pengaruh pemberian ekstrak kering buah asam...
TRANSCRIPT
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KERING BUAH ASAM GELUGUR (Garcinia atroviridis) SECARA ORAL TERHADAP
KADAR KOLESTEROL DAN PERSENTASE APOPTOSIS SEL OTOT JANTUNG PADA TIKUS DENGAN DIABETES AKUT
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
Oleh Fheby Syabrina
NIM: 11141030000058
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1438 H/2017 M
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa: i
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2- semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika drkemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di tlIN syarif Hidayatullah Jakarta
t .-tCiputat, 13 September 2Al7
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KERING BUAH ASANIGELUGUR (Garcinia atroviridis) SECARA ORAL TERHADAP KADAR
KOLESTEROL DAN PERSENTASE APOPTOSIS SEL OTOT JANTUNGPADA TIKUS DENGAN DIABETES AKUT
Laporan Penelitian diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan ProfesiDokter, Fakultas Kedokteran danllmu Kesehatan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kedokteran (S.Ked)
OlehFheby Syabrina
NIM: 11141030000058
Pembimbing II
dr. Flori Ratna Sari, Ph.D
NIP. 19770727 200604 2 001
dr. Hari Hendarto, Sp.PD-KEMD,FINASIM
NIP. 1 9651 123 200312 I 003
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438H/2017 M
lll
Pembimbing I
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan penelitian bequdul PENGARUII PEMBERIAN EKSTRAK KERINGBUAII ASAM GELUGUR {Garcinia atroviridis) SECARA ORALTERIIADAP KADAR KOLESTEROL DAN PERSENTASE APOPTOSISSEL OTOT JANTUNG PADA TIKUS DENGAN DIABETES AKUT yangdiajukan oleh Fheby Syabrina (NlM 11121030000058), telah diujikan dalamsidang di Fakultas Kedokteran dan llmu Kesehatan pada tanggal 13 September2017. Laporan penelitian ini telah diperbaiki sesuai dengan masukan dan saranpenguji, serta telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SarjanaKedokteran (S.Ked.) pada Program Studi Kedokteran dan Pendidikan Dokter.
Ciputat, 13 Septernber 2017DEWAN PENGT]JI
dr'NIP.
Pembimbing I
Flori Ratna Sari, Ph.D19770727 2A0604 2 AA1
prof .Dr,, H..Arif Sumantri, SKM.,M.Kes.
l, :..... ::,NIP;.19650808 1988031 002
dr. Flori Ratna Sari, Ph.DNrP. 19770727 2006A4 2 001
Penguji I
Dr. Zett Harriyati, M.Biomed dr.NIDN. 197805A720050 I 1005
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK UIN
Pembimbing II
dr. Hari Hendarto, Sp.PD-KEMD, FINASIMNIP. 19770727 20A604 2 001
Penguji II
Lucky B iantina, M.BiomedNIDN, t6280
Kaprodi PSKPD.FKIK
dr. Nouval , Ph.D, FICS, FACS
IV
, Sp.
NIP. 1 2006041 001
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji serta syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta
salam semoga tetap tercurah limpahkan pada Nabi besar Muhammad SAW,
beserta keluarganya, sahabatnya, serta umatnya.
Alhamdulillahi rabbil alamin, penelitian ini telah selesai, dan akan sulit
terselesaikan jika tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri S.K.M., M.Kes., selaku Dekan FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu membimbing dan memberikan
kesempatan kepada saya untuk menempuh pendidikan di Program Studi
Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Nouval Shahab, SpU, PhD, FICS, FACS selaku Ketua Program Studi
Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
serta seluruh dosen di prodi ini yang selalu membimbing serta
memberikan ilmu kepada saya selama menjalani masa pendidikan di
Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D dan dr. Hari Hendarto, Sp.PD, Ph.D, FINASIM.
selaku dosen pembimbing penelitian saya, yang selalu membimbing dan
mengarahkan dalam berjalannya penelitian ini.
4. Kedua orang tua tercintadan kakak adik yang selalu memberikan doa dan
semangat kepada saya. Dan untuk seluruh keluarga besar yang senantiasa
membuat saya bersemangat dalam menjalani proses pembelajaran di
Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Untuk teman seperjuangan penelitian saya alissa, didit, nadira, pujah dan
irfi.
6. Seluruh mahasiswa PSKPD 2014 yang terus semangat dalam menimba
ilmu di UIN Syarif Hidayatullah, khususnya hisyum, regi, alisah, fazra,
dll.
vi
Saya menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak sangat saya harapkan demi
kesempurnaan laporan penelitian ini.
Demikian laporan penelitian ini saya tulis, semoga dapat memberikan manfaat
bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Ciputat, 13 September 2017
Penulis
vii
ABSTRAK
Fheby Syabrina. Program Studi Kedokteran dan Pendidikan Dokter. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kering Buah Asam Gelugur (Garcinia atroviridis) secara Oral terhadap Kadar Kolesterol dan Persentase Apoptosis Sel Otot Jantung pada Tikus dengan Diabetes Akut. 2017. Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup serius yang tergolong dalam noncommunicable disease. DM disebabkan oleh ketidakmampuan sel β pankreas memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh tidak mampu memproduksi insulin secara efektif sehingga penyakit ini ditandai dengan adanya gambaran berupa hiperglikemia. Penatalaksanaan terhadap diabetes mellitus dilakukan dalam berbagai hal, mulai dari medikamentosa sampai tanaman herbal. Ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis) dilaporkan memiliki efek hipolipidemik, antioksidan, hipoglikemi, dan menurunkan berat badan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek buah asam gelugur dengan dosis 400 mg/kgBB/hari per oral selama 28 hari terhadap kadar kolestrol, persentase apoptosis sel otot jantung, glukosa darah, dan berat badan pada tikus yang diinduksi streptozotosin (STZ). Penelitian ini menunjukkan bahwa buah asam gelugur secara signifikan dapat menurunkan persentase apoptosis sel jantung (p = 0,004), menurunkan kadar glukosa darah (p = 0,001), meningkatkan berat badan (p = 0,025), selain itu terdapat penurunan kolesterol, meskipun belum signifikan (p>0,05), Dapat disimpulkan bahwa buah asam gelugur mempunyai efek hipolipidemik, antioksidan, dan hipoglikemi. Kata kunci : DM,asam gelugur, glukosa darah, berat badan, kolestrol, persentase apoptosis.
ABSTRACT
Fheby Syabrina. Medical Education Study Program. Oral Administration Effect of Gelugur Acid Dried Extracts Garcinia atroviridis) on Cholesterol Levels and Apoptosis Percentage of Myocard Cells on Rats with Acute Diabetic. 2017. Diabetes Mellitus (DM) is a one of serious health problem belonging to the noncommunicable disease. DM caused by inabillty of beta cells produces insulin in sufficient quantities or the body is unable to produce insulin effectively. Therefor there are forms of hyperglycemia in DM. DM management is in various ways, starting from medicamentosa until herbs. Asam gelugor (Garcinia atroviridis) have hypolipidemic, antioxidant, hypoglycemic effects and reduce body weight. This study has conducted to determine the effects of cinnamon extract at a dose of 400 mg/kgBB orally for 28 days on cholesterol levels blood glucose level, body weight and in streptozotocin (STZ) induced. This study showed that asam gelugor extract significantly lower myocardium cell apoptosis percentage (p = 0,004), lower glucose levels (p = 0,001), weight increase (p = 0,025). Besides, there is a decrease in cholesterol, although has not been statistically significant yet (p>0,05). It can be concluded that asam gelugor fruit have hypolipidemic, antioxidant, and hypoglycemic effect. Key words : DM,asam gelugor, blood glucose, body weight, cholesterol, apoptosis percentage.
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL .......................................................................................... i LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iii LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN ............................................... v KATA PENGANTAR .................................................................................... vi ABSTRAK ...................................................................................................... vii DAFTAR ISI ................................................................................................... viii DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xiii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 3 1.3 Hipotesis ........................................................................................... 3 1.4 Tujuan Penelitian. ............................................................................. 3
1.4.1 Tujuan Umum ................................................................... 3 1.4.2 Tujuan Khusus................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 4 1.5.1 Bagi Peneliti ...................................................................... 4 1.5.2 Bagi Institusi ..................................................................... 4 1.5.3 Bagi Masyarakat ................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 5
2.1 Tinjauan Pustaka Diabetes Melitus(DM) ........................................ 5 2.1.1 Definisi DM ....................................................................... 5 2.1.2 Klasifikasi DM .................................................................. 5 2.1.3 Faktor Risiko DM .............................................................. 6 2.1.4 Fisiologi Pankreas dan Insulin .......................................... 7
2.1.4.1 Proses Pembentukan dan Sekresi Insulin ............ 7 2.1.4.2 Aksi Insulin ......................................................... 9 2.1.4.3 Efek Insulin pada Metabolisme Karbohidrat ...... 9 2.1.4.4 Efek Insulin pada Metabolisme Lemak ............... 9 2.1.4.5 Efek Insulin pada Metabolisme Protein .............. 10
2.1.5 Patogenesis dan Patofisiologi DM .................................... 11 2.1.6 Manifestasi Klinis DM ...................................................... 12 2.1.7 Komplikasi DM ................................................................. 12 2.1.8 Kardiomiopati Diabetik ..................................................... 14 2.1.9 Penegakan Diagnosis DM ................................................. 15 2.1.10 Tata Laksana DM .............................................................. 17 2.1.11 Target Tata Laksana ......................................................... 19
ix
2.1.12 Dislipidemia ...................................................................... 20 2.1.12.1 Definisi & Klasifikasi Dislipidemia.....................20 2.1.12.2 Dislipidemia pada DM.........................................20
2.2 Tinjauan Asam Gelugur (Garcinia atroviridis)............................... 21 2.2.1 Morfologi Tanaman Asam Gelugur .................................. 22 2.2.2 Kandungan Kimia Asam Gelugur ..................................... 22
2.3 Streptozotosin (STZ) ....................................................................... 23 2.3.1 Definisi dan Pengaruh STZ terhdapat Kerusakan Sel Beta
Pankreas ............................................................................. 23 2.3.2 Dosis STZ .......................................................................... 26
2.4 Kerangka Konsep ............................................................................ 28 2.5 Definisi Operasional ........................................................................ 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 31 3.1 Desain Penelitian ............................................................................. 31 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 31
3.2.1 Waktu Penelitian ............................................................. 31 3.2.2 Tempat Penelitian ........................................................... 31
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................... 31 3.3.1 Populasi Penelitian .......................................................... 31 3.3.2 Sampel Penelitian ............................................................ 31
3.4 Kriteria Sampel ................................................................................ 33 3.4.1 Kriteria Inklusi ................................................................ 33 3.4.2 Kriteria Eksklusi ............................................................. 33
3.5 Cara Kerja Penelitian ....................................................................... 33 3.5.1 Alat Penelitian ................................................................. 33 3.5.2 Bahan Penelitian ............................................................. 34
3.6 Adaptasi Hewan Coba ..................................................................... 34 3.7 Induksi Tikus dengan STZ .............................................................. 34 3.8 Pembuatan Sukrosa ......................................................................... 35 3.9 Pemberian Ekstrak Buah Asam Gelugur pada Tikus ...................... 35 3.10 Alur Penelitian ................................................................................. 36 3.11 Pengukuran Sampel ......................................................................... 37
3.11.1 Kadar Kolesterol ............................................................. 37 3.11.2 Persentase Apoptosis....................................................... 37 3.11.3 Glukosa Darah................................................................. 37 3.11.4 Berat Badan ..................................................................... 38
3.12 Pembuatan Preparat ......................................................................... 38 3.12.1 Alat Pembuatan Preparat ................................................. 38 3.12.2 Bahan Pembuatan Preparat ............................................. 38
3.13 Tahap Pemrosesan Jaringan............................................................. 39 3.14 Pengamatan Jaringan ....................................................................... 41 3.15 Pengolahan dan Analisis Data ......................................................... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 43
4.1 Kadar Kolesterol .............................................................................. 43 4.2 Persentase Apoptosis ....................................................................... 45 4.3 Glukosa Darah ................................................................................. 49
x
4.4 Berat Badan ..................................................................................... 55 4.5 Keterbatasan Penelitian ................................................................... 59
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 60 5.1 Simpulan .......................................................................................... 60 5.2 Saran ................................................................................................ 60
BAB VI KERJASAMA PENELITIAN ...................................................... 62 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 63 LAMPIRAN .................................................................................................... 67
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Rerata & Standar Deviasi Kadar Glukosa Darah Sewaktu .............. 41 Tabel 4.2 Rerata Rasio Glukosa Darah Sewaktu Hari-1 dan Hari-28.............. 43 Tabel 4.3 Hasil analisis uji statistik Kruskal-Wallis Rerata GDS .................... 44 Tabel 4.4 Hasil analisis uji statistik Mann-Whitney perbedaan rerata GDS antara kelompok tikus DE dibandingkan dengan kelompok tikus D ............... 46 Tabel 4.5 Rasio BB selama 25 hari .................................................................. 47 Tabel 4.6 Hasil Analisis Uji Statistik Kruskal-Wallis rerata BB hari ke-27 ...48 Tabel 4.7 Hasil Analisis Uji Statistik Mann-Whitney Perbandingan BB pada Hari ke-27 ................................................................................................ 49
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Mekanisme Sekresi Insulin Menurut Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2011 ...................................................................................................... 8 Gambar 2.2 Komplikasi Kronis DM Menurut Robbin’S 2007 ........................ 14 Gambar 2.3 Taber Kadar Tes Laboratorium Darah untuk Diagnosis DM (PERKENI 2015) ............................................................................................. 17 Gambar 2.4 Langkah-langkah Diagnostik DM (PERKENI 2015) .................. 17 Gambar 2.5 Tabel Profil Obat Antidiabetik Oral yang tersedia di Indonesia (PERKENI 2015) ............................................................................................. 19 Gambar 2.6 Tabel Sasaran Pengendalian DM (PERKENI 2015) .................... 20 Gambar 2.7 Buah Garcinia atroviridis ............................................................ 22 Gambar 2.8 Asam Hidroksisitrat ..................................................................... 23 Gambar 7.1 Surat Keterangan Tikus Sehat ...................................................... 70 Gambar 4.1 Apoptosis Sel otot Jantung ........................................................... 58 Gambar 7.2 Hasil Identifikasi Bahan Uji ......................................................... 71 Gambar 7.3 Tikus sampai di Animal House dan dilakukan adaptasi ............... 72 Gambar 7.4 Penimbangan sukrosa ................................................................... 72 Gambar 7.5 Pencampuran sukrosa dengan akuades steril dengan stirer .......... 72 Gambar 7.6 Sukrosa 10% ................................................................................. 72 Gambar 7.7 Pembuatan Buffer Sitrat ............................................................... 73 Gambar 7.8 Standar pH .................................................................................... 73 Gambar 7.9 Buffer Sitrat .................................................................................. 73 Gambar 7.10 Streptozotosin ............................................................................. 73
xi
Gambar 7.11 Penyuntikkan Streptozotosin Intraperitoneal ............................. 74 Gambar 7.12 Ekstrak Kering Buah Asam Gelugur .......................................... 74 Gambar 7.13 Penimbangan ekstrak kering buah Asam Gelugur ..................... 74 Gambar 7.14 Ekstrak buah Asam Gelugur disonde melalui oral ..................... 74 Gambar 7.15 Proses sacrifice ........................................................................... 75 Gambar 7.16 Darah dari vena cava inferior di dalam tabung EDTA............... 75 Gambar 7.16 Darah dan organ tikus dimasukkan ke dalam cool box ............. 75
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Rata-Rata GDS pada Tiap Kelompok............................................. 42 Grafik 4.2 Rerata GDS & Hasil analisis statistik uji Mann-Whitney antar kelompok tikus pada hari ke-28 ...................................................................... 45 Grafik 4.3 Persentase Rasio Berat Badan Tiap Kelompok Penelitian ............. 47 Grafik 4.4 Hasil analisis uji Mann-Whitney Perbandingan BB dan Rerata BB antar kelompok tikus pada hari ke-27 .............................................................. 50 Grafik 4.5 Rerata Kolesterol pada Semua Kelompok Tikus ............................ 51 Grafik 4.6 Rerata Persentase Jumlah Apoptosis Sel Jantung dan Hasil Uji Mann-Whitney .................................................................................................. 54
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Cara Perhitungan ......................................................................... 67 Lampiran 2. Surat Keterangan Tikus Sehat ..................................................... 69 Lampiran 3. Surat Keterangan Identifikasi Tanaman ...................................... 70 Lampiran 4. Gambar Proses Penelitian ............................................................ 71 Lampiran 5. Hasil Data Uji Statistik ................................................................ 73 Lampiran 6. Riwayat Penulis ........................................................................... 75 Lampiran 7. Surat Persetujuan Etik ................................................................. 76
DAFTAR SINGKATAN ADA : American Diabetes Association BB : Berat Badan cAMP : cyclic Adenosine Mono Phosphate CAD : Coronary Artery Disease CDC : Centers for Diabetes Federation D : Diabetes Depkes : Departemen Kesehatan DM : Diabetes Melitus EDTA : Ethylen Diamine Tetraacetic Acid GDPT : Glukosa Darah Puasa Terganggu GDS : Gula Darah Sewaktu GLUT : Glucosa Transporter IDF : Internasional Diabetes Federation
xii
IPB : Institut Pertanian Bogor IRS : Insulin Reseptor Substrate KAD : Ketoasidosis Diabetik Kemenkes : Kementrian Kesehatan kgBB : kilogram Berat Badan MHCP : Methyl Hidroxy Chalcone Polymer mg/dL : miligram per desiliter mg/kgBB : miligram per kilogram Berat Badan mL : mili Liter MLD-STZ : Multiple Low Dose Streptozotocin N : Normal n : Sampel NO : Nitrit Oxide PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia SD : Standar Deviasi STZ : Streptozotosin TG : Trigliserida TGT : Toleransi Glukosa Terganggu PBS : Phosphate Buffer Saline
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia yang ditimbulkan oleh DM
adalah suatu kondisi medik berupa peningkatan kadar glukosa dalam darah
melebihi batas normal. Diagnosis DM ditegakkan jika ada keluhan khas berupa
sering lapar (polifagia), sering haus (polidipsia), sering buang air kecil dengan
jumlah banyak (poliuria), dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya dan dipastikan dengan pemeriksaan kadar glukosa darah. 1,2
Pada pasien DM yang tidak terkontrol akan terjadi komplikasi salah
satunya adalah kardiomiopati diabetik. Kardiomiopati diabetik didefinisikan
sebagai abnormalitas pada struktural dan fungsional miokardium pada pasien
diabetes yang ditandai dengan penurunan fungsi sistolik dan diastolik dari
ventrikel kiri akibat dari disfungsi otonom.1, 21 Terdapat beberapa mekanisme
yang melibatkan terjadinya kardiomiopati diabetik, salah satunya adalah
peningkatan stres oksidatif yang berujung pada apoptosis sel. 19
Besarnya dampak yang ditimbulkan karena diabetes, menyebabkan
banyak penelitian untuk melakukan penanganan diabetes. Salah satu yang
berkembang adalah menggunakan tanaman-tanaman herbal. Tanaman herbal kini
kian banyak digunakan untuk pengobatan diabetes karena efektif, efek samping
yang minimal dan harganya yang terjangkau.
Dilaporkan bahwa beberapa tanaman dapat digunakan untuk menurunkan
kadar glukosa darah. Salah satu tanaman tersebut adalah asam gelugur (Garcinia
atroviridis). Asam gelugur adalah tanaman asli dari India dan Thailand. 5
Buah dari tanaman asam gelugur mengandung beberapa macam zat
fitokimia. Salah satu asam organik yang sudah diidentifikasi pada tanaman ini
2
adalah asam hidroksisitrat atau hydroxycitric acid (HCA), yaitu komponen
kimiawi alami dan turunan asam sitrat. HCA inilah yang sudah diidentifikasi
dapat mengendalikan berat badan melalui pengaturan kadar serotonin yang akan
memberikan sensasi kenyang dan sebagai agen antiobesitas dengan cara
menurunkan lipogenesis dan mempercepat oksidasi lemak sehingga dapat
mencegah terjadinya dislipidemia. 6
Penelitian Rasha HM tahun 2015 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak
buah asam gelugur dengan dosis 200 mg/kgBB selama 28 hari pada tikus
diabetes tipe 2 yang diinduksi streptozotosin (STZ) memberikan hasil yang
efektif pada penurunan glukosa darah.7
Pada penelitian penelitian Mahmoud dan Amer tahun 2013 menunjukkan
bahwa pemberian ekstrak buah asam gelugur dengan dosis 200 mg/kgBB selama
21 hari dapat merubah berat badan tikus, dan dengan dosis 400 mg/kgBB selama
14 hari dapat menurunkan berat badan tikus secara signifikan. Penelitian tersebut
juga menunjukkan pemberian ekstrak buah asam gelugur dengan dosis 200
mg/kgBB selama 21 hari dapat menurunkan kadar kolesterol plasma, dan dengan
dosis 400 mg/kgBB selama 14 hari dapat meningkatkan kadar kolesterol total
dengan signifikan. 23
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merasa perlu memberikan
dosis dan durasi pemberian ekstrak yang berbeda untuk mengetahui lebih lanjut
efektivitas ekstrak buah asam gelugur terhadap penyakit DM. Oleh karena itu,
dilakukan penelitian mengenai manfaat ekstrak buah asam gelugur (Garcinia
atroviridis) sebanyak 400 mg/kgBB selama 28 hari yang diberikan secara oral
terhadap kadar glukosa darah, berat badan, kadar kolesterol, dan persentase
apoptosis organ jantung pada tikus jantan strain Sprague dawley yang diinduksi
dengan streptozotosin (STZ).
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah pada
penelitian ini yaitu apakah pemberian terapi ekstrak buah asam gelugur
dengan dosis 400 mg/kgBB yang diberikan secara oral selama 28 hari
mempengaruhi kadar kolesterol dan persentase apoptosis sel otot jantung tikus
Sprague dawley yang diinduksi STZ dibandingkan dengan tikus normal dan
tikus diabetes tanpa terapi?
1.3 Hipotesis
1.3.1 H0 : Pemberian ekstrak buah asam gelugur dengan dosis 400
mg/kgBB selama 28 hari tidak mempengaruhi mempengaruhi kadar kolesterol
dan persentase apoptosis sel otot jantung tikus yang diinduksi dengan STZ.
1.3.2 H1 : Pemberian ekstrak buah asam gelugur dengan dosis 400
mg/kgBB selama 28 hari mempengaruhi kadar kolesterol dan persentase
apoptosis sel otot jantung tikus yang diinduksi dengan STZ.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak
buah asam gelugur terhadap kadar kolesterol dan persentase apoptosis sel otot
jantung Sprague dawley yang diinduksi STZ dibandingkan dengan tikus
normal dan tikus diabetes yang tidak diberikan terapi.
1.4.2 Tujuan Khusus
Mengetahui efek buah asam gelugur dengan dosis 400 mg/kgBB yang
diberikan secara oral selama 28 hari terhadap:
a. Kadar kolesterol
b. Persentase apoptosis sel otot jantung
c. Glukosa darah
d. Berat badan
4
Pada tikus jantan strain Sprague dawley yang diinduksi dengan STZ
dibandingkan dengan tikus diabetes tanpa terapi dan normal.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti
a. Mendapatkan pengalaman melakukan penelitian dengan metode
eksperimen.
b. Mendapatkan pengetahuan mengenai tanaman herbal yang memiliki efek
hipolipidemik dan mencegah apoptosis sel pada organ jantung.
c. Sebagai salah satu syarat mendapat gelar Sarjana Kedokteran dari Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
1.5.2 Bagi Institusi
Dapat menambah referensi penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.5.3 Bagi Masyarakat
Diharapkan setelah dilakukannya penelitian ini, kedepannya
masyarakat sekitar dapat menggunakan buah asam gelugur sebagai terapi
alternatif untuk mengatasi Diabetes Melitus dan komplikasinya terutama pada
organ jantung.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka Diabetes Melitus (DM)
2.1.1 Definisi DM
Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) diabetes
melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
ataukedua-duanya.2
Sedangkan menurut World Health Organization (WHO) Diabetes melitus
(DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi karena pankreas tidak
memproduksi cukup insulin atau karena tubuh tidak dapat menggunakan insulin
dengan efektif, DM juga merupakan penyakit tidak menular.4Hiperglikemia
yang ditimbulkan oleh DM adalah suatu kondisi medik berupa peningkatan
kadar glukosa dalam darah melebihi batas normal. 1
Menurut Kumar (2007) Diabetes melitus merupakan salah satu masalah
kesehatan yang cukup serius yang tergolong dalam non-communicable disease.
DM tidak hanya terjadi pada golongan dewasa, tetapi juga anak-anak dan
remaja. DM adalah suatu kelompok heterogen penyakit yang gambaran
umumnya adalah hiperglikemia.8
2.1.2 Klasifikasi DM
Di Indonesia pengklasifikasian DM juga merujuk pada American
Diabetes Association (ADA) yang terdapat pada PERKENI 2015.
Klasifikasi DM berdasarkan etiologinya :
1. Diabetes Melitus Tipe 1
DM tipe 1 dikenal sebagai tipe juvenile-onset dan tipe dependent insulin.
DM tipe 1 ini dibagi dalam 2 subtipe yaitu yang disebabkan proses
imunologik atau autoimun dan subtipe yang kedua adalah idiopatik, tanpa
6
bukti adanya autoimun dan tidak diketahui sumbernya.14 Dengan kata lain
DM tipe ini adalah diabetes yang yang terjadi karena destruksi sel beta
pankreas yang umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut, sehingga
penderita memerlukan tambahan insulin dari luar.1, 2
2. Diabetes Melitus Tipe 2
DM tipe 2 ini dikenal sebagai tipe dewasa atau tipe onset maturitas dan tipe
nondependent insulin. DM tipe 2 terjadi akibat penurunan sekresi insulin
oleh sel beta pankreas.9DM tipe 2 memiliki variasi, mulai yang dominan
resistensi insulin disertai defisiensi insulin relative sampai yang dominan
defek sekresi insulin disertai resistensi insulin.1,2
3. Diabetes Gestasional
Hiperglikemia yang terdeteksi pada kehamilan harus ditentukan
klasifikasinya sebagai DM dengan kehamilan atau DM
gestasional.2 Diabetes melitus gestasional merupakan diabetes temporer yang
timbul akibat perubahan metabolisme karbohidrat selama
kehamilan.10 Diabetes gestasional adalah keadaan resistensi insulin
sementara yang biasanya terjadi pada pertengahan masa kehamilan (24
minggu) karena produksi hormon yang berlebihan selama kehamilan atau
karena ketidakmampuan pankreas untuk memproduksi insulin tambahan
yang diperlukan selama kehamilan.11
4. Tipe Lain
Diabetes tipe lain adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai dengan
kenaikan kadar glukosa darah akibat beberapa hal yaitu defek genetik fungsi
sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas,
endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang
jarang, sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM.2
2.1.3 Faktor Risiko DM
Faktor risiko DM dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu
faktor yang tidak dapat dimodifikasi seperti ras, etnik, usia, jenis kelamin, dan
7
riwayat keluarga dengan DM, riwayat melahirkan bayi dengan BB lebih dari
4000 gram, dan riwayat lahir dengan BBLR (<2500 gram). Faktor yang kedua
adalah faktor yang dapat dimodifikai berkaitan dengan gaya hidup yang kurang
sehat, yaitu berat badan lebih, obesitas abdominal/sentral, kurangnya aktivitas
fisik, hipertensi, dislipidemia, diet tidak sehat/tidak seimbang, riwayat Toleransi
Glukosa Terganggu (TGT) atau Gula Darah Puasa Terganggu (GDPT) dan
merokok.3
Berdasarkan data Riskedas Kementrian Kesehatan tahun 2013,
persentase faktor risiko DM terbesar di Indonesia adalah karena diet tidak
seimbang, yaitu mengonsumsi makanan/minuman manis lebih dari satu kali
dalam sehari sebesar 53,1% dan obesitas sentral (populasi 15 tahun keatas
dengan lingkar perut laki-laki diatas 90 cm dan perempuan diatas 80 cm) pada
perempuan sebesar 42.1%.3
2.1.4 Fisiologi Pankreas dan Insulin
2.1.4.1 Proses Pembentukan dan Sekresi Insulin
Pankreas merupakan suatu organ yang terdiri dari jaringan
endokrin dan eksokrin.Jaringan eksokrin pankreas menyekresi enzim
pencernaan ke dalam duodenum, dan jaringan endokrin pankreas yang
dikenal sebagai Pulau Langerhans.Pulau Langerhans mengandung tiga
jenis sel utama, yakni a).sel alfa yang mencakup 25% dari seluruh sel,
menyekresi glukagon, b). sel beta yang mencakup 60% dari seluruh sel,
menyekresi insulin, dan c). sel delta yang mencakup 10% dari seluruh sel,
menyekresi somatostatin yang menghambat sekresi hormon insulin dan
glukagon. 20
Insulin adalah hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino,
dihasilkan oleh sel beta pankreas. Sintesis insulin dimulai dalam bentuk
preproinsulin (prekursor hormon insulin), lalu mengalami pemecahan
oleh enzim peptidase di retikulum endoplasma membentuk proinsulin,
8
proinsulin diubah menjadi insulin dan peptida-C oleh bantuan enzim
peptidase. 1
Mekanisme dari sekresi insulin terutama dipengaruhi oleh
adanya rangsangan molekul glukosa, namun seiring berjalannya waktu
terdapat faktor-faktor lain yang memengaruhi sekresi insulin, baik itu
meningkatkan ataupun menurunkan sekresi insulin.20
Tahapan dari sekresi insulin, yaitu:
1. Glukosa masuk ke dalam sel beta pankreas menggunakan
pengangkutnya yang dikenal sebagai Glucose Transporter-2 (GLUT-
2).
2. Di dalam sel beta pankreas glukosa diubah menjadi Glukosa-6-
fosfatase oleh enzim glukokinase.
3. Glukosa-6-fosfatase lalu dioksidasi membentuk ATP, yang
menghambat kanal kalium yang peka-ATP di sel.
4. Penutupan kanal kalium akan mendepolarisasikan membran sel
sehingga membuka kanal kalsium berpintu listrik (voltage-gated
calcium channels), sehingga ion kalsium masuk
5. Merangsang penggabungan vesikel berisi insulin dengan membran sel
dan menyeskresikan insulin ke ekstraselular melalui eksositosis.
2.1.4.2
2.1.4.3
Gambar 2.1. Mekanisme Sekresi Insulin. (Sumber: Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam; 2011)
9
2.1.4.4 Aksi Insulin
Pada jaringan perifer insulin berikatan dengan sejenis reseptor
(insulin receptorsubstrate=IRS) yang terdapat pada membran sel. Ikatan
insulin dan IRS akan menghasilkan semacam sinyal yang meningkatkan
kuantitas GLUT-4 (Glucose Transporter-4). GLUT-4 inilah yang bekerja
memasukkan glukosa dari ekstrasel ke intrasel untuk selanjutnya
mengalami metabolisme.1
2.1.4.5 Efek Insulin pada Metabolisme Karbohidrat
Peran insulin dalam metabolisme karbohidrat adalah insulin
dapat meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan menyimpannya
dalam membentuk glikogen di otot.18
Selain itu insulin juga dapat meningkatkan pengambilan,
penyimpanan dan penggunaan glukosa oleh hati, yang meliputi beberapa
langkah yang hampir tejadi secara bersamaan:
1. Insulin menghambat enzim fosforilase hati, yaitu enzim utama yang
menyebabkan glikogen hati dipecah menjadi glukosa.
2. Insulin meningkatkan ambilan glukosa dari darah oleh hepatosit
dengan meningkatkan aktivitas enzim glukokinase.
3. Insulin meningkatkan sintesis glikogen melalui enzim glikogen
sintetase.
Efek akhir dari seluruh proses diatas adalah peningkatan jumlah
glikogen di hati. 20
2.1.4.6 Efek Insulin pada Metabolisme Lemak
Peran insulin dalam metabolisme lemak adalah dapat memicu
sintesis dan penyimpanan lemak. Insulin yang berfungsi meningkatkan
transpor glukosa ke dalam sel-sel hati secara tidak lansung akan
meningkatkan jumlah asam lemak, kemudian glukosa yang berada di hati
10
akan diubah menjadi piruvat di jalur glikolisis, dan piruvat akan diubah
menjadi asetil koenzim A (asetil-KoA), yang merupakan substrat asal
untuk sintesis asam lemak. 18
Sebagian besar asam lemak kemudian disintesis di dalam hati
dan digunakan untuk membentuk trigliserida (TG). TG akan dilepas dari
sel-sel hepatosit ke dalam darah dalam membentuk lipoprotein. Insulin
juga mengaktivasi lipoprotein lipase(LPL) untuk mengubah kembali TG
menjadi asam lemak, yang menyebabkan asam lemak dapat diabsorbsi ke
dalam sel-sel lemak lalu diubah kembali menjadi TG dan disimpan.
Insulin juga berperan dalam penyimpanan lemak di sel adiposit
yaitu dengan menghambat kerja hormone-sensitive lipase, enzim yang
akan menghidrolisis TG yang sudah di simpan dalam sel-sel lemak.
Defisiensi insulin akan meningkatkan penggunaan lemak sebagai
sumber energi, sehingga akan terjadi lipolisis simpanan lemak dan
pelepasan asam lemak bebas yang akan memacu peningkatan kolesterol
plasma.18
2.1.4.7 Efek Insulin pada Metabolisme Protein
Insulin juga berperan dalam metabolisme protein, yaitu dengan
meningkatkan sintesis dan penyimpanan protein dalam bentuk asam
amino di otot.21 Defisensi insulin akan meningkatkan penguraian protein
pada otot sehingga terdapatpenurunan BB dan kelelahan.18
11
2.1.5 Patogenesis dan Patofisiologi DM
12
2.1.6 Manifestasi Klinis DM
Manifestasi klinis yang terjadi pada DM berhubungan dengan defisiensi
insulin. Pasien-pasien dengan defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan
kadar glukosa plasma dalam batas normal. Jika hiperglikemia berat dan
melebihi ambang filtrasi ginjal, maka akan menjadi glukosuria. Banyaknya gula
yang hilang bersama urin, maka akan terjadi ketidakseimbangan kalori dalam
tubuh sehingga akan merasa lapar(polifagia) karena kekurangan kalori.
Glukosuria ini mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan
pengeluaran urin (poliuria) dan meningkatkan rasa haus (polidipsia).12 Rasa
lelah (fatigue), pusing, keringat dingin dan tidak konsentrasi juga merupakan
beberapa gejala klinis yang disebabkan karena turunnya kadar gula yang masuk
ke intrasel.19
2.1.7 Komplikasi DM
Komplikasi dari DM dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Komplikasi Akut
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa darah berada
dibawah nilai normal. Pada pasien diabetes, hipoglikemia timbul akibat
peningkatan kadar insulin yang berlebihan, peningkatan sensitivitas
insulin, dan asupan karbohidrat yang kurang. Gambaran klinis dari
hipoglikemia disebut juga Triad Whipple yang meliputi:
i. Keluhan yang menunjukkan adanya kadar glukosa darah yang rendah
yang meliputi gejala otonom berupa tremor, berkeringat, palpitasi,
lapar, gejala malaise, mual dan sakit kepala serta gejala
neuroglikopenik berupa bingung, mengantuk, sulit berbicara, dll.
ii. Kadar glukosa darah yang rendah (<3 mmol/L).
iii. Hilangnya keluhan-keluhan setelah kelainan biokimiawi dikoreksi.
b. Ketoasidosis Diabetik
13
Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi-kekacauan
metabolik yang ditandai dengan hiperglikemi, asidosis, dan ketosis dan
biasanya terdapat dehidrasi berat yang dapat menyebabkan syok
akibatdari defisiensi insulin absolut atau relatif dan peningkatan hormon
kontra regulator (glukagon, kortisol, dan hormon pertumbuhan),
kombinasi keduanya akan mengaktivasi hormon lipase sensitif pada
jaringan lemak, akibatnya lipolisis meningkat sehingga terjadi
ketogenesis & produksi asam lemak bebas secara berlebihan. 1
c. Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Non Ketotik (HHNK)
Hiperosmolar non-Ketotik merupakan suatu sindrom yang ditandai
dengan hiperglikemia berat, hiperosmolar tanpa disertai ketoasidosis,
dehidrasi bertat serta adanya gangguan neurologis (letargi, disorientasi,
hemiparesis, kejang, atau koma).1 Keadaan hiperglikemia peristen
menyebabkan diuresis osmotik karena adanya pembuangan air dan
elektrolit oleh ginjal karena kadar glukosa darah yang berlebih. Untuk
mempertahankan keseimbangan osmotik, cairan akan berpindah dari
intrasel. Hal ini akan menyebabkan hipernatremi dan peningkatan
osmolaritas.21
2. Komplikasi Kronis
a. Komplikasi Makrovaskular
Komplikasi makrovaskular terjadi pada arteri berukuran besar dan
menengah Penyakit makrovaskular menyebabkan terjadinya
artherosklerosis dan meningkatkan risiko terjadi infark miokardium,
stroke dan ganggren pada ekstremitas bawah.
b. Kompikasi Mikrovaskular
komplikasi mikrovaskular terjadi pada kapiler. Komplikasi
mikrovaskular ini terjadi akibat penebalan membran basalis pada
pembuluh darah kapiler yang mengakibatkan retinopati, nefropati dan
neuropati
14
Gambar 2.2 Komplikasi Kronis Diabetes Melitus (Sumber : Robbin’s,.2007)
2.1.8 Kardiomiopati Diabetik
Kardiomiopati diabetik didefinisikan sebagai abnormalitas pada struktural
dan fungsional miokardium pada pasien diabetes tanpa adanya penyakit arteri
koroner ataupun hipertensi. Namun tipe kardiomiopati ini juga dapat terjadi
pada orang diabetes yang mengidap penyakit arteri koroner dan/atau
hipertensi.21
Peran diabetes pada jantung adalah diabetes meningkatkan metabolisme
asam lemak, menekan oksidasi glukosa, dan memodifikasi pensinyalan
intraselular, yang berujung pada gangguan dari eksitasi-kontraksi, produksi
energi yang tidak efisien, dan meningkatkan kerentanan terjadinya iskemia pada
jantung.21
Selain itu diabetes yang biasanya dibarengi dengan obesitas dapat
meningkatkan lipotoksisitas miokardium yang berkontribusi pada apoptosis sel
jantung yang berujung pada disfungsi jantung. Mekanisme yang jelas tentang
bagaimana peningkatan ambilan lemak oleh jantung yang berujung pada
difungsi jantung masih belum sepenuhnya dimengerti. Mekanisme tambahan
tentang asam lemak yang menginduksi apoptosis adalah asam lemak rantai-
panjang dapat merubah dinamika plasma dan membran mitokondria sehingga
15
merubah komposisi fosfolipid, pelepasan sitokrom c dari membran dalam
mitokondria juga merupakan langkah penting untuk mengawali apoptosis sel.19
Selain itu hiperglikemia dan defisiensi leptin juga berperan pada terjadi
nya apoptosis sel melalui Rac1 yang dimediasi dengan peningkatan NADPH
dan ROS. Peningkatan stress oksidatif berhubungan dengan kelebihan asam
lemak.Akumulasi lemak akan meningkatkan oksidasi asam lemak mitokondria
sehingga meningkatkan produksi ROS meningkat.19
Diagnosis klinis pada kardiomiopati diabetikum dapat dilihat dari:
1. Perubahan Struktural, yaitu:
a. Hipertrofi pada ventrikel kiri yang dapat diilai dengan ekokardiografi
2D
2. Perubahan Fungsional
a. Disfungsi diastolik ventrikel kiri yang dapat dinilai dengan
Ekokardiografi Doppler
b. Disfungsi sistolik ventrikel kiri dapat ditunjukkan dengan Tissue
Doppler Imaging/Strain Rate Imaging
3. Perubahan Metabolik
a. Penurunan rasio ATP/PCr (persentase beban energi) jantung yang
dapat di deteksi dengan P-MRS
b. Peningkatan kadar trigliserida miokardium yang dapat di deteksi
dengan H-MRS (H-Magnetic Resonance Spectroscopy). 21
2.1.9 Penegakan Diagnosis DM
Penegakan diagnosis berdasarkan PERKENI 2015 dapat dilihat dengan
pemeriksaan kadar glukosa darah (pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan
adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma darah
vena)dan berbagai manifetasi klinis yang terjadi. Kecurigaan terjadinya DM
pada seseorang dapat dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti:
16
a. Keluhan klasik pada DM: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan BB
yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
b. Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.
Terdapat beberapa kriteria diagnosis DM, yaitu:
1. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak
ada asupan kalori minimal 8 jam atau
2. Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75gram atau
3. Terdapat keluhan klasik dan pemeriksaan glukosa plasma sewaktu
≥200mg/dL sudah cukup menegakkan diagnosis DM atau
4. Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang
terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program
(NGSP) .
Jika dari pemeriksaan yang dilakukan tidak memenuhi kriteria normal
atau kriteria DM, maka digolongkan kedalam kelompok prediabetes yang
meliputi: toleransi glukosa terganggu (TGT) dan glukosa darah puasa
terganggu (GDPT), yang dapat ditegakkan bila terdapat hal-hal dibawah ini:
1. Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT): Hasil pemeriksaan glukosa
plasma puasa antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma
2-jam <140 mg/dl;
2. Toleransi Glukosa Terganggu (TGT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma 2-
jam setelah TTGO antara 140-199 mg/dl dan glukosa plasma puasa <100
mg/dl
3. Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT.
4. Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan
HbA1c yang menunjukkan angka 5,7-6,4%.
17
2.1.10 Tata Laksana DM
Penatalaksaan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat yaitu
dengan terapi nutrisi medis dan aktivitas fisik bersamaan dengan terapi
farmakologis dengan obat antidiabetik secara oral dan/atau suntikan yang dapat
diberikan sebagai terapi tunggal ataupun kombinasi.
Tujuan penatalaksanaan DM adalah untuk meningkatkan kualitas hidup
penyandang DMyang meliputi:
Gambar 2.4. Langkah-langkah Diagnostik DM dan Toleransi Glukosa Terganggu (PERKENI 2015)
Gambar 2.3. Tabel Kadar Tes Laboratorium Darah untuk Diagnosis DM (Sumber: PERKENI 2015)
18
1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas
hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut.
2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati dan makroangiopati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan beberapa hal yang harus
dikelola secara komprehensif, yang dapat dilakukan dengan melakukan
langkah-langkah penatalaksanaan khusus, yaitu:
1. Edukasi mengenai perilaku hidup sehat diantaranya adalah mengikuti pola
makan sehat, meningkatkan kegiatan jasmani dan latihan jasmani yang
teratur, menggunakan obat DM dan obat lainnya pada keadaan khusus secara
aman dan teratur, melakukan pemantauan glukosa darah dan memanfaatkan
hasil pemantauan untuk menilai keberhasilan pengobatan.
2. Terapi nutrisi medis, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan
kebutuhan kalori basal yang sebesar 25-30 kal/kgBB dan zat gizi masing-
masing individu.
Pada penyandang DM perlu diingatkan mengenai penting keteraturan jadwal
makan, jenis dan jumlah kandungan kalori.
3. Latihan jasmani seperti jalan cepat, bersepeda, dan berenang yang dilakukan
secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45 menit,
dengan jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Dan dianjukan
untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum latihan jasmani, jika
kadar glukosa darah <100mg/dL pasien harus mengonsumsi karbohidrat
terlebih dahulu dan jika >250 mg/dL dianjurkan untuk menunda latihan
jasmani.
4. Terapi farmakologis yang terdiri dari:
a. Obat antidiabetes oral yang dibagi menjadi 5 golongan berdasarkan cara
kerjanya.
19
b. Obat antidiabetes suntik, yaitu insulin, agonis GLP-1 yang bekerja pada
sel beta pankreas sehingga terjadi peningkatan pelepasan insulin dan
kombinasi insulin dan agonis GLP-1.
2.1.11 Target Tatalaksana DM
Kriteria DM yang terkendali dengan baik adalah apabila kadar glukosa
darah, kadar lipid, dan HbA1c mencapai kadar yang diharapkan, serta status
gizi dan tekanan darah sesuai target yang ditentukan, yang bisa dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 2.5. Tabel Profil Obat Antidiabetik Oral yang Tersedia di Indonesia (Sumber: PERKENI 2015)
Gambar 2.6.Tabel Sasaran Pengendalian DM (Sumber: PERKENI 2015)
20
2.1.12 Dislipidemia
2.1.12.1 Definisi & Klasifikasi Dislipidemia
Dislipidemia merupakan gangguan metabolisme lipid yang
ditandai dengan peningkatan satu atau lebih lipid atau lipoprotein dalam
darah.8
Dislipidemia diklasifikasikan berdasarkan etiologi, yaitu etiologi
primer yang tidak diketahui penyebabnya dan sekunder yang disebabkan
karena penyakit sepertti sindroma nefrotik, diabetes melitus, dan
hipotiroidisme dan berdasarkan profil lipid yang menonjol, seperti
hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, isolated low HDL-cholestrol,
dan dislipidemia campuran.1
2.1.12.2 Dislipidemia pada DM
Tidak bekerjanya insulin menyebabkan hilangnya hambatan
terhadap lipase intraseluler dalam sel adiposa sehingga lipolisis
meningkat. Peningkatan lipolisis menyebabkan asam lemak yang
dilepaskan juga meningkat. Asam lemak yang dilepaskan akan diangkut
ke hepar dan disintesis menjadi trigliserida. Peningkatan sintesis
trigliserida menyebabkan pembentukan large VLDL. Saat berada di
aliran darah, large VLDL akan mengambil kolesterol ester yang
dikandung LDL lalu menukarnya dengan trigliserida yang terkandung
dalam VLDL. Hal ini mengakibatkan LDL mengandung sedikit kolesterol
ester dan banyak mengandung trigliserida sehingga LDL berukuran kecil
dan padat. LDL yang berukuran kecil, padat dan bersifat aterogenik
karena dapat dengan mudah menerobos endotel pembuluh darah dan lebih
mudah mengalami oksidasi maupun glikasi. 9,10
Selain bertukar dengan LDL, large VLDL plasma juga akan
mengambil kolesterol ester yang terkandung dalam High Density
Lipoprotein (HDL) dan mentransfer trigliserida yang terkandung dalam
21
VLDL. Hal ini menyebabkan HDL dihidrolisis oleh enzim lipase hati
sehingga kadar HDL plasma menurun.9
Pemeriksaan profil lipid perlu dilakukan pada saat diagnosis DM
sedikitnya setahun sekali, pada pasien yang hasil pemeriksaan profil lipid
nya menunjukkan hasil yang baik (LDL<100 mg/dL; HDL>50 mg/dL;
trigliserida<150 mg/dL) maka pemeriksaan profil lipid dapat dilakukan
dua tahun sekali. 2
Gambaran dislipidemia yag sering di dapatkan pada penyandang
diabetes adalah peningkatan kadar trigliserida, dan penurunan kadar
kolestrol HDL, sedangkan kadar kolestrol LDL normal atau sedikit
meningkat. 2
2.2 Tinjauan Asam Gelugur (Garcinia atroviridis)
2.2.1 Morfologi Tanaman Asam Gelugur
Asam gelugur atau disebut juga asam keping merupakan jenis tanaman
Gambar 2.7. Pohon Asam Gelugur (Sumber: Healing Herbs of Malaysia. 2006)
Gambar 2.8. Buah Asam Gelugur (Sumber: Healing Herbs of
Malaysia. 2006)
22
dari genus Garcinia yang memiliki 50 jenis, salah satu jenisnya adalah
Garcinia atroviridis biasanya ditemukan di hutan tropis di bagian selatan dari
Thailand dan malaysia. Tanaman asam gelugur memiliki pohon yang dapat
tumbuh setinggi 20 m dan memiliki batang pohong yang panjang, kulit kaya
berwarna abu-abu tua halus dengan cabang-cabang yang jatuh. Daunnya
berwarna hijau tua, berkilau, panjang, sempit dengan ujung runcing dan tepi
yang terbalik. Buahnya berbentuk ovoid atau bulat dengan 6-8 alur dan
diameternya sebesar dua inci, berwarna merah hingga jingga saat mentah dan
berwarna kuning saat matang, 30
2.2.2 Kandungan Kimia Asam Gelugur
Senyawa yang disebut atroviridin dilaporkan terdapat pada kulit
batang tanaman asam gelugur.31 Senyawa ini dijelaskan dan diusulkan secara
sintetis di penelitian lain.32 Atroviridin adalah senyawa xanthone polihidroksiat
tetrasiklin yang baru-baru ini diisolasi dari kulit batang Garcinia atroviridis. 30
Dari sudut pandang struktural, atroviridin termasuk famili xanthone
dan xanthonoid yang tumbuh dan berhubungan dengan tanaman tropis Garcinia.
30
Kandungan dari buah asam gelugur yang telah diidentifikasi adalah
beberapa asam seperti asam sitrat, asam tartarat, asam malat dan asam askorbat
yang memiliki aktivitas antioksidan dan asam hidroksisitrat yang ditemukan
pada buah dan di kulit buah Garcinia sp.3,330
Gambar 2.9 Atroviridin (Sumber: A review of Asam Gelugor
(Garcinia atroviridis) Griff. Ex T. Aders. 2013)
23
Asam hidroksisitrat atau Hydroxycitric Acid (HCA) merupakan
komponen aktif yang telah diidentifikasi dan merupakan asam utama kulit buah
G. cambogia, G. indica dan G. atroviridis. 30
HCA diidentifikasi dapat:
1. Mengontrol berat badan dengan meningkatkan kadar serotonin yang akan
menekan nafsu makan, sehingga akan menurunkan berat badan.7
2. Menurunkan lipogenesis karena HCA merupakan inhibitor kompetitif dari
enzim sitrat liase, inhibisi sitrat liase oleh HCA akan menurunkan konversi
sitrat menjadi oksaloasetat dan asetil-KoA yang dibutuhkan untuk sintesis
lemak pada saat diet tinggi karbohidrat sehingga dapat mencegah terjadinya
dislipidemia.7,16
3. Meningkatkan produksi glikogen atau glikogenensis di hepar dan otot
karena penurunan lipogenesis pada saat diet tinggi karbohidrat.17
Selain asam hidroksisitrat, Garcinia atroviridis juga memiliki
senyawa asam fenolik, flavonoid, dan tannin yang memiliki aktivitas antioksidan.
34
Gambar 2.10 Asam Hidroksisitrat (Sumber: Effect of Natural Extract of
Hydroxycitric Acid on Lipid Profile, Liver, and Testes of Adult Male Rats. 2013)
2.3 Streptozotosin (STZ)
2.3.1 Definisi dan Pengaruh STZ terhadap Kerusakan Sel Beta Pankreas
Hewan model diabetes dapat dimanipulasi secara spontan melalui
genetik, maupun nonspontan melalui pankreaktomi parsial, diet tinggi lemak
dan atau induksi dengan zat diabetogenik seperti streptozotosin (STZ) dan
aloksan.13
24
Dua jenis zat diabetogenik yang digunakan untuk menginduksi diabetes
pada tikus, yaitu streptozotosin (STZ) danaloksan.Keduanya menginduksi
diabetes melalui kerusakan sel beta pankreas.Keunggulan STZ dibandingkan
dengan aloksan adalah STZ memiliki rentang dosisnya yang lebar danlebih
jarang terjadi ketosis dibandingkan aloksan. Tikus yang diinduksi STZakan
mengalami diabetes sebanyak 90% sedangkan yang diinduksi aloksan akan
mengalami diabetes sebanyak 70%.11 STZ juga lebih baik digunakan dalam
membuat hewan model diabetes dibandingkan aloksan, karena mampu
mempertahankan hiperglikemia dalam waktu yang lama sehingga memudahkan
pengamatan terhadap patofisiologi dan komplikasi diabetes.14
Streptozotosin(2-deoxy-2-[3-methyl-3-nitrosourea] 1-D-glucopyranose)
adalah senyawa diabetogenik permanen, yang diproduksi oleh bakteri Gram
Positif yaitu Streptomyces achromogenes yang bisa terbentuk dalam 2 bentuk
yaitu α-anomer dan β-anomer. Streptozotosin mempunyai berat molekul 265
g/mol dengan rumus molekul C8H15N3O7.15
Streptozotosin mempunyai empat fungsi biologis yang penting yaitu
sebagai antibiotik, sitotoksik sel β, onkolitik, onkogenik. Biasanya digunakan
dalam pengobatan tumor pankreas. Saat ini streptozotosin digunakan dalam
penelitian obat untuk anti diabetes karena spesifitasnya dalam merusak sel beta
pankreas. GLUT-2 akan membawa STZ ke dalam sel akan menyebabkan
alkilasi DNA dan nekrosis sel beta yang bersifat irreversibel. STZ bisa
digunakan dalam menginduksi DM tipe 1 maupun DM tipe 2.15
Streptozotosin merupakan obat sitotoksik analog glukosa yang akan
masuk ke dalam sel beta pankreas melalui GLUT2 lalu terakumulasi dalam sel
beta pankreas dan berujung kerusakan sel beta pankreas. Mekanisme efek
toksik dari STZ dimulai dari penguraian produk dan pembentukan radikal bebas
sehingga akan merusak sel beta pankreas melalui alkilasi DNA, mengganggu
kerja mitokondria dan inhibisi enzim N-asetil glukosamin (O-GlcNAcase).15
25
Gambar 2.11. a.Pengambilan STZ dan glukosa oleh sel β pankreas
melalui transporter selektif
b. inhibisi metabolisme glukosa dan inhibisi sekresi sekresi insulin oleh
STZ di sel β pankreas.
(Sumber: Streptozotosin– A Diabetogenic Agent in Animal Models. 2015)
Aksi diabetogenik yang disebabkan oleh STZ dimulai dari
penyerapan selektif oleh sel beta pankreas dan empat mekanisme toksik,
yaitu: 15
1. Alkilasi komponen selular, yang akan menyebabkan kerusakan DNA,
aktivasi Poly ADP Ribose Polymerase (PARP) yang akan berujung
pada deplesi NAD+ dan simpanan ATP yang berakibat kerusakan sel
beta pankreas.
2. Pelepasan Nitric Oxide (NO) yang akan menganggu kerja
mitokondria sehinga menginhibisi sintesis ATP yang berujung pada
kematian sel beta pankreas.
3. Pembentukan radikal bebas dan stress oksidatif seperti superoxide
(O2◦-), hydroxide (OH◦-), peroxynitrite (ONOO-) sehingga terjadi
kerusakan sel beta pankreas.
4. Inhibisi enzim O-GlcNAcase sehingga terjadi glikosilasi protein yang
irreversible yang akan merusak sel beta pankreas.
26
Streptozotosin telah dipakai secara luas untuk menginduksi DM Tipe 1
pada hewan percobaan terutama tikus dan mencit.Telah dilaporkan bahwa STZ
dapat menginduksi diabetes, yang bergantung pada dosis STZ yang diberikan
baik secara intravena maupun intraperitoneal.
Pada penelitian Abaleeh tahun 2009 menunjukkan perbandingan efek
pemberian STZ pada tikus Sprague dawley dan Nude rats. Penelitian tersebut
menunjukkan bahwa tikus Sprague dawley lebih rentan terhadap pemberian
STZ secara injeksi intraperitoneal dibandingkan dengan tikus Nude rats, yang
dibuktikan dengan tikus Sprague dawley memperlihatkan kadar glukosa darah
yang meningkat secara signifikan dan tingkat mortalitas yang lebih tinggi dalam
jangka waktu lebih cepat setelah pemberian STZ. 23
Penelitian Horn tahun 2013 meneliti tentang reflex muntah pada
beberapa mamalia, salah satunya adalah rodents, salah satu spesies yang diteliti
adalah tikus Sprague dawley. Penelitian ini menunjukkan bahwa Sprague
dawley memiliki anatomi yang membatasinya untuk muntah, yaitu muskularitas
otot diafragma dan lambung yang strukturnya tidak memungkinkan untuk
memindahkan makanan ke esofagus setelah diinduksi dengan agen emetik,
selain itu Sprague dawley juga tidak memiliki komponen neurologikal di
batang otak yang memungkinkan untuk muntah setelah diinduksi dengan agen
emetik. 27
2.3.2 Dosis STZ
Dosis yang digunakan untuk menginduksi diabetes pada hewan coba
beragam, diantaranya dosis tunggal(>40 mg/kgBB) yang akan menyebabkan
rusaknya sel beta pankreas dan timbulnya hiperglikemia. Dosis lain yang
digunakan untuk membuat DM Tipe 1 pada hewan coba adalah dosis antara 40
mg/kgBB dan 60 mg/kgBB secara intravena dan juga berhasil secara
intraperitoneal. Dosis STZ sebanyak 50 mg/kgBB secara intravena dapat
meningkatkan kadar glukosa darah sampai 270 mg/dL setelah 2 minggu. Dosis
yang lain adalah dosis rendah (10-30 mg/kgBB) yang diberikan 5 hari berturut-
27
turut (MLD-STZ, Multiple Low Dose Streptozotosin). Pemberian dosis rendah
akan memicu suatu proses autoimun yang mengarah pada kerusakan sel beta
pankreas dengan infiltrasi sel leukosit mononuklear dan adanya sitokin. Dosis
rendah secara multipel digunakan untuk menginduksi DM tipe 1, sedangkan
DM tipe 2 akan lebih mudah diinduksi secara intravena atau intraperitoneal
dengan dosis 100 mg/kgBB STZ setelah tikus tersebut lahir (8-10 minggu).14
28
2.4 Kerangka Konsep
Keterangan:
= Variabel terikat
= Variabel bebas
Tikus jantan strain Sprague dawley dengan rentang berat badan 150-
200 gram
Diinduksi dengan STZ sebanyak 55mg/kgBB
Tikus mengalami DM Tipe I
Peningkatan kadar glukosa darah
Penurunan berat badan
Peningkatan kadar
kolesterol
Peningkatan apoptosis sel otot
jantung
Ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis)
29
2.5 Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional Alat Ukur Cara Pengukuran Skala
Pengukuran
1. Kadar
Kolesterol
Komponen lipid
yang terdapat
dalam LDL dan
trigliserida
ELISA reader
Plasma sampel
dicampurkan dengan
reagen Kolesterol.
Selanjutnya hasil
dibaca dengan ELISA
reader
Numerik
2. Persentase
Apoptosis
Sel Otot
Jantung
Kematian sel
terprogram yang
dimediasi oleh
enzim caspase yang
memicu
pembelahan protein
spesifik di
sitoplasma dan
nukleus, yang
memiliki
karakteristik
berupa fragmentasi
DNA, kondensasi
protein, pengerutan
sel, dan
pembentukan
gelembung
sitoplasma.
Mikroskop
Olympus
BX-41
dengan
perbesaran
20x pada
lensa
objektif
Identifikasi salah satu
tanda apoptosis
menggunakan kit
TUNEL TAKARA
yang didesain untuk
mendeteksi
fragmentasi DNA
dengan teknik
labelling histokimia.
Numerik
30
3. Glukosa
Darah
Sewaktu
(GDS)
Penyakit kronis
yang terjadi karena
pankreas tidak
memproduksi
cukup insulin atau
karena tubuh tidak
dapat
menggunakan
insulin dengan
efektif
Blood glucose Test Meter GlucoDrTM model AGM-2100
Darah sampel
diteteskan pada strip
glukometer,
interpretasi angka
yang muncul pada
alat.
Numerik
4. Berat Badan
(BB)
Ukuran yang
digunakan secara
umum untuk
menilai keadaan
gizi
Timbangan digital
Sampel diletakkan
pada timbangan
selanjutnya dilihat
angka pada
timbangan. Angka
tersebut merupakan
BB sampel.
Numerik
31
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan pada penelitian adalah desain penelitian eksperimental.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1 Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan September 2016 sampai bulan Juli 2017.
3.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biokimia, Laboratorium
Biologi, Laboratorium Riset, Laboratorium MPR, Laboratorium Farmakologi,
dan Laboratorium Animal House Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jl.Kertamukti no.5, Pisangan Raya, Ciputat
15419, Tangerang Selatan, Banten.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi Penelitian Hewan percobaan yang digunakan adalah pada penelitian ini adalah
tikus jantan strain Sprague dawley berumur 16 minggu dengan rentang berat
badan 150-200 gram yang diperoleh dari Institut Pertanian Bogor (IPB), dan
telah dinyatakan sehat dan belum pernah mendapatkan perlakuan apapun.
Tikus yang dikembangkan di Indonesia termasuk yang dikembangkan di IPB
memiliki rentang berat badan yang lebih ringan yaitu 200-300 gram pada usia
12-16 minggu.25 Dibandingkan dengan hasil budidaya diluar negeri yaitu 400
gram dengan usia 16 minggu.26
3.3.2 Sampel Penelitian
Terdapat empat kelompok pada penelitian ini, yaitu:
a. Kelompok I adalah kelompok N (normal) sebagai kontrol negatif
b. Kelompok II adalah kelompok D (Diabetes Melitus tanpa ekstrak) yaitu
tikus yang diinduksi dengan STZ dan mengalama DM.
32
c. Kelompok III adalah NE (terapi), yaitu tikus normal dan diberikan terapi
ekstrak buah asam gelugur dengan dosis 400 mg/kgBB selama selama 28
hari
d. Kelompok IV adalah DE, yaitu tikus yang telah diinduksi dengan STZ 55
mg/kgBB dan diberikan terapi ekstrak buah asam gelugur dengan dosis 400
mg/kgBB selama selama 28 hari.
Untuk menentukan jumlah sampel dalam setiap kelompok penelitian,
digunakan rumus Mead’s Equation Formula. Alasan penggunaan rumus
Mead dalam penelitian ini dikarenakan rumus Mead sering digunakan untuk
perhitungan jumlah sampel yang menggunakan hewan percobaan dan
penelitian eksperimental laboratorium selain itu rumus Mead juga
menghasilkan jumlah sampel minimal dibandingkan dengan rumus lainnya.20,
24
Berikut Mead’s Equation Formula,
Dengan:
E = derajat kebebasan komponen kesalahan dengan rentang diantara
10-20
N = jumlah sampel dalam semua kelompok penelitian (dikurang 1)
B = blocking component (dikurang 1) B=0
T = jumlah kelompok yang diberi perlakuan/terapi (dikurang 1)
E = N-B-T
E = N – B – T
E = N – 0 – T
≥10 = (N-1) – (T-1)
≥10 = (N-1) – (4-1)
≥10 = N -4
N ≥14
E = N – B – T
E = N – 0 – T
≤20 = (N-1) – (T-1)
≤20 = (N-1) – (4-1)
≤20 = N -4
N ≤24
33
Hasil dari perhitungan sampel menggunakan rumus Mead didapatkan N=
13 – 24 yang kemudian dibagi menjadi 4 kelompok dengan jumlah yang sama,
maka jumlah sampel minimal yang digunakan adalah 4-6 sampel dalam setiap
kelompok sehingga jumlah sampel adalah 16 sampel. Jumlah sampel berada
direntang 14 sampai 24, sesuai dengan rumus Mead.
3.4 Kriteria Sampel 3.4.1 Kriteria Inklusi 1. Kelompok N : tikus jantan strain Sprague dawley dengan glukosa darah
sewaktu <250 mg/dL.
2. Kelompok D, DE 400 mg/kgBB : tikus jantan strain Sprague dawley
dengan glukosa darah sewaktu >250 mg/dL.
3.4.2 Kriteria Ekslusi
1. Tikus mati sebelum mendapat perlakuan.
2. Tikus yang diinduksi STZ namun tidak mengalami diabetes (GDS <250
mg/dL)
3.5 Cara Kerja Penelitian
3.5.1 Alat Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Kandang tikus
2. Tempat makan dan minum
tikus
3. Glucometer merk
easytouch
4. Glucotest strip merk Easy
Touch
5. Neraca digital
6. Spuit 1 cc dan 3 cc
7. Beaker glass
8. Oral sonde
9. Alcohol swab
10. Tissue
11. Skalpel
12. Korek api
13. Minor set
14. Neraca analitik
15. Timbangan milligram
16. Shaker
17. kulkas -80oC
18. Coolbox
19. Tabung reaksi
34
20. Micropipet
21. Pipet Multichannel
22. Tabung EDTA
23. Falcon tube
24. Eppendorf
25. Plate
26. Vortex
27. Sentrifugator
28. ELISA reader
3.5.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah:
1. Ekstrak kering buah asam
gelugur
2. Streptozotocin
3. Natrium Sitrat dan Asam
sitrat
4. Sukrosa 10%
5. Ether
6.Reagen Kolesterol
7. Aquades
8. Xylene
9. H2O2 3&
10. Etanol 80%, 90%, dan 100%
11. diaminobenzidine (DAB)
12. Phosphate Buffer Saline
(PBS)
3.6 Adaptasi Hewan Coba
Hewan coba diadaptasikan di Laboratorium Animal House beserta
makanan dan minumannya selama 14 hari. Adaptasi dilakukan agar semua
tikus berada dalam kondisi yang sama saat dilakukan penelitian dan
menghindari hewan mengalami stress.
3.7 Induksi Tikus dengan STZ
Setelah dilakukan adaptasi selama 14 hari, selanjutnya tikus
dipuasakan selama ±16 jam kemudian diinduksi dengan STZ sebanyak 55
mg/kgBB secara intraperitoneal. Sebelum diinduksi dengan STZ, STZ
35
dilarutkan dalam buffer sitrat. Setelah diinduksi dengan STZ, tikus diberi
makan yang cukup dan dalam waktu 24 jam diberikan sukrosa 10% peroral
untuk mencegah hipoglikemia. Setelah diinduksi dengan STZ, selama lima
hari menunggu reaksi dari STZ kemudian pada hari ke lima dilakukan
pengukuran kadar glukosa darah menggunakan glukometer. Tikus dengan
kadar glukosa darah sewaktu >250 mg/dl dinyatakan diabetes.
3.8 Pembuatan Sukrosa
Sukrosa yang diberikan adalah sukrosa dengan konsentrasi 10%,
dibuat dengan melarutkan 10 gram sukrosa dalam bentuk bubuk ke dalam 100
ml akuades.
Sukrosa 10% yang telah dibuat diberikan secara oral kepada tikus
diabetes selama 3 hari berturut-turut sebanyak 0,1-0,2 cc per hari.
3.9 Pemberian Ekstrak Buah Asam gelugur pada Tikus
Tikus yang mengalami diabetes (GDS>250 mg/dL) diberikan ekstrak
buah asam gelugur dengan dosis 400 mg/kgBB selama 4 minggu (hari ke-1
sampai ke-28) secara oral dengan menggunakan alat sonde sebanyak satu kali
sehari.
36
3.10 Alur Penelitian
Tikus di induksi dengan STZ sebanyak 55 mg/kgBB secara intraperitoneal
Kelompokkan tikus menjadi kemlompok N, NE, D, dan DE (kelompok N & NE memiliki GDS<250 mg/dL & kelompok D & DE
sebaliknya)
Hari ke-1 hingga ke-28 Pemberian ekstrak buah asam gelugur 400
mg/kgBB pada kelompok NE & DE
Hari ke-7, 14, 21, & 28 Ukur GDS kelompok tikus N, NE, D,
dan DE
Hari ke-1 hingga ke-28 (tiap 2 hari sekali) Ukur BB kelompon tikus N,
NE, D, dan DE
Hari ke-28 Semua tikus disacrifice dan diambil darah serta
jantung nya
Darah dimasukkan ke tabung EDTA dan jantung ke tabung eppendorf lalu disimpan dalam kulkas
dengan suhu -80oC
Darah disentrifugasi dengan kecepatan 10000 rpm selama 15
menit lalu diambil plasmanya
Plasma dicampur dengan reagen kolesterol untuk dihitung kadarnya
Kadar kolesterol dibaca menggunakan ELISA reader
Analisis statistik data kolesterol
Pembuatan preparat jaringan dari organ jantung
Pengamatan jaringan menggunakan mikroskop
Hitung persentase sel otot jantung yang mengalami apoptosis
Analisis statistik data persentase apoptosis sel otot jantung
37
3.11 Pengukuran Sampel
3.11.1 Persentase Apoptosis
Persentase apoptosis dihitung dengan mengamati preparat dengan
menggunakan mikroskop Olympus BX41 pada perbesaran 20x dan di foto
dengan software Olympus DP2-BSW pada seluruh lapang pandang setiap
jaringan. Setelah itu jumlah total apoptosis dihitung reratanya menggunakan
Microsoft Excel.
3.11.2 Kadar Kolesterol
Kadar kolesterol yang akan dihitung dilakukan di akhir perlakuan
dengan menggunakan plasma tikus yang sebelumnya telah disacrifice pada
hari ke-28. Tikus terlebih dahulu dibius menggunakan ether sampai tidak
sadarkan diri. Kemudian dilakukan pembedahan dan kemudian mengambil
darah dengan spuit 3 cc dengan needle 26G dari vena kava inferior tikus.
Kemudian darah dimasukkan kedalam tabung EDTA untuk mencegah
koagulasi dan disimpan sementara di dalam coolbox. Darah dalam tabung
EDTA kemudian disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 10000
rpm. Sentrifugasi dilakukan untuk mendapatkan plasma tikus. Setelah
plasma dan komponen yang lain telah terpisah, plasma dipindahkan kedalam
tabung eppendorf dan kemudian disimpan didalam kulkas -80° C.
Plasma yang sudah didalam tabung eppendorf kemudian akan
diambil sebanyak 10 μL yang akan dicampur dengan reagen kolesterol
sebanyak 1 mL lalu diletakkan pada plat menggunakan pippet multichannel.
Kemudian plasma dan reagen kolesterol dicampur menggunakan shaker
selama 15 menit, dan terakhir akan di baca hasilnya menggunakan ELISA
reader.
3.11.3 Berat Badan Tikus
Pengukuran berat badan tikus dilakukan setiap 2 hari sekali selama
27 hari yaitu dari hari ke-1 sampai hari ke-27 pemberian ekstrak buah asam
gelugur. Hal ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui perbandingan berat
badan tikus sebelum dan setelah pemberian ekstrak buah asam gelugur dan
untuk menentukan dosis ekstrak yang akan diberikan setiap harinya.
38
3.11.4 Glukosa Darah Tikus Tujuan dari pengukuran glukosa darah tikus adalah untuk
mendapatkan perbandingan antara GDS sebelum dan setelah diberikan
ekstrak buah asam gelugur. Pengukuran glukosa darah dilakukan setelah
tikus diinduksi dengan STZ dan sebelum pemberian ekstrak buah asam
gelugur sebanyak lima kali pada hari ke-1, 7, 14, 21, dan 28. Langkah
pertama yang dilakukan adalah tikus dibius di dalam toples yang berisi kapas
yang telah diberi larutan ether dengan tujuan untuk mengurangi rasa nyeri
saat ekornya digores dengan skapel. Sebelumnya ekor tikus dibersihkan
dengan alcohol swab untuk didesinfeksi. Setelah darah keluar dari ekor,
darah kemudian diteteskan pada strip glucotest lalu hasil yang tertera pada
glukometer dicatat. Setelah mendapatkan hasil GDS dilakukan hemostasis
pada ekor dengan proses kauterisasi
3.12 Pembuatan Preparat
3.12.1 Alat Pembuatan Preparat
1. Tahap nekropsi: kapas, minor set, papan potong.
2. Tahap pewarnaan: cover glass, stirrer, oven, inkubator, microwave, kulkas,
micropipette, termometer, beker glass, kertas tisu.
3. Tahap foto: kotak preparat, komputer lab, DVD foto, mikroskop Olympus
BX-41.
3.12.2 Bahan Pembuatan Preparat
1. Tahap nekropsi: ether
2. Tahap pewarnaan: xylene, etanol 80%, etanol 90%, dan etanol 100%,
distillated water, deionized water, asam sitrat, PBS, peroxidase block,
Antibodi primer, protein block, post primary block, novolink polymer, DAB
working solution, ionized water, hematoxylin.
3.13 Tahap Pemrosesan Jaringan
Pada penelitian ini dilakukan pewarnaan TdT-mediated dUTP nick end-
labeling (TUNEL) untuk dapat mengidentifikasi apoptosis sel pada masing-
masing kelompok. Setelah kami mengambil organ jantung tikus, kami
mengirimkan ke bagian Patologi Anatomi FKUI untuk diawetkan dalam
parafin lalu kami meminta bagian Patologi Anatomi FKUI untuk membuat
39
preparat dari organ jantung yang kami berikan. Kit pewarnaan TUNEL yang
digunakan adalah Takara bio. Tahap pewarnaan Tunel Takara bio sebagai
berikut.15
1. Deparafinisasi
Preparat mikroskopis yang telah siap, diletakan pada rak preparat,
dan kemudian dicelupkan secara berurutan kedalam 3 toples yang berisi
cairan xylene I, xylene II, dan xylene III dengan cara bergantian masing-
masing selama 5 menit. Pada saat pencelupan, toples diletakkan diatas
Rotamax dengan pengaturan kecepatan ±125 rpm. Setiap sebelum diputar
dengan Rotamax preparat diangkat celup sebanyak 3 kali terlebih dahulu.
Selanjunya preparat dicelupkan secara berurutan kedalam toples
yang berisi cairan etanol 80%, etanol 90%, dan etanol 100% masing-
masing selama 5 menit. Setiap pencelupan, toples diletakkan juga diatas
Rotamax dengan pengaturan kecepatan ±125 rpm. Preparat kemudian
dicelupkan ke dalam toples berisi DW dan diletakkan diatas Rotamax
selama 2 menit.
2. Proses Enzimatik
Mengeringkan dan meletakkan preparat secara berjajar diatas alas.
Kemudian meneteskan Proteinase K sebanyak 10-20 µg/ml dan didiamkan
pada suhu ruangan selama 15 menit. Setelah itu, preparat dicelupkan
kedalam toples berisi cairan PBS yang selanjutnya diputar diatas Rotamax
sebanyak 2 kali dengan PBS yang berbeda masing-masing selama 10 menit.
3. Proses inaktivasi endogen peroksidase
Meneteskan H2O2 3% pada setiap preparat sampai seluruh
permukaan potongan organ tertutup. Kemudian ditunggu selama 5 menit.
Setelah itu preparat dicelupkan kembali kedalam toples berisi cairan PBS
yang kemudian diputar selama 10 menit, kemudian diganti dengan cairan
PBS yang baru. Kemudian preparat diputar kembali diatas Rotamax selama
5 menit.
4. Proses labeling
Meneteskan Labeling reaction mixture 50µl (berisi 5 µl TdT enzyme
dicampurkan dengan 45 µl Labeling safe buffer) pada masing-masing
40
preparat dan ditutup dengan cover glass. Preparat dimasukan kedalam
wadah humidified chamber dan dioven dengan suhu 37o C selama 70 menit.
Setelah itu preparat dikeluarkan dari oven dan cover glass nya dibuka.
Preparat kembali diletakkan pada rak, dan dicelupkan ke dalam toples
berisi cairan PBS yang diputar diatas Rotamax sebanyak 2 kali dengan PBS
yang berbeda masing-masing selama 5 menit.
5. Proses reaksi antibodi
Meneteskan anti-FITC HRP conjugate sebanyak 70 µl pada masing-
masing preparat dan ditutup dengan cover glass. Preparat dimasukan ke
dalam oven dengan suhu 37oC selama 30 menit. Selanjutnya preparat
dikeluarkan dari oven dan cover glassnya dibuka. Setelah itu, preparat
kembali diletakkan pada rak dan dicelupkan ke dalam toples berisi cairan
PBS yang kemudian diputar diatas Rotamax sebanyak 2 kali dengan PBS
yang berbeda masing-masing selama 5 menit.
6. Proses pewarnaan akhir
Preparat dimasukan ke dalam toples berisi diaminobenzidine (DAB)
dan diletakkan diatas Rotamax selama 12 menit. Kemudian preparat
dicelupkan ke dalam toples berisi Deionized water yang kemudian diputar
diatas Rotamax sebanyak 2 kali dengan Deionized water yang berbeda
masing-masing selama 5 menit.
7. Proses Counterstaining
Meneteskan methyl green 3% pada masing-masing preparat sampai
seluruh permukaan potongan organ tertutup. Setelah itu ditunggu sampai 7
menit. Kemudian preparat dicelupkan ke dalam toples berisi Deionized
water dan diputar diatas Rotamax selama 5 menit.
8. Proses dehidrasi preparat
Preparat diangkat-celupkan sebanyak 3 kali secara berurutan
kedalam toples yang berisi cairan etanol 80 %, etanol 90%, etanol 100%,
Kemudian celupkan satu persatu preparat kedalam xylene dan dikeringkan.
9. Fiksasi preparat
Setelah preparat kering, kemudian diteteskan entelan diatas
potongan organ preparat sebanyak 1 tetes dan ditutup dengan cover glasss
41
ambil diamati sampai tidak terdapat gelembung udara. Preparat didiamkan
minimal 12 jam.
3.14 Pengamatan Jaringan
Preparat diamati dengan menggunakan mikroskop Olympus BX41 pada
perbesaran 20x dan di foto dengan software Olympus DP2-BSW pada seluruh
lapang pandang setiap jaringan pada masing-masing preparat. Persentase
apoptosis sel dan diameter sel otot jantung dihitung dengan cara menghitung
jumlah total apoptosis dalam semua lapang pandang dalam satuan persen dan
persentase rerata ukuran diameter sel otot jantung.
3.15 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan setelah pengambilan data dari hasil
penelitian, data diolah menggunakan program SPSS versi 23.0. jenis
penelitian ini termasuk analitik kategorik numerik, yang membandingkan
variabel dengan skala pengukuran numerik pada lebih dari dua kelompok,
maka yang digunakan adalah uji Oneway Anova.
Sebelumnya dilakukan uji normalitas data, jika salah satu uji tersebut
tidak terpenuhi maka dilakukan transformasi data. Ketika uji transformasi data
tidak berhasil maka dilakukan uji non-parametric Kruskal-Wallis dan Mann-
whitney.
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kadar Kolesterol
Data persentase apoptosis merupakan persentase rerata jumlah apoptosis sel pada
organ jantung. Grafik dari kadar kolesterol kelompok tikus N (tikus normal) sebagai
kontrol negatif, kelompok tikus NE (tikus normal yang kemudian diberi terapi ekstrak
buah asam gelugur dengan dosis 400 mg/KgBB selama 28 hari), kelompok tikus D
(tikus DM tanpa ekstrak) sebagai kontrol positif dan kelompok tikus DE (tikus DM
karenainduksi STZ yang kemudian diberi terapi ekstrak buah asam gelugur dengan
dosis 400 mg/KgBB selama 28 hari) sebagai berikut:
Grafik 4.1. Rerata Kolesterol (mg/dL) pada Semua Kelompok Tikus
Keterangan : N = kelompok normal (n=6), NE = kelompok tikus normal dengan terapi
ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis) 400 mg/kgBB (n=4). DE =
kelompok tikus DM dengan terapi ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis)
400 mg/kgBB (n=6). D = kelompok tikus DM tanpa terapi (n=5).
Grafik 4.1. menunjukkan bahwa rerata kolesterol pada kelompok tikusDM
dengan terapi memiliki kadar kolesterol terendah yaitu 143 mg/dL dan pada
kelompok tikus DM tanpa terapi memilik kadar kolesterol sebesar 174 mg/dL. Data
tersebut menunjukkan bahwa rerata kadar kolesterol kelompok tikus DM dengan
184 197 174
143
-
50
100
150
200
250
N NE D DERer
ata
Kol
este
rol (
mg/
dL)
NS NS NS
NS NS
NS
43
terapi memiliki nilai lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok DM tanpa
terapi.
Pada penelitian ini didapatkan hasil uji normalitas seluruh data kolesterol adalah
p>0,05 yang artinya data terdistribusi normal, sehingga dilakukan uji One Way
Anova untuk mengetahui perbedaan rerata kolesterol antar kelompok penelitian, yang
apabila hasil p-value<0,05 artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada rerata
kolesterol antar semua kelompok penelitian dan apabila hasil p-value>0,05 artinya
tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kadar kolesterol antar semua kelompok
penelitian.
Hasil analisis statistik dari uji One Way Anova didapatkan nilai p-value sebesar
0,348 yang artinya terdapat perbedaan rerata kolesterol yang tidak signifikan antar
semua kelompok penelitian.
Selanjutnya dilakukan uji Post Hoc untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan yang signifikan pada rerata kolesterol antar semua kelompok penelitian,
yang apabila hasil p-value<0,05 artinya terdapat perbedaan yang signifikan rerata
kolesterol dan apabila hasil p-value>0,05 artinya tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pada kadar kolesterol antar semua kelompok penelitian.
Tabel 4.1. Hasil analisis uji statistik LSD rerata kadar kolesterol semua kelompok
penelitian
Uji Sampel Sampel p-value
LSD
N NE 0,652
DE 0,197
D 0,750
NE N 0,652
DE 0,098
D 0,448
DE N 0,197
NE 0,098
D 0,313
D N 0,750
NE 0,448
DE 0,313
44
Keterangan : N = kelompok normal (n=6), NE = kelompok tikus normal dengan terapi
ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis) 400 mg/kgBB (n=4). DE =
kelompok tikus DM dengan terapi ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis)
400 mg/kgBB (n=6). D = kelompok tikus DM tanpa terapi (n=5). *=p<0,05
Keterangan : N = kelompok normal (n=6), NE = kelompok tikus normal dengan terapi
ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis) 400 mg/kgBB (n=4). DE =
kelompok tikus DM dengan terapi ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis)
400 mg/kgBB (n=6). D = kelompok tikus DM tanpa terapi (n=5). *=p<0,05
Hasil dari uji LSD yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 menunjukkan tidak ada
hasil uji LSD yang memiliki nilai p-value<0,05 , yang artinya tidak terdapat
perbedaan signifikan pada perbandingan rerata kolesterol antar semua kelompok
penelitian.
Hal ini membuktikan bahwa pemberian ekstrak buah asam gelugur 400
mg/kgBB selama 28 hari dapat menurunkan kadar kolesterol pada tikus DM
walaupun penurunannya tidak signifikan. Hal ini dapat dijelaskan dengan teori
pendudukan reseptor dalam hubungan antara dosis dan intensitas efek. Reseptor
enzim ATP sitrat liase dapat mengalami kejenuhan sehingga efek ekstrak buah asam
gelugur tidak meningkatkan efek hipolipidemi. 35
4.2. Persentase Apoptosis
Data persentase apoptosis merupakan persentase rerata jumlah apoptosis sel
pada organ jantung kelompok tikus normal (Kelompok N) sebagai kontrol negatif,
kelompok tikus DM tanpa terapi (Kelompok D) sebagai kontrol positif, dan kelompok
tikus DM dengan terapi ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis) 400
mg/kgBB (Kelompok DE) selama 28 hari sebagai perlakuan adalah sebagai berikut:
45
Grafik 4.2. Rerata Persentase Jumlah Apoptosis Sel Jantung (%) dan Hasil Uji Mann-
Whitney
Keterangan : N = kelompok normal (n=6), NE = kelompok tikus normal dengan terapi
ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis) 400 mg/kgBB (n=4). DE =
kelompok tikus DM dengan terapi ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis)
400 mg/kgBB (n=6). D = kelompok tikus DM tanpa terapi (n=5). *=p<0,05, NS= Not
Significant
Grafik 4.2. menunjukkan bahwa persentase rerata jumlah apoptosis sel jantung
pada kelompok tikus normal dengan terapi memiliki nilai terendah yaitu 5% diikuti
dengan kelompok tikus normal sebesar 8% dan pada kelompok tikus DM dengan
terapi dengan nilai 22,33%. Sedangkan pada kelompok tikus DM tanpa terapi
memiliki nilai persentase rerata jumlah apoptosis sel jantung tertinggi yaitu 75,56%.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa jumlah persentase rerata apoptosis sel jantung
kelompok tikus DM dengan terapi ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis)
400 mg/kgBB selama 28 hari memiliki nilai lebih rendah jika dibandingkan dengan
kelompok tikus DM tanpa terapi.
Pada penelitian ini didapatkan hasil uji normalitas pada seluruh data rerata
apoptosis sel jantung adalah p<0,05 yang artinya data terdistribusi tidak normal,
sehingga dilakukan uji Kruskal-Wallis untuk mengetahui perbedaan rerata apoposis
sel jantung antar kelompok penelitian, yang apabila hasil p-value<0,05 artinya
terdapat perbedaan yang signifikan rerata apoptosis sel jantung antar semua kelompok
8 5
75.56
22.33
-200
20406080
100
N NE D DERer
ata
Apo
ptos
is (%
)
Kelompok Tikus
*
NS NS *
NS
*
46
penelitian dan apabila hasil p-value>0,05 artinya tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pada rerata apoptosis sel jantung antar semua kelompok penelitian.
Tabel 4.2. Hasil Analisis Uji Statistik Kruskal-Wallis Persentase Rerata Apoptosis
Sel Jantung pada Semua Kelompok Penelitian
Kelompok Mean Rank p-value Kruskal-Wallis
N 6,50
0,004* NE 2,50
D 13,25
DE 10,33
Keterangan : N = kelompok normal (n=6), NE = kelompok tikus normal dengan terapi
ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis) 400 mg/kgBB (n=4). DE =
kelompok tikus DM dengan terapi ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis)
400 mg/kgBB (n=6). D = kelompok tikus DM tanpa terapi (n=5). *=p<0,05
Setelah mendapatkan hasil uji Kruskal-Wallis yang hasilnya p<0,004 (p<0,05)
artinya terdapat perbedaan yang signifikan rerata apoptosis sel jantung antar semua
kelompok penelitian.
Selanjutnya dilakukan uji Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan rerata
apoptosis sel jantung antara dua kelompok penelitian, yang apabila hasil p-value<0,05
artinya terdapat perbedaan yang signifikan rerata apoptosis sel jantung antara dua
kelompok penelitian dan apabila hasil p-value>0,05 artinya tidak terdapat perbedaan
yang signifikan pada rerata apoptosis sel jantung antara dua kelompok penelitian.
47
Tabel 4.3. Hasil Analisis Uji Statistik Mann-Whitney Persentase Apoptosis Sel
Jantung
Kelompok p-value Mann-Whitney
N vs NE 0,036*
N vs DE 0,019*
N vs D 0,019*
NE vs DE 0,020*
NE vs D 0,020*
DE vs D 0,043*
Keterangan : N = kelompok normal (n=6), NE = kelompok tikus normal dengan terapi
ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis) 400 mg/kgBB (n=4). DE =
kelompok tikus DM dengan terapi ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis)
400 mg/kgBB (n=6). D = kelompok tikus DM tanpa terapi (n=5). *=p<0,05
Dari hasil analisis uji statistik Mann-Whitney didapatkan terdapat perbedaan
yang signifikan pada rerata apoptosis sel jantung kelompok tikus normal
dibandingkan dengan kelompok tikus normal dengan terapi (p-value = 0,036),
kelompok tikus normal dibandingkan dengan kelompok tikus DM dengan terapi (p-
value = 0,019), kelompok tikus normal dibandingkan dengan kelompok DM tanpa
terapi (p-value = 0,019), kelompok tikus normal dengan terapi dibandingkan
kelompok tikus DM dengan terapi (p-value = 0,020), dan kelompok tikus normal
dengan terapi dibandingkan dengan kelompok tikus DM tanpa terapi (p-value =
0,020), dan kelompok tikus DM dengan terapi dibandingan dendan tikus DM tanpa
terapi (p-value = 0,043).
Hal ini membuktikan bahwa pemberian ekstrak buah asam gelugur (Garcinia
atroviridis) 400 mg/kgBBselama 28 hari dapat menurunkan persentase rerata
apoptosis sel jantung secara signifikan pada kelompok tikus DM dibandingkan
dengan kelompok tikus DM tanpa terapi, normal maupun normal dengan terapi.
Penurunan persentase apoptosis sel otot jantung terjadi karena buah asam gelugur
memiliki beberapa kandungan seperti asam sitrat, asam tartarat, asam malat dan asam
askorbat yang memiliki aktivitas antioksidan yang dapat mencegah apoptosis sel. 3,33
48
Gambar 4.1 Apoptosis Sel Otot Jantung
Keterangan :
Gambar A: Tanda panah hitam: Contoh sel normal
Tanda panah merah: Contoh sel apoptosis (fragmentasi DNA yang terdeteksi oleh kit TUNEL TAKARA dengan metode labeling berupa inti sel yang lebih pekat)
Gambar B: Kelompok tikus normal dengan dengan terapi ekstrak buah asam gelugur
(Garcinia atroviridis) 400 mg/kgBB selama 28 hari.
Gambar C: Kelompok tikus DM tanpa terapi.
Gambar D:Kelompok tikus DM dengan dengan terapi ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis) 400 mg/kgBB selama 28 hari.
B
C D
A
49
4.3. Glukosa Darah
Data glukosa darah yang diambil pada penelitian ini diambil dari jumlah rerata
glukosa darah pada awal penelitian hari ke-1 (saat tikus dinyatakan normal atau DM),
hari ke-7, hari ke-14, hari ke-21, dan hari ke-28. Kelompok N merupakan kelompok
tikus yang normal, kelompok NE merupakan kelompok tikus normal dengan terapi
ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis) 400 mg/kgBB selama 28 hari,
kelompok DE merupakan kelompok tikus DM dengan terapi ekstrak buah asam
gelugur (Garcinia atroviridis) 400 mg/kgBB, dan kelompok D merupakan kelompok
tikus DM tanpa diberikan terapi. Data yang didapatkan selama penelitian adalah:
Tabel 4.4. Rerata & Standar Deviasi Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dL) pada hari ke-1,
hari ke-7, hari ke-14, hari ke-21, dan hari ke-28 dari semua kelompok penelitian
Sampel Hari ke-1 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 Hari ke-28
N 135,17±14,03 136,67±11,59 137,00±15,21
149,33±9,73
149,50±11,38
NE 162±15,01
94.5±1,73
99±18,48
96±5,77
91,5±15,59
D 598±4,47 466,60±70,45
551,60±70,26
514,80±87,20
600±0,00
DE 590,83±22,45 471,60±187,24 475,67±170,76 411,17±135,.13 417,83±193,35
Keterangan : N = kelompok normal (n=6), NE = kelompok tikus normaldengan terapi
ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis) 400 mg/kgBB (n=4). DE =
kelompok tikus DM dengan terapi ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis)
400 mg/kgBB (n=6). D = kelompok tikus DM tanpa terapi (n=5).
50
Grafik 4.3. Rerata Glukosa Darah Sewaktu pada Tiap Kelompok
Keterangan :N = kelompok normal (n=6), NE = kelompok tikus normal dengan terapi
ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis) 400 mg/kgBB (n=4). DE =
kelompok tikus DM dengan terapi ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis)
400 mg/kgBB (n=6). D = kelompok tikus DM tanpa terapi (n=5).
Tabel 4.4. dan Grafik 4.3. menunjukkan bahwa rerata kadar glukosa darah
sewaktu kelompok tikus DM dengan terapi ekstrak buah asam gelugur (Garcinia
atroviridis) 400 mg/kgBB selama 28 hari mengalami penurunan pada pengukuran
glukosa darah dari hari ke-1 hingga hari ke-21 meskipun tidak mencapai kadar
glukosa darah pada hari ke-1, dan mengalami peningkatan di hari ke-28. Kadar rerata
glukosa darah pada kelompok tikus DM dengan terapi ekstrak buah asam gelugur
memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok tikus DM tanpa
terapi, namun tidak mencapai kadar rerata glukosa darah kelompok tikus normal.
Hasil pengukuran rerata glukosa darah pada kelompok tikus normal berada
dalam nilai normal yaitu <200 mg/dL. Pemberian STZ pada tikus dapat meningkatkan
rerata glukosa darah pada kelompok tikus DM dibandingkan dengan kelompok tikus
normal, karena STZ dapat menyebabkan alkilasi DNA dan nekrosis sel β pankreas
secara irreversible yang akhirnya mempengaruhi produksi insulin yang akhirnya
mempengaruhi kadar glukosa dalam darah.15
0.00100.00200.00300.00400.00500.00600.00700.00
1 7 14 21 28
GD
S (m
g/dL
)
Hari
N
NE
D
DE
51
Tabel 4.5. Rerata Rasio Glukosa Darah Sewaktu Hari-1 dan Hari-28
Sampel Rerata GDS
Hari-1 (mg/dL)
Rerata GDS
Hari-28 (mg/dL)
(Hari-28 - Hari-1)/Hari-
1*100%
N 135,17 149,50 10,6% (Naik)
NE 162 91.5 43,52 % (Turun)
D 598 600 0,33% (Naik)
DE 590,83 417,83 29,28 % (Turun)
Keterangan : N = kelompok normal (n=6), NE = kelompok tikus normal dengan terapi
ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis) 400 mg/kgBB (n=4). DE =
kelompok tikus DM dengan terapi ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis)
400 mg/kgBB (n=6). D = kelompok tikus DM tanpa terapi (n=5).
Berdasarkan Tabel 4.5. menunjukkan penurunan kadar glukosa darah pada
kelompok tikus DM dengan terapi ekstrak buah asam gelugur 400 mg/kgBB selama
28 hari sebesar 29,28%. Sedangkan pada kelompok DM tanpa terapi terdapat
peningkatan kadar glukosa darah sebesar 0,33%, pada kelompok tikus normal
terdapat peningkatan kadar glukosa darah sebesar 10,6%, dan pada kelompok tikus
normal dengan terapi terdapat penurunan kadar glukosa darah sebesar 29,28%.
Hal pertama yang dilakukan saat menganalisis data statistik adalah melakukan
uji normalitas pada seluruh data GDS untuk mengetahui distribusi data. Pada
penelitian ini didapatkan hasil uji normalitas seluruh data GDS terdistribusi tidak
normal dengan nilai p<0,05, sehingga dilakukan uji Kruskal-Wallis untuk mengetahui
perbedaan rerata GDS antar kelompok penelitian, yang apabila hasil p<0,05 artinya
terdapat perbedaan yang signifikan pada rerata GDS antar semua kelompok penelitian.
Setelah dilakukan uji Kruskal-Wallis didapatkan nilai p-value sebesar 0,001
artinya terdapat perbedaan rerata GDS yang signifikan antar semua kelompok
penelitian. Berikut ini hasil rerata GDS uji Kruskal-Wallis antar semua kelompok:
52
Tabel 4.6. Hasil analisis uji statistik Kruskal-Wallis Rerata GDS
Sampel Rerata GDS (mg/dL) p-value Kruskal-Wallis
N 141,53
0,001 NE 108,60
D 427,31
DE 473,42
Keterangan : N = kelompok normal (n=6), NE = kelompok tikus normal dengan terapi
ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis) 400 mg/kgBB (n=4). DE =
kelompok tikus DM dengan terapi ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis)
400 mg/kgBB (n=6). D = kelompok tikus DM tanpa terapi (n=5).
Selanjutnya dilakukan uji Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan rerata
glukosa darah antar kelompok tikus mana yang memiliki perbedaan GDS yang
signifikan pada hari ke-27. Hasil dari uji Mann-Whitney yang nilai p<0,05
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada data tersebut.
Hal ini membuktikan bahwa pemberian ekstrak buah asam gelugur (Garcinia
atroviridis) 400 mg/kgBB selama 28 hari dapat menurunkan kadar glukosa darah
tikus DM secara signifikan dibandingkan dengan tikus DM tanpa terapi. Hasil ini
sejalan dengan penelitian Rasha HM tahun 2015 menunjukkan bahwa pemberian
ekstrak buah asam gelugur dengan dosis 200 mg/kgBB selama 28 hari pada tikus
diabetes tipe 2 yang diinduksi streptozotosin (STZ) memberikan hasil yang efektif
pada penurunan glukosa darah.7
53
*
Grafik 4.4. Rerata GDS & Hasil analisis statistik uji Mann-Whitney antar
kelompok tikus pada hari ke-27
Keterangan : N = kelompok normal (n=6), NE = kelompok tikus normal dengan terapi
ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis) 400 mg/kgBB (n=4). DE =
kelompok tikus DM dengan terapi ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis)
400 mg/kgBB (n=6). D = kelompok tikus DM tanpa terapi (n=5).*=p<0,05 , NS = Not
Significant
Uji Mann-Whitney pada Grafik 4.4 menunjukkan terdapat perbedaan rerata
kadar glukosa darah yang signifikan antara kelompok tikus DM dengan terapi
dibandingkan dengan kelompok tikus DM tanpa terapi (p = 0,034), kelompok tikus
normal dibandingkan dengan kelompok tikus normal dengan terapi (p = 0,010),
kelompok tikus normal dibandingkan dengan kelompok tikus DM tanpa terapi (p =
0,004), kelompok tikus normal dengan terapi dibandingkan dengan kelompok tikus
DM dengan terapi (p = 0,017), kelompok tikus normal dengan terapi dibandingkan
dengan kelompok tikus DM tanpa terapi (p =0,007) terdapat perbedaan rerata kadar
glukosa darah yang tidak signifikan antara kelompok tikus normal dibandingkan
dengan DM dengan terapi (p = 0,054).
149.5 91.5
546.2 417.83
-1000
100200300400500600700
N NE D DE
GD
S (m
g/dL
)
NS NS
*
*
* *
54
Tabel 4.7. Hasil analisis uji statistik Mann-Whitney perbedaan rerata GDS antara
kelompok tikus DE dibandingkan dengan kelompok tikus D
Hari Kelompok tikus p – value Mann-Whitney
1
DE vs D
1,000
7 0,201
14 0,304
21 0,197
28 0,034*
Keterangan : DE = kelompok tikus DM dengan terapi ekstrak buah asam gelugur
(Garcinia atroviridis) 400 mg/kgBB, D = kelompok tikus DM tanpa terapi, *= p <
0,05
Uji Mann-Whitney dilakukan kembali untuk mengetahui perbedaan rerata kadar
glukosa darah kelompok tikus DM dengan terapi dibandingkan dengan kelompok
tikus DM tanpa terapi. Hasil uji Mann-Whitney pada Tabel 4.7 menunjukkan hasil
perbandingan rerata glukosa darah tikus DM dengan terapi dibandingkan dengan
kelompok tikus DM tanpa terapi memiliki perbedaan yang signifikan pada hari ke-28
(p = 0,034). Sedangkan pada hari ke-7,14, dan 21 rerata glukosa darah kelompok tikus
DM dengan terapi ekstrak buah asam gelugur mengalami penurunan dan rerata
glukosa darah kelompok tikus DM tanpa terapi mengalami peningkatan, namun
perbedaan rerata kadar glukosa darah antara ke dua kelompok tikus tersebut tidak
berbeda signifikan.
4.4 Berat Badan (BB)
Data berat badan pada semua kelompok tikus yang diambil setiap dua hari
dimulai dari hari ke-1 sampai hari ke-27. Data yang diambil adalah persentase
rerata berat badan pada semua kelompok. Berikut ini data persentase rerata berat
badan pada hari ke-1 sampai dengan hari ke-27:
55
Grafik 4.5. Persentase Rasio Berat Badan Tiap Kelompok Penelitian
Keterangan: N = kelompok normal (n=6), NE = kelompok tikus normal dengan terapi
ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis) 400 mg/kgBB (n=4). DE =
kelompok tikus DM dengan terapi ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis)
400 mg/kgBB (n=6). D = kelompok tikus DM tanpa terapi (n=5).
Tabel 4.8. Rasio BB Selama 27 hari
Sampel Rerata BB Hari-1 Rerata BB Hari-27 Rerata Hari-27 - Hari-1/Hari-1*100%
N 160,33 216,5 35,03% (Naik)*
NE 181,5 230,5 18,57% (Naik)
D 136,85 144,57 5,99%(Turun)
DE 150,2 141,2 0,94%% (Naik)
Keterangan : H1 = Hari pertama, H-25 = Hari ke-25, N = normal (n=6), NE = normal
dengan terapi ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis) 400 mg/kgBB (n=4).
DE= kelompok tikus DM dengan terapi ekstrak buah asam gelugur (Garcinia
atroviridis) 400 mg/kgBB (n=6). D = kelompok tikus DM tanpa terapi (n=5), *= p <
0,05.
Grafik 4.5. dan Tabel 4.8. menunjukkan bahwa terjadi peningkatan BB pada
kelompok tikus DM dengan terapi yaitu sebesar 0,94%. Begitu pula pada kelompok
tikus normal dan tikus normal dengan terapi yang masing-masing mengalami
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27
BB
(%gr
)
Hari
N
N+C
DM+C
DMTE
N
NE
DE
D
56
peningkatan BB sebesar 35,03% dan 18,57%, sedangkan pada kelompok tikus DM
tanpa terapi mengalami penurunan BB yaitu sebesar 5,99%.
Kenaikan BB yang terjadi pada tikus DM yang diberikan terapi ekstrak buah
asam gelugur kemungkinan terjadi karena terdapat perbaikan glukosa darah, hal
tersebut terjadi karena ekstrak buah asam gelugur memiliki kandungan yang dapat
mempengaruhi metabolisme karbohidrat dan lemak sehingga tidak terjadi pemecahan
cadangan makanan. 7,16
Kemudian dilakukan uji normalitas terlebih dahulu pada seluruh data BB tikus
untuk mengetahui distribusi data. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa distribusi
data tidak normal sehingga dilakukan uji Kruskal-Wallis. Berikut ini data hasil uji
Kruskal-Wallis rerata BB pada hari ke-27 pada semua kelompok penelitian:
Tabel 4.9. Hasil Analisis Uji Statistik Kruskal-Wallis Rerata BB hari ke-27
Sampel BB hari ke-27 (%gr) p-value Kruskal-Wallis
N 137.73
0,025* NE 135.71
D 84.69
DE 99.60
Keterangan : N = kelompok normal (n=6), NE = kelompok tikus normal dengan terapi
ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis) 400 mg/kgBB (n=4). DE =
kelompok tikus DM dengan terapi ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis)
400 mg/kgBB (n=6). D = kelompok tikus DM tanpa terapi (n=5). *p<0,005
Hasil uji Kruskal-Wallis yang terdapat pada Tabel 4.9. menunjukkan nilai
p=0,025 (<0,05) yang artinya terdapat perbedaan BB yang signifikan pada semua
kelompok penelitian di hari ke-27.
Setelah melakukan uji Kruskal-Wallis, dilakukan uji Mann-Whitney untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan BB yang signifikan secara statistik antar
kelompok tikus pada hari ke-27, yang apabila hasil p-value<0,05 menunjukkan data
tersebut memiliki perbedaan yang signifikan.
57
Tabel 4.10. Hasil Analisis Uji Statistik Mann-Whitney Perbandingan BB pada Hari
ke-27
Kelompok Tikus p-value Mann-Whitney
N vs NE 1,000
N vs DE 0,025*
N vs D 0,018*
NE vs DE 0,032*
NE vs D 0,138
DE vs D 0,361
Keterangan : N = kelompok normal (n=6), NE = kelompok tikus normal dengan terapi
ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis) 400 mg/kgBB (n=4). DE =
kelompok tikus DM dengan terapi ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis)
400 mg/kgBB (n=6). D = kelompok tikus DM tanpa terapi (n=5).
Hasil uji Mann-Whitney pada Tabel 4.10 menunjukkan terdapat perbedaan
BB yang signifikan pada kelompok tikus normal dibandingkan dengan kelompok
tikus DM dengan terapi (p-value = 0,025), kelompok tikus normal dibandingkan
dengan kelompok tikus DM tanpa terapi (p-value = 0,018) dan kelompok tikus
normal dengan terapi dibandingkan dengan kelompok tikus DM dengan terapi (p-
value 0,032). Tetapi lain halnya dengan kelompok tikus normal dibandingkan dengan
kelompok tikus normal dengan terapi, kelompok tikus normal dengan terapi
dibandingkan dengan kelompok tikus DM tanpa terapi dan kelompok tikus DM
dengan terapi dibandingkan dengan kelompok tikus DM tanpa terapi, ketiga
perbandingan kedua kelompok tikus tersebut tidak memiliki perbedaan yang
signifikan karena memiliki nilai p-value>0,05.
58
Grafik 4.6. Hasil analisis uji Mann-Whitney Perbandingan BB dan Rerata BB antar
kelompok tikus pada hari ke-27
Keterangan : N = kelompok normal (n=6), NE = kelompok tikus normal dengan terapi
ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis) 400 mg/kgBB (n=4). DE =
kelompok tikus DM dengan terapi ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis)
400 mg/kgBB (n=6). D = kelompok tikus DM tanpa terapi (n=5). *=p<0,05 , NS =
Not Significant
Hal ini membuktikan bahwa pemberian ekstrak buah asam gelugur 400
mg/kgBB selama 28 hari dapat meningkatkan BB tikus DM, walaupun hal ini
berbanding terbalik dengan efek kandungan asam gelugur yang dapat menurunkan
berat badan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini juga tidak sejalan
dengan penelitian Mahmoud dan Amer tahun 2013 menunjukkan bahwa pemberian
ekstrak buah asam gelugur dengan dosis 400 mg/kgBB selama 14 hari dapat
menurunkan berat badan tikus secara signifikan. 23
4.5. Keterbatasan Penelitian
1. Kurangnya varian dosis pada penelitian sehingga tidak mengetahui efek pada
dosis yang lebih besar ataupun lebih kecil
2. Hanya mengobservasi selama 28 hari, sehingga tidak mengetahui efek terapi
apabila durasi terapi dilakukan lebih lama.
137.73 135.71
84.69 99.60
0.0020.0040.0060.0080.00
100.00120.00140.00160.00
N NE D DE
%B
B (g
r)
*
*
*
* NS NS
59
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan pembahasan pada penelitian ini peneliti dapat
menyimpulkan bahwa :
1. Pemberian ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis) dengan dosis
400 mg/kgBB selama 28 hari didapatkan penurunan pada kadar kolesterol
tetapi tidak bermakna secara statistik (p-value>0,05) pada tikus Sprague
dawley yang diinduksi STZ.
2. Pemberian ekstrak buah asam gelugur (Garcinia atroviridis) dengan dosis
400 mg/kgBB selama 28 hari didapatkan penurunan persentase apoptosis sel
otot jantung dan bermakna secara statistik (p-value=0,004) pada tikus
Sprague dawley yang diinduksi STZ.
5.2. Saran
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang efek buah asam gelugur (Garcinia
atroviridis) dengan membandingkan berbagai dosis agar dapat ditentukan
dosis terbaik yang dapat digunakan sebagai terapi pasien DM.
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang efek buah asam gelugur (Garcinia
atroviridis) pada durasi yang lebih lama (> 28 hari).
3. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh ekstrak buah asam
gelugur terhadap persentase apoptosis sel organ yang berbeda dengan dosis
dan lama pemberian yang berbeda.
4. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang efek samping ekstrak buah asam
gelugur yang digunakan sebagai terapi DM.
5. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas ekstak buah asam
gelugur dalam profil lipid.
1
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo,Aru W. dkk. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam; Diabetes
Melitus di Indonesia. Jakarta: Interna Publishing. hlm. 1874-78
2. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2015. Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes MelitusTipe 2 di Indonesia 2015. Jakarta: PB.
Perkeni. hlm. 1-31
3. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2014 .
Situasi dan Analisis Diabetes. Jakarta : Infodatin Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI; hlm. 1 & 5
4. World Health Organization . 2016. Global Report on Diabetes. Diunduh
dari
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/204871/1/9789241565257_eng.pd
f pada 15 April 2017 padapukul 07.15 WIB. hlm. 11
5. Anonim. 2007. Khasiat Fantastis Kulit Manggis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama; hlm. 19
6. Hughes, Kerry., N, M Talbott, Shawn. 2007. The Health Professional's
Guide to Dietary Supplements. USA: Lippincott williams&wilkins; hlm.
19
7. HM, Rasha et al. 2015. The Biological Importance Of Garcinia Cambogia:
A review.
Diunduh dari https://www.omicsonline.org/open-access/the-biological-
importance-of-garcinia-cambogia-a-review-2155-9600-S5-004.pdf pada
14 April 2017 pukul 15.00 WIB. (hlm. 1-3)
8. Guyton, Hall JE. 2006. Guyton textbook of Medical Physiology 11th ed.
Pennysylvania : Elsivier. hlm. 1015-27
9. Hans T. 2008. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes
Panduan Lengkap Mengenal dan Mengatasi Diabetes dengan Cepat dan
Mudah. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
10. Longo.,Fauci., Kasper., Hauser., Jameson., Loscalzo. 2012. Harrison’s
Principles of Internal Medicine 8th ed. USA: McGraw-Hill.
2
11. Sigurd, Lenzen. 2008. The Mechanism of alloxan and streptozotocin
induced diabetes. MH-Hannover: Institute of Experimental Diabetes
Research. Hlm. 216-217
12. Zulkarnain. 2013. Perubahan Kadar Glukosa Darah Puasa pada Tikus
Sprague Dawley yang Diinduksi Streptozotosin Dosis Rendah. Jurnal
Kedokteran Syiah Kuala Vol. 13. hlm. 71-72
13. Srinivasan K, Ramarao P. 2007. Animal Models in Type 2 Diabetes
Research : an Overview. Indian J Med Res. 125 : 451-72.
14. Szkudelski T. 2001. The mechanism of alloxanand streptozotocin action
in B cells of therat pancreas. Physiol Res. 50 :537-46.
15. Goud, BusineniJayasimha., V, Dwarakanath., Swamy, B.K. Chikka. 2015.
Streptozotocin – A Diabetogenic Agent in Animal Models. IJPPR. Human,
2015; Vol. 3 (1): 253-269.
16. Jena et al 2002, Chemistry and Biochemistry of (−)-Hydroxycitric Acid
from Garcinia, Journal of Agricultural and Food Chemistry 50(1):10-22
17. Jena, B. S. et al. 2002. Chemistry and Biochemistry of (−)-Hydroxycitric
Acid from Garcinia. India : Journal of Agricultural and Food Chemistry.
Hlm. 10
18. Kumar, Abbas, Fausto.2007. Pathologic Basis of Disease. 7th ed. USA:
Saunders.
19. Boudina, S., Abel, E.D. 2010. Diabetic Cardiomiopathy, Causes and Effects.
Rev Endocr Metab Disord. 2010 March ; 11(1): 31-39. 2-4
20. Takara Bio. In situ Apoptosis Detection Kit. Diunduh dari
http://www.takara.co.kr/file/manual/pdf/mk599_e_0712.pdf pada tanggal
6 Maret 2017 pada pukul 15.30 WIB.
21. Miki, T., Yuda, S., Kouzu, H., Miura, T. 2013. Diabetic Cardiomiopathy:
Pathophysiology and Clinical Features. Heart Fail Rev 18: 149-1166. h149-
150, h157-158
22. Mahmoud, Ghada S., Amer, Ayman S. 2013. Effect of Natural Extract of
Hydroxycitric Acid on Lipid Profile, Liver, and Testes of Adult Male Rats.
AAMJ Vol 11 (1): 166-167
3
23. Abeeleh, M.A., Ismail, Z.B., Alzaben, K.R., Abuhalaweh, S.A., et al. 2009.
Induction of Diabetes Mellitus in Rats Using Intraperitoneal
Streptozotocin: A Comparison between 2 Strains of Rats, European
Journal of Scientific Research, 32: 401
24. Sing, A.S., Masuku, M.B. 2014. Sampling Techniques & Determination of
Sample Size in Applied Statistics Research: an Overview. IJECM Vol. II,
Issue 11, Nov 2014.
25. Heperian.Pengaruh pemberian ekstrak etanol biji jengkol (Pithechellobium
labatum Benth.) terhadap kadar trigliserida pada tikus putih (Rattus
novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi aloksan.
Repository Universitas Lampung. 2014: hlm. 32
26. Taconic booklet. 2009. Sprague dawley rat. United States: Taconic.
Diunduh dari www.taconic.com pada tanggal 17 Maret 2017 pada pukul
15.30 WIB.
27. Horn CC, Kimball BA, Wang H, Kaus J, Dienel S, et al. 2013. Why Can’t
Rodents Vomit? A Comparative Behavioral, Anatomical, and
Physiological Study. PLOS ONE Vol. 8, Issue 4: hlm. 14
28. Hassan, Dr. W. E. 2006. Healing Herbs of Malaysia. Kuala Lumpur: Federal Land Development Agency.
29. Bodeker, G. 2009. Health and Beauty from the Rainforest: Malaysian Traditions of Ramuan. Kuala Lumpur: Didier Millet.
30. C, Anthony. A review of Asam gelugor (Garcinia atroviridis) Griff. Ex T. Aders. Diunduh dari www.dweckdata.com pada tanggal 26 September 2017 pada ukul 21.51 WIB.
31. Duke, James: Dr. Duke's Phytochemical and Ethnobotanical Databases
Chemicals and their Biological Activities in: Garcinia atroviridis
(Clusiaceae) –Asam Gekugor. Agricultural Research Services.
32. Tisdale, Eric J.; Kochman, David A. and Theodorakis, Emmanuel A. 2003
A Total synthesis of atroviridin. Tetrahedron Letters 44. Hlm. 3281–3284
33. Achmadi, S.S. 2001. Institut Pertanian Bogor (Indonesia). Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. The potency of potassium
hydroxycitrate derived from gelugur fruit (Garcinia atroviridis) in reducing
body weight and cholesterol levels in rats. Hayati (Indonesia), v. 8(1) hlm.
23-26
4
34. Abdullah, Ainnie Rahayu., Bakhari, Nor Aziyah., Osman, Hasnah. 2013.
Study on the Relationship of the Phenolic, Flavonoid, Tannin Content to
the Antioxidant Activity of Garcinia Atroviridis. Universal Journal of
Applied Science. Hlm. 95-99
35. Gunawan, GS, Setiabudy R, Nafrialdi. 2009. Farmakologi dan Terapi edisi
5. Jakarta: BPFKUI. Hlm 17-18
5
LAMPIRAN
Lampiran 1 Cara Perhitungan
1. Perhitungan Buffer Sitrat Buffer sitrat digunakan sebagai pelarut STZ
Konsentrasi buffer sitrat yang digunakan adalah 0,1 M.
Untuk mendapatkan buffer sitrat 0,1 M maka harus mencampurkan :
20 ml Natrium Sitrat + 20 ml Asam Sitrat
Larutan A: 0,576 gram Natrium Sitrat bubuk+ 20 ml akuades steril (Dicampur menggunakan stirer)
Larutan B: 0,516 gram Asam Sitrat bubuk + 30 ml akuades steril (Dicampur menggunakan stirer)
Larutan A dan B dicampur menggunakan stirer
Terbentuk buffer sitrat 0,1 M
pH buffer sitrat diukur menggunakan pH meter yang sudah terkalibrasi
dengan target pH 4,5
Menambahkan NaOH jika pH buffer sitrat terlalu asam atau
Menambahkan HCl jika pH buffer terlalu basa
6
2. Perhitungan Dosis Streptozotosin • Dosis streptozotosin yang digunakan adalah 55 mg/kgBB. !! !"!!"
= !! !"!""" !"#$
= !,! !"!"" !"#$
100 gram BB dilarutkan dengan 0,1 ml buffer sitrat
Maka !,! !"!,! !"
Dari hasil pengukuran BB tikus, rerata BB tikus yang akan disuntik pada hari
ke-1 adalah 1200 gram (37 tikus) termasuk tikus dengan ekstrak okra dan
salam
• Pencampuran STZ dengan buffer sitrat :
1. Hitung BB tikus yang akan disuntik (co: 1200 gram)
2. Dosis STZ = !! !"!"" !"#$
x BB tikus (gram)
= !! !"!"" !"#$
x 1200 gram
= 660 mg untuk 37 tikus
3. Menentukan dosis buffer sitrat (pelarut) yang digunakan
Dosis buffer sitrat yang digunakan = !! !"!,! !"
= !!" !"!
𝑥 = 1,2 ml buffer sitrat
3. Perhitungan Dosis Ekstrak Buah Asam Gelugur Dosis ekstrak buah asam gelugur yang digunakan adalah 400 mg/kgBB.
!"" !"!! (!"#$)
= !"" !"!""" !"#$
= !" !"!"" !"#$
=100 gr dilarutkan dengan 0,1 ml aquades steril
Maka !" !"!,! !"
Contoh dosis ekstrak buah asam gelugur untuk BB rata-rata tikus 1200 gram : !" !"
!"" !"#$ x 1200 gr = 480 mg
Dosis pelarut untuk ekstrak buah asam gelugur : !" !"!,! !"
= !"# !"!
𝑥 = 1,2 ml aquades steril
Jadi untuk melarutkan 480 mg ekstrak buah asam gelugur diperlukan 1,2 ml
aquades steril. Setiap hari BB tikus akan berubah, oleh karena itu setiap hari
pelarut dan dosis akan berbeda.
7
Lampiran 2 Surat Keterangan Tikus Sehat
8
Lampiran 3 Surat Keterangan Identifikasi Tanaman
9
Lampiran 4 Gambar Proses Penelitian
Adaptasi tikus, Pembuatan sukrosa, Buffer Sitrat, STZ, dan Ekstrak buah asam gelugur
Gambar 7.3 Tikus sampai di animal house dan dilakukan adaptasi
Gambar 7.4 Penimbangan sukrosa
Gambar 7.5 Pencampuran sukrosa dengan akuades
steril dengan stirer
Gambar 7.11 Penyuntikkan Streptozotosin intraperitoneal
Gambar 7.9 Buffer Sitrat
Gambar 7.6 Sukrosa 10% Gambar 7.7 Pembuatan Buffer sitrat
Gambar 7.10 Streptozotosin
Gambar 7.8 Standar pH
10
(Lanjutan)
Gambar 7.14 Ekstrak buah cambogia disonde
melalui oral
Gambar 7.15 Proses sacrifice
Gambar 7.16 Darah dari vena cava inferior di dalam tabung EDTA
Gambar 7.12 Ekstrak kering buah asam
gelugur
Gambar 7.17 Darah dan organ tikus dimasukkan
ke dalamcoolbox
Gambar 7.13 Penimbangan ekstrak kering buah cambogia
11
Lampiran 5 Hasil Data Uji Statistik
a. Uji Normalitas GDS
b. Uji Kruskal-Wallis GDS
12
(Lanjutan)
c. Uji Normalitas BB
d. Uji Kruskal-Wallis BB
e. Uji Normalitas Kadar Kolesterol
13
Lampiran 6 Riwayat Penulis
Riwayat Penulis
Identitas
Nama : Fheby Syabrina
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 30 Mei 1996
Agama : Islam
Alamat : jl. Perumahan bukit pamulang indah blok E 17 No.3
e-Mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan
1999-2001 : TK Islam Ananda Pondok Cabe
2002-2008 : SD Islam Al-Azhar 15 Pamulang
2008-2011 : SMP Islam Al-Azhar 17 Bintaro
2011-2014 : SMA Islam Nurul Fikri Boarding School
2014-Sekarang : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kedokteran dan Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
14
Lampiran 7 Surat Persetujuan Etik
Pemberian Ekstrak Kering Buah Asam Gelugur (Garcinia atroviridis) secara Oral memperbaiki kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Persentase Apoptosis Sel Otot Jantung pada Tikus dengan Diabetes Akut