uji sitotoksik ekstrak etanol daun pepaya ...eprints.ums.ac.id/59256/20/naspub_pdf.pdfdaun pepaya...
TRANSCRIPT
UJI SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL DAUN PEPAYA (Carica papaya)
TERHADAP SEL MCF-7 DAN SEL T47D
PUBLIKASI ILMIAH
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Fakultas Farmasi
Oleh:
SISKA HARIYANTI
K 100 140 123
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
1
i
2
ii
3
iii
1
UJI SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL DAUN PEPAYA (Carica papaya)
TERHADAP SEL MCF-7 DAN SEL T47D
Abstrak
Salah satu penyebab utama mortalitas pada wanita di Indonesia adalah kanker payudara.
Penanganan kanker melalui operasi, radiasi, dan terapi sistemik (kemoterapi).Namun
dijumpai efek samping pada fungsi jantung, gangguan siklus menstruasi, dan
mempengaruhi sistem imun. Adanya masalah tersebut maka perlu penelitian untuk
menemukan tanaman yang berpotensi sebagai agen antikanker yaitu pepaya (Carica
papaya). Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa daun pepaya mampu menghambat
pertumbuhan sel MCF-7 dengan nilai IC50 sebesar 9,73 µg/mL. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui efek sitotoksik ekstrak etanol daun pepaya terhadap sel kanker
payudara MCF-7 dan T47D. Serbuk daun pepaya diekstraksi dengan etanol 96%. Uji
sitotoksik dengan metode MTT Assay. Seri konsentrasi ekstrak etanol daun papaya
yang digunakan adalah 31,25; 62,5; 125; 250; dan 500 μg/mL. Absorbasi dibaca dengan
ELISA reader pada λ595 nm. Hasil uji sitotoksik menunjukkan bahwa ekstrak etanol
daun pepaya tidak memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel MCF-7 dan T47D. Ekstrak
etanol daun papaya pada konsentrasi 250 μg/mL hanya mampu menghambat
pertumbuhan sel MCF-7 sebanyak 8,43% dan pada konsentasi 500 μg/mL hanya
mampu menghambat pertumbuhan sel T47D sebesar 11,29%.
Kata kunci: Carica papaya, sel MCF-7, sel T47D, sitotoksik.
Abstract
One of the main causes of women’s mortality in Indonesia is breast cancer. Cancer
treatments such as surgery, radiation, and systemic therapy (chemotherapy). However
there are side effects on heart function, menstrual cycle disorders, and affect the
immune system. The existence of the this problem, research require to find plants that
have potential as an anticancer agent that is papaya (Carica papaya). Previous studies
have suggested that papaya leaf is able to inhibit the growth of MCF-7 cells with an
IC50 value of 9.73 μg /mL. The aim of this research is to know the cytotoxic effect of
ethanol extract of papaya leaves against breast cancer cells MCF-7. The powder of
simplicia was extracted with 96% ethanol. Cytotoxic test by MTT Assay. The
concentration of papaya leaves ethanol extract used were 31.25; 62.5; 125; 250; and
500 μg / mL. Absorbation is read by ELISA reader at λ595 nm.The result of cytotoxic
test showed that the papaya leaves ethanol extract did not have cytotoxic activity
against MCF-7 and T47D cells. Papaya leaves ethanol extract at 250 μg/mL was only
able to inhibit MCF-7growth by 8,43% and at 500 μg/mL concentration only inhibited
T47D cell growth by 11,29%.
Keywords: Carica papaya, MCF-7 cells, T47D cells, cytotoxic.
2
1. PENDAHULUAN
Salah satu penyebab utama mortalitas pada wanita di Indonesia ialah kanker payudara dengan
persentase sejumlah 21,55% dan angka kejadian baru sebesar 30,5% (International Agency for
Research on Cancer, 2012). Kanker adalah penyakit pada sel tubuh yang mengalami mutasi, tumbuh
secara abnormal atau tidak terkendali, dan berdiferensiasi lebih cepat daripada sel normal. Sel kanker
bersifat invasif dan menyerang dengan cara mendesak sel lainnya bahkan menimbulkan kematian
pada sel normal (Sabrida, 2015).
Penanganan kanker secara konvensional dapat melalui operasi, terapi radiasi, dan terapi sistemik
menggunakan agen kemoterapi. Namun pengobatan kemoterapi pada kanker payudara dapat memicu
timbulnya efek samping misalnya pada fungsi jantung, siklus menstruasi yang akan berhenti
sementara atau permanen, dan mempengaruhi sistem imun dengan menekan produksi sel darah putih
(American Cancer Society, 2006). Adanya efek samping dan mahalnya biaya dalam pengobatan
tersebut, maka mendorong peneliti untuk menemukan tanaman obat herbal yang berpotensi sebagai
agen antikanker. Obat herbal tradisional yang dikombinasikan dengan terapi konvensional dapat
meningkatkan quality of life dan menurunkan kejadian hot flashes atau kepanasan per hari (Kim et
al., 2015). Salah satu tanaman yang berpotensi dikembangkan untuk terapi kanker adalah tanaman
pepaya (Carica papaya).
Penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun papaya pada konsentrasi 100 µg/mL
memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker pankreas MiaPaCa-2 dan ASPC-1 dengan jumlah
persentase sel hidup masing-masing sebesar 18,96% dan 45,94% (Vuong et al., 2015). Pada fraksi
kloroform daun pepaya dapat menginduksi apoptosis pada sel kanker myeloma dengan nilai LC50
sebesar 104,4 µg/mL. (Sukardiman et al., 2006). Fraksi kloroform daun pepaya mampu menginduksi
apoptosis sel HeLa pada ekspresi caspase-3 sebesar 73,3% dan menghambat proliferasi sel kanker
dengan antibodi KI67 berada pada nilai rata-rata sekitar 54,7% (Puspitasari and Peristiowati, 2016).
Penelitian lain menyebutkan ekstrak etanol 96% daun pepaya mempunyai efek sitotoksik terhadap
sel MCF-7 dengan IC50 sebesar 9,73 µg/mL dan 12,1338 µg/mL (Amalia, 2016; Kurniasari et al.,
2014). Pada penelitian ini dilakukan uji sitotoksik ekstrak etanol daun pepaya terhadap dua sel
kanker payudara yaitu sel MCF-7 dan sel T47D.
2. METODE
Alat
Alat-alat yang akan digunakan antara lain lemari pengering, bejana, rotary evaporator
(Heidolph), waterbath (Memmert), Cytotoxic Safety Cabinet (ESCO), incubator CO2 (BINDER),
3
Enzym-Linked Immunosorbent Assay (ELISA reader) (Elx800 Bio Tech), flask, pipet pasteur, gelas
beker, mikropipet (Socorex), mikroskop (Olympus CKX41), vortex (Maxi Mix II), hemositometer
(Neubauer).
Bahan
Bahan-bahan yang akan dipakai berupa kultur sel MCF-7 dan sel T47D yang diperoleh di
Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC) Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,
daun pepaya (Carica papaya) yang diperoleh dari Pasar Kleco Sukoharjo, media Dulbecco’s
Modified Eagle Medium (DMEM) yang mengandung 10% fetal bovin serum (FBS) 2% (SERANA
SA), penisilin-streptomisin (Sigma), dan 1% fungizon (Gibco), media RPMI (Sigma), dimetil
sulfoksida (DMSO), reagen MTT (Invitrogen), etanol 96% teknis (Merck), tripsin-EDTA 0,25%
(Sigma), phospate buffered saline (PBS), sodium dodecyl sulfate (SDS), epirubisin (KalbeMed),
doksorubisin (KalbeMed), 96-well plate (Iwaki), blue tip, yellow tip, white tip, kertas saring, dan
microtube.
Jalannya penelitian
Ekstraksi daun pepaya
Daun pepaya dicuci, disobek kecil-kecil, dan dikeringkan di dalam lemari pengering. Sobekan
daun pepaya dihaluskan dengan bantuan blender hingga menjadi serbuk dan diayak dengan ayakan
berukuran 40 mesh. Kemudian simplisia ditimbang 70,2 gram dan diekstraksi menggunakan etanol
96% sebanyak 500 mL. Proses maserasi ini dilakukan selama tiga hari dan dibantu dengan
pengadukan pada suhu ruang. Setelah itu, larutan disaring menggunakan kertas saring dengan
bantuan vakum dan pelarutnya diuapkan dengan rotary evaporator dan waterbath hingga diperoleh
ekstrak kental. Ekstrak yang diperoleh disimpan ke dalam lemari pendingin.
Kultur sel MCF-7
Sel MCF-7 dikultur dalam media DMEM yang mengandung 10% FBS, 2% penisilin-
streptomisin, dan 1% fungizon. Perlakuan dilakukan di dalam LAF. Sel diinkubasi pada suhu 370C
di inkubator CO2 dan disubkultur setiap 3-4 hari.
Kultur sel T47D
Sel MCF-7 dikultur dalam media RPMI yang mengandung 10% FBS, 10 U/mL penisilin, dan
100 μg/mL streptomisin. Perlakuan dilakukan di dalam LAF. Sel diinkubasi pada suhu 370C di
inkubator CO2 dan disubkultur setiap 3-4 hari.
4
Panen sel MCF-7
Pemanenan sel dengan cara mengambil sel dari inkubator CO2 dan diamati kondisi selnya. Sel
yang siap panen adalah sel yang 80% konfluen. Media dibuang dengan menggunakan pipet pasteur
steril dan sel dicuci dengan PBS sebanyak 5 mL. Lalu sel tersebut ditambahkan tripsin 0,25%
sebanyak 400 μL agar sel terlepas dari flask dan diinkubasi selama 5 menit. Kemudian, ditambahkan
media sebanyak 5 mL untuk menginaktifkan tripsin dan diresuspensi. Selanjutnya sel diamati di
bawah mikroskop. Sel yang memisah menjadi bagian tunggal atau terlepas satu-satu dipindahkan ke
dalam conical tube yang baru. Setelah itu, sel dihitung dengan cara mengambil 10 µL hasil panen sel
dan dipipetkan ke dalam hemositometer. Sel dihitung di bawah mikroskop dengan coulter counter.
Preparasi sampel
Larutan stok 1% dibuat baru (recentur paratus) dengan cara menimbang ekstrak etanol daun
pepaya sebesar 10 mg dan dilarutkan dengan 100 μL DMSO dengan bantuan vortex dan
ditambahkan media 500 μL. Lalu larutan tersebut dipindahkan ke dalam conical tube dan
ditambahkan media hingga10 mL.
MTT Assay
Sel hasil panen ditanam pada masing-masing sumuran 96-well plate dengan volume sebesar 100
μL, kecuali pada tiga sumuran tidak dimasukkan sel sebagai kontrol media. Kemudian ditunggu
hingga sel konfluen 80%. Selanjutnya media sel dibuang dengan cara membalikkan plate 1800 di atas
tempat pembuangan dan ditiriskan sisa media sel di atas tisu. Sel diberi perlakuan dengan
menambahkan seri konsentrasi esktrak (31,25; 62,5; 125; 250; dan 500 μL) pada tiga sumuran setiap
konsentrasinya (triplo) dengan volume 100 μL. Pada penelitian ini digunakan epirubisin sebagai
kontrol positif sel MCF-7 dan doksorubisin sebagai kontrol positif sel T47D dengan seri konsentrasi
yang digunakan (6,25; 12,5; 25; 50; dan 100 ppm). Kontrol sel menggunakan 100 μL suspensi sel,
kontrol pelarut menggunakan 100 μL campuran DMSO dan media, dan kontrol media menggunakan
100 μL DMEM untuk sel MCF-7 dan 100 µL RPMI untuk sel T47D. Setelah itu, 96-well plate
diinkubasikan selama 48 jam pada suhu 370C.
Media dibuang dengan cara membalikkan plate 1800 di atas tempat pembuangan dan ditiriskan
sisa media sel di atas tisu. Pada masing-masing sumuran ditambahkan reagen MTT 100 μL dalam
PBS 5 mg/mL dan diinkubasi selama dua jam. Selanjutnya, ditambahkan stopper 100 μL SDS 10%
dalam HCl 0,01 N pada tiap sumuran dan 96-well plate tersebut dibungkus dengan kertas dan
simpan di dalam lemari kedap cahaya pada suhu ruangan selama semalam. Absorbansi dibaca
5
dengan alat ELISA reader pada λ 595 nm. Data absorbasi digunakan untuk menghitung persentase
jumlah sel yang masih hidup.
Analisis data
Data absorbansi yang diperoleh dari pembacaan ELISA reader digunakan untuk menghitung
persentase jumlah sel hidup. Regresi linier dihitung dengan menghubungkan antara log konsentrasi
dengan persentase sel hidup sehingga diperoleh persamaan y=bx+a. Nilai IC50 diperoleh dengan
memasukkan angka 50 pada y yang hasilnya berupa antilog x. Berikut ini adalah perhitungan % sel
hidup.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstraksi
Daun pepaya yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Pasar Kleco Sukoharjo.
Ekstrak daun pepaya diperoleh dengan metode maserasi. Maserasi merupakan metode yang paling
mudah dan sederhana untuk mendapatkan zat herbal (Alamgir, 2018).
Daun pepaya kering (70,2 gram) dimaserasi dalam 500 mL etanol 96% selama 3 hari. Ekstrak
kental yang diperoleh sebesar 12,31 gram dan rendemen yang didapatkan sebesar 17,53%. Ekstrak
kental yang dihasilkan berwarna hijau gelap dan berbau daun akibat adanya kandungan klorofil di
dalamnya.
Uji sitotoksik
Uji sitotoksik sel MCF-7 dan sel T47D dilakukan dengan metode MTT Assay (3-(4,5-
dimetiltiazol-2-il)-2,5-difeniltetrazolium bromid). Prinsip kerja metode MTT adalah garam
tetrazolium akan direduksi sel hidup dan menghasilkan produk kristal formazan biru atau keunguan
(Gambar 1) (Berridge and Tan, 1993). Kristal formazan terdeposisi di mitokondria dan kristal yang
dihasilkan sebanding dengan jumlah sel hidup dan berbanding terbalik dengan tingkat sitotoksiknya
(Bernas and Dobrucki, 2002; Thakkar et al., 2014).
Gambar 1. Reduksi MTT menjadi formazan
Persentase sel hidup =𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 − 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎
𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑠𝑒𝑙 −𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎 𝑥 100%
6
Morfologi sel MCF-7 sebelum diberi perlakuan berbentuk oval sedangkan pada sel T47D
berbentuk lonjong. Sebelum diberi perlakuan sel harus tidak bergerombol atau sel yang memisah
menjadi sel tunggal. Hal tersebut ditujukan agar mempermudah peneliti untuk menghitung jumlah
sel yang ditransfer. Sedangkan pada bagian sel yang mengalami kematian, maka sel akan berbentuk
bulat dengan warna hitam (Gambar 2 dan Gambar 3).
Gambar 2. Morfologi sel MCF-7: sel yang belum diberi perlakuan (A), sel yang memisah dari gerombolan sel
lainnya setelah diberi tripsin (B), sel yang telah diberi beberapa konsentrasi ekstrak etanol daun pepaya (C), sel
yang diberi kontrol positif/ epirubisin (D).
Gambar 3. Morfologi sel T47D: sel yang belum diberi perlakuan (A), sel yang memisah dari gerombolan sel
lainnya setelah diberi tripsin (B), sel yang telah diberi beberapa konsentrasi ekstrak etanol daun pepaya (C), sel
yang diberi kontrol positif/ doksorubisin (D).
7
Pada uji sitotoksik ekstrak etanol daun pepaya terhadap sel MCF-7 terlihat bahwa peningkatan
konsentrasi ekstrak tidak menyebabkan penurunan persentase sel hidup yang signifikan. Pada
konsentrasi tertinggi yang diujikan (250 μg/mL), persentase sel hidup sebesar 91,57% atau
persenntase penghambatan selnya hanya 8,43% sehingga tidak dapat dihitung nilai IC50 ekstrak
etanol daun papaya terhadap sel MCF-7 karena responnya di bawah 50%. IC50 adalah hubungan
antara dosis senyawa pada pengujian dan konsisten respon 50% (Sebaugh, 2011) (Tabel 1 dan
Gambar 4). Hal tersebut menunjukkan bahwa ekstrak etanol tidak memiliki aktivitas sitotoksik.
Tabel 1. Data persentase sel hidup MCF-7 setelah diberi ekstrak etanol daun pepaya dengan berbagai
konsentrasi
Konsentrasi ekstrak etanol daun pepaya
(μg/mL)
Persentase sel hidup (%)
SD Data 1 Data 2 Data 3 Rata-rata
31,25 98,52 94,73 102,73 98,66 4.00
62,5 96,84 95,15 88,42 93,47 4.45
250 100,63 88,84 85,26 91,57 8.04
Hal yang sama juga terlihat pada sel T47D. Seri konsentrasi ekstrak etanol daun pepaya yang
diuji menujukkan nilai persentase sel hidup yang tidak berbeda signifikan. Pada konsentrasi
tertinggi (500 μg/mL), jumlah persentase sel hidup T47D adalah 88,71% atau persentase
penghambatan selnya sekitar 11,29% (Tabel 2 dan Gambar 5).
Tabel 2. Data persentase sel hidup T47D setelah diberi ekstrak etanol daun pepaya dengan berbagai konsentrasi
Konsentrasi ekstrak etanol
daun pepaya (μg/mL)
Persentase sel hidup (%)
SD Data 1 Data 2 Data 3 Rata-rata
62,5 89,78 95,84 90,00 91,88 3,43
125 98,38 94,85 81,76 91,67 8,75
250 91,90 90,14 88,66 90,23 1,62
500 88,87 86,54 90,70 88,71 2,08
Hasil tersebut memperlihatkan bahwa ekstrak etanol daun pepaya tidak poten terhadap aktivitas
sitotoksik sel MCF-7 dan sel T47D karena persentase sel hidup di atas 90% dan kemampuan
menghambat selnya hanya sekitar 10%.
Pada penelitian ini digunakan kontol positif epirubisin untuk sel MCF-7 dan doksorubisin untuk
sel T47D. Hasil uji menunjukkan bahwa epirubisin mempunyai efek sitotoksik pada konsentrasi
terendah (6,25 μg/mL) dengan persentase sel hidup 27,789% dan nilai IC50 sebesar 0,632 μg/mL
(Tabel 3). Pada pengujian doksorubisin terhadap sel T47D juga memiliki aktivitas sitotoksik pada
konsentrasi terendah (6,25 μg/mL) dengan persentase sel hidup 76,34% dan nilai IC50 sebesar
8
416,067 μg/mL (Tabel 4). Suatu sampel dapat dikatakan poten terhadap sitotoksik jika nilai IC50
<100 μg/mL dan moderate jika nilai IC50 100-1000 μg/mL (Prayong et al., 2008).
Tabel 3. Data hasil persentase sel hidup MCF-7 setelah diberi epirubisin dengan berbagai konsentrasi
Konsentrasi epirubisin μg/mL % sel hidup Regresi linier IC50 (μg/mL)
6,25 27,789 y= -20,631x + 45,893
R2= 0,9352
0,632 12,5 26,316
25 16
50 10,526
Tabel 4. Data hasil persentase sel hidup T47D setelah diberi doksorubisin dengan berbagai konsentrasi
Konsentrasi doksorubisin (μg/mL) % sel hidup Regresi linier Nilai IC50 (μg/mL)
6,25 76,34
y= -13,943x + 86,519
R2= 0,9145 416,067
12,5 69,01
25 69,51
50 60,85
100 59,44
Gambar 4. Grafik hubungan konsentrasi ekstrak etanol daun papaya vs persentase sel hidup MCF-7
Gambar 5. Grafik hubungan konsentrasi ekstrak etanol daun pepaya vs persentase sel hidup T47D
0102030405060708090
100
0 50 100 150 200 250
% s
el h
idu
p M
CF
-7
Konsentrasi ekstrak etanol daun pepaya (µg/mL)
0102030405060708090
100
0 100 200 300 400 500
% s
el h
idu
p T
47
D
Konsentrasi ekstrak etanol daun pepaya (µg/mL)
9
Hasil penelitian lain menyebutkan ekstrak etanol daun pepaya mempunyai efek sitotoksik
terhadap sel MCF-7 dengan IC50 sebesar 9,73 µg/mL dan 12,1338 µg/mL (Amalia, 2016;
Kurniasari et al., 2014). Ekstrak air daun papaya mampu bermediasi dengan Th-1 yang berperan
pada sistem imun manusia dan secara signifikan mampu menghambat pertumbuhan sel kanker
MCF-7 dan menurunkan ekspresi sitokin proinflamasi IL-2 dan IL-4 (Otsuki et al., 2010).
Kemampuan tanaman pepaya terhadap sitotoksik sel kanker karena adanya senyawa metabolit
sekunder berupa enzim papain. Sel kanker sulit terdeteksi selama berbulan-bulan hingga tahunan
karena adanya fibrin yang menyaluti sel tersebut. Enzim papain mampu memecahkan dinding sel
kanker fibrin dan proteinnya menjadi asam amino (Fauziya and Krishnamurthy, 2013).
Flavonoid yang terkandung pada daun papaya yaitu kuersetin, kaempferol, L-penisilamin, dan
mirisetin (Nugroho et al., 2017). Kuersetin mampu menghambat apoptosis sel kanker payudara
MCF-7 dengan mekanime meningkatkan Bcl-2, menurunkan ekspresi Bax, menurunkan Her-2, dan
menghambat jalur PI3K-Atk (Duo et al., 2012). Pada siklus sel MCF-7, kuersetin memblokir
transisi dari fase S ke G2/ fase M (Choi et al., 2001).
Perbedaan hasil IC50 pada penelitian ini dengan penelitian lainnya mungkin disebabkan karena
perbedaan asal/ sumber diperolehnya daun pepaya sehingga jumlah metabolit sekunder yang
terkandung pun akan berbeda pula. Selain itu, juga dapat disebabkan karena adanya perbedaan
varietas daun pepaya. Hasil penelitian menyebutkan bahwa diantara lima varian pepaya yaitu
pepaya bangkok, pepaya emas, pepaya ungu, pepaya california, dan pepaya grendel, yang memiliki
kadar flavonoid tertinggi adalah pepaya grendel (Nisa et al., 2017).
4. PENUTUP
Pada hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun pepaya tidak memiliki
aktivitas sitotoksik terhadap sel MCF-7 dan sel T47D.
PERSANTUNAN
Ucapan terima kasih kepada seluruh staf Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah
Surakarta, dan pihak lainnya yang telah membantu dalam persiapan dan pengerjaan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Alamgir A.N.M., 2017, Therapeutic Use of Medicinal Plants and Their Extracts: Volume 1,
Springer Nature, Switzerland.
Amalia P.K., 2016, Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Keladi Tikus (Thyponium flagelliforme L),
Kemangi (Ocimum sanctum L.), dan Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Sel MCF-7, Skripsi,
10
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
American Cancer Society, 2006, Breast Cancer: Treatment Guideline for Patients, 8th ed.,
American Cancer Society, USA.
Aravind G., Bhowmik D., Duraivel S. and Harish G., 2013, Traditional and Medicinal Uses of
Carica papaya, Journal of Medicinal Plants Studies, 1 (1), 7–15.
Bernas T. and Dobrucki J., 2002, Mitochondrial and nonmitochondrial reduction of MTT:
Interaction of MTT with TMRE, JC-1, and NAO mitochondrial fluorescent probes, Cytometry,
47 (4), 236–242.
Berridge M. V. and Tan A.S., 1993, Characterization of the Cellular Reduction of 3-(4,5-
dimethylthiazol-2- yl)-2,5-diphenyltetrazolium bromide (MTT): Subcellular Localization,
Substrate Dependence, and Involvement of Mitochondrial Electron Transport in MTT
Reduction, Archives of Biochemistry and Biophysics, 303 (2), 474–482.
Choi J. a, Kim J.Y., Lee J.Y., Kang C.M., Kwon H.J., Yoo Y.D., Kim T.W., Lee Y.S. and Lee S.J.,
2001, Induction of cell cycle arrest and apoptosis in human breast cancer cells by quercetin, Int
J Oncol, 19 (4), 837–844. Terdapat di: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11562764.
Duo J., Ying G.-G., Wang G.-W. and Zhang L., 2012, Quercetin inhibits human breast cancer cell
proliferation and induces apoptosis via Bcl-2 and Bax regulation, Molecular Medicine Reports,
5, 1453–1456. Terdapat di: http://www.spandidos-publications.com/10.3892/mmr.2012.845.
Fauziya S. and Krishnamurthy R., 2013, Papaya (Carica Papaya): Source Material for Anticancer,
CIBTech Journal of Pharmaceutical Sciences, 2 (1), 2319–389125.
International Agency for Research on Cancer, 2012, Estimated Cancer Incidence, Mortality and
Prevalence Worldwide in 2012, World Health Organization, 1. Terdapat di:
http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheets_population.aspx [Diakses pada January 1, 2017].
Kim W., Lee W.B., Lee J.W., Min B. Il, Baek S.K., Lee H.S. and Cho S.H., 2015, Traditional
herbal medicine as adjunctive therapy for breast cancer: A systematic review, Complementary
Therapies in Medicine, 23 (4), 626–632. Terdapat di:
http://dx.doi.org/10.1016/j.ctim.2015.03.011.
Krishna K.L., Paridhavi M. and Patel J.A., 2008, Review on nutritional, medicinal and
pharmacological properties of papaya (Carica papaya linn.), Indian Journal of Natural
Products and Resources, 7 (4), 364–373.
Kurniasari D., Kusmardi and Sunaryo H., 2014, Uji Sitotoksisitas Fraksi Etil Asetat dan Fraksi
Etanol Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Sel Kanker Payudara
MCF-7,. Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta.
Nisa F.Z., Astuti M., Haryana S.M. and Murdiati A., 2017, Correlation between Antioxidant
Activity , Total Flavonoid and Green Color Index , Bitterness Value of Carica papaya Leaves,
The International Journal of Science and Technoledge, 5 (3), 113–117.
Nugroho A., Heryani H., Choi J.S. and Park H.J., 2017, Identification and quantification of
flavonoids in Carica papaya leaf and peroxynitrite-scavenging activity, Asian Pacific Journal
11
of Tropical Biomedicine, 7 (3), 208–213. Terdapat di:
http://dx.doi.org/10.1016/j.apjtb.2016.12.009.
Otsuki N., Dang N.H., Kumagai E., Kondo A., Iwata S. and Morimoto C., 2010, Aqueous extract of
Carica papaya leaves exhibits anti-tumor activity and immunomodulatory effects, Journal of
Ethnopharmacology, 127 (3), 760–767.
Prayong P., Barusrux S. and Weerapreeyakul N., 2008, Cytotoxic activity screening of some
indigenous Thai plants, Fitoterapia, 79 (7–8), 598–601. Terdapat di:
http://dx.doi.org/10.1016/j.fitote.2008.06.007.
Puspitasari Y. and Peristiowati Y., 2016, Effect of Papaya Leaf Extract on Cell Proliferation and
Apoptosis Activities in Cervical Cancer Mice Model, Journal of Applied Enviromental and
Biological Sciences, 6 (9), 78–83.
Sabrida H., 2015, Peranan Deteksi Dini Kanker untuk Menurunkan Penyakit Kanker Stadium
Lanjut, Dalam Aprianda, R., ed. Buletin Data dan Informasi Kesehatan Situasi Penyakit
Kanker, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, p. 16.
Sebaugh J.L., 2011, Guidelines for accurate EC50/IC50 estimation, Pharmaceutical Statistics, 10 (2),
128–134.
Sukardiman, Ekasari W. and Hapsari P.P., 2006, Aktivitas Antikanker dan Induksi Apoptosis Fraksi
Kloroform Daun Pepaya (Carica papaya L) terhadap Kultur Sel Kanker Mieloma, Media
Kedokteran Hewan, 22 (2), 104–111.
Thakkar K.N., Prasad A.K., Nayak J. and Iyer S. V, 2014, Antioxidant and in vitro cytotoxic
activity of extracts of aerial parts of Cocculus hirsutus ( L ) using cell line cultures ( breast cell
line ), The Journal of Phytopharmacology, 3 (6), 395–399.
Vuong Q. V., Hirun S., Chuen T.L.K., Goldsmith C.D., Murchie S., Bowyer M.C., Phillips P.A. and
Scarlett C.J., 2015, Antioxidant and anticancer capacity of saponin-enriched Carica papaya
leaf extracts, International Journal of Food Science and Technology, 50 (1), 169–177.