pengaruh penerapan good corporate governance

46
PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP YIELD OBLIGASI ABSTRAK Oleh: FEBI FEBRIAN NPM : 0811031031 Tlpn : 081369925474 Email : [email protected] Pembimbing I : R.Weddie Andriyanto, S.E., M.Si., C.P.A Pembimbing II : Ninuk Dewi K., S.E., M.Sc., Akt. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penerapan good corporate governance terhadap yield obligasi dengan menggunakan yield obligasi sebagai variabel dependen dan .kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, serta komite audit sebagai variabel independen. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007-2011. Sampel dipilih dengan menggunakan metoda purposive sampling dan diperoleh 10 perusahaan sebagai sampel. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, serta komite audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap yield obligasi. Kata kunci: yield obligasi, good corporate governance.

Upload: lydan

Post on 21-Jan-2017

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP YIELD OBLIGASI

ABSTRAK

Oleh:

FEBI FEBRIANNPM : 0811031031

Tlpn : 081369925474Email : [email protected]

Pembimbing I : R.Weddie Andriyanto, S.E., M.Si., C.P.APembimbing II : Ninuk Dewi K., S.E., M.Sc., Akt.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penerapan good corporate governance terhadap yield obligasi dengan menggunakan yield obligasi sebagai variabel dependen dan .kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, serta komite audit sebagai variabel independen.

Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007-2011. Sampel dipilih dengan menggunakan metoda purposive sampling dan diperoleh 10 perusahaan sebagai sampel. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, serta komite audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap yield obligasi.

Kata kunci: yield obligasi, good corporate governance.

Page 2: PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

THE EFFECT OF FREE CASH FLOW, PROFITABILITY AND COMPANY GROWTH ON CAPITAL STRUCTURE

(An Empirical Study on Manufacturing Company Listed in Indonesia Stock Exchange 2007-2011 Periods)

ABSTRACT

By:

FEBI FEBRIANNPM : 0811031031

Tlpn : 081369925474Email : [email protected]

Pembimbing I : R.Weddie Andriyanto, S.E., M.Si., C.P.APembimbing II : Ninuk Dewi K., S.E., M.Sc., Akt.

This research aims to analyse the effect of the implementation of good corporate governance on bond yields using the bond yield as the dependent variable and. institutional ownership, board size, independent directors and audit committees as an independent variable.

Population of this research are all firms listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) of 2007-2011 periods. Samples are selected by using purposive sampling method that results 10 firms to be examined. Classic assumption tests and hypothesis testing by using multiple linear regression method are used for data analysis.

The result of this research shows that institutional ownership, board size, independent directors and audit committees have significant effect on bond yields.

Keywords: bond yields, good corporate governance.

Page 3: PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agency theory menekankan pada pentingnya pemilik modal (investor)

menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga profesional (agent)

yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnis sehari-hari. Mereka (agent)

bertugas secara profesional bekerja untuk kepentingan perusahaan dan memiliki

keleluasaan dalam menjalankan manajemen perusahaan. Sementara pemilik

modal (investor) hanya bertugas mengawasi jalannya perusahaan yang dikelola

oleh manajemen untuk memastikan bahwa mereka bekerja dengan baik untuk

kepentingan perusahaan (Mustikasari, 2010).

Herawaty (2008) menyatakan bahwa konflik kepentingan antara pemilik

(investor) dengan manajer (agent) muncul ketika pemilik modal menghendaki

kekayaan dan kemakmurannya bertambah, sedangkan manajer juga menginginkan

bertambahnya kesejahteraan bagi para manajer. Setyapurnama dan Norpratiwi

(2006) menyatakan bahwa pemilik (investor) ingin memaksimalkan return dan

harga sekuritas dari investasinya, namun manajer mempunyai kebutuhan

psikologis dan ekonomi yang luas, termasuk memaksimalkan kompensasinya.

Alijoyo dan Zaini (2004) dalam Setyapurnama dan Norpratiwi (2006)

beranggapan bahwa pemisahan fungsi eksekutif dan fungsi pengawasan pada teori

keagenan akan menciptakan “cheks and balances”, sehingga terjadi independensi

yang sehat bagi para manajer untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang

maksimum dan return yang memadai bagi investor.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk mendapatkan dana,

antara lain dengan dengan menjual saham atau menerbitkan obligasi. Saham

sebagai instrumen investasi memiliki resiko yang jauh lebih tinggi daripada

obligasi, dikarenakan bahwa nilai dari saham memiliki tingkat fluktuatif yang

sangat tinggi, sementara obligasi memiliki tingkat fluktuatif yang relatif rendah

karena return yang diberikan juga tidak terlalu tinggi, berbeda dengan saham yang

memiliki tingkat return yang relatif tinggi. Return obligasi merupakan hasil yang

akan diperoleh investor apabila melakukan investasi pada obligasi. Return

obligasi ini dinyatakan dalam yield obligasi. Yield obligasi merupakan salah satu

Page 4: PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

signal yang diberikan oleh manajer kepada investor mengenai keadaan keuangan

perusahaan.

Penerapan good corporate governance diharapkan dapat memberikan signal

positif kepada investor untuk menginvestasikan dananya. Perusahaan yang

menerapkan good corporate governance cenderung memiliki yield obligasi yang

lebih rendah (Setyapurnama dan Norpratiwi). Semakin baik penerapan good

corporate governance maka yield obligasi yang akan diberikan oleh perusahaan

akan semakin kecil. Hal ini dikarenakan karena dengan penerapan good corporate

governance maka perusahaan berhasil memaksimalkan sumber daya yang ada dan

nilai perusahaan sehingga bisa menekan penggunaan dana dari luar.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul, “PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE

GOVERNANCE TERHADAP YIELD OBLIGASI”

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap yield obligasi?

2. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap yield obligasi?

3. Apakah komisaris independen berpengaruh terhadap yield obligasi?

4. Apakah komite audit berpengaruh terhadap yield obligasi?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh penerapan good

corporate governance terhadap yield obligasi perusahaan yang diperdagangkan di

Bursa Efek Indonesia (BEI). 2007-2011.

1.3.2 Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari dilakukannya penelitian ini

adalah sebagai bukti empiris serta memberikan kontribusi tambahan terhadap

penelitian-penelitian yang telah ada. Bagi para Investor, dapat memberikan

gambaran mengenai penerapan good corporate governance dalam pengambilan

keputusan investasi . Bagi para akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat

untuk menambah pengetahuan teoritis dan praktis bagaimana penerapan good

Page 5: PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

corporate governance oleh perusahaan. Hasil penelitian diharapkan dapat

dipergunakan sebagai masukan atau bahan pembanding bagi peneliti lain yang

melakukan penelitian sejenis maupun penelitian yang lebih luas.

2. LANDASAN TEORI, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Agency Theory

Teori agensi berkaitan dengan hubungan antara manajemen perusahaan (agent)

dengan investor.Menurut Darmawati dkk (2005), inti dari hubungan keagenan

adalah adanya pemisahan antara kepemilikan (principal/investor) dan

pengendalian (agent/manajer).Investor memberikan wewenang kepada manajer

untuk mengelola kekayaannya. Investor mempunyai harapan bahwa dengan

memberikan wewenang pengelolaan kepada manajer maka mereka akan

memperoleh keuntungan (Mustikasari, 2010).

Teori kegenan lebih menekankan pada penentuan pengaturan kontrak yang jelas

untuk masing-masing pihak yang berisi tentang hak dan kewajiban, sehingga

dapat meminimumkan konflik keagenan. Good corporate governance merupakan

suatu mekanisme pengelolaan yang didasarkan pada teori keagenan. Penerapan

konsep good corporate governance diharapkan memberikan kepercayaan terhadap

agent (manajer) dalam mengelola dana investor.

2.2 Signaling Theory

Signaling theory adalah pemberian signal dilakukan oleh manajer untuk

mengurangi asimetri informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh

manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik dan pihak luar (investor,

kreditor). Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan

memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan

(dalam hal ini yield) yang dapat dipercaya dan memiliki integritas dan akan

mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang

(Wolk et al., 2004).

Teori sinyal menjelaskan mengapa investor membeli obligasi perusahaan. Yield

obligasi yang terlalu tinggi mengindikasikan bahwa obligasi tersebut berisiko

tinggi juga (De Ros, 2012).

Page 6: PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

2.3 Good Corporate Governance

Good corporate governance timbul karena kepentingan perusahaan untuk

memastikan kepada pihak penyandang dana (principal/investor) bahwa dana yang

ditanamkan digunakan secara tepat dan efisien. Selain itu dengan good corporate

governance, perusahaan memberikan kepastian bahwa manajemen (agent)

bertindak yang terbaik demi kepentingan perusahaan (Setyapurnama dan

Nopratiwi, 2007).

Forum for Corporate Governance in Indonesia/FCGI (2001) mendefinisikan

corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan

antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur,

pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal

lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, sehingga

menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholder).

Nilai tambah yang dimaksud adalah corporate governance memberikan

perlindungan efektif terhadap investor dalam memperoleh yield dan dana yang

diinvesatsikannya.

2.4 Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance

Setiap perusahaan harus memastikan bahwa prinsip corporate governance

diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan.Prinsip-

prinsip corporate governance diperlukan untuk mencapai kinerja yang

berkesinambungan dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan (KNKG,

2006). Prinsip-prinsip tersebut antara lain:

a. Transparansi (Transparancy)

Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus

menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah

diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil

inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh

peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan

keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

b. Akuntabilitas (Accountability)

Page 7: PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan

dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai

dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan

pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan

prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

c. Responsibilitas (Responsibility)

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan

tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara

kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai

good corporate citizen.

d. Independensi (Independency)

Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara

independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi

dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

e. Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness)

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan

kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan

asas kesetaraan dan kewajaran.

2.5 Tujuan Good Corporate Governance

Tujuan dan manfaat GCG dapat diketahui dari Keputusan Menteri Negara BUMN

melalui SK No. Keputusan 23/M-PM. PBUMN/2000, Pasal 6, Penerapan GCG

dalam rangka menjaga kepentingan PESERO bertujuan untuk:

1. pengembangan dan peningkatan nilai perusahaan;

2. pengelolaan sumber daya dan risiko secara lebih efisien dan efektif;

3. peningkatan disiplin dan tanggung jawab dari organ PESERO dalam rangka

menjaga kepentingan perusahaan termasuk pemeang saham, kreditur,

karyawan, dan lingkungan dimana PESERO berada, secara timbal balik

sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing;

4. meningkatkan kontribusi PESERO bagi perekonomian nasional;

5. meningkatkan iklim investasi; dan

6. mendukung program privatisasi.

Page 8: PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Menurut Bassel Committee on Banking Supervision, tujuan dan manfaat good

corporate governance antara lain sebagai berikut:

1 Mengurangi agency cost, biaya yang timbul karena penyalahgunaan

wewenang, ataupun berupa biaya pengawasan yang timbul untuk mencegah

timbulnya suatu masalah.

2 Mengurangi biaya modal yang timbul dari manajemen yang baik, yang

mampu meminimalisir risiko.

3 Memaksimalkan nilai saham perusahaan, sehingga dapat meningkatkan citra

perusahaan dimata publik dalam jangka panjang

4 Mendorong pengelolaan perbankan secara professional, transparan, efisien

serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian dewan

komisaris, Direksi, dan RUPS

5 Mendorong dewan komisaris, anggota direksi, pemegang saham dalam

membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi moral yang tinggi

dan kepatuhan terhadap perundang-undangan yang berlaku.

6 Menjaga Going Concern perusahaan.

2.6 Mekanisme corporate governance

Mekanisme corporate governance merupakan seperangkat aturan yang mengatur

hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah,

karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya

sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem

yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan (FCGI, 2000).

Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini meliputi kepemilikan

institusional, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit.

Page 9: PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

2.7 Model Penelitian

2.5 Pengembangan Hipotesis

Kepemilikan Institusional terhadap Yield Obligasi

Bhoraj dan Sengupta (2003) menemukan adanya hubungan antara mekanisme

corporate governance dengan peringkat obligasi dan yield obligasi. Kepemilikan

institusional memiliki hubungan yang negatif signifikan dengan yield obligasi.

Artinya semakin besar persentase kepemilikan insitusi sektor keuangan pada suatu

perusahaan, yield obligasi yang dihasilkan obligasi perusahaan akan semakin

kecil. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya investor institusional dari

sektor keuangan akan semakin meningkatkan kontrol terhadap kinerja

manajemen, dan ini akan menguntungkan seluruh stakeholders termasuk

bondholders yang secara intuitif akan meningkatkan harga obligasi dan pada

akhirnya menurunkan yield obligasi (Rinangsih, 2005). Berdasarkan penelitian-

penelitian tersebut maka hipotesisnya adalah:

Ha1 :Terdapat pengaruh negatif antara kepemilikan institusi dengan yield

Dewan Komisaris dan Yield Obligasi

Menurut Egon Zehnder dalam FCGI, dewan komisaris memegang peranan

penting dalam perusahaan, terutama dalam pelaksanaan good corporate

governance. Dewan komisaris merupakan inti dari good corporate governance

Yield Obligasi

Mekanisme Corporate Governance

Kepemilikan Institusional

Komite Audit

Ukuran Dewan Komisaris

Komisaris Independen

Page 10: PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi

manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya

akuntabilitas.

Besarnya dewan komisaris dapat dipandang sebagai sarana untuk memberikan

masukan dan mengontrol perilaku oportunistik direksi dan manajemen

(Kusumawati dan Riyanto, 2005). Berdasarkan teori agensi, dewan komisaris

dianggap sebagai mekanisme pengendalian intern tertinggi yang

bertanggungjawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak. Teori agensi

menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan

semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan

semakin efektif yang pada akhirnya menaikkan nilai perusahaan dan risiko

investasi pada perusahaan itu semakin rendah. Apabila risiko investasi rendah

maka yield obligasi yang ditawarkan akan semakin rendah. Dari kesimpulan diatas

maka hipotesis penelitiannya adalah:

Ha2 :Jumlah dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap yield obligasi

Komisaris Independen dan Yield Obligasi

Menurut penelitian Setyapurnama dan Nopritiwi (2006) menyebutkan bahwa

jumlah komisaris independen berpengaruh negatif yang secara statistik signifikan

terhadap yield obligasi. Jumlah komisaris independen merupakan salah satu

variabel yang dipertimbangkan investor dalam melakukan investigasi dalam

obligasi. Bhoraj dan Senguptha (2003) yang meneliti mengenai efek corporate

governance pada peringkat obligasi dan yield obligasi menemukan adanya

hubungan negatif antara komposisi komisaris independen yang besar dengan yield

obligasi. Semakin tinggi jumlah komisaris independen diharapkan dapat

meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang semakin tinggi akan

menurunkan tingkat risiko dan menaikkan harga jual obligasi, sehingga yield

obligasi semakin rendah. Dari uraian tersebut maka hipotesis yang penulis ajukan

adalah:

Ha3 :Jumlah komisaris independen berpengaruh negatif terhadap yield

obligasi.

Page 11: PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Komite Audit dan Yield Obligasi

Penelitian Rinangsih (2008) yang menguji pengaruh praktek corporate

governance terhadap risiko kredit, yield surat hutang (obligasi) menunjukan

bahwa komite audit berpengaruh positif terhadap yield obligasi.

Sedangkan hasil penelitian Setyapurnama dan Norpratiwi (2006) menyebutkan

bahwa keberadaan komite audit disuatu perusahaan berpengaruh negatif terhadap

yield obligasi perusahaan tersebut. Komite audit yang bebas dari pengaruh direksi,

eksternal auditor, dan hanya bertanggung jawab kepada dewan komisaris

diharapkan dapat memberikan pengawasan secara menyeluruh. Keberadaan

komite audit akan menurunkan risiko perusahaan. Keberadaan komite audit ini

akan meningkatkan nilai perusahaan sehingga investor akan bersedia membeli

obligasi dengan harga yang tinggi, jika harga obligasi tinggi maka yield obligasi

yang ditawarkan perusahaan akan semakin rendah.

Ha4 :Jumlah komite audit berpengaruh negatif terhadap yield obligasi.

3. METODA PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data

penelitian berupa laporan keuangan yang telah dipublikasikan dalam database

Bursa Efek Indonesia, Indonesian Capital Market Directory dan Bond Book

selama tahun 2007 sampai 2011 yang meliputi laporan keuangan perusahaan dan

laporan kinerja obligasi perusahaan.

3.2 Metode Pemilihan Sampel

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan metoda penyampelan

bersasaran (purposive sampling method) yaitu sampel yang dipilih berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Oleh karena

itu, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel yang memenuhi

kriteria sebagai berikut :

1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang mengeluarkan

laporan keuangan lengkap dari tahun 2007-2011.

2. Perusahaan yang menerbitkan obligasi dari tahun 2007-2011.

Page 12: PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

3. Perusahaan dengan obligasi yang aktif diperdagangkan selama periode

1 Januari 2007 sampai dengan 31 Desember 2011.

Tabel 1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria

No Kriteria Jumlah Akumulasi1 Perusahaan yang terdaftar di BEI yang

mengeluarkan laporan keuangan lengkap357

2 Perusahaan yang tidak menerbitkan obligasi selama periode 2007-2011

(313) 44

3 Perusahaan dengan obligasi yang tidak aktif diperdagangkan selama periode 1 Januari 2007 sampai dengan 31 Desember 2011

(34) 10

Jumlah perusahaan yang diteliti 10

Tabel 2 Daftar Perusahaan Sampel

NoKode

Perusahaan Nama Perusahaan1 ADHI PT Adhi Karya (Persero) Tbk2 BBRI PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk3 BDMN PT Bank Danamon Indonesia Tbk4 BLTA PT Berlian Laju Tanker Tbk5 BTEL PT Bakrie Telecom Tbk6 EXCL PT XL Axiata Tbk7 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk8 JPFA PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk9 JSMR/JMPD PT Jasa Marga (Persero)Tbk10 PNBN PT

3.3 Variable Penelitian

3.3.1 Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen pada penelitian ini adalah yield obligasi yang diproksikan

weighted average yield yang diperoleh dari Bond Book yang diterbitkan oleh

Bursa Efek Indonesia.

3.3.2 Variabel Independen (X)

Variabel dependen dalam penelitian ini menggunakan empat variabel independen,

yaitu kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, komisaris independen,

dan komite audit.

3.3.2.1 Kepemilikan Institusional

Page 13: PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Kepemilikan institusional diukur dengan persentase saham institusinya.

Persentase saham institusi diperoleh dari penjumlahan antara persentase saham

perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan lain baik yang berada di dalam maupun

di luar negeri (Setya purnama dan Norpratiwi, 2007).

3.3.2.2 Ukuran Dewan Komisaris

Ukuran dewan komisaris diukur dengan seberapa banyak jumlah dewan komisaris

yang ada di perusahaan (Kusumawati dan Riyanto, 2005).

3.3.2.3 Komisaris Independen

Komisaris independen dalam penelitian ini diukur dengan proporsi jumlah

komisaris independen terhadap jumlah anggota dewan komisaris. Peraturan Bursa

Efek Indonesia mewajibkan perusahaan yang sahamnya tercatat di BEI untuk

memiliki komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari jajaran anggota

dewan komisaris yang dapat dipilih dahulu melalui RUPS sebelum pencatatan dan

mulai efektif bertindak sebagai komisaris independen setelah saham perusahaan

tersebut tercatat (Surya dan Yustiavandana, 2006).

3.3.2.4 Komite Audit

Sesuai Surat Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga

Keuangan Nomor: KEP-643/BL/2012 meyatakan bahwa emiten atau perusahaan

publik wajib memiliki komite audit. Karena alasan tersebut model pengukuran

komite audit dalam penelitian ini menjadi jumlah anggota komite audit.

Tujuannya adalah untuk melihat pengaruh jumlah anggota komite audit dalam

suatu perusahaan.

3.4 Alat Analisis

3.4.1 Alat Analisis Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran umum

mengenai variabel-variabel dalam penelitian yang diukur pada sampel. Analisis

statistik deskriptif meliputi jumlah, sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai

rata-rata (mean) dan standar deviasi.

3.4.2 Alat Analisis Uji Asumsi Klasik

Page 14: PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Suatu model regresi berganda yang digunakan untuk menguji hipotesis harus

memenuhi uji asumsi klasik. Hal ini digunakan untuk menghindari estimasi yang

bias, mengingat tidak pada semua data dapat dapat diterapkan regresi. Uji asumsi

klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolonieritas, uji autokorelasi dan uji

heteroskedatisitas.

Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi,variabel

independen dan variabel dependen berdistribusi normal atau tidak. Cara untuk

menguji normalitas adalah dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk menentukan

normalitas distribusi residual. Jika sig atau p-value > 0,05, maka data berdistribusi

normal (Ghozali, 2006).

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen. Jika terdapat korelasi,

berarti terdapat masalah multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2006). Cara untuk mendeteksi ada atau

tidaknya multikolinearitas adalah dengan VIF (variance inflation factor). Indikasi

adanya multikolinearitas adalah apabila nilai VIF > 10.

Uji Autokorelasi

Auto korelasi adalah korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan

waktu. Autokorelasi menunjukkan adanya kondisi yang berurutan antara

gangguan atau distribusi yang masuk dalam regresi. Jika kesalahan pengganggu

dalam observasi saling berkorelasi satu sama lain atau terjadi saling

ketergantungan, maka akan terjadi autokorelasi (Ghozali, 2006). Uji autokorelasi

bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara anggota serangkaian

data observasi yang diurutkan menurut waktu (time series) . Untuk mendeteksi

terjadinya autokorelasi dalam penelitian ini maka digunakan Run Test dengan

melihat koefisien korelasi uji tersebut.

Uji Heteroskedastisitas

Page 15: PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Tujuan uji heteroskedastisitas ini adalah untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan

kepengamatan lainnya (Ghozali, 2006). Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas, yaitu jika variance dari residual satu pengamatan

kepengamatan lainnya tetap.

Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji grafik plot. Uji grafik plot yang

digunakan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu

ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas

dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada scatterplot antara

SRESID dan ZPRED. Jika pada grafik tidak memiliki pola tertentu yang jelas

(bergelombang, melebar, kemudian menyempit), serta tersebar di atas maupun di

bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.4.3 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi

adalah antara nol dan satu. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien

determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan

kedalam model. Sehingga banyak peneliti yang menganjurkan untuk

menggunakan nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi

terbaik. Dalam kenyataan nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif, namun menurut

Gujarati (2003) jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R2 negatif maka nilai

adjusted R2 dianggap bernilai nol. Sehingga jika nilai adjusted R2 yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi

variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-

variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2006).

3.4.4 Uji Kelayakan Model

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi dapat menjelaskan

pengaruh variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen.

Page 16: PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji F (pengujian signifikansi secara

simultan).

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengujian adalah:

1 Menyusun hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1)

H0 : ρ = 0, diduga variabel independen secara bersama-sama tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

H1 : ρ ≠ 0, diduga variabel independen secara bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

2 Menetapkan kriteria pengujian yaitu:

Tolak H0 jika angka signifikansi lebih besar dari α = 5%

Terima H0 jika angka signifikansi lebih kecil dari α = 5%

3.4.5 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan secara parsial bertujuan untuk mengetahui

pengaruh dan signifikansi dari masing-masing variabel independen terhadap

variabel dependen.Pengujian hipotesis terhadap koefisien regresi secara parsial

dilakukan dengan menggunakan uji-t pada tingkat keyakinan 95% dengan tingkat

kesalahan analisis (α) 5%.Untuk menolak atau menerima hipotesis digunakan:

Persamaan Regresi dalam penelitian ini adalah :

Yield=α 0+α1 KINST +α 2 BOARD+α 3 KIND+α 4 KAUD+ε

Keterangan :

Yield = Yield obligasi yang berasal dari Bond Book. .

KINST = Kepemilikan institusi, yang ditunjukkan dengan persentase saham

biasa perusahaan yang dimiliki oleh institusi.

BOARD = Jumlah dewan komisaris, ditunjukkan dengan jumlah anggota

dewan komisaris perusahaan.

KIND = Komisaris independen, yang ditunjukkan dengan persentase

komisaris yang tidak mempunyai kaitan dengan manajemen

perusahaan.

KAUD = Komite audit dinilai dengan jumlah komite audit yang dimiliki

oleh perusahaan.

α = konstanta

Page 17: PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

ε = kesalahan residual

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Statistik Deskriptif

Tabel 3 Hasil Uji Statistik Deskriptif

Variabel Jumlah Data

Nilai Minimum

Nilai Maksimum

Nilai Rata-Rata

DeviasiStandar

YIELD 60 7,54 12,87 9,6 1,27763KINST 60 0,22 0,998 0,65283 0,155463KAUD 60 0 6 3,05 1,84506KIND 60 0,25 0,57 0,4207 0,09279

DKOM 60 3 10 5,9167 1,93357

Berdasarkan data deskripsi variabel penelitian yang disajikan dalam tabel 4.1,

dapat dilihat bahwa dari 60 data penelitian selama tahun 2007-2011, tampak

bahwa variabel yield memiliki rata-rata sebesar 9,6. Hal ini berarti selama perioda

penelitian rata-rata obligasi memiliki yield obligasi sebesar 9,6. Nilai minimum

yield yaitu sebesar 7,54 menunjukkan bahwa nilai minimum yield obligasi yang

ditawarkan adalah sebesar 7,54 yang berasal dari obligasi PT Indofood Sukses

Makmur Tbk pada tahun 2007. Nilai maksimum yield obligasi sebesar 12,87

dimiliki oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk pada tahun 2008. Besarnya nilai

deviasi standar adalah 1,27763. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran penyebaran

data dari variabel yield adalah sebesar 1,27763. Ini berarti besarnya peningkatan

maksimum yang mungkin dari nilai rata-rata variabel yield adalah +1,27763

sedangkan penurunan yang mungkin adalah -1,27763.

Variabel kepemilikan institusional (KINST) memiliki rata-rata sebesar 0,65283.

Hal ini berarti selama perioda penelitian rata-rata secara umum saham perusahaan

yang dimiliki oleh investor institusional adalah sebesar 65,283% dari jumlah

saham beredar. Nilai minimum dari variabel kepemilikan institusional 0,22 yaitu

pada PT Bakrie Telecom Tbk tahun 2011. Nilai maksimum dari variabel

kepemilikan institusional 0,998 yaitu pada PT XL Axiata Tbk tahun 2009. Hal

tersebut menunjukkan bahwa PT XL Axiata Tbk pada tahun 2009 99,8%

sahamnya dimiliki oleh investor intitusional. Besarnya nilai deviasi standar adalah

Page 18: PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

0,155463, yang artinya ukuran penyebaran data dari variabel kepemilikan

institusional adalah sebesar 0,155463. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya

peningkatan maksimum yang mungkin dari nilai rata-rata variabel kepemilikan

institusional adalah +0,155463 sedangkan penurunan yang mungkin adalah

-0,155463.

Variabel komite audit memiliki nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum

sebesar 6. Nilai minimum sebesar 0 menunjukkan bahwa ada perusahaan yang

tidak memiliki komite audit. Sedangkan untuk nilai maksimum sebesar 6 berasal

dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Danamon Indonesia

Tbk. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan perbankan mempunyai

komite audit yang lebih banyak daripada perusahaan yang bergerak dibidang lain.

Nilai rata-rata sebesar 3,05 menunjukkan bahwa selama perioda penelitian, rata-

rata perusahaan memiliki komite audit sebesar 3,05. Deviasi standar dari variabel

komite audit selama perioda penelitian adalah sebesar 3,05 yang menunjukkan

tingkat penyebaran data dari variabel komite audit sebesar 3,05. Hal tersebut

menunjukkan bahwa besarnya peningkatan maksimum yang mungkin dari nilai

rata-rata variabel komite audit adalah +3,05 sedangkan penurunan yang mungkin

adalah -3,05.

Variabel komisaris independen memiliki nilai rata-rata sebesar 0,4207. Nilai ini

menyatakan bahwa rata-rata komposisi komisaris independen dalam perusahaan

adalah sebesar 42,07%. Nilai minimum dari variabel komisaris independen

sebesar 0,25 yaitu pada PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk pada tahun 2010 dan

2011. Sedangkan nilai maksimum dari variabel komisaris independen adalah

sebesar 0,57 yaitu pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank

Danamon Indonesia Tbk. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan

yang bergerak dibidang perbankan memiliki jumlah proporsi yang paling besar

diantara perusahaan lainnya. Besarnya nilai deviasi standar adalah 0,09279. Hal

ini menunjukkan bahwa ukuran penyebaran dari variabel komisaris independen

adalah sebesar 0,09279. Ini berarti besarnya peningkatan maksimum yang

mungkin dari nilai rata-rata variabel komisaris independen adalah +0,09279,

sedangkan penurunan yang mungkin adalah -0,09279.

Page 19: PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Variabel dewan komisaris memiliki nilai rata-rata sebesar 5,9167 yang artinya

perusahaan yang diteliti selama perioda penelitian memiliki dewan komisaris

sebanyak 5 orang. Sedangkan nilai minimum dari variabel dewan komisaris

berasal dari PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk yang hanya memiliki dewan

komisaris sebanyak 3 orang. Nilai maksimum dari variabel dewan komisaris

berasal dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT XL Axiata Tbk yang

memiliki dewan komisaris sebanyak 10 orang. Deviasi standar untuk variabel

dewan komisaris ini adalah 1,93357. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran

penyebaran dari variabel dewan komisaris adalah sebesar 1,93357. Ini berarti

besarnya peningkatan maksimum yang mungkin dari nilai rata-rata variabel

dewan komisaris adalah +1,93357, sedangkan penurunan yang mungkin adalah

-1,93357.

4.2 Uji Asumsi Klasik

Dalam analisis regresi berganda diperlukan uji asumsi klasik sebagai dasar dalam

analisis regresi. Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk mendapatkan analisis

yang akurat atas faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam analisis, serta

dimaksudkan apakah model digunakan benar-benar memenuhi asumsi klasik

dalam analisis regresi.

4.2.1 Uji Normalitas

Syarat data yang layak untuk diuji adalah data tersebut harus berdistribusi normal.

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel

dependen, variabel independen, ataupun keduanya mempunyai distribusi normal

atau tidak. Model regresi yang baik adalah model yang terdistribusi normal atau

mendekati normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi

normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik non parametrik

Kolmogorov-Smirnov (K-S).

a. Uji Statistik dengan Non-Parametrik Kolmogorov Smirnov (K-S)

Pada uji statistik non parametrik Kolmogorov Smirnov apabila probabilitas Asymp

Sig (2-tailed) standardize residual model regresi di atas 0,05, maka dapat

dikatakan asumsi normalitas terpenuhi (Ghozali, 2006). Uji statistik dengan

menggunakan Kolmogorov-Smirnov (K-S).

Page 20: PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Tabel 4 Hasil Uji Normalitas (K-S)

Unstandardized Residual

N 60

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std.

Deviation

,90458743

Most Extreme Differences Absolute ,083

Positive ,083

Negative -,049

Kolmogorov-Smirnov Z ,644

Asymp. Sig. (2-tailed) ,802

Hasil pengujian normalitas dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-

Smirnov berdasarkan data analisis statistik pada tabel menunjukkan bahwa

besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,644. Dengan Asymp. Sig. (2-

tailed), yaitu sebesar 0,804. Hal ini menunjukkan bahwa data residual terdistribusi

normal.

b. Analisis grafik dengan histogram dan grafik Probability Plot

Dari gambar di bawah terlihat titik-titik menyebar mendekati garis diagonal serta

penyebarannya di sekitar garis diagonal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data

berdistribusi normal dan model regresi layak untuk dipakai dalam penelitian ini

karena telah memenuhi asumsi normalitas.

Gambar 2. Hasil Uji Heteroskedastisitas (Scatter Plot

Page 21: PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

4.2.2 Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya serta nilai VIF

(Variance Inflation Factor). Untuk mengetahui ada atau tidaknya

multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance, jika nilai tolerance ≥ 0,10 ,

maka variabel tersebut terbebas dari masalah multikolinearitas. Sama halnya

dengan VIF, jika nilai VIF ≤ 10 ,maka variabel tersebut terbebas dari

multikolinearitas (Ghozali, 2006).

Tabel 5 Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Independen Tolerance VIF Kesimpulan

KINST 0,885 1,130 Tidak Ada Multikolinearitas

KAUD 0,638 1,567 Tidak Ada Multikolinearitas

KIND 0,667 1,500 Tidak Ada Multikolinearitas

DKOM 0,916 1,092 Tidak Ada Multikolinearitas

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui uji multikolinearitasnya dan dapat

disimpulkan nilai tolerance dan nilai VIF. Tampak pada uji multikolinearitas di

atas yang menunjukkan bahwa keempat variabel independen tersebut memiliki

nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF ≤ 10. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-

variabel tersebut bebas dari masalah multikolinearitas.

4.2.3 Uji Autokorelasi

Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linier ada korelasi

antara kesalahan pengganggu pada perioda t dengan kesalahan pengganggu pada

perioda sebelumnya (t-1). Apabila dalam model regresi terdapat masalah

autokolerasi maka dalam penelitian tersebut terdapat korelasi antara anggota

sampel yang diurutkan berdasarkan waktu.

Uji Autokorelasi di dalam penelitian ini menggunakan Run Test. Pengujian Run

Test ini untuk mendeteksi apakah terjadi autokorelasi dalam penelitian ini.

Page 22: PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Tabel 5 Hasil Uji Run TestRuns Test

Unstandardized

Residual

Test Valuea -,11644

Cases < Test Value 30

Cases >= Test Value 30

Total Cases 60

Number of Runs 27

Z -1,042

Asymp. Sig. (2-tailed) ,298

Pada hasil Uji Autokorelasi dengan Run Test diperoleh Asymp. Sig. (2-tailed)

sebesar 0,298 yang berarti lebih besar dari 0,05 (Ghozali, 2006). Sehingga dapat

dikatakan bahwa di dalam model regresi ini tidak terjadi autokorelasi.

4.2.4 Uji HeteroskedastisitasUntuk mengetahui ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas dengan melihat

grafik scatterplot. Jika pada grafik scatterplot ada pola tertentu seperti titik-titik

yang membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar,

kemudian menyempit) maka dapat dikatakan bahwa telah terjadi

heteroskedastisitas. Namun, jika grafik menunjukkan bahwa tidak ada pola yang

jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y

maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006).

Page 23: PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Berdasarkan grafik scatterplot diatas menunjukkan bahwa titik-titik menyebar dan

tidak membentuk pola tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi dalam

penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.3 Pengujian Hipotesis

4.3.1 Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi menunjukkan berapa persen fluktuasi atau variasi pada

suatu variabel (Y) dapat dijelaskan atau disebabkan oleh variabel lain (X)

(Ghozali, 2006). Koefisien determinasi digunakan untuk menguji goodness-fit

dari model regresi (Ghozali, 2006). Nilai adjusted R2 menunjukkan angka 0,462

yang artinya bahwa 46,2 % yield obligasi perusahaan dapat dipengaruhi oleh

variabel kepemilikan institusional, komite audit, komisaris independen dan dewan

komisaris, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar model.

Tabel 6 Hasil Analisis Korelasi Ganda

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 ,706a ,499 ,462 ,93690

4.3.2 Pengujian Kelayakan Model Regresi

Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa ada pengaruh yang

signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen, yaitu dengan nilai

F test = 13,679 dengan probabilitas 0,000 (< 0,05). Artinya bahwa model regresi

linear penelitian ini dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh dari variabel-

variabel independen yaitu: kepemilikan institusional, komite audit, komisaris

independen, dan dewan komisaris terhadap variabel dependen yaitu yield obligasi.

Tabel 7 Hasil Pengujian Signifikansi Simultan

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 48,029 4 12,007 13,679 ,000a

Residual 48,278 55 ,878

Total 96,308 59

Page 24: PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

4.3.3 Uji Signifikansi

Keempat variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi

signifikan. Hal ini dapat terlihat dari probabilitas signifikansi untuk keempat

variabel independen (kepemilikan institusioanl, komite audit, komisaris

independen dan dewan komisaris) mempunyai nilai di bawah 0,05.

Tabel 8 Hasil Pengujian Hipotesis

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) 15,434 ,930 16,598 ,000

KINST -2,623 ,834 -,319 -3,144 ,003

KAUD ,296 ,083 ,428 3,582 ,001

KIND -6,138 1,610 -,446 -3,813 ,000

DKOM -,413 ,066 -,625 -6,265 ,000

Kesimpulan yang dapat kita ambil bahwa variabel yield obligasi dipengaruhi oleh

variabel kepemilikan institusioanl, komite audit, komisaris independen dan dewan

komisaris, dengan persamaan sebagai berikut:

Y = 15, 434 - 2,623X1 + 0,296X2 – 6,138X3 – 0,413X4

Keterangan :

Y : Yield Obligasi

X1 : KepemilikanInstitusi

X2 : Komite Audit

X3 : KomisarisIndependen

X4 : DewanKomisaris

4.3.4 Pengujian Hipotesis

1) Pengujian Hipotesis Pertama

Ha1 Terdapat pengaruh negatif antara kepemilikan institusi dengan yield

obligasi.

Page 25: PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, variabel kepemilikan institusi (KINST) memiliki t

hitung dengan arah negatif dan menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,003

(0,003 < 0,05). Sehingga hasil penelitian ini secara statistik menunjukkan

kepemilikan institusi berpengaruh negatif signifikan terhadap yield obligasi.

Dilihat dari koefisien regresi yang menunjukkan nilai 2,623 % yang artinya jika

1% kepemilikan institusi bertambah maka yield obligasi yang akan diberikan

perusahaan akan turun sebesar 2,623 % dengan asumsi variabel lain tetap. Hal ini

berarti Ha1 diterima karena kepemilikan institusi berpengaruh negatif signifikan

terhadap yield obligasi. Hasil ini sesuai dengan penelitian Bhoraj dan Sengupta

(2003) yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif signifikan antara

kepemilikan institusi dengan yield obligasi.

2) Hipotesis Kedua

Ha2 Jumlah dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap Yield obligasi.

Dari tabel tabel 4.7 dapat dilihat koefisien regresi dewan komisaris sebesar -0,413

dengan signifikansi 0,000 (< 0,05). Artinya semakin banyak jumlah dewan

komisaris di suatu perusahaan maka yield obligasi perusahaan tersebut akan

semakin rendah. Dewan komisaris berfungsi untuk mengawasi direksi. Semakin

banyak jumlah komisaris maka akan semakin mempermudah pengawasan

terhadap manajer perusahaan sehingga manajer perusahaan akan memaksimalkan

nilai perusahaan dengan membuat keputusan-keputusan yang strategis.

3) Hipotesis Ketiga

Ha3 Jumlah komisaris independen berpengaruh negatif terhadap yield

obligasi.

Hasil uji menunjukkan koefisien regresi sebesar -6,138 dengan signifikansi

sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan jumlah komisaris independen berpengaruh

negatif dan signifikan ( 0,000 < 0,05) terhadap yield obligasi. Sehingga

mendukung hasil penelitian Setyapurnama dan Nopritiwi (2006) yang

menunjukkan bahwa semakin besar jumlah komisaris independen maka yield

obligasi yang diberikan perusahaan akan semakin kecil, dikarenakan jumlah

komisaris independen yang tinggi akan memaksimumkan perusahaan sehingga

menurunkan tingkat risiko dan menaikkan harga jual obligasi sehingga yield

obligasi semakin rendah.

Page 26: PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

4) Hipotesis Keempat

Ha4 Jumlah komite audit berpengaruh negatif terhadap yield obligasi.

Koefisien regresi sebesar 0,296 dan signifikansi 0,001 (< 0,05) menunjukkan

bahwa jumlah komite audit berpengaruh positif terhadap yield obligasi (Ha

ditolak). Artinya semakin banyak jumlah komite audit maka yield obligasi yang

diberikan perusahaan akan semakin besar. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian

Setyapurnama dan Norpratiwi yang menyebutkan bahwa komite audit mempunyai

pengaruh negatif signifikan terhadap yield obligasi namun sejalan dengan

penelitian Rinangsih (2008).

4.4 Interpretasi Hasil

Model penelitian ini menghasilkan empat hipotesis dan pengujian terhadap

keempat hipotesis tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa semua hipotesis

diterima kecuali hipotesis keempat. Pembahasan berikut bertujuan untuk

menjelaskan secara empiris pengaruh variabel kepemilikan instituisional, komite

audit, komisaris independen, dan dewan komisaris terhadap yield obligasi.

4.1.1 Pengaruh Kepemilikan Institusi terhadap Yield Obligasi

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pengaruh kepemilikan intitusi

terhadap yield obligasi berpengaruh negatif sebesar 2,623 pada tingkat

signifikansi sebesar 0,003 (lebih kecil dari 0,05). Justifikasinya karena yield

obligasi akan semakin rendah apabila tingkat kepemilikan institusi dalam suatu

perusahaan tinggi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rinangsih (2008) yang menyatakan

bahwa kepemilikan institusi berpengaruh negatif terhadap yield obligasi. Investor

institusional sering disebut sebagai investor yang canggih (sophisticated). Investor

institusional mampu melakukan pengawasan terhadap kinerja manajer yang lebih

baik daripada investor perorangan. Semakin baiknya pengawasan investor

intitusional terhadap kinerja manajer dapat memperkecil kemungkinan adanya

penyimpangan-penyimpangan oleh manajer. Hal ini menguntungkan bagi

bondholders maupun stakeholders. Bondholders mendapatkan keuntungan yaitu

menurunnya yield obligasi dan semakin tingginya harga jual obligasi.

4.1.2 Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Yield Obligasi

Page 27: PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Pada tabel 4.7 terlihat bahwa jumlah dewan komisaris berpengaruh negatif sebesar

6,138 dengan signifikansi 0,000. Dewan komisaris dibentuk dengan tujuan untuk

mengawasi direksi agar perusahaan dapat berjalan dengan baik sehingga direksi

atau manajer akan lebih efektif dan efisien dalam menggunakan sumber daya

perusahaan. Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI),

semakin banyaknya dewan komisaris maka pengawasan terhadap dewan direksi

juga akan semakin mudah. Hal ini juga akan berdampak positif terhadap obligasi

perusahaan. Pengawasan yang baik oleh dewan komisaris akan memberikan

kepercayaan terhadap calon-calon investor sehingga yield obligasi perusahaan

akan semakin kecil dan harga obligasi perusahaan akan semakin tinggi.

4.1.3 Pengaruh Komisaris Independen terhadap Yield Obligasi

Pada tabel 4.7 hasil pengujian komisaris independen terhadap yield obligasi

menunjukkan bahwa dewan komisaris berpengaruh negatif 6,138 dengan

signifikansi 0,000. Keberadaan dewan komisaris independen diharapkan dapat

bersikap netral terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh manajer (Surya dan

Yustiavandana, 2006). Selain itu keberadaan dewan komisaris independen juga

diharapkan dapat meyakinkan investor untuk menginvestasikan dananya pada

perusahaan. Keberadaan dewan komisaris independen juga dapat meningkatkan

perlindungan bagi para investor.

Jumlah dewan komisaris independen yang semakin tinggi diharapkan dapat

menekan para manajer agar dapat bekerja lebih efektif sehingga dapat

memaksimalkan nilai perusahaan (KNKG, 2006). Nilai perusahaan yang semakin

meningkat akan menurunkan risiko investasi dan menaikkan harga jual oblogasi,

sehingga yield obligasi semakin rendah.

4.1.4 Pengaruh Komite Audit terhadap Yield Obligasi.

Pada tabel 4.7 hasil pengujian pengaruh komite audit terhadap yield obligasi

menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh positif signifikan dengan nilai

0,296. Berdasarkan hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa Ha4 tidak

terdukung. Hasil ini sesuai dengan penelitian Rinangsih (2008) tetapi

bertentangan dengan hasil penelitian Setyapurnama dan Norpratiwi (2006).

Page 28: PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Komite audit memiliki peran sebagai komite yang bertugas untuk melakukan

pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi

manajer dalam melaksanakan pengelolaan perusahaan serta melaksanakan tugas

penting berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan. Hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh postif terhadap yield obligasi

mengindikasikan adanya ketidakpercayaan investor terhadap komite audit

perusahaan. Perusahaan mungkin membentuk komite audit hanya sebagai

formalitas sekedar menjalankan peraturan yang ada, bukan dalam rangka

menerapkan good corporate governance. Hal ini mengakibatkan keraguan pada

investor untuk membeli obligasi perusahaan sehingga harga obligasi perusahaan

menjadi rendah dan yield yang ditawarkan perusahaan akan semakin tinggi.

5. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penerapan good corporate

governance (kepemilikan institusi, komite audit, komisaris independen dan dewan

komisaris) terhadap yield obligasi. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa

kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap yield obligasi.

Pengawasan yang dilakukan oleh investor intitusional dapat memperkecil

kemungkinan adanya penyimpangan-penyimpangan oleh manajer sehingga

investor Bondholders mendapatkan keuntungan yaitu menurunnya yield obligasi.

Ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif signifikan terhadap yield obligasi.

Ukuran dewan komisaris yang memadai dapat meningkatkan pengawasan

terhadap kinerja manajer dan dapat memberikan kepercayaan terhadap calon

investor sehingga yield obligasi perusahaan akan semakin kecil.

Jumlah komisaris independen berpengaruh negatif signifikan terhadap yield

obligasi. Jumlah komisaris independen yang semakin tinggi dapat memacu

manajer untuk bekerja lebih efektif sehingga dapat menaikkan harga jual obligasi

jual obligasi, sehingga yield obligasi semakin rendah. Jumlah komite audit

berpengaruh positif signifikan terhadap yield obligasi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh positif terhadap yield obligasi

yang mengindikasikan bahwa perusahaan mungkin membentuk komite audit

Page 29: PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

hanya untuk mematuhi peraturan yang dibuat oleh BAPEPAM, bukan dalam

rangka menerapkan GCG sehingga timbul keraguan pada investor untuk membeli

obligasi perusahaan sehingga harga obligasi perusahaan menjadi tinggi dan yield

yang ditawarkan perusahaan akan semakin tinggi.

5.2 Keterbatasan

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu sampel penelitian yang terlalu sedikit

dikarenakan keterbatasan data penelitian. Data yield obligasi yang diteliti berasal

dari Bond Book yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-

2011.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka penulis ingin memberikan saran bagi para

calon investor yang ingin menanamkan modalnya melalui obligasi hendaknya

memperhatikan faktor-faktor seperti: berapa persen kepemilikan institusional

dalam perusahaan tersebut, ukuran dewan komisaris, jumlah dewan komisaris,

serta jumlah komite audit pada perusahaan tersebut karena faktor-faktor ini

terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap yield obligasi.

DAFTAR PUSTAKA

Bhoraj, Sanjeev dan Parta Sengupta. 2003. Effect of Corporate Governace on Bond Rating and Yields : The Role of Institusional Investors and Outside Directors. The Journal of Bussiness (Juli): 455-475. Darmawati, Deni, Khomsiyah dan Rika Gelar Rahayu. 2005. Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 8 (Jan): 65-81 Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.FCGI. 2001. Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan). Jilid II. FCGI. Edisi ke-2.

Haryani, Pratiwi, Linggar dan Syarifuddin, Muchamad. 2011. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja: Transparansi Sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh.Herawaty, Vinola. 2008. Peran Praktek Corporate Governance sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management terhadap Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak.Ibrahim, Hadiasman. 2008. Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Peringkat Obligasi, Ukuran Perusahaan, dan

Page 30: PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

DER terhadap Yield to Maturity Obligasi Korporasi di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2006. Tesis. Semarang: Universitas Diponogoro.De Rose, Mario D. 2012. High Yield Means High Risk. U.S. Strategy Report. http://www. edwardjones .com .Kamstra, Mark, Peter Kennedy dan Teck-Kin Suan. 2001. Combining Bond Rating Forecast Using Logit. The Financial Review (May): 75-96.Kusumawati, Dwi Novi dan Riyanto, Bambang. 2005. Corporate Governance dan Kinerja: Analisis Pengaruh Compliance dan Struktur Dewan Terhadap Kinerja. Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo.Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (NCCG). 2006. Pedoman Good Corporate Governance Indonesia. Mustikasari, Greta Ita. 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate GovernanceTerhadap Peringkat Obligasi Dan Yield Obligasi (Studi Empiris Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.Prasetyo, Adhi. 2010. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Peringkat Obligasi. Skripsi. Semarang. Universitas Diponogoro.Rahayu, Dyah Sih dan Faisal. 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial dan Institusional pada Struktur Modal Perusahaan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 7, No.2 Rinaningsih. 2008. Pengaruh Praktek Corporate Governance Terhadap Resiko Kredit, Yield Surat Hutang (Obligasi). Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak .Sabrinna, Anindhita Ira. 2010. Pengaruh Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan. Skripsi. Semarang. Universitas Diponogoro.Setyaningrum, Dyah. 2005. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Peringkat Surat Utang Perusahaan di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, vol.2,no.2, 73-102 . Setyapurnama, Yudi Santara dan A.M. Vianey Norpratiwi. 2006. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Peringkat Obligasi dan Yield Obligasi. Jurnal Akuntansi & Bisnis. Vol. 7. No. 2, Agustus 2007: 107-108 .Surya, Indra dan Yustiavandana, Ivan. 2006. Penerapan Good Corporate Governance. Jakarta: KencanaUjiyantho dan Pramuka, 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba danKinerja Keuangan (Studi Pada Perusahaan go publik Sektor Manufaktur), Jurnal Simposium Nasional Akuntansi X Makassar.Wolk, Harry I., Michael G. Tearney, dan James L Dodd. 2004. AccountingTheory: A Conceptual and Institutional Approach. South-Western College Publishing.Zuhrohtun dan Zaki Baridwan. 2005. Pengaruh Pengumuman Peringkat Terhadap Kinerja Obligasi. Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo.