan, dan pernyataan
pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan.
Perusahaan audit atau auditor merupakan ukuran untuk menyatakan
bahwa bagaimana tingkat kualitas audit yang juga dapat menyatakan tingkat
kualitas akuntansi. Dilihat dari bagaimana auditor mendeteksi setiap
kecurangan (mis: earning management) yang ada pada sistem akuntansi
kliennya. Seperti yang dinyatakan oleh Noviyani (2002) menunjukkan bahwa
pengalaman berpengaruh positif terhadap pengetahuan auditor tentang jenis-
jenis kekeliruan yang berbeda. Penelitian ini menggunakan asumsi semakin
banyak jumlah perusahaan dalam suatu industri yang menjadi klien jasa audit
suatu KAP maka tingkat spesialisasi industri KAP semakin tinggi sehingga
kualitas audit KAP semakin tinggi sehingga dapat mendeteksi adanya
manipulasi laporan keuangan. Konvergensi pada peraturan baru memerlukan
auditor yang secara penuh memahami standar yang baru akan diterapkan, untuk
itu penelitian ini akan membuat suatu asumsi bahwa kantor audit yang besar
dalam hal ini the big 4 auditor firm size akan memberikan kualitas audit yang
baik. Sehingga perusahaan yang mengguanakan auditor yang big 4 akan
menghasilkan laporan keuangan yang berkualifikasi yakni sesuai dengan
standar yang ada (dalam hal ini PSAK yang konvergensi terhadap IFRS)
2.1.4 New Institusional Theory
New Institutional Theory (NIT) adalah sebuah pengembangan teori
institusional konvensional, dimana teori ini merupakan teori dari sosiologi
tentang organisasi. Menurut teori ini, perkembangan organisasi bukan semata-
29
mata proses teknis yang berorientasi pada faktor efisiensi, akan tetapi lebih
merupakan konsekuensi langsung dari motivasi dan rasionalitas yang dimiliki oleh
pelaku di dalamnya. Motivasi dan rasionalitas ini didasarkan pada tujuan
organisasi yaitu untuk memperoleh legitimasi dari pihak-pihak yang
berkepentingan.
Menurut Scott dan Meyer (1994), elemen teori institusional adalah
institusi, organisasi dan pelaku. Institusi memberikan aturan-aturan yang harus
diikuti oleh organisasi dalam melakukan aktivitas-aktivitasnya dan dalam
keterlibatannya dalam persaingan. Institusi juga akan mempengaruhi perilaku
dan pandangan yang dimiliki oleh para pelaku dalam organisasi secara
individual. Namun para pelaku juga mempengaruhi institusi dengan cara
membuat atau melakukan transformasi pada institusi yang telah ada menjadi
bentuk institusi baru. Dengan demikian institusi memberikan pilihan- pilihan
tindakan yang merupakan batasan yamg harus dihadapi pelaku dalam pengambilan
keputusan.
Menurut NIT, ada dua jenis lingkungan yang harus dihadapi sebuah
organisasi, yaitu lingkungan teknis dan lingkungan institusional. Lingkungan
teknis adalah lingkungan dimana barang dan jasa diproduksi dan
dipertukarkan dalam pasar, dan juga merupakan lingkungan dimana organisasi
menerima legitimasi untuk efisiensi yang dilakukannya. Lingkungan institusional
merupakan kolaborasi antara nilai-nilai sosial dan budaya yang harus dipenuhi
agar organisasi dapat memperoleh legitimasi untuk dapat bertahan. Karenanya,
dalam menganalisis lingkungan organisasi, maka fokusnya perlu meliputi
pihak-pihak yang melakukan pertukaran secara institusi (misal badan pembuat
undang-undang, organisasi politik dan sosial, organisasi profesi, dan sebagainya).
30
Seringkali lingkungan teknis dan institusional tidak dapat dipisahkan
dengan mudah. Agar suatu organisasi dapat menjadi efisien secara teknis,
perusahaan tersebut harus memperhatikan lingkungan institusional dimana dia
berada dan memperoleh legitimasi darinya untuk dapat bertahan dalam jangka
panjang.
Scott (1995) menunjukkan bahwa, untuk bertahan hidup, organisasi
harus mematuhi aturan-aturan dan sistem kepercayaan yang berlaku di lingkungan,
karena isomorphism kelembagaan, baik struktural dan prosedural, akan
mendapatkan legitimasi organisasi. Perusahaan-perusahaan multinasional yang
beroperasi di berbagai negara dengan berbagai lingkungan kelembagaan akan
menghadapi berbagai tekanan. Beberapa dari tekanan di rumah tuan rumah dan
lingkungan kelembagaan yang bersaksi untuk mengerahkan pengaruh mendasar
pada strategi kompetitif dan praktik manajemen sumber daya manusia.
2.1.5 Theory Regulasi
Para ahli teori menyatakan bahwa hampir tanpa kecuali regulasi itu
terjadi sebagai reaksi terhadap suatu krisis yang tidak dapat di identifikasi. Dan
pembentukan regulasi tersebut terkait dengan beberapa kepentingan.
Kepentingan tersebut terkait dengan konsekuensi yang akan diterima pengguna,
atas pembentukan dari suatu regulasi. Berikut ini adalah konsekuensi yang
diterima oleh pengguna dari regulasi atas standar yang berubah.
31
Tabel 2.2. Konsekuensi Ekonomi
Pengguna Konsekuensi ekonomi
Perusahaan/ korporasi Biaya penerbitan laporan keuangan
Perbedaan volalitas angka laporan
keuangan Manajemen Perilaku manajemen
Masyarakat Persepsi atas perusahaan
Investor dan kreditor Keputusan keuangan
Sumber:Hendriksen(2005)
Standar akuntansi yang baru yakni IFRS juga ditujukan untuk menciptakan
suatu regulasi yang dapat memenuhi semua kebutuhan setiap pengguna.
Argumentasi yang umum diajukan terhadap kebijakan akuntansi baru
(IFRS) adalah bahwa banyak fakta yang menyatakan setiap perubahan
dalam standar akan mempengaruhi arti rasio keuangan dan angka keuangan
dari setiap aktivitas keuangan. Menurut Baruch Lev dalam Hendriksen
(2005) yang menyatakan bahwa perubahan standar yang berlaku
memiliki pengaruh yang nyata pada operasi keuangan.
2.1.6 Teori Keadilan
Menurut teori ini, aksi-aksi yang tepat dalam hal regulasi dan
penetapan standard diarahkan pada kewajaran (fair). Menurut Scott
dalam Hendriksen ,2005 mendasarkan prinsip-prinsip akuntansi pada hal;
1. Keadilan; perlakuan yang adil harus diberikan pada semua
kepentingan
2. Kebenaran; informasi dalam laporan keuangan tidak terdapat
kesalahan penyajian
3. Kewajaran; aturan akuntansi, prosedur tidak boleh hanya
32
melayani kepentingan tertentu
Seperti pernyataan Pattillo dalam Hendriksen, 2005 menyatakan bahwa
tujuan utama akuntansi keuangan adalah memberikan suatu representasi
keuangan mengenai hak-hak dan kepentingan ekonomi relatif dalam segmen-
segmen dalam perekonomian.
2.1.7 Teori Signal
Teori signal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi
kepada publik (Wolk et al.,2001: 308). Informasi tersebut bisa berupa
laporan keuangan, informasi kebijakan perusahaan maupun informasi
lain yang dilakukan secara sukarela oleh manajemen perusahaan. Teori
signal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan
memberikan signal-signal kepada pengguna laporan keuangan. Signal ini
berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen
untuk merealisasikan keinginan pemilik. Signal dapat berupa promosi atau
informasi lainnya yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik
daripada perusahaan lainnya (Machfoedz, 1999, dalam Wirawan, 2010).
Penggunaan peraturan seperti IFRS yang meningkatkan kualitas pelaporan
merupakan salah satu signal perusahaan untuk menarik investor atau pengguna
lain.
33
2.1.8 Penelitian Terdahulu
Telah banyak penelitian mengenai pengadopsian IFRS namun penelitian
yang secara langsung berfokus pada suatu perusahaan dan suatu negara masih
terbatas adapun penelitian terdahulu adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3. Peneliti Terdahulu
Nama peneliti Tujuan peneliti Metode
penelitian
Hasil penelitian
IonnisTsalavou
tas and Lisa
Evans,2010
untuk menguji transisi ke IFRS pada Perusahaan yang terdaftar di yunani dengan membedakan perusahaan atas ukuran auditor yang digunakan.
menggunakan
indeks
comparabilit
y Gray
implementasi
IFRS memiliki
dampak yang
signifikan
pada posisi keuangan dan
kinerja perusahaan
Rindu Rika
Gamayuni
(2009)
Melihat apakah Indonesia perlu mengadopsi IFRS atau
tidak
Analisis literatur
Indonesia memang
perlu mengadopsi standar
akuntansi yang berlaku
global untuk dapat bersaing
secara global menarik investor
Ratna
Wardhani
(2010)
Untuk
menganalisis dampak
derajat konvergensi
ke IFRS dan sistem
pemerintahan ke
conservatisme
akuntansi:
Studi kasus pada
negara-negara
Asia
Analisis regresi
Konvergensi ke IFRS dan sistem pemerintahan memiliki
Dampak yang Positif terhadap kualitas laba
Marjan Petreski (2006)
Menjelaskan
dampak adopsi
IFRS pada
laporan keuangan perusahaan dan pada manajemen perusahaan
Wawancara: studi kasus
Pengungkapan
laporan keuangan lebih
tinggi dan manajemen
perusahaan menjadi
lebih
bertanggungjawab
(accountable)
34
2.2 Kerangka Pemikiran
Adanya perkembangan di bidang akuntansi dengan penerapan IFRS, maka
dalam penelitian ini akan diuji apakah ada perkembangan juga di bidang auditor.
Pengujuian ini untuk menetukan pengaruh IFSR terhadap catatan auditor.
Pengadopsian standar akuntansi internasional ke dalam standar akuntansi
domestik bertujuan menghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat
kredibilitas tinggi, persyaratan akan item-item pengungkapan akan semakin tinggi
sehingga nilai perusahaan akan semakin tinggi pula, manajemen akan memiliki
tingkat akuntabilitas tinggi dalam menjalankan perusahaan, laporan keuangan
perusahaan menghasilkan informasi yang lebih relevan dan akurat, dan laporan
keuangan akan lebih dapat diperbandingkan dan menghasilkan informasi yang
valid untuk aktiva, hutang, ekuitas, pendapatan dan beban perusahaan (Petreski,
2007).
Perubahan tingkat pengungkapan setelah penerapan IFRS dianalisa oleh
Leuz dan Verecchia pada perusahaan di Jerman. Analisis yang relevan terjadi
sebelum adopsi resmi dari IAS di negara anggota lain juga.
Dalam tulisan ini, mencoba meneliti kombinasi tentang daerah terpisah dari
akuntansi dan audit. Komposisi dua jenis laporan, auditor dan manajemen yang
diperiksa dan dibandingkan. Penggantian catatan auditor dengan analisis
perusahaan dalam laporan akuntansi diklarifikasi. Pemilihan perusahaan audit juga
dianggap menjadi faktor yang signifikan, Sehubungan dengan pendapat auditor
dan komentar-komentar yang menyertai pendapat mereka.
35
Dalam penelitian ini, diperiksa apakah catatan pada laporan auditor
diwujudkan dalam laporan keuangan sebelum penerapan IAS menjadi catatan
dalam laporan perusahaan dan disajikan sebagai pilihan dalam rangka metode
akuntansi diperbolehkan oleh IFRS. Dengan cara ini penyesuaian ekuitas dan
pendapatan hilang, karena alasan utama untuk penyesuaian ini tidak berlaku lagi.
Pilihan akuntansi yang diberlakukan oleh IFRS memberikan kemampuan kepada
manajemen untuk memilih metode penilaian yang sesuai yang harus diterapkan
dan sebelum penyesuaian pada masalah penilaian sekarang berdasarkan pernyataan
IFRS untuk pilihan akuntansi yang dibuat oleh perusahaan. Sejauh kewajiban
untuk karyawan dan kewajiban pajak yang bersangkutan, kita melihat bahwa isu-
isu ini secara analitis disajikan oleh IFRS dan pengungkapan yang diperlukan
dianalisis. Oleh karena itu, catatan dalam laporan auditor semua diganti dengan
informasi yang relevan diberikan dalam laporan manajemen.
Berdasarkan model pada penelitian terdahulu (Eleni Vrentzou, 2011)
maka model dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam kerangka pemi kiran
sebagai berikut:
Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2
Jumlah catatan
manajemen yang
menyiratkan
penyesuaian
H1
Jumlah catatan
auditor yang
memerlukan
penyesuaian
Pengadopsian IFRS
H3 H2
36
2.3 Hipotesis
Penelitian terakhir telah mengembangkan pola informasi yang diberikan oleh
perusahaan setelah IAS. Di sisi lain, laporan auditor dan isi informasi dalam laporan
juga telah dianalisis. Analisis yang sama terjadi untuk laporan perusahaan. Gigler dan
Hemmer (1998) mencatat bahwa laporan keuangan dan informasi yang diaudit
mempengaruhi harga saham dan pasar keuangan. Dalam tulisan ini, mencoba meneliti
kombinasi tentang daerah terpisah dari akuntansi dan audit. Komposisi dua jenis
laporan, auditor dan manajemen yang diperiksa dan dibandingkan. Penggantian catatan
auditor dengan analisis perusahaan dalam laporan akuntansi diklarifikasi. Pemilihan
perusahaan audit juga dianggap menjadi faktor yang signifikan, Sehubungan dengan
pendapat auditor dan opini yang menyertai pendapat mereka.
Dalam penelitian ini, diperiksa apakah catatan pada laporan auditor diwujudkan
dalam laporan keuangan sebelum penerapan IAS menjadi catatan dalam laporan
perusahaan dan disajikan sebagai pilihan dalam rangka metode akuntansi diperbolehkan
oleh IFRS. Dengan cara ini penyesuaian ekuitas dan pendapatan hilang, karena alasan
utama untuk penyesuaian ini tidak berlaku lagi. Pilihan akuntansi yang diberlakukan
oleh IFRS memberikan kemampuan kepada manajemen untuk memilih metode
penilaian yang sesuai yang harus diterapkan dan sebelum penyesuaian pada masalah
penilaian sekarang berdasarkan pernyataan IFRS untuk pilihan akuntansi yang dibuat
oleh perusahaan. Sejauh kewajiban untuk karyawan dan kewajiban pajak yang
bersangkutan, kita melihat bahwa isu-isu ini secara analitis disajikan oleh IFRS dan
pengungkapan yang diperlukan dianalisis. Oleh karena itu, catatan dalam laporan
auditor semua diganti dengan informasi yang relevan diberikan dalam laporan
manajemen.
37
Selain itu, manajemen mencatat bahwa laporan keuangan sesuai PSAK dapat
termasuk komentar signifikan untuk penentuan "Benar dan adil view" nilai perusahaan.
Banyak opini termasuk dalam catatan tersirat bahwa penyesuaian harus dilakukan di
angka tertentu dari laporan keuangan. Di sisi lain, tapi dalam arah yang sama dengan
catatan auditor, klarifikasi manajemen menurun secara bermakna setelah penerapan
IFRS. Penyesuaian tidak lagi diperlukan karena sebagian besar masalah disebutkan
sekarang diklarifikasi sesuai dengan persyaratan pengungkapan IFRS. Opini sekarang
diwujudkan dalam laporan tahunan dan tidak menyiratkan penyesuaian, karena mereka
diperbolehkan kombinasikan dengan metode akuntansi yang berbeda . Berger dan Hann
(2003) menyadari keterbatasan kebijaksanaan perusahaan mengenai informasi yang
diberikan setelah relevan penerapan PSAK 131.
2.3.1. Jumlah Catatan Auditor Yang Memerlukan Penyesuaian Terhadap Laporan
Keuangan Menurun Setelah Aplikasi IFRS.
Hipotesis pertama mengkaji dampak penerapan IFRS untuk laporan auditor dan
isu-isu yang disebutkan dan dianalisis dalam laporan mereka. Opini dari auditor
mengenai masalah penilaian aset dan kewajiban diukur dan dibandingkan secara relevan
dengan opini atas laporan auditor setelah penerapan IFRS. Masalah aktiva tetap dan
penyusutan , yang disebutkan dalam laporan auditor dibedakan dengan pengaruh
pendapatan yang dilaporkan dan dengan dampak pada ekuitas perusahaan. Analisis
yang sama terjadi pada setiap opini auditor tentang penilaian saham, Instrumen
keuangan penilaian, definisi pendek dan kewajiban jangka panjang, kewajiban untuk
karyawan, masalah perpajakan ditangguhkan, dan ketentuan yang dilakukan oleh
perusahaan. Total jumlah catatan auditor sebelum dan sesudah penerapan IFRS karena
itu diperiksa:
38
Hipotesis I: Jumlah catatan auditor yang memerlukan penyesuaian terhadap
laporan keuangan menurun setelah aplikasi IFRS.
Ini berarti bahwa catatan auditor sebelumnya adalah pengganti klarifikasi dan
informasi lebih lanjut.
2.3.2. Jumlah Catatan Penyesuaian Auditor Berhubungan Positif Dengan Jumlah
Catatan Manajemen Yang Menyiratkan Penyesuaian, Dilakukan Sesuai Dengan
PSAK Sebelum Adopsi IFRS.
Hipotesis kedua meneliti dan menganalisa dampak dan kemampuan untuk
menyajikan salahnya penerapan standar akuntansi baik dalam catatan auditor (dengan
semua hukum konsekuensi) atau dalam laporan manajemen. Analisis ini terjadi baik
untuk tahun yang sebelum dan tahun setelah penerapan IFRS. Diharapkan sebelum
penerapan IFRS catatan manajemen dapat menggantikan opini auditor. Auditor biasa
mencatat yang diberikan oleh perusahaan dalam laporannya. Catatan auditor yang, oleh
karena itu, diharapkan akan berhubungan positif dengan catatan perusahaan. Di sisi lain,
setelah penerapan IFRS, informasi lebih lanjut yang diberikan membenarkan pilihan
akuntansi dan mendefinisikan kewajiban perusahaan, dan karena itu menghilangkan
catatan auditor.
Variabel control dalam analisis ini mengkaji dampak perubahan kantor audit
pada pendapat auditor dan jumlah catatan dan klarifikasi termasuk dalam auditor
laporan. Perubahan tersebut dianalisis sebagai perubahan dari perusahaan audit yang
lebih kecil untuk satu dari "empat besar" perusahaan audit selama tahun fiskal adopsi
IFRS. Hubungan antara auditor dan manajemen itu penting selama tahun aplikasi IAS.
Auditor selalu final "hakim" dan konselor akuntansi sebelum penentuan angka-angka
untuk seluruh rangkaian laporan keuangan. Spesialisasi auditor perusahaan audit yang
39
lebih besar dan kombinasi sisanya dari jasa akuntansi yang disediakan oleh mereka,
memberikan motif bagi perusahaan untuk memilih salah satu perusahaan audit yang
lebih besar. Perusahaan-perusahaan audit yang menyediakan layanan lain pada
akuntansi tertentu daerah seperti masalah penilaian, ketentuan dan analisis statistik dan
aktuaria, menyediakan sertifikat yang diperlukan oleh standar. Ini telah diikuti dengan
perubahan pada catatan dan komentar-komentar dari laporan auditor. Hipotesis kedua
ini dibagi menjadi dua bagian, satu untuk tahun yang sebelum penerapan IFRS dan satu
tahun setelah IFRS aplikasi:
Hipotesis II: Jumlah penyesuaian auditor berhubungan positif dengan
jumlah catatan manajemen yang menyiratkan penyesuaian,
dilakukan sesuai dengan PSAK sebelum adopsi IFRS.
Ini berarti bahwa catatan manajemen sebelum IFRS menganalisis catatan
auditor atau mencegah penyesuaian dari yang disajikan dalam laporan auditor.
2.3.3. Jumlah Catatan Penyesuaian Auditor Berhubungan Negatif Dengan Jumlah
Catatan Manajemen Yang Menyiratkan Penyesuaian, Dilakukan Sesuai Dengan
PSAK Setelah Adopsi IFRS.
Hipotesis ketiga merupakan pengembangan hipotesis kedua yang meneliti dan
menganalisa dampak dan kemampuan untuk menyajikan salahnya penerapan standar
akuntansi baik dalam catatan auditor (dengan semua hukum konsekuensi) atau dalam
laporan manajemen. Analisis ini untuk tahun setelah penerapan IFRS.
Hipotesis III : Jumlah penyesuaian auditor berhubungan positif dengan
jumlah catatan manajemen yang menyiratkan penyesuaian,
dilakukan sesuai dengan PSAK setelah adopsi IFRS.
40
Ini berarti bahwa catatan manajemen, menurut IFRS, menyediakan semua yang
diperlukan klarifikasi mencegah kebutuhan untuk catatan auditor pada laporan mereka.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini disajikan metode penelitian yang meliputi: (1) variabel
penelitian dan definisi operasional variabel; (2) populasi dan sampel penelitian;
(3) jenis dan sumber data; (4) metode pengumpulan data; dan (5) metode analisis.
Varibel penelitian dan definisi operasional variabel meliputi definisi dan cara
pengukuran variabel dependen dan independen. Populasi dan sampel penelitian
mencakup perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2009-2011. Jenis dan sumber data diperoleh dari data sekunder yang
dipublikasikan oleh BEI melalui Indonesian Capital Market Directory dan
website www.idx.co.id. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode studi
pustaka dan dokumentasi. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi. Secara rinci, metode penelitian disajikan berikut.
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel adalah apapun yang dapat membedakan, membawa
variasi pada nilai (Sekaran, 2006). Secara garis besar, dalam penelitian ini
terdapat dua variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen.
3.1.1. Variabel Dependen
Variabel dependen atau biasa disebut variabel terikat adalah
variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen
(Sekaran, 2006). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini
42
adalah perubahan jumlah catatan auditor sebelum dan setelah
penerapan IFRS. Variabel dependen tersebut dilambangkan dengan
variabel CHAUD.
CHAUD adalah perubahan jumlah catatan auditor dalam
laporan mereka antara tahun t - 1 (tahun sebelumnya aplikasi IFRS )
dan t + 1 (tahun setelah aplikasi IFRS). Laporan auditor dianalisis
dan semua opini mereka diklasifikasikan awalnya menjadi opini
yang berdampak pada angka laporan keuangan diterbitkan oleh
perusahaan dan menjadi opini yang memberikan informasi atau
estimasi auditor. Kemudian, catatan ini dibagi menjadi yang
mempengaruhi ekuitas dan catatan dari bentuk umum atau jumlah
terdefinisi. Dengan cara ini, diperkirakan jumlah catatan auditor,
serta dampak diukur dari catatan pada ekuitas perusahaan.
3.1.2. Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel
yang membantu menjelaskan varians dalam variabel terikat
(Sekaran, 2006). Variabel independen yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain: perubahan KAP dari bukan “big four”
menjadi “big four” sebelum dan setelah IFRS ( CHAUDF ),
perubahan jumlah catatan penjelas berdasarkan IFRS (CHNOTES),
perubahan jumlah penyesuaian ekuitas pada catatan yang menyertai
laporan keuangan berdasarkan PSAK ( CHNOTES_EQ ).
Variabel CHAUDF merupakan perubahan KAP dari bukan
43
“big four menjadi “big four”. Perubahan KAP ini mencerminkan
keputusan manajemen untuk mengubah KAP dari yang bukan big
four” menjadi KAP “big four”. Variabel ini nilainya akan sama
dengan 1 jika perusahaan mengubah KAP menjadi “big four”, dan
akan bernilai 0 jika tidak mengubah KAP.
Variabel CHNOTES merupakan jumlah catatan manajemen
yang menyertai laporan keuangan dan memerlukan penyesuaian
yang disajikan, dikumpulkan dan dibandingkan antara tahun
sebelum IFRS dan setelah IFRS.
Variabel CHNOTES_EQ merupakan jumlah penyesuaian
ekuitas sebelum dan setelah penerapan IFRS. Catatan yang merujuk
secara khusus untuk penyesuaian pada ekuitas perusahaan
dianalisis.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang
terdaftar di bursa efek Indonesia pada tahun 2009. Penelitian ini
menggunakan data laporan tahunan dan laporan keuangan
perusahaan yang telah menggunakan PSAK hasil konvergensi
IFRS baik seluruhnya maupun secara parsial. Laporan
keuangan auditan perusahaan tahun 2009 yang digunakan
karena pada tahun ini PSAK konvergensi baru diterbitkan dan
dianjurkan untuk diterapkan. Metode pengambilan sample
adalah dengan metode judgement sampling, yaitu salah satu
44
bentuk purposive sampling dengan mengambil sampel yang
telah ditentukan sebelumnya berdasarkan maksud dan tujuan
penelitian dengan kriteria:
1. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan dan laporan
tahunan 2009-2011 secara lengkap
2. Laporan tahunan (annual report) yang diterbitkan
perusahaan memenuhi ketentuan BAPEPAM-LK
3. Laporan keuangan yang diaudit
4. Memiliki data yang lengkap terkait dangan variabel penelitian
5. Perusahaan yang telah menggunakan standar IFRS
yang diberlakukan tahun 2010 yang merupakan hasil
konvergensi IFRS.
Sampel akan diambil dari total populasi perusahaan yang terdaftar
di BEI tahun 2009-2011 adalah perusahaan dari berbagai tipe
industri. Sample akan diambil sesuai dengan kriteria pengambilan
sampel.
Setelah mendapatkan jumlah perusahaan yang sesuai
kriteria, ukuran sampel dihitung dengan menggunakan formula
Babbie (1983, dalam Yularto dan Chariri 2003):
N.pq
n =
B2
(N-1) + pq
4
45
Dimana:
n = Jumlah sampel
N = Populasi
p = Probable value = 0,5 untuk meminimumkan resiko sampling
q = (1-p) = 0,5
B = Bound of error atau kelonggaran kesalahan diperkirakan
berinterval range tidak lebih dari 10%
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang diperoleh dari media cetak maupun media elektronik
yaitu berupa laporan keuangan 2009-2011. Data sekunder adalah
data yang diperoleh melalui sumber yang ada dan tidak perlu
dikumpulkan sendiri oleh peneliti (Sekaran, 2006). Data-data
tersebut diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu
www.idx.co.id, Pojok BEI UNDIP, IDX statistik 2009-2011.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan menggunakan metode studi
pustaka dan dokumentasi. Studi pustaka dilakukan dengan
mengolah literatur, artikel, jurnal maupun media tertulis lain yang
berkaitan dengan topik pembahasan dalam penelitian ini.
Sedangkan dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan
sumber-sumber data dokumenter seperti laporan tahunan
perusahaan yang menjadi sampel penelitian.
46
3.5 Metode Analisis
Mengacu pada kerangka pemikiran yang telah diajukan
dalam penelitian ini, maka metode analisis yang digunakan adalah
analisis regresi linear. Untuk menjamin akurasi data, maka sebelum
dilakukan analisis regresi, maka dalam penelitian ini juga dilakukan
terlebih dahulu analisis statistik deskriptif dan uji asumsi klasik.
Secara rinci metode analisis yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif, menurut Ghozali (2005), memberikan
gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata
(mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum,
range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi). Standar
deviasi, varian, maksimum dan minimum menunjukkan hasil
analisis terhadap disperse data. Sedangkan skewness
(kemencengan) dan kurtosis menunjukkan bagaimana data
terdistribusi. Varian dan standar deviasi menunjukkan
penyimpanagan data terhadap nilai rata-rata.
Apabila standar deviasi kecil, berarti nilai sampel atau
populasi mengelompok di sekitar nilai rata-rata hitungnya, karena
nilainya hampir sama dengan nilai rata-rata, maka dapat
disimpulkan bahwa setiap anggota sampel atau populasi
mempunyai kesamaan. Sebaliknya, apabila nilai deviasi besar, maka
47
penyebaran dari rata-rata juga besar.
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kelayakan
penggunaan model dalam penelitian ini. Pengujian ini juga
bertujuan untuk memastikan bahwa di dalam model regresi
tidak terdapat multikolinearitas, heteroskedastisitas, autokorelasi
serta untuk memastikan bahwa data yang dihasilkan berdistribusi
normal (Ghozali, 2005). Sebelum dilakukan pengujian hipotesis,
data yang diperoleh dalam penelitian ini diuji terlebih dahulu
untuk memenuhi asumsi dasar. Pengujian yang akan dilakukan
pada penelitian ini antara lain: (1) menguji normalitas data
dengan membaca garafik Histogram, grafik Normal P-Plot dan
melakukan one sample Kolmogorov Smirnov, (2) menguji
heteroskedastisitas dengan menggunakan Grafik Scatterplot dan Uji
Glejser, (3) menguji multikolinearitas dengan melihat tolerance
value dan variance inflation factor (VIF), dan (4) menguji
autokorelasi dengan menggunakan Uji Durbin-Watson (statistik-d).
48
3.5.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal agar uji statistik untuk jumlah sampel kecil hasilnya
tetap valid (Ghozali,2005). Terdapat dua cara untuk mendeteksi
apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan
analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik dalam penelitian
dilakukan dengan cara melihat grafik Histogram dan Normal P-
Plot. Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas
residual dalam penelitian ini adalah uji skwenes dan kurtois. Uji
ini diyakini lebih akurat daripada uji normalitas dengan grafik,
karena uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan, jika
tidak hati-hati secara visual akan terlihat normal (Ghozali, 2005).
Uji skewness berhubungan dengan simetri distribusi. Skwed
variabel (variabel menceng) adalah variabel yang nilai mean-nya
tidak di tengah-tengah distribusi. Nilai skewess ini kita bandingkan
dengan nilai < 2,00.
49
3.5.2.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik
adalah homoskedastisitas, yaitu keadaan ketika variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap (Ghozali,
2005). Uji Heteroskedastisitas yang akan dilakukan dalam
penelitian ini menggunakan grafik Scatterplot. Uji grafik dilakukan
dengan membaca pola Scatterplot. Apabila titik-titik membentuk
pola tertentu pada Scatterplot, maka dapat disimpulkan terdapat
heteroskedastisitas dan model regresi harus diperbaiki. Selain
dengan membaca grafik, dalam penelitian ini juga
digunakan uji Glejser. Uji ini dilakukan dilakukan dengan
meregresi nilai absolut residual terhadap variabel independen
(Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2005). Jika variabel independen
secara statistik berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
maka terdapat indikasi terjadi Heteroskedastisitas dalam model
regresi yang digunakan (Ghozali, 2005). Jika tidak ada satu pun
variabel independen yang secara statistik berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen maka tidak terjadi Heteroskedastisitas
dalam model regresi yang digunakan.
50
3.5.2.3 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi kolinearitas diantara variabel independen (Ghozali,
2005). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di
dalam model regresi dalam penelitian ini dengan melihat (1) nilai
tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF).
3.5.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(Ghozali, 2005). Uji ini dilakukan karena data yang dipakai dalam
penelitian ini adalah data time series, dalam data jenis ini sering
muncul problem autokorelasi yang dapat saling “mengganggu”
antar data (Ghozali, 2005).
Pada penelitian ini, uji autokorelasi dilakukan dengan uji
Durbin- Watson, dengan hipotesis:
H0 : tidak ada autokorelasi (r=0)
H1 : ada autokorelasi (r≠0)
51
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi
menurut Ghozali (2005) adalah:
Tabel 3.1
Kriteria Autokorelasi Durbin-
Watson
Hipotesis 0 Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada autokorelasi negative Tolak 4-dl < d < 4
Tidak ada autokorelasi negative No decision 4-du ≤ d ≤ 4-dl
Tidak ada autokorelasi positif
atau
negative
Terima du < d < 4-du
Sumber: Ghozali, 2005
3.5.3 Analisis Regresi
Analisis regresi pada dasarnya dilakukan dengan tujuan
untuk mengestimasi dan atau memprediksi rata-rata populasi atau
nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel
independen yang diketahui (Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2005).
Analisis regresi dalam penelitian ini akan dilakukan dengan uji
koefisien determinasi, uji signifikasi simultan (uji statistik F) dan
uji signifikansi parameter individual (uji statsitik t). Model regresi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
52
Persamaan I:
CHAUD = β0 + β1CHAUDF + β2CHNOTES + β3CHNOTES_Eqi
Keterangan:
CHAUD: Perubahan jumlah catatan auditor sebelum dan setelah
pembenaran IFRS
CHAUDF: Perubahan KAP dari yang bukan big four menjadi big
four
CHNOTES: perubahan jumlah catatan manajemen sesuai IFRS
CHNOTES_EQ: perubahan jumlah penyesuaian ekuitas yang
diusulkan oleh catatan yang menyertai laporan keuangan sesuai
dengan PSAK
Persamaan II:
AUD_EQi = β0 + β1CHAUDF + β2NOTES + β3NOTES_EQi
Keterangan:
AUD_EQi: jumlah catatan auditor yang memerlukan penyesuaian
pada ekuitas perusahaan
CHAUDF: Perubahan KAP dari yang bukan big four menjadi big
four
NOTES_EQi: jumlah penyesuaian pada ekuitas yang diusulkan
manajemen
NOTESi: jumlah catatan manajemen yang diberikan perusahaan dan
memerlukan penyesuaian pada laporan keuangan.
53
3.5.4 Uji Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis dilakukan tiga jenis pengujian
yaitu Uji Koefisien Determinasi (R2), Uji Signifikansi Simultan (Uji
Statistik F) dan Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik
t). Uji Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan variabel-variabel dependen. Uji statistik
F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen
yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh
secara bersama -sama (simultan) terhadap variabel dependen.
Sedangkan Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam
menjelaskan variasi variabel dependen. Secara jelas uji hipotesis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
3.5.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan variabel-variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi (R2) adalah antara nol dan satu. Nilai R 2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Jika koefisien
determinasi sama dengan nol, maka variabel independen tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika besarnya koefisien
determinasi mendekati angka 1, maka variabel independen
berpengaruh sempurna terhadap variabel dependen. Dengan
menggunakan model ini, maka kesalahan penganggu diusahakan
54
minimum sehingga R2 mendekati 1, sehingga perkiraan regresi
akan lebih mendekati keadaan yang sebenarnya.
3.5.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi
mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap
variabel dependen (Ghozali,2006). Apabila nilai probabilitas
signifikansi < 0.1, maka variabel independen secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen.
3.5.4.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam
menjelaskan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005). Apabila
nilai probabilitas signifikansi < 0.1, maka suatu variabel
independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel
dependen.